STUDI KOMPARASI TENTANG PEMIKIRAN TEOLOGI HARUN NASUTION DAN NURCHOLISH MADJID:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KOMPARASI TENTANG PEMIKIRAN TEOLOGI HARUN NASUTION DAN NURCHOLISH MADJID:"

Transkripsi

1 STUDI KOMPARASI TENTANG PEMIKIRAN TEOLOGI HARUN NASUTION DAN NURCHOLISH MADJID: Review Terhadap Artikel Muniron Ali Anwar * Abstrak Terjadinya perbedaan pemikiran teologis ini disebabkan Harun bertolak dari kejadian di masyarakat, sementara Nurcholish bertolak dari doktrin kasb-nya Asy`ari itu sendiri. Perbedaan itu kemungkinan juga disebabkan perbedaan spesialisasi keilmuan Harun dan Nurcholish. Tampaknya Disertasi yang mereka tulis mempengaruhi pemikiran teologisnya. Harun yang menulis The Place of Reason in Abduh s Theology: Its Impact on His Theological System and Views untuk disertasinya cenderung menolak kasb-nya Asy`ari. Sementara Nurcholish yang menulis Ibn Taimiyya on Kalam and Falsafa untuk disertasinya, sebagaimana Ibn Taymiyyah yang mempunyai pendapat bahwa Allah telah menciptakan dalam diri manusia kehendak, yang dengan kehendak itu manusia mampu memilih jalan hidupnya. Berdasarkan ide dan upaya sosialisasikannya, penulis menganggap bahwa teologi yang coba dikembangkannya, masih tetap berangkat dari realitas kognitif. Oleh karena itu, orang-orang yang memasuki dunia itu juga orang-orang yang secara kognitif matang, para pelajar, dan elit. Tidak terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa teologi yang ditawarkan juga bersifat elitis. Padahal teologi yang dibutuhkan dalam pembangunan tidak teologi yang hanya berkembang pada tataran retorika tetapi teologi yang menjawab permasalahan empiris. Pemikiran teologis yang bertolak dari realitas empiris masyarakat itu akan mempunyai peranan dalam masyarakat bila disosialisasikan tidak hanya pada masyarakat terpelajar dan elit tetapi sampai kepada masyarakat bawah. Upaya sosialisasi itu tidak hanya lewat tulisan dan lisan, tetapi juga tindakan nyata. Kata kunci: Teologi, Harun Nasution, Nurcholish Madjid Pendahuluan Dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Islam di Indonesia: Sejarah Sosial dan Intelektual Islam II pada Program Doktor IAIN * Penulis adalah Asisten Direktur I Program Pascasarjana IAIT Kediri dan Dosen di STAIN Kediri 1

2 (sekarang (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang diampu oleh Azyumardi Azya, Muniron mengadakan penelitian dengan topik Harun Nasution dan Nurcholish Madjid: Studi Komparasi tentang Pemikiran Teologinya. Hasil penelitian itu edisi ringkasnya dalam 14 halaman dan dipresentasikan dalam Seminar Kelas. Review Artikel Muniron mengawali artikelnya dengan sedikit paparan tentang perkembangan Islam sampai zaman Orde Baru dan bagaimana umat Islam merespons modernisasi yang menjadi komitmen Orde Baru dengan mengutip pendapat beberapa penulis. Konsentrasi artikel Muniron adalah bagaimana respons teologis Harun Nasution dan Nurcholish Madjid terhadap pembangunan. Setelah mempresentasikan biografi kedua tokoh yang menjadi kajiannya, baik latar belakang kehidupan, sejarah pendidikan, dan sejarah intelektualnya, Muniron mendeskripsikan dan membandingkan pemikiran teologi kedua tokoh tersebut. Dari paparan biografi itu Muniron memahami bahwa baik Harun Nasution maupun Nurcholish Madjid merupakan tokoh pembaharu yang hidup di zaman Orde Baru, saat digulirkan ide modernisasi atau pembangunan. Oleh karena itu, maka sudah selayaknya kalau pemikiran intelektualnya senantiasa memiliki kaitan dengan problema yang muncul saat itu. Di samping itu, kedua tokoh ini selain memiliki latar belakang pendidikan agama yang cukup memadai, keduanya juga berlatar pendidikan Barat, di Amerika. Latar belakang ini tentu sangat berpengaruh terhadap corak pemikirannya di kemudian hari (hlm. 4-5). Menurut Muniron, bahwa respons kedua tokoh itu tampaknya didasari oleh suatu keprihatinan bahwa umat Islam Indonesia itu secara kuantitas bersifat mayoritas, tetapi secara kualitas --yang antara lain diindikasikan oleh kontribusinya dalam pembangunan-- bersifat minoritas (hlm. 4). Dengan mengajukan sebuah tesis, bahwa ada hubungan antara sikap dan perilaku seseorang dengan corak teologi yang dihayatinya, Harun berasumsi bahwa teologi rasional-mu`tazilah akan menumbuhkan sikap dinamis, dan sebaliknya teologi tradisional-asy`ariyah akan melahirkan sikap dan perilaku fatalistik-statis (hlm. 4 dan 6). Berangkat dari tesis tersebut, Harun mengasumsikan bahwa teologi tradisional- Asy`ariyah merupakan penyebab lambannya umat Islam Indonesia ambil bagian dalam proses modernisasi. Asumsi ini didasarkan pada dua argumen, yaitu argumen historis dan doktrinal. Secara historis, teologi 2

3 Asy`ariyah merupakan teologi yang dominan ketika dunia Islam sudah berada pada fase kemuundurannya, dan karena itu tidak mustahil kalau ia merupakan cerminan dari kemunduran itu. Dan kemudian dari sudut doktrinal, Harun menunjuk doktrin Asy`ariyah tentang takdir (rukun iman ke-6 bagi Asy`ariyah) yang kemudian diformulasikan ke dalam teori kasbnya, yang menurut penilaian Harun identik dengan jabariyah (hlm. 5). Secara spesifik Harun berpendapat bahwa teologi Asy`ariyah menempatkan manusia pada posisi yang sangat lemah. Hal ini dapat dilihat dari teori kasb-nya, yang menempatkan kekuasaan mutlak Tuhan sebagai penentu. Inilah tampaknya yang melatari mengapa Harun mengkualifikasikannya sebagai fatalisme, yang di tempat lain ia sebut dengan Teologi Kehendak Mutlak Tuhan, antitesa dari Teologi Sunnatullah (hlm. 5). Dalam hal ini Nurcholish tidak sefaham dengan Harun yang menempatkan Asy`ariyah, sebagaimana terlihat dalam kasb-nya, sebagai faham fatalistik-jabbariyah. Bagi Nurcholish, Asy`ari dengan teori kasbnya sama sekali tidak bermaksud menjadikan umat Islam fatalis sebagaimana yang dituduhkan Harun, tetapi ingin melakukan semacam sintesis dengan mengambil jalan tengah antara dua ektremis, qaddari dan jabbari. Sebagaimana dalam bidang metodologinya dia bermaksud menengahi Hanbali yang sangat naqli dengan Mu`tazilah yang sangat aqli (hlm ). Dengan tegas Nurcholish berpendapat manusia itu tetap dibebani kewajiban melakukan kasb, yaitu berusaha melakukan pekerjanaannya, meskipun sebenarnya usaha itu tidak akan berpengaruh pada hasil pekerjanaannya. Karena kewajiban usaha dan kasb ini, maka manusia bukanlah dalam keadaan tak berdaya sebagaimana pandangan kaum jabbari, tetapi karena usahanya tidak berpengaruh apa-apa pada kegiatannya, maka iapun bukanlah bebas sebagai kaum qaddari. Dan jika Allah memberi pahala pada kita, itu hanyalah karena kemurahan-nya, bukan karena amal kebaikan kita, dan jika Dia menyiksa kita, maka itu hanyalah karena keadilan-nya, bukan karena dosa kita (hlm. 11). Meskipun demikian, Nurcholish mengakui kalau teori kasb Asy`ari itu sebagai suatu konsep yang sangat rumit, sehingga tidak jarang menjerumuskan para pengikutnya yang lebih belakangan kepada sikap yang lebih jabbariyah, tidak ke jalan tengah seperti yang dikehendaki. Namun, di dalam kerumitan itu akan muncul hal-hal yang sesungguhnya, jika dipahami, dipedomani, dan dilaksanakan dengan baik, sehingga orientasi kepada kerja akan tetap kuat pada kebanyakan umat Islam (hlm. 11). Nurcholish bahkan menunjukkan nilai positif dari teori kasb Asy`ari, karena inheren di dalamnya sikap zuhd-sufisme. Di satu sisi, kasb Asy`ari 3

4 mengajarkan bahwa keselamatan itu sudah ditentukan sebelumnya, tetapi di sisi lain keselamatan ini juga menuntut adanya usaha di dunia ini, dan usaha bukan untuk kepentingan dunia semata, melainkan juga untuk mencari rizha Allah. Di sinilah Nurcholish melihat bahwa kasb itu sebenarnya mengandung nilai positif; di samping akan menumbuhkan kondisi psikologis yang positif dalam memandang kekayaan dunia, sekaligus juga akan mendatangkan keuntungan materi yang melimpah. Dengan demikian, kasb Asy`ari, bagi Nurcholish, justru memiliki dampak positif terhadap modernisasi dan pembangunan bangsa Indonesia, bukan seperti yang dituduhkan oleh Harun Nasution (hlm ). Berangkat dari analisis di atas, Harun berkesimpulan supaya modernisasi dan pembangunan berjalan lancar, maka sikap mental tradisional tersebut haruslah diganti dengan sikap-mental yang rasional. Dengan ungkapan lain, teologi tradisional-asy`ariyah harus diganti dengan teologi rasional-mu`tazilah, teologi yang mengantarkan umat Islam ke puncak kemajuannya Zaman Klasik. Setidaknya ada dua hal yang begitu diapresiasi oleh Harun dari teologi rasional-mu`tazilah ini, yaitu rasionalitas dan kebebasan manusia. Kedua karakter ini, lanjut Harun, tidak saja sejalan dengan tuntutan masyarakat modern, tetapi juga sesuai dengan eksistensi manusia itu sendiri (hlm. 6). Sebagai implikasi dari pemikiran di atas, Harun menolak keberadaan taqdir dalam kapasitasnya sebagai rukun iman. Bagi Harun, penolakan itu didasarkan atas tiga argumen, pertama, tidak ada ayat al-qur an yang mewajibkan beriman kepada taqdir; kedua, iman kepada taqdir telah membawa dampak negatif bagi umat Islam seperti kemalasan, kebodohan, dan yang semisal dengannya; dan ketiga, menafikan karunia Tuhan yang berupa akal (hlm. 9). Sementara Nurcholish mengajukan terapinya, bukan dengan melakukan penggantian teologi Asy`ariyah dengan Mu`tazilah, melainkan cukup dengan melakukan reinterpretasi terhadap teori kasb Asy`ari secara lebih dinamis dan juga dilakukan berbagai dialog kultural untuk menyadarkan para penganut teologi Asy`ariyah akan watak dinamis dari sistem teologi, terutama kasb-nya, yang sudah dianutnya selama ini, sehingga psychological striking force (daya gerak psikologis) mereka bangkit kembali dan kemudian merefleksi ke dalam bentuk partisipasi aktif dalam proses modernisasi yang sedang dicanangkan oleh pemerintah Orde Baru (hlm. 13). 4

5 Analisis Artikel Dari paparan di atas, penulis beranggapan bahwa Muniron hanya mendeskripsikan sedikit pemikiran teologis kedua tokoh yang dikaji tanpa memberikan penilaian secara kritis. Hal ini terlihat dengan tidak dipermasalahkannya beberapa hal, pertama tentang latar belakang perbedaan pemikiran kedua tokoh tentang kasb-nya Asy`ari; apakah itu pengaruh budaya masyarakatnya, pengaruh perjalanan pendidikannya, pengaruh spesialiasi keilmuannya, atau mungkin sebab-sebab lain, kedua bagaimana mereka mensosialisasikan dan mengaplikasikan ide-idenya, dan ketiga bagaimana ketepatan pemikiran kedua tokoh itu dalam menjawab permasalahan pembangunan. Penulis menganggap bahwa perbedaan pemikiran kedua tokoh itu adalah sebuah kewajaran, karena: Terjadinya perbedaan sudut pandang, di mana Harun bertolak dari kejadian di masyarakat, walaupun sejauh yang penulis ketahui Harun belum mengadakan penelitian khusus tentang itu, sementara Nurcholish bertolak dari doktrin kasb-nya Asy`ari 1 itu sendiri. Pendapat itu didasarkan dengan pernyataan Nurcholish bahwa konsep kasb Asy`ari semestinya tidak bermaksud jabbari, tetapi karena kerumitannya sehingga tidak jarang menjerumuskan para pengikutnya yang lebih belakangan kepada sikap yang lebih jabbariyah. 2 Perbedaan itu kemungkinan juga disebabkan perbedaan spesialisasi keilmuan Harun dan Nurcholish. Tampaknya Disertasi yang mereka tulis mempengaruhi pemikiran teologisnya. Harun yang menulis The Place of Reason in Abduh s Theology: Its Impact on His Theological System and Views untuk disertasinya cenderung menolak kasb-nya Asy`ari. Hal ini barangkali terpengaruh oleh Abduh yang menurut penelitiannya sebagai 1 Untuk teori kasb-nya Asy`ari bisa dibaca dalam karyanya Kitab al-luma`, Ed. Richard J. McCarthy S.J., Beyrouth: Imprimerie Catholique, 1952, Konsep ini semestinya sudah mengalami perkembangan di tangan para penerusnya, misalnya Al-Baqillani, al-juwaini, dan al-ghazalî. Baca Mohammad `Imarah, Tayyarat al-fikr, Kairo: Dar al-fikr, 1991, 185; Jalal Mousa, Nasy at al-asy`ariyah wa Tathawuruha, Beirut: Dar al-kitab Libnani, 1975, dan Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan, Jakarta: Paramadina, 1992, 282 4; lihat juga dalam tulisannya Abduhisme Pak Harun, dalam Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution, Jakarta: LSAF, 1989,

6 seorang Mu`tazili sejati 3 juga berpendapat bahwa manusia bebas untuk memilih perbuatan sesuai dengan pemikirannya. 4 Sementara Nurcholish yang menulis Ibn Taimiyya on Kalam and Falsafa untuk disertasinya, sebagaimana Ibn Taymiyyah yang mempunyai pendapat bahwa Allah telah menciptakan dalam diri manusia kehendak, yang dengan kehendak itu manusia mampu memilih jalan hidupnya, 5 Nurcolish walau mengkritik pendapat kasb Asy`ari sebagai konsep yang rumit tetapi dia berpendapat bila dipahami dengan baik akan tetap mempunyai pengaruh yang positif terhapa etos kerja penganutnya. Melihat kecenderungan itu, tidak terlalu salah kalau dikatakan bahwa Harun berusaha mengembangkan teologi liberal sebagai antitesis teologi tradisional, dan berakar pada teologi rasional Mu`tazilah, sementara Nurcholish berusaha mengembangkan teologi alternatif 6 yang memadu antara teologi tradisional dan liberal. Sementara penolakan Harun terhadap taqdir, menurut hemat penulis masih perlu dipermasalahkan. Penulis setuju untuk mengatakan bahwa taqdir sebagai rukun iman keenam memang masih diperselisihkan. Hadits yang diriwayatkan Nabi dari Abdullah ibn Umar ibn al-khaththab yang diriwayatkan oleh al-bukhariy dan Muslim, yang banyak digunakan sebagai sandaran ulama yang menganggap sebagai rukun iman dan beberapa ayat al-qur an yang menjelaskan tentang taqdir memang tidak secara jelas-jelas menyebutkan rukun. Di sana seseorang yang tidak dikenal, yang kemudian diidentifikasi Nabi dengan Jibril, hanya meminta Rasulullah untuk memberi tahu tentang iman. Walau taqdir di sana tidak bisa disebut rukun iman, tetapi penulis berpendapat ia sebagai bagian dari sesuatu yang harus diimani. Anggapan Harun bahwa iman kepada taqdir telah membawa dampak negatif bagi umat Islam seperti kemalasan, kebodohan, dan yang semisal dengannya, menurut penulis, perlu didiskusikan. Sejauh penitian penulis terhadap ayat-ayat al-qur an, 3 Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu`tazilah, Jakarta: UI Press, 1987, 95; lihat karya Harun lainnya Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, Jakarta: UI Press, 1985, Muhammad Abduh, Risalat al-tawhîd, Kairo: Dar al-manar, 1366 H., `Abd al-salam Hasyim Hafizh, al-imam ibn Taymiyyah, Kairo: Musthafa al- Halabî, 1969, Dalam kasus organisasi keagamaan di Indonesia, Nurcholish mengandaikan alangkah baiknya kalau terjadi penggabungan antara kekayaan tradisi intelektual Islam yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama dengan kekayaan wawasan masa kini yang dimiliki oleh Muhammadiyah, sehingga lahirlah modernisme yang berakar para tradisi. Untuk elaborasi baca Nurcholish Madjid, Menegakkan Ahlussunnah wal Jama`ah Baru, dalam Haidar Baqir, Satu Islam Sebuah Dilema, Bandung: Mizan, 1986,

7 misalnya QS. Al-Babaqarah: 148, al-an`am: 97, al-furqan:2, al-hijr: 21 berkesimpulan bahwa bila dikatakan Allah telah menakdirkan demikian itu mengandung arti bahwa telah memberi kadar, ukuran, batas tertentu dari diri, sifat, atau kemampuan maksimal makhluknya. Taqdir di sana lebih mempunyai arti ukuran, misalnya bila dingin air mencapai 0 derajat, maka ia akan menjadi es. Di samping itu, bahwa taqdir yang juga banyak dijelaskan dalam hadits, di sana menurut penulis lebih mengandung arti sebuah sebuah hasil akhir dari usaha perbuatan manusia. Bila ia banyak dianggap oleh sebagian umat Islam sebagai ketentuan Allah dengan tidak bisa dijamah oleh usaha, maka berarti yang keliru adalah anggapan umat. Jadi, yang perlu dirubah adalah anggapan umat, bukan keimanan kepada taqdir yang perlu ditolak. Dalam rangka mensosialisasikan dan mengaplikasikan pemikirannya, Harun di samping menyampakaiannya pada seminar kelas yang dibimbing di IAIN Ciputat untuk program S1 dan IAIN seluruh Indonesia untuk program Pascasarjana, juga memberikan ceramah di berbagai tempat, antara lain di ruang kuliah IKIP, Unas, UI, dan IAIN Jakarta, dan juga menulis buku-buku daras untuk mahasiswa IAIN. Sementara Nurcholish berupaya mensosialisikan pemikirannya di samping lewat seminar di berbagai tempat, tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di berbagai kota di Indonesia, utamanya di Yayasan Paramadina, menerbitkan makalah-makalahnya, menulis di media masa cetak ceramah di media masa elektronik, juga menerjemahkan beberapa karya penulis klasik. Berdasarkan ide dan upaya sosialisasikannya, penulis menganggap bahwa teologi yang coba dikembangkannya, utamanya sosialisasi pemikiran Harun, masih tetap berangkat dari realitas kognitif. Oleh karena itu, orang-orang yang memasuki dunia itu juga orang-orang yang secara kognitif matang, para pelajar, dan elit. Tidak terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa teologi yang ditawarkan juga bersifat elitis. Sebagaimana teologi yang berkembang dalam Islam mulai zaman klasik yang bersifat elitis. Teologi seperti itu tidak pernah berkembang di kalangan umat, hanya ada di alam pikiran orang-orang elit saja. Penutup Berdasarkan data di atas, penulis berpendapat bahwa teologi yang dibutuhkan dalam merespons pembangunan adalah teologi yang berangkat dari realitas sosial yang dihadapi kini. Jadi, teologi yang relevan adalah yang berangkat dari kebutuhan, realitas, dan tantangan-tantangan yang dirasakan sekarang ini. Penulis menganggap bahwa teologi yang 7

8 dimbangkan baik oleh Mu`tazilah maupun Asy`ariyah tidak banyak menyentuh permasalahan dalam pembangunan ini, karena ia hanya membicarakan masalah akhirat, Tuhan, segala macam yang tidak dialami, dan tidak dirasakan oleh umat kini. Teologi yang tidak hanya lahir dari pengandaian-pengandaian yang kebanyakan hanya memuaskan lompatanlompatan logika saja. Sehingga kalau realitas yang banyak dirasakan masyarakat sekarang ini masalah keadilan, maka keadilan bukanlah keadilan Tuhan di akhirat nanti, tetapi keadilan yang memang menjadi tanggung jawab manusia untuk ditegakkan di dunia ini. Kalau pembangunan ini membutuhkan rasionalitas, maka tidak rasionalitas dalam pengandaian bila wahyu belum turun untuk mengetahui Tuhan dan semacamnya, tetapi betul-betul rasionalitas yang dibutuhkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menjalankan, dan mengevaluasi pembangunan ini. Penulis berkesimpulan bahwa teologi yang dibutuhkan dalam pembangunan tidak teologi yang hanya berkembang pada tataran retorika tetapi teologi yang menjawab permasalahan empiris. Pemikiran teologis yang bertolak dari realitas empiris masyarakat itu akan mempunyai peranan dalam masyarakat bila disosialisasikan tidak hanya pada masyarakat terpelajar dan elit tetapi sampai kepada masyarakat bawah. Upaya sosialisasi itu tidak hanya lewat tulisan dan lisan, tetapi juga tindakan nyata. Wallah A`lam bi al-shawwab. DAFTAR PUSTAKA Abduh, Muhammad. Risalat al-tawhid, Kairo: Dar al-manar, 1366 H Abduhisme Pak Harun, dalam Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution, Jakarta: LSAF, 1989 Baqir, Haidar. Satu Islam Sebuah Dilema, Bandung: Mizan, 1986 Hasyim Hafizh, Abd al-salam. al-imam ibn Taymiyyah, Kairo: Musthafa al-halabi, Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, Jakarta: UI Press, 1985 Madjid, Nurcholish. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan, Jakarta: Paramadina, 1992 Nasution, Harun. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu`tazilah, Jakarta: UI Press,

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam

BAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam BAB V KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor politik dan faktor sosial. Ditinjau dari aspek politik, perselisihan antara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012 satu cara yang perlu ditempuh adalah mengembangkan model home schooling (yang antara lain berbentuk pembelajaran personal ) seperti yang pernah diterapkan pada masa kejayaan Islam abad pertengahan. - Membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan di dunia ini dalam rangka mempertahankan

Lebih terperinci

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2 PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2 1 Dosen Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Sulawesi Barat Email: zarfilosuf@gmail.com 2 Dosen Prodi Ilmu Politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya. ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertengahan kedua dari abad IX M. Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud Al-Maturidi. Kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran Maturidiah. Aliran

Lebih terperinci

`BAB I A. LATAR BELAKANG

`BAB I A. LATAR BELAKANG `BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,

Lebih terperinci

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

Lebih terperinci

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Berbicara PTAIN dikaitkan dengan pengembangan pendidikan, maka yang lebih relevan adalah mengungkap tentang Fakultas atau Jurusan Tarbiyah.

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan PAHAM TEOLOGI RASIONAL MU'TAZILAH DI INDONESIA Oleh : M. Baharudin Abstrak Studi terhadap sejarah perkembangan dan pemikiran dalam Islam khususnya dalam bidang teologi telah menarik minat para ulama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ialah membelajarkan siswa yang menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

HARAPAN IBN KHALDUN Oleh Nurcholish Madjid

HARAPAN IBN KHALDUN Oleh Nurcholish Madjid c Demokrasi Lewat Bacaan d HARAPAN IBN KHALDUN Oleh Nurcholish Madjid Ibn Khaldun seorang filsuf dan sejarawan Muslim besar abad ke- 14 pernah mempunyai harapan besar perlunya dikembangkan apa yang disebutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan

Lebih terperinci

SEKOLAH AGAMA Oleh Nurcholish Madjid

SEKOLAH AGAMA Oleh Nurcholish Madjid c Demokrasi Lewat Bacaan d SEKOLAH AGAMA Oleh Nurcholish Madjid Munculnya banyak Sekolah Tinggi Agama Islam akhir-akhir ini, bahkan sampai ke pelosok-pelosok, telah menimbulkan masalah campuran antara

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

2016 NEO- SUFISME NURCHOLISH MADJID. (Menyegarkan Kembali Pemikiran dan Kehidupan Tasawuf) Muhamad Nur, M.S.I

2016 NEO- SUFISME NURCHOLISH MADJID. (Menyegarkan Kembali Pemikiran dan Kehidupan Tasawuf) Muhamad Nur, M.S.I 2016 NEO- SUFISME NURCHOLISH MADJID (Menyegarkan Kembali Pemikiran dan Kehidupan Tasawuf) Muhamad Nur, M.S.I PUSTAKA AMANAH Bekerja Sama dengan STIT Muh. Kendal Press 9/6/2016 MUHAMAD NUR, M.S.I NEO-SUFISME

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etos kerja mendeskripsikan segi-segi kualitas akhlak yang baik pada manusia, bersumber dari kualitas diri, diwujudkan berdasarkan tata nilai sebagai implementasi

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Kajian ini telah membincangkan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan konsep

BAB 5 PENUTUP. Kajian ini telah membincangkan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan konsep BAB 5 PENUTUP 5.1 Pendahuluan Kajian ini telah membincangkan mengenai topik-topik yang berkaitan dengan konsep qada dan qadar serta beberapa isu yang berkaitan menurut pandangan Ibn al-qayyim dalam kitabnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha itu banyak

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang dapat diartikan berbeda-beda. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis primata dari golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya seorang kyai dalam kehidupan masyarakat Madura Desa Bajur, tentunya akan membawakan dampak positif terhadap mereka, karena di samping itu seorang kyai atau

Lebih terperinci

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat.

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat. Sumber Ajaran Islam DR. Rais Hidayat Informatika www.mercubuana.ac.id Kompetensi Menjelaskan sumber-sumber ajaran Islam. Menguraikan Al-Qur an, As-Sunnah dan ijtihad sebagai sumber ajaran Islam. Memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi pemaparan mengenai metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Pengaruh Pemikiran Harun Nasution Mengenai Islam Rasional Terhadap Pembangunan

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: Etos Kerja Islam Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Etos kerja dalam arti luas adalah berkaitan dengan

Lebih terperinci

MODEL PENELITIAN AGAMA

MODEL PENELITIAN AGAMA MODEL PENELITIAN AGAMA Diajukan Sebagai Tugas Makalah Dalam Mata Kuliah Metodologi Studi ISlam DOSEN PEMBIMBING Fitri Oviyanti, M.Ag DISUSUN OLEH Lismania Nina Lingga Sari FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tak kehilangan arah dan pijakan.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup manusia mempunyai tugas dan tujuan yang harus dijalankan sebaikbaiknya, namun kenyataan yang terjadi banyaknya manusia yang melalaikan tugas dan tujuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran)

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran) Pengantar Ulumul Quran (Realitas Al-Quran) Definisi Ulumul Quran Ulûm al-qur ân didefinisikan sebagai pembahasan yang berkaitan dengan al-qur an, dari aspek turunnya, kemukjizatan, pengumpulan, sistematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,

Lebih terperinci

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makna pendidikan sebagaimana yang ditulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd Disusun Oleh : Sahri Ramadani SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL IBROHIMY TANJUNGBUMI BANGKALAN 2012 KATA

Lebih terperinci

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN Oleh Nurcholish Madjid Agama merupakan suatu cara manusia menemukan makna hidup dan dunia yang menjadi lingkungannya. Tapi, hidup kita dan ling kungan abad modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul Kedudukan agama dalam kehidupan masyarakat maupun kehidupan pribadi sebagai makhluk Tuhan merupakan unsur yang terpenting, yang

Lebih terperinci

DONOR ORGAN TUBUH. Oleh Nurcholish Madjid

DONOR ORGAN TUBUH. Oleh Nurcholish Madjid MUSYAWARAH DAN PARTISIPASI DONOR ORGAN TUBUH Oleh Nurcholish Madjid Praktik kedokteran menyangkut donasi organ tubuh tampaknya belum pernah ada dalam zaman klasik Islam. Karena itu, permasalahan ini dari

Lebih terperinci

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu

BAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu BAB III TEOLOGI ISLAM A. Pengertian Teologi Islam Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran dasar dari suatu agama. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu mempelajari teologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM

BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM Dari hasil paparan bab sebelumnya, yang telah mengupas secara jelas problematika ataupun permaslahan teologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memiliki 2 sumber dasar untuk ajarannya, yaitu al-quran dan Hadis. 1 Al-Quran mendefinisikan dirinya sebagai kitab yang benar, menjadi sebuah cahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alamiah manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal serta mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula dengan pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS FILSAFAT ILMU

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS FILSAFAT ILMU FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS FILSAFAT ILMU Mata Kuliah : Sejarah Pemikiran Kode Mata Kuliah : Bobot : 2 SKS Dosen : Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. Program Studi : Pend. Sejarah

Lebih terperinci

ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid

ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid c Demokrasi Lewat Bacaan d ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid Mereka yang tidak menerima ajaran Nabi Muhammad saw, barangkali memandang ajaran Islam itu, sebagian atau seluruhnya, tidak lebih daripada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut: 254 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penulis menganggap bahwa, makna tidak selalu merujuk pada kesimpulan-kesimpulan yang dibuat. Namun demikian, kesimpulan menjadi sebuah prasyarat penting dari sebuah penulisan

Lebih terperinci

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF)

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) A. Latar Belakang Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, terperinci, perlu mempelajari teologi yang terdapat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global

Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global Setiap diundang ke wilayah Aceh, saya selalu berusaha hadir. Saya sangat tertarik dengan semangat keber-islaman masyarakat Aceh yang saya

Lebih terperinci

MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT

MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT MASALAH PERBEDAAN PENDAPAT Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Tauhid Dosen Pengampu: Bapak Drs. A. GHOFIR ROMAS Disusun oleh: Duriatun Nadhifa (1601016057) Halimah Sya diah (1601016058)

Lebih terperinci

ABDUH DAN RIDHA PERBEDAAN ANTARA GURU DAN MURID

ABDUH DAN RIDHA PERBEDAAN ANTARA GURU DAN MURID ABDUH DAN RIDHA PERBEDAAN ANTARA GURU DAN MURID Diantara sekian banyak ahli fakir muslim, barang kali buah pikiran Abduh-lah yang paling banyak mendapat perhatian serta pembahasan para orientalis barat,

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 9 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap konsisten, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka

Lebih terperinci

EFEK KESEHARIAN TAKWA

EFEK KESEHARIAN TAKWA c Menghormati Kemanusiaan d EFEK KESEHARIAN TAKWA Oleh Nurcholish Madjid Hadirin sidang Jumat yang terhormat. Dalam rangka memahami takwa lebih lanjut, saya ingin mengemukakan efek takwa dalam kehidupan

Lebih terperinci

PROPORSI HUBUNGAN ANTARA KEILMUAN DAN KEAGAMAAN

PROPORSI HUBUNGAN ANTARA KEILMUAN DAN KEAGAMAAN PROPORSI HUBUNGAN ANTARA KEILMUAN DAN KEAGAMAAN Oleh Nurcholish Madjid Barangkali sudah menjadi kesepakatan semua orang bahwa setiap agama, termasuk dengan sendirinya agama Islam, berakar tunjang pada

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 20 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Sesungguhnya orang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-nya, bertambahlah

Lebih terperinci

SUMBER AJARAN ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

SUMBER AJARAN ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER Modul ke: SUMBER AJARAN ISLAM Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK Fakultas ILMU KOMPUTER H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Umat Islam

Lebih terperinci

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU l Edisi 019, September 2011 P r o j e c t DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU i t a i g k a a n D Pradana Boy ZTF Edisi 019, September 2011 1 Edisi 019, September 2011 Dimensi Filsafat dalam Wahyu Posisi wahyu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL Oleh Nurcholish Madjid

ILMU SOSIAL Oleh Nurcholish Madjid c Demokrasi Lewat Bacaan d ILMU SOSIAL Oleh Nurcholish Madjid Bertahun-tahun yang lalu, mulai dengan masa Menteri Agama A. Mukti Ali, pikiran tentang penelitian masalah masalah keagamaan dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak

PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah maka mereka pun terjatuh dalam penyimpanganpenyimpangan dalam prinsip agama. Di antara penyimpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs. KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Ilmu Tauhid Dosen Pengampu : Drs. Ghofir Romas Disusun oleh: Shafira Caesar Savitri ( 1501016001 ) Rohmatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan modal utama untuk seseorang yang harus ditingkatkan dalam rangka melaksanakan pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan- Nya.. Dalam menanamkan keyakinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. tesis ini untuk menjawab rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai

BAB IV PENUTUP. tesis ini untuk menjawab rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai 146 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Hal-hal yang dapat penulis simpulkan setelah melakukan penelitian tesis ini untuk menjawab rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai berikut : 1. Format kurikulum fiqih

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql. 147 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Corak Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb Muhammad Abduh dalam corak pemikiran pendidikannya, memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara.

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara. DAFTAR PUSTAKA Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara. Ali, F. (2001). Diaspora Cak Nur, dalam dalam Pustaka Pelajar. (2001),

Lebih terperinci

KEPERCAYAAN VERSUS PENGETAHUAN

KEPERCAYAAN VERSUS PENGETAHUAN KEPERCAYAAN VERSUS PENGETAHUAN Oleh Nurcholish Madjid Perlunya Penelitian atas Agama Sekalipun sebenarnya sudah merupakan kesepakatan umum, barang kali ada baiknya memulai pembahasan mengenai penelitian

Lebih terperinci

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS Achmad Jainuri, PhD IAIN Sunan Ampel, Surabaya Abstraksi Harold Coward menulis sebuah buku menarik, Pluralism Challenge to World Religions. Gagasan pluralisme dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kalam Allah yang menjadi mukjizat, diturunkan kepada Nabi sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril, tertulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an sebagai Kitab Suci umat Islam merupakan kumpulan firman Allah (kalam Allah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengandung petunjuk-petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci sempurna sekaligus paripurna, terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6666 ayat, 77.934 kosa kata dan 333.671 huruf. Untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk

Lebih terperinci

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????. Tawakal Kepada Allah Khutbah Pertama:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci