Rahmat Fiansyah dan Hamdan Basyar. Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rahmat Fiansyah dan Hamdan Basyar. Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia"

Transkripsi

1 PERUBAHAN PARTAI POLITIK ISLAMIS KE PARTAI POLITIK POS-ISLAMIS: STUDI KASUS PARTAI KEADILAN DAN PEMBANGUNAN (Adalet ve Kalkınma Partisi atau AKP) DI TURKI ( ) Rahmat Fiansyah dan Hamdan Basyar Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia rahmatfiansyah@gmail.com Abstrak Secara umum, tulisan ini membahas tentang perubahan AKP dari partai politik Islamis menjadi partai politik pos-islamis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi proses perubahan AKP sekaligus bagaimana bentuk perubahan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian eksplanatif yang bertumpu pada sumber-sumber yang bersifat sekunder. Hasil penelitian ini menemukan bahwa proses perubahan AKP dilatarbelakangi oleh tiga faktor utama, yaitu (1) faktor politik yang menyangkut partisipasi politik (2) faktor ekonomi mengenai kebijakan ekonomi neo-liberal dan (3) faktor militer yang menyangkut pada peran militer terhadap kelompok Islamis dalam politik Turki. Ketiga faktor tersebut berperan dalam mendorong perubahan AKP yang dapat dianalisis melalui pandangannya terhadap berbagai isu fundamental seperti Islam, sekularisme, dan demokrasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ketiga faktor tersebut (politik, ekonomi, dan militer) memainkan peranan penting dalam upaya mendorong perubahan AKP yang dilatarbelakangi oleh kepentingan material atau strategis ketimbang komitmen normatif. Abstract Generally, this thesis investigates about the AKP transformation from Islamist party to post-islamist party.the purpose of this research is to understand what factors lies behind the AKP transformation process and the form of that transformation. This research uses qualitative method with explanatory research which is supported by secondary sources. The result of this research found that the AKP transformation process caused by three main factors, (1) political factor which involves political participation, (2) economical factor which is about neo-liberal economy policy, and (3) military factor which involves military role towards Islamic groups in Turkish politics. These factors have

2 influence to push the AKP transformation which can be analyzed through their view about fundamental issues, such as Islam, secularism, and democracy. The conclusion from this research is that those main factors (politics, economy, and military) play important role to push the AKP transformation which is caused by material or strategic interest rather than normative commitment. Keywords: Political Islam, Islamist, AKP 1. Pendahuluan Kemenangan Partai Keadilan dan Pembangunan (Adalet ve Kalkınma Partisi atau AKP) tiga kali berturut-turut dalam pemilu menandai sebuah tren baru dalam politik Turki, karena untuk pertama kali dalam sejarah republik Turki, kelompok Islam berhasil mendirikan pemerintahan tunggal, karena berhasil menguasai mayoritas kursi di parlemen. Tidak hanya itu, kemenangan AKP tersebut juga mengantarkan dua petinggi AKP, Recep Tayyip Erdoğan dan Abdullah Gül, masing-masing menempati posisi PM dan presiden. Keberhasilan AKP merebut kekuasaan politik yang selama ini didominasi oleh kelompok sekuler semakin memperlihatkan pembelahan politik (political cleveage) antara kelompok Islam dan sekuler. Bagi kelompok Islam, kemenangan AKP dalam pemilu merupakan sebuah kemenangan penting karena selama ini mereka termarjinalkan dengan proyek sekularisasi yang digagas sejak era Mustafa Kemal Pasha ( ) yang didukung sepenuhnya oleh kelompok sekuler, terutama militer. Bagi kelompok sekuler, kemenangan AKP adalah pertanda menguatnya penetrasi kelompok Islam di berbagai bidang, seperti bidang sosial, politik, ekonomi, dan pendidikan, sehingga menurut mereka, hal tersebut dinilai mengancam ideologi Kemalisme 1 yang menjadi fondasi republik Turki. Dengan kata lain, kelompok sekuler beranggapan bahwa AKP akan mengancam sekularisme dan demokrasi di Turki. 1 Sebutan Kemalisme pertama kali muncul pada tahun 1936 oleh seorang peneliti yang bernama Tekin Alp yang menulis buku berjudul Kemalizm. Ideologi ini kemudian fondasi republik Turki yang terdiri dari enam macam isme, seperti republikanisme (cumhuriyetçilik), nasionalisme (millet), populisme (halkçilik), revolusionisme (inkilabçilik), sekularisme (layiklik), etatisme (devletçilik). Lihat dalam Paul Dumont. The Origins of Kemalist Ideology. Atatürk and the Modernization of Turkey. Ed. Jacob M. Landau. Boulder: Westview Press, 1984, hlm

3 Hubungan antara Islam dan demokrasi memang menjadi salah satu diskursus yang penting dalam kajian ilmu politik. Di satu sisi, beberapa sarjana seperti Bernard Lewis dan Samuel Huntington, menentang kompatibiltas antara Islam dengan demokrasi. 2 Di sisi lain, muncul sarjana yang lebih optimis dengan kesesuaian antara Islam dan demokrasi seperti John Esposito dan Robert Hefner. 3 Dalam konteks Turki, AKP tidak terlepas dari objek perdebatan tersebut. AKP sendiri mengklaim bahwa partainya tidak lagi memiliki hubungan, baik secara struktural maupun ideologi, dengan pendahulunya, RP. Mereka adalah kelompok yang lebih moderat dalam tubuh Milli Görüş yang memutuskan untuk memisahkan diri dan membentuk partai baru, AKP, pada tahun Selain itu, mereka juga menolak disebut sebagai kelompok Islamis dan memilih menggunakan identitas konservatif-demokrasi (muhafazakar demokrasi) sebagai identitas partai yang baru. Demokrasi memberikan peluang bagi semua aktor politik, termasuk kepada mereka yang menentangnya, untuk meraih kekuasaan. Saat sebuah partai politik, yang komitmennya terhadap demokrasi masih dipertanyakan, kemudian memenangi sebuah pemilu dan menjadi partai penguasa, masa depan demokrasi di negara tersebut juga dipertaruhkan. Keberhasilan AKP sebagai partai penguasa di Turki juga menimbulkan perdebatan mengenai masa depan demokrasi di negara tersebut. Hal ini tidak terlepas dari asal-usul mereka yang berasal dari kelompok Islamis, yang menentang demokrasi liberal. Dengan kata lain, berbagai persoalan yang menghambat demokrasi Turki juga tergantung dari bagaimana AKP memosisikan dirinya terhadap persoalan tersebut dalam diskursus ideologi yang kemudian diwujudkan dengan penyelenggaraan suatu pemerintahan yang lebih 2 Sarjana lainnya lihat Daniel Pipes. In the Path of God: Islam and Political Power. New York: Basic Books, 1983; Elie Kedourie. Democracy and Arab Political Culture. London: Frank Cass, 1994; Daniel Brumberg. The Trap of Liberalized Autocracy Journal of Democracy Vol. 13, No. 4, 2002, hlm ; M. Steven Fish. Islam and Authoritarianism World Politics Vol. 55, No. 1, 2002, hlm. 4-37; Ephraim Yuchtman-Ya ar dan Yasmin Alkalay. Political Attitudes in the Muslim World Journal of Democracy Vol. 21, No. 3, 2010, hlm Beberapa sarjana lain yang termasuk dalam golongan ini lihat Abdullahi Ahmed An-Na im. Toward an Islamic Reformation: Civil Liberties, Human Rights, and International Law. Syracus, N.Y: Syracus University Press, 1996; Glenn Robinson. Can Islamists be Democrats? The Case of Jordan Middle East Journal Vol. 51, No. 3, 1997: ; Hans Küng. Islam: Past, Present, and Future. Terj. John Bowden. Oxford: One World, 2007, Der Islam: Geschichte, Gegenwart, Zukunft.

4 konkret saat berkuasa. Sementara tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan permasalahan yang telah dikemukakan di atas dengan pembahasan pada dua segi yaitu faktor-faktor apa sajakah yang melatarbelakangi proses perubahan dari AKP dari partai politik Islam menjadi partai politik pos-islamis dan bagaimana bentuk dari proses perubahan tersebut. 2. Tinjauan Teoritis 2.1. Pengertian Islamisme dan Pos-Islamisme Secara sederhana, Islamis adalah aktor yang menganut Islamisme (atau yang juga dikenal dengan sebutan Islam politik). Akan tetapi, ketidaksepakatan muncul di antara para akademisi ketika memberikan definisi mengenai Islamisme. Hal ini berkaitan dengan apakah Islamisme merupakan sebuah paham, aktivitas, atau proses. 4 Dalam penelitian ini, karakteristik utama dari Islamisme adalah (1) Islamisme meyakini bahwa Islam bukan hanya agama, tetapi juga ideologi karena ia pecaya bahwa Islam berisi petunjuk untuk menyelesaikan semua persoalan yang ada di dunia, dari persoalan negara hingga individu, termasuk bagaimana seharusnya masyarakat diatur. Lewat perspektif ini, Islamis adalah salah satu pendukung pemberlakuan syariat Islam yang menjadi prasyarat bagi terbentuknya negara Islam terlepas dari apapun bentuk negaranya. (2) karena meyakini bahwa Islam telah menyediakan segalanya, Islamisme menolak segala sesuatu yang berasal dari luar, terutama Barat, seperti demokrasi dan sekularisme. Referensi utama bagi Islamis adalah sejarah era kegemilangan Islam. Begitupun sebaliknya, Islamisme menganggap bahwa kemunduran Islam disebabkan karena umat Islam tidak menganut Islam yang murni dan menyeluruh (kaffah). Ketiga, meski berusaha untuk menjadikan Islam sebagai sistem politik, mereka menerapkan Islam sesuai dengan penafsiran mereka, sehingga mereka menolak berbagai penafsiran lainnya tentang Islam. (3) Islamisme sangat memprioritaskan aspek politik. Meski kelompok Islamis melakukan aksi-aksi yang bersifat non-politik (sosial dan pendidikan), mereka menjadikan politik 4 Lihat Daniel Pipes. Islam and Islamism: Faith and Ideology The National Interest Vol. 59, 2000, hlm. 89; Graham Fuller. The Future of Political Islam. New York: Palgrave Macmillan, 2003, hlm. xi; Barry Rubin. Guide to Islamist Movement. New York: M.E. Sharpe, 2010, hlm. xviii; Guilain Denoeux. The Forgotten Swamp: Navigating Political Islam Middle East Policy Vol. 9, No. 2, 2002, hlm. 61. Aini Linjakumpu. Political Islam in the Global World. Reading: Ithaca Press, 2008, hlm. 130.

5 sebagai prioritas utama dengan negara sebagai sasaran utamanya. Karena ingin mengubah tatanan sosial yang dianggap telah terkontaminasi dengan ide-ide asing, terutama Barat, posisi negara menjadi vital untuk dikuasai sebagai alat untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. (4) untuk mewujudkan tujuan politiknya, Islamisme menggunakan simbol-simbol yang terdapat dalam tradisi Islam dalam melakukan aksi sosial dan politiknya. (5) Islamis tidaklah monolitik, melainkan plural. Manifestasi gerakannya tersebar mulai dari partai politik atau civil society yang berorientasi damai hingga organisasi yang melakukan tindak kekerasan. Berdasarkan karakteristik tersebut, Islamisme sulit berdamai dengan demokrasi dengan empat alasan. (1) secara ideologis sulit menjembatani antara Islamisme yang mengaku memedomani Tuhan dan hukum-hukumnya syariah- dengan landasan demokrasi, yaitu kedaulatan rakyat, (2) penekanan Islamisme kepada syariah juga memiliki potensi dipermasalahkan ketika dihadapkan pada pertanyaan praktis tentang implementasi dan institusi, sehingga hal tersebut menciptakan masalah tersendiri bagi demokrasi, (3) kesulitan menyesuaikan di antara keduanya semakin diperparah oleh potensi hegemonik dalam gerakan Islam arus utama, dan (4) rekam jejak demokrasi gerakan Islamis pada umumnya buruk. 5 Sementara itu, istilah pos-islamisme diperkenalkan pertama kali oleh intelektual asal Iran, Asef Bayat 6, yang kemudian digunakan oleh para inteketual Prancis seperti Olivier Roy dan Gilles Keppel. Henri Lauzière mengidentifikasi tiga karakteristik dari pos-islamisme, (1) pos-islamis masih tetap aktif dalam politik, akan tetapi memiliki agenda yang lebih sederhana daripada pendahulunya. (2) pos-islamisme membuat sebuah ruang sekular de facto dengan membelokkan alur aktivisme religius jauh dari negara, dan terkadang juga 5 Anthony Bubalo dkk. PKS dan Kembarannya: Bergiat Jadi Demokrat di Indonesia, Mesir, dan Turki. Terj. Syamsul Rijal. Jakarta: Komunitas Bambu, Terj. Zealous Democrats: Islamism and Democracy in Egypt, Indonesia, and Turkey, 2008, hlm Asef Bayat. The Coming of Post-Islamist Society Critique: Journal for Critical Studies of the Middle East Vol 5, No. 9, 1996, hlm ; Asef Bayat. Pos-Islamisme. Terj. Faiz Tajul Milah. Yogyakarta: LKis, Terj. Making Islam Democratic: Social Movements and the Post-Islamist Turn, 2007.

6 jauh dari isu-isu politik, dan (3) pos-islamisme juga menunjukkan sebuah reformulasi teologis dan filosofis Teori Perubahan Ideologi Partai Politik Islamis Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang cenderung menggunakan teori inklusi-moderasi untuk menganalisis perubahan ideologi sebuah partai politik ke arah yang lebih moderat 8, penelitian ini mengacu pada konsep Muslim-Demokrat yang diteoritisikan oleh Vali Nasr. Kemunculan kelompok Muslim-Demokrat, menurut Nasr, dimulai saat terjadinya integrasi nilai-nilai religiusitas Muslim ajaran Islam tentang etika, moralitas, keluarga, hak-hak, hubungan sosial, perdagangan, misalnya- ke dalam platform politik untuk memenangkan pemilu. 9 Dari tulisan Nasr, peneliti merangkum setidaknya ada 3 faktor yang mendorong perubahan partai Islamis. 1. Faktor politik. Dalam hal ini, proses perubahan partai Islamis didorong oleh pemberlakuan partisipasi politik yang lebih luas, termasuk kepada mereka yang dipandang sebagai kekuatan politik yang anti-sistem. Tidak hanya mengizinkan kelompok Islamis untuk berpartisipasi dalam sistem politik, struktur negara juga harus memberikan keleluasaan kepada mereka untuk berkuasa jika mereka berhasil memenangi pemilu, baik bergabung dengan koalisi maupun menang secara mutlak. Faktor yang pertama ini sebenarnya serupa dengan teori inklusi-moderasi. 2. Faktor ekonomi. Faktor yang kedua ini juga berkontribusi terhadap proses perubahan kelompok Islamis dalam sebuah negara dimana dalam sebagian dari mereka menjadi kelompok borjuasi yang relatif independen dari negara dan terintegrasi ke dalam sistem ekonomi global. Pada gilirannya, kelompok borjuasi tersebut akan membangun sebuah hubungan simbiosis mutualisme dengan partai politik pos-islamis yang mendorong demokrasi dan sistem ekonomi pasar. 3. Faktor Militer. Kehardiran militer juga ikut memainkan peranan penting terhadap proses perubahan kelompok Islamis karena militer berfungsi (1) untuk mempersempit 7 Henri Lauzière. Post-Islamism and the Religious Discourse of Abd Al-Salam Yasin International Journal of Middle East Studies Vol. 37, 2005, hlm Sheri Berman. Taming Extremist Parties: Lessons From Europe Journal of Democracy Vol. 19, No. 1, 2008, hlm Vali Nasr. The Rise of 'Muslim Democracy Journal of Democracy Vol. 16, No. 2, 2005, hlm. 14.

7 kelompok Islam untuk melakukan manuver yang berakibat pada (2) kecenderungan mereka untuk menghindari konfrontasi dengan militer. 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui studi kepustakaan, melalui data-data primer dan sekunder, seperti program partai, pernyataan-pernyataan para elite politik AKP, buku, jurnal, makalah, tesis dan disertasi yang belum dipublikasikan, dan laporan dari media massa, terutama yang berasal dari Turki, seperti Todays Zaman dan Hürriyet Daily News. Dilihat dari segi fungsinya, penelitian ini bersifat eksplanatif dengan menggunakan studi kasus. Penelitian ini bersifat kontekstual karena penelitian ini hanya berusaha menggambarkan fenomena yang terjadi. Posisi epistemologis pada penelitian ini adalah interpretivisme, yang bertolak belakang dengan positivisme, posisi peneliti dan dunia sosial yang diteliti saling memengaruhi satu sama lain. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sejarah Islamisme di Turki Saat Turki memberlakukan sistem multi-partai untuk pertama kalinya pada tahun 1946, sebenarnya muncul setidaknya delapan partai politik yang secara eksplisit memiliki program partai dengan referensi tema-tema Islam. Diantara partai tersebut adalah Partai Nasional (Millet Partisi atau MP). Akan tetapi, baru pada tahun 1970 yang ditandai dengan dibentuknya Milli Görüş, menjadi cikal bakal lahirnya Islamisme di Turki. Lembaga yang dibentuk oleh Necmettin Erbakan inilah yang menghasilkan beberapa partai politik Islamis di Turki. Seperti gerakan Islamisme pada umumnya, Milli Görüş memiliki karakteristik yang serupa, meskipun silsilah ideologisnya ke bapak pendiri Islamisme kurang tampak dan pemilihan istilahnya yang berbeda. Karya-karya Hassan Al-Banna dan Qutb diterjemahkan ke bahasa Turki selama maraknya penerbitan Islam pada masa 1970-an dan nampaknya mereka berpengaruh terhadap generasi muda yang menjadi pendukung dan anggota Milli Görüş. Milli Görüş juga mengaitkan kemunduran dunia Muslim dengan kurangnya komitmen untuk menjalankan ajaran Islam secara ketat. Ia memandang penyakit yang menjangkiti

8 masyarakat Turki sebagai pengingkaran terhadap tradisi sebuah tradisi yang ditakrifkan sebagai sikap, institusi, dan nilai-nilai Islam. Dalam hal ini, ia juga memandang Islam sebagai ideologi dan basis untuk melakukan reformasi masyarakat secara menyeluruh. Nilai-nilai yang berasal dari Barat harus ditolak, sains dan teknologi Barat boleh diterima. 10 Partai Islamis pertama yang dibentuk oleh Milli Görüş adalah Partai Ketertiban Nasional (Milli Nizam Partisi atau MNP). Berbeda dengan MP, MNP bercita-cita mengembalikan kejayaan kekhalifahan Utsmani. Tidak hanya itu, MNP juga berhasil mendapat kekuasaan meskipun mendapat tekanan dari militer. Partai Kesejahteraan (Refah Partisi atau RP), bahkan menjadi salah satu kekuatan politik terbesar di Turki dengan memenangkan pemilu nasional tahun Keberhasilan RP dalam pemilu tersebut mengantarkan partai tersebut menjadi mitra senior dalam koalisi di parlemen sekaligus mengantarkan Erbakan menjadi PM Turki. Kekuasaan RP tidak bertahan lama. Militer menganggap bahwa berkuasanya kelompok Islamis RP di berbagai bidang, termasuk birokrasi dan pendidikan, mengancam demokrasi sekaligus sekularisme di Turki. Hal inilah yang mendorong militer melakukan intervensi untuk menjatuhkan pemerintahan RP yang sedang berkuasa. Tidak hanya menurunkan Erbakan sebagai PM, militer melalui MK juga membubarkan RP karena dianggap menjadi pusat bagi aktivitas anti-sekuler. Dijatuhkannya RP dan Erbakan awal tahun 1998, merosotnya perolehan suara Partai Kebajikan (Fazilet Partisi atau FP) yang menjadi reinkarnasi RP- dalam pemilu 1999, dan dibubarkannya partai tersebut oleh MK tahun 2001, memicu munculnya faksionalisme ke permukaan dalam tubuh Milli Görüş antara generasi tua (Gelenekçiler) yang diketuai oleh Erbakan dan Kutan dengan generasi muda (Yenilikçiler) yang dipelopori oleh Erdoğan dan Gül. Apabila kelompok pertama menentang segala bentuk perubahan apapun dalam partai, kelompok yang terakhir meminta partai memikirkan kembali pendekatannya terhadap beberapa isu yang fundamental, khususnya demokrasi, hak asasi manusia, dan hubungan dengan Barat. 10 Anthony Buffalo dkk. Op Cit., hlm

9 Perbedaan pandangan antara kelompok tua dan kelompok muda tersebut pada akhirnya menimbulkan perpecahan. Di satu sisi, kelompok tua mendirikan Partai Kebahagiaan (Saadet Partisi atau SP) pada Juli 2001 yang secara formal di bawah kepemimpinan Kutan, sementara di sisi lain, kelompok muda segera membentuk partai politik baru yang diberi nama Partai Keadilan dan Pembangunan atau yang dikenal dengan sebutan AKP Faktor-Faktor yang Mendorong Perubahan AKP dari Partai Islamis menjadi Partai Pos-Islamis Keputusan generasi muda keluar dari Milli Görüş dan membentuk AKP menimbulkan tanda tanya bagi masa depan Islamisme di Turki, karena perpecahan di tubuh internal partai Islamis merupakan fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya. Untuk menjawab di balik perpecahan tersebut, peneliti berargumen bahwa hal tersebut didorong oleh tiga faktor utama, yaitu faktor politik, ekonomi, dan militer Partisipasi Politik Dalam tulisan ini, istilah partisipasi politik dalam konteks ini mencakup dua poin. Pertama, struktur negara mengizinkan kelompok Islamis untuk terlibat dalam sistem politik, dalam hal ini adalah pemilu elektoral. Kedua, struktur negara juga memberikan keleluasaan kepada kelompok Islamis untuk mereka untuk berkuasa jika mereka berhasil memenangi pemilu, baik bergabung dengan koalisi maupun menang secara mutlak. Pada gilirannya, hal tersebut akan mendorong kelompok Islamis untuk bertindak pragmatis demi meraup perolehan suara para pemilih. Sejak berdiri pada tahun 2001, Turki berhasil menyelenggarakan pemilu secara bebas dan adil sebanyak tiga kali (2002, 2007, dan 2011) yang mana ketiganya berhasil dimenangkan secara mutlak oleh AKP sehingga partai tersebut mampu membentuk single-majority government tanpa harus membentuk koalisi yang memiliki potensi menciptakan instabilitas pemerintahan. Keputusan AKP untuk mengikuti pemilu juga sebenarnya merupakan langkah penting yang semakin mendorong perubahan AKP ke arah yang lebih moderat. David Ghanim mengatakan,

10 Dengan mempertimbangkan bahwa legitimasi berasal dari rakyat daripada dari Tuhan merupakan langkah besar menuju transformasi politik ke arah yang lebih moderat sekaligus menunjukkan komitmen serius terhadap demokrasi. Mengimplementasikan janji-janji yang telah dikampanyekan dalam pemilu akan menghasilkan keyakinan yang lebih mendalam bahwa rakyat merupakan satu-satunya legitimasi. 11 Sebagian besar pengamat melihat bahwa faktor utama kemenangan AKP sejak berkuasa adalah keberhasilan partai tersebut menampilkan citra sebagai partai yang tidak korup dan mampu menawarkan solusi terhadap permasalahan sosial-ekonomi Turki. Performa AKP yang bagus dalam bidang ekonomi menjadi alasan utama bagi para pemilih untuk memilih partai tersebut. Para elite politik AKP juga tampaknya menyadari bahwa untuk memenangkan pemilu, mereka harus merebut hari rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam sistem demokrasi. Sebelum berdirinya AKP, salah satu elite politik AKP, Beşir Atalay yang dikenal dekat dengan Gül- mendirikan lembaga think tank dan penelitian sosial, yang disebut dengan ANAR (Pusat Penelitian Sosial Ankara) yang secara rutin melakukan survey untuk mengetahui perkembangan sosial politik dalam masyarakat sekaligus mengetahui tuntutan mereka. Gül diketahui sering berkunjung ke ANAR sebelum mendirikan AKP. Survey ilmiah inilah yang membantu para generasi muda dalam tubuh RP untuk mengembangkan platform dan program partai yang lebih membumi dan realistis bagi AKP. Pengalaman Erdoğan sebagai walikota Istanbul juga ikut berkontribusi terhadap perubahan pandangan para elite AKP dari yang awalnya pelopor Islamis menjadi politisi pragmatis, yang mana pelayanan publik jauh lebih diutamakan daripada ideologi. Para pemilih lebih menginginkan perbaikan jalan dan selokan serta tata kelola sampah yang baik daripada janji-janji utopis untuk mengubah masyarakat. 12 Selain itu, partisipasi politik juga membuat berbagai kelompok Islamis radikal menjadi tidak populer di kalangan rakyat Turki. Baru satu tahun AKP berkuasa, tepatnya pada bulan November 2003, bom bunuh diri meledak dua kali di Istanbul yang menyebabkan hilangnya puluhan nyawa dan ratusan luka-luka. Menanggapi peristiwa tersebut, Erdoğan meminta rakyat Turki untuk melawan terorisme, Ini adalah perang antara keadilan dan 11 David Ghanim. Turkish Democracy and Political Islam Middle East Policy Vol. 16, No. 1, 2009, hlm İhsan Yılmaz. Muslim Democrats in Turkey: Participatory Politics as Catalyst Insight Turkey Vol. 11, No. 2, 2009, hlm

11 kekejaman, baik dan buruk, kebenaran dan kepalsuan. 13 Hal ini menegaskan bahwa AKP menentang aksi-aksi anti-sistem yang dilakukan oleh kelompok Islamis radikal karena secara tidak langsung juga, tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Islamis radikal ikut merugikan citra mereka yang terlibat dalam sistem dan memakai cara damai. Selama ini ada kesalahan mendasar di antara para ilmuwan sosial yang mengatakan bahwa ketiadaan budaya politik demokratis dalam Islam menjadi hambatan utama perkembangan demokrasi di negara-negara Muslim. Dengan kata lain, kelompok Islamis dianggap sebagai ancaman serius apabila diizinkan untuk berpartisipasi dalam pemilu apalagi berhasil memperoleh kekuasaan negara. Terkait hal tersebut, diktum populer yang sering dilontarkan adalah one person, one vote, one time. 14 Dalam konteks Turki, para pengamat Barat menilai bahwa kelompok Islamis merupakan ancaman terhadap demokrasi yang diperjuangkan oleh kelompok sekuler sehingga mereka cenderung berempati terhadap militer yang melakukan kudeta yang dianggap untuk menjaga kokohnya sekularisme dan demokrasi Kebijakan Ekonomi Partisipasi politik memang berhasil mengantarkan kelompok Islam di Turki ke dalam lingkaran pusat kekuasaan yang sebelum tahun 1950, kekuasaan selalu dimonopoli oleh para elite Kemalis. Sementara itu kelompok Islam masih termarjinalkan secara ekonomi. Turgut Özal adalah pemimpin Turki (menjadi PM dan menjadi presiden ) yang mengubah arah ekonomi Turki dari ekonomi terpusat dan terencana (étatisme) menuju ekonomi pasar (neo-liberal). Kebijakan ekonominya tersebut dinilai telah menciptakan sebuah ruang alternatif yang dimanfaatkan oleh kelompok Islam untuk mengakumulasi modal sebagai basis penting untuk menantang dominasi ekonomi kelompok sekuler. 13 Dikutip dalam Majalah TEMPO, 1 Desember Marina Ottaway dan Thomas Carothers. Middle East Democracy Foreign Policy Vol.145, 2004, hlm. 26. Diktum ini juga dijadikan justifikasi oleh rezim di negara-negara Muslim untuk melarang kelompok Islam untuk berpartisipasi dalam sistem politik. Ikhwanul Muslimin di Mesir misalnya, dianggap sebagai partai ilegal sejak tahun 1950-an hingga jatuhnya rezim Husni Mubarok. Rezim Al-Asad di Suriah hanya mengizinkan kandidat dari partai Baath dan melarang Ikhwanul Muslimin untuk mengikuti pemilu sejak kudeta Hafez Al-Asad tahun Di Tunisia, partai Annahda dilarang oleh rezim Zainal Abidin Ben-Ali. Sementara negara-negara seperti Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab tidak menyelenggarakan pemilu nasional.

12 Kebijakan ekonomi pra-1980 yang ditandai dengan kebijakan ekonomi étatisme pada kenyataannya hanya menguntungkan segelintir orang yang dekat dengan lingkaran pusat kekuasaan. Disinilah peran krusial kebijakan ekonomi neo-liberal Özal yang berhasil menciptakan ruang alternatif yang berhasil dimanfaatkan oleh kelompok Islam, yang selama ini tereksklusi oleh rezim Kemalis. Dengan kata lain, terlepas dari pro-kontra mengenai kebijakan ekonomi yang diambil oleh Özal, kebijakan tersebut menciptakan kelas borjuasi Muslim baru. Kebijakan ekonomi neo-liberal Özal tersebut didukung oleh para borjuasi berskala kecil di berbagai provinsi dan petty bourgeoisie di kota-kota besar. Para petty bourgeoisie ini terdiri dari para pedagang keliling, pedagang tetap, konstruktor kecil, pemilik restoran, industrialis kecil, pemilik pabrik tekstil, dan pemilik pabrik pengolah makanan. Sektor ekonomi ini tidak menginginkan intervensi negara di bidang ekonomi; hal ini menjadi alasan mengapa mereka mendukung liberalisasi ekonomi. Selain itu, mereka juga menggunakan simbol dan etika Islam yang berguna sebagai senjata untuk menggerakkan opini publik melawan regulasi negara dalam bidang ekonomi dan untuk melawan para industrialis sekuler yang selama ini menikmati patronase dari negara. 15 Kenyataannya, kebijakan ekonomi neo-liberal Özal tersebut tidak hanya mendorong turunnya popularitas kelompok Islamisme radikal, tetapi juga membangkitkan sekaligus mengubah kelompok Islamis di Turki. 16 Gerakan-gerakan Islam, seperti Naqshbandi dan Nurcu, juga ikut bertransformasi dan memberikan justifikasi teologis bagi mereka untuk bergerak di bidang ekonomi. Beribadah kepada Tuhan, kini tidak hanya bisa dilakukan di masjid, akan tetapi juga bisa dilakukan di bidang ekonomi. Pemimpin Naqshbandi, Syeikh Zaid Kotku misalnya, mendorong para pengikutnya untuk terlibat dalam aktivitas perdagangan daripada mencari kerja menjadi pegawai negeri sipil Hakan Yavuz. Islamic Political Identity in Turkey, New York: Oxford University Press, 2003, hlm Hakan Yavuz. Secularism and Muslim Democracy in Turkey New York: Cambridge University Press, 2009, hlm Hakan Yavuz. Islamic Political Identity in Turkey, hlm. 142.

13 Kebijakan ekonomi tersebut berhasil mengubah sebagian kelompok borjuasi Muslim yang pada awalnya hanya pengusaha kecil dan menengah menjadi pengusaha yang berhasil mendirikan perusahaan induk dan berafiliasi dengan gerakan Islam seperti Nurcu dan Naqshbandi. Para perusahaan induk yang memiliki keterikatan dengan dua gerakan Islam tersebut berhasil menembus pasar global dan berinvestasi di Bulgaria, Rumania, Albania, Bosnia, Rusia, dan negara-negara republik Muslim bekas Uni Soviet, negara-negara Timur Tengah, Jerman, dan AS. Server Holding, yang memiliki 38 anak perusahaan yang beroperasi di berbagai sektor ekonomi, memiliki hubungan langsung dengan Naqshbandi. Sementara perusahaan induk lainnya, İhlas Holding memiliki hubungan dengan komunitas Isikçilar, salah satu cabang dari Naqshbandi, yang bergerak di berbagai sektor ekonomi, seperti media, industri otomotif, pemasaran dan keuangan, asuransi, barang elektronik, makanan, dan sebagainya. Salah satu wadah bagi kelompok borjuasi Muslim, MÜSİAD sendiri memiliki hubungan yang dekat dengan Milli Görüş, termasuk RP. Tidak hanya menjadi konstituen setia RP, kelompok borjuasi Muslim tersebut juga menjadi basis keuangan bagi RP. Kepentingan MÜSİAD dan RP juga selaras dengan sikapnya yang sama-sama anti-barat dan anti-uni Eropa. MÜSİAD lebih memilih menjalin kerjasama dengan negara-negara Timur Tengah dan negara-negara Muslim lainnya di Asia. Hal ini senada dengan kebijakan luar negeri RP yang condong kepada negara-negara Muslim. Akan tetapi, ketika terjadi perpecahan internal dalam tubuh Milli Görüş, MÜSİAD lebih memberikan dukungan politik dan finansial kepada generasi muda. Al-Bayrak Holding, salah satu anggota MÜSİAD yang mendukung kelompok Erdoğan misalnya, melalui media yang dimilikinya, Yeni Safak, melakukan propaganda sebelum dan sesudah kongres berlangsung. Sebagai reaksi terhadap dukungan MÜSİAD kepada kelompok moderat, Erbakan membentuk asosiasi bisnis alternatif dari MÜSİAD yang diberi nama ASKON (Anadolu Aslanlari İşadamları Derneği), meskipun tidak terlalu membuat para borjuasi Muslim tertarik untuk bergabung. Begitu juga pasca FP dibubarkan oleh MK pada bulan Juni 2001 yang mana dukungan kelompok borjuasi Muslim terus berlanjut. Sebanyak 28 dari total 31 borjuasi dalam tubuh FP memilih bergabung dengan kelompok moderat

14 dibanding tetap berada dengan kelompok tradisionalis. Saat AKP dibentuk pada Agustus 2001, beberapa anggota MÜSİAD juga ikut bergabung dan membantu pendirian kantor cabang AKP di Anatolia. Dalam pemilu 2002, banyak dari anggota MÜSİAD yang mengikuti proses pemilihan anggota parlemen melalui AKP dan 20 diantaranya berhasil menjadi anggota parlemen Kudeta Militer Di samping faktor politik dan ekonomi, faktor yang ikut mendorong proses transformasi orientasi dan ideologi lahirnya AKP adalah sebuah peristiwa yang dalam sejarah Turki dikenal dengan istilah Proses 28 Februari. Peristiwa tersebut berawal dari kemenangan RP dalam pemilu Beberapa hari sebelum pemilu 1995 sebenarnya panglima militer, jenderal Hakki Karadayı mengingatkan bahwa, militer memiliki tanggung jawab terbesar terhadap keutuhan republik Turki yang demokratis dan sekuler. Ia menekankan bahwa karakter negara Turki adalah kontemporer, demokratis, modern, dan sekuler. Hal ini secara jelas dapat dipahami sebagai peringatan bahwa militer akan turun tangan jika ada salah satu partai yang berusaha untuk membelokkan jalur sekuler dalam penyelenggaraan pemerintahan. 19 Tahun 1997 menjadi momen dimana militer berhasil melakukan kudeta untuk keempat kalinya sejak republik didirikan tahun Peristiwa yang dikenal dengan sebutan Proses 28 Februari menunjukkan bagaimana militer melakukan kudeta tanpa mengepung istana kepresidenan atau perdana menteri, ataupun mengerahkan tank-tank. Setidaknya, secara garis besar ada dua alasan kekhawatiran militer sehingga mendorong mereka untuk menjatuhkan RP. Pertama, secara politik, kemenangan RP pada pemilu lokal 1994 dan pemilu nasional 1995 membuat kelompok Islamis berhasil mengisi jabatanjabatan strategis, baik jabatan politik maupun publik. Dalam pemilu lokal 1994, RP berhasil mengontrol lebih dari 200 kotamadya, termasuk Ankara dan Istanbul. Sementara sebagai mitra senior dalam koalisi, meskipun DYP memegang posisi-posisi penting dan sensitif dalam kabinet untuk mengurangi ketegangan dengan militer, seperti menteri Pertahanan, 18 Sebnem Gumuscu. Class, Status, and Party: The Changing Face of Political Islam in Turkey and Egypt Comparative Political Studies Vol. 43, No. 7, 2010, hlm Jenny B. White. Pragmatist or Ideologues? Turkey s Welfare Party in Power Current History Vol. 96, No. 606, 1997, hlm. 30.

15 menteri luar negeri, dan posisi-posisi lain yang berhubungan dengan masalah keamanan internal dan eksternal, RP tetap memperoleh jabatan PM (Erbakan) untuk dua tahun pertama pemerintahan sebelum digantikan oleh Çiller, menteri keuangan, menteri pertanian, menteri pekerjaan umum, dan lain-lain. Hal tersebut berpengaruh pada semakin menguatnya penetrasi kelompok Islamis ke dalam struktur birokrasi. Sebagai contoh, RP aktif memindahkan para hakim yang berorientasi sekuler untuk mengisi posisi jabatan di perdesaan-perdesaan dan menggantinya dengan para hakim Islamis. Mereka juga memberikan para pegawai sipil non-islamis pekerjaan yang membosankan, bahkan terkadang pekerjaan yang tidak masuk akal, sebagai upaya untuk mendorong mereka pensiun lebih awal sehingga posisi mereka bisa diisi oleh Islamis. 20 Kedua, secara ekonomi. Kebijakan ekonomi neo-liberal Özal pada tahun 1980-an yang melahirkan kelompok borjuasi Muslim menjadi kekuatan tersendiri bagi kelompok Islam. Munculnya kelompok tersebut menciptakan sebuah pola konsumsi baru dalam masyarakat Turki yang didukung dengan kekuatan media yang dimiliki oleh kelompok Islam. Redefinisi pola konsumsi tersebut dilakukan untuk menegaskan posisi mereka dengan kelompok sekuler sehingga pembelahan antara identitas Islam dan sekuler sangat terlihat dalam kehidupan sehari-hari di ruang publik. Para pengikut komunitas İskanderpaşa misalnya, secara rutin mendiskusikan berbagai masalah sosial dan agama di hotel-hotel berbintang lima. Bahkan, mereka juga memiliki pusat perbelanjaan khusus yang diperuntukkan untuk kalangan mereka sendiri. Tidak hanya terbatas pada membeli barangbarang, pola konsumsi tersebut juga meliputi kebiasaan menonton stasiun televisi, pilihan mereka untuk menyekolahkan anak, atau dalam konteks yang lebih besar, pilihan gaya hidup Islamis. Pembentukan AKP sendiri tidak bisa dilepaskan dari Proses 28 Februari. Hal ini diakui oleh sebagian besar pengamat yang memiliki spesialisasi politik Turki. İlter Turan misalnya, mengatakan bahwa telah terjadi reorientasi dan transformasi dalam tubuh partai Islam akibat peristiwa tersebut dan menyebut AKP muncul sebagai warisan paling penting yang tidak diharapkan dari kudeta tersebut. Kolumnis Hürriyet, Ahmet Hakan bahkan 20 Jenny B. White. Pragmatist or Ideologues? Turkey s Welfare Party in Power, hlm. 29.

16 mengatakan bahwa Erdoğan tidak akan menjadi PM ataupun AKP tidak akan memenangi pemilu 2002 tanpa adanya Proses 28 Februari. Hal ini juga diakui oleh Gül sendiri yang mengatakan, Kami semua telah berubah dan belajar banyak hal. Kami mendapat pengalaman baru. Beberapa dari kawan kami dipenjara dan kemudian dibebaskan. Beberapa dari kami mengambil posisi yang amat sensitif dengan negara. Kami berusaha sepenuhnya mengambil pelajaran yang baik dari pengalaman tersebut. 21 Ketika AKP berkuasa, militer masih memainkan peran penting dalam politik. Hal ini tidak terlepas dari masih eksisnya MGK dalam parlemen. Selain Proses 28 Februari, dua peristiwa penting lainnya yang berdampak secara langsung terhadap AKP adalah peristiwa pada bulan Maret-April 2007 yang berujung pada e-memorandum militer dan peristiwa upaya pembubaran AKP lewat MK pada tahun Meski peristiwa tersebut memiliki persoalan terpisah, kedua peristiwa tersebut sebenarnya memiliki kaitan satu sama lain. Kedua peristiwa tersebut juga menjadi bukti bahwa militer memiliki metode tersendiri untuk menegaskan posisinya dalam politik Turki Perubahan Ideologi AKP Keputusan kelompok muda dalam tubuh Milli Görüş untuk mendirikan AKP tidak hanya mengundang perdebatan antara kelompok Islamis dengan kelompok sekuler, tetapi juga terjadi perdebatan di lingkaran kelompok Islamis sendiri. Di satu sisi, di kalangan kelompok sekuler yakin bahwa para politisi AKP mengusung agenda tersembunyi dan meragukan perubahan dan diskursus ideologi yang mereka bawa. Di sisi lain, kalangan kelompok Islamis, khususnya mereka yang menjadi simpatisan Milli Görüş, menuduh para elite politik AKP sebagai pengkhianat dakwah sekaligus memandang klaim perubahan mereka menjadi partai moderat sebagai ketundukan terhadap kelompok sekuler. Sebagai sebuah partai baru yang memisahkan diri secara struktural dan ideologi dengan pendahulunya, AKP membutuhkan identitas baru sebagai legitimasi politiknya. Dalam hal ini, AKP menyebut dirinya sebagai partai konservatif-demokrat dan membantah bila partainya disebut sebagai partai Islam atau partai religius. Sebenarnya, esensi dari identitas 21 Dikutip dalam Hakan Yavuz. Secularism and Muslim Democracy in Turkey, hlm. 68

17 baru AKP tersebut merupakan sebuah pencarian identitas tidak hanya dalam sejarah politik Barat (konservatisme) 22, tetapi juga sejarah politik Turki. Erdoğan sendiri membantah bahwa dirinya merupakan penerus Erbakan dan malah mengidentifikasikan diri dengan para pemimpin politik partai tengah-kanan seperti Menderes dan Özal. Untuk melihat wujud perubahan tersebut bisa dilihat dari pandangan AKP terhadap tiga isu utama, yaitu Islam, sekularisme, dan demokrasi. Pertama, Islam. Seperti yang pernah diutarakan oleh salah satu penasihat Erdoğan, Akdoğan, AKP melihat Islam sebagai sebuah entitas sosial dan bagian dari sebuah tradisi daripada melihatnya sebagai sebuah pendekatan ideologi. Secara individu, para politisi AKP adalah muslim yang agamis, akan tetapi, mereka menolak menjadikannya sebagai asas politik ataupun suatu sistem totalitas yang diterapkan di tingkat negara. Suatu hal yang bertolak belakang dengan Milli Görüş. Kedua, sekularisme. Berbeda dengan partai-partai Milli Görüş, AKP secara eksplisit mendukung sekularisme sebagai prasyarat bagi demokrasi. Akan tetapi, AKP melakukan reinterpretasi terhadap makna sekularisme yang dipahami oleh kelompok sekuler. Pemahaman AKP terhadap sekularisme mengandung arti bahwa (1) negara harus bersifat netral dan menjaga jarak terhadap seluruh agama maupun pemeluknya dan (2) negara juga harus memberikan perlindungan yang setara terhadap semua agama maupun pemeluknya. Pemahaman tersebut bertolak belakang dengan pemahaman kelompok sekuler tentang sekularisme yaitu (1) menghapus segala bentuk ekspresi keberagamaan dalam ruang publik (privatisasi agama) dan (2) kontrol penuh negara terhadap agama. Singkatnya, para elite politik AKP menafsirkan sekularisme sebagai freedom of religion sementara para elite CHP dan militer memahami sekularisme sebagai freedom from religion. Oleh karena itu, pergulatan politik antara kelompok Islam dan kelompok sekuler di Turki bukan pergulatan antara ideologi Islam dan sekularisme, melainkan pergulatan antar penafsiran sekularisme di antara kedua kelompok tersebut. 22 Mengenai definisi konservatisme lihat Samuel Huntington. Conservatism as an Ideology The American Political Science Review Vol. 51, No. 2, 1957, hlm

18 Ketiga, demokrasi. Seiring dengan perubahan orientasi terhadap Barat yang menjadi identitas baru bagi partai, AKP menjadikan nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan sebagai diskursus partai. AKP sendiri sama sekali tidak mempertentangkan antara Islam dan demokrasi. Dalam sebuah pidato di AS, Erdoğan mengatakan, Beberapa pakar Timur Tengah bersepakat bahwa negara-negara Timur Tengah tidak dapat didemokratisasi. Menurut pandangan ini, demokrasi merupakan produk Barat dan ia tidak dapat diaplikasikan di Timur Tengah yang berlatar belakang budaya, agama, sosiologi, dan sejarah yang sangat berbeda. Demikian pula, (pandangan ini) berpendapat bahwa budaya Islam tidak kompatibel dengan demokrasi Tetapi yang terpenting, saya tidak menyetujui bahwa budaya Islam dan demokrasi tidak dapat direkonsiliasi 23 (penekanan ditambahkan) Dukungan AKP terhadap demokrasi sendiri tidak terlepas dari upaya mereka untuk mengintegrasikan Turki ke dalam Uni Eropa. Dengan motif untuk memperluas kebebasan beragama sekaligus menjaga kelangsungan hidup partai, usaha AKP mengintegrasikan Turki ke dalam Uni Eropa, mengikis kemungkinan berdirinya rezim Islam karena kriteria Kopenhagen sebagai syarat masuk Uni Eropa, mensyaratkan demokrasi politik dan ekonomi sebagai sistem kenegaraan. 5. Kesimpulan Keberhasilan AKP merebut kekuasaan sejak tahun 2002 menimbulkan perdebatan tentang masa depan demokrasi di negara tersebut. Diskursus mengenai Islam dan demokrasi sendiri yang diwakili oleh para pengamat seperti Bernard Lewis dan Samuel Huntington, menegaskan ketidakcocokan antara Islam dan demokrasi. Terlebih lagi, kasus AKP di Turki dapat menjadi contoh untuk melihat pergulatan antara Islam dan demokrasi dimana di satu sisi, kelompok Islam berhasil memperoleh kekuasaan, akan tetapi di sisi lain, negara tersebut merupakan salah satu negara yang mengklaim dirinya sebagai negara demokratis sekaligus sekuler yang mana militer memainkan peran penting dalam menjaga eksistensi republik Turki. Perubahan AKP dari partai politik Islamis menjadi partai politik pos-islamis didorong oleh kepentingan material atau strategis yang dilatarbelakangi oleh tiga faktor. Pertama, faktor 23 R.T. Erdoğan: Democracy in the Middle East, Pluralism in Europe Harvard University, Kennedy School of Government, Massachusetts, 30 Januari 2003.

19 politik. Perubahan AKP tidak terlepas dari pemberlakuan sistem multi-partai pertama kali pada tahun 1945 yang mana negara memberikan peluang kepada semua kelompok, termasuk kelompok Islam, untuk terlibat dalam sistem politik. Tidak hanya mengizinkan kelompok Islam untuk terlibat dalam sistem politik, negara juga memberikan keleluasaan kepada kelompok Islam untuk berkuasa apabila memenangi pemilu. Kedua, faktor ekonomi. Selain faktor politik, faktor ekonomi juga ikut memengaruhi perubahan AKP. Dalam hal ini, kebijakan ekonomi neo-liberal yang. diterapkan oleh Turgut Özal pada tahun 1980-an memainkan peranan penting terhadap mobilisasi kelompok Islam di bidang ekonomi. Kebijakan Özal tersebut berhasil melahirkan kelompok borjuasi Muslim yang relatif independen dari negara, yang membuat kelompok Islam semakin mendukung sistem demokrasi dan ekonomi pasar bebas. Ketiga, faktor militer. Faktor terakhir yang ikut mendorong perubahan AKP adalah keberadaan militer. Dalam hal ini, Proses 28 Februari yang terjadi pada tahun 1997 yang menjatuhkan Erbakan dan RP menjadi pelajaran berharga bagi para elite politik AKP yang sebagian besar pada saat itu masih menjadi kader RP. Sementara perubahan AKP tersebut setidaknya dapat dianalisis terhadap pandangan AKP terhadap berbagai isu fundamental yang menyangkut masalah Islam, sekularisme, dan demokrasi. Pertama, Islam. Meskipun AKP masih memandang Islam sebagai institusi penting bagi manusia, mereka menolak menjadikan Islam sebagai alat ataupun cita-cita politik mereka. Hal ini bertolak belakang dengan RP yang menempatkan Islam sebagai prioritas utama. Para elite politik AKP sendiri menolak menjadikan Islam sebuah proyek politik, seperti pandangan kelompok Islamis pada umumnya. Ketika berkuasa, AKP memang lebih banyak mencurahkan perhatian kepada persoalan-persoalan non-religius dibanding persoalan religius. Pengalaman Erdoğan ketika menjadi walikota Istanbul memberikan pelajaran berharga bahwa rakyat menginginkan hizmet (pelayanan), bukan ideologi atau ide besar. Kedua, sekularisme. Bertolak belakang dengan Milli Görüş, AKP secara terang-terangan mendukung sekularisme, akan tetapi dengan penafsiran yang berbeda dengan kelompok

20 sekuler. Bertolak belakang dengan kelompok sekuler yang memahami sekularisme a la Jacobin yang menolak segala bentuk manifestasi agama dalam ruang-ruang publik, AKP menafsirkan sekularisme a la Anglo-Saxon yang memiliki dua ciri utama, (1) negara harus bersifat netral dan menjaga jarak terhadap seluruh agama maupun pemeluknya, dan (2) negara juga harus memberikan perlindungan yang setara terhadap semua agama maupun pemeluknya. Ketiga, demokrasi. Pandangan para elite politik AKP terhadap demokrasi menjadi salah satu bentuk perubahan AKP, yang mana mereka membantah argumen ketidakcocokan antara Islam dan demokrasi. Hal ini dibuktikan dengan berbagai platform kampanye AKP setiap pemilu yang menegaskan pentingnya kebebasan, demokrasi, dan hak asasi manusia. Kepustakaan Bubalo, Anthony, dkk. PKS dan Kembarannya: Bergiat Jadi Demokrat di Indonesia, Mesir, dan Turki. Terj. Syamsul Rijal. Jakarta: Komunitas Bambu, Terj. Zealous Democrats: Islamism and Democracy in Egypt, Indonesia, and Turkey, Erdoğan, R.T. Democracy in the Middle East, Pluralism in Europe Harvard University, Kennedy School of Government, Massachusetts, 30 Januari Ghanim, David. Turkish Democracy and Political Islam Middle East Policy Vol. 16, No. 1, 2009 Gumuscu, Sebnem. Class, Status, and Party: The Changing Face of Political Islam in Turkey and Egypt Comparative Political Studies Vol. 43, No. 7, Lauzière, Henri. Post-Islamism and the Religious Discourse of Abd Al-Salam Yasin International Journal of Middle East Studies Vol. 37, Nasr, Vali. The Rise of 'Muslim Democracy Journal of Democracy Vol. 16, No. 2, 2005 White, Jenny B. Pragmatist or Ideologues? Turkey s Welfare Party in Power Current History Vol. 96, No. 606, Yavuz, M. Hakan. Islamic Political Identity in Turkey. New York: Oxford University Press, Secularism and Muslim Democracy in Turkey. New York: Cambridge University Press, 2009.

SEKULARISME, ISLAM DAN DEMOKRASI DI TURKI

SEKULARISME, ISLAM DAN DEMOKRASI DI TURKI , Edisi 003, Oktober 2011 i g i t a l l i m e m o k r a t i s m o k r a t i s. c o m SEKULARISME, ISLAM AN EMOKRASI I TURKI Ihsan Ali-Fauzi 1 Informasi Buku: Hakan Yavuz, Secularism and Muslim emocracy

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

RESENSI BUKU KELUAR DARI ORTODOKSI KAJIAN ISLAM POLITIK: KOMPARASI MESIR, TURKI, DAN INDONESIA

RESENSI BUKU KELUAR DARI ORTODOKSI KAJIAN ISLAM POLITIK: KOMPARASI MESIR, TURKI, DAN INDONESIA RESENSI BUKU KELUAR DARI ORTODOKSI KAJIAN ISLAM POLITIK: KOMPARASI MESIR, TURKI, DAN INDONESIA Bayu Mitra Adhyatma Kusuma Institute of Southeast Asian Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta bayumitraa.kusuma@yahoo.com

Lebih terperinci

TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY

TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY i t a i g k a a n D Ziya Onis Terkatung-katungnya Nasib Turki di Eropa Review Paper oleh Ihsan Ali-Fauzi 1 Edisi 048,

Lebih terperinci

Post-Western world dan respon Turki

Post-Western world dan respon Turki Post-Western world dan respon Turki Oleh: Agung Nurwijoyo* It is as if a prevailing wind, which powered all the ships at sea, had suddenly ceased to blow. Now, various scattered enemies of those Western

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pertanyaan penelitian pada Bab I penelitian ini dan dihubungkan dengan kerangka pemikiran yang ada, maka kesimpulan yang diambil dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III ERDOGAN DAN HUBUNGAN TURKI AMERIKA SERIKAT

BAB III ERDOGAN DAN HUBUNGAN TURKI AMERIKA SERIKAT BAB III ERDOGAN DAN HUBUNGAN TURKI AMERIKA SERIKAT Pada bab sebelumnya, telah di jelaskan secara garis besar mengenai kerjasama antara Turki dan Amerika Serikat, kemudian pada bab ini membahas lebih dalam

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan: Atika Puspita Marzaman Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa HEPTAcentrum Press Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa Oleh: Atika Puspita Marzaman Copyright 2011 by Atika Puspita

Lebih terperinci

BAB II. Perubahan Politik dan Ekonomi Turki Sejak Pemerintahan Profil Adalet ve. Kalkinma Partisi AKP

BAB II. Perubahan Politik dan Ekonomi Turki Sejak Pemerintahan Profil Adalet ve. Kalkinma Partisi AKP BAB II Perubahan Politik dan Ekonomi Turki Sejak Pemerintahan Profil Adalet ve Kalkinma Partisi AKP A. Profil Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP) Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP) merupakan hasil bentukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab yang terakhir ini akan dibahas kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Terdapat beberapa kesimpulan yang didapatkan penulis merupakan jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap BAB V KESIMPULAN Pada Pemilihan di Yunani lalu, kampanye formal berlangsung pendek dan dimulai pada awal Januari, yang dilakukan segera setelah dua pihak berkuasa gagal memiliki kandidat untuk upacara

Lebih terperinci

TWO VISIONS OF REFORMATION

TWO VISIONS OF REFORMATION l Edisi 024, Oktober 2011 TWO VISIONS OF REFORMATION P r o j e c t i t a i g k a a n D Robin Wright Dua Visi Reformasi Islam Review Paper oleh Hamid Basyaib 1 Edisi 024, Oktober 2011 Sumber Artikel: Two

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Faktor yang mempengaruhi perolehan suara PKS Klaten pada Pemilu 1999,

BAB V PENUTUP. 1. Faktor yang mempengaruhi perolehan suara PKS Klaten pada Pemilu 1999, 122 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor yang mempengaruhi perolehan suara PKS Klaten pada Pemilu 1999, 2004 dan 2009 pada umumnya ada dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

Oleh: Abdi Kurnia Djohan, SH.MH, Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan Ketua Lembaga Dakwah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta

Oleh: Abdi Kurnia Djohan, SH.MH, Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan Ketua Lembaga Dakwah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Oleh: Abdi Kurnia Djohan, SH.MH, Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan Ketua Lembaga Dakwah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Pembicaraan tentang rezim-rezim politik di negara-negara Muslim tidak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

CHAPTER I INTRODUKSI PENDULUM THE SICK MAN

CHAPTER I INTRODUKSI PENDULUM THE SICK MAN CHAPTER I INTRODUKSI PENDULUM THE SICK MAN SEJAK kekhalifahan Usmaniah runtuh, Turki seperti seorang pemuda yang jatuh bangun, tergopoh-gopoh mencari jati dirinya. Ideologi dan garis-politik sekuler yang

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama BAB V Kesimpulan Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara secara bilateral, seperti perjanjian perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap BAB V KESIMPULAN BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap pembahasan yang ada di dalam karya tulis (skripsi) ini. Kesimpulan tersebut merupakan ringkasan dari isi perbab yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rosmiati Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rosmiati Lubis, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Turki di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Pasha merupakan negara yang terkenal dengan sekularisasinya atau usaha-usaha untuk meniru ke negara-negara Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. pembuatan kebijakan serta pengaplikasiannya dari awal hingga akhir masa

BAB VI PENUTUP. pembuatan kebijakan serta pengaplikasiannya dari awal hingga akhir masa BAB VI PENUTUP Mengangkat kebijakan ekonomi Ronald Reagan dalam proses pemikiran pembuatan kebijakan serta pengaplikasiannya dari awal hingga akhir masa kepemimpinannya sebagai presiden. Reagan demikian

Lebih terperinci

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira Modul ke: Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun 2002 Josiane Cotrim-Macieira Fakultas PASCASARJANA ZULHEFI 55215120049 Program Studi Magister www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi penguatan gerakan dalam hal menebar

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi BAB IV PENUTUP 4.1.Kesimpulan Menjadi pemain baru dalam pemilu di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Semua hal mulai dari syarat untuk menjadi partai, syarat lolos verifikasi untuk menjadi peserta pemilu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama. BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik

Lebih terperinci

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH i t a i g k a a n D Sulfikar Amir Edisi 048, Februari 2012 1 Edisi 048, Februari 2012 Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah Tulisan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. wujud dari prinsip kedaulatan rakyat, dalam sistem penyelenggaraan negara yang

BAB I. PENDAHULUAN. wujud dari prinsip kedaulatan rakyat, dalam sistem penyelenggaraan negara yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penyelenggaraan kekuasaan negara yang dipandang paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern dewasa ini adalah sistem demokrasi. Sebagai wujud dari prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap upaya untuk menghadirkan ajaran Islam bagi perbaikan kualitas kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan diwaspadai.

Lebih terperinci

Muhammadiyah dan Budaya Politik Indonesia Berkemajuan

Muhammadiyah dan Budaya Politik Indonesia Berkemajuan Muhammadiyah dan Budaya Politik Indonesia Berkemajuan Prof. Dr. Bambang Cipto, MA Pengertian Budaya Politik Tiga jenis budaya politik: parokial, subjek, partisipan. Parokial: masyarakat cenderung pasif

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan BAB VII KESIMPULAN Kesimpulan Setiap bangsa tentu memiliki apa yang disebut sebagai cita-cita bersama sebagai sebuah bangsa. Indonesia, negara dengan beragam suku, bahasa, agama dan etnis, juga pastinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Silabus 1. Pengertian dan Konsep Partai Politik 2. Fungsi-fungsi partai politik 3. Tipologi partai

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Mubarak. Berdasarkan dengan pandangan bahwa dalam setiap wilayah ditingkat

BAB V PENUTUP. Mubarak. Berdasarkan dengan pandangan bahwa dalam setiap wilayah ditingkat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini telah menjelaskan mengenai perjuangan Ikhwanul Muslimin (IM) dalam proses Counter Hegemony terhadap sekularisme di masa pemerintahan Hosni Mubarak. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

MENGAPA TERORIS MUSLIM SEDIKIT? P r o j e c t. i t a i g. D k a a n. Rizal Panggabean. Edisi 012, Maret 2012 Review Buku

MENGAPA TERORIS MUSLIM SEDIKIT? P r o j e c t. i t a i g. D k a a n. Rizal Panggabean. Edisi 012, Maret 2012 Review Buku l Edisi 012, Maret 2012, Edisi 012, Maret 2012 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENGAPA TERORIS MUSLIM SEDIKIT? Rizal Panggabean 1 Edisi 012, Maret 2012 Informasi Buku: Charles Kurzman, The Missing Martyrs;

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Survei syariah terbaru yang diselenggarakan SEM Institute menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia (72 persen) menginginkan tegaknya syariah hingga level negara. Ini mengkonfirmasi

Lebih terperinci

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Ciptahadi Nugraha 10/296341/SP/23828 Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Seperti yang kita ketahui, dalam politik pemerintahan Australia terdapat dua partai yang

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK ISLAM Teori dan Praktik di Indonesia

PARTAI POLITIK ISLAM Teori dan Praktik di Indonesia PARTAI POLITIK ISLAM Teori dan Praktik di Indonesia Oleh : Ridho Al-Hamdi Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau

Lebih terperinci

RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI

RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI Radikalisme Agama Dalam Kkajian Sosiologi RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI Ibnu Hibban Judul Buku : Radikalisme Agama di Indonesia Penulis : Dr. Zuly Qodir Penerbit : Pustaka Pelajar Tahun Terbit

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik Pendahuluan Pokok Pokok Temuan Survei Nasional Demos (2007 2008) : Demokrasi masih goyah: kemerosotan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

RECOGNIZING PLURALISM: ISLAM AND LIBERAL DEMOCRACY

RECOGNIZING PLURALISM: ISLAM AND LIBERAL DEMOCRACY Edisi 036, esember 2011 RECOGNIZING PLURALISM: ISLAM AN LIBERAL EMOCRACY Laith Kubba Islam dan emokrasi Liberal Review Paper oleh Ali Munhanif 1 Edisi 036, esember 2011 Sumber Paper: Laith Kubba, Recognizing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  kelompok progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

ISLAM DAN DEMOKRASI : Melihat Pengalaman Negara Turki

ISLAM DAN DEMOKRASI : Melihat Pengalaman Negara Turki ISLAM DAN DEMOKRASI : Melihat Pengalaman Negara Turki Oleh: Dr. M. Hamdan Basyar DISAMPAIKAN PADA: SEMINAR NASIONAL ISLAM DAN DEMOKRASI Pengembangan Model Demokrasi Berketuhanan Yang Maha Esa DISELENGGARAKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya BAB V KESIMPULAN Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya ekonomi yang dimiliki seseorang mampu menempatkannya dalam sebuah struktur politik yang kuat dan penting. Yang secara

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental

Lebih terperinci

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep

Lebih terperinci

POLITIK & SISTEM POLITIK

POLITIK & SISTEM POLITIK POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara

Lebih terperinci

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap kedudukan di pemerintahan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi tahun 1998 merupakan langkah awal sistem demokrasi di indonesia yang membawa pada sistem politk yang sifatnya terbuka. Hal tersebut memungkinkan setiap

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

IDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER. Fundamentalisme, Islamisme, Salafisme, dan Jihadisme

IDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER. Fundamentalisme, Islamisme, Salafisme, dan Jihadisme IDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER Fundamentalisme, Islamisme, Salafisme, dan Jihadisme Pengantar Istilah-istilah yang muncul terkait dengan faham dan gerakan Islam kontemporer kebanyakan dari hasil kajian

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan

Lebih terperinci

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Published: March 2016 ISSN: 2502 8634 Volume 1, Number 6 LSC INSIGHTS The Contemporary Policy Issues in Indonesia DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Nawawi Asmat Department

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III

Sistem Politik Gabriel Almond. Pertemuan III Sistem Politik Gabriel Almond Pertemuan III Teori Fungsionalisme Lahir sebagai kritik terhadap teori evolusi, yang dikembangkan oleh Robert Merton dantalcott Parsons. Teori fungsional memandang masyarakat

Lebih terperinci

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Leif STENBERG Direktur, AKU- Dalam makalah berikut ini, saya akan mengambil perspektif yang sebagiannya dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

POLITICAL REGIMES. Lina Miftahul Jannah

POLITICAL REGIMES. Lina Miftahul Jannah POLITICAL REGIMES Lina Miftahul Jannah Sistem Politik-Birokrasi di Negara Berkembang Birokrasi militer-sipil memegang posisi kunci dalam penentuan kebijakan Elit (tradisional) dalam struktur masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

TEORI POLITIK DAN IDEOLOGI DEMOKRASI

TEORI POLITIK DAN IDEOLOGI DEMOKRASI 9 TEORI POLITIK DAN IDEOLOGI DEMOKRASI Pengantar Setelah memperbicangkan hakekat kekuasaan dan negara, kuliah selanjutnya akan memperdalam beberapa perdebatan yang berkaitan dengan konseo-konsep demokrasi.

Lebih terperinci

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis http://www.sinarharapan.co/news/read/31850/dawam-rahardjo-saya-muslim-dan-saya-pluralis- Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis 03 February 2014 Ruhut Ambarita Politik dibaca: 279 Dawam Rahardjo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

A. Pengertian Pancasila

A. Pengertian Pancasila PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI A. Pengertian Pancasila Istilah nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau kebaikan. Di samping itu juga untuk menunjuk kata kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi

Lebih terperinci

MEMBANGUN TEORI DEMOKRASI ISLAM

MEMBANGUN TEORI DEMOKRASI ISLAM , Edisi 004, Oktober 2011 i g i t a l l i m e m o k r a t i s m o k r a t i s. c o m MEMBANGUN TEORI EMOKRASI ISLAM Khalisotussurur & Ihsan Ali-Fauzi 1 Info : Nader Hashemi, Islam, Secularism and Liberal

Lebih terperinci