Tingkat Pengetahuan mengenai Pemberantasan Pedikulosis, di Pesantren X Jakarta Timur Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tingkat Pengetahuan mengenai Pemberantasan Pedikulosis, di Pesantren X Jakarta Timur Sebelum dan Sesudah Penyuluhan"

Transkripsi

1 Tingkat Pengetahuan mengenai Pemberantasan Pedikulosis, di Pesantren X Jakarta Timur Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Parlindungan A 1, Menaldi SSR 2, Sungkar S 3 1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia 2. Departemen Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM, Jakarta, Indonesia 3. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia aditya.parlindungan01@gmail.com Abstrak Pedikulosis merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak yang tinggal di lingkungan padat dengan tingkat kebersihan yang kurang. Pengetahuan mengenai pedikulosis penting dimiliki masyarakat agar dapat melakukan pemberantasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan mengenai pemberantasan pedikulosis. Penelitian dilaksanakan di pesantren X Jakarta Timur pada tanggal 22 Januari Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-post studymenggunakan kuesioner pemberantasan pedikulosis. Kuesioner diisi oleh responden sebelum dan sesudah penyuluhan untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan responden. Data diuji menggunakan uji marginal homogeneity dengan program SPSS versi Hasil penelitian menunjukkan respondenyang terdiri atas 88(58,3%) orang santri laki-laki dan 63(41,7%) santri perempuan,santri tsanawiyah (50,3%) dan aliyah (49,7%) yang berada dalam rentang umur tahun. Sebelum penyuluhan,terdapat 70 responden (46,7%) yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan 81 responden (53,3%) rendah. Setelah penyuluhan, terdapat 88 responden (58,3%) yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan 63 (41,7%) rendah. Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,01) pada tingkat penyuluhan sebelum dan sesudah penyuluhan. Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai pemberantasanpedikulosis. Knowledge Rate of Pediculosis Eradication Before and After Health Promotion on Pesantren X, East Jakarta Abstract. Pediculosis is a disease that commonly infest childrens that live in crowded and poorly hygiened environment. Knowledge about pediculosis is an important factor to combat this disease. This study aims to identify the effectiveness of health promotion inpromotingknowledge about pediculosis eradication. The experiment was conducted on islamic boarding school (pesantren) X in East Jakarta, January 22, The method used in this study is pre-post study, using questionnaires of pediculosiseradication. Respondents aswered the questionnaires before and after the health promotion held to assess the knowledge level. Data were tested using the marginal homogeneity test with SPSS version Demographic data showed respondents consisted of 88 (58.3%) male students and 63 (41.7%) female students, distributed on junior high (50.3%) and senior high (49.7%) within the age range of years. Before the health promotion held, there were 70 respondents (46.7%) with moderate knowledge rate and 81 respondents (53.3%) with lower knowledge rate. After the health promotion held, there were 88 respondents (58.3%) having moderate knowledge rate and 63 (41.7%) lower knowledge rate. Marginal homogeneity test showed significant differences (p<0.01).it was concluded that health promotion is effective on improving students s knowledge rate on pediculosis eradication. Keywords: Eradication; Health Promotion; Knowledge; Pediculosis; Santri `

2 Pendahuluan Pedikulosis merupakan infestasi tuma kepala (Pediculus humanus capitis)pada kulit kepala manusia. Penyakit ini banyak terjadi pada anak-anak yang hidup di lingkungan padat dengan standar kebersihan rendah. Prevalensi pedikulosis di Indonesia masih tercatat tinggi dan banyak ditemukan pada asrama, sekolah dan pesantren. Di Pekanbaru, prevalensi pedikulosis pada murid SD adalah 39,3% dan prevalensi pedikulosis di dua pesantren di Jakarta adalah 40,2% dan 47,5%. 1,2 Pedikulosis kapitis menyebabkan rasa gatal hebat yang membuat penderita pedikulosis terus menggaruk kepalanya.rasa gatal ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari penderita pedikulosis. Selain itu, penggarukan secara intensif dapat menyebabkan krusta hemoragik, ekskoriasi, impetigo sekunder, infeksi bakteri sekunder, serta limfedenopati. 3,4,6,7 Pesantren adalah institusi pendidikan yang ditekankan pada pendidikan Islam. Murid pesantren yang disebut santri tinggal di asrama dengan tingkat hunian yang padat dan kebersihan yang kurang baik yang merupakan faktor risiko untuk terinfestasi pedikulosis. Salah satu pesantren di Jakarta Timur memiliki jumlah santri yang cukup banyak dan padat.selain itu, kebanyakan santri berasal dari golongan sosio-ekonomi dan pendidikan orang tua yang rendah.berbagai kondisi di atas merupakan faktor risiko akan infestasi pedikulosis. Pelaksanaan deteksi, pengobatan, dan penyuluhan pemberantasan pedikulosis perlu diberikan kepada lingkungan berisiko seperti pesantren X. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi metode penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai pemberantasan pedikulosis, beserta karakteristik santri di pesantren X. Tinjauan Teoritis Pedikulosis Pedikulosis disebabkan oleh infestasi kutu pada manusia.terdapat tiga jenis kutu yang menginfestasi manusia dan menyebabkan pedikulosis. Agen penyebab pedikulosis tersebut adalah tuma kepala (P. h. capitis), tungau badan atau pakaian (P. humanus humanus var. corporis), dan Tuma pubis (Phthirus pubis). Meskipun memiliki tempat infestasi yang

3 berbeda, Tuma Kepaladan Tungau Badan merupakan keluarga dalam satu spesiesdenganvarian yang berbeda.berbeda dengan Tuma Kepala dan Tungau Badan, Tuma pubis berbentuk seperti kepiting (crab louse) dan menginfestasi daerah pubis manusia. 3,4 Pediculus humanus var. capitis dan siklus hidupnya P. h. capitis atau tuma kepalamerupakan bagian dari ordo Phthiraptera sub ordo Anoplura bersama dengan tungau kepala dan tuma pubis. Tuma ini menginfestasi kulit kepala manusia.setelah bertelur, tuma betina menempelkan telurnya ke bilah rambut yang dekat dengan kulit kepala. Lokasi ini sesuai memberikan temperatur yang sesuai untuk penginkubasian telur tuma kepala.menempelnya telur ke bilah rambut dengan erat ditunjang oleh sekret berbahan kitin yang tuma kepala betina. Telur Tuma berbentuk oval dengan operkulum pada satu sisinya sebagai tempat keluar nimfa. 3,4 Setelah telur menetas, cangkang yang kosong (nit), menempel dengan kokoh ke rambut dan berwarna putih. Nimfakemudian berkembang menjadi tuma dewasa dalam waktu7-10 hari. Tuma betina memiliki siklus hidup sekitar 40 hari dengan perkembangan ke fase hamil dalam waktu 24 jam dan perkembangan ke masa bertelur dalam waktu hari. Rata-rata telur yang dihasilkan tuma kepala berkisar antara 3-5 telur perharinya. Tuma kepala biasanya tidak dapat bertahan hidup lebih dari 36 jam di luar kepala hospes. 5 Pemberantasan pedikulosis Pelaksanaan pengobatan standar dalam menangani pedikulosis adalah menggunakan Pedikulosida topikal.pedikulosida sendiri merupakan insektisida kimiawi yang memiliki target sistem saraf dari tuma.agen pedikulosida yangefektif untuk memberantas pedikulosis harus dapat memberantas baik tuma kepala maupun telurnya.jenis-jenis dari pedikulosida diantaranya adalah : 4 1. Pyrethrin 3. Malathion 2. Pyrethroids (Permethrin) 4. Gama Benzen Heksaklorida (Gameksan/Lindan

4 Metode Alternatif Metode fisik untuk memberantas pedikulosis mencakup pengambilan langsung tuma dengan tangan, pencukuran rambut anak, serta menyisir basah dengan sisir serit. Walaupun metode fisik seperti mengambil tuma secara langsung dan menyisir dengan serit memakan waktu dan tenaga, berbagai pihak seperti orangtua dan guru berpendapat metode ini cukup mengurangi beban mereka dalam pemberantasan tuma kepala. Pemberantasan tuma menggunakan sisir serit dapat lebih mudah untuk dikerjakan apabila rambut pasien berada dalam kondisi basah dan adanya penggunaan tambahan akan kondisioner, minyak saat rambut hendak diserit. 8 Pencegahan Seluruh anggota keluarga dari rumah tangga yang terjangkiti harus diperiksa, walaupun terdapat beberapa yang mengatakan bahwa semua orang perlu dirawat, ada yang mengatakan bahwa perawatan hanya perlu dilakukan secara individual. Setelah terapi dilakukan seluruh orang harus memakai pakaian yang bersih, serta pakaian dan sprei, sarung bantal, guling dan lain-lain perlu dibersihkan dan dikeringkan serta disetrika. Sisir dan sikat perlu direndam di air panas dan diberikan pedikulosida bila perlu. Lantai, furnitur dan tempat main anak-anak perlu dibersihkan untuk menegakkan no-nit policy. 4 Pesantren Pondok pesantren ataupun yang biasa disebut dengan pesantren, memiliki kata pondok yang berarti asrama, serta bagian kata pesantren yaitu tempat belajar para santri. Santri sendiri merupakan murid yang mendalami pengetahuan mengenai Islam. Pesantren merupakan lembaga yang didirikan untuk mempertahankan nilai-nilai keislaman dan didasari oleh pendidikan Data Umum Pesantren Lokasi penelitian, pesantren X, merupakan institusi pendidikan Islam yang terletak di daerah Jakarta Timur. Jenjang pendidikan yang berada di pesantren ini adalah Madrasah Tsanawiyah (setara sekolah menengah pertama) dan Madrasah Aliyah (setara sekolah menengah atas). Luas tanah pesantren X adalah m 2, dengan luas bangunan m 2. Pesantren X memiliki fasilitas 6 kamar asrama putra, 2 bangunan tanpa kamar untuk asrama putri, 1 masjid, 1 aula, 1 perpustakaan, 2 bangunan sekolah, 1 wartel, 1 lapangan utama, 1 lapangan

5 bawah, 1 laboratorium komputer, 1 kantin, 1 poskestren, dan 1 toko buku yang disediakan untuk para santrinya. Pesantren tersebut memiliki fasilitas asrama putra dengan 6 kamar, asrama putri dengan 2 rumah tanpa kamar, 1 masjid, 1 aula, 1 perpustakaan, 2 bangunan sekolah, 1 wartel, 1 lapangan utama, 1 lapangan bawah, 1 laboratorium komputer, 1 kantin, 1 poskestren, dan 1 toko buku. Santri yang dimiliki pesantren X adalah sebanyak 220 santri,yang terdiri dari 120 santri Madrasah Tsanawiyah dan 100 santri Madrasah Aliyah. Tingkat Madrasah Aliyah di pesantren X hanya memiliki jurusan IPS. Staf pengajar pesantren X berjumlah 36 orang dan pengurus pesantren berjumlah 15 orang. Asal santri pada penelitian ini tersebar pada berbagai wilayah di Indonesia, walapun terdapat banyak yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya. Umumnya santri Pesantren X berasal dari keluarga dengan kondisi sosial dan ekonomi yang kurang. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain pre-post study untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri mengenai pemberantasan P. h. Capitis. Pengambilan data dilakukan di pesantren X, Jakarta Timur pada hari minggu, tanggal 22 Januari Subjek penelitian ini adalah seluruh santri tingkat tsanawiyah dan aliyah di pesantren X yang hadir pada saat pengambilan data dilakukan. Data diambil melalui pengisian kuesioner pemberantasan pedikulosis yang telah divalidasi. Tingkat pengetahuan pada penelitian ini dibagi menjadi baik, kurang, dan buruk. Pengisian kuesioner dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan responden. Data yang telah terkumpul kemudian diolah menggunakan program SPSS 11.5 untuk melihat hubungan diantara variabel-variabel yang diobservasi.

6 Hasil Penelitian Tabel 1.Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur Variabel Kategori Jumlah % Usia ,8 27,2 47 Jenis kelamin Laki-laki 88 58,3 Perempuan 63 41,7 Tingkat Pendidikan Tsanawiyah 76 50,3 Aliyah 75 49,7 Karakteristik demografi santri pesantren X dapat dilihat pada tabel 1, dimana santri berusia antara memiliki persentase terbanyak (53%). Selain itu, jenis kelamin terbanyak ialah laki-laki (58,3%), dan tingkat pendidikan terbanyak tingkat madrasah aliyah(49,7%). Tabel 2.Perbandingan Pengetahuan Santri mengenaipemberantasan Pediculus humanus capitis Tingkat Pengetahuan Penyuluhan Uji Baik Sedang Kurang Pretest 0 (0%) 70 (46.4%) 81 (53,6%) Marginal homogeneity Posttest 0 (0%) 88 (58.3%) 63 (41.7%) (P<.00) Peningkatan tingkat pengetahuan santri setelah penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 2. Uji marginal homogeneity menghasilkan P<0,01, yang menunjukkan terdapatnya perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan santri pada pretest dan posttest. Tabel 3 Skor Jawaban Santri terhadap Pertanyaan mengenai pemberantasan Pediculus humanus capitis No. Pertanyaan 1. Cara menghilangkan tuma kepala yang tepat adalah Tuma kepala dapat dihilangkan dengan cara. 3. Obat tuma biasanya digunakan dalam bentuk Cara pemakaian obat tuma yang benar adalah Untuk memberantas tuma, tindakan yang dilakukan adalah... Pretest Skor Total Posttest 660 (87.4%) 695 (92%) (47.3%) (46.7%) (68.2%) 550 (72.8%) (49%) 378 (50%) (10.6%) (30.7%) 755 Skor Maks Tabel 3 menunjukkan peningkatan skor santri pada pertanyaan nomor 1, 3, 4, dan 5. Peningkatan skor tertinggi tercatat pada pertanyaan nomor 5 (Untuk memberantas tuma,

7 tindakan yang dilakukan adalah...) sebesar poin (20,1%). Namun tercatat adanya penurunan skor pada pertanyaan nomor 2 (Tuma kepala dapat dihilangkan dengan cara.) sebesar 6 poin (0,6%). Pembahasan Padatnya jumlah individu yang tinggal dalam suatu tempat merupakan faktor risiko infestasi Pediculus humanus capitis. Besarnya jumlah santri yang tinggal dalam satu ruangan, serta kondisi sanitasi yang tidak selalu memadai membuat pesantren menjadi salah satu bentuk lingkungan yang mempunyai faktor risiko tinggi akan terjadinya pedikulosis. Pengetahuan Responden Mengenai Pemberantasan Pedikulosis Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya infestasi Pediculus humanus capitis, di antaranya adalah tingkat pengetahuan mengenai pedikulosis itu sendiri. Tingkat pengetahuan dari santri mengenai pedikulosis perlu diukur untuk memberikan gambaran mengenai kondisi pengetahuan santri. Pengukuran tingkat pengetahuan santri diiringi dengan pemberian pengetahuan dalam bentuk suatu penyuluhan. Tingkat efektifitas penyuluhan perlu untuk diketahui dengan cara mengukur tingkat pengetahuan santri baik sebelum maupun sesudah diberikan penyuluhan dengan pengerjaan pretest dan posttest. Secara umum, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan responden mengenai pemberantasan pedikulosis, dengan parameter nilai responden dengan kategori sedang yang meningkat dari 26(27,2%) orang menjadi 87(57,7%) orang. Tidak terdapat responden dengan kategori nilai baik pada posttest. Tingkat pengetahuan santri pesantren X secara umum memiliki nilai yang kurang baik. Tak hanya di pesantren X, tingkat pengetahuan santri mengenai parasit yang kurang baik juga ditemukan pada Sumatra Utara(12% baik, 82% sedang, 6% buruk) dan Duren Sawit (93,05% buruk). 12,13 Tingkat pengetahuan yang kurang baik tentunya berhubungan dengan infestasi tuma. Pengetahuan masyarakat, khususnya santri yang hidup dalam lingkungan dengan risiko yang tinggi akan infestasi tuma perlu memiliki pengetahuan yang baik akan pemberantasan tuma.

8 Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Santri Mengenai Pemberantasan Pedikulosis Pemberian materi penyuluhan yang dilakukan terhadap santri tingkat madrasah tsanawiyah dan aliyah berlangsung dengan lancar dan kondusif. Kondisi ini terjadi dikarenakan pemberi materi penyuluhan adalah tenaga kesehatan yang sudah berpengalaman dalam bidangnya, sehingga dapat membawa suasana penyuluhan menjadi kondusif dan meningkatkan perhatian santri terhadap materi yang diberikan. Materi yang cukup baru bagi mereka juga menjadi faktor penunjang karena mengundang keingintahuan santri. Pemberian materi pengetahuan pemberantasan tuma yang menggunakan media penyuluhan interaktif memiliki berbagai kelebihan di dalamnya. Metode ceramah memiliki kelebihan akan harganya yang relatif murah, dan terjalin suatu komunikasi dua arah yang memberikan kesempatan kepada pihak penyuluh untuk berinteraksi dan mendapatkan umpan balik langsung dari penonton. 14,15 Menurut Notoatmodjo, 16 terdapat perbedaan efektivitas penyampaian informasi kepada individu menurut jalur penyampaiannya. Sebesar 75-87% pengetahuan disalurkan melalui jalur visual, dan 13-25% informasi tersampaikan melalui jalur lain. Hal-hal tersebut semakin mendukung efektivitas pemberian materi pengetahuan melalui metode penyuluhan interaktif. Peningkatan pengetahuan responden mengenai pemberantasan Pediculus humanus capitis melalui penyuluhan dibuktikan efektif melalui penelitian ini (p<0,01). Terjadi peningkatan persentase pada skor responden dengan kategori sedang yang awalnya berjumlah 17% meningkat menjadi 58%. Skor responden dengan kategori buruk juga menurun dengan responden yang berjumlah 83% turun menjadi 42%. Tingkat kategori baik tidak didapatkan pada responden di penelitian ini. Proporsi Skor Jawaban Terhadap Pertanyaan Mengenai Pemberantasan Pedikulosis Lima buah pertanyaan mengenai pemberantasan Pediculus humanus capitis tersaji dalam kuesioner pretest dan posttest pada penelitian. Skor yang terdapat pada setiap nomor di kuesioner memiliki nilai maksimal 5, dengan pilihan jawaban yang dapat dipilih lebih dari 1 oleh responden. Pertanyaan pertama yang ditanyakan pada kuesioner mengenai pemberantasan Pediculus humanus capitis adalah cara menghilangkan tuma yang tepat. Pemilihan jawaban membunuh

9 tuma (a) ataupun jawaban menghilangkan telur tuma (b) akan mendapatkan masing-masing skor 2,5 poin, dengan skor maksimal apabila responden memilih keduanya. Jawaban responden pada pretest menunjukkan bahwa terdapat 22 responden yang hanya memilih salah satu pilihan yang benar dan mendapatkan skor 2,5, 121 responden mendapatkan skor sempurna, dan sisa responden mendapatkan skor 0. Setelah diadakan penyuluhan, jawaban responden pada posttest menunjukkan terdapat 10 orang yang mendapatkan skor 2,5, dan peningkatan responden yang mendapatkan skor sempurna menjadi 130 orang. Hal ini diperkirakan terjadi karena responden mendapatkan informasi melalui penyuluhan bahwa pemberantasan dari tuma dilakukan baik terhadap tuma itu sendiri maupun telurnya. Secara keseluruhan skor total responden pada pertanyaan nomor 1 naik sebanyak 405 poin. Pertanyaan selanjutnya yang disajikan dalam kuesioner adalah bagaimana tuma kepala dapat dihilangkan, dengan pilihan: mengambil tuma dengan tangan (b) dengan skor 1, memakai obat tuma (c) dengan skor 2.5, dan menggunakan serit (d) dengan skor 1.5. Jawaban responden saat pretest menunjukkan bahwa terdapat 143 responden yang mendapat skor 2.5, dan sisa responden mendapat skor 0. Responden diperkirakan sudah memiliki persepsi bahwa tindakan utama dalam pemberantasan tuma adalah pemberian obat tuma. Hal ini ditunjukkan oleh mayoritas jawaban responden pada pertanyaan ini yang memilih jawaban tersebut. Setelah penyuluhan, skor posttest dari responden menunjukkan bahwa terdapat 6 orang mendapatkan skor 1.5, dan terjadi penurunan pada responden yang mendapat skor 2,5 menjadi 137 orang, dan sisa responden mendapatkan skor 0. Penurunan skor posttest diperkirakan terjadi karena salah satu materi dari penyuluhan yang diberikan membahas mengenai pemberantasan tuma menggunakan serit. Pembahasan pemberantasan tuma menggunakan serit ini diperkirakan memberikan responden suatu persepsi baru, yaitu pemberantasan tuma tidak hanya dapat dilakukan menggunakan obat pembasmi tuma. Hal ini menyebabkan beberapa responden tidak memilih obat pembasmi tuma, melainkan memilih jawaban penggunaan serit. Secara keseluruhan, skor responden pada pertanyaan nomor 2 menurun sebanyak 6 poin. Pertanyaan ketiga yang selanjutnya disajikan dalam kuesioner adalah bentuk obat yang sering digunakan untuk memberantas tuma. Skor maksimal akan didapat apabila responden memilih jawaban larutan (b). Hasil jawaban responden pada pretest menunjukkan bahwa 103 orang mendapatkan skorsempurna dan sisa responden mendapatkan skor 0. Selanjutnya setelah penyuluhan dilakukan skor responden pada posttestmeningkat dengan jumlah 110 orang

10 mendapatkan skor 5. Peningkatan nilai terjadi dikarenakan pemberian materi penyuluhan interaktif yang juga membahas sediaan obat pemberantas tuma sehingga memberikan informasi terhadap responden. Skor responden secara total pada nomor 3 meningkat sebanyak 35 poin. Pertanyaan mengenai pemberantasan tuma yang selanjutnya ditanyakan kepada responden adalah cara pemakaian obat tuma yang benar. Pilihan jawaban pemakaian ke kulit kepala yang terdapat tuma (a) akan mendapat skor 1, begitu pula dengan pilihan jawaban pemakaian ke kulit kepala yang gatal (b). Pilihan pemakaian ke seluruh rambut dan kulit kepala (d) akan mendapat skor 3. Skor maksimal akan didapat apabila responden memilih ketiga jawaban. Hasil jawaban responden pada pretest menunjukkan bahwa 116 responden mendapatkan skor 3, 22 responden mendapatkan nilai 1, dan sisa responden mendapatkan skor 0. Setelah penyuluhan dilakukan skor responden pada posttest meningkat dengan jumlah 119 orang mendapatkan skor 5, 21 responden mendapatkan skor 1 dan sisanya mendapatkan 0. Peningkatan ini dikarenakan terdapatnya materi mengenai cara penggunaan obat pemberantas tuna dalam penyuluhan yang diadakan sebelumnya. Rendahnya skor sempurna pada responden diperkirakan terjadi karena responden memiliki persepsi bahwa dengan memilih pilihan pemakaian ke seluruh rambut dan kulit kepala, pilihan lainnya menjadi tidak perlu dijawab lagi. Skor responden secara total pada nomor 3 meningkat sebanyak 8 poin. Pertanyaan terakhir mengenai pemberantasan Pediculus humanus capitis dalam kuesioner adalah tindakan pemberantasan tuma yang tepat, dengan pilihan jawaban mencuci kerudung dengan sabun (a) yang memiliki skor 1,5, mencuci kerudung dengan air panas (b) dengan skor 2, serta membersihkan sisir dengan disikat (c) yang memiliki skor 1,5. Hasil jawaban responden pada pretest menunjukkan bahwa 44 responden mendapat skor 1,5, tujuh responden mendapat skor 2, dan sisa responden mendapatkan skor 0. Hasil jawaban posttest responden setelah penyuluhan dilakukan menunjukkan terdapat peningkatan dengan 61 responden mendapatkan skor 1,5 serta 70 responden mendapatkan skor 2. Peningkatan ini terjadi dikarenakan penyuluhan yang diberikan membahas tindakan-tindakan pemberantasan tuma terhadap peralatan sehari-hari. Tingginya pilihan (b) pada responden diperkirakan terjadi karena responden memiliki persepsi bahwa air panas adalah agen pembunuh serangga yang ampuh dibandingkan tindakan lainnya. Secara keseluruhan, skor responden pada pertanyaan nomor 5 meningkat sebanyak poin. Setelah penyuluhan dilakukan, masih terdapat pertanyaan dengan nilai yang menurun saat

11 post-test, dan tidak terdapat responden yang mendapatkan skor total dengan kategori baik. Berbagai faktor yang mempengaruhi perhatian dan fokus diperkirakan memberikan pengaruh terhadap skor responden. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah jumlah pertanyaan, situasi ruangan penyuluhan, banyaknya materi, dan jangka waktu acara berlangsung. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa: 1. Pesantren X, Jakarta Timur memiliki karakteristik responden laki-laki sebanyak 88 orang (58,3%) serta perempuan sebanyak 63 orang (41,7%). Usia santri di pesantren X berada dalam kisaran tahun, yang berada dalam tingkat pendidikan Tsanawiyah (76 orang), dan Aliyah (75 orang) 2. Tingkat pengetahuan santri mengenai pemberantasan pedikulosis sebelum dan sesudah penyuluhan mengalami perubahan. Terdapat 70 orang santri yang mendapatkan nilai sedang (46,7%), dan 81 orang yang mendapatkan nilai buruk (53,3%) sebelum dilakukan penyuluhan. Sesudah penyuluhan dijalankan, terdapat 88 orang yang mendapatkan nilai sedang (58,3%), dan 63 orang yang mendapatkan nilai buruk (41,7%). 3. Pemberian materi dengan metode penyuluhan merupakan metode yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai pemberantasan pedikulosis. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penyuluhan dirasa perlu untuk diberikan secara berkala.hal ini bertujuan untuk meningkatkan retensi pengetahuan santri terhadap materi pemberantasan pedikulosis. Selain itu, metode penyampaian penyuluhan perlu terus dikembangkan untuk meningkatkan keberhasilan penyampaian materi kepada masyarakat. Daftar Pustaka 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian pedikulosis kapitis pada murid kelas III, IV, V, dan VI SDN 019 Tebing Tinggi Okura kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru (inpress) Harper J. Oranje A, Prose N, editors. Textbook of Pediatric Dermatology. 2nd d. Turin:

12 Blackwell Publishing Ltd; Riswandi SF. Efek penyuluhan terhadap penanggulangan penyakit pedikulosis kapitis di dua pondok pesantren. [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia; Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel D, editors. Dermatology in General Medicine. 7th ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc; Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks s textbook of dermatology. 7th ed. Italy:Blackwell Publishing; Djuanda A, Hamzah Mochtar, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI; James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews s diseases of the skin: clinical dermatology. 10th ed. Canada:Elsevier-Saunders; Christine C. Jacobson, Elizabeth A. Abel. Parasitic infestations. Journal of the American Academy of Dermatology June;56(6): Nawawi. Sejarah dan Perkembangan Pesantren. Jurnal Studi Islam dan Budaya. 2006; 4: Parsons J. Peran Pesantren dan Cita-Cita Santri Putri: Sebuah Pembandingan di Antara Dua Pondok Pesantren di Jawa. [Tesis]. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang; Pohl F. Islamic education and civil society: reflections on the pesantren tradition in contemporary indonesia. Comparative Education Review Agustus;50(3): Subahar R, Mahfudin H, Ismid IS. Pendidikan dan Pengetahuan Orangtua Murid Sehubungan dengan Pemberantasan Peyakit Cacing Usus di Duren Sawit, Jakarta Timur. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia. 1995: Paramita N. Tingkat pengetahuan santri terhadap penyakit skabies di pondok pesantren darularafah raya. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2010.

13 14. Pasaribu HER. Perbandingan penyuluhan kesehatan metode ceramah tanya jawab dengan penyuluhan kesehatan menggunakan buku kecacingan dalam mencegah reinfeksi ascaris lumbricoides pada anak sekolah dasar. [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; Suprapto T, Fahrianoor. Komunikasi Penyuluhan Dalam Teori dan Praktek. Communication Institute for Development and Empowering Community (CIDEC) Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta; 2005.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah Pediculus capitis. Terdapat 3 spesies kutu yang sering menginfestasi

Lebih terperinci

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Dita Permatasari, Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi 1. Program Studi Pendidikan Dokter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit merupakan penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah satu penyakit yang paling sering

Lebih terperinci

Rifda Luthfi Afina, Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Rifda Luthfi Afina, Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Mengenai Penularan dan Pemberantasan Pedikulosis dengan Karakteristik Demografi Santri di Pesantren X, Jakarta Timur Rifda Luthfi Afina, Sri Linuwih Susetyo Wardhani

Lebih terperinci

Aprilia Zulinda 1, Yolazenia 2, Zahtamal 3 ABSTRACT

Aprilia Zulinda 1, Yolazenia 2, Zahtamal 3 ABSTRACT Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Pedikulosis Kapitis pada Murid Kelas III, IV, V Dan VI SDN 019 Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru Aprilia Zulinda 1, Yolazenia 2, Zahtamal 3

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap PEDIKULOSIS PEDIKULOSIS KAPITIS infeksi pedikulosis pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh pediculus humanus var. capitis, Gejala utamanya gatal pada kepala, bisa disertai dengan papul eritema

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan pada pesantren Rhodlotul

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP A.LUMBRICOIDES PADA GURU SD DI JAKARTA

UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP A.LUMBRICOIDES PADA GURU SD DI JAKARTA UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP A.LUMBRICOIDES PADA GURU SD DI JAKARTA EDUCATION S EFFECTIVENESS TOWARDS MORPHOLOGY AND LIFE CYCLE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Menurut metodenya penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif berarti penelitian yang bertujuan menggambarkan (deskripsi) tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedikulosis kapitis (PK) adalah infestasi kutu kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup tinggi, diperkirakan

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur Hubungan Tingkat dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur Sahar Salim Saleh Alatas, 1 Sri Linuwih 2 1 Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pesantren merupakan induk dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman dan hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER Afif Hamdalah Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Efek Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri mengenai Penularan Pedikulosis di Sebuah Pesantren, Jakarta Timur

Efek Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri mengenai Penularan Pedikulosis di Sebuah Pesantren, Jakarta Timur Efek Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri mengenai Penularan Pedikulosis di Sebuah Pesantren, Jakarta Timur Anita Tiffany, 1 Saleha Sungkar 2 1 Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan yang besar dihampir semua negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pediculus Humanus Capitis Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung

Lebih terperinci

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Penularan Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Penularan Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Penularan Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Irene Ramadhani Putri, Sri Linuwih Menaldi Program Pendidikan Dokter Fakultas

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012 EFEKTIFITAS PENYULUHAN KESEHATAN OLEH PEER GROUP DAN TENAGA KESEHATAN TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) CUCI TANGAN BERSIH PADA SISWA SD N 01 DAN 02 BONOSARI SEMPOR KEBUMEN Faisal Reza 1, Marsito

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI

ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI Infeksi kulit bakterial merupakan masalah kesehatan ketiga di Indonesia, infeksi kulit bakterial

Lebih terperinci

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

Universitas Sam Ratulangi Manado   Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017 Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017 Perbandingan efektivitas dental health education metode ceramah dan metode permainan terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN ANGKA KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SURAKARTA

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN ANGKA KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SURAKARTA HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN ANGKA KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012 Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 212 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Kecacingan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa Madrasah Ibtidaiyah An Nur Kelurahan Pedurungan Kidul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terlibat pada daerah janggut. Infiltrasi terberat sering pada regio ocipital dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terlibat pada daerah janggut. Infiltrasi terberat sering pada regio ocipital dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedikulosis Kapitis 2.2.1 Pendahuluan Pedikulosis kapitis (PK) adalah infestasi kutu kepala yang disebabkan oleh ektoparasit spesifik yang terbatas pada rambut kepala, walaupun

Lebih terperinci

Prevalensi Pedikulosis Kapitis dan Hubungan Tingkat Infestasi dengan Karakteristik Santri Putri Pesantren X, Jakarta Timur

Prevalensi Pedikulosis Kapitis dan Hubungan Tingkat Infestasi dengan Karakteristik Santri Putri Pesantren X, Jakarta Timur Prevalensi Pedikulosis Kapitis dan Hubungan Tingkat Infestasi dengan Karakteristik Santri Putri Pesantren X, Jakarta Timur Adinda Meidisa Akhmad, Sri Linuwih Menaldi 1. Program Studi Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Mengenai Penyebab Skabies dan Hubungannya dengan Karakteristik Demografi Pesantren X, Jakarta Timur

Tingkat Pengetahuan Mengenai Penyebab Skabies dan Hubungannya dengan Karakteristik Demografi Pesantren X, Jakarta Timur Tingkat Pengetahuan Mengenai Penyebab Skabies dan Hubungannya dengan Karakteristik Demografi Pesantren X, Jakarta Timur Elisah Aulia, Saleha Sungkar Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

REVITALISASI POSKESTREN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRI DI PESANTREN AS SALAFIYYAH. Karya Tulis Ilmiah

REVITALISASI POSKESTREN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRI DI PESANTREN AS SALAFIYYAH. Karya Tulis Ilmiah REVITALISASI POSKESTREN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRI DI PESANTREN AS SALAFIYYAH Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada

Lebih terperinci

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT Departemen Pendidikan Kesehatan & Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 The Relation of Personal Hygiene with The Incidence of Scabies at Al Falah

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD 1 Eko A. Papilaya 2 Kustina Zuliari 2 Juliatri 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis (Habif et al., 2011). Penyakit ini menular dari manusia ke manusia melalui

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017 FAKTOR RISIKO HYGIENE PERORANGAN SANTRI TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KULIT SKABIES DI PESANTREN AL- BAQIYATUSHSHALIHAT TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2017 Parman 1, Hamdani, Irwandi Rachman, Angga Pratama Abstract

Lebih terperinci

Hubungan antara Kejadian Pedikulosis Kapitis dengan Usia di Kalangan Santriwati PPMI Assalaam Sukoharjo

Hubungan antara Kejadian Pedikulosis Kapitis dengan Usia di Kalangan Santriwati PPMI Assalaam Sukoharjo Hubungan antara Kejadian Pedikulosis Kapitis dengan Usia di Kalangan Santriwati PPMI Assalaam Sukoharjo Relationship between Pediculosis Capitis Incident and Age in female students of PPMI Assalaam Sukoharjo

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: 1. Jumlah santri Pondok Pesantren An Nawawi yang terdiagnosis menderita penyakit skabies

Lebih terperinci

SibueaSH,Angraini DI, AdnyaniNMD Faculty of Medicine Lampung University

SibueaSH,Angraini DI, AdnyaniNMD Faculty of Medicine Lampung University The Influenceof Health Promotionto Knowledgeand Attitudeof Female Teenagersin Caring Their External Genital Organin StateJunior High School 10in Bandar Lampungin 2013 SibueaSH,Angraini DI, AdnyaniNMD Faculty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kecacingan merupakan salah satu diantara banyak penyakit yang menjadi masalah masyarakat di Indonesia. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER

PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER SKRIPSI Oleh Petrina Theda Philothra NIM 102010101087 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi PERBEDAAN SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA PELAJAR PUTRI DI SMP NEGERI 14 KOTA MANADO Novira Emanuela Bontong*, Sulaemana Engkeng*, Afnal

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI PESANTREN X, JAKARTA TIMUR MENGENAI PENCEGAHAN SKABIES

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI PESANTREN X, JAKARTA TIMUR MENGENAI PENCEGAHAN SKABIES PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SANTRI PESANTREN X, JAKARTA TIMUR MENGENAI PENCEGAHAN SKABIES Aga Krisnanda 1, Saleha Sungkar 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2007-2011 Eggi Erlangga, 2013. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT SKABIES TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENDERITA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEPERAWATAN TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE PASCA BANJIR DI DAERAH PESISIR SUNGAI SIAK

MANAJEMEN KEPERAWATAN TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE PASCA BANJIR DI DAERAH PESISIR SUNGAI SIAK MANAJEMEN KEPERAWATAN TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE PASCA BANJIR DI DAERAH PESISIR SUNGAI SIAK Yesi Hasneli StafAkademik Departemen KMB-KGD PSIK Universitas Riau Email: yesi_zahra(g),vahoo.com Banjir

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi GAMBARAN HIGIENE PRIBADI DAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN ASSALAAM TUMINTING KOTA MANADO TAHUN 2015 Armin A. Lasaib*,Woodford B.S Joseph*, Rahayu H. Akili* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enterobius vermicularis atau cacing kremi adalah salah satu jenis cacing usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini mempunyai daerah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PEDICULUS HUMANUS CAPITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI 1 BENDUNGAN KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PEDICULUS HUMANUS CAPITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI 1 BENDUNGAN KABUPATEN TEMANGGUNG HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PEDICULUS HUMANUS CAPITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI 1 BENDUNGAN KABUPATEN TEMANGGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: YULINDA YOGI SAPUTRI 201310201068

Lebih terperinci

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG PENYAKIT SCABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES Ida Nuryani Ani Rosita Nindy Yunitasari 05Idanur95@gmail.com ABSTRAK Scabies merupakan penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS VI MENGENAI PENYAKIT KECACINGAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PULASAREN KOTA CIREBON TAHUN 2013 Mentari Inggit Anggraini,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD JURNAL PENELITIAN Oleh : 1. Anik Enikmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep 2. Fatihah Hidayatul Aslamah, Amd.Kep SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan. ABSTRAK Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat. Adanya gangguan kesehatan pada gigi dan mulut menyebabkan penurunan fungsi kesehatan individu. Gangguan kesehatan gigi

Lebih terperinci

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT KECACINGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA SISWA KELAS IV, V DAN VI DI SD NEGERI 47 KOTA MANADO ABSTRACT Eka Muriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara non klasikal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal higiene adalah suatu usaha pemeliharaan kesehatan diri seseorang yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk memperbaiki status kesehatannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN USIA DI KALANGAN SANTRIWATI PPMI ASSALAAM SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN USIA DI KALANGAN SANTRIWATI PPMI ASSALAAM SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN USIA DI KALANGAN SANTRIWATI PPMI ASSALAAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Nadira As ad G0012144 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK CORRELATION BETWEEN PERSONAL HYGIENE PRACTICE AND INCIDENCE OF SCABIES IN TRADIONAL ISLAMIC BOARDING

Lebih terperinci

PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI Waode Sitti Asfiah Udu*, Putu Yayuk Widyani Wiradirani** *Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies atau penyakit kudis adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis dan produknya. Seluruh siklus

Lebih terperinci

EKARINA MARIANA

EKARINA MARIANA HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI ALIYAH PONDOK PESANTREN ALBADRIAH SUNDAK DESA RARANG KECAMATAN TERARA LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT 2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

Efektivitas Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pencegahan Trikuriasis di Pesantren X, Jakarta Timur

Efektivitas Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pencegahan Trikuriasis di Pesantren X, Jakarta Timur Efektivitas Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pencegahan Trikuriasis di Pesantren X, Jakarta Timur Shafira Anindya, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP & E,MS 1. Program Studi Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Efektivitas Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Guru SD di Jakarta Mengenai Pencegahan Cacingan, Tahun 2011

Efektivitas Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Guru SD di Jakarta Mengenai Pencegahan Cacingan, Tahun 2011 Efektivitas Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Guru SD di Jakarta Mengenai Pencegahan Cacingan, Tahun 2011 Danny Surya, 1 Saleha Sungkar 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit (Timmreck,

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA SKRIPSI Untukmemenuhisebagianpersyaratan Mencapaiderajatsarjana S-1 Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit kulit yang masih sering di jumpai di Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Sudirman, 2006). Skabies adalah penyakit kulit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur Julia Suwandi, Susy Tjahjani, Meilinah Hidayat Bagian Parasitologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut juga sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran-1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Penyakit Skabies pada Santri Perempuan di Pesantren Syamsudhuha Cot Murong Kecamatan Dewantara

Lebih terperinci

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Romadhoni 1, Noor Yazid, Dian Aviyanti 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Semarang, Staf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Skabies atau yang biasa disebut kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah kulit. 1,2

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG Manuscript OLEH : Sri Utami G2A009102 PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Skabies, Diskusi Kelompok, Santri, Pengetahuan, Sikap, Tindakan.

ABSTRAK. Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Skabies, Diskusi Kelompok, Santri, Pengetahuan, Sikap, Tindakan. PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN SANTRI MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK TENTANG PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL WAHDAH KENDARI TAHUN 2016 Fika Daulian 1 Hartati Bahar 2 Farit Rezal

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT SCABIES DI SMA PERSIAPAN STABAT TAHUN 2015

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT SCABIES DI SMA PERSIAPAN STABAT TAHUN 2015 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT SCABIES DI SMA PERSIAPAN STABAT TAHUN 2015 (*)Ardianto. Email: ardianto_sujono @ yahoo.co.id ABSTRACT: Scabies is

Lebih terperinci

RABIATHUL IRFANIAH NIM I

RABIATHUL IRFANIAH NIM I NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SADARI DI SMP ISLAM HARUNIYAH KOTA PONTIANAK TAHUN 2016 RABIATHUL IRFANIAH NIM

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENYAKIT SKABIES DI SD SURYOWIJAYAN Oleh: dr.ika Setyawati, M.Sc. NIK: 19841120201504173236 DIBIAYAI DANA FAKULTAS PRODI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI Christy Elaine a dan Saleha Sungkar b a Program Studi: Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI PADA WUS DI MASYARAKAT PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH KECAMATAN KENDAL KABUPATEN NGAWI

PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI PADA WUS DI MASYARAKAT PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH KECAMATAN KENDAL KABUPATEN NGAWI PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI PADA WUS DI MASYARAKAT PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH KECAMATAN KENDAL KABUPATEN NGAWI Erika Martining Wardani Prodi S1 Keperawatan FKK UNUSA erika@unusa.ac.id Eppy Setiyowati

Lebih terperinci

Efektifitas Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Trichuris trichiura di Pesantren X, Jakarta Timur

Efektifitas Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Trichuris trichiura di Pesantren X, Jakarta Timur Efektifitas Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Trichuris trichiura di Pesantren X, Jakarta Timur Rio Wikanjaya 1, Saleha Sungkar 2 1. Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia (Heukelbach et al. 2006).

Lebih terperinci

Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan tentang stres. melalui ceramah pada remaja di SMPN 34 Semarang ANDI PURWONO

Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan tentang stres. melalui ceramah pada remaja di SMPN 34 Semarang ANDI PURWONO Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan tentang stres melalui ceramah pada remaja di SMPN 34 Semarang ANDI PURWONO G2B308003 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DALAM UPAYA MENCEGAH PENYAKIT KULIT PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA Ade Mira Guna*, Gustop Amatiria** *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak pra sekolah merupakan kelompok yang mempunyai resiko besar terkena gizi kurang. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut tumbuh kembang anak dalam masa yang

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

Anggraini NP, Angraini DI, Kurniawan B Medical Faculty of Lampung University

Anggraini NP, Angraini DI, Kurniawan B Medical Faculty of Lampung University Effect of Health Promotion About Scabies to Knowleddge and Personal Hygiene in 1st Grade of Islamic Junior High Girl Students t Dinniyah Putri Lampung Islamic Education Anggraini NP, Angraini DI, Kurniawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci