Rifda Luthfi Afina, Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rifda Luthfi Afina, Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia"

Transkripsi

1 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Mengenai Penularan dan Pemberantasan Pedikulosis dengan Karakteristik Demografi Santri di Pesantren X, Jakarta Timur Rifda Luthfi Afina, Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak Pedikulosis kapitis adalah penyakit kulit yang mudah menular dalam lingkungan padat seperti pesantren. Pemberantasan pedikulosis membutuhkan perilaku yang tepat, sehingga dibutuhkan pengetahuan yang baik yang dapat diperoleh melalui penyuluhan. Karakteristik demografi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan sehingga penyuluhan perlu disesuaikan dengan karakteristik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan karakteristik demografi. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner kepada 151 santri pesantren X yang dipilih dengan metode total populasi. Data diolah dengan program SPSS Hasil penelitian ini menunjukkan responden terbanyak adalah santri berusia tahun (47%), laki-laki (58,3%), madrasah Tsanawiyah (50,3%). Tidak ada santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 23,2% santri memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 76,8% santri memiliki tingkat pengetahuan buruk. Dari uji chi-square tidak didapatkan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan usia (p=0,587), jenis kelamin (p=0,814) dan tingkat pendidikan (p=0,358). Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan santri tergolong buruk dan tidak berhubungan dengan karakteristik santri. The Relationship Between Students Knowledge Level about Transmission and Eradication of Pediculosis Capitis and Their Demographic Characteristic in an Islamic Boarding School in East Jakarta Abstract Pediculosis capitis is a skin disease that could be transmitted easily in a crowded environment like Islamic boarding school. Eradication of pediculosis needs appropriate behavior which requires good knowledge which can be given through health promotion. Demographic characteristics might influence the knowledge level, therefore health promotion needs to be adjusted according to the characteristic. This study aims to know the relationship between students knowledge level about transmission and eradication of pediculosis capitis and their demographic characteristic. This study was conducted on January by giving questionnaire to 151 students (total population method). The data was processed using the SPSS 11.5 program. The result showed that the majority of respondents are students aged years old (47%), males (58,3%), Tsanawiyah students (50,3%). No student had good knowledge, 23,2% had fair knowledge, and 76,8% had poor knowledge. Based on chi-square test, there were no significant differences between knowledge level of transmission and

2 eradication of pediculosis and age (p=0,587), sex (p=0,814) and grade of study (p=0,358). It was concluded that the students knowledge about transmission and eradication of pediculosis was poor and had no association with their characteristic. Keywords: demographic characteristic, knowledge, pediculosis capitis, students of Islamic boarding school, transmission and eradication Pendahuluan Pedikulosis kapitis adalah infestasi parasit Pediculus humanus var. capitis di kepala. 1 Pedikulosis kapitis dapat dialami oleh setiap individu dari golongan usia, jenis kelamin, dan status sosio-ekonomi apapun, namun lebih banyak terjadi pada perempuan dan lebih banyak pada anak-anak usia 5-11 tahun. 2-4 Di Inggris prevalensi pedikulosis kapitis pada siswa sekolah dasar adalah 2,03%, dengan tingkat insidensi 34,7% setiap tahunnya. 5 Di India dan Malaysia prevalensi pedikulosis kapitis mencapai 16,59% dan 35%. 6,7 Di Indonesia, prevalensi pedikulosis kapitis cukup tinggi. Restiana et al 8 melaporkan, di sebuah pesantren di Yogyakarta pada tahun 2010 prevalensi pedikulosis kapitis sebesar 71,3%. Di Jakarta Timur, Fatkhurrohman 9 melaporkan prevalensi pedikulosis kapitis di panti asuhan sebesar 41,14%. Gejala klinis pedikulosis adalah rasa gatal di kepala karena saat mengisap darah tuma mengeluarkan saliva yang bersifat antigenik dan merangsang gatal. 10 Selain itu rasa gatal juga disebabkan oleh feses tuma. Karena gatal, penderita tuma akan menggaruk yang jika berlebihan dapat menimbulkan lecet. Selanjutnya jika daerah yang lecet mengalami infeksi sekunder oleh bakteri maka dapat terjadi ulkus dan demam. Selain itu, penderita juga merasa malu jika diketahui temannya bahwa is terinfestasi P.h. capitis. Keadaan tersebut mengakibatkan kehadiran anak di sekolah menjadi berkurang. Wolfram 10 melaporkan sebanyak juta hari sekolah hilang akibat pedikulosis kapitis. Pedikulosis kapitis dapat menular melalui kontak langsung antar kepala atau melalui penggunaan bersama barang-barang seperti sisir, topi, bantal, dan kerudung. 11 Penularan mudah terjadi pada orang yang hidup di lingkungan yang padat dan kebersihan yang kurang. 12

3 Pesantren adalah institusi pendidikan Islam yang muridnya (santri) tinggal bersama di asrama. Biasanya santri hidup di lingkungan yang padat sehingga mereka berisiko terinfestasi P. h. capitis. Untuk mencegah dan memberantas pedikulosis, santri perlu diberikan pengetahuan mengenai cara penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan memberikan penyuluhan. Agar memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan, penyuluhan perlu disesuaikan dengan karakteristik demografi santri. Oleh karena itu, perlu dilakukan survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri sebelum diberikan penyuluhan serta kaitannya dengan karakteristik demografinya. Tinjauan Teoritis Definisi Pedikulosis Kapitis Pedikulosis kapitis adalah infestasi parasit P.h.capitis pada rambut dan kulit kepala. 1,2,12 Infestasi parasit dari famili yang sama (Pediculidae) dapat terjadi pada binatang, sehingga dibedakan antara Pediculus humanus dengan Pediculus animalis. Pada manusia, infestasi serupa juga dapat terjadi di daerah selain kepala, yaitu pada rambut di badan dan daerah genitalia. Infestasi di daerah tersebut masing-masing disebabkan oleh Pediculus humanus var. corporis dan Pthirus pubis. 12 Epidemiologi Pedikulosis Kapitis Pedikulosis kapitis banyak terjadi pada anak-anak dan cepat menyebar dalam lingkungan yang padat seperti asrama dan panti asuhan. Kebersihan yang buruk merupakan faktor predisposisi untuk pedikulosis kapitis. Benda-benda seperti sisir, bantal, kasur, dan topi yang biasa digunakan bersama-sama merupakan media penularan pedikulosis kapitis. 12 Morfologi Pedikulosis Kapitis P.h.capitis atau tuma termasuk dalam golongan Insekta pada ordo Phthiraptera, sub-ordo Anoplura, famili Pediculidae. 2,13 Tuma adalah ektoparasit obligat pada manusia. 14 Tuma berbentuk pipih dorsoventral dan tidak memiliki sayap. 14 Panjang tuma dewasa sekitar 1,2-3,2 mm, lebarnya kurang lebih setengah dari panjangnya. 12 Tuma berwarna putih keabuabuan, yang akan berubah warna menjadi merah kecoklatan setelah menghisap darah. 3 Tuma memiliki sepasang mata yang berada di samping, sepasang antena dengan lima segmen, serta

4 mulut yang berfungsi untuk menusuk dan menghisap. 3,11 Pada saat makan, tuma akan memasukkan mulutnya hingga ke pembuluh darah dan menghisap darah dari pembuluh darah tersebut. 12 Bagian abdomen tuma terdiri atas tiga segmen. Pada setiap segmen terdapat sepasang kaki yang berbentuk seperti cakar yang berguna untuk berpegangan pada rambut. 12 Tuma berada dekat dengan kulit kepala untuk makanan, kehangatan, dan kelembaban. 15 Gambar 1. Tuma dewasa. 16 Telur tuma melekat erat pada rambut dan sangat sulit untuk dilepaskan. 10 Telur diletakkan tuma pada bagian pangkal rambut. Telur tuma akan mengikuti tumbuhnya rambut, sehingga telur yang terletak semakin mendekati ujung rambut adalah telur yang semakin matang. 12 Siklus Hidup P.h.capitis Tuma menginfestasi kulit kepala manusia selama kurang lebih 30 hari. 14 Ko et al 17 menyebutkan bahwa tuma dapat bertahan hidup hingga empat hari di luar tubuh manusia. Tuma menjalani seluruh siklus hidupnya yang berupa metamorfosis tidak sempurna pada tubuh manusia. 2,12 Siklus hidup tuma adalah telur, larva, nimfa, dan dewasa. 12 Tuma dewasa akan bereproduksi. 3 Tuma betina dewasa dapat mengeluarkan telur sebanyak 5-10 butir setiap harinya hingga ia mati. 14 Telur yang belum menetas berwarna opal, mengilat, dan berukuran sekitar 1 mm dengan operkulum menghadap arah yang menjauhi kulit kepala. 3,10,12 A B Gambar 2. Telur tuma. A. Belum menetas, B. Sudah menetas.16

5 Telur dilekatkan di bagian proksimal rambut untuk mendapatkan suhu yang optimal untuk inkubasi. 12, 14 Cueto et al 18 menemukan bahwa inkubasi pada suhu kurang dari 18 C akan mengakibatkan kematian embrio. Pada penelitian tersebut ditemukan suhu optimal inkubasi telur tuma, yaitu antara C. 18 Nimfa akan keluar dari telur setelah 6-10 hari. Telur yang telah ditinggalkan nimfa tampak berwarna putih dan tetap melekat pada rambut. 2,3,14 Nimfa akan menjadi tuma dewasa dan siap untuk melanjutkan siklus hidupnya setelah 8-10 hari. 2 Gambar 3. Siklus hidup P.h.capitis. 16 Gejala Klinis Pedikulosis Kapitis Ketika tuma menghisap darah, tuma akan mengeluarkan sekret yang bersifat antikoagulan dan juga saliva. Saliva dan zat antikoagulan tersebut menginduksi terjadinya reaksi hipersensitivitas sehingga penderita akan merasa gatal. 12 Rasa gatal juga dapat diakibatkan hipersensitivitas terhadap feses tuma. 14,19

6 Gatal yang dirasakan penderita bervariasi dari rendah hingga parah. 10,12 Gatal lebih dominan terjadi di daerah oksipetal dan temporal, meski pada infestasi yang parah dapat menyebar hingga seluruh bagian kepala. 13 Rasa gatal akan menginduksi refleks menggaruk pada penderita. Garukan yang berlebihan akan menyebabkan ekskoriasi. Pada penderita berambut panjang, ekskoriasi juga dapat terjadi di kulit bagian belakang dan samping leher. 15 Kulit yang lecet memungkinkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri seperti impetigo. 2,12,15,21 Infeksi sekunder yang parah dapat menyebabkan banyaknya eksudat yang keluar dari kulit kepala, sehingga rambut menjadi menggumpal dan berbau busuk. 12,21 Selain itu, infeksi yang parah juga dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening di bagian oksipetal, retroaurikular, dan servikal. 12,15,20 Diagnosis Pedikulosis Kapitis Diagnosis pedikulosis kapitis positif dikonfirmasikan dengan penemuan tuma dewasa, nimfa, dan/atau telur tuma. Pencarian dilakukan di daerah oksiput dan temporal. 12,15 Pengobatan Pedikulosis Kapitis Tujuan dari pengobatan pedikulosis kapitis adalah menghilangkan seluruh tuma dan telur tuma. 12 Pengobatan antara lain dengan menggunakan pedikulosida, yaitu sebagai berikut: 1. Pyrethrin Pyrethrin adalah insektisida alami yang berasal dari Crysanthemum cinerariaefolium yang mengganggu polarisasi membran sel saraf dari tuma. 2 Pyrethrin memiliki aktivitas pedikulosidal. Pyrethrin tidak digunakan untuk penderita dengan alergi terhadap chrysanthemum, ilalang, dan sebagainya Pyrethroids (Permethrin) Permethrin adalah insektisida sintetis yang cara kerjanya analog dengan pyrethrin. 2 Bedanya, selain memiliki aktivitas pedikulosidal, permethrin juga memiliki aktivitas ovisidal (terhadap telur tuma) yang lebih efisien dibandingkan dengan pyrethrin. 2 Tingkat keberhasilan pengobatan dengan menggunakan permethrin mencapai 75%. Penggunaan permethrin tidak dianjurkan untuk penderita dengan riwayat atopi Malathion Malathion bekerja sebagai inhibitor dari asetilkolinesterase yang terdapat pada sinapsis selsel saraf tuma. 2,19 Penggunaan malathion sebagai pengobatan memiliki presentase

7 keberhasilan sebesar 33-95%. 19 Presentase yang rendah kemungkinan disebabkan oleh munculnya resistensi tuma terhadap malathion. 19 Sama dengan permethrin, penggunaan malathion tidak dianjurkan untuk penderita yang memiliki riwayat atopi. 19 Malathion harus digunakan dengan hati-hati karena mudah terbakar Gama Benzen Heksaklorida (Gameksan/Lindane) Lindane digunakan dengan digoleskan di seluruh bagian kulit kepala selama kurang lebih 12 jam, lalu dicuci dan disisir menggunakan sisir serit. 12 Lindane tidak dianjurkan untuk digunakan karena kadar toksistasnya tinggi. 14 Kontraindikasi penggunaan lindane adalah pada penderita yang memiliki kemungkinan kejang. Penggunaan lindane pada ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, dan lanjut usia harus dilakukan dengan hati-hati. Lindane digunakan sebagai pengobatan jika pengobatan sebelumnya tidak berhasil. 22 Karena embrio dalam telur tuma tidak dapat terbunuh oleh pedikulosida, pengobatan perlu diulang dalam jangka waktu 7-10 hari setelah pengobatan pertama, untuk membasmi nimfa yang baru menetas. 12,14 Pengobatan kembali pada hari ke dapat dilakukan untuk memastikan seluruh tuma dan telurnya telah hilang. 23 Selain menggunakan pedikulosida, pedikulosis juga dapat diobati dengan mencari tuma dan telur tuma secara manual. Tuma dapat ditemukan dengan menyisir rambut menggunakan sisir bergigi rapat, sehingga tuma akan tersangkut pada gigi sisir tersebut. Rambut dapat dibasahi atau diberikan conditioner sehingga tuma terimobilisasi sementara dan memudahkan penghilangan tuma dari kepala penderita. 15,19 Metode tersebut perlu dilakukan minimal dua kali dalam seminggu, dan perlu terus dilakukan minimal selama dua minggu. 15,19 Metode penyisiran rambut dapat digunakan sebagai tindakan preventif terhadap reinfestasi tuma. 15 Pencegahan Pedikulosis Kapitis Tindakan pencegahan yang perlu dilakukan terhadap infestasi tuma adalah pemeriksaan dan pengobatan pada seluruh orang yang tinggal bersama dengan penderita pedikulosis. 14 Lingkungan juga perlu dibersihkan untuk menghindari reinfestasi tuma yang terdapat di luar tubuh penderita. Benda-benda seperti baju, sprei, bantal, kerudung, topi, dan sisir harus dicuci dengan menggunakan air panas. Lantai, tempat bermain, serta furniture perlu dibersihkan dengan vacuum cleaner untuk menghilangkan rambut-rambut dengan tuma ataupun telur tuma. 14

8 Prognosis Pedikulosis Kapitis Prognosis baik jika pengobatan berhasil dan kebersihan terjaga. 12 Namun jika tidak dilakukan tatalaksana yang benar, pedikulosis dapat tetap bertahan pada penderita selama bertahuntahun. 14 Pengetahuan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan suatu hal. Menurut Keraf (dikutip dari Pulungan 24 ), pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia mengenai dunia dan isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Menurut Notoatmidjo (dikutip dari Pulungan 24 ), pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap suatu obyek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh persepsi dan intensitas perhatiannya terhadap objek tersebut. Faktor Usia Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prevalensi pedikulosis. Kelompok usia yang lebih muda lebih rentan terhadap infestasi parasit P.h.capitis. Hal itu kemungkinan disebabkan oleh karakteristik perilaku pada kelompok usia muda. Kelompok usia 6-12 tahun umumnya bermain dalam kelompok besar dan berinteraksi secara dekat. Mereka juga memiliki tingkat kebersihan yang lebih rendah dan kurang menyadari kemungkinan penularan. 25 Faktor Jenis Kelamin Berdasarkan penelitian, terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan prevalensi pedikulosis. Prevalensi yang lebih tinggi terjadi pada perempuan. Penelitian oleh Bachok 7 di Malaysia pada tahun 2006 menunjukkan prevalensi pedikulosis kapitis pada perempuan sebanyak 62,3% sedangkan pada laki-laki hanya 10,3%. Shayeghi 26 melaporkan prevalensi pedikulosis di Iran pada tahun 2010 pada perempuan sebanyak 6,6% dan pada laki-laki sebanyak 2%. Hal tersebut dimungkinkan terjadi akibat perbedaan kebiasaan antara laki-laki dan perempuan. Kebiasaan perempuan untuk saling bertukar peralatan atau aksesoris rambut dapat menjadi perantara penularan pedikulosis kapitis. Prevalensi yang lebih tinggi pada perempuan juga mungkin disebabkan oleh perbedaan panjang dan jenis rambut. 7,26 Faktor Tingkat Pendidikan

9 Shayeghi 26 melaporkan kecenderungan prevalensi pedikulosis yang lebih tinggi pada subjek dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Pada studi tersebut didapatkan prevalensi pedikulosis kapitis pada siswa kelas 1 sebesar 13,54% sedangkan pada siswa kelas 5 hanya sebesar 1,01%. 26 Pesantren Menurut Hasan, 27 pesantren merupakan lembaga pendidikan sekaligus dakwah yang memberikan nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat yang senantiasa berkembang, sehingga santri tidak hanya mempelajari ilmu tetapi juga proses kehidupan itu sendiri dengan berpegang teguh pada asas hidup hemat dan sederhana. Sedangkan menurut Dhofier, 27 pesantren merupakan suatu asrama pendidikan Islam yang pelajarnya tinggal bersama dan memiliki guru-guru yang disebut kyai. Pesantren X terletak di Jakarta Timur. Institusi pendidikan berlandaskan Islam tersebut memiliki jenjang pendidikan Tsanawiyah (setara SMP) dan Aliyah (setara SMA). Pesantren tersebut terdiri atas bangunan seluas m2 yang terletak pada tanah seluas m2. Bangunan pesantren terdiri atas 2 bangunan sekolah, 1satu masjid, 1 aula, 1 perpustakaan, 1 laboratorium komputer, 1 kantin, 2 rumah tanpa kamar untuk asrama putri, serta 1 bangunan asrama putra (6 kamar). Fasilitas lainnya meliputi 2 lapangan (lapangan utama dan lapangan bawah), 1 wartel, 1 toko buku, dan 1 pos kesehatan pesantren (poskestren). Santri yang menempuh pendidikan di pesantren X berjumlah 220 orang; 120 santri Madrasah Tsanawiyah dan 100 santri Madrasah Aliyah. Sebagian besar santri berasal dari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Umumnya santri berasal dari keluarga dengan tingkat sosioekonomi menengah ke bawah. Metode Penelitian Penelitian menggunakan desain cross-sectional. Penelitian dilaksanakan di pondok Pesantren X, Jakarta Timur. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 22 Januari Variabel dependen yang diteliti adalah tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis, dengan karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan) sebagai variabel independen. Sementara itu, variabel perancu seperti tingkat pendidikan orangtua serta keadaan ekonomi, sosial, dan budaya tidak diteliti. Populasi target pada penelitian ini adalah santri pesantren, dengan populasi terjangkau santri Pesantren X, Jakarta

10 Timur. Seluruh santri yang hadir pada hari pengambilan data dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian dijadikan subjek penelitian, sehingga subjek penelitian berjumlah 151 orang. Data yang digunakan adalah data primer berupa kuesioner yang telah divalidasi. Jawaban santri yang dianalisis dari kuesioner adalah 10 pertanyaan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis. Pertanyaan berupa pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban dengan bobot nilai yang berbeda-beda. Santri dapat memilih lebih dari satu pilihan jawaban untuk setiap soal. Santri akan diberikan waktu untuk mengisi kuesioner hingga lengkap. Data yang sudah lengkap diolah dengan menggunakan program SPSS 11.5 for Windows. Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat. Pada analisis data univariat, akan dilihat distribusi frekuensi dari variabel dependen dan independen yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisis data bivariat digunakan untuk meneliti hubungan antara variabel dependen dan independen penelitian, dengan menggunakan uji Chi square. Hasil Penelitian Survei dilakukan pada 151 santri dari 220 santri yang terdaftar di Pesantren X pada saat itu. Tidak semua santri hadir karena ada yang sedang liburan. Tabel 1. Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur Variabel Kategori Jumlah (%) Usia (25,8%) 41 (27,2%) 71 (47%) Jenis kelamin Laki-laki 88 (58,3%) Perempuan 63 (41,7%) Tingkat Pendidikan Tsanawiyah 76 (50,3%) Aliyah 75 (49,7%) Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah santri pada rentang usia tahun (47%), laki-laki (58,3%), dan yang sedang menempuh pendidikan di jenjang Tsanawiyah (50,3%).

11 Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Mengenai Penularan dan Pemberantasan Pedikulosis Variabel Kategori Tingkat Pengetahuan p Uji Baik Sedang Kurang Usia ,587 Chi square Jenis kelamin Laki-laki ,814 Chi square Perempuan Tingkat Pendidikan Tsanawiyah ,358 Chi square Aliyah Tabel 2 menunjukkan tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis. Santri dengan tingkat pengetahuan sedang berjumlah 35 orang (23,2%), sedangkan santri dengan tingkat pengetahuan buruk berjumlah 116 orang (76,8%). Hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan santri menggunakan uji Chi square menunjukkan nilai p>0,05 pada setiap variabel yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan santri mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis terhadap ketiga variabel tersebut. Tabel 3. Skor Benar terhadap Pertanyaan Mengenai Penularan dan Pemberantasan Pedikulosis No Pertanyaan Skor total Skor maks 11 Tuma dapat berpindah dari satu kepala ke kepala lainnya dengan cara 104 (13,8%) Faktor yang mempengaruhi penularan tuma adalah (69,5%) Penularan tuma dapat dicegah dengan (36,1%) Cara pencegahan tuma yang paling tepat adalah (73%) Mencuci rambut dengan sampo dapat menghilangkan tuma secara keseluruhan (45,7%) 755

12 16 Cara menghilangkan tuma kepala yang tepat adalah (87,4%) Tuma kepala dapat dihilangkan dengan cara (47,4%) Obat tuma biasanya digunakan dalam bentuk (68,2%) Cara pemakaian obat tuma yang benar adalah (49%) Untuk memberantas tuma, tindakan yang dilakukan adalah (10,6%) 755 Berdasarkan data pada tabel 3, tidak ada pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar oleh seluruh santri. Pertanyaan dengan nilai terendah adalah pertanyaan nomor 20 yaitu hanya mencapai 80 poin (10,6%) dari nilai maksimal. Hal tersebut berarti pertanyaan nomor 20 termasuk pertanyaan yang sulit. Pertanyaan dengan nilai tertinggi adalah pertanyaan nomor 16 yang mencapai 660 poin (87,4%) dari nilai maksimal. Pembahasan Lingkungan tempat tinggal santri di pesantren adalah lingkungan padat yang menyebabkan mereka rentan terhadap pedikulosis. Oleh karena itu, penelitian mengenai pedikulosis di pesantren perlu dilakukan dan pengobatan dengan pedikulosida perlu diberikan bagi santri yang menderita pedikulosis. Pedikulosis mudah diobati, namun mudah juga untuk terjadi kembali (reinfeksi). Untuk mencegah terjadinya reinfeksi, pengobatan harus dilakukan secara serentak dan diikuti dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS dapat dilakukan apabila santri memiliki pengetahuan mengenai hal tersebut, khususnya yang berkaitan dengan pedikulosis. Namun, pelajaran yang diterima santri di pesantren tidak membahas pengetahuan mengenai pedikulosis secara khusus, sehingga informasi yang didapat santri mengenai pedikulosis terbatas. Oleh karena itu, penyuluhan kesehatan perlu diberikan agar santri memiliki pengetahuan mengenai pedikulosis. Agar penyuluhan dapat memberikan hasil yang diharapkan, penyuluhan perlu disesuaikan dengan karakteristik demografi santri karena karakteristik demografi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan. Oleh karena itu, perlu dilakukan survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri sebelum diberikan penyuluhan dan hubungannya dengan karakteristik demografi mereka.

13 Dari penelitian, tidak didapatkan santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis. Santri dengan tingkat pengetahuan sedang berjumlah 35 orang (23,2%), sedangkan santri dengan tingkat pengetahuan buruk berjumlah 116 orang (76,8%). Berikut adalah data hubungan tingkat pengetahuan santri dengan karakteristik demografi mereka. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Usia Santri Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan usia. Hal tersebut berlawanan dengan pernyataan dari Notoadmidjo 24, yang menyatakan bahwa semakin cukup umur seseorang, maka seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. 24 Tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan usia santri dapat diakibatkan oleh rentang usia responden yang terlalu dekat. Pelaksanaan penelitian pada kelompok usia yang lebih beragam memungkinkan didapatkannya hasil yang berbeda. Berdasarkan analisis tersebut, penyuluhan kesehatan tidak perlu dilakukan dengan mempertimbangkan usia santri. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Jenis Kelamin Santri Secara umum, tingkat pengetahuan seseorang mengenai suatu hal akan lebih tinggi jika ia pernah mengalaminya secara langsung. Dengan demikian, tingkat pengetahuan perempuan mengenai pedikulosis akan lebih baik karena prevalensi pedikulosis lebih banyak pada perempuan. Selain itu, santri perempuan dapat memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik karena mereka akan lebih sering mencari informasi mengenai pedikulosis. Pada penelitian, hasil analisis data dengan uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis dengan jenis kelamin santri. Hal tersebut dapat terjadi karena keterbatasan sumber informasi khusus mengenai pedikulosis dalam pesantren X, sehingga meskipun santri perempuan akan lebih sering mencari informasi mengenai pedikulosis dibanding santri laki-laki, tingkat pengetahuan mereka tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, bila akan dilakukan penyuluhan, tidak perlu dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Pendidikan Santri Notoadmijo 24 menyatakan bahwa secara umum, tingkat pengetahuan seseorang berbanding lurus dengan tingkat pengetahuannya. Berdasarkan teori tersebut, santri dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibanding santri

14 dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Tetapi, berdasarkan analisis data menggunakan uji chi square, tidak didapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan santri dengan tingkat pendidikannya. Tidak didapatkannya perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna antara santri dengan tingkat pendidikan Tsanawiyah maupun Aliyah dapat terjadi karena responden berada pada satu lingkungan geografis yang sama, sehingga informasi yang didapatkan responden relatif sama. Berdasarkan analisis tersebut, penyuluhan yang akan dilakukan tidak perlu mempertimbangkan tingkat pendidikan santri. Proporsi Pertanyaan Pada kuesioner penelitian, pertanyaan mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis berjumlah 10 buah. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pertanyaan yang dijawab benar oleh seluruh santri. Skor total tertinggi terdapat pada pertanyaan keenam, sementara skor total terendah terdapat pada pertanyaan terakhir. Pertanyaan keenam adalah mengenai cara menghilangkan tuma yang paling tepat. Pilihan jawaban yang benar adalah (a) membunuh tuma dan (b) menghilangkan telur tuma, masingmasing berbobot 2,5. Skor maksimal didapatkan apabila santri menjawab keduanya. Skor total yang diperoleh santri pada pertanyaan tersebut adalah 87,4% dari skor maksimal. Pertanyaan terakhir adalah mengenai tindakan yang dilakukan untuk memberantas tuma. Pilihan jawaban yang benar adalah (a) mencuci kerudung dengan sabun, (b) mencuci kerudung dengan air panas, dan (c) membersihkan sisir dengan disikat. Jawaban (a) bernilai 1,5, jawaban (b) bernilai 2, dan jawaban (c) bernilai 1,5. Skor maksimal didapatkan apabila santri menjawab ketiganya. Seluruh santri yang mendapatkan skor pada pertanyaan ini hanya memilih jawaban (b), sisanya menjawab tidak tahu. Skor total yang didapatkan santri pada pertanyaan ini adalah 10,6% dari skor maksimal. Berdasarkan analisis data, dapat diketahui bahwa santri sudah cukup mengetahui mengenai cara menghilangkan tuma sehingga penyuluhan tidak perlu terlalu ditekankan mengenai hal tersebut. Namun, pengetahuan santri mengenai pemberantasan tuma tergolong rendah, sehingga penyuluhan perlu lebih menekankan pada hal tersebut. Kesimpulan

15 Responden terbanyak penelitian adalah santri berusia tahun (47%), laki-laki (59,1%), madrasah Tsanawiyah (50,3%). Tingkat pengetahuan santri mengenai penularan dan pemberantasan pedikulosis tidak ada yang tergolong baik, sementara yang tergolong sedang berjumlah 35 santri dan yang tergolong kurang berjumlah 116 santri. Tingkat pengetahuan santri tidak berhubungan dengan karakteristik mereka. Saran Tingkat pengetahuan santri Pesantren X perlu ditingkatkan agar mencapai kategori baik, dapat dilakukan melalui penyuluhan yang dilakukan secara rutin dan teratur oleh tenaga kesehatan. Penyuluhan tidak perlu memperhatikan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan santri. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik lain dari santri yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan, dan apakah tingkat pengetahuan yang baik berpengaruh terhadap pemberantasan pedikulosis. Kepustakaan 1. Feldmeier H, Heukelbach J. Epidermal parasitic skin disease: a neglected category of povertyassociated plagues. Bull World Health Organ. 2009;87: Harper J, Oranje A, Prose N, editors. Textbook of pediatric dermatology. 2 nd ed. Massachusetts: Blackwell Publishing Ltd; 2006.p Leung AKC. Pediculosis capitis [abstract]. J Pediatr Health Care. 2005;19: Roberts R J. Head lice. The New England Journal of Medicine. 2002;46: Harris J, Crawshaw JG, Millership S. Incidence and prevalence of head lice in a district health authority area [abstract]. Commun Dis Public Health. 2003;6: Khokhar A. A study of pediculosis capitis among primary school children in Delhi. Indian J Med Sci. 2002;56: Bachok N, Nordin RB, Awang CW, Ibrahim NA, Naing L. Prevalence and associated factor of head lice infestation among primary school children in Kelantan, Malaysia. South East Asian J Trop Med Public Health. 2006;37: Restiana R, Aminah S. Hubungan berbagai faktor resiko terhadap angka kejadian pedikulosis

16 kapitis di asrama [disertasi]. Jogjakarta: Universitas Muhammadiyah; Fatkhurrohman S. pemeriksaan pedikulosis pada anak-anak di panti sosial asuhan anak Putra Utama 1 Klender Jakarta Timur [abstrak]. Diunduh dari: Wolfram W. Lice. Medscape. [Online]. May [cited January ]. Available from: Bishop V, Boley S, Brennan B, Dyke J, Foster E, Gray J, et al. Michigan head lice manual. Michigan: Michigan Department of Community Health and Michigan Department of Education; 2004.p Handoko RP. Pedikulosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.p Barker SC, Whiting M, Johnson KP, Murrell A. Phyllogeny of the lice (insecta, phthiraptera) inferred from small subunit rrna. Zoologi Scripta. 2002;32: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel D, editors. Dermatology in general medicine. 7 th ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2008.p Rubeiz N. Pediculosis. Medscape. [Online]. May [cited January ]. Available from: Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern. Pediculosis. CDC. [Online]. Jul [cited Jan ]. Available from: Ko CJ, Elston DM. Pediculosis. Journal of the American Academy of Dermatology. 2004;50: Cueto GM, Zerba E, Picollo MI. Embryonic development of human lice: rearing conditions and susceptibility to spinosad. Mem Inst Oswaldo Cruz. 2006;101: Silva ID. Head lice infestation: diagnosis and recommended management. Prescriber. 2010;1: Elewski BE. Clinical diagnosis of common scalp disorders. J Investig Dermatol Symp Proc. 2005;10: Guenther L. Pediculosis. Medscape. [Online]. October [cited January ]. Available from: Wooltorton E. Concerns over lindane treatment for scabies and lice. Canadian Medical Association Journal. 2003;168: Bell E. Update on pharmacotherapy of head lice: practical considerations. Infectious Disease News. 2010;1: Pulungan R. Pengaruh metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD di Kecamatan Helvetia tahun 2007 [disertasi]. Diunduh dari: Buczek A, Markowska-Gosik D, Widomska D, Kawa IM. Pediculosis capitis among

17 schoolchildren in urban and rural areas of eastern poland. European Journal of Epidemiology. 2004;19: Shayeghi M, Paksa A, Abadi YS, Dehkoordi AS, Ahmadi A, Eshaghi M, et al. Epidemiology of head lice infestation in primary school pupils in Khajeh City, East Azerbaijan Province, Iran. Iranian J Arthropod-Borne Dis. 2010;4: Riswandi SF. Efek penyuluhan terhadap penanggulangan penyakit pedikulosis kapitis di dua pondok pesantren [disertasi]. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Tingkat Pengetahuan mengenai Pemberantasan Pedikulosis, di Pesantren X Jakarta Timur Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Tingkat Pengetahuan mengenai Pemberantasan Pedikulosis, di Pesantren X Jakarta Timur Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Tingkat Pengetahuan mengenai Pemberantasan Pedikulosis, di Pesantren X Jakarta Timur Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Parlindungan A 1, Menaldi SSR 2, Sungkar S 3 1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah Pediculus capitis. Terdapat 3 spesies kutu yang sering menginfestasi

Lebih terperinci

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap PEDIKULOSIS PEDIKULOSIS KAPITIS infeksi pedikulosis pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh pediculus humanus var. capitis, Gejala utamanya gatal pada kepala, bisa disertai dengan papul eritema

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur Hubungan Tingkat dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur Sahar Salim Saleh Alatas, 1 Sri Linuwih 2 1 Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Dita Permatasari, Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi 1. Program Studi Pendidikan Dokter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit merupakan penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah satu penyakit yang paling sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pediculus Humanus Capitis Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan pada pesantren Rhodlotul

Lebih terperinci

Prevalensi Pedikulosis Kapitis dan Hubungan Tingkat Infestasi dengan Karakteristik Santri Putri Pesantren X, Jakarta Timur

Prevalensi Pedikulosis Kapitis dan Hubungan Tingkat Infestasi dengan Karakteristik Santri Putri Pesantren X, Jakarta Timur Prevalensi Pedikulosis Kapitis dan Hubungan Tingkat Infestasi dengan Karakteristik Santri Putri Pesantren X, Jakarta Timur Adinda Meidisa Akhmad, Sri Linuwih Menaldi 1. Program Studi Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedikulosis kapitis (PK) adalah infestasi kutu kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup tinggi, diperkirakan

Lebih terperinci

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Penularan Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Penularan Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Penularan Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Irene Ramadhani Putri, Sri Linuwih Menaldi Program Pendidikan Dokter Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terlibat pada daerah janggut. Infiltrasi terberat sering pada regio ocipital dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terlibat pada daerah janggut. Infiltrasi terberat sering pada regio ocipital dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedikulosis Kapitis 2.2.1 Pendahuluan Pedikulosis kapitis (PK) adalah infestasi kutu kepala yang disebabkan oleh ektoparasit spesifik yang terbatas pada rambut kepala, walaupun

Lebih terperinci

Efek Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri mengenai Penularan Pedikulosis di Sebuah Pesantren, Jakarta Timur

Efek Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri mengenai Penularan Pedikulosis di Sebuah Pesantren, Jakarta Timur Efek Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri mengenai Penularan Pedikulosis di Sebuah Pesantren, Jakarta Timur Anita Tiffany, 1 Saleha Sungkar 2 1 Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedikulosis Kapitis 2.1.1 Definisi Pedikulosis kapitis adalah infestasi pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus var. capitis yang termasuk golongan

Lebih terperinci

Hubungan antara Kejadian Pedikulosis Kapitis dengan Usia di Kalangan Santriwati PPMI Assalaam Sukoharjo

Hubungan antara Kejadian Pedikulosis Kapitis dengan Usia di Kalangan Santriwati PPMI Assalaam Sukoharjo Hubungan antara Kejadian Pedikulosis Kapitis dengan Usia di Kalangan Santriwati PPMI Assalaam Sukoharjo Relationship between Pediculosis Capitis Incident and Age in female students of PPMI Assalaam Sukoharjo

Lebih terperinci

Aprilia Zulinda 1, Yolazenia 2, Zahtamal 3 ABSTRACT

Aprilia Zulinda 1, Yolazenia 2, Zahtamal 3 ABSTRACT Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Pedikulosis Kapitis pada Murid Kelas III, IV, V Dan VI SDN 019 Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru Aprilia Zulinda 1, Yolazenia 2, Zahtamal 3

Lebih terperinci

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG Octaviany P. Harjo, 2008. Pembimbing I: Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PENGOBATAN PEDIKULOSIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SANTRI PESANTREN X DI JAKARTA TIMUR

PENGETAHUAN PENGOBATAN PEDIKULOSIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SANTRI PESANTREN X DI JAKARTA TIMUR PENGETAHUAN PENGOBATAN PEDIKULOSIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SANTRI PESANTREN X DI JAKARTA TIMUR Fitria Isnarsandhi Yustisia Pembimbing : Prof.dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS Abstrak Pedikulosis

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011. Rika Prastiwi Maulani,2012. Pembimbing I : Dani, dr., M.kes Pembimbing II

Lebih terperinci

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 The Relation of Personal Hygiene with The Incidence of Scabies at Al Falah

Lebih terperinci

Oleh: ERLINA THEOVANI DAMANIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

Oleh: ERLINA THEOVANI DAMANIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara i HUBUNGAN FAKTOR HIGIENI PRIBADI, KARAKTERISTIK INDIVIDU, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SISWA SD NEGERI NO.095226 HASURUNGAN, KEC.RAYA KAHEAN, KAB. SIMALUNGUN

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA Latar Belakang: Virus Hepatitis B atau (HBV) adalah virus DNA ganda hepadnaviridae. Virus Hepatitis B dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN USIA DI KALANGAN SANTRIWATI PPMI ASSALAAM SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN USIA DI KALANGAN SANTRIWATI PPMI ASSALAAM SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN USIA DI KALANGAN SANTRIWATI PPMI ASSALAAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Nadira As ad G0012144 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2007-2011 Eggi Erlangga, 2013. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN ANGKA KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SURAKARTA

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN ANGKA KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SURAKARTA HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN ANGKA KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI

ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI Infeksi kulit bakterial merupakan masalah kesehatan ketiga di Indonesia, infeksi kulit bakterial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Skabies atau yang biasa disebut kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah kulit. 1,2

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja SMA Kelas XI mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri X Indramayu Yanuar Janatun

Lebih terperinci

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP TINGGINYA PREVALENSI PENYAKIT MALARIA DI DESA MESA KECAMATAN TNS (TEO NILA SERUA) KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2010 Helendra Taribuka,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS VI MENGENAI PENYAKIT KECACINGAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PULASAREN KOTA CIREBON TAHUN 2013 Mentari Inggit Anggraini,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD HUBUNGAN ANTARA STATUS TEMPAT TINGGAL DAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK (BREEDING PLACE) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Gisella M. W. Weey*,

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012 ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012 Janice Surjana, 2014 Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg.,skm. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat

Lebih terperinci

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

IQBAL OCTARI PURBA /IKM PENGARUH KEBERADAAN JENTIK, PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2014 TESIS OLEH IQBAL OCTARI

Lebih terperinci

PERANAN KEBERSIHAN KULIT KEPALA DAN RAMBUT DALAM PENANGGULANGAN EPIDEMIOLOGI PEDICULUS HUMANUS CAPITIS

PERANAN KEBERSIHAN KULIT KEPALA DAN RAMBUT DALAM PENANGGULANGAN EPIDEMIOLOGI PEDICULUS HUMANUS CAPITIS PERANAN KEBERSIHAN KULIT KEPALA DAN RAMBUT DALAM PENANGGULANGAN EPIDEMIOLOGI PEDICULUS HUMANUS CAPITIS (The importance of Hair and Scalp Hygiene for pediculus humanus capitis epidemic prevention) Maria

Lebih terperinci

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT KECACINGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA SISWA KELAS IV, V DAN VI DI SD NEGERI 47 KOTA MANADO ABSTRACT Eka Muriani

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PESANTREN RHODLOTUL QURAN SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PESANTREN RHODLOTUL QURAN SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PESANTREN RHODLOTUL QURAN SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017 FAKTOR RISIKO HYGIENE PERORANGAN SANTRI TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KULIT SKABIES DI PESANTREN AL- BAQIYATUSHSHALIHAT TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2017 Parman 1, Hamdani, Irwandi Rachman, Angga Pratama Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis (Habif et al., 2011). Penyakit ini menular dari manusia ke manusia melalui

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL Nurlaili Irintana Dewi, 2012. Pembimbing I : Dr. Savitri Restu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH : SERI ASTUTI HASIBUAN NIM. 101000322

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pesantren merupakan induk dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman dan hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK CORRELATION BETWEEN PERSONAL HYGIENE PRACTICE AND INCIDENCE OF SCABIES IN TRADIONAL ISLAMIC BOARDING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDUDUK TERHADAP PENYAKIT FILARIASIS LIMFATIK DI DESA BONGAS KECAMATAN PAMANUKAN KABUPATEN SUBANG TAHUN 2011 Ayu Faujiah, 2011. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU dr. SLAMET GARUT PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2011 Novina

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DI SD NEGERI KERTASARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DI SD NEGERI KERTASARI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DI SD NEGERI KERTASARI Etrine Yulianti*, Friska Sinaga**, Ferdinan Sihombing*** ***STIKes Santo Borromeus Jl. Parahyangan Kav.8 Blok B

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO Renaldi S. Sondakh*, Sulaemana Engkeng*, Christian R. Tilaar*

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 Nugraheni M. Letelay, 2013. Pembimbing I : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes Latar

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enterobius vermicularis atau cacing kremi adalah salah satu jenis cacing usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini mempunyai daerah

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI KELURAHAN KARANG MEKAR CIMAHI TENGAH

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI KELURAHAN KARANG MEKAR CIMAHI TENGAH ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI KELURAHAN KARANG MEKAR CIMAHI TENGAH Yohanes Santoso, 0310090 Pembimbing I : July Ivone, dr., MS Pembimbing

Lebih terperinci

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49 A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49 HUBUNGAN KEBIASAAN ANAK MENJAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN GIGI DENGAN KARIES MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PADANG TIMUR

Lebih terperinci

Pembimbing II : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc.

Pembimbing II : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc. ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA PREVALENSI GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMAHAI, KECAMATAN AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH, PROVINSI MALUKU, TAHUN

Lebih terperinci

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan

Lebih terperinci

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MEDAN BERDASARKAN DATA DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN TAHUN 2011 Oleh : Anita Fitriani 090100286 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSI ITAS SUMATERA UTARA U MEDAN 20122 PREVALENSI

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Berdarah Dengue dengan Pengetahuan Penanganan Awal Demam Berdarah Dengue Correlation Between Maternal Level of

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR WASTE HANDLING CORRELATION WITH THE OCCURRENCE OF DIARRHEA ON TODDLER WORKING AREA

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG PENYAKIT SCABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES Ida Nuryani Ani Rosita Nindy Yunitasari 05Idanur95@gmail.com ABSTRAK Scabies merupakan penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr

ABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr ABSTRAK HUBUNGAN PERILAKU SISWA KELAS III DAN IV DENGAN HASIL PEMERIKSAAN FESES DAN KEADAAN TANAH TERHADAP INFEKSI SOIL TRANSMITED HELMINTHS DI SDN BUDI MULYA 3 CIPAGERAN-CIMAHI Antonius Wibowo, 2007.

Lebih terperinci

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan diri merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Hidayat, 2007). Manfaat dalam menjaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Menurut metodenya penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif berarti penelitian yang bertujuan menggambarkan (deskripsi) tentang

Lebih terperinci

REVITALISASI POSKESTREN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRI DI PESANTREN AS SALAFIYYAH. Karya Tulis Ilmiah

REVITALISASI POSKESTREN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRI DI PESANTREN AS SALAFIYYAH. Karya Tulis Ilmiah REVITALISASI POSKESTREN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRI DI PESANTREN AS SALAFIYYAH Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008 ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008 Ivone. 2008.Pembimbing I : July Ivone, dr., MS. Pembimbing II : Meilinah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WARGA KECAMATAN ARCAMANIK PROVINSI JAWA BARAT MENGENAI VEKTOR DBD DAN CARA PEMBERANTASANNYA TAHUN 2012-2013 Indra Bayu, 2013; Pembimbing I : Dr. Felix

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU KEPALA KELUARGA DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI DESA PINTADIA KECAMATAN BOLAANG UKI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Suharto S. Bunsal*, A. J. M. Rattu*, Chreisye K.F.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara non klasikal.

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) Dyah Surya Kusumawati (Prodi S1 Keperawatan) Stikes Bhakti

Lebih terperinci

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013 The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013 Angka Kejadian Konjungtivitis di RS Pedesaan dibandingkan dengan RS Perkotaan 1 Januari -31 Desember

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG Adhiana Aysha Rohman 1), Syamsulhuda 2), Anung Sugihantono 3) Bagian Pendidikan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR MINAHASA Trifena Manaroinsong*, Woodford B. S Joseph*,Dina V Rombot** *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Bandung terhadap Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS Tahun 2016 Relationship Between Knowledge

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT SKABIES TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENDERITA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN 1 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN 2011. Oleh: IZZATI AFIFAH AZMI 080100307 FAKULTAS

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 i KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013 Oleh : YAATHAVI A/P PANDIARAJ 100100394 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL. 1 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL Manuscript Oleh : Christiana Nindya Timur G2A210005 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia (Heukelbach et al. 2006).

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Ditempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN 2014 DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF

Lebih terperinci