Prevalensi Pedikulosis Kapitis dan Hubungan Tingkat Infestasi dengan Karakteristik Santri Putri Pesantren X, Jakarta Timur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prevalensi Pedikulosis Kapitis dan Hubungan Tingkat Infestasi dengan Karakteristik Santri Putri Pesantren X, Jakarta Timur"

Transkripsi

1 Prevalensi Pedikulosis Kapitis dan Hubungan Tingkat Infestasi dengan Karakteristik Santri Putri Pesantren X, Jakarta Timur Adinda Meidisa Akhmad, Sri Linuwih Menaldi 1. Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2. Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Abstrak Pedikulosis kapitis adalah penyakit di rambut dan kulit kepala. Penyakit ini menimbulkan gatal sehingga dapat mengganggu aktivitas dan menurunkan kepercayaan diri. Pada infestasi berat juga dapat terjadi infeksi sekunder. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi pedikulosis kapitis, serta hubungan tingkat infestasi dengan karakteristik individu. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan santri putri Pesantren X, Jakarta Timur sebagai respondennya. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan melakukan pemeriksaan fisik pada 63 santri putri. Data diolah dengan program SPSS versi 11.5 dan dianalisis dengan uji chi square dan Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh santri terinfestasi pedikulosis kapitis dan mengeluh gatal. Santri yang terinfestasi ringan sebanyak 77,78% dan yang terinfestasi berat sebanyak 22,22%. Uji chi square dan Kolmogorov-Smirnov tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara tingkat infestasi pedikulosis dengan karakteristik santri, yaitu tingkat pendidikan, usia, jenis rambut, panjang rambut, dan frekuensi keramas. Disimpulkan, prevalensi pedikulosis di pesantren X, Jakarta Timur tergolong tinggi, serta tingkat infestasinya tidak berhubungan dengan karakteristik santri. The Prevalence of Pediculosis Capitis and the Association between the Level of Infestation and the Characteristics of Female Students in X Boarding School, East Jakarta Abstract Pediculosis capitis is a disease of the hair and scalp. The disease can cause itching that can interfere with the activity and also lowers self-esteem. In severe infestations, secondary infection can occur. The study was conducted to determine the prevalence of pediculosis capitis, infestation level and its association with individual characteristics. The study used a cross sectional design with the female students of X Boarding School, East Jakarta as respondents. The data collection was conducted on January 22 nd, 2011 by performing physical examination to 63 female students. The data was processed with SPSS 11.5 version and analyzed using chi square test and the Kolmogorov-Smirnov. The results showed that all students with pediculosis capitis and complain of itch. Students that were infested lightly were 77,78% and 22,22% werre heavily infested. Chi square test and the Kolmogorov-Smirnov test showed no significant differences characteristics of the students, the level of education, age, hair type, hair length, and frequency of hair washing. In conclusion, the prevalence of pediculosis in X Boarding School, East Jakarta was high, and the level of infestation was not associated with the characteristics of the students. Keywords: Prevalence of pediculosis capitis, boarding school, female students, the level of infetation, the characteristics of students

2 Pendahuluan Pedikulosis kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa tuma kepala Pediculus humanus var. capitis. Infestasi tuma ini hanya melalui penularan dari orang lain yang sudah terinfestasi P. h. capitis sebelumnya. 1 Prevalensi kejadian pedikulosis kapitis di dunia cukup bervariasi, dari 1,92% penduduk Spanyol hingga 81,5% penduduk Argentina. 2 Dari penelitian yang telah dilakukan di Indonesia, 71,3% putri yang tinggal di asrama di Yogyakarta terinfestasi pedikulosis kapitis. 3 Penelitian di Malaysia membagi tingkatan manifestasi dari pedikulosis kapitis, yaitu prevalensi P. h. capitis mencapai 35%, dengan 18,2% adalah infestasi ringan dan 16,8% adalah infestasi berat. 4 Infestasi ringan P. h. capitis bisa saja tidak menimbulkan gejala atau menimbulkan rasa gatal. Infestasi yang lebih berat dari ektoparasit ini dapat berdampak pada timbulnya rasa gatal berlebihan serta menyebabkan luka lecet pada kulit kepala akibat garukan. Selain itu, infestasi berat juga dapat menyebabkan rambut menggumpal. Akibatnya, kualitas tidur menurun, aktivitas sehari-hari terganggu, serta dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kurangnya rasa percaya diri. 1,4 Untuk mengisap darah manusia, tuma akan menggigit kulit kepala responden dan mengeluarkan ekskretan berupa liur yang menimbulkan rasa gatal. Rasa gatal akan menimbulkan keinginan untuk menggaruk, sehingga menyebabkan luka di kulit kepala. Luka ini dapat menjadi jalan bagi organisme lain untuk menginfeksi, sehingga menimbulkan dampak yang sistemik. 1,4 Pedikulosis kapitis sering diabaikan oleh masyarakat karena tidak memberikan dampak yang berbahaya secara signifikan. 4 Infestasi P. h. capitis hanya disebabkan oleh penularan, misalnya jika menggunakan sisir, topi, handuk, atau bantal milik responden yang terinfestasi P. h. capitis. 5 Kebiasaan pinjam meminjam barang tersebut merupakan penyebab berpindahnya tuma dari satu responden ke responden lainnya karena tuma tidak dapat terbang. Barang-barang pinjaman merupakan media yang baik untuk penularan, terlebih lagi jika barang-barang tersebut jarang dibersihkan sehingga menjadi habitat yang baik untuk tuma. 6 Meskipun hanya dapat ditularkan melalui kontak langsung, berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat beberapa

3 faktor risiko berupa karakteristik dan kebiasaan dari responden yang memicu peningkatan dari kejadian pedikulosis kapitis. Responden berjenis kelamin perempuan atau responden yang tinggal di pemukiman padat cenderung mempunyai kemungkinan lebih tinggi untuk terinfestasi P. h. capitis. 2,7 Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan mengenai faktor-faktor berupa karakteristik dan kebiasaan individu yang berhubungan dengan terjadinya infestasi P. h. capitis sehingga dapat mengurangi kemungkinan timbulnya dampak dari infestasi yang berat serta dapat mencegah infestasi secara keseluruhan. Dengan demikian, dapat dilakukan usaha pencegahan agar terhindar dari infestasi penyakit tersebut. Tinjauan Teoritis P. h. capitis termasuk golongan filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Phthiraptera, subordo Anoplura, family Pediculidae dan species Pediculus humanus. 5 Pedikulosis kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi P. h. capitis. P. h. capitis adalah tuma kepala yang hidup parasit pada hospes manusia, sehingga disebut juga Pediculus humanus var. capitis. Tuma ini berbeda dengan kutu yang menginfestasi badan, yaitu Pediculus humanus var. corporis ataupun kutu pada kemaluan, yaitu Pthirus pubis. 8 Ukuran tuma berkisar 3-4 mm, dengan ukuran betina relatif lebih besar dibandingkan dengan yang jantan. Tuma mempunyai tiga pasang kaki tetapi tidak memiliki sayap. Di bagian kepala terdapat sepasang mata, sepasang antena, serta alat penusuk. Tuma berwarna abu-abu dan berubah menjadi kemerahan setelah mengisap darah. 5,9 Tuma dewasa hidup di kulit kepala, sedangkan telurnya melekat pada helai rambut. Telur tuma berwarna putih dan mengkilat, sedangkan telur yang mati berwarna abu-abu. Semakin menjauhi pangkal rambut, telur semakin matang. 10,11 P. h. capitis adalah parasit obligat karena selama hidupnya bergantung kepada hospes untuk mengisap darah. Tuma hanya dapat bertahan hidup di luar habitatnya hingga dua hari, sedangkan telurnya dapat bertahan hidup hingga 10 hari. Siklus hidup P. h. capitis dimulai dari stadium telur yang melekat pada helai rambut dengan perekat kitin. Telur dihasilkan oleh tuma betina setelah melakukan kopulasi dengan tuma jantan. Sebelum melakukan kopulasi, tuma dewasa harus menghisap darah terlebih dahulu. 5 Kemudian, telur tuma akan menetas menjadi nimfa dalam waktu 8-10 hari. Setelah menetas, nimfa harus segera mengisap darah agar tidak mati. Nimfa akan menjadi dewasa dalam waktu 2-3 minggu. 12,13 Tuma betina hanya dapat bertahan hidup selama sebulan dan pada jangka waktu tersebut menghasilkan 7-

4 10 telur. Tuma betina meletakkan telur-telurnya pada malam hari. Telur-telur tuma tersebut membutuhkan kondisi yang optimum agar dapat menetas, yaitu pada suhu sekitar 30 o C dan kelembaban hingga 70%. 5 Tuma dapat bermigrasi hingga 23 cm/menit dan juga dapat melekat pada rambut dengan menggunakan cakarnya. Siklus hidup tuma berkisar selama 30 hari. Tuma menghisap darah setiap 4-6 jam sekali dan bersamaan dengan itu mengeluarkan salivanya. Saliva tersebut, juga feses yang dihasilkannya, merupakan penyebab timbulnya reaksi inflamasi yang berujung pada pruritus. 2,5,14 Infestasi tuma dapat melalui kontak fisik atau melalui perantara barang yang digunakan bersama-sama. 5 Tuma dari kepala hospes pertama dapat hidup di barang-barang yang digunakan hospes tersebut, lalu berpindah ke hospes kedua saat ia menggunakan barangbarang hospes pertama. Untuk bertahan hidup, tuma akan menghisap darah hospesnya dan bersamaan dengan itu tuma juga akan mengeluarkan ekskretan yang dapat menyebabkan gatal, iritasi, dan papul merah. Krusta hemorrhagic muncul di tempat tuma tersebut mengisap darah. Rasa gatal biasanya lebih dominan dirasakan pada bagian oksipital dan temporal kepala, sehingga lecet juga banyak ditemukan di daerah tersebut. Gejala-gejala ini akan muncul beberapa minggu setelah infestasi pertama. Infeksi sekunder juga dapat terjadi akibat garukan, sehingga menimbulkan pus, krusta, impetigo, pioderma, serta dapat berujung pada infestasi yang lebih berat seperti plica polonica, dengan ciri khas rambut yang menggumpal dan berbau busuk akibat pus dan eksudat dari infeksi. Selain itu, juga dapat ditemukan penonjolan pada daerah kelenjar getah bening, seperti di daerah tengkuk, akibat keterlibatan mikroorganisme lain yang menginfeksi. 12,16 Awalnya, telur tuma diletakkan pada daerah proksimal helaian rambut yang dekat dengan kulit kepala karena telur membutuhkan kelembaban dan kehangatan untuk inkubasi. Kemudian, telur akan semakin ke arah distal menjauhi kulit kepala seiring dengan bertambah panjangnya rambut. Telur tuma yang melekat semakin jauh dari kulit kepala menunjukkan telur yang lebih matang. 5 Diagnosis dapat ditegakkan jika ditemukan tuma dewasa atau nimfa pada kulit kepala dan/atau telur tuma yang melekat pada helai rambut. Tuma dapat dilihat hanya dengan mata telanjang, tetapi tuma akan lebih mudah diidentifikasi dengan pemeriksaan menggunakan Wood's lamp atau menyisir rambut dengan sisir bergigi rapat. 11,16

5 Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari kontak dengan pasien yang terinfestasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, maksudnya adalah dengan menghindari kontak fisik langsung rambut dengan rambut, sedangkan secara tidak langsung adalah dengan tidak membiasakan budaya pinjam-meminjam barang-barang yang dapat menjadi perantara berpindahnya tuma, seperti sisir, handuk, dan kerudung. 5 Upaya pencegahan lainnya adalah dengan membersihkan sisir dengan air panas, lalu dikeringkan dengan pengering berudara hangat. Handuk dan kerudung dicuci dengan air hangat dan disetrika untuk membunuh tuma dan telurnya. 9 Pencegahan penting sekali dilakukan kepada pasien yang sudah sembuh agar tidak terjadi infestasi untuk kedua kalinya karena biasanya tuma sudah resisten terhadap pengobatan yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. 8,17 Pedikulosis kapitis dapat diobati dengan chemical pediculicide seperti lotion ivermectin 0.8%, lotion malathion 0.5% atau 1%, cream permethrin 1%, cream gama benzene heksaklorida 1%, atau pyrethrins 0.17% atau 0.33%. Untuk pemakaiannya, cuci rambut hingga bersih lalu oleskan cream atau lotion tersebut dan dibiarkan hingga 12 jam. Setelah itu rambut dicuci lagi hingga bersih. Pengobatan tersebut efektif hanya untuk membasmi tuma dewasa dan nimfa, tidak untuk menghilangkan telur. Untuk itu, pengobatan tersebut juga harus disertai dengan penyisiran rambut dengan serit untuk menghilangkan telur tuma dari helaian rambut. Pengobatan ini dilakukan setiap 7-10 hari agar tuma dapat hilang secara total. Jangka waktu ini disesuaikan dengan lama waktu telur untuk menetas. 8,17 Untuk obat oral, ivermectin (Stromectol) dosis 200 mcg/kg efektif untuk membunuh P. h. capitis dewasa dan nimfa, tetapi tidak dapat memusnahkan telur. Sedangkan untuk membunuh nimfa yang baru saja menetas, perlu ditambahkan dosis kedua setelah 10 hari pengobatan pertama. 18 Pada responden yang sudah menderita infeksi sekunder berat, sebaiknya rambut dicukur habis. Cara ini sangat efektif dan mudah dilakukan untuk mengatasi Pedikulosis kapitis. Responden juga tetap harus diobati dengan chemical pediculicide serta ditambah antibiotika sistemik dan topikal. 9 Selain itu, semua pakaian dan sprei tempat tidur juga harus dicuci dengan air hangat serta dikeringkan dengan pengering berudara hangat. Seluruh anggota keluarga juga harus diberikan perlakuan yang sama untuk menghindari terjadinya reinfestasi. 19 Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya infestasi P. h. capitis. Salah satu faktornya adalah tingkat pendidikan. Penelitian yang dilakukan di Iran menyatakan bahwa 9,2% pelajar terinfestasi P. h. capitis, yang mencakup 3% siswa SMP dan 3,2% siswa SMA. 20 Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat infestasi P. h.

6 capitis. Penelitian lain yang dilakukan di asrama Yogyakarta juga menunjukkan hal yang sama. Persentase kejadian Pedikulosis kapitis pada tingkat pengetahuan yang rendah (71,4%), sedang (70,6%), dan tinggi (71,4%) tidak jauh berbeda. 3 Pendapat lain menyatakan prevalensi yang tinggi pada anak yang lebih muda disebabkan oleh tingginya interaksi antaranak usia sekolah, sehingga transmisi tuma lebih mudah terjadi. 21 Dari penelitian yang dilakukan oleh Rizqi Restiana dan Siti Aminah, didapatkan bahwa ada perbedaan hubungan yang berarti antara usia dengan kejadian Pedikulosis kapitis. Penelitian yang dilakukan pada rentang usia tahun ini memberikan hasil bahwa semakin meningkatnya usia akan menurunkan tingkat kejadian Pedikulosis kapitis. 3 Namun, penelitian lain memberikan hasil berbeda. Penelitian yang dilakukan di Mexico menyatakan bahwa tingkat kejadian Pedikulosis kapitis di bawah usia 9 tahun tidak jauh berbeda dengan tingkat kejadian pada usia di atas 9 tahun. 22 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa P. h. capitis dapat menginfestasi seluruh tingkatan usia. Penelitian di asrama Yogyakarta memberikan hasil bahwa terdapat hubungan antara jenis rambut dengan kejadian Pedikulosis kapitis. Hasil penelitian menunjukkan tipe rambut keriting memiliki presentase tingkat kejadian yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe rambut lurus dan bergelombang. Hal ini diduga karena kutu lebih mudah bersembunyi pada rambut dengan tipe keriting. 3 Namun, penelitian lain memberikan pernyataan yang sebaliknya. Penelitian yang dilakukan pada Amerika Utara menunjukkan bahwa infestasi P. h. capitis lebih sering terjadi pada orang berkulit putih dibandingkan orang berkulit hitam. Hal ini disebabkan karena tuma tidak dapat melekat erat pada jenis rambut keriting pada orang berkulit hitam. 16 Panjang rambut berhubungan dengan jumlah telur tuma yang melekat pada helai rambut. Selain itu, semakin ke ujung rambut semakin matang telur dan semakin mendekati waktu untuk menetas. Penelitian yang dilakukan pada anak sekolah di daerah pedesaan Mexico menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hubungan antara panjang rambut dengan kejadian Pedikulosis kapitis. 22 Hal ini berbeda dengan penelitian lain yang dilakukan di Yogyakarta yang menunjukkan bahwa ada perbedaan hubungan antara keduanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin panjang rambut semakin tinggi angka kejadian Pedikulosis kapitis. 3 Hal ini juga mendukung pernyataan bahwa anak putri mempunyai faktor risiko yang lebih tinggi untuk terinfestasi P. h. capitis akibat panjang rambut yang relatif lebih panjang jika dibandingkan dengan anak laki-laki. 21

7 Frekuensi keramas yang dimaksud di sini adalah seberapa seringnya seseorang berkeramas, yang pada penelitian ini dihitung dalam jangka waktu seminggu, dan hubungannya dengan tingkat kejadian Pedikulosis kapitis. Jan Krueger menyatakan bahwa mencuci rambut hanya dapat membuat tuma menjadi bersih, tidak menghilangkannya. 23 Pendapat lainnya dari Nonprescription Drug Manufacturers Association menyatakan bahwa telur-telur tuma melekat sangat erat di helaian rambut, sehingga mencuci rambut atau menyisir rambut seperti biasa tidak dapat menyingkirkannya. 24 Bertolak belakang dari pernyataan tersebut, penelitian yang dilakukan di Mexico memberikan hasil bahwa frekuensi keramas yang tinggi berhubungan dengan tingkat kejadian Pedikulosis kapitis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 13,6% pelajar terinfestasi P. h. capitis yang mencakup 20,5% pelajar yang mencuci rambut sehari sekali dan 64,7% pelajar yang mencuci rambut lebih dari sekali dalam sehari. Jadi, semakin sering seseorang mencuci rambutnya semakin tinggi risikonya terinfestasi P. h. capitis. 22 Pesantren sering disebut pondok pesantren, dengan kata pondok yang berarti asrama, dan kata pesantren yang berarti tempat belajar para santri putri. Santri putri adalah orang yang belajar mendalami pengetahuan Islam. 22 Pesantren adalah lembaga untuk mempertahankan nilai-nilai keislaman dengan didasari oleh pendidikan. Pesantren adalah tempat untuk mengembangkan dan menyebarkan agama islam dengan cara menghasilkan kader-kader ulama yang berkualitas. 24 Pesantren X terletak di wilayah Jakarta Timur dengan luas tanah m 2 dan luas bangunan m 2. Pesantren ini merupakan pusat pendidikan berbasis agama yang terdiri atas tingkat Tsanawiyah yang setara dengan pendidikan SMP dan Aliyah yang setara dengan pendidikan SMA. Beberapa fasilitas tersedia pada pesantren ini, yaitu asrama putra yang terdiri atas 6 kamar, asrama putri yang terdiri atas 2 rumah, 1 masjid, 1 perpustakaan, 1 aula, 2 bangunan sekolah, 1 lapangan utama, 1 wartel, 1 lapangan bawah, 1 poskestren, 1 laboratorium komputer, 1 kantin, dan 1 toko buku. Pesantren X memiliki jumlah total 340 santri putri laki-laki dan putri pada tingkat pendidikan Tsanawiyah dan Aliyah. Pada saat penelitian dilaksanakan, didapatkan 63 santri putri untuk berpartisipasi. Responden penelitian ini terdiri dari 29 (46%) santri putri Tsanawiyah dan 34 (54%) santri putri Aliyah. Sebaran usia dari responden penelitian dibagi menjadi 16 (25,4%) santri putri berusia tahun, 14 (22,2%) santri putri berusia tahun, 33 (52,4%) santri putri berusia tahun.

8 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional karena peneliti ingin mengetahui hubungan pedikulosis kapitis dengan berbagai karakteristik dan kebiasaan responden tanpa diberikan intervensi. Penelitian yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2011, bertempat di Pesantren X, Jakarta Timur. Pemilihan tempat didasarkan oleh kehomogenan responden serta perkiraan bahwa terdapat keberagaman karakteristik dan kebiasaan responden yang diteliti pada penelitian. Populasi target pada penelitian ini adalah santri putri Pesantren X, Jakarta Timur. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah santri putri Tsanawiyah dan Aliyah di Pesantren X, Jakarta Timur yang berada di lokasi saat penelitian dilaksanakan. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan total population, yaitu 63 santri putri Tsanawiyah dan Aliyah di Pesantren X, Jakarta Timur yang berada di lokasi saat dilakukan pengambilan data. Data diperoleh melalui pemeriksaan fisik pada rambut dan kulit kepala responden serta kuesioner yang diisi oleh responden. R responden diberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan, kemudian peneliti meminta persetujuan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan. Responden berhak untuk menolak ikut dalam penelitian. Peneliti membimbing responden untuk mengisi kuesioner. Setelah itu, peneliti melakukan pemeriksaan fisik dengan cara melihat keadaan rambut dan kulit kepala responden. Peneliti menyisir rambut responden dengan serit pada bagian oksiput serta temporal bagian kiri dan kanan untuk menemukan tuma dewasa dan nimfa. Peneliti juga mengambil sampel rambut dari responden untuk melihat telur tuma yang menempel pada helaian rambut tersebut. Rambut yang diambil adalah rambut dengan helaian terpanjang. Selain itu, peneliti juga melihat keadaan kulit kepala responden apabila ada luka lecet. Formulir pemeriksaan fisik diisi langsung oleh peneliti dan digunakan dalam pengolahan data. Pada penelitian ini, variabel independennya adalah karakteristik responden, yaitu karakteristik demografi dan karakteristik rambut, serta kebiasaan responden, yaitu frekuensi keramas dari responden. Sedangkan variabel dependennya adalah tingkat infestasi, yaitu infestasi ringan dan berat. Gaya hidup dan keadaan lingkungan merupakan variabel perancu yang harus dikontrol di penelitian ini.

9 Data selanjutnya diolah dan dianalisis menggunakan program komputer SPSS 11.5 for Windows. Uji statistik dimulai dengan uji normalitas data pada tiap-tiap variabel untuk mengetahui normalitas distribusi frekuensi masing-masing variabel data. Setelah itu, dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui korelasi antara variabel-variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji chi square atau Kolmogorov Smirnov jika syarat uji chi square tidak terpenuhi. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua santri putri terinfestasi pedikulosis kapitis (prevalensi 100%). Semua santri putri mempunyai keluhan gatal dan sebanyak 14 (22,2%) santri putri yang mengalami infestasi berat karena terdapat luka lecet. Tabel 1 menunjukkan penyebaran tingkat infestasi pedikulosis kapitis berdasarkan karakteristik demografi santri putri, yaitu tingkat pendidikan dan usia. Dari uji chi square pada faktor tingkat pendidikan didapatkan bahwa data dari hasil penelitian tidak berbeda bermakna. Begitu juga dengan faktor usia, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Tabel 1. Sebaran Pedikulosis Kapitis Berdasarkan Karakteristik Demografi Santri Putri Karakteristik Demografi Pendidikan Infestasi Berat Infestasi Ringan Uji Statistik Tsanawiyah 7 22 chi square Aliyah ,736 Jumlah Usia tahun 7 23 Kolmogorov-Smirnov tahun Jumlah Tabel 2 menunjukkan penyebaran tingkat infestasi P. h. capitis berdasarkan karakteristik rambut santri putri, yaitu jenis rambut dan panjang rambut. Dari uji Kolmogorov-Smirnov pada faktor jenis rambut didapatkan hasil bahwa yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna. Begitu juga dengan faktor panjang rambut yang menunjukkan hasil data yang tidak berbeda bermakna pada uji Kolmogorov-Smirnov.

10 Tabel 2. Sebaran Pedikulosis Kapitis Berdasarkan Karakteristik Rambut Santri Putri Karakteristik Rambut Jenis rambut Infestasi Berat Infestasi Ringan Uji Statistik Lurus 8 30 Kolmogorov-Smirnov Ikal dan keriting Jumlah Panjang rambut Panjang Kolmogorov-Smirnov Pendek 2 1 0,979 Jumlah Tabel 3 menunjukkan penyebaran tingkat infestasi P. h. capitis berdasarkan frekuensi keramas santri putri dalam jangka waktu seminggu. Uji Kolmogorov-Smirnov pada faktor ini tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Tabel 3. Sebaran Pedikulosis Kapitis Berdasarkan Karakteristik Frekuensi Keramas Santri Putri Frekuensi Keramas Infestasi Infestasi Berat Ringan Uji Statistik Setiap hari 1 6 Kolmogorov-Smirnov Dua kali dan tiga kali seminggu Jumlah Pembahasan Pedikulosis kapitis memang bukan penyakit yang berbahaya, tetapi masyarakat perlu mendapatkan pengetahuan mengenai pedikulosis kapitis beserta faktor-faktor yang berhubungan agar tidak terjadi penularan yang berlanjut yang dapat berujung pada penurunan daya kerja seseorang akibat gatal yang dirasakan penderita. 4 Prevalensi pedikulosis kapitis di pesantren cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena lingkungan yang padat, sehingga memungkinkan tuma untuk menyebar di dalam populasi tersebut. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa prevalensi pedikulosis kapitis di pesantren X, Jakarta Timur adalah 100%. Tingginya prevalensi pedikulosis kapitis ini disebabkan karena ketidakacuhan mereka terhadap penyakit ini. Hal ini terbukti pada saat pemeriksaan fisik rambut dan kulit kepala, para santri putri mempunyai pengetahuan mengenai penyakit ini. Mereka tahu bahwa penyakit ini dapat ditularkan dari kebiasaan pinjam-meminjam barang di

11 antara mereka. Sudah ada usaha dari mereka untuk mengobati penyakit ini, yaitu dengan memberantas tuma dengan obat tuma saat kembali ke rumah masing-masing di waktu liburan. Namun, saat mereka kembali bersekolah di pesantren ter sebut, tuma akan kembali menginfestasi para santri putri. Proses pengobatan ini juga semakin dipersulit karena mereka diharuskan untuk tidur di kasur yang sama secara bersama-sama. Pada penelitian di Eropa 2, ditemukan bahwa pedikulosis kapitis lebih sering terjadi di daerah perkampungan dengan responden berumur sekitar 8-12 tahun. Terdapat hasil penelitian lain yang mendukung yaitu dari penelitian yang dilakukan oleh Rizqi Restiana 3, dilaporkan bahwa di salah satu pesantren yang berlokasi di Yogyakarta, prevalensi pedikulosis kapitis mencapai 71,3%. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pedikulosis kapitis perlu diberi perhatian lebih lanjut dan mencari faktor-faktor yang mempengaruhi infestasinya untuk menekan prevalensi pedikulosis kapitis di daerah berpemukiman padat. Tatalaksana utama untuk menghilangkan gejala pasien pedikulosis kapitis adalah dengan mengatasi rasa gatalnya. Gatal yang sangat mengganggu aktivitas terjadi pada infestasi berat P. h. capitis. 1,12 Data yang dihasilkan dari penelitian adalah hanya 22,22% dari seluruh santri putri yang mengalami luka lecet. Angka ini menunjukkan prevalensi santri putri yang terinfestasi berat lebih sedikit dibandingkan santri putri yang terinfestasi ringan. Uji statistik chi square pada tingkat pendidikan memberikan nilai p= 0,736, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan santri putri dan tingkat infestasi P. h. capitis. Meskipun berada pada tingkat pendidikan yang berbeda, setiap santri putri memiliki pengetahuan yang sama mengenai pedikulosis kapitis karena masingmasing pernah mengalaminya. Selain itu, para santri putri dengan tingkat pendidikan yang berbeda hidup bersama-sama dalam satu lingkungan, sehingga tingkat pengeahuannya mengenai tuma kepala tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat infestasi P. h. capitis. Hasil uji Kolmogorov Smirnov pada faktor usia menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan tingkat infestasi P. h. capitis. Hal ini dapat dilihat dari nilai p= 1. Usia yang lebih tua tidak menunjukkan tingkat kedewasaan yang lebih tinggi ataupun pengetahuan yang lebih luas karena para santri putri tetap saja terinfestasi P. h. capitis akibat ketidakacuhan mereka terhadap penyakit ini.

12 Jenis rambut lurus, ikal, dan keriting tidak mempengaruhi tingkat infestasi P. h. capitis. Namun demikian, tekstur rambut yang lembut lebih disukai oleh tuma daripada yang keras. Penelitian yang dilakukan oleh Witkowski 25 menunjukkan bahwa infestasi P. h. capitis pada orang kulit hitam lebih rendah dibandingkan orang kulit putih. Schold 26 menyatakan bahwa orang kulit hitam memiliki rambut keriting dengan tekstur yang lebih keras, berbeda dengan orang kulit putih yang memiliki rambut lurus dan ikal dengan tekstur yang lebih lembut. Oleh karena itu, infestasi pedikulosis lebih tinggi pada orang kulit putih dengan tekstur rambut yang lebih halus. Namun, penelitian yang hanya melibatkan orang kulit hitam pun akan memberikan hasil infestasi yang tinggi, karena tuma terpaksa menyesuaikan diri dengan tekstur rambut yang kasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis rambut tidak mempengaruhi tingkat infestasi karena secara umum tekstur rambut orang Indonesia serupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik tidak ditemukan hubungan antara panjang rambut dan tingkat infestasi P. h. capitis. Hal ini disebabkan karena rambut hanya sebagai tempat melekatnya telur tuma. Jadi, semakin panjang rambut, semakin banyak telur yang dapat melekat. Namun, tingkat kemungkinan seseorang untuk terinfestasi P. h. capitis lebih berat ataupun lebih ringan tidak ditentukan oleh panjang rambutnya karena telur yang melekat pada helaian rambut tidak dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas serta menimbulkan rasa gatal pada hospes. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laki-laki dan putri, yang identik dengan perbedaan panjang rambut, mempunyai kemungkinan yang sama untuk terinfestasi berat P. h. capitis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi keramas dengan tingkat infestasi Pedikulosis kapitis. Nilai p = 1 yang berarti prevalensi Pedikulosis kapitis tidak berhubungan dengan frekuensi keramas. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sesering apapun para santri putri mencuci rambutnya, tetap saja mereka tidak dapat terhindar dari infestasi Pedikulosis kapitis, baik infestasi berat ataupun ringan. Hal ini dapat dimengerti karena keramas tidak dapat membunuh tuma atau menghilangkan telurnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat infestasi P. h. capitis tidak berhubungan dengan semua faktor yang diuji. Tingkat infestasi dipengaruhi oleh banyaknya tuma, sehingga responden akan merasakan gatal yang berlebihan akibat hipersensitivitas terhadap air liur dan

13 feses tuma. Rasa gatal tersebut akan mengakibatkan responden menggaruk hingga lecet dan memungkinkan terjadi infeksi. Tingkat pendidikan, usia, jenis rambut, panjang rambut, dan frekuensi keramas tidak mempengaruhi tingkat infestasi P. h. capitis. Kesimpulan Prevalensi Pedikulosis kapitis di pesantren X, Jakarta Timur adalah 100%, yaitu seluruh santri putri Tsanawiyah dan Aliyah. Setiap santri putri tersebut mengeluh gatal di kulit kepala dan 22,22% terinfestasi berat P. h. capitis. Selain itu, semua karakteristik santri putri, yaitu tingkat pendidikan, usia, jenis rambut, panjang rambut, serta frekuensi keramas tidak berhubungan dengan tingkat infestasi pedikulosis kapitis. Saran Prevalensi pedikulosis kapitis pada pesantren X harus diturunkan dengan memberantas tuma secara serentak dan disertai dengan pemberian penyuluhan secara berkelanjutan dan berkala. Selain itu, penelitian lebih lanjut perlu diadakan untuk mengetahui faktor-faktor risiko lainnya yang mempengaruhi terjadinya pedikulosis kapitis. Daftar Referensi 1. Davarpanah MA, Mehrabani D, Khademolhosseini F, Mokhtari A, Bakhtiari H, Neirami R. The prevalence of Pediculus capitis among school children in Fars Province, Southern Iran. Iranian J Parasitol. 2009; 4: Buczek A, Gosik DM, Widomska D, Kawa IM. Pediculosis capitis among schoolchildren in urban and rural areas of Eastern Poland. European Journal of Epidemiology. 2004; 19: Restiana R, Aminah S. Hubungan berbagai faktor resiko terhadap angka kejadian pedikulosis kapitis di asrama. [dissertation]. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah; Bachok N, Nordin RB, Awang CW, Ibrahim NA, Naing L.Prevalence and associated factors of head lice infestation among primary schoolchildrean in Kelantan, Malaysia. Universiti Sains Malaysia. 2006; 37: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel D, editors. Dermatology in general medicine. 7 th ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc; p Schmitt BD. Instructions for pediatric patients. WB Saunders Company. 1999; 2: 114.

14 7. El Enin AA, Osman A. The prevalence of pediculosis capitis in primary school children in Assuit Governorate (a socioeconomic study). The Egyptian Journal of Hospital Medicine. 2007; 29: Allen LV. Basics of compounding for Pediculosis capitis. International Journal of Pharmaceutical Compounding. 2003; 7: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6 th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; p Goroll AH, Mulley AG. Primary care medicine: Office evaluation and management of the adult patient. 6 th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; Frankel DH. Field guide to clinical dermatology. 2 nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; Riswandi SF. Efek Penyuluhan terhadap penanggulangan penyakit pedikulosis kapitis di dua pondok pesantren. [dissertation]; Borton D, Brinsko V, Gilmore GK, Hendler CB, Kenneley IL, Lopez C, et al. Lippincott s guide to Infectious Disease. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; Diaz GJM, Mancini AJ. Head lice: Diagnosis and therapy. CNE Series. [report]; CDC. Lice_LifeCycle [Internet] [Diperbarui 2009 Juli 20; sitasi pada 2012 Januari 17]. Tersedia dari: L/HeadLice/Lice_LifeCycle.gif. 16. Elewski BE. Clinical diagnosis of common scalp disorders. The Society for Investigative Dermatology. 2005; 10: Rubeiz N, Kibbi AG. Pediculosis capitis: Treatment and Medication. [serial on the Internet] Mei; [cited: 2011 Januari 11]. Available from: Flinders DC. Schweinitz PD. Pediculosis capitis and Scabies. American Family Physician. 2004; 69: Brainerd E. From Eradication to Resistance: Five Continuing Concerns about Pediculosis capitis. The Journal of School Health. 1998; 68: Amirkhani MA, Alavian SM, Maesoumi H, Aminaie T, Dahsti M, Ardalan G, et al. A nationwide survey of prevalence of pediculosis in children and adolescents in Iran. Iranian Red Crescent Medical Journal. 2011; 30(3): Rukke BA, Birkemoe T, Soleng A, Lindstedt HH, Ottesen P. Head lice prevalence among households iin Norway: Importance of spatial variables and individual and household characteristics. Cambridge University Press. 2011; 138: Saide PM, Ruz NP, Buenfil JCR, Herrera RH, Ruiz PG, Pilger D. Prevalence of pediculosis capitis in children from a rural school in Yucatan, Mexico. Rev. Inst. Med. Trop. Sao Paulo. 2011; 53(6):325-7

15 23. Nawawi. Sejarah dan Perkmbangan Pesantren. Jurnal Studi Islam dan Budaya. 2006; 4: Parsons J. Peran Pesantren dan Cita-Cita Santri Putri: Sebuah Pembandingan di Antara Dua Pondok Pesantren di Jawa. [dissertation]; Witkowski JA, Parish LC. Phthiriasis capitis. Int J Dermatol 1979;18: Schold LL, Holloway, Farouk WD, The epidemiology of human pediculosis in Ethiopia. Special publication US Navy, Disease vector ecology control centre; 1979.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah Pediculus capitis. Terdapat 3 spesies kutu yang sering menginfestasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani,

Lebih terperinci

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap PEDIKULOSIS PEDIKULOSIS KAPITIS infeksi pedikulosis pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh pediculus humanus var. capitis, Gejala utamanya gatal pada kepala, bisa disertai dengan papul eritema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit merupakan penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah satu penyakit yang paling sering

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan mengenai Pemberantasan Pedikulosis, di Pesantren X Jakarta Timur Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Tingkat Pengetahuan mengenai Pemberantasan Pedikulosis, di Pesantren X Jakarta Timur Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Tingkat Pengetahuan mengenai Pemberantasan Pedikulosis, di Pesantren X Jakarta Timur Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Parlindungan A 1, Menaldi SSR 2, Sungkar S 3 1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Rifda Luthfi Afina, Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Rifda Luthfi Afina, Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Mengenai Penularan dan Pemberantasan Pedikulosis dengan Karakteristik Demografi Santri di Pesantren X, Jakarta Timur Rifda Luthfi Afina, Sri Linuwih Susetyo Wardhani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pediculus Humanus Capitis Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur Hubungan Tingkat dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur Sahar Salim Saleh Alatas, 1 Sri Linuwih 2 1 Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan pada pesantren Rhodlotul

Lebih terperinci

Aprilia Zulinda 1, Yolazenia 2, Zahtamal 3 ABSTRACT

Aprilia Zulinda 1, Yolazenia 2, Zahtamal 3 ABSTRACT Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Pedikulosis Kapitis pada Murid Kelas III, IV, V Dan VI SDN 019 Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru Aprilia Zulinda 1, Yolazenia 2, Zahtamal 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terlibat pada daerah janggut. Infiltrasi terberat sering pada regio ocipital dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terlibat pada daerah janggut. Infiltrasi terberat sering pada regio ocipital dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedikulosis Kapitis 2.2.1 Pendahuluan Pedikulosis kapitis (PK) adalah infestasi kutu kepala yang disebabkan oleh ektoparasit spesifik yang terbatas pada rambut kepala, walaupun

Lebih terperinci

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Dita Permatasari, Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi 1. Program Studi Pendidikan Dokter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedikulosis kapitis (PK) adalah infestasi kutu kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup tinggi, diperkirakan

Lebih terperinci

Hubungan antara Kejadian Pedikulosis Kapitis dengan Usia di Kalangan Santriwati PPMI Assalaam Sukoharjo

Hubungan antara Kejadian Pedikulosis Kapitis dengan Usia di Kalangan Santriwati PPMI Assalaam Sukoharjo Hubungan antara Kejadian Pedikulosis Kapitis dengan Usia di Kalangan Santriwati PPMI Assalaam Sukoharjo Relationship between Pediculosis Capitis Incident and Age in female students of PPMI Assalaam Sukoharjo

Lebih terperinci

Efek Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri mengenai Penularan Pedikulosis di Sebuah Pesantren, Jakarta Timur

Efek Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri mengenai Penularan Pedikulosis di Sebuah Pesantren, Jakarta Timur Efek Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri mengenai Penularan Pedikulosis di Sebuah Pesantren, Jakarta Timur Anita Tiffany, 1 Saleha Sungkar 2 1 Program Studi Sarjana Pendidikan Dokter, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

PERANAN KEBERSIHAN KULIT KEPALA DAN RAMBUT DALAM PENANGGULANGAN EPIDEMIOLOGI PEDICULUS HUMANUS CAPITIS

PERANAN KEBERSIHAN KULIT KEPALA DAN RAMBUT DALAM PENANGGULANGAN EPIDEMIOLOGI PEDICULUS HUMANUS CAPITIS PERANAN KEBERSIHAN KULIT KEPALA DAN RAMBUT DALAM PENANGGULANGAN EPIDEMIOLOGI PEDICULUS HUMANUS CAPITIS (The importance of Hair and Scalp Hygiene for pediculus humanus capitis epidemic prevention) Maria

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedikulosis Kapitis 2.1.1 Definisi Pedikulosis kapitis adalah infestasi pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus var. capitis yang termasuk golongan

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

Oleh: ERLINA THEOVANI DAMANIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

Oleh: ERLINA THEOVANI DAMANIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara i HUBUNGAN FAKTOR HIGIENI PRIBADI, KARAKTERISTIK INDIVIDU, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SISWA SD NEGERI NO.095226 HASURUNGAN, KEC.RAYA KAHEAN, KAB. SIMALUNGUN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN ANGKA KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SURAKARTA

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN ANGKA KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SURAKARTA HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN ANGKA KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 The Relation of Personal Hygiene with The Incidence of Scabies at Al Falah

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PESANTREN RHODLOTUL QURAN SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PESANTREN RHODLOTUL QURAN SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS PADA SANTRI PESANTREN RHODLOTUL QURAN SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN USIA DI KALANGAN SANTRIWATI PPMI ASSALAAM SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN USIA DI KALANGAN SANTRIWATI PPMI ASSALAAM SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DENGAN USIA DI KALANGAN SANTRIWATI PPMI ASSALAAM SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Nadira As ad G0012144 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Menurut metodenya penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif berarti penelitian yang bertujuan menggambarkan (deskripsi) tentang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PEDICULUS HUMANUS CAPITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI 1 BENDUNGAN KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PEDICULUS HUMANUS CAPITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI 1 BENDUNGAN KABUPATEN TEMANGGUNG HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PEDICULUS HUMANUS CAPITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI 1 BENDUNGAN KABUPATEN TEMANGGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: YULINDA YOGI SAPUTRI 201310201068

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PENGOBATAN PEDIKULOSIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SANTRI PESANTREN X DI JAKARTA TIMUR

PENGETAHUAN PENGOBATAN PEDIKULOSIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SANTRI PESANTREN X DI JAKARTA TIMUR PENGETAHUAN PENGOBATAN PEDIKULOSIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SANTRI PESANTREN X DI JAKARTA TIMUR Fitria Isnarsandhi Yustisia Pembimbing : Prof.dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS Abstrak Pedikulosis

Lebih terperinci

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES

PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES PENGARUH OBAT ANTI SKABIES DAN PENDIDIKAN HIGIENE PERORANGAN TERHADAP KESEMBUHAN SKABIES Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DI SD NEGERI KERTASARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DI SD NEGERI KERTASARI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DI SD NEGERI KERTASARI Etrine Yulianti*, Friska Sinaga**, Ferdinan Sihombing*** ***STIKes Santo Borromeus Jl. Parahyangan Kav.8 Blok B

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ektoparasit obligat (tungau/lice) spesies Pediculus humanus var. Capitis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ektoparasit obligat (tungau/lice) spesies Pediculus humanus var. Capitis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pediculosis Capitis 2.1.1 Definisi Pediculosis capitis adalah penyakit kulit kepala akibat infestasi ektoparasit obligat (tungau/lice) spesies Pediculus humanus var. Capitis

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara non klasikal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pesantren merupakan induk dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman dan hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah.

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017 FAKTOR RISIKO HYGIENE PERORANGAN SANTRI TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KULIT SKABIES DI PESANTREN AL- BAQIYATUSHSHALIHAT TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2017 Parman 1, Hamdani, Irwandi Rachman, Angga Pratama Abstract

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

Kejadian Ptiriasis Capitis Berbasis Tipe Pomade dan Frekuensi Penggunaannya

Kejadian Ptiriasis Capitis Berbasis Tipe Pomade dan Frekuensi Penggunaannya Kejadian Ptiriasis Capitis Berbasis Tipe Pomade dan Frekuensi Penggunaannya Muhammad Riza Setiawan 1, Retno Indrastiti 1, Endah Susanti 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK

Lebih terperinci

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Penularan Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Penularan Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Efektivitas Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri Mengenai Penularan Pedikulosis di Pesantren X, Jakarta Timur Irene Ramadhani Putri, Sri Linuwih Menaldi Program Pendidikan Dokter Fakultas

Lebih terperinci

Rickettsia prowazekii

Rickettsia prowazekii Rickettsia prowazekii Nama : Eva Kristina NIM : 078114026 Fakultas Farmasi Sanata Dharma Abstrak Rickettsia prowazekii adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan ditularkan ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia (Heukelbach et al. 2006).

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Jurnal ISSN Farmasetis : Cetak 2252-9721 Volume 2 No 1, Hal 13-18, Mei 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Itsna Diah Kusumaningrum

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Ditempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah perkembangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: 1. Jumlah santri Pondok Pesantren An Nawawi yang terdiagnosis menderita penyakit skabies

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil observasi lingkungan ditemukan 80% rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian

Lebih terperinci

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT KECACINGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA SISWA KELAS IV, V DAN VI DI SD NEGERI 47 KOTA MANADO ABSTRACT Eka Muriani

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI

ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI Infeksi kulit bakterial merupakan masalah kesehatan ketiga di Indonesia, infeksi kulit bakterial

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT SKABIES TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENDERITA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak

Lebih terperinci

Dampak Infestasasi Pedikulosis Kapitis Terhadap Anak Usia Sekolah. Pediculosis capitis Infestation Impact Of School Age Children

Dampak Infestasasi Pedikulosis Kapitis Terhadap Anak Usia Sekolah. Pediculosis capitis Infestation Impact Of School Age Children Dampak Infestasasi Pedikulosis Kapitis Terhadap Anak Usia Sekolah Destika Sari 1, Jhons Fatriyadi S 1 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Dermatitis Atopik. Factors that Influence The Level of Quality of Life Atopic Dermatitis Patients

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Dermatitis Atopik. Factors that Influence The Level of Quality of Life Atopic Dermatitis Patients Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Dermatitis Atopik Retno Indrastiti 1, Ika Dyah Kurniati 1, Eka Oktaviani Saputri 1 *Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Pediculosis capitis. Treatment of Pediculosis capitis

Penatalaksanaan Pediculosis capitis. Treatment of Pediculosis capitis Penatalaksanaan Pediculosis capitis Nani Indah Hardiyanti 1, Betta Kurniawan 2, Hanna Mutiara 2, Jhons Fatryadi Suwandi 2 1 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Bagian Parasitologi, Fakultas

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU dr. SLAMET GARUT PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2011 Novina

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Lampiran LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN HUBUNGANPERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN INFEKSI PENYAKIT KULIT DISEBABKAN OLEH SARCOPTESSCABIEI DI PONDOK PESANTREN RAUDHATUL ULUM KABUPATEN BENER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pediculosis Capitis 2.1.1 Definisi Pediculosis capitis merupakan infestasi kutu kepala atau Pediculus humanus var capitis di rambut dan kulit kepala yang dapat ditransmisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Skabies atau yang biasa disebut kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah kulit. 1,2

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi GAMBARAN HIGIENE PRIBADI DAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN ASSALAAM TUMINTING KOTA MANADO TAHUN 2015 Armin A. Lasaib*,Woodford B.S Joseph*, Rahayu H. Akili* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian

Lebih terperinci

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013 The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013 Angka Kejadian Konjungtivitis di RS Pedesaan dibandingkan dengan RS Perkotaan 1 Januari -31 Desember

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2007-2011 Eggi Erlangga, 2013. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies atau penyakit kudis adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis dan produknya. Seluruh siklus

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG Octaviany P. Harjo, 2008. Pembimbing I: Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis (Habif et al., 2011). Penyakit ini menular dari manusia ke manusia melalui

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG PENYAKIT SCABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES Ida Nuryani Ani Rosita Nindy Yunitasari 05Idanur95@gmail.com ABSTRAK Scabies merupakan penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA 13-14 TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK CORRELATION BETWEEN PERSONAL HYGIENE PRACTICE AND INCIDENCE OF SCABIES IN TRADIONAL ISLAMIC BOARDING

Lebih terperinci

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon Hubungan Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Anti Nyeri Terhadap Pengobatan Sendiri pada Nyeri Akut (Studi Di Kelurahan Wadowetan Kecamatan Bantarujeg Majalengka) Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI 1. Alwin Tentrem Naluri 2. Ketut Prasetyo S1 Pendidikan Geografi, Fakultas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 Teguh Imam Santoso 2013-35-004 STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LIMFOMA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran-1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Penyakit Skabies pada Santri Perempuan di Pesantren Syamsudhuha Cot Murong Kecamatan Dewantara

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Mengenai Penyebab Skabies dan Hubungannya dengan Karakteristik Demografi Pesantren X, Jakarta Timur

Tingkat Pengetahuan Mengenai Penyebab Skabies dan Hubungannya dengan Karakteristik Demografi Pesantren X, Jakarta Timur Tingkat Pengetahuan Mengenai Penyebab Skabies dan Hubungannya dengan Karakteristik Demografi Pesantren X, Jakarta Timur Elisah Aulia, Saleha Sungkar Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO Dian Wahyu Laily*, Dina V. Rombot +, Benedictus S. Lampus + Abstrak Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus September 24 dengan jumlah sampel yang ada di Poli TB MDR sebanyak 6 pasien, namun dari

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN POLIKLINIK PENYAKIT DALAM DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Saraginta P. Mosesa*, Angela F.C. Kalesaran*, Paul A. T. Kawatu*

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI Christy Elaine a dan Saleha Sungkar b a Program Studi: Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia perlu menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. PHBS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS VI MENGENAI PENYAKIT KECACINGAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PULASAREN KOTA CIREBON TAHUN 2013 Mentari Inggit Anggraini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua golongan umur. Penyakit kulit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Skabies 1. Definisi Skabies (gudik) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (Ronny, 2007). 2. Morfologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL. 1 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL Manuscript Oleh : Christiana Nindya Timur G2A210005 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI ASKARIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI SEPTEMBER 2011

ABSTRAK PREVALENSI ASKARIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI SEPTEMBER 2011 ABSTRAK PREVALENSI ASKARIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2007- SEPTEMBER 2011 Buntoro Indra Dharmadi, 2011, Pembimbing I : dr, Freddy Tumewu A., M.S., Pembimbing II : Budi Widyarto

Lebih terperinci

Ari Indriana Hapsari Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Jember

Ari Indriana Hapsari Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Jember 1-008 PERSONAL HYGIENE RAMBUT TERHADAP PEDIKULOSIS KAPITIS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFINYA HAIR PERSONAL HYGIENE TO PEDICULOSIS CAPITIS BASED ON DEMOGRAPHICAL CHARACTERISTICS Ari Indriana Hapsari

Lebih terperinci

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang Description of Delayed to Health Care Seeking Treatment in Leptospirosis

Lebih terperinci

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK) J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443 PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK) Risti Dwi Arfiningtyas 1

Lebih terperinci

REVITALISASI POSKESTREN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRI DI PESANTREN AS SALAFIYYAH. Karya Tulis Ilmiah

REVITALISASI POSKESTREN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRI DI PESANTREN AS SALAFIYYAH. Karya Tulis Ilmiah REVITALISASI POSKESTREN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENURUNKAN KELUHAN GANGGUAN KULIT PADA SANTRI DI PESANTREN AS SALAFIYYAH Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan S. scabiei varietas hominis. 1-3 Istilah skabies berasal dari bahasa Latin yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan

Lebih terperinci

All about Tinea pedis

All about Tinea pedis All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI UNIVERSITAS UDAYANA PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) PADA SEKOLAH DENGAN PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) DAN TANPA PIK-R DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016

Lebih terperinci