UNIVERSITAS INDONESIA. ANALISIS OSILASI DAN STRUKTUR DOMAIN WALL DI DALAM KONSTRIKSI NOTCH PADA BAHAN FEROMAGNETIK (Fe, Co, Ni) BERBENTUK NANOWIRE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA. ANALISIS OSILASI DAN STRUKTUR DOMAIN WALL DI DALAM KONSTRIKSI NOTCH PADA BAHAN FEROMAGNETIK (Fe, Co, Ni) BERBENTUK NANOWIRE"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS OSILASI DAN STRUKTUR DOMAIN WALL DI DALAM KONSTRIKSI NOTCH PADA BAHAN FEROMAGNETIK (Fe, Co, Ni) BERBENTUK NANOWIRE DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor Widia Nursiyanto FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI DOKTOR ILMU BAHAN-BAHAN Depok 27 Juni 2014

2 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Disertasi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar Nama : Widia Nursiyanto NPM : Tandatangan : Tanggal : 27 Juni 2014 ii

3 HALAMAN PENGESAHAN Disertasi ini diajukan oleh Nama : WidiaNursiyanto NPM : Program Studi : Ilmu Bahan-bahan Judul Disertasi : Analisis Osilasi dan Struktur Domain Wall di Dalam Kontriksi Notch pada Bahan Feromagnetik (Fe, Co, Ni) Berbentuk Nanowire Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Bahan-bahan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ditetapkan di : Depok Tanggal : 27 Juni 2014 iii iii

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur untuk kemulian Allah, karena perkenannya, segala upaya penulis dalam menjalani pendidikan program doktoral di Program Studi Ilmu Bahan-bahan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada bapak Promotor, Dr. Bambang Soegijono dan bapak Ko-Promotor, Dede Djuhana, Ph.D, M.Sc yang tidak jemu jemu membimbing, mengarahkan dan memperkaya ilmu pengetahuan bidang ilmu bahan khususnya simulasi bahan magnet untuk meningkatkan kinerja devais spintronik dimasa mendatang. Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan juga kepada segenap dosen pasca sarjana program doktoral Ilmu Bahan-bahan Universitas Indonesia, khususnya bapak-bapak dewan penguji : bapak Dr. Muhammad Hikam, bapak Dr. Suhardjo Poertadji, bapak Dr. Budhy Kurniawan, bapak Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc yang telah memberikan pengajaran yang sangat berharga dalam mempersiapkan penulis sebagai insan penyandang gelar doktor ilmu bahan-bahan. Karya kecil ini terselesaikan tidak luput dari dorongan semangat temanteman seperjuangan di program pasca sarjana. Dorongan dan bantuan juga penulis peroleh dari teman-teman antara lain Dr. Sastra Kusuma Wijaya, Dr. Harwikarya dan Dr. Y. Edi Gunanto dengan segenap kemampuannya membantu penulis untuk menyelesaikan program pendidikan doktor ini. Terima kasih atas dorongan dan doa yang tak putus-putusnya selalu dipanjatkan oleh istri (Dra.Kristiana), dan anak-anakku (Vidi Christyanto, S.T, Vicky Hestyanto, S.Kom), sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan program doktoral ini. Akhir kata, penulis mempersembahkan disertasi yang belum sempurna ini kepada dunia pendidikan di Indonesia agar ilmu pengetahuan khususnya bidang simulasi dapat berkembang. Depok, 27 Juni 2014 Widia Nursiyanto iv iv

5 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI DISERTASI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Widia Nursiyanto NPM : Program Studi : Ilmu Bahan-bahan Departemen : Fisika Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jenis Karya : Disertasi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Analisis Osilasi dan Struktur Domain Wall di Dalam Kontriksi Notch pada Bahan Feromagnetik (Fe, Co, Ni) Berbentuk Nanowire beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di :Depok PadaTanggal : 27 Juni 2014 Yang menyatakan (Widia Nursiyanto) v v

6 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Widia Nursiyanto : Ilmu Bahan-bahan : Analisis Osilasi dan Struktur Domain Wall di Dalam Kontriksi Notch pada Bahan Feromagnetik (Fe, Co, Ni) Berbentuk Nanowire Saat ini divais spintronik untuk penyimpan data berbasis magnet telah menjadi perhatian para peneliti. Salah satu bahan yang berpotensi adalah feromagnetik berbentuk nanowire, seperti Racetrack Memory yang cara kerjanya berdasarkan pergerakan domain wall (DW). Pada penelitian ini, telah dilakukan analisa osilasi dan struktur domain wall di dalam kontriksi notch pada bahan feromagnetik (Fe, Ni, dan Co) berbentuk nanowire. Simulasi mikromagnetik menggunakan perangkat lunak bersifat publik bernama Object Oriented Micromagnetic Framework berdasarkan persamaan dinamika spin magnet Landau-Lifshitz- Gilbert. Ukuran nanowire nm, di bagian tengah diberikan notch ganda bersifat simetris berbentuk lengkung, segitiga, dan persegi. Di tengah notch diletakkan sebuah tipe struktur DW berbentuk transverse-wall (TW) dengan konfigurasi head-to-head. Penelitian diawali dengan pengamatan kondisi ground state yang diperoleh hasil bahwa DW stabil di tengah notch. Selanjutnya diberi medan magnet bolak-balik dengan amplitudo tetap 2 mt dan variasi frekuensi dari 0,3-2,0 GHz. Hal yang menarik, terjadi osilasi DW dengan struktur TW yang stabil. Nilai amplitudo osilasi DW terlihat semakin turun dengan bertambahnya frekuensi medan bolak-balik, artinya notch berfungsi sebagai potensial pinning. Selanjutnya dilakukan perhitungan lebar DW berdasarkan FWHM dari data magnetisasi M y dan hasil nilai lebar DW tergantung pada bentuk notch. Dari nilai lebar DW juga dihitung massa DW dengan memberlakukan DW sebagai model osilasi harmonik sederhana. Kata kunci : Feromagnetik, nanowire, notch, osilasi, mikromagnetik. vi vi

7 ABSTRACT Name Program Study Title : Widia Nursiyanto : Materials science : Analyzed Oscillation and Domain Wall Structure in Constriction of Notches at Ferromagnetic (Fe, Co, Ni) Nanowire. Recently, the development spintronic devices become great attention because its potential for magnetic storage and magnetic sensor devices. One of the materials has potential is the ferromagnetic nanowire, such as Racetrack Memory based on the domain wall motion. In this study, we have analyzed the oscillation and structure of domain wall in the ferromagnetic nanowire Co, Fe, dan Ni. We used micromagnetic simulation with public micromagnetic software Object Oriented Micromagnetic Framework (OOMMF) based on the spin dynamic Landau- Lifshitz-Gilbert (LLG) equation. The dimension of nanowire is nm with double notch is positioned at the center of the nanowire. The shape of notchs consisted of arch-notch, triangle-notch, and rectangular-notch with initial a head-to-head transverse wall (TW) is located at the center of nanowire. Firstly, we investigated the DW in ground state condition and we found the DW is stable at the center of nanowire. Secondly, we applied AC magnetic field with various frequency from 0.3 GHz-2.0 GHz and the amplitude of AC field is fixed to be 2 mt. Interestingly, we observed the DW oscillation with stably TW structure. Increasing the frequency of AC field, the amplitude of DW oscillation showed to decrease. This mean that the notch acted as the pinning potential. Furthermore, we also calculated the DW width based on FWHM from M y magnetization and depended on the shape of the notch. From DW width, we also determined the DW mass with driven simple harmonic model. Key Words : Ferromagnetic, nanowire, notch, oscillation, micromagnetic. vii

8 DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ii HALAMAN PENGESAHAN iii KATA PENGANTAR iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI DISERTASI v UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ABSTRAK vi ABSTRACT vii DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Hipotesa Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian State of The Art 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Feromagnetik Domain Magnet Domain Wall Magnet Energi Sistem Feromagnetik Energi Exchange Energi Magnetostatik Energi Magneto Crystalline Anisotropy Energi Zeeman Konsep Mikromagnetik Dinamika Magnetisasi Persamaan Landau-Lifshitz (LL) Persamaan Landau-Lifshitz-Gilbert (LLG) Domain Wall Feromagnetik Nanowire 23 viii viii

9 BAB 3 METODE PENELITIAN Simulasi Mikromagnetik Perangkat Lunak OOMMF Proses Perhitungan LLG dalam OOMMF Parameter Fisika Bahan Feromagnetik Fe, Co, dan Ni Ukuran Sel Simulasi Peralatan Simulasi Prosedur Simulasi Mikromagnetik Pembuatan Script Program Simulasi Pada Kondisi Ground-state Simulasi Pada Kondisi Diberi Medan Bolak-balik 34 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Simulasi Pada Kondisi Ground-state Struktur Domain Wall Lebar Domain Wall Energi Domain Wall Simulasi Pada Kondisi Diberi Medan Magnet Bolak-balik Posisi Domain Wall Bahan Fe Bahan Co Bahan Ni Amplitudo Domain Wall Struktur Domain Wall Lebar Domain Wall Massa Domain Wall 63 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 67 DAFTAR REFERENSI 68 ix ix

10 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 State of The Art Penelitian 7 Tabel 3.1 Parameter Bahan Feromagnetik 30 Tabel 3.2 Exchange Length dari Fe, Co dan Ni 30 Tabel 4.1 Lebar DW Bahan Feromagnetik dengan Berbagai Notch 37 Tabel 4.2 Nilai Energi Bahan Fe, Co, dan Ni pada Keadaan GS 41 Tabel 4.3 Lebar DW Bahan Fe dengan Berbagai Notch 60 Tabel 4.4 Lebar DW Bahan Co dengan Berbagai Notch 61 Tabel 4.5 Lebar DW Bahan Ni dengan Berbagai Notch 62 Tabel 4.6 Massa DW Bahan Fe 63 Tabel 4.7 Massa DW Bahan Co 64 Tabel 4.8 Massa DW Bahan Ni 65 x x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Perkembangan HDD dari tahun 1994 sampai dengan 1 tahun 2006 mengikuti hukum Moore Gambar 1.2 Desain Racetrack Memory 2 Gambar 2.1 Diagram dari tabel periodik yang menunjukkan jenis 9 magnet sesuai dengan kelompok warnanya Gambar 2.2 Penempatan elektron dengan (a) spin berbeda dan (b) 10 spin sama Gambar 2.3 Struktur elektron bahan Feromagnetik 10 Gambar 2.4 Konfigurasi momen magnet dalam domain-wall berubah 11 secara perlahan-lahan membentuk struktur domain-wall dikenal dengan Bloch wall Gambar 2.5 Struktur Néelwall dengan orientasi spin pada bidang 12 lapisan tipis Gambar 2.6 Pengurangan energi magnetostatik atau energi 15 demagnetisasi akibat orientasi arah dari dipol-dipol magnet Gambar 2.7 Ilustrasi densitas energi uniaxial anisotropy (a) easy-axis 16 anisotropy (K > 0) (b) Easy-plane anisotropy (K<0) Gambar 2.8 Ilustrasi densitas energi untuk cubic anisotropy 17 Gambar 2.9 Gerak presisi dari momen magnet terhadap medan efektif 22 (a) tanpa redaman, (b) dengan redaman (damping) Gambar 2.10 Skema DW dalam magnetik nano-strip dengan 24 magnetisasi longitudinal. (a) (simetris) Transverse Wall, (b) Vortex Wall dan (c) Asimetris Transverse Wall Gambar 2.11 Struktur domain magnetik (a) bahan film dengan system 25 koordinat (b) komponen magnetisasi x dan z yang melalui domain wall A Gambar 3.1 Ilustrasi skematis dari diskretisasi bujur sangkar dua- 27 dimensi. Gambar 3.2 Diagram proses perhitungan LLG dalam OOMMF 28 xi xi

12 Gambar 3.3 Diagram OXSI (OOMMF Extensible solver) pada 29 OOMMF dengan minimisasi energi menggunakan Minimization Evolver dan LLG Evolver. Proses diskritisasi pada material target menggunakan model rectangular mesh Gambar 3.4 Bentuk Notch simetri : (a) lengkung, (b) segitiga dan (c) 31 persegi Gambar 3.5 Diagram alir simulasi bahan feromagnetik nanowire 32 dengan OOMMF Gambar 3.6 Contoh masukan untuk program mikromagnetik 33 OOMMF dalam bahasa Tcl/Tk. Gambar 3.7 Simulasi mikromagnetik secara head-to-head 34 Gambar 4.1 Struktur DW Fe dengan 2 macam ukuran sel diberi notch 35 (a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi Gambar 4.2 Struktur DW Co dengan 2 macam ukuran sel diberi notch 36 (a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi Gambar 4.3 Struktur DW Ni dengan 2 macam ukuran sel diberi notch 36 (a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi Gambar 4.4 Penentuan lebar DW menggunakan fitting model 38 Gaussian dari data magnetisasi My. Gambar 4.5 Energi DW bahan Fe dengan berbagai notch (a) nm 3, (b) nm 3 dan (c) Energi total Gambar 4.6 Energi DW bahan Co dengan berbagai notch (a) nm 3, (b) nm 3 dan (c) Energi total Gambar 4.7 Energi DW bahan Ni dengan berbagai notch (a) nm 3, (b) nm 3 dan (c) Energi total Gambar 4.8 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch lengkung diberi 42 frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Gambar 4.9 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch segitiga diberi 43 frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz xii

13 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20 Gambar 4.21 Gambar 4.22 Gambar 4.23 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch persegi diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Posisi DW pada bahan Co dengan notch lengkung diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Posisi DW pada bahan Co dengan notch segitiga diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Posisi DW pada bahan Co dengan notch persegi diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Posisi DW pada bahan Ni dengan notch lengkung diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Posisi DW pada bahan Ni dengan notch segitiga diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Posisi DW pada bahan Ni dengan notch persegi diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Amplitudo bahan Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi Amplitudo bahan Co dengan notch lengkung, segitiga dan persegi Amplitudo bahan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi Posisi DW bahan Fe dengan notch lengkung saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz Posisi DW bahan Fe dengan notch segitga saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz Posisi DW bahan Fe dengan notch persegi saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz Posisi DW bahan Co dengan notch lengkung saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz xiii xiii

14 Gambar 4.24 Posisi DW bahan Co dengan notch segitiga saat diberi 55 medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz Gambar 4.25 Posisi DW bahan Co dengan notch persegi saat diberi 56 medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz. Gambar 4.26 Posisi DW bahan Ni dengan notch lengkung saat diberi 57 medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz Gambar 4.27 Posisi DW bahan Ni dengan notch segitiga saat diberi 58 medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz Gambar 4.28 Posisi DW bahan Ni dengan notch persegi saat diberi 59 medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz Gambar 4.29 Lebar DW Fe dengan notch lengkung, segitiga dan 60 persegi Gambar 4.30 Lebar DW Co dengan notch lengkung, segitiga dan 61 persegi Gambar 4.31 Lebar DW Ni dengan notch lengkung, segitiga dan 62 persegi Gambar 4.32 Massa Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi 63 Gambar 4.33 Massa Co dengan notch lengkung, segitiga dan persegi 64 Gambar 4.34 Massa Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi 65 xiv xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir, penelitian feromagnetik telah mendapatkan perhatian yang cukup besar di kalangan ilmuwan karena memiliki potensi untuk aplikasi bidang spintronik (spintronic device) yaitu media penyimpan berbasis magnetik (magnetic storage), dan sensor berbasis magnetik (magnetic sensor) (Wolf, et al., 2001). Perkembangan ini tidak terlepas dari penemuan efek Giant Magneto Resistance (GMR) pada tahun 1988 oleh dua orang ilmuwan yaitu Albert Fert dan Peter Grünberg (Binasch, Grünberg, Saurenbach, dan Zinn, 1989), yang menjadi momentum kelahiran era baru yaitu era spintronik. Atas kontribusinya dalam penemuan efek GMR, kedua ilmuwan tersebut dianugrahi Nobel bidang Fisika pada tahun Istilah spintronik umumnya digunakan pada suatu divais yang beroperasi dengan memanfaatkan perubahan konfigurasi momen magnet/spin di dalam bahan feromagnetik. Dibandingkan dengan divais elektronik, divais spintronik menjanjikan kelebihan, yaitu mempunyai kemampuan proses data yang cepat, ukuran divais lebih kecil, non-volative, dan konsumsi energi lebih rendah. Pada Gambar 1.1 memperlihatkan perkembangan media penyimpan berbasis magnetik dari tahun 1994 sampai tahun Perkembangan kapasitas media penyimpan hardisk drive (HDD) mengikuti hukum Moore, yaitu kapasitas HDD meningkat secara eksponensial. Gambar 1.1 Perkembangan HDD dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2006 mengikuti hukum Moore (Sumber: Smith dan Williams, 2007) 1

16 2 Saat ini, penelitian bahan feromagnetik bentuk nanowire begitu pesat dalam kaitan dengan aplikasi magnetic storage. Salah satu penelitian feromagnetik bentuk nanowire yang cukup menjanjikan sebagai media penyimpan adalah magnetic domain-wall racetrack memory (RM). RM ini terbuat dari bahan feromagnetik Permalloy (lihat Gambar 1.2) yang mampu membawa 10 sampai 100 buah domain wall (DW) dalam lebar nanowire sebesar 100 nm (Parkin, Hayashi, dan Thomas, 2008). Pergerakan DW ini diinjeksi dengan menggunakan arus terpolarisasi (polarized current). Penggunaan arus terpolarisasi menghindari tumbukan antara DW yang satu dengan lainnya, sehingga DW tetap terjaga. Namun dalam RM, besarnya injeksi arus polarisasi tidak melebih dari arus polarisasi ambang yaitu sekitar A/cm 2. Jika melebih dari nilai ambang, maka akan menyebabkan DW menjadi hilang akibat terjadinya pengaruh termal (Joule heating). Gambar 1.2 Desain Racetrack Memory (Sumber : Parkin, Hayashi, dan Thomas, 2008) Untuk mengontrol kecepatan DW di dalam nanowire agar stabil, diperkenalkan sebuah hambatan (constriction) berbentuk notch atau anti-notch. Secara umum penelitian dinamika DW dengan melibatkan notch/anti-notch

17 3 adalah untuk menentukan medan depinning, yaitu medan magnet minimal agar DW di dalam sebuah notch/anti-notch dapat terlepas. Hal yang sama juga diamati dengan menggunakan arus terpolarisasi atau di kenal kerapatan arus ambang (current density cut off). Penelitian sifat-sifat DW di dalam notch telah banyak dipublikasi baik secara eksperimen maupun secara simulasi mikromagnetik. Secara eksperimen, Himeno et al. (2005) meneliti tentang perambatan DW di dalam feromagnetik bentuk nanowire dengan notch tidak simetris atau rachet dengan DW bergerak dalam satu arah. Bogart, dan Atkinson (2009) melakukan pengamatan sifat-sifat DW pada notch bentuk persegi (rectangular notch) dan segitiga (triangle notch) menggunakan Magneto-Optical Kerr Effect (MOKE). Zambano dan Pratt ( 2004) memperlihatkan bahwa struktur DW sangat dipengaruhi bentuk notch dan sifat chirality dari struktur vortex wall. Faulkner, Michael, Allwood, Petit, Atkinson, dan Cowburn (2004) melakukan pengamatan DW yang terperangkap dalam notch dengan menggunakan sistem arus tegak lurus pada bidang GMR. Pengamatan proses pinning dan depinning DW dilakukan pada nanowire bentuk L (L-shaped) menggunakan MOKE. Medan depinning meningkat dengan bertambahnya ukuran notch. Secara simulasi mikromagnetik, kecepatan DW pada nanowire bentuk strip berkaitan dengan medan magnet luar kritis atau yang dikenal dengan medan Walker breakdown (Nakatani, Thiavile, dan Miltat, 2005; Djuhana et al., 2011; Beach, Knutson, Tsoi, dan Erskinc, 2006; Djuhana, Piao, Yu, Oh, dan Kim, 2009; Thiaville, Nakatani, Miltat, dan Vernier, 2004). Kecepatan DW linier dengan perubahan besar medan magnet luar. Ketika besar medan di bawah medan Walker breakdown kecepatan DW bertambah besar dan kecepatan turun secara tiba-tiba ketika medan luar di atas medan Walker breakdown. Medan Walker breakdown sangat bergantung pada ketebalan dan lebar dari feromagnetik nanowire (McMichael, dan Donahue,1997). Formulasi medan depinning pada bentuk notch segitiga pada bahan Py bergantung pada tebal dan lebar notch (Kim, You, dan Choe, 2008).

18 4 Sifat-sifat struktur DW di sekitar notch yaitu struktur vortex/anti vortex dan transverse wall. Struktur transverse wall lebih mudah masuk ke dalam notch dan struktur vortex/anti vortex mengalami osilasi dan berubah menjadi struktur transverse wall untuk masuk ke dalam. Hasil simulasi ini memperlihatkan notch merupakan sebuah sumur potensial (potensial well) artinya membutuhkan energi untuk lepas dari notch yang dikenal sebagai medan depinning (Kläui, 2008). Selain pengamatan medan depinning, sifat-sifat DW di dalam notch juga diamati menggunakan medan magnet fungsi waktu atau medan magnet AC. Dengan aplikasi medan magnet AC, DW mengalami osilasi tertentu seperti pada hasil penelitian Liu dan Grütter (1998) tentang osilasi DW di dalam bahan Co. Penelitian memperlihatkan DW memiliki kelembaman (inertia) yang dapat dimodelkan menjadi gerak harmonik teredam (damped harmonic oscillation) dan massa dari DW berbanding terbalik dengan lebar DW. Osilasi DW pada feromagnetik bentuk tabung pada bahan Py, osilasi DW mempunyai beda fase dengan medan magnet AC. Struktur DW pada bentuk tabung memperlihatkan tipe cross-tie, pergeseran fasenya meningkat dan amplitudo DW menurun dengan bertambahnya frekuensi medan magnet AC (Betancourt, Hrkac, dan Schrefl, 2008). Medan depinning pada DW dengan medan magnet AC dan notch sebagai pinning atau sumur potensial karena kontribusi energi magnetostatik lokal. Bentuk notch yang digunakan adalah persegi ganda (double symmetric rectangular) dan osilasi harmonik terbentuk ketika frekuensi medan magnet AC-nya lebih besar dari frekuensi alamiah (Alejos, Martinez, dan Diaz, 2010). Terjadinya perubahan struktur DW di dalam sebuah notch pada bahan Py karena notch bertindak sebagai potensial pinning untuk DW (Djuhana, Soegijono, Piao, Oh, Yu, dan Kim, 2013). Dari uraian hasil publikasi tentang sifat-sifat DW baik secara eksperimen dan simulasi mikromagnetik di atas, ternyata bahwa dengan memahami tentang sifat-sifat DW di dalam bahan feromagnetik bentuk nanowire sangatlah esensial baik dipandang secara teoritis fundamendal maupun pada aplikasi industri dalam upaya merealisasikan media penyimpan berbasis feromagnetik. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian secara sistematik tentang osilasi DW di dalam sebuah notch berbentuk lengkung ganda simetris (double symmetric arch), segitiga ganda simetris (double symmetric triangle), dan persegi ganda simetris (double

19 5 symmetric rectangular). Bahan feromagnetik yang digunakan terdiri dari Besi (Fe), Kobalt (Co) dan Nickel (Ni). Model awal dari DW berbentuk muka-ke-muka (head to head) dengan ukuran nanowire 2000 nm, lebar 200 nm dan tebal 5 nm. Ukuran notch dengan ke dalaman 50 nm dibuat tetap dan panjang notch 800 nm. Digunakan medan magnet AC dengan amplitudo tetap sebesar 2 mt dan variasi frekuensi dari 0,3 GHz sampai 2,0 GHz. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Pada kondisi medan magnet luar sama dengan nol (ground-state), apakah konfigurasi DW pada keadaan energi minimum (equilibrium) berada di tengah nanowire (stabil di dalam notch)? 2. Ketika medan magnet AC diaplikasikan pada notch, apakah DW mengalami osilasi? 3. Ketika frekuensi medan magnet AC meningkat, apakah amplitudo DW mengalami kenaikan atau penurunan? 4. Bagaimana perubahan lebar DW ketika ada perubahan frekuensi medan magnet AC? 5. Apakah ditemukan amplitudo DW maksimum dari aplikasi frekuensi dari 0,3 2,0 Ghz? 6. Apakah ada pengaruh bentuk notch terhadap amplitudo DW dan lebar DW? 7. Bagaimana menentukan massa DW dengan pendekatan model osilasi harmonik? 1.3 Hipotesa Dari rumusan masalah di atas dapat disusun hipotesa sebagai berikut : 1. Konfigurasi DW pada keadaan energi minimum (equilibrium) berada di tengah nanowire, ketika feromagnetik dalam kondisi ground-state. 2. Terjadi osilasi DW pada saat diberi medan magnet luar dengan frekuensi tinggi. 3. Amplitudo DW mengalami penurunan ketika frekuensi medan magnet AC meningkat. 4. Lebar DW tidak terpengaruh oleh perubahan frekuensi medan magnet AC.

20 6 5. Amplitudo DW maksimum kemungkinan dapat ditemukan, tergantung pada bahan feromagnetik dan bentuk notch. 6. Bentuk notch berpengaruh terhadap nilai amplitudo DW dan nilai lebar DW. 7. Besarnya massa dari DW berbanding terbalik dengan lebar DW. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian medan magnet luar pada bahan feromagnetik Fe, Co dan Ni berbentuk nanowire yang diberi notch simetris sehingga dapat memberikan informasi-informasi yang dapat diaplikasikan sebagai devais spintronik dengan lebih baik, yaitu : 1. Mendapatkan data posisi, lebar, energi dan struktur DW ketika bahan feromagnetik dengan kondisi head to head pada keadaan ground-state. 2. Mendapatkan data osilasi posisi dan struktur DW ketika bahan feromagnetik dengan kondisi head to head diberikan medan luar arah longitudinal dalam bentuk AC field dengan frekuensi bervariasi dari 0,3 GHz hingga 2,0 GHz. 3. Mendapatkan data besar amplitudo DW untuk masing-masing bahan feromagnetik yang diberi medan luar dengan frekuensi berorde GHz 4. Mendapatkan data nilai lebar DW untuk masing-masing bahan feromagnetik yang diberi medan luar dengan frekuensi dari 0,3 GHz hingga 2,0 GHz. 5. Mendapatkan informasi nilai lebar DW untuk masing-masing bahan feromagnetik dengan masing-masing notch dengan nilai maksimum 6. Mendapatkan informasi pengaruh bentuk notch terhadap nilai amplitudo DW dan nilai lebar DW. 7. Mendapatkan nilai massa DW untuk masing-masing bahan. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini menghasilkan data informasi yang sangat bermanfaat untuk kegiatan eksperimen bahan feromagnetik nanowire yang akan diaplikasikan pada devais spintronik.

21 7 1.6 State of The Art Berbagai penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan bahan feromagnetik yang diaplikasikan pada devais spintronik, mulai dari memahami proses magnetisasi, pergerakan dan pengendalian DW terlihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 State of The Art Penelitian No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 S. A. Wolf, et al Spintronics : A spinbased electronics vision for the future. Science 294, 1488 (2001) 2 S. S. P. Parkin, et al Magnetic domain wall racetrack memory. Science 320, 190 (2008) 3 M. Kläui Head-to-head domain walls in magnetic nanostructures. J. Phys. : Condens. Matter 20, (2008) 4 E. Saitoh, et al Current-induced resonance and mass determination of a single magnetic domain wall Nature 432, (2004) 5 I.Betancourt, et al Micromagnetic simulation of domain wall dynamics in permalloy nanotubes at high frequencies. J. Appl. Phys. 104, (2008) Paper ini menjelaskan mengenai paradigma baru dalam media penyimpanan data. Ke depan kombinasi antara material magnetik dan semikonduktor berpotensi sebagai devais spintronik. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang potensi pergerakan DW dapat dimanfaatkan sebagai bit memori. Riset ini juga menyatakan bahwa penggunaan arus terpolarisasi sangat efektif untuk mendorong DW dalam bahan feromagnetik berbentuk wire (nano wire). Hasil penelitian ini menjelas kan bahwa notch merupakan sebuah sumur potensial yang mengakibatkan dinding domain membutuhkan energi untuk lepas dari notch Penelitian tentang penentuan massa DW dengan menggunakan induksi arus pada bahan permalloy berbentuk setengah lingkaran baik secara eksperimen maupun simulasi. Penelitian ini mengamati DW dengan memakai bahan feromagnetik P y berbentuk tabung. Osilasi DW berbeda fase dengan medan magnet AC yang meningkat dengan naiknya frekuensi. Struktur DW memiliki tipe cross-tie,

22 8 6 Y. Liu dan P. Grütter Theory of magnetoelastic dissipation due to domain wall width oscillation. Journal of Applied Physics vol. 83 no. 11 (1998) 7 O. Alejos, et al A micromagnetic study of oscillations of pinned domain walls in magnetic ribbons. Journal of Magnetism and Magnetic Materials 316 : (2007) 8 D. Djuhana, et al Oscillatory transformative domain wall inner structure of the depinning domain wall around a notched ferromagnetic wire. J. of the Korea Phys. Society vol. 63 no. 3, (2013) 9 W. Nursiyanto Analisis osilasi dan struktur domain wall di dalam konstriksi notch pada bahan feromagnetik (Fe, Co, Ni) berbentuk nanowire. Disertasi (2014) dan amplitude DW menurun dengan naiknya frekuensi. Penelitian memperlihatkan DW dapat dimodelkan menjadi gerak harmonik teredam (damped harmonic oscillation) dan massa dari DW berbanding terbalik dengan lebar DW. Penelitian menggunakan bentuk notch persegi ganda (double symmetric rectangular). Terlihat adanya medan depinning pada DW dan notch sebagai pinning karena adanya kontribusi energi magnetostatik lokal. Osilasi harmonik terbentuk ketika frekuensi medan magnet ACnya lebih besar dari frekuensi alamiah. Penelitian ini mengamati perubahan struktur DW di dalam sebuah notch pada bahan Py. Ternyata notch bertindak sebagai potensial pinning untuk DW. Penelitian ini mengamati osilasi dan struktur DW pada bahan Fe, Co, Ni berbentuk nanowire yang diaplikasi medan bolak-balik dengan amplitudo tetap sebesar 2 mt dan variasi frekuensi dari 0,3 GHz sampai 2,0 GHz.

23 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan pustaka, dijelaskan tentang bahan feromagnetik dan konsep dasar domain magnet serta struktur domain-wall (DW) pada bentuk bulk dikenal Blochwall dan lapisan tipis (thin film) dikenal dengan Néelwall termasuk energi dan lebar dari DW. Juga dijelaskan energi yang berkontribusi pada sistem yaitu energi exchange, energi magnetostatik, energi anisotropi, dan energi Zeeman serta dinamika momen magnet dalam DW yang menggunakan prinsip torka dan persamaan diferensial Landau Lifshitz-Gilbert (LLG). Dari persamaan LLG akan didapatkan informasi magnetisasi dan energi yang berkontribusi pada sistem feromagnetik. Diakhiri dengan uraian tentang DW feromagnetik nanowire Feromagnetik Bahan feromagnetik, memiliki momen magnetik yang searah dan memiliki kecenderungan lebih mudah untuk menjadi sejajar satu sama lain ketika di bawah pengaruh medan magnet. Sifat kemagnetan bahan feromagnetik akibat adanya gaya dorong internal yang menyebabkan spin elektron menjadi selaras/paralel. Interaksi momen-momen setempat disebut exchange interaction. Gambar 2.1 berikut ini merupakan tabel periodik yang menunjukkan unsur-unsur dan jenis magnet pada suhu kamar: Gambar 2.1 Diagram dari tabel periodik yang menunjukkan jenis magnet sesuai dengan kelompok warnanya (Sumber :University of Cambridge, ) 9

24 10 Terjadinya exchange interaction mengikuti prinsip larangan Pauli yaitu jika dua elektron memiliki spin yang berbeda maka mereka dapat menempati orbital yang sama sehingga memiliki gaya tolak Coulomb yang kuat. Ketika elektron memiliki spin yang sama maka mereka akan menempati orbital yang berbeda sehingga memiliki gaya tolak Coulomb yang lemah dan menghasikan energi exchange yang minimum. Gambar 2.2 menunjukkan penempatan elektron yang memiliki spin berbeda dan spin sama. (a) (b) Gambar 2.2 Penempatan elektron dengan (a) spin berbeda dan (b) spin sama (Sumber : University of Cambridge, ) Aturan di atas membantu menjelaskan urutan feromagnetik yang kuat pada Fe, Co dan Ni dengan struktur elektron sebagai berikut (Gambar 2.3): 3d 2s Fe Co Ni Gambar 2.3 Struktur elektron bahan feromagnetik (Sumber :University of Cambridge, )

25 Domain Magnet P. Weiss (1907) menjelaskan bahwa sebuah bahan magnetik terdiri dari sejumlah daerah yang berbeda disebut domain yaitu ketika masing-masing sudah jenuh dan memiliki arah yang berbeda. Konsep domain magnet menjelaskan kondisi kesetimbangan momen magnet mempunyai arah tertentu (magnetization) di bawah temperatur Curie. Terbentuknya domain merupakan persaingan antara energi magnetostatik, energi magnetostriktif dan energi magnetokristalin, sehingga orientasi magnetisasi di setiap domain dan ukuran domain dapat ditentukan Domain Wall Magnet F. Bloch (1932) telah membuktikan adanya daerah transisi yang membatasi antara domain magnet dalam bahan feromagnetik yang dikenal sebagai magnetic domain-wall atau domain-wall. Konfigurasi spin dalam DW berubah secara berlahan-lahan pada bidang kristal dan dikenal sebagai Bloch wall seperti diilustrasikan pada Gambar 2.4. Bloch wall umumnya ditemukan pada bahan feromagnetik berbentuk bulk, yaitu ketika spin berotasi pada bidang yang sejajar dengan DW Pada bahan feromagnetik bentuk lapisan tipis (thin film), orientasi spin berada di sepanjang bidang thin film dikenal dengan Néel wall yang diilustrasikan pada Gambar 2.5. Gambar 2.4 Konfigurasi momen magnet dalam domain-wall berubah secara perlahan-lahan membentuk struktur domain-wall dikenal dengan Bloch wall (Sumber: C. Kittel, 2005)

26 12 Gambar 2.5 Struktur Néelwall dengan orientasi spin pada bidang lapisan tipis (Sumber : M. Getzlaff, 2008) Pembentukan DW magnet pada bahan feromagnetik merupakan kompetisi antara energi exchange dan energi anisotropi. Energi exchange berasal dari interaksi antara spin atom dengan tetangganya. Energi exchange cenderung untuk mempertebal DW namun karena transisi arah spin menyebabkan efek anisotropi meningkat yang cenderung untuk membuat tipis DW. Pada kondisi kesetimbangan, energi dan lebar DW dapat ditentukan dari energi exchange dan energi anisotropi. Kompetisi antara energi exchange dan energi anisotropi ditandai dengan adanya exchange length (Chikazumi, dan Charap, 1964; Miltat, dan Donahue, 2007 dan Guimarães, 2009) l exc 2A (2.1) M 0 2 s Lebar DW merupakan karakterisasi dari lebar daerah transisi yang terjadi antara dua domain magnetik : A (2.2) K Sedangkan besarnya energi DW per unit area pada bahan feromagnetik dengan kristal kubik adalah (Guimarães, 2009) : 4 AK (2.3) DW dengan DW : energi domain per unit area (Jm -1 ), K : konstanta anisotropi (J/m 3 ), dan A = konstanta exchange stiffness (J/m) Untuk diketahui nilai A sangat dipengaruhi pada struktur kisi (Chikazumi, dan Charap, 1964).

27 Energi Sistem Feromagnetik Energi Exchange Energi exchange merupakan energi yang timbul dari interaksi spin dengan spin tetangganya melalui exchange coupling. Energi exchange E ex dari interaksi antara spin dalam bahan feromagnetik dapat dinyatakan: E 2 JSS. (2.4) ex i j ij dengan dan adalah unit vektor dua spin atom yang berinteraksi, persamaan (2.4) disebut juga dengan Heisenberg model. Interaksi dua spin tergantung pada spin paralel atau antiparalel yang harus mengikuti prinsip larangan Pauli (Pauli exclusion) yaitu tidak diperkenankan ada dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum yang sama pada tempat dan waktu yang sama. Dengan menggunakan ekspansi Taylor energi exchange pada persamaan (2.4) dapat dituliskan (Getzlaff, 2008). E JS JS ex 2 cosij 2 (1 ij ) ij ij 2 const JS 2 2 ij ij 1 (2.5) dengan ij merupakan sudut antara m j dan m i dan ij mj i m, sehingga persamaan (2.5) dapat ditulis 2 E const. JS m m (2.6) 2 ex j i dengan m : vektor magnetisasi dan S : besar nilai spin. Jarak vektor mj m i dapat ditulis dalam bentuk fungsi kontinu m yaitu m m r. m dengan rj rj r i. Maka, energi exchange dapat ditulis menjadi j i j ex E const JS m 2. rj. i rj mx rj m y rj mz const JS... j (2.7)

28 karena sifat simetris bentuk kubik, maka xy j j 0 dan Penjumlahan seluruh indeks j dan total bilangan spin energi exchange per unit volume ò ex adalah x j 1/ 3Δ r j. per unit volume, maka ò ex A mx m y mz (2.8) dengan 1 A n JS 6 r adalah konstanta exchange stiffness dalam J/m. 2 2 j Sehingga, energi exchange untuk seluruh volume bahan magnet adalah : E 2 A 2 ex A m dv 2 M dv (2.9) M V s V dengan M M mdan M s adalah magnetisasi saturasi. Persamaan (2.9) bersifat s isotropik karena 2008). tidak tergantung pada arah perubahan magnetisasi (Getzlaff, Energi Magnetostatik Energi magnetostatik pada bahan magnet berasal dari interaksi muatan pada kutub-kutub seperti muatan positif dan negatif (dipol-dipol) yang berasal dari bahan itu sendiri. Gambar 2.6 mengilustrasikan bahwa magnetisasi menyebabkan dipol-dipol berperilaku sebagai magnet dengan medan magnetik disekitarnya. Medan magnetik tersebut dikenal dengan medan demagnetisasi (demagnetizing field), H d. Oleh karena itu, energi magnetostatik sering juga disebut sebagai energi demagnetisasi. Besarnya energi magnetostatik sangat bergantung pada jumlah dipol serta arah orientasi antara dipol-dipol. Ketika dipoldipol dari bahan magnet memiliki orientasi arah yang sama satu dengan lainnya, energi magnetostatiknya besar, seperti pada Gambar 2.6 (a), dibandingkan dengan bahan magnet dengan dipol-dipol anti paralel satu dengan lainnya, Gambar 2.6 (b). Sedangkan keadaan dipol-dipol seperti pada Gambar 2.6 (c) menyebabkan energi magnetostatik pada keadaan ini adalah minimum (Spaldin, 2011 dan Guimarães, 2009).

29 15 Gambar 2.6 Pengurangan energi magnetostatik atau energi demagnetisasi akibat orientasi arah dari dipol-dipol magnet (Sumber : Spaldin, 2011 ) Energi magnetostatik E d, dianggap sebagai besarnya energi magnetisasi di dalam medan demagnetisasi, yang dijelaskan oleh E 1 Hd. M dv (2.10) d 0 2 V dengan H d : medan demagnetisasi dan M : magnetisasi. Energi magnetostatik E d juga dapat ditulis sebagai: E 1 2 d 0 dv 2 H allspace d (2.11) dengan Hd N d M (2.12) dengan N merupakan faktor demagnetisasi yang bergantung pada bentuk bahan dan arah magnetisasi Energi Magneto Crystalline Anisotropy Energi magneto crystalline anisotropy adalah energi yang tergantung pada orientasi arah magnetisasi dan sumbu kristalografi (crystallographic axes). Energi anisotropi ini berasal dari interaksi spin-orbit dan tergantung pada orientasi arah magnetisasi relatif terhadap arah kristalografi. Jadi, besarnya energi magneto

30 16 crystalline anisotropi tergantung pada karakteristik kristalografi dari bahan. Ada dua jenis magneto crystalline anisotropy yang dijelaskan yaitu uniaxial anisotropy dan cubic anisotropy (Getzlaff, 2008). (i) Uniaxial anisotropy, dengan bentuk kristal hexagonal (seperti halnya bahan kobalt) dan tetragonal. Energi anisotropi dapat dinyatakan dengan : uniax ani [ K1 sin K2 sin K3 sin ] dv (2.13) V E dengan K1, K2, dan K 3 adalah konstanta anisotropi per satuan unit volume (J/m 3 ) dan sudut antara magnetisasi terhadap sumbu-z. K adalah konstanta uniaksial anisotropi dapat bernilai positif atau negatif. Untuk, maka energi minimumnya pada 0 dan. Hal ini menunjukkan bahwa sumbu mudah (easy-axis) sejajar dengan sumbu simetris dan dikenal sebagi easy-axis-anisotropy, seperti Gambar 2.7. (a). Untuk K 0, energi menjadi minimum ketika /2dan dikenal sebagai easy-plane-anisotropy. Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.7.(b). (a) (b) Gambar 2.7 Ilustrasi densitas energi uniaxial anisotropy (a) easy-axis anisotropy (K > 0) (b) Easy-plane anisotropy (K<0) (Sumber: Getzlaff, 2008)

31 (ii) Cubic anisotropy, misalnya untuk bahan Besi dan Nikel. Besarnya energi anisotropi pada bahan ini diberikan oleh: 17 cubic ani [ K0 K1 K 2 ] dv (2.14) V E dengan n adalah arah kosinus magnetisasi terhadap sumbu-x, y, dan z. Untuk contoh, Besi (Fe) dengan struktur kristal kubik mempunyai easy-axis sepanjang (100) dan K 0, Nikel (Ni) mempunyai easy-axis sepanjang (111) dan K 0, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 (Getzlaff, 2008).. (a) (b) Gambar 2.8 Ilustrasi densitas energi untuk cubic anisotropy (a) Fe mempunyai K 1 >0, arah orientasi sumbu mudah (easy-axis) pada [100], [010], dan [001]. Untuk arah sumbu sulit (hard-axis) pada [111]. (b) Ni dengan K 1 < 0 arah sumbu mudah (easy-axis) [111] dan arah sumbu sulit (hard-axis) [100], [010], dan [001] Energi Zeeman (Sumber :Getzlaff, 2008) Energi Zeeman adalah energi yang berasal dari interaksi energi medan vektor magnetisasi (momen magnet) dengan medan magnet eksternal Besarnya energi Zeeman diberikan oleh: Hext E z 0 ext. V H M dv (2.15)

32 18 dengan H ext merupakan medan eksternal yang diberikan pada bahan. Nilai energi Zeeman akan terminimalisasi jika orientasi arah magnetisasi searah dengan arah medan yang diberikan. 2.3 Konsep Mikromagnetik Heisenberg pada tahun 1928 berhasil menjelaskan bahan feromagnetik berdasarkan interaksi exchange, yang membuka jalan lahirnya teori continuum mikromagnetik. Teori continuum merupakan gabungan Teori Maxwell yang menjelaskan fenomena medan elektromagnetik secara makroskopis dan teori kuantum yang mendeskripsikan sifat magnetik pada tingkat atomis. Konsep dasar mikromagnetik adalah menggunakan konsep continuum yaitu suatu konsep fisika untuk menjelaskan sifat-sifat bahan feromagnetik pada skala mikro menggunakan pendekatan mekanika klasik dengan fungsi energi sistem yang bersifat kontinu pada kondisi kesetimbangan. Menggunakan konsep continuum memungkinkan untuk perhitungan distribusi magnetisasi pada sampel dengan bentuk acak (Miltat, dan Donahue, 2007). Perhitungannya berdasarkan prinsip minimisasi pada fungsi energi sistem, sehingga evolusi magnetisasi dan profil energi dapat ditentukan. Energi-energi yang terlibat pada proses magnetisasi dikenal dengan energi bebas Gibb (Gibb s free energy). Secara termodinamika energi bebas Gibb G sebagai fungsi medan magnet, magnetisasi, dan temperatur dapat dituliskan G( H, M, T) U( M) TS HM 0 (2.16) dengan U adalah energi bebas, S adalah entropi, H adalah medan magnet eksternal, dan M adalah magnetisasi. Energi bebas Gibb dalam mikromagnetik di kenal juga dengan energi bebas Landau G L. Energi bebas Landau terdiri dari beberapa energi yaitu energi exchange, energi anisotropi, energi demagnetisasi, dan energi Zeeman dalam elemen volume, A 1 G M H M M H M H M dv (2.17) ( ) 2 L(, ) ( ) E ( ) 2 ani 0 d 0 ex M s 2

33 dengan M M sm dan s M adalah saturasi magnetisasi. Kemudian berdasarkan prinsip minimum energi yaitu menurunkan energi bebas Landau terhadap magnetisasi atau / M 0 G L 19 Eani G [ 2 ( Am M H M H ] m dv 0 s d 0 s ext m V S m 2A da 0 n [ ] (2.18) dengan menggunakan sifat mmθ dimana vektorθ menyatakan rotasi pada sudut θ dan sifat v ( w u) u ( v w) u( w v), maka persamaan (2.18) dituliskan menjadi : E G m 2 ( Am M H M H dθdv [ ] ani L 0 s d 0 s ext m V m + [ 2 A m ] θ da 0 n S (2.19) Persamaan (2.19) akan bernilai nol jika dan hanya jika : E m 2 ( Am M H M H 0 m m 2A m 0 n ani 0 s d 0 s ext (2.20) m m Suku kedua pada persamaan bentuk m 0 atau 0 artinya vektor n n m dan m n bersifat orthogonal. Selanjutnya, besar medan efektif H eff dapat definisikan sebagai : 2 1 Eani Heff ( Am) Hd Hext (2.21) M M m 0 s 0 s masing-masing suku menyatakan interaksi exchange, anisotropi, demagnetisasi, dan medan magnet eksternal. Sehingga persamaan (2.20) dapat juga dituliskan menjadi: m 0M sm Heff 0 dan 0 n (2.22)

34 20 Persamaan (2.21) di kenal dengan persamaan Brown. Dengan menyelesaikan persamaan Brown maka distribusi magnetisasi bahan feromagnetik dalam keadaan setimbang dapat ditentukan secara keseluruhan (Brown, 1968). 2.4 Dinamika Magnetisasi Persamaan Brown hanya dapat menentukan keadaan kesetimbangan magnetisasi dari bahan feromagnetik, namun tidak dapat menjelaskan proses dinamika magnetisasi yang terjadi ketika menuju kesetimbangan. Menyinggung isu ini, model dinamika magnetisasi pertama kali diperkenalkan oleh Landau dan Lifshitz (LL) pada tahun 1935 (Landau dan Lifshitz, 1935, Gilbert, 1955 dan Stӧhr dan Siegmann, 2006). Pada perkembangannya, persamaan LL sangat baik dalam menjelaskan dinamika magnetisasi pada kondisi energi kecil dan dengan faktor redaman yang kecil. Pada tahun 1955, Gilbert memformulasikan kembali persamaan LL dengan memperhitungkan parameter redaman (Gilbert, 2004 dan Stӧhr dan Siegmann, 2006) dan dikenal sebagai persamaan Landau-Lifshitz- Gilbert (LLG). Konsep dasar dinamika magnetisasi adalah suatu momen magnet m yang mendapatkan medan eksternal H sehingga menghasilkan torka dengan arah tegak lurus terhadap momen magnet dan medan magnet eksternal. Torka ini mengakibatkan momen magnet melakukan gerak presisi (precission motion) disekitar arah dari medan magnet eksternal yang diberikan. Hubungan torka dan perubahan momentum angular terhadap waktu adalah : dl T mh (2.23) dt Momen magnet sendiri pada orde atom memiliki hubungan dengan momentum angular yang diekspresikan sebagai : m L (2.24) dengan elektron ; 2, x m A 1 s 1 adalah nilai absolut dari gyromagnetic rasio untuk e g (2.25) m c 2 e

35 dengan g 2 adalah faktor Lande, muatan elektron 19 e 1,6 x10 C 21, dan massa 31 elektron m 9,1x10 Kg, serta kecepatan cahaya s c 3x10 8 ms 1. Dengan menggunakan prinsip persamaan (2.24), maka persamaan gerak momen magnetik m terhadap waktu dapat dituliskan sebagai berikut : dm m H (2.26) dt Dengan asumsi bahwa spin momen magnet bergerak sepanjang elemen volume dv, maka persamaan (2.26) dapat ditulis : 1 d m d m H (2.27) dv dt dv dengan d m M, sehingga persamaan (2.27) dapat tulis kembali menjadi : dv M M H (2.28) t Persamaan Landau-Lifshitz (LL) Pada dasarnya, model ini merujuk persamaan (2.28). Dinamika gerak spin magnet digambarkan sebagai gerak rotasi dari momen magnet terhadap arah medan efektif H eff pada saat kondisi ekuilibrium. H eff diberikan oleh persamaan (2.21). Sehingga persamaan (2.28) dapat ditulis sebagai : M M H eff (2.29) t Dari persamaan (2.29) tergambar fenomena yang mendeskripsikan bahwa tidak ada kecenderungan gerak dari spin magnet untuk menyearahkan diri terhadap H eff. Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.9 (a). Landau-Lifshitz menyempurnakannya dengan memasukan faktor redaman (Gambar 2.9 (b)) ke dalam persamaan sehingga menjadi : M MHeff MMH t M eff (2.30) Di mana 0 merupakan faktor redaman Landau-Lifshitz dan M M S. Selanjutnya persamaan (2.30) ini dikenal sebagai Persamaan Landau-Lifshitz (LL).

36 22 Gambar 2.9 Gerak presisi dari momen magnet terhadap medan efektif (a) tanpa redaman, (b) dengan redaman (damping) (Sumber : Gilbert, 2004) Persamaan Landau-Lifshitz-Gilbert (LLG) Sebuah pendekatan yang berbeda diusulkan oleh Gilbert pada tahun Hal ini dilakukan setelah mengamati fenomena disipasi yang menyebabkan persamaan LL tidak akurat untuk kasus dengan faktor redaman yang besar. Gilbert menambahkan persamaan torka : M M (2.31) M S t Sehingga persamaan (2.30) di tulis : M M MHeff M (2.32) t M t S dengan 0 merupakan konstanta redaman Gilbert. Secara umum, persamaan (2.32) ini dikenal sebagai persamaan Landau-Lifshitz-Gilbert. Jika persamaan (2.32) dikalikan M, maka akan diperoleh :

37 23 M M M MM Heff M M (2.33) t M S t dengan menggunakan sifat identitas vektor a b c = a.cb - a.bc dan M menganggap M. 0, maka : t M M M M MH eff M S (2.34) t t Substitusi persamaan (2.34) pada persamaan (2.32), maka akan menghasilkan : M 2 M MHeff M M H eff (2.35) t M S t Dengan pendekatan lain, persamaan terakhir ini dapat diekspresikan kembali menjadi : M MH MMH eff (2.36) t 1 1 M S 2 eff 2 Persamaan (2.36) merupakan ekspresi dari persamaan Landau-Lifshitz (Persamaan (3.30)) dalam formula Gilbert, dengan mengasumsikan : L, Suku pertama pada sisi kanan pada persamaan (2.36) menjelaskan proses gerakan presesi dari spin berotasi akibat pengaruh medan magnet eksternal (giro magnetic precession) atau dikenal dengan Larmor precession dan suku kedua menjelaskan efek disipasi dari gerakan presesi atau disebut juga the damping effect of precession. Untuk nilai faktor damping α yang kecil, maka suku (1 + α 2 ) sama dengan satu. Sehingga persamaan LLG dapat disederhanakan menjadi persamaan LL. 2.5 Domain Wall Feromagnetik Nanowire Pengamatan gerakan DW akibat medan luar telah dilakukan pada Permalloy nano strip dengan ukuran l = 4 w, dengan dilakukan variasi w dari 75-

38 500 nm dan variasi t dari 1-64 nm yang diberi kondisi head to head dan medan magnet arah longitudinal. Terdapat 2 stuktur DW yaitu. Transverse Wall (TW) dan Vortex Wall (VW) Pada stuktur TW memiliki energi DW rendah ketika 2 dimensi bahan lebih rendah l kritis w kritis 130 A/µ 0 M s 1997). 24 (McMichael dan Donahue, Namun pada tahun 2004 dilakukan pengamatan yang sama ternyata diperoleh struktur diantara TW dan WW yaitu struktur Asymetric Transverse Wall (ATW) seperti terlihat pada Gambar Kecepatan VW lebih rendah dari kecepatan TW akibat adanya kenaikan energi disipasi pada pusat vortex (Nakatani, Thiavile, dan Miltat, 2005). (a) (b) (c) Gambar 2.10 Skema DW dalam magnetik nano-strip dengan magnetisasi longitudinal. (a) (simetris) Transverse Wall, (b) Vortex Wall dan (c) Asimetris Transverse Wall (Sumber : Nakatani, Thiavile, dan Miltat, 2005) Osilasi lebar DW terjadi akibat adanya hambatan pada bahan magnet (magnetostriction). Domain wall dapat dimodelkan sebagai gerak harmonik teredam (damped harmonic oscillation) dan massa dari DW berbanding terbalik dengan lebar DW. Ketika hanya ada redaman pada efek magnetoelastik, maka persamaan osilasi lebar DW ditulis sebagai : (Liu dan Grűtter, 1998) w mw ( w w0 ) F (2.37) w

39 25 dengan w0 merupakan besar lebar DW pada keadaan setimbang, dan F exp( i2ft) (2.38) F 0 merupakan gaya yang mengakibatkan lebar DW berosilasi. Amplitudo F 0 dari gaya tersebut tergantung pada medan magnet luar AC sebagai fungsi amplitudo osilasi. Dengan memasukkan nilai w w w exp( i(2 ft )), maka penyelesaian persamaan (2.37) dan (2.38) adalah : F0 (2.39) ( 2 f ) m w1 2 Frekuensi resonansi dari osilasi DW ditentukan dengan : 1 f 0 (2.40) 2 m Struktur domain magnetik dengan menggunakan sistem koordinat dapat dilihat pada Gambar 2.11 Gambar 2.11 Struktur domain magnetik (a) bahan film dengan sistem koordinat (b) komponen magnetisasi x dan z yang melalui domain wall A (Sumber : Liu dan Grűtter, 1998)

40 26 Massa efektip dari osilasi DW per satuan luas DW dapat dihitung sepanjang H d proporsional dengan w energi demagnetisasi proporsional dengan w 2, maka energi kinetik dinding adalah : 1 2 mw H 2 d dv (2.41) 1 dengan memasukkan nilai H d dan y w 2 ke dalam persamaan w (2.41) diperoleh massa efektif sebagai berikut : m 2 1 w y dy w (2.42) w w dengan Wb/A.m dan m/a.s Besarnya massa efektip (m) berbanding terbalik terhadap lebar DW (w 0 ). Persamaan 2.42 berlaku untuk Nѐel Wall ketika θ merupakan sudut antara spinspin di dalam Nѐel Wall dengan sumbu y. Dengan demikian, massa efektip untuk osilasi DW tidak tergantung pada struktur mikromagnetiknya.

41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tentang bahan feromagnetik Fe, Co dan Ni dilakukan dengan menggunakan simulasi mikromagnetik yang meliputi proses preparasi, running simulasi, pengolahan data numerik, analisis dan interpretasi hasil olahan data. 3.1 Simulasi Mikromagnetik Simulasi mikromagnetik menggunakan perangkat lunak bersifat publik bernama Object Oriented Micromagnetic Framework (OOMMF) dari National Institute of Standard Technology Laboratory (NIST) (Donahue, M.J dan Porter, D.G.,2002) Perangkat Lunak OOMMF Perangkat lunak mikromagnetik OOMMF menggunakan bahasa pemograman jenis Tcl/Tk dan C dengan metode beda hingga (finite difference) berdasarkan persamaan LLG dalam menyelesaikan evolusi magnetisasi fungsi waktu. Untuk pemetaan evolusi spin feromagnetik dilakukan dengan proses diskritisasi seperti terlihat pada Gambar 3.1. Ukuran diskritisasi dikenal dengan ukuran sel (cell size). Bentuk masukan data dipresentasikan dalam file berformat omf dan gambar model sampel dalam file berformat gif. Gambar 3.1 Ilustrasi skematis dari diskretisasi bujur sangkar dua-dimensi. 27

42 3.1.2 Proses Perhitungan LLG dalam OOMMF. Proses perhitungan LLG dalam OOMMF terdiri dalam 5 tahapan yang diilustrasikan pada Gambar 3.2. Tahap pertama, mendefinisikan parameter- parameter yang menjadi dasar perhitungan antara lain : konstanta exchange stiffnes A, konstanta anisotropi K, magnetisasi saturasi M s, arah easy axisnya, konstanta redaman, dimensi sampel yang akan disimulasi, ukuran sel, besar dan arah medan luar yang ingin diberikan, dan waktu kapan iterasi berhenti Gambar 3.2 Diagram proses perhitungan LLG dalam OOMMF Tahap kedua, memberikan momen magnet awal untuk setiap sel. Pada simulasi tanpa medan eksternal, momen magnet awal untuk setiap sel dibuat head-to-head sedemikian rupa hingga momen magnet totalnya nol dengan tujuan

43 akan terbentuk DW di sekitar notch. Simulasi dengan medan magnet luar, momen magnet untuk setiap sel awal tetap dibuat head-to-head dan momen magnet totalnya dibuat maksimum (M/Ms =1) pada arah medan yang diberikan, artinya besar dan arah momen magnet awal untuk setiap sel dibuat sesuai dengan keadaan saat sistem berada dalam keadaan saturasinya. Tahap ketiga, dengan informasi parameter komputasi dari M awal untuk setiap sel maka komponen-komponen medan efektif, yakni medan demagnetisasi, exchange, anisotropi dan atau Zeeman, untuk setiap sel dihitung. Tahap keempat, nilai medan-medan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan LLG sehingga satu set persamaan LLG yang lengkap untuk setiap sel dapat diselesaikan dan diintegralkan keseluruh area yang disimulasikan dengan menggunakan metode Euler. Tahap kelima, saat iterasi mencapai kondisi yang sudah ditentukan, kondisi saat tidak terjadi perubahan momen magnet yang signifikan, maka sistem diasumsikan telah mencapai keadaan equilibrium/stabil. Jika tidak, maka M baru tersebut digunakan sebagai M awal (kembali ke tahap dua). Secara garis besar proses perhitungan magnetisasi dan energi sebagai fungsi waktu serta orientasi dilakukan oleh bagian OXSI atau OOMMF extensible solver, seperti diilustrasikan pada Gambar Gambar 3.3. Diagram OXSI (OOMMF Extensible solver) pada OOMMF dengan minimisasi energi menggunakan Minimization Evolver dan LLG Evolver. Proses diskritisasi pada material target menggunakan model rectangular mesh (Sumber: Donahue dan Porter, 2012)

44 3.1.3 Parameter Fisika Bahan Feromagnetik Fe, Co, dan Ni Dalam penelitian tentang kurva histerisis bahan nanomagnet Fe, Co, dan Ni secara sendiri-sendiri, Lopes-Urias, Torres-Heredia, dan Munoz-Sandoval, (2005) menggunakan parameter-parameter fisika bahan yang juga digunakan dalam penelitian ini, seperti terlihat pada Tabel 3.1. No Bahan Tabel 3.1 Parameter Bahan Ferromegnetik Magnetisasi Saturasi (M s ) ( 10 3 A/m) Konstanta Exchange (A) ( J/m) Konstanta Anisotropi (K) ( 10 3 J/m 3 ) 1 Besi (Fe) Cobalt (Co) Nikel (Ni) (Sumber : Lopes-Urias, Torres-Heredia, dan Munoz-Sandoval, 2005) Ukuran Sel Simulasi Diskritisasi pada mikromagnetik dikenal dengan ukuran sel (cell size). Pemilihan ukuran sel pada diskritisasi berdasarkan ukuran yang lebih kecil dari exchange length (l exc ) yang menurut Guimaraes, (2009) merupakan sifat panjang bahan magnetik jika berada di bawah nilai ini akan terjadi efek magnetostatik, dengan besar nilainya seperti terlihat pada persamaan (2.1). Hasil perhitungan ketika parameter setiap bahan dimasukkan ke dalam persamaan (3.1) diperoleh nilai l exc masing-masing bahan seperti terlihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Exchange Length dari Fe, Co dan Ni No Bahan Exchange Length (L ex ) (nm) 1 Besi (Fe) 3,40 2 Cobalt (Co) 4,94 3 Nikel (Ni) 7,73

45 3.2 Peralatan Simulasi adalah : Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan modeling mikromagnetik ini o Seperangkat komputer PC core i7 dengan operating system windows7 64 bit o HDD dengan kapasitas simpan 3 TB o RAM minimal 8 GB o Layar LCD yang luas 19 inch 3.3 Prosedur Simulasi Mikromagnetik Dalam penelitian ini digunakan bahan simulasi berbentuk nanowire dengan ukuran panjang (L) = 2000 nm, lebar (W) = 200 nm, tebal (t) = 5 nm. Ukuran sel setiap bahan ditetapkan yaitu 2, ,5 nm 3 dan 2, ,0 nm 3 serta faktor redaman (damping constant) α = 0,01. Setiap bahan diberi notch bersifat simetri dengan 3 macam bentuk notch yaitu notch lengkung, notch segitiga dan notch persegi seperti terlihat pada Gambar (a) (b) (c) Gambar 3.4 Bentuk Notch simetri : (a) lengkung, (b) segitiga dan (c) persegi Penelitian diawali dengan menjalankan script program dalam kondisi Ground-state (GS) dan dilanjutkan dengan kondisi diberi medan bolak-balik yang dilakukan sesuai diagram alir seperti terlihat pada Gambar 3.5.

46 32 32 Gambar 3.5 Diagram alir simulasi bahan feromagnetik nanowire dengan OOMMF Pembuatan Script Program Pembuatan script program yang berisi masukan untuk program mikromagnetik OOMMF dalam bahasa Tcl/Tk. Oxs_BoxAtlas menyatakan ukuran material (panjang, lebar, dan tebal), Oxs_RectangularMesh menyatakan ukuran sel, dan Oxs_UniformExchange menyatakan parameter konstanta exchange magnet material terlihat pada Gambar 3.6

47 33 33 Gambar 3.6. Contoh masukan untuk program mikromagnetik OOMMF dalam bahasa Tcl/Tk Simulasi Pada Kondisi Ground-state Pengamatan GS dilakukan untuk melihat domain spin magnet pembawaan asal (intrinsic) dari masing-masing bahan feromagnetik Fe, Co dan Ni, serta melihat sistem energi mula-mula ketika medan magnet luar tidak ada. Simulasi dilakukan pada kondisi konfigurasi momen magnetik berbentuk head-to-

48 head sehingga diperoleh DW tepat ditengah notch seperti terlihat pada Gambar Gambar 3.7 Simulasi mikromagnetik secara head-to-head Simulasi Pada Kondisi Diberi Medan Bolak-balik Pengamatan pada kondisi diberi medan magnet bolak-balik dilakukan untuk mengetahui struktur, amplitudo, lebar dan massa DW yang mengalami osilasi akibat adanya medan luar. Medan magnet bolak-balik yang diberikan mengikuti persamaan sebagai berikut : H( t) Asin( 2ft) (3.1) Pengamatan dilakukan dengan menvariasikan frekuensi mulai dari 0,3 Ghz 2,0 Ghz dan amplitudo konstan sebesar 2mT. Selain itu, juga dimasukkan nilai hasil GS dari setiap bahan feromagnetik.

49 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, akan dijelaskan secara sistematis tentang struktur, lebar dan energi sistem DW untuk kondisi ground state. Kemudian dibahas posisi DW, amplitudo DW, struktur DW, perhitungan lebar DW dan massa DW untuk kondisi diberi dengan medan magnet bolak-balik 4.1 Simulasi Pada Kondisi Ground-state Hasil pengolahan data simulasi pada kondisi ground-state dari bahan Fe, Co dan Ni yang diberi notch lengkung, segitiga dan persegi dilakukan pembahasan lebih lanjut tentang struktur, lebar, dan bentuk energi DW Struktur Domain Wall Struktur DW pada kondisi kesetimbangan untuk bahan Fe, Co dan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi serta ukuran sel nm 3 dan nm 3 terlihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, dan Gambar 4.3. Gambar 4.1 Struktur DW Fe dengan 2 macam ukuran sel diberi notch (a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi 35

50 36 36 Gambar 4.2 Struktur DW Co dengan 2 macam ukuran sel diberi notch (a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi Gambar 4.3 Struktur DW Ni dengan 2 macam ukuran sel diberi notch (a) Lengkung, (b) Segitiga dan (c) Persegi

51 37 37 Struktur DW pada kondisi GS bahan feromagnetik Fe, Co dan Ni pada kondisi konfigurasi momen magnetik berbentuk head-to-head dengan notch bentuk lengkung, segitiga, dan persegi menghasilkan struktur domain TW tepat di tengah-tengah notch. Hal ini sesuai dengan penelitian Kläui, (2008) bahwa terdapat dua kemungkinan struktur yang terjadi ketika pada keadaan awal pada kondisi konfigurasi momen magnetik berbentuk head-to-head tanpa medan luar yaitu TW dan atau VW. Ukuran sel tidak mempengaruhi struktur DW. Dengan demikian ketiga bahan Fe, Co dan Ni merupakan bahan feromagnetik yang memenuhi kritieria untuk penyimpanan data, karena memiliki struktur TW Lebar Domain Wall Lebar DW pada kondisi kesetimbangan dihitung menggunakan data magnetisasi arah My. Menurut Djuhana, et al., (2010) bahwa dengan menggunakan kurva fitting model Gaussian, lebar DW dapat ditentukan dari nilai Full Wide Half Maximum (FWHM) terlihat pada Gambar 4.4. Nilai lebar DW untuk bahan Fe, Co dan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi serta ukuran sel nm 3 dan nm 3 terlihat pada Tabel 4.1. Tabel 4. 1 Lebar DW Bahan Feromagnetik dengan Berbagai Notch Lebar DW Bahan (nm) Lengkung Segitiga Persegi 2.5 nm 5.0 nm 2.5 nm 5.0 nm 2.5 nm 5.0 nm Fe Co Ni Terlihat bahwa lebar DW untuk masing-masing bahan memperlihatkan nilai sama dengan ukuran sel yang berbeda. Kemudian berdasarkan hasil perhitungan teoretis dengan menggunakan persamaan 0 A/ K didapatkan lebar DW untuk masing-masing bahan Fe = 63,7 nm, Co = 25,9 nm dan Ni = 123 nm (Guimaraes, 2009). Jika dibandingkan dengan hasil simulasi mikromagnetik,,

52 38 38 secara umum mendekati seperti Fe dan Ni, namun untuk bahan Co hasil simulasi sebesar 92 nm sedangkan hasil teoretis 25,9 nm. Artinya pada Co, hasil simulasi memperlihatkan 3 kali lebih besar dari perhitungan teoretis. Nilai lebar DW pada bahan Co dibandingkan dengan nilai teoretis dipengaruhi oleh nilai anisotropi yang tinggi dari Co dan perubahan nilai konstanta exchange tidak jauh berbeda. Hal lain juga bentuk notch mempengaruhi lebar DW. Gambar 4.4 Penentuan lebar DW menggunakan fitting model Gaussian dari data magnetisasi My Energi Domain Wall Pada bagian ini menjelaskan energi magnetisasi pada kondisi ground state. Energi sistem terdiri dari energi exchange, energi demagnetisasi, energi anisotropi dan energi Zeeman. Namun karena medan magnet luar bernilai nol maka energi Zeeman bernilai nol. Kurva energi untuk masing-masing bahan Fe (Gambar 4.5), Co (Gambar 4.6) dan Ni (Gambar 4.7) untuk setiap bentuk notch. Secara umum dari profil kurva energi memperlihatkan energi demagnetisasi lebih besar dari energi exchange. Hasil ini dikonfirmasikan dengan bentuk struktur DW pada kondisi kesetimbang berbentuk transverse wall

53 39 39 (Djuhana et al., 2010). Dengan detail, memperlihatkan energi bahan Co paling tinggi dibandingkan dengan Fe dan Ni.. Gambar 4.5 Energi DW bahan Fe dengan berbagai notch (a) nm 3, (b) nm 3 dan (c) Energi total

54 40 40 Gambar 4.6 Energi DW bahan Co dengan berbagai notch (a) nm 3, (b) nm 3 dan (c) Energi total Kemudian, bentuk notch berpengaruh pada energi demagnetisasi pada setiap bahan dengan memperlihatkan kenaikan energi dari bentuk notch model lengkung, segitiga dan persegi. Untuk model persegi mempunyai energi demagnetisasi paling besar dengan volume notch paling kecil. Nilai pengamatan energi pada bahan Co, Fe dan Ni untuk setiap bentuk notch diperlihatkan pada Tabel. 4.2.

55 41 41 Gambar 4.7 Energi DW bahan Ni dengan berbagai notch (a) nm 3, (b) nm 3 dan (c) Energi total Bahan Tabel 4.2 Nilai energi bahan Fe, Co, dan Ni pada keadaan GS Energi ( J) Notch Lengkung Notch Segitiga Notch Persegi Demag Exch Total Demag Exch Total Demag Exch Total Fe 16,5 1,2 20,1 17,7 1,2 21,5 17,8 1,4 22,3 Co 11,9 2,2 927,6 12,8 2,2 946,1 13,2 2,5 863,7 Ni 2,0-0,8 1,6 2,1-0,7 1,8 2,4-1,0 1,8

56 42 42 Dari hasil simulasi kondisi ground-state untuk bahan Fe, Co dan Ni struktur DW memperlihatkan struktur transverse wall dan terletak di tengah notch untuk bentuk notch lengkung, segitiga dan persegi. Energi demagnetisasi lebih besar dibandingkan dengan energi exchange Simulasi Pada Kondisi Diberi Medan Magnet Bolak-balik Hasil pengolahan data simulasi pada kondisi diberi medan magnet bolakbalik dari bahan Fe, Co dan Ni yang diberi notch lengkung, segitiga dan persegi dilakukan pembahasan lebih lanjut tentang posisi DW, amplitudo DW, struktur DW, perhitungan lebar DW dan massa DW Posisi Domain Wall Posisi DW ketika diberi dengan medan magnet bolak-balik didapatkan dari data magnetisasi searah aplikasi medan atau M x. Karena DW mengalami osilasi maka posisi DW dihitung dari nilai M s dengan faktor 1000 nm Bahan Fe Hasil kurva posisi DW bahan Fe dengan notch lengkung, saat diberi medan AC dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.8. Gambar 4.8 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch lengkung diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz

57 43 43 Kurva posisi DW bahan Fe dengan notch segitiga, saat diberi medan AC dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.9. Gambar 4.9 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch segitiga diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Kurva posisi DW bahan Fe dengan notch persegi, saat diberi medan AC dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar Gambar 4.10 Posisi DW pada bahan Fe dengan notch persegi diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz

58 44 44 Kurva posisi DW bahan Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi diberi medan bolak-balik memiliki frekuensi yang sama seperti frekuensi medannya dengan amplitudo menurun ketika frekuensi medan bolak-balik meningkat. Pada notch segitiga, terjadi pembalikan posisi kesetimbangan sehingga kurva posisi DW berada di sumbu negatip. Posisi DW bergerak sepanjang nanowire mengalami redaman yang semakin besar ketika frekuensi medan magnet bolak-balik semakin tinggi Bahan Co Kurva posisi DW bahan Co dengan notch lengkung, saat diberi medan AC dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar Gambar 4.11 Posisi DW pada bahan Co dengan notch lengkung diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Kurva posisi DW bahan Co dengan notch segitiga, saat diberi medan AC dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.12.

59 45 45 Gambar Posisi DW pada bahan Co dengan notch segitiga diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Kurva posisi DW bahan Co dengan notch persegi, saat diberi medan AC dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar Gambar Posisi DW pada bahan Co dengan notch persegi diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz

60 46 46 Posisi DW bahan Co mengalami hal yang sama seperti pada bahan Fe yaitu memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi medan bolak-balik yang diberikan dengan amplitudo yang menurun ketika frekuensi medan bolak-balik meningkat. semakin kecil dengan meningkatnya frekuensi medan bolak-balik yang diberikan. Pada notch segitiga, selain terjadi pembalikan posisi kesetimbangan sehingga kurva posisi DW berada di sumbu negatip juga muncul beberapa puncak noise hingga frekuensi 1,0 GHz Bahan Ni Kurva posisi DW bahan Ni dengan notch lengkung, saat diberi medan AC dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar Gambar Posisi DW pada bahan Ni dengan notch lengkung diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Kurva posisi DW bahan Ni dengan notch segitiga, saat diberi medan AC dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar 4.15

61 47 47 Gambar Posisi DW pada bahan Ni dengan notch segitiga diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz Kurva posisi DW bahan Ni dengan notch persegi, saat diberi medan AC dengan frekuensi antara 0,3 sampai 2,0 GHz terlihat pada Gambar Gambar Posisi DW pada bahan Ni dengan notch persegi diberi frekuensi 0,3 GHz, 0,5 GHz, 0,7 GHz, 0,9 GHz, 1,0 GHz, dan 2,0 GHz

62 48 48 Posisi DW bahan Ni mengalami hal yang sama seperti pada bahan Fe dan Co yaitu memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi medan bolak-balik yang diberikan. Amplitudo semakin kecil dengan meningkatnya frekuensi medan bolak-balik yang diberikan. Pada notch segitiga, selain terjadi pembalikan posisi kesetimbangan sehingga kurva posisi DW berada di sumbu negatip terjadi mulai frekuensi 0.9 GHz Amplitudo Domain Wall Kurva amplitudo DW untuk masing-masing bahan feromagnetik diperoleh dari nilai amplitudo setiap frekuensi yang diberikan. Kurva amplitudo bahan Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi terlihat pada Gambar Gambar 4.17 Amplitudo bahan Fe dengan notch lengkung, segitiga dan persegi

63 49 49 Kurva amplitudo bahan Co dengan notch lengkung, segitiga dan persegi dapat dilihat pada Gambar Gambar 4.18 Amplitudo bahan Co dengan notch lengkung, segitiga dan persegi Kurva amplitudo bahan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi dapat dilihat pada Gambar 4.19.

64 50 50 Gambar 4.19 Amplitudo bahan Ni dengan notch lengkung, segitiga dan persegi Nilai amplitudo semakin menurun dengan naiknya frekuensi medan bolak balik yang diberikan, hal ini menunjukan terjadinya proses peredaman. Ukuran sel tidak berpengaruh pada nilai amplitudo. Ternyata bentuk (volume) notch dan konstanta anisotropi sangat berpengaruh pada nilai amplitudo gelombang posisi DW. Semakin besar volume notch menghasilkan amplitudo semakin kecil namun dengan konstanta anisotropi yang sangat besar (Co) dan konstanta anisotropi negatip (Ni) berlaku sebaliknya yaitu semakin besar volume notch menghasilkan amplitudo semakin besar. Nilai amplitudo dengan kurva puncak maksimum hanya terdapat pada bahan Co dengan notch lengkung dengan frekuensi 0,7 GHz. Pengaruh fekuensi medan bolak-balik terhadap nilai amplitudo dapat diklasifikasi dalam 3 katagori yaitu frekuensi < 0,3 GHz terjadi redaman kecil, 0,3<f<1,0 GHz terjadi redaman sedang dan f 2,0 GHz terjadi redaman besar.

65 Struktur Domain Wall Dari kurva posisi ketika bahan feromagnetik Fe, Co dan Ni dengan notch lengkung, segitiga, dan persegi diberikan medan bolak-balik, kemudian diambil 5 titik yang mewakili posisi osilasi DW dapat dipresentasikan kurva struktur DW. Struktur DW bahan Fe dengan notch lengkung saat diberi medan AC dengan frekuensi 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz terlihat pada Gambar Gambar 4.20 Posisi DW bahan Fe dengan notch lengkung saat diberi medan AC 0,5 GHz, 1,0 GHz dan 2,0 GHz

UNIVERSITAS INDONESIA. DINAMIKA DOMAIN WALL DAN EFEK ANISOTROPI PADA MATERIAL FERROMAGNET Co DAN Ni BERBENTUK NANOWIRE TESIS MARDONA

UNIVERSITAS INDONESIA. DINAMIKA DOMAIN WALL DAN EFEK ANISOTROPI PADA MATERIAL FERROMAGNET Co DAN Ni BERBENTUK NANOWIRE TESIS MARDONA UNIVERSITAS INDONESIA DINAMIKA DOMAIN WALL DAN EFEK ANISOTROPI PADA MATERIAL FERROMAGNET Co DAN Ni BERBENTUK NANOWIRE TESIS MARDONA 1006786820 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PASCA

Lebih terperinci

AMPLITUDO OSILASI POSISI DOMAIN WALL BAHAN FEROMAGNETIK NANOWIRE BERKONTRIKSI SEGITIGA KETIKA DIBERI MEDAN LUAR AC DENGAN AMPLITUDO 2 MILITESLA

AMPLITUDO OSILASI POSISI DOMAIN WALL BAHAN FEROMAGNETIK NANOWIRE BERKONTRIKSI SEGITIGA KETIKA DIBERI MEDAN LUAR AC DENGAN AMPLITUDO 2 MILITESLA AMPLITUDO OSILASI POSISI DOMAIN WALL BAHAN FEROMAGNETIK NANOWIRE BERKONTRIKSI SEGITIGA KETIKA DIBERI MEDAN LUAR AC DENGAN AMPLITUDO 2 MILITESLA W. Nursiyanto 1,a), B. Soegijono 2,b), E. Djatmiko 1,c) 1

Lebih terperinci

ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( )

ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( ) ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( ) By Anisa Indriawati 12/336436/PPA/3796 Research of magnetic domain wall propagation

Lebih terperinci

Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik

Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik F Rohmah, Utari, B Purnama Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

Studi Mikromagnetik Dinamika Domain Wall pada Material Permalloy Berbentuk Nanowire dengan Injeksi Arus Terpolarisasi

Studi Mikromagnetik Dinamika Domain Wall pada Material Permalloy Berbentuk Nanowire dengan Injeksi Arus Terpolarisasi Studi Mikromagnetik Dinamika Domain Wall pada Material Permalloy Berbentuk Nanowire dengan Injeksi Arus Terpolarisasi Christianto 1 dan Dede Djuhana 2 1. Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Ilustrasi struktur MTJ (tanpa skala) dengan arah lapisan magentisasi (Ali, 2013)

Gambar 1.1 Ilustrasi struktur MTJ (tanpa skala) dengan arah lapisan magentisasi (Ali, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang spintronik memberikan paradigma baru dalam teknologi modern saat ini. Elektron yang semula hanya dipandang sebagai muatannya saja,

Lebih terperinci

STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D

STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D Dwi Septiani *), Bambang Heru Iswanto, dan Iwan Sugihartono 1 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Jakarta, Jln. Pemuda No. 10 Rawamangun,

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sensor magnetik berbasis teknologi Giant Magnetoresistance (GMR) pada saat ini menarik minat banyak peneliti. Hal ini dikarenakan material GMR memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic Recording (HAMR) merupakan kata kunci untuk merealisasikan perekam magnetis berkapasitas ultra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI MICROMAGNETIC PROSES MAGNETISASI DAN SPEKTRUM SUSEPTIBILITAS FERROMAGNETIK ELEMEN DIAMOND-SHAPED TESIS ISMAIL

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI MICROMAGNETIC PROSES MAGNETISASI DAN SPEKTRUM SUSEPTIBILITAS FERROMAGNETIK ELEMEN DIAMOND-SHAPED TESIS ISMAIL UNIVERSITAS INDONESIA STUDI MICROMAGNETIC PROSES MAGNETISASI DAN SPEKTRUM SUSEPTIBILITAS FERROMAGNETIK ELEMEN DIAMOND-SHAPED TESIS ISMAIL 1106106975 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2. BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

Kajian Simulasi Mikromagnetik Ketergantungan Tipe-nukleasi Magnetisasi Reversal terhadap Waktu pada Nano Dot Permalloy

Kajian Simulasi Mikromagnetik Ketergantungan Tipe-nukleasi Magnetisasi Reversal terhadap Waktu pada Nano Dot Permalloy ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2012) Vol.2 No.2 halaman 164 Oktober 2012 Kajian Simulasi Mikromagnetik Ketergantungan Tipe-nukleasi Magnetisasi Reversal terhadap Waktu pada Nano

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penelitian dalam fisika material mampat mengenai semikonduktor yang difokuskan untuk aplikasi dalam bentuk divais spintronik, dimana spin elektron

Lebih terperinci

SIMULASI MIKROMAGNETIK MAGNETISASI REVERSAL PADA NANO-PARTIKEL MAGNETIK PERMALLOY

SIMULASI MIKROMAGNETIK MAGNETISASI REVERSAL PADA NANO-PARTIKEL MAGNETIK PERMALLOY SIMULASI MIKROMAGNETIK MAGNETISASI REVERSAL PADA NANO-PARTIKEL MAGNETIK PERMALLOY Disusun Oleh : SHIBGHATULLAH MUHAMMADY M0209050 SKRIPSI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano

T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano Ratno Nuryadi Pusat Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) BPPT Gedung II Lt. 22.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK

PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK Disusun oleh : Muhammad Nur Farizky M0212053 SKRIPSI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK. Oleh Muatan Kontinu. (Kawat Lurus, Cincin, Pelat)

MEDAN LISTRIK. Oleh Muatan Kontinu. (Kawat Lurus, Cincin, Pelat) MDAN LISTRIK Oleh Muatan Kontinu (Kawat Lurus, Cincin, Pelat) FISIKA A Semester Genap 6/7 Program Studi S Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom Medan listrik akibat muatan kontinu Muatan listrik kontinu

Lebih terperinci

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Momen Magnet Arus yang mengalir pada suatu kawat yang lurus akan menghasilkan medan magnet yang melingkar di sekitar kawat, dan apabila kawat tersebut dilingkarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material Giant-Magnetoresistance (GMR) merupakan material yang sedang dikembangkan di berbagai negara. GMR pertama kali diselidiki oleh Baibich dkk (1988) dalam struktur

Lebih terperinci

ANALISIS SPEKTRUM ENERGI DAN FUNGSI GELOMBANG

ANALISIS SPEKTRUM ENERGI DAN FUNGSI GELOMBANG ANALISIS SPEKTRUM ENERGI DAN FUNGSI GELOMBANG KOMBINASI POTENSIAL MANNING-ROSEN HIPERBOLIK DAN ROSEN-MORSE TRIGONOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIPERGEOMETRI Disusun oleh : DWI YUNIATI M0209017 SKRIPSI

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 20. KEMAGNETAN...2 20.1 Magnet dan Medan Magnet...2 20.2 Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet...2 20.3 Gaya Magnet...4 20.4 Hukum Ampere...9 20.5 Efek Hall...13 20.6 Quis

Lebih terperinci

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l'

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l' Rangkuman: bawah ini! Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di 1. Elemen-elemen matrik L lm,l'm' = h l ( l +1) δ ll' L l m, l 'm' dapat dihitung sebagai beriktut:

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dibuat melingkar (loop) dengan luasan sebesar da, maka arus I dalam luasan yang

BAB II DASAR TEORI. dibuat melingkar (loop) dengan luasan sebesar da, maka arus I dalam luasan yang BAB II DASAR TEORI A. Momen Magnet Di sekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnet. Jika kawat tersebut dibuat melingkar (loop) dengan luasan sebesar da, maka arus I dalam luasan yang ditutup loop

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI CFD PADA MESIN DIESEL INJEKSI LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DAN SOLAR TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI CFD PADA MESIN DIESEL INJEKSI LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DAN SOLAR TESIS UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI CFD PADA MESIN DIESEL INJEKSI LANGSUNG DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DAN SOLAR TESIS DODY DARSONO 0806423961 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPOK JUNI 2010 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro PETUNJUK UMUM 1. Tuliskan NAMA dan ID peserta di setiap lembar jawaban dan lembar kerja. 2. Tuliskan jawaban akhir di kotak yang disediakan untuk di lembar Jawaban. Lembar kerja dapat digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Pokok ahasan Medan Magnetik Abdul Waris Rizal Kurniadi Noitrian Sparisoma Viridi Topik Pengantar Gaya Magnetik Gaya Lorentz ubble Chamber Velocity

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik V. Medan Magnet Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik Di tempat tersebut ada batu-batu yang saling tarik menarik. Magnet besar Bumi [sudah dari dahulu dimanfaatkan

Lebih terperinci

D. 85 N E. 100 N. Kunci : E Penyelesaian : Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini :

D. 85 N E. 100 N. Kunci : E Penyelesaian : Kita jabarkan ketiga Vektor ke sumbu X dan dan sumbu Y, lihat gambar di bawah ini : 1. Tiga buah vektor gaya masing-masing F 1 = 30 N, F 2 = 70 N, dan F 3 = 30 N, disusun seperti pada gambar di atas. Besar resultan ketiga vektor tersebut adalah... A. 0 N B. 70 N C. 85 N D. 85 N E. 100

Lebih terperinci

BAB 4 MODEL DINAMIKA NEURON FITZHUGH-NAGUMO

BAB 4 MODEL DINAMIKA NEURON FITZHUGH-NAGUMO BAB 4 MODEL DINAMIKA NEURON FITZHUGH-NAGUMO 4.1 Model Dinamika Neuron Fitzhugh-Nagumo Dalam papernya pada tahun 1961, Fitzhugh mengusulkan untuk menerangkan model Hodgkin-Huxley menjadi lebih umum, yang

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Catatan Kuliah FI111 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Agus Suroso update: 4 November 17 Osilasi atau getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui titik kesetimbangan. Gerak bolak-balik tersebut

Lebih terperinci

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. TOPIK 8 Medan Magnetik Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. ikhsan_s@ugm.ac.id Pencetak sidik jari magnetik. Medan Magnetik Medan dan Gaya Megnetik Gaya Magnetik pada Konduktor Berarus

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta 1/36 FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) BENDA TEGAR Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Rotasi Benda Tegar Benda tegar adalah sistem partikel yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATA KULIAH : FISIKA DASAR NOMOR KODE / SKS : FIS 101 / 3(2-3) DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah Fisika Dasar ini diberikan di TPB untuk membekali seluruh mahasiswa

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

d) Dipol magnet merupakan sebuah magnet dipol, akselerator partikel, magnet yang dibangun untuk menciptakan medan magnet homogen dari jarak tertentu.

d) Dipol magnet merupakan sebuah magnet dipol, akselerator partikel, magnet yang dibangun untuk menciptakan medan magnet homogen dari jarak tertentu. Tugas Perbaikan Mid Sifat Magnetik Batuan Soal : 1. Jelaskan tentang : a) Magnetisasi b) Permeabilitas Magnetic c) Suseptibilitas Magnetik d) Dipol Magnetik e) Suhu Curie f) Histeresis 2. Ceritakanlah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PEMBUATAN KOMPOSIT PELAT BIPOLAR DENGAN MATRIKS POLIPROPILENA (PP) DENGAN PENGUAT KARBON DAN ADITIF POLIVINYLIDENE FLOURIDE (PVDF) SKRIPSI NUR HIMAWAN ABDILLAH 0405040538 FAKULTAS

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

Medan magnet bumi, Utara geografik D. Utara magnetik I. Timur

Medan magnet bumi, Utara geografik D. Utara magnetik I. Timur Magnetometer. Medan magnet bumi mempunyai arah utara-selatan dan besarnya 45000 gama ( 1 gama = 1 nano Tesla), untuk posisi di katulistiwa. Medan ini disebut juga dengan medan normal. Keberadaan mineral

Lebih terperinci

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah teknologi pembuatan dan penggunaan material yang memiliki ukuran nanometer dengan skala (1-100 nm). Perubahan ukuran bulk ke nanomaterial mengakibatkan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. XRD Uji XRD menggunakan difraktometer type Phylips PW3710 BASED dilengkapi dengan perangkat software APD (Automatic Powder Difraction) yang ada di Laboratorium UI Salemba

Lebih terperinci

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM PENDAHULUAN Magnet dalam teknologi terapan KEMAGNETAN Macam macam bentuk magnet Magnet batang, U bulat jarum 6.2 HUKUM COLUMB 6.3 PENGERTIAN MEDAN MAGNET Ruangan disekitar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii PERNYATAAN iv PRAKATA v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xiii INTISARI xiv ABSTRACT xv BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PEMBACAAN KWH METER ANALOG DENGAN KWH METER DIGITAL PADA KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN PEMBACAAN KWH METER ANALOG DENGAN KWH METER DIGITAL PADA KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERBANDINGAN PEMBACAAN KWH METER ANALOG DENGAN KWH METER DIGITAL PADA KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN SKRIPSI Boromeus Sakti Wibisana 04 04 03 022 9 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN

BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN BAB III SISTEM DAN PERSAMAAN KEADAAN 3.1 Keadaan keseimbangan dan persamaannya 3.2 Perubahan infinit pada keadaan keseimbangan 3.3 Mencari persamaan keadaan 3.1 KEADAAN KESEIMBANGAN DAN PERSAMAANNYA Keadaan

Lebih terperinci

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII - 014 1. Dari besaran fisika di bawah ini, yang merupakan besaran pokok adalah A. Massa, berat, jarak, gaya B. Panjang, daya, momentum, kecepatan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini Getaran dan Gelombang Getaran 1. Getaran dan Besaran-besarannya. Gerak harmonik sederhana 3. Tipe-tipe getaran (1) Getaran dan besaran-besarannya besarannya Getaran

Lebih terperinci

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Kuantum Dosen Pengampu: Drs. Ngurah Made Darma Putra, M.Si., PhD Disusun oleh kelompok 8:.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PENGARUH PENAMBAHAN KARBON PADA PROSES REDUKSI LANGSUNG BATU BESI SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PENGARUH PENAMBAHAN KARBON PADA PROSES REDUKSI LANGSUNG BATU BESI SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PENGARUH PENAMBAHAN KARBON PADA PROSES REDUKSI LANGSUNG BATU BESI SKRIPSI KOMARUDIN 0405040414 FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL DEPOK DESEMBER 2008 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dunia industri saat ini dan masa yang akan datang menekankan pada peningkatan sistem otomatisasi, keamanan, kenyamanan akan sangat bergantung pada suatu

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Mineral Magnetik Alamiah Mineral magnetik di alam dapat digolongkan dalam keluarga oksida besi-titanium, sulfida besi dan oksihidroksida besi. Keluarga oksida besi-titanium

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hari ini: Silabus Review Matematik Oleh Endi Suhendi 2 Silabus Identitas Mata Kuliah Nama mata kuliah : Fisika Dasar II Kode mata kuliah : FI-331

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII BAHAN AJAR 4 Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII GAYA LORENTZ Pada percobaan oersted telah dibuktikan pengaruh arus listrik terhadap kutub magnet, bagaimana pengaruh kutub magnet terhadap arus listrik

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII Nada-Nada Pipa Organa dan Dawai Soal No. 1 Sebuah pipa organa yang terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 300 Hz. Tentukan besar frekuensi dari

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 1 PENDAHULUAN Atom, Interaksi Fundamental, Syarat Matematika, Syarat Fisika, Muatan Listrik, Gaya Listrik, Pengertian

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi merupakan ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti dalam skala nanometer (Abdullah & Khairurrijal, 2009). Material

Lebih terperinci

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA A. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa memahami konsep tingkat tenaga dan pita tenaga untuk menerangkan perbedaan daya hantar listrik.. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

Model Estimasi Price Earnings Ratio Saham Sektor Keuangan, Properti Dan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia TESIS

Model Estimasi Price Earnings Ratio Saham Sektor Keuangan, Properti Dan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia TESIS UNIVERSITAS INDONESIA Model Estimasi Price Earnings Ratio Saham Sektor Keuangan, Properti Dan Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat umtuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 NOER AF IDAH 1109201712 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Darminto, MSc Pendahuluan: Smart magnetic materials Barium M-Heksaferit

Lebih terperinci

ANALISIS ENERGI, FUNGSI GELOMBANG, DAN INFORMASI SHANNON ENTROPI PARTIKEL BERSPIN-NOL UNTUK POTENSIAL PӦSCHL-TELLER TRIGONOMETRI DAN KRATZER

ANALISIS ENERGI, FUNGSI GELOMBANG, DAN INFORMASI SHANNON ENTROPI PARTIKEL BERSPIN-NOL UNTUK POTENSIAL PӦSCHL-TELLER TRIGONOMETRI DAN KRATZER ANALISIS ENERGI, FUNGSI GELOMBANG, DAN INFORMASI SHANNON ENTROPI PARTIKEL BERSPIN-NOL UNTUK POTENSIAL PӦSCHL-TELLER TRIGONOMETRI DAN KRATZER HALAMAN JUDUL TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan Magnet

Bahan Listrik. Bahan Magnet Bahan Listrik Bahan Magnet Sejarah Magnet Kata magnet berasal dari bahasa yunani magnitis lithos yang berarti batu magnesia. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama

Lebih terperinci

2. Deskripsi Statistik Sistem Partikel

2. Deskripsi Statistik Sistem Partikel . Deskripsi Statistik Sistem Partikel Formulasi statistik Interaksi antara sistem makroskopis.1. Formulasi Statistik Dalam menganalisis suatu sistem, kombinasikan: ide tentang statistik pengetahuan hukum-hukum

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi:

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi: Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: 1. Sebuah batang uniform bermassa dan panjang l, digantung pada sebuah titik A. Sebuah peluru bermassa bermassa m menumbuk ujung batang bawah, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Momen Magnetik dan Magnetisasi Secara makroskopis, magnetisasi adalah respon bahan magnetik terhadap medan magnet luar. Secara mikroskopis, magnetisasi suatu bahan pada dasarnya

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPETISI INTERAKSI TUKAR PADA BAHAN ANTIFERROMAGNET DENGAN MODEL HEISENBERG

KAJIAN KOMPETISI INTERAKSI TUKAR PADA BAHAN ANTIFERROMAGNET DENGAN MODEL HEISENBERG KAJIAN KOMPETISI INTERAKSI TUKAR PADA BAHAN ANTIFERROMAGNET DENGAN MODEL HEISENBERG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP

BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP 2.1 Umum Suatu informasi dari suatu sumber informasi dapat diterima oleh penerima informasi dapat terwujud bila ada suatu sistem atau penghubung diantara keduanya. Sistem

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-8 CAKUPAN MATERI 1. MAGNET 2. FLUKS MAGNETIK 3. GAYA MAGNET PADA SEBUAH ARUS 4. MUATAN SIRKULASI 5. EFEK HALL

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INONESIA EVALUASI FAKTOR REDUKSI GEMPA PADA SISTEM GANDA RANGKA RUANG SKRIPSI AUDI VAN SHAF ( X)

UNIVERSITAS INONESIA EVALUASI FAKTOR REDUKSI GEMPA PADA SISTEM GANDA RANGKA RUANG SKRIPSI AUDI VAN SHAF ( X) UNIVERSITAS INONESIA EVALUASI FAKTOR REDUKSI GEMPA PADA SISTEM GANDA RANGKA RUANG SKRIPSI AUDI VAN SHAF (04 04 21 009 X) FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK NOVEMBER 2008 III/FT.EKS.01/SKRIP/10/2008

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA UJI TRIAKSIAL MULTISTAGE UNTUK TANAH KAOLIN SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA UJI TRIAKSIAL MULTISTAGE UNTUK TANAH KAOLIN SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA UJI TRIAKSIAL MULTISTAGE UNTUK TANAH KAOLIN SKRIPSI CIPTO ADI BROTO 06 06 04 137 1 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK DESEMBER 2008 129/FT.EKS.01/SKRIP/12/2008 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG

GETARAN DAN GELOMBANG 1/19 Kuliah Fisika Dasar Teknik Sipil 2007 GETARAN DAN GELOMBANG Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id GETARAN Getaran adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan:

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan: KEMAGNETAN Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p Menghasilkan: Merasakan: Magnet Batang Kutub sejenis

Lebih terperinci

SOLUSI PERSAMAAN SCHRÖDINGER UNTUK KOMBINASI POTENSIAL HULTHEN DAN NON-SENTRAL POSCHL- TELLER DENGAN METODE NIKIFOROV-UVAROV

SOLUSI PERSAMAAN SCHRÖDINGER UNTUK KOMBINASI POTENSIAL HULTHEN DAN NON-SENTRAL POSCHL- TELLER DENGAN METODE NIKIFOROV-UVAROV SOLUSI PERSAMAAN SCHRÖDINGER UNTUK KOMBINASI POTENSIAL HULTHEN DAN NON-SENTRAL POSCHL- TELLER DENGAN METODE NIKIFOROV-UVAROV Disusun oleh : NANI SUNARMI M0209036 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

FONON I : GETARAN KRISTAL

FONON I : GETARAN KRISTAL MAKALAH FONON I : GETARAN KRISTAL Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat Disusun Oleh: Nisa Isma Khaerani ( 3215096525 ) Dio Sudiarto ( 3215096529 ) Arif Setiyanto ( 3215096537

Lebih terperinci

PROFIL GETARAN PEGAS DENGAN PENGARUH GAYA LUAR DAN VARIASI FAKTOR REDAMAN SKRIPSI

PROFIL GETARAN PEGAS DENGAN PENGARUH GAYA LUAR DAN VARIASI FAKTOR REDAMAN SKRIPSI PROFIL GETARAN PEGAS DENGAN PENGARUH GAYA LUAR DAN VARIASI FAKTOR REDAMAN SKRIPSI Oleh : Rachmad Hadiyansyah NIM : 011810101088 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

FISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si.

FISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si. FISIKA MODERN Pertemuan Ke-7 Nurun Nayiroh, M.Si. Efek Zeeman Gerakan orbital elektron Percobaan Stern-Gerlach Spin elektron Pieter Zeeman (1896) melakukan suatu percobaan untuk mengukur interaksi antara

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LOGGER PRO UNTUK ANALISIS GERAK HARMONIK SEDERHANA PADA SISTEM PEGAS MASSA

PENGGUNAAN LOGGER PRO UNTUK ANALISIS GERAK HARMONIK SEDERHANA PADA SISTEM PEGAS MASSA PENGGUNAAN LOGGER PRO UNTUK ANALISIS GERAK HARMONIK SEDERHANA PADA SISTEM PEGAS MASSA DANDAN LUHUR SARASWATI dandanluhur09@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Penulis : Fajar Mukharom Darozat. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.com

Penulis : Fajar Mukharom Darozat. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.com Penulis : Fajar Mukharom Darozat Copyright 2013 pelatihan-osn.com Cetakan I : Oktober 2012 Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.com Kompleks Sawangan Permai Blok A5 No.12 A Sawangan, Depok, Jawa Barat 16511

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR

BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR Gerakan dari struktur terapung akan dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, dimana terdapat gaya gaya luar yang bekerja pada struktur dan akan menimbulkan gerakan pada struktur. Untuk

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007 1. Suatu segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat yang berbeda panjang 0,42 cm, lebar 0,5 cm. Maka luas segi empat tersebut dengan penulisan angka penting 2. adalah... A. 0,41 B. 0,21 C. 0,20

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA 10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci