4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung
|
|
- Johan Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 47 4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung Rantai pasok jagung merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan pada sentra jagung, pedagang atau pengumpul, pabrik tepung jagung, hingga industri pengguna tepung jagung.pada tingkat petani produktivitas jagung di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara penghasil jagung lainnya di dunia. Tabel 2 menunjukkan bahwa posisi Indonesia jauh di bawah Amerika Serikat bahkan masih dibawah rerata produktivitas jagung dunia.usaha pemegang kebijakan untuk meningkatkan produktivitas jagung di tingkat petani dilakukan dengan anjuran teknologi yang terdiri dari beberapa komponen (Direktorat Budidaya Serealia, 2006). Komponen-komponen tersebut adalah:1) Penggunaan varietas unggul potensi tinggi, penggunaan benih bermutu; 2) Persiapanlahan; 3) Bercocok tanam; 4) Pengairan; 5) Pemupukan termasuk penggunaan pupuk organik; 6) Pengendalian jasad pengganggu tanaman (hama dan gulma); 7) Panen dan pasca panen.namun usaha ini belum sepenuhnya menjangkau seluruh petani jagung di daerah di Indonesia. Hal ini menyebabkan produktivitas jagung yang tidak merata antar satu daerah dengan daerah yang lain. Pada tingkat pengumpul atau pedagang jagung pipilan terdapat masalah yaitu bervariasinya jumlah dan mutu jagung yang dipasok oleh petani. Penanganan panen dan pasca panen yang kurang baik pada tingkat petani memiliki pengaruh besar terhadap produksi dan mutu jagung yang dihasilkan. Penanganan panen dan pasca panen ini masih bervariasi pada tingkat petani. Hal inilah yang mengakibatkan bervariasinya mutu jagung pipilan yang dipasok petani kepada pengumpul atau pedagang. Industri tepung jagung menggunakan bahan baku jagung pipilan untuk memproduksi tepung jagung. Jagung pipilan yang terdapat pada tingkat pengumpul tidak seluruhnya digunakan sebagai bahan baku tepung jagung. Proporsi penggunaan jagung oleh industri pakan ternak telah mencapai 50% dati total kebutuhan Nasional. Bahkan diperkirakan akan terus meningkat hingga 60% dari kebutuhan Nasional (Direktorat Budidaya Serealia, 2006). Keadaan ini menunjukkan bahwa masih belum dapat dipenuhinya jumlah bahan baku berupa
2 48 jagung pipilan bagi industri tepung jagung. Volume impor jagung dari negaranegara luar jauh melebihi volume ekpor jagung seperti terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Industri pengolahan jagung seperti industri tepung jagung dan industri pati jagung masih belum dapat menjangkau petani baik teknologi dan modal. Bahkan industri pati jagung merupakan industri berskala besar yang membutuhkan modal besar pula. Di tingkat industri pengguna tepung jagung yakni industri pangan, industri pakan dan industri bahan lainnya, kebutuhan akan bahan baku berupa tepung jagung juga dipengaruhi oleh kondisi yang telah diuraikan sebelumnya. Industri pengolahan jagung sebagai industri penyedia bahan baku untuk industri pangan masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumennya. Pemenuhan bahan baku bagi industri pangan baik berupa tepung jagung atau pati jagung masih belum dapat dipenuhi oleh industri pengolahan jagung dalam negeri sehingga harus diimpor. Hal ini menyebabkan biaya produksi yang tinggi dan berakibat kepada harga jual produk yang mahal. 4.2 Analisis Kebutuhan Analisa kebutuhan merupakan tahap awal dalam melakukan analisis sistem (Eriyatno, 1999). Dalam analisis sistem pada rantai pasok berbasis jagung ini, dilakukan analisis kebutuhan dari berbagai stakeholders yang terdapat dalam rantai pasok. Stakeholders yang dimaksud adalah pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyediaan jumlah dan mutu tepung jagung pada rantai pasok jagung. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut adalah petani jagung, pengumpul jagung pipilan, industri tepung jagung, dan industri pengguna tepung jagung. Identifikasi kebutuhan stakeholder adalah sebagai berikut: 1) Petani jagung a) Kemudahan memperoleh benih yang bermutu b) Kemudahan memperoleh informasi dari pemegang kebijakan c) Kemudahan memperoleh pengetahuan tentang panen dan pasca panen d) Kemudahan memasarkan produk e) Harga jagung yang layak
3 49 f) Peningkatan produktivitas g) Peningkatan mutu produk h) Kemudahan memperoleh sarana produksi i) Peningkatan kesejahteraan 2) Pedagang pengumpul a) Kemudahan mendapatkan pasokan jagung dari petani b) Kemudahan mendapatkan informasi pasar c) Pasokan jagung yang dapat diprediksi d) Kemudahan memasarkan produk e) Harga jagung pipilan yang stabil f) Pemenuhan jumlah jagung pipilan yang akan dipasarkan g) Kontinuitas pasokan jagung h) Pemenuhan mutu jagung pipilan sesuai kebutuhan indutri pengolahan i) Penerapan peraturan dagang yang konsisten 3) Industri tepung jagung a) Kemudahan memperoleh pasokan jagung pipilan sesuai jumlah yang dibutuhkan b) Kemudahan memperoleh pasokan jagung pipilan sesuai mutu yang memenuhi standar c) Kontinuitas perolehan pasokan bahan baku d) Penyediaan produk yang aman e) Harga bahan baku yang stabil f) Kontinuitas produksi g) Kemudahan pemasaran produk 4) Industri pengguna tepung jagung a) Kemudahan memperoleh pasokan bahan baku b) Pemenuhan jumlah bahan baku sesuai target produksi c) Pemenuhan mutu bahan baku yang sesuai standar d) Penyediaan produk yang aman pangan e) Kesinambungan perolehan pasokan bahan baku yang sesuai f) Harga bahan baku yang stabil g) Kemudahan akses informasi
4 50 5) Pemerintah a) Peningkatan ketahanan pangan b) Peningkatan keamanan pangan c) Usaha peningkatan produktivitas jagung d) Peningkatan lapangan kerja e) Peningkatan pendapatan petani f) Pengaturan kestabilan harga g) Peningkatan daya saing dengan negara lain h) Pengaturan iklim usaha yang stabil 4.3 Identifikasi Permasalahan Berbagai permasalahanpada rantai pasok jagung diidentifikasi sesuai masalah pada setiap stakeholder. Identifikasi permasalahan dilakukan agar dapat diatasi untuk memenuhi kebutuhan setiap stakeholder seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Adapun identifikasi permasalahan adalah seperti berikut: Petani jagung Petani belum seluruhnya menggunakan bibit jagung varietas unggul sehingga berpengaruh pada peningkatan produktivitas jagung. Oleh sebab itu usaha pemerintah untuk memberikan anjuran penggunaan varietas unggul perlu diinformasikan sampai ke semua daerah, terutama daerah yang merupakan sentra jagung. Faktor perubahan iklim juga berpengaruh kepada waktu tanam dan hasil panen jagung. Kebiasaan dengan jadwal menanam pada masa lalu masih digunakan, sehingga perkiraan produksi banyak yang meleset. Penanganan panen dan pasca panen belum merata di antara petani yang menyebabkan mutu jagung yang dihasilkan dapat bervariasi. Sebagai pemegang kebijakan di bidang pertanian, pemerintah telah melakukan usaha ke arah itu, namun di harapkan dapat sampai ke semua petani. Kesulitan memasarkan produk dan memperoleh informasi, menyebabkan petani memasarkannya pada tingat pengumpul dengan harga yang tidak layak. Harga di tingkat petani jauh di bawah harga pada tingkat pedagang pengumpul. Hal ini mengakibatkan tidak terjadinya peningkatan kesejahteraan para petani. Untuk memperoleh harga yang layak, diperlukan pula peningkatan mutu produk selain akses langsung untuk memasok jagung kepada industri pengolahan jagung. Kesulitan memperoleh sarana produksi juga di alami
5 51 oleh sebagian petani yang mengakibatkan terganggunya kelancaran proses produksi jagung. Teknologi pengolahan jagung memerlukan sarana yang cukup mahal dan belum dapat menjangkau petani, sehingga petani hanya dapat memasarkan bahan baku mentah yang belum bernilai tambah. Berbagai masalah yang ditemui dalam pengembangan jagung antara lain harga jagung berfluktuasi, mutu masih rendah, kuantitas dan kontinuitas belum terpenuhi serta modal belum dapat diakses petani dengan baik (Direktorat Budidaya Serealia,2006). Pedagang Pengumpul Kesulitan memprediksi produksi jagung pada periode tertentu oleh pedagang pengumpul mengakibatkan tidak dapat diperkirakan berapa banyak jagung yang dapat dipasok dari petani. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mengatur perencanaan tentang jumlah bahan baku yang dapat dipasok kepada industri jagung. Kemungkinan terjadinya kekurangan pasokan sehingga kesempatan untuk memperoleh keuntungan akan hilang, dan industri jagung akan membeli dari pihak lain atau mengimpor bahan baku dari negara luar. Tidak adanya prediksi tersebut juga dapat mengakibatkan kelebihan stock jagung yang apabila disimpan dapat menurunkan mutunya bahkan dapat rusak. Sehingga peramalan untuk memprediksi produksi jagung sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan itu. Kesulitan memperoleh informasi pasar merupakan masalah bagi pedagang pengumpul sehingga dapat berpengaruh pada harga produk dan pemasaran produknya. Belum semua pengumpul telah menggunakan teknologi internet untuk memasarkan produknya dan memproleh informasi harga dan pasar. Selain jumlah jagung pipilan yang dapat dipasok dari petani belum dapat diprediksi, mutu jagung pipilan yang diperoleh juga sangat bervariasi. Bervariasinya mutu jagung tersebut akibat penggunaan bibit yang bervariasi, cara penanganan produksi yang belum merata, serta cara penanganan panen dan pasca panen yang tidak merata. Kemudahan memperoleh pasokan jagung dari petani belum dirasakan oleh para pedagang pengumpul secara merata sehingga berakibat pada penyediaan produk jagung yang akan dipasarkan. Demikian pula halnya dengan kontinuitas
6 52 pasokan jagung dari petani belum dapat dipenuhi menjadi permasalahan bagi pedagang pengumpul. Industri Tepung jagung Sebagai produk antara atau intermediate product, mutu tepung jagung ditentukan oleh tahapan-tahapan pada proses sebelumnya, bahan bakunya, serta budidaya tanaman jagung. Dengan kata lain, mutu tepung jagung ditentukan oleh terjaminnya mutu produk pada tingkat awal yakni pada tingkat petani. Bervariasinya mutu bahan baku berupa jagung pipilan yang telah melalui perjalanan dari petani, pengumpul hingga ke pabrik dapat menurunkan mutunya. Penurunan mutu ini dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain waktu pengiriman karena merupakan produk hasil pertanian dan cara pengiriman. Bervariasinya mutu bahan baku ini juga disebabkan oleh pasokan dari berbagai petani dengan berbagai mutu jagung. Kesulitan memperoleh bahan baku secara kontinu yang memenuhi jumlah dan mutu yang ditentukan merupakan masalah bagi industri tepung jagung, karena akan mempengaruhi kontinuitas produksi. Selain itu sebagai bahan baku industri pangan, makan keamanan pangan perlu di perhatikan karena akan dikonsumsi manusia sehingga harus memenuhi ketentuan yang berlaku. Bervariasinya mutu jagung pipilan yang diperoleh dari pedagang pengumpul, menyebabkan diperlukannya pemeriksaan mutu dan pengelompokan mutu sesuai standar yang ditetapkan. Hal ini sekaligus dapat mengontrol jangan sampai diperoleh bahan baku yang tidak memenuhi standar mutu. Penggunaantepungjagungsebagaibahanbakuuntukmemproduksianekajenispr odukakhir harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh standar nasional Indonesia.Untuk itu perlu dilakukan karakterisasi sifat-sifat fisika dan kimia terhadap tepung jagung. Oleh karena itu penerapan teknologi pembuatan tepung jagung yang memenuhi standar mutu industri. Hal ini menentukan bagi prospek pemanfaatan tepung jagung sebagai bahan baku aneka jenis produk Industri Pengguna Kesulitan memperoleh pasokan bahan baku tepung jagung dan pemenuhan jumlah bahan baku yang dibutuhkan merupakan masalah yang dialami oleh
7 53 industri tepung jagung. Pemenuhan jumlah dan mutu yang sesuai belum sepenuhnya dapat disediakan oleh industri tepung jagung dalam negeri. Hal ini menyebabkan masih diimpornya tepung jagung dari negara luar yang terdapat di pasar. Selain itu produk yang dihasilkan industri ini harus memenuhi keamanan pangan bahkan industri pakan saat ini telah menentukan standar keamanan bagi pakan yang dihasilkannya. Kesinambungan perolehan pasokan bahan baku tepung jagung belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. Hal ini diatasi dengan pembelian produk impor untuk menjaga kesinambungan produksinya. Permasalahan harga bahan baku yang tidak stabil akan mempengaruhi harga jual produk yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan kemudahan akses informasi pasar maupun harga. Pemerintah Permasalahan pada pemerintah sebagai salah satu pihak yang berkepentingan dalam rantai pasok jagung adalah bagaimana membuat kebijakankebijakan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang berada pada rantai pasok ini. Selain peraturan dan kebijakan yang dibuat, perlu juga menjalankannya dengan konsisten sehingga permasalahan pada tingkat petani, pedagang pengumpul, industri tepung jagung dan industri pengguna dapat diminimalkan. Peraturan dan kebijakan yang dibuat berkaitan dengan:a) peningkatan ketahanan pangan; b) peningkatan keamanan pangan; c) pengaturan mutu sesuai standar internasional; d) usaha peningkatan produktivitas jagung; e) peningkatan lapangan kerja; f) peningkatan pendapatan petani; g) pengaturan kestabilan harga;h) peningkatan daya saing dengan negara lain; i) pengaturan kestabilan iklim usaha. 4.4 Identifikasi Sistem Perancangan model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri jagung dilakukan dengan mengidentifikasi sistem untuk melihat keterkaitan dan pengaruh komponen-koponen yang berada dalam sistem. Adapun hasil identifikasi sistem dapat dilihat pada Gambar 19.
8 54 Input Input tak tak terkendali terkendali -- harga harga bahan bahan baku baku dan dan produk produk -- permintaan permintaan konsumen konsumen -- persaingan persaingan usaha usaha Lingkungan Lingkungan -- peraturan peraturan pemerintah pemerintah -- perubahan perubahan iklim iklim -kondisi -kondisi politik politik Output Output yang yang dikehendaki dikehendaki -- kemudahan kemudahan memperoleh memperoleh bahan bahan baku baku -- kontinuitas kontinuitas pasokan pasokan bahan bahan baku baku -- kontinuitas kontinuitas penyediaan penyediaan produk produk -- penyediaan penyediaan produk produk yang yang aman aman SISTEM SISTEM PENYEDIAAN PENYEDIAAN TEPUNG TEPUNG JAGUNG JAGUNG Input Input terkendali terkendali -- teknologi teknologi pasca pasca panen panen -- teknologi teknologi produksi produksi -- jenis jenis dan dan kualitas kualitas bahan bahan baku baku -- sistem sistem kemitraan kemitraan Manajemen Manajemen Pengendalian Pengendalian Output Output tak tak dikehendaki dikehendaki -- kesalahan kesalahan prediksi prediksi produksi produksi bahan bahan baku baku -- pasokan pasokan bahan bahan baku baku yang yang tak tak pasti pasti -- kualitas kualitas bahan bahan baku baku rendah rendah -- harga harga yang yang berfluktuasi berfluktuasi Gambar 19 Diagram input-output sistem analisis penyediaan tepung jagung. Hasil identifikasi sistem adalah sebagai berikut: - Output yang dikehendaki dalam sistem adalah kemudahan memperoleh bahan baku, kontinuitas pasokan bahan baku, kontinuitas penyediaan jumlah produk, dan penyediaan produk tepung jagung yang aman. - Output yang tak dikehendaki adalah pasokan bahan baku yang tak pasti, mutu bahan baku yang rendah, harga bahan baku dan harga produk yang berfluktuasi. - Input yang terkendali meliputi teknologi pasca panen, teknologi produksi, penanganan jenis dan mutu bahan baku, serta sistem kemitraan dalam rantai pasok. - Input yang tak terkendali harga bahan baku dan produk, permintaan konsumen, dan persaingan usaha.. - Pengaruh lingkungan dalam sistem rantai pasok ini adalah peraturan pemerintah, perubahan iklim dan kondisi politik.
V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani
V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran
41 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan adalah bagaimana ini mem menyediakan memenuhi syarat ke konsumennya. Sebagai salah satu bagian dari rantai pasok berbasis, di sangat tergantung
Lebih terperinci4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional
83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering
Lebih terperinci6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung
89 6 IMPLEMENTASI MODEL Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai suatu model yang dapat menganalisis penyediaan tepung jagung
Lebih terperincimemberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi (kg)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura
Lebih terperinci3.3. PENGEMBANGAN MODEL
Selain teknologi pemupukan dan OPT, mekanisasi merupakan teknologi maju yang tidak kalah penting, terutama dalam peningkatan kapasitas kerja dan menurunkan susut hasil. Urbanisasi dan industrialisasi mengakibatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemandirian pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman
Lebih terperinciPengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan
Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN
LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN Oleh : Bambang Sayaka Mewa Ariani Masdjidin Siregar Herman
Lebih terperinciTabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel
54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.
Lebih terperinciVI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK
VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung semi adalah jagung manis yang dipanen saat masih muda. Di Asia, jagung semi sangat populer sebagai sayuran yang dapat dimakan mentah maupun dimasak. Budidaya jagung
Lebih terperinciPOLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN
POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan jenis tanaman serealia yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia, jagung memiliki kontribusi sebagai komponen industri pakan. Lebih dari 50% komponen pakan pabrikan adalah jagung. Hal ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan jenis perekonomian nasional. Hal ini terjadi karena Indonesia mempunyai stuktur sistem perekonomian
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan pertanian secara nasional maupun regional serta terhadap ketahanan pangan dan perbaikan perekonomian.
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten) Oleh: DIAN ANGGRAENI Fakultas Pertanian UNTIRTA Email: dian.1452yahoo.c.id
Lebih terperinciPerkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung
Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG
V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG 5.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Jawa Timur dan Jawa Barat 5.1.1. Jawa Timur Provinsi Jawa Timur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yaitu sebagai petani. Sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan yang tepat dari para pelaku ekonomi. konsumen adalah sebagai pemasok faktor faktor produksi kepada perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian terus tumbuh dan berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia. Jika perekonomian dalam suatu negara berjalan stabil maka kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian di vinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor. Tanaman pangan merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan pertanian yang potensial. Lahan pertanian tersebut memiliki potensi untuk ditanami beberapa tanaman pangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di beberapa tempat, jagung merupakan bahan pokok makanan utama pengganti beras atau sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara yang memiliki kawasan perairan yang hampir 1/3 dari seluruh kawasannya, baik perairan laut maupun perairan tawar yang sangat
Lebih terperinciVIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN
VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN 8.1. Pengaruh Perubahan Harga Output dan Harga Input terhadap Penawaran Output dan Permintaan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI
LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian
Lebih terperinciberas atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.
PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk sementara lahan untuk budidaya untuk tanaman bijibijian seperti padi dan jagung luasannya
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN SARAN
IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penawaran output jagung baik di Jawa Timur maupun di Jawa Barat bersifat elastis
Lebih terperinci4.3. PENGEMBANGAN MODEL
terhadap berbagai aspek kehidupan (Amang dan Sapuan, 2000). Oleh karena itu, pengembangan sistem produksi kedelai nasional menuju swasembada dengan sistem modeling merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi negara berkembang seperti Indonesia landasan pembangunan ekonomi negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman pangan memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tetapi kontradiktif dalam sistem usaha tani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi
Lebih terperinciVALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK
VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK Peneliti : Dewi Prihatini 1) mahasiswa yang terlibat : -
Lebih terperinciKAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM
KAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM Disusun oleh : Lilik Khumairoh 2506 100 096 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M. Eng. Latar
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN SARAN
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.a. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata/signifikan terhadap produksi usahatani jagung
Lebih terperinci8.2. PENDEKATAN MASALAH
jeruk impor di Indonesia saat ini menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah. Jeruk impor sudah sampai ke lokasi konsumen di sentra produksi jeruk nusantara dengan harga yang lebih murah daripada jeruk
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai komponen utama pada pola pangan harapan. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,
Lebih terperincimemenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa
BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ketiga sebagai tanaman palawija setelah
Lebih terperinciKELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA
& UNIVERSITAS RIAU BLUE PRINT PERENCANAAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK SISTEM INFORMASI KOPERASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA MENGUBAH SISTEM INFORMASI MANUAL MENUJU SISTEM INFORMASI TERKOMPUTERISASI
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Agronomi Tanaman Jagung (Zea mays L.)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung termasuk dalam famili graminae, dengan sistematika (taksonomi) sebagai berikut : Kingdom Divisio Sub divisio Kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah nasional menghadapi tantangan dari negara-negara maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang saat ini masih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertanian adalah salah satu sektor yang menjadi titik berat pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan di sektor pertanian terus digalakkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati
Lebih terperinciSTUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber
Lebih terperinciPi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional. Pisang selain mudah didapat karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman sorghum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang berpotensi sebagai sumber pangan alternatif yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan secara komersial
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kapupaten Brebes merupakan sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark mengingat posisinya sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penentuan jenis tanaman pangan yang sesuai ditanam pada lahan tertentu didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai pendukung pengambilan keputusan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil kalori penting di daerah tropik. Tanaman ubikayu ini dapat membentuk karbohidrat dengan efisien. Dalam Widodo
Lebih terperinciTinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :
Nov 10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Edisi : 11/AYAM/TKSPP/2011 Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam Informasi Utama : Harga daging ayam di pasar
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.
KATA PENGANTAR Kekayaan sumber-sumber pangan lokal di Indonesia sangat beragam diantaranya yang berasal dari tanaman biji-bijian seperti gandum, sorgum, hotong dan jewawut bila dikembangkan dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan
TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan
Lebih terperinciperluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN
ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Tanah Datar Bergerak disektor Pertanian dan Peternakan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian yang hendak dicapai, batasan masalah dalam melaksanakan penelitian dan sistematika penulisan
Lebih terperinciBAB V RENCANA AKSI. Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat
BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan dan Waktu Untuk dapat mulai menjalankan unit bisnis IFS BATARI secara tepat waktu, rencana aksi disusun sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus untuk memudahkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap komoditas beras sebagai bahan pangan utama cenderung terus meningkat setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih berorientasi kepada
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman KATA PEGANTAR i DAFTAR TABEL...ii DAFTAR GAMBAR...iii DAFTAR LAMPIRAN...iv
DAFTAR ISI Halaman KATA PEGANTAR i DAFTAR TABEL...ii DAFTAR GAMBAR...iii DAFTAR LAMPIRAN...iv I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...4 1.3 Tujuan Penelitian...5 1.4 Manfaat Penelitian...5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan
Lebih terperinciProduksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada
47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. impor gula. Kehadiran gula impor ditengah pangsa pasar domestik mengakibatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini produksi gula pasir dalam negeri semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi sehingga kekurangan yang ada harus ditutupi oleh impor gula.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang baik serta kegunaan yang cukup beragam. Nilai gizi jagung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
Lebih terperinci