BAB I PENDAHULUAN. Kapsula interna merupakan bagian yang sangat penting dalam susunan saraf

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kapsula interna merupakan bagian yang sangat penting dalam susunan saraf"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Kapsula interna merupakan bagian yang sangat penting dalam susunan saraf pusat karena dilalui oleh berbagai macam serabut saraf motorik dan sensorik atau dilewati oleh susunan piramidal dan ektrapiramidal, sehingga menjamin integrasi yang baik antar bagian dari susunan saraf. Kapsula interna menjaga korelasi antara impuls-impuls saraf aferen agar sampai pada area tertentu di korteks serebri dan menjaga korelasi sistem motorik sehingga impuls saraf eferen sampai pada tujuannya. (Ropper, 2005). Neuroanatomi dan neurofisiologi sangat penting dan saling berkaitan dalam mempelajari kapsula interna dimana dalam neurofisiologi diulas mengenai fungsi dari suatu struktur organ yang dalam tinjauan pustaka ini adalah kapsula interna. Neurofisiologi menjelaskan peranan dan proses-proses normal yang terjadi pada suatu struktur. Apabila terjadi suatu proses patologi pada suatu organ serta di dukung oleh anamnesis dan pemeriksaan fisik maka akan dapat ditegakkan diagnosis klinis dan diagnosis topis dari suatu penyakit. Dari diagnosis topis dapat diketahui diagnosis etiologi yaitu penyebab yang mungkin menyebabkan gangguan pada kapsula interna. Penyebab tersering dan paling umum adalah gangguan vaskuler berupa stroke, 1

2 penyebab yang lain yaitu infeksi, trauma, autoimun, gangguan metabolisme, idiopatik dan neoplasma (Duus, 2005). Kapsula interna berada di dalam serebrum, simetris kanan dan kiri. Letaknya diantara nukleus lentiformis dengan nukleus kaudatus dan thalamus. Dilayani oleh percabangan arteri karotis interna yaitu percabangan arteri serebri media dan arteri serebri anterior. Apabila ada gangguan vaskuler pada percabangan arteri tersebut maka akan timbul berbagai gejala klinis berupa stroke. Bila lesinya kecil misal suatu infark lakunar dapat timbul suatu pure motor hemiplegi. Bila lesinya cukup besar maka akan timbul gejala hemiplegi dan hemianestesi. Bila lesinya luas dapat timbul gejala trias kapsula interna yaitu hemiplegi, hemianestesi dan hemianopsi secara lengkap. Bila awitannya akut maka kemungkinan besar adalah suatu stroke tetapi bila berlangsung kronis progresif apalagi disertai nyeri kepala dan papil edem maka kemungkinan suatu proses desak ruang intra kranium (Netter, 2002; Young, 2008). Penting untuk mengetahui letak dan fungsi traktus yang melalui kapsula interna dan pembuluh darah yang melayaninya karena berhubungan erat dengan gejala klinis yang timbul apabila terjadi lesi pada kapsula interna. Dalam tinjauan pustaka ini akan dijelaskan tentang neurofisiologi kapsula interna secara umum dan fungsi traktus-traktus yang melewati kapsula interna secara lebih spesifik. Terutama yang akan lebih ditonjolkan dalam pustaka ini adalah proses gerak, dikarenakan kapsula interna lewati jaras jaras yang mempengaruhui gerakan manusia 2

3 BAB II NEUROFISIOLOGI KAPSULA INTERNA Kapsula interna adalah daerah yang dilewati oleh serabut-serabut saraf bermyelin yang memisahkan nukleus lentiformis dengan nukleus kaudatus dan thalamus. Berbagai serat saraf menuju korteks dan keluar dari korteks membentuk serat berbentuk kipas yang dinamakan korona radiata kemudian melewati suatu celah sempit yaitu kapsula interna (Saunders, 2007). Gambar 2.1 Potongan horizontal serebrum dilihat dari atas, menunjukkan batas antara kapsula interna, nukleus lentiformis, nukleus kaudatus dan thalamus (Snell,2010) 3

4 Pada penampang horisontal, kapsula interna terlihat terbagi menjadi tiga bagian yaitu krus anterior, krus posterior dan genu kapsula interna yang terletak diantara kedua krus tersebut. (Saunder, 2007). Sebelum masuk kebagian bagian Kapsula Interna, saya akan membahas mengenai proses gerak. 2.1 Proses Gerak Seperti kita ketahui proses gerak dipengaruhui oleh UMN dan LMN. Dimana Kontrol gerak oleh Sistem Saraf Pusat terbagi menjadi Sistem Saraf Somatis (SSS) dan Sistem Saraf Otonom (SSO). Sistem saraf somatis mengontrol kontraksi otot skelet secara sadar (volunter). Sedangkan Sistem saraf otonom mengontrol gerak organ visceral secara tidak sadar (involunter) (Martini, 2008). Berdasarkan letak anatomis, motoneuron pada sistem saraf somatis terbagi menjadi dua, yakni Upper Motorneuron (UMN) dan Lower Motorneuron (LMN). Upper motorneuron adalah semua neuron yang menyalurkan impuls motorik ke lower motorneuron dan terbagi menjadi susunan piramidalis dan extrapiramidalis. Upper motorneuron berjalan dari korteks serebri sampai dengan medulla spinalis sehingga kerja dari upper motorneuron akan mempengaruhi aktifitas dari lower motorneuron (Sidharta, 2009). Lower motorneuron adalah neuron-neuron yang menyalurkan impuls motorik pada bagian perjalanan terakhir ke sel otot skeletal, hal ini, yang membedakan dengan upper motorneuron. Lower motorneuron mempersarafi serabut otot dengan berjalan 4

5 melalui radix anterior, nervus spinalis dan saraf tepi. Lower motorneuron memiliki dua jenis yaitu alfa-motorneuron memiliki akson yang besar, tebal dan menuju ke serabut otot ekstrafusal (aliran impuls saraf yang berasal dari otak/medulla spinalis menuju ke efektor), sedangkan gamma-motorneuron memiliki akson yang ukuran kecil, halus dan menuju ke serabut otot intrafusal (aliran impuls saraf dari reseptor menuju ke otak/medulla spinalis). Begitu halnya dengan nervi cranialis merupakan dari LMN karena nervus-nervus cranialis ini sudah keluar sebelum medulla spinalis yaitu di pons dan medulla oblongata (Sidharta, 2009 ; Snell, 2007). A. Jaras Motorik Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Gerakan diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area motorik di korteks, ganglia basalis, dan cerebellum. Jaras untuk sistem motorik ada dua, yaitu traktus piramidal dan ekstrapiramidal. Jaras piramidal dan ektrapiramidal Sistem saraf somatis secara umum melibatkan tiga tingkat neuron yang disebut neuron descendens. Neuron tingkat satu sistem saraf somatis berada di sistem saraf pusat tempat impuls tersebut berasal. Neuron tingkat pertama memiliki badan sel di dalam cortex cerebri atau berada di tempat asal impuls. Neuron tingkat kedua adalah sebuah neuron internuncial (interneuron) yang terletak di medulla spinalis. Akson neuron tingkat kedua pendek dan bersinaps dengan neuron tingkat ketiga di columna grisea anterior (Snell, 2002). 5

6 Gambar 1. Jaras neuron motorik Secara fungsi klinis tractus descendens dibagi menjadi tractus pyramidals dan extrapyramidals. Tractur pyramidals terdiri dari tractus corticospinal dan tractus corticobulbar. Tractus extrapyramidals dibagi menjadi lateral pathway dan medial pathway. Lateral pathway terdiri dari tractus rubrospinal dan medial pathway terdiri dari tractus vestibulospinal, tractus tectospinal dan tractus retikulospinal. Medial 6

7 pathway mengontrol tonus otot dan pergerakan kasar daerah leher, dada dan ekstremitas bagian proksimal (Martini, 2006). Gambar 2. Jaras pyramidal dan ekstrapiramidal 7

8 Tractus Corticospinal Serabut tractus corticospinal berasal dari sel pyramidal di cortex cerebri. Dua pertiga serabut ini berasal dari gyrus precentralis dan sepertiga dari gyrus postcentralis. Serabut desendens tersebut lalu mengumpul di corona radiata, kemudian berjalan melalui crus posterius capsula interna. Pada medulla oblongata tractus corticospinal nampak pada permukaan ventral yang disebut pyramids. Pada bagian caudal medulla oblongata tersebut 85% tractus corticospinal menyilang ke sisi kontralateral pada decussatio pyramidalis sedangkan sisanya tetap pada sisi ipsilateral walaupun akhirnya akan tetap bersinaps pada neuron tingkat tiga pada sisi kontralateral pada medulla spinalis. Tractus corticospinalis yang menyilang pada ducassatio akan membentuk tractus corticospinal lateral dan yang tidak menyilang akan membentuk tractus corticospinal anterior (Snell, 2002) Gambar 3. Tractus Piramidalis 8

9 Tractus Corticobulbar Serabut tractus corticobulbar mengalami perjalanan yang hampir sama dengan tractus corticospinal, namun tractus corticobulbar bersinaps pada motor neuron nervus cranialis III, IV, V, VI, VII, IX, X, XI, XII. Tractus coricobulbar menjalankan fungsi kontrol volunter otot skelet yang terdapat pada mata, dagu, muka dan beberapa otot pada faring dan leher. Seperti halnya dengan tractus corticospinal, tractus corticobulbar pun mengalami persilangan namun persilangannya terdapat pada tempat keluarnya motor neuron tersebut. (Martini, 2006). Medial Pathway Medial Pathway (jalur medial) mempersarafi dan mengendalikan tonus otot dan pergerakan kasar dari leher, dada dan ekstremitas bagian proksimal. Upper motor neuron jalur medial berasal dari nukleus vestibularis, colliculus superior dan formasio retikularis. (Martini, 2006). Nukleus vestibularis menerima informasi dari N VIII dari reseptor di vestibulum untuk mengontrol posisi dan pergerakan kepala. Tractus descendens yang berasal dari nukleus tersebut ialah tractus vestibulospinalis. Tujuan akhir dari sistem ini ialah untuk menjaga postur tubuh dan keseimbangan. (Martini, 2006). Colliculus superior menerima sensasi visual. Tractus descendens yang berasal dari colliculus superior disebut tractus tectospinal. Fungsi tractus ini ialah untuk mengatur refleks gerakan postural yang berkaitan dengan penglihatan (Snell, 2002). Formasio retikularis ialah suatu sel-sel dan serabut-serabut saraf yang membentuk jejaring (retikular). Jaring ini membentang ke atas sepanjang susunan 9

10 saraf pusat dari medulla spinalis sampai cerebrum. Formatio reticularis menerima input dari hampir semua seluruh sistem sensorik dan memiliki serabut eferen yang turun memengaruhi sel-sel saraf di semua tingkat susunan saraf pusat. Akson motor neuron dari formatio retikularis turun melalui traktus retikulospinal tanpa menyilang ke sisi kontralateral. Fungsi dari tractus reticulospinalis ini ialah untuk menghambat atar memfasilitasi gerakan voluntar dan kontrol simpatis dan parasimpatis hipotalamus (Martini 2006; Snell, 2002). Gambar 4. Tractus Medial 10

11 Lateral Pathway Lateral Pathway (jalur lateral) berfungsi sebagai kontrol tonus otot dan presisi pergerakan dari ekstremitas bagian distal. Upper motor neuron dari jalur lateral ini terletak dalam nukleus ruber (merah) yang terletak dalam mesencephalon. Akson motor neuron dari nukleus ruber ini turun melalui tractus rubrospinal. Pada manusia tractus rubrospinal kecil dan hanya mencapai corda spinalis bagian cervical. (Martini, 2006). Traktus Ekstrapiramidal System ekstrapiramidal tersusun dari semua jaras motorik yang tidak melalui piramis medulla oblongata dan berkepentingan untuk mengatur sirkuit umpan balik motorik pada medulla spinalis, batang otak, serebelum, dan kortek serebri. Selain itu, system ini juga mencakup serabut-serabut yang menghubungkan kortek serebri dengan masa kelabu ( seperti striata, nucleus ruber, dan subtantia nigra), dengan formation rerikuaris dan dengan nucleus tegmental batang otak lainnya. Susunan ekstrapiramidal terdiri atas korpus striatum, globus palidus, inti-inti talamik, nukleus subtalamikus, subtansia nigra, formatio retikularis batang otak,serebelum berikut dengan korteks motorik tambahan, yaitu area 4, area 6 dan area 8. komponen-komponen tersebut dihubungkan satu dengan yang lain oleh akson masing-masing komponen itu. 11

12 Dengan demikian terdapat lintasan yang melingkar yang dikenal sebagai sirkuit. Oleh karena korpus striatum merupakan penerima tunggal dari serabutserabut segenap neokorteks, maka lintasan sirkuit tersebut dinamakan sirkuit striatal yang terdiri dari sirkuit striatal utama (principal) dan 3 sirkuit striatal penunjang (aksesori).1,3 Sirkuit striatal prinsipal tersusun dari tiga mata rantai, yaitu (a) hubungan segenap neokorteks dengan korpus striatum serta globus palidus, (b) hubungan korpus striatum/globus palidus dengan thalamus dan (c) hubungan thalamus dengan korteks area 4 dan 6. Data yang tiba diseluruh neokorteks seolaholah diserahkan kepada korpus striatum/globus paidus/thalamus untuk diproses dan hasil pengolahan itu merupakan bahan feedback bagi korteks motorik dan korteks motorik tambahan. Oleh karena komponen-komponen susunan ekstrapiramidal lainnya menyusun sirkuit yang pada hakekatnya mengumpani sirkuit striata utama, maka sirkuit-sirkuit itu disebut sirkuit striatal asesorik.1,3 Sirkuit striatal asesorik ke1 merupakan sirkuit yang menghubungkan stratum-globus palidus-talamus-striatum. Sirkuit-striatal asesorik ke-2 adalah lintasan yang melingkari globus palidus-korpus subtalamikum-globus palidus. Dan akhirnya sirkuit asesorik ke-3, yang dibentuk oleh hubungan yang melingkari striatum-subtansia nigra-striatum. Lateral pathway terdiri dari tractus rubrospinal dan medial pathway terdiri dari tractus vestibulospinal, tractus tectospinal dan tractus retikulospinal. Medial pathway mengontrol tonus otot dan pergerakan kasar daerah leher, dada dan ekstremitas bagian proksimal.1 12

13 Pada jaras ekstra piramidal, jaras ini disebut juga jaras striatal. Ini menyampaikan saraf motorik tanpa meleawti kompinen jalur piramidal.jaras ini penting dalam pengaturan propioseptif tubuh. Jaras ini tersusun atas komponen 3 : 1. princpal : kortex-korpus triatum-globus palidus-talamus 2. asesoris 1 : talamus-korpus striatum 3. asesoris 2 : globus palidus nukleus subtalamikus 4. asesoris 3 : korpus striatum substansia nigra 2.1 Neurofisiologi Krus Anterior Kapsula Interna Krus anterior terdiri dari dua kelompok serat saraf yaitu: 1. Radiasio Talamika Anterior 2. Traktus Frontopontin Radiasio Talamika Anterior Radiasio talamika anterior terdiri dari serat saraf timbal balik antar nukleus anterior talami dengan girus singuli serta nukleus medial dorsalis talami dengan korteks area prefrontal. Fungsi dari traktus ini berhubungan dengan : (Netter, 2002 ; Moeller 2007) a. Fungsi kognisi yaitu tentang perhatian, memori terutama jangka pendek, perencanaan dan motivasi. 13

14 b. Fungsi eksekutif misalnya kemampuan merencanakan masa depan yang merupakan hasil dari tindakan saat ini, kemampuan membedakan tindakan yang baik dan buruk serta dapat mencari kesamaan atau perbedaan pada suatu benda atau keadaan. c. Fungsi memori yang berkaitan dengan emosi d. Mengatur sensasi rasa nyeri, rabaan kasar (umum), rabaan spesifik, suhu, posisi dan gerakan anggota tubuh Traktus Frontopontin Traktus Frontopontin merupakan serat desenden berasal dari regio motor dan premotor di area asosiasi korteks serebri lobus frontal berakhir dalam hubungan sinaptik dengan sel-sel neuron di dalam nukleus pontin ipsilateral. Setelah bersinap impuls ditransmisikan ke bagian medial pedunkel serebellum pada hemisfer kontralateral melalui traktus pontoserebelar yang sebagian besar menyilang garis median di daerah basis pontin. Traktus ini memegang peranan penting pada pengendalian fungsi motorik pada area wajah yaitu mengatur nervus trigeminus (N.V), nervus fasialis (N.VII) dan nervus hipoglosus (N. XII) (Scanlon, 2006 ; Young 2008) Gangguan Pada Krus Anterior 14

15 Gangguan pada krus anterior akan menimbulkan gejala klinis berupa: (Duus, 2005 ; Moeller 2007) a. Sindrom lobus frontal dengan perubahan kepribadian (hilangnya representasi diri). b. Gangguan fungsi kognisi yaitu penurunan perhatian, tidak dapat berkonsentrasi pada satu aktivitas dan mudah dialihkan oleh stimulus yang baru. c. Gangguan memori terutama memori jangka pendek, IQ formal dan memori jangka panjang relatif tetap masih utuh. d. Gangguan fungsi eksekutif seperti tidak mampu merencanakan masa depan, melakukan penilaian dan membuat keputusan. Penurunan fungsi ini berlangsung secara drastis. e. Emosi tidak tergambar pada wajah dan suara, misalnya saat merasa bahagia tidak tersenyum. Pasien cenderung mengalami depresi, penurunan motivasi, tidak ingin dan tidak semangat melakukan aktivitas sehari-hari. f. Berkurangnya spontanitas dalam bentuk komunikasi, pasien tampak malas, letargik, tidak ingin membersihkan dan merawat dirinya sendiri, berpakaian dengan bantuan dan tidak berniat melakukan pekerjaan yang regular. g. Anestesi total pada sisi tubuh kontralateral, rasa nyeri, rabaan kasar (umum) dan suhu dapat pulih kembali. h. Gangguan rasa raba spesifik, rasa posisi dan rasa gerakan anggota tubuh lambat pulih dan mengalami gangguan berat (Greenstein, 2000). i. Kelemahan otot-otot dagu (N.V), paralisis wajah bagian bawah dan kelemahan ringan pada area dahi (N. VII) dan kelemahan otot lidah (N.XII) karena lesi pada krus anterior terutama pada traktus frontopontin. (Snell, 2010). 15

16 Gangguan pada krus anterior dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, terutama paling sering karena gangguan vaskuler misal stroke atau Transient Iskemik Attack (TIA) yang terjadi karena blokade aliran darah pada otak atau karena ruptur pembuluh darah atau aneurisma. Penyebab yang lain dapat berupa cedera kepala, infeksi, tumor intrakranial, proses autoimun, gangguan metabolik, toksik dan idiopatik (Greenstein, 2000 ; Young 2008). 2.2 Neurofisiologi Genu Kapsula Interna Genu terdiri dari hanya satu kelompok serat saraf yaitu traktus kortikonuklear yang berasal dari daerah optokinetik frontal daerah muka (facies) pada korteks area motorik yaitu bagian inferior girus presentralis (daerah 4) dan dari dekat girus postsentralis. Serabut kortikonuklearis turun melalui korona radiata dan genu kapsula interna. Kemudian melintas melalui mesensefalon sebelah medial serabut kortikospinalis dalam basis pedunkulus. Ujung serabut bersinaps langsung dengan lower motor neuron dalam nukleus saraf kranialis atau tidak langsung melalui neuron-neuron internuklearis. Sebagian besar serabut kortikonuklearis ke nuklei motorik saraf kranialis menyilang bidang medial sebelum sampai ke nuklei. Hubungan bilateral pada semua nuklei motorik saraf kranial kecuali nukleus fasialis yang mempersarafi otot bagian bawah wajah dan nukleus hipoglosus yang mempersarafi muskulus genioglossus. (Snell, 2010) 16

17 Traktus kortikonuklear berfungsi mengatur motorik nervus okulomotorius, nervus troclearis, nervus abduscen, nervus fasialis, nervus glossofaringeus, nervus vagus, nervus asesorius, dan nervus hipoglosus. Nervus okulomotorius mengatur pergerakan bola mata, mengangkat kelopak mata dan mengatur spingter pupil dan otot-otot badan siliar. Otot-otot penggerak bola mata yaitu muskulus rektus superior, muskulus rektus medialis, muskulus rektus inferior dan muskulus obliquus inferior. Otot untuk mengangkat kelopak mata yaitu muskulus levator palpebra. Nervus trochlearis berfungsi mengatur pergerakan bola mata ke arah bawah dan rotasi ke lateral yang dikendalikan oleh muskulus obliquus superior. Nervus abduscen melayani muskulus rektus lateralis untuk gerakan mengabduksi mata. Nervus fasialis mengatur kemampuan pengendalian kontraksi otot-otot wajah, m. stapedius, digastrikus venter anterior dan stiloideus. Nervus glossofaringeus mengatur M. stilofaringeus yang berfungsi untuk membantu menelan. Nervus vagus mempersarafi otot-otot konstriktor faring dan otot-otot intrinsik laring. Nervus asesorius yang mendapat serabut dari traktus kortikonuklear adalah bagian radiks kranialis. Nervus hipoglossus mengatur otot lidah yaitu muskulus genioglosus pada sisi kontralateral serta dan palatum mole pada sisi kontralateral 2010). 17 ( Duus, 2005 ; Ropper 2005, Snell

18 Gambar 2.3. Traktus Kortikonuklear (Netter, 2002) Gangguan pada area genu akan menimbulakan gejala klinis yaitu : a. Penderita tidak dapat mengadakan abduksi bola mata pada sisi kontralateral lesi, walaupun fiksasi otomatis atau gerakan mengikuti sesuatu (following eye movements) tidak terganggu. Gangguan gerakan di bawah pengendalian kemauan tersebut diatas menghilang dalam waktu singkat, mungkin disebabkan karena adanya traktus kortikonuklear yang tidak menyilang garis median yang melayani nukleus abduscens. Gangguan gerakan bola mata melirik ke bawah dan gerakan bola mata ke segala arah. (Campbell 2005) 18

19 b. Paresis nervus fasialis kontralateral menyebabkan kehilangan kemampuan pengendalian kontraksi otot-otot muka bagian kaudal pada sisi kontralateral, sehingga tampak hidung dan mulut tertarik ke sisi yang sehat, sulkus nasolabialis lebih datar daripada di sisi yang sehat dan ujung bibir sisi yang sakit lebih rendah. Saat penderita meringis tampak seolah-olah wajah penderita mencong ke sisi yang sehat. Penderita tidak dapat tersenyum dengan baik atas kemauan, walaupun dapat mengerutkan dahi dan menutup kedua mata dengan baik atas perintah atau kemauan, sedangkan senyum karena emosi tidak terganggu. c. Paresis nervus hypoglosus yang melayani otot-otot lidah juga pada sisi kontralateral. Lidah di dalam mulut tampak mencong ke sisi yang sehat dan jika lidah dijulurkan ke luar tampak deviasi ke sisi yang sakit. Gangguan pengendalian kontraksi otot lidah mempunyai kecenderungan untuk berkurang sesudah beberapa saat. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan beberapa traktus kortikonuklear yang tidak menyilang garis median dan menuju ke nukleus hypoglosus sisi ipsilateral. (Duus, 2005 ; Snell 2010). Gangguan pada genu kapsula interna umumnya disebabkan oleh gangguan vaskular berupa stroke, penyebab yang lain dapat berupa infeksi, tumor, autoimun, gangguan metabolik dan trauma. (Scanlon, 2006) 2.3 Neurofisiologi Krus Posterior Kapsula Interna Krus posterior kapsula interna terbagi menjadi tiga bagian yaitu pars thalamolentikularis, pars sublentikularis dan pars retrolentikularis (post lentikularis). 19

20 Krus posterior mempunyai banyak komponen penting terutama traktus kortikospinal. Serat kortikospinal berjalan pada 2/3 anterior dari krus posterior kapsula interna dan 1/3 posterior dari krus posterior terdiri dari serat sensori, radiasio optika, serat akustik dan serat saraf dari lobus oksipital dan lobus temporal menuju nukleus pontin. (Netter 2002) Neurofisiologi Pars Talamolentikularis Terdiri dari tiga serabut saraf yaitu traktus kortikospinal, traktus kortikorubra dan radiasio talamika posterior (radiasio sensibilis) Traktus Kortikospinal Disebut juga sebagai traktus piramidalis, berasal dari korteks motorik dan berjalan melalui substansia alba serebri (korona radiata), krus posterior kapsula interna (serabut terletak sangat berdekatan disini), bagian sentral pedunkulus serebri, pons dan basal medula (bagian anterior) tempat traktus terlihat sebagai penonjolan kecil disebut piramid. Pada bagian bawah ujung medula serabut piramidal menyilang ke sisi lain di dekusasio piramidum. Serabut yang tidak menyilang berjalan menuruni medula spinalis di funikulus anterior ipsilateral sebagai traktus kortikospinalis anterior. Traktus yang menyilang di dekusasio piramidum menuruni medula spinalis di funikulus lateral kontralateral sebagai traktus kortikospinal lateralis (Ropper, 2005 ; Saunder, 2007). 20

21 Memahami traktus ini berarti memahami pula bagaimana satu sisi tubuh dikendalikan oleh bagian otak pada sisi kontralateral. Hemisfer kiri otak mengontrol sisi tubuh kanan dan hemisfer kanan mengontrol sisi tubuh bagian kiri. Korteks motorik mengirim impuls ke daerah spinal seperti mengirim suatu pesan. Traktus kortikospinal mengatur gerakan volunter seperti gerakan pada lengan, tungkai, jari-jari tangan dan kaki (Campbell, 2005 ; Wibowo, 2011) Traktus Kortikorubra Traktus ini berasal dari area Brodmann 6 menuju ke nukleus ruber pada sisi homolateral. Termasuk dalam sistem ekstrapiramidal, bekerja terutama untuk mengendalikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan sikap atau gerakangerakan pelan, penyesuaian tonus otot, gerakan asosiasi dan integrasi otonom. Umumnya bersifat sebagai penghambat pusat-pusat motorik subkortikal dan neuron-neuron motorik. (Moeller, 2007) 21

22 Gambar 2.5. Traktus Kortikorubra (Duus, 2005) Radiasio Talamika Posterior Serabut saraf yang berasal dari nukleus ventralis posterior menuju ke area Brodmann 3,2,1. Dan sebaliknya dari area Brodmann 3,2,1 menuju ke nukleus ventralis posterior. Serta serat dari nukleus talami ventralis anterior dan ventralis lateralis menuju area Bodmann 6 dan 4. Nukleus ventralis berfungsi dalam mengaktivasi non spesifik impuls sensori dan merupakan stasiun relay untuk impuls sensorik khusus yang kemudian dihantarkan ke area korteks yang sesuai. Traktus ini mengendalikan sensibilitas yaitu rasa raba dan proprioseptif (Young, 2008). 22

23 2.3.2 Neurofisiologi Pars Sublentikular Pars sublentikular terdiri dari empat serabut saraf yaitu radiasio akustika, traktus kortikotektalis, traktus temporoparietioksipitopontin dan radiasio optika Radiasio akustika Radiasio akustika atau radiasio auditori merupakan serat saraf yang berasal dari korpus genikulatum medial berjalan melalui krus posterior kapsula interna menuju area Brodmann 41 dan 42 begitu pula sebaliknya, serabut saraf dari Brodmann 41 dan 42 menuju korpus genikulatum medial. Korpus genikulatum medial merupakan area relay auditorik yang mengatur fungsi pendengaran, sedangkan area Brodman 41 berfungsi sebagai area untuk memproses persepsi nada, sedangkan area Brodmann 42 untuk persepsi fonemik. Berfungsi untuk proses mendengar bunyi, suara, percakapan dan bunyi yang bukan percakapan (Wibowo, 2011). 23

24 Gambar 2.6. Radiasio Akustika (Duus, 2005) Traktus Kortikotektalis Merupakan serabut saraf yang berasal dari area Brodmann 20 menuju ke kolikulus kranialis. Fungsi dari area Brodmann 20 adalah untuk pemahaman suara dan musik, sedangkan kolikulus kranial yang terletak di mesensefalon berfungsi sebagai tempat memproses informasi visual dan auditorik serta mengatur refleks optik yang berkaitan dengan gerakan-gerakan leher dan trunkus. ( Scanlon, 2006 ; Snell, 2010). 24

25 Traktus Temporoparietooksipitopontin Serabut saraf berasal dari korteks lobus temporalis, parietal dan oksipital menuju ke nukleus pontin. Lobus temporal adalah area yang berhubungan dengan emosi dan fungsi mental yang lebih tinggi seperti memori dan bahasa. Area ini juga berhubungan dengan area auditori dan pengenalan wajah. Lobus temporal posterior kiri berperan dalam proses belajar dan memori verbal. Sedangkan lobus temporal posterior kanan berperan dalam proses belajar dan memori visual. Lobus parietal berfungsi sebagai general sensorik pada area wajah, lengan dan tungkai, pusat perasa lidah, memproses informasi somantik dan visual, kemampuan matematika dan penamaan suatu objek. Sedangkan lobus oksipital berfungsi pada penglihatan dan asosiasi penglihatan. (Greenstein, 2000). Gambar 2.7. Traktus Kortikopontin (Duus, 2005) 25

26 Radiasio Optika Merupakan serabut saraf yang berjalan bolak balik antara korpus genikulatum lateral dan korteks area Brodmann 17. Fungsi korpus genikulatum lateral yaitu sebagai area relay visual. Area Bodmann 17 berfungsi dalam penglihatan kecerahan, warna, bentuk dan pergerakan suatu benda serta mengatur kemampuan penglihatan pada suatu lapangan pandang atau mengatur medan penglihatan. ( Netter, 2002 ; Sidharta, 2010) Radiasio Optika (Duus, 2005) 26

27 2.3.3 Neurofisiologi Pars Retrolentikular Terdiri dari empat traktus yaitu traktus kortikotegmentalis, traktus kortikotektalis, traktus kortikorubra dan traktus kortikonigralis Traktus Kortikotegmentalis Traktus kortikotegmentalis merupakan serabut saraf berasal dari korteks area Brodmann 18 dan 19 menuju ke nukleus abduscens kontralateral. Fungsi area Brodmann 18 berhubungan dengan lapangan pandang kuadran atas dan bawah sedangkan Brodmann 19 berfungsi dalam memori topografi. Nukleus abduscens berfungsi dalam mendukung otot-otot mata ekstraokuler dalam menggerakkan bola mata kearah lateral. (Duus, 2005 ; Young, 2008) Traktus Kortikotektalis Traktus Kortikotektalis merupakan serabut serat saraf yang berasal dari area Brodmann 18 dan 19 menuju ke pulvinar talami, nukleus pretektalis dan kolikulus kranialis. Pulvinar talami memiliki hubungan timbal balik dengan area asosiasi lobus parietal dan oksipital. Area asosiasi ini dikelilingi oleh korteks somatosensorik, visual dan auditorik primer dan dengan demikian kemungkinan berperan penting pada pengumpulan berbagai jenis informasi sensorik yang datang. Nukleus pretektalis mengatur ukuran pupil (muskulus sfingter pupil) yang merupakan respon cahaya serta mengatur akomodasi mata oleh muskulus siliaris. Kolikulus kranial sebagai stasiun relay pendengaran dan visual, mengatur reflex 27

28 optik yang berkaitan dengan gerakan-gerakan leher dan trunkus. Area Brodmann 18 berperan dalam lapang pandang atas dan bawah, sedangkan area Brodmann 19 berperan dalam memori topografi. (Scanlon, 2006; Moeller, 2007) Traktus Kortikorubra Traktus Kortikorubra merupakan serabut saraf berjalan dari korteks area Brodmann 19 menuju nukleus ruber. Area Brodmann 19 berperan dalam memori topografi sedangkan nukleus ruber berperan dalam lengkung reflek yang mengatur postur tubuh dan gerakan volunter yang tepat dan halus (Campbell, 2005) Traktus kortikonigralis Traktus Kortikonigralis merupakan serabut saraf berasal dari korteks area Brodmann 19 menuju ke substansia nigra yang homolateral. Substansia nigra adalah nukleus motorik yang besar terletak di antara tegmentum dan krus serebri kedua sisi. Merupakan komponen penting pada sistem motorik ekstrapiramidal (Duus, 2005; Young, 2008). Lesi krus posterior kapsula interna menyebabkan : a. Fase akut menyebabkan reflek tendon profunda akan bersifat hipoaktif dan terdapat kelemahan flaksid pada otot. Reflek muncul kembali beberapa hari atau beberapa minggu kemudian dan menjadi hiperaktif karena spindel otot berespon lebih sensitif terhadap regangan dibandingkan dengan keadaan 28

29 normal, terutama fleksor ekstremitas atas dan ekstensor ektremitas bawah. Hipersensitif ini terjadi akibat hilangnya kontrol inhibisi sentral desenden pada sel-sel fusimotor yang mempersarafi spindel otot. Serabut-serabut otot intrafusal teraktivasi secara permanen dan lebih mudah berespon terhadap peregangan otot lebih lanjut dibandingkan normal. Gangguan sirkuit regulasi panjang otot mungkin terjadi yaitu berupa pemendekan panjang target secara abnormal pada fleksor ekstremitas atas dan ekstensor ektremitas bawah. Hasilnya berupa peningkatan tonus spastik dan hiperefleksia serta tanda-tanda traktus piramidal dan klonus. Diantara tanda-tanda traktus piramidal tersebut terdapat tanda-tanda yang sudah dikenal baik pada jari-jari tangan dan kaki seperti tanda Babinski (ekstensi tonik ibu jari kaki sebagai respon terhadap b. gesekan di telapak kaki). (Greenstein, 2000 ; Young, 2008). Gangguan pada krus posterior kapsula interna juga menimbulkan paralisis bersifat spastik. Gangguan sensasi raba dan proprioseptif kontralateral serta paresis ekstremitas yang dirasakan seakan-akan ekstremitas membengkak atau terasa berat yang abnormal. Juga didapatkan kelemahan sentral yang berat dimana pasien jatuh kearah yang berlawanan dengan sisi lesi dan mungkin tidak dapat duduk tanpa bantuan. Manifestasi ini timbul secara sendiri-sendiri atau bersamaan dengan transient talamic neglect yaitu baik fungsi motorik dan sensorik terabaikan (neglect) sisi kontralateral lesi. Sedangkan lesi yang melibatkan nukleus ventralis anterior dapat menyebabkan gangguan kesadaran 29

30 dan atensi karena termasuk ke dalam sistem ARAS (Snell, 2010 ; Wibowo, c. 2011). Lesi pada krus posterior juga akan menimbulkan gangguan dalam bidang auditorik yaitu gangguan persepsi nada dan persepsi fonemi, gangguan dalam belajar, memori verbal, memori visual, prosopagnosia yaitu kehilangan d. kemampuan mengenali wajah orang lain dan dirinya sendiri (Ropper, 2005). Lesi juga mengakibatkan terjadinya skotoma sentral, mata kontralateral berdeviasi ke dalam pada tatapan primer (saat melihat lurus ke depan) dan tidak dapat diabduksi karena paresis muskulus rektus lateralis. Terdapat mata yang juling ke dalam disebut juga strabismus konvergen. Ketika melihat kearah hidung mata yang paresis berotasi ke atas dan dalam karena dominasi kerja muskulus obliquus inferior. Lesi pada traktus kortikotegmentalis mengakibatkan gangguan pada persepsi visual dan gangguan pergerakan bola mata. (Scanlon, 2006 ; Sidharta 2010). Penyebab gangguan pada krus posterior umumnya karena kejadian vaskuler berupa stroke dengan thrombus, emboli atau perdarahan karena pecahnya pembuluh darah atau aneurisma. Penyebab lain yang mungkin menyebabkan gangguan pada krus posterior yaitu infeksi pada area posterior kapsula interna, trauma, tumor, autoimun, gangguan metabolik dan idiopatik (Wibowo, 2011). BAB III 30

31 RINGKASAN Kapsula interna merupakan serabut proyeksi yang berupa kumpulan berkas padat yang dilewati oleh banyak serabut-serabut saraf bermyelin yang memisahkan nukleus lentiformis dengan nukleus kaudatus dan thalamus. Terletak dalam serebrum simetris kanan dan kiri. Serabut saraf dalam kapsula interna terdiri dari serat saraf desenden dan asenden. Kapsula interna terbagi menjadi tiga bagian yitu krus anterior, genu dan krus posterior. Setiap bagian dilewati oleh traktus yang berbeda serta memiliki fungsi yang berbeda pula, seperti fungsi motorik (piramidal dan ekstrapiramidal) dan sensorik. Sesuai dengan gambaran homunkulus pada kapsula interna, serabut-serabut yang mengantarkan impuls untuk otot-otot wajah lewat di bagian yang paling depan yaitu dekat dengan genu. Serabut-serabut yang mengantarkan impuls untuk otot-otot ekstremitas superior lewat di belakangnya yaitu bagian anterior dari krus posterior. Sedangkan serabut-serabut untuk impuls ke otot-otot ekstremitas inferior terletak pada bagian posterior dari krus posterior. Apabila terjadi suatu lesi destruktif misalnya infark atau hemoragik pada kapsula interna maka akan bermanifestasi pada tubuh bagian kontralateral. Pada kapsula interna terdapat traktus piramidal dan radiasio somatosensori talamik yang berjalan bersama, serta traktus kortikobulbar yang juga berjalan berdekatan. Lesi 31

32 yang muncul yaitu hemiplegik atau hemiparese kontralateral spastik, hemianestesi kontralateral dan kelemahan separuh wajah bagian bawah apabila lesinya terletak pada bagian dorsal kapsula interna. Bila lesi terletak pada bagian ventral kapsula interna yang melibatkan radiasio optika maka ketiga gejala diatas akan disertai dengan hemianopsi homonim. DAFTAR PUSTAKA 32

33 Campbell, W De Jong s The Neurologic Examination. USA: Lippincott. pp Duus, P Topical Diagnosis in Neurology. Anatomy Physiology Signs Symptoms. 4th ed. New York: Thieme. pp Greenstein, B Color Atlas of neuroscience. New York: Thieme.pp.25,43. Moeller, T Pocket Atlas of Sectional Anatomy. 3 th ed. New York:Thieme. pp Martini, F.H Fundamental of Anatomy & Phisiology. Seventh Edition. San Francisco: Pearson Netter, F Neuroanatomy & Neurophysiology. Special ed. USA: Icon Custom Communication. Pp.4,14,71 Ropper, A.H. Samuels, M.A Adams & Victors Principles of Neurology. 8 th ed. USA: The McGraw-Hill Companies.pp Saunders, E Clinical Neuroanatomy and Neuroscience. 5 th ed. Elsevier limited. Pp Scanlon, F.C Essentials of Anatomy and Physiology. 5 th ed. Philadelphia: F.A.Davis Company.pp Sidharta, P Neurologi Klinis Dasar. 7th ed. Jakarta: PT Dian Rakyat.pp

34 Singh, Vishram Textbook of Clinical Neuroanatomy. 2nd Ed. New Delhi : Elsevier. Pp Snell, R Clinical Neuroanatomy. 7th ed. USA: Lippincott. pp Wibowo, D Neuroanatomi Untuk Mahasiswa Kedokteran. 1th ed. Malang: Banyu Media Publising. pp Young, Paul A Basic Clinical Neuroscience. 2th ed. USA: Lippincott. pp

Jaras Desenden oleh Evan Regar,

Jaras Desenden oleh Evan Regar, Jaras Desenden oleh Evan Regar, 0906508024 Pendahuluan Telah diketahui bahwa terdapat serabut saraf yang terletak di substansia alba medulla spinalis mengandung dua arah pembawaan informasi, yakni arah

Lebih terperinci

Gambar 1 : Traktus kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 2)

Gambar 1 : Traktus kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 2) TRAKTUS KORTIKOSPINALIS I. PENDAHULUAN Traktus kortikspinal adalah jalur panjang yang ditemukan pada mamalia, berasal dari dalam korteks serebrum, berjalan melalaui piramis medulla oblongata, dan berakhir

Lebih terperinci

Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik. 1. Motorik

Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik. 1. Motorik Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik 1. Motorik Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Gerakan diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area

Lebih terperinci

Gambar1. Jaras neuron motorik (tingkat 1, 2 dan 3) 2

Gambar1. Jaras neuron motorik (tingkat 1, 2 dan 3) 2 Penjelasan jaras dan sistem saraf A. Sistem motorik Kontrol gerak oleh Sistem Saraf Pusat terbagi menjadi Sistem Saraf Somatis (SSS) dan Sistem Saraf Otonom (SSO). Sistem saraf somatis mengontrol kontraksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka DAFTAR ISI Definisi 2 Traktus Spinotalamikus Anterior 2 Traktus Spinotalamikus Lateral 4 Daftar Pustaka 8 1 A. Definisi Traktus Spinotalamikus adalah traktus yang menghubungkan antara reseptor tekanan,

Lebih terperinci

SUSUNAN NEUROMUSKULAR

SUSUNAN NEUROMUSKULAR SUSUNAN NEUROMUSKULAR Learning Objective: 1. Mahasiswa memahami sistem neuromuscular yang mendukung sistem musculoskeletal yang menghasilkan hasil akhir berupa gerakan 2. Mahasiswa memahami sistem motorik

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus Sistem Saraf Dr. Hernadi Hermanus Neuron Neuron adalah unit dasar sistem saraf. Neuron terdiri dari sel saraf dan seratnya. Sel saraf memiliki variasi dalam bentuk dan ukurannya. Setiap sel saraf terdiri

Lebih terperinci

Sistem motorik mengurus pergerakan Rangkaian neuron-neuron dan otot : - Upper motor neuron (UMN) - Lower motor neuron (LMN) - Sambungan saraf otot

Sistem motorik mengurus pergerakan Rangkaian neuron-neuron dan otot : - Upper motor neuron (UMN) - Lower motor neuron (LMN) - Sambungan saraf otot KELUMPUHAN Sistem motorik mengurus pergerakan Rangkaian neuron-neuron dan otot : - Upper motor neuron (UMN) - Lower motor neuron (LMN) - Sambungan saraf otot - Otot 1 U M N : - Sistem piramidalis - Sistem

Lebih terperinci

Formatio Reticularis & Sistem Limbik. Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes

Formatio Reticularis & Sistem Limbik. Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes Formatio Reticularis & Sistem Limbik Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes Formatio Reticularis Jaring yang membentang sepanjang sumbu susunan saraf pusat dari medulla spinalis sampai cerebrum

Lebih terperinci

ANATOMI GANGLIA BASALIS

ANATOMI GANGLIA BASALIS ANATOMI GANGLIA BASALIS Basal Ganglia terdiri dari striatum (nukleus kaudatus dan putamen), globus palidus (eksterna dan interna), substansia nigra dan nukleus sub-thalamik. Nukleus pedunkulopontin tidak

Lebih terperinci

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif Sistem Syaraf Pusat OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif BAGIAN DAN ORGANISASI OTAK Otak orang dewasa dibagi menjadi: Hemisfere serebral

Lebih terperinci

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF 17 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 17 SISTEM SARAF Segala aktivitas tubuh manusia dikoordinasi oleh sistem saraf dan sistem hormon (endokrin). Sistem saraf bekerja atas

Lebih terperinci

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN HAMBATAN MOTORIK BAHASAN 1. SISTEM OTOT TULANG, SENDI DAN OTOT SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK 2. SISTEM OTOT SARAF : MENGENDALIKAN FUNGSI DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG 3. SISTEM OTOT, TULANG,

Lebih terperinci

REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER

REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER NAMA PEMBIMBING : Dr. Edi Prasetyo, Sp.S DISUSUN OLEH Adib Wahyudi (1102010005) Andhika Dwianto (1102010019) Arif Gusaseano (1102010033) Dianta Afina (1102010075) Gwendry

Lebih terperinci

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Bio Psikologi Modul ke: Fakultas Psikologi SISTEM SENSORI MOTOR 1. Tiga Prinsip Fungsi Sensorimotor 2. Korteks Asosiasi Sensorimotor 3. Korteks Motorik Sekunder 4. Korteks Motorik Primer 5. Serebelum dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada gerakan dan postur. Pada cerebral palsy spastic otot-otot menjadi kaku. Tipe ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada gerakan dan postur. Pada cerebral palsy spastic otot-otot menjadi kaku. Tipe ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diskripsi Kasus 1. Definisi Cerebral Palsy Spastik Diplegi Secara umum, Cerebral Palsy yang dikenal sebagai gangguan yang berefek pada gerakan dan postur. Pada cerebral palsy

Lebih terperinci

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: Anatomi Sistem Saraf Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Susunan Umum Sistem Saraf Sistem saraf terdiri atas 2 bagian yaitu central

Lebih terperinci

PSIKOLOGI. Sistem Sensorimotor MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. Mampu menjelaskan sistem sensorimotor

PSIKOLOGI. Sistem Sensorimotor MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. Mampu menjelaskan sistem sensorimotor MODUL PERKULIAHAN Sistem Sensorimotor Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh PSIKOLOGI PSIKOLOGI 11 MK61045 Abstract Membahas tentang sistem sensorimotor Kompetensi Mampu menjelaskan sistem

Lebih terperinci

Otak dan Saraf Kranial. By : Dyan & Aulia

Otak dan Saraf Kranial. By : Dyan & Aulia Otak dan Saraf Kranial By : Dyan & Aulia Struktur Otak Otak Tengah (Mesencephalon) Otak (Encephalon) Otak Depan (Proencephalon) Otak Belakang (Rhombencephalon) Pons Serebellum Medulla Oblongata Medula

Lebih terperinci

Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UNRI (http://www.yayanakhyar.co.nr

Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UNRI (http://www.yayanakhyar.co.nr Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari, berbagai macam perasaan dapat dirasakan. Rasa panas bila menyentuh api, rasa nyeri jika kulit ditusuk

Lebih terperinci

ANATOMI OTAK. BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

ANATOMI OTAK. BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi ANATOMI OTAK BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id Bagian Otak 1. Otak Bagian Belakang (hindbrain) 2. Otak Bagian Tengah (midbrain) 3. Otak Bagian Depan (forebrain) Hindbrain

Lebih terperinci

Sistem saraf. Kurnia Eka Wijayanti

Sistem saraf. Kurnia Eka Wijayanti Sistem saraf Kurnia Eka Wijayanti Sistem saraf SSP SST Otak Medula spinalis Saraf somatik Saraf Otonom Batang otak Otak kecil Otak besar Diencephalon Mesencephalon Pons Varolii Medulla Oblongata Saraf

Lebih terperinci

Anesty Claresta

Anesty Claresta Anesty Claresta 102011223 Skenario Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang lalu. Keluhan berdebar ini terjadi ketika ia mengingat suaminya yang

Lebih terperinci

DIENCEPHALON. Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga. Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus

DIENCEPHALON. Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga. Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus DIENCEPHALON Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus THALAMUS Thalamos = ruangan di dalam Letaknya di bagian dorsal diencephalon

Lebih terperinci

Lampiran 1 Meningkatkan Refleks Menelan melalui Latihan Vokal pada klien Stroke Non Hemoragik a. Latar belakang

Lampiran 1 Meningkatkan Refleks Menelan melalui Latihan Vokal pada klien Stroke Non Hemoragik a. Latar belakang Lampiran 1 Meningkatkan Refleks Menelan melalui Latihan Vokal pada klien Stroke Non Hemoragik a. Latar belakang Masalah yang sering muncul pada pasien stroke yaitu menurunnya kemampuan bicara dan ekspresi

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular

Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Activating System (ARAS). Jika terjadi kelainan pada kedua

Lebih terperinci

SEL-SEL L S ISTE T M P ERS R YAR A A R F A A F N

SEL-SEL L S ISTE T M P ERS R YAR A A R F A A F N Pembagian Sistem Saraf 1. Sistem Saraf Pusat System = CNS) (Central Nervous Prepared by : MUKHLASIN, AMK., S.Pd.,., SKM., MKM. 2. Sistem Saraf Perifer (Peripheral Nervous System = PNS) Fungsi Sistem Persarafan

Lebih terperinci

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Perbandingan antara Sistem syaraf Somatik dan Otonom Sistem

Lebih terperinci

BAB IX SISTEM KOORDINASI SISTEM SYARAF SISTEM ENDOKRIN

BAB IX SISTEM KOORDINASI SISTEM SYARAF SISTEM ENDOKRIN BAB IX SISTEM KOORDINASI SISTEM SYARAF SISTEM ENDOKRIN A. SISTEM SARAF Otak Besar Otak Otak kecil Sistem saraf S.S Pusat Medula Spinalis Saraf Penghubung S.Cranial S.S. Tepi S. Spinal S. Otonom Saraf simpatis

Lebih terperinci

NERVUS OPTIKUS. Ari Budiono, S. Ked. Disusun oleh : Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008

NERVUS OPTIKUS. Ari Budiono, S. Ked. Disusun oleh : Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 NERVUS OPTIKUS Disusun oleh : Ari Budiono, S. Ked Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 Avaliable in : Files of DrsMed FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com)

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas Lobus Otak dan Fungsinya Lobus Frontal Lobus frontal adalah rumah bagi pemikiran kognitif kita, dan itu adalah proses yang menentukan dan membentuk kepribadian seorang individu. Pada manusia, lobus frontal

Lebih terperinci

Sistem Saraf Otonom dan Fungsi Luhur

Sistem Saraf Otonom dan Fungsi Luhur Sistem Saraf Otonom dan Fungsi Luhur Struktur Sistem Saraf Otonom Mengatur perilaku otomatis dari tubuh. Terbagi menjadi dua subsistem: Sistem saraf simpatetik. Sistem saraf parasimpatetik Sistem saraf

Lebih terperinci

HEMISEKSI MEDULA SPINALIS

HEMISEKSI MEDULA SPINALIS HEMISEKSI MEDULA SPINALIS Author : Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 1 Avaliable in : Files of DrsMed FK UNRI

Lebih terperinci

DIAGNOSIS TOPIS. Dr. SUSI AULINA, Sp.S Dr.NADRA MARICAR Sp.S

DIAGNOSIS TOPIS. Dr. SUSI AULINA, Sp.S Dr.NADRA MARICAR Sp.S DIAGNOSIS TOPIS Dr. SUSI AULINA, Sp.S Dr.NADRA MARICAR Sp.S PENDAHULUAN Dalam Neurologi dikenal 3 macam diagnosis : 1. Diagnosis Klinis 2. Diagnosis Topis 3. Diagnosis Etiologis I. Diagnosis Klinis yaitu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASPEK MOTORIK

PERKEMBANGAN ASPEK MOTORIK HAMBATAN MOTORIK Oleh : dr. Euis Heryati M.Kes MK. HAMBATAN KONSENTRASI, ATENSI, PERSEPSI, DAN MOTORIK; JURUSAN PLB PERKEMBANGAN ASPEK MOTORIK PRINSIP PERKEMBANGANNYA: - Proksimal distal - Fleksi ekstensi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf

Lebih terperinci

NEUROANATOMI KORTEKS SEREBRI

NEUROANATOMI KORTEKS SEREBRI NEUROANATOMI KORTEKS SEREBRI Oleh: Penulis 1 : Bagus Ngurah Mahasena Putera Awatara Penulis 2 : dr. IA Sri Wijayanti, M.Biomed, Sp.S BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 2015 KATA

Lebih terperinci

NERVUS FASIALIS (N.VII)

NERVUS FASIALIS (N.VII) Referat Kecil NERVUS FASIALIS (N.VII) Disusun oleh: Robbitiya Syaharani 0708151242 Pembimbing: dr. AMSAR AT, SpS KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS) BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Panduan Praktikum Blok 15 GERAKAN VOLUNTER DAN INVOLUNTER

Panduan Praktikum Blok 15 GERAKAN VOLUNTER DAN INVOLUNTER Panduan Praktikum Blok 5 GERAKAN VOLUNTER DAN INVOLUNTER TUJUAN PRAKTIKUM Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat :. Mengklasifikasi gerakan tubuh dan fungsinya. Menjelaskan perbedaan, persamaan,

Lebih terperinci

SYSTEMA NERVOSUM (Sistem saraf)

SYSTEMA NERVOSUM (Sistem saraf) SYSTEMA NERVOSUM (Sistem saraf) Systema Nervosum mempunyai 3 fungsi yaitu: 1. sebagai penerima rangsang dan reseptor sensoris (baik yang berasal dari luar atau dalam organ/tubuh) yang kemudian dibawa ke

Lebih terperinci

Kurnia Eka Wijayanti

Kurnia Eka Wijayanti Kurnia Eka Wijayanti Mengatur gerakan Diatur oleh pusat gerakan di otak : area motorik di korteks, ganglia basalis, dan cerebellum Jaras untuk sistem motorik ada 2 yaitu : traktus piramidal dan ekstrapiramidal.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA NEUROANATOMI PENYUSUN : AYU NINDYA SARI ( ) PEMBIMBING: DR AL RASYID, SP.S

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA NEUROANATOMI PENYUSUN : AYU NINDYA SARI ( ) PEMBIMBING: DR AL RASYID, SP.S UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA NEUROANATOMI PENYUSUN : AYU NINDYA SARI (112011199) PEMBIMBING: DR AL RASYID, SP.S KEPANITERAAN SARAF RS BHAKTI YUDHA PERIODE 17 DESEMBER 2012-19 JANUARI 2013 KEPANITERAAN

Lebih terperinci

A. Bagian-Bagian Otak

A. Bagian-Bagian Otak A. Bagian-Bagian Otak 1. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak

Lebih terperinci

Struktur Anatomi Mata dan Mekanisme Penglihatan

Struktur Anatomi Mata dan Mekanisme Penglihatan Struktur Anatomi Mata dan Mekanisme Penglihatan Pendahuluan Terletak di dalam orbita, mata merupakan organ penglihatan dengan fungsi utama memfokuskan cahaya kedalam retina. Retina terdiri dari jaringan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HEMIPARESE SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRARED DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SALATIGA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HEMIPARESE SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRARED DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SALATIGA KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HEMIPARESE SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRARED DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SALATIGA Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

A. MEKANISME KOORDINASI DAN PENGENDALIAN

A. MEKANISME KOORDINASI DAN PENGENDALIAN BAB III Mekanisme Koordinasi dan Pengendalian Sistem Saraf A. MEKANISME KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PADA SEL SARAF Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh, homeostasis

Lebih terperinci

GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI. Pendahuluan

GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI. Pendahuluan GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI Pendahuluan Epilepsy dapat menyebabkan gangguan kesadaran yang transient mulai dari gannguan kesiagaan ringan sampai hilangnya kesadaran. hal ini disebabkan terdapatnya

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI GAG REFLEX. Dari semua permasalahan yang mungkin terjadi di bagian intraoral

BAB 2 DEFINISI GAG REFLEX. Dari semua permasalahan yang mungkin terjadi di bagian intraoral BAB 2 DEFINISI GAG REFLEX 2.1 Definisi Dari semua permasalahan yang mungkin terjadi di bagian intraoral radiography, gagging merupakan salah satu masalah terbanyak. Gagging yang juga sering disebut gag

Lebih terperinci

DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK DENGAN ALGORITMA STROKE GAJAH MADA

DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK DENGAN ALGORITMA STROKE GAJAH MADA DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK DENGAN ALGORITMA STROKE GAJAH MADA Dibuat oleh: Indah Widyasmara,Modifikasi terakhir pada Mon 23 of Aug, 2010 [00:17 UTC] ABSTRAK stroke adalah gangguan fungsional otak yang

Lebih terperinci

SISTEM SYARAF Oleh : Giri Wiarto

SISTEM SYARAF Oleh : Giri Wiarto SISTEM SYARAF Oleh : Giri Wiarto SYARAF DAN BAGIAN-BAGIANNYA Sel syaraf dan processusnya (dendrit) Serabut Syaraf (akson) Ujung syaraf (telodendron) a. Sel syaraf terpadu membentuk substansi kelabu yang

Lebih terperinci

SISTEM SARAF MANUSIA

SISTEM SARAF MANUSIA SISTEM SARAF MANUSIA skema sistem saraf manusia m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti SEL SARAF Struktur sel saraf neuron: Badan sel, Dendrit Akson Struktur

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. 1. Tinjauan Pustaka. Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan. fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun

BAB II. Tinjauan Pustaka. 1. Tinjauan Pustaka. Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan. fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun BAB II Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Pustaka 1.1. Definisi Stroke Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak,

Lebih terperinci

A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF

A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF 1. Neuron Neuron adalah unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma, dengan komponen-komponennya antara lain: a. Badan sel Berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN FISIK SYARAF

PEMERIKSAAN FISIK SYARAF PEMERIKSAAN FISIK SYARAF. PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS. PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK DAN CEREBELLUM 3. PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS 4. PEMERIKSAAN REFLEK PATHOLOGIS 5. TEST RANGSANG MENINGEAL DISUSUN OLEH

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kode dan nama mata kuliah : PG 422 (3 sks) Topik bahasan : Psikodiagnostik III Wawancara Tujuan pembelajaran umum : Mahasiswa memahami orientasi perkuliahan (membahas tentang silabus, peraturan kelas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

Sindrom ekstrapiramidal (EPS)

Sindrom ekstrapiramidal (EPS) Sindrom ekstrapiramidal (EPS) SINDROM EXTRAPIRAMIDAL (EPS) 1. PENDAHULUAN Sistem ekstrapiramidal merupakan jaringan saraf yang terdapat pada otak bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal BAB HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Penelitian.1.1. Karakteristik Umum Subyek Penelitian Pada penelitian ini diperoleh 0 subyek penelitian yang dirawat di bangsal B1 Saraf RS Dr. Kariadi Semarang

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

Anatomy of Spinal Cord

Anatomy of Spinal Cord Anatomy of Spinal Cord Gute Rizal Kriswono Orthopaedi and Traumatology Department Dr. Soetomo Hospital - Medical School of Airlangga University November 2006 Definisi Spinal Cord = Medulla spinalis Adalah

Lebih terperinci

Perkembangan pada masa janin Susunan saraf pusat. Bentuk yang berubah menuju bentuk sempurna akhir.

Perkembangan pada masa janin Susunan saraf pusat. Bentuk yang berubah menuju bentuk sempurna akhir. Perkembangan pada masa janin Susunan saraf pusat. Bentuk yang berubah menuju bentuk sempurna akhir. Latar perkembangan perubahan. Model berfikir empirik positif materialis Ilmu berdasarkan bukti empirik

Lebih terperinci

NERVUS TROKHLEARIS (N.IV) Dr ISKANDAR JAPAR Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara

NERVUS TROKHLEARIS (N.IV) Dr ISKANDAR JAPAR Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara NERVUS TROKHLEARIS (N.IV) Dr ISKANDAR JAPAR Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Yang berperan dalammengurus gerakan ke dua bola mata adalah saraf otak ke 3, ke 4,

Lebih terperinci

SPASME OTOT (M62.83) Lusia Pujianita, dr. Pembimbing : Marina Moeliono, dr, Sp.KFR Penguji :Tertianto Prabowo, dr, Sp.KFR

SPASME OTOT (M62.83) Lusia Pujianita, dr. Pembimbing : Marina Moeliono, dr, Sp.KFR Penguji :Tertianto Prabowo, dr, Sp.KFR Tinjauan Kepustakaan 1 Senin, 27 Januari 2014 SPASME OTOT (M62.83) Lusia Pujianita, dr. Pembimbing : Marina Moeliono, dr, Sp.KFR Penguji :Tertianto Prabowo, dr, Sp.KFR PENDAHULUAN SPASME OTOT statik Kontraksi

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINASI 1 : SISTEM SARAF. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

SISTEM KOORDINASI 1 : SISTEM SARAF. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta SISTEM KOORDINASI 1 : SISTEM SARAF by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta ea/sistem saraf/sma/2013 1 Sistem Koordinasi 1. Sistem saraf 2. Sistem hormon 3. Sistem indera ea/sistem saraf/sma/2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rasa nyeri, paralisis atau kerusakan jaringan dan kehilangan kontrol motorik dapat menyebabkan gangguan pergerakan, sedangkan aktivitas pergerakan yang normal sangat

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan Sistem Saraf Sistem Saraf Pusat Sistem Saraf Tepi Otak Sumsum Sistem Saraf Aferen Sistem Saraf Eferen Lobus Frontalis Lobus Temporalis Otak Besar Lobus Oksipitalis Lobus Parietalis Otak Kecil Sumsum Lanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH Ukuran pupil normal bervariasi sesuai usia, dari orang ke orang, dan sesuai dengan keadaan emosi, tingkat kesiagaan, derajat akomodasi, dan cahaya ruangan. Diameter

Lebih terperinci

Cedera medulla spinalis yang disebabkan trauma terjadi karena : Axial loading Hiperfleksi Hiperekstensi Rotasi Lateral bending

Cedera medulla spinalis yang disebabkan trauma terjadi karena : Axial loading Hiperfleksi Hiperekstensi Rotasi Lateral bending Cedera medulla spinalis adalah cedera pada medulla spinalis yang dapat mempengaruhi fungsi motorik, sensorik, dan otonom. Perubahan ini dapat sementara atau permanen. Cedera medulla spinalis paling banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

SISTEM SARAF. Sel Saraf

SISTEM SARAF. Sel Saraf SISTEM SARAF Sel Saraf Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistemn ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : Blok ke 12 Blok : SARAF Bobot : 4 SKS Semester : III Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

Sistem Saraf pada Manusia

Sistem Saraf pada Manusia Sistem Saraf pada Manusia Apa yang dimaksud dengn sistem saraf? Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh 3 : 1. Prosesus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan karakter atau cirikas dari orang satu dan orang lainya. Isi hati

BAB I PENDAHULUAN. menentukan karakter atau cirikas dari orang satu dan orang lainya. Isi hati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wajah merupakan salah satu anggota tubuh kita yang dapat menentukan karakter atau cirikas dari orang satu dan orang lainya. Isi hati seseorang dapat dilihat

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR Oleh : dr. Euis Heryati Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR FUNGSI YANG MEMUNGKINKAN MANUSIA DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN JASMANI DAN ROHANI SESUAI DENGAN NILAI

Lebih terperinci

Sensasi dan Persepsi

Sensasi dan Persepsi SENSASI Sensasi dan Persepsi Sensasi: Deteksi energi fisik yg dihasilkan /dipantulkan oleh benda-benda fisik Persepsi Sekumpulan tindakan mental yg mengatur impulsimpuls sensorik mjd 1 pola bermakna Proses

Lebih terperinci

BAB 11 KELUMPUHAN OTOT WAJAH

BAB 11 KELUMPUHAN OTOT WAJAH BAB 11 KELUMPUHAN OTOT WAJAH A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien Bell's kelumpuhan otot wajah. 1. Menerangkan mekanisme terjadinya kelumpuhan otot wajah. 2. Membedakan klasifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri BAB II PEMBAHASAN 1. PROSES TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian atau

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/diskriminasi benda.

Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/diskriminasi benda. C. SENSORIK UMUM (sistem sensorik somatis) dan REFLEKS SENSORIK UMUM (sistem sensorik somatis) Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan

Lebih terperinci

SENSASI PERSEPSI Biopsikologi

SENSASI PERSEPSI Biopsikologi SENSASI PERSEPSI Biopsikologi UNITA WERDI RAHAJENG www.unita.lecture.ub.ac.id Sensasi: Sensasi dan Persepsi Deteksi energi fisik yg dihasilkan /dipantulkan oleh bendabenda fisik Persepsi Sekumpulan tindakan

Lebih terperinci

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan EMBRIOLOGI ESOFAGUS Rongga mulut, faring, dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Ketika mudigah berusia kurang lebih 4 minggu, sebuah divertikulum respiratorium (tunas paru) Nampak di dinding ventral

Lebih terperinci

REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan. Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons.

REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan. Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons. REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons. Organisasi pusat pernapasan Daerah ini dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Stroke Non Hemoragik Menurut kriteria WHO, stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

Agnesia Naathiq H1A Brown Sequard Syndrome

Agnesia Naathiq H1A Brown Sequard Syndrome Agnesia Naathiq H1A012004 Brown Sequard Syndrome Pendahuluan Brown Sequard Syndrome (BSS) merupakan kumpulan gejala yang muncul karena cedera medulla spinalis yang meliputi kelumpuhan atau gangguan neuron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB 3 PENURUNAN KESADARAN

BAB 3 PENURUNAN KESADARAN BAB 3 PENURUNAN KESADARAN A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis atau aloanamnesis pada pasien penurunan kesadaran. 2. Menerangkan mekanisme terjadinya penurunan kesadaran. 3. Membedakan klasifikasi

Lebih terperinci

S T R O K E. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru. Pekanbaru, Riau 2008

S T R O K E. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru. Pekanbaru, Riau 2008 S T R O K E Author : yan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 Avaliable in : Files of DrsMed FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya Nyeri bukan hanya suatu modalitas

Lebih terperinci

I. DEFINISI. Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu : 1) Keseimbangan statis:

I. DEFINISI. Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu : 1) Keseimbangan statis: I. DEFINISI Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA Pertemuan 1 PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA MK : Biomedik Dasar Program D3 Keperawatan Akper Pemkab Cianjur tahun 2015 assolzain@gmail.com nersfresh@gmail.com www.mediaperawat.wordpress.com

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit LAPORAN PRAKTIKUM Indera Rasa Kulit OLEH : ANGGUN OCTAVIEARLY P. 121610101042 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012 BAB I DASAR TEORI INDERA RASA KULIT Pada kulit kita

Lebih terperinci