Gambar 1 : Traktus kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 2)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 1 : Traktus kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 2)"

Transkripsi

1 TRAKTUS KORTIKOSPINALIS I. PENDAHULUAN Traktus kortikspinal adalah jalur panjang yang ditemukan pada mamalia, berasal dari dalam korteks serebrum, berjalan melalaui piramis medulla oblongata, dan berakhir dalam sumsum tulang belakang. 3 Serat-serat yang membentuk traktus kortikospinal atau piramidalis yang merupakan traktus desenden paling besar dan paling penting pada manusia dengan jumlah serat diperkirakan mencapai 1 juta. Serabut-serabut motorik ini berasal dari beberapa area motorik cortex serebri, yaitu dua pertiga dari primary motor area (area 4), supplementary motor area (medial area 6), dan premotor area (lateral area 6), sisanya berasal dari somatosensory cortex (area 3,2 dan 1) dan posterior parietal cortex (area 5 dan 7). 1 Gambar 1 : Traktus kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 2) 1

2 II. DEFINISI Traktus kortikspinal adalah jalur panjang yang, berasal dari dalam korteks serebrum, berjalan melalui piramis medulla oblongata, dan berakhir dalam medulla spinalis. 3 Sekitar 60% serabut kortikospinal berasal dari daerah 4 dan 6 lobus frontal, 40% bermula di area 3, 1, 2, dan 5 lobus parietal. Kira-kira 90% serabut piramidal adalah serabut kecil berdiameter antara 1 sampai 4 um, kurang dari 90% berdiameter antara 5 10 um, dan kurang dari 2% adalah serabut berdiameter antara 10-22um. 3 Sekitar 85-90% dari 1juta atau lebih serabut menyilang garis tengah sebagai dekusasio piramis untuk membentuk traktus kortikospinal lateral sumsum tulang belakang. Bagian terbesar serabut yang sisa berlanjut sebagai traktus kortikospinal anterior (ventral) sebagai serabut yang tidak menyilang. Sedikit serabut tidak menyilang terdapat dalam traktus kortikospinal lateral. Traktus kortikospinal lateral meluas sepanjang seluruh sumsum tulang belakang dan serabutnya kira-kira 50% berakhir dalam segmen servikal, 20% dalam segmen torakal dan 30% dalam segmen lumbosakral. 3 Traktus kortikospinal anterior berakhir sebagian besar dalam lamina VII dan VIII segmen servikal. Sungguhpun serabut-serabutnya tidak menyilang, namun bagian terbesar serabut-serabutnya menyilang kesisi berlawanan sebelum bersinaps dalam gray matter. 3 III. ANATOMI DAN FISIOLOGI A. KORTEKS AREA MOTORIK Traktus kortikospinal ( traktus serebrospinal, traktus piramidalis) berasal dari daerah luas pada neuron korteks serebrum dan turun melalui korona radiate, kapsula interna, dan bagian basilar batang otak ( termasuk piramis medulla oblongata dan dengan demikian traktus pyramidal ke ujung kaudal medulla oblongata. Ditempat ini jalur berdivergenasi sebelum memasuki medulla spinalis. 3 2

3 Korteks motorik primer (girus presentralis) merupakan sekumpulan jaringan kortikal yang terletak di sisi yang berlawanan dengan sulkus sentralis dari korteks somatosensorik primer( di girus post-sentralis) dan meluas keatas dan melawati tepi superomedial hemisfer serebri menuju permukaan medialnya. Area yang mempresentasikan tenggorokan dan laring terletak pada ujung inferior korteks motorik primer dibagian atasnya, secara berkesinambungan, adalah area yang mempresentasikan wajah, ekstremitas atas, badan, dan ekstremitas bawah. Struktur ini merupakan homunkulus motorik terbalik, yang bersesuaian dengan homunculus somatosensorik girus post-sentralis. 2,4 Gambar 2 : Homunculus Motorik (dikutip dari kepustakaan 2) Neuron motorik tidak hanya ditemukan pada area 4, tetapi juga di area korteks di sekitarnya. Namun, serabut yang menghantarkan gerakan volunter halus terutama berasal dari girus pre-sentralis. girus ini merupakan lokasi neuron piramidalis (sel betz) besar yang khas, yang terletak di lapisan seluler kelima korteks dan mengirimkan aksonnya yang bermielin tebal dan berdaya konduksi cepat ke traktus piramidalis. 4 3

4 Gambar 3 : Area Kortex Motorik (dikutip dari kepustakaan 4 ) B. MEDULA SPINALIS Traktus motorik di medulla spinalis secara anatomi dan fungsional terpisah menjadi dua kelompok; kelompok lateral yang terdiri dari traktus kortikospinalis dan traktus rubrospinalis serta kelompok medial. Traktus lateral terutama berproyeksi ke otot-otot distal (terutam ekstremita atas) dan juga membuat hubungan propriospinal yang pendek. Serabutserabut ini terutama berperan pada gerakan volunter lengan bawah dan tangan yaitu untuk control motorik halus yamg tepat dan terampil. Sebaliknya, traktus medial mempersarafi neuron motor yang terletak lebih medial di kornu anterius dan membuat hubungan propriospinal yang relatif panjang. Serabut ini berperan pada gerakan tubuh dan ekstremitas bawah. 4 4

5 Gambar 4 : Sinaps traktus motorik descenden ke neuron kornu anterius (dikutip dari kepustakaan 4 ) IV. TRAKTUS KORTIKOSPINALIS Traktus ini berasal dari korteks motorik dan berjalan melalui substantia alba serebri (korona radiata), krus posterior kapsula interna (serabut terletak sangat berdekatan disini), bagian sentral pedunkulus serebri( krus serebri), pons, dan basal medulla ( bagian anterior), tempat traktus terlihat sebagai penonjolan kecil yang disebut pyramid. 4 Serabut traktus kortikospinal timbul sebagai akson sel-sel pyramidal yang terletak dalam lapisan kelima cortex cerebri. Sekitar sepertiga dari serabut yang berasal dari cortex motorik primer (area 4), sepertiga dari cortex motorik sekunder (area 6), sepertiga dari lobus parietalis (area-area 3,1 dan 2) sehingga duapertiga dari serabut timbul gyrus precentralis serta sepertiga timbul dari gyrus postcentralis. 5,6 5

6 Gambar 5 : Traktus Kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 4). Karena stimulasi listrik terhadap bagian-bagian berbeda dari gyrus precentral menimbulkan kontraksi bagian-bagian berbeda dari sisi tubuh yang berlawanan, kita dapat mewakili bagian tubuh pada daerah cortex ini. Homunculus seperti ini dapat diperhatikan. Menarik untuk diketahui bahwa sebagian besar serabut kortikospinalis bermielin dan merupakan serabut lebih kecil dan secara relative menghantar dengan lambat. 5 6

7 Gambar 6 :Struktur otak yang terlibat dalam Fungsi Motorik (dikutip dari kepustakaan 2) Serabut desenden berkonvergensi pada corona radiate dan kemudian melintas melalui ekstremitas posterior capsula interna. Di sini, serabut diorganisir sehingga yang terdekat dengan genu berkaitan dengan bagian-bagian servikal tubuh, sementara mereka yang terletak di posterior berkaitan dengan ekstremitas inferior. Traktus yang berlanjut melalui tigaperlima bagian tengah basis pedunculi otak tengah. Di sini serabut yang berkaitan dengan bagianbagian servikal tubuh terletak di medialis, sementara mereka yang berkaitan dengan tungkai terletak di lateral. 5 Pada saat memasuki pons, traktus terbagi-bagi menjadi banyak berkas oleh serabut pontocerebellar transversa. Dalam medulla oblongata, berkas-berkas dikelompokkan secara bersama disepanjang batas anterior untuk membentuk suatu pembesaran yang diketahui sebagai pyramid (sehingga diberikan nama alternatif traktus pyramidalis) 6 7

8 Gambar 7 :Jalur Traktus Kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 8) Pada sambungan medulla oblongata dan medulla spinalis, sebagian besar serabut menyilang garis tengah pada decussation pyramidum dan memasuki columna alba anterior dari medulla spinalis untuk membentuk traktus kortikospinalis lateralis. Serabut selebihnya tidak menyilang pada decussatio, tetapi turun dalam columna alba medulla spinalis sebagai traktus kortikospinalis anterior. Serabut ini akhirnya menyilang garis tengah dan berakhir pada columna grisea anterior segmen-segmen medulla spinalis dalam daerah servikalis dan torakalis atas. 5 Traktus kortikospinalis turun sepanjang medulla spinalis, serabutnya berakhir dalam columna grisea anterior (cornu anterior) semua segmen-segmen medulla spinalis. Sebagian besar serabut kortikospinalis bersinaps dengan neuron internunsial, yang pada gilirannya bersinaps dengan neuron motorik alpa dan beberapa neuron motorik gamma. Hanya serabut corticospinal terbesar bersinaps langsung dengan neuron motorik. 2,5 8

9 Penting untuk dimengerti bahwa traktus kortikospinalis bukan merupakan satu-satunya lintasan yang melayani gerakan volunter. Malahan, membentuk lintasan yang bersesuaian dengan kecepatan dan ketangkasan pada gerakan-gerakan volunter dan karena itu digunakan dalam melakukan gerakan-gerakan terlatih yang cepat. Banyak gerakan-gerakan volunter dasar, sederhana ini diduga dihantarkan oleh traktus-traktus desenden yang lain. 2,5 V. GANGGUAN PADA TRAKTUS KORTIKOSPINALIS Dalam klinik gangguan traktus kortikospinalis memberikan kelumpuhan tipe UMN berupa: parese/paralisis spastis disertai dengan tonus meninggi: o hiperrefleksi o klonus o refleks patologis positif o tak ada atrofi 10 A. LESI-LESI PADA JALUR MOTORIK SENTRAL Patogenesis paresis spastik sentral. Pada fase akut suatu lesi di traktus kortikospinalis, refleks tendon profunda akan bersifat hipoaktif dan terda[at kelemahan flasid pada otot. Refleks muncul kembali beberapa hari atau beberapa minggu kemudian dan menjadi hiperaktif, karena spindel otot berespons lebih sensitif terhadap regangan dibandingkan dengan keadaan normal, terutama fleksor ekstremitas atas dan ekstensor ektremitas bawah. Hipersensitivitas ini terjadi akibat hilangnya kontrol inhibisi sentral descendens pada sel-sel fusimotor (neuron motor γ) yang mempersrafi spindel otot. Dengan demikian, serabut-serabut otot intrafisal teraktivitasi secara permanen (prestretched) dan lebih mudah berespons terhadap peregangan otot lebih lanjut dibandingkan normal. 2 Gangguan sirkuit regulasi panjang otot mungkin terjadi yaitu berupa pemendekan panjang target secara abnormal pada fleksor ekstremitas atas dan ekstensor ekstremitas bawah. Hasilnya adalah peningkatan tonus spastik dan hiperrefleksia, serta tanda-tanda 9

10 traktus piramidalis dan klonus. Diantara tanda-tanda traktus piramidalis tersebut terdapat tanda-tanda yang sudah dikenal baik pada jari-jari tangan dan kaki, seperti tanda Babinski (ekstensi tonik ibu jari kaki sebagai respons terhadap gesekan di telapak kaki). 2,4 Paresis spastik selalu terjadi akibat lesi susunan saraf pusat ( otak dan/atau medulla spinalis) dan akan terlihat lebih jelas bila terjadi kerusakan pada traktus desendens lateral dan medial sekaligus (misalnya pada lesi medulla spinalis). Patofisiologi spastisitas masih belum dipahami, tetapi jaras motoric tambahan jelas memiliki peran penting, karena lesi kortikal murni dan terisolasi tidak menyebabkan spastisitas. 2 Sindrom paresis spastik sentral Sindrom ini terdiri dari: Penurunan kekuatan otot dan gangguan kontrol motoric halus Peningkatan tonus spastik Refleks regang yang berlebihan secara abnormal, dapat disertai oleh klonus Hipoaktivitas atau tidak adanya refleks eksteroseptif (refleks abdominal, refleks plantar, dan refleks kremaster) Refleks patologis (refleks Babinski, Oppenheim, Gordon, dan Mendel-Bekhterev, serta disinhibisi respons hinder [flight], dan (awalnya) Massa otot tetap baik 2 Lokalisasi lesi pada sistem motorik sentral Suatu lesi yang melibatkan korteks serebri, seperti pada tumor, infark, atau cedera traumatic, menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi kontralateral. Hemiparesis yang terlihat pada wajah dan tangan (kelemahan brakhiofasial) lebih sering terjadi dibandingkan di daerah lain karena bagian tubuh tersebut memiliki area representasi kortikal yang luas. Temuan klinis khas yang terjadi berkaitan dengan lesi di lokasi tersebut adalah paresis ekstremitas atas bagian distal yang dominan, konsekuansi fungsional yang terberat adalah gangguan kontrol motorik halus. Kelemahan tersebut tidak total (paresis, bukan plegia), dan lebih berupa gangguan flasid, bukan bentuk spastik, karena jaras motoric tambahan (nonpiramidal) sebagian fokal (jacksonian). 2 10

11 Jika kapsula interna terlibat (misalnya, oleh perdarahan atau iskemia), akan terjadi hemiplegia spastik kontralateral lesi pada level ini mengenai serabut pyramidal dan serabut non pyramidal, karena serabut dua jaras tersebut terletak berdekatan. Traktus kortikonuklearis juga terkena, sehingga terjadi paresis nervus fasialis kontralateral, dan mungkin disertai oleh paresis nervus hipoglosus tipe sentral. Namun, tidak terlihat deficit nervus kranialis lainnya karena nervus kranialis motoric lainnya mendapat persarafan bilateral. Paresis pada sisi kontralateral awalnya berbentuk flasid (pada fase strok ) tetapi menjadi spastik dalam beberapa jam atau hari akibat kerusakan pada serabut-serabut nonpiramidal yang terjadi bersamaan. 2 Lesi setingkat pedunkulus serebri seperti proses vascular, perdarahan, atau tumor, menimbulkan hemiparesis spastik kontralateral yang dapat disertai oleh selumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral. 2 Lesi pons yang melibatkan traktus piramidalis (contohnya tumor, iskemia batang otak dan perdarahan) menyebabkan hemiparesis kontralateral atau mungkin bilateral. Biasanya, tidak semua serabut traktus piramidalis terkena, karena serabut-serabut tersebut menyebar di daerah potong-lintang yang lebih luas di daerah pons dibandingkan di daerah lainnya (misalnya, setingkat kapsula interna). Serabut-serabut yang mempersarafi nucleus fasialis dan nucleus hipoglosalis terlah berjalan ke daerah yang lebih dorsal sebelum mencapai tingkat ini; dengan demikian, kelumpuhan nervus hipoglosus dan nervus fasialis tipe sentral jarang terjadi, meskipun dapat disertai oleh deficit nervus trigeminus atau nervus abdusens ipsilateral. 2 Lesi pada piramidal medulla (biasanya akibat tumor) dapat merusakan serabutserabut traktus piramidalis secara terisolasi, karena serabut-serabut nonpiramidal terletak lebih ke dorsal pada tingkat ini. Akibatnya, dapat terjadi hemiparesis flasid kontralateral. Kelemahan tidak bersifat total (paresis, bukan plegia), karena jaras desendens lain tidak terganggu. 2 Lesi traktus piramidalis di medulla spinalis. Suatu lesi yang mengenai traktus kortikospinalis pada level servikal misalnya akibat tumor, mielitis, dan trauma menyebabkan hemiplegia spastic ipsslateral; ipsilateral karena traktus tersebut menyilang pada level yang lebih tinggi dan spastic karena traktus tersebut mengandung serabut-serabut piramidalis dan 11

12 non piramidalis pada level ini. Lesi bilateral di medulla spinalis servikalis bagian atas dapat menyebabkan kuadriparesis atau kuadriplegia. 2 Gambar 8 : Lokasi lesi potensial pada traktus piramidalis (dikutip dari kepustakaan 4) 12

13 B. SINDROM KOMBINASI KORNU ANTERIUS DAN TRAKTUS PIRAMIDALIS Terlihat pada sclerosis amiotrofi lateral sebagai akibat degenerasi neuron motorik kortikal dan medula spinalis. Gambaran klinisnya adalah kombinasi paresis flasid dan spastik. Atrofi otot, yang timbul pada awal perjalanan penyakit, umumnya sangat berat sehingga refleks tendon dalam menghilang, jika hanya mengenai lower motor neuron. Namun, karena kerusakan yang simultan pada upper motor neuron (dengan konsekuansi berupa degenasi traktus piramidalis dan spastisitas), refleks umum tetap dapat dicetuskan dan bahkan dapat meningkat. Degenerasi nuklei nervus kranialis motorik yang menyertainya dapat menyebabkan disartria dan disfagia (kelumpuhan bulbar progresif). 4 Gambar 9 : Sindrom kombinasi kolumna posterior dan kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 2) C. SINDROM TRAKTUS PIRAMIDALIS Hilangnya neuron motorik kortikal yang diikuti oleh degenasi traktus kortikospinalis pada beberapa penakit, termasuk sclerosis lateralis primer ( suatu varian sclerosis amiotrofik lateralis) dan bentuk yamg lebih jarang paralisis spinal spastik herediter. Bentuk yang lebih sering pada penyakit ini terjadi akibat mutasi gen untuk ATPase dari famili AAA pada 13

14 kromosom 2; penyakit ini muncul pada masa kanak-kanak dan memberat secara lambat setelahnya. Awalnya pasein mengeluhkan rasa berat yang dilanjtukan dengan kelemahan pada ekstremitas bawah. Paraperesis spastik dengan gangguan cara berjalan timbul dan memberat secara perlahan. Refleks lebih kuat daripada normal. Paresis spastik pada ekstremitas atas tidak timbul hingga lama setelahnya. 2 Gambar 10 : Sindrom traktus kortikospinalis (dikutip dari kepustakaan 2) 14

15 DAFTAR PUSTAKA 1. Mahar Mardjono. Priguna Sidharta. Susunan Neuromuskular : Susunan Pririmidal, Neurologis Klinis Dasar, IKAPI; 2010 p M. Baehr. M. Frotscher. et al: Motor System. DUUS Topical Diagnosis in Neurology. ; p Charles R Noback, et al: Sumsum Tulang Belakang : Otak Tengah, Traktus Kortikospinalis. The Human Nervous System : Basic Principles of Neurobiology. 2 nd ed. p M Baehr. M Frotscher. et al: Sistem Motorik :Traktus Piramidalis. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. ; p Richard S Snell. Traktus Desenden Medulla Spinalis dan Aktivitas Otot Skelet : Traktus Corticospinalis. Clinical Neuroanatomy for Medical Students. ; p Patrick McCaffrey. In. Upper Motor Neuronal Tracts. Available from; Last Update August 1, Ben Greenstein. et al: Origin of the Pyramidal Tract. Color Atlas of Neuroscience Neuroanatomy and Neurophysiology. ; p Frank Netter. et al: Upper Motor Neuron. Netter Atlas of Human Neuroscience.; p Reinhard Rohkamm. et al: Pyramidal Tract. Colour Atlas of Neurology. ; p Micheal C. In. Approach to The Neurologic Patient. Available from; ologic_patient/weakness.html. Last Update August 1,

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka DAFTAR ISI Definisi 2 Traktus Spinotalamikus Anterior 2 Traktus Spinotalamikus Lateral 4 Daftar Pustaka 8 1 A. Definisi Traktus Spinotalamikus adalah traktus yang menghubungkan antara reseptor tekanan,

Lebih terperinci

Sistem motorik mengurus pergerakan Rangkaian neuron-neuron dan otot : - Upper motor neuron (UMN) - Lower motor neuron (LMN) - Sambungan saraf otot

Sistem motorik mengurus pergerakan Rangkaian neuron-neuron dan otot : - Upper motor neuron (UMN) - Lower motor neuron (LMN) - Sambungan saraf otot KELUMPUHAN Sistem motorik mengurus pergerakan Rangkaian neuron-neuron dan otot : - Upper motor neuron (UMN) - Lower motor neuron (LMN) - Sambungan saraf otot - Otot 1 U M N : - Sistem piramidalis - Sistem

Lebih terperinci

SUSUNAN NEUROMUSKULAR

SUSUNAN NEUROMUSKULAR SUSUNAN NEUROMUSKULAR Learning Objective: 1. Mahasiswa memahami sistem neuromuscular yang mendukung sistem musculoskeletal yang menghasilkan hasil akhir berupa gerakan 2. Mahasiswa memahami sistem motorik

Lebih terperinci

Jaras Desenden oleh Evan Regar,

Jaras Desenden oleh Evan Regar, Jaras Desenden oleh Evan Regar, 0906508024 Pendahuluan Telah diketahui bahwa terdapat serabut saraf yang terletak di substansia alba medulla spinalis mengandung dua arah pembawaan informasi, yakni arah

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus Sistem Saraf Dr. Hernadi Hermanus Neuron Neuron adalah unit dasar sistem saraf. Neuron terdiri dari sel saraf dan seratnya. Sel saraf memiliki variasi dalam bentuk dan ukurannya. Setiap sel saraf terdiri

Lebih terperinci

Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik. 1. Motorik

Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik. 1. Motorik Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik 1. Motorik Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Gerakan diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area

Lebih terperinci

HEMISEKSI MEDULA SPINALIS

HEMISEKSI MEDULA SPINALIS HEMISEKSI MEDULA SPINALIS Author : Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 1 Avaliable in : Files of DrsMed FK UNRI

Lebih terperinci

Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UNRI (http://www.yayanakhyar.co.nr

Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UNRI (http://www.yayanakhyar.co.nr Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari, berbagai macam perasaan dapat dirasakan. Rasa panas bila menyentuh api, rasa nyeri jika kulit ditusuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kapsula interna merupakan bagian yang sangat penting dalam susunan saraf

BAB I PENDAHULUAN. Kapsula interna merupakan bagian yang sangat penting dalam susunan saraf BAB I PENDAHULUAN Kapsula interna merupakan bagian yang sangat penting dalam susunan saraf pusat karena dilalui oleh berbagai macam serabut saraf motorik dan sensorik atau dilewati oleh susunan piramidal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada gerakan dan postur. Pada cerebral palsy spastic otot-otot menjadi kaku. Tipe ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada gerakan dan postur. Pada cerebral palsy spastic otot-otot menjadi kaku. Tipe ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diskripsi Kasus 1. Definisi Cerebral Palsy Spastik Diplegi Secara umum, Cerebral Palsy yang dikenal sebagai gangguan yang berefek pada gerakan dan postur. Pada cerebral palsy

Lebih terperinci

REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER

REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER NAMA PEMBIMBING : Dr. Edi Prasetyo, Sp.S DISUSUN OLEH Adib Wahyudi (1102010005) Andhika Dwianto (1102010019) Arif Gusaseano (1102010033) Dianta Afina (1102010075) Gwendry

Lebih terperinci

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Bio Psikologi Modul ke: Fakultas Psikologi SISTEM SENSORI MOTOR 1. Tiga Prinsip Fungsi Sensorimotor 2. Korteks Asosiasi Sensorimotor 3. Korteks Motorik Sekunder 4. Korteks Motorik Primer 5. Serebelum dan

Lebih terperinci

Formatio Reticularis & Sistem Limbik. Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes

Formatio Reticularis & Sistem Limbik. Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes Formatio Reticularis & Sistem Limbik Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes Formatio Reticularis Jaring yang membentang sepanjang sumbu susunan saraf pusat dari medulla spinalis sampai cerebrum

Lebih terperinci

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif Sistem Syaraf Pusat OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif BAGIAN DAN ORGANISASI OTAK Otak orang dewasa dibagi menjadi: Hemisfere serebral

Lebih terperinci

PSIKOLOGI. Sistem Sensorimotor MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. Mampu menjelaskan sistem sensorimotor

PSIKOLOGI. Sistem Sensorimotor MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. Mampu menjelaskan sistem sensorimotor MODUL PERKULIAHAN Sistem Sensorimotor Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh PSIKOLOGI PSIKOLOGI 11 MK61045 Abstract Membahas tentang sistem sensorimotor Kompetensi Mampu menjelaskan sistem

Lebih terperinci

DIAGNOSIS TOPIS. Dr. SUSI AULINA, Sp.S Dr.NADRA MARICAR Sp.S

DIAGNOSIS TOPIS. Dr. SUSI AULINA, Sp.S Dr.NADRA MARICAR Sp.S DIAGNOSIS TOPIS Dr. SUSI AULINA, Sp.S Dr.NADRA MARICAR Sp.S PENDAHULUAN Dalam Neurologi dikenal 3 macam diagnosis : 1. Diagnosis Klinis 2. Diagnosis Topis 3. Diagnosis Etiologis I. Diagnosis Klinis yaitu

Lebih terperinci

DIENCEPHALON. Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga. Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus

DIENCEPHALON. Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga. Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus DIENCEPHALON Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus THALAMUS Thalamos = ruangan di dalam Letaknya di bagian dorsal diencephalon

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

Cedera medulla spinalis yang disebabkan trauma terjadi karena : Axial loading Hiperfleksi Hiperekstensi Rotasi Lateral bending

Cedera medulla spinalis yang disebabkan trauma terjadi karena : Axial loading Hiperfleksi Hiperekstensi Rotasi Lateral bending Cedera medulla spinalis adalah cedera pada medulla spinalis yang dapat mempengaruhi fungsi motorik, sensorik, dan otonom. Perubahan ini dapat sementara atau permanen. Cedera medulla spinalis paling banyak

Lebih terperinci

Anesty Claresta

Anesty Claresta Anesty Claresta 102011223 Skenario Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang lalu. Keluhan berdebar ini terjadi ketika ia mengingat suaminya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rasa nyeri, paralisis atau kerusakan jaringan dan kehilangan kontrol motorik dapat menyebabkan gangguan pergerakan, sedangkan aktivitas pergerakan yang normal sangat

Lebih terperinci

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN HAMBATAN MOTORIK BAHASAN 1. SISTEM OTOT TULANG, SENDI DAN OTOT SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK 2. SISTEM OTOT SARAF : MENGENDALIKAN FUNGSI DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG 3. SISTEM OTOT, TULANG,

Lebih terperinci

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: Anatomi Sistem Saraf Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Susunan Umum Sistem Saraf Sistem saraf terdiri atas 2 bagian yaitu central

Lebih terperinci

A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF

A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF 1. Neuron Neuron adalah unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma, dengan komponen-komponennya antara lain: a. Badan sel Berfungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot.

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisit neurologis adalah kelainan fungsional area tubuh karena penurunan fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot. Tanda tanda defisit neurologis merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA NEUROANATOMI PENYUSUN : AYU NINDYA SARI ( ) PEMBIMBING: DR AL RASYID, SP.S

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA NEUROANATOMI PENYUSUN : AYU NINDYA SARI ( ) PEMBIMBING: DR AL RASYID, SP.S UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA NEUROANATOMI PENYUSUN : AYU NINDYA SARI (112011199) PEMBIMBING: DR AL RASYID, SP.S KEPANITERAAN SARAF RS BHAKTI YUDHA PERIODE 17 DESEMBER 2012-19 JANUARI 2013 KEPANITERAAN

Lebih terperinci

Agnesia Naathiq H1A Brown Sequard Syndrome

Agnesia Naathiq H1A Brown Sequard Syndrome Agnesia Naathiq H1A012004 Brown Sequard Syndrome Pendahuluan Brown Sequard Syndrome (BSS) merupakan kumpulan gejala yang muncul karena cedera medulla spinalis yang meliputi kelumpuhan atau gangguan neuron

Lebih terperinci

ANATOMI GANGLIA BASALIS

ANATOMI GANGLIA BASALIS ANATOMI GANGLIA BASALIS Basal Ganglia terdiri dari striatum (nukleus kaudatus dan putamen), globus palidus (eksterna dan interna), substansia nigra dan nukleus sub-thalamik. Nukleus pedunkulopontin tidak

Lebih terperinci

Perkembangan pada masa janin Susunan saraf pusat. Bentuk yang berubah menuju bentuk sempurna akhir.

Perkembangan pada masa janin Susunan saraf pusat. Bentuk yang berubah menuju bentuk sempurna akhir. Perkembangan pada masa janin Susunan saraf pusat. Bentuk yang berubah menuju bentuk sempurna akhir. Latar perkembangan perubahan. Model berfikir empirik positif materialis Ilmu berdasarkan bukti empirik

Lebih terperinci

REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan. Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons.

REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan. Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons. REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons. Organisasi pusat pernapasan Daerah ini dibagi menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASPEK MOTORIK

PERKEMBANGAN ASPEK MOTORIK HAMBATAN MOTORIK Oleh : dr. Euis Heryati M.Kes MK. HAMBATAN KONSENTRASI, ATENSI, PERSEPSI, DAN MOTORIK; JURUSAN PLB PERKEMBANGAN ASPEK MOTORIK PRINSIP PERKEMBANGANNYA: - Proksimal distal - Fleksi ekstensi

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

Ada beberapa prinsip umum mengenai reflek : 1. Lesi UMN cenderung akan mengakibatkan peningkatan reflek, kecuali : a. stadium akut

Ada beberapa prinsip umum mengenai reflek : 1. Lesi UMN cenderung akan mengakibatkan peningkatan reflek, kecuali : a. stadium akut PEMERIKSAAAN REFLEK PATOLOGIS Lantip rujito LEARNING OUTCOME pemeriksaan reflek patologis. Mahasiswa mampu melakukan TINJAUAN PUSTAKA Se cara umum reflek adalah respon motorik spesifik akibat rangsang

Lebih terperinci

Neurogenic Bladder A. Pendahuluan

Neurogenic Bladder A. Pendahuluan Neurogenic Bladder A. Pendahuluan A.1. Latar Belakang Berkemih (mikturisi) merupakan sebuah proses pengosongan kadung kemih setelah terisi dengan urin. Proses ini membutuhkan kerjasama dari fungsi sistem

Lebih terperinci

SISTEM SARAF. Sel Saraf

SISTEM SARAF. Sel Saraf SISTEM SARAF Sel Saraf Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistemn ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai

Lebih terperinci

Panduan Praktikum Blok 15 GERAKAN VOLUNTER DAN INVOLUNTER

Panduan Praktikum Blok 15 GERAKAN VOLUNTER DAN INVOLUNTER Panduan Praktikum Blok 5 GERAKAN VOLUNTER DAN INVOLUNTER TUJUAN PRAKTIKUM Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat :. Mengklasifikasi gerakan tubuh dan fungsinya. Menjelaskan perbedaan, persamaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. SUSUNAN NEUROMUSKULAR TERDIRI DARI UPPER MOTOR NEURON (UMN) DAN

BAB 1 PENDAHULUAN. SUSUNAN NEUROMUSKULAR TERDIRI DARI UPPER MOTOR NEURON (UMN) DAN BAB 1 PENDAHULUAN. SUSUNAN NEUROMUSKULAR TERDIRI DARI UPPER MOTOR NEURON (UMN) DAN BAB 1 PENDAHULUAN Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN). Upper motor

Lebih terperinci

GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI. Pendahuluan

GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI. Pendahuluan GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI Pendahuluan Epilepsy dapat menyebabkan gangguan kesadaran yang transient mulai dari gannguan kesiagaan ringan sampai hilangnya kesadaran. hal ini disebabkan terdapatnya

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP NEUROLOGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP NEUROLOGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIL/Kode Mata FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Pertemuan ke : 1 : Mahasiswa dapat memahami garis besar mata kuliah neurologi dan perannya dalam pendidikan luar biasa : 1. Ruang lingkup mata kuliah neurologi 2.

Lebih terperinci

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF 17 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 17 SISTEM SARAF Segala aktivitas tubuh manusia dikoordinasi oleh sistem saraf dan sistem hormon (endokrin). Sistem saraf bekerja atas

Lebih terperinci

Gambar1. Jaras neuron motorik (tingkat 1, 2 dan 3) 2

Gambar1. Jaras neuron motorik (tingkat 1, 2 dan 3) 2 Penjelasan jaras dan sistem saraf A. Sistem motorik Kontrol gerak oleh Sistem Saraf Pusat terbagi menjadi Sistem Saraf Somatis (SSS) dan Sistem Saraf Otonom (SSO). Sistem saraf somatis mengontrol kontraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian atau

Lebih terperinci

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Perbandingan antara Sistem syaraf Somatik dan Otonom Sistem

Lebih terperinci

SISTEM SARAF MANUSIA

SISTEM SARAF MANUSIA SISTEM SARAF MANUSIA skema sistem saraf manusia m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti SEL SARAF Struktur sel saraf neuron: Badan sel, Dendrit Akson Struktur

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. 1. Tinjauan Pustaka. Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan. fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun

BAB II. Tinjauan Pustaka. 1. Tinjauan Pustaka. Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan. fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun BAB II Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Pustaka 1.1. Definisi Stroke Definisi stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak,

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Trauma Lahir dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Jenis trauma lahir 1. Trauma lahir pada kepala Ekstrakranial Intrakranial 2. Trauma Medulla Spinalis 3. Trauma

Lebih terperinci

Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular

Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Patofisiologi penurunan kesadaran: Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Activating System (ARAS). Jika terjadi kelainan pada kedua

Lebih terperinci

Dr.Usman G Rangkuti, SpS Lab / SMF Ilmu Penyakit Saraf RSD dr. Soebandi Jember

Dr.Usman G Rangkuti, SpS Lab / SMF Ilmu Penyakit Saraf RSD dr. Soebandi Jember Dr.Usman G Rangkuti, SpS Lab / SMF Ilmu Penyakit Saraf RSD dr. Soebandi Jember Merupakan gangguan fungsi atau struktur dari medula spinalis oleh adanya lesi komplit atau inkomplit. Vaskuler Obat-obatan

Lebih terperinci

SEL-SEL L S ISTE T M P ERS R YAR A A R F A A F N

SEL-SEL L S ISTE T M P ERS R YAR A A R F A A F N Pembagian Sistem Saraf 1. Sistem Saraf Pusat System = CNS) (Central Nervous Prepared by : MUKHLASIN, AMK., S.Pd.,., SKM., MKM. 2. Sistem Saraf Perifer (Peripheral Nervous System = PNS) Fungsi Sistem Persarafan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron (UMN) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron (UMN) dan BAB 1 PENDAHULUAN Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN). Upper motor neurons (UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang menyalurkan impuls dan

Lebih terperinci

NERVUS OPTIKUS. Ari Budiono, S. Ked. Disusun oleh : Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008

NERVUS OPTIKUS. Ari Budiono, S. Ked. Disusun oleh : Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 NERVUS OPTIKUS Disusun oleh : Ari Budiono, S. Ked Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 Avaliable in : Files of DrsMed FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com)

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf

Lebih terperinci

NEUROANATOMI KORTEKS SEREBRI

NEUROANATOMI KORTEKS SEREBRI NEUROANATOMI KORTEKS SEREBRI Oleh: Penulis 1 : Bagus Ngurah Mahasena Putera Awatara Penulis 2 : dr. IA Sri Wijayanti, M.Biomed, Sp.S BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 2015 KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I I. PENDAHULUAN

BAB I I. PENDAHULUAN BAB I I. PENDAHULUAN Multiple sklerosis (sclerotic multiple) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang secara genetis rentan, menyebabkan perubahan pada mekanisme immune di dalam susunan saraf

Lebih terperinci

GANGGUAN SENSIBILITAS. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S Bagian Neurologi FK USU Medan - Indonesia

GANGGUAN SENSIBILITAS. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S Bagian Neurologi FK USU Medan - Indonesia GANGGUAN SENSIBILITAS Dr. Rusli Dhanu, Sp.S Bagian Neurologi FK USU Medan - Indonesia 1 Gangguan Sensibilitas Merupakan kasus yang banyak dijumpai. Gangguan Sensibilitas yang berat dapat mengganggu aktifitas.

Lebih terperinci

Brain Development in Infant Born with Small for Gestational Age

Brain Development in Infant Born with Small for Gestational Age Brain Development in Infant Born with Small for Gestational Age DR. Dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA (K) Bayi yang lahir dengan small for gestational age (SGA) mempunyai beberapa implikasi pada pertumbuhan

Lebih terperinci

BMI = Berat Badan (dalam kg) / Tinggi Badan² (TB x TB dalam m 2 )

BMI = Berat Badan (dalam kg) / Tinggi Badan² (TB x TB dalam m 2 ) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Pada kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat badan

Lebih terperinci

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi, Fungsi normal kandung kemih adalah mengisi dan mengeluarkan urin secara terkoordinasi dan terkontrol. Aktifitas koordinasi ini diatur oleh sistem saraf pusat dan perifer. Neurogenic bladdre adalah keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini semakin banyak ditemukan berbagai penyakit berbahaya yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini tidak mengancam jiwa

Lebih terperinci

Anatomy of Spinal Cord

Anatomy of Spinal Cord Anatomy of Spinal Cord Gute Rizal Kriswono Orthopaedi and Traumatology Department Dr. Soetomo Hospital - Medical School of Airlangga University November 2006 Definisi Spinal Cord = Medulla spinalis Adalah

Lebih terperinci

Otak dan Saraf Kranial. By : Dyan & Aulia

Otak dan Saraf Kranial. By : Dyan & Aulia Otak dan Saraf Kranial By : Dyan & Aulia Struktur Otak Otak Tengah (Mesencephalon) Otak (Encephalon) Otak Depan (Proencephalon) Otak Belakang (Rhombencephalon) Pons Serebellum Medulla Oblongata Medula

Lebih terperinci

ANATOMI OTAK. BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

ANATOMI OTAK. BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi ANATOMI OTAK BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id Bagian Otak 1. Otak Bagian Belakang (hindbrain) 2. Otak Bagian Tengah (midbrain) 3. Otak Bagian Depan (forebrain) Hindbrain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPLEGI DEXSTRA POST STROKE ACUTE NON HAEMOREGIC DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPLEGI DEXSTRA POST STROKE ACUTE NON HAEMOREGIC DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPLEGI DEXSTRA POST STROKE ACUTE NON HAEMOREGIC DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori 1. Stroke Non Hemoragik Menurut kriteria WHO, stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan Cerebral Palsy Assessment Assessment Cerebral Palsy Gangguan motorik UMN atau LMN? Keterlambatan perkembangan motorik atau CP? Fungsional: Kemampuan dan keterbatasan fungsi motorik Topografi: Letak gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakikat sebenarnya tidak ada anak cacat melainkan anak berkebutuhan khusus karena anak-anak tersebut sama dengan anak-anak pada umumnya yang memiliki kelebihan

Lebih terperinci

SPINAL CORD INJURY ETIOLOGI

SPINAL CORD INJURY ETIOLOGI SPINAL CORD INJURY Spinal Cord Injury adalah suatu disfungsi dari medula spinalis yang mempengaruhi fungsi sensoris dan motoris, sehingga menyebabkan kerusakan pada tractus sensori motor dan percabangan

Lebih terperinci

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA Pertemuan 1 PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA MK : Biomedik Dasar Program D3 Keperawatan Akper Pemkab Cianjur tahun 2015 assolzain@gmail.com nersfresh@gmail.com www.mediaperawat.wordpress.com

Lebih terperinci

BAB I I. PENDAHULUAN

BAB I I. PENDAHULUAN BAB I I. PENDAHULUAN Multiple Sklerosis (sclerotic multiple) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang secara genetis rentan, menyebabkan perubahan pada mekanisme immune di dalam susunan saraf

Lebih terperinci

NEURORESTORASI / NEUROREHABILITASI

NEURORESTORASI / NEUROREHABILITASI NEURORESTORASI / NEUROREHABILITASI (I) Airiza Ahmad IEU 2008 Neurologi Restoratif Cabang ilmu neurologi yang mempergunakan prosedur aktif untuk memperbaiki sistem saraf yang rusak baik secara fungsional

Lebih terperinci

Sistem Saraf Otonom dan Fungsi Luhur

Sistem Saraf Otonom dan Fungsi Luhur Sistem Saraf Otonom dan Fungsi Luhur Struktur Sistem Saraf Otonom Mengatur perilaku otomatis dari tubuh. Terbagi menjadi dua subsistem: Sistem saraf simpatetik. Sistem saraf parasimpatetik Sistem saraf

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) : Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak

Lebih terperinci

Sistem Neurobehaviour

Sistem Neurobehaviour Tentang Penulis Tutu April Ariani, SKp, MKes. adalah dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maharani Malang. Sejak 2010 setelah sebelumnya di Akper Darul Ulum selama 14 tahun. Keaktifannya di bidang

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA 1 KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas- Tugas Dan Memenuhi Syarat-

Lebih terperinci

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI 1 BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI Judul mata Kuliah : Neuropsikiatri Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi dasar : Menerapkan ilmu Kedokteran klinik pada sistem

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK DAN REFLEKS FISIOLOGIS, PATOLOGIS DAN PRIMITIF

PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK DAN REFLEKS FISIOLOGIS, PATOLOGIS DAN PRIMITIF MANUAL CSL IV SISTEM NEUROPSIKIATRI PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK DAN REFLEKS FISIOLOGIS, PATOLOGIS DAN PRIMITIF PENYUSUN: dr. Ashari Bahar, M.Kes, Sp.S, FINS dr. Devi Wuysang, M.Si, Sp.S DEPARTEMEN NEUROLOGI

Lebih terperinci

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas Lobus Otak dan Fungsinya Lobus Frontal Lobus frontal adalah rumah bagi pemikiran kognitif kita, dan itu adalah proses yang menentukan dan membentuk kepribadian seorang individu. Pada manusia, lobus frontal

Lebih terperinci

SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE

SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE Anatomi Blok 1.5 Bismillahirrahmanirrahim. SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE Pembagian Sistem Saraf Anatomis SN SNC Encephalon Medulla spinalis Cerebrum Truncus cerebri Cerebellum Diencephalon Mesencephalon

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HEMIPARESE SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRARED DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SALATIGA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HEMIPARESE SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRARED DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SALATIGA KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HEMIPARESE SINISTRA DENGAN MODALITAS INFRARED DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SALATIGA Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

SINDROMA GUILLAINBARRE

SINDROMA GUILLAINBARRE SINDROMA GUILLAINBARRE Dosen pembimbing: dr. Fuad Hanif, Sp. S, M.Kes Vina Nurhasanah 2010730110 Definisi Sindroma Guillian Barre adalah suatu polineuropati yang bersifat akut yang sering terjadi 1-3 minggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya Nyeri bukan hanya suatu modalitas

Lebih terperinci

Sistem saraf. Kurnia Eka Wijayanti

Sistem saraf. Kurnia Eka Wijayanti Sistem saraf Kurnia Eka Wijayanti Sistem saraf SSP SST Otak Medula spinalis Saraf somatik Saraf Otonom Batang otak Otak kecil Otak besar Diencephalon Mesencephalon Pons Varolii Medulla Oblongata Saraf

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Anatomi Medula Spinalis Medulla spinalis adalah saraf yang tipis yang merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat dari otak dan melengkungi serta dilindungi oleh tulang belakang.

Lebih terperinci

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Merupakan fungsi integratif Lengkung reflex (reflex arc) adalah jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batang otak terbagi menjadi beberapa bagian yakni:

BAB I PENDAHULUAN. Batang otak terbagi menjadi beberapa bagian yakni: BAB I PENDAHULUAN Batang otak (brainstem) adalah struktur padat dengan nuklei saraf kranial, fasikula saraf dan traktus asenden dan desenden yang sama-sama saling berdampingan. Bahkan suatu lesi tunggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

S T R O K E. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru. Pekanbaru, Riau 2008

S T R O K E. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru. Pekanbaru, Riau 2008 S T R O K E Author : yan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 Avaliable in : Files of DrsMed FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com)

Lebih terperinci

PELAKSANAANTERAPI OKUPASI DAN IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN PADA ANAK CEREBRAL PALSYJENIS SPASTIK DI SDLB NEGERI PATRANG JEMBER

PELAKSANAANTERAPI OKUPASI DAN IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN PADA ANAK CEREBRAL PALSYJENIS SPASTIK DI SDLB NEGERI PATRANG JEMBER PELAKSANAANTERAPI OKUPASI DAN IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN PADA ANAK CEREBRAL PALSYJENIS SPASTIK DI SDLB NEGERI PATRANG JEMBER Olivia Nur Isnaini Wiwik Dwi Hastuti Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas

Lebih terperinci

BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahaeng ANATOMI SISTEM SARAF DAN OTAK

BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahaeng  ANATOMI SISTEM SARAF DAN OTAK BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahaeng www.unita.lecture.ub.ac.id ANATOMI SISTEM SARAF DAN OTAK SISTEM SARAF Pusat kontrol seluruh aktivitas tubuh Repon dan adaptasi perubahan yang terjadi di dalam dan di luar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. superior, sedangkan sebanyak 11% sisanya terjadi pada ekstremitas inferior

BAB I. PENDAHULUAN. superior, sedangkan sebanyak 11% sisanya terjadi pada ekstremitas inferior 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kerusakan pada saraf tepi dapat disebabkan oleh berbagai etiologi. Dua etiologi utama penyebab kerusakan saraf tepi adalah trauma dan tindakan operasi. Trauma memberikan

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerebral palsy (CP) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan kata cerebral

Lebih terperinci