TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Kebijakan penanggulangan kemiskinan berhubungan dengan pembangunan masyarakat. Pembangunan merupakan proses yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Ada dua pendekatan pembangunan selama ini, yaitu pendekatan top-down dan pendekatan bottom-up. Pendekatan top-down merupakan bentuk blue-print strategy (cetak biru), pendekatan yang bersumber pada pemerintah, dengan demikian masyarakat hanyalah sebagai sasaran atau obyek pembangunan saja, sedangkan pendekatan bottom-up merupakan pendekatan pembangunan yang memposisikan masyarakat sebagai subyek pembangunan (people center development) sehingga masyarakat terlibat dalam proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasi. Pendekatan top-down banyak mendapat kritik karena mematikan inisiatif dan kreatif masyarakat. Bentuk penyeragaman kegiatan melalui pendekatan pembangunan ini juga menimbulkan banyak masalah. Cara pandang yang kaku telah mengabaikan kekhususan wilayah dan masyarakat. Dengan demikian pendekatan ini tidak memperhatikan aspek sosial budaya, perbedaan potensi daerah, kemampuan sumberdaya manusia, karena program pembangunan sampai dengan bentuk kegiatan dibuat seragam atau sama untuk semua wilayah. Akibatnya pembangunan kurang mencapai sasaran, dan tidak efektif dan kadang produk-produk pembangunan tidak bermanfaat bagi masyarakat Pendekatan bottom-up merupakan pendekatan yang ideal dalam pembangunan yang memperhatikan inisiatif, kreativitas dan mengakomodasi kondisi sosial budaya wilayah setempat, potensi dan permasalahan yang dihadapi. Bertolak dari itu pembangunan masyarakat miskin hendaknya mempunyai nuansa pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat dalam konteks community development berarti pertumbuhan kekuasaan dan wewenang bertindak pada masyarakat untuk mengatasi masalah mereka sendiri (Chambers,1995). Wujud penumbuhan kekuasaan dan wewenang tersebut dengan memberi kesempatan bagi masyarakat untuk merencanakan hingga menikmati program pembangunan yang ditentukan oleh mereka sendiri, bahkan mereka

2 diberi kesempatan untuk mengelola secara mandiri dana pelaksanaan program pembangunan. Empowering menurut Tjokrowinoto(1995) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Prakarsa di desa 2. Dimulai dengan pemecahan masalah 3. Proses disain program dan teknologi bersifat asli/alamiah 4. Sumber utama adalah rakyat dan sumberdaya lokal 5. Kesalahan dapat diterima 6. Organisasi pendukung dibina dari bawah 7. Pertumbuhan organik bersifat tahap demi tahap 8. Pembinaan personil berkesinambungan, berdasarkan pengalaman lapangan/ belajar dari kegiatan lapangan. 9. Diorganisir oleh tim interdisipliner 10. Evaluasi dilakukan sendiri. 11. Berkesinambungan dan berorientasi pada proses. 12. Kepemimpinan bersifat kuat. 13. Analisis sosial untuk definisi masalah dan perbaikan program, 14. Fokus manajemen adalah keberlangsungan dan berfungsinya sistem kelembagaan. Pendekatan Kelompok Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat Ada beberapa pendapat tentang kelompok, namun dapat diketahui bahwa pengertian kelompok memiliki ciri ciri sebagai berikut : dua orang atau lebih, ada interaksi diantara anggotanya, memiliki tujuan atau goal, memiliki struktur (pola hubungan diantara anggota, yang berarti ada peran, norma, dan hubungan antar anggota), dan groupness (merupakan satu kesatuan) (Cartwright dan Zander, 1968, Shaw, 1979 dalam Hariadi, 2004).Konsep kelompok menurut Robert K. Merton (1965: ) dalam Sunarto (1993) menyebutkan tiga kriteria obyektif dari suatu kelompok. Pertama, kelompok ditandai oleh sering terjadinya interaksi. Kedua, fihak-fihak yang berinteraksi mendefinisikan diri mereka sebagai anggota. Ketiga, fihak-fihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok.

3 Menurut Doorn dan Lammers (1959) dikutip Wahyuni dalam Sosiologi Umum IPB (2003), grup dicirikan oleh keanggotaan yang terbatas, norma yang tertentu, tujuan tertentu, dengan latar belakang tertentu. Suatu grup akan eksis (hidup) apabila terpenuhi persyaratan berikut(soekanto, 2005): 1. Ada kesadaran dari setiap anggota sebagai bagian dari grup 2. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan yang lain 3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antar mereka bertambah erat (nasib, kepentingan, tujuan, ideologi, musuh bersama) 4. Grup tersebut berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku 5. Grup tersebut bersistem dan berproses Interaksi dalam kehidupan berkelompok ini akan mempengaruhi kepribadian seseorang, karena: (a) terjadi saling tukar pengalaman antar anggota (social experience), (b) ada pengendalian cara bertindak antar anggota, dan (c) proses tersebut menjadi tempat kekuatan-kekuatan sosial berhubungan, berkembang, mengalami disorganisasi dan berperan.(soekanto, 2005) Penggolongan grup dapat dilakukan berdasarkan beragam klasifikasi, misalnya berdasarkan kualitas atau tipe hubungan antar para anggota (ada grup primer dan sekunder, formal dan informal, paguyuban atau gemenschaft dan gesellschaft, yaitu grup pamrih), kelas sosial (ada grup horizontal antara orang-orang setingkatan, dan grup vertikal), jumlah anggota (ada grup-orang dalam /in-group dan grup-orang-luar /outgroup) dan berdasarkan perasaan, persatuan satu grup (ada grup terbentuk atas dasar partisipasi yang terpaksa dan ada grup referen /reference group) yaitu grup yang menjadi patokan /pengaruh cita-cita bagi seseorang). Grup memiliki struktur yang menggambarkan hubungan antar pelaku serta proses sosial yang menyertainya, Dalam telaah grup, konsep hubungan sosial amat penting. Menurut Doorn dan Lammers (1959) dikutip Wahyuni dalam Sosiologi Umum IPB (2003), menelaah hubungan sosial antar individu, atau individu dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok, penting memperhatikan tiga hal yaitu: 1. Hubungan status antar pelaku : bagaimana tingkatan sosial masing-masing pelaku, apakah bersifat horizontal atau vertikal?

4 2. Hubungan peran antar para pelaku : apa peran yang dilakukan masing-masing anggota dan bagaimana keterkaitan peran satu sama lain? 3. Proses sosial yang menyertai dalam hubungan tersebut : asosiatif atau disosiatif? Dalam kaitan ini penting untuk memahami konsep status dan peranan sosial. Status sosial menunjuk pada posisi seseorang dalam strukur sosial tertentu dan dalam konteks pola budaya tertentu. Peranan sosial menunjuk pada keseluruhan norma dan harapan masyarakat pada perilaku orang-orang tertentu dalam status sosial tertentu dan dalam konteks pola budaya tertentu (Wahyuni,2003). Tingkat integrasi suatu grup adalah suatu fungsi dari tingkat efisiensi komunikasi yang berlangsung di antara para anggota. Komunikasi itu memperlancar penyesuaian para anggota grup pada norma-norma perilaku grup dan mempengaruhi sikap anggota itu sehingga mereka merasa mengikuti satu alur dalam mencapai tujuan-tujuan bersama grup itu. Bilamana motivasi para anggota cukup tinggi dan mereka percaya bahwa kesamaan pendapat dan sikap merupakan hal yang penting di dalam mencapai tujuan bersama itu, masing-masing akan berusaha untuk saling menyesuaikan diri. Hubungan antara kohesi grup sosial dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat diklasifikasi sebagai berikut : 1. Semakin homogen anggota grup, semakin tinggi derajat kohesivitasnya. 2. Semakin kecil ukuran grup, semakin tinggi derajat kohesivitasnya. 3. Semakin rendah mobilitas fisik anggota grup, semakin tinggi derajat kohesivitasnya. 4. Semakin efektif komunikasi antar anggota grup, semakin tinggi derajat kohesivitasnya. Kadar kohesivitas grup jelas berbeda menurut sifat atau tipe grup. Pada grup temporer kadar kohesivitas rendah sementara pada grup permanen kadar kohesivitas tinggi (nyata). Dalam mengkaji kelompok perlu dipelajari pula dinamika grup yaitu pola interaksi sosial yang berulang di antara anggota grup. Pola-pola ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran grup, konformitas dan kontrol, kepemimpinan dan pengambilan keputusan (Calhoun, 1994) dikutip Wahyuni dalam Sosiologi Umum IPB (2003)

5 Efektivitas Kelompok Mengacu pada Kamus Sosiologi (Soekanto,1993), efektivitas kelompok didefinisikan sebagai taraf sampai sejauhmana suatu kelompok mencapai tujuannya. Kelompok yang efektif mempunyai tiga aktivitas dasar, yaitu: 1. Aktivitas pencapaian tujuan 2. Aktivitas memelihara kelompok secara internal 3. Aktivitas mengubah dan mengembangkan cara meningkatkan keefektifan kelompok Interaksi anggota kelompok yang memperlihatkan aktivitas dengan mengintegrasikan ketiga macam aktivitas dasar tersebut adalah mencerminkan bahwa kelompok tersebut dapat dikategorikan sebagai kelompok yang efektif. Anggota kelompok yang efektif memiliki ketrampilan untuk mengatasi atau menghilangkan hambatan pencapaian tujuan kelompok, untuk memecahkan masalah di dalam memelihara dan meningkatkan kualitas interaksi di antara anggota kelompok, dan ketrampilan untuk mengatasi hambatan peningkatan agar kelompok lebih efektif lagi (Nitimihardjo dan Iskandar 1993, dalam Huraerah, 2006). Supaya dalam kelompok terdapat kerja sama yang efektif, Floyd Ruch (1993) mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Suasana kelompok (atmosphere), suasana kelompok yang dimaksud adalah situasi yang mengakibatkan tiap anggota kelompok merasa senang tinggal di dalam kelompok tersebut. Suasana ini menyangkut: a. Keadaan fisik tempat/kelompok seperti terjadinya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan anggota. b. Rasa aman (treat reduction), Rasa aman ini menyangkut ketentraman anggota untuk tinggal di dalam kelompoknya, dimana ketentraman ini meliputi: a) Tidak ada ancaman b) Tidak ada saling mencurigai. c) Tidak saling permusuhan. 2. Kepemimpinan bergilir (distributive leadrship), Kepemimpinan yang bergilir ini berarti adanya pemindahan kekuasaan untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompoknya. Dengan demikian tiap anggota yang diberi kekuasaan akan dapat

6 mengetahui kemampuan mereka masing-masing dan lebih dari itu akan menanamkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap kelompok secara keseluruhan baik pada saat menjadi pimpinan maupun sebagai anggota kelompok. 3. Perumusan tujuan (goal formulation), tiap kelompok pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut yang merupakan tujuan bersama, yang menjadi arah kegiatan bersama, karena tujuan ini merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing. 4. Fleksibilitas (flexibility), segala sesuatu yang menyangkut kelompok seperti suasana, tujuan, kegiatan, struktur, dan sebagainya dapat mengikuti perubahan yang terjadi tanpa adanya pengorbanan. 5. Mufakat (consensus), dengan mufakat yang ada dalam kelompok, semua perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi sehingga tercapai keputusan yang memuaskan berbagai pihak. Di lain pihak mufakat dapat berfungsi untuk merencanakan kegiatan kelompok secara bersama dan mencari jalan keluar yang sebaik-baiknya apabila kelompok mengalami suatu kesulitan. 6. Kesadaran kelompok (process awareness), adanya peranan, fungsi, dan kegiatan masing-masing anggota dalam kehidupan berkelompok, maka tiap-tiap anggota pasti timbul rasa kesadarannya terhadap kelompoknya, terhadap sesama anggota kelompok dan pentingnya untuk berorientasi satu dengan yang lain 7. Penilaian yang kontinu (continual evaluation), kelompok yang baik seringkali mengadakan penilaian secara kontinu terhadap perencanaan kegiatan, dan pengawasan kelompok, sehingga dapat diketahui tercapai tidaknya tujuan kelompok. Di samping itu, akan dapat diketahui semua motivasi dan hambatan yang dialami anggota dalam rangka mencapai tujuan kelompok (Santosa, 1992). Kinerja kelompok Analisis terhadap kinerja kelompok akan membantu menggambarkan bagaimana prospek suatu usaha kelompok dapat mencapai tujuan. Kinerja mengacu pada tingkat kemampuan pelaksanaan tugas dengan standard perbandingan ideal antara pelaksanaan tugas dan yang diharapkan (perencanaan) dengan pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan (evaluasi).

7 Pengertian kinerja merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) menjelaskan kinerja sebagai ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki seseorang dimunculkan melalui perbuatan. Lebih jauh Bernadin & Russel dalam Mulyono (1993) menjelaskan penilaian kinerja merupakan suatu cara untuk mengukur kontribusi individu anggota terhadap organisasinya. Kinerja juga diartikan sebagai perilaku yang diperagakan secara aktual oleh individu sebagai respon terhadap pekerjaan yang diberikan kepadanya, sehingga kinerja dapat dilihat dari hasil kerja, derajat kecepatan kerja dan kualitasnya Kinerja bisa disimpulkan sebagai aspek yang berpengaruh terhadap maju dan mundurnya lembaga yaitu kinerja pengurus dan anggota dari suatu lembaga. Dikatakan berpengaruh sebab masing-masing anggota suatu lembaga secara spesifik bisa memunculkan kinerja yang berbeda dan akibat dari kinerja anggota tersebut akan berpengaruh terhadap hubungan kerjasama di dalam lembaga. Hariadi (2004) mengungkapkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok antara lain : 1. Gaya kepemimpinan ketua 2. Motivasi kerja anggota 3. Kohesi anggota kelompok 4. Interaksi anggota kelompok 5. Norma kelompok 6. Sikap anggota terhadap kelompok Sumber Daya Manusia : Modal Manusia dan Modal Sosial Modal sosial didefinisikan sebagai informasi, kepercayaan dan norma-norma timbal balik yang melekat dalam suatu sistem jaringan sosial (Woolcock, 1998:153 dalam Nasdian dan Utomo, 2005). Dengan mengulas pandangan beberapa ahli, Woolcock(1998) menggolongkan modal sosial menjadi 4 (empat) tipe utama, yaitu: (1) Tipe ikatan solidaritas (bounded solidarity), dimana modal sosial menciptakan mekanisme kohesi kelompok dalam situasi yang merugikan kelompok, (2) Tipe

8 pertukaran timbal balik (reciprocity transaction), yaitu pranata yang melahirkan pertukaran antar pelaku, (3) Tipe nilai luhur (value introjection), yakni gagasan dan nilai moral yang luhur, dan komitmen melalui hubungan-hubungan kontraktual dan menyampaikan tujuan-tujuan individu di balik tujuan-tujuan instrumental, dan (4) Tipe membina kepercayaan (enforceable trust), bahwa institusi formal dan kelompokkelompok partikelir menggunakan mekanisme yang berbeda untuk menjamin pemenuhan kebutuhan. (Woolcock 1998: 161 dalam Nasdian dan Utomo, 2005). Keempat tipe modal sosial di atas selalu terkait dengan penggunaan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu dan bersifat timbal balik. Sumber dari modal sosial itu dapat bersifat consummatory, yaitu nilai-nilai sosial budaya dasar dan solidaritas sosial, dan dapat pula bersifat instrumental, yaitu pertukaran yang saling menguntungkan dan rasa saling percaya (Portes, 1998: 8 ) Menurut Putman dan Fukuyama Webstarmaster (1998: 6) konsep modal sosial tidak saja diterapkan pada tingkat individu, tetapi juga pada kelompok, komunitas bahkan nasional. Komunitas membangun modal sosial melalui pengembangan hubungan-hubungan aktif, partisipasi demokrasi dan penguatan pemilikan komunitas dan kepercayaan. Sumbersumber modal sosial itu muncul dalam bentuk tanggung jawab dan harapan-harapan yang tergantung pada kepercayaan dari lingkungan sosial, kemampuan aliran informasi dalam struktur sosial dan norma-norma yang disertai sanksi (Coleman, 1998 dalam Dasgupta dan Serageldin, 1999: 13). Selanjutnya Portes (1998) menyatakan bahwa modal sosial memiliki konsekuensi positif dan konsekuensi negatif. Konsekuensi positif: berupa pengawasan sosial, sumber dukungan bagi keluarga, dan sumber manfaat sosial ekonomi melalui jaringan sosial luar. Sedangkan konsekuensi negatif berupa pembatasan peluang bagi pihak lain (ekslusifitas), pembatasan kebebasan individu, klaim berlebihan atas keanggotaan kelompok dan penyamarataan norma bagi semua anggota (konformitas). Dalam uraian Woolcock (1998) dalam Nasdian dan Utomo (2005) selanjutnya konsep modal sosial menjangkau aspek yang lebih luas sehingga dapat mengatasi konsekuensi-konsekuensi negatif yang dimaksudkan oleh Portes, dengan apa yang disebut sebagai embeddenes (kerekatan) dan aoutonomy (otonomi) yang mencakup

9 tingkat mikro dan tingkat makro. Kerekatan pada tingkat mikro merujuk pada ikatanikatan intra komunitas dan pada tingkat makro merujuk pada hubungan negara dan masyarakat. Otonomi pada tingkat mikro merujuk pada jaringan antar komunitas, dan tingkat makro merujuk pada pengembangan kapasitas dan kredibilitas (Woolcock, 1998 dalam Nasdian dan Utomo, 2005). Berdasarkan uraian di atas maka analisis modal sosial dapat digunakan untuk menjelaskan konteks kehidupan masyarakat secara holistik dalam perspektif jaringan baik secara horisontal maupun secara vertikal Kerangka Pemikiran Kajian Program Pengembangan Kecamatan merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat melalui pemberian modal usaha untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembangunan sarana prasarana yang mendukung kegiatan ekonomi pedesaan. Dalam pelaksanaannya PPK menggunakan mekanisme perencanaan pembangunan bertahap dari melalui Musyawarah Dusun (Musdus), Musyawarah Desa (Musdes) dan Musyawarah Antar Desa (MAD) di tingkat kecamatan. Dengan demikian, program ini memberikan kekuasaan dalam penyaluran dana dan perencanaan serta proses pengambilan keputusan secara langsung di tangan masyarakat. Berhasil dan tidak nya PPK akan dipengaruhi oleh efektivitas kelompok. Efektivitas kelompok diukur dari sejauh mana kelompok dapat mencapai tujuannya, hal ini akan dilihat dari prinsip-prinsip kerja sama yang efektif yakni ; 1. Suasana kelompok. 2. Kepemimpinan bergilir. 3. Perumusan tujuan. 4. Fleksibilitas. 5. Mufakat. 6. Kesadaran kelompok. 7. Penilaian yang kontinyu. Kinerja kelompok yang terdiri dari kinerja pengurus dan anggota akan mempengruhi efektivitas kelompok. Penilaian kinerja merupakan suatu cara untuk mengukur kontribusi individu anggota terhadap organisasinya. Hal ini akan dilihat dari : 1. Gaya kepemimpinan ketua

10 2. Motivasi kerja 3. Kohesi anggota 4. Interaksi anggota 5. Norrna kelompok 6. Sikap anggota terhadap keolompok Sumberdaya manusia yang terdiri dari modal manusia dan modal sosial, akan memberikan gambaran kehidupan masyarakat secara umum, antara lain dilihat dari : 1. Jenis komunitasnya. 2. Ikatan solidaritas (gotong royong ). 3. Pertukaran timbal balik ( tolong menolong, sumbang menyumbang ). 4. Nilai luhur yang masih dipertahankan ( ketokohan dalam masyarakat). 5. Membina kepercayaan antar anggota masyarakat ( kejujuran, kesetiaan, keterbukaan). Semua itu mengarah pada keberhasilan PPK, yang akan di ukur dari ; 1. Prestasi individu dilihat dari adanya tambahan penghasilan dan kemampuan mengangsur. 2. Prestasi kelompok dilihat dari dinamika performa kelompok yang mengarah pada perkembangan kelompok. 3. Prestasi organisasi di lingkungan Tim Pelaksana Kegiatan Desa, dilihat dari semakin kecilnya jumlah tunggakan dan pengembangan sasaran Secara sederhana kerangka pemikiran ini disajikan dalam gambar seperti tersebut di bawah ini :

11 Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Kajian Sumber Daya Manusia ( Modal Manusia dan Modal Sosial ) Kinerja kelompok Gaya kepemimpinan ketua Motivasi kerja anggota Kohesi anggota Interaksi anggota Norma kelompok Sikap anggota terhadap kelompok Efektivitas kelompok Suasana kelompok Kepemimpinan bergilir Perumusan tujuan Fleksibilitas Mufakat KesadaranKelompok Keberhasilan PPK Prestasi individu Prestasi kelompok Prestasi organisasi Program peningkatan efektivitas kelompok dalam mendukung keberhasilan PPK Keterangan ; mempengaruhi

PENINGKATAN EFEKTIVITAS KELOMPOK DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN (PPK) SRI SUMINAR

PENINGKATAN EFEKTIVITAS KELOMPOK DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN (PPK) SRI SUMINAR PENINGKATAN EFEKTIVITAS KELOMPOK DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN (PPK) (KASUS DESA BANJARARUM, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON PROGO, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Kajian Tipe kajian dalam rancangan ini adalah Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain-lain); penilaian dan perumusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Kelompok Sosial Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri namun di dalam proses kehidupan selanjutnya, manusia membutuhkan manusia

Lebih terperinci

MEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2

MEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2 MEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2 Tulisan ini bermaksud memahami pentingnya institusi masyarakat pedesaan terutama kelompok dan organisasi masyarakat sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan masyarakat merupakan suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Latar Belakang Krisis di Indonesia berlangsung panjang, karena Indonesia memiliki faktor internal yang kurang menguntungkan. Faktor internal tersebut berupa konflik kebangsaan, disintegrasi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Modal Sosial (Social Capital)

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Modal Sosial (Social Capital) PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL Modal Sosial (Social Capital) Apa yang dimaksud dengan Modal Sosial dan apa relevansinya dengan Pembangunan? Modal yang dibutuhkan dalam proses pembangunan: Modal Sumber

Lebih terperinci

MEMBANGUN PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KELOMPOK USAHA PENINGKATAN KELUARGA SEJAHTERA KELOMPOK UPPKS. Oleh : Kasriyati, S.Pd.

MEMBANGUN PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KELOMPOK USAHA PENINGKATAN KELUARGA SEJAHTERA KELOMPOK UPPKS. Oleh : Kasriyati, S.Pd. MEMBANGUN PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KELOMPOK USAHA PENINGKATAN KELUARGA SEJAHTERA KELOMPOK UPPKS Oleh : Kasriyati, S.Pd. Kemiskinan menjadi salah satu masalah di Indonesia sejak dulu hingga

Lebih terperinci

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari Kelopok Sosial Fitri dwi lestari 2 HASRAT MANUSIA SEJAK LAHIR 1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya 2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya PENDAHULUAN Latar Belakang Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya secara individu maupun kelompok bila berhadapan dengan penyakit atau kematian, kebingungan dan ketidaktahuan pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Arti pembangunan masyarakat yang sebenarnya adalah pembangunan masyarakat dari bawah (bottom up), di mana masyarakat sebagai subyek pembangunan memiliki hak untuk berperan serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orde baru tumbang pada tahun 1988, karena sistem pemerintahan Orde Baru yang sentralistik dianggap tidak baik dan tidak sesuai lagi, karena rencana pembangunan ditentukan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembangunan Masyarakat Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang disengaja dan direncanakan. Lebih lengkap lagi, pembangunan diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

Team Building & Manajeman Konflik

Team Building & Manajeman Konflik Team Building & Manajeman Konflik www.kahlilpooh.wordpress.com SEMUA TENTANG PASKIBRA, PASKIBRAKA & OSIS KOTA MAGELANG PERSAHABATAN, YANG MERUPAKAN IKATAN SUCI, AKAN LEBIH SAKRAL DENGAN ADANYA KESULITAN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Bank Plecit Bank plecit merupakan koperasi simpan pinjam yang memberikan tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era otonomi daerah telah didengungkan keseluruh penjuru pelosok Tanah Air Indonesia. Semua wilayah mulai berbenah diri dan bahu membahu memperbaiki pemerintahan masing-masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu. dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu. dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan daerah mengandung dua dimensi, yaitu tujuan dan proses. Tujuan pembangunan sudah pasti kondisi kehidupan yang lebih baik sebagaimana yang diinginkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai seorang individu dan mahluk sosial. Sebagai seorang individu manusia mempunyai beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan secara seragam

I. PENDAHULUAN. banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan secara seragam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa lalu pembangunan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, lebih banyak dilaksanakan rnelalui program-program yang sentralistik serta diterapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan strategi dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development). Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas

Lebih terperinci

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07 MODUL PERKULIAHAN Kelompok & Organisasi Sosial Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 07 MK61004 Nurwidiana, SKM MPH Abstract Mata kuliah ini merupakan pengantar bagi

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Konsep pemberdayaan dalam pengembangan pembangunan masyarakat seringkali dihubungkan dengan konsep kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan (Adimihardja, 2004). Pada

Lebih terperinci

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL Keinginan sebagai mahluk sosial 1) Keinginan bersatu dgn manusia lain di sekitarnya 2) Keinginan bersatu dgn alam sekitarnya Kelompok Sosial : Himpunan dari beberapa orang individu

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Pengembangan Kapasitas

TINJAUAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Pengembangan Kapasitas 7 TINJAUAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Pengembangan Kapasitas Pengembangan Kapasitas (capacity building), diartikan sebagai peningkatkan kemampuan masyarakat di segala bidang, termasuk mengorganisir diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan ekonomi yang bersifat kerakyatan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, lebih fokus untuk tujuan mengurangi kemiskinan, pengangguran, kesenjangan

Lebih terperinci

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari didirikan pada tahun 1993. Pada awalnya, KUSP (KUSP) Gotong Royong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Definisi dan pengertian komunikasi juga banyak dijelaskan oleh beberapa ahli komunikasi. Komunikasi mengandung makna bersama sama (common). Istilah komunikasi berasal

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Pokok Bahasan PROSES KOMUNIKASI KELOMPOK Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Advertising and Kode MK Marketing Communication 06

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Modal sosial adalah hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi

TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi Mengutip dari tulisan Tanjung (2003), definisi dari partisipasi adalah keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi sosial tertentu. Artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, merupakan salah satu dari masalah pendidikan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah, memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu birokrat pemerintah daerah dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI MELALUI JARINGAN PENGEMBANGAN SDM. Orientasi oleh Rajiv I.D. Mehta, ICA AP

PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI MELALUI JARINGAN PENGEMBANGAN SDM. Orientasi oleh Rajiv I.D. Mehta, ICA AP PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI MELALUI JARINGAN PENGEMBANGAN SDM Orientasi oleh Rajiv I.D. Mehta, ICA AP Definisi Koperasi Definisi koperasi (telah diakui PBB) adalah "perkumpulan otonom orang per orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

KENDALA-KENDALA PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPKP) DI DESA DUANO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL OLEH

KENDALA-KENDALA PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPKP) DI DESA DUANO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL OLEH KENDALA-KENDALA PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPKP) DI DESA DUANO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL OLEH MAHDALENA SAMAN NIM. 121 410 017 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang masih sangat membutuhkan pembangunan. Tanpa adanya pembangunan suatu bangsa tidak akan pernah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA. Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si

IMPLEMENTASI SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA. Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si IMPLEMENTASI SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si Asas Sistem Sosial Budaya Indonesia Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh sebelum lahirnya

Lebih terperinci

DINAMIKA KELOMPOK BAB I PENDAHULUAN

DINAMIKA KELOMPOK BAB I PENDAHULUAN DINAMIKA KELOMPOK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika Kelompok merupakan seperangkat konsep yang dapat dipergunakan untuk melukiskan proses-proses kelompok. Konsep dinamika kelompok dipergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk sebagai negara yang sedang berkembang. Dalam mencapai tujuan nasional perlu adanya pembangunan dari segala bidang. Untuk tercapainya tujuan

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai pemegang peran sentral dalam hal pengelolaan hutan. Peletakan masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai pemegang peran sentral dalam hal pengelolaan hutan. Peletakan masyarakat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemberdayaan Masyarakat Konsep Perhutanan Sosial secara keseluruhan menempatkan posisi masyarakat sebagai pemegang peran sentral dalam hal pengelolaan hutan. Peletakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Solidaritas Sosial Pengertian solidaritas sosial berasal dari dua pemaknaan kata yaitu solidaritas dan sosial. Solidaritas sosial merupakan perasaan atau ungkapan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal. BAB II KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, bahwa pembangunan yang dilaksanakan dengan pendekatan top-down dan sentralistis, belum berhasil

Lebih terperinci

ANALISIS KURIKULUM DAN MODEL PEMBELAJARAN GEOGRAFI PERTEMUAN PERTAMA

ANALISIS KURIKULUM DAN MODEL PEMBELAJARAN GEOGRAFI PERTEMUAN PERTAMA ANALISIS KURIKULUM DAN MODEL PEMBELAJARAN GEOGRAFI PERTEMUAN PERTAMA DESKRIPSI Mata kuliah ini mengkaji tentang kurikulum dan model pembelajaran Geografi yang berkaitan dengan analisis terhadap pengembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN Orientasi perkuliahan. Mahasiswa memahami tujuan, arah, serta tugas dan tanggung jawabnya dalam perkuliahan, serta konsep dasar dan kedudukan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Pertemuan Ke-1 Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Pengertian Kemiskinan dan Petani Miskin

TINJAUAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Pengertian Kemiskinan dan Petani Miskin 6 TINJAUAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Pengertian Kemiskinan dan Petani Miskin Pengertian Kemiskinan. Kemiskinan merupakan kondisi absolut atau relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

REALITAS SOSIAL TINGKAT MESO

REALITAS SOSIAL TINGKAT MESO REALITAS SOSIAL TINGKAT MESO Lembaga tidak dapat direduksi menjadi struktur mesolevel karena domain institusional ini terdiri dari hubungan antara struktur meso serta penggunaan simbol budaya yang lebih

Lebih terperinci

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL (Studi Empiris pada Universitas Swasta di Surakarta) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Pengaruh modal sosial..., Gigih Guntoro, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB VI PENUTUP. Pengaruh modal sosial..., Gigih Guntoro, FISIP UI, Universitas Indonesia 149 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian yang telah kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa simpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga

Lebih terperinci

MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL

MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL Part 3 Edy Prihantoro Universitas Gunadarma A. Struktur Masyarakat Seperti di jelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sosiologi mengkaji masyarakat dari sisi struktur sosial (social

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh 11 II.TINJAUAN PUSTAKA Setelah merumuskan latar belakang masalah yang menjadi alasan dalam mengambil masalah penelitian, pada bab ini penulis akan merumuskan konsepkonsep yang akan berkaitan dengan objek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial (social capital) yang mampu membuat individu individu yang ada didalam komunitas tersebut berbagi

Lebih terperinci

IKLIM ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

IKLIM ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 IKLIM ORGANISASI Sebuah mesin memiliki batas kapasitas yang tidak dapat dilampaui berapapun besaran jumlah energi yang diberikan pada alat itu. Mesin hanya dapat menghasilkan produk dalam batas yang telah

Lebih terperinci

Motivasi penting dikarenakan :

Motivasi penting dikarenakan : Motivasi Bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan Pemberian daya penggerak yg menciptakan

Lebih terperinci

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH Oleh ARISMAN Widyaiswara Muda BPSDM Kementerian Hukum dan HAM RI Pengertian atau Definisi Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur

Lebih terperinci

Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang

Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang Perilaku Kepemimpinan Transpormasional Kepala SMA di Kabupaten Karawang Oleh : Sutarjo, Drs., M.Pd A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan negara, sebagaimana tertuang

Lebih terperinci

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN 5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami struktur sosial di perdesaan 2. Mahasiswa mampu menganalisa struktur sosial perdesaan KONSEP DASAR STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DAPAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pedesaan adalah bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Idealnya, program-program

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemberdayaan masyarakat lokal yang diisyaratkan oleh Undangundang. Nomor 32/2004 telah menuntut pihak praktisi pengembang masyarakat, baik itu aparat pemerintah,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Pemberdayaan mempunyai dua dimensi. Pertama, suatu proses mengalihkan kemampuan, kekuatan dan kekuasaan kepada masyarakat agar menjadi lebih berdaya

Lebih terperinci

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Reformasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh banyak pihak, baik dilakukan oleh pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh banyak pihak, baik dilakukan oleh pemerintah maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh banyak pihak, baik dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Upaya-upaya tersebut

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI

BAB IV VISI DAN MISI BAB IV VISI DAN MISI 4.1. VISI DAN MISI KOTA BOGOR Dalam penyusunan Visi dan Misi Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor tidak terlepas dari Visi dan Misi Kota Bogor, adapun Visi, Misi Kota Bogor adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi baik organisasi dalam skala kecil maupun besar. Kemajuan perekonomian yang semakin

Lebih terperinci