BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan strategi dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development). Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal melaui retribusi, modal dan kepemilikan (Sumardjo dan Saharudin, 2006). atas sumberdaya Menurut Deputi Bidang Peningkatan Kesos Depsos RI (2000) pemberdayaan adalah sebagai upaya meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok dan memecahkan masalah mereka secara mandiri dengan mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Adapun prinsip- prinsip dasar yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat menurut perspektif pekerjaan sosial adalah : 1) Setiap masalah dipandang sebagai tantangan bersama yang harus dihadapi, 2) Orientasi terhadap masalah dipandang sebagai tantangan bersama yang harus dihadapi, 3) Semua proses ditunjukan untuk menghasilkan yang terbaik bagi masa depan, 4) Bentuk relasi antar aktor bersifat kolaboratif, 5) Posisi antar aktor adalah kemitraan (Deputi Bidang Peningkatan Kesos Depsos RI, 2000). Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu- individu yang mengalami masalah. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memilki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan

2 24 tugas- tugas kehidupannnya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses. Pemberdayaan juga mengandung makna adanya selft determination dan melibatkan setiap orang untuk merencanakan kegiatan, merumuskan kebutuhan, melaksanakan dan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan secara partisipatif. Pemberdayaan adalah upaya penguatan pribadi, antar pribadi dan organisasi, sehingga yang bersangkutan memiliki kemampuan dan keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihannya. Pemberdayaan dinilai tepat menjadi salah satu pilihan pembangunan kesejahteraan sosial, tuntutan kehidupan global menghendaki setiap pembangunan melibatkan masyarakat karena mereka menginginkan perubahan. Dengan demikian, masyarakat itu sendiri harus berpartisipasi dan bekerjasama. Melalui kelompok atau organisasi yang ada di masyarakat baik bentukan pemerintah maupun swadaya masyarakat, organisasi tersebut telah nyata membantu pemerintah dalam upaya memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat sehingga permasalahan sosial menjadi lebih ringan karena mereka mampu mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi permasalahan yang dihadapinya melalui kelompok atau organisasi merupakan langkah strategis meningkatkan perkembangan potensi sosial masyarakat. Perubahan peran ke arah yang lebih baik menurut Uphoff (1989) juga merupakan salah satu bentuk penguatan kelembagaan. Perubahan peran yang ada tersebut diharapkan nilai-nilai di dalamnya turut berubah ke arah yang lebih maju. Syahyuti (2003) menjelaskan bahwa untuk menguatkan organisasi perlu diuraikan terlebih dahulu dan dianalisis variabel-variabel yang ada di dalam kelembagaan tersebut. Dengan demikian kita dapat menentukan indikator-indikator yang menunjukan kelemahan dari organisasi tersebut, sekaligus potensi yang dapat menguatkan kapasitasnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, kapasitas suatu kelembagaan mencakup lima faktor, yaitu : 1) Faktor kepemimpinan (leadership) mencakup seberapa demokrasi pemimpin tersebut dan bagaimana proses pemilihan pemimpin, 2) Faktor proses perencanaan program berupa besar kecilnya keterlibatan dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan program, 3) Faktor pelaksanaan

3 25 program keterlibatan dalam pelaksanaan suatu program, 4) Faktor alokasi sumberdaya sejauh mana sumber yang ada digunakan untuk kesejahteraan semua, 5) Faktor hubungan dengan pihak luar meliputi kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak Modal Sosial Secara umum modal sosial/ kapital sosial didefinisikan sebagai informasi, kepercayaan dan norma-norma timbal balik yang melekat dalam suatu sistem jaringan sosial (Woolcock dalam Tonny dan Kolopaking, 2005). Woolcock mengulas pandangan beberapa ahli, menggolongkan modal sosial menjadi 4 (empat) tipe utama, yaitu : 1) Tipe ikatan solidaritas (bunded solidarity), dimana modal sosial/ kapital sosial menciptakan makanisme kohesi kelompok dalam situasi yang merugikan kelompok, 2) Tipe pertukaran timbal balik (reciprocity transaction), yaitu pranata yang melahirkan pertukaran antar pelaku, 3) Tipe nilai luhur (value introjection), yakni gagasan dan nilai, moral yang luhur dan komitmen melalui hubunganhubungan kontraktual dan menyampaikan tujuan- tujuan individu dibalik tujuantujuan instrumental, dan 4) Tipe membina kepercayaan (enforceable trust), bahwa institusi formal dan kelompok- kelompok partikelir menggunakan mekanisme yang berbeda untuk menjamin pemenuhan kebutuhan berdasarkan kesepakatan terdahulu dengan menggunakan mekanisme rasional. Kehidupan komunitas dipengaruhi oleh lembaga maupun organisasi-organisasi pada tingkat lokal, sebagai bagian dari sistem kelembagaan/ organisasi lokal. Modal sosial mengacu kepada lembaga/organisasi sosial dan ekonomi, seperti ; pandangan umum (word view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity change), pertukaran ekonomi dan informasi (informational dan economic change), kelompok formal dan informal (formal and informal group), serta assosiasi yang melengkapi modal-modal sosial lainnya (fisik, budaya dan manusiawi), sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Colleta & Cullen dalam Tonny dan Utomo, 2003).

4 26 Di tingkat pedukuhan atau kampung terdapat modal sosial berupa : 1) Perilaku sadar dari masyarakat untuk melibatkan diri dalam kegiatan kemasyarakatan, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Setiap masyarakat memiliki sumber daya tertentu yang mungkin dapat diakomodasikan untuk mendukung suatu program bagi pengembangan masyarakat atau suatu komunitas (masyarakat), 2) Sistem kelembagaan/organisasi lokal dalam kehidupan komunitas yang diwarnai kegiatan usaha kesejahteraan sosial, dapat menjadi modal sosial untuk memberdayakan masyarakat. Modal sosial sebagai piranti sosial yang berakar pada komunitas, dapat berfungsi secara maksimal tetapi dinamis dalam mengatasi masalah sosial, jika merujuk pada organisasi yang memiliki jaringan kerja, norma-norma dan kepercayaan yang memfasilitasi terciptanya koordinasi dan kooperatif bagi kepentingan bersama dalam sebuah komunitas (Putnam dalam Nuryana, 2002). Suatu komunitas membangun modal sosial melalui : 1) Pengembangan hubungan-hubungan aktif, 2) Partisipasi demokrasi, 3) Penguatan pemilikan komunitas, 4) Kepercayaan. Sumber-sumber modal sosial itu muncul dalam bentuk tanggung jawab dan harapan-harapan yang bergantung dari kepercayaan lingkungan sosial, kemampuan aliran informasi dalam struktur sosial dan norma-norma yang disertai sangsi. (Coleman dalam Dasgupta dan Seregaldin, 2000) Generasi Muda Sebelum membahas generasi muda ada baiknya jika terlebih dahulu mengetahui bahwa manusia mempunyai tiga macam umur, yaitu : 1) Usia kronologis diukur dengan jumlah waktu perjalanan hidup seseorang, 2) Usia biologis dilihat dari kondisi fisik atau jasmani yang lebih mengacu pada fungsi- fungsi motoris, 3) Usia psikologis sangat dipengaruhi oleh perasaan (efeksi) dan perilaku (Ruba i, 1995). Kiranya kurang bijaksana jika tingkat ketuaan seseorang hanya dipandang oleh sudut usia kronologis. Banyak dijumpai secara kronologis usia seseorang tergolong lanjut, namun secara biologis masih mampu berkarya layaknya orang yang berusia di bawahnya. Sebaliknya banyak juga secara kronologis tergolong muda, tetapi jasmani

5 27 serta jiwanya telah rapuh. Jadi lebih mengena jika usia seseorang diukur dengan memperhatikan tiga macam usia sekaligus. Oleh karena itu, untuk batasan usia yang ada kaitannya dengan generasi muda adalah orang yang berusia tahun. Usiausia tersebut merupakan usia produktif atau dapat dikategorikan sebagai generasi muda yang menjadi potensi terbesar karena dalam usia demikian penuh dengan jiwa yang dinamis, semangat, kuat fisik dan mental serta berbagai kelebihan lain yang bisa menjadi modal dasar kekuatan bagi pendukung keberlangsungan dalam pembangunan (Ruba i, 1995). Generasi muda tersebut berusaha belajar dan mengembangkan diri karena mereka memiliki kekuatan-kekuatan yang perlu diperhatikan, tetapi belum semuanya dapat dikembangkan dengan baik. Oleh karenanya setiap generasi muda adalah sumberdaya (asset) yang berharga. Peran generasi muda dalam hal ini dikonsepsikan sebagai partisipan aktif dalam proses interaksional satu dengan yang lainnya, biasanya mereka mampu menangani masalah yang mereka hadapi melalui upaya kelompok atau organisasi kepemudaan yang ada di sekitarnya seperti Karang Taruna yang ada di tiap-tiap desa/kelurahan untuk menangani permasalahan sosial generasi muda. Selain generasi muda ada juga yang menyebut pemuda atau pemudi atau remaja adalah mereka yang berada pada masa perkembangan yang disebut masa adolesensi (masa menuju ke kedewasaan). Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, di mana seseorang sudah tidak dapat lagi disebut anak kecil, tetapi belum juga dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke arah kedewasaan (Rifai dalam Endah, 2008). Generasi muda rentan sekali dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya seperti 1) Kenakalan remaja adalah perilaku remaja yang menyimpang atau melanggar nilai-nilai atau norma-norma masyarakat (Dinsos Prov. Jabar, tanpa tahun). 2) Pengangguran, dalam hal ini adalah penggangguran terbuka atau pencari kerja (Rusli et al, 2006), dan 3) Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar atau terlantarnya anak

6 28 dalam sebuah lembaga pendidikan formal yang disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai (Wiki Pedia Indonesia, 2008) Kesejahteran Sosial Undang- undang RI Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial memberikan batasan kesejahteraan sosial sebagai Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan bathin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan- kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial sebaik- baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi baik- baik atau kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila. Kesejahteraan sosial merupakan kegiatan- kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhankebutuhan dasar dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Kesejahteraan sosial sebagai suatu institusi dengan bidang kegiatan menunjuk pada kegiatan- kegiatan yang terorganisir yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok serta masyarakat (Depsos RI, 2008). Oleh karena itu pembangunan kesejahteraan sosial merupakan hak dasar manusia sehingga harus menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan kesejahteraan sosial dapat terlaksana dengan baik dengan keterlibatan pemerintah, masyarakat, lembaga sosial dan pilar partisipasi lainnya, untuk itu dipandang perlu memberdayakan lembaga sosial agar dapat menjadi mitra pemerintah dalam usaha- usaha kesejahteraan sosial. Usaha kesejahteraan sosial (UKS) adalah semua upaya, Prgram dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial.

7 Karang Taruna sebagai Organisasi Sosial Kepemudaan Keberadaan Karang Taruna sebagai organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda mempunyai posisi yang cukup strategis dan semakin diperlukan dalam menjawab permasalahan sosial terutama bagi generasi muda yang ada di lingkungannya, karenanya untuk memahami Karang Taruna sebagai suatu organisasi sosial kepemudaan kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep organisasi sosial dan Karang Taruna itu sendiri Konsep Organisasi Sosial Konsep organisasi (organization) dalam sosiologi, menurut Soekanto (2005) mengandung tiga makna, yaitu : 1) Organisasi diartikan sebagai sistem sosial yang dibentuk untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, artinya hubungan antar individu dan kelompok dalam suatu organisasi menciptakan harapan bagi perilaku individu. Harapan ini diwujudkan dalam peran- peran tertentu, seperti peran sebagai pemimpin dan peran sebagai anggota atau pengikut, 2) Organisasi diartikan suatu kelompok yang mempunyai diferensiasi peranan, artinya setiap individu dapat memainkan peranannya lebih dari satu peran, 3) Organisasi adalah sekelompok orang yang sepakat untuk mematuhi seperangkat norma, artinya ketika orang masuk dalam organisasi, maka orang tersebut secara sukarela harus patuh terhadap norma organisasi. Organisasi pada dasarnya adalah unit sosial (pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan atau mungkin dibentuk kembali dengan mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi pencapaian suatu tujuan tertentu. Memandang organisasi adalah gejala sosial resmi (formalisasi struktur sosial) yang berkaitan dengan seperangkat peraturan tertulis, Berelson dalam Sajogyo (1981) menunjuk kepada beberapa ciri yang meliputi organisasi, yaitu : 1) Formalitas. Suatu organisasi mempunyai perumusan tertulis yang jelas dalam hal tujuan, peraturan-peraturan (perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah

8 30 tangga), prosedur, penentuan atau regulasi (misalnya surat keputusan), serta kebijaksanaan, 2) Hierarkhi. Suatu organisasi mempunyai pola wewenang (yaitu kekuasaan yang diakui masyarakat) berbentuk piramida dengan demikian beberapa orang didudukan dalam posisi lebih tinggi dari anggota lainnya, 3) Ukuran atau besarnya atau size. Suatu organisasi biasanya mempunyai ukuran besar, sehingga para anggota tidak dapat melakukan relasi sosial yang langsung (sebagai kelompok disebut kolektifitas) Hubungan yang ada antara para pelakunya sifatnya bukan pribadi hal tersebut dikenal sebagai gejala birokrasi adalah suatu tingkatan kekuasaan dan wewenang dari pusat atau tingkat atas sampai bawah. Sementara ciri-ciri utama organisasi menurut Etzioni (1985) adalah : 1) Mempunyai pembagian dalam pekerjaan, kekuasaan dan tanggung jawab komunikasi yang tidak dipolakan begitu saja atau disusun menurut cara-cara tradisional, tetapi sengaja direncanakan untuk dapat lebih meningkatkan usaha mewujudkan tujuan tertentu, 2) Pengendalian usaha-usaha organisasi mempunyai beberapa pusat wewenang yang berfungsi mengawasi serta mengarahkan organisasi mencapai tujuan, dan 3) Mempunyai prosedur penggantian tenaga mahir, anggota atau mereka yang menjadi pengurus organisasi. Melihat kegiatan para pelakunya, maka organisasi mempunyai konsekuensi yang lebih mengarah kepada produktifitas, artinya : 1) Menyelesaikan segala pekerjaan 2) Memecahkan masalah 3) Mempertahankan atau memperbesar out put 4) Memperbaiki cara kerja, se-efektif mungkin, sebagai konsekwensi memberi kepuasan kepada para anggota dan memberi kepuasan dalam berperan serta

9 Karang Taruna Karang Taruna adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggungjawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/ kelurahan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial. Istilah Karang Taruna untuk pertama kalinya dicetuskan oleh Ibu Tati Marjono, yang dalam gambarannya Karang adalah suatu tempat berseminya tanaman sehingga tumbuh subur menjadi tanaman yang bermanfaat, sedangkan Taruna adalah remaja, sehingga Karang Taruna merupakan suatu tempat atau wadah bagi remaja untuk tumbuh menjadi generasi muda yang berguna bagi masyarakat (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Depos RI, 2005). Taruna adalah : Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari pembentukan organisasi Karang 1) Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran tanggungjawab sosial setiap generasi muda warga Karang Taruna dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah sosial 2) Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga Karang Taruna yang terampil dan kepribadian serta berpengetahuan 3) Tumbuh potensi dan kemampuan generasi muda dalam rangka mengembangkan keberdayaan warga Karang Taruna 4) Termotivasinya generasi muda warga karang taruna untuk mampu menjalin toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam keragaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 5) Terjalin kerjasama antara generasi muda warga Karang Taruna dalam rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat 6) Terwujudnya kesejahteraan sosial semakin meningkat bagi generasi muda di desa/ kelurahan yang memungkinkan atau pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial di lingkungannya

10 32 7) Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda di desa/ kelurahan yang dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan oleh Karang Taruna bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, serta dilengkapi dengan ketentuanketentuan dalam Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 83/ HUK/ 2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial RI, 2005), Karang Taruna memiliki prinsip-prinsip dasar atau ciri-ciri yang melekat pada dirinya, yaitu ; 1) Sebagai organisasi sosial 2) Wadah pengembangan generasi muda 3) Tumbuh dan berkembang dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi mudanya 4) Tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial 5) Berkedudukan di desa/ kelurahan 6) Secara organiasasi berdiri sendiri, bersifat horisontal 7) Setiap generasi muda di desa/ kelurahan yang berumur 11 sampai dengan 45 tahun adalah warga Karang Taruna 8) Kewargaan Karang Taruna tanpa membedakan asal keturunan, golongan, suku dan budaya, jenis kelamin, kedudukan sosial, pendirian politik dan agama 9) Bergerak terutama di bidang Usaha Kesejahteraan Sosial 10) Memiliki tugas untuk menanggulangi berbagai masalah kesejateraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda baik bersifat preventif (pencegahan), rehabilitatif (pemulihan) maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya Selain tugas pokok, setiap Karang Taruna harus mampu melaksanakan fungsi sebagai berikut:

11 33 1) Penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial 2) Penyelenggaraan pendidikan 3) Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di lingkungan secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan 4) Penyelenggaraan kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya 5) Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggungjawab sosial generasi muda 6) Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai- nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia 7) Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggungjawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan pendayagunaan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya 8) Penyelenggaraan rujukan, pendampingan dan advokasi spesial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial 9) Penguatan sistem jaringan kominikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan dengan dengan berbagai sektor lainnya 10) Penyelenggaraan usaha- usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual 2.6. Kinerja Organisasi Definisi mengenai kinerja organisasi dikemukakan oleh Bantian dalam Syarifudin dan Tangkilisan (tanpa tahun) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi tersebut. Pengukuran dan manfaat penilaian kinerja organisasi akan mendorong pencapaian tujuan organisasi dan akan

12 34 memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus menerus atau berkelanjutan. Dalam membahas kinerja organisasi Karang Taruna, aspek yang ditinjau adalah (Verhagen, 1998) : 1) Otonomi administrasi, yaitu sejauhmana dan bagaimana peran serta para anggota dalam proses pembuatan keputusan, 2) Otonomi manajerial, yaitu kemampuan dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan, 3) Otonomi keuangan, kemampuan dalam memobilisasi sumber-sumber keuangan. Sementara Dwiyanto et al. dalam Syarifudin dan Tangkilisan (tanpa tahun) mengemukakan ukuran dari tingkat kinerja suatu organisasi secara lengkap adalah sebagai berikut : 1) Produktivitas, digunakan untuk mengukur dan mengetahui keluaran yang dihasilkan organisasi pada suatu priode tertentu, 2) Orientasi kualitas pelayanan, kemampuan organisasi untuk memuaskan pelanggan secara maksimal, 3) Responsivitas, kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, dan 4) Akuntabilitas, segala kegiatan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan dengan melihat adanya pelaporan kegiatan Faktor- faktor yang mempengaruhi Kinerja Organisasi Kinerja organisasi akan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi keseluruhan faktor yang ada dan berkaitan dengan organisasi itu sendiri, dimana terdapat sekelompok orang yang melakukan aktivitas kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu, dan faktor-faktor itu saling mempengaruhi (Sutarto dalam Syarifudin dan Tangkilisan, tanpa tahun). Faktor eksternal meliputi suatu jaringan hubungan-hubungan pertukaran dengan sejumlah organisasi dan melibatkan diri dalam transaksi-transaksi dengan tujuan untuk memperoleh dukungan, mengatasi hambatan, melakukan pertukaran sumber daya, menata lingkungan organisasi yang kondusif, proses transformasi nilai inovasi, maupun norma sosial yang ada. Jadi dalam hal ini menyangkut hubungan saling ketergantungan antara suatu organisasi dengan bagian- bagian yang ada di sekitar lingkungan organisasi tersebut (Milton, Eaton dalam Syarifudin dan Tangkilisan (tanpa tahun).

13 35 Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Karang Taruna adalah : 1) Faktor internal, faktor yang terdapat di dalam organisasi, yaitu : a) Kepemimpinan yang diperhatikan adalah kriteria, proses pemilihan, hubungan pemimpin dengan anggota dan akibat dari kepemimpinannya, b) Keanggotaan, yang diperhatikan adalah anggota, hubungan antar anggota, sdm dan motivasi, c) Aturan-aturan yang disepakati, dengan memperhatikan jenis aturan dan pelaksanaannya. 2) Faktor eksternal, faktor yang terdapat di luar organisasi yaitu, kondisi sosial masyarakat, indikator yang dilihat adalah 1) Hubungan atau kerjasama antara organisasi menurut Tonny dan Kolopaking (2006) ada tiga pengembangan kemitraan antar kelembagaan yaitu membangun kemitraan antar- kelembagaan dalam komunitas (bonding strategy), membangun kemitran antar- kelembagaan antar komunitas dalam kawasan perkomunitasan (bridging strategy) dan, membangun jejaring atau pola hubungan kelembagaan secara vertikal antara kelembagaan komunitas dengan kelembagaan- kelembagaan pelayanan dan pendanaan publik (creating strategy), 2) Modal sosial (dukungan masyarakat), modal fisik (lahan yang dapat digunakan) serta modal keuangan (tergantung dari bantuan pemerintah) Kerangka Pemikiran Generasi muda adalah sumberdaya (asset) yang berharga bagi maju mundurnya suatu negara, namun potensi yang ada pada generasi muda belum sepenuhnya dapat dikembangkan dengan baik karena banyak permasalahan yang dihadapi generasi muda seperti kenakalan remaja, putus sekolah dan pengangguran telah mendorong masyarakat dan pemerintah untuk mengajak, merangkul dan bersama-sama melakukan kegiatan positif yang bertujuan mengatasi permasalahan sosial yang dialami generasi muda sekaligus memberdayakan potensi yang dimiliki generasi muda dalam suatu wadah organisasi kepemudaan yaitu Karang Taruna.

14 36 Melalui organisasi Karang Taruna, generasi muda di wilayah Kelurahan Tengah telah berupaya melaksanakan kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat. Kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun mengatasi permasalahan sosial yang terjadi atau dirasakan warga masyarakat khususnya generasi muda. Sebagai organisasi wadah pengembangan generasi muda Karang Taruna bersama-sama dengan generasi muda saling terkait Tujuan organisasi Karang Taruna yaitu : dalam mencapai tujuannya. 1) Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran tanggungjawab sosial setiap generasi muda warga Karang Taruna dalam mencegah, menangkal. menanggulangi dan mengantisipasi baerbagai masalah sosial. 2) Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga Karang Taruna yang terampil dan berkepribadian serta berpengetahuan. 3) Tumbuh potensi dan kemampuan generasi muda dalam rangka mengembangkan keberdayaan warga Karang Taruna. 4) Termotivasinya setiap generasi muda warga Karang Taruna untuk mampu menjalin toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam keragaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 5) Terjalinnya kerjasama antar Karang Taruna dalam rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial bagi masyarakat. 6) Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda di desa/ kelurahan yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial di lingkungannya. 7) Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda di desa/ kelurahan yang dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan oleh Karang Taruna bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya.

15 37 Ketujuh tujuan Karang Taruna dapat disimpulkan bahwa KT dalam pelaksanaan program diharapkan dapat berkesinambungan, meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan kesejahteraan sosial bagi anggotanya untuk memecahkan permasalahan secara mandiri dengan mengembangkan potensi diri yang dimilikinya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, untuk mensukseskan pelaksanaan program, yaitu tercapainya kelompok sasaran dan berkelanjutan program. Dengan demikian dengan menilai kinerja Karang Taruna dilihat juga faktor- faktor yang mempangaruhi kinerja Karang Taruna Kelurahan Tengah. dilihat dari : Kinerja organisasi Karang Taruna sebagai organisasi kepemudaan dengan 1) Produktifitas, digunakan untuk mengukur dan mengetahui keluaran yang dihasilkan organisasi pada suatu periode tertentu Dengan mengukur apakah kegiatan tersebut sudah berkesinambungan, sudah meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan generasi muda, dan sudah memecahkan permasalahan generasi muda secara mandiri dengan mengembangkan potensi diri yang dimiliki. 2) Orientasi kualitas pelayanan, kemampuan organisasi untuk memuaskan pelanggan secara maksimal sehingga kegiatan tersebut dapat berkesinambungan, dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan generasi muda, dan dapat memecahkan permasalahan generasi muda secara mandiri dengan mengembangkan potensi diri yang dimiliki. Orientasi kualitas dilihat dari kegiatan/ program yang dilakukan apakah terencana dengan baik, merupakan hasil dari pelatihan dan apakah yang memberikannya mempunyai keterampilan yang baik (skill). 3) Responsivitas, kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat dalam hal mengenali kebutuhan masyarakat itu apakah sudah berkesinambungan, sudah meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan generasi muda, dan apakah sudah dapat memecahkan permasalahan generasi muda secara mandiri dengan mengembangkan potensi diri yang dimiliki.

16 38 Responsivitas dilihat dari kegiatan/ program apakah sudah sesuai dengan kebutuhan sasaran program dan sasaran kegiatan. 4) Akuntabilitas, segala kegiatan yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan dengan melihat adanya pelaporan kegiatan dalam hal kegiatan organisasi tersebut apakah sudah berkesinambungan, apakah sudah meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan generasi muda, dan sudah dapat memecahkan permasalahan generasi muda secara mandiri dengan mengembangkan potensi diri yang dimiliki. Akuntabilitas dilihat dari pertanggungjawaban laporan kegiatan apakah sudah dilakukan secara berkesinambungan, mandiri dan apakan sudah meningkatkan kemampuan. Kinerja tersebut di atas, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, diantaranya adalah : 1) Faktor internal, faktor yang terdapat di dalam organisasi, yaitu : a) kepemimpinan yang diperhatikan adalah kriteria, proses pemilihan, hubungan pemimpin dengan anggota dan akibat dari kepemimpinannya dan sdm pemimpin, b) Keanggotaan, yang diperhatikan adalah hubungan antar anggota, motivasi dan sdm anggota, c) Aturan- aturan yang disepakati, dengan memperhatikan jenis aturan dan pelaksanaannya. 2) Faktor eksternal, faktor yang terdapat di luar organisasi yaitu, a) kerjasama antar organisasi dan stakeholders (Dinas/ instansi terkait, aparat kelurahan dan pengusaha bengkel), seperti kemitraan antar kelembagaan yaitu membangun kemitraan antar Karang Taruna dengan Karang Taruna lagi (bonding strategy); membangun kemitraan antar Karang Taruna dengan organisasi lain (bridging strategy); dan membangun jejaring atau pola hubungan Karang Taruna ke tingkat yang lebih tinggi misalnya dengan pemerintah dan dunia usaha (creating strategy), b) Modal sosial (dukungan masyarakat), modal fisik (lahan yang dapat digunakan) serta modal keuangan (tergantung dari bantuan pemerintah). Untuk mencapai tujuan Karang Taruna secara optimal, dalam menghadapi berbagai permasalahan generasi muda seperti pengangguran, kenakalan remaja dan

17 39 putus sekolah, perlu dibuat rancangan program penguatan Karang Taruna sebagai hasil musyawarah antara Karang Taruna dengan masyarakat dan stakeholders. Penguatan Karang Taruna dilakukan melalui penguatan organisasi, penguatan individu dan penguatan komunitas. Melalui program penguatan Karang Taruna tersebut, diharapakan Karang Taruna dapat mengakses semua kebutuhan generasi muda sesuai dengan yang diharapkan yaitu program- program Karang Taruna harus berkesinambungan, dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan kesejahteraan sosial bagi anggotanya untuk memecahkan permasalahan secara mandiri dengan mengembangkan potensi diri yang dimilikinya. Untuk selanjutnya, kerangka pemikiran program partisipatif penguatan Karang Taruna dalam upaya pemberdayaan generasi muda dapat di lihat pada Gambar 1 berikut ini.

18 40 Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Kajian Penguatan Karang Taruna dalam Upaya Memberdayakan Generasi Muda. Keterangan gambar : Faktor internal KT : Kepemimpinan, keanggotaan, dan aturan- aturan Faktor Ekternal KT : Kerjasama antar organisasi, stakeholders, modal sosial, modal fisik dan modal keuangan Kinerja KT : 1. Produktivitas 2. Orientasi kualitas pelayanan 3. Responsivitas 4. Akuntabilitas = Pengaruh = Hasil Program Penguatan Karang Taruna - Penguatan organisasi - Penguatan individu - Penguatan komunitas KT yang diharapkan Permasalahan Generasi Muda 1. Pengangguran 2. Kenakalan Remaja 3. Putus Sekolah

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DocuCom PDF Trial.   Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generasi muda adalah bagian dari penduduk dunia yang sangat potensial dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Namun permasalahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, 333333333333 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) Nitro PDF Trial

PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) Nitro PDF Trial 1 PENGUATAN ORGANISASI KARANG TARUNA DALAM MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA (Studi Kasus di Kelurahan Tengah Kec.Cibinong Kab. Bogor) SRI MULYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 2 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

KARANG TARUNA BINTIM

KARANG TARUNA BINTIM KARANG TARUNA BINTIM Sekretariat : Jalan Sulawesi Kampung Ambon Manokwari Timur Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat Email : karangtaruna.bintim@gmail.com Website : https://independent.academia.edu/karangtarunabintim

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2005 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2005 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2005 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Karang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU

Lebih terperinci

WALIKOTA Pekanbaru DR. Firdaus, ST, MT secara resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus

WALIKOTA Pekanbaru DR. Firdaus, ST, MT secara resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus WALIKOTA Pekanbaru DR. Firdaus, ST, MT secara resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus Dewan Perwakilan Daerah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (DPD LPM) Kota Pekanbaru di lapangan Bukit, Senapelan, Pekanbaru,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ORGANISASI KEPEMUDAAN

PENGEMBANGAN ORGANISASI KEPEMUDAAN PENGEMBANGAN ORGANISASI KEPEMUDAAN MAKALAH DISAMPAIKAN PADA PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 19-20 Agustus 2009 Oleh: RB. Suharta, M.Pd. NOMOR KONTRAK: 420.g/H34.11/KU/2009 JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

KARANG TARUNA DESA : KEBANDUNGAN KECAMATAN : BANTARKAWUNG KABUPATEN : BREBES PROVINSI : JAWA TENGAH

KARANG TARUNA DESA : KEBANDUNGAN KECAMATAN : BANTARKAWUNG KABUPATEN : BREBES PROVINSI : JAWA TENGAH KARANG TARUNA DESA : KEBANDUNGAN KECAMATAN : BANTARKAWUNG KABUPATEN : BREBES PROVINSI : JAWA TENGAH AD/ART Karang Taruna AD/ART Karang Taruna diatur dalam peraturan menteri sosial Republik Indonesia NO:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL - 1

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA-LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAWAN KLOD, KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERBEKEL DESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : Mengingat a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERTAURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR65 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KARANG TARUNA 01 KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR65 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KARANG TARUNA 01 KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR65 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KARANG TARUNA 01 KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Merdikanto (2003) mendefinisikan partisipatif sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Merdikanto (2003) mendefinisikan partisipatif sebagai. berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Terbentuknya kepribadian yang partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat sudah menjadi suatu keharusan khususnya dikalangan pemuda belakangan ini. Harapan terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 89 Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat untuk jangka waktu tetentu yang sudah disepakati oleh pengurus

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat untuk jangka waktu tetentu yang sudah disepakati oleh pengurus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diskripsi Teori 1. Program Kerja Karang Taruna Program kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan organisai yang dibuat untuk jangka waktu tetentu yang sudah disepakati

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010 S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 9 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BU BUPATI MAROSAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH. Nitro PDF Trial. Periode Tahun Kepemimpinan MHR MHR MHR

BAB VI PROFIL KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH. Nitro PDF Trial. Periode Tahun Kepemimpinan MHR MHR MHR 65 BAB VI PROFIL KARANG TARUNA KELURAHAN TENGAH 6.1. Kepemimpinan Karang Taruna (KT) Kelurahan Tengah berdiri tahun 1989, masa kepengurusanya tiga tahun sekali (periode), hingga saat ini kepengurusan KT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN DASAR KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Karang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan masyarakat merupakan suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang Mengingat : a. bahwa lembaga

Lebih terperinci

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat adalah sebuah wadah yang menyatukan para pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) di Jawa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL 1 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU - 1 - Edit dewan 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH 60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 70 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 VISI TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 MISI 1 Menigkatkan kerukunan keharmonisan kehidupan masyarakan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2009 Seri D Nomor 4 Tahun2009 Menimbang : a PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 115 8.1 Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (suatu kajian penguatan kapasitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL,

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa lembaga kemasyarakatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelembagaan atau Organisasi: Peran dan Fungsi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelembagaan atau Organisasi: Peran dan Fungsi 22 digunakan sebagai acuan bagi lembaga pengelola air dalam memberikan pelayanan air bersih secara berkelanjutan. 2. Hasil kajian digunakan sebagai bahan diskusi kelompok terfokus dan untuk menyusun program

Lebih terperinci