BAB III POTENSI DAN PENGELOLAAN MAKAM K.H. SAMANHUDI. A. Pengelolaan makam K.H. Samanhudi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III POTENSI DAN PENGELOLAAN MAKAM K.H. SAMANHUDI. A. Pengelolaan makam K.H. Samanhudi"

Transkripsi

1 27 BAB III POTENSI DAN PENGELOLAAN MAKAM K.H. SAMANHUDI A. Pengelolaan makam K.H. Samanhudi Makam K.H. Samanhudi seperti makam yang terlihat pada makam-makam lainya sebelum mendapat perhatian. Baru pada tahun 2009 berkenaan dengan diresmikanya Kampung Batik Laweyan. Masyarakat yang tergabung dalam POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) Kelurahan Sondakan bermusyawarah dengan ketua LPMK (Lembaga Pemberdaya Masyarakat Kelurahan) Sondakan untuk mencari tokoh yang tepat untuk dijadikan sebagai ikon di Kampung Batik Laweyan. Tokoh tersebut nantinya diharapkan menambah kekuatan daya tarik wisata di Kampung Batik Laweyan dan pemilihan tokoh tersebut haruslah berkaitan dengan Kampung Batik Laweyan. Pada tahun 2010 dipilihlah tokoh K.H. Samanhudi untuk menjadi ikon Kampung Batik Laweyan. Pada saat yang bersaman makam tokoh K.H. Samahudi berada di perbatasan Banaran dan Laweyan, yang dikelilingi oleh pemukiman penduduk dan berdiri di atas tanah kosong milik keluarga. Berawal dari makam keluarga Samanhudi itulah warga sekitar mulai menjadikan tempat tersebut sebagai pemakaman umum di luar petak pembatas makam keluarga Samanhudi.(Wawancara : Suawardi S.Pd, 25 April 2016) K.H. Samanhudi adalah warga asli Laweyan, Solo dan memiliki riwayat hidup serta aset peninggalan di Kampung Laweyan. Setelah itu diresmikanlah Kawasan Wisata Kampung Batik Laweyan sebagai salah satu destinasi wisata Kota Solo di bagian barat oleh Walikota Solo Ir. Joko Widodo. Tidak berhenti sampai disitu, guna meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kawasan Wisata Kampung Batik 27

2 28 Laweyan LPMK berkerjasama membuat kegiatan Napak Budaya K.H. Samanhudi yang pertama pada tahun 2011 dengan menggunakan dana swadaya masyarakat sekitar Kelurahan Sondakan. Kegiatan tersebut sekaligus ziarah makam K.H. Samanhudi dan ditutup dengan bazar rakyat di Jl. K.H. Samanhudi. Adanya kegiatan inilah mejadikan makam K.H. Samanhudi mulai terangkat dan dikenal oleh maasyarakat. Sampai terdengar oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, kemudian muncul wacana pemindahan makam K.H. Samanhudi pada tahun 2013 oleh Pemkab Sukoharjo ke Taman Makam Pahlawan yang berada di Bekonang Sukoharjo. Hal tersebut tidak disetujui oleh pihak keluarga karena dirasa akan merusak dan memisahkan makam K.H. Samanhudi dengan makam kedua orangtuanya yang bertentangan dengan wasiat K.H. Samanhudi. (Wawancara : Suwardi S.pd, 25 April 2016) Gambar 8 Foto penjaga makam K.H Samanhudi. Dari kiri Ibu Rosa, Ibu Murwani, dan Ibu Darsi. (Sumber: dokumentasi pribadi 25 April 2016) Pengelolaan pada keluarga diserahkan kepada masyarakat sekitar dengan dibantu Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dan pemerintah Kota Solo. Pengelolaan

3 29 pemerintah Kota Solo dilakukan melalui LPMK kelurahan Sondakan yang di ketuai oleh bapak Suwardi. LPMK berkerjasama dengan POKDARWIS (kelompok sadar wisata) yang di pimpin oleh Andri Albicia Hamzah, yang berperan sebagai pengelola dan pengembang Makam K.H. Samanhudi untuk menjadi salah satu wisata religi di Kota Solo. Hal tersebut bertujuan guna mensinergikan pandangan dari pihak keluarga serta keinginan masyarakat untuk mengenalkan tokoh K.H Samanhudi sebagai ikon Kampung Batik Laweyan. Sementara itu untuk penjagaan kebrsihan, perawatan dan kuncen di serahkan kepada ibu Murwani sekeluarga. (Wawancara : Suwardi S.Pd, 25 April 2016) Struktur 1 Struktur pengelolaan makam K.H. Samanhudi. Gambar 9. (Observasi : 25 April 2016) Peran pemerintah Sukoharjo dalam pengelolaan makam K.H. Samanhudi dengan membantu pihak keluarga dalam perawatan dan renovasi makam karena komplek makam K.H. Samanhudi berada dalam kawasan Pemkab Sukoharjo. Makam K.H. Samanhudi di renovasi pada tahun 2014 dengan dipasangnya

4 30 cungkup pada bagian atas makam untuk kenyamanan setiap orang yang berziarah, atas usulan dari pemerintah kabupaten Sukoharjo sebagai pemangku kebijakan di wilayah Banaran. Pemkab Sukoharjo merasa komplek makam Samanhudi adalah bagian asset penting pemerintah dalam hal ini makam tokoh/pahlawan pergerakan nasional Indonesia. Pihak pemerintah hanya akan membantu untuk masalah perawatan dan renovasi yang di perlukan saja guna mempercantik kondisi makam K.H. Samanhudi yang langsung diberikan pada penjaga makam. (Wawancara : Murwani, 28 April 2016) B. Potensi Komplek Makam K.H. Samanhudi melalui Analisis 4A Potensi pengembangan suatu destinasi pariwisata dapat dikaji melalui keterkaitan pendekatan analisis 4A yaitu bentuk daya tarik (atraksi), bentuk kemudahan untuk memperlancar perjalanan (aksesibilitas), semu bentuk fasilits dan pelayanan (amenias), dan kelembagaan (anseleri). Analisis 4A dari potensi komplek makam K.H. Samanhudi adalah sebagai berikut: 1. Atraksi dan Aktivitas Atraksi merupakan daya tarik dari suatu obyek wisata atau hasil kesenian suatu daerah yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata tersebut. Makam K.H. Samanhudi memiliki daya tarik dalam riwayat hidup K.H Samanhudi sendiri yang sangat berjasa baik untuk masyarakat pada masa itu dan juga sebagai tokoh pelopor dari adanya pergerakan nasional yang di kenal sebagai kiyai yang berpedoman pada keislaman. Di kawasan sekitar makam K.H.

5 31 Samanhudi masih dapat dilihat banyak pengusaha batik yang menjalankan usaha tersebut yang di pelopori oleh keluarga K.H. Samanhudi sehingga beliau juga di kenal sebagai tokoh pengusaha yang sukses pada masa itu sampai saat ini. Maka akan terasa kurang jika tidak singgah sejenak ke kawasan kmpung batik Laweyan untuk napak tilas budaya dan sejarah yang ada di kota solo yang dikenal sebagai the spirit of java. (Wawancara : Suwardi, 24 April 2016). Aktivitas adalah segala sesuatu yang bisa dilakukan di tempat tujuan wisata. Kegiatan yang beraneka ragam bagi wisatawan dapat menyebabkan lama tinggal wisatawan lebih panjang yang dapat meningkatkan pengeluaran wisatawan. Hal itu menimbulkan aktifitas usaha yang dapat dikerjakan oleh penduduk setempat. Aktifitas yang terdapat di Komplek Makam K.H. Samanhudi antara lain : a) Wisatawan Kebanyakan pengunjung yang berkunjung ke Komplek Makam K.H. Samanhudi adalah pelajar serta masyarakat yang kagum akan riwayat hidup K.H Samanhudi baik sebagai tokoh pergerakan nasional maupun sebagai tokoh pelopor pengusaha batik yang sukses. Adapun aktivitas yang dapat dilakukan oleh setiap pengunjung komplek makam K.H. Samanhudi berziarah serta napak tilas budaya yang dapat dilakukan di sekitar komplek makam K.H. Samanhudi. Pengnunjung juga dapat menikmati arsitektur perkampungan Laweyan ketika akan menuju komplek makam K.H. Samanhudi. b) Penduduk Penduduk sekitar sangat mendukung dan menyambut baik dipilihnya tokoh K.H. Samanhudi sebagai ikon Kampung Batik Laweyan para penduduk juga

6 32 mulai mendapat keuntungan dari banyaknya pengunjung yang berdatangan, hal ini dilakukan para penduduk karena mereka dapat berjualan di kawasan yang ramai didatangi orang, serta warga sekitar dapat menjual hasil kerajinan batiknya langsung ke pengunjung, hal ini pula yang membuat pendapatan mereka menjadi meningkat. 2. Aksebilitas Aksebilitas merupakan sarana yang memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai daerah tujuan wisata. Aksebilitas tidak hanya menyangkut kemudahan transportasi bagi wisatawan tetapi juga menyangkut tentang waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke obyek. Aksebilitas menuju makam K.H. Samanhudi dapat dijabarkan antara lain : (Observasi 6 Mei 2016) a) Kondisi Jalan Kondisi jalan menuju makam K.H. Samahudi sudah tergolong bagus hanya saja jalan masuk perkampungan cukup kecil karena letak makam tersebut di tengah perkampungan padat penduduk. Dari jalan raya masuk kedalam gang kurang lebih 300m namun sudah beraspal, jalan tergolong lurus tidak berkelok-kelok dan tidak bergelombang. b) Sarana Transportasi Untuk dapat menuju makam K.H. Samanhudi dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi pribadi maupun transportasi umum. 1. Dari Bandara Propinsi Jawa Tengah mempunyai salah satu bandara internasional di Surakarta (Bandara Adi Sumarmo). Bandara Adi Sumarmo dapat dicapai

7 33 dalam waktu 45 menit penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno- Hatta di Jakarta dan 90 menit penerbangan dari Bandara Internasional Ngurah Rai di Denpasar Bali. 2. Dari Terminal Bus Dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan untuk sampai ke makam K.H. Samanhudi bus Damar Sasongko (biaya Rp.3000,-) arah panggung kemudian berganti bus dengan BST (batik solo trans Rp. 4500,-) atau dengan sedikit berjalan kurang lebih 800m ke halte batik solo trans menuju Laweyan Satu-satunya bus yang bisa digunakan sampai ke Laweyan kemudian turun di kampung batik Laweyan.( Observasi 6 Mei 2016) 3. Dari Stasiun Dibutuhkan waktu sekitar 15 menit dari stasiun Balapan Solo dengan menggunakan Taksi dengan tarif Rp ,-. ( Obsevasi 6 Mei 2016 ). c) Papan Petunjuk

8 34 Gambar 10 Foto papan penunjuk Makam K.H. Samanhudi (Sumber: Dokumentasi pribadi penulis, 25 April 2016) Adanya papan petunjuk menuju makam K.H. Samanhudi di sekitar kampung batik laweyan sudah sedikit membantu wisatawan yang masih belum paham tentang Kota Solo untuk berkunjung makam K.H. Samanhudi, semakin banyak papan petunjuk menambah cara promosi yang efektif khususnya bagi pengunjung yang belum mengetahui makam K.H. Samanhudi saat jalan-jalan di Kabupaten Solo dan tanpa sengaja melihat papan petunjuk obyek wisata makam K.H. Samanhudi di jalan-jalan bisa membuat pengunjung ingin berwisata ke makam K.H. Samanhudi. (Observasi 6 Mei 2016). 3. Amenitas Amenitas adalah fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan pariwisata yang juga ditunjukan untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung.

9 35 Fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di sekitar komplek makam K.H. Samanhudi : a) Akomodasi Hotel-hotel terdekat dan yang berada di sepanjang jalan menuju Pura Sonosewu makam K.H. Samanhudi antara lain : Hotel Malioboro In, Sala View, Hotel Baron Indah, Amaris by aston, Swis Bellin. (Observasi 6 Mei 2016). b) Rumah Makan / Warung Terdapat beberapa buah warung sederhana yang terletak di sepanjang jalan menuju makam K.H. Samanhudi, terdapat juga rumah makan yang cukup besar di sebelah selatan makam K.H. Samanhudi kurang lebih berjarak sekitar 300m (Observasi 6 Mei 2016). c) Mushola Ketidak tersedian mushola karena lokasi makam K.H. Samanhudi berada di tengah perkampungan jadi untuk keperluan mushola dapat berjalan sedikit keluar komplek makam akan di jumpai masjid-masjid masyarakat sekitar. (Observasi 6 Mei 2016). d) Jasa Angkutan Tersedia jasa angkut yang bisa mengantar wisatawan menuju ke obyek makam K.H. Samanhudi yang berupa becak namun kebanyakan pengunjung memilih memakai kendaraan pribadi atau berjalan kaki setelah turun dari bus kota. (Observasi 6 Mei 2016). e) Jasa Komunikasi

10 36 Sistem komunikasi di area komplek makam K.H. Samanhudi tidak tersedia, seperti jasa telepon, internet dan kantor pos (Observasi 6 Mei 2016). f) Penerangan Fasilitas penerangan atau jaringan listrik di makam K.H. Samahudi sudah ada dan cukup memadai (Observasi 6 Mei 2015). g) Air Bersih Tidak tersedianya fasilitas air bersih karena di Komplek Makam K.H. Samahudi karena disini tidak terdapat toilet (Observasi 6 Mei 2016) h) Area Parkir Di Komplek Makam K.H. Samanhudi area parkirnya belum tersedia,hal ini dikarenakan lokasi Kompek Makam K.H Samanhudi berada di tengah perkampungan sehingga untuk parkir kendaraan kecil atau motor dapat di sepanjang jalan masuk Komplek Makam K.H. Samanhudi sementra untuk kedaraan besar hanya dapat parkir di pinggir jalan raya sebelum masuk perkampungan Laweyan.(Observasi 6 Mei 2016). i) Jasa Pemandu Jasa pemandu di Komplek Makam K.H. Samanhudi adalah kuncen yang sekaligus sebagai penjaga komplek makam (Observasi 6 Mei 2016). j) Papan Keterangan Obyek Adanya papan keterangan obyek membuat pengunjung lebih mudah mengenali obyek ini (Observasi 6 Mei 2015). k) Souvenier Shop (toko cinderamata)

11 37 Adanya souvernir shop (took cinderamata) yang banyak berada disekitar Komplek Makam K.H. Samahudi membuat wisatawan semakin tertarik untuk menjungi obyek ini, dan lagi K.H. Samanhudi adalah tokoh pengusaha batik yang sukses dan di segani sehingga tidak salah jika sampai saat ini kampung Batik yang ada di Kawasan ini yang lebih dikenal sebagai Kampung Batik Laweyan yang memiliki banyak galeri dan souvenir shop menjual batik baik dari sekala rumahn sampai industri besar. (Observasi 6 Mei 2015). 4. Anseleri Anseleri adalah kelembagaan dan kepemilikan serta pengelolaan yang berkaitan dengan destinasi atau obyek wisata. Kelembagaan yang baik dan benar akan menjadikan suatu obyek wisata menjadi lebih maju dan berkembang serta akan memberi kepuasan terhadap setiap pengunjung yang berkunjung di obyek wisata tersebut. Pada makam K.H. Samanhudi ada 3 kelembagaan yang ikut berperan dalam pengelolaan komplek makam K.H. Samanhudi. Anseleri atau kelembagaan yang terdapat di Komplek Makam K.H. Samanhudi antara lain : a) Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo disini berperan dalam perawatan dan penjagaan makam K.H. Samanhudi karena komplek makam K.H. Samanhudi berada di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Sehingga sudah barang tentu Pemkab Sukoharjo menganggap bahwa makam tersebut merupakan asset penting karena K.H. Samanhudi merupakan salah satu Pahlawan Nasional.

12 38 b) Pemerintah Kota Solo. Pemerintah Kota Solo ikut andil dalam pengelolaan dan pengembangan makam K.H. Samanhudi. Pengelolaan terseut tidak secara langsung melainkan melalui LPMK yang dibantu oleh POKDARWIS Sondakan selaku kelurahan dimana Kampung Batik Laweyan serta peninggalan K.H Samanhudi berada. Selain itu kepemilikan tanah dari makam K.H. Samanhudi itu sendiri masih milik pribadi atau keluarga sehingga pihak keluarga mempercayakan pengelolaan makam tersebut kepada msyarakat sekitar Kelurahan Sondakan. Guna mengembangkan serta peninggalan Samanhudi menjadi salah satu tujuan wisata di Kota Solo maka pemerintah membantu pengembangan makam melalui kegiatan Napak Budaya Samanhudi dan perawatan Museum Samanhudi yang kini berada di Kelurahan Sondakan. Bantuan tersebut berupa dana perawatan dan bantuan penyelenggarakan kegiatan Napak Budaya Samanhudi guna memprosikan K.H. Samanhudi dan Kampung Batik Laweyan.

13 39 C. Kegiatan Yang Berkaitan Dengan Makam K.H. Samanhudi. Gambar 11 Foto kegiatan Napak Budaya Samanhudi. (Sumber: dokumentasi Kelurahan Sondakan, 15 Juni 2016) Keberadaan makam K.H. Samanhudi di kawasan Laweyan, dan nama besar seorang tokoh perjuangan pergerakan nasional menjadi ketertarikan ketua LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) Sondakan, bapak Suwardi,Spd menjadikan K.H. Samanhudi sebagai ikon untuk mempromosikan dan mengangkat kembali kawasan Laweyan dengan Pariwisata. Pada tahun 2009/2010 muncul wacana dari ketua LPMK Sondakan yang merasa bahwa di kawasan Solo khususnya wilayah Barat, daya tarik wisatanya dimiliki oleh Laweyan yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Sondakan. Hal itu tidak lepas dari kepopuleran Kampung Laweyan yang terkenal dengan kampung pengrajin batik sejak Namun hal tersebut dirasa masih kurang karena tidak adanya tokoh sebagai ikon Kampung Laweyan yang termasuk ke wilayah Sondakan. Maka pada tahun 2011 dipilihlah tokoh Samanhudi sebagai ikon wilayah

14 40 Sondakan khususnya Laweyan. Hal itu sempat menimbulkan pro dan kontra karena makam K.H Samanhudi berada di Banaran, Grogol, Sukoharjo. Namun hal itu dapat dimaklumi dengan adanya bukti-bukti sejarah dan peninggalan K.H. Samanhudi yang sebagian besar berada di Kampung Laweyan, Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Pada 28 Desember 2011 akhirnya terselengaralah acara Napak Tilas Budaya K.H. Samanhudi yang pertama sekaligus sebagai acara memperingati wafatnya. Acara tersebut bertujuan untuk memperkenalakan kembali tokoh K.H. Samanhudi yang dirasa belum dikenal oleh sebagian masyarakat khususnya di Solo dan Sekitarnya. Acara tersebut bertemakan pasar rakyat, guna membantu memberdayakan masyarakat sekitar. Acara berlangsung selama 4 hari, pameran produk barang buatan warga sekitar di depan Kelurahan Sondakan Jalan K.H Samanhudi, renungan di pasar jongke, pentas seni lokal, ziarah makam K.H. Samanhudi di Banaran, Grogol, Sukoharjo. Tahun 2014 lalu, untuk ke-empat kalinya warga Sondakan mengadakan Napak Budaya Samanhudi dengan maksud mengenang dan mengingatkan kembali jasa-jasa Haji Samanhudi kepada generasi muda. Event berlangsung selama tiga hari, hari pertama ziarah ke makam Samanhudi, kemudian sarasehan di hari kedua, diakhiri dengan kirab pada hari terakhir. Gunungan diarak, perwakilan dari setiap RT dan RW yang berkreasi dengan batik, potrait Samanhudi dibawa mengeliling kelurahan Sondakan dan Laweyan. Itulah kemeriahan Napak Budaya Samanhudi yang diadakan oleh Kelurahan Sondakan.

15 41 Sayangnya belum memiliki kepastian tanggal penyelenggaraan setiap tahunnya sehingga menyulitkan wisatawan yang tertarik menghadirinya. Gambar 12 Gambar pamflet Event Napak Budaya Samanhoedi tahun 2015 (Sumber: dokumentasi pribadi 25 April 2016) Pada 2015 acara Napak Budaya Samanhudi masuk kedalam kalender event kota Solo. Pada waktu itu LPMK Sondakan berkerja sama dengan POKDARWIS (kelompok sadar wisata) Sondakan dalam penyelenggarakan acara. Acara tersebut diikuti kurang lebih 200 orang yang berziarah di Makam Kyai Haji Samanhudi. Acara ini telah menjadi agenda tahunan Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Rencana untuk tahun 2016 akan diselenggarakan antara tanggal September (Wawancara : Suwardi Spd, 22 April 2016)

16 42 Pada tahun 2012 Lebih dari 25 gunungan dikirab mengelilingi Kelurahan Sondakan, Laweyan, Solo, Jumat (18/5) pukul WIB. Puluhan gunungan tersebut dikirab bersama sekitar peserta yang menampilkan potensi-potensi Kelurahan Sondakan dan ketokohan sosok Samanhudi. Ketua Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Kelurahan Sondakan, Albicia Hamzah mengatakan, kirab Napak Budaya Samanhudi (NBS) 2012 ini merupakan yang keduakalinya. Berbeda dengan kirab tahun lali, NBS 2012 kali ini sekaligus momen membuka dan memindahkan Museum Samanhudi ke Kelurahan Sondakan, yang sebelumnya berada di Laweyan. Rute kirab itu sendiri dimulai dari Museum Samanhudi, Perempatan Lumbung Batik, Jalan Agus Salim Pertigaan Pasar Jongke, Pasar Kabangan, Jl Perintis Kemerdekaan, Perempatan Solo Center Point (SCP) Pertigaan Stasiun Purwosari menuju ke selatan Jl Agus Salim Perempatan Lumbung Batik Museum Samanhudi. (Sumber : Harian Solopos, 27 Juli 2016) Pada tahun 2013 Delapan gunungan terpajang rapi di depan Kelurahan Sondakan, Jl. KH. Samanhudi, Laweyan, Sabtu (5/10/2013). Gunungan yang bahan bakunya dari hasil bumi ini diarak warga Sondakan dalam rangka karnaval memeriahkan Napak Budaya Samanhudi (NBS) 2013 untuk kali ketiga. Karnaval NBS mengambil rute kirab dimulai di Jl. KH Samanhudi, Jl. Agus Salim Jl Dr. Rajiman, Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. Slamet Riyadi, Jl. Transito dan berakhir di depan Kantor Kelurahan Sondakan. Karnaval yang dimeriahkan 45 kelompok itu terlihat sangat meriah. Sekitar 1500-an peserta yang terdiri dari institusi pendidikan, kelompok seniman dan warga Sondakan

17 43 berkumpul dalam nuansa kebersamaan. Para peserta kirab memakai pakaian yang berbeda. Mereka berunjuk keterampilan masing-masing kelompoknya. Gamelan yang bertalu sepanjang perjalanan kirab itu menyita perhatian pengguna jalan yang melintasi rute kirab tersebut. (Sumber : Harian Solopos, 27 Juli 2016) D. Potensi Makam K.H. Samanhudi Setelah Dikelola Saat ini sudah banyak orang mengetahui akan K.H. Samanhudi sebagai tokoh sejarah dan Pahlawan Nasional. Di kawasan Laweyan banyak peninggalan sejaraha yang berkaitan dengan K.H. Samanhudi. Selain keberadaan makam K.H. Samanhudi Di Laweyan terdapat pula Museum Samanhudi dan rumah pahlawan yang diberian kepada keluarga K.H. Samanhudi. Keterkaitan tokoh K.H. Samanhudi dan sejarah panjang Kampung Laweyan membuat masyarakat Laweyan menyelenggarakan kegiatan Napak Budaya Samanhudi sebagai media mempromosikan Kampung Laweyan dan Makam K.H. Samanhudi sebagai obyek wisata sejarah sekaligus religi di Kota Solo. E. Kendala yang Dihadapi Dalam Pengelolaan Makam K.H. Samanhudi Makam K.H. Samanhudi dikelola oleh pihak keluarga karena tanah dari makam K.H. Samanhudi adalah milik keluarga sehingga pengelolaan makam Samanhudi masih dipegang oleh keluarga Samanhudi. Guna mempermudah pengelolaan makam tersebut dalam perawatan pihak keluarga mempercayakan pengelolaan masyrakat sekitar yang tergabung dalam POKDARWIS yang berkerja sama dengan LPMK kelurahan Sondakan Karena pihak keluarga K.H. Samanhudi terpisah-pisah, maka makam pengelolaan makam K.H. Samanhudi.

18 44 Ditunjuklah keluarga ibu Murwani sebagai penjaga perawat sekaligus kuncen di makam tersebut. Setelah tahun 2014 pemerintah mulai membantu dalam pemeliharaan makam K.H. Samanhudi. Makam K.H. Samanhudi direnovasi dengan dana bantuan dari Pemkab Sukoharjo, pemerintah berharap dengan direnovasinya makam tersebut akan membuat pengunjung menjadi lebih nyaman untuk berkunjung di makam K.H. Samanhudi. Namun dalam perkembanganya makam K.H. Samanhudi hanya di bersihkan setelah pemberian dana pemeliharaan dan anjuran dari pemerintah dan ketika akan ada kunjungan dari pemerintah/pejabat yang akan berziarah ke makam K.H. Samanhudi, serta adanya kegiatan di makam K.H. Samanhudi. Pengelolaan yang dilakukan masih terbilang masih sangat kurang, hal itu dapat dilihat dari upaya-upaya perawatan yang hanya dilakukan pada waktu tertentu sebagai contoh pada saat hari pahlawan dan saat akan ada kunjungan dari pejabat pemerintahan. Perhatian dari keluarga juga sangat kurang dengan tidak adanya buku pengunjung untuk para peziarah yang pernah berkunjung ke makam K.H. Samanhudi sehingga semua hal-hal yang berkaitan dengan data pengunjung makam K.H. Samanhudi hanya diingat oleh Murwani. Kurangnya perhatian oleh pihak keluarga juga sangat terlihat dengan tidak disediakanya buku tamu dan uang lelah sebagai ganti jasa dalam perawatan dan pengelolaan makam K.H. Samanhudi. Pengelolaan yang belum meyeluruh dan masih berdasarkan pada kepentingan masing-masing menjadikan makam K.H. Samanhudi masih belum

19 45 maksimal dalam pengelolaan. Koordinasi antara pihak keluarga dengan pemerintah belum terlihat adanya kesadaran untuk menjaga dan merawat makam tersebut, sehingga yang melakukan perawatan adalah masyarakat sekitar melalui POKDARWIS yang berada di Kelurahan Sondakan dengan berkerja sama dengan LPMK. Hal itu dilakukan karena warga sekitar mempunyai kebanggaan tersendiri untuk merawat makam seorang tokoh yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar dan bangsa Indonesia.

20 46

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. dampak terbengkalainya makam K.H. Samanhudi. Pengelola makam dalam hal ini

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. dampak terbengkalainya makam K.H. Samanhudi. Pengelola makam dalam hal ini BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pengelolaan di Makam K.H. Samanhudi masih terbilang sederhana dan alakadarnya yang dilakukan keluarga, serta masih kurangnya kesadaran rasa tanggungjawab dari pihak keluarga,

Lebih terperinci

POTENSI DAN PENGELOLAAN MAKAM K.H SAMANHUDI SEBAGAI WISATA RELIGI DI KOTA SOLO

POTENSI DAN PENGELOLAAN MAKAM K.H SAMANHUDI SEBAGAI WISATA RELIGI DI KOTA SOLO POTENSI DAN PENGELOLAAN MAKAM K.H SAMANHUDI SEBAGAI WISATA RELIGI DI KOTA SOLO LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan melakukan review dan menyimpulkan semua hal terkait dengan hasil jawaban dari 50 responden yang diteliti terkait penilaian responden terhadap atribut pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN 5.1 Analisis Sektor Kawasan 5.1.1 Analisis Sarana dan Prasarana 1. Analisis jaringan jalan Sarana transportasi merupakan sarana umum yang sangat penting untuk masyarakat.

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban,

C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban, ` Kartasura, terminal tipe C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban, terminal Tawangsari dan Sub terminal Sukoharjo. Sumber: Analisis Gambar 5.143. Peta Lokasi Titik Terminal Secara umum gambaran

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN BRANDING DESA WISATA SONDAKAN KOTA SURAKARTA.

PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN BRANDING DESA WISATA SONDAKAN KOTA SURAKARTA. PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN BRANDING DESA WISATA SONDAKAN KOTA SURAKARTA 1 Andre N. Rahmanto, 2 Susantiningrum, 3 Chairul Huda Atma D 1,2 Prodi PAP FKIP UNS 3 Prodi Magister Pendidikan Ekonomi UNS Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengembangkan sektor pariwisata, hal ini dilihat dari pertumbuhan sektor pariwisata yang tumbuh pesat. Dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Istimewa (DIY) dikenal akan kekayaan pesona alam dan budaya. Provinsi DIY merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal tidak hanya di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II K.H. SAMANHUDI, MAKAM DAN PENGELOLAAN SEBAGAI IKON KAMPUNG LAWEYAN. A. K.H. Samanhudi Sebagai Tokoh Pengusaha Batik yang Sukses

BAB II K.H. SAMANHUDI, MAKAM DAN PENGELOLAAN SEBAGAI IKON KAMPUNG LAWEYAN. A. K.H. Samanhudi Sebagai Tokoh Pengusaha Batik yang Sukses 14 BAB II K.H. SAMANHUDI, MAKAM DAN PENGELOLAAN SEBAGAI IKON KAMPUNG LAWEYAN A. K.H. Samanhudi Sebagai Tokoh Pengusaha Batik yang Sukses Di Kota Solo, Jawa Tengah, terdapat sebuah kecamatan yang bernama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo adalah kota budaya, kota ini terletak di bagian timur provinsi Jawa Tengah. Kota yang sampai sekarang masih kental dengan budaya yang semakin lama semakin

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BELANJA DI TAMAN PANCASILA DAN ALUN - ALUN KARANGANYAR. A. Potensi Dan Daya Tarik Wisata Belanja

BAB III PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BELANJA DI TAMAN PANCASILA DAN ALUN - ALUN KARANGANYAR. A. Potensi Dan Daya Tarik Wisata Belanja BAB III PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BELANJA DI TAMAN PANCASILA DAN ALUN - ALUN KARANGANYAR A. Potensi Dan Daya Tarik Wisata Belanja Dalam melakukan penelitian ini, untuk mengetahui potensi yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari

LAMPIRAN. 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari LAMPIRAN 1. Lampiran I Brosur Paket Wisata Desa Wisata Pentingsari 2. Lampiran II Brosur Rincian Biaya dan Kegiatan Desa Wisata Pentingsari 3. Lampiran III Kuesioner BAGIAN 1: CHECKLIST OBYEK SITUASI DESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) LAMPIRAN 115 116 Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) 1. Mesjid Laweyan Cikal bakal budaya dan sejarah laweyan dan Surakarta Sejarah Kerajaan Pajang yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Hal ini terwujud seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan Peningkatan kualitas lingkungan (prinsip pembangunan berwawasan lingkungan) Pelayanan Terhadap Masyarakat (perbaikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Rawabogo mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisaya maka dapat di tarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sragen Convention Centre Untuk menjabarkan mengenai pengertian judul di atas maka kalimat judul dapat diuraikan berdasarkan pengertian dari kamus besar bahasa indonesia

Lebih terperinci

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kriteria desain arsitektur yang sesuai untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan Setelah mengkaji desa labang secara keseluruhan dan melihat teori -teori pengembangan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terkenal di Indonesia. Hampir setiap tahun mengalami peningkatan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. terkenal di Indonesia. Hampir setiap tahun mengalami peningkatan jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup terkenal di Indonesia. Hampir setiap tahun mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kota besar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan adalah kota Yogyakarta. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan banyaknya aset wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paket-paket wisata laris di pasaran. Berbagai jenis produk wisata pun ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. paket-paket wisata laris di pasaran. Berbagai jenis produk wisata pun ditawarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pariwisata saat ini tidak terlepas dari kehidupan manusia, bahkan sudah menjadi kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi. Permintaan akan wisata menyebabkan paket-paket

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya melalui penilaian posisi perkembangan dan faktor - faktor yang mempengaruhinya maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D 605 199 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA Diajukan oleh : ARDHANA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dilakukan oleh pihak pengelola Agrowisata Gondang Winangoen. Mengelola

BAB IV PENUTUP. dilakukan oleh pihak pengelola Agrowisata Gondang Winangoen. Mengelola BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Unsur-unsur destinasi wisata yang ada dalam suatu tempat tujuan wisata merupakan salah satu tolak ukur pengelolaan sebuah destinasi wisata. Semakin lengkap unsur destinasi wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah City walk adalah trotoar untuk pejalan kaki yang didesain unik dan menarik ditengah kota. Pada tahun 2012 ini beberapa kota besar di Indonesia sedang berlomba

Lebih terperinci

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB VI INFRASTRUKTUR BAB VI INFRASTRUKTUR Sarana dan prasarana fisik dasar yang baik dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan sektor lainnya. Ketersediaan dengan kualitas yang baik tentunya dapat mendorong dan memperlancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risha Ramadhita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risha Ramadhita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah kegiatan perjalanan dengan tujuan untuk mendapatkan kesenangan atau kenikmatan, mengetahui sesuatu, menunaikan tugas ataupun berziarah. Pariwisata

Lebih terperinci

1 Januari :55 wib Solo Sukses Gelar Car Free Night Pertama se Indonesia

1 Januari :55 wib Solo Sukses Gelar Car Free Night Pertama se Indonesia 1 Januari 2012 23:55 wib Solo Sukses Gelar Car Free Night Pertama se Indonesia SOLO, suaramerdeka.com - Sejak Sabtu (31-12-2011) sore hingga Minggu (1-1-2012), sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Solo menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diterapkan nilai-nilai asli

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diterapkan nilai-nilai asli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pariwisata di Indonesia sekarang ini mengalami peningkatan, dengan banyaknya potensi wisata yang dimiliki untuk menarik wisatawan melakukan perjalanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan 236 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif dan verikatif atribut produk pariwisata galeri pengaruhnya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berani mempromosikan diri untuk meningkatan citra dan perekonomian Kota

BAB I PENDAHULUAN. berani mempromosikan diri untuk meningkatan citra dan perekonomian Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang sebagai Ibu Kota Jawa Tengah memiliki daya tarik wisata yang sekarang ini meluncurkan slogan Ayo Wisata ke Semarang yang mulai berani mempromosikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat di Indonesia sudah terlalu nyaman dengan kondisi sekitarnya, termasuk apa saja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat di Indonesia sudah terlalu nyaman dengan kondisi sekitarnya, termasuk apa saja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat di Indonesia sudah terlalu nyaman dengan kondisi sekitarnya, termasuk apa saja yang diakibatkan oleh ulah tangan manusia (Suryadilaga, 2013).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Semarang merupakan salah satu daerah yang kaya akan obyek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, peninggalan sejarah maupun sejarah

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PROMOSI DAN KERJASAMA DINAS PARIWISATA KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SRAGEN

BAB III STRATEGI PROMOSI DAN KERJASAMA DINAS PARIWISATA KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SRAGEN BAB III STRATEGI PROMOSI DAN KERJASAMA DINAS PARIWISATA KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SRAGEN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) A. Strategi Promosi Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan bersejarah. Dilihat dari segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984),

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan bersejarah. Dilihat dari segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laweyan merupakan suatu kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah. Dilihat dari segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984), keberadaan Kampung Laweyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obyek wisata adalah sesuatu yang ada didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat berupa bangunan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut penelitian Citra Pariwisata Indonesia pada tahun 2003, budaya menjadi elemen yang paling menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB IIKAJIAN TEORI...

BAB IIKAJIAN TEORI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 RumusanMasalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempat wisata merupakan salah satu tempat yang biasa dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempat wisata merupakan salah satu tempat yang biasa dimanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat wisata merupakan salah satu tempat yang biasa dimanfaatkan masyarakat untuk melepas penat ketika mereka lelah dalam belajar maupun bekerja. Dimana ketika melakukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera bagian selatan sekaligus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) yang memiliki banyak obyek wisata. Kota Yogyakarta terkenal dengan kebudayaan yang sangat khas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya Kota Surakarta sebagai kota budaya dan pariwisata, diikuti dengan kemajuan pesat khususnya bidang perekonomian membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dusun ini terletak 20 km di sebelah utara pusat Propinsi Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah industri yang memiliki jaringan yang luas. Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil evaluasi pengelolaan Menara Pakaya menunjukkan bahwa pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai dengan indikator pariwisata

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA Aris Baharuddin 1, Maya Kasmita 2, Rudi Salam 3 1 Politeknik Informatika Nasional Makassar 2,3 Universitas Negeri Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang semakin meningkat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang semakin meningkat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang semakin meningkat dengan cepat seiring berjalannya waktu telah memberikan manfaat yang sangat luas dan tanpa disadari telah

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Tua Jakarta dan pengaruhnya terhadap optimalisasi aset tanah dan bangunan milik

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Tua Jakarta dan pengaruhnya terhadap optimalisasi aset tanah dan bangunan milik 88 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis pada bab sebelumnya mengenai penelitian tentang kebijakan revitalisasi Kawasan Kota Tua

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MAKAM KH. SHALEH DARAT DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN WISATA KEAGMAAN DI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS MAKAM KH. SHALEH DARAT DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN WISATA KEAGMAAN DI KOTA SEMARANG BAB IV ANALISIS MAKAM KH. SHALEH DARAT DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN WISATA KEAGMAAN DI KOTA SEMARANG 4.1. Analisis Pengelolaan Wisata Keagamaan Makam KH. Shaleh Darat di Kota Semarang Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri penting dan terbesar di dunia, banyak negara mulai menyadari pentingnya sektor pariwisata ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari suatu konsep wisata yang bertemakan budaya di Indonesia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. mencari suatu konsep wisata yang bertemakan budaya di Indonesia. Seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Hal ini menjadikan negara Indonesia salah satu tujuan wisata budaya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi di kota-kota besar seperti di Yogyakarta. Untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi di kota-kota besar seperti di Yogyakarta. Untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan masalah kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar seperti di Yogyakarta. Untuk mengurangi kemacetan tersebut, diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di Indonesia sudah semakin berkembang. Perkembangan bisnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di Indonesia sudah semakin berkembang. Perkembangan bisnis tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bisnis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dikerjakan oleh perusahaan untuk mencari keuntungan atau nilai tambah. Saat ini perkembangan bisnis di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga terpisah dari satu wilayah dengan wilayah lain. dengan perbedaan itulah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga terpisah dari satu wilayah dengan wilayah lain. dengan perbedaan itulah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara multikultural baik dari adat, budaya, bahasa dan agama serta kepercayaan. Hal itu ada karena Indonesia adalah Negara kepualauan. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang lain seperti: Wisata Edukasi Kampung Coklat, Candi. disekitar kita dengan plat nomor yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang lain seperti: Wisata Edukasi Kampung Coklat, Candi. disekitar kita dengan plat nomor yang berbeda-beda. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Blitar merupakan salah satu daerah tujuan wisata dengan beraneka ragam destinasi wisata yang berada di Jawa Timur. Blitar juga merupakan tempat presiden pertama

Lebih terperinci

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia Pariwisata yang ada di Indonesia berbagai macam cara mengembangkan dunia pariwisata adalah yang berhubungan dengan aspek budaya karena di Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat wisata satu ke tempat wisata lainnya. tersebut menjadikan jalan di Kota Denpasar banyak terjadi kemacetan.

BAB I PENDAHULUAN. tempat wisata satu ke tempat wisata lainnya. tersebut menjadikan jalan di Kota Denpasar banyak terjadi kemacetan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam mendukung berbagai kegiatan, salah satunya kegiatan pariwisata. Peranan transportasi dalam kegiatan pariwisata dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pariwisata sebagai sumber devisa merupakan hal yang diakui di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pariwisata sebagai sumber devisa merupakan hal yang diakui di dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sumber devisa merupakan hal yang diakui di dunia. Tidak sedikit Negara yang mengandalkan pendapatan dari sumber kepariwisataan ini. Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta merupakan kota budaya yang dipadu dengan unsur tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta merupakan salah satu tujuan

Lebih terperinci

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan 5. URUSAN KEPARIWISATAAN Pariwisata merupakan salah satu sektor kegiatan ekonomi yang cukup penting dan mempunyai andil yang besar dalam memacu pembangunan. Perkembangan sektor pariwisata akan membawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan menggambarkan keindahan alam yang beragam serta unik. Kondisi yang demikian mampu menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dapat didefinisikan suatu perjalanan dari suatu tempat menuju tempat lain yang bersifat sementara, biasanya dilakukan oleh orangorang yang ingin

Lebih terperinci