BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan bersejarah. Dilihat dari segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984),
|
|
- Teguh Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laweyan merupakan suatu kawasan sentra industri batik yang unik, spesifik dan bersejarah. Dilihat dari segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984), keberadaan Kampung Laweyan Surakarta sudah ada sejak sebelum tahun 1500 Masehi. Pada masa itu Kampung Laweyan dengan Pasar Laweyan dan Bandar Kabanarannya merupakan pusat perdagangan dan penjualan bahan sandang (lawe) Kerajaan Pajang yang ramai dan strategis (Priyatmono, 2004) dalam Pratomo, et all (2006:93). Sejak diresmikan pada tahun 2004 oleh Pemerintah Kota Surakarta sebagai daerah tujuan wisata dengan nama Kampoeng Batik Laweyan (KBL), KBL terus mengalami peningkatan intensitas kegiatan komersial seperti perdagangan dan pariwisata dengan daya tarik yang sangat besar (Disbudpar Kota Surakarta,2014). Daya tarik itu berupa kekayaan budaya baik yang tangible (bendawi) maupun intangible (non bendawi) serta industri perdagangan batik. Daya tarik tangible meliputi produk batik beserta segala peralatannya, bangunan bersejarah peninggalan budaya maupun rumah-rumah kuno bergaya Indis (Jawa-Eropa) milik para saudagar batik. Sedangkan daya tarik intagible meliputi kegiatan budaya, kegiatan membatik, dan kegiatan sosial masyarakat. a. Kampoeng Batik Laweyan (KBL) Laweyan terletak pada wilayah barat daya kota Surakarta memiliki keunikan dan nilai historis yang tinggi. Dimulai dengan adanya kerajaan Pajang, Kampung Laweyan menjadi pusat kekuasaan. Hal ini dapat terlihat dari adanya 1
2 peninggalan sejarah seperti Masjid Laweyan dan Makam Ki Ageng Henis di Kampung Laweyan. Semasa Kerajaan Pajang tahun 1546, Laweyan terkenal sebagai daerah penghasil tenun. Batik di Laweyan baru dikenal semasa Kerajaan Kasunanan Surakarta dan mengalami masa kejayaan di tahun 1960-an. Batik yang diproduksi di Laweyan adalah batik tulis (tradisional) dengan corak yang berbeda dengan batik yang dikembangkan di dalam tembok keraton. Kurang adanya proses regenerasi, sistem manajemen yang kurang bagus serta munculnya produk batik printing di tahun 70-an menyebabkan industri batik di Laweyan mengalami kemerosotan. Batik tradisional (tulis dan cap) tergusur oleh popularitas batik printing. Kondisi ini mengakibatkan industri batik di Laweyan banyak yang gulung tikar (profil FPKBL, 2015). Sebagai langkah strategis untuk melestarikan seni batik dalam era modern ini, Kampoeng Batik Laweyan didesain sebagai kampung batik terpadu dengan memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 Ha. Pengelolaan Kampoeng Batik Laweyan diorientasikan untuk menciptakan suasana wisata dengan konsep rumahku adalah galeriku. Artinya rumah memiliki fungsi ganda sebagai showroom sekaligus rumah produksi batik. b. Daya Tarik Wisata Selain batik, Kampoeng Batik Laweyan memiliki atraksi lainnya sebagai daya tarik wisata yaitu : 1) Arsitektural Ditinjau dari segi arsitektur rumah tinggal, hampir sebagian besar rumah tinggal saudagar batiknya bercirikan arsitektur tradisional khas Laweyan. Atap bangunannya kebanyakan menggunakan atap limasan bukan joglo. Dalam perkembangannya sebagai salah satu usaha untuk lebih mempertegas eksistensinya sebagai kawasan yang spesifik, corak 2
3 bangunan di Laweyan banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa dan Islam, sehingga banyak bermunculan bangunan bergaya arsitektur Indis (Jawa-Eropa) dan model gedong. Masyarakat laweyan itu bukan keturunan bangsawan sehingga bangunan rumah tinggalnya memiliki fasad sederhana berorientasi ke dalam, berpagar tinggi, lengkap dengan lantai bermotif karpet khas Timur Tengah (Wawancara dengan Alpha Fabela Priyatmono pada Mei 2015). Terdapat 80 bangunan berarsitektur Indis berhak milik pribadi para saudagar batik yang diwariskan secara turun temurun (Pratomo, et all, 2006:96). Bangunan-bangunan tersebut dilengkapi dengan pagar tinggi atau beteng yang menyebabkan terbentuknya gang-gang sempit menyerupai labirin yang menjadi ciri khas Laweyan. Terdapat enam situs bangunan kuno di kawasan KBL yang termasuk dalam Benda Cagar Budaya, sebagaimana yang tercantum dalam SK Walikota Surakarta Nomor 646/116/1/1997 tentang Penetapan Bangunan- Bangunan Dan Kawasan Kuno Bersejarah di Kota Surakarta yang dilindungi UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Situs dan bangunan cagar budaya tersebut antara lain : Masjid Laweyan, Langgar Merdeka, Langgar Makmoer, makam Kyai Ageng Henis, bekas Pasar Laweyan, dan bekas Bandar Kabanaran. Usia bangunan di kawasan Kampoeng Batik Laweyan bervariasi, yaitu antara usia 1525 yang tertua sebanyak 1,25% dan usia 1955 yang termuda sebanyak 5%. Mayoritas bangunan di kawasan Kampung Laweyan memiliki usia antara tahun (60%), kondisi ini menunjukkan bahwa bangunan di kawasan Kampung Laweyan termasuk dalam lingkup objek pelestarian (Pratomo, et all, 2006:95). 3
4 2) Spiritual/Budaya Daya tarik spiritual di kawasan Kampoeng Batik Laweyan adalah wisata ziarah ke makam Kyai Ageng Henis, makam Sutowijoyo (Panembahan Senopati), dan makam Jayengrana (Prajurit Untung Suropati). Karawitan dan rebana merupakan jenis kesenian tradisional yang banyak ditemukan di masyarakat Laweyan. Di Kampoeng Batik Laweyan juga terdapat satu tradisi yang merupakan pertemuan rutin warga Laweyan yang biasanya disebut Selawenan. Acara yang diadakan setiap tanggal 25 ini merupakan ajang silaturahmi, diskusi dan promosi yang disertai pentas kesenian tradisional bagi warga. Dengan acara ini, diharapkan sesama warga Laweyan dapat bertemu dengan tokoh masyarakat dan para tamu sehingga dapat lebih mempererat jalinan komunikasi dan persahabatan antar sesamanya. Maksud dari diadakannya tradisi ini adalah agar warga dan para tamu dapat menambah wawasan dan mengetahui sosial budaya dari para narasumber atau tokoh yang berkompeten sekaligus sebagai media promosi KBL. Tidak hanya itu, terdapat juga dialog terbuka dan interaktif sehingga masyarakat yang hadir dapat saling bertukar pikiran untuk mencari solusi dari permasalahan yang timbul di sekitar kawasan KBL (Wawancara dengan Widhiarso pada Desember 2016). 3) Kuliner Kawasan KBL mempunyai kuliner yang dapat menjadi atraksi makanan ringan yang tersedia di warung-warung Laweyan seperti : ledre laweyan, kue leker, kue pronyes (kue yang biasanya disajikan saat hajatan pernikahan), wedang ronde, wedang angsle,dan serabi. 4
5 Di Kawasan ini juga terdapat produsen aneka makanan khas Solo yang dapat dijadikan sebagai buah tangan, seperti : abon, dendeng, ledre ketan, dan apem. 4) Tour de Laweyan Tour de Laweyan merupakan program yang diadakan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) berupa paket wisata by request untuk menjelajah Kampoeng Batik Laweyan (KBL). Kampung Laweyan telah lama menjadi ikon kampung batik di kota Solo. Dibalik nama besarnya sebagai kampung batik ternyata Laweyan juga menyimpan segudang sejarah yang tak kalah menarik untuk dijelajahi. Kampoeng Batik Laweyan telah menjadi saksi perjalanan sejarah lintas generasi sejak era kerajaan pajang, era Samanhudi pada zaman pergerakan nasional yang merupakan pendiri Serekat Dagang Islam (SDI), dan hingga kini tetap bertahan sebagai kampung batik. Masjid Laweyan yang telah eksis sejak tahun 1546 M merupakan saksi sejarah bahwa kerajaan Pajang yang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) pernah berdiri disana. Sungai Jenes juga menjadi saksi bahwa disana pernah menjadi Bandar Kabanaran, yaitu tempat terjadinya aktifitas perdagangan sandang. Keberadaan bunker di KBL pun menjadi daya tarik wisata tersendiri. Loji-loji tua nan megah menjadi saksi bahwa kampung ini pernah melahirkan saudagar-saudagar besar (Fendy-Komunitas Laku Lampah, 2015). Tour de Laweyan menawarkan jelajah kampung kepada wisatawan dengan berjalan kaki maupun menggunakan becak untuk melihat keindahan arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan berupa rumah-rumah berarsitektur Jawa-Eropa dan situs-situs bersejarah, berbelanja produk batik dan melihat bahkan mempraktikkan pembuatan batik dalam pilihan paket-paket wisata yang telah disediakan oleh FPKBL. 5
6 5) Persepsi Masyarakat terhadap Daya Tarik (Atraksi) Wisata Kampoeng Batik Laweyan Berdasarkan kondisi data tarik wisata yang telah dijelaskan diatas, diketahui bahwa daya tarik wisata Kampoeng Batik Laweyan tidak hanya batik. Dengan bantuan Google Form dilakukan proses uji coba awal untuk mengetahui persepsi masyarakat secara umum terhadap kawasan KBL sebagai salah satu tujuan wisata di Kota Surakarta. Tujuannya adalah untuk mengetahui posisi daya tarik arsitektural bangunan peninggalan budaya di kawasan tersebut terhadap daya tarik wisata lainnya, termasuk batik di dalamnya. Dari uji coba tersebut sebanyak 65 orang menjawab batik; sebanyak 9 orang menjawan sejarah dan budayanya; dan sebanyak 6 orang menjawab arsitekturalnya dari total 80 orang. Dari uji coba awal tersebut dapat diketahui bahwa daya tarik wisata arsitektural di KBL kurang dikenal dibandingkan daya tarik wisata batiknya. Oleh karena itu sangat diperlukan kajian atraksi arsitektural terkait potensi bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kerajaan Pajang maupun rumah-rumah bergaya Indis milik para saudagar batik sebagai upaya untuk mendukung pelestarian kawasan serta arahan pengembangan yang akan dilakukan nantinya seperti yang menjadi wacana Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan (FKBL) bahwa Kampoeng Batik Laweyan segera diarah kembangkan sebagai living museum. Terdapat penelitian sejenis dengan fokus penilaian wisatawan mengenai kondisi eksisting produk arsitektural di Kawasan Kotagede untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengembangan wisata arsitektural disamping wisata perak. Sedangkan penelitian dengan judul Persepsi Wisatawan Terhadap Atraksi Arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan difokuskan untuk mengetahui potensi-potensi arsitektural (bangunan 6
7 bergaya Indis, situs-situs bersejarah sebagai destinasi wisata arsitektural dalam sebuah paket wisata berdasarkan persepsi wisatawan. 1.2 Rumusan Masalah Kampoeng Batik Laweyan mempunyai daya tarik batik yang sangat melekat di ingatan masyarakat umum dibandingkan daya tarik lainnya. Akan tetapi, daya tarik selain batik yang salah satunya adalah daya tarik arsitektural kurang dikenal bahkan saat ini cenderung mengalami kerusakan, padahal merupakan bangunan peninggalan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi berstatus cagar budaya di kawasan ini dan berpotensi untuk dikembangkan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: a. Bagaimana persepsi masyarakat umum terhadap daya tarik arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan? b. Potensi arsitektural apa saja yang dapat dikembangkan sebagai atraksi pariwisata? c. Bagaimana persepsi wisatawan mengenai pengembangan atraksi arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan sebagai destinasi wisata arsitektural? 1.4 Tujuan dan Sasaran Penelitian a. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1) Mengetahui persepsi masyarakat umum terhadap daya tarik arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan; 2) Mengidentifikasi potensi arsitektural apa saja yang dapat dikembangkan sebagai atraksi pariwisata; 7
8 3) Mengetahui persepsi wisatawan mengenai pengembangan atraksi arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan sebagai destinasi wisata arsitektural. b. Sasaran Penelitian Adapun sasaran penelitian, yaitu : 1) Mengidentifikasi persepsi masyarakat umum terhadap daya tarik arsitektural jika dibandingkan dengan daya tarik lainnya seperti batik, dan sejarah budaya di Kampoeng Batik Laweyan; 2) Mengidentifikasi potensi arsitektural dalam sebuah paket wisata yang disebut dengan Tour de Laweyan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai atraksi pariwisata; 3) Mengidentifikasi persepsi wisatawan mengenai pengembangan potensi atraksi arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan seperti situs bersejarah peninggalan Kerajaan Pajang dan rumah-rumah bergaya Indis milik para saudagar batik sebagai destinasi pariwisata (wisata arsitektural). 1.5 Manfaat Penelitian a. Secara akademis/keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi kajian destinasi wisata arsitektural dan bagaimana cara melihat persepsi wisatawan terhadap pengembangan pariwisata di lingkungannya serta mampu membantu bagi penilitian-penelitian selanjutnya. b. Secara praktis, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui potensi atraksi arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan sekaligus dapat diimplementasikan ke dalam strategi pengembangan kawasan sebagai upaya mendukung pelestarian kawasan bagi pemerintah daerah dan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL). 8
9 No 1.6 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Penelitian yang Telah Dilakukan Sebelumnya dan Penelitian yang Akan Dilakukan Nama Peneliti Judul Tahun Fokus Lokus 1 Alpha Fabela Priyatmono Studi Kecenderungan Perubahan Morfologi Kawasan Kampung Batik Laweyan 2004 Untuk mengetahui bentuk dan proses terbentuknya KBL dengan menekankan pada analisa evolusi perubahan pemukiman (tradisional) menjadi pemukiman baru Kampoeng Batik Laweyan, Surakarta 2 Bobby Citra Octaviano 3 Yunisa Asrianie 4 Yusnita Aulia N Kualitas Produk Wisata Arsitektural di Kawasan Kotagede, Yogyakarta Potensi Pemukiman Rumah Tradisional Kotagede sebagai Objek Wisata Persepsi Wisatawan Terhadap Atraksi Arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan 2013 Penilaian wisatawan mengenai kondisi eksisting produk arsitektural di Kawasan Kotagede 2016 Mengidentifikasi potensi pemukiman rumah tradisional di Kotagede sebagai objek wisata berbasis masyarakat 2017 Mengkaji potensi atraksi arsitektural di Kampoeng Batik Laweyan berdasarkan persepsi wisatawan sebagai destinasi wisata arsitektural Kotagede, Yogyakarta Kotagede, Yogyakarta Kampoeng Batik Laweyan, Surakarta 9
10 LATAR BELAKANG Kesimpulan & Rekomendasi Anggapan masyarakat umum tentang kondisi daya tarik arsitektural di KBL Google form P1 Batik Keg. Sosial budaya masy. Kampoeng Batik Laweyan Kampung Batik Laweyan (KBL) merupakan kawasan yang unik, spesifik dan bersejarah. KBL tidak hanya memiliki daya tarik batik saja, tetapi juga memiliki banyak bangunan peninggalan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Akan tetapi daya tarik tersebut kurang dikenal dibandingkan daya tarik batik, bahkan cenderung mengalamik kerusakan Studi Iiteratur Arsitektural Tour de Laweyan Observasi Tour de Laweyan Observasi, wawancara Pengamatan potensipotensi arsitektural yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai atraksi pariwisata Observasi Wawancara mendalam P2 - Rute perjalanan saat tour (obyek apa saja) - Pengamatan amenitas & aksesibilitas - Pengamatan something to see, to do & to buy Identifikasi potensipotensi arsitektural yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai atraksi arsitektural Dikaitkan dengan prisipprinsip 3A sebagai sebuah destinasi wisata Tour Percobaan Persepsi wisatawan mengenai potensi atraksi arsitektural di KBL sebagai pengembangan destinasi wisata arsitektural P3 kuisioner Wisatawan Terencana umum Wisatawan terencana berlatar belakang arsitektur Kuisioner Batik; Spiritual, sejarah & budaya; Arsitektural 1.1 Skema Alur Pikir Penelitian 10
IMPLEMENTASI INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION
IMPLEMENTASI INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Implementasi IMC Kampoeng Batik Laweyan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Tahun 2010) SKRIPSI Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut penelitian Citra Pariwisata Indonesia pada tahun 2003, budaya menjadi elemen yang paling menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI
BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau
Lebih terperinciLampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)
LAMPIRAN 115 116 Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) 1. Mesjid Laweyan Cikal bakal budaya dan sejarah laweyan dan Surakarta Sejarah Kerajaan Pajang yang penting bagi
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam membangun sumber daya diberbagai bidang pembangunan. Peran remaja pada usia produktif sangat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang. sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede berjajar toko-toko kerajinan perak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK RAMAH LINGKUNGAN STUDI KASUS KAMPOENG BATIK LAWEYAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK RAMAH LINGKUNGAN STUDI KASUS KAMPOENG BATIK LAWEYAN Alpha Febela Priyatmono Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Kampoeng Batik Laweyan. keputusan. Hasil rangkuman pencarian data adalah sebagai berikut.
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: 1. Tinjauan literatur : pencarian data melalui buku, catatan, artikel baik di koran, majalah, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang perekonomian negara dan masyarakatnya. Saat ini pariwisata dipercaya sebagai salah satu solusi
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN
BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan hasil kerajinan yang memiliki nilai seni yang tinggi. Batik Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda. Saat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh UNESCO 2 Oktober 2009 di Abu Dabi, tentu saja meningkatkan citra
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dikukuhkannya batik (tradisional) sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO 2 Oktober 2009 di Abu Dabi, tentu saja meningkatkan citra batik di mata dunia
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAMPOENG BATIK LAWEYAN BERBASIS INDUSTRI KREATIF
PENGEMBANGAN KAMPOENG BATIK LAWEYAN BERBASIS INDUSTRI KREATIF Ir. Alpha Febela Priyatmono, MT. Dosen Progdi Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Email : febela2006@yahoo.co.id Abstrak Kota dibentuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata
Lebih terperinci2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan integral pembangunan yang semakin dipertimbangkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Pengaruh pembangunan pariwisata terhadap perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik sudah diakui masyarakat internasional sebagai warisan budaya Indonesia. Selain sebagai karya kreatif yang sudah berkembang sejak jaman dahulu serta sebagai hasil
Lebih terperinciPUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG 1.1. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa bisa dilihat kemajuan
Lebih terperinciMUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG
TA 107 ( Periode April September 2009 ) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PUSAT PERCONTOHAN PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN BATIK DI SURAKARTA SEBAGAI SARANA PELESTARIAN BUDAYA ( KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN)
TUGAS AKHIR PUSAT PERCONTOHAN PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN BATIK DI SURAKARTA SEBAGAI SARANA PELESTARIAN BUDAYA ( KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN) Diajukan sebagai pelengkap dan syarat guna Mengambil Gelar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui tentang : Desain : Kerangka bentuk atau rancangan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata menjadi suatu kebutuhan yang mendominasi kehidupan manusia sekarang ini di era globalisasi. Seseorang yang sibuk akan rutinitas sehari-hari membutuhkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
65 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi dan Analisis Potensi Fisik Kawasan Dilakukan analisis terhadap aspek fisik kawasan untuk mengetahui potensi pengembangan wisata budaya melalui tiga aspek yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbanyak di dunia yang memiliki suku bangsa beragam tersebar di seluruh kepulauan di nusantara. Keragaman budaya telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jogi Morrison, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah museum di Indonesia dapat dikatakan yang paling tua dalam kegiatan mengumpulkan benda-benda aneh dan ilmu pengetahuan, menyimpan dan memamerkannya kepada masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan Desa Wukirsari merupakan salah satu desa sentra kerajinan di Kecamatan Imogiri yang mampu menghasilkan berbagai
Lebih terperinciBAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN
BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN Penerapan konsep magersari pada kawasan permukiman magersari adalah berupa usulan perbaikan terhadap kawasan permukiman magersari, yang menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu ikon pariwisata yang sangat menonjol. Bukan hanya sebagai kota pariwisata, Yogyakarta juga berhasil menyabet predikat
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..
Lebih terperinciPERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D
PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciCiri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan kemajemukan dilihat dari berbagai aspek segi dan dimensi. Dari kemajemukan yang banyak ini, Indonesia mempunyai
Lebih terperinciPUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hasil karya rakyat bangsa yang sampai saat ini masih membuat dunia terkagum-kagum dan bahkan terpesona adalah Batik. Batik merupakan produk budaya Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Solo adalah kota budaya, kota ini terletak di bagian timur provinsi Jawa Tengah. Kota yang sampai sekarang masih kental dengan budaya yang semakin lama semakin
Lebih terperinciPERDA TENTANG KARAKTER KHAS BANGUNAN DAN KAWASAN DIKOTA SOLO oleh: Bimo Hernowo
PERDA TENTANG KARAKTER KHAS BANGUNAN DAN KAWASAN DIKOTA SOLO oleh: Bimo Hernowo Isu tentang diperlukannya Perda tentang ciri khas bangunan di Solo, merupakan sebuah fenomena yang menarik dan wujud perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk berwisata akan terus meningkat sesuai peradabanan era modern. Hal ini disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang padat sehingga orang akan mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada negara berkembang salah satu yang menjadi prioritas utama dalam melaksanakan kegiatan negaranya adalah pembangunan nasional di segala bidang, tidak terkecuali
Lebih terperinciPENATAAN KAWASAN INDUSTRI BATIK DI TRUSMI, CIREBON
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENATAAN KAWASAN INDUSTRI BATIK DI TRUSMI, CIREBON Diajukan Oleh: LIA LISTIYANI 21020111130061 Dosen pembimbing I Ir. Eddy Hermanto, MSA Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang Penataan Kawasan Kampung Jenggot Pekalongan sebagai BAB I PENDAHULUAN Kota Pekalongan secara geografis memiliki posisi yang strategis. Secara geografis dan ekonomis Kota Pekalongan menjadi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR
PENGEMBANGAN PECINAN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA WARISAN BUDAYA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SETEMPAT (LOCAL COMUNITIES) TUGAS AKHIR Oleh: RIYANTO L2D000451 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN POTENSI KAMPOENG BATIK LAWEYAN SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA
IDENTIFIKASI DAN PENGEMBANGAN POTENSI KAMPOENG BATIK LAWEYAN SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA Tugas Akhir Penelitian Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pascasarjana Magister Manajemen
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 IdePerancangan Ide perancangan muncul karena melihat potensi kebudayaan di Madura yang memiliki tempat yang kurang layak untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan tersebut.
Lebih terperinciI. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik
Lebih terperinciLandasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul memiliki banyak industri kerajinan yang dapat ditawarkan menjadi objek wisata alternative meliputi bermacam wisata alam, budaya, pendidikan dan lainnya.
Lebih terperinciPUSAT BATIK SURAKARTA HADININGRAT DI LAWEYAN, SURAKARTA
PUSAT BATIK SURAKARTA HADININGRAT DI LAWEYAN, SURAKARTA 1 Sari Saraswati Anisah 2 Agus Dharma Tohjiwa 1 Universitas Gunadarma, sarisaraswati.a@gmail.com 2 Universitas Gunadarma, agus_dh@staff.gunadarma.ac.id
Lebih terperinciSTUDI DESKRIPTIF KUALITATIF KINERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURAKARTA DALAM MENGEMBANGKAN KAMPOENG BATIK LAWEYAN TAHUN
STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF KINERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURAKARTA DALAM MENGEMBANGKAN KAMPOENG BATIK LAWEYAN TAHUN 2007-2008 Disusun Oleh : EMA WULAN ANGGRAINI D. 0105066 SKRIPSI Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
Lebih terperinciSENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul Tugas Akhir ini adalah Sentra Batik Tulis Lasem. Pengertian masing-masing kata dari maksud judul tersebut adalah sebagai berikut: Sentra : Sebuah tempat/pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft) pada selembar kain dengan menggunakan teknik pelapisan lilin secara tradisional. Batik merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang hingga merauke. Oleh karena itu Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya serta
Lebih terperinciTengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai Kabanaran, dibagian timur sungai Premulung, terdapat sebuah pasar yang besar yang termasuk
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing
BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Desa Ledok Sambi merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Sleman, atraksi utama yang ada di desa ini adalah kegiatan outbound dengan konsep XP Learning
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan di daerah tersebut. Tinggi-rendahnya aktivitas perdagangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stabilitas perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari aktivitas perdagangan di daerah tersebut. Tinggi-rendahnya aktivitas perdagangan dapat diketahui dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota pekalongan merupakan kota yang strategis secara geografis. Kota ini juga menjadi pusat jaringan jalan darat yang menghubungkan bagian barat dan timur Pulau Jawa
Lebih terperinci17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN
17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berawal dari Surabaya yang menjadi kota perdagangan tua, banyak sekali pedagang dari berbagai belahan dunia berdagang dan menetap di Surabaya. Di antara para pedagang
Lebih terperinciGEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ANANG MARWANTO NIM
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN KAMPUNG WISATA BATIK KAUMAN DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN
NASKAH PUBLIKASI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN KAMPUNG WISATA BATIK KAUMAN DALAM MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN Karya Ilmiah Diajukan Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Imu Komunikasi Disusun
Lebih terperinciPotensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya
Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya Selain kaya akan sumber daya alam, Indonesia juga termasuk kaya akan keragaman budaya. Beraneka ragam budaya dapat dijumpai di Negara ini. Keragaman budaya tersebut
Lebih terperinciV. KONSEP PENGEMBANGAN
84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya
Lebih terperinciTABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN
TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Kode 1. Meningkatkan
Lebih terperinciKHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :
KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10 NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : 2010 52 047 TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA LINK : http://cicikurn1a.weblog.esaunggul.ac.id UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2013 LATAR BELAKANG YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) No. 38 Tahun 2005, mengamanatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kotagede adalah kawasan yang terletak sekitar 10 kilometer tenggara dari Kota Yogyakarta adalah sentra kerajinan perak yang pernah mengalami masa kejayaannya pada era
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Adapun mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah gejala yang ditimbukan dari perjalanan orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, yang tidak ada hubungannya dengan pencarian nafkah (Yoeti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan
Lebih terperinciI.1 LATAR BELAKANG I.1.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu
Lebih terperinciP E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Bangunan dan kawasan kota adalah artefak-artefak yang penting dalam sejarah perkembangan suatu kota. Mereka kadang-kadang dijaga dan dilestarikan dari penghancuran
Lebih terperinci1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia dan Yogyakarta Kaya akan Budaya Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menelusuri kota Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Kampung Kauman. Kampung Kauman terletak di sebelah barat alun-alun utara kota Yogyakarta, Berada
Lebih terperinciBAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH
BAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH 2.1 Data Primer 2.1.1 Data Konteks A. Wawancara dengan Dinas Pariwisata Kota Pekalongan Wawancara dilakukan dengan Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Surakarta atau yang sering disebut Solo merupakan sebuah kota yang dulunya adalah wilayah jajahan Hindia Belanda dan Jepang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia perkembangan brand fashion cukup pesat, walaupun sempat beberapa tahun yang lalu fashion Indonesia dikuasai dengan kemunculan brand luar negeri. Masyarakat
Lebih terperinciPEREMPUAN LAWEYAN DALAM INDUSTRI BATIK DI SURAKARTA
PEREMPUAN LAWEYAN DALAM INDUSTRI BATIK DI SURAKARTA Tugas Tri Wahyono Suwamo. Yustina Hastrini Nurwanti Taryati penulis, 2014 Desain sampul Setting & Layout Tim Elmatera Tim Elmatera Cetakan Oktober 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari berbagai daerah dan suku bangsa yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke, dan hampir di setiap daerah-daerah terdapat warisan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan berbagai suku dan keunikan alam yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisatawan yang cukup diminati, terbukti
Lebih terperinci