BAB V HASIL DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Perekonomian Indonesia Menurut data Badan Pusat Statistik pada tanggal 5 Pebruari 2014 Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen. Datanya dapat dilihat pada Tabel 5.1. TABEL 5.1 Sumber : Badan Pusat Statistik 70

2 71 Pertumbuhan ekonomi Indonesia sektor keuangan pada tahun 2013 mencapai 7,56 persen sedangkan pada tahun 2014 trwulan II menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tanggal 5 Agustus 2014 naik sebesar 7,63 persen, ini membuktikan bahwa peran sektor keuangan dalam perekonomian sangat krusial. Utamanya dalam penyediaan dana bagi pembiyaan perekonomian (khususnya investasi). Perbankan merupakan salah satu sektor keuangan yang sangat diharapkan berperan aktif dalam pembangunan ekonomi nasional maupun regional. Bank telah menempati posisi sentral dalam perekonomian modern. Hampir seluruh keperluan setiap orang dan segenap lapisan masyarakat dalam kegiatan perekonomian terkait dengan perbankan. Posisinya yang strategis dalam bidang ekonomi terutama berakar pada dua peranan pokok, yakni sebagai lembaga intermediasi atau institusi yang menjembatani pihak yang kelebihan dana (surplus unit) sebagai kreditor dengan pihak yang kekurangan dana (deficit unit) atau debitur serta peran bank sebagai lembaga penyelenggara dan penyedia layanan jasa-jasa di bidang keuangan dan lalu lintas pembayaran. 5.2 Industri Perbankan Bank Indonesia mencatat bahwa stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dengan dukungan ketahanan Industri Perbankan dari berbagai tekanan ekonomi. Pada bulan Oktober 2013 kondisi perbankan Indonesia masih

3 72 terpantau sehat dengan indikator kecukupan modal mencapai 17,89 persen. Sementara itu, pada bulan Agustus 2013 sisi kredit bermasalah terjaga di level 1,99 persen. Dengan pertumbuhan aset sebesar 15,5 persen, industri perbankan masih menjadi indsutri yang diminati oleh para investor. Para investor semakin gencar dana pihak ketigadari nasabah, terutama dalam menyalurkan kredit. Tidak hanya Bank-bank umum, Bank Pembangunan Daerah, dan Bank Syariah pun semakin menunjukkan eksistensinya dalam persaingan perbankan nasional. Menurut data Bank Indonesia pada triwulan II tahun 2014 ketahan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit kredit, likuiditas dan pasar cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Pada akhir triwulan II 2014, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih tinggi sebesar 19,40%, jauh di atas ketentuan minimum 8% sedangkan rasio kredit bermasalah (Noan Performing Loan/NPL) tetap rendah dan stabil dikisaran 2%. Sementara itu, pertumbuhan kredit kepada sektor swasta melambat menjadi 16,6% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan diakhir triwulan I 2014 sebesar 19,1% (yoy), sejalan dengan proses penyesuaian dalam perekonomian. Kondisi likuiditas baik dalam perekonomian maupun perbankan pada triwulan II 2014 relatif terjaga, tercermin pada Dana Pihak

4 73 Ketiga (DPK) yang meningkat masing-masing 13,1% (yoy), serta relatif stabilnya suku bunga pasar uang. Pasar modal pada triwulan II 2014 dan Juli 2014 juga membaik, tercermin pada Indkes Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada dalam tren meningkat mencapai level Rp4.878,58 (30 Juni 2014) atau naik 2,3% (yoy) dibandingkan triwulan I 2014 sebesar Rp4.768,28 (28 Maret 2014). Penguatan IHSG dipicu oleh inflasi yang terkendali serta optimisme terhadap perbaikan corporate earnings. 5.3 Kinerja Keuangan Bank BTN dan Mandiri PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Sepanjang tahun 2013, BTN berhasil menunjukkan kinerja positif. Hal ini ditandai dengan peningkatan laba bersih menjadi Rp1,56 triliun dibandingkan dengan perolehan laba tahun 2012 sebesar Rp1,36 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) atau total simpanan tumbuh 19,23 persen menjadi Rp96,21 triliun dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar Rp80,69 triliun, sementara Noan Performing Loan (NPL) net turun menjadi 3,04 persen dibandingkan tahun 2012 sebesar 3,12 persen. Sedangkan rasio NPL (Non Performing Loan) Gross pada tahun 2013, kualitas aset dinilai sangat baik dengan trend NPL menurun tipis dari 4,09 persen pada tahun 2012 menjadi 4,05 persen pada tahun 2013.

5 74 Ekuitas/ Modal pada tahun 2012 sebesar 10,28 triliun naik menjadi 11,58 triliun pada tahun Earning Per Share Rp148 pada tahun 2012 dan Sedangkan CAR BTN 17,69 persen pada tahun 2012 turun menjadi 15,62 persen tahun Secara umum, kondisi permodalan BTN tergolong cukup kuat. NIM (Net Interest Margin) BTN cendrung menurun dan dinilai baik, yakni 5,83 persen pada tahun 2012 turun sebesar 5,77 persen tahun ROE tahun ,23 persen turun sebesar 16,05 persen, ini mencerminkan efektifitas permodalan BTN dalam menciptakan laba masih sangat optimal. ROA BTN tahun 2012 sebesar 1,94 persen turun sebesar 1,79 persen tahun Sedangkan pada LDR (Loan to Deposit Ratio) tahun 2012 sebesar 100,90 persen naik sebesar 104,42 persen pada tahun Secara umum kondisi permodalan BTN pada tahun 2013 tergolong kuat dengan level quality CAR berada diatas ketentuan minimum Bank Indonesia dengan didukung oleh porsi 1 capital yang berada di atas level 80 persen. Kinerja keuangan BTN pada tahun 2013 cukup baik, konsentrasi di bidang kredit perumahan sangat membantu dalam peningkatan laba di tahun tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.2.

6 75 Tabel 5.2 Kinerja Keuangan BTN Tahun (dalam triliun rupiah) Uraian Total Aset Total Pinjaman dan Pembiayaan Total Simpanan Ekuitas/Modal Laba Bersih EPS CAR 17.69% 15.62% NPL (Gross) 4.09% 4.05% NPL (Net) 3.12% 3.04% Net Interest Margin 5.83% 5.44% ROE 18.23% 16.05% ROA 1.94% 1.79% LDR % % Sumber : Laporan Keuangan BTN PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Pada tahun 2013 Bank Mandiri mencatat pertumbuhan laba sebesar 18,83 triliun diandingkan tahun 2012 sebesar 16,04 triliun. Sedangkan total aset 635,62 triliun tahun 2012 naik sebesar 733,10 triliun di tahun Total pinjaman, pembiayaan dan simpanan masing-masing sebesar 388,83 triliun dan 482,91 triliun pada tahun 2012 naik menjadi 472,44 triliun dan 556,34 triliun di tahun Sisi ekuitas/modal sebesar 75,76 triliun tahun 2012 naik sebesar 88,79

7 76 tahun Sedangkan Earning Per Share mencapai Rp naik sebesar Rp780,16 per lembar saham. CAR (Capital Adequacy Ratio) tahun 2012 sebesar 15,48 persen dan 14,93 persen tahun Rasio NPL (Non Performing Loan) Gross sebesar 1,74 persen tahun 2012 turun sebesar 1,60 persen tahun NPL (Non Performing Loan) Net sebesar 0,37 persen sama di tahun 2012 dan NIM (Net Interest Margin) tahun 2012 sebesar 5,68 persen turun sebesar 5,58 persen tahun ROE Mandiri tahun naik tipis 27,23 persen menjadi 27,31 persen. ROE tahun 2013 berada jauh diatas level 7 persen (rata-rata suku bunga deposito), ini mencerminkan efektifitas permodalan Mandiri dalam menciptakan laba sangat optimal. ROA Mandiri stabil dikisaran angka yang sangat baik yaitu 3,55 persen tahun 2012 naik menjadi 3,66 persen tahun Sedangkan pada LDR (Loan to Deposit Ratio) 77,66 persen tahun 2012 naik menjadi 82,97 persen tahun Secara umum kondisi profitabilitas dan efisiensi Mandiri tergolong sangat baik, dan seacara rasio cendrung meningkat yang didukung efisiensi operasional serta struktur dana murah. Pada sisi likuiditas, Mandiri tergolong sangat memadai dilihat dari LDR yang berada dibawah 90 persen dan didukung oleh level of liquid asset yang

8 77 cukup serta peranan Mandiri sebagai net lender interbank. Kinerja keuangan Mandiri dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Kinerja Keuangan Bank Mandiri Tahun (dalam triliun rupiah) Uraian Total Aset Total Pinjaman dan Pembiayaan Total Simpanan Ekuitas/Modal Laba Bersih EPS CAR 15.48% 14.93% NPL (Gross) 1.74% 1.60% NPL (Net) 0.37% 0.37% Net Interest Margin 5.68% 5.58% ROE 27.23% 27.31% ROA 3.55% 3.66% LDR 77.66% 82.97% Sumber : Laporan Keuangan Bank Mandiri Menurut data Bank Indonesia pada semester I tahun 2014 bulan Agustus 2014 CAR BTN mencapai 16,03 persen turun sebesar 0,35 persen dari tahun Penurunan rasio CAR ini dapat dikatakan buruk dan berarti BTN mencadangkan lebih sedikit modalnya untuk mengantisipasi adanya shock serta mengindikasikan bahwa BTN lebih

9 78 agresif dalam berbisnis dan memegang aset-aset berisiko yang lebih banyak. Gross NPL BTN meningkat sebesar 0,38 persen yakni mencapai 5,01 persen dari sebelumnya 4,63 persen. Dapat disimpulkan bahwa NPL yang melebihi 5,01 persen menunjukkan bahwa kemampuan BTN dalam mengelola kredit macet tergolong buruk dalam memberikan persetujuan kredit. Dari segi profitabilitas rasio ROA BTN sebesar 1,53 persen dimana pada semester 1 tahun 2013 senilai 1,58 persen. Penurunan ini dikarenakan adanya penurunan laba komprehensif sebesar 6,89 persen. ROE BTN tumbuh sebesar 10,19 persen. Sedangkan pada sisi Likuiditas Rasio LDR BTN mengalami penurunan sebesar 5,41 persen artinya BTN memiliki likuiditas yang lebih baik meskipun masih diatas 100 persen. Sementara itu, Bank Mandiri memiliki rasio CAR 16,04 persen pada semester I tahun 2014, artinya Bank Mandiri memiliki cadangan modal minimum yang lebih baik untuk mengantisipasi adanya shock. Sementara itu, rasio Gross NPL terlihat bahwa tidak terjadi perubahan dengan tahun 2013, ini menandakan bahwa Bank Mandiri mampu mengendalikan kredit-kredit bermasalah dengan cukup baik dan mampu mempertahankan NPL dibawah 3 persen. Dari segi profitabilitas Bank Mandiri memiliki ROA sebesar 3,48 persen naik 0,01 persen, sedangkan ROE mengalami penurunan

10 79 sebesar 1,11 persen dari 24,49 persen menjadi 25,6 persen. Sementara itu, dari sisi Likuiditas rasio LDR Mandiri mengalami peningkatan sebesar 2,65 persen senilai 85,4 persen. Peningkatan LDR ini berarti Bank Mandiri memiliki likuiditas yang menurun akan tetapi kemampuan Mandiri dalam menyalurkan dana meningkat. 5.4 Kinerja Saham BTN dan Bank Mandiri PT. Bank Tabungan Negara Tbk PT. Bank Tabungan Negara Tbk merupakan bank spesialis kredit perumahan rakyat (KPR) mencatat saham perdananya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 17 Desember Harga saham perdana yang ditetapkan sebesar Rp800 per saham. Jumlah saham yang dikeluarkan sebesar Rp2,36 miliar saham dengan perkiraan dana yang dapat diraih dari nilai Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp1,9 tiliun. Pada takhir tahun 2009 saham BTN ditutup dengan harga Rp807 per saham dan terus mengalami kenaikkan di akhir tahun 2010 ditutup dengan harga Rp1,577 per saham. Akan tetapi pada akhir tahun 2011 saham BTN turun dengan harga penutupan sebesar Rp1,163 per saham. Turunnya saham BTN pada akhir 2011 karena imbas dari suhu ekonomi yang sedang terganggu akibat krisis berkepanjangan di Amerika Serikat dan Eropa. Meskipun turun, kinerja BTN pada tahun

11 cukup baik. Pada tahun 2012 saham BTN kembali naik dengan harga penutupan sebesar Rp1,470 per saham, dan kembali turun pada posisi Rp870 per saham. Anjloknya saham BTN di akhir tahun 2013 dikarenakan adanya tekanan aksi ambil untung investor serta derasnya sentimen negatif yang muncul di pasar. Akan tetapi, secara garis besar kinerja BTN sampai akhir 2013 masih positif dan cukup baik. Gambar 5.1 Harga Saham BTN tahun Sumber : yahoo.finance PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Mandiri Tbk merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia dinilai dari total aset, persero dan pinjaman, telah mencatat saham perdananya di Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta pada pelaksanaan IPO sejumlah 4 (empat) Miliar saham dengan harga

12 81 Rp500 per lembar saham. Pada tahun 2009 saham Mandiri berada pada posisi Rp4,621 per lembar saham. Kemudian di tahun 2010 naik dengan harga penutupan Rp6,391 per lembar saham. Tahun 2011 kembali meningkat di level Rp6,750 per lembar saham. Tahun 2012 ditutup dengan harga Rp7,800 per lembar saham serta di tahun 2013 kembali meningkat di level Rp7,850 per lembar saham. Harga saham Mandiri yang terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan terus berkembangnya bisnis bank Mandiri di sektor keuangan dengan fokus di tiga aspek yaitu fokus bisnis Wholesale Transaction Banking, menjadi bank pilihan nasabah bidang retail deposit serta menjadi market leader dalam segmen pembiayaan ritel sehingga membuat persepsi positif terhadap investor. Gambar 5.2 Harga Saham Mandiri tahun Sumber : yahoo.finance

13 Perbandingan Harga Saham BTN dan Mandiri Sebelum dan sesudah informasi tentang Akuisisi Informasi adanya rencana akuisisi BTN oleh Mandiri di dapat dari Kementerian BUMN melalui Surat Kementerian BUMN Nomor SR-161/MBU/04/2014 tanggal 11 April 2014 tentang rekomendasi perubahan kepemilikan saham yang akan di bahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 21 Mei Sejak awal tahun 2014, harga saham BTN mulai merangkak naik., faktor yang mempengaruhinya adalah kinerja yang cukup baik. Selama ini BTN masih kesulitan likuiditas, tingkat kredit bermasalahnya (Non-Performing Loan/NPL) yang mencapai sekitar 4 persen, jauh lebih tinggi dari rata-rata industri sebesar 1,9 persen. Persoalan yang dihadapi BTN adalah dalam penanganan kredit bermasalah, terutama yang berasal dari kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi. Memasuki tahun 2014, harga saham BTN tercatat masih di level Rp 870 per saham dan mengalami kenaikkan pada tanggal 10 Maret 2014 di level Rp1,165 tepatnya 30 hari sebelum adanya informasi rencana akuisisi oleh pemerintah. Setelah mendengar kabar akan diakuisisi, harga sahamnya naik hingga 61,5 persen pada puncaknya 16 April 2014, yang mencapai Rp per saham. Namun, setelah mencapai puncak harga tertinggi, muncul informasi

14 83 tentang kabar penolakan dari beberapa pihak mengenai rencana akuisisi pada tanggal 17 April 2014 oleh para serikat pekerja BTN yang menolak diakuisisi. Pasar pun langsung merespons menjadikan harga saham BTN mulai turun ke level Rp Akhirnya setelah 30 hari informasi rencana akusisi, harga saham Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk terus turun pada tanggal 12 Mei 2014 ditutup pada harga Rp1,130 per lembar saham, setelah mendengar kabar bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak setuju bank ini diakuisisi oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Disisi lain, Bank Mandiri Tbk sebagai Bank BUMN yang direncanakan sebagai pengakuisisi BTN harga sahamnya berada pada level Rp9,200 per saham pada tanggal 10 Maret 2014 tepatnya 30 hari sebelum informasi tentang rencana akuisisi. Dengan adanya banyak penolakan dan telah diputuskan oleh Presiden SBY pada tanggal 12 Mei 2014 untuk membatalkan rencana akuisisi BTN, saham Mandiri dengan harga penutupan turun di level Rp9,975 per saham dari Rp10,075 per saham pada tanggal 9 mei Naik turunnya saham kedua Bank BUMN ini dikarenakan persepsi investor dan isu di pasar saham yang berkaitan dengan kinerja dan kompetensi dalam bidang perbankan ditanggapi baik itu positif maupun negatif. Berikut gambar 5.3 tentang perbandingan harga saham kedua Bank BUMN tersebut.

15 84 Gambar 5.3 Perbandingan Harga Saham BTN dan Bank Mandiri Periode Maret Mei 2014 Sumber : yahoo.finance Perkembangan saham BBTN dan BMRI tentu tidak terlepas dari perkembangan Indeks Harga Saham gabungan (IHSG). Pada periode Maret sampai Mei 2014, IHSG terus mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan karena respon pasar cukup positif sehingga para investor dan pelaku pasar memberikan dampak positif terhadap perkembangan saham di Indonesia. Berikut gambar pergerakan IHSG dapat dilihat pada gambar 5.4.

16 Data IHSG Periode Maret - Mei 2014 Gambar 5.4 Data IHSG Periode Maret April 2014 Sumber : yahoo.finance.com Data Deskriptif Return Saham, Return Pasar, dan Abnormal Return BTN dan Mandiri Data statistik deksriptif berupa return saham, return pasar dan abnormal return 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah informasi tentang rencana akuisisi BTN oleh Bank Mandiri dapat dilihat pada Tabel 5.4. No Tabel 5.4 Deskripsi Return Saham, Return Pasar, dan Abnormal Return Nama Informasi Return Saham Return Pasar Abnormal Return 2 hari 2 Hari 2 hari 2 Hari 2 hari 2 Hari Rencana Sebelum sesudah Sebelum sesudah Sebelum sesudah Perusahaan Akuisisi Info Akuisisi Info Akuisisi Info Akuisisi Info Akuisisi Info Akuisisi Info Akuisisi 1 BBTN 11-Apr BMRI 11-Apr

17 86 Tabel 5.4 diatas menunjukkan data dari dua perusahaan yaitu BTN dan Bank Mandiri selama 4 hari perdagangan saham yang terbagi atas 2 hari sebelum adanya informasi tentang akuisisi dan 2 hari setelah adanya informasi akuisisi Uji Beda Paired Sample T-test Uji Beda Paired Sample T-test bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan return, antara 2 hari sebelum dan sesudah adanya informasi akuisisi BTN oleh Bank Mandiri. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Rata-rata Abnormal Return 2 hari sebelum dan sesudah adanya informasi tentang rencana akuisisi Perbedaan Abnormal Return t sig Sumber : data diolah dengan SPSS v.20 Dari data di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,323 persen lebih besar dari tingkat signifikan sebesar 0,05 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara abnormal return 2 hari sebelum dan sesudah adanya informasi akuisisi. Kecilnya pengaruh yang signifikan dari hasil pengujian ini karena faktor informasi tentang rencana akuisisi bukanlah sebuah

18 87 kabar yang mengejutkan karena informasi tersebut sudah diketahui oleh pasar. 5.5 Perhitungan Estimasi Nilai Wajar Saham Metode Free Cash Flow to Equity Perhitungan nilai wajar saham PT. Bank Tabungan Negara Tbk dan PT. Bank Mandiri Tbk menggunakan metode Free Cash Flow to Equity cocok digunakan pada penilaian perusahaan perbankan dikarenakan adanya kesulitan dalam menentukan jumlah hutang perusahaan. Dalam melakukan perhitungan nilai wajar saham dilakukan dalam beberapa langkah yaitu melakukan proyeksi laporan keuangan, estimasi tingkat pertumbuhan, menghitung cost of equity dan menghitung free casf flow to equity Penentuan Periode Proyeksi Laporan Keuangan Faktor yang menentukan besaran nilai suatu ekuitas adalah besarnya pendapatan yang akan diterima atas ekuitas tersebut di masa yang akan datang. Dengan demikian, penentuan periode proyeksi akan berpengaruh terhadap nilai ekuitas yang dinilai. Berdasarkan ketentuan Ketua bapepam dan LK nomor : Kep- 340/BL/2009 tanggal 5 Oktober 2009 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian usaha di pasar Modal yang mengatur

19 88 tentang proyeksi menyebutkan bahwa periode proyeksi pendapatan ekonomis wajib dilakukan dalam kurun waktu paling kurang lima tahun kedepan atau disesuaikan dengan sisa umur dari fasilitas produk utama objek penelitian. Dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya maka dapat dilakukan proyeksi laporan keuangan BTN dan Mandiri untuk 5 tahun kedepan kedepan. Laporan keuangan terakhir yang digunakan adalah tahun 2013, maka penelitian ini menggunakan periode proyeksi laporan keuangan dari tahun 2013 sampai dengan tahun Proyeksi laporan keuangan untuk tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 digunakan sebagai perhitungan free cash flow to equity dan periode setelah tahun 2018 diasumsikan sebagai periode pertumbuhan konstan sehingga nilai setelah tahun 2018 dianggap sebagai nilai terminal (terminal value) Estimasi Tingkat Pertumbuhan Penelitian ini adalah sektor perbankan, dimana bank merupakan perusahaan jasa keuangan yang menyimpan dana dari masyarakat, sehingga tingkat pertumbuhan periode proyeksi menggunakan parameter pendapatan bunga dan syariah bersih karena dianggap sebagai faktor pendorong utama bagi perusahaan untuk tumbuh. Pendapatan bunga dan syariah bersih merupakan penerimaan

20 89 perusahaan dari pendapatan bunga dan beban bunga syariah. Data pendapatan bunga dan syariah bersih yang digunakan adalah data selama enam tahun terakhir, yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun Estimasi pertumbuhan pendapatan bunga dan syariah bersih dihitung dengan menggunakan dua metode, yaitu Arithmatic Mean (rata-rata aritmatik) dan Geometric Mean (rata-rata geometrik). Hasil perhitungan rata-rata pertumbuhan penjualan bersih dua emiten BUMN tersebut adalah sebagai berikut : 1) Metode Arithmatic Mean - PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk = (17,44 persen + 45,72 persen + 12,85 persen + 24,85 persen + 19,60 persen) x (1/5) = 24,09 persen. - PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk = (13,36 persen + 16,34 persen + 20,86 persen + 25,87 persen + 19,23 persen) x (1/5) = 19,13 persen 2) Metode Geomettric Mean - PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk = (penjualan bersih 2013/penjualan bersih 2008) (1/5) 1 = 23,59 persen. - PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk = (penjualan bersih 2013/penjualan bersih 2008) (1/5) - 1 = 19,06 persen. Perhitungan lebih detail untuk estimasi pertumbuhan pendapatan bersih dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6.

21 90 Berdasarkan uraian perhitungan diatas, pertumbuhan pendapatan bersih pada kedua Bank BUMN tersebut dengan menggunakan dua cara yang berbeda sehingga menghasilkan dua angka yang berbeda juga. Perhitungan dengan metode Geometric Mean lebih kecil bila dibandingkan dengan metode Arithmatic Mean karena perhitungan ini bersifat pelipatgandaan (compounding). Lestari (2013:71) dalam Tendelin (2010) untuk menghitung tingkat aliran perubahan return (dalam kasus ini pendapatan bersih) pada periode yang bersifat serial dan kumulatif (lima atau sepuluh tahun berturut-turut) sebaiknya menggunakan metode Geometric Mean. Metode Geometric Mean lebih baik digunakan untuk menghitung nilai rata-rata aliran return yang tidak bersifat kumulatif. Dengan menggunakan Metode Geometric Mean PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menghasilkan angka sebesar persen dan 19,06 persen untuk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Pertumbuhan pendapatan bersih kedua BUMN tersebut mengalami pertumbuhan positif. Tingkat pertumbuhan setelah periode proyeksi, yaitu setelah tahun 2018, diasumsikan mengalami pertumbuhan stabil. Pertumbuhan stabil tersebut diasumsikan sebesar 5 (lima) persen karena besaran pertumbuhan konstan tidak melebihi besaran pertumbuhan ekonomi suatu negara, dalam hal ini dalah pertumbuhan ekonomi Indonesia.

22 91 Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 tumbuh sebesar 5,7 persen sesuai dengan data Badan Pusat Statistik bulan Pebruari Setelah mendapatkan tingkat pertumbuhan pendapatan bersih dan tingkat pertumbuhan konstan, langkah selanjutnya adalah menentukan besaran pendapatan bersih selama periode proyeksi, yakni periode proyeksi selama 5 (lima) tahun kedepan dari tahun 2014 sampai dengan tahun Pertumbuhan diasumsikan konstan agar perhitungan mudah dilakukan dan hasilnya tidak terjadi bias yang besar. Berikut adalah proyeksi pendapan bunga bersih tahun 2014 sampai dengan tahun Tabel 5.6 Proyeksi Pendapatan Bunga Bersih Tahun (dalam juta rupiah) URAIAN PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 6,986,942 8,635,161 10,672,196 13,189,767 16,301,233 PT. Bank Mandiri 42,150,374 50,184,235 59,749,350 71,137,576 84,696,398 (Persero) Tbk Sumber : data diolah sendiri Proyeksi pendapatan bunga bersih tahun depan merupakan pendapatan bunga bersih tahun ini dikalikan satu ditambah pertumbuhan geometric mean yaitu 23,59 persen untuk PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan 19,06 persen untuk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. perhitungan proyeksi pendapatan bersih dapat dilihat pada Tabel 5.6.

23 Proyeksi Laporan Keuangan Laporan keuangan terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Neraca dari sisi aktiva dalam neraca bank menggambarkan pola pengalokasian dana bank yang mencerminkan posisi kekayaan yang merupakan hasil penggunaan dana bank dalam berbagai bentuk dan harus memperhatikan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Sentral sebagai otoritas moneter yang mengatur dan mengawasi bank. Sedangkan pada sisi passiva neraca bank menggambarkan kewajiban bank yang berupa klaim pihak ketiga dalam bentuk rekening, giro, tabungan, deposito berjangka dan utang atau kewajiban bank lainnya. Pada laporan laba rugi bank menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan non operasional bank serta keuntungan bersih bank untuk suatu periode tertentu. Dengan demikian, laporan keuangan suatu perusahan baik bank maupun non bank merupakan data yang diperlukan untuk menghitung free cash flow to equity. Aliran kas bebas yang digunakan untuk menghitung nilai wajar ekuitas adalah aliran kas yang akan diterima dimasa mendatang sehingga perlu dilakukan proyeksi atas laporan keuangan ke depan. Pada laporan keuangan bank teknik yang digunakan untuk memproyeksi laporan keuangan adalah presentase dari pendapatan bunga bersih bank. Pendapatan bunga bersih adalah hasil dari kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan yang secara masing-masing

24 93 menyimpan dananya secara aman dan terjamin serta menyalurkan dana tersebut kedalam sektor pembiayaan pembangunan sehingga pihak bank akan memperoleh pendapatan. a) Proyeksi Laporan Laba Rugi BTN dan Mandiri Langkah pertama dalam melakukan proyeksi laporan laba rugi adalah menghitung rasio akun-akun laporan laba rugi terhadap pendapatan bunga bersih pada laporan keuangan terakhir, yaitu laporan keuangan tahun Pemilihan laporan keuangan terakhir karena laporan laporan keuangan terakhir dianggap lebih mencerminkan konsidi perusahaan pada saat penilaian. Setelah mendapatkan rasio akun-akun laporan keuangan, maka langkah selanjutnya adalah mengalikan akun-akun pendapatan bunga bersih tersebut dengan 1 (satu) ditambah dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih tahun 2013, sehingga dperoleh proyeksi laporan laba rugi tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 seperti tertera pada Lampiran 7 dan 8. Akan tetapi, akun-akun yang merupakan penjumlahan dari beberapa akun-akun tidak dilakukan perkalian dengan pendapatan bunga bersih melainkan dilakukan penjumlahan komponen pembentuk akun-akun tersebut.

25 94 b) Proyeksi Laporan Neraca BTN dan Mandiri Proyeksi Laporan neraca berbeda dengan proyeksi laporan laba rugi. Proyeksi laporan neraca diawali dengan menghitung saldo akhir nilai buku ekuitas, yaitu perubahan nilai buku ekuitas akibat adanya penambahan atau pengurangan ekuitas, dikarenakan penambahan atau pengurangan saldo laba ditahan pada tahun berjalan. Perhitungan saldo laba ditahan dilakukan dengan cara mengurangkan laba bersih tahun berjalan dengan distribusi laba bersih tahun berjalan seperti untuk dividen, program kemitraan dan bina lingkungan, dan eksekusi opsi saham. Nilai buku ekuitas awal tahun ditambah dengan saldo laba ditahan adalah nilai buku ekuitas akhir tahun. Perhitungan perubahan ekuitas dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12. Langkah selanjutnya, nilai buku ekuitas akhir tahun dimasukkan kedalam saldo buku ekuitas pada laporan neraca dalam periode yang sama. Akun modal saham dan tambahan modal disetor akan selalu sama sehingga akun saldo laba ditahan diperoleh dari nilai buku ekuitas dikurangi dengan modal saham dan tambahan modal disetor. Total kewajiban dan ekuitas tahun 2014 diperoleh dari besaran proyeksi nilai ekuitas tahun 2014 dibagi dengan persentase ekuitas terhadap jumlah kewajiban dan ekuitas tahun 2013.

26 95 Selanjutnya, mencari rasio akun-akun (persentase) komponen pembentuk neraca tahun Besaran total kewajiban diperoleh dari besaran total kewajiban dan ekuitas dikurangi dengan besaran jumlah ekuitas.akun-akun. Kemudian akun total ekuitas pada proyeksi neraca diperoleh dari nilai ekuitas akhir tahun pada periode proyeksi tahun 2014 sampai dengan Kemudian di persentasekan antara total ekuitas terhadap total ekuitas dan kewajiban sehingga menghasilkan angka total ekuitas dan kewajiban tahun 2014 sampai dengan tahun Proyeksi neraca tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 hasil dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 9 dan Proyeksi Free Cash Flow to Equity Berdasarkan data data sebelumnya maka dapat dibuat proyeksi Free Cash Flow to Equity BTN dan Mandiri tahun Metode ini mendefinisikan arus kas sebagai sisa arus kas yang tertinggal setelah perusahaan memenuhi pembayaran bunga dan pokok pinjaman, serta pengeluaran modal baik untuk menjaga aset yang ada sekarang maupun untuk membeli aset baru guna pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Penentuan FCFE dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

27 96 FCFE = Net income (Capex Depreciation) (Change in Non Cash Working Capital) + (New Debt Issued Debt Repayment).\ Berdasarkan rumus diatas maka perhitungan FCFE tahun dapat dilihat pada tabel 5.6. proyeksi FCFE dilakukan selama lima tahun, setelahnya diasumsikan perusahaan mengalami pertumbuhan FCFE konstan untuk selamanya. Keuntungan bersih (net income) berasal dari proyeksi laporan laba rugi perusahaan dari tahun yang dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8. Belanja modal (capital expenditure) dihitung dengan cara mengurangkan antara aset teap bersih tahun sekarang dengan aset tetap bersih tahun lalu. Penyusutan tidak dimasukkan kedalam perhitungan, karena aset yang digunakan adalah aset bersih, jadi sudah memperhitungkan penyusutan dalam perhitungan belanja modal. Perubahan modal kerja bukan kas (change in non cash working capital) berasal dari current asset dan current liabilities. current asset terdiri dari giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, efek-efek, efekefek yang dibeli dengan janji dijual kembali dan kredit yang diberikan. Sedangkan current liabilities terdiri dari liabilitas

28 97 segera, simpanan nasabah, simpanan dari bank lain dan lembaga keuangan lain, serta efek yang diterbitkan. Penerbitan/pelunasan utang (new debt issued debt repayment) berasal dari total kewajiban tahun sekarang dikurangi total kewajiban tahun lalu. Untuk perhitungan lengkapnya bisa dilihat pada Lampiran 13 dan Estimasi Biaya Modal (cost of capital) Biaya modal yang digunakan pada penelitian ini adalah biaya modal ekuitas, karena arus kas bebas ke ekuitas (free cash flow to equity). Perhitungan biaya ekuitas menggunakan konsep CAPM dengan rumus sebagai berikut : r = r RF + β(r PM ) (5-1) Biaya ekuitas dihitung dari tingkat bunga bebas risiko (risk free rate) ditambah Beta perusahaan dikalikan dengan premi risiko (risk premium). Langkah-langkah untuk menetukan masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut : Tingkat Bunga bebas Risiko (r RF ) risk free rate merupakan tingkat suku bunga obligasi pemerintah dengan yield 30 tahun atau rata-rata tertimbang Surat Utang Negara (SUN) seri FR0063 sesuai keputusan Ketua Bapepam dan

29 98 LK nomor 340/BL/2009 point 10 huruf b bahwa dalam hal transaksi dilakukan dengan mata uang rupiah, maka penentuan tingkat bunga bebas risiko wajib didasarkan atas SUN yang masa jatuh temponya paling kurang 10 (sepuluh) tahun. Penelitian ini menggunakan data Indonesian Bond Pricing Agency (IBPA) per tanggal 13 Agustus 2012 yang jatuh tempo tanggal 15 Mei 2023 sebesar 5,63 persen. Estimasi Beta (β) PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk merupakan perusahaan terbuka, sehingga untuk mencari besaran beta diambil dari data beta yang dikeluarkan oleh Reuters pada situs Besaran Beta untuk PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sebsar 1,66 dan untuk PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 1,56. Estimasi premi risiko (risk premium)(r PM ) Premi risiko yang digunakan adalah premi risiko (country risk premium) yang dikeluarkan oleh Aswath Damodaran, Stern School of Business New York University, bulan Januari tahun 2014 sebesar 8,30 persen.

30 99

31 100 Ketika hasil perhitungan komponen pembentuk biaya modal diperoleh, maka langkah berikutnya adalah menghitung biaya modal ekuitas dengan menggunakan CAPM, sehingga menghasilkan cost of equity sebagai berikut : PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk r = r RF + β(r PM ) = 5,63 persen + (1,66 x 8,30 persen) = 19,41 persen. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk r = r RF + β(r PM ) = 5,63 persen + (1,56 x 8,30 persen) = 18,58 persen Estimasi Nilai Wajar Saham 1) Estimasi nilai wajar ekuitas PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk diperoleh dari penjumlahan nilai sekarang FCFE dan nilai kini terminal value yang didiskontokan dengan biaya modal ekuitas. Terminal value dicari dengan cara mencari FCFE tahun 2019, yaitu FCFE tahun 2018 dikalikan satu ditambah pertumbuhan dari perhitungan pertumbuhan pendapatan bunga bersih tahun 2013 terhadap pendapatan bunga bersih tahun 2008 sebesar 23,59 persen hasilnya adalah Rp49,556,719,000,- kemudian dibagi dengan biaya

32 101 modal ekuitas (19,41 persen) dikurangi dengan pertumbuhan konstan (5 persen) sehingga diperoleh nilai Rp343,974,456,000,-, rumusnya adalah sebagai berikut : FCFE 2019 ( 1 g) FCFE 2018 r g (5 2) Nilai kini adalah tanggal 31 Desember 2013 Nilai kini FCFE didapat dari penjumlahan nilai FCFE masingmasing tahun proyeksi stelah dikalikan dengan discount factor-nya sebesar biaya modal ekuitas yaitu 19,41. Estimasi nilai wajar ekiutas PT. Bank Tabungan Negara (Persero) adalah jumlah nilai kini FCFE ditambah nilai kini terminal value sehingga menghasilkan indikasi nilai wajar ekuitas sebesar Rp218,881,431,000,- Untuk memperoleh nilai wajar saham PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, maka nilai wajar ekuitas sebesar Rp218,881,431,000,-, dibagi dengan jumlah saham yang beredar sebanyak lembar, sehingga didapat nilai wajar saham per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp41,44,-. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Tabel. 5.8

33 102 Tabel 5.8 ESTIMASI NILAI WAJAR EKUITAS PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk URAIAN Proyeksi 2014 Proyeksi 2015 Proyeksi 2016 Proyeksi 2017 Proyeksi 2018 Proyeksi 2019 FCFE 17,189,333 21,245,005 26,256,702 32,450,658 40,105,768 49,566,719 Total FCFE 17,189,333 21,245,005 26,256,702 32,450, ,080,224 Present Value FCFE 14,395,221 14,899,629 15,421,197 15,961, ,204,362 NILAI WAJAR EKUITAS = 218,881,431 HARGA WAJAR SAHAM =41.44 Sumber : Laporan Keuangan BTN (data diolah sendiri), ) Estimasi nilai wajar ekuitas PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk diperoleh dari nilai kini FCFE dan nilai kini terminal value yang didiskontokan dengan biaya modal ekuitas. Terminal value dicari dengan cara mencari FCFE tahun 2019, yaitu FCFE tahun 2018 dikalikan satu ditambah pertumbuhan pendapatan bunga bersih tahun 2013 terhadap pendapatan bunga bersih tahun 2008 sebesar 19,06 persen, hasilnya adalah Rp1,679,493,314,000,-, kemudian dibagi dengan biaya modal ekuitas sebesar 18,58 persen dikurangi pertumbuhan konstan sebesar 5 persen sehingga diperoleh nilai Rp12,367,402,904,000,- Tanggal 31 Desember 2013 sebagai nilai kini FCFE diperoleh dari FCFE tahun proyeksi dikalikan dengan discount factor sebesar biaya modal ekuitas yaitu 18,58 persen ditambah satu kemudian dijumlahkan dari tahun

34 103 Estimasi nilai wajar ekuitas PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk adalah nilai kini FCFE ditambah dengan nilai sekarang terminal value sehingga menghasilkan indikasi nilai wajar ekuitas Rp7,950,896,861,000,-. Untuk memperoleh nilai wajar saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk adalah dengan cara membagi nilai wajar ekuitas sebesar Rp7,950,896,861,000,-. Dengan jumlah saham yang beredar sebanyak lembar dan didapat nilai wajar saham per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp681,51,-. Perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada Tabel URAIAN Proyeksi 2014 Tabel 5.9 ESTIMASI NILAI WAJAR EKUITAS PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk Proyeksi Proyeksi Proyeksi Proyeksi 2018 Proyeksi 2019 FCFE 336,487, ,823, ,131,892 1,184,804,031 1,410,627,679 1,679,493,314 Total FCFE 336,487, ,823, ,131,892 1,184,804,031 13,778,030,583 Present Value FCFE 283,763, ,417, ,824, ,239,922 5,876,651,197 NILAI WAJAR EKUITAS =7,950,896,861 HARGA WAJAR SAHAM = Sumber : Laporan Keuangan Bank Mandiri (data diolah sendiri), 2013

35 Metode Relative Valuation Penentuan Perusahaan Pembanding Langkah pertama perhitungan nilai wajar saham PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk metode Relative Valuation dilakuakn dengan pengukuran PER, PBV, dan P/S. Untuk perusahaan pembanding dipilih 2 (dua) perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama, yakni perbankan diantaranya PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kedua perusahaan tersebut dipilih sebagai pembanding karena harga saham keduanya tidak terlalu jauh berbeda dengan harga saham PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan kedua saham tersebut aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Langkah kedua adalah dengan mencari tingkat pertumbuhan perusahaan pembanding dengan menggunakan Geometric Mean. Tingkat pertumbuhan perusahaan pembanding dilakukan dengan menggunakan data pendapatan bunga bersih bank selama enam tahun berturut-turut, mulai tahun 2008 sampai dengan tahun Berdasarkan hasil perhitungan, tingkat pertumbuhan dua perusahaan pembanding adalah PT. Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 49,26 persen dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 29,08 persen, sedangkan PT. Bank Tabungan Negara Tbk sebesar 23,59 persen dan PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 19,06 persen. (Lihat Lampiran 19 dan 20).

36 105 Langkah ketiga adalah dengan melihat kinerja keuangan perusahaan pembanding. Kinerja keuangan yang dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan perusahaan pembanding ada dua, yaitu Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) pada tahun Hasil perhitungan ROA dan ROE perusahaan pembanding dapat dilihat pada Lampiran 21. PT. Bank Tabungan Negara Tbk memiliki ROA sebesar 1,16 persen dan ROE sebesar 10,14 persen. PT. Bank Mandiri Tbk memiliki ROA sebesar 2,140 persen dan ROE sebesar 13,31 persen. PT. Bank Negara Indonesia Tbk memiliki ROA sebesar 2,20 persen dan ROE sebesar 12,48 persen. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk memiliki ROA sebesar 3,09 persen dan ROE sebesar 14,85 persen Penentuan Faktor Multiple/Pengali Faktor multiple/pengali yang digunakan dengan tujuan memperoleh nilai wajar saham PT. Bank Tabungan Negara Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk ada tiga yaitu : Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) dan Price to Sales Ratio (PSR) Estimasi Besaran Faktor Multiple/Pengali Langkah ketiga menentukan besaran multiple/faktor pengali perusahaan pembanding sebagai berikut :

37 106 Harga saham perusahaan pembanding diambil dari situs yahoo finance yaitu harga saham penutupan perdagangan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 31 Desember Harga saham PT. Bank Negara Indonesia Tbk sebesar Rp3,950 dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar Rp7,250. Laba bersih, nilai buku ekuitas, dan pendapatan per lembar saham perusahaan per 31 Desember 2013 dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan pembanding per 31 Desember Price Earning Ratio dihitung dengan cara membagikan harga per lembar saham dengan laba bersih per lembar saham sehingga diperoleh nilai rata-rata multiple/faktor pengali sebesar 8,1 untuk PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan 8,4 untuk PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Price to Book Value dihitung dengan cara membagi harga per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham sehingga diperoleh nilai rata-rata multiple/pengali sebesar 1,5 untuk PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan 2,3 untuk PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Price to Sales Rati dihitung dengan cara membagiharga saham per lembar dengan pendapatan per lembar saham sehingga diperoleh nilai rata-rata multiple/pengali sebesar 2,8 untuk PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan sebesar 3,0 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.

38 Estimasi Nilai Wajar Ekuitas Langkah keempat adalah melakukan estimasi nilai wajar ekuitas PT. Bank Tabungan Negara Tbk dan PT. Bank Mandiri Tbk sebagai berikut : 1) Perhitungan estimasi nilai saham tanggal 31 Desember 2013 dengan Relative Valuation untuk PT. Bank Tabungan Negara Tbk adalah : Mengalikan multiple/faktor pengali yang didapat dari laba bersih, nilai buku ekuitas dan pendapatan per lembar saham PT. Bank Tabungan Negara Tbk dan PT. Bank Mandiri Negara Tbk. Faktor pengali PER sebesar 8,3 yang diperoleh dari rata-rata PER PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, dikalikan dengan laba bersih per lembar saham PT. Bank Tabungan Negara Tbk sebesar Rp menghasilkan indikasi nilai wajar saham per lembar saham sebesar Rp1,510. Dengan jumlah saham perusahaan adalah 10,555,000,000 lembar maka nilai ekuitasnya adalah Rp15,934,880,150,000. Fakor pengali PBV sebesar 1,9 yang diperoleh dari rata-rata PBV PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, dikalikan nilai buku ekuitas per lembar saham PT. Bank Tabungan Negara Tbk sebesar Rp1, menghasilkan indikasi nilai wajar saham per lembar saham sebesar Rp3,426. Dengan jumlah saham perusahaan adalah 10,555,000,000 lembar maka nilai ekuitasnya adalah Rp36,165,920,518,000.

39 108 Faktor pengali P/S sebesar 2,9 yang diperoleh dari rata-rata P/S PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, dikalikan pendapatan per lembar saham PT. Bank Tabungan Negara Tbk sebesar Rp1,216.91, menghasilkan indikasi nilai wajar saham per lembar saham sebesar Rp3,525. Dengan jumlah saham perusahaan adalah 10,555,000,000 lembar maka nilai ekuitasnya adalah Rp37,201,286,311,000,-. 2) Perhitungan estimasi nilai saham tanggal 31 Desember 2013 dengan Relative Valuation untuk PT. Bank Mandiri Tbk adalah sebagai berikut : Faktor pengali PER sebesar 8,3 yang diperoleh dari rata-rata PER PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, dikalikan dengan laba bersih per lembar saham PT. Bank Mandiri Tbk sebesar Rp928,86 menghasilkan indikasi nilai wajar saham per lembar saham sebesar Rp7,666. Dengan jumlah saham perusahaan adalah 24,136,000,000 lembar maka nilai ekuitasnya adalah Rp185,035,200,020,000. Fakor pengali PBV sebesar 1,9 yang diperoleh dari rata-rata PBV PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, dikalikan nilai buku ekuitas per lembar saham PT. Bank Mandiri Tbk sebesar Rp6, menghasilkan indikasi nilai wajar saham per lembar saham sebesar Rp13,256. Dengan jumlah saham perusahaan

40 109 adalah 24,136,000,000 lembar maka nilai ekuitasnya adalah Rp319,936,808,437,000. Faktor pengali P/S sebesar 2,9 yang diperoleh dari rata-rata P/S PT. Bank Negara Indonesia Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, dikalikan pendapatan per lembar saham PT. Bank Mandiri Tbk sebesar Rp2,476.74, menghasilkan indikasi nilai wajar saham per lembar saham sebesar Rp7,173. Dengan jumlah saham perusahaan adalah 24,136,000,000 lembar maka nilai ekuitasnya adalah Rp173,136,535,558,000,- Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28. Sebelum menentukan nilai saham PT. Bank Tabungan Negara Tbk dan PT. Bank Mandiri Tbk dengan menggunakan Relative Valuation, terlebih dahulu dihitung indikasi nilai pasar ekuitas menggunakan rata-rata masingmasing multiple yang diperoleh sebelumnya. Langkahnya adalah menghitung nilai tertimbang berdasarkan pembobotan tertentu. Beberapa pertimbangan yang digunakan dalam pembobotan yaitu : Besarnya nilai ekuitas sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam mencetak laba bersih (net income), baik PER maupun P/S diberikan bobot yang lebih besar dibandingkan dengan PBV. Baik PER maupun P/S keduanya sama-sama menggambarkan kemampuan perusah aan menghasilkan pendapatan. Akan tetapi, PER sudah memasukkan unsur tambahan yang tidak ada pada P/S, yaitu

41 110 sejauh mana perusahaan dapat melakukan efisiensi biaya. Dengan demikian, PER mendapatkan bobot yang lebih besar dibandingkan P/S. Berdasarkan penjelasan diatas, diperoleh nilai wajar saham saham dengan Relative Valuation per 31 Desember 2013 untuk PT. Bank Tabungan Negara Tbk sebesar Rp2,497 dan sebesar Rp8,636 untuk PT. Bank Mandiri Tbk, data tersebut dapat dilihat pada Tabel Tabel 5.10 Harga Wajar Saham Metode Relative Valuation (dalam rupiah) URAIAN 31 Desember 2013 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 2,497 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 8,636 Sumber : data diolah sendiri Metode Gordon Growth Model Estimasi Cost of Equity Langkah awal dalam metode Gordon Growth Model ini adalah dengan menentukan cost of equity melalui pendekatan CAPM, dengan rumus : r = r RF + β(r PM ) (5-1)

42 111 Komponen perhitungan CAPM tersebut telah dijelaskan sebelumnya yaitu pada pembahasan metode Free Cash Flow to Equity. Hasilnya adalah sebagai berikut : PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk r = r RF + β(r PM ) = 5,63 persen + (1,66 x 8,30 persen) = 19,41 persen. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk r = r RF + β(r PM ) = 5,63 persen + (1,56 x 8,30 persen) = 18,58 persen Estimasi Tingkat Pertumbuhan (Growth) Langkah kedua adalah dengan menghitung tingkat pertumbuhan dividen atau growth. Tingkat pertumbuhan dividen ini dihitung dengan 2 (dua) cara, yaitu metode Arithmetic Mean dan Geometric Mean. Tingkat pertumbuhan dividen PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk periode 5 (lima) tahun mulai tahun 2009 sampai dengan 2013, karena pada tahun 2008 perusahaan ini belum membagikan dividen. 1) Metode Arithmetic Mean adalah : PT. Bank Tabungan Negara Tbk (1,07 + (0,19) + 0,53 + 0,15) x (1/4) = 0,39 persen PT. Bank Mandiri Tbk

43 112 (0,20 + (0, ,90 + 0,17) x (1/4) = 0,29 persen 2) Metode Geometric Mean adalah : PT. Bank Tabungan Negara Tbk (Dividen 2013/Dividen 2009) (1/4) 1 = 0,31 persen PT. Bank Mandiri Tbk (Dividen 2013/Dividen 2009) (1/4) 1 = 0,24 persen Estimasi Nilai Wajar Saham Setelah melakukan perhitungan Arithmetic Mean dan Geometric Mean, maka data yang dipakai adalah nilai Geometric Mean-nya saja, yaitu 0,31 persen untuk PT. Bank Tabungan Negara Tbk yang disimbolkan dengan pertumbuhan awal (g 1 ), dan 0,24 persen untuk PT. Bank Mandiri Tbk. Diketahui Dividen per lembar saham PT. Bank Tabungan Negara tahun 2009 sebesar Rp15,09 dengan simbol (D 1 ), tahun 2010 sebesar Rp31,19 dengan simbol (D 2 ), tahun 2011 sebesar Rp25,31 dengan simbol (D 3 ), tahun 2012 sebesar Rp38,74 dengan simbol (D 4 ), dan tahun 2013 sebesar Rp44,36 dengan simbol (D 5 ). Untuk PT. Bank Mandiri Tbk dividen tahun 2009 sebesar Rp100,16, tahun 2010 sebesar Rp120,60, tahun 2011 sebesar Rp104,97, tahun 2012 sebesar Rp199,34 dan tahun 2013 sebesar Rp234,05 Masing-masing dividen tersebut di present value kan dengan rumus : D 0 x (1 + g) t (5-3)

44 113 Keterangan : D 0 = Dividen awal yaitu dividen tahun 2013 g t = growth atau pertumbuhan hasil perhitungan geometric mean = periode/tahun ke-1,2,3,4,5..dst Hasil perhitungan proyeksi dividen kedua Bank tersebut dapat dilihat pada lampiran 31. Langkah selanjutnya dari metode Gordon Growth Model adalah mencari nilai terminal atau terminal value, yaitu tingkat pertumbuhan setelah pertumbuhan tinggi yang diasumsikan konstan, yaitu nilai setelah pertumbuhan dividen proyeksi 5 (lima) tahun kedepan mulai tahun 2014 sampai dengan tahun Nilai terminalnya adalah setelah tahun 2018 yaitu pada tahun Sebelum mencari terminal value, terlebih dahulu melakukan present value atau melakukan proyeksi lima tahun kedepan dividen PT. Bank Tabungan Negara Tbk. Nilai terminal value, dengan rumus : P 5 D x(1 g ) 5 ( R g 2 ) 2 Keterangan : P 5 D 5 R = Nilai terminal periode tahun ke-5 setelah proyeksi = Dividen tahun ke-5 setelah proyeksi = Hasil dari perhitungan CAPM /cost of equity g 2 = Pertumbuhan PDB Nasional Indonesia tahun 2013

45 114 Dari perhitungan di atas dihasilkan nilai terminal dari PT. Bank Tabungan Negara sebesar Rp1,319 dan untuk PT. Bank mandiri Tbk sebesar Rp5,631. Setelah diperoleh nilai terminal, langkah terakhir adalah menghitung nilai wajar saham dengan rumus : P 0 D D D D ( 1 R) 2 (1 R) 3 (1 R) 4 (1 R) 5 (1 R) 2 (1 R) (1 R D D P ) 5 Keterangan : P 0 D 1,2,3,4,5 R P 5 = Harga saham saat ini = Dividen Tahun ke-1,2,3,4,5 = cost of equity = Terminal Value Hasil perhitungan nilai wajar saham metode Gordon Growth Model adalah untuk PT. Bank Tabungan Negara Tbk sebesar Rp839 dan PT. Bank Mandiri Tbk sebesar Rp3,743. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel Tabel 5.11 Harga Wajar Saham Metode Gordon Growth Model (dalam rupiah) URAIAN 31 Desember 2013 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 839 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 3,743 Sumber : data diolah sendiri

46 Rekonsiliasi Nilai Dari hasil perhitungan nilai wajar saham PT. Bank Tabungan Negara Tbk dan PT. Bank Mandiri Tbk dengan menggunakan tiga metode di atas, menghasilkan lima indikasi nilai wajar saham yang berbeda. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel Tabel 5.12 Rekonsiliasi Nilai NO METODE HARGA SAHAM BOBOT NILAI TERTIMBANG A PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk 1 Free Cash Flow to Equity Discount Model % Relative Valuation : Price Earning Ratio 1, % Relative Valuation : Price to Book Value % Relative Valuation : Price to Sales Ratio 3, % Gordon Growth Model % 168 Jumlah 100% 1,868 Nilai Wajar saham 1,868 B PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk 1 Free Cash Flow to Equity Discount Model % Relative Valuation : Price Earning Ratio 7,666 20% 1,533 3 Relative Valuation : Price to Book Value 13,256 20% 2,651 4 Relative Valuation : Price to Sales Ratio 7,173 20% 1,435 5 Gordon Growth Model % 749 Jumlah 100% 6,504 Nilai Wajar saham 6,504 Rekonsiliasi nilai diawali dengan melakukan pembobotan terhadap indikasi nilai dari masing-masing metode penilaian. Penentuan bobot nilai

47 116 terhadap masing-masing metode penilaian berbeda, hal ini dikarenakan dasar pembobotan dalam rekonsiliasi nilai tidak ditemukan didalam buku referensi maupun teori para ahli, hanya saja pembobotan di persentasekan menjadi 100 persen. Kemudian angka 100 persen dibagi dengan 5 (lima) indikasi nilai wajar saham menghasilkan angka 20 persen, diberikan kepada metode FCFE sebesar 20 persen, metode Relaltive Valuation diberikan bobot masing-masing 20 persen untuk PER, 20 persen untuk PBV dan 20 persen untuk P/S serta 20 persen lagi untuk metode Gordon Growth Model. Nilai tertimbang yang telah didapatkan kemudian dijumlahkan, sehingga menghasilkan nilai wajar saham untuk PT. Bank Tabungan Negara Tbk sebesar Rp1,868 dan PT. Bank Mandiri Tbk sebesar Rp6,504. Indikasi nilai wajar saham tidak bersifat absolut pada suatu angka tertentu akan tetapi merupakan kisaran (rentang) nilai sehingga perlu dihitung batas atas dan batas bawah unutk menentukan rentang nilai. Berdasarkan ketentuan Ketua Bapepam dan LK angka 12 huruf e, batas atas dan batas bawah pada kisaran nilai, tidak boleh melebihi 7,5 persen dari nilai yang dijadikan acuan kisaran tersebut. Dari keterangan tersebut, maka kisaran nilai yang masih dianggap wajar atas saham adalah 1 lebih kurang 7,5 persen dikalikan nilai wajar sahamnya. Untuk PT. Bank Tabungan Negara Tbk nilai batas atasnya sebesar Rp2,008 sedangkan batas bawahnya Rp1,728. PT. Bank Mandiri Tbk untuk batas atasnya sebesar Rp6,992 sedangkan batas bawahnya sebesar Rp6,016.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Hermawan (2009 :17), penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan jenisnya, data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data aplikatif kuantitatif. Seperti disampaikan oleh peneliti dimuka bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan 30 Juni 2009 sampai 30 Juni 2014, untuk

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan 30 Juni 2009 sampai 30 Juni 2014, untuk 64 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 2 (dua) Badan Usaha Milik Negara bidang perbankan yang terdaftar di BEI yaitu PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai akuisisi PT. Indosat Tbk jika dibuyback oleh pemerintah. Dengan menggunakan Empat metode yang saling keterkaitan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS Dalam melakukan analisa saham harus dicari nilai intrinsik dari saham yang akan dibeli, tujuan dari melakukan analisa ini adalah untuk mengetahui tingkat pengembalian atau keuntungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Initial Public Offering (IPO) adalah proses pertama suatu perusahaan berubah statusnya yaitu dari perusahaan milik perorangan menjadi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki masalah dengan modal pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki masalah dengan modal pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tanggal 10 April 2014 PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu bank yang memiliki masalah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai analisis Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perbankan BUMN Go Public periode tahun 2007-2011,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masalah nilai dan pengukuran sudah lama menjadi isu ekonomi khususnya akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan perekonomian saat ini semakin banyak pula bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. struktur permodalan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan usaha.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. struktur permodalan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan usaha. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Harga pasar saham merupakan cerminan dari kinerja keuangan sebuah perusahaan. Jika kinerja perusahaan meningkat maka hal ini akan diapresiasi oleh pasar dalam bentuk

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara, dimana pasar modal berfungsi sebagai pendanaan usaha atau untuk mendapatkan dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Fundamental Teori fundamental adalah teori yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teori ini menitikberatkan pada rasio finansial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Fungsi Kredit Menurut Dahlan Siamat (2005 : 349), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat di ambil simpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan Capital Adequacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan institusi yang berpengaruh signifikan dalam menentukan kelancaran aktivitas perekonomian dan keberhasilan pembangunan sehingga wajar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank BAB I PENADAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Dimana bank memiliki beberapa fungsi, salah satunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran Bank

Lebih terperinci

dalam penelitian ini dilakukan scoring dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data rata-rata kinerja keuangan masing-masing

dalam penelitian ini dilakukan scoring dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data rata-rata kinerja keuangan masing-masing Untuk membandingkan kinerja keuangan dari ketiga saham tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan scoring dengan kriteria sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data rata-rata kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar keuangan terbagi menjadi dua jenis segmen pasar yang berbeda yaitu pasar uang dan pasar modal dimana pasar uang merupakan pasar untuk efek utang jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Perusahaan sebagai salah satu penopang perekonomian baik itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Perusahaan sebagai salah satu penopang perekonomian baik itu sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian menciptakan berbagai kebutuhan baru untuk mampu berkembang ataupun bertahan pada kondisi yang memiliki persaingan tinggi. Perusahaan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor perbankan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk melakukan penilaian atas nilai wajar dari suatu saham, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan mempunyai peran yang sangat vital dalam pencapaian tujuan nasional yang berkaitan dalam peningkatan dan pemerataan taraf hidup masyarakat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan dalam perekonomian suatu negara memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting. Perbankan merupakan salah satu sub sistem keuangan yang paling penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham Menurut Anoraga, Pakarti (2006:54) pengertian saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas dan memiliki manfaat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas. untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas. untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang BAB II LANDASAN TEORI II Kerangka Teori dan Literatur II.1 Saham / Sekuritas II.1.1 Pengertian Saham / Sekuritas Menurut Suad Husnan (2005 : 29), sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank CIMB Niaga, Tbk berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI

PERKEMBANGAN TERKINI PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. PERKEMBANGAN TERKINI KINERJA OPERASIONAL PERSEROAN Perbandingan Periode Sembilan bulan yang Berakhir pada tanggal 30 September 2011 dan 30 September 2012 Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA

BAB III KAJIAN PUSTAKA BAB III KAJIAN PUSTAKA 3.1. Landasan Teori 3.1.1. Harga Saham Harga saham yang digunakan dalam melakukan transaksi dipasar modal merupakan harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional menghadapi masalah yang dapat membahayakan kelangsungan usaha perbankan serta merugikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Meningkatkan kualitas hidup antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan beban yang besar bagi industri perbankan di Indonesia dan sebagian besar bank mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bunga atau yang sering disebut Net Interest Margin (NIM), selain itu

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bunga atau yang sering disebut Net Interest Margin (NIM), selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu organisasi jasa yang mempunyai peranan penting dalam upaya pembangunan ekonomi nasional. Bank berperan sebagai lembaga intermediasi penyalur dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang. Sedangkan menurut undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana yang digunakan oleh para investor untuk kegiatan investasi serta sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain seperti pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan global pada tahun 2008, fakta yang terjadi bermula dari ambruknya bisnis property di Amerika Serikat, berdampak cepat ke Eropa dan Asia. Langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) PT. Bank Negara Indonesia (persero), Tbk atau BNI didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 dan menjadi bank pertama

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN Prof. DR. H. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW Analisis sekuritas berdasarkan analisis fundamental. Analisis perusahaan merupakan tahap ketiga dari analisis fundamental,

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan EPS dan laporan keuangan perusahaan Price Earning Ratio Estimasi nilai intrinsik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas ekonomi suatu negara. Sebab sektor perbankan mempunyai tugas utama sebagai lembaga penghimpun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH xi xi xii xii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 8 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jaman penjajahan Belanda, sistem pengkreditan rakyat sudah diterapakan pada masa itu dengan mendirikan Bank Kredit Rakyat (BKR) yang membantu para petani, pegawai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sampel Penelitian Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan bank konvensional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam melakukan bisnis perekonomian. Pasar modal menjembatani bertemunya investor yang menginvestasikan dananya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai (Widati, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai (Widati, 2012). 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan, dimana landasan kegiatan usaha bank adalah kepercayaan dari nasabah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967, bank didefinisikan sebagai Lembaga Keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya di industri perbankan dibutuhkan sebuah bank nasional yang besar, kuat, kompeten, maju,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, peranan perbankan sebagai fungsi intermediary yaitu menghimpun dan menyalurkan kembali dana dirasakan semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO, 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada dua penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Ibnu Fariz (2012) Penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, selain membuka peluang bisnis yang kian mendunia, pelaku bisnis juga dihadapkan dengan permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia pada masa sekarang ini karena setiap aspek kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam berawal dari krisis moneter pada bulan Juli-Agustus Krisis

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam berawal dari krisis moneter pada bulan Juli-Agustus Krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua pihak mengetahui bahwa terjadinya krisis di Indonesia yang beraneka ragam berawal dari krisis moneter pada bulan Juli-Agustus 1997. Krisis ini berkembang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun.

yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal dalam Paulus (2008: 3) memberikan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lainnya dari pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efek. Pasar modal menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. efek. Pasar modal menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat dalam hal ini investor, yaitu dengan menyediakan sarana dan tempat untuk mempertemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang ikut andil maupun berperan penting dalam laporan keuangan suatu perusahaan, terutama untuk mengembangkan dan mengatur perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku. Hal ini diperlukan agar laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejauh ini krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1998 telah membawa dampak yang tidak baik bagi perkembangan bangsa Indonesia. Hampir

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan Sesudah Akuisisi IV.1.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk dengan menggunakan Rasio Keuangan IV.1.1.1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting di Indonesia. Bank dapat dikatakan sebagai lembaga penggerak perekonomian negara karena banyak kegiatan ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi sangat bergantung pada keberadaan sektor perbankan yang berfungsi

Lebih terperinci