PENENTUAN PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN DESA MENGGUNAKAN METODE ELECTRE

Transkripsi

1 PENENTUAN PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN DESA MENGGUNAKAN METODE ELECTRE Dedi Trisnawarman Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara Jakarta dtrisnawarman@gmail.com ABSTRACT Priorities for rural development programs need to be implemented according to the needs and available resources. This study aims to help decision makers in determining priorities for rural development programs. Using ELECTRE method for determining priorities outranking problem. In this study the method ELECTRE ELECTRE diviz run using software programming language extended mark language (xml). The criteria defined in the study is the level of urgent needs, the degree of impact or benefit, the resources available, based on the evaluation of the previous program, the weight of participants, whereas the alternative of choice is a program and development issues which are mapped from the community and in comparison with the programs that have been planned in development planning documents (RPJMDes). Thus the notion of direct participation of the community can be integrated with development planning of the village administration to determine priorities for rural development programs. Key words decision, electre, model, village 1. Pendahuluan Sejak diberlakukannya otonomi daerah, tugas pembangunan daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah daerah masing-masing. Dengan adanya UU sistem Pemerintahan Daerah, maka pemerintah daerah mempunyai kewenangan mengatur wilayahnya sendiri dengan batasan-batasan tertentu. Tuntutan untuk menjadi Desa Mandiri sebagaimana amanat UU No. 6 tahun 2014 telah memaksa pimpinan daerah untuk mengoptimalkan sistem pemerintahannya, salah satunya dengan jalan pengembangan dan penerapan teknologi informasi (E-Government) yang sejalan dengan visi pembangunan daerah [1]. Pengembangan E-Government untuk aplikasi DSS dalam bidang pemerintahan telah banyak dilakukan, seperti: Penelitian yang membahas pembangunan aplikasi pengambilan keputusan untuk penilaian perkembangan proyek infrastruktur di daerah pedesaan di pemerintahan lokal di negara Thailand yang dilakukan oleh Posayanant dan Chareonngam [2], Hoshino dan Zhong (2007) membangun aplikasi pengambilan keputusan dengan penerapkan algoritma data mining untuk membangun aplikasi cerdas yang dapat mengklasifikasi dan memberi jawaban pertanyaan dari warga negara [3], Asghar, et al. (2009) menggunakan tools perangkat lunak Oracle untuk membangun kasus pengambilan keputusan pada organisasi manajemen bencana di Paskistan [4]. Group Decision Support Systems (GDSS) adalah DSS yang dapat digunakan oleh sebuah kelompok kerja (team work) dalam membantu pembuatan keputusan. Dalam bidang Pemerintahan Desa kelompok kerja dapat melibatkan masyrakat, pamong desa dan petugas ahli dari pegawai pemerintahan seperti penyuluh pertanian atau kesehatan. GDSS dikembangkan untuk mendukung solusi dari masalah non-terstruktur dan meningkatkan manajemen pengambilan keputusan. GDSS menggunakan data dan menyediakan antarmuka pengguna yang mudah, dan memungkinkan untuk pembuat keputusan berdasarkan wawasan sendiri [5]. DSS dianggap sebagai kombinasi kekuatan komputasi dan algoritma cerdas untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan [6]. Selain itu, DSS menyediakan bantuan untuk keputusan pembuat untuk mengelola keputusan secara efisien dan waktu yang tepat, mendukung manajer dalam keputusan manajerial dan semi-terstruktur dan meningkatkan efektivitas keputusan [7]. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dimasudkan untuk membangun sebuah model pengambilan keputusan yang dapat digunakan secara bersama-sama untuk menentukan prioritas pembangunan desa. Penelitian diawali dengan studi literatur tentang pengambilan keputusan menggunakan metode electre. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan program pembangunan desa berdasarkan dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode electre yang merupakan teknik pengambilan keputusan berdasarkan konsep outranking dengan menggunakan perbandingan berpasangan dari setiap alternatif berdasarkan setiap kriteria yang sesuai. 166

2 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016 B29 Langkah yang digunakan dalam metode electre adalah sebagai berikut: a. Membentuk perbandingan berpasangan setiap alternatif pada setiap kriteria dan dinormalisasikan ke dalam suatu skala yang dapat dibandingkan. b. Memberikan bobot pada setiap kriteria yang mengekspresikan kepentingan relatifnya. c. Menentukan himpunan dari concordance dan discordance. d. Menentukan matriks concordance dan discordance. e. Menetukan matriks dominan concordance dan discordance. f. Menentukan matriks dominan agregat. g. Mengeliminasi alternatif. Langkah 2 : Pembobotan matrik Setelah di normalisasi, setiap kolom dari matrik R dikalikan dengan bobot-bobot (wj) yang ditentukan oleh pembuat keputusan. Sehingga, weighted normalized matrix adalah V=RW yang ditulis dalam persamaan: 2. Electre Elimination and Choise Expressing Reality atau yang dikenal dengan electre merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria berdasarkan pada konsep outranking dengan menggunakan perbandingan berpasangan dari alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria yang sesuai. Metode electre digunakan pada kondisi dimana alternatif yang kurang sesuai dengan kriteria dieliminasi, dan alternative yang sesuai dapat dihasilkan. Dengan kata lain, electre digunakan untuk kasus-kasus dengan banyak alternatif namun hanya sedikit kriteria yang dilibatkan [8]. Suatu alternatif dikatakan mendominasi alternatif yang lainnya jika satu atau lebih kriterianya melebihi (dibandingkan dengan kriteria dari alternatif yang lain) dan sama dengan kriteria lain yang tersisa [9]. Langkahlangkah yang dilakukan dalam penyelesaian masalah menggunakan metode electre adalah sebagai berikut : Langkah 1 : Normalisasi matrik keputusan. Dalam prosedur ini, setiap atribut diubah menjadi nilai yang comparable. Setiap normalisasi dari nilai r ij dapat dilakukan dengan persamaan: Sehingga didapat matriks R hasil normalisasi, dimana W adalah Langkah 3 : Menentukan concordance dan discordance set. Untuk setiap pasang dari alternatif k dan l ( k,l = 1,2,3,,m dan k l ) kumpulan kriteria J dibagi menjadi dua subsets, yaitu concordance dan discordance. Bilamana sebuah kriteria dalam suatu alternatif termasuk concordance adalah : C kl = { j, y kj y lj }, untuk j = 1,2,3( Sebaliknya, komplementer dari subset ini adalah discordance, yaitu bila : D kl = { j, y kj < y lj }, untuk j = 1,2,3,,n Langkah 4 : Hitung matriks concordance dan discordance. a. Concordance Untuk menentukan nilai dari elemenelemen pada matriks concordance adalah dengan menjumlahkan bobot bobot yang termasuk dalam subset concordance, secara matematisnya adalah pada Rumus (3.9): Sehingga hasilnya adalah R adalah matriks yang telah dinormalisasi, dimana m menyatakan alternatif, n menyatakan kriteria dan r ij adalah normalisasi pengukuran pilihan dari alternatif ke-i dalam hubungannya dengan kriteria ke-j. b. Discordance Untuk menentukan nilai dari elemenelemen pada matriks discordance adalah dengan membagi 167

3 maksimumseli sih nilai kriteria yang termasuk dalam subset discordance dengan maksimum selisih nilai seluruh kriteria yang ada, secara matematisnya adalah : dapat dieliminasi. Dengan demikian alternatif terbaik adalah yang mendominasi alternatif lainnya. 3. Penerapan metode Sehingga diperoleh matrik discordance : Penerapan metode electre dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama adalah contoh skenario perhitungan metode electre secara manual dan bagian kedua contoh penerapan electre menggunakan software diviz electre Contoh Skenario Perhitungan Langkah 5 : Menentukan matrik dominan concordance dan discordance. a. Concordance Matrik dominan concordance dapat dibangun dengan bantuan nilai threshold, yaitu dengan membandingkan setiap nilai elemen matriks concordance dengan nilai threshold. C kl c dengan nilai threshold ( c ), adalah : dan nilai setiap elemen matriks F sebagai matriks dominan concordance ditentukan sbb : f kl = 1, jika c kl c dan f kl = 0, jika c kl < c b. Discordance Untuk membangun matriks dominan discordance juga menggunakan bantuan nilai threshold, yaitu : dan nilai setiap elemen untuk matriks G sebagai matriks dominan discordance ditentukan sebagai berikut : g kl = 0, jika c kl d dan g kl = 1, jika c kl < d Langkah 6 : Menentukan aggregate dominance matrix. Langkah selanjutnya adalah menentukan aggregate dominance matrix sebagai matriks E, yang setiap elemennya merupakan perkalian antara elemen matriks F dengan elemen matriks G, sebagai berikut : e kl = f kl x g kl Langkah 7 : Eliminasi alternatif yang less favourable. Matriks E memberikan urutan pilihan dari setiap alternatif, yaitu bila e kl = 1 maka alternatif A k merupakan pilihan yang lebih baik daripada A l. Sehingga baris dalam matriks E yang memiliki jumlah e kl = 1 paling sedikit Berikut ini merupakan contoh skenario penggunaan metode electre. Dalam sebuah rapat untuk pengambilan keputusan pemilihan prioritas pembangunan desa, diputuskan ada tiga alternatif yang akan menjadi pilihan, dari ketiga alternatif tersebut harus diputuskan alternatif mana yang akan manjadi prioritas, tiga alternatif tersebut adalah: A1 = betonisasi jalan desa A2 = perbaikan saluran irigasi A3 = imunisasi campak Ada lima kriteria yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu: 1. Tingkat kebutuhan mendesak (urgensi) 2. Tingkat dampak atau manfaat 3. Sumber daya 4. Berdasarkan evaluasi program sebelumnya 5. Bobot Partisipan Rating kecocokan setiap alternatif pada setisp kriteria, dinilai dengan 1 sampai 5 dengan ketentuan : 1 = Sangat buruk, 2 = Buruk, 3 = Cukup, 4 = Baik, 5 = Sangat baik. Sedangkan tingkat kepentingan yang nantinya akan dijadikan bobot preferensi setiap kriteria juga dinilai dengan 1 sampai 5, dengan ketentuan : 1 = Sangat rendah, 2 = Rendah, 3 = Cukup, 4 = Tinggi, 5 = Sangat tinggi. Tabel 3.1, menunjukkan rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria. Karena setiap nilai yang diberikan pada setiap alternatif di setiap kriteria merupakan nilai kecocokan dimana nilai terbesar adalah terbaik, maka semua kroteria yang diberikan diasumsikan sebagai kriteria keuntungan. 168

4 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016 B29 Tabel.3.1. Ratting Kecocokan dari Setiap Alternatif Altenatif Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 A A A Pengambilan keputusan memberikan bobot preferensi sebagai : W = (4,3,5,4,2) Matriks keputusan yang dibentuk dari tabel kecocokan adalah sebagai berikut : Dari perhitungan di atas diperoleh matriks Untuk menyelesaikan masalah di atas dengan metode electre, akan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang dijelaskan sebelumnya. 1. Normalisasi matriks keputusan 2. Pembobotan pada matriks yang telah dinormalisasi V = R*W 3. Menentukan himpunan concordance dan disordance index a. Concordance Sebuah kriteria dalam suatu alternatif termasuk concordance jika : b. Disordance Sebuah kriteria dalam suatu alternatif termasuk disordance jika : 169

5 4. Menghitung matriks concordance dan disordance a. Menghitung matriks concordance Jadi, matriks concordance adalah : b. Menghitung matriks disodance 170

6 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016 B29 Jadi, matriks discordance adalah : e23 = f23 x g23 = 1 x 0 = 0 e31 = f31 x g31 = 0 x 1 = 0 e32 = f32 x g32 = 0 x 1 = 0 Sehingga, matriks aggregate dominance adalah 5. Menentukan matriks dominan concordance dan discordance a. Menghitung matriks dominan concordance Nilai threshold ( c ) adalah Elemen matriks F ditentukan sebagai berikut : Sehingga, matriks dominan concordance adalah b. Menghitung matriks dominan discordance Nilai threshold ( d ) adalah dan elemen matriks G ditentukan sebagai berikut : Sehingga, matriks dominan discordance adalah 7. Eliminasi alternative yang less favourable. Matriks E memberikan urutan pilihan dari setiap alternatif, yaitu bila e kl = 1 maka alternatif Ak merupakan alternatif yang lebih baik daripada Al. Sehingga, baris dalam matriks E yang memiliki jumlah ekl = 1 paling sedikit dapat dieliminasi. Dengan demikian, baris pertama dan ketiga yang dapat dieliminasi dan tersisa baris kedua. Nilai e21 = 1 menunjukkan bahwa alternatif kedua (A2 = perbaikan saluran irigasi) lebih baik dari alternatif pertama (A1 = betonisasi jalan desa) dan ketiga (A3 = imunisasi campak). Sehingga pengambil keputusan akan mengambil alternatif kedua, yaitu perbaikan saluran irigasi Pengujian electre menggunakan Diviz- Electre Model yang dibangun dalam penelitian ini dijalankan dan diuji menggunakan perangkat lunak Diviz-Electre yang dapat di unduh di URL: [10] Tampilan user interface dapat dilihat seperti pada Gambar 3.2. Perangkat ini ditujukan untuk menjalankan fungsifungsi dari berbagai macam metode MCDA (Multi Criteria Decision Analysis) dalam platform open sources, yang secara khusus terdiri dari dua komponen yaitu XMCDA dan Diviz. XMCDA adalah sebuah skema XML (Xtended Markup Language) untuk menggambarkan data masalah MCDA, sedangkan Diviz adalah open source Java client dan server untuk desain, eksekusi dan berbagi metode MCDA. Diviz menggunakan XMCDA untuk membuat komponen dasar dapat dioperasikan [10]. 6. Menentukan aggregate dominance matrikx Rumus umum untuk anggota matriks aggregate dominance adalah e kl = f kl x g kl e12 = f12 x g12 = 1 x 0 = 0 e13 = f13 x g13 = 1 x 0 = 0 e21 = f21 x g21 = 1 x 1 = 1 171

7 Gambar 3.2. Tampilan menu utama diviz electre Pengujian menggunakan software diviz electre menunjukan hasil sebagai berikut: 1. Alternatives Comparisons a01 R a01 ( ) a01 R a02 ( 0.57 ) a01 R a03 ( 0.49 ) a01 R a04 ( 0.7 ) a01 R a05 ( 0.7 ) a01 R a06 ( 0.7 ) a02 R a01 ( 0.0 ) a02 R a02 ( 1.0 ) a02 R a03 ( 0.29 ) a02 R a04 ( ) a02 R a05 ( 0.05 ) a02 R a06 ( ) a03 R a01 ( ) a03 R a02 ( ) a03 R a03 ( 1.0 ) a03 R a04 ( ) a03 R a05 ( ) a03 R a06 ( ) a04 R a01 ( 0.0 ) a04 R a02 ( 0.0 ) a04 R a03 ( 0.0 ) a04 R a04 ( 1.0 ) a04 R a05 ( 0.0 ) a04 R a06 ( 0.0 ) a05 R a01 ( ) a05 R a02 ( ) a05 R a03 ( ) a05 R a04 ( ) a05 R a05 ( 1.0 ) a05 R a06 ( 0.73 ) a06 R a01 ( 0.0 ) a06 R a02 ( 1.0 ) a06 R a03 ( ) a06 R a04 ( ) a06 R a05 ( 0.0 ) a06 R a06 ( 1.0 ) 2. Criteria Id : c01 Name : Tingkat kebutuhan mendesak Id : c02 Name : Tingkat Dampak atau Manfaat Id : c03 Name : Tersedianya sumberdaya 172

8 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016 B29 Id : c04 Name : Evaluasi program sebelumnya Id : c05 Name : Bobot Partisipan 3. Concordance Alternatives comparisons a01 R a01 ( 1.0 ) a01 R a02 ( 0.7 ) a01 R a03 ( 0.49 ) a01 R a04 ( 0.7 ) a01 R a05 ( 0.7 ) a01 R a06 ( 0.7 ) a02 R a01 ( ) a02 R a02 ( 1.0 ) a02 R a03 ( ) a02 R a04 ( ) a02 R a05 ( ) a02 R a06 ( ) a03 R a01 ( ) a03 R a02 ( ) a03 R a03 ( 1.0 ) a03 R a04 ( ) a03 R a05 ( ) a03 R a06 ( ) a04 R a01 ( ) a04 R a02 ( 0.6 ) a04 R a03 ( ) a04 R a04 ( 1.0 ) a04 R a05 ( 0.6 ) a04 R a06 ( ) a05 R a01 ( ) a05 R a02 ( ) a05 R a03 ( ) a05 R a04 ( ) a05 R a05 ( 1.0 ) a05 R a06 ( 0.73 ) a06 R a01 ( ) a06 R a02 ( 1.0 ) a06 R a03 ( ) a06 R a04 ( ) a06 R a05 ( ) a06 R a06 ( 1.0 ) 4. Discordances Alternatives comparisons a01 R a01 a01 R a02 a01 R a03 a01 R a04 a01 R a05 a01 R a06 a02 R a01 a02 R a02 a02 R a03 ( c01:0.45 c02:0.0 c03:0.0 c04:0.0 c05:0.0 ) a02 R a04 a02 R a05 a02 R a06 a03 R a01 a03 R a02 a03 R a03 a03 R a04 a03 R a05 a03 R a06 a04 R a01 a04 R a02 a04 R a03 a04 R a04 a04 R a05 a04 R a06 a05 R a01 a05 R a02 a05 R a03 a05 R a04 a05 R a05 173

9 a05 R a06 a06 R a01 a06 R a02 a06 R a03 a06 R a04 a06 R a05 a06 R a06 5. Alternatif Comparisons Plot Alternatives comparisons plot yang dihasilkan adalah { a01, a03, a05, a04, a06, a04-a02 }. Alternatives comparisons plot merupakan hasil akhir yang menunjukan bahwa urutan alternatif pilihan adalah a01-a03-a05-a06- a04-a02 (Gambar 3.3), dimana a01-a0n mewakili alternatif program pembangunan yang menjadi pilihan. Gambar 3.3. Grafik hasil perhitungan urutan alternatif menggunakan diviz electre 4. Kesimpulan Saran Perangkat lunak Diviz Electre dijalankan dengan skema XML, agar metode ini dapat diterapkan dalam sebuah aplikasi di pemerintahan desa maka dibutuhkan infrastruktur jaringan internet yang memadai. REFERENSI [1] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 [2] Posayanant S., Chareonngam C., Prototype KPIs for rural infrastructure development The practice of subdistrict local governments, International Journal of Productivity and Performance Management Vol. 59 No. 8, 2010 pp q Emerald Group Publishing Limited [3] Hoshino H., Zhong N, Dynamic Hybrid Type Mining in an Intelligent e-government Model, IEEE/WIC/ACM International Conferences on Web Intelligence and Intelligent Agent Technology - Workshops [4] Asghar. S, Fong S., Hussain T., Business Intelligence Modeling: A Case Study of Disaster Management Organization in Pakistan, 2009 Fourth International Conference on Computer Sciences and Convergence Information Technology [5] Hartati S., Nugroho A., Sistem Pendukung Keputusan Berbasis AHP (Analytical Hierarchy Process) Untuk Penentuan Kesesuaian Penggunaan Lahan (Studi Kasus : Kabupaten Semarang). Jurnal Teknologi Technoscientia ISSN: Vol. 5 No. 1 Agustus [6] Kusumaningrum R., Endah S.N., Sistem Pendukung Keputusan untuk Menganalisa Kesesuaian Jenis Vegetasi Mangrove Menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP). Prosiding Seminar Nasional Ilmu Komputer Universitas Diponegoro Semarang, 7 Agustus [7] Sabria N.F.,, Othmana Z, Nayana N., Azman M.N., Aplikasi GIS dan AHP Dalam Kesesuaian Kawasan Penanaman Anggur: Kajian Kes di Negeri Perlis, Jurnal Teknologi Sciences & Engineering [8] Ermatita, Hartati, S., Wardoyo, R., Harjoko, A., ELECTRE-Entropy method in Group Decision Support System Modelto Gene Mutation Detection (IJARAI) International Journal of Advanced Research in Artificial Intelligence, Vol. 1, No. 1 [9] Kusumadewi, S. et al Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (FUZZY MADM). Graha Ilmu. Yogyakarta. [10] Metode MCDM yaitu electre yang diterapkan dengan menggunakan perangkat lunak Diviz Electre, menunjukan bahwa sistem yang dikembangkan mampu membantu pengambilan keputusan untuk menentukan penilaian masalah dan prioritas pembangunan desa. 174