KENDALA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMP NEGERI 23 PADANG ABSTRACT

Transkripsi

1 1 KENDALA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMP NEGERI 23 PADANG Endang Sari 1, Ahmad Zaini 2, Septya Suarja 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat endangsari466@yahoo.com ABSTRACT This study is based on the obstacles experienced by teachers in the learning process in children with special needs such as teachers have not been able to be proactive and friendly in the learning process, the lack of cooperation with other teachers in the learning process on students with special needs, support systems that have not been adequate to support the process learning in children has special needs. The purpose of this study is to describe (1) Obstacles of teachers in the learning process in children with special needs in SMP Negeri 23 Padang viewed from internal factors (2) Obstacles teachers in the learning process in children with special needs seen from external factors.this research is a quantitative descriptive research. The population is teachers of SMP Negeri 23 Padang, which is 30 teachers, the technique used total sampling. Instrument used in this research is questionnaire, while for data analysis used technique percentage.based on the results of the analysis that has been done revealed that: (1) Obstacles teachers in the learning process on learners with special needs seen from the internal factors are classified as many (2) Obstacles teachers in the learning process on learners with special needs seen from external factors quite sufficient. The results of this study is recommended to teachers to more attention again learners with special needs are slow in understanding the subject matter. Keyword: Teacher Student s Disabilities PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, tanpa ada pengecualian. Pendidikan suatu wadah bagi setiap individu dalam proses belajar mengajar untuk mengembangkan IQ maupun skill serta potensi yang ada dalam dirinya. Dengan adanya pendidikan dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya, peserta didik dapat belajar dari yang tidak tahu menjadi lebih tahu suatu pendidikan dapat berhasil apabila peserta didik bisa menciptakan hal-hal yang baru untuk kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang. Pendidikan inklusi dilaksanakan untuk memenuhi hak 1

2 2 setiap anak dalam memperoleh pendidikan yang layak. Undangundang No 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 tentang kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah adalah: Pemerintah daerah yang wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminatif. Pengakuan bahwa pendidikan tanpa diskriminatif bagi setiap warga negara menunjukan bahwa setiap anak memperoleh hak dalam mendapatkan layanan pendidikan yang dapat mengakomodasi setiap kebutuhan masing-masing peserta didik. Layanan pendidikan yang dapat mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus bersamasama dengan anak normal lainnya dalam kelas reguler. Pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah suatu pendidikan yang diberikan oleh seorang guru kepada peserta didik. Pendidikan sangat diperlukan bagi peserta didik yang mengalami hambatan dalam belajar. Dalam pembentukan konsep diri yang lebih baik guru hendaknya lebih banyak memberikan motivasi kepada peserta didik, dengan adanya pendidikan ini peserta didik memiliki pemahaman yang baru yang bisa memotivasi dirinya kearah yang lebih baik yang bermanfaat bagi dirinya di masa yang akan datang. Dalam proses pembelajaran seorang guru harus memiliki kemampuan yang luas, ide yang banyak. Seorang guru itu harus sabar dan peduli dalam mengatasi setiap permasalahan yang sering dihadapi oleh peserta didik. Seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik peserta termasuk peserta didik berkebutuhan khusus. Selain itu guru juga diharapkan dapat memberikan layanan yang bersifat positif agar peserta didik berkebutuhan khusus lebih bisa menyesuaikan dirinya dengan teman sebaya dalam belajar di kelas agar peserta didik lebih tertarik untuk belajar, Delphie (2009:17) mengemukakan bahwa: Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus adalah mendapatkan kesempatan untuk belajar di kelas-kelas umum berdasarkan kemampuan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah dengan beberapa modifikasi. Anak-anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti program-program pembelajaran yang ada di

3 3 sekolah bersama- sama dengan anak normal lainnya. Tugas guru adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus. Seorang guru hendaknya memberikan kesempatan yang sama kepada peserta didik normal maupun peserta didik berkebutuhan khusus dalam belajar. Tugas seorang guru adalah mendidik peserta didik dari yang tidak tahu menjadi lebih tahu, guru hendaknya bisa merubah sikap peserta didik yang bersifat negatif dalam setiap memberikan materi pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai fondasi bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi, kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Guru yang profesional memiliki intelektual, sosial dan spritual yang tinggi dalam mendidik peserta didik berkebutuhan khusus. Peserta didik berkebutuhan khusus berbeda dengan peserta didik normal lainnya, oleh karena itu dibutuhkan seorang guru yang profesional dalam mendidik peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran. Guru menempatkan peserta didik berkebutuhan khusus sebagai pusat dalam pembelajaran agar peserta didik berkebuhan khusus lebih banyak mendapatkan perhatian yang penuh untuk membantunya dalam pengembangan dirinya yang lebih baik untuk kedepannya. Wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran di SMP Negeri 23 Padang pada tanggal 09 Maret bahwa peserta didik berkebutuhan khusus dalam belajar sering keluar masuk kelas dalam belajar. Peserta didik berkebutuhan khusus tidak konsentrasi dalam belajar dan adanya peserta didik berkebuthan yang lambat dalam memahami materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran masih kurangnya akses pelayanan bagi peserta didik berkebutuhan khusus dan masih ada beberapa orang tua yang kurang memiliki perhatian kepada peserta didik berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah umum. Permasalahan di atas masih banyak kendala guru dalam proses pembelajar peserta didik berkebutuhan khusus seperti peserta

4 4 didik berkebutuhan khusus sering keluar masuk kelas saat belajar. Peserta didik berkebutuhan khusus banyak yang lambat dalam menerima materi pelajaran, kurangnya akses pelayanan bagi peserta didik berkebutuhan khusus dan kurangnya motivas peserta didik berkebutuhan khusus dalam belajar dan guru berperan memberikan motivasi dan bimbingan pada peserta didik berkebutuhan khusus, guru juga memberikan arahan pada peserta berkebutuhan khusus yang tidak kosentrasi dalam belajar. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk membuat penelitian dengan judul: Kendala Guru dalam Proses Pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Negeri 23 Padang. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Margono (Darmawan, 2013:37) penelitian kuantitatif yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Penelitian kuantitatif dapat dilaksanakan dengan penelitian deskriptif, penelitian hubungan/korelasi, penelitian kuasi eksperimental, dan penelitian eksperimen. Penelitian deskriptif kuantitatif ialah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data jadi yang menyajikan data-data menganalisis dan menginterprestasi. Penelitian deskriptif kuantitatif ialah suatu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek apa adanya menurut Best (Darmawan, 2013: 38). Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli-Agustus tahun 2017 di SMP Negeri 23 Padang. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti mendapatkan informasi permasalahan mengenai kendala guru dalam proses pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus. Untuk itu peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai kendala guru dalam proses pembelajaran pada

5 5 anak berkebutuhan khusus di SMP Negeri 23 Padang. Menurut Sugiyono (2014:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Menurut Darmawan (2013:137) populasi adalah sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas. Jika data diambil dari populasi, maka akan memerlukan dana dan waktu yang cukup banyak sehingga dalam penelitian hal itu terlalu mahal. Alternatif agar data yang diperoleh mampu mewakili data yang ada pada populasi, maka dalam penelitian sering dilakukan pemilihan responden atau sumber data yang tidak begitu banyak dari populasi, tetapi cukup mewakili. Prosesnya disebut dengan teknik penyampelan atau teknik samplin. Dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah 30 pendidik SMP Negeri 23 Padang, besarnya populasi secara rinci dapat di lihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Populasi Populasi Jumlah Seluruh Pendidik 30 SMP Negeri 23 Padang Jumlah 30 Sumber Data: Tata Usaha SMP Negeri 23 Padang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Riduwan (2012:85) data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Menurut Sugiyono (2014:93) data interval adalah data yang punya ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan dan sama. Dalam penelitian ini peneliti akan mengintervalkan data tentang kendala guru dalam proses pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus di SMP Negeri 23 Padang.

6 6 Arikunto (2006:129) mengatakan Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Menurut Lufri (2007:99) Sumber data primer adalah subjek atau sampel penelitian itu sendiri dan data sekunder adalah data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Jadi, sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder adalah sumber yang mengantarai peneliti dengan subjek penelitian. Menurut Bungin (2011:132) sumber data ada dua yaitu: a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian. Data primer diperoleh dari guru SMP Negeri 23 Padang. b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Data sekunder diperoleh dari tata usaha SMP Negeri 23 Padang. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengadministrasikan questioner (angket). Untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan dengan masalah peneliti ini digunakan atau disusun instrument dalam bentuk angket. Menurut Arikunto (2006:128) Questioner (angket) yaitu seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ingin diketahui. Selanjutnya Bungin (2005:123) menjelaskan angket adalah Serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Selanjutnya, Yusuf (2005:252) mendefenisikan angket adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu, diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data. Questioner (angket) ini diberikan kepada responden dan disusun dengan beberapa prosedur yaitu penyusunan kisi-kisi dan penyusunan butir-butir pernyataan.

7 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, adapun hasil dan pembahasan dalam penelitian tersebut adalah: 1. Deskripsi Secara Sub Variabel a. Faktor Internal Pada analisis data terlihat bahwa kendala guru dalam proses pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus dapat dilihat dari faktor internal yaitu kategori sangat banyak 1 orang berada pada 3,33% kategori banyak 13 orang berada pada 43,34% kategori cukup 10 orang berada pada 33,33 kategori sedikit 6 orang berada pada 20% sedangkan kategori sangat sedikit tidak ada artinya kendala guru dalam proses pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus dilihat dari faktor internal tergolong banyak. Artinya kendala guru dalam proses pemebelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus di SMP Negeri 23 Padang dilihat dari faktor internal tergolong banyak berada pada 43,34%. M Surya (1979:39) Fakor internal adalah terdiri dari faktor fisiologis atau jasmani individu baik yang bersifat bawaan/ hereditas maupun yang diperoleh minsalnya penglihatan pendenganran sturuktur badan dan sebagainya, faktor internal lain yaitu faktor fsikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri dari faktor intelektif, potensi, bakat dan lain sebagainya. b. Faktor Eksternal Pada analisis data terlihat bahwa kendala guru dalam proses pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus dapat dilihat dari faktor ekternal yaitu kategori sangat banyak 2 orang berada pada 6.66% kategori banyak 6 orang berada pada 20% kategori cukup 15 orangberada pada 50% kategori sedikit 7 orang berada pada 23,33% dan kategori sangat sedikit tidak ada dan.

8 8 Artinya kendala guru dalam proses pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus di SMP Negeri 23 Padang dilihat dari faktor eksternal tergolong cukup banyak. Surya (1979:40) menjelaskan faktor eksternal meliputi sosial, lingkungan keluarga, sekolah, teman, masyarakat, budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor lingkungan fisik ontohnya fasiliats belajar di rumah, di sekolah, iklim dan faktor spritual serta lingkungan keluarga. Faktor yang berasal dari dalam individu. 2. Deskripsi Secara Indikator a. Guru belum mampu bersikap proaktif dan ramah Pada analisisi data terlihat bahwa kendala guru dalam proses pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus dapat dilihat dari indikator guru belum mampu bersiakp proaktif dan ramah yaitu kategori sangat banyak 1 orang berada pada 3,33% kategori banyak 15 orang berada pada 50% kategori cukup 10 orang berada pada 33,33% kategori sedikit 4 orang berada pada 13,3% dan kategori sangat sedikit tidak. Artinya kendala guru dalam proses pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus di SMP Negeri 23 Padang dilihat dari indikator guru belum mampu bersikap proaktif dan ramah berada pada kategori banyak. Sarlito W. Sarwono (2009:83) mengemukakan bahwa sikap merupakan proses evaluasi yang sifatnya internal dan subjektif yang berlangsung dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati secara langsung. Sikap dapat diketahui melalui 10 pengetahuan, keyakinan perasaan dan kecenderungan tingkah laku. b. Guru kurang sensitif dan tidak proaktif Berdasarkan analisis data di atas terungkap bahwa kategori sangat banyak 1 orang

9 9 berada pada 3,333% kategori banyak 12 orang berada pada 40% kategori cukup 10 orang berada pada 33,3% kategori sedikit 7 orang berada pada 23,33% sedangkan kategori sangat sedikit tidak ada artinya kendala guru dalam proses pemblajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus dilihat dari indikator guru kurang sensitif dan tidak proaktif berada pada kategori banyak. Artinya kendala guru dalam proses pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus dilihat dari indikator guru kurang sensitif dan tidak proaktif tergolong banyak berada pada 40%. Menurut Covey. Stephen R. (1997:8) proaktif adalah suatu sikap untuk bertanggung jawab atas hidup diri kita sendiri. Hidup yang kita jalani berasal dari berbagai macam bentuk keputusan yang kita buat dan kita sebagai manusia juga punya tanggung jawab dan berbagai inisiatif untuk untuk membuat segalanya terjadi. c. Belum adanya koordinasi dengan tenaga profesional Berdasarkan analisis data terungkap bahwa kategori sangat banyak 6 orang berada pada 20% kategori banyak 7 orang berada pada 23,33% kategori cukup 13 orang berada pada 43,33% kategori sedikit 4 orang berada pada 13,33% sedangkan kategori sangat sedikit tidak ada artinya kendala guru dalam proses pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus berada pada kategori cukup. Artinya kendala guru dalam proses pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus di SMP Negeri 23 Padang dilihat drai indikator belum adanya kerjasama dengan tenaga profesional tergolong cukup berada pada 43,33%. Menurut R. Terry (2000:12) bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk

10 10 menyediakan jumlah waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. d. Pembelajaran belum dilaksanakan secara team teaching Berdasarkan analisis data terungkap bahwa kategori sangat banyak 1 orang berada pada 3,33% kategori banyak 9 orang berada pada 30% kategori cukup 15 orang berada pada 50% kategori sedikit 4 orang berada pada 13,33% sedangkan kategori sangat sedikit 1 orang berada pada 3,33%. Artinya bahwa kendala guru dalam proses pembelajaran pada pesera didik berkebtuhan khusus di SMP Negeri 23 Padang dilihat dari indikator pembelajaran belum dilaksanakan secara team teaching berada pada kategori cukup. Ahmadi dan Prasetya (2005:18) menyatakan bahwa team teaching (pengajaran beregu) adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa orang. Tim pengajar atau guru yang menyajikan bahan pelajaran dengan metode mengajar beregu ini menyajikan bahan pengajaran yang sama dalam waktu dan tujuan yang sama pula. e. System Pendukung Belum Memadai Berdasarkan analisis data terungkap bahwa kategori sangat banyak 3 orang berada pada 10% kategori banyak 9 orang berada pada 30% kategori cukup 10 orang berada pada 33,33% kategori sedikit 8 orang berada pada 26,67% dan kategori sangat sedikit tida ada. Artinya pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kendala guru dalam proses pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus di

11 11 SMP Negeri 23 Padang dilihat dari indikator system pendukung belum memadai tergolong cukup. Illahi (2013:186) Sarana prasarana merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusif. Penyediaan sarana prasana harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Penyediaan sarana yang dilakukan guru dalam menunjang pelaskanaan pendidikan inklusif adalah penggunaan media khusus bagi anak berkebtuhan khusus. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kendala guru dalam proses pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus di SMP Negeri 23 Padang dapat dilihat dari 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal ebagai berikut: 1. Kendala guru dalam proses pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus di SMP Negeri 23 Padang dilihat dari faktor internalnya berada pada kategori banyak. 2. Kendala guru dalam proses pembelajaran peserta didik berkebutuhan di SMP Negeri 23 Padang dilihat dari faktor eksternalnya berada pada kategori cukup. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Joko Tri Prasetya Strategi Belajar mengajar: Bandung: Pustaka Setia. Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan Metodologi Penelitian Kuantitatif.Jakarta: Prenada Media Group. Bungin, Burhan Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Covey. Stephen R Kepemimpinan yang berprinsip. Jakarta. Binarupa Aksara. Delphie Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi Sleman: Intan Sejati Klaten.

12 12 Dermawan Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ilahi, Muhammad Takdir Pendidikan Inklusif. Yogyakarta: A-Ruzz Media. Lufri Kiat Memahami Metodologi dan Melakukan Penelitian. Padang: UNP Press. R. Terry Prinsip-Prinsip Manajemen (Edisi Bahasa Indonesia). Bandung. Bumi Aksara. Riduwan Belajar Muda untuk Guru, Karyawan, Peneliti, Pemula. Bandung: Alfabeta. Surya, Moh Pengaruh Faktorfaktor Non Intelektual Terhadap Gejala Kompetensi. Bandung: Disertasi IKIP. Sarlito W. Sarwono. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Sugiono Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dankualitatif R&D. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang. No 20. Tahun Pasal 11 Ayat 1. Tentang Pendidikan Nasional. Dekdikbud: Jakarta. Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya