Gambar 3.1. Disain Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 3.1. Disain Penelitian"

Transkripsi

1 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian dirancang untuk mengembangkan dan menguji efektivitas model Diklat untuk peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri guru dalam konteks pembelajaran IPA. Penelitian menggunakan metode Research and Development (R & D) dengan model ADDIE (Dick & Carey, 2001), seperti tampak dalam Gambar 3.1. Tahap: Kegiatan: Analysis Analisis kebutuhan, studi literatur, analisis penelitian yang relevan. Pengembangan Model Design Mengkaji kurikulum, merancang kompetensi yang akan dilatihkan, merancang tujuan program. Develop Mengembangkan model Diklat, menyiapkan materi dan alat, prosedur pembelajaran, dan mengembangkan instrumen. Pengujian Efektivitas Model Implementation Evaluation Melakukan uji coba model, mengumpulkan data melalui tes, interview, observasi, angket, dan menganalisis data. Mengukur dampak pembelajaran, mengukur ketercapaian tujuan pengembangan model, mengukur apa yang telah dicapai oleh sasaran. Dihasilkan suatu program yang bersifat hipotetis Gambar 3.1. Disain Penelitian

2 42 Sesuai dengan tujuan penelitian, lima tahap penelitian pada Gambar 3.1 dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu pengembangan model dan pengujian efektivitas model. Pengembangan model meliputi tahap analysis, design, dan develop, sedangkan pengujian efektivitas model yaitu tahap implementation dan evaluation. Penjelasan secara lebih rinci untuk setiap tahap adalah sebagai berikut. 3.2 Pengembangan Model Pengembangan model dilakukan melalui tahap analisis yang dilakukan untuk mengumpulkan berbagai data untuk analisis kebutuhan. Selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk perencanaan dalam merancang model. Rincian tahapan kegiatan pengembangan model diuraikan sebagai berikut Tahap Analysis (Analisis) Pada tahap analisis, pengumpulan informasi terfokus pada analisis kebutuhan guru untuk mendapatkan Diklat inkuiri, analisis hasil-hasil penelitian yang relevan dengan model yang akan dikembangkan, dan teori yang mendukung pengembangan model Diklat. Data yang diperlukan dianalisis untuk mendukung perencanaan pengembangan model Diklat. Analisis kebutuhan Diklat dilakukan dengan menggunakan gabungan dari dua pendekatan dalam pengembangan Diklat yaitu pengembangan Diklat berdasarkan pada proses dan materi latihan (Subject Matter Analysis/SMA) dan pengembangan Diklat berdasarkan kebutuhan peserta (Training Need Analysis/TNA). Pendekatan berdasarkan SMA dilakukan untuk mengembangkan instrumen TNA melalui kajian teoritis mengenai proses dan materi Diklat. Pendekatan berdasarkan TNA dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan peserta Diklat terkait pemahaman guru tentang pengetahuan inkuiri, kompetensi merancang pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri, kompetensi membelajarkan IPA berbasis inkuiri serta sikap terhadap kebutuhan peningkatan kompetensi melalui pelatihan inkuiri.

3 43 Hasil pengumpulan informasi terkait analisis kebutuhan Diklat inkuiri dan urutan kompetensi dasar berdasarkan tingkat kesulitan dijelaskan sebagai berikut Analisis Kebutuhan Diklat Inkuiri Guru IPA SMP Studi pendahuluan (Susilawati dkk, 2014a) yang dilakukan dengan cara penyebaran angket kepada 115 orang guru IPA SMP dari 33 Provinsi di Indonesia yang sedang mengikuti Diklat di P4TK IPA Bandung, ditemukan bahwa 6.1% guru termasuk kategori rendah dalam pemahaman tentang konsep inkuiri, 56.5% lainnya menunjukkan kategori sedang, dan 37.4% tinggi. Dari 115 guru tersebut ternyata 70.45% menyatakan masih membutuhkan peningkatan kompetensi dalam hal pemahaman konsep inkuiri dan 82.6% membutuhkan peningkatan kompetensi pedagogi dalam membuat perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri serta keterampilan mengajarkannya (Lampiran B.1). Hasil studi pendahuluan lainnya yang dilakukan pada tahun 2014 terhadap 47 orang guru di kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (Susilawati dkk, 2014) yang sedang mengikuti sosialisasi program Diklat di SEAMEO QITEP in Science Bandung terungkap data sebagai berikut. Pertama, lebih dari setengah jumlah (63,8%) guru masih menunjukkan kompetensi sedang (53,2%) dan rendah (10,6) dalam hal pemahaman inkuiri dilihat dari aspek pengetahuan. Kedua, sebagian besar (61,7%) guru mengaku kurang terampil dalam mengajarkan IPA dengan menggunakan pendekatan inkuiri, sisanya (31.9%) menunjukkan kompetensi sedang, dan hanya sedikit sekali (6.4%) yang sudah sangat terampil. Ketiga, sikap akan perlunya peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri melalui pelatihan diyakini sangat tinggi oleh sebagian besar (74,5%) guru Urutan Kompetensi Dasar berdasarkan Tingkat Kesulitan Selain menggali informasi tentang kompetensi inkuiri, juga diidentifikasi tingkat kesulitan cara mengajarkan materi IPA berbasis inkuiri di kelas VIII berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) secara berurutan. Materi di kelas VIII dipilih sebagai alat untuk meningkatkan kompetensi pedagogi inkuiri guru karena berdasarkan hasil kajian kurikulum IPA SMP menunjukkan bahwa di kelas VIII

4 44 sebaran untuk materi Fisika, Kimia, dan Biologi lengkap semuanya ada, sedangkan materi yang ada di kelas VII materinya lebih banyak Biologi, demikian juga di kelas IX. Tabel 3.1. Urutan KD Berdasarkan Tingkat Kesulitan Peringkat KD1 KD2 KD3 KD4 KD5 KD6 KD7 f % f % f % f % f % F % f % Abstain Total Keterangan: angka yang dicetak tebal (bold) menunjukkan persentase tertinggi untuk setiap peringkat KD 1 : KD 2 : KD 3 : KD 4 : KD 5 : KD 6 : KD 7 : Gerak lurus, gaya dan penerapannya pada makhluk hidup Struktur jaringan tumbuhan dan fungsinya serta pemanfaatannya dalam teknologi Karakteristik bahan dan pengaruhnya bagi kesehatan manusia Mendeskripsikan struktur rangka dan otot manusia, serta fungsinya pada berbagai kondisi Mendeskripsikan kegunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan hubungannya dengan kerja otot pada struktur rangka manusia. Sistem pencernaan dan keterkaitannya dengan sistem-sistem organ yang lain Mendeskripsikan zat aditif (alami dan buatan) dalam makanan dan minuman, dan zat adiktif-psikotropika serta pengaruhnya terhadap kesehatan Hasil identifikasi tingkat kesulitan mengajar IPA berbasis inkuiri pada KD satu sampai tujuh terlihat pada Tabel 3.1. Oleh karena terdapat persentase yang sama pada peringkat kedua dan ketiga untuk KD 2 dan peringkat ketiga untuk KD 2 dan KD 6, maka terjadi pergeseran yang mempengaruhi urutan peringkat. Hasil akhir urutan peringkat tampak pada Tabel 3.2.

5 45 Tabel 3.2. Peringkat Kesulitan Mengajar IPA Berbasis Inkuiri KD Pemilihan terbanyak Keadaan awal Posisi peringkat Kondisi akhir peringkat 29.8 % 23.4% 29.8% 27.7% 23.4% & 21.3% 23.4% dan dan % Dengan demikian diperoleh urutan kesulitan mengajarkan IPA berbasis inkuiri menurut pendapat guru adalah: Kompetensi Dasar (KD) 1, 2, 6, 3, 4, 5, dan 7. Mengingat pertimbangan waktu, hanya empat KD (1,2,6,3) pertama yang dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kompetensi pedagogi inkuiri guru IPA SMP dan disiapkan bahan ajarnya. Hasil identifikasi Training Need Analysis (TNA) ini menunjukkan bahwa Diklat inkuiri sangat diperlukan untuk meningkatkan kompetensi pedagogi inkuiri guru IPA SMP Tahap Design (Perencanaan) Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah membuat rancangan penyusunan model Diklat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, menentukan tujuan program Diklat. Kedua, menentukan kompetensi guru IPA SMP yang akan ditingkatkan melalui kegiatan Diklat. Ketiga, mengidentifikasi kegiatan pembelajaran. Untuk membekali guru dalam kemampuan berinkuiri juga dilakukan kajian terhadap keluasan dan kedalaman materi. Analisis Kompetensi Dasar (KD) dan materi ditinjau dari aspek produk, proses, sikap dan aplikasi tampak pada Tabel 3.3.

6 46 Tabel 3.3 Analisis Keluasan dan Kedalaman Materi yang Akan Dilatihkan KD 1. Mendeskripsikan keterkaitan sifat bahan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, serta pengaruh pemanfaatan bahan tertentu terhadap kesehatan manusia. 2. Menjelaskan keterkaitan struktur jaringan tumbuhan dan fungsinya, serta berbagai pemanfaatannya dalam teknologi yang terilhami oleh struktur tersebut. 6. Memahami gerak lurus, pengaruh gaya terhadap gerak, serta penerapannya pada gerak makhluk hidup dan gerak benda dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mendeskripsikan sistem pencernaan serta keterkaitannya dengan sistem pernapasan, sistem peredaran darah, dan penggunaan energi makanan Materi Pokok Karakteristik bahan Jenis bahan Sifat bahan Manfaat bahan bagi kesehatan manusia Jaringan akar Jaringan batang Jaringan daun Fungsi jaringan Pemanfaatan struktur jaringan dalam teknologi Gerak lurus Gaya Momentum Energi mekanik dan penerapannya dalam teknologi Macam gerak pada makhluk hidup Sistem pencernaan Sistem pernapasan Sistem peredaran darah Keterampilan yang diperlukan Melakukan pengamatan terhadap berbagai sifat bahan Membuat proyek rancangan sederhana Membuat laporan hasil penyelidikan Melakukan pengamatan terhadap struktur jaringan tumbuhan Membuat laporan hasil penyelidikan Melakukan penyelidikan tentang gerak, gerak pada makhluk hidup, dan percobaan tentang pengaruh gaya terhadap gerak Membuat laporan hasil penyelidikan Menyajikan data, informasi, dan mengusulkan ide pemecahan masalah terkait mobil dan kecepatannya. Melakukan penyelidikan tentang pencernaan mekanis dan enzimatis pada makanan Membuat laporan hasil penyelidikan Menyajikan data, informasi, dan mengusulkan ide pemecahan masalah untuk menghindari penyakit diabetes. Sikap yang dibiasakan Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) Menghargai kerja individu dan kelompok selama aktivitas belajar sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan. Menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas seharihari

7 Tahap Develop (Pengembangan Model) Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan kajian kurikulum, pada tahap pengembangan dilakukan penyusunan draft model Diklat Inkuiri Berjenjang, menyiapkan materi dan alat, prosedur pembelajaran, dan mengembangkan instrumen untuk mengukur keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Langkahlangkah yang dilakukan adalah sebagai berikut Mengembangkan Model Diklat Inkuiri Berjenjang Hasil analisis kebutuhan Diklat menjadi bahan pertimbangan pada saat mengembangkan model. Model Diklat Inkuiri Berjenjang dirancang berdasarkan model diklat berjenjang konvensional, perbedaannya terletak pada beberapa hal seperti tampak pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Perbedaan Rancangan Model Diklat Berjenjang Konvensional dengan Model Diklat Inkuiri Berjenjang Model Diklat Berjenjang Pengembangan Model Diklat Konvensional Inkuiri Berjenjang Jenjang Diklat 4 jenjang: dasar, lanjut, menengah, 2 jenjang: dasar dan lanjut tinggi Pola Diklat In service learning saja In service learning-on the job learning-in service learningon the job learning (in-on-inon) Materi Diklat tiap jenjang Alokasi waktu Diklat tiap jenjang Bobot waktu untuk materi inkuiri Metode Diklat Praktik mengajar Umum: kebijakan, kompetensi profesional, kompetensi pedagogi Fokus pada materi kompetensi pedagogi inkuiri (6 level) 240 jp, 200 jp, 200 jp, 120 jp 88 jp dan 64 jp Sangat terbatas, hanya sekitar 3 jp, dilaksanakan pada jenjang menengah Tidak ada metode pemodelan Tidak ada pendampingan Dilaksanakan di tempat diklat saja/peer teaching Tempat Pelaksanaan Di tempat Diklat saja Diklat Keterangan: jp= jam pelajaran (@=45 menit) Sangat leluasa, semua waktu Diklat digunakan untuk membahas materi inkuiri Ada metode pemodelan Ada pendampingan selama OJL Dilaksanakan di tempat Diklat/ peer teaching dan di sekolah/real teaching Di tempat Diklat dan di sekolah

8 48 Rancangan pelaksanaan model Diklat Inkuiri Berjenjang disajikan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Rancangan Pelaksanaan Diklat Berjenjang Diklat Jenjang Dasar Diklat Jenjang Lanjut Tahap In Service Learning (ISL) 5 hari (a=8 jp) 5 hrx8 jp=40 jp Tahap On the Job Learning (OJL) Implementasi: 1 mg=24jp=12x pert 3mg=72jp=36X pert Tahap In Service Learning (ISL) 5 hari (a=8 jp) 5 hrx8 jp=40 jp Tahap On the Job Learning (OJL) Implementasi: 1 mg=24jp=12x pert 3mg=72jp=36X pert Pendampingan: 1 level=2x pert 4 level=8x pert 1 mg=8x pert 3 mg=24x pert 1X pertemuan=2jp 24 pertx 2 jp=48jp Pendampingan: 1 level=2x pert 2 level=4x pert 1 mg=4x pert 3 mg=12x pert 1X pertemuan=2jp 12pert x2 jp=24jp 40 jp + 48 jp = 88 jp 40 jp + 24 jp = 64 jp Dasar + Lanjut = 152 jp Ket: jp=jam pelajaran, hr=hari, mg=minggu, pert=pertemuan Tabel 3.5 memperlihatkan bahwa pada Diklat jenjang dasar, tahap in service learning dilaksanakan selama 5 hari, 8 jam pelatihan setiap harinya, sehingga jumlah jam pelatihan adalah 40 jp. Tahap on the job learning dilaksanakan selama tiga minggu sebanyak 36 jp, 1 minggu= 12 jp. 1x pertemuan=2 jp, maka setiap minggu 12 jp=6x pertemuan, jadi 36jp=18 X pertemuan. Pada Diklat jenjang lanjut dilakukan hal yang sama. Jadi pelaksanaan Diklat jenjang dasar dan jenjang lanjut jumlah seluruhnya terdiri atas 80 jam tatap muka pada tahap in service learning (1 jp=45 menit), dan 72 jam implementasi di dalam kelas pada tahap on the job learning. Kompetensi pedagogi inkuiri yang dilatihkan meliputi enam level yaitu discovery learning (DL), interactive demostration (ID), inquiry lesson (I Les), inquiry laboratory (I Lab), real world application(rwa), dan hypothetical inquiry (HI). Hasil Diklat diimplementasikan di sekolah dalam tahap on the job learning untuk melihat penerapan dan peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri dalam pembelajaran. Guru dibimbing dalam penyusunan Rencana Persiapan

9 49 Pembelajaran (RPP) IPA berbasis inkuiri dan mengajarkannya di dalam kelas. On the job learning jenjang dasar dilaksanakan selama tiga minggu sebelum dilanjutkan ke Diklat jenjang lanjut, dengan tujuan untuk memberi waktu kepada guru menginternalisasi pengalaman yang didapat selama Diklat ke dalam pengalaman pembelajaran yang sesunggguhnya. Pada Diklat jenjang dasar, guru mendapat kesempatan untuk mengimplementasikan hasil Diklat setiap minggu sebanyak 24 jp=12x pertemuan (1X pertemuan=2jp) tatap muka di kelas menggunakan RPP yang berbeda, sehingga pengalaman implementasi selama tiga minggu sebanyak 3 X 24jp=72jp. 72 jp=36 x pertemuan. Pada Diklat jenjang lanjut dilakukan hal yang sama sehingga total waktu implementasi selama diklat jenjang dasar dan jenjang lanjut yaitu 3 minggu X 2 jenjang = 6 minggu, setara dengan 72 jp X 2 (1 jp = 40 menit)=144jp. Selama on the job learning (OJL) di sekolah guru mendapatkan 12 kali pendampingan tersebar selama enam minggu untuk dua jenjang. OJL jenjang dasar didampingi sebanyak 8X untuk mengobservasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan empat level (DL,ID, I Les, dan I Lab), sedangkan OJL jenjang lanjut didampingi sebanyak 4X untuk mengobservasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan dua level (RWA dan HI). Jadi setiap level didampingi 2X dengan tujuan mengobservasi sekaligus mengambil data awal dan akhir. Peneliti juga menganalisis temuan di lapangan berupa faktor penunjang dan penghambat yang dihadapi guru selama pembelajaran Menyusun Perangkat Program Diklat Perangkat program pelatihan yang disusun diwujudkan dalam bentuk panduan Diklat yang di dalamnya meliputi struktur program pelatihan, skenario pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan silabus/rancangan pelaksanaan program. Perangkat program disusun baik untuk Diklat jenjang dasar maupun Diklat jenjang lanjut Menyiapkan Materi Pelatihan

10 50 Pada tahap menyiapkan materi pelatihan dilakukan pemetaan materi IPA kelas VIII dan mengatur strategi pembelajaran menggunakan model inkuiri. Mempersiapkan materi pelatihan yang sesuai dengan pilihan guru berdasarkan tingkat kesukaran sebagai hasil dari analisis TNA yang meliputi pedoman pembelajaran untuk guru dan pedoman siswa, lembar kegiatan peserta diklat, serta media pendukung pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya rancangan model berikut perangkat pelatihan dikonsultasikan kepada pakar baik pakar Diklat, pakar IPA, maupun pakar kependidikan. Hasilnya seperti tertera pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Hasil Konsultasi Program Pelatihan Rincian Kegiatan Waktu Kegiatan Ringkasan hasil Konsultasi Keterangan a. Konsultasi Pakar Diklat Mengubah lamanya pelaksanaan Diklat: jenjang dan alokasi waktu. Jenjang Diklat sebaiknya jangan terlalu banyak. Membagi Diklat menjadi dua tahap untuk setiap jenjang. Membubuhkan istilah/nama untuk tiap tahap Diklat. Memperbaiki komposisi jumlah jam teori dan praktik pada struktur program Diklat. Perbaikan istilah/nama pada materi Diklat. Membedakan teknik pelaksanaan praktik mengajar pada tiap jenjang Diklat. Memperbaiki indikator pencapaian pada kompetensi menyusun perangkat pembelajaran. Seluruh masukan sudah diakomodir, draft sudah diperbaiki b. Konsultasi Pakar IPA Memperbaiki kesalahan pengetikan dan tata bahasa pada pedoman guru dan siswa, dan pada instrumen. Penggunaan alat dan bahan pada kegiatan percobaan harus disesuaikan dengan keadaan sekolah. Mengganti istilah ilmiah asing dengan bahasa Indonesia yang mudah dipahami. Memperbaiki petunjuk kegiatan yang belum jelas pada kegiatan siswa (seperti tidak ada batas minimal). Seluruh masukan sudah diakomodir, draft sudah diperbaiki

11 51 Rincian Kegiatan Waktu Kegiatan Ringkasan hasil Konsultasi Keterangan Memberikan keterangan tulisan pada kata yang diperkirakan kurang familiar dengan guru dan siswa. c. Konsultasi Pakar Pendidikan Memperbaiki kesalahan pengetikan dan tata bahasa pada silabus Diklat. Memperbaiki skenario. pembelajaran, penekanan pada penggunaan pendekatan inkuiri pada saat pelaksanaan Diklat. Penggunaan kata profesionalisme diganti dengan kompetensi pedagogi inkuiri. Memperjelas kompetensi pedagogi inkuiri yang dilatihkan. Memperbaiki bahan ajar supaya jelas perbedaan kemampuan inkuiri yang dilatihkan pada tiap level. Seluruh masukan sudah diakomodir, draft sudah diperbaiki Mengembangkan Instrumen Pengembangan instrumen dilakukan untuk mengumpulkan data baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Untuk mengidentifikasi pengetahuan inkuiri guru, dikembangkan soal tes pengetahuan inkuiri berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan. Soal dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan (TNA). Penyusunan soal berdasarkan indikator kompetensi inkuiri yang memuat aspekaspek inkuiri dan tujuan pedagogi dasar (Wenning, 2010). Soal digunakan sebelum dan sesudah Diklat dilaksanakan. Kisi-kisi tes pengetahuan inkuiri disajikan dalam Tabel 3.7 dan Tabel 3.8. Tabel 3.7. Kisi-kisi Test Pengetahuan Inkuiri pada Diklat Jenjang Dasar Level Inkuiri Kompetensi pedagogi inkuiri No Soal Jumlah Soal Discovery learning Interactive demonstration Inquiry lesson a. Merumuskan konsep b. Memperkirakan c. Menarik kesimpulan d. Mengomunikasikan hasil e. Mengklasifikasikan hasil a. Memprediksi b. Menjelaskan c. Memperoleh dan mengolah data a. Mengukur b. Mengumpulkan dan mencatat data c. Merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah d. Menggunakan matematika selama penyelidikan e. Menggambarkan hubungan 3, 18 1, 16 2, 17 5, 20 4, 19 6, 21 7, 22 8, 23 9, 24 10, 25 11, 26 12, 27 13,

12 52 Level Inkuiri Kompetensi pedagogi inkuiri No Soal Jumlah Soal Inquiry labs a. Mengukur secara metrik b. Menetapkan hukum secara empiris berdasarkan bukti dan logika 14, 29 15, 30 4 Jumlah 30 Tabel 3.8. Kisi-kisi Test Pengetahuan Inkuiri Pada Diklat Jenjang Lanjut Level Inkuiri Kompetensi pedagogi inkuiri No Jumlah Soal Real world application a. Membangun argumen logis berdasarkan bukti ilmiah b. Mempertahankan fakta berdasarkan penilaian 1, Hypothetical inquiry a. Mensintesis hipotesis yang kompleks b. Menganalisis dan mengevaluasi pendapat ilmiah c. Memprediksi melalui proses deduksi d. Merevisi hipotesis dan prediksi pada bukti baru e. Memecahkan masalah nyata yang kompleks 3, 10 4, 11 5, 12 6, 13 7, Jumlah 14 Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data mulai dari tahap analisis sampai tahap evaluasi model Diklat adalah: angket, lembar observasi, skala penilaian kompetensi pedagogi aspek penyusunan RPP, skala penilaian kompetensi pedagogi aspek keterampilan mengajar, dan inventori tanggapan. Penjelasan untuk masing-masing instrumen adalah sebagai berikut. 1. Angket Terdapat dua macam angket yang digunakan yaitu: angket untuk menggali informasi pemahaman inkuiri yang dimiliki guru untuk menunjang proses pembelajaran IPA sebelum mengikuti Diklat dan angket untuk menganalisis kebutuhan topik pada kompetensi dasar IPA berdasarkan tingkat kesulitan yang dialami guru. Kisi-kisi angket untuk menggali informasi pemahaman inkuiri guru pada tahap analisis sebelum mengikuti Diklat disajikan dalam Tabel 3.9.

13 53 Tabel 3.9. Kisi-kisi Angket Pemahaman Inkuiri dan Penggunaannya dalam Pembelajaran Aspek Indikator No Item Jumlah Pernyataan Menjelaskan pengertian konsep 1, 2, 3 3 inkuiri Mengidentifikasi karakteristik 4, 5, 6, 7 4 Pengetahuan inkuiri dalam proses pembelajaran Menjelaskan peranan inkuiri 8, 9 2 Keterampilan Mengajar Keyakinan Mendeskripsikan pendekatan inkuiri Memprediksi konsep berdasarkan pengalaman Mengidentifikasi konsepsi alternatif Mengembangkan prinsip-prinsip ilmiah dan/atau hubungan Menerapkan pengetahuan sebelumnya pada masalah nyata Memperoleh penjelasan mengenai fenomena yang diamati Menjelaskan pentingnya pemahaman inkuiri Menjelaskan kompleksitas dalam aplikasi Menjabarkan keterpakaian dari ilmu pelatihan/ manfaat Menjelaskan potensi untuk keberhasilan/optimisme 10, 11, , 14, 15, 16, 9 17, 18, 19, 20,21 22, 23, 24, 25, 6 26, 27 28, 29, 30, 31, 7 32, 33, 34 35, 36, 37, 38, 6 39, 40 41, 42, 43, , 46, 47, , 50, 51, 52, 53, 54, 55 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70 Jumlah Kisi-kisi angket untuk menganalisis kebutuhan topik pada kompetensi dasar IPA berdasarkan tingkat kesulitan yang dialami guru, disajikan dalam Tabel 3.9.

14 54 Tabel Kisi-kisi Angket Kebutuhan Topik pada Kompetensi Dasar IPA Berdasarkan Tingkat Kesulitan Aspek Jumlah Indikator No Item Kompetensi Pernyataan Menguasai karakteristik peserta didik dari 1, 2, 3 3 Pedagogi aspek intelektual. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip 12 1 pembelajaran yang mendidik Mengembangkan kurikulum yang terkait 6,7,8,9 4 dengan mata pelajaran yang diampu. Menyelenggarakan pembelajaran yang 4,5, 13, 4 mendidik 14 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan 15 1 pembelajaran. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan 10,11 2 berbagai potensi yang dimiliki Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi 16,17,18 4 proses dan hasil belajar., 19 Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi 20,21,22 3 untuk kepentingan pembelajaran. Melakukan tindakan reflektif untuk 23, 24 2 peningkatan kualitas pembelajaran. Jumlah Lembar observasi Lembar observasi digunakan untuk mengidentifikasi keterlaksanaan proses pembelajaran IPA berbasis inkuiri selama kegiatan Diklat berlangsung dan untuk mengukur perkembangan kompetensi pedagogi guru. Kisi-kisi pengembangan lembar observasi disajikan pada Tabel Tabel Kisi-kisi Observasi Pelaksanaan Pembelajaran No Kriteria Indikator No Item Jumlah Pernyataan 1 Proses Menjelaskan proses yang terjadi 1,2,3,4,5,6,7 7 pembelajaran selama pembelajaran 2 Aktivitas guru Mengamati perkembangan sikap 8,9,10, 11, 12, 10 guru selama mengikuti pembelajaran 13,14, 15, 16, 17 3 Aktivitas Mengamati sikap fasilitator selama 18, 19, 20,21, 8 fasilitator memfasilitasi pembelajaran 22,23,24,25. Jumlah 25

15 55 3. Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi (SPKP) Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi (SPKP) aspek penyusunan RPP digunakan untuk menilai rancangan RPP IPA berbasis inkuiri pada saat pelaksanaan Diklat. Penilaian menggunakan skala 1 sampai 4. Kisi-kisi pengembangan SPKP disajikan pada Tabel Tabel Kisi-kisi Pengembangan Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi (SPKP) Aspek Penyusunan RPP No Komponen Kriteria 1 Indikator Memuat indikator hasil belajar yang menggambarkan pembelajaran IPA berbasis inkuiri. 2 Alokasi waktu Memuat alokasi waktu yang diorientasikan pada proses pembelajaran inkuiri 3 Tujuan pembelajaran Memuat rumusan tujuan pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran IPA berbasis inkuiri 4 Materi pembelajaran Memuat materi ajar dengan pengorganisasin yang menggambarkan keruntutan dan sistematika materi yang akan 5 Kegiatan pembelajaran disampaikan melalui proses inkuiri Memuat kegiatan yang menggambarkan proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri 6 Evaluasi hasil belajar Memuat alat evaluasi dan rubrik penilaian hasil evaluasi keterampilan berinkuiri 7 Media/alat, bahan, Sumber belajar No Item Jumlah Pernyataan ,6,7,8,9, 11 10,11,12, 13,14,15 16, 17 2 Memuat media dan sumber belajar 18,19,20 3 yang tepat untuk kegiatan berinkuiri Jumlah Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi (SPKP) Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi (SPKP) aspek keterampilan mengajar IPA digunakan untuk menilai adanya peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri pada saat pelaksanaan Diklat. Penilaian menggunakan skala 1 sampai 4. Kisi-kisi pengembangan SPKP disajikan pada Tabel 3.13.

16 56 Tabel Kisi-kisi Pengembangan Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi (SPKP) Aspek Keterampilan Mengajar No Komponen Kriteria No Item Jumlah Pernyataan 1 Kegiatan 1,2 2 pendahuluan melakukan kegiatan penggalian konsepsi awal untuk menghantarkan pada masalah yang akan diselidiki 2 Kegiatan inti memfasilitasi siswa untuk melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri 3,4,5,6,7,8 6 3 Kegiatan penutup melakukan pemantauan 9,10,11 3 ketercapaian tujuan pembelajaran Jumlah Inventori Tanggapan Inventori digunakan untuk mengungkap tanggapan guru terhadap relevansi, efektivitas, manfaat, dan kemungkinan penggunaan hasil Diklat untuk diimplementasikan di sekolah. Inventori dibuat dengan dua pilihan yaitu ya dan tidak. Kisi-kisi angket untuk mengetahui tanggapan guru sebagai peserta Diklat disajikan dalam Tabel Tabel Kisi-kisi Tanggapan Guru Terhadap Pelaksanaan Model Diklat Aspek Relevansi Efektivitas Manfaat Keterpakaian Indikator Mengukur kesesuaian materi yang disampaikan dengan kurikulum IPA SMP Mengukur kesesuaian materi dengan karakteristik pembelajaran inkuiri Menjelaskan kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan pelatihan Menjelaskan peranan pelatihan bagi peningkatan kompetensi No Item Jumlah Pernyataan 1 1 2, 3 2 4, 5, 6, 7,8 5 9, 10, 11, 12, 16 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 25, 26, 27, 28 4 Menjelaskan pelaksanaan hasil pelatihan dalam implementasi di sekolah Jumlah Pedoman wawancara

17 57 Pedoman wawancara digunakan untuk menggali informasi lebih lengkap dari data angket yang belum terungkap. Wawancara dilakukan setelah selesai pelaksanaan Diklat kepada perwakilan guru dari sembilan sekolah. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara berkaitan dengan ada tidaknya peningkatan kompetensi pada guru setelah mengikuti Diklat, kompetensi apa saja yang masih harus lebih ditingkatkan, temuan, dukungan serta hambatan selama implementasi pembelajaran IPA berbasis inkuiri di sekolah. Wawancara bersifat terbuka sehingga memungkinkan pertanyaan berkembang berdasarkan jawaban guru dari pertanyaan sebelumnya. Kisi-kisi pedoman wawancara disajikan dalam Tabel Tabel Kisi-kisi Wawancara Aspek Peningkatan kompetensi Kompetensi yang masih harus ditingkatkan Temuan Dukungan Hambatan Indikator Mengidentifikasi kompetensi yang meningkat setelah mengikuti Diklat Mengidentifikasi kompetensi yang masih perlu ditingkatkan No Jumlah Item Pertanyaan Mengungkapkan temuan di lapangan pada saat implementasi hasil Diklat 3 1 Menjelaskan faktor pendukung 4 1 terlaksananya pembelajaran IPA berbasis inkuiri di sekolah Menjelaskan faktor yang menghambat 5 1 pembelajaran IPA berbasis inkuiri di sekolah Jumlah 5 Proses validasi soal tes pengetahuan inkuiri dilakukan oleh para ahli menggunakan Content Validity Ratio (CVR) dari Lawshe (1975). Perhitungan CVR dilakukan pada setiap item. Skor CVR tiap item ini selanjutnya dibandingkan dengan skor minimal CVR dengan taraf penerimaaan Soal dianggap memiliki validitas tinggi atau validitas diterima jika CVR Rumus yang digunakan adalah: Keterangan

18 58 ne = Jumlah ahli atau subject matter experts (SMEs) yang memberi respons essential pada suatu butir n = Jumlah ahli atau SMEs Hasil validasi menggunakan Content Validity Ratio (VCR) dapat dilihat pada Tabel 3.16 dan Tabel Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan, disimpulkan bahwa instrumen pengukuran hasil pembelajaran memungkinkan untuk digunakan di dalam Diklat. Tabel Hasil Analisis Validasi Butir Soal Diklat Jenjang Dasar No Soal ne CVR Kesimpulan No Soal Baru No Soal ne CVR Kesimpulan diterima ,6 tidak diterima diterima diterima ,6 tidak diterima diterima diterima diterima diterima ,6 tidak diterima diterima diterima diterima diterima ,6 tidak diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima ,6 tidak diterima diterima diterima diterima ,2 tidak diterima diterima diterima diterima ,6 tidak diterima diterima diterima ,2 tidak diterima diterima diterima diterima ,6 tidak diterima ,6 tidak diterima diterima diterima 30 No Soal Baru Pada Diklat jenjang dasar, dari 40 butir soal yang divalidasi setelah mengalami proses revisi hanya 30 soal yang dinyatakan diterima dan menunjukkan validitas yang tinggi karena sesuai dengan indikator yang ingin dicapai sebagaimana dijelaskan dalam tujuan penelitian, sehingga pada diklat

19 59 jenjang dasar hanya 30 soal tersebut yang digunakan sebagai soal pretest, 10 soal lainnya tidak diterima. Tabel Hasil Analisis Validasi Butir Soal Diklat Jenjang Lanjut No Soal ne CVR Kesimpulan Soal Baru No Soal ne CVR Kesimpulan diterima diterima diterima diterima 9 Soal Baru diterima diterima 10 tidak 4 4 0,6 tidak diterima ,6 diterima ,6 tidak diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima ,2 tidak diterima diterima 15 tidak diterima ,2 diterima diterima 16 Pada Diklat jenjang lanjut, berdasarkan hasil validasi dari 21 soal, hanya 16 soal yang berhasil diterima untuk dapat digunakan sebagai instrumen, sedangkan sisanya tidak diterima. Berdasarkan kebutuhan, sesuai jumlah pengukuran indikator yang diperlukan maka pada diklat jenjang lanjut soal yang digunakan hanya 14 butir. Soal nomor 11 dan 13 pada nomor soal baru tidak digunakan karena kebutuhan indikatornya sudah dipenuhi oleh soal nomor 1, 8, 3, dan 10 seperti terlihat pada Tabel Hasil validasi instrumen penunjang penelitian lainnya seperti instrumen penilaian RPP IPA berbasis inkuiri, instrumen implementasi pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis inkuiri, lembar observasi pelaksanaan Diklat, angket, dan panduan wawancara dilakukan oleh para ahli antara lain: 1. Memperbaiki kesalahan ketik dan tanda baca 2. Memperbaiki susunan kalimat yang kurang tepat 3. Penyesuaian kriteria dengan deskriptor 4. Memperbaiki kalimat pada deskriptor

20 60 5. Mengubah indikator pada inventori tanggapan 6. Memperbaiki format lembar observasi pelaksanaan pembelajaran 7. Memperjelas perbedaan setiap item pada rubrik penilaian pelaksanaan pembelajaran 8. Memperbaiki skala penilaian pada instrumen implementasi pelaksanaan pembelajaran 9. Memperjelas deskriptor pada instrumen implementasi pelaksanaan pembelajaran 10. Mengganti indikator yang kurang tepat pada instrumen penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran 11. Menambah jumlah pertanyaan pada pedoman wawancara 12. Memperbaiki kriteria penilaian pada instrumen penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran 13. Merevisi kalimat deskriptor yang kurang jelas pada instrumen observasi pelaksanaan pembelajaran 14. Membedakan kalimat pernyataan positif dan negatif pada instrumen angket untuk melihat tanggapan peserta diklat 3.3. Pengujian Efektivitas Model Untuk menguji efektivitas Model dilakukan implementasi/uji coba terbatas kepada 36 orang guru IPA SMP. Uji coba secara luas kepada sejumlah guru tidak dilakukan dan itu menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Uraian kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi dijelaskan sebagai berikut Tahap Implementation (Implementasi) Model Diklat hasil pengembangan awal diuji efektivitasnya pada tahap implementasi. Persiapan yang dilakukan sebelum Diklat dimulai adalah: 1. Merekrut peserta Diklat. Untuk memenuhi keterwakilan calon peserta Diklat dari kelompok yang berbeda yaitu atas, menengah, dan bawah, dalam penentuannya peneliti bekerjasama dengan dinas pendidikan Kota Bandung

21 61 dan Kabupaten Bandung Barat. Dinas pendidikan merekomendasikan 10 nama sekolah calon peserta. Mengingat calon peserta pelatihan adalah guru, dan guru mempunyai kewajiban mengajar siswa di sekolah yang tidak boleh ditinggalkan tanpa ada izin dari kepala sekolah, maka langkah awal dalam perekrutan calon peserta adalah meminta izin dan dukungan dari kepala sekolah tempat guru mengajar, termasuk meminta empat orang nama guru IPA yang akan dijadikan sebagai calon peserta Diklat sehingga jumlah seluruh peserta harusnya 40 orang. Pelaksanaan Diklat memerlukan waktu yang tidak sebentar sehingga diperlukan komitmen yang tinggi baik dari guru calon peserta Diklat maupun kepala sekolah. Untuk itu tahapan berikutnya adalah mengundang semua komponen yaitu perwakilan dinas pendidikan, kepala sekolah, dan guru guna mendapatkan sosialisasi rencana program dilengkapi dengan membuat pernyataan kesepakatan kerjasama. Dalam pelaksanaannya, hanya sembilan sekolah (36 orang guru) yang dapat hadir mengikuti Diklat. Satu sekolah dari Kota Bandung tidak dapat mengikuti Diklat karena pada waktu yang bersamaan sekolahnya terlalu banyak mengirim guru untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan instansi lainnya. 2. Merekrut fasilitator. Karena diklat berjenjang dilaksanakan dalam waktu yang tidak singkat, mengaplikasikan enam level inkuiri, sehingga diperlukan beberapa orang fasilitator. Terpilih lima orang fasilitator, empat orang memfasilitasi satu level inkuiri, satu orang lainnya memfasilitasi dua level inkuiri pada jenjang yang berbeda. Fasilitator berasal dari Widyaiswara IPA yang memiliki pengalaman belajar inkuiri baik di dalam maupun di luar negeri. Pada saat on the job learning fasilitator berperan sebagai pendamping. 3. Merekrut pendamping yang membantu pada saat on the job learning. Terpilih empat orang pendamping selain fasilitator sehingga dengan fasilitator yang ada jumlah pendamping menjadi sembilan orang. Pendamping berasal dari staf QITEP in Science. Pendamping memiliki pengalaman belajar inkuiri baik di

22 62 dalam maupun di luar negeri dan paham tentang pembelajaran inkuiri. Pendamping bertugas untuk mendampingi guru pada sembilan sekolah. 4. Merekrut panitia pelaksanaan Diklat. Terpilih lima orang panitia yang bertugas membantu secara administratif, mulai dari menyebarkan undangan, mengatur penginapan, memperbanyak bahan belajar, menyiapkan media pembelajaran, menyediakan transportasi untuk praktik di sekolah, dan menyiapkan akomodasi lainnya. 5. Menyamakan persepsi antara semua fasilitator dan pendamping dalam hal penggunaan bahan ajar, memahami isi instrumen yang digunakan baik selama in service learning maupun on the job learning. 6. Melakukan uji coba perangkat yang ada pada pedoman guru dan siswa bersama fasilitator, pendamping dan widyaiswara dari latar belakang Fisika, Biologi, dan Kimia. 7. Memperbaiki kekurangan yang ditemukan sebagai hasil dari uji coba. Langkah-langkah yang dilakukan pada saat pelaksanaan Diklat tahap in service learning (ISL) adalah: 1. Menyampaikan orientasi program Diklat yang terdiri atas tujuan pelatihan, skenario pembelajaran, dan output serta outcome yang diharapkan diperoleh peserta setelah pelatihan berakhir; 2. Memberikan pretest kepada guru tentang pemahaman konsep inkuiri, pengintegrasian konsep inkuiri ke dalam proses pembelajaran IPA; 3. Melaksanakan rangkaian kegiatan Diklat pembelajaran IPA berbasis inkuiri mulai pemodelan pembelajaran oleh fasilitator, lokakarya penyusunan RPP berbasis inkuiri, penemuan dan penanaman konsep inkuiri, serta praktik mengajar di sekolah pada jenjang dasar dan praktik mengajar di tempat Diklat pada jenjang lanjut yang dilakukan oleh guru peserta Diklat, serta penguatan konsep di setiap akhir sesi kegiatan; 4. Melakukan refleksi dan review pada semua materi yang sudah disampaikan pada setiap akhir kegiatan;

23 63 5. Melakukan observasi selama kegiatan Diklat untuk melihat proses pembelajaran, aktivitas fasilitator, dan aktivitas peserta; 6. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri peserta dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA berbasis inkuiri melalui analisis hasil pekerjaan berupa RPP; 7. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri peserta dalam melaksanakan pembelajaran IPA berbasis inkuiri selama proses kegiatan Diklat berlangsung melalui pelaksanaan praktik mengajar; 8. Menganalisis hasil pekerjaan guru berupa tugas-tugas yang diberikan selama pembelajaran untuk melihat sejauh mana peningkatan kemampuan; 9. Menganalisis video pembelajaran baik pada saat proses pembelajaran berlangsung, waktu praktik mengajar dan selama on the job learning; 10. Memberikan soal posttest untuk mengevaluasi peningkatan pengetahuan inkuiri guru setelah selesai Diklat; 11. Memberikan angket kepada peserta untuk melihat efektivitas program pelatihan terkait relevansi, efektivitas, manfaat, dan kemungkinan penggunaan hasil diklat di sekolah; 12. Melakukan wawancara kelompok untuk menggali informasi dari guru tentang temuan, dukungan, dan hambatan berdasarkan pengalaman selama kegiatan pelatihan maupun pengalaman guru yang sesungguhnya ketika melaksanakan implementasi di dalam kelas; Langkah-langkah yang dilakukan pada saat pelaksanaan Diklat tahap on the job learning (OJL) adalah: 1. Melakukan pendampingan selama guru mengimplementasikan hasil Diklat ke dalam proses pembelajaran yang nyata di dalam kelas; 2. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA berbasis inkuiri selama proses OJL berlangsung;

24 64 3. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA berbasis inkuiri selama proses OJL berlangsung; 4. Melakukan refleksi pada setiap akhir proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas Tahap Evaluation (Evaluasi) Pada tahap evaluasi dilakukan penilaian terhadap dampak pembelajaran, mengukur ketercapaian tujuan pengembangan model, mengukur apa yang telah dicapai oleh sasaran. Evaluasi dilakukan terhadap output dan outcome. Output berupa RPP IPA berbasis inkuiri yang berhasil disusun oleh guru yang merupakan produk dari kegiatan pelatihan. Outcome berupa kemampuan guru dalam menyusun RPP IPA berbasis inkuiri dan keterampilan guru dalam mengajar IPA berbasis inkuiri Partisipan Penelitian Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 36 orang guru, dipilih secara purposive sample berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Penentuan sekolah berdasarkan: 1) clustering, yaitu kelompok atas, menengah, dan bawah; 2) karakteristik sekolah, terdiri atas sekolah negeri dan swasta; 3) komitmen dan semangat guru-guru dalam membelajarkan IPA di sekolah, yang direalisasikan dengan pemberian izin dan dukungan dari kepala sekolah sehingga guru dapat mengikuti Diklat dari awal sampai akhir. Keadaan guru sebagai subyek penelitian tampak dalam Tabel Tabel Keadaan Guru sebagai Partisipan Kualifikasi Latar Belakang Kriteria Pendidikan Pendidikan Masa Kerja tahun tahun tahun Sekolah S1 S2 Fisika Biologi Negeri Swasta Jumlah

25 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Bandung. Pada tahap pengujian efektivitas model, pengumpulan data dilaksanakan di sebuah lembaga yaitu Southeast Asian Ministry of Education Organisation (SEAMEO) for Quality Improvement for Teacher and Educational Personnel (QITEP) in Science, sebuah organisasi antar Menteri Pendidikan se-asia Tenggara yang bergerak di bidang peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan IPA. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Maret sampai bulan Oktober Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Pada tahap analisis digunakan teknik penyebaran angket. 2. Pada tahap pengembangan model secara konseptual digunakan teknik analisis, diskusi, dan saran pendapat. 3. Pada tahap pengujian efektivitas model digunakan teknik soal test, observasi proses pembelajaran terhadap aktivitas fasilitator dan aktivitas guru selama ISL, observasi peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri guru pada proses OJL, dokumentasi, field note, angket, dan wawancara. Data yang terkumpul dianalisis melalui dua tahap, yaitu: 1. Pengujian Keabsahan Data Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh fasilitator dan perkembangan kemampuan pedagogi inkuiri peserta selama pelaksanaan Diklat diuji keabsahannya dengan cara menganalisis kembali hasil rekaman video pelaksanaan Diklat pada saat in-service learning, praktik mengajar di sekolah, praktik mengajar di kelas Diklat dan on the job learning. 2. Analisis Data

26 66 Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari hasil penelitian ini. Data kualitatif meliputi profil analisis kebutuhan guru SMP dalam mengajarkan IPA berbasis inkuiri berdasarkan tingkat kesulitan materi IPA di kelas VIII, karakteristik model Diklat Inkuiri Berjenjang, tanggapan guru terhadap efektivitas, relevansi, manfaat dan kemungkinan pelaksanaan hasil Diklat dalam implementasi di sekolah, hasil observasi selama ISL dan OJL, dan hasil wawancara tentang temuan, dukungan dan kesulitan dalam mengimplementasikan hasil Diklat serta masukan untuk pelaksanaan Diklat berikutnya. Data kuantitatif meliputi data hasil pretes - postes pengetahuan inkuiri, peningkatan kompetensi pedagogi dalam hal kompetensi berinkuiri, baik pada kompetensi menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maupun keterampilan mengajar IPA berbasis inkuiri. Analisis data dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1. Data hasil observasi pembelajaran dan hasil wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif. 2. Data tanggapan peserta terkait efektivitas, relevansi, manfaat, dan keterpakaian hasil Diklat di sekolah dianalisis dengan cara dipersentasekan pencapaiannya dan ditafsirkan kecenderungannya. 3. Data hasil pretes - postes pengetahuan inkuiri dan peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri baik secara keseluruhan, tiap level inkuiri maupun tiap kompetensi pedagogi inkuiri dianalisis menggunakan uji t untuk mengetahui perbedaan antara hasil tes awal dan akhir, menyusun RPP awal dan akhir, serta keterampilan mengajar awal dan akhir dengan bantuan SPSS versi 19 dan effect size (d) dari Cohen (1988). (d) = skor rata rata post skor rata rata pre standar deviasi pre Keterangan:

27 67 Nilai (d) : 0.2, kriteria Kecil Nilai (d) : 0.21 < d > 0.5, kriteria Sedang Nilai (d) : 0.51<d > 0.8, kriteria Besar Nilai (d) : 0.81, kriteria Besar sekali

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP

2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abad 21 merupakan abad kompetitif di berbagai bidang yang menuntut kemampuan dan keterampilan baru yang berbeda. Perubahan keterampilan pada abad 21 memerlukan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemahaman konsep sangat penting dimiliki oleh siswa SMP. Di dalam Permendikbud nomor 64 tahun 2013 telah disebutkan bahwa siswa memahami konsep berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang ditujukan untuk menggambarkan dan menginterpretasikan objek

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang ditujukan untuk menggambarkan dan menginterpretasikan objek 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Best (dalam Sukardi, 2009) metode deskriptif merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting dimiliki oleh setiap calon guru agar dapat berhasil melaksanakan pembelajaran di laboratorium.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen lemah (weak experimental atau pre experimental). Penelitian ini tidak menggunakan kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, design and develop

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembelajaran Fisika seyogyanya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih besar untuk memahami suatu fenomena dan mengkaji fenomena tersebut dengan kajian

Lebih terperinci

BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI. guru dengan siswa dalam berinteraksi. Misalnya dalam model pembelajaran yang

BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI. guru dengan siswa dalam berinteraksi. Misalnya dalam model pembelajaran yang 7 BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL DAN KEMAMPUAN INKUIRI A. Pembelajaran Inkuiri Menurut Wenning (2011) model pembelajaran berfungsi agar pembelajaran menjadi sistematis. Selain itu, model pembelajaran menyediakan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan dari suatu bangsa karena bangsa yang maju dapat dilihat dari pendidikannya yang maju pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian di salah satu SMAN di kota Bandung pada siswa kelas XII. Subjek penelitian pada tahap uji coba I berjumlah 12 orang. Subjek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Sukmadinata (2008) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa lokasi di Kota Bandung. Pemilihan lokasi berdasarkan pada tempat pelaksanaan pendampingan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Produk yang dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah yang terkait dalam permasalahan penelitian ini, di antaranya: 1. Pengembangan tes tertulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1). Kemampuan generik sains yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model dan Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pre-experimental design dengan one group pretest posttest design (Sugiyono, 2010). Dalam desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pengembangan soft skills yang dapat meningkatkan kesiapan kerja peserta didik SMK dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi intelektual yang diperlukan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pengembangan bahan ajar khususnya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan analisis terhadap beberapa permasalahan dalam mata pelajaran IPA di SMK sebagai kelompok mata pelajaran adaptif.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Pengembangan dan Validasi (Development and Validation Methods) yang dikembangkan oleh Adams dan Wieman (2010). Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain embedded di mana metode kualitatif dan kuantitatif dipergunakan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013). Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. QUAL results. quan results

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. QUAL results. quan results BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah exploratory design. Desain ini diawali dengan data kualitatif, meneliti fenomena, dan kemudian menjadi dasar fase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Selain itu, keterampilan riset yang telah dimiliki oleh mahasiswa calon guru ini akan

BAB III METODE PENELITIAN. Selain itu, keterampilan riset yang telah dimiliki oleh mahasiswa calon guru ini akan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Keterampilan riset merupakan keterampilan yang sangat diperlukan oleh mahasiswa calon guru untuk menyelesaikan tugas akhirnya yakni penulisan skripsi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental Design) dengan disain matching pretest-posttest control group design yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Karena penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran mengenai penerapan levels of inquiry pada tingkat interactive demonstration,

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains, dan kemampuan seseorang untuk menerapkan sains bagi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dan metode deskriptif. Metode quasi experiment digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Langkah Langkah Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh produk berupa LKS praktikum berbasis inkuiri pada topik pembuatan dan pengujian sabun. Untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian pengembangan Subject Spesific Pedagogy (SSP) ini menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono (2016:30) mengartikan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan desain The One-Group Pretest-Postes Design (Fraenkel, J. R. & Wallen, N.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen yang bertujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cihaurgeulis 2 Bandung. Subjek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cihaurgeulis 2 Bandung. Subjek 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cihaurgeulis 2 Bandung. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 70 orang siswa,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan BB III METODOLOGI PEELITI. Desain dan Metode Penelitian Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan (dalam Trianto, 010),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data dalam penelitian ini bertempat pada salah satu Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

Keywords: kemampuan inkuiri, guru yang tersertifikasi.

Keywords: kemampuan inkuiri, guru yang tersertifikasi. ANALISIS KEMAMPUAN INKUIRI GURU YANG SUDAH TERSERTIFIKASI DAN BELUM TERSERTIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN SAINS SD Oleh: Ramdhan Witarsa ABSTRAK Pembelajaran sains yang sesuai dengan tuntutan kurikulum adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dan pembahasan masing-masing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dan pembahasan masing-masing BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian mengenai pengembangan perangkat pembelajaran kalkulus kelas XI semester genap dengan pendekatan saintifik Kurikulum 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan proses sains (KPS) adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Fraenkel & Wallen (2008: 261) mengatakan bahwa penelitian eksperimen adalah cara terbaik untuk mengetahui sebab-akibat dan hubungan antara berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes satu kelompok, one design group pretest-postest (Arikunto, 2002). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini: 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menjelaskan maksud dari judul yang dikemukakan, maka diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini: 1. Pada kelas eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau yang sering disebut penelitian R & D. Penelitian Pengembangan adalah metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Pada penelitian ini dikembangkan bahan ajar dalam bentuk komik. Komik ini divalidasi oleh dua dosen ahli materi dan dua orang guru seni rupa sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan

Lebih terperinci

O X O Pretest Perlakuan Posttest

O X O Pretest Perlakuan Posttest 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan tentang metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian dan instrumen penelitian serta teknik pengolahan data

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Oleh: Muslim Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian terletak di salah satu SMP Negeri di kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping dalam meningkatkan kemampuan berpikir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Menurut Panggabean (1996:27) penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan pendekatan penelitian pengembangan (Research & Development). Pendekatan ini mengacu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian yang dipilih adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Bandung.. Populasi Adapun yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen (preexperimental) dengan desain penelitian One-Group Pretest-Posttest design,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian pengembangan yang telah dilakukan, diperoleh hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian pengembangan yang telah dilakukan, diperoleh hasil A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian pengembangan yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian untuk setiap langkah sebagai berikut. 1. Analysis (Analisis)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang digilib.uns.ac.id 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang dikembangkan oleh Thiagarajan (1974). Pemilihan model Four-D ini karena dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Subyek Tindakan 3.1.1 Subyek Penelitian Subyek penelitian dilakukan di kelas V SDN 1 Kedungrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora dengan jumlah peserta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peningkatan penguasaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peningkatan penguasaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh peningkatan penguasaan konsep siswa SMA kelas X dengan menggunakan metode discovery-inquiry pada materi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan

Lebih terperinci

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SMK PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang bertujuan menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 3 Ciamis yang beralamat di Jalan Jl. Jendral Sudirman No. 32, Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Sukmadinata (2011)

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Sukmadinata (2011) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Sukmadinata (2011) mengatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah lokasi dan subyek penelitian, metode penelitian, diagram alir penelitian, instrumen penelitian, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode B A B I I I. M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Siswa berbasis Peer Assessment pada Praktikum Kesetimbangan Kimia menggunakan metode pengembangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) pada penelitian ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Inquiry lesson yang dimaksud adalah pembelajaran inquiry tentang kompetensi dasar, Mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak mengundang salah tafsir maka perlu dinyatakan definisi operasional sebagai berikut: 1. Perkuliahan Pengembangan Praktikum Biologi Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) seperti yang dikembangkan oleh Thiagarajan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan strategi yang digunakan untuk melakukan penelitian. Metode penelitian juga merupakan rangkaian kegiatan pelaksanaan penelitian.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanaan di SMP Negeri 1 Sragen yang beralamat Jalan Raya Sukowati No. 162 Sragen, Kabupaten Sragen. 2. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan Van den Akker (1999:3-5) tujuan penelitian pengembangan bisa

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan Van den Akker (1999:3-5) tujuan penelitian pengembangan bisa BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Berdasarkan Van den Akker (1999:3-5) tujuan penelitian pengembangan bisa dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Development and Validation (Pengembangan dan validasi) terdiri dari empat tahap (Adams dan Wieman,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian mixed methods dengan disain embedded design, yaitu: model Embedded Experimental Model (Creswell dan Clark, 2007:7).

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 216 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pemaparan mengenai kesimpulan pada bagian ini dirumuskan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang terdapat pada bab satu yang diuraian sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri 7 Bandung dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandung Tahun

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pembelajaran Alokasi Waktu :SMP Negeri 1 Bondowoso : IPA : VIII / DUA :SISTEM TRANSPORT PADA TUMBUHAN : 3 JP A. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Salah satu tujuan dari penelitian adalah mengembangkan produk berupa bahan ajar IPA SMP tema Bencana Gempa Bumi dan Erupsi Gunung Api. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen (quasi exsperimental). Ciri khas dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang berlangsung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang berlangsung BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain dan Paradigma Penelitian Desain dan paradigma penelitian yang digunakan diadaptasi dari model pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Dick dan Carrey (2003), yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Wahyu Hidayat, Zainuddin, Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRACT DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. A. Latar Belakang Masalah 1

PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRACT DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. A. Latar Belakang Masalah 1 DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv vi viii ix x xii xiv xvi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan yang menghasilkan produk. Produk pengembangan berupa RPP dan LKS dengan pendekatan saintifik berbasis problem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana.

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana. BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Tujuan dari penelitian ini adalah mengasilkan produk berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk menyusun rambu-rambu panduan penyusunan bahan ajar berorientasi LS yang dapat digunakan oleh guru atau penulis bahan ajar

Lebih terperinci

3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan

3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau R&D. Penelitian dan pengembangan atau R&D adalah metode penelitian yang menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di SMPN Kota Cimahi - Jawa Barat. 2. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Lebih terperinci

Pengumpulan data. Produk: Bahan Ajar IPA Terpadu bertema Cuaca

Pengumpulan data. Produk: Bahan Ajar IPA Terpadu bertema Cuaca 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mix Method antara penelitian kualitatif dan kuantitatif, dengan pendekatan penelitian menggunakan Research

Lebih terperinci