ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH KEDELAI (Studi Kasus Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH KEDELAI (Studi Kasus Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor)"

Transkripsi

1 ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH KEDELAI (Studi Kasus Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor) SKRIPSI MULYANI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH KEDELAI (Studi Kasus Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor) SKRIPSI MULYANI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

3 RINGKASAN MULYANI. Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Kedelai (Studi Kasus Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI). Kedelai merupakan salah satu dari komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu tempe, kecap, tauco, susu kedelai, tahu, dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika, 2007). Selain dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, kedelai juga dapat dikonsumsi secara segar seperti kedelai edamame. Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 yaitu di Megamendung, Bogor Jawa Barat. Salah satu desa yang berpotensi mengembangkan kedelai edamame di Kecamatan Megamendung adalah Desa Sukamaju. Dengan potensi yang dimiliki berupa potensi alam dan sumber daya manusia, Desa Sukamaju telah berusaha dalam mengusahakan kedelai edamame. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya berusahatani kedelai kemudian berpindah menjadi kedelai edamame. Dalam memperoleh benih, petani bermitra dengan produsen. Akan tetapi, di lapang ternyata ketersediaan benih kedelai edamame masih terbatas. Dengan benih bermutu yang tercermin melalui atributatribut yang melekat pada benih, akan berpengaruh pada keputusan pembelian oleh petani. Petani sebagai konsumen berharap memiliki sikap positif dan kepuasan yang tinggi terhadap komoditi yang telah ditentukan untuk ditanam. Hal ini sangat berkaitan dengan sikap dan kepuasan terhadap atribut-atribut yang paling penting dan menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian benih, sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik umum responden dan menganalisis proses keputusan pembelian benih kedelai edamame, (2) menganalisis sikap petani terhadap benih kedelai edamame, dan (3) menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap benih kedelai edamame. Penelitian dilaksanakan di Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Megamendung sebagai wilayah mulai ditanamnya kedelai edamame dan Desa Sukamaju sebagai salah satu daerah pengembangan edamame. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September Pencarian informasi data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Penentuan sampel dilakukan menggunakan teknik Probability Sampling melalui pendekatan Simple Random Sampling dengan responden berjumlah 40 orang petani. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif, multiatribut fishbein, IPA, dan CSI. Karakteristik umum petani responden benih kedelai edamame ditinjau dari segi demografisnya adalah semua petani responden berjenis kelamin laki-laki

4 (100%) dan sudah menikah (100%) dengan usia antara tahun (32,5%). Tingkat pendidikan petani responden sebagian besar adalah SD (82,5%) dan status pekerjaan menjadikan bertani sebagai pekerjaan utama (97,5%). Rata-rata pendapatan di luar usahatani sebagian besar adalah sebesar < Rp (95%). Sebagian besar petani responden telah berusahatani < 5 tahun (28%) dengan melakukan budidaya dalam satu tahun dua kali (50%). Status lahan dari petani responden sebagian besar adalah milik sendiri (60%) dengan rata-rata luas lahan >5.000 m 2 (52,5%). Dalam melakukan pola tanam sebagian besar dari petani responden menerapkan pola tanam edamame, tanaman lain, edamame (50%) dengan memperoleh rata-rata hasil panen antara kg (45%). Pada tahap proses keputusan pembelian, alasan atau motivasi utama petani responden bertanam kedelai edamame adalah untuk memperoleh keuntungan (67,5%) dengan harapan mendapatkan hasil panen yang tinggi (72,5%). Informasi mengenai benih kedelai edamame petani responden dapat dari sumber lainnya yaitu PT Saung Mirwan (92,5%) dengan informasi yang paling ingin diketahui adalah informasi tentang hasil panen (produktivitas) yang tinggi (75%). Pada tahapan evaluasi alternatif, atribut yang paling banyak dipertimbangkan dalam keputusan pembelian benih kedelai edamame adalah atribut produktivitas (52,5%). Selanjutnya adalah tahap keputusan pembelian, petani responden memutuskan untuk menggunakan benih kedelai edamame sebagian besar terencana terlebih dahulu (72,5%) dengan mendapatkan benih dari menggunakan benih hasil produksi sendiri(60%). Keputusan pembelian benih kedelai edamame seluruh petani responden dipengaruhi oleh dirinya sendiri (100%). Petani responden sebagian besar membeli benih sebanyak dua kali (50%) dengan kebutuhan benih berkisar antara >10 kg (85%). Benih kedelai edamame tersebut dibeli dengan harga pada rentang Rp /kg (92,5%) dan petani responden telah menilai adanya kesesuaian antara harga benih dan kualiats yang diterima (90%). Tahap terakhir adalah evaluasi pasca pembelian di mana petani responden tidak akan membeli benih kedelai edamame jika harganya naik (90%) dan jika benih sulit diperoleh di pasar, maka akan menggunakan benih hasil produksi sendiri untuk mengantisipasinya (85%). Hasil metode sikap multiatribut fishbein menunjukkan bahwa sikap petani responden terhadap kedua komoditi adalah baik. Namun, petani responden cenderung lebih menyukai komoditi kedelai edamame (138,90) dengan keunggulan atribut harga benih, produktivitas, ketahanan hama penyakit, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Sementara kedelai (124,20) dengan keunggulan atribut ketersediaan benih di pasar. Hasil kuadran IPA pada benih kedelai edamame menunjukkan bahwa atribut ketersediaan benih di pasar berada pada kuadran I yang memiliki prioritas tinggi untuk segera diperbaiki. Pada kuadran II terdapat atribut harga benih, harga jual polong, produktivitas, dan keseragaman masak panen yang perlu dipertahankan karena kinerjanya dinilai sudah baik. Kuadran III terdapat atribut ketahanan hama penyakit yang memiliki prioritas rendah untuk diperbaiki. Sedangkan pada kuadran IV terdapat atribut daya tumbuh dan jumlah polong yang dinilai terlalu berlebihan. Dari hasil analisis CSI menunjukkan bahwa petani responden sangat puas terhadap benih kedelai edamame (82%) dan tingkat kepuasan petani responden terhadap benih kedelai dikategorikan puas (77%).

5 ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH KEDELAI (Studi Kasus Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor) MULYANI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

6 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Kedelai (Studi Kasus Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor) : Mulyani : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Popong Nurhayati, MM NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

7 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Kedelai (Studi Kasus Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2012 Mulyani H

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 29 Juni Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari ayahanda yang bernama Aan Burhanudin dan ibunda bernama Iah Saptariah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN MUKA II Cianjur yang lulus pada tahun Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Cianjur yang lulus pada tahun Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun Pada tahun 2006 penulis di terima sebagai mahasiswa di Program Diploma III Institut Pertanian Bogor melalui jalur Reguler, yaitu pada Program Keahlian Teknologi Industri Benih, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Penyelenggaraan Khusus Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

9 KATA PENGANTAR Segala puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, nikmat, dan anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Kedelai (Studi Kasus Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan proses keputusan petani terhadap benih kedelai edamame. Juga untuk menganalisis sikap dan kepuasan petani kedelai edamame terhadap benih kedelai edamame. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Upaya dan usaha memberikan yang terbaik telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Maret 2012 Mulyani

10 UCAPAN TERIMA KASIH Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, hidayah, dan karunia-nya, sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, motivasi, saran, kesabaran, waktu dan perhatiannya yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini selesai. 2. Febriantina Dewi, SE, MSc sebagai dosen evaluator yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan penulis. 3. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS sebagai dosen penguji dan Siti Jahroh, PhD sebagai dosen komdik yang telah memberikan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Arief Karyadi, SP sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama mengikuti masa perkuliahan di Program Penyelenggaraan Khusus Agribisnis. 5. Mama dan bapak tersayang atas kasih sayang, doa dan dukungannya yang tidak terbatas dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga ini bisa menjadi salah satu persembahan yang terbaik. 6. Adik-adik tersayang aa Mulyana, Amane, Amat, dan Kakay yang menjadi semangat buat penulis. 7. Sahabat terbaik Biya, Pane, Bali, Amri, Ori, Rina, Teh Ana, dan deva yang tidak pernah bosannya terus memberi dukungan dan semangat. 8. Teman satu bimbingan dan seperjuangan (Ega, Iman, Rudi, dan mas Rosyad) atas saran dan semangatnya. 9. Teman-teman TIB (Wenny, Bang doni, Syahrul, Deti, Fachri, Kiki, Friska, Mumut, K Zee, Desma, Wahyu) untuk setiap semangat dan segala kebersamaannya.

11 10. Bapak Daelami dan seluruh staf kantor Desa Sukamaju yang telah membantu penulis selama pengumpulan data dan memberikan informasi yang sangat berguna dalam penelitian ini. 11. Bapak Aan selaku staf dari BP3K wilayah Ciawi yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi dan saran yang sangat berguna dalam penelitian ini. 12. Bapak Falahudin selaku ketua kelompok tani raksa Bumi dan petani-petani edamame di Desa Sukamaju yang telah memberikan informasi dan ilmu terkait dengan komoditi kedelai edamame yang digunakan dalam penelitian ini. 13. Bapak Munawar selaku penyuluh dari PT Saung Mirwan dan Bapak Uus selaku salah satu produsen benih kedelai edamame atas informasi berharga tentang edamame. 14. Keluarga Bapak H. Komarudin dan keluarga yang telah mengizinkan penulis untuk bisa menginap selama melakukan penelitian. 15. Teman-teman di Program Penyelenggaraan Khusus Agribisnis angkatan 7 yang telah memberikan dukungan dan menjalin persahabatan dengan penulis, serta seluruh pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungannya. Bogor, Maret 2012 Mulyani

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian 7 II TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan dan Potensi Kedelai Edamame di Indonesia Kajian Penilaian Sikap dengan Metode Mulatribut Fishbein Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA) Penilaian Tingkat Kepuasan dengan Metode Customer Satisfaction Index (CSI) Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsumen dan Perilaku Konsumen Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Atribut Produk Sikap Kepuasan Konsumen Importance Performance Analysis (IPA) Customer Satisfactions Index (CSI) Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Sampel Variabel Penelitian Pengujian Kuesioner Uji Validitas Uji Realiabilitas Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Multiatribut Fishbein Metode Importance Performance Analysis (IPA) iv vi vii

13 Metode Customer Satisfaction Index (CSI) V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Kecamatan Megamendung Letak Geografis Penduduk Pendidikan Pertanian Gambaran Umum Desa Sukamaju VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Usia Responden Berdasarkan Status Pernikahan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Pendapatan di Luar Usahatani per Bulan Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Responden Berdasarkan Lama Berusahatani Responden Berdasarkan Budidaya dalam Setahun Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Responden Berdasarkan Luas Lahan Responden Berdasarkan Pola Tanam Responden Berdasarkan Rata-rata Hasil Panen VII PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Evaluasi Pasca Pembelian VIII IX ANALISIS SIKAP PETANI TERHADAP BENIH KEDELAI EDAMAME Penilaian Evaluasi Tingkat Kepentingan (ei) Atribut Benih Kedelai Edamame Penilaian Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Benih Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Benih Kedelai Edamame Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Benih Kedelai Analisis Sikap Multiatribut Fishbein ANALISIS KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH KEDELAI EDAMAME Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Importance Performance Analysis Atribut Benih Kedelai Edamame Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Importance Performance Analysis Atribut Benih Kedelai... 93

14 9.3. Rangkuman Importance Performance Analysis (IPA) Benih Kedelai Edamame dan kedelai Indek Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) X KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

15 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian Daftar atribut benih kedelai edamame Hasil uji Cochran Skala dan Kriteria Tingkat Kepentingan Atribut Benih Kedelai Edamame Indikator Tingkat Kepentingan Atribut Benih Kedelai Edamame Skala dan Kriteria Tingkat Kinerja Atribut Benih Kedelai Edamame Indikator Tingkat Kepercayaan Atribut Benih Kedelai Edamame Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sebaran Responden Berdasarkan Usia Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan di Luar Usahatani per Bulan Sebaran Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Sebaran Responden Berdasarkan Lama Berusahatani Sebaran Responden Berdasarkan Budidaya dalam Setahun Sebaran Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Sebaran Responden Berdasarkan Pola Tanam Sebaran Responden Berdasarkan Rata-rata Hasil Panen Sebaran Responden Berdasarkan Pengenalan Kebutuhan Sebaran Responden Berdasarkan Pencarian Informasi Sebaran Responden Berdasarkan Evaluasi Alternatif Sebaran Responden Berdasarkan Keputusan Pembelian Sebaran Responden Berdasarkan Evaluasi Pasca Pembelian... 78

16 26. Persepsi Responden terhadap Evaluasi Tingkat Kepentingan (ei) Atribut Benih Persepsi Responden terhadap Evaluasi Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Benih Kedelai Edamame Persepsi Responden terhadap Evaluasi Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Benih Kedelai Hasil Model Sikap Multiatribut Fishbein untuk Benih Kedelai Edamame dan Kedelai Perhitungan Rata-rata Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Atribut Benih Kedelai Edamame Perhitungan Rata-rata Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Atribut Benih Kedelai Pengelompokkan Atribut Benih Kedelai Edamame dan Kedelai Berdasarkan Hasil Importance Performance Analysis (IPA) Hasil Costumer Satisfaction Index (CSI) Benih Kedelai edamame Hasil Costumer Satisfaction Index (CSI) Benih kedelai

17 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Kerangka Pemikiran Operasional Diagram Kartesius Struktur Organisasi Pemerintah Desa Sukamaju Diagram Kartesius IPA Kedelai Edamame Diagram Kartesius IPA Kedelai.. 94

18 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Pendahuluan Kuesioner Analisis Deskriptif Kuesioner Penilaian Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Atribut Benih Kedelai Edamame Daftar Petani Kedelai Edamame di Desa Sukamaju Hasil Uji Validitas Hasil Uji Reliabilitas Tabel Distribusi Chi Square (Khi Kuadrat) Tabel Nilai Kritis untuk Korelasi r Product Moment Perbedaan Benih Kedelai Edamame dan Kedelai Proses Penanaman Benih Kedelai Edamame 128 1

19 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup baik. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada tahun 2008 merupakan angka yang tertinggi sejak krisis tahun Hal ini tidak terlepas dari dukungan sektor pertanian yang merupakan salah satu fondasi ekonomi Indonesia. Pada tahun 2008 sektor pertanian merupakan satu dari tiga sektor yang mengalami pertumbuhan yang tinggi, yaitu sebesar 5,1 persen. Pangan, khususnya aneka kacang dan ubi, merupakan komoditas yang mempunyai peran penting bagi kehidupan rakyat dan perekonomian Indonesia (Balitkabi, 2010). Kedelai merupakan salah satu dari komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pangan. Menurut Balitbang Pertanian (2008) kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 0,71 juta ton dan kekurangannya diimpor sebesar 1,31 juta ton. Hanya sekitar 35 persen dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Kebutuhan kedelai dalam negeri yang besar belum bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Hal ini mendorong pemerintah mengimpor kedelai dari pasar dunia untuk memenuhi konsumsi domestik. Menurut Supadi (2009), dari sisi impor selama periode sempat mengalami penurunan rata-rata hampir 6,70 persen per tahun. Namun periode berikutnya ( ) melonjak rata-rata 29,92 persen per tahun. Ketergantungan terhadap impor kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun pada periode sebesar 24,2 persen per tahun terus meningkat menjadi 31,14 persen per tahun periode dan meningkat lagi menjadi 56,66 persen pada periode Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus menerus, mengingat kedelai merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai. Hal ini ditunjukkan dengan tersedianya lahan yang cukup luas dan sesuai untuk budidaya kedelai serta terdapatnya 1

20 teknologi spesifik lokasi dan sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usahatani kedelai (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2010 diacu dalam Sari, 2011). Kondisi tersebut juga diharapkan dapat mewujudkan tercapainya swasembada kedelai tahun 2014 di Indonesia. Swasembada kedelai merupakan suatu keadaan tercukupinya kebutuhan konsumsi kedelai dalam negeri oleh produksi kedelai nasional (Sari, 2011). Selain itu, Indonesia juga memiliki komoditas substitusi yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pengganti kedelai. Diperlukan promosi diversifikasi substitusi kedelai agar secara bertahap komoditas alternatif tersebut dapat menggantikan kedelai dalam konsumsi rakyat Indonesia (Budhi dan Aminah, 2010). Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu tempe, kecap, tauco, susu kedelai, tahu, dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika, 2007). Selain dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, kedelai juga dapat dikonsumsi secara segar seperti kedelai edamame. Di Jepang, negara asal kedelai ini, edamame dijadikan sebagai sayuran dan dikenal sebagai makanan kesehatan. Kedelai edamame kaya akan protein, vitamin A dan B, zat kapur, zat besi, dan serat. Selain itu, kedelai edamame mempunyai biji lebih besar, rasa lebih manis, dan tekstur yang lebih lembut dibandingkan dengan kedelai biasa (Konovsky et al, 1994). Kedelai edamame mengandung berbagai zat yang bermanfaat untuk kesehatan. Kedelai edamame merupakan satu-satunya kedelai yang mengandung semua dari sembilan jenis asam amino esensial yang dapat menstabilkan kadar gula darah, meningkatkan metabolisme dan kadar energi dan membantu membangun otot dan sel-sel sistem imun. Selain itu, kedelai edamame juga mengandung isoflavon, beta karoten dan serat 1. Awal pengembangan edamame (vegetable soybean) yaitu sejenis tanaman kedelai sayur (Glycine max (L) Merri ll) baru dilakukan untuk kepentingan sendiri di awal tahun delapan puluhan, guna konsumsi komunitas orang Jepang di Jakarta. Kedelai ini disebut juga sebagai kedelai Jepang atau lebih dikenal dengan edamame. Eda berarti cabang, dan mame berarti kacang, atau kacang yang 1 Sutrisno Koswara Edamame dan Khasiatnya. [diakses 8 Maret 2012] 2

21 tumbuh di sela cabang. Kedelai ini di introduksi dari Jepang sebagai jenis kedelai sayur yang dipetik muda. Kegiatan untuk tujuan budidaya komersial edamame telah dimulai di wilayah Provinsi Jawa Barat sejak tahun Salah satu pelopor pengembangan edamame di Indonesia adalah Mr. Sakuma dari Cipanas dan Saung Mirwan yang dipimpin Bapak Theo Tatang Hadinata, sebuah perusahaan swasta yang berlokasi di Gadog, Bogor serta diperkenalkan pengembangannya untuk kegiatan agroindustri olah beku di Jember oleh Pamulang Integrated Farming (PIF) bekerja sama dengan Saung Mirwan (SM). Mengacu pada hasil percobaan pengembangan edamame di Jember sejak tahun 1992 sampai 1994, hal ini menunjukkan bahwa tanaman edamame mempunyai potensi untuk dikembangkan secara komersial, baik untuk pasar ekspor ke Jepang maupun untuk di dalam negeri (Samsu, 2001). Tidak hanya itu, pengembangan kedelai edamame juga dilakukan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor (BB-Biogen) yang telah memulai kegiatan konservasi, karakteristik, dan plasma nutfah edamame sejak tahun Pada tahun 2007 telah dimulai kegiatan pemuliaan yang berkeja sama dengan Asian Vegetables Research and Development Centre (AVRDC). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa edamame berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia dengan terdapat 56 koleksi plasma nutfah edamame dalam Bank Gen BB-Biogen pada tahun 2007 (Asadi, 2009). Agar mutu benih yang diperoleh baik, maka perbanyakan benih edamame dilakukan di dataran tinggi. Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 yaitu di Megamendung, Bogor Jawa Barat (Noertjahyo diacu dalam Meidyawati, 2006). Secara geografis, Kecamatan Megamendung memiliki topografi yang berbukitbukit, datar dan miring serta berada pada dataran tinggi dengan ketinggian 670 meter di atas permukaan laut (Monografi Kecamatan Megamendung, 2009). Kondisi tersebut tentu menjadi salah satu faktor pendukung dalam mengusahakan kedelai edamame. Selain itu, di Kecamatan Megamendung juga terdapat salah satu perusahaan yaitu PT Saung Mirwan yang memperkenalkan dan mengembangkan kedelai edamame melalui kemitraan dengan petani. Salah satu 3

22 desa yang berpotensi mengembangkan kedelai edamame di Kecamatan Megamendung adalah Desa Sukamaju 2. Desa Sukamaju berpotensi mengembangkan kedelai edamame salah satunya dikarenakan banyaknya petani yang bermitra dengan produsen benih sekaligus pengumpul kedelai edamame. Keberadaan produsen tersebut memiliki pengaruh bagi petani dalam memperoleh benih yang akan digunakan. Benih kedelai edamame diperoleh petani melalui bermitra, baik secara mitra tani maupun mitra beli. Dalam mitra tani adanya keterikatan dalam hal penentuan rotasi budidaya yang telah ditentukan oleh produsen. Sementara mitra beli hanya terikat dalam hal pembelian benih saja, tidak dalam rotasi budidaya. Selain itu, juga memiliki pengaruh dalam memberikan alternatif komoditi yang akan diusahakan oleh petani. Setelah mengenal kedelai edamame, terjadi adanya penurunan jumlah petani yang sebelumnya telah berusahatani kedelai. Banyak petani di Desa Sukamaju berpindah dari berusahatani kedelai menjadi kedelai edamame. Dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan kedelai edamame, petani sebagai konsumen diharapkan memiliki sikap positif dan kepuasan yang tinggi terhadap atribut benih kedelai edamame. Kondisi ini tentunya akan membentuk sikap petani dalam menggunakan benih kedelai edamame, sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Introduksi dan pemasaran benih kedelai edamame dari produsen akan berhasil jika sesuai dengan preferensi petani sebagai konsumen benih. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian perilaku konsumen untuk mengetahui sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame di Kabupaten Bogor, khususnya di Desa Sukamaju Perumusan Masalah Dengan potensi yang dimiliki berupa potensi alam dan sumber daya manusia, Desa Sukamaju telah berusaha dalam mengusahakan kedelai edamame. Walaupun tidak termasuk dalam program yang dicanangkan pemerintah daerah setempat, tetapi telah banyak petani yang mengusahakan kedelai edamame. 2 Hasil wawancara dengan Bapak Aan (staf di BP3K Wilayah Ciawi) 4

23 Sekitar kurang lebih 100 petani mitra yang bertanam kedelai edamame (Irsyadi, 2011). Hal ini disebabkan salah satunya adalah harga jual dari kedelai edamame yang relatif stabil dibandingkan dengan harga jual komoditi lainnya yang ditanam di Desa Sukamaju. Stabil dalam artian pada kondisi iklim yang buruk pun harga jual yang diterima petani tidak begitu signifikan turunnya. Harga jual yang diterima oleh petani saat ini adalah sebesar Rp per kilogram, jika kondisi iklim buruk, kemungkinan harga yang diterima petani berkisar antara Rp sampai Rp per kilogram. Lain halnya pada komoditi cabe misalnya yang harga jualnya bisa sangat tinggi pada waktu tertentu seperti menjelang hari raya. Sebaliknya, harga cabe akan menjadi sangat murah pada saat bukan musimnya. Adanya perbedaan harga yang signifikan tersebut menjadikan kedelai edamame sebagai tanaman yang dipilih untuk diusahakan oleh petani di Desa Sukamaju. Kondisi ini juga yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya berusahatani kedelai kemudian berpindah menjadi kedelai edamame. Dulu budidaya kedelai edamame di Desa Sukamaju masih menggunakan benih yang berasal dari PT Mitra Tani Dua Tujuh, Jember 3. Benih yang dibeli PT Saung Mirwan tersebut jumlahnya terbatas hanya sekitar kg per minggu, sehingga menyebabkan petani kesulitan dalam mendapatkan benih. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 2009 PT Saung Mirwan berusaha membudidayakan benih secara mandiri. Sampai saat ini PT Saung Mirwan telah mampu memproduksi benih kg per minggunya, namun permintaan akan benih masih melebihi penawaran benih yang ada yaitu sekitar kg per mingguya. Akan tetapi, ada juga petani yang telah menggunakan benih hasil produksi panen sebelumnya. Hal ini dilakukan oleh petani untuk mengantisipasi terbatasnya benih yang tersedia di pasar. Dalam penyediaan benih kedelai edamame bermutu tersebut, petani di Desa Sukamaju umumnya melakukan kemitraan dengan produsen benih kedelai edamame. Hal tersebut juga bertujuan agar petani lebih mudah dalam menjual hasil kedelai edamame karena adanya fasilitator yang membantu petani dalam menyalurkan hasil panen. Dengan terjadinya penurunan jumlah petani dari berusahatani kedelai kemudian berpindah menjadi kedelai edamame dan terbatasnya benih yang 3 Eskportir kedelai edamame yang berdomisili di Kabupaten Jember, Jawa Timur. 5

24 tersedia akan berpengaruh pada respon petani sebagai konsumen. Masih banyak petani yang sulit dalam mendapatkan benih, dalam artian benih yang tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat varietas, dan tepat waktu. Padahal benih merupakan salah satu faktor penting bagi petani dalam mengusahakan suatu komoditi, termasuk kedelai edamame. Dengan benih bermutu yang tercermin melalui atribut-atribut yang melekat pada benih, akan berpengaruh pada keputusan pembelian oleh petani. Benih kedelai edamame memiliki atribut-atribut yang akan menjadi pertimbangan bagi petani untuk dikonsumsi atau tidak. Apalagi kedelai edamame termasuk jenis komoditi yang masih baru di pasaran yang dikonsumsi oleh konsumen tertentu saja. Kedelai edamame memiliki pasar yang berbeda dengan kedelai biasa. Kedelai edamame biasa dipasarkan ke supermarket ataupun diekspor ke luar negeri seperti Jepang. Permintaan kedelai edamame di negara Jepang sekitar ton per tahun, sekitar ton dipasok dari sejumlah negara seperti Cina, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia 4. Dengan melakukan pengkajian tentang perilaku konsumen yaitu petani kedelai edamame, maka dapat diketahui bagaimana respon petani terhadap atribut yang ada pada benih kedelai edamame. Respon tersebut dapat diketahui dari sikap dan kepuasan terhadap atribut-atribut yang paling penting dan menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian benih kedelai edamame, di mana pada akhirnya dapat terpenuhi sesuai dengan harapan petani. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana karakteristik dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih kedelai edamame? 2. Bagaimana sikap petani terhadap benih kedelai edamame? 3. Bagaimana tingkat kepuasan petani terhadap benih kedelai edamame? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristik dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih kedelai edamame. 4 Maxi I, Adgi W Kedelai Jumbo di Pasar Jepang. [diakses 8 Maret 2012] 6

25 2. Menganalisis sikap petani terhadap benih kedelai edamame. 3. Menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap benih kedelai edamame Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak produsen benih kedelai edamame sebagai dasar dalam pengembangan yang sesuai dengan hasil dari analisis sikap dan kepuasan petani. 2. Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan melatih kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang ada. 3. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai referensi dan bahan penelitian khusunya terkait dengan masalah sikap dan kepuasan konsumen Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani kedelai edamame yang pernah melakukan keputusan pembelian dan pernah menanam kedelai edamame. 2. Penelitian ini hanya difokuskan kepada analisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame dengan kedelai sebagai pembanding. 7

26 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan mengenai komoditi kedelai edamame, seperti dalam hal pengembangan dan potensi kedelai edamame di Indonesia. Tidak hanya dari segi komoditinya saja yang ditinjau, akan tetapi dari segi alat analisis yang digunakan pun juga ditinjau yaitu kajian penilaian sikap dengan multiatribut fishbein, penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dengan Importance Performance Analysis (IPA) dan penilaian tingkat kepuasan dengan Customer Satisfaction Index (CSI). Tinjauan lainnya juga membahas mengenai perbedaan dengan penelitian terdahulu Pengembangan dan Potensi Kedelai Edamame di Indonesia Santoso (2003) menjelaskan bahwa di Indonesia kedelai edamame dikenal sebagai kedelai yang diproduksi dalam keadaan belum masak penuh yang biasanya dipanen pada umur 65 hari setelah tanam. Sementara ini sentra produksi kedelai edamame di pulau Jawa dapat dijumpai di daerah Jember (Jawa Timur), Wonogiri (Jawa Tengah), dan Ciawi-Bogor (Jawa Barat). Namun, tidak menutup kemungkinan pada masa yang akan datang produksi komoditi ini akan meningkat karena tanaman kedelai mempunyai daerah penyebaran yang luas. Pada pengelolaan di tingkat industri, kedelai edamame sebagian besar diproduksi sebagai komoditi ekspor dalam bentuk olahan beku (frozen edamame) dan sebagian dipasarkan di dalam negeri dalam bentuk kedelai segar yang masih dalam polong dengan kemasan plastik berlubang maupun styrofoam yang ditutup strech film. Kondisi tersebut didukung pula oleh Fadloli (2005) yang menyatakan bahwa prospek pengembangan kedelai edamame untuk keperluan ekspor khususnya ke Jepang masih besar karena permintaan Jepang dapat mencapai ton per tahun, akan tetapi sampai saat ini Indonesia belum mampu memenuhinya. Ekspor kedelai edamame pada kurun waktu 1997 sampai dengan 1999 mengalami penurunan dalam volume dan nilainya. Akan tetapi, sejak tahun 2000 volume ekspor kedelai edamame mulai meningkat yaitu sebesar 126, 326 ton atau naik sebesar 127,57 persen. Kondisi tersebut pun berlanjut pada volume dan nilai ekspor pada tahun

27 Sama halnya menurut Purnomo (2006) yang menyatakan kedelai edamame beku (frozen vegetable soybean) merupakan produk olahan kedelai edamame yang dikonsumsi sebagai makanan ringan dan mempunyai prospek pasar yang menjanjikan. Pasar utama edamame beku adalah Jepang (88%) dan Amerika (11%). Permintaan edamame di Amerika terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1993 permintaan edamame beku hanya 800 ton, namun pada tahun 2000 telah meningkat sampai mencapai lebih dari ribu ton. Peningkatan permintaan edamame beku di Amerika disebabkan karena kebutuhan konsumen terhadap manfaat kesehatan yang diperoleh dengan mengkonsumsi edamame. Sama halnya juga dengan di Jepang, peningkatan permintaan edamame beku diperkirakan mencapai tiga sampai lima persen per tahunnya Meidyawati (2006) menjelaskan permintaan edamame baik untuk pasar domestik maupun luar negeri cukup besar. Produktivitas edamame di Jawa Barat selama periode 1996 sampai 2000 relatif masih rendah yaitu 2,92 ton per ha. Sementara itu, volume ekspor kedelai edamame Indonesia tahun 2000 sebanyak 126,326 ton dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 192,806 ton. Tingginya permintaan tersebut menarik Indonesia untuk memproduksi kedelai edamame. Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 di daerah Megamendung, Bogor Jawa Barat. Kedelai edamame dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga cocok untuk ditanam di Indonesia. Feifi (2008) juga menjelaskan bahwa kedelai edamame ini sangat diminati oleh Jepang dan Amerika. Oleh karena itu, saat ini telah banyak permintaan akan kedelai edamame baik dalam negeri maupun luar negeri untuk diolah menjadi sayur ataupun camilan pada restoran-restoran Jepang. Kebutuhan Jepang terhadap kedelai edamame ini adalah sekitar ton setahun, ton sudah dipasok dari sejumlah Negara seperti Cina, Thailand, dan Taiwan. Begitu pula dengan Amerika yang membutuhkan sekitar ton kedelai edamame setiap tahunnya. Sehingga, Indonesia sebagai Negara yang beriklim tropis sangat cocok untuk pengembangan kedelai edamame masih memiliki kesempatan untuk memenuhi pangsa pasar yang ada. 9

28 Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Irsyadi (2011) yang menyatakan bahwa kedelai edamame yang sering juga disebut kedelai Jepang memiliki pasar yang berbeda dengan kedelai biasa. Kedelai edamame memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai biasa. Komoditi kedelai edamame biasa dipasarkan ke supermarket ataupun diekspor ke luar negeri seperti Jepang. Walaupun belum terlalu banyak yang produksi dan konsumsi oleh masyarakat Indonesia, tetapi kedelai edamame memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan produksi kedelai edamame di dalam negeri dan memasarkannya ke Negara Jepang Kajian Penilaian Sikap Dengan Metode Multiatribut Fishbein Kajian yang dilakukan oleh Fahmi (2008) mengenai sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik, sikap dan kepuasan petani. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling yang berarti adanya kesediaan dari responden untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner. Dalam menganalisis sikap petani terhadap benih padi varietas unggul sikap digunakan model Multiatribut Fishbein. Dari 14 atribut yang digunakan yaitu anakan produktif, patahan beras, harga jual gabah, harga benih, kerontokan gabah, kekuatan rebah tanaman, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, produktivitas gabah, rasa nasi, sertifikasi benih, umur tanaman, tekstur nasi (pulen), dan pemasaran hasilnya meenjelaskan bahwa sikap yang paling tinggi dari petani ada tiga atribut. Di mana petani di Kabupaten Kediri lebih menyukai dan menanam varietas Membramo dengan atribut yang produktivitas tinggi, rasa enak, dan pemasaran yang mudah. Beda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Triandika (2009) yang mengkaji analisis atribut dan sikap konsumen terhadap produk furnitur merek olympic yang dipasarkan di Modern Ritail Oulet (Studi Kasus di Outlet Hypermart Jabodetabek). Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan sikap konsumen menggunakan responden sebanyak 150 orang yang dilakukan terhadap pengunjung yang sedang mengunjungi atau telah membeli produk Furnitur di outlet Hypermart wilayah Jabodetabek pada saat 10

29 survey dilakukan. Untuk menganalisis sikap konsumen digunakan metode Multiatribut Fishbein. Berdasarkan hasil analisis Cochran terdapat 12 atribut yang penting yaitu harga, awet atau tahan lama, ada garansi, kemudahan memasang, kuat konstruksinya, mudah didapat, lapisan tidak mudah terkelupas, dapat dibongkar pasang, ada brosur, ada display model dan diskon harga. Dari 12 atribut, hasil analisis Multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa skor total produk merek Olympic, Big Panel, dan Habitat masing-masing adalah , , dan Hal ini menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap produk merek Olympic lebih dapat memenuhi harapan dan kebutuhan responden dengan atribut awet atau tahan lama, kuat konstruksinya, mudah didapat, dan ada brosur. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Afrilia (2010) mengenai analisis sikap dan kepuasan konsumen terhadap teh celup hitam walini (Studi Kasus di Agrowisata Gunung Mas Cisarua Bogor) bertujuan untuk menganalisis karakteristik umum dan proses pengambilan keputusan, sikap serta kepuasan konsumen terhadap teh celup hitam walini. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling sebanyak 60 orang. Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis sikap adalah Multiatribut Fishbein dengan sembilan atribut yang diuji yaitu harga, rasa teh, warna air teh, aroma teh, kemasan, kejelasan tanggal kadaluarsa, kejelasan izin Depkes, merek, dan kemudahan dalam mendapatkan. Dari hasil Multiatribut Fishbein menunjukan bahwa responden memiliki sikap yang positif terhadap kedua produk, namun responden cenderung lebih menyukai teh celup hitam Walini (80,80) dibandingkan dengan teh celup Sariwangi (77,32). Hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja pada teh celup hitam Walini atribut tertinggi adalah tanggal kadaluarsa (3,40) dan terendah adalah merek (2,12). Sedangkan pada teh celup Sariwangi kinerja yang tertinggi adalah atribut merek dan kemudahan dalam mendapatkan produk (3,37) dan terendah adalah atribut warna kepekatan air teh (2,23). Secara umum dari ketiga kajian dalam menganalisis sikap dengan metode Multiatribut Fishbein dengan objek penelitian yang berbeda akan berbeda pula dalam atribut yang diujikan kepada responden. Selain itu, sikap terhadap suatu produknya pun dapat beragam dengan atribut tertentu yang sesuai dengan harapan 11

30 dari responden. Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sikap yang diambil oleh konsumen terkait dengan keunggulan atribut yang terdapat pada suatu produk tertentu, sehingga menimbulkan sikap positif dari konsumen yang mau menerima dan memilih produk tersebut Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA) Penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2009) mengenai analisis sikap konsumen dan kinerja atribut teh hijau siap minum merek Nu Green Tea original di kota Jakarta memiliki empat tujuan secara lebih khusus. Tujuannya adalah mengkaji karakteristik konsumen, mengkaji proses keputusan pembelian konsumen, mengkaji sikap konsumen, dan mengkaji kinerja atribut produk. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling yang berdasarkam atas ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkannya dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif, analisis angka ideal, dan IPA. Dalam menganalisis tingkat kinerja atribut, peneliti mengguakan 14 atribut yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Keempatbelas atribut tersebut adalah atribut harga, rasa manis, aroma, kemudahan mendapatkan, kemasan, merek, manfaat, iklan, promosi, kesegaran, komposisi, kejelasan kadaluarsa, kejelasan izin Departemen Kesehatan, dan ketersediaan dalam kondisi dingin. Hasil analisis kinerja terhadap atribut teh hijau siap minum merek Nu green tea original dengan menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) akan digambarkan dalam diagram kartesius yang memiliki empat kuadran. Hasil analisis IPA menunjukkan bahwa atribut Nu green tea original tidak ada yang terdapat dalam kuadran I (prioritas utama). Pada kuadaran II (pertahankan prestasi) terdapat atribut kejelasan kadaluarsa, kesegaran, kejelasan izin Departemen Kesehatan, kemudahan mendapatkan, ketersediaan dalam kondisi dingin, dan rasa manis. Sementara atribut harga, manfaat antioksidan, komposisi dan kemasan berada dalam kuadran III (prioritas rendah). Terakhir, kuadran IV (berlebihan) yaitu atribut aroma, iklan, promosi, dan merek. Sedangkan Airine (2010) mengkaji penelitian mengenai analisis perilaku konsumen sayuran organik (studi kasus Giant Botani Square, Bogor, Jawa Barat). 12

31 Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen, mengidentifikasi dan menganalisis proses keputusan pembelian, mengidentifikasi dan menganalisis kepuasan konsumen, dan memberikan implikasi strategi pada pihak Giant Botani Square. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli dan mengkonsumsi sayur organik di Giant Botani Square yang berjumlah 50 orang. Penelitian ini menggunakan alat analisis tabulasi deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA), dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa atribut yang termasuk ke dalam kuadran I (prioritas utama) yang harus diperbaiki kinerjanya adalah atribut keragaman jenis dan ketersediaan sayuran organik karena memiliki kinerja yang masih rendah. Atribut yang harus dipertahankan yang termasuk ke dalam kudran II (pertahankan prestasi) adalah atribut kualitas karena memiliki tingkat kepentingan dan kinerja yang baik. Atribut sayuran organik tidak ada yang terdapat dalam kuadran III (prioritas rendah). Sementara atribut yang termasuk dalam kaudran IV (berlebihan) adalah atribut harga dan kemasan sayuran organik karena memiliki tingkat kinerja yang berlebihan. Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan alat analisis Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa nilai dari tingkat kepentingan dan kinerja setiap produk memiliki nilai yang berbeda. Hal tersebut dapat disebabkan karena faktor waktu, tempat penelitian dan juga atribut yang diteliti. Dengan analisis Importance Performance Analysis (IPA) dapat menggambarkan kinerja dari sebuah produk yang dibandingkan dengan harapan dari konsumen. Hasil tersebut biasa digambarkan dengan menggunakan diagram kartesius yang terbagi menjadi empat kuadran. Dari keempat kuadran tersebut dapat dilihat atribut-atribut mana saja yang telah dan belum sesuai antara kinerja produk dan yang diharapkan oleh konsumen. Hasil dari diagram kartesius ini juga dapat memberikan implikasi strategi yang dapat membantu para produsen dalam mempertahankan produknya Penilaian Tingkat Kepuasan Dengan Metode Customer Satisfaction Index (CSI) Irawati (2009) yang mengkaji analisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi (oriza sativa) varietas unggul di Kota Solok, Sumatera 13

32 Barat bertujuan mengidentifikasi karakteristik dan proses keputusan pembelian serta menganalisis sikap dan kepuasan konsumen terhadap penggunaan padi varietas unggul di kota Solok. Penelitian dilakukan kepada petani yang pernah menanam benih padi varieats unggul yaitu Batang Piaman, Batang lembang, Cisokan, dan Anak Daro. Untuk menganalisis tingkat kepuasan petani, peneliti menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI) dengan 13 atribut yang digunakan yaitu anakan produktif, harga jual gabah, harga benih, kekuatan rebah tanaman, ketahanan hama penyakit, kerontokan gabah, patahan beras, ketersediaan benih di pasar, produktivitas gabah, rasa nasi, sertifikasi benih, umur tanaman, dan tekstur nasi (pulen). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tingkat kepuasannya, petani berada pada kategori puas terhadap benih padi varietas unggul Cisokan dan Anak Daro karena memiliki keunggulan atribut berupa rasa nasi yang enak dan harga jual gabah yang tinggi,. Sedangkan kelemahannya yaitu pada atribut ketersediaan benih yang terbatas, harga benih yang mahal, dan untuk vaietas Anak Daro ditambah lagi dengan atribut umur tanaman yang panjang. Analisis sikap dan keputusan petani terhadap atribut benih padi hibrida di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor yang dilakukan Chanifah (2009) bertujuan untuk menganalisis karakteristik serta proses pengambilan keputusan petani padi, menganalisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi hibrida. Aribut yang dujikan ada 20 yaitu produktivitas, umur tanaman, ketahanan terhadap hama dan penyakit, tahan rebah, harga benih, ketersediaan benih, rasa nasi, aroma nasi, tingkat kepulenan nasi, warna beras/nasi, jumlah anakan ptoduktif, daya berkecambah, tingkat kerontokan gabah, sertifikasi, rendemen gabah menjadi beras, harga jual gabah kering panen (GKP), pemasaran hasil panen, tingkat kebutuhan pupuk anorganik, patahan beras, dan keseragaman masak panen. Penentuan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden yang terdiri atas 30 petani pengguna benih padi hibrida varietas Bernas Super dan sebagai pembandingnya adalah 30 petani pengguna benih padi VUB yang terdiri dari 15 petani pengguna benih padi varietas Ciherang dan 15 petani pengguna padi varietas Situ Bagendit. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis kepuasan menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI). Dari tingkat kepuasan menunjukkan bahwa 14

33 petani memiliki tingkat kepuasan paling tinggi pada benih padi VUB Ciherang dengan kategori puas, tingkat kepuasan kedua diperoleh pada benih padi VUB Situ Bagendit, dan tingkat kepuasan paling rendah diperoleh pada benih padi hibrida Bernas Super dengna kategori biasa. Sehingga, petani benih padi hibrida merasa tidak puas terhadap benih tersebut sedangkan petani benih padi inhibrida merasa puas. Manalu (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi hibrida di Kecamatan Baros kota Sukabumi. Penelitiannya bertujuan untuk menganalisis sikap dan proses pengambilan keputusan serta kepuasan petani dalam menggunakan benih padi hibrida. Tujuan penelitian ini adalah menetukan kepuasan petani dalam menggunakan benih padi hibrida. Terdapat 13 atribut yang digunakan yaitu anakan produktif, patahan beras, harga jual gabah, harga benih, kerontokan gabah, kekuatan rebah tanaman, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, produktivitas gabah, rasa nasi, sertifikasi benih, umur tanaman, tekstur nasi (pulen). Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan survey menggunakan sampel acak sederhana (Snowball Sampling). Dalam menjawab tingkat kepuasan petani menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan hasil perhitungan kepuasan konsumen untuk benih padi hibrida Bernas Prima diketahui bahwa nilai Customer Satisfaction Index adalah 66 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa benih padi hibrida Bernas Prima dianggap Puas oleh petani responden dengan tingkat kepuasan sebesar 66 persen. Dari hasil angka tersebut berarti masih ada nilai ketidakpuasan sebesar 34 persen, terutama pada harga benih. Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan dari kinerja atribut-atribut suatu produk. Atribut-atribut yang penting dan kinerjanya tinggi tentu akan menghasilkan tingkat kepuasan yang tinggi kepada konsumen. Tingkat kepuasan konsumen tersebut dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan yang telah ditentukan. 15

34 2.5. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Dalam hal alat analisis, penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian Fahmi (2008), Chanifah, Irawati, dan Triandika (2009), Manalu dan Afrilia (2010) pada alat analisis yang digunakan yaitu metode Multiatribut Fishbein untuk mengukur sikap dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur tingkat kepuasan. Akan tetapi memiliki perbedaan pada objek komoditi yang dikaji dan pada atribut-atribut yang digunakan. Juga memiliki persamaan alat analisis Importance Performance Analysis (IPA) dengan penelitian Ayuningtyas (2009) dan Airine (2010). Sedangkan pada penelitian Santoso (2003), Purnomo (2006), Meidyawati (2006), Fadloli (2005), Feifi (2008) dan Irsyadi (2011) memiliki persamaan pada komoditi yang dikaji yaitu kedelai edamame. Perbedaan dengan penelitian terdahulu terlihat dari segi objek yang dikaji yaitu kedelai edamame. Kedelai edamame merupakan salah satu komoditi yang belum terlalu banyak dikonsumsi dan diketahui masyarakat, sehingga masih relatif sedikit yang mengkaji kedelai edamame. Meskipun sudah ada yang mengkaji kedelai edamame, tetapi pengkajian tersebut masih sebatas mengenai kemitraan, hama dan pendapatan usahatani. Sementara pengkajian kedelai edamame dalam hal sikap dan kepuasan, khususnya yang terkait dengan atribut pada benih kedelai edamame belum diteliti. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai analisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame dengan studi kasus di Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung, Bogor. Penelusuran penelitian terdahulu dilakukan untuk membantu memahami terhadap permasalahan yang menjadi topik penelitian. Literatur mengenai penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 1. 16

35 Tabel 1. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian No Nama Tahun Judul Penelitian Metode 1 Kajian Penyimpanan Kedelai Analisis data Santoso 2003 terkendali edamame (Glycine max linn.) objektif, dengan kemasan atmosfer organoleptik 2 Fadloli Purnomo Meidyawati Feifi Fahmi Chanifah Irawati Triandika 2009 Kajian Pelaksanaan Kemitraan PT. Saung Mirwan dengan Mitra Tani Edamame di Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Penjadwalan Tanam Kedelai Edamame (Glycine max [L.] Merr.) Untuk Menunjang Produksi Edamame Beku di PT Mitratani Duatujuh Jember Hama Utama dan Musuh Alami Pada Tanaman Kedelai Edamame (Glycine max varietas edamame) di Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Kajian Manajemen Rantai Pasokan Pada Produk dan Komoditi Kedelai Edamame (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor) Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Analisis Sikap dan Keputusan Petani Terhadap Atribut Benih Padi Hibrida di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi (Oryza Sativa) Varietas Unggul di Kota Solok Sumatera Barat. Analisis Atribut dan Sikap Konsumen Terhadap Produk Furnitur Merek Olympic yang Dipasarkan di Modern Retail Outlet (Studi Kasus di Outlet Hypermart Jabodetabek). IPA, Analisis Thurstone Statistik Uji Box- Pierce, Simulasi Monte Carlo, Metode Heuristik Analisis Tingkat Serangan Metode DEA, Metode Balanced Scorecard, AHP, Analissi SWOT Analisis Multiatribut Fishbein, IPA dan CSI Analisis Deskriptif Analisis Cochran, analisis Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan CSI. IPA dan CSI Analisis Deskriptif, Analisis Cochran, perceptual mapping, Analisis biplot, serta Analisismultiatribut Fishbein 17

36 Tabel 1. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian No Nama Tahun Judul Penelitian Metode 10 Ayuningtyas 2009 Analisis Sikap Konsumen dan Kinerja Atribut Teh Hijau Siap Minum Merek Nu Green Tea Original di Kota Jakarta 11 Manalu Afrilia Airine Irsyadi 2011 Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan Baros kota Sukabumi Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Terhadap Teh Celup Hitam Walini (Studi Kasus di Agrowisata Gunung Mas Cisarua Bogor) Analisis Perilaku Konsumen Sayuran Organik (Studi Kasus Giant Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat) Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Kedelai Edamame Petani Mitra PT Saung Mirwan Analisis deskriptif, Angka Ideal, IPA Analisis Deskriptif, analisis Cochran, Analisis Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan CSI. Analisis Deskriptif, Analisis Multiatribut Fishbein, IPA dan CSI. Tabulasi deskriptif, IPA, CSI R/C Rasio, Cobb- Douglas Stochastic Frontier 18

37 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Uraian secara teoritis dalam menjawab tujuan dari penelitian ini dijelaskan dalam kerangka pemikiran teoritis. Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan bersumber dari penelusuran teori-teori yang relevan terkait penelitian. Berikut dijelaskan mengenai kerangka pemikiran teoritis Konsumen dan Perilaku Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dari segi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan menurut Sumarwan (2002) konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk digunakan sendiri. Dan konsumen organisasi adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk seluruh kegiatan-kegiatan sosial. Menurut Kotler (2000) konsumen didefinisikan sebagai individu atau kelompok yang berusaha memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa yang yang dipengaruhi untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Perilaku konsumen merupakan bagian dari manajemen pemasaran yang berhubungan dengan manusia sebagai pasar sasaran, sehingga secara otomatis riset perilaku konsumen juga merupakan bagian dari riset pemasaran (Simamora, 2002). Dalam mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan untuk menggunakan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh dari apa yang mereka inginkan tentang produk maupun jasa. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memprediksikan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai (Sumarwan, 2002). Sementara Rangkuti (2002) membedakan tiga jenis definisi mengenai perilaku konsumen, yaitu : 19

38 a. Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang konsumen, kleompok konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa satu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama sepanjang waktu, dan di pasar serta industri yang sama. b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi, menekankan bahwa untuk mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami yang dipikirkan (kognisi), dirasakan (pengaruh), dan dilakukan (perilaku) oleh konsumen. Selain itu, kita juga harus memahami apa dan di mana peristiwa (kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan tindakan konsumen. c. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga berkaitan dengan pertukaran Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Sebagai konsumen, manusia melakukan proses pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi berbagai macam produk yang ditawarkan. Menurut Sumarwan (2002) mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki alternatif pilihan produk atau jasa. Sedangkan jika tidak ada alternatif pilihan dalam pengambilan keputusan maka disebut sebagai sebuah Hobson s choice. Menurut Engel et al. (1994) menyatakan bahwa seringkali konsumen melakukan tindakan pengambilan keputusan berdasarkan asas rasional dan manfaat hedonik (hedonic benefit) yang diharapkan bahwa keputusan pembelian oleh konsumen mencerminkan campuran dari utilitarian dan hedonik. Adapun tahapan proses pengambilan keputusan konsumen yang dijelaskan pada Gambar 1. 20

39 Pengenalan kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil Gambar 1. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber : Engel, et al (1994) Tahapan proses pengambilan keputusan konsumen menurut Engel et al. (1994) meliputi lima tahapan sebagai berikut : 1. Pengenalan Kebutuhan Kebutuhan muncul karena adanya dorongan internal dan eksternal. Dorongan internal merupakan kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar dan haus dan menjadi motivasi orang tersebut untuk memenuhi keinginan yang muncul tersebut. Sedangkan dorongan eksternal akan menggerakkan seseorang untuk mencari informasi yang lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai suatu persepsi atau perbedaan antara yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Kebutuhan harus diaktifkan sebelum dikenali dan ada beberapa faktor yang memengaruhi pengaktifan kebutuhan yaitu waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu dan pengaruh pemasaran. 2. Pencarian Informasi Konsumen yang akan memenuhi kebutuhan akan terlibat dalam pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Konsumen akan mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Dari informasi yang diperoleh tersebut, konsumen akan mulai mempertimbangkan berbagai alternatif pilihan yang akan dikonsumsi. 21

40 3. Evaluasi Alternatif Merupakan proses di mana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan sampai alternatif yang dipilih. Untuk memilih alternatif, memungkinkan bagi konsumen akan menggunakan beberapa kriteria evaluasi yang berbeda sesuai kepentingan relatif mereka. 4. Pembelian Setelah melakukan evaluasi alternatif, maka konsumen akan memperoleh alternatif yang dipilih. Pada tahap ini konsumen akan mengambil keputusan kapan membeli dan bagaimana membayar. Menurut Kotler (2000), konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Ada dua faktor yang berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu faktor sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif seseorang, faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian. 5. Hasil Proses akhir pada pengambilan keputusan konsumen adalah mengevaluasi hasil. Konsumen akan mengevaluasi hasil apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan. Hasil evaluasi akan menunjukkan apakah konsumen puas atau tidak terhadap produk tersebut. Jika konsumen puas, maka akan terbentuk keyakinan dan sikap yang berdampak positif terhadap pembelian selanjutnya Atribut Produk Keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen. Keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh produk. Atribut produk terdiri atas tiga tipe, yaitu ciri-ciri atau serupa (featurs), fungsi, dan manfaat. Atribut produk menurut Engel et al. (1994) yaitu karakteristik suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan yang tergantung pada jenis produk dan tujuan. Kotler (2001) menyatakan bahwa atribut produk adalah mutu ciri (keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuasakan kebutuhan), dan model 22

41 produk (produk yang melaksanakan fungsinya meliputi keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta atribut lain). Oleh sebab itu, preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat dalam suatu produk. Atribut fisik yang ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama untuk mempengaruhi konsumen. Penilaian terhadap produk menggambarkan sikap konsumen dan mencerminkan perilaku konsumen dalam membelanjakan atau mengkonsumsi produk. Salah satu metode untuk menentukan atribut yang dianggap paling penting adalah metode Cohcran Q Test. Cohcran Q Test merupakan metode iterasi untuk mengeluarkan atribut yang dinilai tidak sah berdasarkan kriteria statistik yang dipakai, dalam metode iterasi ini tidak ada unsur subjektivitas peneliti (Simamora, 2002). Uji Cochran digunakan untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variabel dengan bentuk data nominal atau untuk informasi dalam bentuk terpisah dua (dikotomi). Pada metode ini menggunakan bentuk kuisioner tertutup untuk responden dengan pilihan jawaban yang sudah ada Sikap Engel et a.l (1994) mendefinisikan sikap sebagai keseluruhan evaluasi yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sifat penting dari sikap adalah faktor kepercayaan dan selalu dinamis (berubah-ubah). Tingkat kepercayaan menjadi penting karena akan mempengaruhi kekuatan hubungan diantara sikap dan perilaku serta dapat memengaruhi kerentanan sikap terhadap perubahan. Sifat bersamaan dengan perubahan waktu karena pola gaya hidup masyarakat yang selalu berubah. Sikap memiliki tiga komponen yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (emosi,perasaan) dan konatif (tindakan). Komponen kognitif berkenaan dengan hal-hal yang diketahui individu yang bersifat langsung dan tidak langsung dengan objek sikap yang dipengaruhi oleh pengalaman, pengamatan dan informasi yang diperoleh konsumen terhadap produk. Komponen afektif berkenaan dengan perasaan dan emosi konsumen mengenai objek sikap yang ditunjukkan melalui beragam ekspresi mulai dari rasa sangat tidak suka atau sangat tidak senang 23

42 sampai sangat suka atau sangat senang. Komponen afektif sangat dipengaruhi oleh komponen kognisnya. Komponen konatif berkenaan dengan kecenderungan individu atau konsumen untuk melakukan suatu tindakan terhadap objek sikap. Konatif belum berupa perilaku nyata namun masih berupa keinginan untuk melakukan suatu tindakan. Schiffman dan Kanuk (1994) mengemukakan empat fungsi dari sikap yaitu : 1. Fungsi Utilitarian Merupakan sikap konsumen terhadap suatu produk karena adanya asas manfaat yang diperoleh dari produk tersebut atau ingin menghindari risiko dari produk. 2. Fungsi Mempertahankan Ego Merupakan sikap yang berfungsi untuk melindungi seseorang (citra diri) dari keraguan yang muncul dari dalam diri sendiri atau faktor luar yang menjadi ancaman. 3. Fungsi Ekspresi Nilai Merupakan sikap yang berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial dari seseorang yang akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan dan opini dari konsumen. 4. Fungsi Pengetahuan Merupakan fungsi sikap yang sangat penting karena pengetahuan yang baik terhadap produk seringkali mendorong seseorang untuk menyukai produk tersebut. Adapun metode untuk mengukur sikap yaitu : 1. Model Sikap Multiatribut Fishbein. Menurut Engel et al. (1994) menyatakan bahwa Model Sikap Multiatribut Fishbein dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Model ini mengidentifikasikan bagaimanana konsumen mengkombinasikan kepercayaan mereka mengenai evaluasi produk sehingga akan membentuk sikap terhadap berbagai merek alternatif. Apabila sikap konsumen bersifat positif, maka produk diterima oleh konsumen dan sebaliknya apabila negatif maka konsumen akan menolak. 24

43 Kepuasan Konsumen Menurut Engel et al. (1994) mengemukakan bahwa kepuasan merupakan hasil evaluasi pasca konsumsi apakah sesuatu yang dipilih melebihi atau tidak melebihi harapannya. Tingkat kepuasan konsumen dapat diketahui dengan membandingkan antara tujuan perusahaan, nilai produk bagi konsumen serta produk itu sendiri dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sekaligus harapan konsumen terhadap produk. Sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan secara negatif. Kepuasan dan ketidakpuasan terbagi dalam tiga bentuk yaitu: 1. Diskonfirmasi positif adalah kinerja (hasil) yang diperoleh lebih baik dari yang diharapkan. 2. Diskonfirmasi sederhana adalah hasil sama dengan yang diharapkan. 3. Diskonfirmasi negatif adalah hasil yang diperoleh lebih buruk dari yang diharapkan. Kotler (2000) menyatakan kepuasan adalah perasaan senang atau kekecewaan seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja suatu produk dengan harapan-harapannya. Apabila dijaabarkan sebagai berikut : 1. Jika kinerja berada dibawah harapan maka konsumen menjadi tidak puas. 2. Jika kinerja sama dengan harapan maka konsumen akan puas. 3. Jika kinerja melampaui harapan maka konsumen akan sangat puas atau sangat senang. Menurut Irawan (2007) kepuasan atau satisfaction adalah adalah kata dari bahasa latin yaitu statis yang berarti enough atau cukup dan facere yang berarti to do atau melakukan. Jadi, produk atau jasa yang dapat memuasakan dalah produk atau jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat yang cukup tinggi. Kepuasan juga dapat didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Rangkuti (2002) mengemukakan bahwa kepuasan dapat diukur dengan cara sebagai berikut : 1. Traditional Approach Konsumen diminta memberikan penilaian pada masing-masing indikator produk yang mereka amati umumnya menggunakan skala likert, yaitu memberikan rating dari 1 (sangat tidak puas) sampai 5 (sangat puas). 25

44 Selanjutnya konsumen juga diminta memberikan penilaian atas produk atau jasa tersebut secara keseluruhan. 2. Analisis secara deskriptif Seringkali analisis kepuasan pelanggan berhenti sampai kita mengetahui pelanggan puas atau tidak puas yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif, misalnya melalui perhitungan nilai rata-rata distribusi serta standar deviasi. Analisis kepuasan pelanggan sebaiknya dilanjutkan dengan cara membandingkan hasil kepuasan tahun lalu dengan tahun ini, sehingga kecenderungan perkembangannya dapat ditentukan. 3. Pendekatan terstruktur Pendekatan ini yang paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Salah satu teknik yang paling sering adalah dengan menggunakan prosedur scalling. Caranya responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap sebuah produk. Metode yang digunakan yaitu Customers Satisfaction Index (CSI). Customers Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk atau jasa. Cara untuk mengukur Customer Satisfaction Index (CSI) ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu: 1. Means Importan Score (MIS) dan Means Satisfaction Score (MMS) 2. Membuat Weight Factors (WF) 3. Membuat Weight Score (WS) 4. Menentukan nilai CSI Importance Performance Analysis (IPA) Metode Importance Performance Analysis (IPA) merupakan suatu teknik penerapan yang praktis untuk mengukur atribut dari tingkat pelaksanaannya dan tingkat kepentingan atribut itu sendiri. Importance Performance Analysis (IPA) menggambarkan kinerja (performance) sebuah merek dibandingkan dengan harapan atau tingkat pentingnya (importance) yang dipersepsikan oleh konsumen dalam bentuk grafik. Importance Performance Analysis (IPA) merupakan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan demi meningkatkan kepuasan 26

45 pelanggan. Pemakaian konsep tingkat kepentingan akan dapat diperoleh persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya atribut tersebut dimata pelanggan. Apabila skor tingkat kinerja sesungguhnya lebih atau sama dengan harapan atau tingkat kepentingan maka responden dikategorikan puas, sedangkan bila tingkat pelaksanaan sesungguhnya kurang dari harapan atau tingkat kepentingan responden dikategorikan tidak puas. Diagram Kartesius akan terdiri dari empat buah kuadran yang terjadi karena pembatasan sumbu x dan sumbu y. Hasil perhitungan rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat pelaksanaan/kinerja merek (nilai x) dan rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat kepentingan (nilai y) selanjutnya akan dipetakan pada Diagram Kartesius tersebut. Selanjutnya berdasarkan diagram tersebut dapat ditentukan alternatif strategi sesuai posisi atribut pada setiap kuadran Customer Satisfaction Index (CSI) Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada suatu merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik mengenai harga maupun atribut lainnya. Metode ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen (Customer Satisfaction Index) dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja (performance) yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang mempengaruhi kepuasan pelanggan Kerangka Pemikiran Operasional Kedelai merupakan salah satu dari komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu tempe, kecap, tauco, susu kedelai, tahu, dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika, 2007). Selain dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, kedelai juga dapat dikonsumsi secara segar seperti kedelai edamame. 27

46 Hasil penelitian yang dilakukan antara (BB-Biogen) dan Asian Vegetables Research and Development Centre (AVRDC) menunjukkan bahwa edamame berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia dengan terdapat 56 koleksi plasma nutfah edamame dalam Bank Gen BB-Biogen pada tahun 2007 (Asadi, 2009). Agar mutu benih yang diperoleh baik, maka perbanyakan benih edamame dilakukan di dataran tinggi. Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 yaitu di Megamendung, Bogor Jawa Barat (Noertjahyo diacu dalam Meidyawati, 2006). Salah satu desa yang berpotensi mengembangkan kedelai edamame di Megamendung adalah Desa Sukamaju. Dengan potensi yang dimiliki berupa potensi alam dan sumber daya manusia, Desa Sukamaju telah berusaha dalam mengusahakan kedelai edamame. Setelah mengenal kedelai edamame, terjadi adanya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya telah berusahatani kedelai. Banyak petani di Desa Sukamaju berpindah dari berusahatani kedelai menjadi kedelai edamame. Dulu budidaya kedelai edamame di Desa Sukamaju masih menggunakan benih yang berasal dari PT Mitra Tani Dua Tujuh, Jember. Dengan jumlah pembelian yang terbatas menyebabkan petani kesulitan dalam mendapatkan benih. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 2009 PT Saung Mirwan berusaha membudidayakan benih secara mandiri, namun permintaan akan benih masih melebihi penawaran benih yang ada yaitu sekitar kg per mingguya. Adanya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya berusahatani kedelai menjadi kedelai edamame dan masih adanya keterbatasan ketersediaan benih di pasar dalam mendapatkan benih akan memberikan respon yang berbeda bagi petani sebagai konsumen. Padahal benih merupakan salah satu faktor penting bagi petani dalam mengusahakan suatu komoditi, termasuk kedelai edamame. Dengan benih bermutu yang tercermin melalui atribut-atribut yang melekat pada benih, akan berpengaruh pada keputusan pembelian oleh petani. Petani sebagai konsumen berharap memiliki sikap positif dan kepuasan yang tinggi terhadap komoditi yang telah ditentukan untuk ditanam. Hal ini sangat berkaitan dengan sikap dan kepuasan terhadap atribut-atribut yang paling penting dan menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian benih.. 28

47 Sebelum melakukan pengambilan keputusan dalam membeli benih kedelai edamame, petani pertama kali akan merespon terhadap atribut-atribut apa saja yang ada pada benih tersebut sehingga sesuai dengan harapan petani. Di mana pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame di Bogor, khususunya Desa Sukamaju. Penelitian ini dilakukan terhadap petani responden yang pernah menanam benih kedelai edamame dan kedelai. Masing-masing respoden akan dianalisis mengenai karakteristik, proses pengambilan keputusan pembelian, sikap, dan kepuasan terhadap atribut benih kedelai edamame. Dalam penelitian ini, tujuan mengenai karakteristik dan proses keputusan pembelian akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Sikap petani terhadap atribut benih kedelai edamame akan dianalisis menggunakan model Multiatribut Fishbein. Penilaian mengenai tingkat kepentingan dan kinerja dianalisis menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA). Sedangkan untuk tingkat kepuasan akan dianalisis dengan menggunakan analisis Customer Satisfaction Index (CSI). Atribut-atribut yang digunakan pada penelitian ini ada delapan atribut yaitu harga benih, harga jual, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Penentuan atribut tersebut mengacu pada atribut yang biasa digunakan pada penelitian terdahulu, di mana disesuaikan dengan topik penelitian. Selain itu, juga mengacu pada saran dari salah satu produsen sekaligus pengumpul benih kedelai edamame di Desa Sukamaju. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2. 29

48 Penurunan jumlah petani kedelai Ketersediaan benih kedelai edamame di pasar yang terbatas Respon petani kedelai edamame Karakteristik petani kedelai edamame dan proses keputusan pembelian Sikap petani terhadap atribut benih kedelai edamame (harga benih, harga jual polong, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong.) Tingkat kepuasan petani kedelai edamame Analisis Desktiptif Analisis Multiatribut Fishbein Consumers Satisfaction Index ( CSI) Sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional 30

49 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian sikap dan kepuasan petani sebagai konsumen terhadap atribut benih kedelai edamame ini dilaksanakan di Desa Sukamaju, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Megamendung sebagai wilayah mulai ditanamnya kedelai edamame dan Desa Sukamaju sebagai salah satu daerah pengembangan edamame yang melibatkan petani di sekitarnya, sehingga dalam pengembangannya pun menjadi lebih cepat. Selain itu, didukung juga oleh topografi dari Kecamatan Megamendung yang cocok untuk penanaman edamame. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September Jenis dan Sumber Data Pencarian informasi data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner yang dilaksanakan dengan wawancara secara langsung responden yaitu petani kedelai edamame. Kuesioner yang diajukan meliputi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan sikap dan keputusan pembelian serta tingkat kepuasan petani sebagai konsumen terhadap atribut benih kedelai edamame. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi seperti BPS (Badan Pusat Statistik), perpustakaan LSI (Lembaga Sumber Informasi), perpustakaan Fakultas, perpustakaan PSE-KP (Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian), BP3K Wilayah Ciawi, Kantor Desa Sukamaju, dan berbagai literatur seperti buku, skripsi, artikel-artikel dari internet, majalah pertanian, jurnal, dan sebagainya. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. 31

50 Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian No Jenis Data Sumber Data Data yang Diperlukan 1 2 Data Primer Data Sekunder Kuesioner BPS, LSI, BP3K, Kantor Desa Sukamaju, jurnal, skripsi, majalah, internet Identitas responden, pengetahuan responden tentang produk yang berkaitan dengan penelitian. Gambaran umum tempat penelitian, informasi dan data kelompok tani, penelitian kepustakaan. Metode Pengumpulan Data Survey, observasi melalui penyebaran kuesioner, wawancara. Studi literatur 4.3. Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel penelitian dilakukan menggunakan teknik Probability Sampling melalui pendekatan Simple Random Sampling. Metode ini dipilih agar populasi memiliki peluang yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Kerangka sampling (sampling frame) diperoleh dengan mengetahui data jumlah petani berdasarkan informasi dari Gapoktan Mitra Tani Sejahtera pada setiap kelompok tani yang berjumlah sepuluh di Desa Sukamaju. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani kedelai edamame yang pernah melakukan keputusan pembelian benih dan pernah menanam kedelai edamame. Dalam penelitian ini, responden yang diambil berjumlah 40 orang petani dari 60 petani kedelai edamame di Desa Sukamaju. Nazir (2009) mengemukakan bahwa 30 sampel responden dari populasi sudah dapat mewakili karakteristik responden. Selain itu, jumlah sampel 30 telah menyebar normal (Koentjaraningrat, 1997). Jumlah tersebut diambil melebihi jumlah minimal untuk mengantisipasi adanya data yang tidak valid dan lebih menggambarkan populasi. Oleh karena itu, jumlah sampel sebanyak 40 dianggap telah mewakili atau telah memenuhi syarat minimal yang telah ditentukan. Penentuan sampel sebanyak 40 diperoleh dari data tentang jumlah petani di Desa Sukamaju, selanjutnya dipilih petani kedelai edamame secara acak (simple random sampling) untuk masing-masing kelompok tani sebanyak empat 32

51 orang. Jumlah empat orang ini diambil karena mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti dan juga disesuaikan dengan populasi yang ada. Pemilihan sampel menggunakan cara undian dengan memberikan nomor-nomor pada seluruh anggota populasi sesuai dengan banyaknya jumlah sampel yang dibutuhkan, sehingga diperoleh 40 responden Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel atribut. Variabel atribut adalah variabel yang tidak bisa dimanipulasikan ataupun sukar dimanipulasikan (Nazir, 2009). Variabel-variabel atribut umumnya merupakan karakteristik manusia seperti intelegensia, jenis kelamin, status sosial, pendidikan, sikap, dan sebagainya. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan untuk menganalisis karakteristik konsumen dan keputusan konsumen dalam pembelian benih kedelai edamame dikelompokkan berdasarkan demografi (nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status dan pendapatan). Sedangkan untuk menganalisis sikap dan kepuasan konsumen digunakan variabel atribut yang terkait dengan benih kedelai edamame yaitu dengan melihat evaluasi (e i ) dan kepercayaan (b i ) responden. Sebelas atribut yang diujikan dalam penelitian ini antara lain atribut harga benih, harga jual polong, umur tanaman, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, sertifikasi benih, keseragaman masak panen, daya tumbuh, jumlah polong, dan musim tanam. Atribut benih kedelai edamame yang diujikan tersebut merupakan hasil dari penelusuran penelitian sebelumnya yang relevan dengan kedelai edamame dan juga merupakan saran dari salah satu ketua kelompok tani serta produsen benih sekaligus pengumpul kedelai edamame di Kecamatan Megamendung. Dari hasil pengujian kuesioner melalui uji validitas dan uji reliabilitas diperoleh delapan dari sebelas atribut benih kedelai edamame yang digunakan dalam penelitian ini (Tabel 3). Kedelapan atribut tersebut yaitu atribut harga benih, harga jual polong, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh dan jumlah polong. Terdapat tiga atribut yang tidak menjadi pertimbangan petani dalam proses 33

52 pengambilan keputusan pembelian benih yaitu atribut umur tanaman, sertifikasi benih, dan musim tanam. Dalam penelitian ini, atribut umur tanaman benih tidak menjadi pertimbangan petani karena menurut petani dari segi umur tanaman tidak jauh berbeda dengan komoditi lain yang biasa ditanam petani yang relatif singkat yaitu sekitar dua bulan. Sedangkan untuk atribut sertifikasi benih secara umum petani cenderung tidak mengetahui apa maksud dari serfikasi benih itu sendiri. Hanya beberapa petani saja yang mengetahui tentang sertifikasi benih. Selain itu, benih yang petani beli dari produsen pun memang tidak tercantum label yang berisikan mengenai karakter dari benih tersebut seperti tanggal kadaluarsa dan berat bersih benih. Untuk atribut musim tanam tidak ada perbedaan yang terlalu jauh jika ditanam pada saat musim kemarau atau musim hujan. Kalaupun ada perbedaan hanya dalam hal jarak tanam dan terkait pemeliharaan saja karena kedelai edamame termasuk komoditi dengan harga jual yang stabil dibandingkan komoditi lain. Tabel 3. Atibut Benih Kedelai Edamame No Atribut benih kedelai edamame 1 Harga benih 2 Harga jual polong 3 Produktivitas 4 Ketahanan hama penyakit 5 Ketersediaan benih di pasar 6 Keseragaman masak panen 7 Daya tumbuh 8 Jumlah polong Delapan variabel atribut benih kedelai edamame yang digunakan dalam penelitian dijelaskan sebagai berikut : 1. Atribut harga benih, berkaitan dengan besarnya harga dari benih kedelai edamame yang akan dibeli oleh petani. 2. Atribut harga jual polong, berkaitan dengan besarnya harga jual polong dari benih kedelai edamame yang akan dijual oleh petani. 3. Atribut produktivitas, berkaitan dengan hasil per luasan lahan yang diperoleh petani pada suatu musim tanam. 34

53 4. Atribut ketahanan hama penyakit, berkaitan dengan jenis dan jumlah hama penyakit yang menyerang kedelai edamame. 5. Atribut ketersediaan benih di pasar, berkaitan dengan ketersediaan dan kemudahan memperoleh benih kedelai edamame di pasar. 6. Atribut keseragaman masak panen, berkaitan dengan seragamnya kedelai edamame yang masak pada saat panen. 7. Atribut daya tumbuh, berkaitan dengan besarnya daya tumbuh dari benih kedelai edamame yang akan digunakan. 8. Atribut jumlah polong, berkaitan dengan jumlah polong yang akan diterima oleh produsen sesuai dengan standar yang ditentukan Pengujian Kuesioner Responden yang diajukan kuesioner dalam penelitian ini adalah petani kedelai edamame. Kuesioner yang diberikan kepada responden perlu diuji dari sisi validitas dan reliabilitas agar data yang dikumpulkan dapat menggambarkan kejadian yang akan diukur dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Nazir (2009) jika validitas dan reliabitilas tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal dalam memberikan kesimpulan ataupun dalam memberikan alasan terhadap hubungan-hubungan antarvariabel. Bahkan secara luas, validitas dan reliabilitas mencakup mutu seluruh proses pengumpulan data sejak konsep disiapkan sampai kepada data siap untuk dianalisis Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2000). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan metode Cochran Q Test, yaitu dengan memberikan kuesioner kepada responden yang dapat dilihat pada lampiran 1. Kuesioner yang akan diberikan kepada responden mencakup atribut-atribut yang berhubungan dengan benih kedelai edamame. Untuk menentukan atribut-atribut apa saja yang melekat pada suatu produk adalah dengan memberikan pertanyaan kepada responden dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak. Dalam pengolahan data, skala yang digunakan adalah skala nominal di mana jawaban Ya diberi nilai 1 dan jawaban Tidak diberi nilai 0. 35

54 Metode Cochran Q Test merupakan riset pendahuluan untuk menentukan atribut-atribut apa saja yang melekat pada produk (Simamora, 2002). Kuesioner pendahuluan diujikan pada 10 orang untuk memenuhi syarat pengujian atribut Cochran Q Test yang dilakukan terhadap sepuluh persen dari jumlah populasi (Umar, 2000). Hasil kuesioner pendahuluan diuji menggunakan Cochran Q Test dengan tahapan sebagai berikut : 1. Hipotesis atas atribut yang akan diuji, yaitu : H 0 : Semua atribut yang memberikan hasil yang sama H 1 : Semua atribut yang memberikan hasil yang berbeda. 2. Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut Qhit = ( k 1) k n i R k i k i n i C 2 i C i Di mana : k = Jumlah atribut yang diuji C i = Jumlah yang menjawab ya dari setiap blok = Jumlah yang menjawab ya dari semua atribut tiap blok R i 3. Penentuan Q tabel dengan cara Q tabel diukur dengan α = 0.05 derajat kebebasan (dk) = jumlah atribut -1 dan akan diperoleh dari tabel chi square distribution (khi kuadrat). 4. Keputusan, yaitu : Jika Q hitung > Q tabel, maka tolak H 0 Jika Q hitung < Q tabel, maka terima H 0 k i C i 2 Untuk mengetahui atribut apa saja yang menjadi pertimbangan responden, maka dilakukan Uji Cochran. Uji Cochran dilakukan terhadap 10 orang responden dengan memberikan pertanyaan tertutup dengan menyediakan 11 atribut yang diperoleh dari referensi studi terdahulu dan beberapa saran dari produsen benih. Dasar dari Uji Cochran adalah jika nilai Q hitung < Q tabel, maka terima H 0 dengan kesimpulan bahwa proporsi jawaban ya tidak berbeda untuk setiap variabel. 36

55 Berdasarkan hasil Uji Cochran dapat dilihat pada pengujian keempat hasil Qhitung sebesar dan Qtabel sebesar , sehingga Qhitung < Qtabel yang berarti terima H 0 dengan kesimpulan bahwa proporsi jawaban ya tidak berbeda untuk setiap variabel. Artinya dilakukan empat kali pengujian validitas karena ada tiga atribut yang tidak menjadi variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu atribut umur tanaman, sertifikasi benih, dan musim tanam. Uji validitas dengan uji Cochran ini dapat dikatakan valid hasilnya jika yaitu nilai Q hit < Q tabel, maka akan terima H 0 yang artinya semua variabel atribut memberikan hasil yang sama. Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 11 atribut yang diujikan ternyata melalui Uji Cochran diperoleh hasil terdapat delapan atribut yang paling dipertimbangkan oleh responden dalam melakukan pembelian benih kedelai edamame. Delapan atribut tersebut yaitu harga benih, harga jual polong, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Hasil Uji Cochran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 4. Hasil Uji Cochran No Atribut Uji ke- 1 Uji ke-2 Uji ke-3 Uji ke-4 1 Harga benih Harga jual Umur tanaman Produktivitas Ketahanan hama penyakit Ketersediaan benih di pasar Sertifikasi benih 1 8 Keseragaman masak panen Daya tumbuh Jumlah polong Musim tanam 2 2 Qhitung 43,730 31, Qtabel 18,307 16,

56 Uji Reliabilitas Menurut Nazir (2009), reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur. Dengan instrumen atau alat ukur yang baik mampu memberikan informasi yang sebenarnya di lapang. Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan Rumus Alpha (α). Pengujian reliabilitas dengan Rumus Alpha (α) dilakukan melalui tahap berikut ini : 1. Mencari nilai varian (σ 2 t ) tiap butir dengan rumus : X 2 ( X) 2 σ 2 t = n n Keterangan : 2 σ t = Nilai varian tiap butir n = Jumlah sampel X = Nilai skor yang dipilih 2. Mencari jumlah varian (σ 2 b ) dengan rumus : σ b = σ 1 σ σ n Keterangan : 2 σ b = Jumlah varian 2 σ 1 = Nilai varian dari butir ke-1 2 σ n = Nilai varian dari butir ke-n 3. Memasukan pada rumus Alpha (α) r 11 = k 1- σ b 2 k 1 σ t 2 Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai dari tabel r product moment. Jika nilai r 11 > r product moment dapat disimpulkan bahwa instrumen atau alat ukur yang digunakan baik. Hasil uji Reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan bantuan tabulasi data, analisis sikap 38

57 menggunakan metode multiatribut Fishbein. Sedangkan analisis tingkat kinerja dan kepentingan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan tingkat kepuasan menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Software yang digunakan untuk mengolah data analisis yaitu Microsoft Excel dan Minitab Analisis Deskriptif Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2009). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis karakteristik konsumen dalam melakukan pembelian benih kedelai edamame. Data yang diperoleh dari analisis ini akan ditabulasikan, dan dideskripsikan secara keseluruhan. Kuesioner untuk menjawab analisis deskriptif ditunjukkan pada lampiran Analisis Multiatribut Fishbein Engel et al. (1994) menyatakan bahwa model atribut sikap dari Fishbein menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek (produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Sedangkan menurut Simamora (2002) model Fishbein didasarkan pada pemikiran bahwa sikap dibentuk oleh komponen kepercayaan (beliefs) dan perasaan (feelings). Model ini sendiri dapat menjelaskan dua jenis sikap berdasarkan objek sikap, yaitu sikap terhadap objek (attitude toward object) dan sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior). Umar (2000) menyatakan model Fishbein berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap objek tertentu. Model ini mengidentifikasikan tiga faktor utama untuk sikap. Faktor pertama yaitu keyakinan seseorang terhadap atribut yang menonjol dari objek. Faktor kedua adalah kekuatan keyakinan seseorang bahwa produk memiliki atribut khas. Faktor ketiga adalah evaluasi dari masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol dimana diukur seberapa 39

58 baik atau tidak baik keyakinan mereka terhadap atribut-atribut tersebut. Atribut yang paling menonjol dari produk tersebut dapat diketahui dengan melihat atribut mana yang menduduki peringkat paling tinggi. Selanjutnya hal kedua yang paling penting yaitu menganalisis dimensi evaluatif yang berhubungan dengan setiap atribut produk. Model multiatribut Fishbein terhadap objek menggambarkan hubungan diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut suatu produk. Hal pertama yang paling penting yaitu diperlukan beberapa informasi penting dari konsumen sebagai responden yang bersifat kognitif atau berupa pengetahuan konsumen yang berkaitan dengan produk. Melalui dasar kognitif, maka dapat diketahui sejauh mana seorang konsumen mengenal, mengetahui, mengerti, dan memahami produk karena sebuah sikap akan sangat bergantung kepada pengetahuan mengenai objek penelitian melalui atribut-atribut produk. Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah produk berupa benih kedelai edamame. Model multiatribut Fishbein digunakan karena model ini mampu memberikan informasi tentang persepsi petani sebagai konsumen terhadap benih kedelai edamame yang sudah ada, lebih sederhana dalam penggunaan data, kemudahan pengisian kuesioner maupun proses analisisnya. Pada penelitian ini, untuk menilai sikap petani terhadap atribut benih kedelai edamame akan dibandingkan dengan benih kedelai. Benih kedelai dijadikan sebagai pembanding karena dilihat secara fisik benih tersebut memiliki beberapa atribut terkait yang sama dengan kedelai edamame. Dengan membandingkan kedelai edamame dengan kedelai, maka akan diketahui dari segi sikap, benih mana yang dapat memberikan sikap paling positif bagi petani. Selain itu, benih kedelai memang yang pernah ditanam oleh petani di Desa Sukamaju. Model sikap multiatribut Fishbein didasarkan pada perangkat kepercayaan mengenai atribut objek yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut. Model multiatribut Fishbein dirumuskan sebagai berikut : Ao = b e i n i = 1 i 40

59 Keterangan : Ao : Sikap terhadap objek bi : Kekuatan kepercayaan bahwa objek memiliki atribut -i ei : Evaluasi mengenai atribut -i n : Jumlah atribut yang menonjol Komponen ei menggambarkan evaluasi dari atribut, diukur pada skala evaluasi lima angka yaitu dari skala satu sangat tidak penting sampai skala lima sangat penting. Sedangkan komponen bi menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya atau seberapa kuat konsumen puas bahwa produk tertentu memiliki atribut yang diberikan. Pengukuran tingkat kepercayaan sama dengan pengukuran tingkat kepentingan yang diukur pada skala evaluasi lima angka yaitu skala satu sangat tidak penting sampai skala lima sangat penting, namun berbeda pada hal indikatornya. Pada penelitian ini, skala yang dipakai yaitu skala dengan bobot nilai satu sampai dengan lima. Hal ini dilaksanakan karena kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan tertutup yang telah tersedia pilihan jawaban. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah sampai paling tinggi yang umumnya pasti ganjil seperti tiga, lima, tujuh, dan sembilan. Skala lima diplih karena dengan semakin banyak pilihan jawaban, maka jawaban responden semakin terwakili dan tentu disesuaikan dengan batas kemampuan dari responden. Dalam penelitian ini, responden adalah petani kedelai edamame yang secara umum di lapang identik dalam hal keterbatasan waktu dan kemampuan, sehingga skala lima diasumsikan cocok dengan karakter responden. Estimasi sikap terhadap setiap objek digunakan indeks b i e i dengan mengalikan setiap skor kepercayaan dengan skor evaluasi yang sesuai. Hasil pencapaian akhir dari atribut-atribut akan berupa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, tahan atau tidak tahan dan lain-lain. Kuesioner untuk penilaian sikap dan kepuasan ditunjukkan pada lampiran Metode Importance Performance Analysis (IPA) Importance Performance Analysis (IPA) dapat menunjukkan tingkat kepentingan dengan tingkat pelaksanaan kinerja atribut produk. Tingkat kepentingan tersebut akan diukur menggunakan skala Likert. Menurut Simamora (2002) skala Likert yang juga disebut summated ratings scale merupakan teknik 41

60 pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset pemasaran. Skala Likert merupakan indikator skala untuk mengukur tingkat kepentingan menurut persepsi konsumen dan tingkat pelaksanaan secara nyata yang ditunjukkan melalui kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen dipengaruhi oleh dua faktor yaitu harapan konsumen akan kinerja sebuah produk dan kenyataan yang diterima setelah mengkonsumsi produk tersebut. Konsumen akan merasa puas jika kinerja produk sama atau bahkan melebihi harapan konsumen dan sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika kinerja produk ternyata tidak sesuai dengan harapan (Santoso, 2005). Tingkat kepentingan adalah seberapa penting suatu atribut bagi konsumen atau seberapa besar harapan konsumen terhadap kinerja suatu atribut. Tingkat pelaksanaan kinerja adalah bagaimana kinerja yang telah diberikan oleh pihak perusahaan terhadap konsumen (Umar, 2000). Skala ini memungkinkan konsumen mengungkapkan perasaannya yang diekspresikan ke dalam sebuah kepuasan. Dengan demikian pada penelitian ini menggunakan lima skala karena dengan semakin banyak pilihan jawaban, maka jawaban responden semakin terwakili dan tentu disesuaikan dengan batas kemampuan dari responden. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah sampai paling tinggi. Karena pilihan jawaban beerjenjang, maka setiap jawaban bisa diberi bobot sesuai dengan intensitasnya. Dalam pengukuran tingkat kepentingan (importance) akan diberi peringkat dengan skala lima angka yaitu dari skala satu sangat tidak penting sampai skala lima sangat penting yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Skala dan Kriteria Tingkat Kepentingan Atribut Benih Kedelai Edamame Skala Kriteria 1 Sangat tidak penting 2 Tidak penting 3 Cukup penting 4 Penting 5 Sangat Penting 42

61 Tabel 5 menunjukan skala yang akan menjadi ukuran pada atribut benih kedelai edamame. Skala tersebut memerlukan suatu indikator yang jelas mengenai batasan dan artinya agar dapat diukur dengan benar dan memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Dalam analisis Importance Performance Analysis (IPA) ini atribut yang digunakan tidak berjumlah delapan atribut, tetapi ada enam atribut yaitu produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Hal ini dikarenakan dua atribut yaitu harga benih dan harga jual polong tidak dapat dikategorikan dari sangat mahal sampai sangat murah karena responden dalam penelitian ini tidak seragam, sehingga tidak digunakan. Indikator tersebut dapat ditentukan melalui penelusuran penelitian sebelumnya, artikel dari internet, dan informasi dari salah satu ketua kelompok tani serta produsen sekaligus pengumpul kedelai edamame di Kecamatan Megamendung (Tabel 6). Tabel 6. Indikator Tingkat Kepentingan Atribut Benih Kedelai Edamame No Atribut Indikator 1 Produktivitas Sangat tidak penting : Produktivitas edamame sangat tidak penting jika produktivitas yang dihasilkan sangat rendah. Tidak penting : Produktivitas edamame t tidak penting jika produktivitas yang dihasilkan rendah. Cukup penting : Produktivitas edamame cukup penting jika produktivitas yang dihasilkan cukup tinggi. Penting : Produktivitas edamame penting jika produktivitas yang dihasilkan tinggi. Sangat Penting : Produktivitas edamame sangat penting jika produktivitas yang dihasilkan sangat tinggi. 2 Ketahanan hama penyakit Sangat tidak penting : Ketahanan hama penyakit sangat tidak penting jika edamame sangat mudah terserang hama penyakit dan sangat sulit dalam penanganannya. Tidak penting : Ketahanan hama penyakit tidak penting jika edamame mudah terserang hama penyakit dan sulit dalam penanganannya. Cukup penting : Ketahanan hama penyakit cukup penting jika edamame cukup mudah terserang hama penyakit dan cukup sulit dalam penanganannya. 43

62 Tabel 6. Indikator Tingkat Kepentingan Atribut Benih Kedelai Edamame No Atribut Indikator 3 Ketersediaan benih di pasar 4 Keseragaman masak panen Sangat tidak penting : Ketersediaan benih di pasar sangat tidak penting jika benih sangat sulit untuk dicari dan dibeli. Tidak penting : Ketersediaan benih di pasar tidak penting jika benih sulit untuk dicari dibeli. Cukup penting : Ketersediaan benih di pasar cukup penting jika benih cukup sulit untuk dicari dan dibeli. Penting : Ketersediaan benih di pasar penting jika benih tidak sulit untuk dicari dan dibeli. Sangat Penting : Ketersediaan benih di pasar sangat penting jika benih sangat tidak sulit untuk dicari dan dibeli. Sangat tidak penting : Keseragaman masak panen sangat tidak penting jika polong yang masak sangat tidak seragam. Tidak penting : Keseragaman masak panen tidak penting jika polong yang masak tidak seragam. Cukup penting : Keseragaman masak panen cukup penting jika polong yang masak cukup seragam. Penting : Keseragaman masak panen penting jika polong yang masak seragam. Sangat Penting : Keseragaman masak panen sangat penting jika polong yang masak sangat seragam. 5 Daya tumbuh Sangat tidak penting : Daya tumbuh sangat tidak penting jika daya tumbuh edamame sangat tidak sesuai standarnya. Tidak penting : Daya tumbuh tidak penting jika daya tumbuh edamame tidak sesuai standarnya. Cukup penting : Daya tumbuh cukup penting jika daya tumbuh edamame cukup sesuai standarnya. Penting : Daya tumbuh penting jika daya tumbuh edamame sangat sesuai standarnya. Sangat Penting : Daya tumbuh sangat penting jika daya tumbuh edamame sangat sesuai standarnya. 6 Jumlah polong Sangat tidak penting : Jumlah polong sangat tidak penting jika jumlah polongnya sangat tidak sesuai dengan keinginan pengumpul benih. Tidak penting : Jumlah polong tidak penting jika jumlah polongnya tidak sesuai dengan keinginan pengumpul benih. Cukup penting : Jumlah polong cukup penting jika jumlah polongnya cukup sesuai dengan keinginan pengumpul benih. Penting : Jumlah polong penting jika jumlah polongnya sesuai dengan keinginan pengumpul benih. Sangat Penting : Jumlah polong sangat penting jika jumlah polongnya sangat sesuai dengan keinginan pengumpul benih. Dalam pengukuran tingkat kinerja (performance) terhadap atribut benih kedelai edamame dan kedelai juga menggunakan lima skala seperti tingkat kepentingan (importance). Namun, dengan kriteria yang berbeda sesuai dengan 44

63 atribut yang digunakan. Skala dan kriteria tingkat kinerja atribut benih kedelai edamame dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Skala dan Kriteria Tingkat Kinerja Atribut Benih Kedelai Edamame Atribut Produktivitas Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Ketahanan hama penyakit Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Ketersediaan benih di pasar Sangat sulit diperoleh Sulit diperoleh Cukup mudah diperoleh Mudah diperoleh Sangat mudah diperoleh Keseragaman masak panen Sangat tidak seragam Tidak seragam Cukup seragam Seragam Sangat Seragam Daya tumbuh Sangat tidak Tidak Cukup Tinggi Sangat Jumlah polong tinggi Sangat tidak banyak tinggi Tidak banyak tinggi Cukup banyak Banyak tinggi Sangat banyak Sama halnya dengan tingkat kepentingan (importance), tingkat kinerja (performance) juga memerlukan suatu indikator yang jelas mengenai batasan dan artinya agar dapat diukur dengan benar dan memudahkan peneliti dalam melakukan penilaian. Indikator tingkat kinerja diuraikan pada Tabel 8. Tabel 8. Indikator Tingkat Kepercayaan Atribut Benih Kedelai Edamame No Atribut Indikator 1 Produktivitas Sangat rendah : kg/100m 2 Rendah : kg/100m 2 Cukup tinggi : kg/100m 2 Tinggi : kg/100m 2 Sangat Tinggi : > 50 kg/100m 2 2 Ketahanan hama penyakit Sangat rendah : hampir seluruh terserang hama kupu-kupu putih dan ulat. Rendah : lebih dari 50% terserang hama kupu-kupu putih dan ulat. Cukup tinggi : 50% terserang hama kupu-kupu putih dan ulat. Tinggi : kurang dari 50% terserang hama kupu-kupu putih dan ulat. Sangat Tinggi : hampir tidak ada tanaman terserang hama kupukupu putih dan ulat. 45

64 Tabel 8. Indikator Tingkat Kepercayaan Atribut Benih Kedelai Edamame No Atribut Indikator 3 Ketersediaan benih di pasar Sangat sulit diperoleh : Hanya dijual pada tempat tertentu dengan jumlah yang terbatas. Sulit diperoleh : Hanya dijual pada pedagang besar. Cukup mudah diperoleh : Tersedia namun dengan persediaan yang terbatas. Mudah diperoleh : Mudah dicari dan memiliki persediaan yang banyak. Sangat mudah diperoleh : Mudah dicari dan dibeli dengan 4 Keseragaman masak panen persediaan yang sangat banyak. Sangat tidak seragam : hampir seluruh tanaman tidak masak Tidak seragam : kurang dari 50% tanaman masak Cukup seragam : 50% tanaman cukup masak Seragam: lebih 50% tanaman masak Sangat seragam : hampir seluruh tanaman masak 5 Daya tumbuh Sangat tidak tinggi : < 70 % Tidak tinggi : % Cukup tinggi : % Tinggi : % Sangat tinggi : > 86% 6 Jumlah polong Sangat tidak banyak : tidak ada polong Tidak banyak : 1 polong Cukup banyak : 2 polong banyak : 3 polong Sangat banyak : > 3 polong Skala dan indikator untuk tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja (performance) digunakan untuk bobot atau skor penilaian atribut pada metode IPA dan CSI. Hasil dari perhitungan metode Importance Performance Analysis (IPA) yang dilakukan pada tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja (performance) berupa rata-rata skor yang akan diplotkan ke dalam diagram kartesius. Perhitungan tersebut dapat dijabarkan dengan rumus sebagai berikut : X = n Xi Y = n Yi Keterangan : X Y X i Y i n = Skor rata-rata tingkat kinerja produk = Skor rata-rata tingkat kepentingan responden = Total skor tingkat kinerja dari seluruh responden = Total skor tingkat kepentingan dari seluruh responden = Jumlah responden 46

65 Penilaian hasil IPA tersebut digolongkan ke dalam rentang skala untuk menentukan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut dengan menggunakan skala numerik linear (Simamora, 2002). Rentang skala diperoleh melalui rumus sebagai berikut : RS = (m-n) b Di mana : m : Skor tertinggi n : Skor terendah b : Jumlah kelas atau kategori yang akan disusun Pada penelitian ini akan digunakan rentang skala sebagai berikut : RS = 5-1 = 0,8 5 Rentang skala ini digunakan untuk penilaian skor pada kriteria tingkat kepentingan (important) pada metode analisis IPA, rentang skalanya adalah sebagai berikut : 1,00 1,80 = sangat tidak penting 1,81 2,60 = tidak penting 2,61 3,40 = biasa 3,41 4,20 = penting 4,21 5,00 = sangat penting Sedangkan untuk tingkat kinerja (performance) skala dan kriteria yang digunakan sebagai berikut : 1,00 1,80 = sangat tidak penting 1,81 2,60 = tidak penting 2,61 3,40 = biasa 3,41 4,20 = penting 4,21 5,00 = sangat penting Hasil perhitungan akan diplotkan pada diagram kartesius. Diagram kartesius terbentuk dari dua sumbu yaitu sumbu X dan Y yang terbagi atas empat 47

66 kuadran yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (X,Y). Nilai pada diagram kartesius diperoleh dari rumus sebagai berikut : X n Xi Yi i= = 1 i= Y = 1 K K n Keterangan : X Y X Y n K = Rata-rata dari skor rata-rata skor tingkat kinerja produk = Rata-rata dari skor rata-rata skor tingkat kepentingan responden = Skor rata-rata tingkat kinerja produk = Skor rata-rata tingkat kepentingan responden = Jumlah responden = Banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan responden Diagram kartesius diperlukan dalam menjelaskan hubungan antara tingkat kinerja dari produk dengan tingkat kepentingan responden. Diagram kartesius ini terdiri atas empat kuadran yaitu kuadran I yang merupakan daerah prioritas utama, kuadran II merupakan daerah yang harus dipertahankan, kuadran III merupakan daerah prioritas rendah dan kuadran IV merupakan daerah berlebihan. Diagram kartesius dapat dilihat pada Gambar 3. Y : Tingkat kepentingan Y Kuadran I (Prioritas Utama) Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran IV (Berlebihan) X : Tingkat kinerja X Gambar 3. Diagram Kartesius Sumber : Umar (2000) 48

67 Keterangan : 1. Kuadran I (Prioritas Utama) merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen tetapi pada kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai seperti yang diharapkan. Pada kuadran ini menunjukkan bahwa atribut benih kedelai edamame yang diangap penting oleh konsumen, namun pada kenyataannya produsen belum melaksanakannya sesuai dengan harapan petani sebagai konsumen. Oleh karena itu, atribut yang terdapat dalam benih kedelai edamame harus menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan karena pada keadaaan ini tingkat kepuasan konsumen masih rendah. 2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) merupakan wilayah yang memuat faktorfaktor yang dianggap penting oleh konsumen dan faktor-faktor yang dianggap oleh pelanggan adalah sesuai dengan yang dirasakan sehingga tingkat kepuasannya relatif tinggi. Pada kuadran ini menunjukkan bahwa atribut benih kedelai edamame yang diangap penting oleh konsumen telah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh petani sebagai konsumen. Pada keadaaan ini tingkat kepuasan konsumen relatif tinggi, sehingga seluruh atribut yang berada pada kuadran II ini harus tetap dipertahankan. 3. Kuadran III (Prioritas Rendah) merupakan wilayah yang memuat faktorfaktor yang dianggap kurang penting oleh konsumen dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Pada kuadran ini menunjukkan bahwa atribut benih kedelai edamame yang dianggap kurang penting oleh konsumen dan pada kenyataannya kinerjanya biasa saja atau tidak terlalu istimewa. Pada keadaaan ini tingkat kepuasan konsumen relatif rendah, sehingga produsen belum terlalu penting untuk meningkatkan atribut yang berada pada kuadran III ini. 4. Kuadran IV (Berlebihan) merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh konsumen dan dirasakan terlalu berlebihan. Pada kuadran ini menunjukkan bahwa atribut benih kedelai edamame dianggap penting dan kinerjanya dinilai berlebihan oleh konsumen. Pada keadaaan ini kinerja produk lebih tinggi dari tingkat kepentingan konsumen, sehingga perlu menurunkan kinerja agar dapat mengefisiensikan 49

68 sumberdaya atau juga dapat dipertahnakan sebagai antiisapsi terhadap perubahan selera dari konsumen Metode Customer Satisfaction Index (CSI) Customer Satisfaction Index (CSI) atau indeks kepuasan pelanggan berguna untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan dari kinerja atribut-atribut benih kedelai edamame. Menurut Stratford (2008) menyatakan bahwa pengukuran indeks ini dengan empat tahapan yaitu sebagai berikut : 1. Menentukan Means Importan Score (MIS) dan Means Satisfaction Score (MMS). Nilai ini diperoleh berdasarkan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan nilai rata-rata kinerja tiap responden. Nilai MIS dan MSS dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : n Yi Xi i= MIS = 1 i= MSS = 1 n n Keterangan : n = Jumlah responden Y i = Nilai kepentingan atribut ke-i X i = Nilai kinerja atribut ke-i 2. Membuat Weight Factors (WF), bobot ini merupakan persentase nilai MIS tiap atribut terhadap total MIS seluruh atribut. Perhitungan tersebut dirumuskan sebagai berikut : WF = MISi 100% MISi p i= 1 3. Membuat Weight Score (WS), bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factors (WF) dengan Means Satisfaction Score (MMS) atau rata-rata tingkat kepuasan. Perhitungan tersebut dirumuskan sebagai berikut : WS i = WF i x MSS i 4. Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan fungsi dari Weight Score (WS) dibagi Highest Scale (HS). Nilai CSI dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : n 50

69 CSI = p i = WSi 1 100% HS Tingkat kepuasan konsumen dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan. Kepuasan tertinggi apabila CSI menunjukkan 100 persen dengan rentang kepuasan persen. Berdasarkan Simamora (2002) untuk membuat sklala linear numerik diawali dengan mencari rentang skala (RS) dengan rumus sebagai berikut : RS = (m-n)/b Di mana : m : Skor tertinggi n : Skor terendah b : Jumlah kelas atau kategori yang akan disusun Pada penelitian ini akan digunakan rentang skala sebagai berikut : RS = (100% - 0%) x 100% 5 Berdasarkan skala rentang tersebut, maka kriteria kepuasannya adalah sebagai berikut : 0% < CSI 20% = Sangat tidak puas 20% < CSI 40% = Tidak puas 40% < CSI 60% = Cukup puas 60% < CSI 80% = Puas 80% < CSI 100% = Sangat puas 51

70 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Megamendung Letak Geografis Kecamatan Megamendung merupakan salah satu Kecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berjarak sekitar 20 km dari kota Bogor dan 60 km dari ibukota Jakarta. Kecamatan Megamendung terletak pada ketinggian 670 meter di atas permukaan laut dengan batas-batas administrstif sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Jonggol kemudian di sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciawi sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cisarua. Kecamatan Megamendung terdiri atas 11 desa yaitu Desa Megamendung, Desa Cipayung, Desa Girang, Desa Gadog, Desa Sukamahi, Desa Sukamaju, Desa Sukamanah, Desa Sukaresmi, Desa Sukagalih, Desa Sukakarya dan Desa Kuta dengan luas wilayah Kecamatan 4.006,3 ha yang terdiri dari 959,1 ha (23,93 persen) merupakan wilayah pertaniaan atau sawah, 1.576,3 ha (39,35 persen) pemukiman dan pekarangan penduduk, 1.242,6 ha (31,01 persen) wilayah penghijauan dan lain-lain seperti tempat pemakaman umum, sungai seluas 228,3 ha (5,7 persen). Secara geografis Kecamatan Megamendung terletak antara BT dan LS dengan tofografi yang berbukit-bukit, datar dan miring dengan jenis tanah latosol coklat kemerahan. Mengingat letak Kecamatan Megamendung berada pada dataran tinggi maka suhu udara rata-rata harian 22 0 C 26 0 C. Kelembaban mencapai titik tertinggi 90 persen pada pagi hari dan titik terendah 50 persen pada siang hari. Curah hujan di daerah ini rata-rata mm per tahun Penduduk Penduduk Kecamatan Megamendung mengalami kenaikan dalam jumlah dari tahun 2007 sampai tahun Pada tahun 2007 penduduk berjumlah jiwa, jiwa pada tahun 2008 dan jiwa pada tahun Kepadatan penduduk yang terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar jiwa/km 2 dengan luas wilayah 40 km 2. Penduduk Kecamatan Megamendung menuerut jenis kelamin 52

71 terdiri atas jiwa laki-laki dan perempuan sebanyak jiwa dengan rasio jenis kelamin 109. Pada Desa Sukamaju jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak jiwa yang terdiri atas jiwa laki-laki dan perempuan berjumlah jiwa. Kepadatan penduduk terjadi sebesar jiwa/km 2 dengan luas desa 2,10 km Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan kecerdasan, sehingga pembangunan telah dititkberatkan kepada peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar. Di Kecamatan Megamendung, tingkat pendidikan masih rendah karena ada sebanyak siswa yang tidak tamat SD. Pada tingkat SLTP terdapat siswa, pada tingkat SLTA, 896 tingkat Akademi dan sebanyak 585 untuk pendidikan tingkat Universitas Pertanian Secara topografi Kecamatan Megamendung merupakan dataran tinggi. Menurut penggunaannya tanah yang digunakan untuk lahan persawahan sebesar 300,60 Ha dan sisanya seluas 351,79 Ha adalah lahan kering. Penggunaan lahan di Kecamatan Megamendung dibedakan menjadi lahan sawah dan lahan bukan sawah (lahan kering). Lahan bukan sawah (lahan kering) sendiri dibedakan atas lahan pekarangan/rumah, tegal/kebun, kolam/tebat/empang dan lahan lain-lain. Luas wilayah Kecamatan Megamendung adalah Ha. Fenomena yang terjadi didaerah perkotaan menunjukkan luas lahan sawah akan semakin berkurang sejalan dengan banyaknya pembangunan di bidang perumahan, perdagangan ataupun industri sehingga fungsi lahan pertanian berubah fungsi menjadi lahan bukan pertanian Gambaran Umum Desa Sukamaju Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung merupakan Desa hasil pemekaran dari Desa induk yaitu Desa Sukamahi, yang dilaksanakan pemekarannya pada tahun 1984, yang pada saat itu masih menginduk pada Kecamatan Cisarua Dati II Bogor. Pemekaran tersebut didasarkan pada luasnya 53

72 wilayah dan kepadatan penduduk yang mengakibatkan kesulitan dalam segala pengurusan administrasi kependudukan dan pertanahan. Sebagai desa yang terletak di Kecamatan Megamendung, Desa Sukamaju merupakan salah satu daerah penghasil kedelai edamame. Desa Sukamaju terletak pada ketinggian 708 meter di atas permukaan laut dengan intensitas curah hujan mm per tahun dan memiliki jumlah bulan hujan sebanyak empat bulan. Di Desa Sukamaju Suhu rata-rata harian bisa mencapai 24 0 C-27 0 C. Secara geografis, Desa Sukamaju berbatasan dengan Desa Sukakarya Kecamatan Megamendung di sebelah utara, kemudian di sebelah barat dan timur berbatasan dengan Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jambu Luwuk Kecamatan Ciawi. Secara demografi, Desa Sukamaju memiliki luas wilayah sebesar 120 Ha yang terletak terletak di sebelah Selatan Kantor Kecamatan Megamendung dengan jarak tempuh 0,5 km. Desa Sukamaju terbagi menjadi tiga kampung besar dan empat kampung kecil yaitu kampung Pasir Kaliki, kampung Jawa, kampung Balandongan, babakan Neglasari, babakan Pasalen, kampung Sukabirus dan kampung Belendung. Desa Sukamaju terdiri dari 4 Rukun Warga ( RW ), dan 19 Rukun Tetangga ( RT ) dengan kepadatan penduduk 0,31 per Kilometer. Jumlah Penduduk Desa Sukamaju sampai dengan bulan Oktober 2011 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari jiwa laki laki dan jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga. Dari jumlah penduduk jiwa yang usia pekerjaan dan pencari kerja diperkirakan sebanyak jiwa. Secara umum, sebagian besar penduduk yang bermukim di Desa Sukamaju bermata pencaharian sebagai petani, buruh tani dan pedagang. Sedangkan buruh kasar, Karyawan Swasta, Pegawai Negeri Sipil, ABRI, pertukangan dan pensiunan jumlahnya relatif kecil. Berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten Bogor Nomor 9 tahun 2006, Desa Sukamaju menggunakan pola maksimal dalam pemerintahannya, di mana seorang Kepala Desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa yang membawahi 6 Kepala Urusan. Struktur Organisasi dari Pemerintah Desa Sukamaju dapat dilihat pada Gambar 4. 54

73 Kepala Desa Ahmad Suhada B P D Kadus I H.Jaelani Kadus II Yusuf Bendahara Wawan R Sekretaris Desa Asep Noor By Kaur Pemerintahan H. Moch Adang Kaur Pembangunan H. Daelami Kaur Ekonomi Acep Taufik Kaur Kesra Harisudin Kaur Keuangan Ari Usman Kaur Umum Ma mun Permana Gambar 4. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Sukamaju Komoditi yang banyak ditanam oleh penduduk di Desa Sukamaju adalah komoditi tanaman pangan dan sayuran. Tanaman pangan yang banyak ditanam adalah padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan kacang tanah. Sedangkan untuk tanaman sayuran yang paling banyak ditanam adalah sawi, cabe, mentimun, tomat, terong, dan kedelai edamame. Komoditi kedelai edamame banyak dilakukan oleh penduduk yang bermukim di Desa Sukamaju karena terdapat perusahaan yang bergerak di sektor agribisnis yaitu PT Saung Mirwan. Selain itu, dari jenis tanah dan ketinggian wilayah mendukung untuk dilakukan budidaya kedelai edamame karena kedelai edamame tumbuh baik pada jenis tanah aluvial, regosol, grumusol, latosol dan andosol. 55

74 VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani per bulan, status pekerjaan, lama berusahatani, budidaya dalam setahun, status kepemilikan lahan, luas lahan, pola tanam dan rata-rata hasil panen. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani kedelai edamame. Di mana petani kedelai edamame tersebut memposisikan diri sebagai konsumen dari benih kedelai edamame. Konsumen dalam artian sebagai orang yang secara langsung mendapatkan, mengkonsumsi dan menggunakan benih kedelai edamame yang tidak untuk dimakan, tetapi digunakan dalam kegiatan produksi kedelai edamame. Berikut ini akan dijelaskan hasil penelitian mengenai karakteristik umum dari petani responden kedelai edamame yang berjumlah 40 orang di Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung Bogor Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh informasi bahwa 100,0 persen petani responden berjenis kelamin laki-laki (Tabel 9). Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (100%) 1 Laki-laki ,0 2 Perempuan 0 0 Total ,0 Tabel 9 menunjukan bahwa responden berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Persentase responden berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 100,0 persen dari total responden. Hasil sebaran ini tentu bisa dimaklumi mengingat umumnya petani adalah laki-laki. Selain itu, di Desa Sukamaju perempuan yang berusahatani cenderung memposisikan dirinya untuk bergabung kepada Kelompok Wanita Tani yang mengusahakan komoditas bunga seperti bunga krisan dan bunga balon. Di lapang, responden yang berjenis kelamin perempuan hanya sebagai buruh dan sebagian membantu suami di lahan berbagai komoditas 56

75 seperti cabai, padi, ubi jalar,dan kedelai edamame, tetapi tidak sebagai konsumen. Oleh karena itu, petani responden berdasarkan jenis kelamin perempuan tidak ada Responden Berdasarkan Usia Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa jumlah petani responden terbanyak adalah petani responden yang berada pada rentang usia tahun yaitu 13 orang atau sebesar 32,5 persen. Petani responden terbanyak kedua berada pada rentang usia tahun yaitu 10 orang atau sebesar 25 persen. Kemudian pada rentang usia tahun petani responden berjumlah 9 orang atau 22,5 persen. Sementara untuk rentang usia tahun berjumlah 7 orang petani responden atau 17,5 persen dan 61 tahun diperoleh 1 orang petani responden atau sebesar 2,5 persen. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Usia No Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) , , , , ,5 Total ,0 Rentang usia tahun menjadi jumlah petani responden terbanyak yang melakukan usahatani kedelai edamame. Hasil tersebut disebabkan karena masih rendahnya pengalaman petani responden dalam berusahatani kedelai edamame dibandingkan dengan berusahatani padi, jagung, ubi jalar, dan komoditi lain yang umumnya dilakukan di Desa Sukamaju. Di mana sebesar 70,0 persen petani responden telah berusahatani kedelai edamame selama kurang dari 5 tahun. Rendahnya pengalaman dari petani responden tersebut disebabkan karena PT Saung Mirwan, perusahaan yang pertama kali mengenalkan kedelai edamame kepada petani baru membentuk kemitraan pada pada tahun Pada tahun 1992 jumlah petani yang bermitra berjumlah 5 orang dan berkembang menjadi 40 orang pada tahun 2005 dan sekarang telah mencapai kurang lebih 100 petani mitra (Irsyadi, 2011). Selain itu, juga dikarenakan pada rentang usia tahun petani 57

76 responden cenderung lebih responsif dalam menerima sesuatu yang baru, baik dari segi teknologi budidaya maupun jenis komoditi baru dibandingkan dengan petani responden dengan rentang usia tahun. Sama halnya pada rentang usia tahun atau tahun yang masih mampu untuk menerima bahkan memilih berusahatani kedelai edamame sebagai tanaman selingan. Kondisi ini terjadi karena pada umumnya petani sulit untuk merubah pola pemikirannya dalam menentukan komoditi yang akan ditanam, apalagi untuk komoditi seperti kedelai edamame. Selain itu, juga dipengaruhi dari tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh petani. Hasil menunjukkan bahwa sebesar 82,5 persen petani menempuh pendidikan sampai SD saja, sehingga pemahaman dalam menerima hal yang baru yang berkaitan dengan produksi menjadi cenderung sulit untuk dapat diterima. Faktor lain juga dapat terkait dengan adanya budaya turun temurun, sehingga berusahatani kedelai edamame menjadi lebih sulit untuk usia pada rentang tahun dan usia 61 tahun Responden Berdasarkan Status Pernikahan Berdasarkan status pernikahan dari 40 petani responden seluruhnya telah menikah yaitu sebesar 100,0 persen (Tabel 11). Hal ini dikaitkan dengan karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan yang sebanyak 39 petani responden atau sebesar 97,5 persen menjadikan usahatani kedelai edamame sebagai pekerjaan utamanya. Dari hasil sebaran tersebut diketahui bahwa status pernikahan dapat mempengaruhi petani sebagai konsumen dari benih kedelai edamame. Petani responden yang berstatus menikah cenderung berusahatani dengan memilih komoditi yang dapat memenuhi kehidupan keluarganya dari hasil berusahatani. Apalagi untuk petani responden yang telah memiliki anak. Jumlah anggota keluarga dari petani responden tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima. Semakin banyak anggota keluarga yang menjadi tanggungan, cenderung akan semakin tinggi juga harapan pendapatan yang diterima dari berusahatani kedelai edamame karena akan semakin tinggi juga biaya untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan keluarga petani. 58

77 Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan No Status Pernikahan Jumlah (orang) Persentase (100%) 1 Menikah ,0 2 Belum Menikah 0 0 Total , Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani responden beragam mulai dari tidak sekolah, SD, SMP, SLTA sampai lainnya. Pendidikan lainnya diartikan sebagai tingkat pendidikan yang disetarakan atau mungkin lebih tinggi dari SLTA. Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan terakhir yang diterima oleh petani responden. Petani responden terbanyak adalah berpendidikan SD yang berjumlah 33 orang atau sebesar 82,5 persen. Kemudian diikuti oleh yang tidak sekolah sebanyak 5 orang atau sebesar 12,5 persen dan terakhir adalah berpendidikan SLTA sebanyak 2 orang atau sebesar 5,0 persen (Tabel 12). Petani responden menerima pendidikan paling banyak hanya sampai tingkat SD saja. Hal tersebut terjadi karena masih sedikitnya fasilitas pendidikan berupa bangunan sekolah. Untuk menempuh tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi, penduduk harus keluar dari desa dengan jarak tempuh cukup jauh. Tingkat pendidikan menjadi salah satu dari karakteristik yang dianalisis karena akan berpengaruh terhadap tingkat kemampuan dari petani dalam memahami dan menerima informasi yang berkaitan dengan penerapan teknologi baru pada kedelai edamame. Petani responden yang berpendidikan rendah tentu memiliki pengetahuan yang terbatas, sehingga cenderung lebih sulit dalam memahami manfaat dan kelebihan dari berusahatani kedelai edamame dibandingkan dengan komoditi lain yang umum ditanam petani. Tingkat pendidikan juga dapat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan pembelian benih bahkan sampai memutuskan untuk berusahatani kedelai edamame. Hal ini terkait dengan adanya penerapan teknologi terbaru yang dapat meningkatkan hasil produksi kedelai edamame yang dilakukan oleh petani. 59

78 Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Tidak Sekolah 5 12,5 2 SD 33 82,5 3 SLTP SLTA 2 5,0 5 Lain - - Total , Responden Berdasarkan Pendapatan di Luar Usahatani per Bulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38 orang petani responden atau sebesar 95,0 persen yang memiliki pendapatan di luar usahatani kurang dari Rp per bulan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas petani responden memiliki pendapatan yang rendah di luar usahatani. Kondisi tersebut terjadi karena sebesar 97,5 persen petani responden menjadikan usahatani kedelai edamame sebagai pekerjaan utamanya. Sementara 1 petani responden atau sebesar 2,5 persen dengan pendapatan antara rentang Rp Rp dan sisanya 1 petani responden atau sebesar 2,5 persen untuk pendapatan lebih dari Rp (Tabel 13). Pendapatan di luar usahatani dari 38 petani responden diterima sebagai buruh tani dan ternak di tempat lain. Sedangkan untuk 1 petani responden dengan pendapatan antara rentang Rp Rp diterima dari berdagang. Terakhir 1 petani responden dengan pendapatan lebih dari Rp diterima sebagai pedagang dan pengumpul sayuran. Selain menerima pendapatan dari berusahatani kedelai edamame, petani responden juga memperoleh pendapatan di luar usahatani kedelai edamame. Hal ini dilakukan untuk menambah pendapatan petani selain dari berusahatani kedelai edamame. Besarnya pendapatan di luar usahatani yang diterima petani akan berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian benih kedelai edamame karena tentunya petani akan membeli benih yang bermutu dengan harapan dapat memberikan pendapatan yang tinggi. 60

79 Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan di Luar Usahatani per Bulan No Pendapatan Di Luar Usahatani Per Bulan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 < Rp ,0 2 Rp Rp Rp Rp ,5 4 >Rp ,5 Total , Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Sebanyak 39 petani responden atau sebesar 97,5 persen menjadikan usahatani kedelai edamame sebagai pekerjaan utama. Selain melakukan kegiatan usahatani, beberapa petani juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh tani dan ternak di tempat lain, pedagang, dan pengumpul sayuran. Oleh karena itulah, pendapatan yang diterima di luar usahatani kedelai edamame rendah yaitu kurang dari Rp per bulan. Sementara petani responden yang menjadikan usahatani kedelai edamame sebagai sampingan hanya 1 petani responden dengan persentase 2,5 persen yaitu sebagai pegawai swasta. Hasil sebaran responden berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 14. Berusahatani kedelai edamame dijadikan sebagai pekerjaan utama oleh 39 petani responden karena dari segi waktu yang dihabiskan dalam berusahatani lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan lainnya seperti beternak, sehingga menjadi prioritas bagi petani. Kondisi tersebut terjadi karena sebesar 50 persen petani responden melakukan budidaya kedelai edamame sebanyak dua kali dalam setahun dengan pola tanam kedelai edamame, tanaman lain, kedelai edamame. Tanaman lain yang menjadi selingan dalam penerapan pola tanam dua kali menanam kedelai edamame adalah padi, jagung, ubi, dan sayuran seperti caisin, mentimun, dan terong. Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Status Pekerjaan No Status Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Utama 39 97,5 2 Sampingan 1 2,5 Total ,0 61

80 6.7. Responden Berdasarkan Lama Berusahatani Lama berusahatani kedelai edamame dari petani responden beragam dan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 15. Sebaran Responden Berdasarkan Lama Berusahatani No Lama Berusahatani Jumlah (orang) Persentase (%) 1 < , , ,5 Total ,0 Sebanyak 28 petani responden atau sebesar 70,0 persen telah berusahatani kedelai edamame selama kurang dari 5 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masih banyak petani responden yang baru menanam kedelai edamame. Hal ini terjadi karena komoditi kedelai edamame yang cenderung belum dikenal secara luas oleh petani, sehingga pengalaman dalam lama berusahataninya pun masih rendah. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Irsyadi (2011) menyatakan bahwa awal terbentuknya kemitraan PT Saung Mirwan yaitu pada tahun 1992 dengan jumlah petani yang bermitra berjumlah 5 orang. Pada tahun 2005 berkembang menjadi menjadi 40 orang dan sekarang telah mencapai kurang lebih 100 petani mitra. Perkembangan jumlah petani tersebut masih relatif sedikit, sehingga menyebabkan rendahnya pengalaman petani responden. Oleh karena itu, pengalaman berusahatani dari kedelai edamame masih rendah dibandingkan dengan komoditi lain yang biasa ditanam petani di Desa Sukamaju. Untuk lama berusahatani rentang antara 6-10 tahun ada 7 petani responden atau 17,5 persen. Sementara sisanya 5 petani responden berada dalam rentang lama berusahatani tahun. Waktu tahun menjadi lama berusahatani kedelai edamame yang maksimal dikarenakan selain masih cenderung komoditi baru, juga oleh petani kedelai edamame ini umum digunakan sebagai tanaman selingan. Lama berusahatani kedelai edamame menjadi salah satu faktor yang dianalisis dalam karakteristik responden karena dapat berpengaruh dalam proses keputusan pembelian benih oleh petani. Petani yang memiliki pengalaman tentu akan berbeda dengan petani yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam 62

81 berusahatani kedelai edamame. Dengan memiliki pengalaman berusahatani kedelai edamame yang lama, dapat membantu petani dalam melaksanakan kegiatan produksi kedelai edamame. Misalnya saja hal yang terkait dengan pembenihan dan teknik budidaya kedelai edamame Responden Berdasarkan Budidaya Dalam Setahun Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa terdapat 20 petani responden atau 50,0 persen yang melakukan budidaya kedelai edamame sebanyak 2 kali dalam setahun. Umumnya kedelai edamame ini dijadikan sebagai tanaman selingan untuk padi dan komiditi lain seperti caisin, mentimun, terong, jagung, dan ubi. Sementara sebanyak 19 petani responden atau 47,5 persen yang melakukan budidaya kedelai edamame dalam setahun sebanyak 1 kali. Petani responden yang melakukan budidaya kedelai edamame selama 1 kali ini umumnya juga menjadikan kedelai edamame sebagai tanaman selingan, hanya saja komoditi lain yang lebih banyak untuk ditanam oleh petani. Sisanya sebanyak 1 petani responden atau 2,5 persen melakukan budidaya kedelai edamame sebanyak 3 kali. Petani responden melakukan budidaya kedelai edamame sebanyak 1 dan 2 kali dalam setahun karena masih rendahnya benih yang tersedia di pasar, sehingga sulit untuk memperoleh benihnya. Hal lain dikarenakan sistem irigasi yang masih rendah, sehingga setiap petani harus bergiliran dalam mengairi lahan. Di samping itu juga untuk menjaga kesuburan tanah, sehingga diselingi dengan tanaman lain. Sementara petani yang melakukan budidaya kedelai edamame sebanyak 3 kali dalam setahun memang didukung oleh letak lahan dan pengairan yang bagus yang berbeda dengan petani lainnya, sehingga lebih mudah dalam melakukan budidaya kedelai edamame. Hasil sebaran responden berdasarkan budidaya dalam setahun dapat dilihat pada Tabel

82 Tabel 16. Sebaran Responden Berdasarkan Budidaya Dalam Setahun No Budidaya Dalam Setahun Jumlah (orang) Persentase (%) , , ,5 Total , Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Petani responden dapat melakukan budidaya kedelai edamame pada lahan dengan status kepemilikan lahan yang beragam yaitu mulai dari milik sendiri, menyewa, dan juga menggunakan lahan garapan. Pada Tabel 17 diketahui bahwa status kepemilikan lahan yang digunakan oleh petani responden untuk melakukan budidaya kedelai edamame didominasi oleh lahan milik sendiri sebanyak 24 petani responden atau 60,0 persen. Hasil ini merupakan petani responden terbanyak berdasarkan status kepemilikan lahan. Sedangkan petani yang menyewa lahan sebanyak 10 petani responden atau 25,0 persen. Petani dengan status lahannya garap sebanyak 6 petani responden atau 15,0 persen. Dengan status kepemilikan lahan milik sendiri, memudahkan petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan budidaya kedelai edamame. Petani menjadi lebih leluasa dan memiliki kewenangan lebih besar atas lahannya dibandingkan dengan menyewa ataupun menggunakan lahan garapan. Misalnya saja petani dengan lahan milik sendiri dapat bebas menggunakan lahannya untuk kegiatan usahatani komoditi apapun. Selain itu, status kepemilikan lahan dapat juga berpengaruh terhadap pendapatan usahatani yang diterima oleh petani. Di mana petani yang melakukan budidaya di lahan milik sendiri cenderung akan menerima pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang menyewa ataupun menggunakan lahan garapan. Hal ini dikarenakan petani yang menyewa ataupun menggunakan lahan garapan tentunya akan menerima risiko berupa mengeluarkan sejumlah biaya atas lahan yang digunakan. Menyewa dan menggunakan lahan garapan dipilih petani karena untuk menambah luasan lahan yang akan digunakan untuk berusahatani pada musim tanam tertentu. 64

83 Tabel 17. Sebaran Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan No Status kepemilikan lahan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Sendiri 24 60,0 2 Sewa 10 25,0 3 Garapan 6 15,0 Total , Responden Berdasarkan Luas Lahan Luas lahan yang digunakan petani untuk menanam kedelai edamame relatif luas dilihat dari hasil kuesioner yang disebarkan. Tabel 18 menunjukkan bahwa sebanyak 21 petani responden atau sebesar 52,5 persen luas lahan petani adalah >5000 m 2. Hal ini disebabkan karena umumnya selain memiliki lahan sendiri, petani juga menyewa dan bisa menggarap lahan orang. Lahan tersebut digunakan untuk menanam kedelai edamame lebih banyak lagi karena cuaca sedang mendukung pertumbuhan kedelai edamame, sehingga petani mengharapkan akan memperoleh pendapatan yang tinggi. Selanjutnya luas lahan dengan rentang m 2 menjadi luas lahan dengan petani responden terbanyak kedua dengan jumlah 11 petani responden atau sebesar 20,0 persen. Untuk luas lahan dengan rentang m 2 dimilki petani responden sebanyak 8 atau sebesar 27,5 persen. Sisanya sebanyak 4 petani responden atau 10,0 persen memiliki luas lahan yang relatif sempit yaitu <1.500 m 2. Tabel 18. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan No Luas lahan (m 2 ) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 < , , ,5 4 > ,5 Total , Responden Berdasarkan Pola Tanam Pola tanam yang diterapkan oleh petani berbeda-beda, tergantung dari apa yang menjadi prioritas yang diharapkan petani dari komoditi yang dipilih untuk ditanam. Umumnya kedelai edamame ini dijadikan sebagai tanaman selingan setelah palawija. Pola tanam dari petani responden dapat dilihat pada Tabel

84 Tabel 19. Sebaran Responden Berdasarkan Pola Tanam No Pola tanam Jumlah (orang) Persentase (%) 1 TL,ED,TL 19 47,5 2 ED,TL,ED 20 50,0 3 ED,ED,ED 1 2,5 Total ,0 Dari Tabel 19 diketahui bahwa pola tanam yang banyak diterapkan oleh petani adalah ED,TL,ED (Edamame,Tanaman lain,edamame) sebanyak 20 petani responden atau 50,0 persen. Kedelai edamame ditanam 2 kali dalam setahun karena dapat memberikan pendapatan yang lebih besar bagi petani dibandingkan dengan menanam komoditi lain. Untuk pola tanam TL,ED,TL (Tanaman lain, Edamame, Tanaman lain) diterapkan oleh 19 petani responden atau sebesar 47,5 persen. Adanya selingan dengan tanaman lain agar kesubuan tanah tetap terjaga dengan tidak terus-menerus menanam komoditi yang sama. Sementara 1 petani responden atau sebesar 2,5 persen yang menerapkan pola tanam kedelai edamame penuh (ED,ED,ED) dalam setahun. Pola tanam yang diterapkan oleh petani dengan satu dan dua kali menanam kedelai edamame dalam setahun karena untuk menjaga kesuburan tanah. Hal lain dikarenakan sistem irigasi yang masih rendah, sehingga setiap petani harus bergiliran dalam mengairi lahan. Sementara petani yang melakukan pola tanam kedelai edamame sebanyak tiga kali dalam setahun karena memang didukung oleh letak lahan dan pengairan yang bagus yang berbeda dengan petani lainnya, sehingga lebih mudah dalam melakukan budidaya kedelai edamame Responden Berdasarkan Rata-rata Hasil Panen Dengan pola tanam yang berbeda akan berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh masing-masing petani responden pada satuan luas lahan tertentu. Dari hasil penelitian pada Tabel 20 diketahui bahwa paling banyak memperoleh hasil pada rentang kg sebanyak 18 petani responden atau sebesar 45,0 persen. Hasil ini menjadi yang terbanyak karena sebesar 50 persen petani responden menerapkan pola tanam kedelai edamame sebanyak dua kali dalam setahun. Selain itu, juga karena dari luas lahan yang dimiliki memang luas yaitu >5.000 m 2 sebanyak 52,5 persen. Terbanyak kedua adalah dengan hasil panen 66

85 berkisar kg oleh 11 petani responden atau sebesar 27,5 persen. Untuk hasil panen >1.000 kg diperoleh sebanyak 9 petani responden atau sebesar 22,5 persen. Sementara terdapat 2 petani responden atau sebesar 5,0 persen dengan hasil panen < 100 kg dikarenakan banyak yang terserang hama penyakit, sehingga hasil panen yang diperoleh menjadi rendah. Secara lengkap karakteristik responden berdasarkan rata-rata hasil panen dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Sebaran Responden Berdasarkan Hasil Panen No Rata-rata hasil panen (kg) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 < , , ,0 4 > ,5 Total ,0 67

86 VII PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN Proses keputusan pembelian konsumen umumnya akan melalui lima tahapan yaitu dimulai dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan diakhiri dengan evaluasi pasca pembelian (Engel et al, 1994). Adanya karakteristik dan latarbelakang konsumen yang beragam tentu akan mempengaruhi setiap individu dalam proses keputusan pembelian suatu produk atau jasa, khususnya benih kedelai edamame dalam penelitian ini. Berikut dijelaskan hasil analisis terhadap proses keputusan pembelian oleh 40 petani responden sebagai konsumen dari benih kedelai edamame Pengenalan Kebutuhan Tahap awal dari proses pengambilan keputusan pembelian adalah pengenalan kebutuhan. Sebelum melakukan pembelian, konsumen dalam hal ini adalah petani terlebih dahulu akan mengenali kebutuhannya. Jika petani tidak mengenali kebutuhannya bisa saja petani tersebut akan membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Oleh karena itu, penting bagi petani memiliki kesadaran untuk mengenali kebutuhannya karena petani tersebut akan merasa terdorong untuk mengetahui jenis benih yang sesuai dengan kebutuhannya. Pengenalan kebutuhan petani responden terhadap benih kedelai edamame dalam penelitian ini diketahui dengan mengajukan dua pertanyaan. Pertama adalah apa yang menjadi alasan atau motivasi dari petani responden untuk membeli benih kedelai edamame. Pertanyaan kedua mengenai apa harapan petani dari benih kedelai edamame yang dibelinya. Secara lengkap sebaran responden berdasarkan pengenalan kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 21. Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 27 petani responden atau 67,5 persen menyatakan bahwa kedelai edamame dipilih untuk diusahakan dengan alasan untuk memperoleh keuntungan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa alasan atau motivasi untuk memperoleh keuntungan memiliki peranan yang besar untuk mempengaruhi petani dalam menggunakan benih kedelai edamame. Hal ini disebabkan karena sebanyak 39 petani responden atau sebesar 97,5 persen menjadikan usahatani kedelai edamame sebagai pekerjaan utama. Alasan terbesar kedua bagi petani adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup sebanyak 10 petani 68

87 responden atau 25,0 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani responden juga peduli dan memperhatikan faktor manfaat dari benih kedelai edamame yang akan diusahakannya. Kebutuhan hidup yang dimaksud di sini adalah memenuhi kebutuhan hidup ditinjau dari segi kesehatan akan protein yang terkandung dalam kedelai edamame. Sementara sisanya sebanyak 3 petani responden atau 7,5 persen dikarenakan alasan turun menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa fakor budaya dan adat masih kuat melekat dalam kehidupan petani. Dengan adanya pengenalan kebutuhan yang dilakukan oleh petani responden, maka akan ada juga harapan yang ingin diperoleh petani dalam menggunakan benih kedelai edamame. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 29 petani responden atau 72,5 persen mengharapkan hasil panen yang tinggi dari benih kedelai edamame yang akan digunakannya. Hal tersebut dikarenakan dengan hasil panen yang tinggi, petani berharap keuntungan yang diperoleh pun juga tinggi. Harapan terbesar kedua adalah memperoleh kualitas hasil kedelai edamame yang baik diharapkan oleh 9 petani responden atau 22,5 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dengan atribut-atribut yang melekat pada benih kedelai edamame yang bermutu, kualitas hasil yang diperoleh pun juga baik. Sementara hanya 2 petani responden atau 5,0 persen yang mengharapkan waktu panen yang tepat dari benih kedelai edamame. Hal tersebut dikarenakan umunya kedelai edamame ditanam sebagai tanaman selingan, sehingga diharapkan dapat panen lebih cepat sambil menunggu waktu panen untuk komoditi lainnya. Tabel 21. Sebaran Responden Berdasarkan Pengenalan Kebutuhan No Keterangan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Alasan untuk Memperoleh 27 67,5 bertanam kedelai edamame keuntungan Turun temurun 3 7,5 Memenuhi kebutuhan 10 25,0 hidup Total ,0 69

88 Tabel 21. Sebaran Responden Berdasarkan Pengenalan Kebutuhan No Keterangan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 2 Harapan dari benih kedelai edamame yang sedang digunakan Hasil panen yang tinggi 29 72,5 Kualitas hasil yang baik 9 22,5 Waktu panen yang cepat 2 5,0 Total , Pencarian Informasi Tahap selanjutnya dari proses pengambilan keputusan pembelian adalah pencarian informasi. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Informasi bagi konsumen dapat diperoleh dengan mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam ingatannya dan juga mencari informasi dari luar. Pencarian informasi dalam penelitian ini dianalisis dengan mengajukan beberapa pertanyaan antara lain dari mana responden mengetahui informasi tentang benih kedelai edamame dan informasi mana yang paling penting untuk responden ketahui dalam membeli benih kedelai edamame. Sebaran responden berdasarkan pencarian informasi dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Sebaran Responden Berdasarkan Pencarian Informasi No Keterangan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Sumber informasi mengenai kedelai edamame Diri sendiri 0 0 Kelompok tani 0 0 Keluarga 0 0 Penyuluh pertanian 3 7,5 Lapang (PPL) Kios 0 0 Lainnya (Saung 37 92,5 Mirwan) Total ,0 70

89 Tabel 22. Sebaran Responden Berdasarkan Pencarian Informasi No Keterangan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 2 Informasi paling penting diketahui dari benih kedelai edamame yang sedang digunakan Harga benih terjangkau 2 5,0 Kualitas hasil yang baik 8 20,0 Varietas yang bagus 0 0 Lainnya (hasil yang 30 75,0 tinggi) Total ,00 Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi mengenai benih kedelai edamame paling banyak diketahui oleh 37 petani responden atau 92,5 persen adalah dari sumber lainnya. Sumber lainnya yang dimaksud adalah perusahaan Saung Mirwan yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi dan pemasaran hortikultura, termasuk kedelai edamame di daerah Bogor. Hal tersebut dikarenakan PT Saung Mirwan yang pertama kali menanam dan juga mengenalkan kedelai edamame kepada petani sekitar melalui terjalinnya suatu kemitraan. Sementara itu sebanyak 3 petani responden atau 7,5 persen yang memperoleh informasi benih kedelai edamame dari Penyuluh Pertanian Lapang (PPL). Masih rendahnya informasi dari PPL dikarenakan ketika PT Saung Mirwan mulai menanam kedelai edamame, pemerintah desa setempat belum menyediakan penyuluh untuk komoditi kedelai edamame. Selain itu, dari pihak PT Saung Mirwan memang telah memiliki penyuluh untuk kedelai edamame, sehingga petani responden lebih cepat dan mudah mengetahui informasi mengenai kedelai edamame dari PT Saung Mirwan. Dari sumber informasi yang diperoleh, maka informasi yang paling penting untuk petani responden ketahui dalam membeli benih kedelai edamame adalah informasi lainnya. Informasi lainnya yang dimaksud adalah hasil atau produktivitas kedelai edamame yang dipilih oleh 30 petani responden atau 75,0 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa produktivitas menjadi faktor penting dan wajib diketahui petani karena berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diterima oleh petani. Informasi terbanyak kedua yang ingin diketahui adalah informasi mengenai kualitas dari benih kedelai edmame sebanyak 8 petani 71

90 responden atau 20,0 persen. Hal tersebut dikarenakan dengan kualitas yang baik, maka produktivitas yang dihasilkan pun juga akan baik. Sementara informasi mengenai harga benih kedelai edamame diketahui oleh 2 petani responden atau 5,0 persen. Hal ini berkaitan dengan daya beli dari petani sebagai konsumen yang juga berhubungan dengan pendapatan petani dari berusahatani Evaluasi alternatif Tahapan ketiga dalam proses keputusan pembelian konsumen adalah evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi alternatif, petani sebagai konsumen membandingkan berbagai pilihan benih komoditi yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dari sekian banyak benih yang mereka ketahui dari informasi yang diperoleh. Untuk mengidentifikasi sikap responden pada tahapan ini diajukan pertanyaan yaitu mengenai hal (atribut) apa yang dipertimbangkan oleh responden dalam membeli benih kedelai edamame. Proses dari evaluasi alternatif ini terkait dengan delapan atribut yang dipertimbangkan oleh petani responden ketika akan membeli benih kedelai edamame. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 21 petani responden atau 52,5 persen menyatakan bahwa produktivitas merupakan atribut yang paling dipertimbangkan dalam pembelian benih kedelai edamame. Selanjutnya yang kedua sebanyak 8 petani responden atau 20,0 persen mempertimbangkan atribut harga jual polong dan ketiga sebanyak 5 petani responden atau 12,5 persen mempertimbangkan atribut ketahanan hama penyakit dari kedelai edamame. Petani responden terbanyak mempertimbangkan atribut produktivitas dalam pembelian benih kedelai edamame karena dengan produktivitas yang tinggi diharapkan dapat menghasilkan pendapatan yang tinggi pula bagi petani. Atribut harga jual polong juga banyak menjadi pertimbangan petani responden karena terkait dengan produktivitas. Produktivitas tinggi yang didukung harga jual polong tinggi, tentu menjadi harapan bagi petani akan memberikan pendapatan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, petani cenderung akan mencari benih kedelai edamame dengan produktivitas yang tinggi. Berikutnya atribut yang menjadi pertimbangan adalah atribut ketahanan terhadap hama penyakit. Atribut ketahanan terhadap hama penyakit ini juga 72

91 berkaitan dengan produktivitas, di mana dengan tingkat ketahanan hama penyakitnya tinggi, produktivitas yang dihasilkan dapat tinggi yang pada akhirnya harapan petani menerima pendapatan tinggi cenderung bisa diperoleh. Pertimbangan lain dalam membeli benih kedelai edamame adalah harga benih menurut sebanyak 2 petani responden atau 5,0 persen. Hal ini berkaitan dengan daya beli dari petani sebagai konsumen yang juga berhubungan dengan pendapatan petani dari berusahatani. Atribut ketersediaan benih di pasar juga sebanyak 2 petani responden atau 5,0 persen karena dengan mudahnya ketersediaan benih di pasar, akan memudahkan petani untuk mendapatkannya. Atribut daya tumbuh dan jumlah polong yang masing-masing dipertimbangkan oleh 1 petani responden atau sebesar 2,5 persen. Hal tersebut akan terkait dengan produktivitas dan harga jual polong dari kedelai edamame yang dapat diterima petani. Sebaran responden berdasarkan evaluasi alternatif dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Sebaran Responden Berdasarkan Evaluasi Alternatif No Keterangan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Atribut yang Harga benih 2 5,0 dipertimbangkan Harga jual polong 8 20,0 ketika akan membeli Produktivitas 21 52,5 benih kedelai Ketahanan hama penyakit 5 12,5 edamame Ketersediaan benih di pasar 2 5,0 Keseragaman masak panen 0 0 Daya tumbuh 1 2,5 Jumlah polong 1 2,5 Total , Keputusan Pembelian Setelah tahap evaluasi alternatif, tahap keempat dalam proses keputusan pembelian konsumen adalah keputusan pembelian. Pada tahapan ini konsumen harus mampu mengambil keputusan mengenai kapan dan di mana proses pengambilan keputusan tersebut dilakukan. Hal yang dianalisis dalam tahap ini adalah bagaimana cara memutuskan dalam melakukan pembelian, di mana tempat 73

92 melakukan pembelian, siapa yang mempengaruhi dalam melakukan pembelian, berapa kali membeli benih kedelai edamame dalam 1 tahun, kebutuhan benih setiap kali membeli, harga benih kedelai edamame yang dibeli, dan kesesuaian antara harga dan kualitas benih kedelai edamame. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 29 petani responden atau 72,5 persen membeli benih kedelai edamame direncanakan dahulu. Hal ini dikarenakan umumnya beberapa petani menerapkan pola tanam selingan dengan menggunakan kedelai edamame dalam pola tanamnya selama satu tahun. Sementara terdapat 11 petani responden atau 27,5 persen yang melakukan pembelian benih kedelai edamame secara mendadak atau tidak terencana. Iklim yang tidak menentu, ketersediaan benih yang kurang menjadi sebagian alasan petani untuk membeli benih secara tidak terencana dahulu. Dalam proses pembelian, petani harus memutuskan akan membeli di mana benih kedelai edamamenya. Pada Tabel 24 dapat dilihat petani responden melakukan pembelian di tempat lainnya sebesar 24 responden atau 60,0 persen. Lainnya yang dimaksud adalah dengan menggunakan benih hasil produksi panen sebelumnya. Hal tersebut dilakukan oleh petani untuk menghindari terjadinya ketersediaan benih yang kurang di pasar. Sementara sisanya sebanyak 16 petani responden atau 40,0 persen membeli benih kedelai edamame dari produsen langsung. Keputusan dalam melakukan pembelian benih kedelai edamame dalam penelitian ini seluruh petani responden atau 100,0 persen didasari atas keinginan sendiri, tanpa ada yang mempengaruhi dari kelompok tani, penyuluh petugas lapang (PPL) maupun pihak lainnya. Hal tersebut dilakukan karena secara sadar untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pembelian benih kedelai edamame dilakukan sebanyak dua kali oleh 20 petani respoden atau 50,0 persen karena memang sesuai dengan pola tanam yang telah diterapkan oleh petani pada lahannya. Sementara sebanyak 19 petani responden atau 47,5 persen melakukan pembelian sebanyak satu kali dan tiga kali dilakukan oleh 1 petani responden atau 2,5 persen. Petani responden melakukan 74

93 pembelian benih kedelai edamame setiap kali akan melakukan penanaman pada musim tertentu. Kebutuhan benih dalam setiap kali pembelian beragam tergantung dari pola tanam dan juga luas lahan yang dimiliki petani. Sebanyak 34 petani responden atau 85,0 persen membeli benih sebesar > 10 kg setiap kali petani akan melakukan penanaman. Hal tersebut dikarenakan sebesar 52,5 persen luas lahan yang dimiliki petani > m 2, sehingga dengan lahan yang luas benih yang digunakan pun cenderung banyak pula dan disesuaikan dengan pola tanam yang akan diterapkan. Sementara hanya 4 petani responden yang membeli benih dengan rentang 5-10 kg, dan sisanya membeli benih sebanyak < 5 kg dilakukan oleh 2 petani responden atau 5,0 persen. Harga benih kedelai edamame yang ditawarkan sebesar Rp /kg, oleh karena itu sebanyak 37 petani responden atau 92,5 persen membeli benih pada harga dengan rentang Rp /kg dari produsen benihnya secara langsung. Sementara sisanya sebanyak 3 petani responden atau 7,5 persen membeli benih dengan harga antara rentang Rp /kg- Rp /kg dari produsen lain apabila dari produsen langganan tidak tersedia. Sementara dari segi kesesuaian antara benih kedelai edamame yang dibeli oleh petani dengan kualitas hasilnya sebanyak 36 petani responden atau 90,0 persen menjawab ya telah sesuai. Selain itu dari hasil karakteristik responden diketahui bahwa sebanyak 18 petani responden atau sebesar 45,0 persen paling banyak memperoleh rata-rata hasil panen pada rentang kg. Hasil ini menjadi yang terbanyak karena sebesar 50,0 persen petani responden menerapkan pola tanam kedelai edamame sebanyak dua kali dalam setahun. Tabel 24. Sebaran Responden Berdasarkan Keputusan Pembelian No Keterangan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Cara memutuskan Terencana 29 72,5 penggunaan benih Tidak terencana 11 27,5 kedelai edamame Lainnya 0 0 Total ,0 75

94 Tabel 24. Sebaran Responden Berdasarkan Keputusan Pembelian No Keterangan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 2 Tempat membeli benih kedelai edamame 3 Yang mempengaruhi dalam penggunaan benih kedelai edamame 4 Berapa kali membeli benih kedelai edamame dalam 1 tahun 5 Kebutuhan benih setiap kali membeli 6 Harga benih kedelai edamame yang dibeli 7 Kesesuaian antara harga dan kualitas benih kedelai edamame Produsen langsung 16 40,0 Kios saprotan kelompok 0 0 tani Kios saprotan 0 0 Bantuan pemerintah 0 0 Lainnya (menggunakan 24 60,0 benih hasil produksi sendiri) Total ,0 Diri sendiri ,0 Kelompok tani 0 0 Penyuluh Petugas Lapang 0 0 (PPL) Lainnya 0 0 Total ,0 1 kali 19 47,5 2 kali 20 50,0 3 kali 1 2,5 Total ,0 < 5 kg 2 5, kg 4 10,0 >10 kg 34 85,0 Total ,0 Rp /kg 37 92,5 Rp /kg- Rp. 3 7, /kg Rp /kg 0 0 Total ,0 Ya sesuai 36 90,0 Tidak sesuai 4 10,0 Total ,0 76

95 7.5. Evaluasi Pasca Pembelian Tahap terakhir dari proses pengambilan keputusan pembelian adalah evaluasi pasca pembelian. Evaluasi penting dilakukan untuk menilai apakah alternatif pilihan responden sudah tepat dan dapat memberikan manfaat untuk memenuhi kebutuhan responden. Tabel 25 menunjukkan sebanyak 36 petani responden atau 90,0 persen menyatakan tidak akan membeli benih kedelai edamame jika harga belinya naik. Walaupun harga benih kedelai edamame yang ditawarkan memang tergolong murah, tetap saja petani tidak akan memebeli karena sebagian besar petani sudah menggunakan benih hasil produksi sendiri. Selain itu, petani juga cenderung untuk membeli benih komoditas lain untuk ditanam dan menjadikan kedelai edamame sebagai tanaman selingan. Sisanya sebanyak 4 petani responden atau 10,0 persen menyatakan tetap akan membeli benih walaupun harga belinya naik. Hal ini dikarenakan para petani responden tersebut menjadikan kedelai edamame sebagai komoditas utama mereka, tanpa ada selingan dengan tanaman lain. Selain kondisi jika harga benih kedelai edamame naik, pertanyaan lain yang diajukan dalam menganalisis evalausi pasca pembelian adalah kondisi jika benih sulit diperoleh di pasar. Sebanyak 34 petani responden atau 85,0 persen memilih untuk mencari dilainnya. Lainnya yang dimaksud adalah petani responden menggunakan benih hasil produksi sendiri. Umumnya petani menggunakan benih hasil produksi sendiri untuk mengantisipasi ketersediaan benih yang kurang di pasar. Selain itu, sebanyak 6 petani responden atau 15,0 persen mencari ke tempat lain. Tempat lain di sini adalah mencari ke produsen benih kedelai edamame yang lain di sekitar tempat mereka tinggal. Sebaran responden berdasarkan evaluasi pasca pembelian dapat dilihat pada Tabel

96 Tabel 25. Sebaran Responden Berdasarkan Evaluasi Pasca Pembelian No Keterangan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Akan tetap membeli Membeli 4 10,0 jika harga beli benih Tidak membeli 36 90,0 naik Lainnya 0 0 Total ,0 2 Jika sulit diperoleh Membeli varietas lain 0 0 di pasar Mencari ke tempat lain 6 15,0 Lainnya (menggunakan 34 85,0 benih hasil produksi sendiri) Total ,0 78

97 VIII ANALISIS SIKAP PETANI TERHADAP BENIH KEDELAI EDAMAME Analisis sikap multiatribut fishbein merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis sikap konsumen terhadap suatu produk. Model atribut ini menggambarkan bahwa sikap konsumen terhadap suatu produk ditentukan oleh dua hal yaitu kepercayaan terhadap atribut yang dimiliki produk (komponen bi) dan evaluasi pentingnya atribut dari produk tersebut (komponen ei). Berikut dijelaskan hasil analisis sikap petani sebagai konsumen terhadap atribut benih kedelai edamame Penilaian Evaluasi Tingkat Kepentingan (ei) Atribut Benih Kedelai Edamame Penilaian evaluasi adalah evaluasi baik atau buruknya suatu atribut yaitu menggambarkan pentingnya suatu atribut bagi konsumen. Konsumen akan mengidentifikasi atribut-atribut atau karakteristik yang melekat pada suatu produk. Produk yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu benih. Konsumen akan menganggap atribut produk memiliki tingkat kepentingan yang berbeda. Kemudian konsumen akan mengevaluasi kepentingan atribut tersebut. Terdapat delapan atribut yang dianalisis evaluasi tingkat kepentingannya yaitu atribut harga benih, harga jual polong, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Atribut benih dianalisis berdasarkan evaluasi atribut yang diukur pada skala evaluasi lima angka yaitu dari skala 1 sangat tidak penting sampai skala 5 sangat penting. Hasil penentuan tersebut akan dipetakan pada rentang skala untuk menginterpretasikan hasil analisis rata-rata terhadap tingkat kepentingan setiap atribut. Rentang skala digunakan untuk menginterprestasikan hasil dari analisis rata- rata (mean scores) terhadap tingkat kepentingan atribut. Menurut Durianto et al, (2001) rentang skala tersebut adalah: 1,00 1,80 = sangat tidak penting 1,81 2,60 = tidak penting 2,61 3,40 = biasa 3,41 4,20 = penting 4,21 5,00 = sangat penting 79

98 Tabel 26. Persepsi Responden terhadap Evaluasi Tingkat Kepentingan (ei) Atribut Benih No Atribut Nilai Rata-rata Evaluasi (ei)* Interpretasi 1 Produktivitas 4,23 sangat penting 2 Harga benih 4,21 sangat penting 3 Harga jual polong 4,17 penting 4 Keseragaman masak panen 4,10 penting 5 Daya tumbuh 4,03 penting 6 Ketahanan hama penyakit 4,01 penting 7 Jumlah polong 4,00 penting 8 Ketersediaan benih di pasar 3,96 penting * Nilai diurutkan berdasarkan nilai terbesar sampai terkecil Berdasarkan hasil pada Tabel 26, atribut-atribut yang telah dianalisis evaluasi tingkat kepentingannya menurut responden adalah sebagai berikut : 1. Produktivitas Nilai rata-rata dari atribut produktivitas sebesar 4,23 yang artinya dianggap sangat penting atribut tersebut bagi petani responden. Produktivitas umumnya menjadi salah satu faktor utama petani dalam menentukan komoditi yang akan ditanam dalam suatu musim. Sangat penting persepsinya karena petani berharap akan menerima pendapatan yang tinggi dengan produktivitas atau hasil panen yang tinggi juga. 2. Harga Benih Atribut harga benih memiliki nilai rata-rata 4,21 yang berarti atribut tersebut dianggap sangat penting oleh petani responden. Harga benih yang ditawarkan oleh produsen sangat penting karena akan membantu petani responden dalam mengambil keputusan pembelian komoditi apa yang akan ditanam. Tentunya hal tersebut akan berpengaruh kepada daya beli petani sebagai konsumen. Petani cenderung ingin membeli benih dengan harga yang murah dengan produktivitas tinggi, yang pada akhirnya mengharapkan pendapatan yang tinggi. 3. Harga jual polong Dengan nilai rata-rata sebesar 4,17 menjadikan atribut harga jual memiliki persepsi yang penting bagi petani responden. Penting dikarenakan petani responden berharap dengan harga jual yang tinggi, maka pendapatan yang 80

99 diterima bisa tinggi dan dapat menutupi biaya produksi pada musim tanam tertentu. 4. Keseragaman masak panen Atribut keseragaman masak panen memiliki nilai rata-rata sebesar 4,10 yang berarti penting persepsinya bagi petani responden. Dengan adanya keseragaman masak panen dapat berpengaruh kepada waktu panen yang menentukan tinggi rendahnya produktivitas. Jika tingkat keseragaman masak panen tinggi, maka cenderung hasil produktivitasnya pun juga tinggi. Oleh karena itulah atribut keseragaman masak panen menjadi atribut yang penting. 5. Daya tumbuh Nilai rata-rata dari atribut daya tumbuh sebesar 4,03 yang artinya penting atribut tersebut bagi petani responden. Daya tumbuh dari setiap komoditi yang akan ditanam berpengaruh kepada jarak tanam, kemudian jarak tanam akan mempengaruhi populasi dari suatu area lahan. Di mana pada akhirnya jika populasi benih rendah, maka produktivitasnya cenderung akan rendah juga. Oleh karena itulah atribut daya tumbuh menjadi penting bagi petani responden. 6. Ketahanan hama penyakit Atribut ketahanan terhadap hama penyakit memiliki persepsi yang penting juga bagi petani responden dengan nilai rata-rata sebesar 4,01. Penting persepsinya bagi petani responden karena ketahanan terhadap hama penyakit dapat berpengaruh kepada tingkat produktivitas. Jika tingkat ketahanan terhadap hama penyakit tinggi, maka produktivitasnya cenderung akan tinggi juga. 7. Jumlah polong Dengan nilai rata-rata sebesar 4,00 menjadikan atribut jumlah polong memiliki persepsi yang penting bagi petani responden. Penting dikarenakan jumlah polong ini akan berpengaruh terhadap kemungkinan besarnya pendapatan yang akan diterima oleh petani responden. Jumlah polong yang memenuhi grade dan syarat tertentu yang sesuai dengan keinginan pengumpul akan diterima, jika tidak sesuai tidak akan diterima. 8. Ketersediaan benih di pasar Atribut ketersediaan benih di pasar memiliki nilai rata-rata sebesar 3,96 yang berarti penting pesepsinya bagi petani responden. Dengan adanya distribusi 81

100 yang lancar tentu dapat menjaga ketersediaan benih di pasar, sehingga dapat membantu petani dalam memperoleh benih yang diinginkan Penilaian Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Benih Kepercayaan adalah kekuatan kepercayaan bahwa sautu produk memiliki atribut tertentu. Tingkat kepercayaan dapat menggambarkan seberapa besar responden percaya terhadap kinerja atribut yang dimiliki oleh suatu produk tertentu. Konsumen akan mengungkapkan kepercayaan terhadap berbagai atribut yang dimiliki oleh suatu produk yang dievaluasinya. Tingkat kepercayaan setiap responden terhadap suatu produk pasti akan menghasilkan sikap dan respon yang berbeda. Maka, berikut dijelaskan penilaian tingkat kepercayaan (bi) yang dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh dari setiap atribut pada masing-masing produk benih yaitu benih kedelai edamame dan kedelai Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Benih Kedelai Edamame Hasil dari tingkat kepercayaan (bi) terhadap atribut benih kedelai edamame menurut petani responden dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Persepsi Responden terhadap Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Benih Kedelai Edamame No Atribut Nilai Rata-rata Evaluasi (ei)* Interpretasi 1 Jumlah polong 5,00 sangat banyak 2 Produktivitas 4,85 sangat tinggi 3 Keseragaman masak panen 4,85 sangat seragam 4 Harga benih 4,75 sangat murah 5 Harga jual polong 4,70 sangat mahal 6 Daya tumbuh 4,55 sangat tinggi 7 Ketahanan hama penyakit 3,50 tinggi 8 Ketersediaan benih di pasar 1,65 Sangat sulit * Nilai diurutkan berdasarkan nilai terbesar sampai terkecil Berikut penjelasan dari hasil penilaian rata-rata tingkat kepercayaan (bi) terhadap atribut benih kedelai edamame. 1. Jumlah polong Dengan nilai rata-rata sebesar 5,00 menjadikan atribut jumlah polong berada di tingkat pertama. Petani responden memiliki kepercayaan dan menilai 82

101 bahwa jumlah polong kedelai edamame sangat banyak dan kemungkinan akan berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang akan diterima oleh petani responden. Jumlah polong yang memenuhi grade dan syarat tertentu yang sesuai dengan keinginan pengumpul akan diterima, jika tidak sesuai tidak akan diterima. Jumlah polong pada kedelai edamame dan kedelai memiliki persamaan dalam interpretasinya yaitu jumlah polong yang sangat banyak. 2. Produktivitas Berdasarkan tingkat kepercayaan atribut produktivitas memiliki nilai ratarata sebesar 4,85. Ini berarti petani responden memiliki kepercayaan terhadap atribut produktivitas dari kedelai edamme. Produktivitas umumnya menjadi salah satu faktor utama petani dalam menentukan komoditi yang akan ditanam. Responden memiliki kepercayaan bahwa produktivitas dari benih kedelai edamame sangat tinggi dibandingkan dengan kedelai. 3. Keseragaman masak panen Atribut keseragaman masak panen memiliki nilai rata-rata sebesar 4,85 yang berarti sangat seragam interpretasinya bagi petani responden. Dengan adanya keseragaman masak panen dapat berpengaruh kepada waktu panen yang menentukan tinggi rendahnya produktivitas. Jika tingkat keseragaman masak panen, maka cenderung hasil produktivitasnya pun juga tinggi. Oleh karena itulah petani responden memiliki kepercayaan terhadap atribut keseragaman masak panen. Jika dibandingkan dengan kedelai, kedelai edamame memiliki tingkat keseragaman masak panen yang lebih seragam. 4. Harga benih Atribut harga benih memiliki nilai rata-rata sebesar 4,75 dengan interpretasi sangat murah. Harga benih yang ditawarkan oleh produsen sangat penting karena akan membantu petani responden dalam mengambil keputusan pembelian komoditi apa yang akan ditanam. Selain itu, juga dapat menimbulkan loyalitas karena petani responden sudah memliki kepercayaan terhadap harga benih kedelai edamame yang sangat murah dibandingkan dengan harga benih kedelai. 83

102 5. Harga jual polong Tingkat kepercayaan dari atribut harga jual polong kedelai edamame memiliki nilai rata-rata sebesar 4,70 dengan interpretasi sangat mahal. Petani responden memiliki kepercayaan bahwa harga jual polong dari kedelai edamame sangat mahal, sehingga memungkinkan dapat menambah pendapatan petani. Harga jual dari kedelai edamame lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai dikarenakan salah satu alasannya adalah hasil akhir dari kedelai edamame banyak dijual di pasar modern dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai. Selain itu, kemasan yang bagus dan menarik juga berpengaruh terhadap penentuan harga jual. 6. Daya tumbuh Nilai rata-rata dari atribut daya tumbuh sebesar 4,55 dengan interpretasi sangat tinggi. Petani responden memiliki kepercayaan bahwa daya tumbuh dari kedelai edamame sangat tinggi jika dibandingkan dengan kedelai. Daya tumbuh ini akan berpengaruh kepada jarak tanam, kemudian jarak tanam akan mempengaruhi populasi dari suatu area lahan. Pada akhirnya jika populasi benih rendah, maka produktivitasnya cenderung akan rendah juga. Dan sebaliknya, jika populasi benih tinggi, maka produktivitasnya cenderung akan tinggi. 7. Ketahanan hama penyakit Atribut ketahanan terhadap hama penyakit memiliki interpretasi yang tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 3,50. Ketahanan terhadap hama penyakit dapat dipercaya oleh petani responden karena ketahanan terhadap hama penyakit dapat berpengaruh kepada tingkat produktivitas. Jika tingkat ketahanan terhadap hama penyakit tinggi, maka produktivitasnya cenderung akan tinggi juga. Ketahanan hama penyakit dari benih kedelai edamame lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai. 8. Ketersediaan benih di pasar Atribut ketersediaan benih di pasar memiliki nilai rata-rata sebesar 1,65 yang berarti interpretasinya adalah sangat sulit. Petani responden memiliki tingkat kepercayaan yang sangat rendah terhadap atribut ketersediaan benih di pasar. Hal ini dikarenakan pada kondisi di lapang, petani memang sulit untuk memperoleh benih kedelai edamame dibandingkan dengan kedelai. Kondisi tersebut terjadi 84

103 karena masih terbatasnya jumlah produsen yang menyediakan benih kedelai edamame, walaupun di lapang sudah ada beberapa petani responden yang menggunakan benih hasil produksi panen kedelai edamame sebelumnya. Sebagai pembanding dalam mengukur sikap terhadap atribut benih kedelai edamame, komoditi yang digunakan dalam penelitian ini adalah komoditi benih kedelai. Benih kedelai dipilih karena berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa petani responden pernah menanam benih kedelai. Selain itu, dari segi fisik benih benih kedelai juga memiliki beberapa atribut yang sama dengan kedelai edamame. Maka berikut dianalisis juga tingkat kepercayaan terhadap atribut benih kedelai (Tabel 28) Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Benih Kedelai Hasil dari tingkat kepercayaan (bi) terhadap atribut benih kedelai edamame menurut petani responden dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Persepsi Responden terhadap Tingkat Kepercayaan (bi) Atribut Benih Kedelai No Atribut Nilai Rata-rata Evaluasi (ei)* Interpretasi 1 Jumlah polong 4,88 sangat banyak 2 Produktivitas 4,55 sangat tinggi 3 Keseragaman masak panen 4,43 sangat seragam 4 Harga jual polong 4,40 sangat mahal 5 Ketersediaan benih di pasar 3,53 sulit 6 Ketahanan hama penyakit 3,25 rendah 7 Harga benih 2,83 mahal 8 Daya tumbuh 2,48 rendah * Nilai diurutkan berdasarkan nilai terbesar sampai terkecil Berdasarkan Tabel 28 ditunjukkan bahwa petani responden memiliki kepercayaan terhadap atribut benih kedelai dengan nilai rata-rata tertinggi pada atribut jumlah polong yang sangat banyak (4,88) sama halnya dengan kedelai edamame (5,00). Begitu pula pada atribut produktivitas yang sama-sama sangat tinggi pada kedelai (4,55) dan kedelai edamame (4,85). Untuk atribut keragaman masak panen juga memiliki tingkat kepercayaan dengan interpretasi yang sangat seragam antara kedelai (4,43) dan kedelai edamame (4,85). Sama halnya juga 85

104 pada atribut harga jual polong dengan interpretasi sangat mahal untuk kedelai (4,40) dan kedelai edamame (4,70). Sementara atribut ketersediaan benih di pasar menurut petani responden sulit (3,53) karena mengingat masih banyaknya benih kedelai yang impor, sehingga mempengaruhi ketersediaanya di pasar. Ketahanan hama penyakit dinilai masih rendah (3,25) oleh petani responden. Harga jual yang ditawarkan dinilai mahal (2,83) dengan daya tumbuh yang rendah (2,48) Analisis Sikap Multiatribut Fishbein Penilaian terhadap evaluasi tingkat kepentingan dan kepercayaan atribut perlu dilakukan untuk mengetahui sikap dari petani sebagai konsumen terhadap atribut yang melekat pada benih kedelai edamame dan kedelai. Oleh karena itu, tahap berikutnya adalah menilai sikap petani responden terhadap atribut benih kedelai edamame dan kedelai. Sikap dinilai untuk mengetahui apakah petani responden memiliki sikap yang positif atau negatif, suka atau tidak suka diantara kedua benih. Benih kedelai dijadikan pembanding karena terkait dengan analisis multiatibut fishbein untuk mengukur sikap yang mengharuskan adanya komoditi pembanding. Dengan adanya komoditi pembanding dapat diketahui benih mana yang dapat memberikan petani respon sikap yang positif. Untuk menggambarkan sikap konsumen tersebut, maka dihitung nilai estimasi sikap terhadap masing-masing benih dan kemudian dianalisis dengan metode multiatribut fishbein. Setiap skor evaluasi tingkat kepentingan akan dikalikan dengan skor tingkat kepercayaan. Atribut yang digunakan pada penelitian ini dibedakan menjadi delapan atribut yaitu harga benih, harga jual polong, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Hasil analisis sikap konsumen dengan model multiatribut fishbein dapat dilihat pada Tabel

105 Tabel 29. Hasil Model Sikap Multiatribut Fishbein Untuk Benih Kedelai Edamame dan Kedelai Atribut Skor Evaluasi Kepentingan (ei) Skor Kepercayaan (bi) Kedelai Edamame Kedelai bi ei bi bi ei bi Harga benih 4,21 4,75 20,00 2,83 11,91 Harga jual polong 4,17 4,70 19,60 4,40 18,35 Produktivitas 4,23 4,85 20,52 4,55 19,25 Ketahanan hama penyakit 4,01 3,50 14,04 3,25 13,03 Ketersediaan benih di pasar 3,96 1,65 6,53 3,53 13,98 Keseragaman masak panen 4,10 4,85 19,89 4,43 18,16 Daya tumbuh 4,03 4,55 18,34 2,48 9,99 Jumlah polong 4,00 5,00 20,00 4,88 19,52 Total Skor ( ei bi) 138,90 124,20 Berdasarkan hasil fishbein untuk benih kedelai edamame yang tingkat kepercayaan (bi) atributnya sesuai dengan evaluasi tingkat kepentingannya (ei) adalah atribut harga benih dan produktivitas. Atribut harga benih pada kedelai edamame sangat penting bagi petani responden karena harganya yang dipercaya sangat murah. Atribut produktivitas yang sangat tinggi sehingga dinilai sangat penting oleh petani responden. Kedua atribut tersebut menjadi atribut yang disukai oleh petani responden dari benih kedelai edamame dan menjadi prioritas utama karena dinilai sangat penting. Sedangkan atribut yang berdasarkan evaluasi tingkat kepentingannya (ei) penting, tetapi dalam tingkat kepercayaannya (bi) sangat tinggi bahkan melebihi nilai dari evaluasi namun belum menjadi pioritas utama dalam pembelian adalah atribut harga jual polong dan keseragaman masak panen. Petani responden menilai bahwa harga jual benih kedelai edamame sangat mahal dengan tingkat keseragaman masak panen yang sangat seragam, artinya petani responden memberikan respon yang baik terhadap atribut tersebut karena dapat memberikan harapan yang lebih dari yang mereka inginkan. Atribut lainnya yang termasuk bukan prioritas utama dalam pembelian tetapi kepercayaan 87

106 responden terhadap atribut tersebut rendah adalah atribut ketersediaan benih di pasar yang dinilai sangat sulit untuk diperoleh petani responden. Atribut pada benih kedelai yang tingkat kepercayaan (bi) atributnya sesuai dengan evaluasi tingkat kepentingannya (ei) adalah atribut produktivitas. Hasil ini sama halnya dengan benih kedelai edamame, tetapi nilai dari tingkat kepercayaannya masih lebih tinggi benih kedelai edamame. Dari segi produktivitas petani responden lebih menyukai kedelai edamame. Dengan memiliki kepercayaan bahwa atribut produktivitas sangat tinggi, maka dinilai sangat penting oleh petani responden, sehingga disukai dan menjadi prioritas utama dalam melakukan pembelian. Sedangkan atribut yang berdasarkan evaluasi tingkat kepentingannya (ei) penting, tetapi dalam tingkat kepercayaannya (bi) masih rendah adalah atribut ketahanan terhadap hama penyakit dan daya tumbuh. Petani responden menilai bahwa ketahanan terhadap hama penyakit benih kedelai masih rendah, sehingga dapat mempengaruhi produktivitasnya. Dari segi daya tumbuh, kedelai memang lebih rendah dibandingkan dengan kedelai edamame. Hal ini dikarenakan petani responden umumnya juga mempertimbangkan daya tumbuh yang nantinya dapat berpengaruh kepada populasi dengan luas lahan tertentu. Hasil penelitian berdasarkan metode sikap multiatribut fishbein pada Tabel 29 menunjukkan bahwa sikap petani responden terhadap kedua komoditi adalah baik. Namun, petani responden cenderung lebih menyukai komoditi kedelai edamame (138,90) dengan keunggulan atribut yang dimilikinya yaitu atribut harga benih, produktivitas, ketahanan hama penyakit, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Sedangkan skor untuk kedelai (124,20), tetapi tetap memiliki respon sikap yang baik oleh petani responden dengan keunggulan atribut ketersediaan benih di pasar yang mudah untuk diperoleh petani jika dibandingkan dengan kedelai edamame. 88

107 IX ANALISIS KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH KEDELAI EDAMAME Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil analisis tingkat kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame. Namun, sebelum menganalisis tingkat kepuasan, terlebih dahulu dilakukan analisis mengenai tingkat kepentingan dan kinerja dari ketiga benih yaitu benih kedelai edamame dan kedelai Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance Analysis) Atribut Benih Kedelai Edamame Keenam atribut yang duji pada setiap komoditi akan dianalisis berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerjanya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui atributatribut mana saja yang memiliki nilai tingkat kepentingan dan kinerja yang telah sesuai dengan harapan dari petani responden. Produk yang pertama akan dianalisis penilaian tingkat kepentingan dan kinerjanya adalah benih kedelai edamame (Tabel 30). Tabel 30. Perhitungan Rata-rata Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Atribut Benih Kedelai Edamame Atribut Rata-rata Skor Penilaian Penilaian Kepentingan Kepentingan Kinerja Kinerja (X) (Y) Produktivitas ,88 4,85 Ketahanan hama ,68 3,50 penyakit Ketersediaan benih ,78 1,65 di pasar Keseragaman ,83 4,85 masak panen Daya tumbuh ,70 4,55 Jumlah polong ,60 5,00 Total rata-rata 4,74 4,07 Tabel 30 menunjukkan nilai rata-rata skor pada benih kedelai edamame dengan tingkat kepentingan atribut sebesar 4,74 dan tingkat kinerja atribut 4,07. Nilai dari tingkat kepentingan dan kinerja atribut pada benih kedelai edamame memiliki nilai yang tinggi, dimana rata-rata skor secara keseluruhan dari tingkat kepentingan atribut lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kinerja atributnya. 89

108 Hal ini berarti keenam atribut penting bagi petani responden, hanya saja belum semua atribut menunjukkan kinerja yang sesuai dengan harapan petani. Pada benih kedelai edamame, rata-rata skor tingkat kepentingan tertinggi ada pada atribut produktivitas sebesar 4,88 dan terendah adalah atribut jumlah polong sebesar 4,70. Atribut produktivitas dinilai penting oleh petani responden karena dapat berpengaruh pada pendapatan yang akan diterima. Begitu juga pada atribut jumlah polong yang dinilai penting karena akan berpengaruh kepada nilai jual polong yang akan dijual petani kepada pengumpul benih. Akan tetapi, pada tingkat kinerja atribut jumlah polong memiliki rata-rata skor yang tinggi yaitu sebesar 5,00 dan untuk rata-rata skor terendah adalah atribut ketersediaan benih di pasar. Pada kondisi di lapang, atribut jumlah polong menunjukkan kinerjanya telah sesuai dengan harapan petani responden, sehingga memiliki nilai yang tinggi dibandingkan atribut lainnya. Atribut ketersediaan di pasar memiliki kinerja yang rendah bagi petani responden karena masih sulitnya mendapatkan benih kedelai edamame untuk ditanam pada musim berikutnya, walaupun sebagian besar petani telah menggunakan benih hasil produksi dari panen sebelumnya. Hasil perhitungan dari Importance Performance Analysis (IPA) pada kedelai edamame juga dapat dilihat dengan menggunakan diagram kartesius. Diagram kartesius tersebut menggambarkan posisi dari setiap atribut termasuk ke dalam kuadaran yang mana, sehingga dapat diketahui atribut mana saja yang harus dipertahankan maupun yang diperbaiki. Nilai kepentingan dan kinerja yang diplotkan pada diagram kartesius diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata skor untuk setiap atribut pada benih kedelai edamame. Diagram kartesius IPA untuk kedelai edamame dapat dilihat pada Gambar 5. 90

109 4,90 IPA KEDELAI EDAMAME 4,07 A1 Tingkat Kepentingan 4,85 4,80 4,75 4,70 4,65 A3 III I A2 A5 A4 II IV 4,74 4,60 A6 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 Tingkat Kinerja 4,5 5,0 5,5 6,0 Gambar 5. Diagram Kartesius IPA Kedelai Edamame Keterangan : Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV : A3 (Ketersediaan benih di pasar) : A1 (Produktivitas) A4 (Keseragaman masak panen) : A2 (Ketahanan hama penyakit) : A5 (Daya tumbuh) A6 (Jumlah polong) Gambar 5 menunjukkan atribut yang berada pada kuadran I yang merupakan daerah prioritas utama pada benih kedelai edamame adalah atribut ketersediaan benih di pasar. Tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut ketersediaan benih ini memiliki nilai yang tinggi karena dianggap penting oleh petani responden. Namun, pada kenyatannya atribut ketersediaan benih masih belum sesuai dengan yang diharapkan oleh petani responden. Di lapang, petani responden masih sulit dalam mendapatkan benih kedelai edamame walaupun beberapa petani responden sudah menggunakan benih hasil produksi dari panen sebelumnya, sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan benih yang terbatas di pasar. Akan tetapi tidak secara umum petani responden dapat menggunakan benih 91

110 hasil produksi dari panen sebelumnya karena ada beberapa petani responden dari yang masih tergantung kepada produsen dalam mendapatkan benih kedelai edamame. Oleh karena itu, atribut ketersediaan benih di pasar harus ditingkatkan agar petani responden puas dengan tingkat kepentingan dan kinerja yang diharapkan. Atribut produktivitas, dan keseragaman masak panen kedelai edamame berada pada kuadran II. Kuadran II merupakan daerah pertahankan prestasi yang artinya tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut produktivitas dan keseragaman masak panen dianggap telah sesuai dengan harapan, sehingga mencapai tingkat kepuasan yang relatif tinggi. Dari segi atribut produktivitas, umumnya produktivitas kedelai edamame menjadi salah satu motivasi petani responden untuk berusahatani kedelai edamame. Hal tersebut terjadi karena telah sesuainya harapan petani dari kepentingan dan kinerja atribut produktivitas. Pada atribut keseragaman masak panen menjadi salah satu atribut yang dianggap penting oleh petani karena jika tingkat keseragaman masak panennya tinggi akan memudahkan petani dalam kegiatan panen, sehingga petani responden tentu tidak perlu repot memilah kedelai edamame yang sudah masak untuk dipanen. Kondisi tersebut juga akan berpengaruh pada produktivitas, dengan produktivitas yang tinggi diharapkan pendapatan yang diterima oleh petani juga tinggi. Prioritas rendah pada kuadran III merupakan daerah dengan atribut yang tidak terlalu dianggap penting oleh petani dan kinerjanya pun tidak istimewa. Atribut yang berada pada kuadran III ini yaitu atribut ketahanan hama penyakit. Ketahanan hama penyakit pada kedelai edamame memiliki prioritas yang rendah karena petani responden sudah terbiasa dalam mencegah terjadinya hama penyakit yang menyerang selama masa pertumbuhan kedelai edamame. Oleh karena itu, menjadi dianggap kurang penting untuk atribut ketahanan hama penyakit dilihat dari tingkat kepentingan dan kinerjanya. Kuardan IV merupakan daerah berlebihan dengan atribut yang kurang penting dan dirasa berlebihan oleh petani responden. Atribut daya tumbuh dan jumlah polong termasuk ke dalam daerah yang berlebihan. Hal tersebut dikarenakan petani responden lebih mempertimbangkan atribut harga benih, harga 92

111 jual dan produktivitas dalam melakukan produksi kedelai edamame dibandingkan dengan atribut daya tumbuh dan jumlah polong. Walaupun pada kondisi di lapang, jumlah polong dapat berpengaruh pada harga jual polong karena jumlah polong menjadi nilai dari grade yang akan diterima oleh produsen atau pengumpul benih Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance Analysis) Atribut Benih Kedelai Tabel 31 menunjukkan hasil perhitungan rata-rata penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut terhadap benih kedelai. Di mana diperoleh hasil rata-rata skor secara keseluruhan atribut untuk tingkat kepentingan adalah sebesar 3,42 dan tingkat kinerja sebesar 3,85. Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata skor tingkat kinerja lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kepentingan, artinya tingkat kinerja dari atribut yang melekat pada benih kedelai sudah sesuai bahkan melebihi dari tingkat kepentingan yang petani responden harapkan. Atribut daya tumbuh memiliki rata-rata skor kepentingan tertinggi sebesar 3,55 dan terendah adalah atribut produktivitas dan keseragaman masak panen dengan nilai 3,33. Ternyata petani responden menilai bahwa atribut daya tumbuh pada kedelai penting karena dapat berpengaruh pada populasi tanaman kedelai yang juga nanti akan berpengaruh pada produktivitas atau hasil panennya. Atribut produktivitas dan keseragaman masak panen juga dinilai penting, akan tetapi masih dinilai tidak begitu penting dibandingkan dengan atribut lainnya. Hal ini dikarenakan produktivitas dan keseragaman masak panen dari kedelai masih dinilai rendah petani jika dibandingkan dengan kedelai edamame. Sementara pada kinerja, atribut jumlah polong dinilai memiliki kinerja yang telah sesuai bagi petani dengan rata-rata skor 4,88. Hal tersebut dikarenakan jumlah polong akan berpengaruh pada nilai jual kedelai yang akan petani jual. Atribut yang dinilai petani memiliki kinerja yang masih rendah dengan nilai rata-rata skor 2,48 adalah atribut daya tumbuh. 93

112 Tabel 31. Perhitungan Rata-rata Penilaian Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Atribut Benih Kedelai Atribut Rata-rata Skor Penilaian Penilaian Kepentingan Kepentingan Kinerja Kinerja (X) (Y) Produktivitas ,33 4,55 Ketahanan hama ,38 3,25 penyakit Ketersediaan benih ,33 3,53 di pasar Keseragaman ,53 4,43 masak panen Daya tumbuh ,55 2,48 Jumlah polong ,40 4,88 Total rata-rata 3,42 3,85 Nilai kepentingan dan kinerja diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata skor untuk setiap atribut akan diplotkan pada diagram kartesius. Diagram kartesius IPA untuk kedelai dapat dilihat pada Gambar 6. IPA KEDELAI 3,55 A5 3,85 A4 Tingkat Kepentingan 3,50 3,45 3,40 3,35 I III A2 A3 IV II A1 A6 3,42 3,30 2,5 3,0 3,5 4,0 Tingkat Kinerja 4,5 5,0 Gambar 6. Diagram Kartesius IPA Kedelai 94

113 Keterangan : Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV : A5 (Daya tumbuh) : A4 (Keseragaman masak panen) : A2 (Ketahanan hama penyakit) A3 (Ketersediaan benih di pasar) : A1 (Produktivitas) A6 (Jumlah polong) Pada benih kedelai, diagram kartesius IPA dapat dilihat pada Gambar 6. Atribut yang berada pada kuadran I (prioritas utama) untuk kedelai adalah atribut daya tumbuh (Gambar 6). Atribut daya tumbuh memiliki tingkat kepentingan dan kinerja yang penting bagi petani responden, tapi belum sesuai dengan apa yang menjadi harapan petani. Petani responden masih merasa atribut daya tumbuh menjadi penting karena menurut petani daya tumbuh dapat berpengaruh pada petumbuhan kedelai. Lain halnya pada benih kedelai edamame yang menjadikan daya tumbuh menjadi tidak penting dan berada pada kuadran IV (berlebihan). Atribut yang termasuk ke dalam kuadran II yang merupakan daerah pertahankan prestasi yaitu atribut keseragaman masak panen. Atribut tersebut memiliki nilai tingkat kepentingan dan kinerja yang tinggi yang telah sesuai dengan harapan petani. Telah sesuai dengan harapan petani karena keseragaman masak panen membantu petani dalam memperoleh produktivitas yang tinggi. Oleh karena itu, atribut keseragaman masak panen harus dipertahankan agar petani responden tetap merasa puas. Kuadran III (prioritas rendah) menjadikan atribut ketahanan hama penyakit dan ketersediaan benih di pasar termasuk ke dalamnya. Daerah prioritas rendah merupakan daerah dengan atribut yang tidak terlalu dianggap penting oleh petani dan kinerjanya pun tidak istimewa. Sama halnya pada benih kedelai edamame, atribut ketahanan terhadap hama penyakit menjadi tidak terlalu penting pada benih kedelai. Hal ini dikarenakan karena petani responden sudah terbiasa dalam mencegah terjadinya hama penyakit yang menyerang selama masa pertumbuhan kedelai. Sementara atribut ketersediaan benih di pasar untuk kedelai relatif banyak dan mudah untuk diperoleh dibandingkan dengan kedelai edamame, sehingga petani responden beranggapan tidak terlalu penting. 95

114 Sedangkan atribut yang termasuk ke dalam kuadran IV (berlebihan) adalah produktivitas dan jumlah polong. Daerah berlebihan merupakan daerah dengan atribut yang kurang penting dan dirasa berlebihan oleh petani responden. Sama halnya juga pada atribut produktivitas, produktivitas kedelai edamame lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai, sehingga petani merasa lebih memilih kedelai edamame daripada kedelai. Begitu pula untuk atribut jumlah polong sama pada kedelai edamame yang petani responden rasa berlebihan karena ada atribut yang menjadi pertimbangan lebih penting dibandingkan dengan jumlah polong Rangkuman Importance Performance Analysis (IPA) Benih Kedelai Edamame dan Kedelai Pengkajian pada benih kedelai dilakukan untuk memberikan informasi mengenai beberapa atribut yang terkait dengan kedelai edamame. Informasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Pengelompokkan Atribut Benih Kedelai Edamame dan Kedelai Berdasarkan Hasil Importance Performance Analysis (IPA) Kuadran I Kedelai Edamame A3 (Ketersediaan benih di pasar) Atribut Benih Kedelai A5 (Daya tumbuh) II A1(Produktivitas) A4 (Keseragaman masak panen) A4 (Keseragaman masak panen) III A2 (Ketahanan hama penyakit) A2 (Ketahanan hama penyakit) A3 (Ketersediaan benih di pasar) IV A5 (Daya tumbuh) A6 (Jumlah polong) A1 (Produktivitas) A6 (Jumlah polong) Berdasarkan data pada Tabel 32, atribut-atribut yang telah dianalisis sesuai hasil IPA adalah sebagai berikut : 1. Ketersediaan benih di pasar Pada benih kedelai edamame, atribut ketersediaan benih berada pada Kuadran I yang menunjukkan bahwa kinerja atribut dinilai lebih rendah dari yang 96

115 diharapkan oleh petani, artinya belum memuaskan petani. Di lapang masih terjadi adanya keterbatasan petani dalam mendapatkan benih kedelai edamame. Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan jumlah benih dari produsen. Lain halnya pada benih kedelai atribut ketersediaan benih di pasar berada pada kuadran III yaitu prioritas rendah. Di mana pada Kuadran III menunjukkan atribut yang dinilai kurang penting dan kinerjanya pun tidak istimewa. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam mendapatkan benih kedelai begitu mudah, sehingga menjadi dianggap kurang penting bagi petani. Walaupun pada kenyataanya saat ini di lapang petani responden banyak yang menggunakan benih kedelai edamame. Akan tetapi, kondisi tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan masih ada peluang bagi petani responden untuk memilih benih kedelai dilihat dari segi atribut ketersediaan benih yang mudah diperoleh di pasar. 2. Produktivitas Atribut produktivitas pada benih kedelai edamame berada pada Kuadran II yang menunjukkan bahwa kepentingan dan kinerja dari atribut produktivitas dinilai telah sesuai dengan harapan petani, sehingga mencapai tingkat kepuasan yang relatif tinggi. Sementara pada kedelai, atribut produktivitas berada pada Kuadran IV yang menunjukkan kepentingan produktivitas dinilai penting oleh petani, namun kinerja produk dinilai terlalu berlebihan, artinya melebihi dari harapan konsumen. Begitu juga pada kedelai, bisa menjadi alternatif pilihan bagi petani selain menggunakan kedelai edamame karena kinerjanya dinilai telah melebihi harapan dari petani. 3. Keseragaman masak panen Posisi atribut keseragaman masak panen pada benih kedelai edamame berada pada Kuadran II yang menunjukkan bahwa kepentingan dan kinerja dari atribut keseragaman masak panen dinilai telah sesuai dengan harapan petani, sehingga mencapai tingkat kepuasan yang relatif tinggi. Sama halnya dengan benih kedelai. Begitu juga pada kedelai, bisa menjadi alternatif pilihan bagi petani selain menggunakan kedelai edamame karena kinerjanya dinilai telah melebihi harapan dari petani. 97

116 4. Ketahanan hama penyakit Atribut ketahanan hama penyakit untuk kedua benih yaitu benih kedelai edamame dan kedelai berada pada Kuadran yang sama yaitu Kuadran III yang menunjukkan atribut ketahanan hama penyakit dinilai kurang penting dan kinerjanya pun tidak istimewa, sehingga kepuasan konsumen relatif rendah. Oleh karena itu, agar kepuasan petani sebagai konsumen dari benih kedelai edamame dan kedelai meningkat, maka masih perlu diperbaiki dari segi atribut ketahanan hama penyakit. 5. Daya tumbuh Pada benih kedelai edamame, atribut daya tumbuh berada pada Kuadran IV yang menunjukkan kepentingan daya tumbuh dinilai penting oleh petani, namun kinerja produk dinilai terlalu berlebihan, artinya melebihi dari harapan konsumen. Sementara pada kedelai, atribut daya tumbuh berada pada Kuadran I yang menunjukkan bahwa kinerja atribut dinilai lebih rendah dari apa yang diharapkan oleh petani, sehingga belum memuaskan petani. Walaupun harus diperbaiki dari segi atribut daya tumbuhnya, namun kondisi tersebut menunjukkan bahwa dari segi daya tumbuh, kedelai dapat menjadi alternatif pilihan bagi petani selain menggunakan kedelai edamame. 6. Jumlah polong Posisi atribut jumlah polong pada benih kedelai edamame dan kedelai sama yaitu berada pada pada Kuadran IV yang menunjukkan kepentingan jumlah polong dinilai penting oleh petani, namun kinerja produk dinilai terlalu berlebihan, artinya melebihi dari harapan konsumen. Hal ini dikarenakan jumlah polong yang terdapat pada kedua benih dinilai sudah banyak, sehingga melebihi apa yang menjadi harapan dari petani sebagai konsumen. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bagi petani untuk menggunakan benih kedelai juga karena dilihat dari kepuasan, petani sebagai konsumen telah mencapai pada tingkat kepuasan yang relatif tinggi, bahkan lebih dari yang diharapkan Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) Kepuasan konsumen merupakan salah satu hal penting yang menjadi orientasi dari produsen karena berkaitan dengan keberlangsungan produk yang dijualnya. Oleh karena itu, banyak produsen yang berusaha terus berinovasi demi 98

117 terwujudnya kepuasan bagi konsumen produknya. Begitu pula pada benih kedelai edamame, walaupun sudah ada yang mengunakan benih hasil produksi sendiri, tapi benih induk tetap dibeli dari produsen. Hasil analisis Customer Satisfaction Index (CSI) menunjukkan sejauh mana tingkat kepuasan petani terhadap atribut yang melekat pada benih kedelai edamame. Perhitungan dalam Customer Satisfaction Index memperhitungkan nilai rata-rata kepentingan suatu atribut dalam menentukan tingkat kinerja atribut tersebut nantinya akan berpengaruh pada tingkat kepuasan konsumen. Dalam hal ini konsumen yang dimaksud adalah petani yang menggunakan benih kedelai edamame dan kedelai. Hasil Customer Satisfaction Index (CSI) pada masing-masing benih diperoleh dari nilai Weight Score (WS) yang ditotalkan kemudian dibagi dengan skala yang digunakan, kemudian diubah dalam bentuk persentase. Dari perhitungan CSI diperoleh hasil yang menunjukkan setiap atribut yang melekat pada benih memberikan tingkat kepuasan yang berbeda bagi petani responden. Hasil CSI ini hanya menunjukkan secara keseluruhan dari tingkat kepuasan terhadap atribut yang melekat pada benih kedelai edamame dan kedelai. Sementara untuk atribut mana saja yang menurut petani responden merasa puas dan tidak puas terhadap kinerja dna kepentingan atribut dari setiap benih telah dijelaskan dengan menggunakan metode IPA yang telah dibahas sebelumnya. Dari kedua jenis benih, atribut dari benih kedelai edamame yang memberikan tingkat kepuasan paling tinggi jika dibandingkan dengan benih kedelai. Selanjutnya atribut benih kedelai yang memberikan kepuasan tertingi setelah benih kedelai edamame. Tingkat kepuasan yang dirasakan petani pada atribut benih kedelai edamamae termasuk ke dalam kategori sangat puas dengan rentang (80%<CSI 100%). Sementara untuk atribut benih kedelai berada dalam tingkat kepuasan dengan kategori puas (60%<CSI 80%). Hasil CSI untuk benih kedelai edamame dapat dilihat pada Tabel

118 Tabel 33. Hasil Analisis Customer Satisfaction Index (CSI) Benih Kedelai Edamame Atribut Means Important Score (MIS) Means Satisfaction Score (MSS) Weight Factors (WF) Weight Score (WS) Produktivitas 4,23 4,85 0,13 0,62 Ketahanan hama penyakit 4,01 3,50 0,12 0,42 Ketersediaan benih di pasar 3,96 1,65 0,12 0,20 Keseragaman masak panen 4,10 4,85 0,12 0,60 Daya tumbuh 4,03 4,55 0,12 0,56 Jumlah polong 4,00 5,00 0,12 0,61 Total 24,33 4,08 CSI 82% Tabel 33 menunjukkan hasil dari tingkat kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame adalah sebesar 82%. Ini artinya tingkat kepuasan petani responden terhadap atribut yang melekat pada benih kedelai edamame dikategorikan sangat puas. Tabel 34. Hasil Analisis Customer Satisfaction Index (CSI) Benih Kedelai Atribut Means Important Score (MIS) Means Satisfaction Score (MSS) Weight Factors (WF) Weight Score (WS) Produktivitas 4,23 4,55 0,13 0,58 Ketahanan hama penyakit 4,01 3,25 0,12 0,39 Ketersediaan benih di pasar 3,96 3,53 0,12 0,42 Keseragaman masak panen 4,10 4,43 0,12 0,55 Daya tumbuh 4,03 2,48 0,12 0,30 Jumlah polong 4,00 4,88 0,12 0,59 Total 24,33 3,86 CSI 77% Sementara Tabel 34 menunjukkan bahwa tingkat kepuasan petani responden terhadap atribut yang melekat pada benih kedelai adalah sebesar 77% yang berarti termasuk dalam kategori puas dalam tingkat kepuasannya. Hasil ini masih rendah jika dibandingkan dengan tingkat kepuasan petani responden terhadap atribut yang melekat pada benih kedelai edamame. 100

119 X KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisis pembahasan penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. a. Karakteristik umum petani responden benih kedelai edamame adalah semua petani responden berjenis kelamin laki-laki dan sudah menikah dengan usia antara tahun. Tingkat pendidikan petani responden sebagian besar adalah SD dan status pekerjaan menjadikan bertani sebagai pekerjaan utama dengan ratarata pendapatan di luar usahatani sebagian besar adalah sebesar < Rp Sebagian besar petani responden telah berusahatani < 5 tahun dengan melakukan budidaya dalam satu tahun dua kali. Status lahan dari petani responden sebagian besar adalah milik sendiri dengan rata-rata luas lahan >5.000 m 2. Dalam melakukan pola tanam sebagian besar dari petani responden menerapkan pola tanam edamame, tanaman lain, edamame dengan memperoleh rata-rata hasil panen antara kg. b. Pada tahap proses keputusan pembelian, alasan atau motivasi utama petani responden bertanam kedelai edamame adalah untuk memperoleh keuntungan dengan harapan mendapatkan hasil panen yang tinggi. Informasi mengenai benih kedelai edamame berasal dari sumber lainnya yaitu perusahaan Saung Mirwan dengan informasi yang paling ingin diketahui adalah hasil panen (produktivitas) yang tinggi. Pada tahapan evaluasi alternatif, atribut yang paling banyak dipertimbangkan dalam keputusan pembelian benih kedelai edamame adalah atribut produktivitas. Selanjutnya pada tahap keputusan pembelian, petani responden memutuskan untuk menggunakan benih kedelai edamame sebagian besar terencana terlebih dahulu dengan mendapatkan benih dari hasil produksi panen sebelumnya. Keputusan pembelian benih kedelai edamame seluruh petani responden dipengaruhi oleh dirinya sendiri. Petani responden sebagian besar membeli benih sebanyak dua kali dengan kebutuhan benih berkisar antara >10 kg. Benih kedelai edamame tersebut dibeli dengan harga pada rentang Rp /kg dan petani responden telah menilai adanya kesesuaian antara harga benih dan kualiats yang diterima. Tahap terakhir adalah evaluasi pasca pembelian 101

120 dimana petani responden tidak akan membeli benih kedelai edamame jika harganya naik dan jika benih sulit diperoleh di pasar, maka akan menggunakan benih hasil produksi panen sebelumnya sendiri untuk mengantisipasinya. 2. Hasil metode sikap multiatribut fishbein menunjukkan bahwa sikap petani responden terhadap kedua komoditi adalah baik. Namun, petani responden cenderung lebih menyukai komoditi kedelai edamame dibandingkan dengan kedelai. 3. Hasil kuadran IPA pada benih kedelai edamame menunjukkan bahwa atribut ketersediaan benih di pasar berada pada kuadran I yang memiliki prioritas tinggi untuk segera diperbaiki. Pada kuadran II terdapat atribut harga benih, harga jual, produktivitas, dan keseragaman masak panen yang perlu dipertahankan karena kinerjanya dinilai sudah baik. Sementara pada kuadran III terdapat atribut ketahanan hama penyakit yang memiliki prioritas rendah untuk diperbaiki. Sedangkan pada kuadran IV terdapat atribut daya tumbuh dan jumlah polong yang dinilai terlalu berlebihan. Dari tingkat kepuasan petani, atribut benih kedelai edamame dikategorikan sangat puas (82%). Sementara tingkat kepuasan petani terhadap atibut benih kedelai dikategorikan puas (77%) Saran Beberapa saran yang dapat direkomendasikan yaitu : 1. Demi terjaminnya kelancaran penyediaan benih, produsen perlu terus mengupayakan ketersediaan benih kedelai edamame bagi petani, walaupun kondisi di lapang sudah banyak petani yang telah menggunakan benih hasil produksi panen sebelumnya dalam mengantisipasi ketersediaan benih di pasar yang terbatas. 2. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan pengkajian yang membandingkan antara kedelai lokal dan kedelai impor atau bisa juga antara varietas kedelai. 102

121 DAFTAR PUSTAKA Afrilia NR Analisis sikap dan kepuasan konsumen terhadap teh celup hitam walini (studi kasus di Agrowisata Gunung Mas Cisarua Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Airine T Analisis perilaku konsumen sayuran organik (studi kasus Giant Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Asadi Karakteristik plasma nutfah untuk perbaikan varietas kedelai sayur (edamame). Buletin Plasma Nutfah 15 (2): Ayuningtyas DA analisis sikap konsumen dan kinerja atribut teh hijau siap minum merek Nu Green Tea Original di Kota Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. [Balitbang Pertanian] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta : Badan Litbang Pertanian. [Balitkabi] Badan penelitian kacang dan umbi-umbian Hasil Utama Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian om_content&task=blogcategory&id=40&itemid=278 [Diakses pada tanggal 06 November 2010] [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor dalam Angka Bogor: BPS Kabupaten Bogor Kecamatan Megamendung dalam Angka Bogor: BPS Kabupaten Bogor Budhi GS, Aminah M Swasembada Kedelai: Antara Harapan dan Kenyataan. Forum Penelitian Agro Ekonomi 28 (1): Chanifah Analisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi hibrida (kasus Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Durianto et al Strategi Menaklukan Pasar Melalui Reset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Engel JF, Blackwel, Miniard Perilaku Konsumen Edisi Keenam Jilid I. Jakarta : Bina Rupa Aksara 103

122 Fadloli F Kajian pelaksanaan kemitraan pt. saung mirwan dengan mitra tani edamame di Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fahmi D Analisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Feifi D Kajian manajemen rantai pasokan pada produk dan komoditi kedelai edamame (studi kasus di PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Irawan H Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Irawati N Analisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi (Oryza sativa) varietas unggul di Kota Solok Sumatera Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Irsyadi I Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kotler Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Jilid Iedisi Milenium. Jakarta: PT Prehallindo. Koentjaraningrat Metode-Metode Penelitian Masyarakat Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Konovsky et al Edamame: the vegetable soybean.understanding the Japanese food and Agrimarket: a multifaceted opportunity. [Diakses pada tanggal 15 April 2011] Manalu D Analisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi hibrida (studi kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Meidyawati Hama utama dan musuh alami pada tanaman kedelai edamame (Glycine max varietas edamame) di Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Nazir M Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pemerintah Desa Sukamaju Potensi Umum Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung. Bogor: Pemerintah Desa Sukamaju 104

123 Daftar Isian Data Profil Desa dan Kelurahan. Bogor: Pemerintah Desa Sukamaju Purnomo BH Penjadwalan tanam kedelai edamame (Glycine max [L.] Merr.) untuk menunjang produksi edamame beku di PT Mitratani Duatujuh Jember [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rachmina D, Burhanuddin Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rangkuti F Measuring Customer Satisfaction Teknik Mengukur dan Strategi meningkatkan Kepuasan Pelanggan plus Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Rufrizal A Jepang Tunggu Kedelai Edamame Indonesia. [Diakses pada tanggal 15 April 2011] Samsu, Sigit Membangun Agroindustri Bernuansa Ekspor Edamame (Vegetable soybean). Jakarta: PT Mitra Tani Dua Tujuh. Santoso A Kajian penyimpanan kedelai edamame (Glycine max linn.) dengan kemasan atmosfer terkendali [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Santoso S Menggunakan SPPS dan Excel untuk Mengukur Sikap dan Kepuasan Konsumen. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Sari DF Analisis Daya Saing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Schiffman L.G, Kanuk L.L Consumer behavior. Fifth edition. New Jersey: Prentice Hall Simamora B Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Simatupang, et al Ketersediaan Teknologi dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kedelai Menuju Swasembada. Siaran Pers Balitbang. Stratford on Avon Distric Council Customer Satisfaction Index July 2008 Result. [Diakses pada tanggal 15 April 2011] Sudaryanto T, Swastika DKS Ekonomi Kedelai di Indonesia. Dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H.editor. Kdelai: 105

124 Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Bdan Penelitian dan pengembangan Tanaman Pertanian. Hlm Sumarwan U Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia. Supadi Menggalang Partisipasi Petani Untuk Meningkatkan Produksi Kedelai Menuju Swasembada. Jurnal Litbang Pertanian 27 (3): Supadi Dampak Impor Kedelai Berkelanjutan Terhadap Ketahanan Pangan. Analisis Kebijakan Pertanian 7 (1): Swastika DKS Swasembada Kedelai : Antara Harapan dan Kenyataan. Forum Penelitian Agro Ekonomi 15 (1&2): Triandhika N Analisis atribut dan sikap konsumen terhadap produk furnitur merek olympic yang dipasarkan di modern retail outlet (studi kasus di Outlet Hypermart Jabodetabek) [tesis]. Bogor: Program Studi Magister Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Umar H Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 106

125 LAMPIRAN 107

126 Lampiran 1. Kuesioner Pendahuluan No Atribut yang diuji 1 Harga benih 2 Harga jual polong 3 Umur tanaman 4 Produktivitas 5 Ketahanan hama penyakit 6 Ketersediaan benih di pasar 7 Sertifikasi benih 8 Keseragaman masak panen 9 Daya tumbuh 10 Jumlah polong 11 Musim tanam Apakah menjadi pertimbangan Ya Tidak 108

127 Lampiran 2. Kuesioner Analisis Deskriptif Analisis Sikap Dan Kepuasan Petani Terhadap Atribut Benih Kedelai Edamame Program Alih Jenis (Ekstensi) Agribisnis Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Responden yang terhormat, Saya, Mulyani adalah mahasiswi Ekstensi Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) yang akan melakukan penelitian mengenai Analisis Sikap Dan Kepuasan Petani Terhadap Atribut Benih Kedelai Edamame. Penelitian ini merupakan bagian dari skripsi yang akan saya kerjakan. Demi tercapainya hasil yang diinginkan, mohon kesediaan anda untuk ikut berpartisipasi dalam mengisi kuisioner ini secara lengkap dan benar. Informasi yang diterima dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas bantuannya saya ucapakan terima kasih. Tanggal Survei : No Responden : Beri tanda silang (x) pada jawaban yang Anda pilih Screening 1. Apakah Anda merupakan pengguna benih kedelai edamame? a. Ya b. Tidak ; Jika Ya, lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya; Jika Tidak Anda tidak perlu melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya, terima kasih! Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 3. Umur :.tahun 4. Alamat :. 5. Status pernikahan : [Sudah menikah] [Belum menikah] 6. Pendidikan terakhir : a. Tidak bersekolah c. SLTP e. Lainnya,. b. SD d. SLTA 7. Rata-rata pendapatan diluar usahatani perbulan: a. < Rp d. > Rp b. Rp Rp e. Lainnya,.. c. Rp Rp Apakah usahatani kedelai edamame ini merupakan a. Pekerjaan utama, dengan pekerjaan sampingan sebagai. b. Pekerjaan sampingan, dengan pekerjaan utama sebagai 109

128 9. Sudah berapa lama Anda menanam kedelai edamame :..tahun 10. Berapa kali Anda budidaya kedelai edamame dalam satu tahun? a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali 11. Status lahan a. Milik sendiri, dengan luas lahan b. Sewa, dengan luas lahan Pola tanam kedelai edamame yang Anda gunakan? a. Tanaman lain, kedelai edamame, tanaman lain b. Kedelai edamame, tanaman lain, kedelai edamame c. kedelai edamame, kedelai edamame, kedelai edamame 13. Rata-rata hasil panen..(luasan lahan) Proses Keputusan Pembelian I Pengenalan Kebutuhan 1. Apa yang menjadi alasan Anda untuk bertanam kedelai edamame? a. Memperoleh keuntungan c. Memenuhi kebutuhan b. Turun temurun d. Lainnya,.. 2. Apa yang diharapkan dengan menggunakan benih berkualitas? a. Hasil panen yang tinggi c. Waktu panen yang cepat b. Kualitas hasil yang baik d. Lainnya, II Pencarian Informasi 1. Dari mana Anda mengetahui informasi tentang benih kedelai edamame yang Anda tanam? a. Diri sendiri d. Penyuluh Pertanian lapang (PPL) b. Kelompok tani e. Kios c. Keluarga f. Lainnya,. 2. Menurut Anda, informasi mana yang paling penting untuk Anda ketahui dalam membeli benih kedelai edamame? a. Haga c. Varietas b. Kualitas d. Lainnya, III Evaluasi Alternatif 1. Hal (atribut) apa yang Anda pertimbangkan dalam membeli benih kedelai edamame yang Anda tanam? (pilih jawaban yang paling Anda pertimbangkan) 1. Harga benih 2. Harga jual 3. Umur tanaman 4. Produktivitas 5. Ketahanan hama penyakit 6. Ketersediaan benih di pasar 7. Sertifikasi benih 110

129 8. Keseragaman masak panen 9. Daya tumbuh 10. Jumlah polong 11. Musim tanam IV Tahap Pembelian 1. Bagaimana Anda memutuskan pembelian dan penanaman benih kedelai edamame? a. Terencana (sudah direncanakan dari musim sebelumnya) b. Tidak terencana c. Lainnya,.. 2. Di mana Anda membeli atau mendapatkan benih kedelai edamame tersebut? a. Produsen langsung d. Bantuan pemerintah b. Kios saprotan kelompok tani e. Lainnya, c. Kios saprotan 3. Siapa yang mempengaruhi Anda untuk memutuskan pembelian atau penanaman benih kedelai edamame tersebut? a. Diri sendiri c. Penyuluh Pertanian lapang (PPL) b. Kelompok tani d. Lainnya,. 4. Berapa kali Anda membeli benih kedelai edamame tersebut? a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali 5. Berapa kilogram benih kedelai edamame yang Anda butuhkan setiap kali penggunaan?...kg 6. Berapa harga benih yang Anda beli? Rp./kg 7. Apakah menurut Anda dengan harga benih kedelai edamame tersebut sesuai dengan kualitas hasil panen? a. Ya b. Tidak V. Perilaku Setelah pembelian 1. Apabila harga benih naik, maka apa yang Anda lakukan? a. Membeli c. Lainnya,.. b. Tidak membeli 2. Apa yang Anda lakukan jika benih kedelai edamame yang Anda gunakan sulit diperoleh di pasar? a. Membeli varietas lain b. Mencari ke tempat lain c.lainnya,. 111

130 Lampiran 3. Kuesioner Penilaian Sikap dan kepuasan Petani terhadap atribut benih kedelai edamame Berdasarkan atribut berikut, isilah berdasarkan tingkat kepentingan Anda dalam mengunakan benih kedelai edamame. (Beri tanda pada kolom yang tersedia) No 1 Atribut Harga benih Tingkat Kepentingan Sangat tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting jika harga yang ditetapkan sangat tidak sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh. jika harga yang ditetapkan tidak sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh. jika harga yang ditetapkan cukup sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh. jika harga yang ditetapkan sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh. jika harga yang ditetapkan sangat sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh. Edamame Kedelai No 2 Atribut Harga jual polong Tingkat Kepentingan Sangat tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting jika harga yang ditetapkan sangat tidak sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh. jika harga yang ditetapkan tidak sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh. jika harga yang ditetapkan cukup sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh. jika harga yang ditetapkan sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh. jika harga yang ditetapkan sangat sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diperoleh. Edamame Kedelai

131 No 3 No 4 No 5 Atribut Produktivitas Edamame Kedelai Atribut Ketahanaan hama penyakit Edamame Kedelai Atribut Ketersediaan benih di pasar Edamame Kedelai Tingkat Kepentingan Sangat tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting jika produktivitas yang dihasilkan sangat rendah jika produktivitas yang dihasilkan rendah jika produktivitas yang dihasilkan cukup rendah jika produktivitas yang dihasilkan tinggi jika produktivitas yang dihasilkan sangat tinggi Tingkat Kepentingan Sangat tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting jika edamame sangat mudah terserang hama penyakit dan sangat sulit dalam penanganannya. jika edamame mudah terserang hama penyakit dan sulit dalam penanganannya. jika edamame cukup mudah terserang hama penyakit dan cukup sulit dalam penanganannya. jika edamame tidak mudah terserang hama penyakit dan tidak sulit dalam penanganannya. jika edamame sangat tidak mudah terserang hama penyakit dan sangat tidak sulit dalam penanganannya. Tingkat Kepentingan Sangat tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting jika benih sangat sulit untuk dicari dan dibeli. jika benih sulit untuk dicari dan dibeli. jika benih cukup sulit untuk dicari dan dibeli. jika benih mudah untuk dicari dan dibeli. jika benih sangat mudah untuk dicari dan dibeli. 113

132 No 6 Atribut Keseragaman masak panen Edamame Kedelai Tingkat Kepentingan Sangat tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting jika polong yang masak sangat tidak seragam. jika polong yang masak tidak seragam. jika polong yang masak cukup tidak seragam. jika polong yang masak seragam. jika polong yang masak sangat seragam. No 7 No 8 Atribut Daya tumbuh Edamame Kedelai Atribut Jumlah polong Edamame Kedelai Tingkat Kepentingan Sangat tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting jika daya tumbuh edamame sangat tidak sesuai standarnya. jika daya tumbuh edamame tidak sesuai standarnya. jika daya tumbuh edamame cukup sesuai standarnya. jika daya tumbuh edamame sesuai standarnya. jika daya tumbuh edamame sangat sesuai standarnya. Tingkat Kepentingan Sangat tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting jika jumlah polongnya sangat tidak sesuai dengan keinginan pengumpul benih. jika jumlah polongnya tidak sesuai dengan keinginan pengumpul benih. jika jumlah polongnya cukup sesuai dengan keinginan pengumpul benih. jika jumlah polongnya sesuai dengan keinginan pengumpul benih. jika jumlah polongnya sangat sesuai dengan keinginan pengumpul benih. 114

133 Berdasarkan atribut berikut, isilah berdasarkan tingkat kepercayaan Anda dalam mengunakan benih kedelai edamame. (Beri tanda pada kolom yang tersedia) No 1 Harga benih Edamame Kedelai Atribut Tingkat Kepercayaan Sangat Mahal Mahal Cukup Murah Murah Sangat Murah > Rp /kg Rp /kg Rp /kg Rp /kg < Rp /kg No 2 Atribut Harga jual polong Edamame Kedelai Tingkat Kepercayaan Sangat Murah Murah Cukup Mahal Mahal Sangat Mahal < Rp.5.000/kg Rp.5.500/kg Rp.6.000/kg Rp.6.500/kg >Rp.6.500/kg No 3 Atribut Produktivitas Edamame Kedelai Tingkat Kepercayaan Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi kg/100m kg/100m kg/100m kg/100m 2 > 50 kg/100m 2 115

134 No 4 Atribut Ketahanan hama penyakit Edamame Kedelai Tingkat Kepercayaan Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi hampir seluruh terserang hama kupukupu putih dan ulat. lebih dari 50% terserang hama kupu-kupu putih dan ulat. 50% terserang hama kupu-kupu putih dan ulat. kurang dari 50% terserang hama kupu-kupu putih dan ulat. Hampir tidak ada tanaman terserang hama kupu-kupu putih dan ulat. No 5 Atribut Ketersediaan benih di pasar Edamame Kedelai Tingkat Kepercayaan Sangat sulit diperoleh Sulit diperoleh Cukup mudah diperoleh Mudah diperoleh Sangat mudah diperoleh Hanya dijual pada Hanya dijual pada Tersedia namun dengan Mudah dicari dan Mudah dicari dan tempat tertentu dengan pedagang besar persediaan yang memiliki persediaan dibeli dengan jumlah yang terbatas terbatas. yang banyak. persediaan yang sangat banyak. No 6 Atribut Keseragaman masak panen Edamame Kedelai Tingkat Kepercayaan Sangat tidak seragam Tidak seragam Cukup seragam Seragam Sangat Seragam hampir seluruh kurang dari 50% 50% tanaman cukup lebih 50% tanaman hampir seluruh tanaman tidak tanaman masak masak masak tanaman masak masak 116

135 No 7 Daya tumbuh Edamame Kedelai Atribut Tingkat Kepercayaan Sangat tidak tinggi Tidak tinggi Cukup tinggi Tinggi Sangat tinggi < 70% 71-74% 75-80% 81-85% > 86% No 8 Atribut Jumlah polong Edamame Kedelai Tingkat Kepercayaan Sangat tidak banyak Tidak banyak Cukup banyak Banyak Sangat banyak tidak ada polong 1 polong 2 polong 3 polong > 3 polong 117

136 Lampiran 4. Daftar Petani Kedelai Edamame di Desa Sukamaju Kecamatan Megamendung No Nama Alamat Luas Lahan (m2) Luas yg ditanam kedelai edamame (m2) 1 H. Abud Junaedi Pasir kaliki Iyad Pasir kaliki H. Acu kp.jawa H. Halim kp.jawa H. Ajud Pasir kaliki H.Majen Babakan Sirna H. Dayat kp.jawa H. Jafar kp.jawa H. Halimi kp.jawa Asid Pasir kaliki Endek kp.jawa H.Jejen kp.jawa Mulyadi Sukabirus Ae Pasir kaliki Asep Hanun kp.jawa Encep Sukabirus Maedil Pasir kaliki Enas kp.jawa Abbas Pasir kaliki Endum Pasir kaliki H. Inayah Babakan Sirna Mulya Pasir kaliki Ali kp.jawa Haris kp.jawa Fallah kp.jawa Enoh kp.jawa Asep kp.jawa Ismail kp.jawa Sarudin kp.jawa Kosim Sukabirus Sarkosih kp.jawa Syaiful Hadi kp.jawa Hasbullah kp.jawa Ace kp.jawa Amak kp.jawa Fadli kp.jawa Iwan kp.jawa

137 38 Dede Belandongan Apud Belandongan Cecep Belandongan Sukandi kp.jawa Mansyur kp.jawa Herman Pasir kaliki Cece kp.jawa Rahmat kp.jawa Enjun kp.jawa Apip kp.jawa H. Munawar kp.jawa H. Hasan kp.jawa Ujang kp.jawa

138 Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Pengujian ke-1 n Atribut yang diuji A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 Ri Ri Ci Ci Ri = 74 Ri2 = 562 Ci = 74 Ci2 = 598 k = 11 k-1 = 10 Qtab = Qhit =10 {(11*598)-5476}/(11*74)-562 = 11020/252 = Hasil Qhit > Qtab, sehingga tolak H0 dan terima H1 artinya atribut yang diujikan memiliki jawaban yang berbeda. Dengan demikian perlu dilakukan pengujian kedua dengan membuat atribut yang memiliki proporsi jawaban Ya paling kecil yaitu A7 (Sertifikasi Benih) 120

139 Pengujian ke-2 n Atribut yang diuji A1 A2 A3 A4 A5 A6 A8 A9 A10 A11 Ri Ri Ci Ci Ri = 73 Ri2 = 545 Ci = 73 Ci2 = 597 k = 10 k-1 = 9 Qtab = Qhit = 9 {(10*597)-5329}/(10*73)-545 = 5769/185 = Hasil Qhit > Qtab,sehingga tolak Ho dan terima H1 artinya atribut yang diujikan memiliki jawaban yang berbeda. Dengan demikian perlu dilakukan pengujian ketiga dengan membuat atribut yang memiliki proporsi jawaban Ya paling kecil yaitu A11 (Musim Tanam) 121

140 Pengujian ke-3 n Atribut yang diuji A1 A2 A3 A4 A5 A6 A8 A9 A10 Ri Ri Ci Ci Ri = 71 Ri2 = 513 Ci = 71 Ci2 = 593 k = 9 k-1 = 8 Qtab = Hasil Qhit > Qtab, sehingga tolak H0 dan terima H1 artinya atribut yang diujikan memiliki jawaban yang berbeda. Dengan demikian perlu dilakukan pengujian keempat dengan membuat atribut yang memiliki proporsi jawaban Ya paling kecil yaitu A3 (Umur Tanaman) 122

141 Pengujian ke-4 n Atribut yang diuji A1 A2 A4 A5 A6 A8 A9 A10 Ri Ri Ci Ci Ri = 67 Ri2 = 459 Ci = 67 Ci2 = 577 k = 8 k-1 = 7 Qtab = Qhit =7 {(8*577)-4489}/(8*67)-459 = 889/77= Hasil Qhit < Qtab, sehingga terima H1 artinya kedelapan atribut memiliki kemungkinan jawaban Ya yang sama untuk setiap atribut. Dengan kata lain kedelapan atribut yang dianalisis dapat dianggap sah sebagai atribut benih kedelai edamame. 123

142 Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas n Atribut yang diuji A1 A2 A4 A5 A6 A8 A9 A10 Xt Xt At At Xt = 67 At = 67 n = 10 k = 8 Xt2 = 459 At2 = 577 r tabel untuk n 10 dengan interval kepercayaan 95% = 0,632 Menghitung total varians butir A1 = 64-8^2/10/10 = 5,76 A2 = ^2/10/10 = 9,00 A4 = ^2/10/10 = 9,00 A5 = ^2/10/10 = 9,00 A6 = 36-6^2/10/10 = 3,24 A8 = 64-8^2/10/10 = 5,76 A9 = 64-8^2/10/10 = 5,76 A10 = 49-7^2/10/10 = 4,41 Total varians ( σ b 2 ) = 5,76 +9,00 + 9,00 + 9,00 + 3,24 + 5,76 + 5,76 + 4,41 = 51,93 Menghitung varians butir σ b 2 = ^2/10/10 = 414,11 Menghitung koefisien Alpha r 11 = k 2 1- σ b k 1 2 σ t = , ,11 = 1,00 r 11 > r tab, maka instrument dapat diandalkan dalam penelitian. 124

143 Lampiran 7. Tabel Distribusi Chi Square (Khi Kuadrat) DF Sumber : Umar (2000) 125

144 Lampiran 8. Tabel Nilai Kritis Untuk Korelasi r Product Moment n Interval Kepercayaan Interval Kepercayaan Interval Kepercayaan 95% n n 99% 95% 99% 95% 99% Sumber : Umar (2000) 126

145 Lampiran 9. Perbedaan Benih Kedelai Edamame dan Kedelai Keterangan Kedelai Edamame Kedelai Ukuran benih (gr/100 biji) Daya tumbuh (%) >85 >85 Umur tanaman (hari) Produktivitas 3,5 2,5 (ton/ha) Jumlah polong Keterangan : Kiri : Benih kedelai edamame kanan : Benih kedelai 127

146 Lampiran 10. Proses Penanaman Benih Kedelai Edamame Persiapan lahan kedelai edamame Penanaman benih kedelai edamame Kedelai edamame umur 1 minggu Kedelai edamame umur 2 minggu Kedelai edamame umur 4 minggu Kedelai edamame siap panen 128

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A

PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR. Oleh : AMATU AS SAHEDA A PREFERENSI DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS LOKAL PANDAN WANGI DI KABUPATEN CIANJUR Oleh : AMATU AS SAHEDA A14105511 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Profil Responden Karakteristik petani dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin, statuss pernikahan, jumlah anggota keluarga, pendapatan diluar usahatani,

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN KINERJA ATRIBUT TEH HIJAU SIAP MINUM MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL DI KOTA JAKARTA. Dhita Aditya Ayuningtyas H

ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN KINERJA ATRIBUT TEH HIJAU SIAP MINUM MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL DI KOTA JAKARTA. Dhita Aditya Ayuningtyas H ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN KINERJA ATRIBUT TEH HIJAU SIAP MINUM MEREK NU GREEN TEA ORIGINAL DI KOTA JAKARTA Dhita Aditya Ayuningtyas H34066034 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu produk pertanian Indonesia adalah produk holtikultura. Salah satu produk holtikultura adalah sayur-sayuran. Sayuran merupakan sebutan umum bagi hasil pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR. Oleh : David Fahmi A ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR Oleh : David Fahmi A14104023 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA 8.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Produk Sarimurni dan Sosro Pada bab ini akan dijelaskan analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU DAN TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM (TWA) TALAGA WARNA CISARUA - BOGOR

ANALISIS PERILAKU DAN TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM (TWA) TALAGA WARNA CISARUA - BOGOR ANALISIS PERILAKU DAN TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM (TWA) TALAGA WARNA CISARUA - BOGOR SKRIPSI SRI MULYANI H 34066118 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Hal ini di pilih berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN COFFEESHOP WARUNG KOPI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PEMASARAN SKRIPSI IVAN STENLEY H34052032 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh : Topan Candra Negara A14105618 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR Titik Hidayati A14102584 PROGRAM STUDI SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR Oleh : NOVA RESKI SEPTINA K A14104117 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

VI. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN SARI BUAH MINUTE MAID PULPY ORANGE DI KOTA BOGOR

VI. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN SARI BUAH MINUTE MAID PULPY ORANGE DI KOTA BOGOR VI. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN SARI BUAH MINUTE MAID PULPY ORANGE DI KOTA BOGOR 6.1. Karakteristik Konsumen Minute Maid Pulpy Orange Karakteristik konsumen pada penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK)

ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) ANALISIS SIKAP, PERSEPSI KONSUMEN DAN RENTANG HARGA PADA BERAS ORGANIK SAE (SEHAT AMAN ENAK) PADA GAPOKTAN SILIH ASIH DESA CIBURUY KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI IPO MELANI SINAGA H34076081 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI BERSUBSIDI DI KECAMATAN SINGOSARI, KAB. MALANG PENDAHULUAN

KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI BERSUBSIDI DI KECAMATAN SINGOSARI, KAB. MALANG PENDAHULUAN P R O S I D I N G 296 KEPUASAN PETANI PADI TERHADAP BENIH PADI BERSUBSIDI DI KECAMATAN SINGOSARI, KAB. MALANG Riyanti Isaskar 1, Rini Dwiastuti 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2 Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK YOU C 1000 (Studi Kasus Mahasiswa Strata Satu Institut Pertanian Bogor) Oleh : Prawira Atma Negara A 14105587 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR. Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN SUSU UHT MEREK REAL GOOD DI KOTA BOGOR Oleh : YUSTIKA MUHARASTRI A14104120 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS KEPUASAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) SKRIPSI MEYLANI LESTARI H34066081 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango)

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) DISUSUN OLEH: EFENDY A14104121 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 25 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Rumah Makan Waroeng Steak & Shake merupakan usaha rumah makan yang sedang berkembang di Kota Bogor. Rumah makan ini baru berdiri pada 25 Mei 2007.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT JAGUNG LOKAL MADURA MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DESA LARANGAN DALAM

ANALISIS ATRIBUT JAGUNG LOKAL MADURA MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DESA LARANGAN DALAM ANALISIS ATRIBUT JAGUNG LOKAL MADURA MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DESA LARANGAN DALAM Elys Fauziah Jurusan Agribisnis ABSTRAK Komoditas jagung varietas lokal Madura memiliki peran yang cukup penting dalam

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT OLEH : FANNY RAMA A. 14104547 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN SALON DINA LEE BOGOR. Oleh FITRI RAHMAWATI H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN SALON DINA LEE BOGOR. Oleh FITRI RAHMAWATI H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN SALON DINA LEE BOGOR Oleh FITRI RAHMAWATI H24104090 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus mampu mengantisipasi persaingan ekonomi yang semakin ketat di segala bidang dengan menggali sektor-sektor yang

Lebih terperinci

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG SKRIPSI IMAM WAHYUDI H34066064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT. Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BOGOR BARAT Oleh : Muser Hijrah Fery Andi A.14102695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor)

ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) ANALISIS POSISI PRODUK SUSU BUBUK WYETH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN (Kasus Tiga Supermarket di Kota Bogor) Oleh: NAOMI MUTIARA ERITA S. A14103571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh MAHARDHIKA YUDA H

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh MAHARDHIKA YUDA H ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR Oleh MAHARDHIKA YUDA H24077025 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN KOPI BUBUK INSTAN (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: NURRAYYAN ARMADA A14105695 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia tidaklah dapat dihindarkan. Indonesia merupakan negara yang sedang

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN MENDASARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis LOUR var) MELALUI TENGKULAK (Studi Kasus Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran Kabupaten

Lebih terperinci

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang harus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi perdagangan internasional dan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PRODUK BUSANA MUSLIM MEREK AZKA PADA CV AZKA SYAHRANI. Oleh PUJI NURYADIN H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PRODUK BUSANA MUSLIM MEREK AZKA PADA CV AZKA SYAHRANI. Oleh PUJI NURYADIN H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PRODUK BUSANA MUSLIM MEREK AZKA PADA CV AZKA SYAHRANI Oleh PUJI NURYADIN H24076096 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR FADIL DHIKAWARA A14103535 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP PRODUK CAMILAN KACANG MEREK Mr. P (Studi Kasus di PT Mitrasatrya Perkasautama, Jakarta)

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP PRODUK CAMILAN KACANG MEREK Mr. P (Studi Kasus di PT Mitrasatrya Perkasautama, Jakarta) ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP PRODUK CAMILAN KACANG MEREK Mr. P (Studi Kasus di PT Mitrasatrya Perkasautama, Jakarta) Oleh: FARDIAN ELVISTIARSO F34103010 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) KANTOR CABANG SOLO. Oleh SILVA AYU NOVIA SARI H

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) KANTOR CABANG SOLO. Oleh SILVA AYU NOVIA SARI H ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) KANTOR CABANG SOLO Oleh SILVA AYU NOVIA SARI H24103092 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK MINUMAN NATA DE COCO DENGAN MERK ES CAMPUR PRODUKSI PT. AMICO, BEKASI SKRIPSI

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK MINUMAN NATA DE COCO DENGAN MERK ES CAMPUR PRODUKSI PT. AMICO, BEKASI SKRIPSI ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK MINUMAN NATA DE COCO DENGAN MERK ES CAMPUR PRODUKSI PT. AMICO, BEKASI SKRIPSI SURYA ADHY WARDHANA A.14105712 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN GUMATI CAFE - BOGOR. Oleh AYIP MUHAMAD IKHWAN H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN GUMATI CAFE - BOGOR. Oleh AYIP MUHAMAD IKHWAN H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN GUMATI CAFE - BOGOR Oleh AYIP MUHAMAD IKHWAN H24102131 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK Ayip Muhamad Ikhwan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kampus IPB Dramaga. Waktu penelitian pada bulan September-Oktober 2009. Penentuan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SAYURAN DI PASAR TRADISIONAL ( Studi Kasus Di Pasar Baru Bogor) Oleh : FITRIA FISSAMAWATI A 14105548 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR. Oleh DESMAN MANURUNG A

KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR. Oleh DESMAN MANURUNG A KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN VEGETARIAN KARUNIA BARU BOGOR Oleh DESMAN MANURUNG A 14104663 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA SKRIPSI TIUR MARIANI SIHALOHO H34076150 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut Susu Sehat (Importance Performance Analysis)

VII. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut Susu Sehat (Importance Performance Analysis) 63 VII. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN 7.1. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut Susu Sehat (Importance Performance Analysis) Analisis Important-Performance merupakan suatu cara untuk

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya. Waktu dilaksanakan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya. Waktu dilaksanakan BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di wilayah Malang Raya. Waktu dilaksanakan pada pertengahan bulan November 2016 hingga awal bulan Desember 2016. 1.2 Materi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PEMBELIAN KRIM YOGHURT ACTIVIA (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: SURURUN MASRURAH H

ANALISIS FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PEMBELIAN KRIM YOGHURT ACTIVIA (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: SURURUN MASRURAH H ANALISIS FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PEMBELIAN KRIM YOGHURT ACTIVIA (KASUS DI GIANT BOTANI SQUARE, BOGOR) Oleh: SURURUN MASRURAH H34066120 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI SUSU CAIR (Pada Hypermarket Carrefour, Lebak Bulus, Jakarta) Oleh : ASMA NASUTION H

SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI SUSU CAIR (Pada Hypermarket Carrefour, Lebak Bulus, Jakarta) Oleh : ASMA NASUTION H SIKAP DAN PREFERENSI KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI SUSU CAIR (Pada Hypermarket Carrefour, Lebak Bulus, Jakarta) Oleh : ASMA NASUTION H 34066025 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ketiga sebagai tanaman palawija setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) SKRIPSI ERNI SITI MUNIGAR H34066041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci