Globalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan. Perusahaan dituntut untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Globalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan. Perusahaan dituntut untuk"

Transkripsi

1 Globalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan. Perusahaan dituntut untuk dapat memainkan peran sesuai dengan core business nya dalam kancah internasional. Strategi war for talent terus digaungkan di berbagai perusahaan membuat karyawan menjadi sumber daya yang memiliki kontribusi yang semakin besar sebagai komoditi perusahaan (Chambers, 1998). Hal tersebut tentunya juga menjadi indikasi bahwa perusahaan harus benar-benar selektif dalam memilih kandidat yang diseleksi sebagai karyawan untuk bergabung dalam perusahaan. Karyawan sebagai investasi bagi perusahaan tentu juga harus mampu memilih karir yang sesuai dengan kemampuan, kepribadian, dan minatnya secara spesifik (Ulrich & Allen, 2014). Peranan psikologi industri dan organisasi dalam mengerti, memahami, dan memprediksikan perkembangan karir seseorang dalam dunia kerjanya semakin meningkat. Pemahaman terhadap karir inilah yang perlu dikembangkan sehingga tercipta keseimbangan dalam kehidupan kerja seseorang (Aamodt, 2013). Hal inilah yang mendorong bahwa praktisi harus melakukan kajian yang mendalam mengenai cara untuk menciptakan kehidupan karir yang sesuai dan memuaskan dalam diri seseorang (Kim & McLean, 2012). Secara khusus peran psikolog industri dalam pengembangan karir juga berubah. Saat ini peran psikolog dalam pengembangan karir menjadi semakin penting, yaitu sebagai pemegang informasi kunci yang dituntut mampu membangun hubungan yang selaras antara dunia pendidikan dan pilihan karir (Feller,2003). Universitas merupakan lembaga penyelenggara pendidikan tinggi yang menyediakan tenaga kerja yang terdidik. Universitas diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang segera dapat diserap oleh dunia kerja di berbagai sektor (Rosalin, 2006). Namun demikian, masih banyak lulusan dari universitas, baik diploma maupun strata belum dapat segera diserap oleh pasar kerja. Jumlah lulusan perguruan tinggi memang banyak, namun demikian jumlah lulusan yang memenuhi kualifikasi perusahaan jumlahnya masih terbatas. Evaluasi yang telah dilakukan terhadap program pendidikan yang dilakukan pada perguruan tinggi menunjukkan bahwa proses yang dilakukan masih kurang efektif untuk mempersiapkan lulusan yang siap diserap sebagai tenaga kerja (Solberg et al, 2015)

2 Karir memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan seseorang, pada identitasnya, gaya hidupnya, dan juga menentukan kesejahteraan dalam diri seseorang yang telah dewasa. Pilihan yang dilakukan seseorang terhadap karir yang ditekuninya tentu juga menjadi penting dalam kehidupannya (Hoile, 2000). Mengingat peran karir yang signifikan tersebut, pemilihan karir yang tepat tentunya tidak hanya memberikan kepuasan secara finansial saja, akan tetapi juga mampu memberikan kepuasan secara psikologis dalam diri seseorang (Andersen & Andehey, 2012). Seseorang yang memasuki dunia kereliabilitasrja seharusnya sudah memiliki minat karir yang telah matang (Low & Rounds,2007). Hal ini juga sesuai dengan tahap perkembangan karir yang diungkapkan oleh Brown (1990) bahwa pada usia 20 sampai 25 tahun merupakan tahapan perkembangan karir yang telah mapan. Proses eksplorasi karir dari tahapan perkembangan karir sebelumnya seharusnya telah usai. Perkembangan karir yang matang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menentukan karir yang ditekuninya dalam dunia kerja (Cummings & Worley, 2009). Tugas perkembangan karir selanjutnya adalah menentukan karir yang dianggap paling sesuai dengan kemampuannya dan diimplementasikan dalam pemilihan pekerjaan. Setiap tugas perkembangan karir yang mampu diselesaikan sesuai dengan tahapannya maka dapat membuat individu mampu menghadapi kesulitan saat berada dalam masa transisi (Blallock, et al, 2003). Data survei yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa pelamar pada saat jobfair masih banyak pelamar kerja yang memilih pekerjaan tanpa melihat kemampuan dan minat yang dimiliki (ECC UGM, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan karir para pencari kerja belum matang, sehingga para pelamar belum mampu menentukan pilihan karirnya secara mantap. Fenomena ini juga sering disebut sebagai first job blues. Permasalahan yang muncul dalam fenomena ini merupakan kesulitan calon tenaga kerja dalam menyesuaikan kompetensi dengan kebutuhan perusahaan (Nathan & Hill, 2006). Studi empiris yang telah dilakukan pola minat ini juga menjadi salah satu penentu kesuksesan dan penentu kepuasan pada karyawan (Dik & Hanson, 2011). Hal inilah yang menjadi dasar bahwa calon karyawan yang akan memasuki dunia kerja perlu untuk

3 mengetahui minat karirnya sehingga ia merasa lebih puas dan lebih berprestasi dalam bidang pekerjaan yang ditekuni (Dozier et al, 2015). Kaplan & Saccuzzo (2013) juga mengungkapkan bahwa keberhasilan karyawan dalam dunia kerja ditentukan oleh sikap dan kemampuan, akan tetapi kepuasan seseorang dalam bekerja menjadi lebih tinggi jika karir tersebut sesuai dengan minatnya. Penelitian meta-analisis mengenai minat juga menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki minat yang sesuai dengan pekerjaan yang ditekuninya merasa lebih puas dan menunjukkan kinerja yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan karyawan yang minatnya kurang sesuai dengan pekerjaan (Nye, Su, Rounds, & Drasgow, 2012) Cohn dan Swerdlik (2004) juga memiliki pemikiran bahwa minat dalam satu pekerjaan mampu mendorong seseorang untuk memiliki kinerja yang lebih baik, lebih produktif, dan lebih memiliki kepuasan kerja. Bahkan, perusahaan dan karyawan memiliki banyak keuntungan jika berhasil mendiagnosis para pekerjanya untuk menemukan minat dan bersedia menyediakan pekerjaan yang sesuai dengan minat karyawan. Misalnya untuk melakukan branding atau kampanye saat melakukan perekrutan karyawan. Perusahaan dapat mengkampanyekan bahwa keamanan dan kenyamanan kerja karyawan merupakan kepentingan utama bagi perusahaan. Perusahaan juga memperoleh keuntungan karena didukung dengan kinerja karyawannya yang berkualitas (Cummings, & Worley, 2009; Swaney, et al, 2012). Teori perkembangan karir yang diungkapkan oleh Super (1969) menyatakan bahwa seorang sarjana perguruan tinggi telah menyelesaikan tahapan eksplorasi perkembangan karir. Tahapan tersebut ditandai dengan kemampuan seseorang untuk memilih karir yang spesifik sesuai dengan proses eksplorasi karir yang telah dilakukan pada tahap perkembangan karir sebelumnya (Super, dalam Cohn & Swerdlik, 2004). Namun demikian, lulusan perguruan tinggi baik Strata maupun Diploma masih banyak yang belum mampu melakukan pemilihan karir secara spesifik. Hal ini ditandai dengan banyaknya lulusan yang melamar pada bidang pekerjaan yang disediakan bagi semua lulusan tanpa spesifikasi khusus.

4 Kebutuhan konseling karir di Indonesia menuntut kesadaran dari berbagai universitas sebagai pihak yang menyediakan calon tenaga kerja terdidik. Hal ini ditandai dengan munculya career development center, misalnya di UGM, ITB, Universitas Paramadina, UII, dan universitas yang lain. Berdasarkan data yang diperoleh dari sebuah career development center, tingkat kebutuhan terhadap konseling karir terus meningkat sejak tahun 2012 hingga tahun 2014 (ECC UGM, 2015). Data tersebut juga menunjukkan persentase topik konseling karir yang terbesar di antara topik konseling yang lain adalah mengenai peminatan karir. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan instrumen untuk mengenali minat karir juga semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan konseling karir ini belum dapat diimbangi dengan pengembangan alat ukur minat karir yang memadai. Pengembangan alat ukur minat karir perlu dilakukan untuk memfasilitasi konselor dalam asesmen awal supaya proses konseling karir dapat berjalan secara lebih efektif. Sampai saat ini pengembangan alat ukur terus dilakukan, namun belum ada bukti empiris mengenai alat ukur minat karir yang terstandarisasikan. Penelitian pendahuluan yang dilakukan Rosyid (1993) juga menunjukkan bahwa proses validasi yang dilakukan belum mampu memenuhi standar minimal sebagai alat ukur minat karir yang valid dan reliabel. Penelitian Brown & Krane (2000) menyebutkan bahwa asesmen individu sebelum melakukan konseling karir merupakan cara untuk meningkatkan efektivitas konseling karir dari individu yang bersangkutan. Asesmen minat karir membuat proses pengambilan keputusan karir menjadi lebih mudah untuk dilakukan (Gati & Peretz, 2011). Cummings & Worley (2009) juga memperkuat bahwa proses diagnosis terhadap minat karir seseorang perlu untuk dilakukan sebagai proses awal pada intervensi perencanaan dan pengembangan karir. Fakta yang ditemukan dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa diperlukan alat ukur minat karir yang sesuai dan mudah administrasinya. Alat ukur minat karir dapat digunakan sebagai asesmen awal untuk mengetahui minat karir seseorang sebelum melakukan konseling karir lebih lanjut (Tang, 2009; Vinh, 2008). Alat ukur minat juga dapat

5 diaplikasikan oleh psikolog bidang industri dan organisasi untuk melakukan diagnosis pada proses intervensi perencanaan dan pengembangan karir. Seorang konselor karir tentu lebih baik apabila mampu mengenal klien dengan tes yang mudah untuk diadministrasikan, sehingga konselor bisa melakukan konseling pekerjaan sesuai dengan kepribadian klien (Thoroman, 1968). Penggunaan alat ukur minat karir ini juga memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi individu untuk mengembangkan karirnya sesuai dengan minat, nilai, dan kemampuan yang dimiliki (Sitlington & Clark, 2001). Asesmen terhadap minat ini juga perlu dilakukan sebelum melakukan proses konseling karir lebih lanjut. Asesmen awal mengenai minat ini tidak hanya membantu untuk memudahkan proses konseling, namun juga memiliki berbagai keuntungan, diantaranya : (1) Hasil asesmen dapat digunakan sebagai kerangka diskusi dala melakukan konseling karir, (2) Meningkatkan kepercayaan diri konselor karir dan memperjelas kondisi klien, (3) Klien memiliki wawasan tentang dirinya sendiri secara lebih luas, (4) Memberikan perspektif jangka panjang, (5) Mengurangi resiko yang diakibatkan karena kesalahan dalam pengambilan keputusan, dan (6) Membantu menjelaskan sikap dan perilaku individu dalam bekerja (Nathan & Hill, 2006; Plimmer, 2012). Selain menguntungkan bagi klien, asesmen awal juga dapat meningkatkan kepercayaan diri terhadap kompetensi yang dimiliki konselor dalam melakukan konseling (Jones, 1993). Pengukuran minat dengan bahasa asing sangat beragam bentuknya dan telah sesuai jika digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap minat karir. Namun demikian, pengukuran minat karir dengan bahasa asing tentu saja belum bisa digunakan secara langsung (Soh & Leong, 2001). Hal ini disebabkan karena kemungkinan bahasa yang tidak dipahami oleh pengguna dan perbedaan budaya yang kurang sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia, sehingga alat ukur minat tersebut perlu untuk diadaptasikan terlebih dahulu sebelum digunakan. Proses adaptasi ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran yang disebabkan karena bias budaya (Anastasi, 1997). Penelitian yang dilakukan Hansen & Lee (2007) juga menunjukkan bahwa alat tes yang telah diakulturasikan

6 dengan budaya setempat mampu meningkatkan akurasi alat tes dalam memprediksikan minat. Tes sebagai alat pengumpul data merupakan alat ukur yang telah dibuat secara terstandar dan bila dikenakan kepada subjek atau testi maka dapat menghasilkan skor (Nunally dalam Anastasi, 2004) juga menyebutkan bahwa tes psikologi merupakan alat tes yang dibuat secara baku berdasarkan tujuan pengetesan yang dapat digunakan untuk mengukur sampel dari objek yang diukur. Pernyataan tersebut tentu memperkuat bahwa sebuah tes harus dibuat secara baku sebelum disajikan kepada testi, demikian juga dengan SDS Form CP ini tentu perlu dibakukan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengukuran minat karir tidak hanya digunakan untuk mengetahui perbedaan individu saja, selain itu juga dapat mendukung pengambilan keputusan untuk pemilihan pekerjaan dalam diri individu (Coaley, 2014). Salah satu alat ukur minat yang telah mapan dan telah digunakan lebih dari dua puluh tahun adalah skala Self Directed Search (SDS) yang dikembangkan oleh Holland (Campbell & Borgen, 1999; Rayman & Atanasoff,1999, Reardon & Lenz, 1999). SDS banyak digunakan di seluruh dunia sebagai alat ukur minat karena penggunaannya yang mudah dan telah teruji secara empiris (Nauta, 2010). SDS memiliki kelebihan tersendiri sebagai alat ukur terhadap minat karir. Salah satunya penggunaan SDS yang lebih mudah jika dibandingkan tes Kuder. Waktu pengerjaan tes yang lebih singkat dan lebih mudah bagi testi membuat SDS menjadi lebih efektif jika digunakan sebagai alat ukur. SDS hanya membutuhkan waktu paling lama selama tiga puluh menit, sedangkan Kuder membutuhkan waktu yang lebih. Skoring yang mudah juga membantu pengguna tes untuk melakukan skoring dan interpretasi dengan cara yang lebih efektif. Selain itu SDS juga telah menyediakan kamus yang berisi tema-tema pekerjaan sebagai pelengkap untuk melakukan proses interpretasi. Holland mengungkapkan bahwa setiap orang memiliki teori karir personal (TKP) / personal career theory (PCT) mengenai karir atau pekerjaan yang terletak di anara kelemahan dan sesuatu yang tidak valid hingga menjadi sesuatu yang kuat dan valid. TKP merupakan sekumpulan keyakinan, ide, asumsi, dan pengetahuan yang menuntun individu

7 untuk memilih pekerjaan atau bidang studi, menjelaskan mengapa seseorang tetap bertahan lama satu bidang pekerjaan tertentu, dan digunakan oleh orang tersebut untuk mengambil keputusan karir (Reardon &Lenz, 1999). Holland memiliki sudut pandang bahwa secara umum TKP memiliki elemen tipologi RIASEC, yaitu karakteristik personal yang berhubungan dengan struktur pekerjaan. Tipologi RIASEC merupakan enam tipologi yang mencerminkan hubungan individu dengan lingkungan, yaitu Realistic (R), Investigative (I), Artistic (A), Social (S), Enterprise (E), dan Conventional (C) dapat dilihat pada gambar 1. Tipologi yang dicetuskan Holland merupakan strategi dan keyakinan untuk mencapai aspirasi pekerjaan maupun non pekerjaan yang berjalan sesuai dengan pengalaman kehidupan seseorang. Holland (1994) menganggap bahwa dengan teori RIASEC maka dapat membantu klien untuk mengungkapkan penggunaan TKP mereka. (R)ealistic (I)nvestigative (C)onventional (A)rtistic (E)nterprise (S)ocial Gambar 1. Teori Heksagoal menurut Holland Self Directed Search Form Career Planning (SDS Form CP) secara khusus didesain untuk untuk profesional dan orang dewasa yang sedang berada dalam masa transisi (Holland, Powell, & Fritzsche, 1994). Bahkan jika digunakan secara tepat material yang terdapat dalam SDS Form CP juga dapat digunakan untuk membuat perencanaan karir jangka panjang, mempersiapkan aktivitas secara profesional, dan merencanakan pekerjaan yang melibatkan pendidikan di perguruan tinggi (Holland, Powell, dan Fritzsche,1994). Hal

8 ini juga berarti bahwa SDS Form CP memiliki fungsi prediktif untuk memperkirakan karir individu di masa yang akan datang. Ranah kawasan ukur yang ditentukan oleh Holland (1994) secara spesifik sehingga SDS Form CP dapat digunakan untuk mengukur minat karir secara tepat sesuai dengan fungsi pengukurannya, yaitu sebagai alat pengambilan keputusan dalam membuat perencanaan karir jangka panjang. Penelitian pendahuluan mengenai SDS telah dilakukan oleh Rosyid (1993). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas SDS (1985). Hasil penelitian tersebut menunjukkan koefisien konsistensi internal KR20 berkisar antara 0,63-0,88 untuk subjek laki-laki dan untuk subjek perempuan berkisar antara 0,53-0,85. Koefisien reliabilitas bergerak antara 0,53 hingga Hal tersebut menunjukkan bahwa SDS (1985) jika digunakan sebagai alat untuk melakukan pengukuran minat individu masih kurang reliabel. Azwar (2011) menyebutkan bahwa alat ukur yang digunakan untuk prediksi dan diagnosis harus memiliki reliabilitas yang tinggi, yaitu 0,900 atau lebih tinggi. Weiner & Stewart (1984) mengungkapkan bahwa alat ukur yang digunakan sebagai asesmen individu dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan harus memiliki reliabilitas 0,85 atau lebih. Oleh karena itu SDS Form CP (1994) perlu untuk diuji kembali reliabilitasnya untuk meningkatkan kemampuan prediksinya, sehingga menjadi lebih akurat jika digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dalam asesmen individu. Pengukuran terhadap validitas konkuren dari SDS juga pernah dilakukan oleh Leung dan Hou (2001) untuk menguji antara kode minat yang terdapat dalam SDS dengan pilihan jurusan akademis pada siswa SMA di Hongkong. Koefisien konsistensi internal KR20 untuk siswa perempuan dalam pengukuran Aktivitas, Kompetensi, Pekerjaan, dan Skor total sebesar 0,74, 0,72, 0,78, dan 0,77. Pada siswa laki-laki koefisien konsistensi internal menunjukkan skor 0,78, 0,78 0,79, dan 0,79. Koefisien konsistensi internal menunjukkan bahwa SDS memiliki validitas konkuren untuk melakukan pengukuran minat siswa SMA di Hongkong. Validasi yang dilakukan peneliti merupakan validasi terhadap SDS Form CP yang telah diadaptasikan oleh peneliti dengan Bahasa Indonesia dan telah disesuaikan dengan konteks

9 budaya yang ada di Indonesia. Perbedaan penelitian proses validasi yang akan dilakukan peneliti dengan proses validasi yang telah dilakukan sebelumnya terletak pada versi SDS. Versi SDS yang digunakan peneliti merupakan versi SDS yang dikembangkan oleh pada tahun Form Career Planning merupakan SDS yang secara khusus disediakan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan individu dalam menentukan minat karirnya pada masa transisi (Holland, Fritzsche, & Powell, 1994). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti berfokus pada pengukuran validitas konstruk dan reliabilitas alat ukur. Reliabilitas yang masih kurang sebagai alat ukur minat individu juga perlu ditingkatkan lagi, sehingga peneliti melakukan adaptasi untuk meningkatkan reliabilitas SDS Form CP. Studi awal terhadap validitas SDS lebih banyak mengukur validitas konstruk untuk menguji konsep heksagonal Holland (Nauta, 2010). Pada dua puluh tahun terakhir penelitian SDS difokuskan pada pengukuran validitas antar budaya karena penggunaan SDS yang telah digunakan oleh berbagai negara dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda (Fouad & Mohley, 2004). Nauta (2010) juga mengungkapkan bahwa pengukuran validitas SDS Form CP jumlahnya masih terbatas. Perbedaan budaya koletivisme melekat pada budaya Indonesia yang berbeda dengan budaya individualisme yang ada di Amerika, demikian juga aktivitas, kemampuan, dan profesi juga memiliki stereotipe yang berbeda (Soh & Leong, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran validitas konstruk terhadap SDS Form CP berdasar tipe-tipe kepribadian menurut Holland (1985) yang terdiri dari enam tipe kepribadian, yaitu : (1) Realistis, (2) Investigatif, (3) Artistik, (4) Sosial (5) Enterprise, (6) Conventional. Azwar (2011) menyebutkan bahwa validitas konstruk merupakan validitas yang mengungkap kemampuan suatu instrumen penelitian untuk mengungkap konsep teoretik yang diukur. Pengukuran validitas konstruk dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana SDS dapat mengukur minat karir berdasarkan tipe kepribadian Holland. Kesempatan untuk merencanakan dan mengembangkan karir mampu menarik dan mempertahankan karyawan yang kompeten (Cummings & Worley, 2009). Intervensi

10 perencanaan karir merupakan proses personal yang erat kaitannya dengan pengukuran minat yang perlu untuk dilakukan pada tahap pengembangan karir establishment. Pengukuran minat karir pada tahapan establishment merupakan pijakan awal untuk menentukan proses perencanaan dan pengembangan karir selanjutnya (Tarigan & Wimbarti, 2011). Namun, adanya perbedaan budaya kolektivisme di Indonesia dan budaya individualisme di Amerika menyebabkan adanya perbedaan stereotipe pada aktivitas, kemampuan, dan profesi yang terdapat pada skala SDS Form CP. Ketersediaan profesi di Indonesia juga berbeda dengan ketersediaan profesi yang ada di Amerika. Oleh karena itu, validasi terhadap alat ukur minat karir sebagai alat untuk diagnosis individu perlu untuk dilakukan untuk menyediakan alat ukur yang memiliki keterandalan dan konsistensi.

PENDAHULUAN. Penentuan program atau jurusan pendidikan biasanya diarahkan untuk

PENDAHULUAN. Penentuan program atau jurusan pendidikan biasanya diarahkan untuk 1 PENDAHULUAN Menentukan program pendidikan dengan berbagai pilihan variasinya, merupakan hal yang penting karena berkaitan dengan kesuksesan di masa depan. Penentuan program atau jurusan pendidikan biasanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini disajikan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian. Kesimpulan merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian, sedangkan rekomendasi berkenaan

Lebih terperinci

Career Management.

Career Management. Career Management 1 Rencana Pengembangan Karir Program Pengembangan Karir terdiri dari 2 elemen utama, yakni 1.Inisiatif Organisasional 2.Inisiatif Individual (karyawan) 2 1. Inisiatif Organisasional 1.Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang karakteristik, perilaku dan permasalahan yang berkaitan dengan abnormalitas, sosial, budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan masuk sebuah sekolah, calon siswa akan diberi tes untuk melihat apakah dia lulus atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menentukan pilihan karir yang sesuai dengan kepribadian yang dimiliki invididu merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Ginzberg mengemukakan bahwa proses

Lebih terperinci

1. PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Perbedaan Fokus..., Marchantia Andranita, FPSIUI, 2008

1. PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Perbedaan Fokus..., Marchantia Andranita, FPSIUI, 2008 1. PE DAHULUA I.1. Latar Belakang Masa dewasa muda adalah periode dimana terjadi penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan dan harapan-harapan sosial yang baru (Hurlock dalam Lemme, 1995). Pada tahapan

Lebih terperinci

xiii Universitas Kristen Maranatha

xiii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara tipe kepribadian mahasiswa semester I dengan tipe lingkungan di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. Penelitian ini dilakukan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan karir merupakan salah satu proses pembuatan keputusan terpenting dalam kehidupan individu. Keputusan yang ia buat akan berdampak pada apa yang akan dilalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap universitas berusaha bersaing untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas swasta terkemuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian yang dimiliki oleh orang yang menjalankan pekerjaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian yang dimiliki oleh orang yang menjalankan pekerjaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini dengan tingkat kompetensi pencarian pekerjaan yang cukup tinggi, pemilihan pekerjaan yang tepat sangat penting untuk dapat menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa Remaja terkadang mereka masih belum memikirkan tentang masa depan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Psikologi mulai diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1953. Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK-PPN Lembang, yang bertempat di Jl. Tangkuban Parahu Km.3 Desa Cilumber Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA

ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 1., 2016. Hal. 1-7 ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA JIPP Anggun Lestari a dan Fahrul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan dewasa, oleh karena itu perlu adanya persiapan saat seseorang berada pada usia remaja yaitu, terkait dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugiyanto, 2001),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari tingkah laku manusia merupakan salah satu peran ilmu Psikologi. Dalam mempelajari tingkah laku manusia, para psikolog melakukan berbagai jenis pengukuran.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian mengenai program bimbingan melalui strategi kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah MTs Al Inayah yang berlokasi di jalan cijerokaso No.63 Kelurahan Sarijadi Bandung, Kecamatan Sukasari Bandung. MTs Al

Lebih terperinci

Pengantar Psikodianostik

Pengantar Psikodianostik Modul ke: Pengantar Psikodianostik Tes Minat Fakultas PSIKOLOGI Wenny Hikmah Syahputri, M.Psi., Psi. Program Studi Psikologi Defenisi Bimo Walgito: minat diartikan sebagai perhatian, keinginan, rasa suka

Lebih terperinci

Pengertian Pengukuran

Pengertian Pengukuran KONSEP DASAR TES Pengertian Pengukuran Proses untuk mengkuantifikasikan suatu gejala/atribut kuantifikasi terhadap karakteristik manusia melalui prosedur dan aturan yang sistematis Pemaknaan angka sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Peneliti menggunakan pendekatan Psikologi Indigenous (Indigenous

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Peneliti menggunakan pendekatan Psikologi Indigenous (Indigenous BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Peneliti menggunakan pendekatan Psikologi Indigenous (Indigenous Psychology), yaitu pendekatan yang dilihat dari sudut pandang budaya lokal (makna, nilai

Lebih terperinci

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel

3.1. Partisipan Penelitian Teknik Pengambilan Sampel 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ketiga ini, penulis akan memaparkan metode dari penelitian ini yang meliputi partisipan penelitian (didalamnya terdapat karakteristik partisipan, teknik pengambilan sampel,

Lebih terperinci

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran karier peserta didik. Sugiyono menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tes psikologi saat ini telah digunakan hampir dalam setiap bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk mengetahui minat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja. Hal ini termasuk latar belakang penelitian, rumusan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING 20 Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Karir Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING Daeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun individu berada. Penelitian Levinson (1985) menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

Adhyatman Prabowo, M.Psi. By PresenterMedia.com

Adhyatman Prabowo, M.Psi. By PresenterMedia.com Adhyatman Prabowo, M.Psi By PresenterMedia.com Suatu proses pengukuran melalui beberapa cara / teknik yg dikombinasikan untuk menganalisa dan memprediksi kemampuan, kepribadian, dan perilaku individu saat

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua...

KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua... KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA Pertemuan kedua... Pengertian Tes Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa (Elliott, 1999) Tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami kegagalan dalam mengelola dirinya sendiri. Masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami kegagalan dalam mengelola dirinya sendiri. Masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunuh diri merupakan tindakan yang sangat personal, pribadi dan rumit. Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri menunjukkan bahwa dirinya mengalami kegagalan dalam

Lebih terperinci

BAB III: METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) penelitian adalah

BAB III: METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) penelitian adalah BAB III: METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jenjang perguruan tinggi merupakan salah satu gerbang menuju dunia kerja untuk para pelajar yang memutuskan melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Penggunaan tes psikologi semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kegunaan tes. Masyarakat kian menyadari bahwa tes

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 16 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel menurut Christensen (dalam Seniati, L., dkk, 2009) merupakan karakteristik atau

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT UKUR MINAT UNTUK PENGEMBANGAN KARIR PADA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENGEMBANGAN ALAT UKUR MINAT UNTUK PENGEMBANGAN KARIR PADA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH ATAS LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN ALAT UKUR MINAT UNTUK PENGEMBANGAN KARIR PADA LULUSAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Oleh : Fitriani Yustikasari Lubis, S.Psi, M.Psi NIP. 1331860 Kegiatan Penelitian Dibiayai oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau

BAB III METODE PENELITIAN. sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Korelasional. Menurut Azwar (2012) Penelitian Korelasional merupakan penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Terdapat banyak cara untuk mempelajari perilaku manusia, salah satunya adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang cocok dengan dirinya sendiri. Adanya keraguan seseorang yang muncul ketika memilih pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap manusia pasti mempunyai berbagai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah manusia membutuhkan biaya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. keagamaan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis ibu. Komponen program

BAB III METODE PENELITIAN. keagamaan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis ibu. Komponen program 91 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model bimbingan dan konseling keagamaan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis ibu. Komponen program disusun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Peneliti menjelaskan mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi. Simpulan merupakan kombinasi dari temuan empiris dan kajian pustaka. Implikasi penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN Modul ke: 10Fakultas Dr. PSIKOLOGI SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN OVERVIEW PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN (3) Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi PSIKOLOGI Career Development and Planning Career

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini disebabkan tidak sebandingnya lapangan pekerjaan yang tersedia dengan banyaknya orang yang

Lebih terperinci

Terdapat sepuluh (10) butir pemikiran yang diajukan oleh Hoppockbahwa: a. Pekerjaan dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan.

Terdapat sepuluh (10) butir pemikiran yang diajukan oleh Hoppockbahwa: a. Pekerjaan dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan. Dalam pemilihan karir, ada beberapa teori dari beberapa tokoh yang merupakan bahan perbandingan dan bahan-bahan kajian untuk mengadakan pertimbangan yang akan dibahas pada pertemuan ini, yaitu: 1. TEORI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional dalam tujuan mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap warga

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ADAPTASI KARIR MAHASISWA BK FIP UNJ ANGKATAN 2011

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ADAPTASI KARIR MAHASISWA BK FIP UNJ ANGKATAN 2011 76 Efektivitas Layanan Konseling Karir Untuk Meningkatkan Kemampuan Adaptasi Karir Mahasiswa BK... EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KARIR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ADAPTASI KARIR MAHASISWA BK FIP UNJ ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengembangan (research and development) dalam upaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Penelitian 1. Variabel tergantung: Komitmen Organisasi 2. Variabel bebas: Komunikasi Interpersonal B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Komitmen organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

PENGENDALI HUBUNGAN KESESUAIAN ANTARA MINAT DENGAN HASIL KERJA

PENGENDALI HUBUNGAN KESESUAIAN ANTARA MINAT DENGAN HASIL KERJA PENGENDALI HUBUNGAN KESESUAIAN ANTARA MINAT DENGAN HASIL KERJA (Moderator of Interest Congruence- Occupational Outcome Relation) Oleh KELOMPOK 4 Amin Budiamin, Asmangiah, Budi Astuti, Sunardi PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Penelitian 5 BK Model. Paraprofessional Dalam Bimbingan Karir Mahasiswa PLB Oleh Drs. Dudi Gunawan, M.Pd

Penelitian 5 BK Model. Paraprofessional Dalam Bimbingan Karir Mahasiswa PLB Oleh Drs. Dudi Gunawan, M.Pd Penelitian 5 BK Model. Paraprofessional Dalam Bimbingan Karir Mahasiswa PLB Oleh Drs. Dudi Gunawan, M.Pd Paraprofessional Model Pada tahun 1976, Career Development Resource Center (CDRC) didirikan di Southwest

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Menurut Arikunto (1998) penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

Psikometri Validitas 1

Psikometri Validitas 1 Modul ke: Psikometri Validitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Pengertian: VALIDITAS Berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur

Lebih terperinci

Pengantar Psikodianostik

Pengantar Psikodianostik Modul ke: Pengantar Psikodianostik Dasar dasar Tes Psikologi Validitas dan Reliabilitas Tes Psikologis Fakultas PSIKOLOGI Wenny Hikmah Syahputri, M.Psi., Psi. Program Studi Psikologi Jenis Tes Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Varibabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya : 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying 2. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER DI SMK TUNAS HARAPAN JAKARTA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER DI SMK TUNAS HARAPAN JAKARTA Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Pemahaman Kepribadian Siswa Kelas X... 25 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komparasi Estimasi Reliabilitas Pada Mata Pelajaran Sejarah Ditinjau Dari Homogenitas Dan Heterogenitas Kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komparasi Estimasi Reliabilitas Pada Mata Pelajaran Sejarah Ditinjau Dari Homogenitas Dan Heterogenitas Kelompok BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengukuran berarti pemberian angka pada objek-objek atau kejadiankejadian menurut sesuatu aturan (Kerlinger, 1990, hlm. 687). Pengukuran dalam bidang pendidikan lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1 B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi tolak ukur kualitas dari lulusannya. Kompetensi lulusan yang baik dari lembaga pendidikan yang terpercaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan ilmiah yang dirancang untuk menjawab pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penjelasan Wikipedia Bahasa Indonesia (2015) menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penjelasan Wikipedia Bahasa Indonesia (2015) menyatakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Motivasi Dalam penjelasan Wikipedia Bahasa Indonesia (2015) menyatakan motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia pada tingkat satuan menengah atas saat ini di desain untuk mengarahkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat dan tujuan

Lebih terperinci

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN Pertemuan 7 VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN Tujuan Setelah perkuliahan ini diharapkan dapat: Menjelaskan tentang pengertian validitas dan penerapannya dalam menguji instrument penelitian pendidikan.

Lebih terperinci

Teori CIP (Cognitive Information Processing)

Teori CIP (Cognitive Information Processing) Banyak anggota prajurit tamtama angkatan bersenjata yang berada dalam masa transisi, mengamankan pekerjaan-pekerjaan atau karir baru merupakan prioritas paling tinggi mereka, memerlukan konselor-konselor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini tes Psikologi bukan merupakan hal yang asing lagi bagi masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam melakukan penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam BAB 3 METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisinya pada data-data numerikal (angka) tentang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan tentang program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut. 1. Kematangan karir siswa kelas

Lebih terperinci

Penelitian 6 BK Model-model Effective problem-solving model Dalam Bimbingan Karir Mahasiswa PLB Oleh Drs. Dudi Gunawan, M.Pd

Penelitian 6 BK Model-model Effective problem-solving model Dalam Bimbingan Karir Mahasiswa PLB Oleh Drs. Dudi Gunawan, M.Pd Penelitian 6 BK Model-model Effective problem-solving model Dalam Bimbingan Karir Mahasiswa PLB Oleh Drs. Dudi Gunawan, M.Pd Dalam bab ini dikaji beberapa program konseling karir dan komponenkomponen program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat proses perubahan ke arah yang lebih baik. Prestasi belajar merupakan hasil

BAB I PENDAHULUAN. terlihat proses perubahan ke arah yang lebih baik. Prestasi belajar merupakan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dalam pendidikan terdapat tujuan untuk mengembangkan potensi siswa. Dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi, pembentukan manusia yang berkualitas ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. silang data. Penelitian survei dirancang untuk menelaah secara langsung tentang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. silang data. Penelitian survei dirancang untuk menelaah secara langsung tentang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei yang akan melihat frekuensi jawaban responden serta mentabulasi silang data.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Penelitian : Komitmen Organisasi B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Komitmen organisasi adalah keinginan yang kuat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada beberapa tahun belakangan ini, penggunaan tes psikologi sudah semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode positivistik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan teknik pendekatan korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci