BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam
|
|
- Sri Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini tes Psikologi bukan merupakan hal yang asing lagi bagi masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam melakukan penilaian terhadap individu sesuai dengan tujuan dari diberikannya tes tersebut. Tes psikologi berisikan aitem-aitem yang diskor berdasarkan respon dari individu yang mengikuti tes. Skor tersebut kemudian memberikan informasi mengenai seberapa baik individu dalam bidang tertentu. Beberapa ahli juga mengungkapkan definisi dari tes psikologi, diantaranya seperti yang diungkapkan oleh Anastasi & Urbina pada tahun 2006 dan Kaplan dan Sacuzzo pada tahun Anastasi & Urbina (2006) menyatakan definisi tes psikologi yaitu alat pengukur yang mempunyai standar obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Kaplan dan Sacuzzo (2005) menyatakan definisi psikologi sebagai sekumpulan aitem yang dirancang untuk mengukur karakteristik individu dan memprediksi perilakunya. Berdasarkan dua definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tes psikologi adalah sekumpulan aitem yang memiliki standar objektif yang
2 dirancang dengan tujuan untuk mengukur karakteristik individu dan memprediksi perilakunya serta digunakan secara luas. Saat ini tes Psikologi telah banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Mulai dari bidang pendidikan, bidang sosial, maupun bidang industri. Tes Psikologi dalam bidang pendidikan digunakan sebagai alat untuk melakukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Contohnya tes psikologi digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan jurusan ilmu alam atau ilmu sosial yang harus ditempuh oleh siswa yang akan naik ke kelas XI SMA. Selain itu beberapa sekolah tertentu juga menjadikan tes psikologi sebagai salah satu persyaratan untuk memasuki sekolah tersebut. Tes Psikologi dalam bidang sosial salah satunya digunakan sebagai alat untuk melakuka assesement atau penilaian. Contohnya adalah assessment atau penilaian yang dilakukan kepada korban bencana alam dengan tujuan untuk memberikan intervensi psikologis yang sesuai dengan kondisi psikologis dari korban bencana alam tersebut. Tes Psikologi dalam bidang industri contohnya adalah tes psikologi yang digunakan sebagai alat seleksi dan penempatan kerja karyawan merupakan hal yang saat ini senantiasa dilakukan oleh perusahaan ketika ingin mendapatkan karyawan baru maupun ketika mempromosikan seorang karyawan. Hal ini dapat dimengerti karena tentu saja perusahaan ingin mendapatkan indvidu yang terbaik untuk bekerja agar perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Tes Psikologi menjadi tes yang dipercaya oleh perusahaan untuk menjaring individu terbaik sesuai dengan bidang pekerjaan yang ada. Oleh karena itu tentu saja tes psikologi yang diberikan pada
3 saat seleksi dan penempatan kerja karyawan akan disesuaikan dengan bidang kerja yang akan dilakukan nantinya. Demi memastikan tes Psikologi yang digunakan dalam berbagai tujuan memiliki kemampuan untuk menguji dan menempatkan seseorang pada tempat yang tepat sesuai dengan bidangnya dan juga terjaga validitas dan reliabilitasnya, maka ada beberapa hal utama yang harus diperhatikan. Salah satu yang harus diperhatikan adalah proses administrasi tes Psikologi. Administrasi tes psikologi adalah segala sesuatu proses yang berkenaan dengan penyelenggaraan tes Psikologi (Anastasi & Urbina, 2006). Salah satu bentuk dari administrasi tes adalah pemberian instruksi tes. Instruksi tes dilakukan oleh tester yaitu orang yang bertugas untuk memberikan instruksi tes yang meliputi bagaimana cara mengerjakan tes, menginformasikan batas waktu yang ada, dan juga memberikan contoh bagaimana cara melakukan tes tersebut. Proses administrasi tes ini merupakan hal yang sangat penting karena proses administrasi tes adalah proses yang dapat berpengaruh terhadap hasil tes. (Anastasi & Urbina, 2006). Contohnya apabila pemberian instruksi salah, tidak lengkap, ataupun berlebih maka akan sangat berpengaruh terhadap hasil tes. Pengaruh tersebut misalnya dapat berupa identifikasi atribut psikologis yang tidak sesuai dengan individu yang mengikuti tes tersebut akibat proses administrasi yang tidak standar. Dapat kita bayangkan dalam bidang pendidikan, apabila pelaksanaan administrasi tes dilakukan dengan tidak standar maka akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, siswa yang seharusnya masuk ke jurusan ilmu sosial bisa jadi masuk ke dalam jurusan ilmu alam, atau siswa yang
4 seharusnya dapat lulus ke dalam sekolah tertentu akibat proses administrasi yang tidak standar menjadi tidak lulus dalam sekolah tersebut. Pada bidang sosial proses administrasi yang tidak standar trsebut dapat berpengaruh terhadap asessment atau penilaian kondisi psikologis korban bencana alam, penilaian yang kurang tepat dapat mengakibatkan pemberian interrvensi psikologis yang tidak tepat pula sehinga justru akan berdampak negatif terhadap korban bencana alam tersebut. Pada bidangi industri seperti pada tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja, dapat dibayangkan apabila administrasi yang diberikan tidak lengkap ataupun tidak sesuai dengan instruksi yang sebenarnya maka akan sangat berpengaruh terhadap hasil tes dari seleksi tersebut bahkan bisa saja individu yang sebenarnya memiliki kualifikasi untuk dapat direkomendasikan, menjadi tidak direkomendasikan akibat administrasi tes yang tidak sesuai dengan standar yang ada atau bahkan sebaliknya orang yang sebenarnya tidak memenuhi kualifikasi untuk direkomendasikan bisa menjadi direkomendasikan akibat pemberian instruksi yang tidak standar. Pada dasarnya pelaksanaan tes psikologi sangat berkaitan dengan prestise atau harga diri setiap orang dan tidak ada individu yang ingin gagal dalam tes (Anastasi & Urbina, 2006). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita pahami bahwa setiap orang pastinya akan berusaha semaksimal mungkin dan menampilkan diri yang sebaik-baiknya dalam setiap mengikuti tes psikologi. Kondisi tersebut tentu saja merupakan kondisi yang rentan mempengaruhi validitas dan reliabilitas tes meskipun administrasinya dilakukan dengan standar, apalagi jika administrasi dilakukan dengan tidak standar. Oleh
5 karena itu administrasi tes yang baik dan benar menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pemberian tes psikologi. Hal yang kemudian menjadi ironi saat ini adalah pelaksanaan administrasi tes psikologi seringkali dilaksanakan dengan tidak standar, salah satunya pada pelaksanaan tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang juga pernah beberapa kali menjadi asisten lapangan pelaksanaan tes psikologi, administrasi tes yang tidak standar biasanya ditemui dalam bentuk pemberian instruksi tes yang tidak lengkap, ataupun pemberian batas waktu pada tes yang sebenarnya tidak memiliki batas waktu seperti tes grafis dan tes EPPS. Bahkan peneliti pernah menemukan pengerjaan tes EPPS yang hanya diberikan waku 15 menit. Kondisi ini tentu saja bukan merupakan kondisi yang baik mengingat hal ini tentu saja dapat mempengaruhi validitas dan reliabilitas dari tes Psikologi yang diberikan. Demi memperkuat bukti dan fenomena yang ada, peneliti kemudian melakukan wawancara kepada dosen Fakultas Psikologi departemen Psikologi Klinis Juliana Saragih, M.Psi. yang dan menanyakan mengenai fenomena tersebut. Juliana adalah Psikolog yang sering kali terlibat dalam penyelenggaraan tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja karyawan yang diadakan oleh P3M Fakultas Psikologi USU dan beberapa kali menjadi koordinator Tester dan Asisten lapangan. Berdasarkan hasil wawacancara dengan Juliana, peneliti mendapatkan informasi bahwa Juliana, juga pernah menemukan kondisi yang sama seperti yang peneliti temukan. Kondisi yang ditemukan oleh Juliana yaitu pada suatu tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja pada dan alat tes
6 yang digunakan adalah alat tes untuk mengukur intelegensi. Instruksi yang diberikan pada tes itu tidaklah lengkap sehingga jawaban yang diberikan oleh peserta tes pada saat dilakukan skoring menjadi jawaban yang salah sedangkan apabila mengikuti instruksi yang diberikan oleh tester pada saat itu jawaban yang diberikan oleh peserta dapat dikategorikan sebagai jawaban yang benar (Juli, komunikasi personal tanggal 4 Maret 2011 pukul 17.00). Peneliti juga mewawancarai Ari Widiyanta, M.Psi, yang merupakan ketua P3M Fakultas Psikologi USU periode Ia mengatakan bahwa saat ini masih banyak administrasi tes yang tidak standar pada pelaksanaan tes Psikologi untuk seleksi dan penempatan karyawan. Administrasi yang dianggap standar pun sebenarnya masih banyak yang tidak standar, contohnya pada saat tester memberikan instruksi gambar yang tidak boleh digambar pada tes Baum. Ari Widianta juga menyatakan bahwa pemberian administrasi yang tidak standar terjadi dalam dua kondisi, yaitu secara disengaja ataupun tidak disengaja. Secara disengaja contohnya ketika pemberian batas waktu pada pengerjaan tes grafis ataupun EPPS karena memang adanya batasan waktu pada pelaksanaan tes secara keseluruhan, sehingga tes tersebut yang seharusnya tidak dibatasi waktu menjadi dibatasi. Kondisi yang terjadi secara tidak disengaja diakibatkan oleh ketidaksiapan dari Tester akibat kurangnya persiapan yang dilakukan maupun kurang terlatihnya Tester sehingga salah melakukan administrasi (Ari, komunikasi personal tanggal 9 Maret 2011 pukul 17.00). Hasil wawancara sebagaimana yang dipaparkan menunjukkan fakta bahwa saat ini pemberian administrasi tes yang tidak standar pada tes seleksi kerja dan penempatan karyawan sudah sering
7 terjadi. Peneliti juga mewawancarai Dr. Emmy Mariatin MA, Ph.d, psikolog, yang merupakan seorang Psikolog senior sekaligus pemilik biro konsultasi psikologi Embara yang sering mengadakan tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja di kota Medan. Pada wawancara tersebut Emmy Mariatin mengatakan bahwa dalam pelaksanaan tes psikologi sering kali tester memberikan instruksi yang tidak lengkap, ia kemudian memberi contoh pada administrasi tes Pauli. Ia pernah menemukan tester tidak memberi tahu peserta tes mengenai cara membalik kertas dan aturan yang jelas dalam menuliskan hasil hitungan. Hal ini tentu saja merupakan hal yang tidak menguntungkan bagi peserta tes karena dapat memperlambat pengerjaan tes dan menimbulkan kesulitan bagi peserta tes (Emmy, komunikasi personal tanggal 7 Juni 2011 pukul wib). Berbicara mengenai alat tes yang digunakan dalam tes seleksi kerja dan penempatan karyawan, ada banyak jenis dan macam alat tes yang dapat digunakan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada Dr. Wiwik Sulistyaningsih, M.Psi yang merupakan staf dari Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) Fakultas Psikologi menyatakan bahwa tes psikologi yang dilakukan dengan tujuan seleksi dan penempatan kerja terbagi atas tiga bagian, yaitu tes yang mengukur intelegensi, tes yang mengukur cara kerja, dan tes kepribadian (Wiwik, komunikasi personal tanggal 26 Februari 2011 pukul 14.00). Peneliti kemudian melakukan wawancara kepada Rika Eliana, M.Psi. yang merupakan sekretaris P3M. Peneliti mendapatkan informasi yang tidak jauh berbeda bahwa tes psikologi dalam seleksi dan penempatan kerja terdiri atas tiga bagian sebagaimana yang telah
8 disebutkan sebelumnya, peneliti juga mendapatkan informasi bahwa tes yang seringkali digunakan dalam mengukur intelegensi yaitu tes IST dan TINTUM, untuk mengukur cara kerja diukur dengan tes Kreplin, Pauli, maupun wawancara dan untuk mengukur kepribadian dilakukan dengan tes EPPS dan Papikostik (Rika, komunikasi personal tanggal 28 Februari 2011 pukul 16.30). P3M sendiri sebagai lembaga yang salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan tes psikologi untuk seleksi dan penempatan kerja hingga saat ini senantiasa berusaha untuk memperbaharui alat tes yang dimilikinya, karena disadari bahwa alat tes yang selama ini digunakan telah terlalu sering dipakai sehingga dapat mempengaruhi validitas dan reliabilitas dari tes tersebut. Informasi ini peneliti dapatkan berdasarkan wawancara peneliti kepada ketua P3M Ferry Novliadi M.Si. (Ferry, komunikasi personal tanggal 28 Febuari 2011 pukul 12.00). Kondisi tersebut kemudian mendorong peneliti dalam melakukan penelitian dengan menggunakan alat tes yang baru dan jarang digunakan di Indonesia, yang kemudian nantinya diharapkan dapat menjadi alternatif alat tes yang dapat digunakan sebagai alat seleksi dan penempatan kerja karyawan lewat penelitian yang peneliti lakukan. Alat tes yang peneliti maksudkan adalah Big Five Inventory. Big Five Inventory merupakan alat tes yang dapat mengidentifikasi kepribadian berdasarkan teori Big Five Personality. Big Five Inventory digunakan karena tes ini merupakan tes yang baru dan jarang digunakan, sehingga dengan menggunakan Big Five Inventory diharapkan hasil pengukuran yang dilakukan dapat lebih terjaga validitas dan reliabilitasnya, selain itu tes Big Five Inventory tidak memiliki aitem yang banyak sehingga akan menghindari kelelahan yang
9 dialami oleh peserta dan juga dapat dikerjakan dalam waktu yang singkat. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa alat tes yang baik adalah alat yang senantiasa terjaga validitas dan reliabilitasnya dan juga mampu mengukur sesuai dengan tujuan dari pengukuran alat tersebut. Hal inilah yang juga melatar belakangi peneliti menggunakan Big Five Inventory Saat ini banyak ahli psikologi berkeyakinan bahwa gambaran yang paling baik mengenai struktur trait dimiliki oleh Five Factor Model dari teori Big Five Personality (Mastuti, 2005). Menurut Five Factor Model (FFM) ini trait kepribadian digambarkan dalam bentuk lima dimensi dasar (McCrae & Costa.Jr, 1997). Kelima dimensi dasar tersebut adalah Neuroticism, Extraversion, Openness to Experience, Agreeableness, Conscientiousness. Pemaparan tersebut menunjukkan bahwa bagaimana Big Five Inventory dengan jumlah aitem yang sedikit dan pengerjaan yang singkat akan dapat mengungkapkan berbagai dinamika kepribadian yang kompleks dan terklasifikasi. Hal ini tentu saja merupakan hal yang sangat menguntungkan dan memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan. Di Indonesia penggunaan alat ukur kepribadian Big Five Inventory maupun pengembangan alatnya masih belum begitu populer. Padahal banyak hal yang mampu diprediksi dengan alat tes Big Five Inventory. Mengingat banyak aspek yang dapat diprediksi dengan Big Five Inventory, maka pengembangan alat tersebut di Indonesia perlu dilakukan (Mastuti, 2005). Seperti yang telah dikemukakan pada penjelasan sebelumnya bahwa administrasi tes yang tidak standar memiliki kemungkinan untuk menghasilkan hasil tes yang tidak sesuai dengan atribut psikologis yang hendak diukur. Begitu
10 juga pada administrasi Big Five Inventory. Pemberian Administrasi yang tidak standar akan berpengaruh terhadap respon yang diberikan oleh peserta tes, karena pada dasarnya respon yang diberikan oleh peserta tes atau testee akan dikonversi menjadi skor dan kemudian diinterpretasikan dan diklasifikasikan pada tipe kepribadian tertentu sesuai dengan skor yang ada. Administrasi yang tidak standar akan menciptakan kemungkinan testee memberikan respon yang tidak sesuai dengan dirinya sehingga testee tersebut dapat diklasifikasikan kepada tipe kepribadian tertentu dengan tidak tepat. Oleh karena itu pengadministrsian yang standar menjadi hal yang sangat penting dan harus senantiasa dijaga. Pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan saran mengenai pentingnya administrasi tes Psikologi yang terstandar demi mencapai kesempurnaan dan keobjektifan dalam setiap pelaksanaan tes Psikologi. Penelitian dengan menggunakan Big Five Inventory ini tentu saja juga diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk penelitian yang dapat digunakan dalam pengembangan alat ukur psikologi dalam hal ini adalah Big Five Inventory Berdasarkan seluruh pemaparan yang telah dikemukakan, kemudian membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh pemberian administrasi tes yang tidak standar terhadap hasil tes yang dilakukan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan Big Five Inventory sebagai alat tes. B. Rumusan Masalah
11 Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu apakah ada pengaruh pemberian administrasi tes yang tidak standar terhadap hasil tes Big Five Inventory? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai ada dan seberapa besar pengaruh pemberian administrasi tes yang tidak standar terhadap hasil tes Big Five Inventory. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa menambah manfaat keilmuan dalam bidang Psikologi khususnya bidang psikometri. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan saran mengenai pentingnya pemberian administrasi tes Psikologi yang terstandar dengan baik demi mencapai kesempurnaan dan keobjektifan dalam setiap pelaksanaan tes Psikologi. Selain itu penelitian ini merupakan salah satu bentuk pengembangan alat tes psikologi dalam hal ini Big Five Inventory yang kemudian diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari pelaksanaan tes psikologi itu sendiri. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi ilmiah yang bisa dijadikan pertimbangan dalam melakukan tes Psikologis, baik bagi
12 para mahasiswa dalam rangka kegiatan praktikum maupun bagi para Psikolog ketika memberikan layanan tes Psikologis pada masyarakat umum, dan juga bagi praktisi dan ilmuwan Psikologi sehingga diharapkan pelaksanaan tes psikologi yang dilakukan dapat terjamin pelaksanaan administrasinya. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENGANTAR Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori yang digunakan antara lan teori Big Five Personality, Big Five Inventory, dan Administrasi Tes BAB III : METODE Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional penelitian, data yang digunakan, subjek penelitian, teknik kontrol terhadap extraneous variable rancangan penelitian dan treatment yang dilakukan, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan analisis data.
BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Terdapat banyak cara untuk mempelajari perilaku manusia, salah satunya adalah dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari tingkah laku manusia merupakan salah satu peran ilmu Psikologi. Dalam mempelajari tingkah laku manusia, para psikolog melakukan berbagai jenis pengukuran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Psikologi mulai diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1953. Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di perguruan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karyawan yang sesuai dengan posisi yang tersedia. Dalam bidang klinis, tes
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tes psikologi saat ini telah digunakan hampir dalam setiap bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk mengetahui minat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan masuk sebuah sekolah, calon siswa akan diberi tes untuk melihat apakah dia lulus atau tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Penggunaan tes psikologi semakin berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kegunaan tes. Masyarakat kian menyadari bahwa tes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia ini, para ahli psikologi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berubah atau mati!, adalah kalimat yang diserukan oleh para manajer di seluruh dunia untuk menggambarkan keharusan setiap organisasi atau perusahaan untuk terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari proses mental dan perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia, para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat tes telah digunakan di Cina sejak tahun 2200 sebelum masehi, alat tes digunakan untuk seleksi pegawai negeri dan pada abad ke 19 pemerintah Inggris, Perancis,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing
67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Difinisi Operasional 1. Identivikasi Variabel. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan variabel big five personality. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan daerah, tidak berubah dan selalu dibutuhkan. Hal ini bisa dilihat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Bab dua (kajian pustaka) telah membahas teori yang telah menjadi dasar penelitian. Bab ini akan memaparkan metode penelitian dan bagaimana teori yang dibahas dalam bab kajian
Lebih terperinciKonstruksi Alat Ukur Psikologi
MODUL PERKULIAHAN Konstruksi Alat Ukur Psikologi Pengantar Tes dan Pengukuran Psikologi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 61032 Dian Misrawati, M.Psi Psikolog
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan memaparkan metode penelitian dan bagaimana teori yang dibahas dalam kajian pustaka diaplikasikan dalam penelitian. Bab ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil diskusi yang telah dilakukan. 5.1 Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hidayat (2013) pendidikan adalah suatu upaya sadar yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dianugrahkan tuhan kepada manusia dan diarahkan pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami rasa kesepian dalam dirinya, yang menjadi suatu pembeda adalah kadarnya, lamanya,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE PERSONALITY DENGAN COPING STRESS PADA POLISI RESERSE KRIMINAL POLTABES MEDAN
HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE PERSONALITY DENGAN COPING STRESS PADA POLISI RESERSE KRIMINAL POLTABES MEDAN Skripsi Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Disusun oleh: Bima Sandro
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Penelitian ini pada dasarnya adalah membuktikan secara empiris hasil
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1. Kesimpulan Penelitian ini pada dasarnya adalah membuktikan secara empiris hasil penelitian Remus Ilies, et al (2009), yang menyatakan bahwa kepuasan kerja dapat memediasi
Lebih terperinciPERAN KEPRIBADIAN BIG-FIVE DALAM GAYA MANAJEMEN KONFLIK SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi. Oleh RAHMA SAFITRI
PERAN KEPRIBADIAN BIG-FIVE DALAM GAYA MANAJEMEN KONFLIK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh RAHMA SAFITRI 091301011 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GANJIL,
Lebih terperinciKONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA. Pertemuan kedua...
KONSEP DASAR TES PSIKOLOGI DAN KLASIFIKASINYA Pertemuan kedua... Pengertian Tes Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa (Elliott, 1999) Tes
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Regresi berguna untuk mencari
Lebih terperinci4. METODE PENELITIAN
40 4. METODE PENELITIAN Bab ini terbagi ke dalam empat bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan membahas responden penelitian yang meliputi karakteristik responden, teknik pengambilan sampel, jumlah
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : INVENTORI KODE MATAKULIAH / SKS = IT / 2 SKS
TIU : Mahasiswa memahami dasar diagnostik melalui tes inventory dan Pauli TIK :. Mahasiswa mengetahui sejarah permbangan beberapa tes inventory (EPPS, 6 PF, MMPI, MBTI, Kuder, RMIB, CBCL/4-8, BDI, STAI,
Lebih terperinciPERAN WORK-FAMILY CONFLICT DAN KEPRIBADIAN BIG 5 TERHADAP WORK ENGAGEMENT KARYAWAN PIMPINAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TESIS.
PERAN WORK-FAMILY CONFLICT DAN KEPRIBADIAN BIG 5 TERHADAP WORK ENGAGEMENT KARYAWAN PIMPINAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (The Role of Work-Family Conflict and Personality toward Work Engagement among Employees
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MPB 6207 TES INVENTORY DAN PAULI Disusun oleh: Rany Fitriany, M.Psi, Psikolog FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK LEMBAR PENGESAHAN Rencana Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Palang Merah Indonesia adalah organisasi kemanusiaan yang bergerak dalam bidang penanggulangan dan mitigasi bencana alam di Indonesia. Selain itu, Palang Merah Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah big five personality yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan manusia, bahkan boleh dikatakan bahwa dimana ada manusia, disana ilmu psikologi itu berlaku.
Lebih terperinciModul ke: Tes Inventori. Sejarah Tes Inventori, Arti Kepribadian dan Pengukurannya. Fakultas Psikologi. Irma H. Aliyyah, M.Psi.
Modul ke: 01 Oleh: Fakultas Psikologi Tes Inventori Sejarah Tes Inventori, Arti Kepribadian dan Pengukurannya Irma H. Aliyyah, M.Psi. Program Studi Psikologi Kontrak Belajar, Definisi Tes Inventori, Kegunaan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan
Lebih terperinciDAFTAR ISI i. DAFTAR TABEL.vii. DAFTAR BAGAN...ix. A. Latar Belakang Masalah 1. B. Rumusan Masalah...8. C. Tujuan Penelitian...8
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN RIWAYAT HIDUP ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL.vii DAFTAR BAGAN...ix BAB I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERAN TIPE-TIPE BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN SKRIPSI
PERAN TIPE-TIPE BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : ESTER
Lebih terperinciPROFISIENSI PRESTASI TERSTANDAR TIDAK TERSTANDAR
PENGANTAR TES Pengertian Tes Tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa (Elliott, 1999) Tes merupakan rangkaian prosedur tes dari administrasi
Lebih terperinciHUBUNGAN JOB DEMAND DENGAN CYBERLOAFING PADA GURU DI PUCCA LEARNING CENTER SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi.
HUBUNGAN JOB DEMAND DENGAN CYBERLOAFING PADA GURU DI PUCCA LEARNING CENTER SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh JULIANA EKA PUTRI 121301055 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Juni sampai dengan 6 Juli 2015. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas karyawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro
Lebih terperinci24/02/2011. Psikologi Klinis. Dr. Sofia Retnowati. Measurement issues. Measurements Source of variation Classification Health measurements
Pengukuran dalam Psikologi Klinis Dr. Sofia Retnowati Measurement issues Measurements Source of variation Classification Health measurements Measurement e e properties es 1 Pengertian Umum dalam Pengukuran
Lebih terperinciPengertian Pengukuran
KONSEP DASAR TES Pengertian Pengukuran Proses untuk mengkuantifikasikan suatu gejala/atribut kuantifikasi terhadap karakteristik manusia melalui prosedur dan aturan yang sistematis Pemaknaan angka sebagai
Lebih terperinciVariabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.11 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Azwar (1998) pendekatan kuantitatif
Lebih terperincimenjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seks pranikah merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing
Lebih terperinciPSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01
MODUL PERKULIAHAN PSIKOMETRI Pengantar Psikometri Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 B41616BA Mutiara Pertiwi, M.Psi Abstract Modul ini berisi tentang pengantar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan. publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akuntan publik merupakan profesi akuntansi yang menyediakan jasa audit independen yang penting bagi eksistensi penyajian laporan keuangan suatu perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat membuat pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kehidupan sosial saat ini dapat memudahkan penggunanya dalam menjalankan setiap tugas yang diberikan serta dapat
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia
10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pertikaian sangat sering terjadi di Indonesia, ada yang mengatasnamakan kelompok bahkan personal. Tiga hal utama yang dapat menimbulkan pertikaian adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Teori Lima Besar (Big Five Model) 1. Sejarah Big Five Model Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam menghadapi tantangan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang masih menjadi beban kesehatan di masyarakat global. Hipertensi diperkirakan menyumbang 4,5% dari beban penyakit global
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi subjek PT. Pusat Bisnis Ponorogo merupakan sebuah perusahaan muda yang berdiri pada tahun 2013. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan pusat perbelanjaan
Lebih terperinciTes Inventori: EPPS Test
Modul ke: Tes Inventori: EPPS Test Modul ini akan menjelaskan tentang cara pengadministrasian dan skoring tes EPPS Fakultas PSIKOLOGI Karisma Riskinanti, M.Psi., Psi. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian
BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Terdapat enam variabel dalam penelitian ini, yaitu faktor kepribadian yang terdiri dari
Lebih terperinciHUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EXTROVERSION & AGREEABLENESS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SUKU BATAK TOBA
HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EXTROVERSION & AGREEABLENESS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh PUTRI OLWINDA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil pekerjaan yang telah mereka lakukan dan penentu attitude atas suatu perilaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam suatu perusahaan, kepuasan kerja dibutuhkan oleh para karyawan sebagai hasil pekerjaan yang telah mereka lakukan dan penentu attitude atas suatu perilaku
Lebih terperinciASESMEN DALAM BK PPT 3 1
ASESMEN DALAM BK PPT 3 1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 1 KOMPETENSI DAN INDIKATOR Memahami pengertian,
Lebih terperinciFakultas Psikologi UMBY, 2011
Fakultas Psikologi UMBY, 2011 Banyak digunakan untuk anak usia 3 13 tahun Petunjuk Umum untuk menentukan suatu tes valid atau tidak 1. Mengikuti prosedur standar 2. Usaha subjek yang maksimal harus ditumbuhkan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai variabel dan definisi operasional penelitian. Selain itu, akan diuraikan juga desain penelitian yang digunakan untuk membantu kelancaran didalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gambaran khas remaja yaitu pencarian identitas, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman sekelompok (peer group)
Lebih terperinciHUBUNGAN DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PERILAKU MINOR CYBERLOAFING SKRIPSI TRESYAGATI
HUBUNGAN DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PERILAKU MINOR CYBERLOAFING SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : TRESYAGATI 101301120 `, FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk mengetahui pengaruh self-efficacy dan openness terhadap readiness
Lebih terperinciMETODIK TES 1 Rencana Mutu Pembelajaran
` FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Muhammadiyah Surakarta METODIK TES 1 Rencana Mutu Pembelajaran TIM Pertemuan : 1 1 Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup metodik tes 1 dan teori dasar kepribadian dan
Lebih terperincivii Universitas Kristen Maranatha
Abstract The purpose of this research is to obtain an overview about the contribution of the five factor of personality/trait (extraversion, neuroticism, agreeableness, openness to experience, and conscientiousness)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif karena menurut Sugiyono (2012) metode penelitian kuantitatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada beberapa tahun belakangan ini, penggunaan tes psikologi sudah semakin banyak dan luas. Hampir setiap orang sudah mengenal tes psikologi atau lebih dikenal dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian mempunyai peranan yang penting dalam penelitian karena berhasil tidaknya pengujian suatu hipotesis sangat tergantung pada ketepatan dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia dalam mengembangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor LSM di Indonesia kini tengah menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini termasuk perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.
11 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Peranan sumber daya manusia bagi perusahaan tidak hanya dapat dilihat dari hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian Big Five dan citra merek terhadap keputusan pembelian
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PEMAAFAN PADA ISTRI YANG MENGALAMI PROBLEMATIKA PERKAWINAN
HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PEMAAFAN PADA ISTRI YANG MENGALAMI PROBLEMATIKA PERKAWINAN SKRIPSI Oleh: IKA NURANI 11.40.0103 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian yang akan diadakan dapat
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN ANTARA THE BIG FIVE PERSONALITY DAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN CALL CENTER PT VADS INDONESIA
ABSTRAK Annisa Nurrani (12120070050) HUBUNGAN ANTARA THE BIG FIVE PERSONALITY DAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN CALL CENTER PT VADS INDONESIA (xv + 95 halaman; 4 gambar; 16 tabel; 6 lampiran) Kepuasan kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepemimpinan memiliki arti peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang pemimpin dalam
Lebih terperinciPengantar Psikodiagnostik
Modul ke: 10 eyeka13@gmail.com Fakultas PSIKOLOGI Pengantar Psikodiagnostik Tes Kepribadian EY Eka Kurniawan, M. Psi Program Studi Psikologi Definisi Suatu organisasi dinamis dalam diri individu, merupakan
Lebih terperinciTRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Modul ke: 13 Yoanita Fakultas PSIKOLOGI TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG Eliseba, M.Psi Program Studi Psikologi HANS EYSENCK Dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mandailing, dan Batak Angkola. Kategori tersebut dibagi berdasarkan nama
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Batak adalah salah satu suku di Indonesia di mana sebagian besar masyarakatnya bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa hidup yang dijalaninya tidak berarti. Semua hal ini dapat terjadi karena orang tersebut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan mengenai berbagai macam teknologi yang dapat membantu manusia dalam membuat, menyusun,
Lebih terperinciPENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNA SMARTPHONE SAMSUNG GALAXY SERIES SKRIPSI RAHARJA FAKULTAS PSIKOLOGI
PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PENGGUNA SMARTPHONE SAMSUNG GALAXY SERIES SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh RAHARJA 091301067 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa karena pendidikan dapat mendorong serta menentukan maju mundurnya suatu proses
Lebih terperinciANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 1., 2016. Hal. 1-7 ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA JIPP Anggun Lestari a dan Fahrul
Lebih terperinciPENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO (Studi Big Five Model sebagai Anteseden Variabel Kinerja) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam
Lebih terperinciKONSEP DASAR TES. Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si.
KONSEP DASAR TES Oleh Farida Agus Setiawati, M.Si faridaagus@yahoo.co.id Pengertian Pengukuran Proses untuk mengkuantifikasikan suatu gejala/atribut kuantifikasi terhadap karakteristik manusia melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia dinilai masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia dinilai masih berkualitas rendah, terutama SDM yang bekerja di instansi pemerintah. Hal tersebut disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik harus bersikap independen terhadap berbagai kepentingan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pemimpin menjadi penentu keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya. Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai suatu organisasi di bidang jasa keuangan memiliki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Creswell (dalam Alsa, 2011, hal. 13), penelitian kuantitatif
Lebih terperinci