Kata kunci: Saluran irigasi, potensi, debit, elevasi, mikrohidro

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci: Saluran irigasi, potensi, debit, elevasi, mikrohidro"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN BEDA ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO, STUDI KASUS SALURAN SEKUNDER GONDANG, DERAH IRIGASI PADI POMAHAN, DESA PADI, KECAMATAN GONDANG, KABUPATEN MOJOKERTO Nama Mahasiswa : Alfi Fadhli NRP : Jurusan : Teknik Sipil, FTSP- ITS Dosen Pembimbing : Ir. Abdullah Hidayat,SA.MT Abstrak Pembangkit listrik mikrohidro adalah pembangkit listrik tenaga air skala kecil. Daya listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga mikrohidro kurang dari 100 kw. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga air skala besar, mikrohidro memerlukan biaya yang relatif tidak terlalu besar. Oleh karena itu penggunaan pembangkit listrik tenaga mikrohidro sangat cocok diterapkan pada daerah pelosok desa dan menghasilkan listrik untuk menerangi satu desa/wilayah skala kecil. Daerah irigasi (DI) Padi Pomahan terdiri dari saluran primer Padi dengan saluan sekunder Gondang dan saluran sekunder Jemanik. Saluran sekunder Gondang memiliki debit minimum sebesar 53 liter/detik pada musim kemarau dan debit maksimum sebesar 795 liter/detik pada musim hujan. Pada saluran sekunder Gondang terdapat 6 bangunan terjun yang terletak berdekatan, dengan beda elevasi 15 meter untuk saluran sepanjang 180 meter. Dengan beda elevasi saluran dan debit sebesar itu, maka saluran sekunder Gondang berpotensi untuk digunakan sebagai pambangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). Dari data operasional saluran irigasi selama 10 tahun terakhir dan daftar elevasi bangunan terjun didapat debit andalan sebesar 175 liter/detik dan tinggi efektif 13,741 meter. Untuk menyalurkan debit air yang tersedia dari saluran ke turbin digunakan pipa pesat dengan diameter 14 dan ketebalan 8mm. Turbin yang digunakan adalah turbin jenis cross flow T15 300, sehingga dihasilkan daya maksimum 16,378 kw dengan energi per tahun sebesar ,99 kwh. Dengan adanya PLTMH diharapkan mampu memberikan manfaat dan nilai tambah terhadap lingkungan sekitar saluran. Lebih jauh lagi diharapkan daerah sekitar saluran mampu mandiri dalam hal kebutuhan listrik. Kata kunci: Saluran irigasi, potensi, debit, elevasi, mikrohidro

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran sekunder Gondang memiliki debit minimum sebesar 53 liter/detik pada musim kemarau dan debit maksimum sebesar 795 liter/detik pada musim hujan dengan luas daerah pengairan sebesar 472 ha. Bendung Padi Pomahan terletak di Desa Padi, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Bendung Padi Pomahan terletak di aliran sungai Pikatan dan memiliki fungsi utama untuk memenuhi kebutuhan irigasi daerah sekitar sungai. Pada bendung Padi Pomahan terdapat satu intake pengambilan debit sungai untuk mengaliri kebutuhan irigasi pada daerah irigasi(di) Padi Pomahan. DI Padi Pomahan terdiri dari saluran primer Padi dengan saluran sekunder Gondang dan sekunder Jemanik. Gambar 1.2 Skema jaringan irigasi DI Padi Pomahan Gambar 1.1 Peta lokasi Sungai Pikatan Pada saluran sekunder Gondang terdapat 6 bangunan terjun yang terletak berdekatan dengan beda elevasi sekitar 15 meter untuk saluran sepanjang 180 meter. Dengan beda elevasi saluran dan debit saluran primer sebesar itu, maka saluran sekunder Gondang berpotensi untuk digunakan sebagai pambangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). Bila PLTMH dapat terealisasi maka listrik yang dihasilkan dapat digunakan untuk menerangi desa sekitar saluran

3 serta digunakan untuk hal yang bermanfaat. Maka judul tugas akhir yang akan saya angkat adalah Pemanfaatan Beda Energi Pada Bangunan Terjun untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro, Studi Kasus Saluran Sekunder Gondang, Daerah Irigasi Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. 1.2 Perumusan Masalah Bagaimana mencari debit andalan untuk memenuhi syarat mikrohidro? Berapa beda tinggi jatuh efektif yang tersedia? Bagaimana menghitung angkutan sedimen yang diperbolehkan terkandung dalam aliran? Bagaimana menentukan dimensi pipa pesat? Bagaimana menentukan desain turbin dan generator agar menghasilkan listrik yang efektif? Berapa tenaga listrik yang mampu dihasilkan? Berapa manfaat ekonomi yang dihasilkan dari pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro ini? 1.3 Batasan Masalah Tidak merencanakan penyaluran listrik yang dihasilkan Tidak menyertakan bangunan sekitar saluran Air yang mengalir diasumsikan terbebas dari benda hanyutan Perencanaan bangunan sipil hanya sebatas dimensi bangunan Tidak menghitung struktur konstruksi sipil bangunan 1.4 Tujuan Perencanaan Mendapatkan debit andalan Mendapatkan tinggi jatuh efektif Mendapatkan jumlah angkutan sedimen yang terkandung dalam aliran Mendapatkan dimensi pipa pesat Mendapatkan desain turbin dan generator agar dapat menghasilkan daya listrik yang efektif Mengetahui besar tenaga listrik yang mampu dihasilkan Mengetahui manfaat ekonomi yang didapat dari pembangkit listrik tenaga mikrohidro 1.5 Manfaat Perencanaan - Dapat memanfaatkan kehilangan energi pada bangunan terjun sebagai pembangkit listrik.

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Debit Dalam perencanaan PLTMH, hal yang mutlak dilakukan pertama kali adalah mencari debit andalan. Debit andalan adalah jumlah debit yang mampu tersedia pada saluran tersebut sepanjang tahun. Hal ini dilakukan agar pembangkit mampu beroperasi sepanjang tahun tanpa terganggu dengan perubahan debit yang masuk pada saluran.untuk menghitung andalan, data debit yang digunakan adalah data debit operasional harian selama 10 tahun. Langkah-langkah untuk menghitung debit andalan adalah: Merangking data debit dari yang terkecil sampai yang terbesar Mencari selisih antara debit terbesar dan debit terkecil (R) Mencari jumlah data Mencari jumlahkelas K = 1 + 3,333 log n Mencari interval kelas i = R/K Membagi kelas dengan jarak interval i dari data yang terbesar sampai yang terkecil Memasukkan data debit yang tersedia berdasarkan kelaskelas yang telah dibagi Menghitung banyaknya data tiap kelas Menghitung probability tiap kelas Menampilkan dalam bentuk kurva (duration curve) Menghitung debit andalan Karena direncanakan PLTMH berada pada saluran irigasi, maka debit yang digunakan adalah debit andalan 80%. 2.2 Perencanaan Kemampuan Tenaga Air Setelah didapat debit andalan yang tersedia, langkah berikutnya adalah menghitung kemampuan tenaga air. Hal yang paling menentukan dalam perhitungan kemampuan tenaga air adalah debit air dan tinggi jatuh air. Debit air didapat dari perhitungan debit andalan yang telah dianalisa. Sedangkan tinggi jatuh air didapat dari data elevasi saluran dan peta topografi serta analisa-analisa sehingga didapat tinggi jatuh yang maksimal Tinggi jatuh efektif Tinggi jatuh bruto adalah perbedaan elevasi muka air di hulu saluran dengan elevasi muka air pada hilir saluran yang ditinjau. Tinggi jatuh bruto didapat dari data elevasi saluran. Sedangkan tinggi jatuh efektif diperoleh dari tinggi jatuh bruto dikurangi dengan kehilangan energi saluran yang dikonversikan menjadi

5 kehilangan tinggi pada saluran air. Sehingga perumusannya dapat ditulis: H eff = H bruto H losses. (2-1) dimana: = Tinggi jatuh efektif H eff H bruto H losses = Tinggi jatuh bruto = Kehilangan tinggi akibat tekanan air yang hilang Daya yang dihasilkan Setelah mendapatkan debit andalan dan tinggi jatuh efektif, maka dapat dihitung daya yang dapat dihasilkan. Perhitungan ini menjadi estimasi awal dalam perencanaan daya yang mampu dihasilkan, karena faktor yang digunakan dalam perhitungan awal ini hanya debit andalan, tinggi jatuh efektif, berat jenis air, dan efisiensi beberapa alat. Rumusan perhitungan daya adalah: P = Q andalan.. g. H eff (watt) = 9,8. Q andalan. H eff (kw) (2-2) (O.F.Patty. TenagaAir,Erlan gga,jakarta,1995) dimana: P= daya yang dihasilkan (kw) Q andalan = debit andalan (m 3 /detik) = massa jenis air (1000 kg/m 3 ) g H eff (m) = percepatan gravitasi = tinggi jatuh efektif 2.3 Perencanaan Bangunan Pengambilan Air Perhitungan muka air Perhitungan muka air adalah menentukan tinggi muka air saluran pada debit tertentu. Hal ini berguna untuk menentukan posisi pengambilan air untuk PLTMH dan penentuan batas terendah muka air. Perhitungan muka air bisa didapat dari rating curve, yaitu grafik perbandingan debit dengan ketinggian muka air. A = (b+zh)h (2-3) P = b + 2.h (2-4) (2-5) dimana: A = luas penampang basah saluran (m 2 ) P = keliling basah saluran (m) b = lebar dasar saluran (m) z = kemiringan tebing saluran h = ketinggian muka air (m) v= kecepatan aliran air (m/detik)

6 2.3.2 Perencanaan bangunan pengatur tinggi muka air Bangunan pengatur tinggi muka air terletak melintang pada saluran dan berada di depan pintu pengambilan debit/ intake. Bangunan ini berfungsi untuk mengatur tinggi muka air di saluran depan intake sehingga debit yang masuk intake sesuai dengan debit yang direncanakan, yakni debit andalan. Bangunan pengatur tinggi muka air direncanakan dengan skot balok. Skot balok diletakkan melintang saluran setinggi debit rencana dan debit yang berlebih akan melimpah melalui atas balok ke saluran Perencanaan pintu pengambilan (intake) Pintu pengambilan (intake) berfungsi untuk memasukkan debit rencana dari saluran. Pintu intake direncanakan dengan tipe pintu pengambilan aliran tidak tenggelam, sehingga menggunakan rumusan: (2-6) dimana: Q= debit aliran (m 3 /detik) µ= koefisien debit = 0,8 h= tinggi bukaan pintu (m) b= lebar bukaan pintu (m) z= selisih tinggi muka air di hulu dan hilir pintu akibat kehilangan energi Pada perencanaan, pintu intake akan dibuka setinggi muka air pada saatdebit andalan, sehingga debit maksimal yang melalui pintu intake sebesar debit andalan. Sedangkan debit yang berlebih secara otomatis akan melimpah melalui skot balok Perencanaan saluran pengarah Saluran pengarah adalah saluran yang menghubungkan antara intake dan bak pengendap. Perencanaan dimensi saluran pengarah menggunakan rumusan: A = (b+zh)h (2-7) P = b + 2.h (2-8) (2-9) dimana: A= luas penampang basah saluran (m 2 ) P = keliling basah saluran (m) b = lebar dasar saluran (m) z = kemiringan tebing saluran h = ketinggian muka air (m) v = kecepatan aliran air (m/detik)

7 2.3.5 Perencanaan pelimpah samping Pelimpah samping berfungsi untuk melimpahkan debit berlebih sehingga debit yang masuk pada saluran pengarah tidak melebihi dbit rencana. Debit yang dilimpahkan ke pelimpah samping nantinya akan dikembalikan ke saluran eksisiting. Dimensi pelimpah samping akan direncanakan sebatas dimensi mulut pelimpah. Debit yang akan dilimpahkan yaitu sebesar: Q pelimpah = 50% x Q andalan (2-10) Debit yang berada pada hilir pelimpah samping adalah debit yang diijinkan masuk ke pipa pesat, yaitu sebesar Q andalan. Dengan kecepatan aliran pada saluran pengarah akan didapatkan tinggi energi: H o = h o + (2-11) Nilai debit yang melimpah didapat dengan mengetahui debit tiap segmen sejarak Δx yang dihitung dari hilir ke hulu bangunan pelimpah. Korfisien debit (µ) untuk mercu pelimpah harus diambil 5% lebih kecil daripada koefisien mercu tegak. Rumusan yang digunakan adalah: q x = (2-12) Q x = Q o + q x (2-13) A x = h o.b (2-14) h x = H o - (2-15) Perencanaan alat ukur Alat ukur terletak pada saluran pengarah. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur debit air pada saluran dan memastikan bahwa debit yang masuk tidak melebihi debit andalan. Rumusan yang digunakan: Q = 1,71 B.H 3/2 (2-16) H 1 = h 1 + (2-17) r = 0,2. H 1 (2-18) L = r + 1,75 H 1 (2-19) dimana: Q= debit (m 3 /detik) B= lebar alat ukur (m) h= tinggi air di atas ambang (m) H 1 = tinggi energi r= jari-jari lengkung drempel L= panjang drempel (m)

8 2.3.7 Perhitungan angkutan sedimen Perhitungan angkutan sedimen diperlukan untuk menghitung jumlah sedimen yang terangkut oleh aliran. Hal ini perlu diperhatikan untuk melindungi turbin dari kerusakan akibat sedimen. Beberapa turbin memiliki batasan jumlah angkutan sedimen yang diperbolehkan masuk turbin. Apabila jumlah angkutan sedimen yang terkandung dalam aliran melebihi jumlah angkutan sedimen yang diijinkan maka diperlukan bangunan pengendap sedimen. Diameter maksimum sedimen yang diijinkan masuk ke dalam turbin bergantung pada jenis PLTA yang direncanakan, yaitu: 0,2 0,5 mm untuk PLTA tekanan rendah 0,1 0,2 mm untuk PLTA tekanan sedang 0,01 0,05 mm untuk PLTA tekanan tinggi. (O.F. Patty. Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995) Perencanaan bak pengendap sedimen Setelah didapat diameter maksimal yang diijinkan masuk ke dalam turbin, maka langkah berikutnya adalah menghitung kecepatan kritis diameter sedimen tersebut. Besar kecepatan kritis menurut Camp adalah: (2-20) (O.F. Patty. Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995) dimana: d = diameter butiran (mm) a = 36 bila d > 1 mm a = 44 bila 1 mm > d > 0,1 mm a = 51 bila d < 0,1 mm Apabila kecepatan pada saluran lebih besar daripada kecepatan kritis sedimen, maka diameter sedimen yang terkandung dalam aliran lebih besar daripada batasan diameter sedimen yang diijinkan masuk turbin. Oleh sebab karena itu dibutuhkan bak pengendap sedimen untuk mengendapkan sedimen agar sedimen tidak masuk ke turbin dan merusak turbin. Untuk menghitung dimensi bak pengendap menggunakan rumus Welikanow: (2-21) Q=B.h.v (2-22)

9 (O.F. Patty. Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995) dimana: Q = debit yang akan diambil dari sungai (m 3 /detik) B = lebar bak penyaring (m) L = panjang bak penyaring (m) = kecepatan turun butir v = kecepatan aliran air dalam bak (m/detik) kecepatan air tidak boleh melebihi kecepatan kritis, yaitu kecepatan yang akan menyeret butir sedimen yang telah mengendap pada dasar bak h = tinggi muka air dalam bak (m) Perencanaan kantong pasir Kantong penangkap pasir merupakan bagian dari bak pengendap sedimen yang berfungsi untuk menampung endapan sedimen yang mengendap dalam bak pengendap sedimen. Rumusan yang digunakan dalam perencanaan dimensi kantong pasir adalah: A = b.h (2-23) h = ketinggian muka air (m) v = kecepatan aliran air (m/detik) Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik maka kecepatan harus tetap dijaga dalam kondisi sub kritis. (2-25) Dari diagram Camp efisiensi kantong lumpur untuk berbagai diameter sedimen dapat ditentukan, dengan panjang (L) dan kedalaman air rencana (h), serta kecepatan bak pengendap (v), maka kecepatan endap rencana dapat disesuaikan: (2-26) Untuk menghitung efisiensi pembilasan dapat digunakan grafik efisiensi pembilasan. (2-24) dimana: A = luas penampang basah saluran (m 2 ) b = lebar dasar saluran (m) Gambar 2.1. Grafik efisiensi pembilasan

10 Perencanaan periode pengurasan Secara periodik bak penyaring harus dibersihkan dari bahan endapan dan pekerjaan ini tidak boleh menghalangi kegiatan PLTMH. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: Menggunakan lebih dari satu bak Bak dibersihkan tetapi air tetap jalan Memakai saluran samping Untuk menghitung volume sedimen yang tekandung dalam aliran, maka diambil sampel dari saluran. Dari hasil uji laboratorium didapat kandungan sedimen per liter dan Gs, sehingga diketahui volume sedimen per hari. Untuk mengetahui volume tampungan kantong pasir digunakan rumus: V = (2-27) dimana: V = volume kantong pasir (m 3 ) b = lebar dasar kantong pasir (m) L = panjang kantong pasir (m) i s = kemiringan dasar kantong pasir i s = kemiringan dasar bak pengendap Dengan demikian periode pengurasan didapat dengan rumusan: (2-28) Perencanaan saringan kasar Saringan kasar berfungsi untuk menahan benda-benda hanyutan agar tidak masuk ke dalam pipa pesat. Kehilangan energi akibat saringan kasar dapat dirumusakan: (2-29) (O.F. Patty. Tenaga Air,Erlangga,Jakarta, 1995) dimana: h r = kehilangan energi (m) = koefisien profil s= lebar profil dari arah aliran (m) b= jarak antar profil saringan (m) v= kecepatan aliran (m/detik) g= percepatan grafitasi (9,8 m/detik 2 ) = sudut kemiringan saluran Besarnya menurut profilnya adalah sebagai berikut:

11 Tabel 2.1 Nilai koefisien profil saringan Dalam perhitungan kecepatan aliran digunakan rumusan : Profil a b c d e f g Φ 2,42 1,83 1,67 1,03 0,92 0,76 1,79 Gambar 2.2 Posisi dan bentuk profil saringan 2.4 Perencanaan Bangunan Pembangkit Perencanaan pipa pesat Pipa pesat adalah sebuah pipa yang menghubungkan antara saluran dengan turbin. Pipa pesat berfungsi untuk mengalirkan debit air menuju turbin sehingga turbin bisa berputar dan menghasilkan tenaga listrik. Selain itu pipa pesat juga berfungsi untuk mempertahankan tekanan jatuh air sehingga energi di dalam gerakan air tidak terbuang. Langkah-langkah dalam perencanaan pipa pesat yaitu: a. Perencanaan diameter pipa pesat Dalam perencanaan pipa pesat digunakan perumusan USBR. (2-30) dimana : v = kecepatan aliran (m/detik) g = percepatan gravitasi (9,8 m/detik 2 ) H eff = tinggi jatuh efektif (m) Setelah kecepatan aliran diperoleh, maka didapat diameter pipa pesat menggunakan rumusan : (2-31) (2-32) dimana : Q andalan = debit andalan (m 3 /detik) D= diameter pipa pesat (m) v= kecepatan aliran (m/detik) A= luaspenampangpipa (m 2 ) b. Perencanan posisi pengambilan Jarak muka air dengan posisi pipa pesat disebut Minimum Operational Level (MOL). Menurut O.F.Patty, untuk menghitung MOL, maka jarak MOL diukur dari sisi atas pipa dengan rumusan: (2-33) Karena bentuk mulut pengambilan pipa tidak didesain stream line, maka dibutuhkan tambahan 0, sehingga rumusan yang digunakan menjadi:

12 (2-34) dimana : MOL= Minimum Operational Level (m) D= diameter pipa pesat (m) v= kecepatan aliran di pipa pesat (m/detik 2 ) c. Perencanaan tebal pipa Kekuatan pipa umumnya dapat ditetapkan berdasarkan pipa tipis, yaitu bahwa tegangan tangensial terbagi rata pada tebal pipa. Pipa dinamakan tipis bila : (2-35) (O.F.Patty. TenagaAir,Erlang ga,jakarta,1995) dimana : d = diameter pipa = tebal pipa Tebal pipa dapat direncanakan menggunakan rumusan : d (2-36) dengan Po = x H eff (2-37) (O.F.Patty. TenagaAir,Erlang ga,jakarta,1995) dimana : = tebal pipa pesat (m) Po= tekanan yang terjadi pada pipa (kg/m 2 ) = beratjenis air (kg/m 3 ) = diameter pipa (m) baja = tegangan ijin baja (kg/m 2 ) H eff = tinggi jatuh efektif air (m) = koefisien kekuatan sambungan untuk las = untuk paku keling ( = diameter paku ; e = jarak paku) Karena pipa terbuat dari baja, maka tebal pipa harus ditambah 1-3 mm sebagai cadangan apabila pipa mengalami korosi. Syarat tebal minimum pipaadalah: sampai dengan diameter hingga 0,8 m 5mm sampai dengan diameter hingga 1,5m.6mm sampai dengan diameter hingga 2m.7mm (O.F.Patty. TenagaAi r,erlangga,jaka rta,1995) d. Tegangan yang terjadi pada pipa pesat d.1. Momen akibat perletakan pipa Momen maksimum pada perletakan pipa dapat diambil sebesar : (2-38) dengan Gs = 0.25.π.[(D+2 ) 2 -D 2 ]. baja.b (2-39) Gw = 0.25.π.D 2. air.b (2-40)

13 (O.F.Patty. TenagaAir,Erlangg a, Jakarta,1995) dimana: M = momen maksimum (kgm) b = jarak perletakan (m) Gs = berat pipa sepanjang b (kg) Gw = berat air sepanjang b (kg) D = diameter pipa (m) = tebal pipa (m) = sudut kemiringan pipa baja = berat jenis baja (kg/m 3 ) air = berat jenis air (kg/m 3 ) Momen perlawanan potongan pipa adalah: (2-41) (O.F.Patty. TenagaAir,Erlang ga,jakarta,1995) dimana : S = Momen perlawanan pipa (m 3 ) = tebal pipa (m) D = diameter pipa (m) Tegangan yang terjadi pada pipa harus memenuhi persyaratan: (2-42) d.2. Perubahan temperatur Tegangan akibat perubahan temperatur timbul bila pipa terikat pada 2 blok angker dan tidak memiliki sambungan muai. Hal ini dirumuskan dengan: = E.. t < baa (2-43) (O.F.Patty. TenagaAir,Erlangga Jakarta,1995) dimana : E = modulus elastisitas baja( 2,1 x 10 5 MPa) = 1,2 x 10-5 / o C t = perubahan temperatur (C) maka didapat rumusan: = 2,52 t Mpa d.3. Berat pipa kosong Tegangan akibat berat sendiri pipa kosong terjadi akibat posisi pipa yang miring sehingga penampang pipa mendapat gaya tekan. Tegangan yang terjadi dihitung dengan perumusan: (2-44) (O.F.Patty. TenagaAir,Erlangga,Jakarta,1995) dimana: = sudut kemiringan pipa Gs= berat pipa sepanjang b (kg) = tebal pipa (m) d = diameter pipa (m) d.4.pergeseran antara pipa dan perletakan Karena perubahan temperatur, maka pipa mengalami perubahan panjang. Akibatnya pada perletakan pipa terjadi pergeseran yang mengakibatkan gaya geser yang besar. Gaya geser maksimum terjadi bila benda berada pada kondisi hendak bergerak dan selama bergerak. Perhitungan gaya geser pipa menggunakan perumusan:

14 (2-45) dengan (2-46) 47) sin (2- a r. (2-48) Ѳ = 0,5 sudut perletakan (O.F.Patty. TenagaAir,Erlangga, Jakarta,1995) dimana: F = gaya geser pada seluruh perletakan (N) = tebal pipa (m) d = diameter pipa (m) f1 = koefisien gesek pipa Gs = berat pipa sepanjang b (kg) Gw= berat air sepanjang b (kg) = 0.5 sudut busur perletakan = sudut kemiringan pipa A = luas tebal pipa (m 2 ) a = titik tangkap gaya geser (m) S = momen perlawanan (kgm) r = jari jari pipa (m) Besarnya koefisien gesek f antara pipa dan perletakan dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 2.2.Nilai koefisien gesek Pipa Perletakan Koefisien Gesek Baja Beton/pasangan batu 0,45-0,5 Besi Cor Beton 0,5-0,75 Baja Baja (tanpa pelicin) 0,3-0,5 Baja Baja (dilicin dengan grafit) 0,2-0,22 Baja Baja (dilicin dengan gemuk) 0,12-0,15 Memakai roda (rol) diatas baja 0,05-0,1 (O.F.Patty((O.F.Patty. TenagaAir,Erl angga, Jakarta,1995) d.5. Expantion joint Expantion joint adalah pergeseran pada alat sambungan akibat gaya tekan air. Perumusan yang digunakan yakni: (2-49) dengan (2-50) Po = x H eff (2-51) (O.F.Patty. TenagaAir,Erlangga,Jaka rta,1995) dimana: f2 = faktor koefisien, diambil sebesar 0,25 F 2 = Gaya geser pipa (N) Po= tekanan air (kg/m 2 ) = tebalpipa (m) e= lebar packing

15 d.6. Gaya tekan pada pipa sambungan Perumusan tegangan yang diakibatkan gaya ini adalah: (2-52) (O.F.Patty. TenagaAir,Erlangga,Jakarta, 1995) dimana : Pa = tekanan air = γ w. H eff (kg/m 2 ) δ (bruto) = 2.δ (netto) (m) δ (netto) = tebal pipa (m) Pemilihan Turbin Turbin merupakan alat yang mengubah energi potensial air yang melalui turbin menjadi energi kinetik, yang selanjutnya akan menggerakan generator dan mengubahnya menjadi energi listrik. Klasifikasi turbin dapat digolongkan berdasarkan beberapa kriteria: 1. Berdasarkan model aliran air masuk runner Berdasarkan model aliran masuk runner, turbin dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu: Turbin aliran tangensial Pada kelompok turbin ini, posisi air masuk runner dengan arah tangensial atau tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan runner berputar. Contohnya turbin Pelton dan turbin Cross Flow. Gambar 2.3 Turbin aliran tangensial Turbin aliran aksial Pada turbin ini air masuk runner dan keluar runner sejajar dengan poros runner. Turbin yang masuk dalam kriteria ini diantaranya adalah turbin Kaplan atau Propeller. Gambar 2.4 Turbin aliran aksial (Sumber: Haimerl, L.A.,1960) Turbin aliran aksial-radial Pada turbin ini air masuk ke dalam runner secara radial dan keluar runner secara aksial sejajar dengan poros. Turbin Francis adalah termasuk dalam turbin jenis ini. Gambar 2.5.Turbin aliran aksial-radial (Sumber: Haimerl, L.A.,1960)

16 2. Berdasarkan perubahan momentum fluida kerjanya Berdasarkan perubahan momentum fluida kerjanya, turbin dibagi atas dua tipe, yaitu: Turbin impuls Semua energi potensial air pada turbin ini diubah menjadi energi kinetis sebelum air masuk/ menyentuh sudu-sudu runner oleh alat pengubah yang disebut nozel. Yang termasuk turbin jenis ini antara lain: turbin Pelton dan turbin Cross Flow. Turbin reaksi Pada turbin reaksi, seluruh energi potensial dari air diubah menjadi energi kinetis pada saat air melewati lengkungan sudusudu pengarah. Dengan demikian putaran runer disebabkan oleh perubahan momentum oleh air. Yang termasuk jenis turbin reaksi diantaranya: turbin Francis, turbin Kaplan, dan turbin Propeller. a. Pemilihan jenis turbin Dalam penentuan jenis turbin, hal yang diperhatikan adalah besarnya tinggi jatuh efektif dan debit yang tersedia.selain itu pemilihan jenis turbin harus diperhatikan kapasitas tubin. Turbin yang akan digunakan harus memiliki kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan debit dan beda tinggi yang tersedia agar daya yang dihasilkan optimal. b. Putaran spesifik dan putaran jenis turbin Yang dimaksud dengan kecepatan spesifik dari suatu turbin ialah kecepatan putaran runner yang dapat dihasilkan daya efektif 1 HP untuk setiap tinggi jatuh 1 meter.kecepatan turbin dan generator dapat dirumuskan dengan: (2-53) (2-54) dimana: Ns= putaran spesifik turbin (rpm) N = putaran jenis turbin (rpm) P = daya listrik (HP) H eff = tinggi jatuh efektif (m) f = frekuensi p= nomor dari pasangan katup generator Kecepatan turbin ditentukan oleh kecepatan

17 generator yang digunakan. Daftar standard kecepatan putaran sinkron generator seperti tabel di bawah ini: Tabel 2.3. Standar kecepatan sinkron Jmlh. Katup 50 (Hz) 60 (Hz) Estimasi Kehilangan Energi Estimasi kehilangan energi / head losses adalah kehilangan energi yang terjadi selama air melalui bangunan pembangkit yang telah direncanakan. Kehilangan energi dapat terjadi pada entrance, gesekan sepanjang pipa, maupun belokan pada piap pesat Kehilangan energi pada entrance Kehilangan energi pada entrance bergantung kepada bentuk mulut pemasukkan pipa. Nilai dari koefisien masukan dari bentuk mulut entrance dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.4. Nilai koefisien bentuk mulut entrance Entrance Condition Loss Condition Ke Max. Min. Average Gate in thin wallcontraction 1,80 1,00 1,50 Gate in thin wall-bottom and side suppressed 1,20 0,50 1,00 Gate in thin wallcorners rounded 1,00 0,10 0,50 Square cornered entrances 0,70 0,40 0,50 Stighly rounded entrances 0,60 0,18 0,25 Fully rounded entrance r/d ,27 0,08 0,10 Circular bellmouth entrances 0,10 0,04 0,05 Square bellmouth entrances 0,20 0,07 0,16 Inward projecting entrances 0,93 0,56 0,80 Untuk menghitung kehilangan energi pada entrance digunakan rumusan: (2-55) dimana : H e = Kehilangan energi pada entrance ( m ) K e = Koefisien bentuk mulut Δv= Selisih kecepatan sebelum dan sesudah entrance ( m/dt ) g= Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt²

18 Kehilangan energi karena gesekan sepanjang pipa Pada dinding-dinding pipa terdapat gesekan yang dapat memperkecil energi. Besarnya kehilangan energi selain dari panjang pipa juga tergantung dari nilai lainnya. Sehingga diambil rumusan: (2-56) (Ir. Angrahini M.Sc, Hidrolika ) dimana : Hf = Kehilangan energi sepanjang pipa ( m ) f = Koefisien gesek pipa v = Kecepatan pada pipa ( m/dt g = Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt² D = Diameter pipa ( m ) Untuk menentukan nilai f ( koefisien gesek ) dapat digunakan diagram moddy. Sebelum menetukan harga f terlebih dahulu harus dicari angka Reynold ( Re ) dari aliran tersebut yang dapat dirumuskan; dan koefisien kekasaran bahan ( ε ). Dalam hal ini angka kekasaran bahan diambil 0, v adalah viskositas yang harganya tergantung dari suhu air yang ada. Dalam perhitungan ini dianggap bahwa suhu air adalah 20 C sehingga harga viskositas kinematisnya 1, m²/dt Kehilangan energi karena belokan pipa Pada bagian-bagian tertentu terdapat belokan pipa yang bertujuan untuk menyesuaikan dengan kontur maupun geometri dari tempat pemasangan pipa pesat. Kehilangan energi pada bagian ini dapat dirumuskan : (2-57) ( Ir. Angrahini M.Sc, Hidrolika ) dimana : H l = Kehilangan energi karena belokan pipa ( m ) v = Kecepatan aliran pada pipa ( m/dt ) g = Gravitasi bumi ( 9,81 m/dt² ) Kb =Koefisien kehilangan energi Tabel 2.5. Nilai koefisien pada belokan Bentuk belokan Harga koefisien kehilangan tinggi energi Gambar 2.6. Diagram koefisien gesek D R (b) r/d K b 0,30 0,16 0,12 0,11 0,09 0,09 0,08 0,08 0,08

19 2.6. Perhitungan Energi Listrik Setelah mendapatkan kehilangan energi total, maka langkah selanjutnya adalah menghitung energi listrik yang dihasilkan. Perhitungan energi listrik didapatkan dari perhitungan daya dikalikan waktu dalam satu tahun. Perhitungan energi dapat dirumuskan: E = P.t = η. 9,8. Q andalan.h eff.t (kwh) (2-58) (O.F. Patty. Tenaga Air,Erlangga,Jakarta,1995) η= η t. η g.η tr (2-59) dimana: E= energi listrik (kwh) P= daya yang dihasilkan (kw) η= efisiensi total η t = efisiensi turbin η g = efisiensi generator η tr = efisiensi transformator Q andalan =debit andalan (m 3 /detik) =massa jenis air (1000 kg/m 3 ) g = percepatan gravitasi (9,8 m/detik 2 ) H eff = tinggi jatuh efektif (m) t = waktu (1 jam = 3600 detik) Untuk mendapatkan efisiensi turbin digunakan grafik perbandingan antara debit dan efisiensi turbin di bawah ini. Gambar 2.7. Grafik perbandingan debit dan efisiensi turbin (Sumber : Haimerl, L.A., 1960) 2.7 Analisa Perhitungan Ekonomi Analisa ekonomi dihitung dari harga satuan listrik per kwh dan nilai kelayakan investasi sebuah pembangkit bila sudah dioperasikan secara kontinyu Harga satuan listrik Harga satuan listrik bergantung pada besar biaya dan besar daya yang mempu dihasilkan selama satu tahun. Besarnya investasi berasal dari modal sendiri dan peminjaman dari bank yang nantinya akan dikembalikan dalam jangka waktu tertentu dengan nilai suku bunga tertentu. Biaya per tahun berasal dari biaya operasional dan biaya perawatan selama satu tahun. Dalam perhitungan harga satuan listrik, hal yang perlu diperhatikan adalah efisiensi penyerapan listrik oleh konsumen. Efisiensi penyerapan listrik oleh konsumen adalah

20 besarnya listrik yang mampu dinikmati oleh konsumen dibagi dengan besarnya energi listrik yang dihasilkan dari pembangkit. Besarnya nilai efisiensi penyerapan didapat dari pola pemakaian listrik pada suatu daerah tertentu. Biaya per kwh didapatkan dari rumusan: Biaya pengembalian pinjaman per tahun : = (Capital Recovery Factor)x(Biaya Pembangunan) (2-60) Biaya pengeluaran per tahun: =(biaya pengembalian pinjaman)+(biaya operasional dan perawatan) (2-61) Energi per tahun: =(efisiensi jaringan)x(energi kom)x(total hari) (2-62) Biaya per kwh: (2-63) Metode NPV (Nett Present Value) Metode NPV adalah salah satu metode untuk menghitung kelayakan suatu proyek pembangunan untuk direalisasikan. Prinsip metode NPV adalah menghitung selisih antar nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih dan nilai sisa di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang dari penerimaan kas bersih dan nilai sisa bergantung pada besarnya tingkat bunga yang ditetapkan. Apabila nilai dari selisih tersebut positif, maka proyek layak untuk direalisasi. Namun bila nilai dari selisih di atas negatif, maka proyek tersebut tidak layak untuk direalisasikan. BAB III METODOLOGI Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah: 3.1 Survei Lokasi Melakukan survei pendahuluan ke daerah studi Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi lapangan yang akan dijadikan objek tugas akhir. Melakukan wawancara kepada petugas atau dinas terkait Wawancara kepada petugas atau dinas terkait perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih banyak mengenai kondisi lapangan dan masalah-masalah yang dihadapi terkait pengerjaan tugas akhir. Mengumpulkan informasi terhadap bangunan yang akan ditinjau Pengumpulan informasi bisa didapat dari sumber-sumber yang terkait dengan objek tugas akhir, seperti internet, dinas terkait, dan lain-lain.

21 Melakukan studi literatur Studi literatur dilakukan unuk mengetahui metode dan tahapan-tahapan yang tepat dalam pengerjaan tugas akhir ini. 3.2 Pengumpulan Data Data-data yang dibutuhkan untuk pengerjaan tugas akhir : Data debit operasional harian saluran selama 10 tahun Data debit operasional harian saluran selama 10 tahun terakhir dapat didapat dari unit pelaksana teknis (UPT) setempat. Data ini digunakan untuk mencari debit andalan yang bisa selalu tersedia sepanjang tahun. Skema saluran irigasi Skema saluran irigasi digunakan untuk melakukan analisa mengenai saluran yang akan ditinjau. Data elevasi saluran Data elevasi saluran digunakan untuk menganalisa dan menentukan tinggi jatuh efektif yang dibutuhkan untuk perhitungan mikrohidro. Denah dan potongan penampang saluran Denah dan potongan saluran berguna untuk mengetahui detail saluran yang akan ditinjau 3.3 Analisa Data dan Proses Perhitungan Langkah-langkah yang dikerjakan : Menghitung debit andalan dan beda ketinggian elevasi air Untuk menghitung debit andalan digunakan rumus pada bab 2.1 dan Perhitungan debit andalan dan beda ketinggian elevasi air digunakan untuk mengetahui jumlah debit yang tersedia sepanjang tahun dan tinggi jatuh efektif air. Menghitung kemampuan air untuk menghasilkan daya dan energi listrik Untuk menghitung kemampuan air digunakan rumus pada bab Menghitung bangunan pengambilan air Perhitungan bangunan pengambilan air meliputi: Perhitungan muka air Untuk menghitung tinggi muka air digunakan rumusan pada bab Perencanaan bangunan pengatur tinggi muka air Bangunan pengatur tinggi muka air berguna untuk mengatur tinggi muka air agar sesuai dengan tinggi yang diharapkan. Perhitungan ini menggunakan rumus pada bab 2.3.2

22 Perencanaan pintu pengambilan(intake) Untuk menghitung intake digunakan rumusan pada bab Perencanaan saluran pengarah Berfungsi untuk menghubungkan intake dan bak pengendap. Rumusan yang digunakan terdapat pada bab Perencanaan pelimpah samping Berfungsi untuk melimpahkan debit yang berlebih pada saluran pengarah. Perhitungan pelimpah samping menggunakan rumusan pada bab Perencanaan alat ukur Berguna untuk mengetahui debit yang lewat pada saluran. Rumus yang digunakan terdapat pada bab Perhitungan angkutan sedimen Rumus yang digunakan terdapat pada bab Perencanaan bak pengendap Berfungsi untuk mengendapkan sedimen yang terkandung pada aliran. Perhitungan bak pengendap menggunakan rumus pada bab Perencanaan kantong pasir Kantong pasir berfungsi untuk menampung endapan sedimen pada bak pengendap. Perhitungan kantong pasir menggunakan rumusan pada bab Perencanaan periode pengurasan Bertujuan untuk merencanakan periode pengurasan kantong pasir. Perhitungan periode pengurasan menggunakan rumusan pada bab Perencanaan saringan kasar Bertujuan untuk melindungi turbin dari benda hanyutan dan diameter sedimen yang berukuran besar. perhitungan saringan kasar menggunakan rumus pada bab Menentukan desain bangunan pembangkit listrik Langkah-langkah untuk mendesain bangunan pembangkit meliputi: Perencanaan pipa pesat Perencanaan pipa pesat meliputi perencanaan diameter pipa, tebal pipa, perencanaan posisi pengambilan, serta kontrol terhadap gaya

23 yang terjadi pada pipa. Pada perhitungan perencanaan pipa pesat digunakan rumusan pada bab Pemilihan turbin Pemilihan turbin ditentukan berdasarkan pada jumlah debit yang tersedia dan tinggi jatuh efektif air. Rumus yang digunakan terdapat pada bab Menghitung besarnya kehilangan energi Estimasi kehilangan energi meliputi kehilangan energi pada entrance, gesekan sepanjang pipa, dan karena belokan pipa. Untuk menghitung besarnya kehilangan energi digunakan rumusan pada bab 2.5 Menghitung tenaga listrik yang mampu dihasilkan Perhitungan tenaga listrik yang dihasilkan mengguanakan rumus pada bab 2.6 Analisa perhitungan ekonomi Analisa perhitungan ekonomi meliputi harga satuan listrik, kelayakan nilai jual listrik, dan analisa kelayakan proyek menggunakan metode NPV. Perhitungan analisa perhitungan ekonomi menggunakan rumus pada bab Kesimpulan dan Saran Kesimpulan yang dihasilkan adalah hasil perhitungan dan perencanaan bangunan. STAR SURVEI PENDAHULUAN INPUT ANALISA DEBIT DAN BEDA ANALISA ANGKUTAN MENGHITUNG KEMAMPUAN MENENTUKAN DESAIN MENGHITUN G KEHILANGA MENGHITUNG TENAGA LISTRIK YANG MAMPU NOT O Meliputi: Data debit harian saluran selama 10 tahun Skema saluran Meliputi: Perhitungan tinggi muka air saluran Perencanaan pipa pesat Perencanaan bak MENGANALISIS KELAYAKAN FINIS

24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Debit Untuk menghitung debit andalan, data yang digunakan adalah data debit harian selama 10 tahun. Langkah-langkah untuk menghitung debit andalan adalah sebagai berikut: Merangking data debit dari yang terkecil sampai yang terbesar Mencari selisih antara debit terbesar dan debit terkecil (R). R= = 742 liter/detik Mencari jumlah data, yaitu n= 360 Mencari jumlah kelas K= 1+3,33 log n= 1+3,33 log 360= 9,52 10 kelas Mencari interval kelas i= R/K= 742/9,52= 77,9 78 Membagi kelas dengan jarak interval dari data yang terbesar sampai yang terkecil. Memasukan data debit berdasarkan kelas-kelas yang telah dibagi, yaitu dalam10 kelas dengan interval kelas 78. Menghitung banyaknya data dalam tiap kelas. Menghitung probability tiap kelas dengan perumusan California dimana :P= probabilitas m=frekuensi komulatif data kelas n = jumlah data total kelas Tabel 4.1. Rekapitulasi data debit 10 tahun nilai frekuensi probability frek tengah kumulatif (%) Dari data rekapitulasi debit akan diplot antara Q(liter/detik) probability dan nilai tengah Duration curve Gambar 4.1. Grafik duration curve Untuk mendapatkan debit andalan maka diambil probability sebesar 80% dengan nilai debit sebesar 175 liter/detik. Dari brosur turbin Cross Flow T 15 didapat

25 bahwa debit minimal yang dibutuhkan untuk memutar turbin adalah sebesar 20% dari debit andalan. Debit minimal yang dibutuhkan untuk memutar turbin adalah: Q = 20% x 175 = 35 liter/detik < Q min saluran = 53 liter/detik Sehingga debit mampu digunakan untuk pembangkit listrik mikrohidro sepanjang tahun dengan menggunakan turbin Cross Flow T Perencanaan Kemampuan Tenaga Air Tinggi jatuh efektif Tinggi jatuh efektif adalah tinggi jatuh yang digunakan untuk menghitung kemampuan tenaga air. Tinggi jatuh efektif didapat dari tinggi jatuh bruto dikurangi kehilangan energi. Untuk perkiraan awal kehilangan energi diambil sebesar 10%. H bruto = elevasi upstream BT10- elevasi downstream BT15 = (+255.6) - (+240,54) = 15,06 meter H losses = 10% x H bruto = 10% x 15,06 = 1,506 meter Sehingga didapat perkiraan awal tinggi jatuh efektif sebesar H eff = H bruto - H losses = 15,06 1,506 = 13,554 meter Daya yang dihasilkan Setelah mendapatkan debit andalan dan tinggi jatuh efektif, maka dapat dihitung daya yang dihasilkan. Perhitungan ini menjadi estimasi awal dalam perencanaan daya yang mampu dihasilkan, sehingga faktor efesiensi tidak diperhitungkan. P= 9,8 x Q andalan x H eff = 9,8 x 0,175 x 13,554 = 23,245 kw dimana : P= daya yang dihasilkan (kw) Q andalan = debit andalan (m 3 /detik) H eff = tinggi jatuh efektif (m) 4.3. Perencanaan Bangunan Pengambilan air Perhitungan muka air Dari data saluran sekunder didapat data saluran sebagai berikut: Lebar dasar saluran (B) = 2,5 meter Kemiringan dasar saluran= 0,00038 Koefisian manning = 0,02 Untuk menghitung kecepatan aliran dan debit saluran digunakan rumusan A = b.h P = b+2.h R = A/P v = 1/n. R 2/3.i 1/2 Q = v.a Sehingga didapat perbandingan kedalaman muka air dan debit sebagai berikut:

26 Tabel 4.2.Perbandingan h dan Q h(m) A(m2) P(m) R(m) v(m/dtk) Q(m3) Dari tabel di atas hasilnya diplot pada grafik rating curve,yaitu antara h dan Q. Gambar 4.2. Grafik rating curve Dari grafik rating curve didapat kedalaman muka air pada saat Q andalan sebesar 0,22 meter Perhitungan bangunan pengatur tinggi muka air Bangunan pengatur tinggi muka air dipasang melintang saluran, yang bertujuan untuk mengatur tinggi muka air agar debit yang masuk pada intake sesuai dengan debit yang diharapkan. Bangunan pengatur tinggi muka air yang digunakan pada tugas akhir ini adalah menggunakan skot kayu. Dari grafik rating curve didapat tinggi muka air pada saat Q andalan sebesar 0,22 meter, sehingga skot balok dipasang setinggi 0,22 meter dari dasar saluran. Sehingga elevasi muka air di depan pintu intake adalah +255,6 + 0,22 = +255, Perencanaan pintu pengambilan (intake) Pintu pengambilan (intake) berfungsi untuk memasukkan debit rencana dari saluran. Pintu intake direncanakan dibuka setinggi tinggi muka air pada saat Q andalan, yaitu setinggi 0,22 meter. Karena pintu selalu dibuka setinggi 0,22 meter, maka debit air maksimum yang masuk pada pintu sebesar Q andalan, yaitu sebesar 0,175 m 3 /detik dan debit yang melebihi Q andalan secara otomatis melimpah melalui skot balok Perencanaan saluran pengarah Saluran pengarah adalah saluran yang menghubungkan intake dengan bak pengendap. Debit yang mengalir pada saluran adalah sebesar debit andalan. Adapun perencanaan saluran pengarah direncanakan sebagai berikut:

27 Bentuk penampang saluran = segi empat b= h Q=0,175m 3 /detik n= 0,02 i= 0,0004 Dari data-data di atas maka saluran pengarah direncanakan: A = b.h = b 2 P = b+2.h = 3b R = A/P = Q =.R 2/3.i 1/2.A 0,175 =.( ) 2/3.(0,0004) 1/2.b 2 0,175 = b 2/3.0,4807.b 2 b 8/3 = 0,3641 b = 0,685 m Karena b = 0,685 m sulit dalam pelaksanaan, maka ambil b= 1 m A = b.h = h P = b+2h= 1+2h R = A/P = Q =.R 2/3.i 1/2.A 0,175 =.( ) 2/3.(0,0004) 1/2.h ) 3/2 = = 0,0732(1+2.h) = h 5/2 0,0732+0,1464h= h 5/2 Dari hasil coba-coba didapat h= 0,455 m. Jadi hasil perencanaan saluran pengarah adalah sebagai berikut: Tabel 4.3. Hasil perencanaan saluran pengarah Debit saluran Q 0,175 m 3 /detik Kecepatan aliran v 0,385 m/detik Lebar dasar saluran b 1 m Kedalaman saluran h 0,455 m Kemiringan saluran i 0,0004 Koefisien manning n 0, Perencanaan pelimpah samping Pelimpah samping berfungsi untuk melimpahkan debit berlebih sehingga debit yang masuk pada saluran pengarah tidak melebihi debit rencana. Debit yang dilimpahkan ke pelimpah samping nantinya akan dikembalikan ke saluran eksisiting. Dimensi pelimpah samping akan direncanakan sebatas dimensi mulut pelimpah. Debit yang akan dilimpahkan yaitu sebesar: Q pelimpah = 50% x Q andalan = 0,5 x 0,175 = 0,0875 m 3 /detik Debit yang berada pada hilir pelimpah samping adalah debit yang diijinkan masuk ke pipa pesat, yaitu sebesar Q andalan = 0,175 m 3 /detik dan kedalaman air 0,22 m. Dengan kecepatan aliran 0,325 m/detik akan didapatkan tinggi energi: H o = h o + = 0,22 + = 0,225 m

28 Nilai debit yang melimpah didapat dengan mengetahui debit tiap segmen sejarak Δx yang dihitung dari hilir ke hulu bangunan pelimpah. Korfisien debit (µ) untuk mercu pelimpah harus diambil 5% lebih kecil daripada koefisien mercu tegak. Koefisien debit (µ) untuk pelimpah yang dipilih adalah 0,4. Nilai tinggi mercu (c) diambil 0,2 m. Maka didapat perhitungan: q x = = Q x = 0,0033 m 3 /detik = Q o + q x = 0, ,0033 = 0,1783 m A x = h o.b = 0,455. 2,5 = 0,5625 m 2 h x = H o - = 0, = 0,2253 m Dengan cara yang sama dapat disusun dalam tabel dengan nilai Q o dan h o diganti dengan nilai Q x dan h x perhitungan sebelumnya. Tabel 4.4. Hasil perhitungan bangunan pelimpah Δx Qo Ho ho ho-c qx Qx= Qo+qx Ax vx hx ΣΔx m m3/detik m m m m3/detik m3/detik m2 m/detik m m Σqx

29 Sehingga dimensi bangunan pelimpah samping yang digunakan dengan tinggi mercu 0,2 m dan panjang 2 m dengan kapasitas melimpah 0,0872 m 3 /detik Perencanaan alat ukur Alat ukur terletak pada saluran pengarah. Alat ukur berfungsi untuk mengukur debit pada saluran pengarah. Dalam pengerjaan tugas akhir ini, alat ukur yang digunakan adalah drempel. Adapun data yang digunakan untuk merencanakan alat ukur drempel adalah sebagai berikut: b = 1 m v = 0,385 m/detik Q andalan = 0,175 m 3 /detik p = 0,3 m Dari data-data tersebut diolah untuk mendapatkan desain alat ukur drempel. Q = 1,71.b.h 3/2 0,175= 1,71.1.h 3/2 h 3/2 = 0,102 h = 0,218 m > 5 cm (OK) v o = = = = 0,338 m/detik H 1 = h 1 + = 0,218 + = 0,224 m r = 0,2. H 1 = 0,2.0,224 = 0,045 m L = r + 1,75 H 1 = 0, ,75.0,224 = 0,437 m 0,45 m Setelah didapat desain drempel, maka dicek dengan menggunakan debit minimum saluran yang masuk, yaitu Q min = 53 liter/detik Q = 1,71.b.h 3/2 0,053 = 1,71.1.h 3/2 h 3/2 = 0,031 h = 0,099 m = 9,9 cm > 5 cm (OK) Jadi kesimpulannya drempel yang didesain mampu membaca hingga debit minimum yang masuk ke saluran. Hasil perencanaan alat ukur drempel adalah sebagai berikut: Tabel 4.5. Hasil perencanaan drempel Debit saluran Q 0,175 m 3 /detik Kecepatan aliran saluran v 0,385 m/detik Kecepetan aliran pada di v o 0,338 m/detik atas drempel Lebar drempel b 1 m Tinggi drempel p 0,3 m Panjang drempel L 0,45 m Jari-jari kelengkungan r 0,045 m drempel Tinggi muka air di atas drempel h 1 0,218 m Perhitungan angkutan sedimen Perhitungan angkutan sedimen diperlukan untuk menghitung jumlah sedimen yang terangkut pada aliran. Beberapa turbin memiliki batasan diameter sedimen yang diijinkan masuk. Adapun diameter sedimen yang diijinkan

30 masuk ke turbin bergantung pada jenis PLTA yang direncanakan, yaitu: 0,2-0,5 mm untuk PLTA tekanan rendah 0,1-0,2 mm untuk PLTA tekanan sedang 0,01-0,05 mm untuk PLTA tekanan tinggi Untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro maka diambil diameter maksimum yang diijinkan masuk ke dalam turbin sebesar 0,2 mm Perencanaan bak pengendap sedimen Untuk perhitungan jumlah angkutan sedimen digunakan data sebagai berikut: diameter sedimen d = 0,2 mm Q = 0,175 m 3 /detik v saluran = 0,31 m/detik h = 1 m Besar kecepatan kritis menurut Camp adalah: dimana: a= 44 bila 1 mm > d > 0,1 mm = 19,68 cm/detik = 0,197 m/detik < v saluran = 0,31 m/detik Karena kecepatan saluran lebih besar daripada kecepatan kritis, maka diameter butiran sedimen yang terangkut pada saluran lebih besar daripada diameter sedimen yang diijinkan masuk ke turbin, sehingga diperlukan bak pengendap. Setelah didapat kecepatan kritis butiran maka direncanakan kecepatan air dalam bak tidak boleh melebihi kecepatan kritis, yaitu sebesar 0,18 m/detik Dari grafik perbandingan diameter butiran didapat besar = 2,1 cm/detik = 0,021 m/detik Gambar 4.3.Grafik perbandingan diameter butiran dan kecepatan jatuh butiran Setelah didapat kecepatan turun butiran, maka langkah berikutnya adalah menghitung dimensi bak pengendap. Menurut Welikanow, dengan menetapkan W = 0,95 maka λ = 1,2, sehingga: Q = b.h.v b =

31 = = 0,97 m 1 m sehingga didapat b = 1m dan h = 0,97 m L = 8,69 m 9 m V = L. b. h = ,97 = 8,73 m 3 Kontrol: t = = = 46,19 m/detik V = = 0, ,19 = 8,08 m 3 < 8,73 m 3 OK... Perencanaan kemiringan bak: A = b.h = 1.0,97 = 0,97 m 2 P R = b+2h = ,97 = 2,94 m = A/P = 0,97/2,94 = 0,33 n = 0,02 (beton) i = = = 0,00006 Dari hasil perhitungan bak pengendap didapat hasil sebagai berikut: Tabel 4.6. Hasil perhitungan bak pengendap Diameter sedimen d 0,2 mm Debit aliran Q 0,175 m 3 /detik Kedalaman air h 0,97 m Kecepatan kritis v cr 0,197 m/detik Kecepatan air v 0,18 m/detik Kecepatan jatuh 0,021 m/detik butiran Kemiringan bak i 0,00006 Panjang bak L 9 m pengendap Lebar dasar bak pengendap b 1 m Perencanaan kantong pasir Asumsi awal untuk menghitung kemiringan dasar kantong pasir digunakan kecepatan aliran untuk pembilasan v s = 1 m/detik. Adapun data yang digunakan dalam perhitungan kantong pasir adalah: Q = 50% Q andalan = 0,0875 m 3 /detik A s = = = 0,0875 m 2 b s = 0,6 m Maka kemiringan dasar kantong pasir adalah: A s = b s. h s h s = = = 0,145 m R s = = = 0,098

32 n = 0,02 i = = = 0,00885 Agar pembilasan dapat berjalan maksimal, maka kecepatan aliran dijaga agar tetap pada kondisi sub kritis, yaitu: Fr= = = 0,84 < 1...OK Dari diagram Shields dapat diperoleh diameter partikel yang akan terbilas. η = ρ x g x h s x i s = 1000 x 9,81 x 0,145 x 0,0085 = 12,09 N/m 2 Dengan menghitung η dari diagram Shields dapat diketahui bahwa partikel-partikel yang lebih kecil dari 15 mm akan terbilas saat pembilasan. Dari hasil perhitungan kantong pasir didapat hasil sebagai berikut: Tabel 4.7. Hasil perhitungan kantong pasir Debit aliran Q 0,0875 m 3 /detik Kemiringan bak i 0,00885 Panjang L 9 m kantong pasir Lebar dasar b 0,6 m kantong pasir Kecepatan aliran v s 1 m/detik Gambar 4.4. Potongan memanjang kantong pasir Perencanaan periode pengurasan Kantong pasir memiliki kapasitas tertentu dan harus dilakukan pengurasan secara periodik. Kapasitas sebuah kantong pasir bergantung kepada volume kantong pasir dan volume sedimen yang terkandung dalam aliran. Dari hasil analisa laboratorium terhadap sampel, didapat hasil sebagai berikut Konsentrasi sedimen 161 ppm = 161 mg/l Berat sedimen = konst.sedimen x Q andalan = 161 mg/l x 175 l/dt = mg/dt Diketahui Gs = 2,672 γ s = Gs x γ w = 2,672 x 1000 kg/m 3 = 2672 kg/m 3 Vol = = = 1,055 x 10-5 m 3 /dt Volume sedimen dalam satu hari: = Vol x 1 hari = 1,055 x 10-5 m 3 /dt x 24 x 3600 = 0,912 m 3 /hari Tabel 4.8. Hasil analisa Suspended Load Tanggal Pengambilan Debit Posisi Konsentr asi sedimen Volume sedimen (m 3 /dt) (mg/l) (m 3 /hari) 11/4/ Tengah 161 0,912

33 Dari Standart Perencanaan Irigasi KP 02 diketahui kedalaman kantong pasir di bawah saluran pengendap pasir bervariasi antara 1-10 m untuk jaringan kecil (sampai 10 m 3 /dt), sedangkan lebar bagian bawah kantong bervariasi berdasarkan rencana. Dengan kedalaman kantong pasir direncanakan 1m, didapat volume kantong pasir dihitung dengan persamaan sebagai berikut : V = V = V = 5,605m 3 Dengan demikian periode pengurasan adalah: t = = = 6,15 hari 6 hari sekali Dari diagram Camp efisiensi kantong lumpur untuk berbagai diameter sedimen dapat ditentukan, dengan panjang (L) 9 meter dan kedalaman air rencana (h) 1 meter, serta kecepatan 0,18 m/dt, maka kecepatan endap rencana dapat disesuaikan: dengan ω 0 = 0,02 dari gambar 4.3 diameter yang sesuai adalah 0,2 mm. Fraksi rencana 0,2 mm dengan kecepatan endap (ω) 0,021 m/dt.efisiensi pengendapan fraksi 0,2 mm dapat dihitung sebagai berikut : ω = 0,021 m/dt ω 0 = 0,02 m/dt v n = 0,18 m/dt = = 1,05 = = 0,12 Dari gambar 2.1. diperoleh efisiensi 0, Perencanaan saringan kasar Saringan kasar berfungsi untuk mencegah kotoran yang terangkut aliran air masuk ke dalam pipa pesat dan dapat merusak turbin. Posisi saringan kasar berada sebelum pengambilan pipa pesat. Dengan digunakan profil bulat dengan diameter 1 cm dan jarak 10 cm, kehilangan energi yang terjadi akibat saringan kasar adalah: = 0,00012 m dimana : z= Kehilangan energi akibat saringan ( m ) θ= Koefisien profil s= Lebar profil dari arah aliran (m) b= Jarak antar profil saringan ( m ) v= Kecepatan aliran ( m/dt ) g= Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt² α= Sudut kemiringan saringan

34 Gambar 4.5. Posisi dan bentuk profil saringan = 2.04 m/detik Setelah kecepatan aliran diperoleh, maka langkah berikutnya adalah menghitung diameter pipa pesat dengan rumusan: Pr ofil θ Tabel 4.9. Nilai koefisien profil saringan a b c d e f g 2,42 1,83 1,67 1,03 0,92 0,76 1, Perencanaan Bangunan Pembangkit Perencanaan pipa pesat Pipa pesat adalah sebuah pipa pesat yang menghubungkan antara saluran dengan turbin. Pipa pesat berfungsi untuk mengalirkan debit menuju tubin sehingga turbin bisa berputar dan menghasilkan tenaga listrik. Selain itu pipa pesat juga berfungsi untuk mempertahankan tekanan jatuh air sehingga energi di dalam gerakan air tidak terbuang. Langkah-langkah dalam perencanaan pipa pesat yaitu: a. Perencanaan dimeter pipa pesat Dalam perhitungan kecepatan aliran dalam pipa digunakan rumusan: = 0,33 m Diameter pipa hasil perhitungan disesuaikan dengan diameter pipa yang ada di pasaran, sehingga didapat diameter pipa pesat sebesar 0,356 meter. b. Perencanaan posisi pengambilan pipa pesat Jarak muka air dengan posisi pengambilan pipa pesat disebut Minimum Operational Level (MOL). Menurut Patty, untuk menghitung MOL maka jarak MOL diukur dari sisi bawah pipa dengan rumusan: MOL = D + 1,5 Karena bentuk mulut pengambilan pipa pesat tidak direncanakan stream line, maka

35 jarak MOL harus ditambahkan 0,5, sehingga menjadi: MOL = D + (1,5+0,5) MOL = 0,356 + (1,5+0,5) = 0,781 m Nilai MOL yang dipakai diukur dari muka air saat debit minimum Q min = 0,053 m 3 /detik yaitu 0,39 meter. Sehingga perlu dicari nilai selisih dari ketinggian muka air minimum dan muka air saat debit andalan, yaitu: Δh = h andalan - h min = 0,97 0,39 = 0,58 meter Sehingga jika diukur dari muka air debit andalan, dibutuhkan ketinggian: h MOL = Δh + MOL = 0,58 + 0,781 = 1,361meter Elevasi muka air pada posisi pengambilan pipa pesat adalah: z1 (akibat pintu) Q andalan =0,175 m 3 /detik µ = 0,8 b = 1 m a = 0,22 m Q = µ.b.a. 0,175 = 0,8.1.0,22. z = 0,051 meter z2 (akibat alat ukur drempel) Q andalan = 0,175 m 3 /detik Q = 1,71.b.H 3/2 0,175 = 1,71.1.H 3/2 H = 0,22 z = 1/3 H = 1/3. 0,22 = 0,073 meter z3 (kemiringan saluran pengarah) z = L. i = 8. 0,0004 = 0,0032 meter z4 (kemiringan bak pengendap) z = L. i = 9. 0,00006 = 0,00054 meter z5 (akibat saringan kasar) z = 0,00012 = 0,00012 m Maka elevasi muka air pada posisi pengambilan pipa pesat adalah: MA = MA pada intake - z1 - z2 - z3 - z4 - z5 = +255,82-0,051-0,073-0,0032-0, ,00012 = +255,69 Sehingga elevasi sisi bawah pipa pengambilan adalah: = +255,69-1,361 = + 254,33 Berdasarkan muka air pada posisi pengambilan pipa maka didapat beda tinggi bruto sebesar: H bruto = elevasi upstream - elevasi downstream = (+255,69) - (+240,54) = meter

36 H losses = 10% x H bruto = 10% x = 1,515 meter Sehingga didapat tinggi jatuh efektif sebesar H eff = H bruto - H losses = 15,15 1,515 = 13,635 meter c. Perencanaan tebal pipa Dalam perencanaan tebal pipa data yang digunakan sebagai berikut: H eff = 13,635 m ζ baja = kg/m 2 (Fe = 360) d = 0,356 m θ= 0,9 (pipa las) Po= H eff = 1000 kg/m 3. 13,635 m = kg/m 2 Tebal pipa direncanakan menggunakan rumusan: (O.F.Patty. TenagaAir,Erlangga,Jakarta,1 995) Karena pipa terbuat dari baja, maka tebal pipa harus ditambah 1-3 mm sebagai cadangan apabila pipa mengalami korosi. Sehingga didapat tebal pipa sebesar: δ = 5 mm + 3 mm = 8 mm Sehingga memenuhi syarat pipa tipis, yaitu : ,5 20 OK... d. Tegangan yang terjadi pada pipa pesat d.1. Momen akibat perletakan pipa Momen maksimum pada perletakan pipa diambil sebesar: = 0,00017 m Syarat tebal minimum pipa adalah: sampai dengan diameter hingga 0,8 m 5mm sampai dengan diameter hingga 1,5m.6mm sampai dengan diameter hingga 2m.7mm dengan

37 = dimana: b = jarak perletakan = 6 m D = diameter pipa = 0,356 m δ = tebal pipa = 0,008 m β = sudut kemiringan pipa = 4,33 o baja = berat jenis baja = 7600 kg/m 3 air = berat jenis air = 1000 kg/m 3 Gs= 0,25..[(D+2δ) 2 -D 2 ]. baja.b =0,25.3,14.[(0, ,00 8) 2-0,356 2 ] = 416,96 kg Gw= 0,25..D 2. air.b = 0,25.3,14.0, = 596,93 kg M = = = 505,42 kgm Momen perlawanan potongan pipa adalah: = = 0,00081m 3 Tegangan yang terjadi pada pipa harus memenuhi persyaratan: < ζ baja < kg/m 2 0, kg/m 2 < kg/m 2 OK... d.2. Perubahan temperatur Tegangan akibat perubahan temperatur timbul bila pipa terikat pada 2 blok angker dan tidak memiliki sambungan muai. Hal ini dapat dirumuskan dengan: ζ = E. λ. t < ζ baja dimana: E= modulus elastisitas baja (2,1 x 10 6 kg/m 2 ) λ= 1,2 x 10-5 / o C t= 30 o C (dianggap suhu ruangan) sehingga didapat rumusan 2, , < ζ baja 756 < kg/m 2 OK... d.3. Berat pipa kosong Tegangan akibat berat sendiri pipa kosong terjadi akibat posisi pipa yang mirng sehingga penampang pipa mendapat gaya tekan. Tegangan yang terjadi dihitung dengan rumusan:

38 dimana: d = diameter pipa = 0,356 m δ = tebal pipa = 0,008 m β = sudut kemiringan pipa= 4,33 o Gs= berat pipa sepanjang b = 416,96 kg Sehingga didapat tegangan akibat berat pipa kosong sebesar: = 3711,401 kg/m 2 < kg/m 2 OK... d.4. Pergeseran antara pipa dan perletakan Karena perubahan temperatur, maka panjang pipa mengalami perubahan panjang. Akibatnya pada perletakan pipa terjadi pergeseran yang mengakibatkan gaya geser yang besar. Gaya geser maksimum terjadi bila benda berada pada kondisi hendak bergerak dan selama bergerak. Perhitungan tegangan geser pipa menggunakan perumusan: dengan = D 2R sin a = r. R Ѳ = 0,5 sudut perletakan dimana: D = diameter pipa = 0,356 m δ = tebal pipa = 0,008 m Gs= berat pipa sepanjang b= 416,96 kg Gw= berat air sepanjang b = 596,93 kg Ѳ= sudut busur perletakan= 90 o β = sudut kemiringan pipa= 4,33 o f 1 = koefisien gesek pipa dengan perletakan.direncanakan perletakan terbuat dari beton sehingga diambil nilai f 1 sebesar 0,45 Gaya geser pada perletakan: = 454,88 kg Luas tebal pipa: = D = 3,14 D = 0,0045 m 2 Titik tangkap gaya geser: 2R sin a = r. R = = 0,0028 m Sehingga tegangan yang terjadi adalah:

39 = = 0, kg/m 2 < kg/m 2 OK... d.5. Expantion joint Expantion joint adalah pergeseran pada alat sambungan akibat gaya tekan air. Perumusan yang digunakan adalah: = 0, kg/m 2 < kg/m 2 OK... dimana: f = faktor koefisien, diambil sebesar 0,25 F= Gaya geser pipa (N) Po= tekanan air (kg/m 2 ) = tebalpipa (m) e= lebar packing d.6. Gaya tekan pada pipa sambungan Perumusan tegangan yang diakibatkan gaya ini adalah: = kg/m 2 < kg/m 2 OK Pemilihan turbin a. Pemilihan jenis turbin Pada saat memilih jenis turbin, faktor yang paling menentukan adalah besar debit dan beda tinggi yang tersedia. Debit andalan yang tersedia sebesar 175 liter/detik dan tinggi jatuh efektif 12,933 meter. Dengan nilai debit dan tinggi jatuh efektif tersebut,, maka dipilih turbin yang digunakan adalah turbin jenis Cross Flow T Turbin jenis ini mampu mengakomodasi debit liter/detik dan tinggi jatuh efektif sampai 60 meter.

40 Gambar 4.6 Grafik turbin T b. Putaran spesifik dan putaran jenis turbin Berdasarkan brosur Entec Consulting & Engineering, penggunaan turbin jenis Cross Flow T15 menghasilkan efisiensi yang tinggi bila putaran spesifik turbin sebesar 120 rpm. = 652,06 rpm dimana: Ns= putaran spesifik turbin (rpm) N= putaran jenis turbin (rpm) P = daya listrik (HP) H eff = tinggi jatuh efektif (m) Setelah diketahui putaran jenis turbin maka dapat diperoleh jumlah katup dan nilai frekuensi turbin dengan rumusan: dimana: f = frekuensi p= nomor dari pasangan katup generator Dengan cara coba-coba dari tabel 2.2 maka didapat nilai frekuensi (f) 60 Hz dan jumlah katup (p) 12 Gambar 4.7. Grafik putaran spesifik dan efisiensi turbin Dari putaran spesifik (Ns) didapat putaran jenis turbin (N) dengan rumusan: 4.5. Estimasi Kehilangan Energi Kehilangan energi pada entrance Kehilangan energi pada entrance ini tergantung dari bentuk mulut. Direncanakan bentuk mulut adalah gate in thin wall-corners rounded dengan koefisien rata-rata

41 sebesar 0,5 Sehingga nilai kehilangan energi adalah: = 0,106 m dimana : H e = Kehilangan energi pada entrance ( m ) K e = Koefisien bentuk mulut Δv= Selisih kecepatan sebelum dan sesudah entrance ( m/dt ) g= Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt² Kehilangan energi karena gesekan sepanjang pipa Untuk menentukan nilai f ( koefisien gesek ) dapat digunakan diagram moddy. Sebelum menentukan harga f terlebih dahulu harus dicari angka Reynold ( Re ) dari aliran tersebut yang dapat dirumuskan;, dan koefisien kekasaran bahan ( ε ). Dalam hal ini angka kekasaran bahan diambil m, sedangkan v adalah viskositas yang harganya tergantung dari suhu air yang ada. Dalam perhitungan ini dianggap bahwa suhu air adalah 20 C sehingga harga viskositas kinematisnya 1, m²/dt. Gambar 4.8. Grafik diagram moddy = 1,346 m dimana : Hf = Kehilangan energi sepanjang pipa ( m ) f = Koefisien gesek pipa v = Kecepatan pada pipa ( m/dt ) g = Gravitasi bumi, diambil 9,81 m/dt² D = Diameter pipa ( m ) Kehilangan energi karena belokan pipa Pada bagian-bagian tertentu terdapat belokan pipa yang bertujuan untuk menyesuaikan dengan kontur maupun geometri dari tempat pemasangan pipa pesat. Kehilangan energi pada bagian ini dapat dirumuskan :

42 Bentuk belokan dimana : H l = Kehilangan energi karena belokan pipa ( m ) v= Kecepatan aliran pada pipa ( m/dt ) g= Gravitasi bumi ( 9,81 m/dt² ) Kb=Koefisien kehilangan energi Pada perencanaan terdapat dua belokan vertikal, yaitu pada posisi pengambilan pipa pesat dan pada posisi dekat turbin. Direncanakan jari-jari kelengkungan pipa sebesar 1 m, sehingga r/d = 1/0,356 = 2,81 Tabel Nilai koefisien pada belokan Harga koefisien kehilangan tinggi energi = 0, , ,051 = 1,503meter Nilai ini lebih kecil daripada asumsi awal 10% dari tinggi bruto, yakni sebesar 1,515 meter, sehingga desain dapat digunakan Perhitungan Energi Listrik Energi listrik total yang didapat dalam satu tahun dibagi dalam tiga perhitungan. Perhitungan pertama berdasarkan pada Q 80 selama 80% dari satu tahun. Sedangkan 10% selanjutnya direncanakan diantara Q 80 dan Q 90, 10% sisanya diantara Q 90 dan Q 100. Sehingga pembagian tersebut pada duration curve adalah: D r/d K b 0,30 0,16 0,12 0,11 0,09 0,09 0,08 0,08 0,08 R (b) Dari tabel 4.9. didapat nilai koefisien pada belokan sebesar 0,12. Sehingga kehilangan energi akibat belokan pipa sebesar: = 0,051 meter Setelah menghitung masingmasing kehilangan energi, maka didapat kehilangan energi total sebesar: Δh total = Δh 1 + Δh 2 + Δh 3 Gambar 4.9. Duration Curve Dari grafik diketahui nilai Q yaitu : Q 80 = 175 liter/detik = 0,175 m 3 /detik Q 90 = 150 liter/detik = 0,15 m 3 /detik Q 100 =53 liter/detik = 0,053 m 3 /detik Untuk mendapatkan besaran efisiensi turbin digunakan grafik perbandingan debit dan efisiensi turbin

43 Gambar Grafik perbandingan debit dan efisiensi turbin Berdasarkan grafik perbandingan debit dan efisiensi turbin, untuk Q/Qmax = 175/795 = 0,22 didapat besar efisiensi sebesar 0,77. Efisiensi yang digunakan untuk menghitung daya listrik yang dihasilkan adalah: efisiensi turbin (ηt) = 0,77 efisiensi generator (ηg)= 0,95 efisiensi transformator (ηtr) = 0,95 Sehingga efisiensi total yang digunakan adalah: ηtot = ηt x ηg x ηtr = 0,77 x 0,95 x 0,95 = 0,695 H eff yang digunakan adalah : H eff = H bruto - H loses = 15,15-1,503 = 13,647 meter Sehingga daya yang didapat adalah: D 80 =9,8 x ηtot x Q 80 x H eff = 9,8 x 0,695 x 0,175 x 13,647 = 16,266 kw D 90 =9,8 x ηtot x Q 90 x H eff = 9,8 x 0,695 x 0,15 x 13,647 = 13,942 kw D 100 =9,8 x ηtot x Q 100 x H eff = 9,8 x 0,695 x 0,053 x 13,647 = 4,926 kw Energi yang dihasilkan adalah: E 1 = D 80 x 80% x 366 x 24 = 16,266 x 80% x 366 x 24 = ,435 kwh E 2 = (D 80 +D 90 )/2 x 10% x 365 x 24 = (16, ,942)/2 x 10% x 366 x 24 = ,354 kwh E 3 = (D 90 +D 100 )/2 x 10% x 365 x 24 = (13,942+4,926)/2 x 10% x 366 x 24 = 8.286,826 kwh Sehingga didapat energi total per tahun: E = E 1 + E 2 + E 3 = , , ,826 = ,615 kwh 4.7. Analisa Perhitungan Ekonomi Analisa ekonomi dihitung dari harga satuan listrik per kwh dan nilai kelayakan investasi sebuah pembangkit bila sudah dioperasikan secara kontinyu.

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (studi kasus bangunan terjun (BT2 BT4) pada saluran primer Padi Pomahan, D.I Padi Pomahan, Desa Padi, Kecamatan

Lebih terperinci

Abstrak BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Abstrak BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PEMANFAATAN BEDA ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (STUDI KASUS BANGUNAN TERJUN (BPT2-BPT4) PADA SALURAN IRIGASI PADI POMAHAN, D.I PADI POMAHAN, DESA PADI, KECAMATAN

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Skema jaringan irigasi dan lokasi bangunan terjun di Saluran Primer Kromong

Gambar 1.1 Skema jaringan irigasi dan lokasi bangunan terjun di Saluran Primer Kromong PEMANFAATAN BEDA ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN (BKR) UNTUK PEMBANGKIT LISTIK TENAGA MIKROHIDRO PADA IRIGASI PRIMER KROMONG II DESA SAJEN KECAMATAN PACET KABUPATEN MOJOKERTO. Zuhan Lmanae Ir. Abdullah Hidayat

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Bendungan Semantok, Nganjuk, Jawa Timur PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR Faris Azhar, Abdullah

Lebih terperinci

MASDIWATI MINATI PUTRI DOSEN PEMBIMBING : Ir. SOEKIBAT ROEDY SOESANTO Ir. ABDULLAH HIDAYAT, M.T.

MASDIWATI MINATI PUTRI DOSEN PEMBIMBING : Ir. SOEKIBAT ROEDY SOESANTO Ir. ABDULLAH HIDAYAT, M.T. PEMANFAATAN GOT MIRING SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (STUDI KASUS PADA GOT MIRING SALURAN IRIGASI BIK 21, DAERAH IRIGASI KEDUNG KANDANG, MALANG MASDIWATI MINATI PUTRI 3106 100 097 DOSEN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI SALURAN IRIGASI MATARAM

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI SALURAN IRIGASI MATARAM Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Saluran Irigasi Mataram PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI SALURAN IRIGASI MATARAM Titis Haryani, Wasis Wardoyo, Abdullah Hidayat SA.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PUSAT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO PERKEBUNAN ZEELANDIA PTPN XII JEMBER DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN KALI SUKO

PERENCANAAN PUSAT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO PERKEBUNAN ZEELANDIA PTPN XII JEMBER DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN KALI SUKO TUGAS AKHIR RC 09 1380 PERENCANAAN PUSAT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO PERKEBUNAN ZEELANDIA PTPN XII JEMBER DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN KALI SUKO Taufan Andrian Putra NRP 3109 100 078 Dosen Pembimbing: Prof.

Lebih terperinci

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous HYDRO POWER PLANT Prepared by: anonymous PRINSIP DASAR Cara kerja pembangkit listrik tenaga air adalah dengan mengambil air dalam jumlah debit tertentu dari sumber air (sungai, danau, atau waduk) melalui

Lebih terperinci

Nama Mahasiswa : Fathur Rahman NRP : : Teknik Sipil FTSP-ITS

Nama Mahasiswa : Fathur Rahman NRP : : Teknik Sipil FTSP-ITS PEMANFAATAN KEHILANGAN ENERGI PADA BANGUNAN TERJUN ( B.Sb.2b) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (STUDI KASUS SALURAN IRIGASI SEKUNDER SEBAUNG, DI PEKALEN, PROBOLINGGO ) Nama Mahasiswa : Fathur

Lebih terperinci

SESSION 8 HYDRO POWER PLANT. 1. Potensi PLTA 2. Jenis PLTA 3. Prinsip Kerja 4. Komponen PLTA 5. Perencanaan PLTA

SESSION 8 HYDRO POWER PLANT. 1. Potensi PLTA 2. Jenis PLTA 3. Prinsip Kerja 4. Komponen PLTA 5. Perencanaan PLTA SESSION 8 HYDRO POWER PLANT 1. Potensi PLTA 2. Jenis PLTA 3. Prinsip Kerja 4. Komponen PLTA 5. Perencanaan PLTA 6. Kelebihan dan Kekurangan PLTA 1. POTENSI PLTA Teoritis Jumlah potensi tenaga air di permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Pembangunan sebuah PLTMH harus memenuhi beberapa kriteria seperti, kapasitas air yang cukup baik dan tempat yang memadai untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Turbin Air Turbin air adalah turbin dengan media kerja air. Secara umum, turbin adalah alat mekanik yang terdiri dari poros dan sudu-sudu. Sudu tetap atau stationary blade, tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro adalah bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Air dalam skala kecil dimana daya yang dihasilkan < 1 Mega Watt, yang merupakan bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dasar tentang turbin air Turbin berfungsi mengubah energi potensial fluida menjadi energi mekanik yang kemudian diubah lagi menjadi energi listrik pada generator.

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan tenaga air untuk berbagai kebutuhan daya (energi ) telah dikenal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan tenaga air untuk berbagai kebutuhan daya (energi ) telah dikenal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mikrohidro Pemanfaatan tenaga air untuk berbagai kebutuhan daya (energi ) telah dikenal sejak lama, mulai dengan teknologi sederhana seperti kincir air ( water wheel),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL

BAB IV ANALISA HASIL BAB IV ANALISA HASIL 4.1 Bendung Tipe bendung yang disarankan adalah bendung pelimpah pasangan batu dengan diplester halus. Bagian bendung yang harus diperlihatkan adalah mercu bendung, bangunan pembilas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian... iii. Lembar Pengesahan Penguji...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian... iii. Lembar Pengesahan Penguji... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pernyataan Keaslian... iii Lembar Pengesahan Penguji... iv Halaman Persembahan... v Halaman Motto... vi Kata Pengantar... vii

Lebih terperinci

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI LAPORAN TUGAS AKHIR KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Disusun oleh : RUSWANTO

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan Hidro

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan Hidro II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum PLTMH Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan Hidro artinya air. Dalam prakteknya istilah ini tidak merupakan sesuatu yang baku namun Mikro

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged Cabang Teluknaga Kabupaten Tangerang. Pemilihan tempat penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK

BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK Perangkat elektro mekanik merupakan salah satu komponen utama yang diperlukan oleh suatu PLTMH untuk menghasilkan energi listrik Proses

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Kebutuhan listrik bagi masyarakat masih menjadi permasalahan penting di Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik.

Lebih terperinci

a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan +

a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan + Turbin air adalah alat untuk mengubah energi potensial air menjadi menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator.turbin air dikembangkan pada abad 19

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM ANALISIS DAN SIMULASI VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS YANG DIHASILKAN TURBIN SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA UAP PADA PKS KAPASITAS 30 TON TBS/JAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

Makalah Pembangkit listrik tenaga air

Makalah Pembangkit listrik tenaga air Makalah Pembangkit listrik tenaga air Di susun oleh : Muhamad Halfiz (2011110031) Robi Wijaya (2012110003) Alhadi (2012110093) Rari Ranjes Noviko (2013110004) Sulis Tiono (2013110008) Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

58. Pada tail race masih terdapat kecelakaan air 1m/det serta besarnya K = 0,1. Hitung : 1) Hidrolik Losses!

58. Pada tail race masih terdapat kecelakaan air 1m/det serta besarnya K = 0,1. Hitung : 1) Hidrolik Losses! TURBIN AIR 1. Jelaskan secara singkat tentang sejarah diketemukannya turbin air sebagai tenaga penggerak mula? 2. Jelaskan perbedaan antara pembangkit tenaga listrik dengan tenaga air dan tenaga diesel?

Lebih terperinci

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018) Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018) ANALISA PENGARUH JUMLAH SUDU DAN LAJU ALIRAN TERHADAP PERFORMA TURBIN KAPLAN Ari Rachmad Afandi 421204156

Lebih terperinci

BAB V STUDI POTENSI. h : ketinggian efektif yang diperoleh ( m ) maka daya listrik yang dapat dihasilkan ialah :

BAB V STUDI POTENSI. h : ketinggian efektif yang diperoleh ( m ) maka daya listrik yang dapat dihasilkan ialah : BAB V STUDI POTENSI 5.1 PERHITUNGAN MANUAL Dari data-data yang diperoleh, dapat dihitung potensi listrik yang dapat dihasilkan di sepanjang Sungai Citarik. Dengan persamaan berikut [23]: P = ρ x Q x g

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan listrik menjadi masalah yang tidak ada habisnya. Listrik menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan listrik menjadi masalah yang tidak ada habisnya. Listrik menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA.1. Potensi Pemanfaatan Mikrohidro Kebutuhan listrik menjadi masalah yang tidak ada habisnya. Listrik menjadi kebutuhan yang mendasar saat ini, namun penyebarannya tidak merata terutama

Lebih terperinci

Panduan Praktikum Mesin-Mesin Fluida 2012

Panduan Praktikum Mesin-Mesin Fluida 2012 PERCOBAAN TURBIN PELTON A. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan dari pelaksanaan percobaan ini adalah untuk mempelajari prinsip kerja dan karakteristik performance turbin air (pelton). Karakteristik performance turbin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III UMUM

BAB III METODOLOGI III UMUM III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. UMUM Sebagai langkah awal sebelum menyusun Tugas Akhir secara lengkap, terlebih dahulu disusun metodologi untuk mengatur urutan pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir. Metodologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS. Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas

BAB IV HASIL ANALISIS. Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas BAB IV HASIL ANALISIS 4.1 Perhitungan Ketinggian (head) Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas ketinggian yang merupakan awal dari jatuhnya air horizontal bagian yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP

PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA HUKURILA KOTA AMBON UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

PENERAPAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA HUKURILA KOTA AMBON UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI PENERAPAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA HUKURILA KOTA AMBON UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI James Zulfan 1*, Erman Mawardi 1, dan Yanto Wibowo 1 1 Puslitbang Sumber Daya Air, Kementerian

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian Laboratorium

BAB III Metode Penelitian Laboratorium BAB III Metode Penelitian Laboratorium 3.1. Model Saluran Terbuka Pemodelan fisik untuk mempelajari perbandingan gerusan lokal yang terjadi di sekitar abutment dinding vertikal tanpa sayap dan dengan sayap

Lebih terperinci

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS 1.1 Pendahuluan 1.1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembang teknologi yang semakin maju, banyak diciptakan peralatan peralatan yang inovatif serta tepat guna. Dalam

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN PLTMH

BAB V PERENCANAAN PLTMH BB V PERENCNN PLTMH 5. UMUM nalisa terhadap alternatif pemilihan alat dan jenis turbin, memperoleh kesimpulan bahwa untuk perencanaan PLTMH di Desa Sadang, Kecamatan Jekulo, menggunakan jenis turbin kayu

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) 3.1. PLTMH Cinta Mekar Gambar 3.1 Ilustrasi PLTMH Cinta Mekar (Sumber IBEKA) PLTMH Cinta Mekar

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA POMPA SUPLAI AIR BERSIH, PERENCANAAN SEPTIK TANK DAN PERENCANAAN SALURAN DRAINASE AIR HUJAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL

PERHITUNGAN DAYA POMPA SUPLAI AIR BERSIH, PERENCANAAN SEPTIK TANK DAN PERENCANAAN SALURAN DRAINASE AIR HUJAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL PERHITUNGAN DAYA POMPA SUPLAI AIR BERSIH, PERENCANAAN SEPTIK TANK DAN PERENCANAAN SALURAN DRAINASE AIR HUJAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL LEOFANDY THEO DORUS GOSAL NRP : 9921004 Pembimbing : Maria Christine

Lebih terperinci

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A)

REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A) REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) (KASUS DAERAH PACITAN) (279A) Indra Bagus Kristiarno 1, Lutfi Chandra Perdana 2,Rr. Rintis Hadiani 3 dan Solichin 4 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI PERANCANGAN ULANG TURBIN FRANCIS PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) STUDI KASUS DI SUNGAI SUKU BAJO, DESA LAMANABI, KECAMATAN TANJUNG BUNGA, KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin,

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin, BAB 2 LANDASAN TEORI Pusat listrik memiliki berbagai macam sumber tenaga, diantaranya adalah: 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Mikrohidro atau biasa disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik

Lebih terperinci

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 1 BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya terhadap benda sama dengan nol apabila arah gaya dengan perpindahan benda membentuk sudut sebesar. A. 0 B. 5 C. 60

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA II - 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA.1. UMUM Dalam perencanaan pekerjaan selalu dibutuhkan kajian pustaka sebab dengan kajian pustaka dapat ditentukan spesifikasi - spesifikasi yang menjadi acuan dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat untuk menempuh Colloquium Doctum/ Ujian

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA 6.1 UMUM Bendung direncanakan untuk mengairi areal seluas 1.32700 ha direncanakan dalam 1 (satu) sistem jaringan irigasi dengan pintu pengambilan di bagian kiri bendung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN 3.1. Metode Pembahasan Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini antara lain, yaitu : 1. Metode Literatur Metode literature yaitu, metode dengan mengumpulkan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Turbin Air Secara sederhana turbin air adalah suatu alat penggerak mula dengan air sebagai fluida kerjanya yang berfungsi mengubah energi hidrolik dari aliran

Lebih terperinci

Gambar 9. Segitiga kecepatan untuk turbin reaksi aliran ke luar.

Gambar 9. Segitiga kecepatan untuk turbin reaksi aliran ke luar. Turbin Air 117 Gambar 9. Segitiga kecepatan untuk turbin reaksi aliran ke luar. Contoh soal Sebuah turbin reaksi aliran keluar mempunyai diameter dalam dan diameter luar berturut-turut 1 meter dan 2 meter.

Lebih terperinci

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih BANGUNAN IRIGASI GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih DEFINISI GORONG-GORONG Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 RANCANGAN NOSEL DENGAN KATUP PENGATURAN DEBIT AIR PENGGERAK TURBIN OSSBEGER DAYA TURBIN = 2,6 KW HEAD = 12 METER SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana H E R D Y

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH 3.1 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk

Lebih terperinci

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK

BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK BAB III KOLAM PENENANG / HEAD TANK 3.1 KONDISI PERENCANAAN Kolam penenang direncanakn berupa tangki silinder baja, berfungsi untuk menenangkan air dari outlet headrace channel. Volume tampungan direncanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 1.1 KETERSEDIAAN DEBIT AIR PLTM CILEUNCA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 1.1 KETERSEDIAAN DEBIT AIR PLTM CILEUNCA 42 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 1.1 KETERSEDIAAN DEBIT AIR PLTM CILEUNCA Sebelum melakukan perhitungan maka alangkah baiknya kita mengetahui dulu ketersediaan debit air di situ Cileunca

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika Mekanika Fluida II Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika 1 Geometri Saluran 1.Kedalaman (y) - depth 2.Ketinggian di atas datum (z) - stage 3.Luas penampang A (area cross section area) 4.Keliling

Lebih terperinci

MODEL FISIK KINCIR AIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

MODEL FISIK KINCIR AIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK MODEL FISIK KINCIR AIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK Rinaldi 1, Andy Hendri dan Akhiar Junaidi 3 1,,3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau ri.naldi @yahoo.com ABSTRAK Salah satu jenis energi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL l HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK jl1 v v111 x xi xu BAB I PENDAHULUAN1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK MIKROHIDRO

DESAIN DAN ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK MIKROHIDRO DESAIN DAN ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK MIKROHIDRO Sunardi 1*, Wahyu Sapto Aji 2*, Hernawan Aji Nugroho 3 1,2,3 Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan Jl. Prof. Soepomo Janturan Yogyakarta * Email: sunargm@gmail.com

Lebih terperinci

Optimasi Energi Terbarukan (Mikrohidro)

Optimasi Energi Terbarukan (Mikrohidro) Optimasi Energi Terbarukan (Mikrohidro) Oleh: ASROFUL ANAM, ST., MT. Jurusan Teknik Mesin S-1 Institut Teknologi Nasional Malang Hydropower klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro (PLTH) Big Dam Small

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN TINGGI TEKAN KECIL DI SALURAN IRIGASI

TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN TINGGI TEKAN KECIL DI SALURAN IRIGASI Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN TINGGI TEKAN KECIL DI SALURAN IRIGASI Irma Wirantina Kustanrika ABSTRAK Terbatasnya pasokan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMBANGUNAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI KINALI PASAMAN BARAT

PERENCANAAN PEMBANGUNAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI KINALI PASAMAN BARAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI KINALI PASAMAN BARAT Oleh : Sulaeman 1 dan Ramu Adi Jaya Dosen Teknik Mesin 1 Mahasiswa Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK

LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK UNTUK PLTM...... X... MW PROVINSI... LAMPIRAN A DESKRIPSI PROYEK DAFTAR ISI 1. Definisi 2. Informasi Umum Pembangkit 3. Informasi Finansial Proyek 4. Titik Interkoneksi 1. Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masuk.(sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-02). potensial yang dapat diairi dari sungai yang bersangkutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masuk.(sumber: Standar Perencanaan Irigasi KP-02). potensial yang dapat diairi dari sungai yang bersangkutan. BAB II BAB II-Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA.1. Pengertian Bangunan Hidrolis Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai : semua bangunan yang direncakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN USTAKA 2.1. engertian Dasar Tentang Turbin Air Kata turbin ditemukan oleh seorang insinyur yang bernama Claude Bourdin pada awal abad 19, yang diambil dari terjemahan bahasa latin dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TURBIN AIR Turbin air termasuk dalam kelompok mesin-mesin fluida yaitu, mesin-mesin yang berfungsi untuk merubah energi fluida (energi potensial dan energi kinetis air) menjadi

Lebih terperinci

Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur

Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur 5 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) 5.1. Pengertian PLTMH PLTMH pada prinsipnya sama dengan PLTA (pembangkit listrik tenaga air) seperti Jati Luhur dan Saguling di Jawa Barat. Masyarakat di

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN TURBIN VORTEX DENGAN CASING BERPENAMPANG SPIRAL DAN LINGKARAN DENGAN 3 VARIASI DIMENSI SUDU

ANALISA PERANCANGAN TURBIN VORTEX DENGAN CASING BERPENAMPANG SPIRAL DAN LINGKARAN DENGAN 3 VARIASI DIMENSI SUDU ANALISA PERANCANGAN TURBIN VORTEX DENGAN CASING BERPENAMPANG SPIRAL DAN LINGKARAN DENGAN 3 VARIASI DIMENSI SUDU SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik INDRA

Lebih terperinci

EVALUASI KANTONG LUMPUR DI.AEK SIGEAON PADA BENDUNG AEK SIGEAON KABUPATEN TAPANULI UTARA PROPINSI SUMATERA UTARA

EVALUASI KANTONG LUMPUR DI.AEK SIGEAON PADA BENDUNG AEK SIGEAON KABUPATEN TAPANULI UTARA PROPINSI SUMATERA UTARA EVALUASI KANTONG LUMPUR DI.AEK SIGEAON PADA BENDUNG AEK SIGEAON KABUPATEN TAPANULI UTARA PROPINSI SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... A. Latar Belakang B. Tujuan dan Manfaat C. Batasan Masalah...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... A. Latar Belakang B. Tujuan dan Manfaat C. Batasan Masalah... i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... i iv v viii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan dan Manfaat... 2 C. Batasan Masalah... 2 D. Sistematika

Lebih terperinci

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro atau biasa disebut PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air sama halnya dengan PLTA, hanya

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA CATATAN KEGIATAN Mata Kuliah/Kode MK/SKS : Bangunan Tenaga Air/TKS 4106/2 SKS PROSES PEMBELAJARAN Semester :

Lebih terperinci

SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKO HIDRO UNTUK MODUL PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KONVERSI ENERGI

SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKO HIDRO UNTUK MODUL PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KONVERSI ENERGI SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PIKO HIDRO UNTUK MODUL PRAKTIKUM DI LABORATORIUM KONVERSI ENERGI Fulgensius Odi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI...

BAB II LANDASAN TEORI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1.

Lebih terperinci

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU Sih Andayani 1, Arif Andri Prasetyo 2, Dwi Yunita 3, Soekrasno 4 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TURBIN KAPLAN PADA SUB UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR KEDUNGOMBO

KARAKTERISTIK TURBIN KAPLAN PADA SUB UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR KEDUNGOMBO EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 69-74 KARAKTERISTIK TURBIN KAPLAN PADA SUB UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR KEDUNGOMBO Mulyono, Suwarti Program Studi Teknik Konversi Energi,

Lebih terperinci

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek D125 Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek Faradilla Ayu Rizki Shiami, Umboro Lasminto, dan Wasis Wardoyo Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Turbin Air

BAB II 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Turbin Air BAB II 2 LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Air Turbin air atau pada mulanya kincir air adalah suatu alat yang sudah sejak lama digunakan untuk keperluan industri. Pada mulanya yang dipertimbangkan adalah ukuran

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing, Mahendra Andiek M, Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM

BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM BAB IV KRITERIA PERENCANAAN PLTM 4.1. KRITERIA PERENCANAAN BANGUNAN AIR Dalam mendesain suatu Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) diperlukan beberapa bangunan utama. Bangunan utama yang umumnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Menurut Muhammad As ad Abidin, Rudy Soenoko, Djoko Sutikno [2], pada penelitiannya mengenai pengaruh besar sudut kelengkungan sudu terhadap unjuk kerja

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Pembangkit listrik kecil yang dapat menggunakan tenaga air pada saluran

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Pembangkit listrik kecil yang dapat menggunakan tenaga air pada saluran BAB II DASAR TEORI 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. energi listrik, khususnya di pedesaan yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN. PLTMH merupakan alternatif yang sangat potensial bila

ABSTRAK. energi listrik, khususnya di pedesaan yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN. PLTMH merupakan alternatif yang sangat potensial bila JURNAL TEKNIK DINTEK, Vol. 10 No. 0, September 017 :44-50 STUDI PIPA PESAT PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) Marlina Kamis*, Ruslan Amir** Dosen prodi teknik sipil UMMU Ternate* Alumni

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dapat dibangun apabila terdapat debit air dan tinggi jatuh yang cukup sehingga kelayakannya dapat tercapai.

Lebih terperinci

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Beberapa waktu lalu sudah dibahas mengenai cara menghitung debit rencana untuk kepentingan perencanaan saluran drainase. Hasil perhitungan debit rencana bukan

Lebih terperinci

ANALISA DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO TUKAD BALIAN, TABANAN MENGGUNAKAN SIMULINK

ANALISA DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO TUKAD BALIAN, TABANAN MENGGUNAKAN SIMULINK ANALISA DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO TUKAD BALIAN, TABANAN MENGGUNAKAN SIMULINK W.G. Suharthama, 1 I W.A Wijaya, 2 I G.N Janardana 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci