BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah knalpot standart satriafu dan juga knalpot komposit polymer poliproplena dan Palm oil fly ash 3.2 Parameter Penelitian Parameter Penelitian ini adalah karakteristik kebisisngan yang akan dihasilkan oleh knalpot komposit poliproplena dan POFA dan juga kebisingan dari knalpot standart 3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian di lakukan di laboratorium Noise and vibration research center Departemen Teknik mesin Universitas Sumatera utara dan waktu penelitian akan di lakukan adalah pada bulan maret hingga bulan agustus Bahan & Alat Bahan 1. Knalpot standart Knalpot stadart yang di gunakan di dalam penelitian ini adalah knalpot standart sepeda motor satria fu dengan kapasitas mesin sebesar 10 cc Gambar 3.1 Knalpot standart Satria fu

2 2 2. Knalpot komposit knalpot komposit yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposit berbahan POFA (palm oil fly ash) atau abu cangkang kelapa sawit untuk untuk di ketahui tingkat kebisingannya. Knalpot komposit yang digunakan memiliki uuran sebagai berikut : Panjang (l) : 39 mm Diameter luar (d1) : 100 mm Diameter dalam (d2) : 80 mm Gambar 3.2 Desain knalpot Knalpot yang digunakan mempunyai 3 bahan campuran yaitu sebagai berikut: 1.knalpot dengan campuran 90% PP dan 10% POFA 2. knalpot dengan campuran 8% PP dan1% POFA 3. knalpot dengan campuran 80% PP dan 20% POFA Gambar 3.3 knalpot komposit POFA

3 Alat 1. Sound level meter Digunakan untuk mengukur kebisisngan yang dihasil kan oleh knalpot komposit maupun knalpot standart yang akan di uji. Sound level meter yang digunakan adalah Sound level meter Bruel & Kjaer type 2238 fulfils yang dapat mengukur kebisingan antara dB Gambar 3.4 Sound level meter 2. Tripot Digunakan sebagai tempat kedudukan sound level meter pada saat melakukan pengujian kebisingan agar jarak pengukuran lebih tepat Gambar 3. Tripot

4 27 3. Meteran Digunakan untuk mengukur jarak pengukuran antara sumber bising yaitu knalpot dengan alat ukur yaitu sound level meter Gambar 3.6 Meteran 4. Tepung Digunakan untuk menandai jarak pengukuran kebisingan, jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejauh 1 m pada arah pengukuran X+,X-,Z+,Z-, dan Y+ Gambar 3.7 Tepung

5 28. Kunci pas Digunakan untuk melepas dan memasang kembali knalpot standart ataupun knalpot komposit pada saat pengujian berlangsung Gambar 3.8 Kunci pas 6. Kabel tembaga Digunakan untuk mengikat knalpot agar lebih kokoh dan tidak terlalu bergoyang saat dilakukan pengujian, karena sedikit maka tidak terlalu berpengaruh terhadap kebisingan yang terjadi sehingga dapat diabaikan. Gamabar 3.9 Kabel tembaga 3. Metode Pengumpulan data Pengumpulan data di mulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang di perlukan dalam pembuatan knalpot komposit yaitu berupa polypropylene dan POFA dengan mengunjungi pabrik pengolahan kelapa sawit Pembuatan knalpot komposit dengan metode casting

6 29 Pengumpulan data kebisingan knalpot komposit dengan alat sound power level Pengumpulan data kebisingan knalpot standart dengan alat sound power level Membanding kan data kebisingan knalpot standart dan knalpot komposit yang telah didapatkan 3.6 Metode Pengujian Metode pengujian kebisingan knalpot yang digunakan dengan cara mengukur secara langsung kebisingan yang dihasilkan knalpot komersil dan komposit polypropylene dan POFA dengan menggunakan alat sound level meter pada saat knalpot sedang digunakan. Putaran mesin sepeda motor yang dihidupkan pada saat pengambilan data kebisingan knalpot yang dihitung dimulai dari 1000 rpm, 2000 rpm, 200 rpm, 3000 rpm sampai dengan 4000 rpm. Jarak yang diuji kebisingan adalah 1 meter yang merupakan standar pengukuran ISO 130 dengan sumbu X+, X-, Z+, Z- dan Y+. Arah pengukuran dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Gambar 3.10 Arah pengukuran kebisingan

7 30 Gambar 3.11 Set up pengukuran Dapat kita lihat dari gambar set up pengukuran dimana pengambilan data kebisingan dari penelitian ini adalah memakai pengukuran setengah bola dimana knalpot sepeda motor sebagai sumber kebisingan harus ditempatkan di tengah tengah atau pusat daripada ruang setengah bola tersebut. Titik dari alat ukur kebisingan sound level meter tersebut adalah 1 meter mengelilingi sumber kebisingan mengikuti arah ukur. 3.7 Prosedur Pengukuran Kebisingan Pada Knalpot Langkah-langkah dalam pengukuran kebisingan pada knalpot standar maupun knalpot komposit sebagai berikut. 1. Siapkan knalpot yang akan dilakukan pengujian kebisingan. 2. Pasang alat ukur kebisingan sound level meter ke tripod dan oprasikan sound level meter. 3. Ukur jarak antara sound level meter ke ujung silencer menggunakan meteran dengan jarak 1 meter. 4. Arahkan microphone yang ada pada sound level meter ke arah ujung silencer.

8 31. Hidupkan sepeda motor. 6. Pada sumbu X lakukan pengambilan data dengan kecepatan putaran 1000 rpm, 2000 rpm, 200 rpm, 3000 rpm dan 4000 rpm. Lakukan hal yang sama pada sumbu-x, Z,-Z dan Y. 7. Ulangi langkah 3 sampai langkah 7 untuk pengambilan data dengam menggunakan knalpot komposit 10%,1% dan 20%.

9 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literartur Pembuatan Knalpot Tidak Pembuatan Berhasil Pengujian Kebisingan Tidak Proses Berhasil Analisa Data Kesimpulan Selesai Gambar 3.12 Diagram alir Penelitian

10 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengujian kebisingan pada knalpot sandart dan knalpot komposit Metode pengujian kebisingan yang dilakukan pada knalpot standart dan knalpot komposit adalah dengan mengukur kebisingan knalpot secara langsung pada arah ukur X+,X-,Z+,Z-, dan Y+. Jarak yang yang dibutuhkan untuk melakukan pengujian adalah 1 meter dari arah knalpot sesuai dengan standar iso menggunakan alat pengukur kebisingan yaitu sound level meter dengan putaran mesin 1000, 2000, 200, 3000, dan Berikut adalah hasil data pengukuran kebisingan yang dilakukan pada knalpot standart dan juga knalpot komposit dengan variasi campuran POFA 10%, 1%, 20% yang di tampilkan pada Tabel 4.1 sampai Tabel 4.4 Tabel 4.1 Kebisingan pada knalpot standart Putaran/ arah ukur X+ X- Z+ Z- Y ,6 7,6 7, 7, ,1 78,4 78,1 78,4 76, ,1 79,3 79,3 79,8 77, ,2 80,3 80, 81,3 77, , 82,8 81, 81,9 78,9 Keterangan: noise terendah noise tertinggi Dapat kita lihat pada tabel 4.1 kebisingan vs putaran pada knalpot standart bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur X- dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 82,8 db dan juga dapat kita lihat pula bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur X+ dan berada

11 34 pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 73 db. Tabel 4.2 Kebisingan knalpot komposit POFA 10 % Putaran/ arah ukur X+ X- Z+ Z- Y ,2 7,1 78,7 74,1 74, ,1 79,7 79, , ,8 81,4 83, ,9 84,3 8 83,9 84, ,1 8,1 8, 84,2 86,6 Keterangan: noise terendah noise tertinggi Dapat kita lihat pada tabel 4.2 kebisingan vs putaran pada knalpot komposit 10% bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 10% adalah pada arah ukur Y+ dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 86,6 db dan juga dapat kita lihat pula bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada komposit 10% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 74,1 db Tabel 4.3 Kebisingan knalpot komposit POFA 1 % Putaran/ X+ X- Z+ Z- Y+ arah ukur ,4 71,2 72,4 69,3 72, ,7 78,4 77,3 76,3 77, ,8 82,2 79,4 78,2 79, ,2 81,3 78,2 80,6 83, , 83, 81,1 82, Keterangan: noise terendah noise tertinggi

12 3 Dapat kita lihat pada tabel 4.3 kebisingan vs putaran pada knalpot komposit 1% bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 1 % adalah pada arah ukur X- dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 84, db dan juga dapat kita lihat pula bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit 1% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 69,3 db Tabel 4.4 Kebisingan knalpot komposit POFA 20 % Putaran/ X+ X- Z+ Z- Y+ arah ukur ,2 70,8 68,8 68,3 69, ,8 78,3 77,8 77,2 81, , 80,2 78,4 78,8 82, ,1 81, 80,7 79,2 83, ,1 8,4 8,3 81,1 84,1 Keterangan: noise terendah noise tertinggi Dapat kita lihat pada tabel 4.4 kebisingan vs putaran pada knalpot komposit 20% bahwa kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur X- dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 8,4 db dan juga dapat kita lihat pula bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit 20% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 68,3dB

13 36 Arah ukur X+ kebisingan (db) , ,4 69,2 80,1 77,7 77,8 77, ,8 79, 79,1 83,9 8,1 84,1 81,1 81,2 81, 82 komposit 10 komposit 1 komposit20 standart rpm Gambar 4.1 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur x+ Dapat kita lihat pada Gambar 4.1 kebisingan knalpot arah ukur X+ bahwa kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 69,2 db kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 8,1 db. arah ukur x- kebisingan (db) ,6 7,1 71,2 70,8 79,7 78,3 78,4 82,2 80,2 79,3 84,3 81,3 81, 80,3 8,1 84, 8,4 82,8 komposit 10 komposit 1 komposit20 standart RPM Gambar 4.2 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur x-

14 37 Dapat kita lihat pada Gambar 4.2 kebisingan knalpot arah ukur X- bahwa kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 70,8 db kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10% POFA yaitu 8,3 db. Arah ukur Z+ kebisingan (db) ,8 78,7 79,4 79,4 77,3 77,8 78,4 79,3 78,1 7,6 72,4 68,8 8 8, 8,3 83, 80,7 81, 80, 78,2 komposit 10 komposit 1 komposit20 standart RPM Gambar 4.3 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur z+ Dapat kita lihat pada Gambar 4.3 kebisingan knalpot arah ukur Z+ bahwa kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 68,8 db kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10% POFA yaitu 8, db.

15 38 Arah ukur Z- kebisingan (db) , 74,1 69,3 68,3 78, ,3 77,2 83,9 84,2 81,4 80,6 81,3 81,1 81,9 79,8 78,2 78,8 79,2 komposit 10 komposit 1 komposit20 standart rpm Gambar 4.4 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur z- Dapat kita lihat pada Gambar 4.4 kebisingan knalpot arah ukur Z- bahwa kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 68,3 db kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10% POFA yaitu 84,2 db. Arah ukur Y+ kebisingan (db) ,6 7,4 72,6 69, 86,6 84,3 83,2 83,7 83,6 84,1 82,6 82, 81, 81,4 79,4 78,9 77,6 76, 77,1 77,6 komposit 10 komposit 1 komposit20 standart RPM Gambar 4.4 Grafik Kebisingan knalpot arah ukur Y+

16 39 Dapat kita lihat pada Gambar 4. kebisingan knalpot arah ukur Y+ bahwa kebisingan knalpot terendah berada pada putaran 1000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit, dan untuk kebisingan terendah yang terjadi adalah pada knalpot komposit 20% POFA yaitu 69, db kemudian terus terjadi peningkatan kebisingan hingga pada putaran mesin 4000 rpm untuk masing-masing knalpot baik knalpot standart maupun knalpot komposit. Kebisingan yang tertinggi yaitu terjadi pada knalpot komposit 10% POFA yaitu 86,6 db. 4.2 Kebisingan vs Frekuensi Berdasarkan data yang di dapat dari hasil pengujian yang di lakukan pada knalpot standart dan knalpot komposit dengan menggunakan alat ukur sound level meter adalah berupa data kebisingan (db) vs putaran mesin (rpm) sedangkan data yang dibutuh kan adalah berbentuk frekuensi (Hz) maka dari itu data putaran mesin berupa rpm akan diubah menjadi data frekuensi, Berikut adalah rumus dan perhitungan yang akan dilakukan untuk mengubah data rpm berubah menjadi frekuensi (Hz) dengan putran mesin (n)1000 rpm sebagai contoh : ωω = 2ππ 60 nn = 2(3,14) = 104,66 rrrrrr ωω = 2ππππ ff = ωω 2ππ = 104,66 6,28 = 16,67 Hz

17 40 Dengan menggunakan perhitungan yang sama seperti diatas berikut ditampilakan tabel untuk hasil kebisingan vs frekuensi dari knalpot standart dan juga knalpot komposit : Tabel 4. Frekuensi vs kebisingan knalpot standart Rpm Frekuensi / arah ukur X+ X- Z+ Z- Y , ,6 7,6 7, 7, ,33 77,1 78,4 78,1 78,4 76, ,67 79,1 79,3 79,3 79,8 77, ,2 80,3 80, 81,3 77, ,67 81, 82,8 81, 81,9 78, kebisingan (db) ,6 7,4 7, 73 78,4 77,1 76, 79,8 79,3 79,1 77,1 82,8 81,9 81,3 81,2 81, 80,3 78,9 77,6 x -x z -z y 70 16,64 33,33 41, ,67 frekuensi (Hz) Gambar 4.6 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot standart Dapat kita lihat pada Gambar 4.6 frekuensi vs kebisingan pada knalpot standart bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur Y+ dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 73 db kemudian kebisingan terus meningkat hingga pada frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart

18 41 adalah pada arah ukur X- dimana tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 82,8 db Tabel 4.6 Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 10% Frekuensi / Rpm X+ X- Z+ Z- Y+ arah ukur ,64 76,2 7,1 78,7 74,1 74, ,33 80,1 79,7 79, , , ,8 81,4 83, ,9 84,3 8 83,9 84, ,67 84,1 8,1 8, 84,2 86,6 90 kebisingan (db) ,6 8 8,1 8, 84,3 83,9 84,1 84,2 83,2 81, 81,8 81, ,7 80,1 79,7 79,4 76,2 7,1 74,1 74,6 16,64 33,33 41, ,67 x -x z -z y frekuensi (Hz) Gambar 4.7 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 10% Dapat kita lihat pada Gambar 4.7 frekuensi vs kebisingan pada knalpot komposit 10 % bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit POFA 10% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 74,1 db kemudian kebisingan terus meningkat hingga pada frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur Y+ dimana tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 86,6 db

19 42 Tabel 4.7 Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 1% Frekuensi / Rpm X+ X- Z+ Z- Y+ arah ukur ,64 70,4 71,2 72,4 69,3 72, ,33 77,7 78,4 77,3 76,3 77, ,67 78,8 82,2 79,4 78,2 79, ,2 81,3 78,2 80,6 83, , , 83, 81,1 82, kebisingan (db) ,6 72,4 71,2 70,4 69,3 78,4 77,6 77,3 77,7 76,3 82,2 79,4 78,8 78,2 83,7 81,3 81,2 80,6 78,2 84, 83, 82 82, 81,1 x -x z -z y 16,64 33,33 41, ,67 frekuensi (hz) Gambar 4.8 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 1% Dapat kita lihat pada Gambar 4.8 frekuensi vs kebisingan pada knalpot komposit 1 % bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit POFA 1% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 69,3 db kemudian kebisingan terus meningkat hingga pada frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot standart adalah pada arah ukur X- dimana tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 84, db

20 43 Tabel 4.8 Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 20% Rpm frekuensi / arah ukur X+ X- Z+ Z- Y ,64 69,2 70,8 68,8 68,3 69, ,33 77,8 78,3 77,8 77,2 81, ,67 79, 80,2 78,4 78,8 82, ,1 81, 80,7 79,2 83, ,67 8,1 8,4 8,3 81,1 84, kebisingan (db) ,1 8,4 8,3 83,6 84,1 82,6 81,4 81,1 81, 80,2 80,7 81,1 79, 78,3 78,4 78,8 79,2 77,8 77,2 70,8 69,2 69, 68,8 68,3 16,64 33,33 41, ,67 x -x z -z y frekuensi (hz) Gambar 4.9 Grafik Frekuensi vs kebisingan knalpot komposit POFA 20% Dapat kita lihat pada Gambar 4.9 frekuensi vs kebisingan pada knalpot komposit 20% bahwa kebisingan terendah yang terjadi pada knalpot komposit POFA 20% adalah pada arah ukur Z- dan berada pada frekuensi 16,64 Hz dengan tingkat kebisingan yang terjadi adalah 68, db kemudian kebisingan terus meningkat hingga pada frekuensi 66,7 Hz dan kebisingan terbesar yang terjadi pada knalpot komposit POFA 20% adalah pada arah ukur X- dimana tingkat kebisingan yang terjadi adalah mencapai 8,4 db

21 Koefisien Absorbsi (α) Berdasarkan data hasil kebisingan dari knlapot komposit maka akan di cari nilai koefisien absorsi dari knalpot komposit komposisi 10%,1%, dan 20 % POFA tersebut, berikut adalah perhitungan nilai koefisien absorsi dari knalpot komposit. α= rrrrrrrrrrrrrr kkkkkkkkkkkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkkkkkkkkkkk yyyyyyyy tttttttttttttt kkkkkkkkkkkkkk ssssssssssssssss kkkkkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkkkkkkk α= kkkkkkkkkkkkkk ssssssssssssssss α= 76, α= 0,01982 Dengan perhitungan yang sama berikut di tampilkan hasil dari perhitungan nilai koefisien absorsi dari knalpot masing-masing komposit pada tabel: Tabel 4.9 Koefisien absorsi knalpot komposit 10% Putaran/ arah ukur X+ X- Z+ Z- Y , , , , , , ,0168 0,0166 0,0076 0, , ,0340 0,0313 0,0200 0, ,0332 0, ,09 0, , ,0319 0, , , ,0979 Keterangan: Koefisien absorsi terendah Koefisien absorsi tertinggi Dapat kita lihat pada tabel 4.9 Koefisien Absorsi pada knalpot komposit 10 % POFA bahwa Kofisien absorbsi terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 10% POFA adalah pada arah ukur Y+ dan berada pada putran mesin 4000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0,0979 dan juga dapat kita lihat pula bahwa koesfisien absorsi terendah yang terjadi pada knalpot komposit 10% POFA

22 4 adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putaran mesin 1000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0,0076 Tabel 4.10 Koefisien absorsi knalpot komposit 1% Putaran/ arah ukur X+ X- Z+ Z- Y , , , , , , , , , , ,0367 0, ,0200 0, ,0124 0, , , , , ,0244 0, ,06971 Keterangan: Koefisien absorsi terendah Koefisien absorsi tertinggi Dapat kita lihat pada tabel 4.10 Koefisien Absorsi pada knalpot komposit 1% POFA bahwa Kofisien absorbsi terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 1% POFA adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putran mesin 1000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0, dan juga dapat kita lihat pula bahwa koesfisien absorsi terendah yang terjadi pada knalpot komposit 1% POFA adalah pada arah ukur X+ dan X- berada pada putaran 2000,3000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0 Tabel 4.11 Koefisien absorsi knalpot komposit 20% Putaran/ arah ukur X+ X- Z+ Z- Y ,020 0, , , , , , , , , ,0006 0,0113 0, , , , , , ,0283 0, , , ,0478 0, ,0691 Tabel 4.11 Koefisien absorsi knalpot komposit 20% Keterangan: Koefisien absorsi terendah Koefisien absorsi tertinggi

23 46 Dapat kita lihat pada tabel 4.3 Koefisien Absorsi pada knalpot komposit 20% POFA bahwa Kofisien absorbsi terbesar yang terjadi pada knalpot komposit 20% POFA adalah pada arah ukur Z- dan berada pada putran mesin 1000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0,09364 dan juga dapat kita lihat pula bahwa koesfisien absorsi terendah yang terjadi pada knalpot komposit 20% POFA adalah pada arah ukur X+ berada pada putaran 3000 rpm dengan nilai koefisien absorsi adalah 0, Transmission loss (TL) Berdasarkan data yang diproleh maka akan dihitung transmision loss atau kehilangan daya bunyi yang terjadi di alam knalpot komposit atau pun knalpot standart berikut adalah perhitungan nya: TL=10 llllll 10 [1+0.2( SSSS SSSS SSSS SSSS )2 ssssss 2 2ππππππ ] λ TL= Transmision Loss Se= Luas daerah masuk atau keluar =( ¼ ) (3.14) (0.04) 2 = 0,0019 mm 2 Sc= Luas Daerah Knalpot =3.14 ab = 3.14 (0.080)(0.080) = 0, mm 2 Lc=panjang knalpot = 0,39 mm a = d knalpot terpanjang m b = d knalpot terpanjang m λ = panjang gelombang panjang gelombang dapat dihitung dengan: λ = cbdt/f = 20,04 307/16,64 = 21,10 m maka : TL=10 llllll 10 [1+0.2( 0, ,0019 0,0019 = 7,48866 db 0, )2 ssssss 2 2(180)(0,39) ] 21,10

24 47 Berikut ditampilkan data nlai dari transmisinon loss knalpot standart maupun knalpot komposit: Tabel 4.12 Transmision loss rpm knalpot komposit 10% 1% 20% , , , , , , , , , , , , , ,9188 1,2721 Dapat kita lihat dari tabel bahwa semakin tinggi rpm maka semakin tinggi pula transmission loss yang terjadi, dimana transmission loss terendah terjadi pada knalpot komposit 10% dan transmission loss tertinggi terjadi pada knalpot kompoisit 20 % 4. Noise Reduction Rate(NRR) Setelah transmision loss kita hitung maka selanjutnya adalah menghitung noise reduction. Noise reduction atau penurunan tingkat daya bunyi akibat penyerapan daya bunyi oleh dinding material, dapat dihitung dengan persamaan berikut: NNNNNN = a. Knalpot komposit 10 % llll(xx) + llll( xx) + llll(zz) + llll( zz) + llll(yy) NNNNNN(1000 rrrrrr) = 73 76,2 + 76,6 7,1 + 7,6 78,7 + 7, 74,1 +(7,4 74,6) = 0,2 db (77,1 80,1) + (78,4 79,7) + (78,1 79,4) + (78,4 79) + (76, 81,) NNNNNN(2000 rrrrrr) =

25 48 = 2,24 db NNNNNN(200 rrrrrr) = (79,1 82) + (79,3 82) + (79,3 81,8) + (79,8 81,4) + (77,1 83,2) = 3,16 db NNNNNN(3000 rrrrrr) = (81,2 83,9) + (80,3 84,3) + (80, 8) + (81,3 83,9) + (77,6 84,3) = 4,1dB NNNNNN(4000 rrrrrr) = (81, 84,1) + (82,8 8,1) + (81, 8,) + (81,9 84,2) + (78,9 86,6) = 3,78 db NNNNNN = 0,2 + 2,24 + 4,1 + 3,78 = 2,76 db b. Knalpot Komposit 1 % NNNNNN(1000 rrrrrr) = (73 70,4) + (76,6 71,2) + (7,6 72,4) + (7, 69,3) + (7,4 72,6) = 4,04 db NNNNNN(2000 rrrrrr) = (77,1 77,7) + (78,4 78,4) + (78,1 77,3) + (78,4 76,3) + (76, 77,6) = 0,24 db NNNNNN(200 rrrrrr) = (79,1 78,8) + (79,3 82,2) + (79,3 79,4) + (79,8 78,2) + (77,1 79,4) = 0,68 db

26 49 NNNNNN(3000 rrrrrr) = (81,2 81,2) + (80,3 81,3) + (80, 78,2) + (81,3 80,6) + (77,6 83,7) = 0,82 db NNNNNN(4000 rrrrrr) = (81, 82) + (84, 82,) + (81, 83,) + (81,9 81,1) + (78,9 82,) = -1,38 db NNNNNN = 4,04 + 0,24 + 0,68 + 0,82 + 1,38 = 1,432 db c. Knalpot komposit 20% NNNNNN(1000 rrrrrr) = (73 69,2) + (76,6 70,8) + (7,6 68,8) + (7, 68,3) + (7,4 69,) =,9 db NNNNNN(2000 rrrrrr) = (79,1 77,8) + (79,3 78,3) + (79,3 77,8) + (79,8 77,2) + (77,1 81,4) = 0,8 db (81,2 79,) + (80,3 80,2) + (80, 78,4) + (81,3 78,8) + (77,6 83,782,6) NNNNNN(200 rrrrrr) = = 0,98 db (81,2 81,1) + (80,3 81,) + (80, 80,7) + (81,3 79,2) + (77,6 83,6) NNNNNN(3000 rrrrrr) = = 1,04 db

27 0 (81, 8,1) + (82,8 8,4) + (81, 8,3) + (81,9 81,1) + (78,9 84,1) NNNNNN(4000 rrrrrr) = = 2,88 db NNNNNN =,9 + 0,8 + 0,98 + 1,04 + 2,88 = 2,32 db Dapat kita lihat dari perhitungan NRR Bahwa nilai NRR rata-rata dari knalpot komposit 10% adalah sebesar 2,76 db, knalpot komposit 1%adalah 1,43 db dan knalpot komposit 20% adalah sebesar 2,32 db

28 1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat di ambil beberapa kesimpulan diantaranya : 1. Semakin tinggi putaran mesin yang terjadi maka semakin tinggi pula kebisingan yang terjadi pada knalpot komposit, begitu pula dengan pengaruh frekuensi semakin tinggi frekuensi yang terjadi maka semakin tinggi juga kebisingan yang terjadi pada knalpot komposit Polipropylen dan POFA. Ini terjadi terjadi akibat proses pembakaran dalam silinder piston, maupun getaran pada sepeda motor. Oleh sebab itu, apabila variasi putaran pada mesin ditambah, maka kebisingan akan bertambah juga 2. Knalpot komposit yang terbaik adalah knalpot komposit dengan komposisi 80% PP dan 20% POFA karena memiliki nilai kebisingan terendah dibandingkan knalpot komposit 90:10, 8:11, maupun knalpot standart 3. Nilai NRR terendah dari knalpot komposit adalah pada komposisi 8: 1 yaitu 1,43 db dan tertinggi adalah komposit 80:10 yaitu 2,76 db.2 Saran 1. Dalam melakukan penelitian terhadap kebisingan hendak nya dilakukan pada tempat dan waktu yang benar-benar sunyi agar mendapatkan data yang lebih akura 2. Perbandingan dengan beberapa komposisi diharapkan dapat dilakukan untuk mendapat kan komposisi terbaik dalam mengurangi kebisingan yang terjadi pada knalpot

STUDI EKPERIMENTAL PERBANDINGAN KEBISINGAN KNALPOT KOMPOSIT POLYPROPHYLENE (PP) DAN PALM OIL FLY ASH DENGAN KNALPOT STANDAR SKRIPSI

STUDI EKPERIMENTAL PERBANDINGAN KEBISINGAN KNALPOT KOMPOSIT POLYPROPHYLENE (PP) DAN PALM OIL FLY ASH DENGAN KNALPOT STANDAR SKRIPSI i STUDI EKPERIMENTAL PERBANDINGAN KEBISINGAN KNALPOT KOMPOSIT POLYPROPHYLENE (PP) DAN PALM OIL FLY ASH DENGAN KNALPOT STANDAR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008 TUGAS SARJANA TEKNIK PENGENDALIAN KEBISINGAN MODIFIKASI DESIGN DAN UJI EKSPERIMENTAL SILENCER DENGAN DOUBLE SALURAN PADA KNALPOT TOYOTA KIJANG 7K YANG TERBUAT DARI MATERIAL KOMPOSIT O L E H : NAMA : PANCA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi selain membawa dampak positif dalam kehidupan manusia juga banyak menimbulkan dampak negatif yang merugikan manusia seperti di antaranya polusi

Lebih terperinci

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA Kristofel Ade Wiyono Pangalila 1, Prasetio Sudjarwo 2, Januar Buntoro 3 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kombinasi campuran material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini industri permobilan terus meningkat. Peralatan industri seperti knalpot sepeda motor, peniup / penghembus, kipas angin, dan trafo menyebabkan

Lebih terperinci

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Ir. Wiratno Argo Asmoro, MSc. NIPN. 196002291987011001 Latar Belakang Akustik Ruang

Lebih terperinci

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH 6505 040 048 ABSTRAK Pada PT BOC Gases ini terdapat beberapa sumber kebisingan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PERANCANGAN ALAT KENDALI KEBISINGAN AKTIF PADA KNALPOT STANDART SEPEDA MOTOR SUPRA X 125 D DAN MENGIDENTIFIKASI REDUKSI SUARA YANG TERJADI SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi komposit mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN KNALPOT BERBAHAN ALUMINIUM UNTUK MENGURANGI KEBISINGAN PADA SEPADA MOTOR

PERANCANGAN KNALPOT BERBAHAN ALUMINIUM UNTUK MENGURANGI KEBISINGAN PADA SEPADA MOTOR PERANCANGAN KNALPOT BERBAHAN ALUMINIUM UNTUK MENGURANGI KEBISINGAN PADA SEPADA MOTOR TUGAS SARJANA Tugas Sarjana Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik CHANDRA SIMARMATA

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK MATERIAL AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN POLYURETHANE DENGAN METODE IMPEDANCE TUBE

KAJIAN EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK MATERIAL AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN POLYURETHANE DENGAN METODE IMPEDANCE TUBE A KAJIAN EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK MATERIAL AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN POLYURETHANE DENGAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Kotak Peredam Generator Set (Genset) dengan Beberapa Variabel Bahan dalam Skala Rumah Tangga Ulvi Loly Amanda a, Nurhasanah a *, Dwiria Wahyuni a a Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

Halaman Judul Lembar Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel

Halaman Judul Lembar Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel aman Judul Lembar Pengesahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel DAFTAR ISI Hal i ii iv v vii x xiii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar belakang 1 1.2 Permasalahan 2 1.3 Batasan masalah

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN Ferdy Ansarullah 1), Lila Yuwana, M.Si 2) Dra. Lea Prasetio, M.Sc 3) Jurusan Fisika Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Karakterisasi sampel

Lebih terperinci

Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries. Agustina Dwi Jayanti K3-VIII B

Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries. Agustina Dwi Jayanti K3-VIII B Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries Agustina Dwi Jayanti 6507040039 K3-VIII B Latar Belakang Produksi utama yaitu benang dan kain tenun Proses produksi dilakukan

Lebih terperinci

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA Febrian Tri SH 1), Denny Sugiarto S 2), Prasetio Sudjarwo 3), Januar Buntoro 4) ABSTRAK : Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DENGAN MANUAL. data data dari tabel hasil pengujian performansi motor diesel. sgf = 0,845 V s =

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DENGAN MANUAL. data data dari tabel hasil pengujian performansi motor diesel. sgf = 0,845 V s = LAMPIRAN A PERHITUNGAN DENGAN MANUAL Perhitungan performansi motor diesel berbahan bakar biofuel vitamin engine + solar berikut diselesaikan berdasarkan literatur 15, dengan mengambil variable data data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedemikian rupa agar suara yang keluar tidak begitu keras dalam artian mampu

BAB I PENDAHULUAN. sedemikian rupa agar suara yang keluar tidak begitu keras dalam artian mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Knalpot adalah alat peredam kebisingan pada kendaraan, apakah itu mobil, sepeda motor, dan lain sebagainya. Untuk tujuan tersebut maka knalpot dirancang sedemikian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana alur kerja dan proses pembuatan material komposit sandwich serat alami serta proses pengujian material tersebut untuk karakteristik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

Oleh : Jenar Seto/ Dosen pembimbing 1 :Ir. Wiratno Argo Asmoro,Msc Dosen pembimbing 2 :Ir. Zulkifli,Msc

Oleh : Jenar Seto/ Dosen pembimbing 1 :Ir. Wiratno Argo Asmoro,Msc Dosen pembimbing 2 :Ir. Zulkifli,Msc Oleh : Jenar Seto/2409105011 Dosen pembimbing 1 :Ir. Wiratno Argo Asmoro,Msc Dosen pembimbing 2 :Ir. Zulkifli,Msc Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan gangguan sistemik

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN Raissa Caecilia 1, Monica Papricilia 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut. III. METODOLOGI PENELITIAN 3. Alat dan Bahan Pengujian. Motor bensin 4-langkah 50 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 50 cc, dengan merk Yamaha Vixion. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Penelitian a. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4 langkah 110 cc seperti dalam gambar 3.1 : Gambar 3.1. Sepeda

Lebih terperinci

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM Batara Sakti 2408100040 Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT Latar Belakang Pada Kamar Hotel membutuhkan ketenangan dan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK KESIMPULAN. Gambar 3.1. Diagram alir metodologi pengujian BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram alir Metodologi Pengujian STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI DYNO TEST DYNOJET PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN MESIN SERVICE MESIN UJI KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia semakin meningkat. Baik peralatan tersebut berupa sarana informasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia semakin meningkat. Baik peralatan tersebut berupa sarana informasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin majunya teknologi, perkembangan peralatan yang digunakan manusia semakin meningkat. Baik peralatan tersebut berupa sarana informasi, komunikasi, produksi,

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TINGKAT KEBISINGAN SECARA DINAMIS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU

METODE PENGUJIAN TINGKAT KEBISINGAN SECARA DINAMIS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 METODE PENGUJIAN TINGKAT KEBISINGAN SECARA DINAMIS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU A. Kendaraan Bermotor

Lebih terperinci

Kata kunci: Transmission Loss

Kata kunci: Transmission Loss RANCANG BANGUN RUANG PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS MINI DI JURUSAN TEKNIK FISIKA ITS M. Bayu Lazuardy T., dan Andi Rahmadiansah ST, MT. Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 s.d. Maret 2017 di Bank Sampah Tasikmalaya, Desa Cikunir Kecamatan Singaparna, Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KEBISINGAN (NOISE) PADA KNALPOT KOMPOSIT YANG DILENGKAPI SALURAN DALAM GANDA PADA MOBIL BENSIN KIJANG 7K TESIS

PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KEBISINGAN (NOISE) PADA KNALPOT KOMPOSIT YANG DILENGKAPI SALURAN DALAM GANDA PADA MOBIL BENSIN KIJANG 7K TESIS PENGARUH VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KEBISINGAN (NOISE) PADA KNALPOT KOMPOSIT YANG DILENGKAPI SALURAN DALAM GANDA PADA MOBIL BENSIN KIJANG 7K TESIS OLEH SUPRIYADI 057015009/TM PROGRAM MAGISTER TEHNIK

Lebih terperinci

PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA

PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA ISI: PENDAHULUAN GETARAN MENGUKUR GETARAN ACCELEROMETER KALIBRASI PENGUKURAN AKUSTIK TEKANAN SUARA DAN TINGKAT TEKANAN SUARA ALAT PENGUKUR SUARA METODE KALIBRASI WHAT IS VIBRATION?

Lebih terperinci

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA Dani Ridwanulloh 13306037 LATAR BELAKANG Kondisi akustik ruangan yang baik sesuai fungsi ruangan diperlukan agar penggunaan ruangan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut : 1. Tempat pengujian :Dynotest center Mototech Jalan Ringroad Selatan,

Lebih terperinci

ANALISA KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI MATERIAL SERAT BATANG KELAPA SAWIT DENGAN GYPSUM MENGGUNAKAN SONIC WAVE ANALYZER

ANALISA KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI MATERIAL SERAT BATANG KELAPA SAWIT DENGAN GYPSUM MENGGUNAKAN SONIC WAVE ANALYZER ANALISA KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI MATERIAL SERAT BATANG KELAPA SAWIT DENGAN GYPSUM MENGGUNAKAN SONIC WAVE ANALYZER Qory Gunanda, Riad Syech, Muhammad Edisar Program Studi S1 Fisika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AKUSTIK PAPAN KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA BERMATRIK KERAMIK

KARAKTERISTIK AKUSTIK PAPAN KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA BERMATRIK KERAMIK KARAKTERISTIK AKUSTIK PAPAN KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA BERMATRIK KERAMIK Yusril Irwan Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Jl. PKH. Mustapa. No.23, Bandung 40124

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bunyi dengan melakukan perhitungan koefisien penyerapan bunyi. Doelle pada

I. PENDAHULUAN. bunyi dengan melakukan perhitungan koefisien penyerapan bunyi. Doelle pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koefisien serap bunyi merupakan salah satu cara untuk mengetahui karakteristik bunyi dengan melakukan perhitungan koefisien penyerapan bunyi. Doelle pada tahun 1993 menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian 1 I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian meningkat. Berbanding lurus dengan hal tersebut, penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II LANDASAN TEORI... 5

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II LANDASAN TEORI... 5 DAFTAR ISI Halaman Judul... Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... Lembar Pengesahan Dosen Penguji... Halaman Persembahan... Halaman Motto... Kata Pengantar... Abstraksi... Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan peningkatan permintaan akan kebutuhan transportasi. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan peningkatan permintaan akan kebutuhan transportasi. Hal tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan pergerakan yang ditandai dengan peningkatan permintaan akan

Lebih terperinci

PROGRAM MAGISTER TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

PROGRAM MAGISTER TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 KAJIAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI MATERIAL KOMPOSIT SERAT GERGAJIAN BATANG SAWIT DAN GYPSUM SEBAGAI MATERIAL PENYERAP SUARA MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE TESIS Oleh : KHAIRUL SUHADA 077015005 /

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Akustik Papan Partikel Sengon 4.1.1 Koefisien Absorbsi suara Apabila ada gelombang suara bersumber dari bahan lain mengenai bahan kayu, maka sebagian dari energi

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS 1 Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS Ferry Setyo Kurniawan, Wiratno Argo Asmoro Jurusan Teknik Fisika- Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) Oleh : M Farid Ardhiansyah

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) Oleh : M Farid Ardhiansyah STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) 1101000110 Oleh : M Farid Ardhiansyah 1106100039 Latar Belakang Ruang berukuran kecil dan berdinding beton Colouration Difuser

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pembahasan metode penelitian ini disuse untuk mengidentifikasikan kegagalan yang terjadi pada pompa sentrifugal terhadap sinyal vibrasi yang

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 9, NOMOR 2 JUNI 2013 Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan Didiek Basuki Rahmat, Alpha Hambally Armen, dan Gontjang Prajitno Jurusan

Lebih terperinci

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji LABORATORIUM AKUSTIK (11154) PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM 17 1 Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class () pada Suatu Sampel Uji Mohammad Istajarul Alim, Maslahah, Diky Anggoro Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. motor, dan lain sebagainya. Untuk tujuan tersebut maka knalpot dirancang sedemikian

BAB 1 PENDAHULUAN. motor, dan lain sebagainya. Untuk tujuan tersebut maka knalpot dirancang sedemikian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.2. Pendahuluan Knalpot adalah alat peredam kebisingan pada kendaraan, apakah itu mobil, sepeda motor, dan lain sebagainya. Untuk tujuan tersebut maka knalpot dirancang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN VISKOSITAS Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu fluida. Fluida yang kental menandakan nilai viskositas yang tinggi. Nilai viskositas ini berbanding terbalik

Lebih terperinci

DESAIN PEREDAM SUARA TABUNG KACA DENGAN SAMPEL CAMPURAN SERBUK KAYU MERANTI DAN PAPAN TELUR UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI

DESAIN PEREDAM SUARA TABUNG KACA DENGAN SAMPEL CAMPURAN SERBUK KAYU MERANTI DAN PAPAN TELUR UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DESAIN PEREDAM SUARA TABUNG KACA DENGAN SAMPEL CAMPURAN SERBUK KAYU MERANTI DAN PAPAN TELUR UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI Riad Syech 1), Krisman 2), Angeline Stefani Saragih 3) Jurusan Fisika

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REDUKSI BUNYI DAN BIAYA PENGERJAAN PADA DINDING BATA KONVENSIONAL DAN DINDING BATA RINGAN

KEMAMPUAN REDUKSI BUNYI DAN BIAYA PENGERJAAN PADA DINDING BATA KONVENSIONAL DAN DINDING BATA RINGAN KEMAMPUAN REDUKSI BUNYI DAN BIAYA PENGERJAAN PADA DINDING BATA KONVENSIONAL DAN DINDING BATA RINGAN Luciana Kristanto 1, Handoko Sugiharto 2, Remond Okta Wibowo 2, Fenny Harijono 2 1 Program Studi Arsitektur

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN Ratih Dwilestari Pembimbing I : Ir. Tutug Dhanardono, MT. Pembimbing II : Ir. Heri Joestiono Jurusan Teknik Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji 4 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 0 cc Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4- langkah 0 cc, dengan merk Yamaha

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS

PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS Bising Tingkat kebisingan yang berlebihan Besarnya TTB di ruang sumber dan di titik titik lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin 2 langkah 135 cc dengan data sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin 2 langkah 135 cc dengan data sebagai berikut : 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin 2 langkah 135 cc dengan data sebagai berikut : Gambar 3.1 Yamaha Rx

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PARALLEL-MISALIGNMENT DAN TINGKAT GETARAN YANG TERJADI PADA PULLEY DEPERICARPER FAN SKRIPSI

ANALISA PENGARUH PARALLEL-MISALIGNMENT DAN TINGKAT GETARAN YANG TERJADI PADA PULLEY DEPERICARPER FAN SKRIPSI ANALISA PENGARUH PARALLEL-MISALIGNMENT DAN TINGKAT GETARAN YANG TERJADI PADA PULLEY DEPERICARPER FAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH LASTRI SITUMORANG

Lebih terperinci

OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP

OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP 11 OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP Fadwah Maghfurah Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta fadwah.maghfurah@ftumj.ac.id

Lebih terperinci

DATA HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

DATA HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV DATA HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan ditampilkan data-data hasil pengujian dari material uji, yang akan ditampilkan dalam bentuk grafik atau kurva. Grafik grafik ini menyatakan hubungan

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Vonny Febrita, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang akan diteliti adalah penggantian sebagian semen Portland dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

Lebih terperinci

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN BAKAR Warsono Rohmat Subodro (UNU Surakarta, rohmadsubodro@yahoo.com) ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kendaraan Yang Diuji Untuk mengetahui, Perbandingan atau Pengaruh Pegas cvt Standar Dengan Pegas cvt racing terhadap kecepatan pada kendaraan yamaha fino, Maka perlu melakukan

Lebih terperinci

Pembuatan dan Pengujian Bahan Peredam Suara dari Berbagai Serbuk Kayu

Pembuatan dan Pengujian Bahan Peredam Suara dari Berbagai Serbuk Kayu Pembuatan dan Pengujian Bahan Peredam Suara dari Berbagai Serbuk Kayu Pradana Adi Wibowo*, Rahmawan Wicaksono, AgusYulianto Email*: prapradana1320@yahoo.com Jurusan Fisika, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN MESIN. Start. Motor Tersedia. Pemilihan Jenis Mesin Motor Daya. Daya Maksimum Tidak Ya

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN MESIN. Start. Motor Tersedia. Pemilihan Jenis Mesin Motor Daya. Daya Maksimum Tidak Ya BAB III PERANCANGAN ALAT DAN MESIN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Start Motor Tersedia Pemilihan Jenis Mesin Motor Daya Daya Maksimum Tidak Ya Dapat memutar Propeller sebagai Sumber tenaga Hovercraft

Lebih terperinci

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA 3.1 Alat Uji Kerusakan Bantalan Pada penelitian tugas akhir ini, alat uji yang digunakan adalah alat uji test rig yang digerakkan menggunakan sebuah motor dan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 5. Daftar alat yang digunakan pada penelitian

3. METODOLOGI ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 5. Daftar alat yang digunakan pada penelitian 3. METODOLOGI 3.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini berlangsung mulai bulan Juni sampai Desember 2009. Kegiatan penelitian terdiri dari perancangan, pembuatan serta pengujian alat HVAS. Pembuatan

Lebih terperinci

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII - 014 1. Dari besaran fisika di bawah ini, yang merupakan besaran pokok adalah A. Massa, berat, jarak, gaya B. Panjang, daya, momentum, kecepatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Eksperimen untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai macam zat aditif bahan bakar dan alat penghemat bahan bakar terhadap kinerja

Lebih terperinci

BAB III METODOGI PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB III METODOGI PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB III METODOGI PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Untuk mengetahui pengaruh pemakaian camshaft standar dan camshaft modifikasi terhadap konsumsi bahan bakar perlu melakukan pengujian mesin.. Oleh

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Data Hasil Penelitian Mesin Supra X 125 cc PGM FI yang akan digunakan sebagai alat uji dirancang untuk penggunaan bahan bakar bensin. Mesin Ini menggunakan sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelapa Sawit yang sudah tidak produktif. Indonesia, khususnya Sumatera Utara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelapa Sawit yang sudah tidak produktif. Indonesia, khususnya Sumatera Utara, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia mendapatkan tantangan besar dalam mengolah limbah pohon Kelapa Sawit yang sudah tidak produktif. Indonesia, khususnya Sumatera Utara, memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 4.1 Pengujian Torsi Mesin Motor Supra-X 125 cc

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 4.1 Pengujian Torsi Mesin Motor Supra-X 125 cc BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengujian Torsi Mesin Motor Supra-X 125 cc Untuk mendapatkan hasil torsi motor dilakukan pengujian menggunakan metode dynotest atau dynamometer. Setelah dilakukan

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM Oleh: WICAKSANA ANGGA TRISATYA - 2110 039 005 NEVA DWI PRASTIWI 2110 039 040 Dosen Pembimbing: Ir. SYAMSUL HADI, MT. Instruktur Pembimbing:

Lebih terperinci

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3.2 Tempat Penelitian 1. Mototech Yogyakarta 2. Laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara mengadakan penelitian agar pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Penelitian ini

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN Fajri Ridhola, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan termoplastik elastomer berbasis NR berpotensi untuk meningkatkan sifat-sifat NR. Permasalahan utama blend PP dan NR adalah belum dapat dihasilkan blend

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga 20 III. METODE PENELITIAN A. Umum Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Obyek dalam penelitian ini adalah paving block dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART 4.1. Analisa Performa Perhitungan ulang untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin, apakah kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan sinyal getaran untuk mendeteksi kerusakan elemen bola pada bantalan. Bantalan normal dan bantalan cacat elemen bola akan diuji

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan v-belt yang sesuai. Ditimbang kelapa parut sebanyak 2 kg. Dihidupkan mesin pemeras santan sistem screw press

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan v-belt yang sesuai. Ditimbang kelapa parut sebanyak 2 kg. Dihidupkan mesin pemeras santan sistem screw press LAMPIRAN Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian Mulai Dipasang pulley dan v-belt yang sesuai Ditimbang kelapa parut sebanyak Dihidupkan mesin pemeras santan sistem screw press Dimasukkan kelapa perut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bunyi secara fisis adalah penyimpangan tekanan akibat pergeseran partikel benda

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bunyi secara fisis adalah penyimpangan tekanan akibat pergeseran partikel benda BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunyi Bunyi secara fisis adalah penyimpangan tekanan akibat pergeseran partikel benda pada medium udara. Adapun tiga elemen utama yang perlu diperhatikan dalam setiap situasi

Lebih terperinci

Analisis Variasi Intake Manifold Standard dan Porting Pada Piston Standard dan Racing Terhadap Kinerja Sepeda Motor Honda GL100

Analisis Variasi Intake Manifold Standard dan Porting Pada Piston Standard dan Racing Terhadap Kinerja Sepeda Motor Honda GL100 TUGAS AKHIR Analisis Variasi Intake Manifold Standard dan Porting Pada Piston Standard dan Racing Terhadap Kinerja Sepeda Motor Honda GL100 Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data dan spesifikasi obyek penelitian dan hasil pengujian. Data-data

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Data Pengujian Dari hasil pengujian yang dilakukan pada sepeda motor merk Suzuki Shogun 125 CC tahun 2010 maka didapatkan hasil data dengan memanfaatkan sistem kelistrikan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei sampai bulan Agustus 2010. Bertempat di Laboratorium Pengawasan Mutu, Departemen Teknologi Industri Pertanian, dan Bengkel

Lebih terperinci

ABSTRAK Oleh: Aji Pranoto 1. Yogyakarta

ABSTRAK Oleh: Aji Pranoto 1. Yogyakarta EFEK PERUBAHAN UKURAN DIAMETER HEADER KNALPOT TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN AKSELERASI PADA SEPEDA MOTOR 4 TAK ABSTRAK Oleh: Aji Pranoto 1 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin IST AKPRIND Yogyakarta

Lebih terperinci

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB Nama Rizki Febrian Nim 13307111 Kelas 01 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Knalpot Absortif [10]

Gambar 2.1 Knalpot Absortif [10] 4 2.1 Knalpot BAB II TINJAUAN PUSTAKA Knalpot adalah alat peredam kebisingan yang dipasang pada kendaraan, pada knalpot terdapat tabung peredam suara yang disebut silencer. Secara umum knalpot pada kendaraan

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN Ipick Setiawan 1*, Agung Sudrajad 2, Mohammad Auriga 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik,

Lebih terperinci

Optimasi Kualitas Akustik Room to Room Berdasarkan Nilai Transmission Loss

Optimasi Kualitas Akustik Room to Room Berdasarkan Nilai Transmission Loss JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-175 Optimasi Kualitas Akustik Room to Room Berdasarkan Nilai Transmission Loss Fitri Rachmawati, Andi Rahmadiansah, dan Wiratno

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Sonya Yuliantika, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat.

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis energi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh dunia maupun Indonesia. Kementerian Riset dan Teknologi mencatat bahwa produksi minyak Nasional 0,9

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2014. Penelitian akan dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci