ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. (Penelitian laboratorik) SKRIPSI. Oleh: TANIA KUSUMAWARDANI NIM:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. (Penelitian laboratorik) SKRIPSI. Oleh: TANIA KUSUMAWARDANI NIM:"

Transkripsi

1 RECOVERY FROM DEFORMATION AKIBAT PENGGANTIAN SEBAGIAN BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PATI BERAS (ORYZA SATIVA) (Penelitian laboratorik) SKRIPSI Oleh: TANIA KUSUMAWARDANI NIM: FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA BHMN SURABAYA 2012 i

2 RECOVERY FROM DEFORMATION AKIBAT PENGGANTIAN SEBAGIAN BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PATI BERAS (ORYZA SATIVA) (Penelitian laboratorik) SKRIPSI Oleh: TANIA KUSUMAWARDANI NIM: FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA BHMN SURABAYA 2012 ii

3 RECOVERY FROM DEFORMATION AKIBAT PENGGANTIAN SEBAGIAN BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PATI BERAS (ORYZA SATIVA) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Dokter Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya Oleh: TANIA KUSUMAWARDANI NIM: Menyetujui Pembimbing Utama Pembimbing Serta (R. Moh. Yogiartono, drg., M.Kes) (Sri Yogyarti, drg., MS) NIP: NIP: FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012 iii

4 PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI SKRIPSI ini telah diuji pada tanggal 20 Januari 2012 PANITIA PENGUJI SKRIPSI 1. Prof.Dr. Anita Yuliati, drg.,m.kes (ketua penguji) 2. Soebagio, drg.,m.kes (sekretaris) 3. R. Moh. Yogiartono, drg.,m.kes (pembimbing utama/ anggota) 4. Sri Yogyarti, drg.,ms (pembimbing serta/ anggota) 5. Titien H.Agustantina, drg.,m.kes (anggota) iv

5 UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama saya panjatkan puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. R. M. Coen Pramono D.,drg., SU., Sp.BM(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga yang telah memberi kesempatan untuk menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. 2. Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., M.Kes selaku Kepala Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Universitas Airlangga yang telah memberi ijin untuk pembuatan skripsi. 3. R. Moh. Yogiartono, drg., M.Kes selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan saran dalam pengerjaan skripsi ini. 4. Sri Yogyarti, drg., MS selaku pembimbing serta yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan saran dalam pengerjaan skripsi ini. 5. Orang tua saya dan semua pihak yang turut membantu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, diharapkan skripsi ini memberi manfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Surabaya, January 2012 Penulis v

6 RECOVERY FROM DEFORMATION AKIBAT PENGGANTIAN SEBAGIAN BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PATI BERAS (ORYZA SATIVA) (RECOVERY FROM DEFORMATION CAUSED BY PARTIAL REPLACEMENT OF ALGINATE IMPRESSION MATERIAL WITH RICE STARCH (ORYZA SATIVA) ABSTRACT Background. Some of the qualities that should be there in impression material are high elasticity and recovery from deformation. So that, it can print out a deep undercut areas without dimensional changes. As substance usually be used, alginate impression material still has susceptibility, the price is still quite expensive because it should be imported from abroad. So the authors suggest the rice starch (Oryza sativa) as an alternative to a mixture of alginate impression material. Purpose. The aim of this study was to find out the value of the recovery from deformation caused by partial replacement of alginate impression material with rice starch (Oryza sativa). Method. Samples were tube shaped with 12.5 mm of diameter and 20 mm of height. Samples were divided into four groups. Group 1, 100% ratio of alginate impression material. Group 2, 55% ratio of alginate impression material and 45% ratio of rice starch. Group 3, 52,5% ratio of alginate impression material and 47,5% ratio of rice starch. Group 4, 50 % ratio of alginate impression material and 50% ratio of rice starch. Result. There were no significant differences in recovery from deformation values (p>0.05) between groups. Conclusion. Partial replacement of alginate impression material with rice starch (Oryza sativa) was still in the standart value of the recovery from deformation. Keywords: Recovery from deformation, alginate impression material, rice starch (Oryza sativa) vi

7 DAFTAR ISI Halaman Sampul Depan... i Sampul Dalam... ii Prasyarat Gelar/Persetujuan... iii Penetapan Panitia Penguji... iv Ucapan Terima Kasih... v Abstract... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar xi Daftar Tabel.. xii Daftar Lampiran... xiii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Bahan Cetak Bahan Cetak Alginat Pengertian Komposisi... 8 vii

8 2.2.3 Klasifikasi Proses Gelasi Manipulasi Recovery From Deformation Oryza Sativa Pati (amilum) BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Konseptual Hipotesis Penelitian BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Rancangan Penelitian Sampel Bentuk Sampel Kriteria Sampel Pembagian Sampel Besar Sampel Teknik Sampling Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Variabel Terkendali viii

9 4.5 Definisi Operasional Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Alat dan Bahan Alat Penelitian Bahan Penelitian Cara Kerja Pembuatan Pati Beras (Oryza sativa) Pengukuran Setting Time Pengukuran Recovery From Deformation Analisis Data Alur Penelitian BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB 6. PEMBAHASAN BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA ix

10 LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN x

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar 2.1 : Rumus bangun struktur asam alginik Gambar 2.2 : Oryza sativa L Gambar 2.3 : Amilosa Gambar 2.4 : Amilopektin Gambar 3.1 : Skema kerangka konseptual Gambar 4.1: Alat untuk meneliti recovery from deformation (Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga) Gambar 4.2 : Skema susunan C-clamps, 2 glass plate, fixation ring dan split mould Gambar 4.3 : Alat uji recovery from deformation (Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga) Gambar 4.4 : Skema alur penelitian xi

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Tabel 5.1: Nilai rerata dan simpang baku recovery from deformation (%) akibat penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) Tabel 5.2: Hasil uji One-Way Anova terhadap recovery from deformation akibat penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Lampiran 1. Hasil pengukuran setting time akibat penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) Lampiran 2. Hasil pegukuran recovery from deformation akibat penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) Lampiran 3. Hasil uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test Lampiran 4. Hasil uji statistik dengan uji One-Way Anova Lampiran 5. Hasil uji kandungan pati beras (Oryza sativa) Lampiran 6. Identifikasi jenis beras (Oryza sativa) xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan cetak adalah suatu bahan yang digunakan untuk prosedur pencetakan dalam kedokteran gigi meliputi gigi, jaringan sekitarnya dan lengkung gigi pasien dengan tepat untuk menghasilkan replika negatif. Replika positif terbentuk dari gypsum yang diisikan ke dalam replika negatif atau cetakan (Scheller & Sheridan 2010, p. 176). Bahan cetak yang sering digunakan dalam kedokteran gigi adalah bahan cetak irreversible hydrocolloid atau alginat (Nandinii, Venkatesh & Nair 2008, p. 37). Bahan cetak irreversible hydrocolloid akan berubah dari sol menjadi gel karena reaksi kimia. Ketika proses gelasi telah sempurna, gel yang terbentuk tidak dapat kembali menjadi sol (Power & Sakaguchi 2006, p. 272). Bahan cetak alginat memiliki beberapa keunggulan, di antaranya mudah dimanipulasi, peralatan yang diperlukan cukup minimum, fleksibel dalam sendok cetak, akurat, dan harganya terjangkau (Craig, Power & Wataha 2000, p. 145). Bahan cetak alginat sukar didapat dalam waktu singkat dan harganya menjadi relatif mahal di daerah terpencil, selain itu bahan cetak alginat yang beredar di pasaran, sampai saat ini masih diimpor dari luar negeri. Oleh karena itu, ada ide untuk mencampurkan bahan alam ke dalam bahan cetak alginat sebagai langkah penghematan. Salah satu bahan alam yang digunakan dalam campuran bahan cetak alginat adalah pati umbi Manihot utilissima (Noerdin, Irawan & Febriani 2003, p. 34). 1

15 2 Pati umbi Manihot utilissima dapat dicampur dengaan bahan cetak alginat karena memilki sifat yang sama yaitu dapat membentuk gel bila dicampur dengan air (Voight 1994, p. 355). Berdasarkan penelitian Noerdin, Irawan dan Febriani (2003, p. 36), penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati umbi Manihot utilissima sampai 47,5% menghasilkan detail reproduction sesuai standar ANSI/ADA No. 18 (1992) yaitu masih dapat mencetak garis sedalam 50 μm dan 75 μm. Pencampuran pati umbi Manihot utilissima di atas 47,5% tidak dapat menghasilkan detail reproduction sesuai standar ANSI/ADA No. 18 (1992). Hal ini terjadi karena pati dapat menghambat proses hidrasi dan pelepasan gugus hidroksil bahan cetak alginat sehingga menghambat pembentukan gel bahan cetak alginat dan mengakibatkan detail reproduction menurun. Untuk memperkuat keberadaan bahan cetak alginat dengan campuran pati umbi Manihot utilissima maka Aryathi (2005, p. 44) melakukan penelitian lanjutan mengenai recovery from deformation. Penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati umbi Manihot utilissima sampai 50% menghasilkan nilai recovery from deformation di atas 95%, berarti sesuai standar ANSI/ADA No. 18 (1992). Pencampuran pati umbi Manihot utilissima sebesar 75% menghasilkan bahan cetak yang lembek karena pati umbi Manihot utilissima menyerap air sampai habis sehingga tidak terjadi proses gelasi bahan cetak alginat. Hal ini mengakibatkan nilai recovery from deformation tidak dapat diukur karena saat dilakukan penekanan menggunakan alat uji recovery from deformation hanya tercapai dua putaran dial. Hal ini tidak sesuai dengan syarat pengukuran recovery from deformation yang ditetapkan ANSI/ADA No. 18 tahun 1992 yaitu empat putaran dial (Aryathi 2005, p. 43).

16 3 Keberadaan umbi Manihot utilissima masih terbatas hanya di daerah tertentu saja. Oleh karena itu, penulis merasa perlu mengusulkan bahan lain yang lebih mudah didapat sebagai alternatif campuran bahan cetak alginat. Beras (Oryza sativa) dapat dijadikan alternatif campuran bahan cetak alginat karena mengandung pati yang dapat membentuk gel (Voight 1994, p. 355). Apabila pati beras (Oryza sativa) dicampur dengan air maka terjadi pemutusan ikatan intermolekular kristal amilosa kemudian molekul amilosa berdifusi ke dalam medium air (Harper 1981 cited in Darwindra 2010), sedangkan rantai cabang 1,6- α-glikosida dari amilopektin akan membengkak sehingga terbentuk gel (Voight 1994, p. 355). Salah satu sifat yang harus dimiliki bahan cetak adalah elastisitas dan recovery from deformation yang tinggi sehingga dapat mencetak daerah undercut yang dalam tanpa perubahan dimensi (Bhat & Nandish 2006, p. 74). Recovery from deformation adalah persentase kemampuan viskoelastisitas bahan cetak untuk kembali ke dimensi semula saat dilakukan pelepasan cetakan dari dalam rongga mulut (Craig & Power 2002, p. 337). Menurut ANSI/ADA No. 18 (1992) setelah bahan cetak ditekan sebesar 20% selama 5 detik dan tekanan dilepas dari mulut, nilai recovery from deformation bahan cetak alginat sebaiknya kembali 95% dari bentuk semula. Recovery from deformation terjadi ketika beban tekan dihilangkan (Van Noort 2007, p. 195). Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti tentang recovery from deformation akibat penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa).

17 4 1.2 Rumusan Masalah Apakah terjadi perubahan nilai recovery from deformation akibat penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa). 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai recovery from deformation bahan cetak alginat akibat penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa). 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah memberi alternatif kepada dokter gigi, tentang penggunaan pati beras (Oryza sativa) sebagai pengganti sebagian bahan cetak alginat untuk langkah penghematan, namun tetap memenuhi kriteria ANSI/ADA No. 18 (1992).

18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak Bahan cetak adalah suatu bahan yang digunakan dalam prosedur kedokteran gigi untuk menghasilkan replika negatif dari gigi, jaringan sekitarnya dan lengkung gigi pasien dengan tepat. Replika positif terbentuk dari gips yang diisikan ke dalam replika negatif atau cetakan (Scheller & Sheridan 2010, p. 176). Menurut Power dan Sakaguchi (2006, p. 271); Powers dan Wataha (2008, p. 172) terdapat beberapa syarat bahan cetak, antara lain: a. Dapat diterima oleh penderita, baik dalam bau, rasa dan warna b. Tidak toksik dan tidak mengakibatkan iritasi c. Kualitas penyimpanan baik d. Murah dan hasilnya memadai e. Manipulasi mudah dengan peralatan yang sederhana f. Mempunyai waktu pengerasan yang cukup g. Konsistensi dan teksturnya memuaskan h. Memiliki flow yang baik dan dapat membasahi jaringan mulut dengan mudah i. Memiliki sifat elastik yang bebas dari permanent deformation setelah tekanan dilepas j. Cukup kuat sehingga tidak sobek pada saat dikeluarkan dari rongga mulut k. Dimensinya stabil dalam temperatur yang tinggi, kelembaban yang cukup untuk menghasilkan cast atau die 5

19 6 l. Compatible dengan bahan model (gypsum) m. Akurat dalam penggunaan klinis n. Tidak mengalami penurunan dimensi yang akurat setelah diberi desinfektan o. Tidak mengeluarkan gas atau produk lain selama pengerasan Klasifikasi bahan cetak berdasarkan sifat elastisitasnya adalah sebagai berikut (McCabe & Walls 2008, p. 137): A. Non elastik: 1. Impression plaster 2. Impression compoud 3. Zinc/oxide-eugenol paste 4. Impression wax B. Elastik: 1. Hydrocolloids: a. Reversible: bahan cetak agar b. Irreversible: bahan cetak alginat 2. Elastomer: a. Polysulfide b. Silicon c. Polyether

20 7 2.2 Bahan Cetak Alginat Pengertian Pada akhir abad yang lalu, seorang ahli kimia dari Skotlandia mengatakan bahwa rumput laut tertentu yang berwarna cokelat (algae) dapat menghasilkan suatu ekstrak lendir yang dinamakan algin. Substansi alami ini kemudian diidentifikasikan sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan dinamakan asam anhydro-β-d mannuronic atau asam alginik (Anusavice 2003, p. 103). Asam alginik ini tidak larut dalam air (Junianto 2006, p. 153) Gambar 2.1: Rumus bangun struktur asam alginik (Power & Sakaguchi 2006, p. 273) Bahan cetak alginat adalah bahan cetak yang penggunaannya luas karena mudah dimanipulasi, peralatan yang diperlukan cukup sederhana, fleksibel dalam sendok cetak, akurat dan harganya relatif murah (Craig, Powers & Wataha 2000, p. 145). Perubahan bentuk bahan cetak alginat dari sol ke gel adalah serangkaian reaksi kimia, setelah menjadi gel tidak dapat kembali dalam kondisi sol. Oleh karena itu, bahan cetak alginat disebut juga sebagai bahan cetak irreversible hydrocolloid (Nandini, Venkatesh & Nair, 2008, p. 37).

21 Komposisi Komposisi bahan cetak alginat terdiri dari (Power & Sakaguchi 2006, p. 275): a. Sodium atau potassium alginate (18%) Berfungsi sebagai pelarut dan bereaksi dengan ion kalsium b. Calsium sulfate dihydrate (14%) Bereaksi dengan potassium alginate untuk membentuk gel calsium alginate c. Potassium sulfate, potassium zink fluor, silikat atau borak (10%) Berfungsi untuk mengimbangi efek inhibisi dari hydrocolloid pada saat setting dari bahan pengisi cetakan (gips keras) dan membuat permukaan die halus d. Sodium phosphate (2%) Bahan ini akan bereaksi dengan ion kalsium untuk memperpanjang working time sebelum proses gelasi e. Diatomaceous earth atau bubuk silikat (56%) Berfungsi untuk mengontrol konsistensi pencampuran dan fleksibilitas bahan cetak saat bahan cetak setting f. Organic glycols (sedikit) Berfungsi agar bubuk tidak berdebu g. Wintergreen, peppermint, anise (sedikit) Menghasilkan rasa yang menyenangkan h. Pigments (sedikit) Berfungsi sebagai pewarna i. Quaternary ammonium salts atau klorheksidin (1-2%) Berfungsi sebagai desinfektan

22 Klasifikasi Bahan cetak alginat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Van Noort 2007, p. 195): a. Tipe I: Fast-set Mixing time: 0,75 menit Setting time: 1-2 menit b. Tipe II: Regular-set Mixing time: 1 menit Setting time: 1-4,5 menit Proses Gelasi Pada saat bahan cetak alginat dicampur dengan air maka akan terjadi reaksi antara trisodium phosphate, calcium sulfate dan potassium alginate. Reaksinya adalah sebagai berikut (Anusavice 2003, p. 241): Reaksi 1: 2Na 3 PO 4 + 3CaSO 4 Ca3(PO 4 ) 2 + 3Na 2 SO 4 (trisodium phosphate) (calcium sulfate) (calcium phosphate) (sodium sulfate) Tambahan trisodium phosphate pada adonan mengakibatkan perpanjangan working time. Calcium sulfate akan bereaksi lebih dahulu dengan trisodium phosphate sebelum bereaksi dengan potassium alginate. Terjadi reaksi yang cepat dan pembentukan gel menjadi tertunda. Reaksi 2: K( 2n )Alg + (n) CaSO 4 nk 2 SO 4 + Ca( n )Alg (potassium alginate) (calsium sulfate) (potassium sulfate) (calcium alginate)

23 10 Setelah semua trisodium phosphate habis, ion kalsium akan bereaksi dengan potassium alginate sehingga menghasilkan potassium sulfate dan calcium alginate Manipulasi Manipulasi bahan cetak alginat adalah sebagai berikut (Scheller & Sheridan 2010, p. 188): a. Bahan cetak alginat diletakkan pada toples, kemudian bahan cetak alginat diambil sesuai takaran dengan menggunakan scoop takaran yang tersedia dari pabrik. b. Takaran air yang tersedia dari pabrik digunakan untuk mengukur air yang diperlukan. Temperatur air ideal yang digunakan adalah 21 C. c. Pengadukan dilakukan dengan cara memasukkan bahan cetak alginat ke dalam mangkok karet yang telah terisi air sesuai takaran pabrik, kemudian diaduk menggunakan spatula dengan gerakan memutar, tangan yang lain memutar mangkuk karet sampai didapatkan adonan alginat yang homogen. d. Setelah adonan bahan cetak alginat homogen, adonan alginat pada mangkok karet dikumpulkan dengan menggunakan spatula kemudian diletakkan pada sendok cetak. e. Setting time bahan cetak alginat diperiksa dengan cara sisa adonan diletakkan pada punggung tangan, sudah mengeras atau belum. 2.3 Recovery From Deformation Recovery from deformation adalah persentase kemampuan viskoelastisitas bahan untuk kembali ke dimensi semula saat dilakukan pelepasan cetakan dari dalam rongga mulut (Craig & Power 2002, p. 337). Menurut ANSI/ADA No.18

24 11 (1992), sampel penelitian untuk melihat recovery from deformation berbentuk tabung dengan diameter 12,5 mm dan tinggi 20 mm. Setelah bahan cetak ditekan sebesar 20% dari tinggi sampel selama 5 detik dan tekanan dilepas dari mulut, nilai recovery from deformation bahan cetak alginat sebaiknya kembali 95% dari bentuk semula (ANSI/ADA No.18, 1992). Recovery from deformation terjadi ketika beban tekan dihilangkan (Van Noort 2007, p. 195). Peningkatan nilai recovery from deformation disebabkan oleh beberapa hal, antara lain (Power & Sakaguchi 2006, p. 276): a. tekanan yang rendah saat mengeluarkan bahan cetak dari rongga mulut b. waktu yang pendek saat bahan cetak berada dalam tekanan c. waktu untuk recovery diperpanjang, yaitu di atas 8 menit setelah pengeluaran dari rongga mulut. 2.4 Padi (Oryza sativa) Menurut sejarahnya, padi berasal dari India lalu dikembangkan di wilayah Yunan, Cina. Padi merupakan biota pokok di sawah yang dapat hidup di ekosistem darat dan ekosistem air. Padi dapat digolongkan menjadi beberapa komponen yaitu: Komponen vegetatif 1. Akar Akar padi tergolong akar serabut (Firmanto 2011, p. 14). Akar padi berfungsi untuk menyerap zat makanan dan air, menopang tegaknya batang dan untuk bernapas. Akar padi ada dua macam yaitu primer dan seminal. Akar primer

25 12 adalah akar yang tumbuh dari kecambah biji padi, sedangkan akar seminal adalah akar yang tumbuh di dekat ruas batang (Simanjuntak 2005, p. 12). 2. Batang Batang padi berfungsi untuk menopang tanaman secara keseluruhan dan mendistribusikan zat makanan ke seluruh bagian tanaman. Batang padi memiliki rongga dan ruas (Simanjuntak 2005, p ). Antar ruasnya dipisahkan oleh buku (Firmanto 2011, p. 15). 3. Daun Daun padi tumbuh pada ruas batang dengan susunan berselang-seling. Bagianbagiannya terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga dan lidah daun (Simanjuntak 2005, p. 13). a. Komponen generatif 1. Malai Malai adalah butir gabah dan biasanya terdiri dari 8 sampai 10 ruas batang (Simanjuntak 2005, p. 13). Dari buku pangkal, umumnya hanya muncul satu cabang primer malai dan dari cabang primer tersebut akan muncul cabangcabang sekunder (Firmanto 2011, p. 16). 2. Bunga Bunga padi tergolong jenis bunga berkelamin dua. Setiap bunga mempunyai enam benang sari yang bertangkai pendek dengan dua tangkai putik dan dua kepala putik (Simanjuntak 2005, p. 13).

26 13 3. Buah Buah padi terdiri dari bagian luar yang disebut dengan sekam dan bagian dalam yang disebut dengan kariopsis. Kariopsis inilah yang disebut dengan beras (Firmanto 2011, p. 17). Indrasari et al (2010, p. 10) mengatakan bahwa beras juga mengandung pati (amilum) yang terdiri dari campuran amilosa dan amilopektin. Gambar 2.2: Oryza sativa L (Anonim 2005) Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, Oryza sativa diklasifikasikan sebagai berikut (Anonim 2008): Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Magnoliophyta : Liliopsida : Poales : Poaaceae : Oryza : Oryza sativa

27 Pati (Amilum) Pati atau amilum mengandung polimer glukosa. Glukosa yang terikat berkisar antara unit (Sutresna 2007, p. 291). Pati dikenal sebagai zat tepung yang merupakan cadangan persediaan makanan bagi tanaman. Pati terutama terdapat pada akar, umbi atau biji tanaman (Sumardjo 2006, p. 226). Pati dalam sel tanaman, biasanya berbentuk granula, mengandung dua polisakarida berbeda yaitu amilosa dan amilopektin. Jumlah kedua polisakarida ini berbeda bergantung pada jenis patinya (Sunarya & Setiabudi 2007, p. 231). Amilosa mudah larut dalam air (Sumardjo 2006, p. 226). Amilopektin sukar larut dalam air, sehingga bila pati dicampur dengan air akan terbentuk koloid (Sutresna 2007, p. 291). Menurut Voigt (1994, p. 355) bila pati dicampur dengan air maka menghasilkan bentukan gel. Gambar 2.3: Amilosa (Ralph & Joan 1986, p. 354)

28 15 Gambar 2.4: Amilopektin (Ralph & Joan 1986, p. 355)

29 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Bahan cetak alginat + Pati beras (Oryza sativa) Ditambah air Bahan cetak alginat dan pati beras (Oryza sativa) menyerap air Proses perubahan bahan cetak alginat Proses perubahan pati beras (Oryza sativa) Amilosa Sol Amilopektin Pemutusan Fibrils ikatan intermolekular Rantai cabang 1,6-α-glikosida Berdifusi keluar Intermeshing Brush heap Gel Elastisitas dan kekuatan gel menurun Recovery from deformation menurun Gambar 3.1 : Skema kerangka konseptual 16

30 17 Bahan cetak alginat dan pati beras (Oryza sativa) memiliki persamaan, yaitu dapat membentuk gel bila dicampur dengan air (Voight 1994, p. 355 & 358). Bahan cetak alginat dan pati beras (Oryza sativa) bila dicampur dengan air terjadi proses penyerapan air (Noerdin, Irawan & Febriani 2003, p. 36; Bello, Tolaba, Suarez 2007, p. 313). Proses selanjutnya pada bahan cetak alginat terjadi perubahan struktur dari sol menjadi fibrils. Kemudian fibril mengadakan intermeshing sehingga proses berlanjut membentuk struktur brush heap dan membentuk gel (Bhat & Nandish 2006, p. 95). Struktur brush heap terjadi karena adanya ikatan silang yang dihubungkan oleh ion kalsium (Anusavice 1996, p. 105). Dengan adanya ion kalsium maka gel yang terbentuk semakin kuat (Fang et al 2008 cited in Fazilah et al 2011, p. 1027). Proses pada pati adalah terjadi pemutusan ikatan intermolekular kristal amilosa kemudian molekul amilosa berdifusi ke dalam medium air (Harper 1981 cited in Darwindra 2010), sedangkan rantai cabang 1,6-α-glikosida dari amilopektin akan membengkak sehingga terbentuk gel (Voight 1994, p. 355). Penambahan pati beras (Oryza sativa) menyebabkan jumlah ion kalsium semakin sedikit. Hal ini dapat mengurangi ikatan silang yang terjadi di dalam gel sehingga elastisitas, kekuatan gel dan recovery from deformation semakin menurun. 3.2 Hipotesis Penelitian Penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) menyebabkan nilai recovery from deformation menurun.

31 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimen laboratorik. 4.2 Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan post test only control group. 4.3 Sampel Bentuk Sampel Sampel penelitian berbentuk tabung dengan diameter 12,5 mm dan tinggi 20 mm (ANSI/ADA No.18, 1992) Kriteria Sampel Kriteria sampel dalam penelitian ini : a. Bentuk dan ukuran sampel sesuai dengan cetakan b. Permukaan sampel harus rata dan tidak porus Pembagian Sampel Pada penelitian ini, sampel dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari: Kelompok 1: Rasio bahan cetak alginat 100% (5,25 gram) dengan air 11,25 ml (kelompok kontrol). Kelompok 2: Rasio bahan cetak alginat 55% (2,89 gram) dicampur pati beras (Oryza sativa) 45% (2,36 gram) dengan air 11,25 ml. 18

32 Kelompok 3: Rasio bahan cetak alginat 52,5% (2,76 gram) dicampur pati beras (Oryza sativa) 47,5% ( 2,49 gram) dengan air 11,25 ml. Kelompok 4: Rasio bahan cetak alginat 50% (2,63 gram) dicampur pati beras Besar Sampel (Oryza sativa) 50% (2,63 gram) dengan air 11,25 ml. Besar sampel untuk masing-masing kelompok penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus dari Sastroasmoro dan Ismael (1995, cited in Melisa 2010, p. 20) yaitu: n = 2σ 2 (Z α + Z β ) 2 (μ 1 μ 2) 2 Keterangan: σ = simpang baku dari outcome kelompok kontrol μ 1 = rata-rata outcome kelompok perlakuan μ 2 = rata-rata outcome kelompok kontrol Z α = 1,96 (untuk α = 0,05) Z β = 0,84 (untuk β = 0,2) Berdasarkan perhitungan rumus di atas, dari penelitian terdahulu yang sejenis didapatkan besar sampel minimal untuk setiap kelompok adalah 7. Jadi jumlah sampel seluruhnya 4 x 7 = Teknik Sampling Teknik sampling dalam penelitian ini : a. Sampel dipilih sesuai dengan kriteria b. Sampel yang tidak sesuai kriteria tidak digunakan Varibel Penelitian Variabel bebas Rasio bahan cetak alginat dan pati beras (Oryza sativa)

33 Variabel terikat Nilai recovery from deformation Variabel terkendali a. Jenis bahan cetak alginat b. Jenis dan cara pembuatan pati beras (Oryza sativa) c. Cara pembuatan sampel d. Cara pengukuran setting time e. Cara pengukuran recovery from deformation 4.5 Definisi Operasional a. Pati beras (Oryza sativa) adalah bubuk yang berasal dari beras tipe C4 Galih kwalitas super. b. Recovery from deformation adalah persentase kemampuan viskoelastisitas bahan untuk kembali ke dimensi semula saat dilakukan pelepasan cetakan dari dalam rongga mulut (Craig & Power 2002, p. 337). c. Bahan cetak alginat adalah bahan cetak irreversible hydrocolloid yang mengalami perubahan bentuk dari sol ke gel karena serangkaian reaksi kimia, dan setelah menjadi gel tidak dapat kembali dalam kondisi sol (Power & Sakaguchi 2006, p. 272) 4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian a. Laboratorium Departemen Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya.

34 21 b. Laboratorium Dasar Bersama Universitas Airlangga, Surabaya Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan bulan September 2011 sampai Desember Alat dan Bahan Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan adalah: a. Alat pembuatan pati 1. Timbangan (Lion Star) 2. Sarung tangan latex 3. Baskom 4. Gelas ukur (2 liter) 5. Alat peniris beras 6. Penggiling beras (Honda, Japan) 7. Kain saring (kain serbet dari bahan katun) 8. Pengayak (150 mesh dan 80 mesh) 9. Kertas saring 10. Kotak tanpa tutup dengan ukuran 10 cm x 8,5 cm 11. Oven (Memmert, Germany) 12. Mortar dan pastle b. Alat pembuatan sampel 1. Timbangan digital dengan keakuratan 0,01 gram 2. Mangkok stainless steel

35 22 3. Gelas ukur 4. Mangkok karet 5. Spatula plastik 6. Stopwatch 7. Alat indikator setting time (batang resin akrilik, panjang minimal 10 cm dan diameter 6,35 mm) (ANSI/ADA No.18, 1992) 8. Cetakan sampel berbentuk cincin dengan diameter 3 cm, tinggi 1,6 cm (ANSI/ADA No.18, , p. 221) 9. Fixation ring (tabung dengan diameter dalam 20 mm, diameter luar 25 mm dan tinggi 19 mm) (ANSI/ADA No.18, 1992) 10. Split mould (tabung dengan diameter dalam 12,5 mm, diameter luar 20,5 mm dan tinggi 20 mm) (ANSI/ADA No.18, 1992) 11. Glass plate besar (50 mm x 50 mm, ketebalan 3 mm) 12. C-clamps (30 mm) 13. Water bath (37 C) 14. Glass plate kecil (15 mm x 15 mm, ketebalan 2 mm) c. Alat uji recovery from deformation dengan akurasi 0,01 mm modifikasi Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Bahan Penelitian a. Pati beras (Oryza sativa) b. Akuades (untuk pembuatan pati beras) c. Bahan cetak alginat (Cavex CA37 tipe Normal Set, Netherland) d. Akuades (Sterile Water for Irrigation U.S.P)

36 23 a i n b c f e d g h j k l m o Gambar 4.1: Alat untuk meneliti recovery from deformation (Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga) Keterangan: a. Alat uji recovery from deformation b. Alat indikator setting time c. Glass plate besar d. Fixation ring e. Split mould f. Cetakan sampel berbentuk cincin dengan diameter 3 cm, tinggi 1,6 cm g. Stopwatch h. Timbangan digital dengan keakuratan 0,01 gram i. Water bath j. Gelas ukur k. Glass plate kecil l. C-clamps m. Spatula plastik n. Mangkok karet o. Mangkok stainless steel 4.8 Cara Kerja Pembuatan Pati Beras (Oryza sativa) a. Beras jenis C4 Galih kwalitas super ditimbang sebanyak 1 kg. b. Beras direndam selama 1 jam (Astawan 2008, p. 44) di dalam air sebanyak 2 liter.

37 24 c. Beras ditiriskan selama 1 jam kemudian digiling dengan alat penggiling beras sehingga menghasilkan tepung beras (Astawan 2008, p. 44). d. Tepung beras diletakkan di dalam baskom pertama. e. Tepung beras ditimbang sebanyak 250 gram kemudian diletakkan dalam baskom kedua. f. Akuades diukur sebanyak 500 ml dengan gelas ukur sehingga perbandingan akuades dan tepung yaitu dua banding satu (Wang & Wang,YJ 2004, p. 140). g. Akuades dituangkan ke dalam baskom kedua yang berisi tepung beras sebanyak 250 gram dan diaduk dengan tangan sambil diremas-remas agar tepung tercampur rata dengan air. h. Kain penyaring dibentangkan dan diletakkan di atas baskom ketiga i. Campuran akuades dan tepung beras tersebut diukur sebanyak 50 ml dengan gelas ukur, diaduk dengan tangan, dituangkan di atas kain kemudian dibungkus dan diperas dengan tangan sampai tidak ada air yang keluar dari kain penyaring (Susilo, 2010). j. Hasil perasan ditampung pada baskom ketiga. k. Ampas yang berada di dalam kain, diletakkan dalam baskom keempat. l. Perlakuan pada tahap h, i, j dan k diulang sampai campuran tepung beras dan akuades habis. m. Pengayak 150 mesh diletakkan di atas gelas ukur. n. Hasil perasan pada baskom ketiga diaduk dengan tangan dan dituang di atas pengayak 150 mesh, sehingga hasil perasan masuk ke dalam gelas ukur.

38 25 o. Hasil perasan di dalam gelas ukur ditambahkan akuades sampai volume 500 ml dan diendapkan selama 5 jam kemudian air jernih yang berada di bagian dibuang (Adebayo, Lateef & Elizabeth 2010, p. 66). p. Hasil endapan ditambah akuades sampai volume 500 ml dan diendapkan selama 5 jam kemudian air jernih yang berada di bagian atas dibuang (Adebayo, Lateef & Elizabeth 2010, p. 67). q. Kertas saring dipotong dengan ukuran 14 cm x 14 cm sebanyak enam buah dan masing-masing diletakkan di atas kotak tanpa tutup dengan ukuran 10 cm x 8,5 cm. r. Endapan yang tersisa di dalam gelas ukur, dituangkan ke atas masing-masing kertas saring kemudian kertas saring disusun pada tray oven dan dikeringkan dengan suhu 60 C selama 18 jam (Adebayo, Lateef & Elizabeth 2010, p. 66) sehingga terbentuk pati beras (Oryza sativa). s. Pati yang berbentuk granula dipisahkan dari kertas saring, dihaluskan dengan mortar dan pastle, selanjutnya diayak dengan pengayak 80 mesh. Hasil dari penghalusan dan pengayakan, didapatkan pati beras (Oryza sativa) berupa bubuk yang siap digunakan untuk bahan penelitian. t. Perlakuan pada tahap e sampai s diulang tiga hari berturut-turut Pengukuran Setting Time Untuk mendapatkan nilai recovery from deformation, perlu diketahui setting time bahan cetak. a. Cetakan sampel berbentuk cincin dengan diameter 3 cm, tinggi 1,6 cm diletakkan di atas glass plate besar (ANSI/ADA No.18, , p. 221).

39 26 b. Akuades disiapkan sebanyak 11,25 ml untuk setiap sampel (rasio mengikuti aturan pabrik). c. Bahan cetak alginat dalam kemasan dikocok terlebih dahulu untuk mendapatkan bahan cetak yang homogen, kemudian ditimbang sesuai kelompok penelitian (Gladwin & Bagby 2009, p. 112). Pati beras (Oryza sativa) juga ditimbang sesuai kelompok penelitian. d. Akuades sebanyak 11,25 ml dimasukkan ke dalam mangkok karet, bahan cetak alginat 5,25 gram dimasukkan ke dalam mangkok karet (kelompok kontrol) yang telah terisi akuades kemudian diaduk dengan cara manual yaitu gerakan memutar sambil menekan spatula pada dinding mangkok karet dan diputar sampai didapatkan adonan yang homogen (Scheller & Sheridan 2010, p. 188) selama 30 detik (sesuai aturan pabrik). e. Adonan dituang ke dalam cetakan logam kemudian permukaan diratakan dengan spatula (ANSI/ADA No.18, , p. 221). f. Pengukuran setting time dilakukan setelah adonan bahan cetak diisikan ke dalam cetakan logam dengan cara alat indikator setting time disentuhkan pada permukaan adonan bahan cetak kemudian diangkat dengan cepat (ANSI/ADA No. 18, 1992 cited in Melisa 2010, p. 22). g. Ujung alat indikator setting time dikeringkan dengan kertas tissue (ANSI/ADA No. 18, 1992 cited in Melisa 2010, p. 22). h. Pengukuran diulang setiap 10 detik hingga bahan cetak tidak melekat lagi pada alat ukur (ANSI/ADA No.18, , p. 221).

40 27 i. Setting time dihitung dari awal pencampuran bahan cetak dengan akuades hingga adonan bahan cetak tidak melekat pada alat indikator, dihitung dalam satuan detik (ANSI/ADA No.18, , p. 221). j. Selanjutnya bahan cetak alginat dan pati beras (Oryza sativa) dicampur sesuai rasio yang telah disiapkan untuk setiap sampel dalam kelompok 2, 3 dan 4. k. Dengan cara yang sama seperti pada tahap d dibuat adonan sesuai dengan rasio pada kelompok penelitian. l. Kemudian dilakukan tahap e sampai i sehingga didapatkan setting time dari masing-masing kelompok penelitian Pengukuran Recovery From Deformation a. Akuades disiapkan sebanyak 11,25 ml untuk setiap sampel. b. Bahan cetak alginat dalam kemasan dikocok terlebih dahulu untuk mendapatkan bubuk yang homogen (Gladwin & Bagby 2009, p. 112). c. Dengan cara yang sama dilakukan penimbangan bahan cetak alginat dan pati beras (Oryza sativa) sesuai dengan rasio kelompok penelitian. d. Fixation ring ditempatkan pada glass plate besar pertama dengan ketebalan 3 mm (ANSI/ADA No.18, , p. 221). e. Akuades sebanyak 11,25 ml dimasukkan ke dalam mangkok karet, bahan cetak alginat 5,25 gram dimasukkan ke dalam mangkok karet (kelompok kontrol) yang telah terisi akuades kemudian diaduk dengan cara manual yaitu gerakan memutar sambil menekan spatula pada dinding mangkok karet dan diputar sampai didapatkan adonan yang homogen (Scheller & Sheridan 2010, p. 188) selama 30 detik (sesuai aturan pabrik).

41 28 f. Adonan diisi pada fixation ring melebihi dari setengah batas fixation ring (ANSI/ADA No.18, , p. 221). g. Split mould ditekan pada fixation ring sampai dasar split mould menyentuh glass plate yang ada di basis (ANSI/ADA No.18, , p. 221). h. Glass plate besar kedua dengan ketebalan 3 mm diletakkan di atas permukaan sampel untuk meratakan (ANSI/ADA No.18, , p. 222). i. Setelah 30 detik, split mould dan fixation ring yang sudah diisi adonan bahan cetak dan berada di antara dua glass plate besar, dijepit dengan C-clamps, kemudian dimasukkan ke dalam water bath dengan suhu 37 C dalam posisi statis dan dipertahankan sesuai dengan setting masing-masing kelompok (ANSI/ADA No.18, 1992 cited in Melisa 2010, p. 24; ANSI/ADA No.18, , p. 222). Glass plate C-clamps Fixation ring dengan Split mould yang berada di dalamnya Gambar 4.2: Skema susunan C-clamps, 2 glass plate, fixation ring dan split mould j. Setelah setting, C-clamps, split mould, fixation ring dan sampel yang berada diantara dua glass plate dikeluarkan dari waterbath. k. C-clamps dilepas, kedua glass plate dipisahkan dari fixation ring, fixation ring dilepas dari split mould dan kemudian sampel dikeluarkan dari split mould.

42 29 l. Glass plate kecil ditempatkan di bagian tengah permukaan atas sampel, kemudian sampel ditempatkan pada alat uji recovery from deformation (ANSI/ADA No.18, 1992 cited in Melisa 2010, p. 24). m. Pengukuran recovery from deformation menggunakan alat uji recovery from deformation. Alat ini memiliki kemampuan untuk mengukur perubahan bentuk pada sampel dengan tinggi 20% dan memiliki akurasi 0,01 mm serta menggunakan jarum penunjuk indikator 0,6N ± 0,1N (ANSI/ADA No. 18, 1992). Dilakukan eksperimentasi dengan tahapan: t + 45 detik dial indicator diturunkan hingga menyentuh glass plate pada sampel. t + 55 detik pembacaan pada dial indicator, nilai yang terbaca dicatat sebagai a dan jarum ditempatkan pada posisi atas ( up ). t + 60 detik sampel ditekan sampai ketinggian 16 mm ± 0,1 mm dalam waktu 1 detik, dipertahankan selama 5 detik ± 0,5 detik, lalu dilepas ke posisi semula. t + 90 detik dial indicator diturunkan hingga menyentuh glass plate pada sampel pada posisi t + 60 detik. t detik pembacaan petunjuk indicator dan nilai dicatat sebagai b. Keterangan: t adalah hasil pengukuran setting time

43 30 Gambar 4.3: Alat uji recovery from deformation (Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga) n. Recovery from deformation dihitung dalam satuan persen (%) menggunakan rumus sebagai berikut (ANSI/ADA No.18, 1992): { } 100 x 1-(a-b) 20 Keterangan: a: Nilai awal yang terbaca pada dial indicator saat menyentuh glass plate kecil pada sampel. b: Nilai akhir yang terbaca pada dial indicator pada posisi setelah dilepas pada sampel yang ditekan sampai posisi tinggi 16 mm dalam waktu 1 detik dan ditahan selama 5 detik. o. Selanjutnya bahan cetak alginat dan pati beras (Oryza sativa) dicampur sesuai rasio yang telah disiapkan untuk setiap sampel dalam kelompok 2, 3 dan 4. p. Dengan cara yang sama pada tahap e dibuat adonan sesuai dengan rasio kelompok penelitian. q. Kemudian dilakukan tahap f sampai n sehingga didapatkan nilai recovery from deformation dari masing-masing kelompok penelitian.

44 Analisis Data Data ditabulasi kemudian diolah dengan uji statistik menggunakan uji One- Way Anova. Bila terdapat perbedaan bermakna dilanjutkan dengan uji Least Significans Differences (LSD) Alur Penelitian Bahan cetak alginat Beras (Oryza sativa) Pati beras (Oryza sativa) Kelompok.2 Kelompok.1 Kelompok.3 Kelompok.4 Masing-masing sampel dimanipulasi dengan akuades 11,25 ml Adonan bahan cetak sesuai kelompok penelitian Setting time Recovery from deformation Gambar 4.4 : Skema alur penelitian

45 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Sebelum dilakukan pengukuran recovery from deformation, dilakukan pengukuran setting time pada 28 sampel. Penambahan persentase pati beras (Oryza sativa) menyebabkan setting time semakin lama. Pengukuran recovery from deformation akibat penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) dilakukan penelitian pada 28 sampel. Hasil uji tiap kelompok recovery from deformation dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 : Nilai rerata (%) dan standar deviasi pengukuran recovery from deformation akibat penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) KELOMPOK n x SD ,5857 1, ,2000 0, ,7143 0, ,8357 0,78194 Keterangan: n : Jumlah sampel x : Rerata SD : Simpang baku Kelompok 1 : Rasio bahan cetak alginat 100% (5,25 gram) dengan air 11,25 ml (kelompok kontrol). Kelompok 2 : Rasio bahan cetak alginat 55% (2,89 gram) dicampur pati Beras (Oryza sativa) 45% (2,36 gram) dengan air 11,25 ml. Kelompok 3 : Rasio bahan cetak alginat 52,5% (2,76 gram) dicampur pati beras (Oryza sativa) 47,5% (2,49 gram) dengan air 11,25 ml. Kelompok 4 : Rasio bahan cetak alginat 50% (2,63 gram) dicampur pati beras (Oryza sativa) 50% (2,63 gram) dengan air 11,25 ml. Pada tabel 5.1 terlihat bahwa penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) mengakibatkan recovery from deformation 32

46 33 semakin menurun namun meningkat lagi pada persentase pati beras (Oryza sativa) sebesar 50%. Sebelum dilakukan uji analisis antar kelompok penelitian, dilakukan uji normalitas lebih dahulu dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov Smirnov Test. Hasilnya, pada kelompok penelitian recovery from deformation untuk setiap kelompok mempunyai nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (p>0,05) yang berarti data berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas diperoleh tingkat signifikansi 0,699 lebih besar dari 0,05 (p>0.05) yang menunjukkan bahwa data bersifat homogen. Kemudian dilanjutkan dengan uji kemaknaan pada semua kelompok penelitian yaitu dengan uji One-Way Anova. Hasil uji One-Way Anova terhadap nilai recovery from deformation alginat dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 :Hasil uji One-Way Anova terhadap recovery from deformation akibat penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) Sumber Variasi Jumlah kuadrat Df x 2 F Hitung Probabilitas Antar 0, ,082 1,611 0,213 kelompok Dalam 16, ,671 kelompok Total 19, Keterangan: df : Derajat kebebasan x 2 : Rerata kuadrat Hasil uji One-Way Anova pada recovery from deformation pada tabel 5.2 diperoleh tingkat signifikansi 0,213 lebih besar dari 0,05 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok sampel. Tidak dilakukan uji LSD karena tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok sampel.

47 BAB 6 PEMBAHASAN Hasil penelitian setting time memperlihatkan bahwa peningkatan persentase pati beras (Oryza sativa) menyebabkan rerata setting time bahan cetak meningkat. Pada kelompok kontrol, didapatkan setting time sebesar 2 menit 34 detik. Pada kelompok dengan penggantian pati beras (Oryza sativa) sebesar 50%, didapatkan setting time sebesar 6 menit 31 detik. Hal ini menunjukkan, semakin tinggi persentase pati beras (Oryza sativa) yang digunakan maka semakin lama terjadi pembentukan gel. Hasil penelitian recovery from deformation dapat dilihat pada tabel 5.1. Pada tabel 5.1 terlihat bahwa penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) menyebabkan perubahan rerata nilai recovery from deformation bahan cetak menjadi menurun dengan nilai 95,7143. Hal ini kemungkinan terjadi karena jumlah ion kalsium semakin sedikit sehingga dapat mengurangi ikatan silang yang terjadi di dalam gel sehingga menurunkan elastisitas dan kekutan gel yang mengakibatkan nilai recovery from deformation semakin menurun. Nilai recovery from deformation meningkat lagi pada kelompok pati beras (Oryza sativa) sebesar 50%, dengan nilai 95,8357%. Hal ini kemungkinan terjadi karena proporsi pati beras (Oryza sativa) sebesar 50 % lebih tepat sebagai bahan pengisi dibandingkan pada kelompok pati beras (Oryza sativa) sebesar 47,5%. Anusavice (1996, p. 104) mengatakana bahwa proporsi bahan pengisi dengan jumlah yang tepat akan meningkatkan kekuatan dan kekerasan gel alginat, menghasilkan tekstur yang halus dan menjamin permukaan 34

48 35 gel padat, yang tidak bergelombang. Nilai rerata pada semua kelompok penelitian masih di atas 95%, berarti masih memenuhi nilai standar recovery from deformation bahan cetak alginat sesuai ANSI/ADA No. 18 (1992). Hasil uji parametrik One-Way Anova pada penelitian recovery from deformation terlihat pada tabel 5.2, diperoleh tingkat signifikansi 0,213 yang berarti lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok sampel, artinya penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) sampai 50% tidak menyebabkan perubahan nilai recovery from deformation. Hal ini karena bahan cetak alginat dan pati beras (Oryza sativa) memiliki persamaan, yaitu bila dicampur dengan air terjadi proses penyerapan air dan membentuk gel (Voight 1994, p. 355 & 358). Penyerapan air bahan cetak alginat, dapat merubah struktur sol menjadi fibrils. Kemudian fibril mengadakan intermeshing sehingga proses berlanjut membentuk struktur brush heap dan membentuk gel (Bhat & Nandish 2006, p. 95). Struktur brush heap terjadi karena adanya ikatan silang kompleks molekuler atau anyaman polimer. Molekul-molekul dasar seperti garam natrium dari asam alginik dengan atom H dari kelompok karboksil digantikan oleh atom natrium. Ikatan silang terjadi ketika ion kalsium menggantikan ion natrium yang berdekatan untuk membentuk ikatan silang antara dua molekul (Anusavice 1996, p. 105). Dengan adanya ion kalsium maka gel yang terbentuk semakin kuat (Fang et al 2008 cited in Fazilah et al 2011, p. 1027). Gel bahan cetak alginat bersifat elastis (McCabe dan Walls 2008, p. 137). Elastisitas gel yang tinggi dan recovery from deformation yang tinggi dari bahan cetak dapat mencetak daerah undercut yang dalam tanpa perubahan dimensi. Gel bahan cetak alginat dapat menahan

49 36 tekanan dan akan segera kembali ke bentuk semula bila tekanan dilepas dengan cepat (Bhat & Nandish 2006, p. 74&96). Nilai recovery from deformation bahan cetak alginat yang baik adalah yang dapat kembali sebesar 95% dari bentuk semula (ANSI/ADA No.18, 1992). Pada proses pembentukan gel dari pati beras (Oryza sativa) terjadi karena kerusakan ikatan hidrogen yang berfungsi untuk mempertahankan struktur dan integritas pati beras (Oryza sativa). Kerusakan integritas pati beras (Oryza sativa) menyebabkan pati beras (Oryza sativa) menyerap air sehingga sebagian amilosa terpisah dan masuk ke dalam medium air (Greenwood 1979 cited in Darwindra 2010). Ketika bubuk pati beras (Oryza sativa) mulai berinteraksi dengan molekul air maka terjadi pemutusan sebagian besar ikatan intermolekular pada kristal amilosa. Hal ini mengakibatkan bubuk pati beras (Oryza sativa) mengembang. Tahap selanjutnya yaitu molekul amilosa mulai berdifusi keluar. Proses pembentukan gel berlanjut sampai seluruh molekul amilosa berdifusi keluar (Harper 1981 cited in Darwindra 2010), sedangkan rantai cabang 1,6-α-glikosida dari amilopektin membengkak membentuk gel bila terkena air (Voight 1994, p. 355). Bentukan gel pati beras (Oryza sativa) bersifat elastis (Sulaiman 1995 cited in Mayasari 2007, p. 28). Kandungan amilosa pada pati beras (Oryza sativa) menyebabkan gel menjadi kuat karena amilosa cenderung membentuk agregat (Aini & Hariyadi 2010, p. 171). Ion kalsium pada gel kalsium alginat memiliki 60% gugus karboksil yang berikatan secara ionik (Izyumov, Tolstoguzoh & Bugaeva 1970, p. 670). Menurut Campbell, Reece dan Mitchell (1999, p ) pati merupakan senyawa organik. Senyawa organik memiliki ikatan nonpolar, berarti pati beras (Oryza sativa)

50 37 memiliki ikatan nonpolar (Freid & Hademenos, 1999, p. 11). Senyawa nonpolar kurang efektif melarutkan senyawa ionik karena tidak dapat menarik ion, sehingga pati beras (Oryza sativa) tidak dapat bereaksi dengan ion kalsium (Mendelson 2005, p. 170) dan berfungsi sebagai bahan pengisi serta dapat menjadi gel dalam campuran bahan cetak alginat. Gugus hidroksil (OH ) dari amilosa kemungkinan dapat berikatan secara mekanik dengan atom H dari bahan cetak alginat dan membentuk ikatan hidrogen. Dari hasil penelitian, memperlihatkan bahwa penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) sampai 50% memilki nilai recovery from deformation yang masih memenuhi nilai standar ANSI/ADA No. 18 (1992). Hal ini kemungkinan terjadi karena ion kalsium yang digunakan untuk membentuk ikatan silang masih cukup sehingga gel campuran bahan cetak alginat dan pati beras (Oryza sativa) masih memiliki sifat elastis dan kekuatan gel.

51 BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa) sampai 50% masih memenuhi nilai recovery from deformation bahan cetak alginat sesuai dengan kriteria ANSI/ADA No. 18 (1992). 7.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai detail reproduction, kekasaran permukaan dan tear strength akibat penggantian sebagian bahan cetak alginat dengan pati beras (Oryza sativa). 38

52 DAFTAR PUSTAKA Aini, N & Hariyadi, A 2010, Sifat sensory marsmallow cream yang menggunakan pati jagung putih termodifikasi sebagai penggati gelatin, Proceeding of the Seminar Nasional, Purwokerto, pp Retrieved January 9, 2011, from Informit Online database Adebayo, AO, Lateef, SO, Elizabeth, AB 2010, Physicochemical, rheological and consumer acceptability of cassava starch salad cream, Journal of American Science, vol. 6, no. 1, pp Retrieved September 28, 2011, from American National Standard/ American Dental Association Specification No. 18, , Alginate Impression Materials, p. 221 American National Standard/ American Dental Association Specification No. 18, 1992, Alginate Impression Materials, pp.1-20 Anusavice, KJ 1996, Philips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi, 10th edn, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Anusavice, KJ 2003, Philip s science of dental materials, 11th edn, Saunders, St.Louis Anonim 2005, Tanaman obat indonesia padi oriza sativa l, Retrieved August 14, 2011, from Anonim 2008, Informasi spesies padi oryza sativa l. Retrieved August 14, 2011, from Aryathi, LGR 2005, Pengaruh penambahan tepung ubi kayu pada bahan cetak alginat terhadap setting time dan recovery from deformation, Thesis Gadjah Mada University of Dentistry Astawan, M 2008, Membuat mie & bihun, Penebar Swadaya, Jakarta. Retrieved September 30, 2011, from NetLibrary database Bello, MO, Tolaba, MP, Suarez, C, Water absorption and starch gelatinization in whole rice grain during soaking, LWT Food Science and Technology, vol. 40, pp Retrieved August 20, 2011, from Bhat, S & Nandish, BT 2006, Science of dental materials, CBS Publisher & Distributor Pvt. Ltd, New Delhi. 39

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat Group : A5b Tgl, Praktikum : 08 Mei 2012 Pembimbing : Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., MKes Penyusun: No. Nama NIM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap setting time bahan cetak alginate dengan penambahan pati garut (Maranta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau ireversible, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversible menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DASAR TEORI 1.Bahan Cetak a. Pengertian Bahan Cetak Bahan cetak digunakan untuk menghasilkan replika bentuk gigi dan jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan sekitarnya, kemudian akan diisi dengan bahan pengisi untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah eksperimental laboratori. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat BARU LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat : A3a Tgl.Praktikum : 26 Mei 2014 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes. Penyusun : 1. Pramadita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dalam proses pencampuran dan manipulasi, alat yang digunakan minimal,

BAB I PENDAHULUAN. mudah dalam proses pencampuran dan manipulasi, alat yang digunakan minimal, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alginat merupakan salah satu bahan yang paling sering digunakan pada praktek kedokteran gigi karena alginat memiliki banyak manfaat, antara lain : mudah dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI) LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI) : B5b Tgl. Praktikum : 11 Maret 2014 Pembimbing : Titien Hary Agustantina, drg.,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Setting Time Bahan Cetak Alginat Berdasarkan Variasi Suhu Air

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Setting Time Bahan Cetak Alginat Berdasarkan Variasi Suhu Air LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : Setting Time Bahan Cetak Alginat Berdasarkan Variasi Suhu Air : A5a Tgl. Praktikum : 5 Maret 2103 Pembimbing : Asti Meizarini, drg., MS. Penyusun : No

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I BARU LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : RECOVERY FROM DEFORMATION MATERIAL CETAK ALGINAT Kelompok : A-7 Tgl. Praktikum : 25 Mei 2015 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes No Nama Penyusun : NIM.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversibel atau ireversibel, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi;

Lebih terperinci

Manipulasi Bahan Cetak Alginat

Manipulasi Bahan Cetak Alginat Manipulasi Bahan Cetak Alginat A. Cara Mencampur Tuangkan bubuk alginate dan campurkan dengan air menjadi satu ke dalam mangkuk karet (bowl). Ikuti petunjuk penggunaan dari pabrik. Aduk menggunakan spatula

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,

BAB 1 PENDAHULUAN. rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19, seorang ahli kimia dari Skotlandia memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Setting Time Gipsum Tipe II Berdasarkan W : P Ratio Grup : B - 3A Tgl. Praktikum : 5 April 2012 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes Penyusun : 1. Ratih Ayu Maheswari

Lebih terperinci

PENGARUH UJI TEMPERATUR AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Maranta arundinaceae L.

PENGARUH UJI TEMPERATUR AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Maranta arundinaceae L. PENGARUH UJI TEMPERATUR AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Maranta arundinaceae L.) Esti Dwi Cahyani 1, Dwi Aji Nugroho 2 1 Maasiswa Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Setting Time Bahan Cetak Alginat berdasarkan Variasi Suhu Air Kelompok : A6a Tgl. Praktikum : 17 Maret 2014 Pembimbing : Asti Meizarini, drg,ms Penyusun : 1. Tiara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II REVISI LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II Topik : SEMEN SENG FOSFAT Kelompok : B10 Tgl. Praktikum : 12 November 2014 Pembimbing : Titien Hary Agustantina, drg., M.Kes No. Nama NIM 1 ZULFA F PRANADWISTA

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. 14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. group design. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories 3.2 Desain Penelitian Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah Posttest design 3.3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasy-eksperiment dengan desain after only control group design yaitu mengamati variabel hasil pada saat yang sama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Gipsum Gipsum merupakan mineral alami yang telah digunakan sebagai model gigitiruan sejak 1756 20 Gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan teknologi serta bahan dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis bahan

Lebih terperinci

Uji Temperatur Air Pencampur Terhadap Setting Time Bahan Cetak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana) Dian Yosi Arinawati¹, Andi Triawan²

Uji Temperatur Air Pencampur Terhadap Setting Time Bahan Cetak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana) Dian Yosi Arinawati¹, Andi Triawan² Uji Temperatur Air Pencampur Terhadap Setting Time Bahan Cetak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana) Dian Yosi Arinawati¹, Andi Triawan² ¹Prodi Kedokteran Gigi UMY ²Bagian Orthodonsi Prodi Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencetakan rahang merupakan tahap awal dalam perawatan prostodontik yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. Cetakan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh : Arasti Naspy

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh : Arasti Naspy KARYA TULIS ILMIAH Pengaruh Uji Rasio Serbuk dan Cairan terhadap Setting Time Bahan Cetak Alginat Dengan Penambahan Pati Garut (Maranta Arundinaceae L.) Disusun oleh : Arasti Naspy 20100340111 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gipsum Gipsum merupakan mineral yang berasal dari alam yang telah dikenal selama berabad-abad. Gipsum terbentuk secara alamiah dari hasil penguapan air di pedalaman perairan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pencetakan merupakan proses untuk mendapatkan suatu cetakan yang tepat dari gigi dan jaringan mulut, sedangkan hasil cetakan merupakan negative reproduction dari jaringan mulut tersebut.

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT

PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : RIRI HENY KARNI NIM :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam bidang kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk membuat model studi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat adalah bahan visco-elastis dengan konsistensi seperti karet. Bahan cetak alginat diperkenalkan pada tahun 1940. Sejak tahun itu, dokter gigi sudah mulai menggunakan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan... 66 a. Ekstraksi pati ganyong... 66 b. Penentuan kisaran konsentrasi sorbitol untuk membuat edible film 68 c. Penentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

Hydrocolloids Impression Materials

Hydrocolloids Impression Materials Hydrocolloids Impression Materials Gatot Sutrisno Silicone Reversible hydrocolloids Irreversible hydrocolloids Plaster Non-elastic Compound Waxes Impression Materials ZnO - Eugenol Aqueous Hydrocolloids

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA 1 PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

VII. TEKNIK PENCETAKAN

VII. TEKNIK PENCETAKAN VII. TEKNIK PENCETAKAN Pencetakan gigi yang telah dipersiapkan dimaksudkan untuk dapat menduplikasi dari keadaan geligi di dalam mulut pasien. Pencetakan diperlukan: sendok cetak bahan cetak bahan pengisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dan dengan desain penelitian post-test only control group. B. Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga

BAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Model gigitiruan merupakan replika dari permukaan rongga mulut. Pembuatan model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga mulut dan dibiarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

[JDS] JOURNAL OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY

[JDS] JOURNAL OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY [JDS] JOURNAL OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY Journal Homepage : http://jurnal.unsyiah.ac.id/jds/ E-ISSN : 2502-0412 UJI SETTING TIME PADA MODIFIKASI ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG JAGUNG (Zea mays)

Lebih terperinci

PENGARUH AIR REBUSAN DAUN SALAM

PENGARUH AIR REBUSAN DAUN SALAM PENGARUH AIR REBUSAN DAUN SALAM (Eugenia polyantha Wight) SEBAGAI BAHAN DESINFEKSI DENGAN TEKNIK SEMPROT TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT PADA CETAKAN ALGINAT SKRIPSI diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 Topik Kelompok : Manipulasi Material Cetak Elastomer : A10 Tgl. Pratikum : Senin, 27 Maret 2017 Pembimbing : Priyawan Rachmadi, drg., Ph.D Penyusun : 1. Salsalia Siska

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Lahan tanaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembuatan Model Salah satu tahap dalam pembuatan gigitiruan yaitu pembuatan model gigitiruan yang terbagi menjadi model studi dan model kerja. Pencetakan anatomis dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan rancangan penelitian pre test and post test control group design

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30%

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah kategori penelitian eksperimental laboratorium. 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitan the post test only control group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : MANIPULASI MATERIAL CETAK ELASTOMER Kelompok : A-7 Tgl. Praktikum : 11 Mei 2015 Pembimbing : Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., M.Kes Penyusun : No. Nama NIM 1. M.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai karet. Bahan ini dikelompokkan sebagai karet sintetik. Suatu pengerasan elastomer

Lebih terperinci

PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (ph) AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Marantha arundineceae L)

PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (ph) AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Marantha arundineceae L) PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (ph) AIR PENCAMPUR TERHADAP SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT DENGAN PENAMBAHAN PATI GARUT (Marantha arundineceae L) Shabrina Herlyanti *, Dwi Aji Nugroho ** * Mahasiswa Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan metode eksperimen kuasi dimana rancangan penelitiannya adalah after only with

Lebih terperinci

Zeni, et al.,pengaruh Air Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha Wight) sebagai Desinfektan

Zeni, et al.,pengaruh Air Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha Wight) sebagai Desinfektan Pengaruh Daun Salam (Eugenia polyantha Wight) 100% dan Sodium Hipoklorit () 1%terhadap Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan Hidrokoloid Ireversibel (The Effect ofbay Leaf (Eugenia polyantha Wight) Boiling

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Umbi Iles-iles. Umbi Walur

2 TINJAUAN PUSTAKA. Umbi Iles-iles. Umbi Walur 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umbi Walur (Amorphophallus campanulatus var. sylvetris) Amorphopallus campanulatus merupakan tanaman yang berbatang semu, mempunyai satu daun tunggal yang terpecah-pecah dengan tangkai

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal utama yang harus dimiliki seorang dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan restorasi yang sesuai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study.

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study. 4.2. Kriteria Sampel Penelitian 4.2.1. Jenis Sampel Spesimen resin pit & fissure sealant

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan manipulasi terhadap objek penelitian serta terdapat kontrol (Nazir,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier II. Tinjauan Pustaka 2.1. Sejarah Tanaman Tadi Sawah (Oryza sativa L.) Tanaman padi ( Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan memanipulasi objek penelitian (Nazir, 2005).

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya terjadi selama atau setelah pengambilan cetakan. Untuk mendapatkan model restorasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di laboratorium, dimana secara garis besar terdiri dari 3 tahap : 1. Tahap 1 yaitu mempersiapkan

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental laboratorik 4.2. Sampel Penelitian dan Bahan Uji Sampel yang digunakan adalah resin pit dan fissure sealant

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

BAB III METODOLOGI PENELTIAN BAB III METODOLOGI PENELTIAN 3.1 Lokasi dan Sample Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Struktur Universitas Pendidikan Indonesia. Sampel penilitian adalah benda uji yang berupa silinder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelatin merupakan salah satu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Sumber

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2014 di

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2014 di 17 III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen (RBPP) Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen terdapat kontrol sebagai acuan antara keadaan awal dengan sesudah diberi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) Di Susun Oleh : Nama praktikan : Ainutajriani Nim : 14 3145 453 048 Kelas Kelompok : 1B : IV Dosen Pembimbing : Sulfiani, S.Si PROGRAM STUDI DIII ANALIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah explanatory research dan pelaksanaanya menggunakan metode Eksperimen Kuasi. [23] Hal ini berfungsi untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III UJI MATERIAL

BAB III UJI MATERIAL BAB III UJI MATERIAL 3.1. Uraian Umum Eksperimen dalam analisa merupakan suatu langkah eksak dalam pembuktian suatu ketentuan maupun menentukan sesuatu yang baru. Dalam ilmu pengetahuan dibidang teknik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di Laboratorium Fisika Material Universitas Lampung, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tentang pengaruh variasi konsentrasi penambahan tepung tapioka dan tepung beras terhadap kadar protein, lemak, kadar air dan sifat organoleptik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004). B. Lokasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Simple Random Sampling. itu direndam dalam larutan fisiologis. Silinder dengan diameter 4 mm dan tinggi 4 mm

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Simple Random Sampling. itu direndam dalam larutan fisiologis. Silinder dengan diameter 4 mm dan tinggi 4 mm BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian The Post Test-Only Control Design Group. 4.2 Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga dan Home industri jamur

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa Fakultas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian profil warna, distribusi ukuran partikel, ph, dan kadar air tepung biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai Agustus

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan tempat penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Alat dan Bahan Alat Alat yang digunakan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencarian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencarian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencarian penduduk adalah petani. Keberlangsungan pada sektor pertanian dipengaruhi oleh sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di Laboratorium Daya dan Alat, Mesin Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN Pengaruh Perbandingan Semen Pozolan Dan... Hargono e-mail: hargono_tkundip@yahoo.co.id M. Jaeni F. S. Budi Jurusan Teknik Kimia FT UNDIP Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang, Semarang 50239 Telp : (024) 7460058

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci