BAB II TINJAUAN LITERATUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN LITERATUR"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Ritel Ritel adalah sebuah rangkaian dari kegiatan usaha yang dapat memberikan nilai tambah pada produk dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan keluarga. Banyak orang berpikir bahwa ritel hanya bersangkutan dengan barang produk di toko namun ritel juga menyangkut penjualan jasa atau services. Menurut Levy & Weitz (2009:6) Peritel adalah bisnis dalam sebuah rantai pasokan (chain supply) yang menghubungkan antara penghasil produk dengan konsumen. Ritel berdasarkan strategi pasar dapat digolongkan menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Supermarket adalah toko yang biasanya menjual produk makanan seperti daging dan sayuran dan juga menjual barang atau produk yang selain makanan secara terbatas seperti barang kebutuhan umum lainnya, alat kecantikan dan kesehatan. 2. Departement store biasanya adalah gerai pertokoan yang sangat besar dan biasanya sebagian besar produknya menjual tipikal produk barang yang keras (peralatan, eletronik, perabotan) dan tipikal produk barang yang lunak (pakaian dan kain). 12

2 13 3. Full-line discount stores adalah peritel yang biasanya menjual beragam macam tipikal produk maupun jasa namun biasanya mereka berkompetisi khusus ke harga produk atau jasa tersebut. 4. General merchandise store adalah campuran dari departement store dan discount store. 5. Warehouse clubs adalah peritel yang menawarkan barang atau produk dalam jumlah kuantitas yang besar untuk produk makanan dan barang barang kebutuhan lainnya dengan pelayanan yang terbatas dengan harga yang murah. 6. Convenience store adalah peritel yang menyediakan berbagai barang dagangan dengan tipe yang terbatas serta mempunyai lokasi yang strategis dengan pelayanan yang cepat. 7. Specialty store adalah jenis ritel yang lebih fokus pada jumlah dan jenis barang yang terbatas dan spesifik yang biasanya berupa barang komplementer namun mempunyai jasa pelayanan yang tinggi dan biasanya berada pada toko yang relatif kecil. 8. Drugstore adalah ritel yang khusus yang menjual untuk peralatan dan produk yang berhubungan dengan kesehatan. 9. Category specialist adalah toko diskon yang besar yang menawarkan berbagai macam barang dagangan namun dengan pilihan yang sedikit atau terbatas. 10. Extreme value retailers adalah toko diskon yang kecil yang menawarkan berbagai pilihan terbatas jenis produk barang dagangan dengan harga yang sangat rendah.

3 Off-price retailer adalah toko yang menawarkan berbagai barang yang tidak konsisten dengan nama brand nya dengan harga yang lebih rendah. 12. Eletronic retailer adalah format dari toko dimana para pelaku bisnis nya dapat berkomunikasi dengan para konsumen atau pembeli dan juga dapat menawarkan produk serta jasa yang mereka tawarkan dengan melalui media online atau internet. 13. Catalog retailing adalah bisnis yang menawarkan komuniasi lewat konsumen melalui katalog,surat dan brosur dan mereka tidak mempunyai toko. 14. Direct selling adalah format ritel yang dimana para penjual dari produk tersebut bersifat tidak terikat dan biasanya berhubungan dengan para konsumen nya di lokasi yang dinilai nyaman seperti di rumah atau kantor serta biasanya membuktikan nilai lebih produk tersebut secara langsung di depan konsumen. 15. Television home shopping adalah format ritel dengan format menawarkan atau mempromosikan barangnya melalui program televisi. Para konsumen bisa menghubungi penjual dengan melalui telfon. 16. Supercenters adalah pusat pertokoan yang mempunyai area dan tempat yang sangat besar yang mengkombinasikan antara supermarket dengan beberapa discount store. 17. Vending machine retailing adalah ritel dengan format tidak mempunyai toko/ lahan dimana barang dagangannya disimpan dalam mesin penyimpanan. Konsumen dapat membeli barang dagangan tersebut dengan melalui uang

4 15 tunai atau kartu kredit kemudian barang yang diinginkan akan muncul dari mesin penyimpanan tersebut.(levy & Weitz,2009) 2.2 Strategi ritel Strategi ritel di pasar adalah sebuah strategi yang digunakan untuk mengidentifikasikan : Target pasar dari para pelaku ritel. Format dari perencanaan para pelaku bisnis ritel untuk dapat memenuhi harapan atau kebutuhan para konsumen. Perencanaan dari para pelaku ritel untuk dapat membangun keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. Keuntungan kompetitif berkelanjutan tersebut dapat dibangun denganmembangun konsep yang sulit untuk ditiru dan dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama. Ketiga bagian tersebut merupakan bagian yang sangat penting yang dapat dilakukan oleh jajaran para manajemen pelaku ritel untuk menentukan langkah bagaimana mereka untuk dapat memenuhi serta memuaskan kebutuhan dari para konsumen lebih efisien dan lebih baik daripada apa yang kompetitor mereka lakukan. 2.3 Convenience Store Convenience Store menyediakan berbagai barang dagangan dengan tipe yang terbatas dan terletak pada lokasi yang strategis dan nyaman dengan pelayanan yang cepat. Convenience store merupakan versi modern dari pasar tradisional dan general

5 16 store dimana mereka menjual susu,roti serta berbagai bahan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh para konsumen. Convenience store mampu membuat konsumen untuk melakukan pembelian barang dengan cepat tanpa perlu mencari di seluruh area pertokoan yang besar dan mengantri pada antrian yang panjang pada saat pembayaran. Menurut Levy & Weitz (2009: 46), rata rata semua barang bisa dibeli dalam jangka waktu kurang dari 30 menit. Biasanya convenience store ini terletak sekitar pengisian bahan bakar atau bensin yang juga termaksud penjualan yang terbanyak. 2.4 Modern Convenience Store Seiring berkembangnya bisnis dan tekanan kompetitif pada convenience store sekitar pertengahan tahun 1990-an beberapa convenience store mulai melepaskan diri dari kertegantungan mereka dalam berlokasi di stasiun pengisian bahan bakar atau bensin dan mulai memilih lokasi sendiri yang strategis (sekitar perkantoran,bandar udara dan sekolah). Penjualanpun sekarang tidak bergantung dari makanan dan minuman ringan lagi pada saat ini penjualan terbesar mereka didapatkan dari penjualan rokok. Menurut Levy & Weitz (2009: 46), jenis pelayanan yang diberikan pada konsumen pun sekarang juga berkembang dengan menerima pembayaran melalui kartu kredit dan pelayanan pelayanan yang berupa fasilitas yang berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi para konsumen seperti akses parkir kendaraan yang mudah dan gratis.

6 Five Forces Model of Competition Porter (1998) membuat sebuah kerangka yang bertujuan untuk memahami lima kekuatan persaingan pokok dalam suatu industri. Industri yang kita bahas pada bab ini adalah industri ritel / convenience store yang berada di Indonesia. Dengan ini kita bisa melihat kekuatan kompetitif dari Seven Eleven. Selain itu menurut Porter (1998: 4), 5 kekuatan ini menentukan keuntungan bagi perusahaan karena mereka mempengaruhi harga, biaya operasional dan investasi tambahan pada sebuah industri. Gambar 3.1 : Porter Five Forces Model of Competition Persaingan Kompetitif Dalam Industri Persaingan diantara beberapa perusahaan yang bergerak pada industri yang sama serta yang telah ada di Indonesia yang kemudian saling bersaing untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik taktik seperti peningkatan pelayanan (services) terhadap para konsumen, persaingan harga serta pemilihan

7 18 produk yang akan dijual ke konsumen. Hal ini digunakan mengingat persaingan di dalam bisnis ritel / convenience store di Indonesia sangat keras sehingga perlu strategi strategi bisnis yang jitu untuk mempertahankan serta merebut posisi dalam industri. Persaingan terjadi karena salah satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan pada posisi atau melihat peluang untuk menaikkan serta memperbaiki posisi. (Porter,1998) Dalam industri ini dimana para pemain dalam industri bisnis retail dan convenience store sudah lumayan banyak dan kuat sebenarnya untuk masuk lagi dalam dalam industri ritel dan convenience store tidak terlalu menarik lagi untuk dimasuki, terutama apabila kondisi pendapatan marjin yang cenderung konstan atau stagnant. Meski mungkin pendapatan marjin tidak menurun karena yang diperjual belikan adalah kebutuhan pokok, dimana akan selalu ada permintaan yang ada berasal dari konsumen terutama pada kondisi pertumbuhan ibu kota Jakarta yang selalu berkembang. Persaingan yang ketat pada bisnis ritel ini dibutuhkan banyak strategi strategi bisnis yang tepat untuk tetap bersaing dan survive, banyak langkah langkah yang dapat dilakukan oleh Seven Eleven untuk menarik konsumen, yaitu: Menjual dengan harga yang lebih rendah. Pelayanan dan service yang sebaik dan semaksimal mungkin. Kualitas dari produk yang lebih baik Kemampuan dalam melakukan inovasi pada produk

8 19 Menjual brand image yang lebih kuat. Kemampuan untuk menyediakan produk yang custom made kepada pembeli. Pemilihan model dan gaya yang lebih luas Mempunyai network dealer yang lebih besar dan luas. Perikalanan yang lebih tinggi levelnya. Pembiayaan dengan tingkat bunga yang lebih rendah. Performa produk yang lebih baik Fitur yang lebih luas dan beragam (Thompson, Strickland, Gamble. 2010: 63) Potensi Pendatang Baru Pendatang baru pada industri ritel ini akan selalu ada meskipun industri ini sudah mempunyai banyak pesaing kuat. Industri bisnis ritel yang berkembang pesat akan selalu mengundang banyak minat dari banyak kalangan untuk ikut mencoba untuk bersaing dalam bisnis ritel. Pendatang baru ini umumnya akan mengincar market share yang besar serta smber daya yang besar. Ada beberapa sumber utama dari rintangan masuk yang dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya ancaman masuk pada sebuah industri : 1. Besarnya Skala Ekonomis ( Economics Scale ). Hal ini sangat mempengaruhi masuknya pendatang baru pada sebuah persaingan. Skala ekonomis dapat menghalangi atau mempengaruhi para pendatang baru karena mereka dipaksa masuk pada skala besar dan mengambil

9 20 biaya atau modal dan resiko yang lebih besar atau hanya bisa menerima biayar lebih rendah dengan keuntungan yang lebih rendah. 2. Biaya yang tidak menguntungkan terlepas dari masalah operasional. Perusahaan yang lebih mapan dan stabil memiliki kemungkinan lebih unggul dari segi biaya yang tidak dapat dilakukan oleh para pendatang baru yang akan masuk tidak peduli dari berapapun besarnya pencapaian skala ekonomis dari para pendatang baru tersebut. Beberapa keunggulan keunggulan tersebut adalah : Kepemilikan teknologi Kemitraan dengan para supplier yang paling murah Pengalaman dalam menjalankan usaha yang dapat menyebabkan efisiensi biaya (Karena mereka mempunyai fasilitas yang lebih tua yang sudah sangat terdepresiasi ) Pemilihan lokasi yang lebih menguntungkan 3. Brand yang kuat dan tingginya loyalitas konsumen. Hal ini merupakan hambatan baru untuk para pendatang baru dimana mereka harus mengeluarkan biaya pemasaran dan promosi untuk merebut loyalitas konsumen dan membangun brand yang kuat dengan produk serta brand para pendatang baru itu sendiri. Hal ini sangat berat untuk dilakukan para pendatang baru terlebih lagi apabila brand yang sudah ada sangat kuat dan mempunyai loyalitas konsumen yang sangat tinggi. Para pendatang baru harus

10 21 mengeluarkan biaya lebih seperti yang telah dijelaskan dan juga menerapkan harga yang lebih rendah atau menawarkan kualitas yang lebih tinggi untuk produknya. Hal tersebut sangat berat dilakukan karena selain mengeluarkan biaya lebih, mereka juga akan mengalami profit margin yang rendah. 4. Tingginya modal yang dibutuhkan. Semakin besar nya jumlah investasi yang dibutuhkan untuk memasuki pasar maka akan semakin terbatas jatah untuk para pedatang baru potensial. Biaya modal yang dibutuhkan oleh para pendatang baru berkaitan dengan fasilitas manufaktur dan perlengkapan, biaya iklan periklanan dan kampanye penjualan serta banyak biaya lainnya untuk memulai biaya memulai usaha. 5. Sulitnya akses ke saluran distribusi Hambatan masuk berikutnya dapat ditimbulkan diakibatkan oleh kebutuhan para pendatang baru untuk mempunyai akses pada jalur distribusi produk ke perusahaan yang sudah mapan, para pendatang baru harus mengeluarkan biaya dan usaha lebih untuk dapat membujuk mereka agar dapat menerima produk dari pendatang baru tersebut dengan menurunkan harga atau bisa juga kerja sama pada periklanan dan promosi yang akan mengurangi profit dari para pendatang baru tersebut. Beberapa perusahaan yang sebelumnya sudah ada yang bersaing dengan para pendatang baru tersebut biasanya sudah mempunyai akses distribusi karena mereka telah menjalin hubungan yang eksklusif yang mengikat sehingga hal ini sangat memberatkan pendatang baru dan akhirnya mereka terpaksa harus membentuk hubungan distribusi yang baru.

11 22 6. Kebijakan dari pemerintah setempat. Kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi para pendatang baru. Pemerintah dapat membatasi, menerapkan tarif atau yang lebih parah menutup kemungkinan masuk para pendatang baru ke dalam industri tententu dengan adanya peraturan peraturan perizinan yang ada. 7. Kemampuan dan kemauan dari perusahaan yang sudah mapan untuk memblokir masuknya para pendatang baru. Meskipun para pendatang baru yang berpotensi telah mempunyai dan mampu mengatasi beberapa hambatan yang telah ada dengan modal yang kuat mereka tetap harus memperhitungkan reaksi yang akan dijalankan oleh perusahaan perusahaan yang sudah ada sebelumnya. Perusahaan perusahaan tersebut mampu menghambat para pendatang baru dengan cara melakukan pemotongan harga, melakukan promosi, memperkenalkan pengembangan baru pada produknya bahkan mampu melakukan tindakan legal untuk menghalangi para pendatang baru untuk masuk kedalam industri tersebut. (Thompson, Strickland, Gamble. 2010: ) Selain itu menurut Thompson, Strickland, dan Gamble ancaman untuk para pendatang baru akan menjadi lebih kuat disaat: Para pendatang baru berjumlah besar dan memiliki sumber daya yang mampu membuat mereka menjadi pesaing hebat di pasar. Hambatan masuk rendah atau dapat dilalui oleh para pendatang baru dengan relatif mudah.

12 23 Para pelaku industri yang sudah ada mencoba untuk memperluas pasar mereka dengan meraih segmen produk atau area geografis dimana sebelumnya tidak terjamah oleh kehadiran para pesaing yang lain. Pendatang baru dapat berharap untuk meraih keuntungan yang menarik. Permintaan dari para pembeli berkembang dengan pesat. Para pelaku industri tidak mampu atau tidak berniat untuk bersaing secara kuat dengan para pendatang baru. Sedangkan ancaman dari pendatang baru akan melemah apabila : Jumlah kumpulan pendatang baru lebih sedikit atau sumber daya juga kurang. Terdapat hambatan masuk yang terlalu tinggi dan berat untuk dilampaui oleh para pendatang baru. Para kompetitor yang sudah ada sebelumnya akan berjuang untuk memperoleh keuntungan sehat. Industri yang akan dimasuki oleh para pendatang baru tersebut terlihat beresiko atau tidak memiliki kepastian yang jelas. Permintaan pembeli cenderung stagnant atau lamban. Para anggota industri yang lain mempunyai niat bersaing dengan usaha yang dilakukan oleh para pendatang baru untuk mendapatkan posisi yang lebih baik di dalam pasar.(thompson, Strickland, Gamble,. 2010: 67 )

13 Produk Subtitusi Semua perusahaan yang bergerak dalam suatu industri nantinya akan menghadapi tekanan atau persaingan dengan industri industri yang dapat menghasilkan produk subtitusi (subtitute product) untuk industri tersebut. Para konsumen dapat menilai produk tersebut sebagai barang subtitusi dari sebuah produk yang diinginkan sehingga mereka dapat bebas beralih. Porter menjelaskan, mengenali produk produk pengganti atau subtitusi adalah persoalan mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama dan serupa seperti produk dalam industri. Kuatnya ancaman dari produk pengganti dalam sebuah industri dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1. Apabila produk pengganti tersedia dengan harga yang lebih menarik dibandingkan produk yang telah ada. 2. Pembeli dapat menilai atau melihat bahwa produk pengganti yang ada memiliki kualitas, performa serta beberapa nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan produk yang telah ada. 3. Tinggi atau rendahnya biaya peralihan (switching cost) antar produk yang sudah ada dengan produk pengganti yang harus ditanggung pembeli.(thompson, Strickland, Gamble. 2010: 70) Selain itu tekanan yang berasal dari produk pengganti pada sebuah industri menurut Thompson, Strickland, Gamble dapat dikenali dengan ciri ciri yaitu : 1. Tekanan kompetitif produk pengganti akan melemah ketika :

14 25 Produk pengganti belum ada atau tidak tersedia. Harga produk pengganti relatif lebih tinggi terhadap perforrma atau kualitas yang diberikan. Tingginya biaya peralihan yang harus ditanggung oleh konsumen dalam beralih ke produk pengganti. 2. Tekanan kompetitif produk pengganti akan menguat ketika : Produk pengganti sudah ada atau telah tersedia. Produk pengganti dapat menawarkan harga yang lebih menarik. Produk pengganti memiliki perbandingan performa serta kualitas yang seimbang atau bahkan lebih baik. Rendahnya biaya peralihan ke produk pengganti yang ditanggung oleh konsumen. Konsumen merasa lebih nyaman dengan menggunakan produk pengganti.(thompson et al,. 2010:71) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Supplier dapat menggunakan kekuatan tawar menawar terhadap para pelaku suatu industri dengan memberikan pilihan antara menaikan atau menurunkan harga atau menurunkan kualitas produk yang akan di supply. Selain itu kuat atau lemahnya kekuatan kompetitif antara pemasuk dan penjual bergantung kepada dimana para supplier yang kuat mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi syarat dan ketentuan dari supply sesuai dengan kemauan mereka dan bagaimana beberapa atau satu

15 26 anggota dari suatu industri tertentu dapat bekerja sama dengan para supplier untuk mencapai rantai supply yang efisien (supply chain). Menurut Thompson, Strickland dan Gamble kuat atau lemahnya tawar menawar para supplier dapat dilihat dari hal hal sebagai berikut : 1. Kekuatan tawar menawar supplier akan melemah ketika : Produk yang akan disupply adalah barang komoditas yang sudah disediakan oleh banyak supplier dengan harga pasar yang ada pada saat itu. Biaya perusahaan dalam beralih kepada supplier yang lain tergolong rendah. Produk pengganti untuk bahan baku telah tersedia atau timbul yang baru. Terjadinya peningkatan akan ketersediaan barang yang dipasok. Hal ini menyebabkan kekuatan supplier dalam menentukan harga menjadi lemah. Pesanan dari para pelaku industri tergolong besar terhadap penjualan supplier dan pesanan ulang dalam jumlah yang sangat besar sangat penting bagi kelangsungan hidup supplier. Para pelaku industri dapat menjadi ancaman terhadap para supplier disaat para pelaku industri itu mulai membuat atau memanfaktur sendiri barang barang kebutuhannya. Kerja sama antara perusahaan dengan para supplier yang dipilih memberikan keuntungan mutualisme yang menarik. 2. Kekuatan tawar menawar supplier akan menguat ketika :

16 27 Tingginya biaya peralihan ke supplier lain yang akan dikeluarkan oleh para pelaku industri. Sumber daya yang dipasok oleh para supplier sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh perusahaan (posisi supplier kuat dalam menentukan harga) Produk yang ditawarkan oleh para supplier sangat unik dan produk tersebut dapat meningkatkan kualitas dan performa dari perusahaan. Terbatasnya beberapa supplier yang memasok sumber daya khusus. Beberapa supplier mengancam akan bersatu dan masuk kedalam bisnis sehingga kemungkinan besar mereka akan menjadi pesaing yang berat bagi para pelaku industri.(thompson, Strickland, Gamble, 2010 :74 ) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Pembeli dapat mempunyai kemampuan tawar menawar dan bersaing dengan industri dengan memaksa harga yang lebih murah. Tawar menawar tersebut dilakukan untuk memperoleh mutu serta pelayanan yang lebih baik. Menurut Thompson, Strickland dan Gamble (2010), hal ini dapat berperan sebagai ukuran yang dijadikan sebagai pesaing antar pembeli satu dengan yang lainnya. Bagi para produsen hal ini tentu saja akan mengorbankan laba atau keuntungan mereka. Selain itu kekuatan membeli konsumen juga dipengaruhi oleh biaya yang dikenakan perusahaan. Kekuatan beli konsumen juga mempengaruhi biaya operasional dan investasi perusahaan ( Porter,1998 ).

17 28 1. Kekuatan tawar menawar pembeli akan melemah apabila : Transaksi produk berjumlah sedikit atau produk jarang ditemui. Biaya tinggi apabila para pembeli beralih ke produk kompetitor. Terjadinya gelombang permintaan yang menciptakan pasar bagi perusahaan. Kuatnya atau tingginya reputasi sebuah brand perusahaan yang dijadikan sesuatu tolak ukur yang penting bagi pembeli. Kualitas dan performa produk yang tinggi mempunyai nilai yang penting bagi pembeli yang susah atau tidak tergantikan oleh merek brand lainnya. Kerjasama dan kolaborasi antara pembeli dengan perusahaan terpilih sehingga dapat memberikan kesempatan mutualisme yang menarik. 2. Kekuatan tawar menawar pembeli akan menguat apabila : Biaya peralihan yang rendah yang ditanggung oleh pembeli apabila mereka beralih ke merek kompetitor atau produk pengganti. Tingginya pembeli dan pembeli tersebut meminta sedikit kemudahan ketika mereka melakukan pembelian dalam jumlah yang besar. Transaksi pembelian yang mempunyai volume besar merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan. Melemahnya permintaan dari pembeli. Jumlah pembeli yang sedikit, sehingga setiap transaksi merupakan sesuatu yang berharga bagi perusahaan.

18 29 Identitas dari pembeli dapat menambah gengsi (prestise) bagi daftar konsumen dari sebuah perusahaan. Tingginya atau meningkatnya dari jumlah serta kualitas informasi yang tersedia bagi para pembeli. Kemampuan pembeli untuk menunda transaksi apabila mereka merasa penawaran yang diberikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan mereka. Sebagian pembeli dapat menjadi ancaman bagi perusahaan ketika mereka bersatu dan menarik diri kebelakang dari aktifitas bisnis yang terjadi sehingga mereka dapat menjadi pesaing yang penting.(thompson, Strickland, Gamble, 2010: 77) 2.6 The Five Generic Competitive Strategies 5 Strategi Generik Kompetitif merupakan sebuah landasan bagi perusahaan yang merupakan sebuah landasan pilihan strategi dalam memulai usahanya untuk mencapai keunggulan kompetitif. Sebuah strategi kompetitif perusahaan adalah sebuah rencana khusus perusahaan untuk manajamen untuk dapat sukses dalam persaingan dan berhasil mempunyai keunggulan kompetitif atas para kompetitornya. Dengan ini kita dapat melihat strategi dari Seven Eleven Indonesia dalam menghadapi para kompetitor nya. 5 strategi generik kompetitif tersebut adalah : 1. A low cost provider strategy

19 30 Berusaha agar mencapai biaya dan harga yang lebih murah apabila dibandingkan dengan para pesaingnya 2. A broad differentiation strategy Berusaha melakukan diferensiasi pada produk sebuah perusahaan daripada produk yang ditawarkan oleh para kompetitornya. 3. A best-cost provider strategy Memberikan para konsumen sebuah produk yang mempunyai performa,kualitas serta atribut dan dengan harga yang lebih murah apabila dibandingkan dengan para kompetitornya. Produk tersebut harus mempunyai harga atau biaya yang lebih murah dibandingkan dengan reival minimal dengan kualitas serta atribut yang seimbang. 4. A focused (or market niche ) strategy based on low costs Lebih memfokuskan dari pada beberapa segmen pembeli dan berusaha mengungguli para pesaingnya dengan biaya yang lebih rendah dan mampu memberikan pelayanan yang maksimal bagi pasar niche dengan biaya yang lebih murah. 5. A focused (or market niche ) strategy based on differentiation Lebih memfokuskan diri pada segmen khusus pembeli dan berusaha mengalahkan para pesaingnya dengan cara memberikan para anggota dari niche market kualitas serta atribut yang bisa disesuaikan (customized) dengan selera dan permintaan dari pembeli lebih baik apabila dibandingkan dengan produk pesaingnya.

20 31

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA Diberlakukannya ACFTA sebagai sebuah perdagangan bebas, memaksa setiap industri atau perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF

KEUNGGULAN KOMPETITIF KEUNGGULAN KOMPETITIF PELUANG BISNIS Inovasi dan Eksploitasi Peluang produk baru jasa baru Teknik produksi baru Cara baru Alat baru untuk memberi informasi Cara baru hubungan dengan pelanggan Multiple

Lebih terperinci

Struktur Dasar Bisnis Ritel

Struktur Dasar Bisnis Ritel Struktur Dasar Bisnis Ritel Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa secara umum kepada masyarakat dan secara khusus kepada pembeli potensial. Pedagang Besar dan Pedagang Eceran dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota yang berada di Indonesia, menjamurnya bisnis jasa mulai dari yang berskala kecil yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Business Model Menurut Alan Afuah business model adalah kumpulan aktivitas yang telah dilakukan sebuah perusahaan, bagaimana hal tersebut dilakukan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial budaya, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumen. Pengaruh tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA. 6/11/2013

ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA. 6/11/2013 ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA 1 Definisi Pemasaran A. Pengertian Pemasaran Menurut WY. Stanton Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC )

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) Beberapa waktu terakhir ini di saat era persaingan bisnis semakin hari semakin ketat para pelaku bisnis atau dalam hal ini bisa dikatakan suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya berdirinya ritel-ritel diberbagai wilayah Indonesia. Ritel adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya berdirinya ritel-ritel diberbagai wilayah Indonesia. Ritel adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini prospek bisnis ritel di Indonesia sangat pesat, yang ditandai dengan banyaknya berdirinya ritel-ritel diberbagai wilayah Indonesia. Ritel adalah

Lebih terperinci

BAGIAN 2 STORE-BASED RETAILING

BAGIAN 2 STORE-BASED RETAILING BAGIAN 2 STORE-BASED RETAILING TIPE RETAILER Retailer dibagi berdasarkan: Tipe barang dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen Retail Mix (Bauran Retail) untuk memuaskan kebutuhan konsumen Tingkatan (level)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki perdagangan bebas lebih awal dibandingkan negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah menandatangani Letter

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada penelitian studi kasus ini dapat disimpulkan bahwa 7 Eleven di Indonesia menggunakan strategi yang berbeda dan bisa dikatakan baru untuk dapat bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini sedang berkembang pesat dengan adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Sebelum masuk ke perumusan, disini penulis menjelaskan kembali penggunaan beberapa analisis dalam rangka merumuskan strategi pemasaran untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Strategi 2.1.1 Definisi Strategi Sebuah strategi perusahaan terdiri dari tindakan kompetitif dan pendekatan bisnis yang digunakan oleh para manajer untuk (Thompson, A. A. dan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN Modul ke: DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN MANAJEMEN SALURAN DAN RANTAI SUPLAI Fakultas FIKOM Dra. Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising http://www.mercubuana.ac.id Definisi Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Kecenderungan impulse buying merupakan fenomena yang sering terjadi di masyarakat. Menurut Ma ruf dalam penelitian Divianto (2013 : 4) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB VIII PENETAPAN HARGA

BAB VIII PENETAPAN HARGA BAB VIII PENETAPAN HARGA Sebagai perusahaan berusaha untuk menumbuh keuntungan mereka, mereka sering fokus pada penurunan biaya produksi atau peningkatan permintaan produk. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyak investor yang melakukan investasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemain ritel yang cukup banyak di Indonesia membuat persaingan di industri ini menjadi sangat ketat. Potensi pasar yang sangat besar dan sifat konsumtif masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri modern ritel dewasa ini semakin pesat, baik pemain lokal maupun asing semakin agresif bermain dalam pasar yang empuk tersebut. Prospek

Lebih terperinci

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya dunia bisnis dan perdagangan di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada periode pasca krisis moneter yang diawali sekitar pertengahan tahun 1997. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri ritel berkembang sangat pesat di Indonesia terlebih sejak dibukanya peraturan yang memperbolehkan ritel asing memasuki pasar di Indonesia. Menurut hasil survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara atau bentuk bisnis yang saat ini sedang berkembang pesat adalah dengan mendirikan ritel. Sejak dekade yang lalu, terdapat perubahan pada bisnis ritel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel adalah bisnis yang memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dan juga merupakan bisnis yang memiliki banyak peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia pemasaran dewasa ini sangat pesat, yang ditunjukkan dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada konsumen. Kemudahan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Sejalan dengan itu banyak bermunculan perusahaan

Lebih terperinci

Makalah Strategi Bisnis Ritel

Makalah Strategi Bisnis Ritel Makalah Strategi Bisnis Ritel Disusun Oleh : Nama : Vina Loren Kelas : XI PM 1 No. Absen : 33 SMKN 9 Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis Retail merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RANTAI PASOK

PENGELOLAAN RANTAI PASOK PENGELOLAAN RANTAI PASOK Manajemen Rantai Pasokan Manajemen Rantai Pasokan Rantai pasok adalah sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan yang bekerja secara bersama-sama untuk membuat dan menyalurkan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Persaingan industri manufaktur maupun jasa menunjukkan perkembangan yang sangat pesat saat ini. Setiap perusahaan bersaing untuk memberikan yang terbaik agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa dampak positif dalam bidang usaha dimana perusahaan-perusahaan mengalami perkembangan pesat

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam Suprapti (2010:2) adalah aktivitas yang dilakukan seseorang ketika

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam Suprapti (2010:2) adalah aktivitas yang dilakukan seseorang ketika BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Perilaku konsumen Kotler dan Armstrong (2008:158) menyatakan bahwa konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat dewasa ini menjadikan konsumen semakin

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat dewasa ini menjadikan konsumen semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Persaingan yang semakin ketat dewasa ini menjadikan konsumen semakin penting bagi kehidupan sebagian organisasi perusahaan. Lain daripada sebelumnya, sekarang

Lebih terperinci

INTRODUCTION What is Retailing?

INTRODUCTION What is Retailing? INTRODUCTION What is Retailing? Retailing is a set of business activities that adds value to the products and services sold to consumers for their personal or family use (Levy, Weith, 2001) Retailing consists

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Disadari atau tidak bisnis ritel kini telah menjamur dimana-mana baik

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Disadari atau tidak bisnis ritel kini telah menjamur dimana-mana baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di indonesia terus berkembang dengan pesat setiap tahunnya, khususnya bagi bisnis ritel. Bisnis ritel secara umum adalah kegiatan usaha menjual

Lebih terperinci

BAGIAN 4 STRATEGI BISNIS ECERAN (RETAIL MARKET STRATEGY)

BAGIAN 4 STRATEGI BISNIS ECERAN (RETAIL MARKET STRATEGY) BAGIAN 4 STRATEGI BISNIS ECERAN (RETAIL MARKET STRATEGY) BAGIAN 4 STRATEGI BISNIS ECERAN (RETAIL MARKET STRATEGY) 1. 2. 3. PENGERTIAN STRATEGI RETAIL MEMBANGUN KEUNGGULAN BERSAING BERKELANJUTAN PROSES

Lebih terperinci

PORTER 5 FORCES. Analisis potensi..., Dian Lestari, FT UI, 2007

PORTER 5 FORCES. Analisis potensi..., Dian Lestari, FT UI, 2007 BAB 3. PORTER 5 FORCES Pemodelan Porter 5 Forces dikembangkan pertama kali oleh Michael Porter. Porter 5 Forces adalah tool yang digunakan untuk menganalisis bagaimana lingkungan yang kompetitif akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Produk Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan penyajiannya (Kotler, 2001:126). Produk adalah suatu sifat yang kompleks

Lebih terperinci

3 Strategi-Strategi Perusahaan

3 Strategi-Strategi Perusahaan Information System Strategic Design 3 Strategi-Strategi Perusahaan Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com Tingkatan Strategi Di perusahaan-perusahaan terdiversifikasi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, pusat-pusat perbelanjaan mulai menjamur di Indonesia khususnya di kota-kota besar seperti Surabaya. Berdirinya pusat-pusat perbelanjaan di sekitar

Lebih terperinci

Pelaksanaan Bisnis Ritel

Pelaksanaan Bisnis Ritel Pelaksanaan Bisnis Ritel Variabel Bisnis Ritel 1. Location (lokasi) 2. Merchandising (barang dagangan) 3. Margin and Inventory (laba dan persediaan barang) 4. Promotion (promosi) 5. Services (pelayanan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk meraih dan merebut hati para pelanggan merupakan tantangan bagi setiap pelaku bisnis di tengah situasi persaingan yang semakin ketat dewasa ini. Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis saat ini, membuat persaingan bisnis ritel menjadi semakin ketat. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis ritel atau

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

Teori Perdagangan Internasional

Teori Perdagangan Internasional Teori Perdagangan Internasional Teori Keunggulan Kompetitif Michael Porter 1990 Tugas Mata Kuliah Sistem Jaringan Bisnis Internasional Dosen : Dr. Teddy Oswari Oleh : Ifadah Amalia (92210047) Suko Retno

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication II

Integrated Marketing Communication II Modul ke: Integrated Marketing Communication II Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Martina Shalaty Putri, M.Si. Program Studi Advertising dan Marketing Communication www.mercubuana.ac.id New Product Development

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Dewasa ini gagasan mengenai profitabilitas jangka pendek tampaknya mendasari banyak pemikiran yang ada tentang keputusan pengecer mengenai kategori dan pernyortiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan persaingan bisnis ritel dipicu oleh semakin menjamurnya bisnis ritel modern yang sekarang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pertimbangan bagi calon konsumen dalam memilih sebuah brand. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pertimbangan bagi calon konsumen dalam memilih sebuah brand. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang semakin membaik, mendorong timbulnya laju persaingan dunia usaha. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dan inovatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter

5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 5 Kekuatan Kompetisi Dalam Strategi Industri Menurut Michael E Porter 8:34 PM No comments dada Dalam buku " Competitive Strategy " disebutkan bahwa terdapat 5 kekuatan strateri bisnis yang merupakan kerangka

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi persaingan global yang semakin ketat diseluruh sektor ekonomi, Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif baik. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Bagaimana suatu perusahaan menggunakan sistem informasi untuk menunjang strategisnya

Bagaimana suatu perusahaan menggunakan sistem informasi untuk menunjang strategisnya Bagaimana suatu perusahaan menggunakan sistem informasi untuk menunjang strategisnya Sistem informasi secara umum dapat diartikan sebagai kesatuan elemen-elemen yang saling berinteraksi secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah dan variasi ritel modern yang

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2. 1 Lingkungan Makro Kerangka PESTEL digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan makro yang dapat mempengaruhi strategi bisnis, dan menilai bagaimana faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu era keterkaitan dan ketergantungan antara satu manusia dengan manusia lainnya, baik dalam hal perdagangan, investasi, perjalanan, budaya

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: 10 Entrepreneurship and Inovation Management Berisi : SEGMENTATION TARGETING - POSITIONING Fakultas Ekonomi Dr. Tukhas Shilul Imaroh,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMASARAN : YOHAN ANDI NUGROHO NIM : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA.

MANAJEMEN PEMASARAN : YOHAN ANDI NUGROHO NIM : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. KARYA ILMIAH E-BISNIS MANAJEMEN PEMASARAN Nama disusun oleh : : YOHAN ANDI NUGROHO NIM : 08.11.1884 Kelas : S1-TI-6A SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Marketing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman keberadaan bisnis eceran ditengahtengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dalam pola

Lebih terperinci

Analisis Competitive Forces and Competitive Strategy pada Sistem Informasi Zalora.co.id

Analisis Competitive Forces and Competitive Strategy pada Sistem Informasi Zalora.co.id Analisis Competitive Forces and Competitive Strategy pada Sistem Informasi Zalora.co.id Fitria Ekarini Pendidikan Teknik Elektronika dan Informatikation Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Stanton dalam Swastha dan Irawan (2008:5), Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB XI MENDISTRIBUSIKAN BARANG DAN JASA. Strategi distribusi

BAB XI MENDISTRIBUSIKAN BARANG DAN JASA. Strategi distribusi BAB XI MENDISTRIBUSIKAN BARANG DAN JASA Strategi distribusi DISTRIBUSI Distribusi merupakan proses memindahkan barang atau jasa dari produsen kepada pembeli. Distribusi menyumbang tiga dari empat utilitas

Lebih terperinci

FAKTOR INTERNAL PERUSAHAN APPLE Inc.

FAKTOR INTERNAL PERUSAHAN APPLE Inc. FAKTOR INTERNAL PERUSAHAN APPLE Inc. Apple Inc Apple Inc adalah developer besar, produsen marketer perangkat computer personal yang dijual terutama untuk dunia bisnis, kreatif, pendidikan, pemerintah,

Lebih terperinci

ANALISIS PERSAINGAN INDOMARET DAN ALFAMART

ANALISIS PERSAINGAN INDOMARET DAN ALFAMART ANALISIS PERSAINGAN INDOMARET DAN ALFAMART 1. INDOMARET Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2. Dikelola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat saat ini mulai dirasakan oleh Indonesia. Pertumbuhan tersebut meliputi berbagai macam sektor, tidak terkecuali dari sektor ritel yang

Lebih terperinci

BAGIAN 4 STRATEGI BISNIS ECERAN (RETAIL MARKET STRATEGY)

BAGIAN 4 STRATEGI BISNIS ECERAN (RETAIL MARKET STRATEGY) BAGIAN 4 STRATEGI BISNIS ECERAN (RETAIL MARKET STRATEGY) 1. PENGERTIAN STRATEGI RETAIL 2. MEMBANGUN KEUNGGULAN BERSAING BERKELANJUTAN 3. PROSES PERENCANAAN RETAIL STRATEGIS PENGERTIAN STRATEGI RETAIL adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V 83 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 99 Ranch Market Indonesia berkeinginan untuk melakukan ekspansi dengan membangun gerai supermarket baru di lokasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Marketing 2.1.1 Barang Konsumsi Barang Konsumsi (consumer goods) adalah produk yang ditujukan untuk pengguna akhir. Dasar klasifikasi barang konsumsi yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan di kota ekonomi Surabaya yang maju dan berkembang pesat, telah terjadi perubahan di bidang industri dan produksi. Kegiatan ritel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Strategi Menurut Glueck dan Jauch (1998, p.12) Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara rutin atau disebut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang menyalurkan dana masyarakat dan menginvestasikan kembali dana tersebut untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk perusahaaan yang berorientasi pada pasar, maka pada umumnya akan menghadapi masalah dalam bidang pemasaran. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat memungkinka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari data dan analisis yang dilakukan berikut kesimpulan penelitian ini:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari data dan analisis yang dilakukan berikut kesimpulan penelitian ini: BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Dari data dan analisis yang dilakukan berikut kesimpulan penelitian ini: 1. Pasar semen di Indonesia mengalami pergeseran struktur dari oligopoli menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang sangat vital, karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung kebutuhan aktifitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Pemasaran Menurut American Marketing Association (AMA), mendefinisikan Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga

Lebih terperinci

FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN.

FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN. FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN Definisi Sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis Merencanakan menentukan harga Mempromosikan Mendistribusikan barang dan jasa memuaskan kebutuhan pembeli. Pemasaran meliputi:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik itu kebutuhan yang bersifat primer

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik itu kebutuhan yang bersifat primer BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belanja merupakan aktivitas keseharian masyarakat, setiap orang perlu memenuhi kebutuhannya sehari-hari, baik itu kebutuhan yang bersifat primer (kebutuhan pokok atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail Indonesia saat ini berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail Indonesia saat ini berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis retail di Indonesia mengalami perkembanganan yang cukup baik. Bisnis retail Indonesia saat ini berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks Pembangunan Ritel Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring dengan peningkatan peradapan manusia menyebabkan persaingan semakin katat. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keunggulan Bersaing Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era suatu negara unggul terhadap negara lain karena memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun terakhir ini, dengan berbagai format serta jenisnya. Di tengah kondisi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel di Indonesia semakin pesat dan ketat yang dapat dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat perbelanjaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi modern memberikan dampak kehidupan yang menjadi semakin lebih praktis, cepat, dan ekonomis. Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha eceran (retail) tumbuh dengan sangat pesat, jumlah dan lokasi. usahanya cenderung mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha eceran (retail) tumbuh dengan sangat pesat, jumlah dan lokasi. usahanya cenderung mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha eceran (retail) tumbuh dengan sangat pesat, jumlah dan lokasi usahanya cenderung mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis ritel, merupakan bisnis yang menjanjikan karena dapat memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia di akhir

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi persaingan bisnis yang dewasa ini semakin dinamis disertai memudarnya batasan-batasan hubungan perdagangan antar negara mengharuskan setiap pelaku usaha menerapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Memasuki era globalisasi ini, teknologi pun telah merambat secara luas ke bidang komunikasi. Hadirnya telepon seluler (handphone) memberikan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan kebiasaan berbelanja sebagai bentuk mencari suatu kesenangan adalah merupakan suatu motif berbelanja yang baru. Motivasi merupakan konsep yang dinamis dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riteler berusaha menciptakan keunggulan kompetitif untuk bersaing di tengah kompetisi yang ketat pada sektor ritel. Pengembangan produk dan pelayanan kepada konsumen,

Lebih terperinci