BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta. Patangpuluhan sendiri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta. Patangpuluhan sendiri"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta. Patangpuluhan sendiri secara geografis terletak sekitar 3 km di sebelah barat daya pusat kota Yogyakarta. Kelurahan patang puluhan terdiri dari 3 RW yang dihuni 7524 Jiwa dimana kelurahan ini didominasi kaum perempuan sebanyak 3852 jiwa. Dengan jumlah wanita usia tahun berjumlah 157 orang dengan status cerai hidup 40 orang, cerai meninggal 23 orang dan belum menikah 11 orang. Warga Kelurahan Patangpuluhan memiliki beragam kegiatan seperti arisan RT, PKK RT yang memiliki jadwal masing-masing tiap RT serta Posyandu yang rutin dilaksanakan rutin setiap bulannya. Batas-batas wilayah Patangpuluhan untuk utara berbatasan dengan Kelurahan Wirobrjan, timur dengan Kelurahan Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Yogyakarta, sedangkan sebelah selatan dan juga barat dengan Desa Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. 42

2 43 2. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah wanita yang diklasifikasikan berdasarkan usia dan pendidikan terakhir. Terdapat 47 responden yang ikut serta dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini merupakan warga KelurahanPatangpuluhan yang berusia tahun dan belum mengalami menopause. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta. No Karakteristik F Presentase (%) 1 Usia , , , ,5 Total Pendidikan Terakhir Lulus SD 5 10,6 Lulus SMP 10 21,3 Lulus SMA 19 40,4 Lulus Diploma 5 10,6 Lulus Perguruan Tinggi 8 17 Total Sumber: Data Primer 2016 Tabel 4.1 menunjukan karakteristik responden berdasarkan usia terbanyak adalah usia 40 tahun dengan jumlah 16 orang (34%), usia 44 tahun dengan jumlah sebanyak 12 orang (25,5%), dan diikuti usia paling sedikit adalah usia 41 tahun dan 42 tahun yang masingmasing sebanyak 6 orang (12,8%). Responden dengan pendidikan terakhir paling banyak adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni

3 44 berjumlah 19 orang (40,4%) dan terdapat 2 kategori pendidikan terakhir yang memiliki nilai sama yaitu SD dan Diploma yang masing-masing 5 orang (10,6%). 3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Tabel 4.2 Karakteristik Tingkat Pengetahuan Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Tingkat Pengetahuan F Presentase (%) Rendah 3 6,4 Tinggi 44 93,6 Total Sumber: Data Primer (2016) Tabel 4.2 menjelaskan gambaran tingkat pengetahuan responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta, dimana kategori yang memiliki hasil yang banyak adalah kategori tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 44 orang (93,6%) dan sisanya 3 orang (6,4%) dalam kategori rendah. 4. Gambaran Tingkat Aktivitas Responden Tabel 4.3 Karakteristik Tingkat Aktivitas Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Tingkat Aktivitas F Presentase (%) Rendah 8 17 Tinggi Total Sumber: Data Primer (2016) Tabel 4.3 menunjukan gambaran tingkat aktivitas responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta, didapatkan kategori paling banyak adalah pada kategori tingkat

4 45 aktivitas tinggi dengan jumlah 39 orang (83%) dan sisanya kategori rendah 8 oran (17%). 5. Gambaran Tingkat Dukungan Keluarga Responden Tabel 4.4 Karakteristik Tingkat Dukungan Keluarga Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Tingkat Dukungan Keluarga F Presentase (%) Rendah 7 14,9 Tinggi 40 85,1 Total Sumber: Data Primer (2016) Tabel 4.4 menunjukan gambaran tingkat dukungan keluarga responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta, didapatkan kategori terbanyak adalah kategori tingkat dukungan tinggi dengan jumlah 40 orang (85,1%) dan sisanya kategori rendah 7 orang (14,9%). 6. Gambaran Tingkat Kesiapan Responden terhadap Menopause Tabel 4.5 Karakteristik Tingkat Kesiapan Responden terhadap Menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Tingkat Kesiapan F Presentase (%) Rendah 6 12,8 Tinggi 41 87,2 Total Sumber: Data Primer (2016) Tabel 4.6 menunjukan karakteristik tingkat kesiapan responden terhadap menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta. Hasil menunjukan bahwa kategori tingkat kesiapan tinggi yaitu 41 orang (87,2%) lebih banyak dari kategori rendah yaitu 6 orang (12,8%).

5 46 7. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesiapan Menopause Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesiapan Menopause pada Wanita Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Kesiapan Menopause Tingkat Tinggi Rendah P Pengetahuan Persentase Persentase F F (%) (%) Tinggi 40 85,1 4 8,5 0,039 Rendah 1 2,1 2 4,3 Total 42 87,2 5 12, Sumber: Data Primer (2016) Tabel 4.6 menjelaskan bahwa responden dalam penelitian ini paling banyak terdapat pada tingkat pengetahuan tinggi dengan kesiapan menopause yang juga tinggi sebanyak 40 orang (85,1%) dan yang paling sedikit terdapat pada responden dengan tingkat pengetahuan rendah namun kesiapan menopause tinggi yaitu 1 orang (2,1%). Data tersebut diuji dengan menggunakan Fisher exact dan didapatkan nilai p=0,039 dimana p<0,05 menunjukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan kesiapan responden dalam menghadapi menopause. 8. Hubungan Tingkat Ativitas dengan Kesiapan Menopause Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Tingkat Aktivitas dengan Kesiapan Menopause pada Wanita Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Kesiapan Menopause Tingkat Tinggi Rendah P Aktivitas Persentase Persentase F F (%) (%) Tinggi 37 78,7 2 4,3 0,005 Rendah 4 8,5 4 8,5 Total 42 87,2 5 12, Sumber: Data Primer (2016)

6 47 Tabel 4.7 menjelaskan bahwa responden dalam penelitiam ini paling banyak terdapat pada tingkat aktivitas tinggi dengan kesiapan menopause tinggi sebanyak 37 orang (78,7%) dan yang terendah adalah responden pada kategori tingkat aktivitas rendah namun memiliki kesiapan menopause yang tinggi yaitu sebanyak 2 orang (4,3%). Data tersebut diuji dengan menggunakan Fisher exact dan diapatkan nilai p=0,005dimana p<0,05 menunjukan adanya hubungan antara tingkat aktivitas responden dengan kesiapan responden dalam menghadapi menopause. 9. Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dengan Kesiapan Menopause Tabel 4.8 Distribusi Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dengan Kesiapan Menopause pada Wanita Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Kesiapan Menopause Tingkat Tinggi Rendah Dukungan Persentase Persentase Keluarga F F (%) (%) Ρ Tinggi 37 78,7 3 6,4 Rendah 4 8,5 3 6,4 0,035 Total 42 87,2 5 12, Sumber Data Primer (2016) Tabel 4.8 menjelaskan bahwa responden dalam penelitian ini paling banyak terdapat pada tingkat dukungan keluarga tinggi dengan kesiapan menopause tinggi yaitu sebanyak 37 orang (78,7%) dan yang paling rendah tingkat dukungan keluarga tinggi namun kesiapan menopause rendah dan tingkat dukungan keluarga rendah kesiapan menopause juga rendah yang masing-masing 3 orang (6,4%). Data

7 48 tersebut diuji dengan menggunakan Fisher exact dan diapatkan nilai p= 0,035dimana p<0,05 menunjukan adanya hubungan antara tingkat dukugan keluarga responden dengan kesiapan responden dalam menghadapi menopause. 10. Hubungan Tingkat Pendidikan Terakhir dengan Kesiapan Menopause Tabel 4.9 Distribusi Hubungan Pendidikan Terakhir dengan Kesiapan Menopause pada Wanita Premenopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Variabel Koefesien Korelasi (r) p Value Tingkat Pendidikan Akhir 0,508 0,000 Keisapan wanita Premenopause dalam Menghadapi Menopause Sumber Data Primer (2016) Tabel 4.9 menjelaskan distribusi hubungan pendidikan terakhir dengan kesiapan menopause, dengan p=0,000dan r=0,0508. Nilai Pvalue< 0,05 menunjukan adanya hubungan sehingga nilai p= 0,000 disini berarti menunjukan adanya hubungan antara pendidian terakhir dengan kesiapan menopause yang signifikan. Nilai r=0,508 menunjukan jika kekuatan korelasi sedang dan arah korelasi positif. B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Berdasarkan data yang diperoleh menurut usia dan status menopause. Responden pada penelitian ini adalah wanita dengan usia

8 49 diatas 40tahun. Menurut pendapat Rambulangi (2006) bahwa umur seorang perempuan memasuki masa premenopause adalah antara tahun. Dimana pada saat seorang perempuan memasuki usia pertengahan empat puluhan, fungsi ovarium akan mulai menurun. Sehingga menyebabkan kadar hormon dalam tubuh tidak seimbang, yang akhirnya menyebabkan berbagai gangguan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suheimi (2006) dalam Sari (2011) menyebutkan bahwa masa premenopause wanita akan mengalami berbagai macam keluhan seperti keluhan fisik dan psikologi. Hasil data yang diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SMA sebanyak 19 orang (40,4%). Pada masa responden, pendidikan SMA merupakan pendidikan yang sudah teramsuk tinggi dan juga untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi semisal diploma dan perguruan tinggi masih belum penting untuk perempuan sehingga didapatlah pada penelitian ini lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan SMA. Sebagian besar responden pada penelitian ini yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi adalah berpendidikan SMA. Disini dapat terlihat bahwa tingkat pendidikan dapat berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), bahwa pendidikan sangat berhubungan dengan pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.

9 50 2. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Berdasarkan data yang diperoleh mengenai tingkat pengetahuan responden yang paling banyak adalah responden dengan berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 44 (93,6%) dan berpengetahuan rendah sebanyak 3 orang (6,4%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi daripada responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marni (2011) dengan sampel penelitiannya adalah wanita premenopause usia tahun yang ada di RT.004 RW.05 Kelurahan Sepanjang Jaya Kota Bekasi sebanyak 30 responden, yang menunjukkan bahwa wanita yang memasuki masa premenopause ratarata memiliki pengetahuan baik sebanyak 7 (23,3%) responden dan responden dengan kategori pengetahuan cukup tentang menopause sebanyak 18 (60%) responden. Menurut peneliti, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Selain itu juga dipengaruhi oleh letak tempat tinggal dimana seseorang yang tinggal dikota akan lebih mudah mendapat informasi

10 51 dari pada di daerah pedesaan, sehingga pengetahuannya juga lebih baik. Responden mengetahui jika pengetahuan yang cukup tentang menopause akan membantu menjalani kehidupan masa ini dan hal ini bisa dilihat lebih dari setengah responden atau 33 orang (70,2%) menjawab pernyataan kuesioner dengan benar. Sesuai dengan teori Baziad (2008), setiap wanita yang akan memasuki masa menopause harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang menopause agar dapat menjalani masa tersebut dengan lebih tenang sehingga wanita tersebut tidak mengalami kecemasan dan kesulitan dalam menghadapinya. Teori tersebut juga mendukung hal yang harus dihindari seperti halnya stress atau depresi serta harus terus berpikir positif. Terdapat 42 orang (89,3%) responden mengetahui jika menghindari stress dalam menghadapi menopause serta 40 orang (85,1%) yang selalu berpikir positif maka masa menopause dapat dilalui dengan baik. Dari hasil penelitian tersebut menandakan jika wanita premenopause yang menjadi responden penelitian ini sudah mengetahui hal apa saja yang harus dihindari agar dapat menjalani masa menopause dengan baik. Selain tentang pengetahuan psikologis dalam menghadapi menopause, penelitian ini juga mencakup pengetahuan dari segi fisik seperti halnya olahraga. Olahraga itu sendiri sangat penting bagi wanita dalam menghadapi menopause. Dari hasil penelitian ini semua

11 52 responden mengetahui jika olahraga sangat penting. Pengetahuan dari segi fisik lainya adalah dari segi makanan, dimana pada usia premenopause, menjaga keseimbangan gizi sangat penting. Dari penelitian ini didapatkan semua responden mengetahui jika makanan bergizi adalah makanan yang terhidar dari zat kimia. Hal ini sejalan dengan Indriani (2007), yang menyatakan jika gejala menopause dapat dikurangi dengan cara menghindari pola hidup sembarangan, olahraga dengan teratur, memenuhi gizi seimbang serta selalu berpikir positif. 3. Tingkat Aktivitas Responden pada Masa Menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Berdasarkan data yang diperoleh mengenai tingkat aktivitas responden didapatkan tingkat aktivitas repsonden dengan kategori tinggi lebih dominan yaitu dengan perolehan 39 orang (83%) sedangkan sisanya 8 orang (17%) memiliki tingkat aktivitas rendah. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang memiliki tingkat aktivitas tinggi daripada responden yang memiliki tingkat aktivitas rendah. Sebagian besar responden mengetahui jika menopause bukanlah penghalang untuk beraktivitas, melainkan harus tetap beraktivitas. Berdasarkan data yang diperoleh dari 47 responden ditemukan bahwa hampir semua responden yaitu 46 orang (97,8%) mengatakan bahwa

12 53 wanita menopause tidak harus berhenti bekerja/beraktivitas. Sebenarnya, pada saat umur semakin bertambah masih diperlukan informasi dan edukasi yang tepat agar bisa menerima proses penuaan yang dialaminya dengan baik. Misalnya dengan tetap aktif mengikuti dalam pertemuan-pertemuan kajian agama, menyibukkan diri dengan kegiatan social, dsb (Indriani, 2007). Menopause merupakan kejadian sesaat yaitu dimana pendarahan haid terakhir. Seharusnya, menopause bukanlah momok menakutkan yang dapat mengurangi keterampilan atau kecerdasan seseorang. Pada penelitian ini terdapat 8 orang (17,1%) masih beranggapan jika menopause dapat mengganggu aktivitas dan kinerjanya, sisanya sebanyak 39 (82,9%) beranggapan jika menopause tidak mengganggu. Hal ini sejalan dengan penelitian Puspitasari (2008), dengan responden wanita premenopause usia tahun yang menunjukan jika 75% wanita yang mengalami menopause masih merasakan jika menopause merupakan masalah atau gangguan, sedangkan 25% lainnya tidak mempermasalahkannya. Peneliti berpendapat masih adanya wanita yang menganggap menopause adalah hal yang mengganggu maka masih banyak wanita yang belum dapat menerima dengan baik masa menopause. 4. Tingkat Dukungan Keluarga Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Berdasarkan data yang didapat pada penelitian ini, dukungan keluarga responden yang lebih dominan adalah tingkat dukungan

13 54 keluarga yang tinggi yaitu sebanyak 40 orang (85,1%) dan sisanya 7 orang (14,9%) tingkat dukungan keluarga rendah. Pada penelitian ini dukungan keluarga mencakup beberapa hal, seperti halnya dukungan suami atau keluarga dalam menanggapi perubahan tubuh sang istri serta waktu yang tersedia untuk berdiksusi masalah kesehatan terkait apa yang harus disiapkan menjelang menopause. Penelitian ini menunjukkan bahwa banyak suami responden yang tidak mencarikan informasi tentang menopause yaitu sebanyak 26 orang (55,3%) dan sisanya 21 orang suami mencarikan informasi tentang menopause (44,7%). Menurut Bobak, Lowdermilk dan Jensen (2005), keberhasilan penyesuaian diri dalam menghadapi suatu kecemasan dapat dipengaruhi oleh adanya sistem pendukung dari seseorang. Sistem pendukung utama bagi seorang wanita menopause adalah suami. Suami merupakan pendukung utama dalam memberikan motivasi dan semangat bagi wanita yang akan mengalami menopause. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurlaily (2008) tentang hubungan antara dukungan suami terhadap tingkat kecemasan perempuan menopause dengan karakteristik responden wanita usia premenopause 40-45, menunjukkan hasil semakin tinggi dukungan positif yang diberikan suami, maka semakin rendah tingkat kecemasan perempuan menopause. Kecemasan sendiri merupakan menandakan ketidaksiapan perempuan dalam menghadapi menopause.

14 55 Didapatkan 35 orang (74,4%) responden mendapatkan dukungan suami dan keluarga dalam memberikan waktu untuk berdiskusi tentang apa yang harus disiapkan dalam menghadapi menopause. 40 orang (87,2%) responden membicarakan perubahan dalam tubuhnya terkait tanda-tanda menopause pada suami dan keluarganya. Berbagai macam perubahan fisik yang dialami pada wanita menopause akan sangat mempengaruhi kondisi psikologis. Apabila wanita belum siap mental untuk melewati fase menjelang menopause dan lingkungan sosial tidak memberikan dukungan positif pada wanita, maka wanita itu akan menjadi kurang percaya diri, merasa tidak diperhatikan dan tidak berharga lagi (Kathy, 2010). Sehingga berdiskusi dengan keluarga terutama suami merupakan hal yang sangat penting karena bisa menambah kekuatan atau kepercayaan diri sang istri. 5. Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Berdasarkan data yang diperoleh untuk tingkat pendidikan, didapatkan responden paling banyak yakni berjumlah 19 orang (40,4%) memiliki pendidikan akhir pada tingkat SMA dan terdapat 2 kategori pendidikan terakhir yang memiliki nilai sama yaitu SD dan Diploma yang masing-masing 5 orang (10,6%). Untuk responden dengan tingkat pendidikan terakhir perguruan tinggi sendiri hanya 8 orang (17%). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

15 56 dilakukan oleh Silolonga dkk, (2014), dengan karakteristik responden usia dengan sampel 43 orang di di Kelurahan Woloan 1, Kecamatan Tomohon Barat, Kota Tomohon. Hasil dari penelitian Silolonga dkk (2014), didapatkan data responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir paling banyak adalah pada jenjang SMA/SMK yaitu sebanyak 19 orang (44,2%). Wanita yang tingkat pendidikan formalnya lebih tinggi cenderung akan mempunyai pengetahuan yang lebih dibandingkan orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti kesehatan serta pentingnya kesehatan (Mutalazimah, 2010). Hal tersebut bisa dilihat dari hasil kesiapan responden terhadap menopause dimana hasil kesiapan menopause responden cenderung lebih banyak tinggi dibandingkan dengan rendah. Teori lain yang juga mendukung adalah menurut Pusdinakes (2009), bahwa tingkat pendidikan juga mempengaruhi seseorang dalam pengembangan nalar dan analisa. Dengan daya nalar yang baik akan memudahkan untuk meningkatkan pengetahuan. Sehingga dapat disimpulkan jika responden dalam penelitian ini sudah mampu memahami menopause dengan baik. 6. Kesiapan Wanita Premenopause dalam Menghadapi Menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan. Berdasarkan data tentang kesiapan wanita premenenopause dalam menghadapi menopause, lebih banyak responden yang

16 57 memiliki kesiapan tinggi yaitu sebanyak 41 orang (87,2%) dan responden yang memiliki kesiapan menopause sebanyak 6 orang (12,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian Ismiyati (2010), dengan karakteristik responden 28 orang dengan usia tahun, yang dilakuan di Perumahan Sewon Asri Yogyakarta, mayoritas responden dikategorikan siap menghadapi menopause yaitu sebanyak 26 orang (92,86 %). Menurut Maspaitela (2007), faktor penentu apakah wanita tersebut siap dengan datangnya masa menopause ini ada di tangan wanita itu sendiri. Kesiapan disini menyangkut beberapa aspek seperti kesiapan dalam psikologis, fisik dan spiritual. Dari hasil penelitian didapatkan jika sebagian responden yaitu 29 orang (61,7%) melakukan olahraga rutin tiga kali dalam seminggu dimana hal tersebut merupakan salah satu pencegahan osteoporosis dikala masa postmenopause. Penyebab terjadinya osteoporosis tipe 1 (postmenopause) sendiri erat kaitannya dengan hormon estrogen dan tipe ini terjadi selama tahun setelah masa menopause atau pada wanita dengan usia tahun (Putri,2009). Hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian Nurlita (2008), 37,3% terjadinya osteoporosis dialami oleh wanita > 40 tahun yang sudah menopause dan 6% pada wanita yang mengalami menopause. Penelitian Trisyani, dkk (2004), juga yang dilakukan di Bandung didapatkan 70,8% dari 48 responden tidak melakukan olahraga teratur, 68,75% memiliki kebiasaan

17 58 mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein > 6 cangkir setiap harinya mengalami osteoporosis karena hal tersebut menghalangi proses pembentukan tulang dan mempercepat pengeroposan tulang. Sebagian responden di penelitian ini masih mengkonsumsi kopi, dimana kopi mengandung kafein. Gaya hidup seperti kurangnya aktivitas fisik (olahraga), kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kafein, juga dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis (Lane, 2001). Data yang didapatkan di penelitian ini hanya 34 orang (72,3%) responden yang tidak mengkonsumsi kopi, sisanya 13 orang (17,7%) masih mengkonsumsi kopi. Responden yang mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti buah-buahan, dari 47 orang hanya 23 orang (48,9%) yang mengkonsumsi buah-buahan setiap harinya sedangkan sisanya 24 orang (51,1%) tidak mengkonsumsi buah-buahan. Menurut Indarti (2007), gizi seimbang dengan mengkonsumsi zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh seperti, protein, kalsisum, vitamin yang ada di buah dan sayuran dan zat besi sangat baik bagi wanita yang menghadapi menopause dan setelah menopause. Buah-buahan sendiri mengandung vitamin, dimana diketahui vitamin berfungsi sebagai daya tahan tubuh dan dapat menghambat pengeriputan kulit (Indarti, 2007). Kesiapan secara psikologis juga sangat penting bagi wanita yang akan menghadapi menopause. Adapun gejolak-gejolak psikologi menurut Wade (2007), seperti halnya suasana hati yang mudah marah

18 59 dan tersinggung, pikiran yang tidak menentu seperti halnya sangat sensitif dengan dirinya sendiri, merasa tidak berdaya, gelisah, stress, dan gangguan kecemasan. Namun hal tersebut dapat dicegah dengan pengendalian emosi, terdapat 4 tips yang dilakukan agar selalu dalam keadaan rileks, pertama tarik nafas dalam dan keluarkan secara perlahan, berolahraga, lakukan olahraga secara rutin dan lakukan pendinginan selesai olahraga (Indarti, 2007). Hal tersebut dapat meluapkan emosi secara positif. Dari data yang didapatkan jika 40 orang (85,1%) menganggap jika menopause bukan suatu hal yang menakutkan. Hampir semua responden yaitu 45 orang (95,7%) selalu mencoba berpikir positif dan menghindari stress agar tidak mudah merasa depresi, sisanya hanya 2 orang (4,3%) yang masih sering berpikiran negatif. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurningsih (2012), dengan karakteristik responden berjumlah 95 orang berusia tahun di Kelurahan Cijantung, bahwa sebagian besar respondennya tidak mengalami keluhan kecemasan, gelisah ataupun panik, yaitu sebanyak 55 orang (57,9%). Responden pada penelitian ini berusia tahun, lebih dari setengah responden dalam penelitian ini yaitu 28 orang (59,6%) mengatakan jika mereka mudah marah disaat umur 40 tahun keatas sedangkan sisanya hanya 19 orang (40,4%) yang dapat menahan amarahnya. Tanda mudah marah tersebut sesuai dengan teori Glasier (2006), jika terdapat perubahan psikologis pada masa premenopause

19 60 hingga menopause yaitu meliputi mudah tersinggung, merasa takut, gelisah, lekas marah sebanyak 90%, gangguan tidur 50%, depresi 70%. Kesiapan juga bukan hanya fisik dan psikologis saja melainkan kesiapan spiritual juga. Dari penelitian ini didapatkan bahwa hampir seluruhnya yaitu 46 orang (97,9%) responden ingin meningkatkan aktivitas ibadahnya walaupun kelak akan mendapatkan menopause. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidaningtyas (2014), dengan karakterstik responden usia 40-60tahun dengan 35 responden di Cabang Aisyiyah Kalikajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, didapatkan hasil bahwa kesiapan spiritual mencapai 100% dalam meningkatkan aktivitas ibadah pada diri dan keluarga, serta menopause merupakan bagian siklus kehidupan wanita sehingga harus mensyukurinya. Wanita dalam masa premenopause dan menuju tentu harus terus berpikir positif sendangkan pikiran positif itu sendiri akan muncul jika diimbangi oleh informasi atau pengetahuan yang cukup, sehingga wanita lebih siap baik secara fisik, mental dan spiritual (Kasdu, 2006). Dari penelitian ini didapatkan jika responden memiliki tingkat spiritual yang baik, dimana hasil kesiapan dalam menghadapi menopause juga tinggi.

20 61 7. Hubungan Tingkat Pengetahuan Responden dengan Kesiapan Menopause di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden yang tinggi dan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi menopause yang tinggi juga sebanyak 40 orang (85,1%). Data tersebut dianalisis dengan rumus korelasi uji fisher exact tests diperoleh hasil p=0,039 dengan tingkat kemaknaan α=0,05 (5%) sehingga p value < α (0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikataan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan kesiapan menopause di Kelurahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahman (2014), dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menopause dengan Kesiapan Menghadapi Menopause di Desa Molosipat Kecamatan Popayato Barat Kabupaten Pohuewato menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause di Desa Molosipat, Kec. Popayato Barat, Kab. Pohuwato. Seluruh populasi di ambil sebagai sampel (Total sampling) yaitu wanita yang berumur tahun di Desa Molosipat Kecamatan Popayato Barat Kabupaten Pohuwato sebanyak 58 responden. Adanya hubungan antara kedua variabel dibuktikan dari hasil perhitungan uji korelasi Chisquare

21 62 dengan tingkat kepercayaan 95 %, atau derajat kemaknaan 0,05 dimana p<0,05 artinya Ho di tolak dan Ha di terima, sehingga dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang menopause dengan kesiapan menghadapi menopause di Desa Molosipat, Kec. Popayato Barat, Kab. Pohuwato. Penelitian lain juga dilakukan oleh Ismiyati (2010), dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang MenopauseDengan Kesiapan Menghadapi Menopause pada Ibu Premenopause di Perumahan Sewon Asri Yogyakarta. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif korelasi dengan sampel 28 responden usia tahun yang didapatkan dengan cara teknik sampel total dan instrumen kuesioner tertutup. Didapatkan hasil ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu premenopause dengan kesiapan menghadapi menopause pada ibu premenopause di Perumahan Sewon Asri Yogyakarta yang di tujukkan nilai rho hitung sebesar 0,540, sehingga nilai rho hitung >rho tabel (0,540 > 0,496). Perhitungan tersebut dilakukan dengan uji statistik spearman rank menggunakan program SPSS. Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang maka seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan merupakan hasil dari pengolahan suatu informasi yang diterima seseorang melalui panca indra sesuai dengan kemampuan masing-masing individu dalam mengolahnya.

22 63 Berdasarkan hasil penelitian menurut asumsi peneliti, pengetahuan merupakan salah satu pendorong seseorang untuk merubah perilaku atau mengadopsi perilaku baru. Pengetahuan tentang menopause merupakan faktor yang menentukan seseorang tersebut dapat menerima terjadinyamenopause sebagai perubahan yang wajar yang akan dialami setiap wanita dan tidak perlu melakukan pengobatan atau harus menimbulkan rasa kecemasan yang berlebihan. Terdapat 1 responden dengan kesiapan tinggi namun tingkat pengetahuan rendah pada penelitian ini. Hal tersebut bisa terjadi karena menurut Fransiska (2012), faktor lain yang berpengaruh dengan kesiapan seseorang dalam menghadapi masa menopause yaitu kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi seseorang secara tidak langsung akan berpengaruh pada kesiapan ibu premenopause dalam menghadapi masa menopause. Menurut peneliti keadaan ekonomi yang baik memungkinkan wanita lebih mudah mendapat sarana dan fasilitas penunjang, seperti majalah, koran, buku kesehatan, dan lain sebagainya untuk memperoleh informasi dan pengetahuan tentang menopause. Teori tersebut juga bisa menjelaskan dari hasil penelitian yang menyebutkan terdapat responden dengan tingkat pengetahuan tinggi namun kesiapan rendah. Bahwasanya kesiapan tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja, Umur seseorang juga berpengaruh

23 64 terhadap kesiapan ibu premenopause dalam menghadapi menopause. Umur seseorang berkaitan dengan bertambahnya pengalaman, dimana pengalaman tersebut akan meningkatkan pengetahuan dan kematangan seseorang dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan, dalam penelitian ini meskipun umur responden hampir sama akan tetapi pengalaman dan pengetahuan tiap individu berbeda. Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan bertambah sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause (Notoatmodjo, 2010). Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa status ekonomi dan pengalaman sendiri bisa mempengaruhi faktor pengetahuan. Dengan demikian peneliti berkesimpulan bahwa bukan hanya faktor pengetahuan saja yang berpengaruh, namun status ekonomi, usia dan pengalaman juga berpengaruh terhadap kesiapan menopause. 8. Hubungan Tingkat Aktivitas Responden dengan Kesiapan Menopause di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat aktivitas responden yang tinggi dan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi menopause yang juga tinggi sebanyak 37 orang (78,2%). Data tersebut du analisis dengan rumus korelasi uji fisher exact test diperoleh hasil p=0,005 dengan tingkat kemaknaan α=0,05(5%) sehingga pvalue < α (0,05). Berdasarkan hasil tersebut

24 65 dapat dikatakan jika Ha diterima yang berarti ada hubungan antara tingkat aktivitas responden dengan kesiapan responden dalam mengahdapi menopause. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Rasyid, dkk, (2014), didapatkan bersikap baik dalam menghadapi menopause sebanyak 35 responden(59,3%). Sikap yang baik sangat berpengaruh pada setiap individu. Faktor pekerjaan juga mempengaruhi prilaku setiap individu, dimana wanita yang bekerja pada umumnya mempunyai cara berfikir yang tidak sempit, merasa lebih aman dan mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan kemampuannya. Menurut Azwar (dalam Nurdono, 2013), dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. Menurut asumsi peneliti sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu objek. Sikap positif dari ibu yang akan menghadapi menopause mampu mengalihkan perasaan yang tidak menyenangkan ke hal-hal positif pula dengan cara melakukan aktivitas yang berguna. Hal tersebut juga dipaparkan oleh Nina (2007), secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan, flexibilitas, dan keseimbangan. Secara psikologis, olahraga dapat meningkatkan mood, mengurangi risiko pikun, dan mencegah depresi. Secara sosial,

25 66 olahraga dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak teman dan meningkatkan produktivitas. Faktor pekerjaan dapat mempengaruhi kesiapan seorang wanita dalam menghadapi masa menopause karena menurut Proverawati (2010) menyebutkan bahwa wanita yang bekerja umumnya lebih siap dalam menghadapi menopause dari pada wanita yang tidak bekerja, akan tetapi hal tersebut tergantung dari individu itu sendiri, terbukti pada wanita yang bekerja terdapat wanita yang merasa senang, bahagia menempuh umur setengah baya dalam menghadapi peristiwa menopause dan terdapat wanita yang tidak senang walau ia bekerja dalam menghadapi peristiwa menopause. Penelitian ini juga terdapat hasil dimana aktivitas rendah namun memiliki kesiapan tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Prabandani (2009), dimana tingkat aktivitas tidak begitu berpengaruh dengan kesiapan, dimana responden yang tidak bekerja juga memiliki pendidikan formal yang memadai. Sehingga, tanpa melakukan aktivitas bekerja namun mereka sudah dibekali dengan pendidikan formal yang memadai untuk menghadapi menopause. Hasil lain dari penelitian ini juga, terdapat responden dengan aktivitas tinggi namun kesiapan rendah. Penelitian milik Aprilia dan Puspitasari (2007), mendapatkan hasil yang sama, dimana responden yang bekerja dalam penelitian tersebut sebanyak 51 orang, 25 (51,0%) memiliki kecemasan ringan dalam menghadapi menopause, 12 (24,5%)

26 67 memiliki kecemasan sedang dala menghadapi menopause, 12 (24,55) memiliki kecemasan berat dalam menghadapi menopause. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau pencaharian (Notoatmodjo, 2005). Dalam pengertian tersebut terdapat suatu unsur keharusan sehingga ada kemungkinan kecemasan tersebut berasal dari pekerjaan itu sendiri atau tuntutan dari pencapaian ekonomi dimana ekonomi juga mempengaruhi kesiapan menopause seperti yang sudah dijelaskan diatas, sehingga kecemasan itu tersendiri merupakan tanda dimana ketidak siapan dalam bentuk psikologis. Menurut Darmojo dan Hadi (2006) seorang wanita yang mempunyai aktivitas sosial di luar rumah akan lebih banyak mendapat informasi baik misalnya dari teman bekerja atau teman dalam aktivitas sosial. Sehingga peneliti menyimpulkan jika faktor aktvitas merupakan faktor yang berhubungan dengan kesiapan menopause, namun faktor lain lebih dapat mempengaruhi kesiapan menopause seperti halnya faktor pendidikan dan pengetahuan. 9. Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga Responden dengan Kesiapan Responden dalam Menghadapi Menopause di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat dukungan keluarga responden yang tinggi dan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi menopause yang juga tinggi

27 68 sebanyak 37 orang (78,2%). Data tersebut dianalisis dengan rumus korelasi uji fisher exact test diperoleh hasil p=0,035 dengan tingkat kemaknaan α=0,05 (5%) sehingga pvalue<α (0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan jika Ha diterima yang berarti ada hubungan antara tingkat dukungan keluarga responden dengan kesiapan responden dalam mengahdapi menopause. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian Kaheksi, dkk, (2013), yang berjudul Hubungan antara Penerimaan Diri dan Dukungan Suami dengan Kecemasan Wanita dalam Menghadapi Menopause di Kecamatan Jebres, Surakarta. Didapatkan nilai signifikan dari uji Wald untuk hubungan antara dukungan suami dengan kecemasan wanita dalam menghaapi menopause adalah 0,033<0,05. Hal ini berarti bahwa variabel bebas (dukungan suami) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung (kecemasan wanita dalam menghadapi menopause). Penelitian ini menggunakan 50 sampel dengan teknik purposive quota incidental sampling dengan kriteria responden berusia tahun, sudah menikah dan memiliki suami. Sejalan dengan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, penelitian milik Prabandani (2009), yang berjudul Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Menghadapi Menopause di Perumahan Griya Cipta Laras Wonogiri dengan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional

28 69 dan melibatkan populasi wanita usia premenopause (40-50 tahun) di Perumahan Griya Cipta Laras Wonogiri. Penetapan sampel menggunakan total sampling berjumlah 31 orang, didapatkan hasil analisis dengan spearman rank nilai rho yaitu sebesar -0,779 dan p = 0,000 dengan tingkat kemaknaan 95% atau alpha = 0,05. Artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause. Hubungan tersebut memiliki arah negatif dimana semakin tinggi dukungan suami maka tingkat kecemasan ibu semakin rendah. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Hidaningtyas (2014), dengan 35 responden yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara kesiapan menghadapi menopasue dengan kecemasan perempuan menghadapi menopause. Hal ini dibuktikan dengan rumus Kendall s Tau koefisien korelasi dua variabel 0,045 dengan nilai p=0,328(p<0,05). Keluarga merupakan lingkungan yang dapat menjadikan individu merasa aman. Oleh karenanya, seorang wanita yang mendapat dukungan keluarga terutama pada saat menghadapi masa pramenopause, maka akan merasa mendapat kepedulian, perlindungan serta rasa aman dari orang orang disekitarnya. Hasil ini mendukung pula teori yang dikemukakan oleh Cobb dalam Pribandani (2009), bahwa pemberian dukungan dalam keluarga menjadikan individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai dan diterima. Dukungan

29 70 suami meruakan suatu dukungan yang berbentuk sikap-sikap penuh perhatian dan pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif serta dapat menerima perubahan istri yang disebabkan oleh adanya masa menopause (Prabandani, 2009). Pada penelitian ini, ditemukan tingkat dukungan keluarga tinggi namun kesiapan rendah. Selain dukungan keluarga juga jumlah anak mempengaruhi karena semakin banyak anak dimungkinkan ibu kurang memiliki waktu untuk mempersiapkan masa depannya (Prabandani, 2009). Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil responden dengan tingkat dukungan keluarga rendah namun memiliki kesiapan terhadap menopause tinggi, hal ini dapat dikatakan jika ada faktor lain selain dukungan keluarga yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesiapan menopause. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2008) bahwa adanya pengaruh yang besar antara dukungan sosial yang diberikan kelompok teman sebaya dibandingkan dari suami. Dukungan sosial yang positif dapat mempengaruhi kesejahteraan individu dan meningkatkan keyakinan dari individu itu sendiri bahwa dirinya mampu untuk menjalani masa menopause dengan baik. Sehingga penulis berasumsi tidak hanya dukungan suami yang dibutuhkan melainkan dukungan sosial atau teman sebaya juga sangat diperlukan bagi wanita premenopause dalam menghadapi menopause.

30 Hubungan Tingkat Pendidikan Akhir Responden dengan Kesiapan Responden dalam Menghadapi Menopause di Keluarahan Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta Tahun 2016 Berdasarkan data yang didapat, diketahui bahwa tingkat pendidikan akhir responden dengan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi menopause memiliki hubungan, dengan nilai Significancy p=0,000 yang menunjukan bahwa korelasi antara tingkat akhir pendidikan dengan kesiapan wanita premenopause dalam menghadapi menopause bermakna. Nilai korelasi Spearman r=0,508 menunjukan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang. Arah korelasi positif artinya adalah semakin tinggi pendidikan maka semakin siap dalam menghadapi menopause. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Estiani dan Dhuhana (2015), dengan judul Hubungan Pendidikan Dan Pengetahuan Wanita Pramenopause terhadap Sikap Menghadapi Menopause di Desa Sekar Jaya Kabupaten Ogan Komering Ulu. Penelitian ini melibatkan 97 responden usia tahun, dengan teknik pengambilan sampel menggunakanaccidental sampling. Selanjutnya instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan, pendidikan dan sikap menghadapi menopause menggunakan skala likert dengan mode analisis. Data dilakukan uji statistic dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan chi-square dengan tingkat

31 72 kemaknaaan 95% (α=0,05). Didapatkan bahwa dari 66 responden yang berpendidikan tinggi terdapat 53 orang (80,3%) yang bersikap positif dan 13 orang (19,7%) yang bersikap negatif. Sedangkan dari 31 responden yang berpendidikan rendah terdapat 18 orang (58,1%) yang bersikap positif dan 13 orang (41,9%) yang bersikap negatif. Dari hasil analisa statistik Chi-square oleh p value 0,03 0,05 dapat diartikan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan wanita pramenopause dengan sikap menghadapi masa menopause. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai oleh seseorang, maka penerimaan informasi akan lebih mudah, karena dengan pendidikan, seseorang dapat berpikir secara rasional dan terbuka ide-ide baru terhadap perubahan (Ahmadi, 2003). Hal ini sesuai juga dengan pernyataan Anggraini (2006) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan mudah untuk menerima informasi dan dalam menghadapi tantangan lebih mengutamakan rasio dibandingkan perasaannya. Menurut peneliti, tinggi rendahnya pendidikan seseorang akan berpengaruh kepada penerimaan dan daya serapnya terhadap informasi serta akan memperluas pandangannya terkait penerimaan informasi kesehatan. Responden penelitian memiliki tingkat pendidikan yang berbeda, terdapat responden dengan tingkat pendidikan rendah seperti SD dan SMP. Data penelitian menunjukan jika terdapat responden dengan tingkat pendidikan rendah namun memiliki kesiapan tinggi.

32 73 Hal ini didukung dengan pernyataan Soekarno dalam (Anggarini, 2010), yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang menopause tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, tetapi informasi bisa juga didapatkan melalui media massa atau elektronik dan tenaga kesehatan. Informasi dari sumber selain pendidikan formal juga sangat berpengaruh dalam kesiapan wanita ketika menghadapi masa menopause. C. Kekuatan Penelitian 1. Peneliti mendampingi saat pengisian kuesioner, ketika responden tidak mengerti dengan isi kuesioner maka peneliti dapat langsung menjelaskan maksud dari peryataan, sehingga hasilnya sesuai yang diharapkan. 2. Penelitian ini dilakukan pada responden dengan kriteria yang cukup mengurangi bias, seperti halnya status pernikahan, usia dan keluhan menstruasi. 3. Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan evaluasi untuk Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN WANITA PREMENOPAUSE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN WANITA PREMENOPAUSE FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESIAPAN WANITA PREMENOPAUSE DALAM MENGAHDAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN PATANGPULUHAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA Naskah Publikasi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian. Tenggah. Berikut batas wilayah Desa Kaligentong :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian. Tenggah. Berikut batas wilayah Desa Kaligentong : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada ibu premenopause di Desa Kaligentong RT 01, 02 RW 05 dan RT 04 RW 04 pada bulan Mei 2016. Desa Kaligentong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN IBU PREMENOPAUSE DI RT.004 RW.005 KELURAHAN SEPANJANG JAYA KOTA BEKASI TAHUN 2011

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN IBU PREMENOPAUSE DI RT.004 RW.005 KELURAHAN SEPANJANG JAYA KOTA BEKASI TAHUN 2011 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN IBU PREMENOPAUSE DI RT.004 RW.005 KELURAHAN SEPANJANG JAYA KOTA BEKASI TAHUN 2011 JURNAL MARNI BR KARO PROGRAM STUDI S1 D III KEBIDANAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Menjadi tua merupakan hal yang menakutkan bagi manusia, terutama kaum wanita.hal-hal yang biasanya dikhawatirkan adalah menjadi tidak lagi cantik, tidak lagi bugar dan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011 PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011 Atik Ismiyati INTISARI Latar Belakang : Wanita menjelang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia antara 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita, dimana ovarium berhenti menhasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO meliputi: usia pertengahan (45 59 tahun), lanjut usia (60 74

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO meliputi: usia pertengahan (45 59 tahun), lanjut usia (60 74 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan akhir dari kehidupan dan proses alami yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap individu. Penggolongan lansia menurut WHO meliputi:

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA PRAMENOPAUSE DI DESA BANGSALSARI KECAMATAN BANGSALSARI JEMBER Fitriana Putri fitput81@gmail.com Susi Wahyuning Asih fikes@unmuhjember.ac.id Dian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre

BAB I PENDAHULUAN. Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre menopause. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan keadaan dimana seorang perempuan tidak lagi mengalami menstruasi yang terjadi pada rentang usia 50 sampai 59 tahun (Harlow, 2012). Pada masa ini

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb) KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN WANITA PRE MENOPAUSE TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE DI DUSUN WONOLOPO RW 6 KECAMATAN MIJEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya menyangkut kehamilan dan persalinan, namun lebih luas dari itu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hanya menyangkut kehamilan dan persalinan, namun lebih luas dari itu yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan wanita, terutama kesehatan yang berhubungan dengan sistem reproduksi kini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Menurut BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Menurut waktunya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu tahun. Berhentinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia 48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus menerus dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa dewasa dan masa tua. Dalam pertumbuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA Lesse Maharsie, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menopause seorang wanita akan mengalami gejala-gejala, baik gejala fisik

BAB I PENDAHULUAN. menopause seorang wanita akan mengalami gejala-gejala, baik gejala fisik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menopause merupakan fase berhentinya siklus menstruasi secara alami pada setiap wanita dan dapat menyebabkan kekhawatiran karena pada saat menopause seorang wanita akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU PREMENOPAUSE DI PEDUKUHAN MRICAN CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU PREMENOPAUSE DI PEDUKUHAN MRICAN CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU PREMENOPAUSE DI PEDUKUHAN MRICAN CATURTUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Desi Nurmayasari 1610104415 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Menopause bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan persalinan, namun lebih luas lagi yaitu menarche sampai

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan persalinan, namun lebih luas lagi yaitu menarche sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era Globalisasi sekarang ini kesehatan menjadi hal yang sangat berharga. Terutama pada kesehatan reproduksi yang sekarang ini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama masa usia

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama masa usia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita umumnya memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, wanita mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Seorang wanita yang telah menginjak usia diatas 45 tahun akan mengalami proses penuaan yang dimulai dari indung telur yang selama ini menghasilkan hormon-hormon menjadi

Lebih terperinci

Fajarina Lathu A INTISARI

Fajarina Lathu A INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG MENOPAUSE DENGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI KE ISTRI PADA MASA MENOPAUSE DI DUSUN SOROWAJAN KELURAHAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Fajarina Lathu A INTISARI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN WANITA PRAMENOPAUSE TERHADAP SIKAP MENGHADAPI MENOPAUSE DI DESA SEKAR JAYA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU.

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN WANITA PRAMENOPAUSE TERHADAP SIKAP MENGHADAPI MENOPAUSE DI DESA SEKAR JAYA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU. HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN WANITA PRAMENOPAUSE TERHADAP SIKAP MENGHADAPI MENOPAUSE DI DESA SEKAR JAYA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU 1* Meilina Estiani, 2 Citra Dhuhana 1,2 Politeknik Kesehatan Kemenkes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRESS PASCAMENOPAUSE DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT PADA IBU-IBU DI DESA TANJUNG KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN STRESS PASCAMENOPAUSE DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT PADA IBU-IBU DI DESA TANJUNG KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN STRESS PASCAMENOPAUSE DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT PADA IBU-IBU DI DESA TANJUNG KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami suatu tahap perkembangan dalam kehidupannya, dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa dalam tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Padukuhan Geblagan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abu, Ahmadi & Nur Uhbiyati.(2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta; Rineka Cipta

DAFTAR PUSTAKA. Abu, Ahmadi & Nur Uhbiyati.(2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta; Rineka Cipta DAFTAR PUSTAKA Abu, Ahmadi & Nur Uhbiyati.(2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta; Rineka Cipta Admin.(2005).Terjadi Pergeseran Umur Menopause. Diakses pada tanggal 15 juni dari www.mkiakr.ugm.ac.id Almatsier,

Lebih terperinci

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sendangmulyo merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Tembalang, Semarang. Secara Geografis,, wilayah kelurahan Sendangmulyo sangat luas yaitu mencapai 4.61

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menopause merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan dianggap sebagai suatu bagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK Agnes Candra Dewi, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadi tua merupakan suatu proses bagian dari kehidupan seseorang, dan sudah terjadi sejak konsepsi dalam kandungan hingga berlangsung terus sepanjang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Univariat Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen maupun varibel dependen.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DUSUN CANDI WINANGUN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DUSUN CANDI WINANGUN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DUSUN CANDI WINANGUN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DENI RAMDHANI FITRIYATI NIM: 201410104011

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PADA MASA MENOPAUSE DI SERANGAN RW 02 NOTOPRAJAN NGAMPILAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PADA MASA MENOPAUSE DI SERANGAN RW 02 NOTOPRAJAN NGAMPILAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PADA MASA MENOPAUSE DI SERANGAN RW 02 NOTOPRAJAN NGAMPILAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Dyah Aprilianti Rustami 201210104286 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan) (Peter & Yeni, 1991). Saat ini, peran wanita telah bergeser

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 Intisari RITA PURNAMA SARI Mahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menopause didahului dengan fase premenopause (AtikahProverawati, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. menopause didahului dengan fase premenopause (AtikahProverawati, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan peningkatan usia banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan itu akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia sekitar 40 tahun sampai 50 tahun (Rostiana, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. usia sekitar 40 tahun sampai 50 tahun (Rostiana, 2009 dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah masa berakhirnya menstruasi atau haid dan sering dianggap menjadi momok dalam kehidupan wanita. Sebagian besar wanita mengalami gejala menopause pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami seorang wanita adalah datangnya menopause, menopause adalah keadaan biologis yang wajar ditandai dengan berhentinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Andropause atau kadang disebut menopause pria umumnya terjadi pada pria separuh baya, kira-kira waktunya sama ketika seorang wanita mengalami menopause. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, tepatnya umur antara 40-55. Kondisi ini merupakan

Lebih terperinci

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007 KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007 A. Data Demografi No. Responden : Umur : Alamat : Berikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI Dian Pratitis, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun meningkat terus seiring dengan perbaikan taraf ekonomi dan derajat kesehatan. Harapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG Ferawati 1), Anggorowati 2) 1 PSIK, STIKES Widya Husada 2 Jurusan Keperawatan FK, UNDIP email: aangham@gmail.com

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejadian Osteoporosis terutama pada lansia akan mempunyai dampak yang sangat buruk bagi penderitanya. Osteoporosis pada lansia akan mengakibatkan terjadinya fraktur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di RW 03 Kelurahan Bulustalan Semarang Selatan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni. RW 03 ini terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah merupakan Rumah Sakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA USIA TAHUN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE. Nur Sholichah, Restu Anjarwati

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA USIA TAHUN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE. Nur Sholichah, Restu Anjarwati HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA USIA 40-50 TAHUN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE Nur Sholichah, Restu Anjarwati ABSTRAK Menopause merupakan proses fisiologis (normal) yang akan dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian yang di lakukan bersifat survei analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali mengapa

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA HIDUP TERHADAP KEJADIAN BUNGKUK OSTEOPOROSIS TULANG BELAKANG WANITA USIA LANJUT DI KOTA BANDAR LAMPUNG Merah Bangsawan * Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita yang menunjukan bahwa ovarium telah berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sri Mulyati Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi penulis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016 Ajeng Novita Sari Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK Hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA USIA PREMENOPAUSE DI KAUMAN RT. 49 NGUPASAN GONDOMANAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA USIA PREMENOPAUSE DI KAUMAN RT. 49 NGUPASAN GONDOMANAN YOGYAKARTA HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA USIA PREMENOPAUSE DI KAUMAN RT. 49 NGUPASAN GONDOMANAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LENI LIDIA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 213 PERMATA SHANTI Mahasiswa Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abtract Menarche

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN WANITA MENJELANG MENOPAUSE DI DESA BOWAN DELANGGU KLATEN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN WANITA MENJELANG MENOPAUSE DI DESA BOWAN DELANGGU KLATEN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN WANITA MENJELANG MENOPAUSE DI DESA BOWAN DELANGGU KLATEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Galih Meilaningtyas 201410104461 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI Yudha Indra Permana & Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fase pre menopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan perubahan fisik berupa siklus haid yang tidak teratur,

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PENTINGNYA PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS NAMTABUNG KEC. SELARU KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Fasiha (Poltekkes Kemenkes Maluku) ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM

Lebih terperinci

Kesehatan Masyarakat Gamping I sudah terjangkau oleh BPJS bagi

Kesehatan Masyarakat Gamping I sudah terjangkau oleh BPJS bagi 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Lokasi Penelitian Pusat Kesehatan Masyarakat Gamping I beralamat didusun Delingsari,desa Ambarketawang, kecamatan Gamping

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja sering disebut masa pubertas. Dimana masa pubertas adalah masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa. Dimulai antara usia 7-13 tahun untuk perempuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan yang memasuki usia premenopause akan melonjak dari 107 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan yang memasuki usia premenopause akan melonjak dari 107 juta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Helalth Organization (WHO, 2010) setiap tahunnya sekitar 25 juta perempuan diseluruh dunia diperkirakan mengalami premenopause, jumlah perempuan usia 40

Lebih terperinci

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DERAJAT KEKEBALAN TERHADAP STRES (SKALA MILLER & SMITH) PADA LANSIA DI KELURAHAN KEDUNGWUNI TIMUR KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU MENGHADAPI MENOPAUSE DI PEDUKUHAN DAGARAN PALBAPANG BANTUL KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Wulandari

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*) HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Nurhidayati 1*) 1 Dosen Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : yun_bir_aceh@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal seorang wanita dan suatu proses alamiah.

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND THE ELDERLY

Lebih terperinci

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah terjadinya peningkatan usia harapan hidup merupakan salah satu tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan yaitu hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2004). Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, juga ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, juga ditunjukkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya status kesehatan masyarakat selain ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, juga ditunjukkan oleh meningkatnya Umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami oleh setiap wanita adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang wajar yang ditandai dengan berhentinya

Lebih terperinci

Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014 ISSN :

Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014 ISSN : Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014 ISSN : 2337-8085 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUTA BARO

Lebih terperinci

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Usia tahun mengenai Masa Menopause di Desa Karang Kepoh II Salatiga

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Usia tahun mengenai Masa Menopause di Desa Karang Kepoh II Salatiga Abstrak Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Usia 40-55 tahun mengenai Masa Menopause di Desa Karang Kepoh II Salatiga Ayu Ningtyas Arie Wuryanto, SKM, M.Kes Hanna Yuanita D.S., MMID Tujuan : penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (FSH) dan penurunan sirkulasi inhibin terjadi secara bersamaan. Akhir periode

BAB I PENDAHULUAN. (FSH) dan penurunan sirkulasi inhibin terjadi secara bersamaan. Akhir periode 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menopause adalah keadaan permanen berhentinya siklus menstruasi (cyclicyty menstrual) pada wanita. Reproduksi wanita mengalami penuaan atau penurunan fungsi. Dasar

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN Agus Mulyawan 1, Fitri Yuliana 2, Nurlaila Sari 3 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada pertemuan International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, 1994, yang diadakan oleh WHO dan lembaga dunia lainnya, diperoleh kesepakatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA Nova Yulita Sellia Juwita Universitas Abdurrab Jl. Riau Ujung No 73 Pekanbaru 085376039565 nova.yulita@univrab.ac.id

Lebih terperinci

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA Windhu Purnomo FKM Unair, 2011 Fase Penuaan Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun) 1 2 Fase penuaan manusia 1. Fase subklinis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM Lisastri Syahrias Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Batam ABSTRAK

Lebih terperinci