ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU"

Transkripsi

1 ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2013 Muhammad Firdaus Lubis NIM A

4

5 ABSTRAK MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS. Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Dibimbing ISKANDAR LUBIS. Kegiatan magang dilakukan di PT. Inti Indosawit Subur, Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dari tanggal 13 Februari sampai dengan 13 Mei Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secara khusus menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Kebun Buatan secara umum sudah menerapkan teknik budidaya kelapa sawit sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedures) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan persamaan regresi linear berganda, produksi TBS (Tandan Buah Segar) dipengaruhi oleh jumlah hari kerja efektif tenaga kerja panen dan jumlah output pemanen. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3%. Permasalahan utama adalah menurunnya produktivitas tanaman pada tanaman yang berumur lebih dari 22 tahun karena umur tanaman tersebut sudah diatas umur produktivitas maksimal rata-rata kelapa sawit. Kata Kunci : Kelapa sawit, Produksi TBS (Tandan Buah Segar), Faktor produksi ABSTRACT MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS. Production Analysis of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in PT.Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. Supervised by ISKANDAR LUBIS. The internship program has been conducted at PT. Inti Indosawit Subur, Buatan Estate, Pelalawan, Riau from February 13 to May The purpose of this internship program is to learn oil palm cultivation and specifically analyzes the factors that influence the production of palm oil. The data to be collected consist of primary and secondary data. Buatan estate generally have applied the technique of oil palm cultivation in accordance with standard operating procedures that have been established by the company. Based on double linear regression analysis, FFB (Fresh Fruit Bunch) production is influenced by the number of harvesting working days and the amount of harvester output. The coefficient of determination (R 2 ) generated that variables of FFB production as dependent variable can be describe by the independent variables (harvesting working days, amount of harvester output and rainfall) for 98.3%. The main problem is the decrease in crop productivity for plants older than 22 years as the age of the plant is already above the maximum age of the average productivity of oil palm. Key Word: Oil palm, FFB Production, Determinant production factor

6 ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU MUHAMMAD FIRDAUS LUBIS Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

7 Judul Skripsi : Analisis Produksi Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau Nama : Muhammad Firdaus Lubis NIM : A Disetujui oleh Dr Ir Iskandar Lubis, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8

9 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan serta hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai syarat untuk kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan penulis selama tiga bulan di perkebunan kelapa sawit tepatnya di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis, Bapak Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. Ibu Ani Kurniawati selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak Herman Sembiring selaku Estate Manager, Bapak Victory Brahmana selaku Manager Asian Agri Learning Institute dan keluarga besar PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, terutama Bang Rifky selaku Asisten Afdeling V dan Bapak Morrys selaku Asisten Kepala yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada penulis. Teman-teman magang seperjuangan dan mahasiswa AGH angkatan 45 beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun ke arah yang lebih baik Bogor, Februari 2013 Muhammad Firdaus Lubis

10

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani Kelapa Sawit 2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 Kebutuhan Air Tanaman 3 Produktivitas Kelapa Sawit 4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit 4 Persamaan Regresi Linear Berganda 5 METODE MAGANG 6 Tempat dan Waktu 6 Metode Pelaksanaan 6 Pengamatan dan Pengumpulan Data 6 Analisis Data dan Informasi 6 KEADAAN UMUM 7 Letak Wilayah Administratif 7 Keadaan Iklim dan Tanah 8 Luas Areal dan Tata Guna Lahan 8 Keadaan Tanaman dan Produksi 9 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 10 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 11 Aspek Teknis 11 Aspek Manajerial 23 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 Metode Pewarnaan Blok 26 Pengaruh populasi per hektar terhadap produksi, bobot janjang rata-rata dan produktivitas 27 ix ix ix

12 Pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas 29 Analisis Produksi Menggunakan Persamaan Regresi Berganda 30 SIMPULAN DAN SARAN 35 Simpulan 35 Saran 36 DAFTAR PUSTAKA 36 LAMPIRAN 38 RIWAYAT HIDUP 47

13 DAFTAR TABEL 1. Parameter iklim untuk kesesuaian tanaman kelapa sawit 3 2. Pengaruh curah hujan terhadap potensi produksi TBS 4 3. Pengaruh umur tanaman terhadap berat janjang rata-rata (BJR) 5 4. Populasi berdasarkan tahun tanam 9 5. Produktivitas dan bobot janjang rata-rata TBS di Kebun Buatan 9 6. Jumlah karyawan di PT Inti Indosawit Subur tahun Jumlah Pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman Perbandingan luas areal seksi Jenis kesalahan dan denda pada pelaksanaan potong buah Pengaruh jumlah populasi per hektar terhadap tiga komponen produksi Pengaruh Tahun Tanam (Umur) Terhadap Produktivitas Perbandingan Produktivitas Kebun Buatan Pendugaan faktor yang mempengaruhi produksi TBS Output pemanen per bulan tahun DAFTAR GAMBAR 1. Kegiatan pada saat pemupukan (a) muat pupuk dan (b) aplikasi Contoh gulma dominan di areal Kebun Buatan Contoh metode pewarnaan blok Grafik persamaan regresi 31 DAFTAR LAMPIRAN 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Data Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Inti Indosawit Subur Peta Sebaran Kelas Lahan PT Inti Indosawit Subur Peta Tahun Tanam Kebun Buatan Peta PT Inti Indosawit Subur Kebun Buatan Struktur organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. 46

14

15 PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak tertinggi per hektar, dan menghasilkan hampir delapan kali dari produk saingannya yaitu kacang kedelai. Produksi minyak kelapa sawit memerlukan pendekatan secara langsung. Untuk dapat memproduksinya secara ekonomis dibutuhkan kemampuan yang tinggi, manajemen yang rapi dan tenaga kerja yang disiplin dan terlatih. Aktivitas tersebut selain menguntungkan bagi ekonomi daerah, juga menyediakan lapangan kerja bagi ribuan keluarga yang masih bergantung pada hasil pertanian. Luas areal perkebunan sawit di Indonesia terus bertumbuh dengan pesat, demikian pula produksi dan ekspor minyak sawitnya. Menurut Gabungan Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit, luas areal tanaman kelapa sawit meningkat dari ha pada tahun 1980 menjadi hektar pada tahun 2006 atau meningkat 20 kali lipat. Dalam kurun waktu yang sama produksi CPO (minyak kelapa sawit mentah) dan CPKO (minyak inti sawit mentah), meningkat 17 kali lipat dari ton menjadi ton. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian (2011) produksi CPO Indonesia sampai tahun 2010 adalah sebesar ton yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar ton. Luas lahan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2010 sebesar ha yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 sebesar ha. Produksi CPO yang tinggi dan bermutu dapat diperoleh apabila jumlah produksi tandan buah segar kelapa sawit tinggi. Berbagai manajemen industri dan pemeliharaan sebaiknya telah dimulai sejak awal, menurut Yahya (1990) untuk mencapai produksi maksimal maka usaha pembudidayaan tanaman dimulai sejak persiapan lahan sampai dengan panen dan hasil siap dipasarkan. Penerapan teknologi budidaya yang baik (good agricultural practices), termasuk didalamnya aspek pemeliharaan memegang peranan penting dalam pencapaian peningkatan produktivitas tersebut. Latar Belakang Produktivitas tanaman yang tinggi pada kelapa sawit memerlukan pemeliharaan yang intensif. Pemeliharaan pada perkebunan sawit meliputi pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, penjarangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan sendiri merupakan faktor yang sangat mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Upaya menjamin kestabilan produksi kelapa sawit harus diikuti peningkatan pemeliharaan di lapang. Menurut Pardosi (1994), pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah suatu usaha untuk rneningkatkan dan menjaga kesuburan tanah serta kelestarian lingkungan tumbuh tanarnan guna rnendapatkan tanarnan yang sehat dan rnampu berproduksi sesuai dengan yang diharapkan. Pemeliharaan tanarnan sesuai dengan standar merupakan persyaratan mutlak untuk menjamin tanaman tumbuh dengan baik dan berproduksi optimal dan pemeliharaan tanarnan ini harus dilakukan sepanjang hidup tanaman. Menurut Lubis (1992), pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan proses produksi untuk

16 2 mendapatkan produksi kelapa sawit tetap maksimal dan cukup banyak memerlukan tenaga dan biaya. Selain itu perusahaan juga harus tetap melakukan perbaikan dan peningkatan serta pengembangan secara terus menerus agar perusahaan dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Salah satu cara adalah dengan melakukan evaluasi terhadap sistem budidaya yang berpengaruh langsung terhadap hasil produksi, selanjutnya dilakukan upaya perbaikan dari sistem budidaya tersebut yang dapat meningkatkan produksi.. Tujuan Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya, memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa sawit baik secara teknis maupun manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit.. TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari dua kata yaitu Elaeis berasal dari bahaya Yunani Elation yang berarti minyak, Guineensis berasal dari bahasa Guinea (pantai barat Afrika) sedangkan Jacq. berasal dari nama seorang Botanis asal Amerika, Jacquin. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk ke dalam famili Arecaceae, yang dulu disebut Palmae. Tanaman ini pertama kali diintroduksi di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848 di Kebun Raya Bogor (Pahan, 2006). Klasifikasi tanaman kelapa sawit menurut Lubis (1992) adalah Kingdom : Plantae Divisio : Tracheophyta Sub Divisio : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledonae Ordo : Cocoideae Famili : Aracaceae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guneensis Jacq. Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil dengan sistem perakaran yang terdiri atas akar primer dengan diameter 8 10 mm yang keluar dari bagian bawah batang, menyebar secara horisontal dan menghujam ke dalam tanah. Akar sekunder dengan diameter 2 4 mm yang tumbuh dari akar primer secara mendatar ataupun ke bawah. Akar tersier dengan diameter 0,7 1,2 mm dan akar kuartener dengan diameter 0,1 0,3 mm dan panjang 1 4 mm. Akar tersier merupakan akar yang aktif menyerap unsur hara. Pertumbuhannya tergantung jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat (Fauzi et. al., 2008).

17 3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada daerah tropika basah disekitar 12 LU dan 12 LS, pada ketinggian m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah curah hujan yang baik adalah mm/tahun dengan distribusi yang merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan (bulan kering kurang dari tiga bulan) dengan kelembaban yang berkisar antara 50-90% dan optimal pada kadar 80%, tidak memiliki defisit air, dan hujan agak merata sepanjang tahun. Tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18 C dan tertinggi 32 C akan tetapi suhu rendah dapat meningkatkan aborsi tandan bunga sebelum anthesis dan memperlambat pemasakan tandan buah, sedangkan suhu tinggi berpengaruh sebaliknya (Fauzy, 2008). Kelapa sawit dapat tumbuh pada ph namun yang terbaik adalah pada ph , tanah yang mempunyai ph rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran namun akan membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan ph rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis, 1992). Bentuk wilayah dan kondisi tanah sangat berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir %, debu 10-40%, dan liat 20-50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0-15 (Fauzi et. al., 2008). Secara umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada tanah tanah ultisol, entisol, inceptisol, dan histosol. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik jika tanah tersebut memiliki drainase yang baik dan ph berkisar antara 5-6 (Sastrosayono, 2008). Parameter iklim untuk kesesuaian tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel1. Tabel 1. Parameter iklim untuk kesesuaian tanaman kelapa sawit Parameter Iklim Kelas 1 (Baik) Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 (Sedang) (Kurang Baik) (Tidak Baik) Curah Hujan (mm) < Defisit air (mm/thn) > 400 Hari tanpa hujan < 10 < 10 < 10 < 10 Temperatur ( C) Penyinaran (jam) 6 6 < 6 < 6 Kelembaban (%) < 80 < 80 Sumber : Sunarko (2007) Kebutuhan Air Tanaman Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006) menjelaskan bahwa terdapat beberapa pengaruh musim kering dan defisit air (water deficit) terhadap produksi kelapa sawit. Water deficit merupakan kondisi suplai air yang tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan air untuk tanaman. Pengaruh water deficit terhadap produksi akan dijelaskan sebagai berikut dan dapat dilihat pada Tabel 2.

18 4 a. Pengaruh terhadap produksi semester II 1. Water deficit mencapai batas stadia I (water deficit mm), hal ini belum berpengaruh terhadap produksi. 2. Water deficit mencapai batas stadia II (water deficit mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar persen. 3. Water deficit mencapai batas stadia III (water deficit mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar persen. 4. Water deficit mencapai stadia IV (water deficit 500 mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar persen. Akibat kekeringan, buah menjadi lebih cepat matang tetapi akan berakibat turunnya rendemen minyak dan jumlah buah parthenocarpi meningkat. b. Pengaruh terhadap produksi tahun II dan III 1. Water deficit mencapai batas stadia I, maka pengaruhnya terhadap produksi tahun II tidak ada. 2. Jika seluruhnya terkena stadia II, maka kemungkinan kehilangan produksi tahun II mencapai 0 10 persen. Jika seluruhnya terkena stadia III, maka kemungkinan kehilangan produksi semester I tahun II mencapai persen karena mengganggu sex differentiation. Tabel 2. Pengaruh curah hujan terhadap potensi produksi TBS Curah Hujan Setahun (mm) Potensi Produksi (%) mm atau lebih mm mm atau kurang Sumber : Sunarko (2007) Produktivitas Kelapa Sawit Produktivitas tertinggi terdapat pada tanaman berumur 7 15 tahun kemudian produktivitasnya mengalami penurunan. Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit Indonesia bervariasi menurut jenis pemilikan. Menurut Departemen Pertanian, pada umumnya tingkat produktivitas perkebunan rakyat paling rendah dibandingkan perkebunan negara dan perkebunan swasta. Diperkirakan, produktivitas perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2.5 ton CPO per ha dan 0.33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha. Ini disebabkan kurangnya perawatan perkebunan tersebut. Sementara itu, perkebunan negara memiliki produktivitas tertinggi, yakni rata-rata menghasilkan 4.82 ton CPO per hektar dan 0.91 ton PKO per hektar. Sedangkan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3.48 ton CPO per hektar dan 0.57 ton PKO per hektar. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman. Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 11 tahun. Menurut Pahan (2008) produksi optimal dapat dicapai saat rata-rata umur tanaman 15 tahun. Acuan penentuan batasan umur 15 tahun didasarkan pada umur 15 tahun akan

19 tercapai produksi puncak. Perbandingan umur tanaman dengan bobot janjang ratarata dapat dilihat Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh umur tanaman terhadap berat janjang rata-rata (BJR) Umur Tanaman (Tahun) Berat Janjang Rata-rata (kg) > 12 Sumber : Sunarko (2007) Selain umur tanaman, stand per hectare (SPH) atau populasi per hektar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit. Risza (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penurunan produksi dengan kerapatan tanam. Kelapa sawit yang hidup di tempat yang terlindung dan kurang mendapatkan cahaya matahari pertumbuhannya akan meninggi, tidak normal, habitusnya kurus, lemah, jumlah daun sedikit, dan produksi bunga betina berkurang. Keadaan topografi dan kondisi jalan juga sangat mempegaruhi kegiatan produksi kelapa sawit. Hal tersebut mempengaruhi secara langsung terhadap proses produksi seperti pemupukan, pemanenan, pengangkutan buah ke pabrik. Disamping itu kemahiran pemanen, premi panen, dan lainnya juga sangat mempengaruhi produksi kelapa sawit. 5 Persamaan Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y) dihubungkan atau dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga dan seterusnya variabel bebas namun masih menunjukkan diagram hubungan yang linear. Penambahan variabel bebas ini diharapkan dapat lebih menjelaskan karakteristik hubungan yang ada walaupun masih saja ada variabel yang terabaikan. Analisis regresi linear berganda berguna untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Bentuk umum model persamaan linear berganda Y = a + b 1 X 1 + b 2 X b n X n Keterangan : Y = variabel yang dijelaskan (dependen) X = variabel yang menjelaskan (independen) a, b = besaran yang akan diduga

20 6 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur yang berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau yang dilaksanakan mulai dari 13 Februari sampai dengan 13 Mei Metode Pelaksanaan Kegiatan magang ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan dengan melaksanakan berbagai pekerjaan yang ada di perkebunan. Pada saat melakukan magang, mahasiswa bertanggung jawab sebagai pekerja harian lepas (PHL) selama tiga minggu pertama, pendamping mandor pada tiga minggu berikutnya, dan pendamping asisten selama enam minggu terakhir. Semua tahapan ini dilakukan secara berurutan yang hasil pekerjaanya dimasukkan ke dalam jurnal harian. Kegiatan penulis sebagai PHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3. Pengamatan dan Pengumpulan Data Dalam kegiatan magang ini didapatkan data primer (metode langsung) dan data sekunder (metode tidak langsung). Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap semua kegiatan teknis yang dilaksanakan pada saat magang. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajerial baik data bulanan, semesteran, maupun data tahunan. Data tersebut berkaitan dengan keadaan iklim, keadaan tanah dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, sruktur organisasi dan ketenagakerjaan. Analisis Data dan Informasi Data yang diperoleh kemudian diolah menurut kebutuhan penulisan dan selanjutnya hasil dari pendekatan statistik sederhana tersebut akan disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, dan diagram sesuai kebutuhan. Data yang telah diperoleh tersebut sebagian dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi linear berganda dan sebagian lagi dianalisis menggunakan Uji-t untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan. Persamaan regresi berganda yang telah didapat kemudian di uji dengan menggunakan Uji Asumsi. Uji Asumsi klasik berguna untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak diuji atau tidak. Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, dan tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dalam model yang digunakan. Jika keseluruhan syarat tersebut terpenuhi berarti model analisis telah layak digunakan.

21 Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah statistik non parametrik. Dalam pembahasan ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05. Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi, membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r 2 ) dengan nilai determinasi secara serentak (R 2 ), dan dengan melihat nilai eigenvalue dan condition index. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF), jika VIF lebih besar dari lima maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu Uji Park, Uji Glesjer, Melihat pola grafik regresi, dan uji koefisien korelasi Spearman. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin- Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika d lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi. 2. Jika d terletak antara du dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. 3. Jika d terletak antara dl dan du atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. 7 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Perkebunan kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur (PT. IIS) Kebun Buatan merupakan salah satu perkebunan kelapa sawit milik Asian Agri yang terdapat di Provinsi Riau (Plantation 2). Secara administrasi, PT. Inti Indosawit Subur Kebun

22 8 Buatan termasuk wilayah Kecamatan Kerinci Kanan, Kecamayan Dayun (Kabupaten Siak), Kecamatan Pelalawan, dan Kecamatan Pangkalan Kerinci (Kabupaten Pelalawan). Sedangkan secara geografis, letak areal perkebunan ini berada pada 101º40 102º15 BT dan 0º05 0º43 LS. PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan terletak di Jalan Lintas Timur KM 65 Desa Bukit Agung, Pangkalan Kerinci, Pelalawan Riau. Kebun Buatan merupakan kebun Asian Agri pertama yang memperoleh sertifikat RSPO (Roundable Sustainable Palm Oil). Batas-batas PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan adalah sebagai berikut : Sebelah utara : Plasma SP 9, SP 10, Desa Delik, Sungai Siak, Kecamatan Lubuk Dalam dan Dayun Sebelah selatan : Plasma SP 6, Sungai Kampar, Kec. Langgam, dan Pangkalan Kerinci Sebelah barat : Plasma SP 3, SP 5, Kecamatan Kerinci Kanan, dan Tualang Sebelah timur : Plasma SP 7, SP 8, Kompleks RAPP, Kecamatan Dayun, dan Kecamatan Pelalawan Keadaan Iklim dan Tanah Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson, iklim di PT Inti Indosawit Subur termasuk tipe iklim B (daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis). Puncak musim hujan terjadi pada bulan September dan Oktober, sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Mei dan Juni. Rata-rata curah hujan selama lima tahun terakhir ( ) adalah mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 98.6 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.6 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah sembilan bulan/tahun. Suhu rata-rata harian adalah 31 C dengan kisaran suhu per hari C. Data curah hujan dan hari hujan di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode disajikan pada Lampiran 4. Jenis tanah pada areal Kebun Buatan adalah alluvial dan podsolik merah kuning. Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit jenis tanahnya adalah podsolik merah kuning dengan kedalaman tanah yang lebih dari 100 cm dan tekstur tanah terdiri dari lempung liat berpasir, lempung berpasir dan lempung. Pada areal yang datar, jenis tanahnya adalah alluvial dengan kedalaman tanah lebih dari 100 cm dan bertekstur lempung berpasir sampai pasir. Peta sebaran kelas lahan PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 5. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Kebun Buatan terbagi menjadi 6 Afdeling kebun inti (Afdeling I-VI) yang terdiri dari Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas ha, Afdeling V dengan luas 883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Peta tahun tanam Kebun Buatan disajikan pada Lampiran 6. Selain itu terdapat juga lahan kemitraan pola

23 PIR-Trans, dengan luas ha serta lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari dua afdeling yaitu Afdeling VII dengan luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha. Total areal PT. Inti Indosawit Subur - Kebun Buatan seluas Ha dan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu areal tanaman menghasilkan (TM) dengan luas ha, areal prasarana dengan luas 205 ha yang terdiri dari emplasment (62 ha), pabrik (50 ha), dan lain-lain (93 ha), dan areal yang tidak bisa ditanam dengan luas 49 ha yang terdiri dari bukit, sungai, lembah, rawa, dan tandus. Peta PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 7. Keadaan Tanaman dan Produksi Jenis tanaman kelapa sawit yang ditanam di PT Inti Indosawit Subur Kebun Buatan adalah jenis Tenera (DxP) yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga diperoleh populasi per hektar 136 pokok dengan empat tahun tanam yang berbeda. Namun pada kenyataan di lapangan, populasi tanaman rata-rata per hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan topografi, jarak tanam yang tidak tepat, dan tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit. Keadaan tanaman pada PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Populasi berdasarkan tahun tanam Tahun Tanam Luas (Ha) Populasi Pokok/Ha SubTotal Sumber : Laporan Unit Kebun PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan 9 Tabel 5. Produktivitas dan bobot janjang rata-rata TBS di Kebun Buatan Tahun Produksi/tahun Luas Jumlah Produktivitas BJR Areal Bobot TBS TBS (ton/ha/tahun) (kg/tandan) (ha) (kg) (tandan) (Budget) Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2012)

24 10 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang General Manager yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit usaha yang mencakup budidaya tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang General Manager dibantu oleh Manajer Kebun (Estate Manager), Manajer Pabrik (Mill Manager), Humas dan Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 8. Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam bagian adminstrasi kebun. KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan administrasi di gudang. Status pegawai di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas karyawan tetap (SKU) dan pekerja harian lepas (PHL). Jumlah karyawan staf dan non staf di PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah karyawan di PT Inti Indosawit Subur tahun 2012 No Jabatan Jumlah 1. Staf General Manager 1 Estate Manager 1 Mill Manager 1 Asisten Kepala 2 Asisten Afdeling 6 Asisten Quality Control (QC) 1 Asisten Humas 1 Asisten By Product 1 Asisten Traksi 1 KTU 1 2. Non Staf Tenaga Kerja Tak Langsung SKU B/H Traksi 105 SKU B/H Kantor 117 SKU B/H Afdeling 95 Tenaga Kerja Langsung SKU B/H Panen 272 SKU B/H Pemeliaraan 540 SKU B/H Lain-lain 80 Jumlah 1225 Sumber : Laporan Unit Kebun Buatan Bulan januari 2012 Seorang General Manager membawahi Estate Manager yang secara langsung bertanggung jawab terhadap manajemen kebun. Estate Manager membawahi Asisten Traksi, Asisten Kepala, Asisten Afdeling, Kepala Tata Usaha, Humas, dan Kepala Poliklinik. Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan semua kegiatan di Afdeling, menjaga produksi dan mutu hasil agar tetap optimal, selain itu juga agar menjamin aplikasi perawatan, menjamin operasional kebun agar berjalan efektif, efisien, dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang

25 telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten Kepala (Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan di setiap afdeling, Asisten Kepala membawahi Asisten Afdeling. Pimpinan tertinggi di afdeling adalah Asisten Afdeling, yang bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang ada di afdeling tersebut. Asisten Afdeling membawahi Mandor I yang mengurusi pekerjaan di lapangan, dan Kerani Afdeling serta Kerani Keliling yang mengurusi administrasi afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab langsung kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas pelaksanaan hasil kerja dari afdeling yang dipimpinnya. Jumlah seluruh tenaga kerja yang terdapat pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur sebanyak orang sehingga diperoleh Indeks Tenaga Kerja (ITK) pada Kebun Buatan sebear 0.22 orang/ha. ITK merupakan rasio antara jumlah tenaga kerja dengan luas kebun. Jumlah ITK yang ideal untuk perkebunan kelapa sawit sebesar orang/ha. Pengelolaan tenaga kerja pada Kebun Buatan sudah efisien karena ITK pada Kebun Buatan diantara orang/ha. 11 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan Tunas pokok (pruning), pemanenan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemeliharaan sarana dan prasarana. Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan selama 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja dalam sehari rata-rata selama 7 jam yang dimulai pada pukul sampai dengan WIB, istirahat selama setengah jam (11.30 sampai dengan WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul sampai dengan WIB. Penulis diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pukul WIB bersama Asisten, mandor dan krani, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan apel sore hari di kantor Afdeling pada pukul sampai dengan WIB untuk melaksanakan kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan untuk esok hari. Aspek Teknis Tunas Pokok Penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Tunas pokok adalah pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang yakni mempertahankan jumlah pelepah yang masih produktif dan dilain pihak harus memotong pelepah untuk mempermudah pekerjaan potong buah, memperkecil losses (berondolan tersangkut di ketiak pelepah) dan memelihara

26 12 sanitasi tanaman sehingga menciptakqan lingkungan yang bersih. Jumlah optimal yang dipertahankan pada tanaman muda adalah pelepah. PT Inti Indosawit Subur mempunyai kebijakan penunasan progresif (progressive pruning), yaitu penunasan yang dilakukan secara bersamaan dengan panen, jadi pokok yang ditunas adalah pokok yang ada buah matangnya. Kelebihan dari sistem tunas progresif ini adalah ancak akan semakin rapi karena ancak pasti akan dimasuki setiap satu rotasi panen selain itu tunasan ini juga meminimalkan kebutuhan supervisor. Kekurangan dari sistem tunasan ini adalah membutuhkan tenaga pemanen yang banyak, sebab apabila tenaga pemanen kurang dan rotasi panen tinggi maka progressive pruning tidak dapat dilakukan dengan baik. Untuk mengatasi hal ini maka pihak manajemen membentuk suatu tim pekerja yang khusus untuk melakukan penunasan. Rotasi penunasan yang dilakukan adalah 9 bulan untuk pelaksanaan hal ini dapat disesuaikan dengan kondisi tanaman di lapangan. Pelepah yang terlalu banyak ditunas juga tidak baik karena hal ini akan menyebabkan over pruning yaitu terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan menyebabkab peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks ratio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan BJR. Under pruning juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap produksi, karena unsur hara digunakan untuk pelepah yang berlebih dan mengganggu proses panen. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman Jumlah Kebijakan Pelepah / Spriral Umur Tanaman (Tahun) < 3 Pemotongan pelepah tidak diperbolehkan. Prioritas untuk permulaan panen dengan cara memotong pelepah tua dan kering Songgo Dipertahankan pelepah Dipertahankan pelepah > 15 Minimum dipertahankan 32 pelepah 4 1 Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010) Di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur terdapat beberapa instruksi kerja dalam melakukan pekerjaan penunasan yaitu : 1 Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda. 2 Selama menunas semua epifit pada batang tanaman dibersihkan dengan mencabut menggunakan tangan dan digebyok dengan batang pelepah pada bagian yang lebih tinggi. 3 Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena defisiensi hara harus ditunas lebih hati hati, cukup membuang daun keringnya saja. 4 Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada akhirnya akan di thinning out.

27 13 Pemanenan Panen merupakan pekerjaan terpenting pada perkebunan kelapa sawit, alasannya adalah karena panen merupakan tujuan akhir dari proses membangun perkebunan, karena hasil yang didapat dari proses panen adalah uang yang bermanfaaat untuk mendukung kelangsungan perusahaan kedepannya. Sebagai contoh apabila panen di suatu perusahaan tidak berjalan dengan baik dan terdapat banyak pelanggaran yang terjadi maka akan menyebabkan perusahaan merugi. Di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur terdapat Standard Operating Procedure panen atau yang dikenal dengan istilah Sapta Potong Buah, yaitu: 1). Buah matang dipotong semua, 2). Buah mentah tidak ada, 3). Berondolan dikutip semuanya, 4). Buah disusun rapi dan cangkem kodok, 5). Pelepah disusun rapi di gawangan mati, 6). Pelepah sengkleh tidak ada, dan 7). Administrasi diisi dengan teliti dan tepat waktu. Mutasi masa panen. Sebelum dapat dipanen, mutasi dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) menjadi Tanaman Menghasilkan (TM) merupakan suatu masa yang sangat perlu mendapatkan perhatian baik dari lamanya maupun dari persiapan yang harus dilakukan. Kedua aspek tersebut sangat perlu diperhatikan dalam rangka mencapai keuntungan per Ha yang cepat dalam artian mempersingkat masa TBM. Dengan memperhatikan genetik tanaman, kultur teknis, dan pemeliharaan yang semakin maju maka masa TBM dapat dipersingkat menjadi kurang dari tiga puluh bulan. Syarat-syarat mutasi dari TBM menjadi TM adalah, umur rata-rata tanaman telah mencapai tiga puluh bulan ataupun kurang dari itu, kerapatan panen besar dari 20%, dan berat janjang rata-rata besar dari tiga kilogram. Persiapan panen. Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum mulai panen pada saat tanaman menghasilkan adalah kastrasi, memotong tunas pasir, sanitasi kebun, pembuatan pasar pikul, pembuatan TPH dengan ukuran 3 x 4m 2 untuk tiga pasar pikul dapat ditampung oleh satu TPH yang mencakup tanaman, dan yang paling penting adalah mempersiapkan karyawan dan peralatan pemanen. Kriteria panen. Kriteria mutu buah yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangannya, klasifikasi mutu buah dibedakan menjadi lima kategori, yaitu : 1. Buah Mentah (Unripe) Adalah buah yang membrondol kurang dari satu brondolan per kg janjang 2. Buah Masak (Ripe) Adalah janjang yang warnanya kemerahan dan membrondol paling sedikit satu brondolan per kg janjang dan paling banyak 30% 3. Buah Terlalu Masak (Over-Ripe) Adalah janjang yang membrondol lebih dari 30% hingga maksimum 75% 4. Janjang Kosong (Empty Bunch) Adalah janjang buah membrondol lebih dari 90% hingga membrondol seluruhnya. 5. Buah Abnormal (Abnormal Bunch) Adalah janjang buah yang gagal berkembang menjadi buah masak normal, antara lain : buah parthenokarpi, buah batu, dan buah sakit. Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)

28 14 Buah matang didasarkan pada jumlah berondolan yang lepas secara alami dari janjang panen. Buah dapat dipanen jika untuk tiap 1 kg berat janjang terdapat satu brondolan yang lepas alami di piringan, tidak termasuk untuk brondolan yang terlepas karena terkena penyakit. Misalkan, jika BJR dalam suatu blok adalah 10 kg maka kriteria matang panen di blok tersebut adalah apabila terdapat sepuluh brondolan di piringan pokok, apabila hanya ada sembilan brondolan masih dikatakan mentah. Taksasi panen. Kegiatan taksasi dilakukan minimal sehari sebelum dilaksanakannya pemanenan pada areal yang akan di panen. Tujuan dari taksasi ini adalah untuk mengetahui banyaknya janjang yang akan dipanen pada hari tersebut, untuk menentukan jumlah tenaga pemanen yang diperlukan dan kebutuhan transportasi untuk pengangkutan buah. Taksasi panen dilakukan oleh mandor panen pada 400 pokok sampel yang dipilih secara acak pada lahan yang akan dipanen atau minimal 10% dari luas lahan yang akan dipanen. Selain itu di PT Inti Indosawit Subur dilakukan juga sensus BBC (Black Bunch Census) setiap enam bulan sekali yang bertujuan untuk mengetahui produksi dalam enam bulan mendatang, sensus BBC ini dilakukan setiap akhir bulan Juni dan akhir bulan Desember. Rotasi panen. Merupakan salah satu faktor penting yang menentukan di lapangan untuk mendapatkan produksi per ha yang tinggi, biaya per kg yang rendah serta kadar ALB yang rendah. Pada saat buah normal, rotasi panen harus dijaga tujuh hari namun jika kerapatan panen rendah rotasi dapat diperpanjang menjadi sepuluh hari. Jika rotasi panen terlalu cepat akan mendorong buah yang tidak matang dipanen karena jumlah buah matang telah menurun dan juga akan meningkatkan biaya panen tetapi output pemanen akan menurun akibat tidak ada buah. Sebaliknya, jika terlalu lama akan menyebabkan buah matang tinggal di pohon dan menyebabkan buah terlalu matang sehingga brondolan semakin banyak dan akan mengakibatkan waktu pemanen terpakai untuk mengutip brondolan. Pada PT Inti Indosawit Subur rotasi panen yang standar dilakukan adalah 6/7 artinya kegiatan pemanen dilaksanakan dalam satu minggu untuk tiap afdeling. Namun pada saat kerapatan buah sangat rendah (low crop) rotasi panen dapat diperpanjang maksimal 10 hari. Sistem panen. Untuk memudahkan pemanenan, dalam satu blok dibagi menjadi enam seksi yaitu A, B, C, D, E, dan F sehingga rotasi panen bervariasi antara 3,5 4,5 kali. Maksud dari pembagian seksi ini agar satu seksi selesai dipanen dalam satu hari, mempermudah pemanen untuk pindah ancak, juga mempermudah kontrol dan transport buah dengan harapan output pemanen dapat lebih tinggi lagi. Penetapan seksi panen ditentukan berdasarkan perhitungan produksi masing-masing blok. Jumlah tenaga pemanen buah per mandoran antara orang. Jumlah mandor panen per afdeling maksimal tiga orang dengan krani buah tiga orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperkecil biaya tak langsung. Sistem pengancakan menggunakan ancak giring tetap per mandoran yang terdiri dari 2 4 baris tanaman per pemanen. Kelebihan dari sistem ancak ini adalah jumlah tenaga kerja dapat diatur sesuai kebutuhan ataupun kondisi kematangan buah, output mandor dan karyawan dapat dipacu dengan pengancakan yang memperhatikan kekuatan masing-masing karyawan, diharapkan mandor aktif melakukan pengawasan dan antara sesama mandor dapat bersaing secara sehat. Disamping itu sistem ini juga memiliki kekurangan yaitu

29 tanggung jawab karyawan terhadap ancaknya masih relatih kecil dan adanya pelanggaran masih sulit dideteksi apabila kontrol tidak dilakukan dengan ketat. Kegiatan panen dimulai dimulai dengan apel pagi antara mandor buah dengan para pemanen. Pada saat apel pagi mandor membagi ancak pemanen berdasarkan hasil taksasi yang telah di lakukannya pada sore hari sebelumnya. Setelah itu pemanen menuju ke lokasi panen yang telah ditentukan. Alat yang digunakan untuk panen adalah egrek, kampak, gancu, angkong, dan goni. Sebelum buah dipotong, terlebih dahulu pelepah yang berlebihan harus dibuang atau yang biasa disebut dengan progressive pruning. Kemudian buah dipotong dan diusahakan agar buah dan pelepah dipotong rapat ke batang untuk menghindari berondolan tersangkut di pelepah sisa. Setelah itu pelepah yang telah dipotong disusun rapi di gawangan mati. Buah yang telah dipotong diangkut dan dikumpulkan di TPH terdekat dengan disusun rapi. Brondolan dikutip seluruhnya dan diangkut ke TPH. Untuk tangkai buah yang masih panjang akan dipotong membentuk huruf V atau yang dikenal dengan istilah cangkem kodok. Kemudian diberi kode nomor pemanen pada tangkai buah. Kehilangan (losses) pada panen kelapa sawit cukup tinggi. Sumber kehilangan pada saat panen adalah, berondolan yang tidak dikutip oleh pemanen. buah mentah yang ikut terpanen, buah masak yang tidak terpanen, brondolan atau buah dicuri, buah masak yang tertinggal di piringan, dan buah busuk. Pembagian seksi panen. Sebagai contoh Afdeling V Kebun Buatan dengan luas areal TM 883 ha dengan produksi sebesar ton/ha/tahun dan rotasi/tahun sebesar 48, maka untuk menghitung hasil panen harian dan pembagian area tersebut dalam enam seksi dapat dihitung dengan cara perhitungan di bawah. Hasil perhitungan tersebut dapat digunakan untuk menduga produksi harian dan menentukan kebutuhan pemanen. Berikut perhitungannya. Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi (ha/seksi/rotasi) Luas rata rata per seksi (A) : = Luas rata rata hari jumat (5 jam kerja) (B) : Koefesien penambah luas area (C) : Luas rata- rata seksi hari biasa (7 jam kerja) : ha + 7 ha = ha Luas seksi hari jumat ( 5 jam kerja ) : 105 ha + 7 ha = 112 ha Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi ( ton/ha/seksi/rotasi) Produksi rata rata / Rotasi : 15 ton/ha/seksi/rotasi Produksi perseksi hari biasa (7 jam kerja) : ha = 84.7 ton Hari jumat 5 jam kerja) : ha = 61.6 ton Luas areal seksi yang diperoleh dalam perhitungan tidak sama dengan luas areal aktual yang telah ditetapkan, perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perbandingan luas areal seksi Seksi A B C D E F Total P A Sumber : Kantor Afdeling V Kebun Buatan P A : Luas areal hitung (tanpa memperhitungkan faktor lain) : Luas areal aktual

30 16 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perbedaan antara luas areal yang ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain dengan luas areal aktual. Faktorfaktor yang menjadi bahan pertimbangan adalah bentuk blok, topografi blok, posisi blok terhadap blok yang lain, dan lain-lain. Dapat diperkirakan hasil panen per seksi pada hari biasa sebesar 84.7 ton. Jika berat janjang rata-rata 25 kg maka dalam panen per seksi per hari ada sekitar janjang. Dengan kemampuan rata-rata pemanen memanen 80 Janjang per hari maka dibutuhkan lebih kurang 42 tenaga pemanen untuk memanen satu seksi dalam sehari. Untuk memperkecil biaya tidak langsung, jumlah pemanen dapat diperkecil dengan menaikkan output pemanen baik dengan cara menaikkan basis panen per hari ataupun dengan menggunakan tenaga pemanen yang lebih terampil. Basis, premi, dan denda panen. Basis panen adalah banyaknya jumlah tandan yang harus dipanen oleh pemanen dalam satu hari kerja, sedangkan premi adalah upah yang diberikan untuk pemanen yang melebihi basis borong. Besar basis dan premi panen ditentukan oleh umur tanaman, kondisi topografi, dan berat janjang rata-rata pada areal tersebut. Denda adalah potongan terhadap pemanen yang melanggar kriteria panen yang telah diberlakukan oleh perusahaan, denda berupa pemotongan terhadap upah pemanen dengan besar denda yang berbedabeda tiap kesalahan. Jenis denda dan kesalahan dalam pelaksanaan potong buah disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Jenis kesalahan dan denda pada pelaksanaan potong buah Jenis Kesalahan (pelanggaran) Denda Potong buah mentah Rp /jjg Gagang panjang tidak dipotong rapat Rp /jjg Buah masak tinggal di pokok/tidak dipanen Rp /jjg Buah mentah diperam di ancak Rp /jjg Buah mentah tinggal di piringan/diancak/parit Rp /jjg Buah matahari / berondolan dipotong Gagang Rp /jjg Berondolan tidak dikutip bersih Rp /jjg Pelepah tidak disusun rapi di gawangan Rp /jjg Pelepah sengkleh Rp /jjg Tidak siap borong Denda di per-7 (dipotong jam kerja) 3x berturut-turut diberi peringatan Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010) Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya adalah mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu, konsep pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama atau penyakit itu sendiri. Pegetahuan terhadap setiap bagian dan yang dianggap paling lemah dari seluruh mata rantai siklus hidupnya sangat berguna dalam pengambilan keputusan pengendalian yang efektif

31 Ulat Api. Serangan hama ulat api dan ulat kantong atau disebut ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Akibat serangan tersebut dapat menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) pada tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Sistem pemantauan rutin sangat membantu pelaksanaan kebijakan pengendalian hama terpadu. Kejadian ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak tejadi secara tiba-tiba melainkan bisa diduga dengan sistem pengamatan yang baik. Semakin cepat diketahui gejala kenaikan jumlah populasi hama, akan semakin mudah pula untuk dikendalikan dan luas areal yang terserang akan lebih terbatas. Tindakan pengamatan yang rutin juga membantu dalam melaksanakan kebijaksanaan pengendalian hama yang terpadu. Sehingga akhirnya dapat dijaga berkurangnya musuh alami dan mewujudkan keseimbangan alami yang lebih serasi Sensus Ulat Api. Sistem sensus meliputi deteksi dan penghitungan hama pada titik sensus. Skema dalam penentuan titik sensus (TS) adalah titik sensus pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan kemudian setiap 10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok disampingnya, agar tidak terjadi over prunning akibat pemotongan pelepah karena sensus setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 2 tanaman. Tenaga kerja yang melakukan sensus ulat terdiri atas dua tim, yang masing-masing tim terdiri atas tiga orang yaitu satu laki-laki sebagai penunas dan dua perempuan sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan satunya lagi sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati. Pengamatan yang dilakukan dicatat yang meliputi jumlah hama pemakan daun dan jenis hamanya. Pada baris keempat pokok keempat (TS4), tim sensus harus memulai menghitung hama pemakan daun. Penghitungan hama pemakan daun hanya pada satu pelepah contoh pada setiap pokok dari tiga pokok dengan ketentuan pelepah yang menunjukkan gejala serangan baru dan pelepah yang memiliki populasi hama tertinggi. Sensus ulat api dilaksanakan setiap akhir bulan tanggal 20. Pengendalian. Apabila semua blok telah selesai disensus maka Asisten Afdeling dan mantri hama dan penyakit langsung merekapitulasi dan menganalisis data hasil pengamatan. Data tersebut menjadi acuan apakah serangan ulat api sudah diambang populasi kritis atau tidak. Ambang populasi kritis diartikan sebagai rata-rata populasi larva sehat per pelepah. Ambang kritis untuk ulat api adalah lima ekor per pelapah. Jenis ulat api yang sasaran utama untuk penanggulangan adalah Setora nitens dan Thosea asigna yang menyerang pelepah muda dan Derna therna yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api dilakukan dengan pengasapan menggunakan Polydor dicampur solar. Pengendalian dilaksanakan oleh anggota laki-laki yang menjadi tim sensus, satu kap mengandung 4.6 liter solar dicampur 0.4 liter Polydor, umumnya satu hari diperlukan lima kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api. Waktu yang paling tepat melakukan pengasapan adalah pada saat pagi atau sore hari pada saat matahari tidak sedang terik, pada kenyataannya di lapang, pengasapan di lakukan pada malam hari. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penguapan sehingga pengasapan akan lebih efektif. 17

32 18 Sensus TO (Thinning Out). Merupakan kegiatan untuk mendata dan menandai tanaman yang akan di bongkar. Tanaman kelapa sawit yang akan di TO adalah tanaman dengan bunga jantan yang dominan, tanaman yang mati karena tersambar petir, dan tanaman yang tidak produktif lagi. Pada kegiatan ini juga dilaksanakan pendataan jumlah tanaman yang ada di areal tersebut sebagai acuan untuk TPP (tempat peletakkan pupuk) yang akan digunakan untuk menentukan jumlah untilan tiap TPP. Dalam satu afdeling terdapat 2-3 tim sensus dengan prestasi kerja 5-7 ha/hk. Setiap tim terdiri dari tiga petugas yaitu Petugas A (sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok), Petugas B (sebagai pembuat nomor dan pembawa cat) dan petugas pembuat administrasi lapangan (Petugas C). Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek (hard cover), ballpoint, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), dan cat warna merah dan warna putih. Teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut, petugas berjalan di pasar rintis pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dan arah berjalan menurut arah barisan. Petugas A menyensus dua baris pokok (baris 1 dan 2) dan secara bersamaan petugas B membersihkan/ mengerok pelepah pokok terluar yang ada pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahukan jumlah pokok normal/hidup dan pokok mati atau kosong ke petugas B, lalu Petugas B berjalan secepatnya menuju pokok paling ujung, kemudian pelepah dibersihkan/dikerok dan ditulis jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan dalam TPP tersebut. Pemupukan Prinsip utama dalam aplikasi penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh bagian riset untuk mencapai produktivitas tanaman yang menjadi tujuan akhir dari bisnis perkebunan. Biaya pemupukan sangat signifikan karena mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan, oleh karena itu ketepatan/ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat mutlak untuk dilakukan. Efektifitas dan efisiensi pemupukan ditentukan oleh enam faktor sebagai berikut, jenis pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi, tempat diaplikasikan. Selain enam faktor tersebut, kualitas pemupukan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pemupukan. Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua hal yaitu kualitas penaburan pupuk di lapangan yang berkaitan dengan pengolahan dan organisasi kerja pelaksanaan pemupukan di lapangan dan administrasinya dan kualitas pupuk yang ditentukan oleh jumlah/besarnya kandungan unsur hara utama didalam pupuk tersebut dan kadar airnya. Pemupukan di PT Inti Indosawit Subur dilakukan berdasarkan hasil analisis daun (Leaf Sampling Unit) dan analisis tanah yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun. Analisis tersebut dilakukan oleh bagian Research and Development (R&D) dari perusahaan. PT Inti Indosawit Subur menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan anorganik. Pemupukan organik dilakukan dengan menggunakan limbah berupa janjangan kosong, Decanter Solid (DS), abu janjang,

33 dan Palm Oil Mill Effluent (POME)/Land Application (LA), sementara pemupukan anorganik menggunakan pupuk tunggal (Dolomite, ZA, MOP (Muriate of Potash), RP (Rock Phospate), dan Borax. Dalam satu hektar tanaman kelapa sawit pada umur 8 10 tahun untuk mecapai pertumbuhan dan produksi optimal dibutuhkan unsur hara masing-masing 275 kg Nitrogen, 33 kg Phospor, 408 kg Kalium, dan 67 kg Magnesium sebanding dengan pemupukan 4.4 kg Urea, 2.0 kg RP, 6.0 MOP, dan 3.0 kg Kieserite. Oleh sebab itu untuk menjaga agar produksi TBS tetap optimal maka unsur hara tersebut harus dipenuhi dengan cara pemberian pupuk anorganik ataupun disubstitusi dengan pemberian pupuk organik. Pada saat pelaksanaan pemupukan para pemupuk harus mematuhi sapta disiplin pemupukan yang telah di tetapkan oleh PT Inti Indosawit Subur yaitu: 1. Pokok mati ada dua macam yaitu mati alami dan mati TO (thining out). 2. Pokok di pingir parit dan jalan tetap dipupuk tetapi parit dan jalan tidak boleh dipupuk. 3. Mengikuti instruksi mandor, hari ini berapa takaran. 4. Melaksanakan 4 T (tepat tempat, tepat cara, tepat waktu dan tepat dosis). 5. Mengunakan alat pelindung diri (APD) yaitu topi, masker, baju lengan panjang, sarung tangan, apron dan sepatu boot. Waktu pemupukan. Waktu pelaksanaan pemupukan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur, dilaksanakan dua kali aplikasi yaitu semester pertama (Januari-Juni) dan semester kedua (Juli-Desember). Jadwal waktu kegiatan aplikasi pemupukan tiap jenis pupuk terdapat di buku pedoman rekomendasi pemupukan tiap afdeling. Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan terhadap frekuensi dan waktu aplikasi pupuk yaitu curah hujan, topografi dan sturuktur tanah, dan interaksi antara beberapa jenis pupuk yang berbeda. Interval antara dua rotasi pada jenis pupuk yang sama tidak boleh kurang dari dua bulan dengan rotasi pertama sebaiknya dilakukan pada semester I (Januari - Juni) dan lainnya pada semester II (Juli - Desember). Pada umumnya semua pupuk diaplikasi pada bulan dengan curah hujan cukup ( mm) karena pada saat itu tanah cukup basah (tidak jenuh) sehingga memudahkan penyerapan unsur hara. Uji analisa daun (leaf sampling unit). Merupakan kegiatan yang dilakukan sekali dalam setahun untuk menentukan dosis pupuk yang sesuai berdasarkan kondisi unsur hara pada jaringan tanaman. Pengambilan sampel daun pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur dilakukan oleh pekerja harian lepas (PHL) yang sebelumnya telah dilatih oleh bagian Research and Development (R&D). Peralatan dan bahan yang digunakan dalam analisis daun adalah egrek, pisau, kuas, cat dan kantong sampel yang telah diberi label. Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah menentukan pokok yang menjadi start awal pengambilan sampel. Pengambilan daun sampel dilakukan pada daun ke 17 dengan memotong pelepah daun (pada tanaman tinggi) atau dengan mengait pelepah daun (pada tanaman rendah), dari daun ke 17 diambil delapan helai anak daun yang terdapat di tengah pelepah (4 helai dari sisi kanan dan 4 helai dari sisi kiri), selain itu pangkal pelepah dari daun ke 17 diukur lebar dan tebalnya. Daun ke 17 adalah daun yang lurus ke bawah dengan daun kesatu yang di antarai oleh daun ke 9 (sesuai urutan daun pada spiral yang tegak lurus 19

34 20 yaitu ). Jarak antara tanaman sampel pertama dengan kedua dan selanjutnya adalah 10 tanaman. Setelah satu blok selesai diambil daun sampel seluruhnya, daunnya dibersihkan dengan kain basah. Selanjutnya dipotong menjadi tiga bagian dan bagian tengah daun yang diambil untuk dikeringkan dengan oven dan dikirim ke bagian R&D untuk diteliti lebih lanjut. Pada pengambilan sampel daun dilakukan juga identifikasi defisiensi unsur hara pada daun di pokok yang menjadi sampel serta delapan pokok yang berdekatan dengan pokok sampel, tingkat keparahan defisiensi unsur hara dibagi menjadi tiga bagian yaitu ringan, sedang dan berat. Pada setiap pokok sampel diberi tanda khusus berupa cat warna merah berbentuk lingkaran yang bertujuan untuk memudahkan dalam penentuan tanaman sampel pada tahun-tahun yang akan datang, selain itu pada tanaman pinggir jalan dimana baris terpilih, diberi tanda cat merah berbentuk garis vertikal sepanjang 15 cm dengan diberi tanda anak panah, anak panah ke bawah berarti jalur ke dalam, sedangkan anak panah ke atas berarti jalur ke luar. Penguntilan. Merupakan kegiatan membagi pupuk yang dilakukan untuk memudahkan penaburan dan menjamin ketepatan pada saat pemupukan. Pada umumnya satu untilan digunakan untuk memupuk delapan tanaman. Sebagai contoh pemupukan dolomite dengan dosis 2 kg/pokok maka berat satu untilan adalah 16 kg. Penguntilan dilakukan di gudang pupuk dengan menggunakan takaran yang telah di kalibrasi sebelumnya. Pelaksanaan pemupukan. Pada hari pemupukan, pupuk yang telah diuntil pada hari sebelumnya akan di ecerkan di TPP (tempat peletakan pupuk) yang terdapat pada blok yang akan dipupuk dengan menggunakan dump truck berkapasitas lima ton. Pada umumnya satu TPP mencakup enam baris tanaman. Setelah sampai di TPP pupuk diturunkan berdasarkan jumlah untilan yang dibutuhkan. Pada TPP telah tertera jumlah pokok dan jumlah untilan yang dibutuhkan. Losses sering terjadi pada saat menaikkan untilan ke dump truck dan menurunkan untilan dari dump truck. Sistem penaburan pupuk di lapangan menggunakan sistem tunggal, artinya kegiatan pemupukan hanya dilakukan pada satu area blok saja dan tidak boleh ada kegiatan lain di blok tersebut pada hari yang sama. Setelah pemupukan selesai setiap pemupuk wajib untuk mengumpulkan karung dari pupuk yang telah ditebar di lapangan. Tujuan dari pengumpulan karung ini untuk memeriksa atau menyamakan jumlah pupuk yang diangkut dari gudang dengan jumlah karung yang ada di lapangan, selain itu juga untuk memastikan bahwa semua pupuk telah diaplikasikan. Gambar kegiatan pemupukan dapat dilihat pada gambar 1. (a) (b) Gambar 1. Kegiatan pada saat pemupukan (a) muat pupuk dan (b) aplikasi

35 21 Pengendalian Gulma Pengendalian gulma adalah tindakan mengendalikan pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan yang tumbuh di areal tanaman yang diusahakan. Tujuan dari pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit adalah untuk mengurangi kompetsisi air dan hara tanaman, pertumbuhan akar tanaman, memudahkan pekerjaan kontrol pemupukan dan pemanenan, dan menjaga sanitasi kebun. Gulma yang terdapat di areal Kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur antara lain Ageratum conyzoides (babadotan), Asystasia coromandeliana, Axonopus compressus (antalobang), Boreria alata, Boreria laevis, Chromolaena odorata (putihan), Clidemia hirta (senggani betina), Dicranopteris linearis (pakis kawat), Elusine indica (lulangan), Imperata cylindrica (alang-alang), Melastoma malabathricum (senduduk), Mikania micrantha, Nephrolepis biserrata (pakis larat), Pteridium osculentum (pakis gajah), dan Setaria plicata (bambuan). Beberapa jenis pakisan dan tanaman lunak dibiarkan tumbuh untuk menjadi sarang bagi musuh alami ulat api dan sarang serangga penyerbuk juga sebagai penahan air hujan untuk mencegah erosi. Gulma dominan di areal Kebun Buatan dapat dilihat pada gambar 2. (a) Nephrolepis biserrata (b) Clidemia hirta Gambar 2. Contoh gulma dominan di areal Kebun Buatan Pengendalian secara manual. Salah satu jenis pengendalian gulma secara manual yang dilakukan pada PT Inti Indosawit Subur adalah dongkel anak kayu yang merupakan kegiatan mendongkel gulma yang berada di piringan maupun di gawangan. Jenis gulma yang didongkel adalah gulma yang umumnya batangnya berkayu seperti Chromolaena odorata (putihan), Climedia hirta (haredong atau akar kala), Lantana camara (bunga tahi ayam), Melastoma malabatricum (Senduduk atau senggani), kentosan/vops (voluntary oil palm seedlings) dan semua jenis tanaman berkayu yang tumbuh di piringan dan gawangan. Biasanya bersamaan dengan dilaksanakannya kegiatan dongkel anak kayu dilakukan juga penyusunan pelepah yang terdapat di piringan untuk disusun ke gawangan mati. Rotasi dari kegiatan dongkel anak kayu adalah 4 bulan dengan norma kerja pekerja adalah satu pasar pikul atau sekitar 1.5 ha dalam satu hari kerja. Pengendalian secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi pada PT Inti Indosawit Subur dilaksanakan oleh dua Tim Unit Semprot (TUS) yang langsung berada di bawah tanggung jawab Asisten Kepala dan dua orang mandor. Tim Unit Semprot dibagi berdasarkan alat yang digunakan yaitu, tim yang menggunakan alat semprot Controlled droplet applicator (CDA)/Micron herbi

36 22 dan tim dengan alat semprot Knapsack sprayer (RB-15/Solo) dengan rotasi penyemprotan empat bulan. Tim pengendalian dengan alat semprot CDA menggunakan mobil pick up dengan tangki berkapasitas 400 liter pada baknya. Herbisida langsung dilarutkan dalam tangki pada saat persiapan penyemprotan di gudang. Kemudian larutan dari tangki ini diecerkan ke dalam tangki CDA berkapasitas 10 liter per kap yang menggunakan nozzle nomor tiga. Bahan Kimia yang digunakan untuk penyemprotan dengan CDA adalah Elang dengan bahan aktif Paraquat konsentrasi 6.15% yang dicampur Sterin dengan bahan aktif floroksifir konsentrasi 1%. Gulma yang menjadi sasaran adalah Asystasia dan golangan rumput yang terdapat pada piringan dan pasar pikul. Rata-rata dengan satu kap dapat digunakan untuk menyemprot 200 pokok dalam waktu 90 menit dengan prestasi kerja karyawan sebesar 5 ha/hk. Tim pengendalian dengan alat semprot knapsack sprayer menggunakan dump truck dengan tangki berkapasitas liter dengan herbisida yang telah dilarutkan pada saat persiapan penyemprotan di gudang. Herbisida lalu diecerkan ke dalam tangki knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter yang menggunakan nozzle VLV 200, bahan kimia yang digunakan untuk penyemprotan dengan knapsack sprayer adalah Gramoxone dengan bahan aktif paraquat konsentrasi 0.5% yang dicampur Trapp dengan bahan aktif Methyl metsolfuron konsentrasi 0.03%. Gulma yang menjadi sasaran adalah gulma berkayu, pakisan, dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul, dan TPH. Rata-rata dengan satu kap dapat menyemprot 40 pokok dalam waktu 20 menit dengan prestasi kerja karyawan sebesar 3 ha/hk. Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan jalan penyemprot adalah keadaan topografi dan kerapatan gulma. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana ini pada prinsipnya adalah pengelolaan KTA (Konservasi Tanah dan Air) seperti pemasangan gorong-gorong, pemeliharaan gorong-gorong, dan rempesan. Seluruh kegiatan itu dilakukan agar kondisi jalan dalam kebun tetap dalam kondisi yang baik untuk dilalui dalam segala kondisi cuaca. Karena jalan merupakan sarana pendukung untuk berjalannya transportasi di kebun seperti pengangkutan pupuk, pengangkutan TBS, dan untuk memperlancar kegiatan karyawan. Faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya jaringan jalan adalah air yang menggenang, bahan organik dalam tanah, tekstur dan struktur tanah, kurangnya sinar matahari dan beban kendaraan itu sendiri. Gorong-gorong. Berfungsi untuk mengalirkan air yang tergenang pada badan jalan karena air yang menggenang menyebabkan tanah menjadi remah dan sulit untuk dilalui kendaraan. Terdapat dua jenis gorong-gorong yaitu goronggorong yang terbuat dari bahan semen/beton dan dari paralon yang masingmasing gorong-gorong tersebut berdiameter 30 cm. Untuk jalan yang berada di lereng bukit, jalan dibuat dengan kemiringan 10 ke arah bukit. Setiap jarak 50 m atau di tempat yang cekung, dibuat rorak dengan ukuran 75 cm x 75 cm dengan kedalaman 1 m. Untuk mengalirkan air yang tertampung didalam rorak dibuat gorong-gorong dengan diameter 30 cm dan diletakkan 20 cm di atas dasar rorak. Setelah pemasangan gorong-gorong selesai, pada sisi jalan dibuat tumpukan karung yang berisi pasir yang berfungsi untuk menahan tanah yang terdapat pada badan jalan agar tidak jatuh kebawah yang akan menyebabkan terjadi

37 penyumbatan pada lubang gorong-gorong. Pemasangan gorong-gorong dilaksanakan oleh tim prasarana yang biasanya terdiri dari empat orang dengan prestasi kerja tiga gorong-gorong/hk. Untuk Pemeliharaan gorong-gorong dilakukan secara manual dengan cangkul dan parang kegiatannya adalah membongkar saluran gorong-gorong yang tersumbat lalu membuang tanah yang menyumbat aliran air dari rorak ke tempat mengalirkan air ke luar, sehingga air parit dapat lancar mengalir keluar dari gorong-gorong. Rempesan. Merupakan kegiatan memotong pelepah yang berada diatas jalan karena akan menghalangi sinar matahari ke jalan yang akan menyebabkan jalan basah menjadi lama kering. Kegiatan rempesan dilaksanakan oleh dengan tiga tim dengan masing-masing tim beranggotakan tiga orang, satu orang sebagai penunas dan dua orang sebagai penyusun pelepah ke gawangan mati. Garuk Rumpang. Merupakan kegiatan membersihkan sampah serasah yang biasanya berasal dari sisa pelepah dari piringan ke gawangan mati. Kegiatan ini bertujuan untuk sanitasi pokok yang akan memudahkan pengutipan brondolan dan aplikasi pemupukan, membersihkan kokon (kepompong ulat api) yang berada di sekitar pokok. Prestasi kerja kegiatan ini rata-rata 170 pokok/hk, hal ini dipengaruhi juga oleh topografi lahan dan keadaan serasah apabila terlalu semak biasanya hanya mencapai 150 pokok/hk. 23 Aspek Manajerial Kegiatan manajemen merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan yang dilakasanakan guna mencapai tujuan akhir yang telah ditetapkan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan benar maka diperlukan dukungan dari sumber daya manusia yang berkualitas. Karyawan Non Staf Manajemen tingkat karyawan non staf adalah karyawan yang bertugas membantu jalannya kegiatan, baik di kebun maupun pada administrasi kantor. Karyawan yang termasuk tenaga kerja tingkat non staf terdiri atas Mandor I, Krani Afdeling, Mandor Panen, Krani Buah, Mandor Semprot, dan Mandor Pupuk. Pada minggu keempat sampai dengan minggu kelima selama magang penulis berstatus sebagai pendamping mandor. Mandor merupakan pengelola dan pengawas langsung terhadap kegiatan para PHL di lapangan. Mandor bertanggung jawab terhadap hasil kerja yang dikelolanya dengan selalu berpedoman pada rencana kerja harian (RKH) yang telah ditetapkan bersama antara mandor dan Asisten Afdeling. Selain bertugas mengelola dan mengawasi kegiatan kerja para PHL di lapangan, mandor juga harus dapat memberikan motivasi positif agar kinerja dari para PHL yang menjadi tanggung jawabnya meningkat dan sesuai dengan standar operasional perusahaan. Setiap pagi seluruh mandor wajib mengikuti muster morning (apel pagi) bersama Asisten Afdeling untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan pada hari tersebut. Setelah itu mandor melakukan apel pagi

38 24 dengan para PHL yang menjadi tanggung jawabnya untuk memberitahu jenis kegiatan dan metode kerjanya. Pada saat di lapangan mandor wajib mengawasi secara langsung dan mengarahkan para pekerja agar bekerja lebih efektif. Sore hari setelah selesai dari lapangan para mandor menghitung dan melaporkan hasil pekerjaannya. Laporan tersebut meliputi prestasi kerja pekerja dan kualitas pekerjaan kepada Asisten Afdeling dalam bentuk buku kerja mandor dan lembar attendance & gang activity yang berisi tentang kehadiran PHL dan jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada hari itu. Selain itu juga mandor membuat rencana kerja harian yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya. Mandor I. Mandor I adalah orang yang mengatur semua kegiatan teknis di lapangan, posisi jabatan mandor I berada langsung dibawah asisten afdeling dan diatas mandor-mandor lainnya. Tugas dan tanggung jawab seorang mandor I lebih luas jika dibandingkan dengan mandor-mandor lainnya. Mandor I mempunyai tugas untuk mengontrol dan mengawasi semua jenis pekerjaan yang dilakukan. Mandor I juga berkewajiban membuat rencana kerja harian dan berhak menegur mandor dan karyawan secara langsung jika terdapat kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Seperti halnya Asisten Afdeling, mandor I memiliki wewenang untuk memeriksa semua jenis kegiatan dan harus aktif menyelesaikan permasalahan yang ada serta mencari solusinya. Krani afdeling. Kantor afdeling merupakan salah satu pusat administrasi terkecil dalam sebuah kebun dan menjadi sumber data langsung di lapangan tiap afdeling, tugas kerani afdeling adalah memeriksa laporan baik yang masuk maupun yang keluar seperti absensi mandor, membuat bon untuk pengadaan barang dan laporan hasil kegiatan dari masing-masing mandor. Mandor Panen. Pada perusahaan ini terdapat tiga mandor panen untuk setiap afdeling. Tugas dari mandor panen adalah membuat perencanaan terhadap areal seksi yang akan di panen atas persetujuan dari Asisten Afdeling. Selain itu tugas mandor panen adalah apel pagi dengan para pemanen yang menjadi tanggung jawabnya untuk memberikan pengarahan tentang pelakasanaan panen dan mengingatkan tentang penggunaan alat pengaman diri (APD) untuk keselamatan kerja. Pada saat apel pagi itu mandor panen juga mengabsen para pemanen yang hadir, setelah itu mandor panen membagi ancak masing-masing pemanen dan melaksanakan pengawasan pelaksanaan panen dan pemeriksaan mutu ancak di lapangan. Setelah pelaksanaan panen, mandor panen melaksanakan kegiatan taksasi panen yang bertujuan untuk memperkirakan hasil yang dapat dipanen untuk esok hari. Krani buah. Tugas utama kerani buah adalah mencatat jumlah TBS dan mengawasi mutu buah yang dipanen oleh pemanen agar sesuai dengan kriteria matang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Data yang telah didapatkan tersebut dicatat dalam buku kerani panen. Kerani buah berhak untuk menegur pemanen yang memanen buah tidak sesuai dengan kriteria matang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Setelah selesai dari lapangan, krani panen melakukan pendataan ulang total buah yang dipanen oleh pemanen, selain itu juga mencatat total buah yang masak, buah mentah, buah busuk dan buah abnormal yang dipanen oleh setiap pemanen untuk menentukan jumlah premi dan denda yang akan diterima oleh pemanen pada hari itu. Mandor semprot. Tugas mandor semprot adalah menentukan areal yang akan disemprot atas persetujuan dari asisten afdeling dan asisten kepala,

39 melakukan apel pagi untuk memberikan pengarahan dan mengabsen karyawan, lalu mengecek kelengkapan alat pengaman diri (APD) karyawan, dan mempersiapkan larutan yang akan digunakan. Pada saat di lapangan mandor semprot bertugas mengawasi pekerjaan di lapangan dan mengawasi penggunaan herbisida. Setelah kegiatan di lapangan selesai mandor memberikan laporan hasil kegiatan kepada asisten kepala dan asisten afdeling yang afdelingnya disemprot pada hari itu dan juga membuat rencana kerja harian (RKH) untuk kegiatan esok hari. Mandor pupuk. Tugas dari mandor pupuk adalah membuat perencanaan blok/petak yang akan dipupuk atas persetujuan asisten afdeling, membuat permintaan bahan/bon gudang yang disetujui asisten afdeling, KTU dan manajer kebun, mengawasi pengambilan pupuk di gudang, meminta kendaraan untuk mengangkut pupuk dari gudang ke lapangan kepada mandor traksi, menghitung tenaga kerja yang hadir untuk menentukan jumlah luasan yang akan dipupuk. Pada saat apel pagi mandor pupuk memberikan pengarahan tentang pelaksanaan pemumpukan kepada karyawan pemupuk dan memeriksa kelengkapan alat pengaman diri para pemupuk. Pada saat di lapangan mandor pupuk mengawasi distribusi pupuk dari gudang ke tempat peletakan pupuk yang telah ditentukan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemupukan di lapang. 25 Karyawan Staf Setiap kebun dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun dan menjadi pemegang puncak keputusan. EM bertanggung jawab pada General Manager (GM) atas segala kegiatan yang ada di kebun seperti keadaan kebun, proses produksi, administrasi kebun, pengusahaan material, finansial, personalia dan termasuk dalam keamanan kebun. Sedangkan setiap kebun terdiri atas beberapa afdeling, setiap afdeling dipimpin oleh seorang asisten. Sehingga EM dibantu oleh beberapa asisten kepala dan asisten afdeling yang membawahi beberapa mandor yang langsung menangani pelaksanaan kegiatan lapang. Asisten afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab langsung terhadap seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu afdeling. Asisten afdeling bertanggung jawab kepada asisten kepala, manajer kebun dan GM. Asisten afdeling bertugas merencanakan dan mengkoordinasikan program kerja harian dan bulanan yang sesuai untuk mencapai target yang telah ditentukan. Selain itu juga mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dan mengarahkan pemecahan masalah di tingkat afdeling, melakukan pengawasan dan penilaian terhadap kinerja dari masing-masing mandor, melakukan pembinaan terhadap sumber daya manusia yang ada di afdelingnya, dan melakukan administrasi afdeling yang dibantu oleh kerani afdeling. Asisten afdeling juga bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada di lapangan maupun dalam lingkungan kemasyarakatan.

40 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi beberapa Asisten Afdeling. Seorang Asisten Afdeling bertanggungjawab terhadap operasional Afdeling dengan luas areal sekitar ha. Satu Afdeling dibagi lagi menjadi blok berbentuk persegi panjang dengan luas blok pada umumnya 30 ha tetapi hal ini tidak berlaku tetap tergantung pada kondisi topografi dan letak blok. Sebagai contoh Afdeling V pada PT. Inti Indosawit Subur dibagi menjadi Sembilan blok. Kebun secara total akan memiliki lebih kurang lima puluh blok dengan total luas satu kebun antara ha. Dengan skala luasan kebun yang demikian, maka tidaklah mudah bagi seorang Estate Manager untuk dapat memantau keseluruhan areal luasan kebun yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang Estate Manager seharusnya hanya perlu memusatkan perhatian kepada sebagian saja dari seluruh areal kebun, tidak perlu seluruhnya. Dengan demikian konsentrasinya akan lebih fokus, dan action plan untuk memperbaiki blok yang bermasalah tersebut dapat dilakukan dengan lebih fokus juga. Suatu cara yang dapat disebut sebagai Analisa Hasil Panen Blok dapat digunakan dalam perkebunan kelapa sawit dengan cara memperbandingkan kinerja suatu blok dengan blok lainnya, sehingga dapat diidentifikasi blok mana saja yang kinerjanya relatif tidak sebaik bok lainnya. Secara teknis pembandingan kinerja blok ini didasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi seperti kelas kesesuaian lahan, jenis bibit dan umur tanaman. Faktor lain yang dapat dipertimbangkan adalah potensi produksi, yang dapat dijadikan sebagai acuan pagi pencapaian hasil. Sebagai contoh, perbandingan antar blok dapat dilakukan dengan membuat perbandingan langsung dari hasil panen setiap blok untuk jenis bibit dan tahun tanam yang sama. Misalnya, Blok E91A dengan jenis bibit Marihat tahun tanam 1991 memiliki produktivitas pada bulan Februari tahun 2012 sebesar 2.0 ton/ha. Sedangkan Blok E91B dengan jebis bibit dan tahun tanam yang sama memiliki produktivitas 2.3 ton/ha. Tanpa memperhitungkan faktor lingkungan secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kinerja Blok E91B lebih baik dari Blok E91A. Metode lain dalam pemeringkatan kinerja blok adalah dengan membandingkan produksi aktual blok tersebut dengan potensi produksi bibitnya. Angka potensi produksi merupakan suatu acuan yang dapat dipergunakan untuk memprediksi produksi tanaman kelapa sawit. Setiap jenis bibit kelapa sawit memiliki angka potensi produksinya masing-masing. Angka potensi produksi ini juga sangat tergantung pada kelas kesesuaian lahan di mana bibit tersebut di tanam. Semakin baik kelas lahannya, tentu semakin tinggi angka potensinya. Angka potensi produksi ini dapat dijadikan acuan standar dalam pengukuran kinerja produksi buah kelapa sawit. Sebagai contoh, suatu blok dengan kelas lahan S2 yang ditanami bibit Marihat dengan tahun tanam 1991 maka pada tahun 2012 akan berumur 21 tahun dan mempunyai angka potensi produksi per tahun sebesar 21 ton/ha dengan bobot janjang rata-rata 28.6 kg dan menghasilkan 5.60 janjang/pokok/tahun. Pada kenyataannya blok tersebut memiliki produksi per

41 tahun sebesar 24.9 ton/ha dengan berat janjang rata-rata 25 kg dan menghasilkan 7.64 janjang/pokok/tahun. Dengan hasil seperti itu kinerja blok tersebut telah mencapai 90% dari potensinya. Dengan cara ini, dapat dibandingkan kinerja keseluruhan blok yang terdapat dalam satu kebun dan membuat urutan peringkat dari blok dengan kinerja paling baik hingga yang paling buruk. Untuk lebih memudahkan dapat dilakukan kode pewarnaan dari masing-masing blok sesuai peringkat kinerjanya masing-masing. Dalam model pewarnaan blok dibedakan berdasarkan garisnya yaitu horizontal, vertikal dan garis miring. Garis vertikal menunjukkan kinerja paling rendah, sementara garis horizontal menunjukkan kinerja paling tinggi. Contoh metode pewarnaan blok dapat dilihat pada gambar Gambar 3. Contoh metode pewarnaan blok Dapat dipahami bahwa blok dengan garis vertikal merupakan blok yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena kinerjanya yang relatif tidak sebaik blok yang lainnya. Pada kenyataannya munculnya blok dengan garis vertikal ini di kategorikan seperti sebuah hukuman padahal semestinya keberadaan dengan garis vertical dapat membantu manajemen kebun untuk mengkonsentrasikan perhatiannya. Blok dengan garis horizontal juga bukan berarti yang terbaik, karena produksi masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki hal-hal yang dianggap masih kurang baik sesuai dengan salah satu konsep perusahaan yaitu continous improvement yaitu perbaikan yang dilakukan secara berkelanjutan. Pengaruh populasi per hektar terhadap produksi, bobot janjang rata-rata dan produktivitas Peanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan dimulai pada tahun 1988 sampai dengan tahun Jarak tanam yang umum digunakan pada perkebunan kelapa sawit adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga diperoleh populasi per hektar 136 pokok. Namun pada kenyataannya sering tidak sesuai dikarenakan topografi areal dan kondisi lahan. Jumlah populasi per hektar diduga berpengaruh terhadap tiga komponen produksi yaitu produksi total kebun, bobot janjang rata-rata dan produktivitas. Berikut ini disajikan dalam Tabel 10 hasil uji

42 28 t-student terhadap tiga komponen produksi tanaman kelapa sawit berdasarkan jumlah populasi per hektarnya. Tabel 10. Pengaruh jumlah populasi per hektar terhadap tiga komponen produksi Variabel Nilai tengah (kg) SPH <125 SPH >125 t-hitung Pr > t Produksi tn BJR tn Produktivitas tn Keterangan : tn = tidak berbeda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5 % ** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 % Data SPH (stand per hectare) untuk produksi merupakan data SPH yang diambil dari total produksi kebun pada setiap afdeling, sedangkan untuk data BJR (Bobot Janjang Rata-rata) dan produktivitas diambil dari data produksi tanaman kelapa sawit yang berumur 23 tahun (tahun tanam 1988) yang telah dikelompokkan berdasarkan kategori SPH yang telah ditentukan dan dihubungkan terhadap pencapaian tiga komponen produksi yaitu produksi total per tahun, bobot janjang rata-rata dan produktivitas. Berdasarkan hasil uji t-student pada taraf 5% ketiga komponen produksi di Kebun Buatan tahun 2011 yaitu produksi, BJR dan produktivitas tidak berbeda nyata antara SPH <125 dan SPH >125. Dari kedua kelompok SPH tersebut yang memiliki nilai produksi paling tinggi terdapat pada SPH <125, hal ini ditunjukkan nilai tengah yang lebih tinggi untuk ketiga komponen produksi per bulannya. Hasil uji t-student untuk produksi Kebun Buatan pada tahun 2011 tidak menunjukkan perbedaan nyata antara kelompok SPH <125 dengan kelompok SPH >125. Produksi tertinggi per bulan terdapat pada kelompok SPH >125 dengan nilai tengah sebesar kg/bulan. Berdasarkan hasil uji t-student pada taraf 5%, bobot janjang rata-rata Kebun Buatan tahun 2011 tidak berbeda nyata antara kelompok SPH <125 dan kelompok SPH >125. Nilai bobot janjang rata-rata paling tinggi terdapat pada kelompok SPH <125 dengan nilai tengah sebesar kg. Hasil uji t-student untuk produktivitas juga tidak menunjukkan perbedaan nyata antara kelompok SPH <125 dengan kelompok SPH >125. Produktivitas tertinggi terdapat pada kelompok SPH <125 dengan nilai tengah sebesar kg/ha/bulan. Hal ini dikarenakan kompetisi hara antar tanaman kelapa sawit yang terjadi pada kelompok SPH <125 lebih rendah dibanding dengan kelompok SPH >125. Kompetisi hara yang rendah antar tanaman kelapa sawit menyebabkan penyerapan hara oleh tanaman kelapa sawit terjadi secara optimal. Apabila penyerapan hara terjadi secara optimal maka hara akan terdistribusi ke seluruh tanaman secara merata sehingga menghasilkan buah yang lebih besar. Pada kenyataannya populasi per hektar di Kebun Buatan pada tahun 2011 sebesar 129 pokok/ha. Hal ini dikarenakan kondisi topografi areal kebun yang berbukit sehingga jarak tanam yang digunakan tidak tepat, disamping itu juga terdapat beberapa tanaman yang sudah tidak produktif dan terdapat tanaman yang sudah mati akibat serangan hama dan penyakit.

43 29 Pengaruh umur tanaman terhadap produktivitas Menurut Pahan (2008) tanaman kelapa sawit dapat dipanen pada saat tanaman berumur tiga atau empat tahun. Produksi yang dihasilkan akan terus bertambah seiring bertambahnya umur dan akan mencapai produksi maksimalnya pada saat tanaman berumur 9 14 tahun, setelah itu produksi yang dihasilkan akan mulai menurun. Umur ekonomis tanaman sawit berkisar antara tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi produksi TBS yang dihasilkan tanaman kelapa sawit adalah umur tanaman. Selain mempengaruhi produksi, umur tanaman kelapa sawit juga akan mempengaruhi produktivitasnya. Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari umur tujuh tahun dan akan mencapai tingkat produktivitas maksimalnya pada umur lima belas tahun dan mulai menurun secara perlahan seiring dengan pertambahan umur tanaman. Kebun Buatan memiliki empat tahun tanam yaitu yang tertua tahun tanam 1988 dan yang termuda tahun tanam Dapat diartikan bahwa pada tahun 2011 tanaman kelapa sawit di Kebun Buatan telah berumur tahun. Tanaman kelapa sawit di Kebun Buatan telah melewati masa produksi maksimalnya, namun masih berproduksi secara maksimal. Berikut ini disajikan dalam Tabel 11. Hasil uji t-student perbedaan tingkat produktivitas pada empat tahun tanam di Kebun Buatan. Tabel 11. Pengaruh tahun tanam (umur) terhadap produktivitas Perbandingan Nilai tengah (kg/ha/bulan) tahun tanam t-hitung Pr > t 1988 vs * vs * vs * vs tn vs tn vs tn Keterangan : tn = tidak berbeda nyata * = berbeda nyata pada taraf uji 5 % ** = berbeda nyata pada taraf uji 1 % Berdasarkan hasil uji t-student produktivitas tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam 1988 (umur 23 tahun) berbeda nyata dengan tanaman kelapa sawit dengan tiga tahun tanam lainnya yaitu tahun tanam 1989 (umur 22 tahun), tahun tanam 1990 (umur 21 tahun) dan tahun tanam 1991 (umur 20 tahun). Hal ini dikarenakan pada umur 23 tahun produksi tanaman kelapa sawit sudah mulai menurun, dapat dibuktikan dengan nilai tengah dari produktivitas tahun tanam 1988 yang sebesar 1989,58 kg/ha/bulan. Sedangkan nilai tengah produktivitas yang tertinggi terdapat di tahun tanam 1989 (umur 22 tahun) yaitu sebesar 2134,67 kg/ha/bulan. Tabel 12 menunjukkan perbandingan produktivitas kelapa sawit antara Kebun Buatan yang menggunakan varietas Marihat dengan trend produktivitas kelapa sawit varietas Marihat bedasarkan literatur dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Tabel tersebut menunjukkan bahwa produktivitas kelapa Sawit Kebun buatan lebih tinggi dibanding dengan trend produksi kelapa sawit varietas Marihat dalam kelas lahan apapun. Hal ini dikarenakan kebun buatan melakukan

44 30 manajemen pemupukan, pemanenan dan perawatan kebun dengan baik sehingga mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi. Akan tetapi produktivitas kelapa sawit di Kebun Buatan telah mengalami penurunan ketika tanaman mulai berumur diatas 22 tahun. Penurunan produktivitas ini terjadi karena umur tanaman tersebut sudah diatas umur produktivitas maksimal rata-rata kelapa sawit. Oleh karena itu, dari pihak kebun akan berencana melakukan replanting untuk tanaman kelapa sawit tahun tanam 1988 pada semester II tahun 2013 agar produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat kembali. Tahun tanam Tabel 12. Perbandingan produktivitas Kebun Buatan Produktivitas Kebun Umur Buatan Tahun2011 (tahun) (ton/ha bulan) Kelas lahan dan produktivitas Marihat (ton/ha/bulan) I II III Sumber : Kantor Besar Kebun buatan 2012 Analisis Produksi Menggunakan Persamaan Regresi Berganda Ada tiga konsep yang perlu dipahami apabila berbicara dengan produksi kelapa sawit yaitu. Produksi Secara Genetik, Site Yield Potential, dan Produksi Aktual. Pertama, produksi secara genetik merupakan potensi produksi maksimal yang dimiliki oleh bahan tanaman pada suatu lingkungan tanpa atau sedikit mengalami hambatan baik faktor lingkungan, maupun teknik budidaya dan manajemen. Kedua, Site Yield Potential merupakan produksi yang dapat dicapai oleh bahan tanaman tertentu sesuai dengan kondisi suatu tempat setelah mengalami hambatan oleh faktor pembatas yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia seperti faktor iklim. Ketiga, produksi aktual merupakan produksi yang telah dicapai oleh bahan tanaman tertentu pada suatu lokasi setelah mengalami hambatan oleh faktor pembatas yang tidak dapat dikendalikan. Analisis produksi kelapa sawit tidak dapat dilakukan secara mudah mengingat banyak faktor yang mempengaruhi produksi seperti tipe tanah secara fisik maupun kimia, kondisi iklim (jumlah dan distribusi curah hujan), lama penyinaran, kecepatan angin, teknik budidaya dan manajemen, dan faktor-faktor sosial dalam kebun. Beberapa faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain yang dapat menurunkan dan menghilangkan produksi dari potensi yang dimiliki oleh tanaman. Untuk mendapatkan produksi yang optimal maka seluruh faktor produksi yang mempengaruhi harus diusahakan pada kondisi yang optimal. Hal ini dikarenakan faktor penentu produksi tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Optimalisasi yang kurang salah satu faktor atau lebih dapat mempengaruhi pencapaian produksi. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap produksi TBS khususnya di Kebun Buatan adalah curah hujan, jumlah hari kerja, output pemanen, SPH (populasi per hektar), dan umur

45 Percent tanaman. Pemilihan faktor-faktor produksi tersebut didasarkan pada asumsi dan kelengkapan data yang tersedia di kebun. Analisis dilakukan terhadap tiga variabel faktor penentu produksi yaitu curah hujan selama enam bulan terakhir, jumlah hari kerja dan output pemanen pada tahun Persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: Produksi (Y) = CH Jumlah HK Output Untuk mengetahui persamaan regresi berganda layak atau tidak untuk digunakan dapat dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak digunakan uji normalitas. Persyaratan uji normalitas adalah data berasal dari distribusi yang normal yang di uji dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov pada taraf 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika sinilai gnifikansi lebih besar dari 0,05. Untuk persamaan regresi di atas didapat dengan nilai P-value yang berarti data telah terdistribusi dengan normal. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas atau biasa disebut homoskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu uji park, uji glesjer, dan melihat pola grafik regresi seperti pada gambar Probability Plot of RESI1 Normal Mean -9,09495E-13 StDev 191,8 N 12 KS 0,178 P-Value >0, RESI Gambar 4. Grafik persamaan regresi Model yang layak didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa

46 32 tidak terdapat heteroskedastisitas yang terlihat dari penyebaran data yang membentuk pola. Dapat dikatakan bahwa terdapat kesamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi. Jika nilai VIF lebih besar dari lima maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya, Pada kenyataannya dalam model tersebut diperoleh nilai VIF yang lebih kecil dari lima untuk ketiga faktor yang diuji. Dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam model persamaan regresi tersebut. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi maka dapat dilihat dari nilai Durbin Watson yang dibandingkan dengan nilai dari tabel Durbin Watson. Untuk persamaan regresi di atas peroleh nilai d = , nilai dl = , dan nilai du = Berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi jika d terletak antara dl dan du atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Oleh karena itu pada persamaan regresi di atas tidak dapat disimpulkan terdapat atau tidaknya autokorelasi karena nilai d terletak antara nilai dl dan nilai du. Dari keempat uji asumsi tersebut hanya tiga uji yang menyatakan bahwa persamaan regresi di atas telah memenuhi syarat untuk dapat dikatakan layak sebagai suatu model persamaan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Berdasarkan kriteria pada uji autokorelasi, persamaan regresi di atas tidak dapat ditentukan adanya autokorelasi atau tidak. Hal ini dibuktikan dengan nilai d yang terletak antara nilai dl dan du. Persamaan di atas menunjukkan pada saat semua variabel atau peubah bebas (X) yang digunakan diasumsikan bernilai 0 maka nilai Y (peubah tak bebas) yang dihasilkan adalah satuan. Hasil signifikan dari ketiga variabel X yang memiliki pengaruh sangat nyata terhadap produksi TBS (Y) pada taraf uji 1% adalah jumlah hari kerja dan output pemanen yang terlihat dari nilai signifikan yang dihasilkan adalah (Tabel 13). Tabel 13. Pendugaan faktor yang mempengaruhi produksi TBS Variabel t-hitung Peluang Curah hujan 2.06 tn Jumlah HK ** Output pemanen ** Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata * = berpengaruh nyata pada taraf uji 5 % ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1 % Nilai koefisien determinasi atau R 2 yang dihasilkan dalam analisis terhadap produksi TBS (tandan buah segar) tahun 2011 adalah sebesar 98.3% yang berarti bahwa 98.3% variasi variabel Y (produksi) di Kebun Buatan dapat diterangkan oleh variabel X (faktor penentu produksi yakni curah hujan, jumlah hari kerja dan

47 output pemanen). Pengaruh faktor lain diluar model pengaruhnya sangat kecil sekali yaitu hanya 1.7%. Hasil uji analisis ini membuktikan bahwa faktor-faktor produksi yang dianalis sudah cukup mewakili dalam memperkirakan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi TBS di Kebun Buatan pada tahun Pengaruh faktor-faktor yang di analisis berdasarkan persamaan regresi berganda akan dijelaskan masing-masing. 33 Curah Hujan Menurut PPKS (2006) curah hujan yang optimal untuk tanaman kelapa sawit berkisar antara mm/tahun dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun serta tidak terdapat kondisi kekeringan yang signifikan seperti bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) ataupun defisit air. Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor curah hujan dalam persamaan regresi adalah Nilai ini menunjukkan tidak adanya pengaruh antara curah hujan dan produksi TBS di Kebun Buatan yang terlihat dari nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari taraf uji 0.05 (α = 5%). Curah hujan yang tidak berpengaruh terhadap produksi TBS di Kebun Buatan ini dikarenakan rata-rata curah hujan tahunan selama lima tahun terakhir sudah sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuh kelapa sawit. Curah hujan yang terjadi di Kebun Buatan selama tahun yaitu mm/tahun serta tidak pernah terjadi kondisi kekeringan ataupun defisit air selama lima tahun terakhir hal ini dibuktikan dengan lebih banyak jumlah bulan basah dibandingkan dengan bulan kering dimana terdapat rata-rata sembilan bulan basah dan dua bulan kering selama lima tahun terakhir. Selain itu curah hujan yang tidak berpengaruh terhadap produksi TBS juga dapat disebabkan populasi pada tanaman kelapa sawit di kebun ini mempunyai tingkat keseragaman yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tahun tanam yang homogen pada tiap blok kelapa sawit. Homogenitas tahun tanam yang tinggi pada setiap bloknya berdampak pada pengaruh jumlah curah hujan yang diterima tanaman menjadi merata sehingga setiap tanaman kelapa sawit dalam kebun tersebut mendapatkan jumlah air yang merata juga. Kondisi kekeringan yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman kelapa sawit kekurangan air dan mengganggu perkembangan bunga sehingga menurunkan produktivitasnya. Sedangkan kondisi wilayah dengan curah hujan yang berlebihan akan menyebabkan tanaman tergenang sehingga perakarannya menjadi anaerob juga akan mengurangi intensitas cahaya sehingga dapat menghambat produktivitas. Jumlah Hari Kerja Kegiatan panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit sehingga tenaga kerja panen memiliki peran yang penting dalam perkebunan kelapa sawit. Berkurangnya tenaga kerja panen akan berpengaruh terhadap jumlah hari kerja efektif kegiatan panen yang secara langsung akan mempengaruhi produksi kebun pada hari tersebut.

48 34 Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor jumlah hari kerja dalam persamaan regresi adalah 0,000. Nilai ini menunjukkan pengaruh yang sangat nyata antara jumlah hari kerja dengan produksi TBS di Kebun Buatan yang terlihat dari nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari taraf uji 0.01 (α = 1%). Berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa dengan penambahan jumlah hari kerja efektif dapat meningkatkan produksi. Akan tetapi kebutuhan tenaga panen harus mengacu pada luas total areal kebun, kegiatan panen akan terhambat bila tenaga panen kurang dari jumlah yang sesuai dengan indeks tenaga kerja, terlalu tinggi juga tidak baik karena menjadi tidak efisien dalam hal biaya. Nilai indeks tenaga kerja mempengaruhi apakah jumlah tenaga kerja pada suatu perusahaan efisien atau tidak. Pada tahun 2011 Kebun Buatan memiliki indeks tenaga kerja sebesar 0.22 yang berarti pengelolaan tenaga kerja di Kebun Buatan sudah efisien dan efektif dengan rata-rata jumlah hari kerja HK per bulan Jumlah tenaga panen per mandoran berkisar antara orang dengan tiga mandor per afdeling berarti dalam satu afdeling biasanya terdapat orang tenaga panen. Berkurangnya tenaga kerja panen disebabkan ada karyawan yang tidak masuk dikarenakan ijin cuti, sakit, ataupun karena faktor alam seperti hujan. Jumlah hari kerja yang rendah mengakibatkan produksi harian menurun dengan luas areal yang dipanen menurun sehingga mengakibatkan rotasi panen semakin tinggi. Menurut Walad (2011) untuk mengatasi kekurangan hari kerja karyawan maka pihak kebun harus menerapkan peraturan yang tegas baik berupa sanksi atau denda, bahkan perusahaan bisa memberikan intensif bagi karyawan dengan tingkat absensi rendah sebagai motivasi untuk bekerja lebih baik. Output Pemanen Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya cukup besar sehingga perlu diadakan upaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu cara mengukur efisiensi tenaga kerja dengan menghitung produktivitas kerja. Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi dalam satuan waktu tertentu (Hartopo, 2005). Salah faktor dari tenaga kerja yang mempengaruhi produksi kebun adalah output pemanen (kapasitas pemanen) yaitu kemampuan tenaga kerja memanen buah per harinya. Kapasitas pemanen biasanya dihitung dalam satuan berat ataupun janjang. Menurut PPKS (2006) kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada produksi panen kelapa sawit per hektar yang dihubungkan dengan umur tanaman (tinggi), topografi areal, premi yang disediakan dan musim panen yang memuncak atau menurun. Nilai signifikan yang diperoleh untuk faktor output pemanen dalam persamaan regresi adalah Nilai ini menunjukkan pengaruh yang sangat nyata antara output pemanen dengan produksi TBS di Kebun Buatan yang terlihat dari nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari taraf uji 0.01 (α = 1%). Hal ini berarti semakin tinggi output dari pemanen maka semakin tinggi pula produksi. Output pemanen dipengaruhi oleh umur tanaman karena semakin bertambahnya umur tanaman maka semakin tinggi pokok kelapa sawit. Pokok yang tinggi akan menyulitkan pemanen mengambil buah sehingga output akan menurun. Topografi akan berpengaruh terhadap output pemanen apabila kondisi

49 areal berbukit karena menyulitkan pemanen mengangkut buah ke TPH. Faktor utama yang mempengaruhi output pemanen adalah kondisi fisik pemanen tersebut. Pemanen yang sudah terlatih akan menghasilkan output yang lebih tinggi disbanding pemanen yang kurang terlatih. Output pemanen pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Output pemanen per bulan tahun Bulan Output Pemanen (ton/orang/hari) Januari 1.84 Februari 1.91 Maret 1.69 April 1.86 Mei 2.07 Juni 2.07 Juli 2.11 Agustus 1.99 September 2.42 Oktober 2.15 November 2.10 Desember 2.17 Sumber : Laporan Unit Kebun PT. Inti Indosawit Subur Kebun Buatan Tabel 14 menunjukkan bahwa output pemanen paling tinggi terdapat pada bulan September dan yang paling rendah terdapat pada bulan maret. Output pemanen tinggi akan menghasilkan produksi TBS yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut merupakan puncak panen kelapa sawit di kebun tersebut. Sedangkan output pemanen terendah terjadi pada bulan maret dikarenakan pada bulan tersebut produksi kebun menurun sehingga output pemanen juga ikut menurun. Untuk menjaga output pemanen tetap optimal perusahaan dapat melaksakan pelatihan terhadap pemanen yang kurang terampil, membuat tangga teras pada areal berbukit untuk memudahkan pemanen mengangkut buah. Pemberian rewards kepada pemanen dengan output tertinggi dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menaikkan output dan juga dapat meningkatkan motivasi pemanen lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kebun Buatan secara umum sudah menerapkan teknik budidaya kelapa sawit dengan baik. Indikator tersebut dapat dilihat dari kegiatan penyemprotan, pemupukan dan panen sudah berjalan sesuai dengan SOP (standard operational procedure) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Produksi TBS di Kebun Buatan dipengaruhi oleh jumlah hari kerja efektif tenaga kerja panen dan jumlah

50 36 output pemanen. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang dihasilkan dalam analisis adalah 98.3% yang dapat diartikan bahwa sebanyak 98.3% variasi variabel dependen dapat diterangkan oleh variabel independen (curah hujan, jumlah hari kerja dan output pemanen) yang terdapat di dalam model persamaan. Produktivitas Kebun Buatan sudah cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas Kebun Buatan lebih tinggi dibanding produktivitas varietas Marihat pada berbagai kelas lahan. Permasalahan utama di Kebun Buatan adalah menurunnya produktivitas tanaman pada tanaman yang berumur lebih dari 22 tahun. Hal ini diakibatkan umur tanaman tersebut sudah diatas umur produktivitas maksimal rata-rata kelapa sawit. Saran Untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Buatan perlu lebih mengoptimalkan faktor produksi yaitu jumlah hari kerja efektif pemanen dan kemampuan pemanen. Berdasarkan kondisi tanaman yang sudah tua kegiatan replanting perlu dilakukan agar produktivitas di Kebun Buatan kembali stabil. DAFTAR PUSTAKA Asian Agri Agricultural Policy Manual. Medan (ID): Asian Agri. 427 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan Volume dan nilai ekspor, impor Indonesia. Kelapa sawit. [26 Januari 2010] Direktorat Jenderal Perkebunan Teknis budidaya tanaman kelapa sawit. [20 November 2009]. Fauzi Y, Y E Widyastuti, I Satyawibawa, dan R. Hartono Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 166 hal. Hartopo, M Pengelolaan Tenaga Kerja pada Pemeliharaan dan Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT. Tambi Unit Perkebunan Bedakah Wonosobo, Jawa Tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 72 hal. Lubis, A.U Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di lndonesia Pusat Penelitian Perkebunan Marihat - Bandar Kuala. Pematang Siantar- Sumatera Utara (ID). 435 hal. Pahan, I Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu HIngga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 412 hal. Pardosi, V. R Pemeliharaan Pembibitan Utama dan TBM di Kebun Rejosari PTP X Lampung. Laporan Keterampilan Profesi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit Panen pada Tanaman Kelapa Sawit. Medan (ID): PPKS

51 [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit Budidaya Kelapa Sawit. Medan (ID): PPKS. 153 hal. Risza, S Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta (ID): Kanisius. 189 hal. Sastrosayono, S Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. 65 hal. Setyamidjaja, D Teknik Budidaya Panen Pengolahan Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Kanisius. 127 hal. Soepadiyo M Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Sunarko Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. 70 hal. Usman H, R P S Akbar Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Walid, A Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Pantai Bonati Estate, PT Sajang Heulang Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 79 hal. Yahya, S Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 52 hal. 37

52 38 Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis Karyawan Standar Lokasi Keterangan 10 Februari 2012 Tiba di Lokasi Kantor Magang kebun - 11 Februari 2012 Menghadap Manager Kantor Penempatan di Kebun kebun Afdeling V 12 Februari 2012 Hari Minggu Orientasi Kebun 13 Februari 2012 Panen Janjang Janjang Janjang E90A - 14 Februari 2012 Panen Janjang Janjang Janjang E90B - 15 Februari 2012 Panen Janjang Janjang Janjang E90C - 16 Februari 2012 Sakit Februari 2012 Panen Janjang Janjang Janjang E91D - 18 Februari 2012 Panen Janjang Janjang Janjang E91C - 19 Februari 2012 Hari Minggu Februari 2012 Pemupukan Untilan Untilan Untilan E91C 22 Februari 2012 Until Pupuk - 7 Ton 7 Ton Gudang Pupuk 23 Februari 2012 Perbaikan Sarana dan Prasarana E91A 24 Februari 2012 Sensus Ulat Api E90A - 25 Februari 2012 Sensus Ulat Api E90B - 26 Februari 2012 Hari Minggu Februari 2012 Pengendalian Gulma 1 Ha 5 Ha 5 Ha F88A 28 Februari 2012 Pengendalian Gulma 0.7 Ha 5 Ha 5 Ha D91A 29 Februari 2012 Garuk Rumpang 40 Pokok 220 Pokok 200 Pokok E90A 1 Maret 2012 Pengendalian Gulma 1.3 Ha 5 Ha 5 Ha D91B 2 Maret 2012 Panen E90C 3 Maret 2012 Panen E90A Membuat Batas Blok Menggunakan Gramoxone Menggunakan Gramoxone Menggunakan Gramoxone Mengutip Berondolan Mengutip Berondolan

53 Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah PHL yang Diawasi (orang) 12 Orang Prestasi Kerja Luas Area yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (Jam) Lokasi 39 Keterangan 5 Maret 2012 Pendamping Mandor Panen 50 Ha 7 Jam E91C 6 Maret 2012 Rawat Gawangan 4 Orang 5 Ha 7 Jam E90B - 7 Maret 2012 Pengendalian Gulma 10 Orang 45 Ha 7 Jam D90B - Periksa Mutu Ancak 8 Maret 2012 Perbaikan Goronggorong 2 Orang - 7 Jam E91E - 9 Maret 2012 Perbaikan Jalan 5 Orang - 5 Jam E90B - 10 Maret 2012 Input Data Kantor Afdeling V - 11 Maret 2012 Hari Minggu Maret 2012 Until Pupuk 10 Gudang 14 Ton 7 Jam Orang Pupuk - 13 Maret 2012 Rehab Titik Sensus 6 Orang - 7 Jam E91C - 14 Maret 2012 Administrasi Kantor Afdeling V - 15 Maret 2012 Sakit Maret 2012 Panen 10 Orang 50 Ha 7 Jam E91C - 17 Maret 2012 Panen 11 Orang 50 Ha 7 Jam E90B - 18 Maret 2012 Hari Minggu Maret 2012 Panen 12 Orang 45 Ha 7 Jam E90C - 20 Maret 2012 Panen 12 Orang 50 Ha 7 Jam E91D - 21 Maret 2012 Panen 11 Orang 50 Ha 7 Jam E91C - 22 Maret 2012 Panen 11 Orang 50 Ha 7 Jam E91F - 23 Maret 2012 Libur Nyepi Maret 2012 Panen 10 Orang 50 Ha 7 Jam E90A -

54 40 Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) Prestasi Kerja Luas Area yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (Jam) Lokasi Keterangan 26 Maret 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A - 27 Maret 2012 Administrasi Kantor Afdeling V - 28 Maret 2012 Panen 1 Orang 29 Maret 2012 Panen 1 Orang 30 Maret 2012 Sensus Ganoderma 1 Orang 50 Hektar 50 Hektar 80 Hektar 7 Jam E91F - 7 Jam E91E - 7 Jam E91F Field visit Manager R&D 31 Maret 2012 Administrasi Kantor Kebun - 1 April 2012 Hari Minggu April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A - 3 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E90B 4 April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90C 5 April 2012 Panen 1 Orang 49 Ha 7 Jam E91A - 6 April 2012 Libur Paskah April 2012 Tunas Pokok 1 Orang 10 Ha 7 Jam E91F - 8 April 2012 Hari Minggu April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A - 10 April 2012 Administrasi April 2012 Administrasi April 2012 Administrasi Kantor Afdeling V Kantor Afdeling V Kantor Kebun Konsultasi dengan Manager 13 April 2012 Administrasi Kantor Kebun - 14 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E90B - 15 April 2012 Hari Minggu April 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90A - 17 April 2012 Administrasi April 2012 Supervisi Kantor Kebun Kantor Kebun - Konsultasi dengan Bapak Supijatno

55 Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (lanjutan). 41 Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) Prestasi Kerja Luas Area yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (Jam) Lokasi Keterangan 19 April 2012 Panen 1 Orang 43 Ha 7 Jam E91F - 20 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E90B - 21 April 2012 Tidak Ada Kegiatan Hujan Deras 22 April 2012 Hari Minggu April 2012 Penanaman Antigonon 1 Orang - 7 Jam E91B - 24 April 2012 Administrasi Kantor Afdeling V 25 April 2012 Mengawasi Alat Berat 1 Orang - 7 Jam E91D - Alat Loader Backhoe 26 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91C - 27 April 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91D - 28 April 2012 Administrasi Kantor Afdeling V - 29 April 2012 Hari Minggu April 2012 Panen 1 Orang 43 Ha 7 Jam E90A - 1 Mei 2012 Panen 1 Orang 45 Ha 7 Jam E90C - 2 Mei 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91A - 3 Mei 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91B - 4 Mei 2012 Panen 1 Orang 50 Ha 7 Jam E91C - 5 Mei 2012 Panen 1 Orang 53 Ha 7 Jam E91F - 6 Mei 2012 Hari Minggu Mei 2012 Panen 1 Orang 52 Ha 7 Jam E91D - 8 Mei 2012 Panen 1 Orang 47 Ha 7 Jam E91E - 9 Mei 2012 Pengumpulan Data Mei 2012 Pengumpulan Data Mei Mei 2012 Penyempurnaan Laporan Menghadap Manager Kebun Kantor Afdeling V Kantor Kebun Kantor Kebun - Pemeriksaan Laporan dan Pamit Pulang 13 Mei 2012 Hari Minggu Mei 2012 Pulang

56 42 Lampiran 4. Data curah hujan dan hari hujan di PT Inti Indosawit Subur Rata-rata Bulan H CH HH CH HH CH HH CH H CH HH CH HH Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah BB BK Keterangan : CH = Curah Hujan HH = Hari Hujan BB = Bulan Basah (CH > 100mm) BK = Bulan Kering (CH < 60 mm) Perhitungan Tipe Iklim (Q) menurut Schmidt-Ferguson : Q = Rata-rata BK/Rata-rata BB X 100 % Q = 1,6 / 9 X 100 % Q = 17,7% (Tipe B) daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis

57 Lampiran 5. Peta sebaran kelas lahan PT Inti Indosawit Subur 43

58 44 Lampiran 6. Peta tahun tanam Kebun Buatan

59 Lampiran 7. Peta PT Inti Indosawit Subur Kebun Buatan 45

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau

Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Buatan, Kabupaten Pelalawan, Riau Production Analysis of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Pelalawan, Riau Muhammad Firdaus Lubis dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok Sistem manajemen perkebunan kelapa sawit pada umumnya terdiri atas Kebun (Estate) yang dikepalai oleh seorang Estate Manager. Seorang Estate Manager membawahi

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Kastrasi, adalah kegiatan membuang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Profil Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA) berawal dari pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul.Agrohorti 2 (3): 213-220 (2015) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Harvest Management of Oil Palm at Tambusai District

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Harvest and Transportation Management of Palm Oil Fresh Fruit Bunch (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode menghasilkan,

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Nurcahya Destiawan dan Ani Kurniawati * 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN panen dan perawatan serta mengikuti kegiatan sosial di kebun berupa kegiatan olahraga. 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Penunasan Kebijakan penunasan di Kebun Adolina PTPN IV menerapkan penunasan periodik.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama.

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja dibidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman selama ini akan tercermin dari panen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Havest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TINTIN BOYOK SAWIT MAKMUR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Aang Kuvaini Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Hasil Analisa hasil yang dilakukan yaitu perhitungan biaya bahan, biaya alat, biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA Nuzul Hijri Darlan, Iput Pradiko, Muhdan Syarovy, Winarna dan Hasril H. Siregar

Lebih terperinci

Lastiar Ningsih Simanjuntak, Rosita Sipayung, Irsal

Lastiar Ningsih Simanjuntak, Rosita Sipayung, Irsal PENGARUH CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT BERUMUR 5, 10 DAN 15 TAHUN DI KEBUN BEGERPANG ESTATE PT.PP LONDON SUMATRA INDONESIA, Tbk Influence of Rain Fall and Rain Day Toward Oil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyebaran Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik selatan, serta beberapa daerah lain

Lebih terperinci

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP. Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, (1) : 2-3 KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP 1 Mardiana Wahyuni, Hasan

Lebih terperinci

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, 4 (1) : 1-11 SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) 1 2 Mardiana

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen PEMBAHASAN Persiapan Panen Secara sistematis sebelum melangkah pada tahap pelaksanaan, proses perencanaan harus dilakukan secara detil. Kegiatan mencakup penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Lukut Estate, Siak, Riau Zul Adhri Harahap dan Hariyadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut; divisi Spermatophyta, dengan subdivisi Pteropsida. Kelapa sawit tergolong kelas Angiospermae dengan subkelas

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010).

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Panen 1. Pengertian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi 1. Peramalan Produksi Peramalan produksi sangat penting dan ketepatannya akan meningkatkan efesiensi dibidang pemakaian tenaga pemanen, angkutan dan jam olah pabrik. peramalan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

MANAJEMEN PEMANENAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU i MANAJEMEN PEMANENAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU JOSIA DADING TAMBUNAN A2400164 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 9 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Wilayah dan Administratif PT. Intisawit Perkasa terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Lokasi perkebunan dapat dicapai

Lebih terperinci

guineensis berasal dari kata Guinea yaitu merupakan nama suatu daerah di Pantai

guineensis berasal dari kata Guinea yaitu merupakan nama suatu daerah di Pantai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit dalam bahasa latin dinamakan juga Elaeis guineensis Jacq. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion dari bahasa Yunani yang berarti minyak dan kata guineensis

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten Kepala (Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan

Lebih terperinci

Produksi dan Panen Kelapa Sawit

Produksi dan Panen Kelapa Sawit Produksi dan Panen Kelapa Sawit Tujuan Memberikan Informasi Mengenai Prinsip Pelaksanaan Panen dan Mutu Tandan Buah Segar Serta Pelaksanaan Inspeksi Panen Sesuai Peraturan Perusahaan Sasaran Pada akhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar.

I. PENDAHULUAN. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi daripada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT PAL dan PT SPM I merupakan dua perusahaan yang berada dibawah Grup Lambang Jaya. PT PAL merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan, sedangkan PT

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Harvest Management on oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) at East Kota Waringin, Central Kalimantan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci