HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS. Futihat Nikmatul Millah Indahria Sulistyarini.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS. Futihat Nikmatul Millah Indahria Sulistyarini."

Transkripsi

1 1

2 2

3 3 HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS Futihat Nikmatul Millah Indahria Sulistyarini Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara optimisme dengan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus. Penelitian ini melibatkan 40 subjek yang menderita diabetes mellitus. Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF) oleh WHO (1996) dan Skala Life Orientation Test-Revision (LOT-R) oleh Scheier, Carver, dan Bridges (1994). Hipotesis pada penelitian ini adalah semakin tinggi optimisme yang dimiliki maka semakin tingga juga kualitas hidup yang dimiliki. Skala pada penelitian ini memiliki nilai alpha crobach untuk skala World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF) dan untuk skala Life Orientation Test-Revision (LOT-R). Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara optimisme dengan kualitas hidup dengan nilai r = dan p = Penelitian ini juga mendiskusikan kelemahan dan implikasi pada penulisan ini. Kata kunci: Kualitas Hidup, Optimisme, Penderita Diabetes Mellitus

4 4 PENGANTAR Diabetes mellitus telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia khususnya di negara berkembang. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat dari glukosa darah yang tinggi dan tidak dapat diobati namun hanya dapat dikelola (Mustapha, dkk, 2014). Tujuan pengelolaan diabetes adalah untuk menghilangkan keluhan atau gejala, mempertahankan rasa nyaman dan sehat, mencegah timbulnya komplikasi, menurunkan angka kesakitan dan kematian. Tujuan ini dapat tercapai apabila kadar gula darah terkontrol. Oleh karena itu, individu yang menderita diabetes mellitus harus mengatur pola makan dengan makanan yang sehat, rendah lemak dan cukup karbohidrat, menjalani pemeriksaan gula darah, berolahraga secara teratur, menjaga keseimbangan berat badan serta menggunakan obat sesuai anjuran dokter (Kusumadewi, 2011). Diabetes mellitus memiliki efek yang merugikan pada berbagai hasil kesehatan termasuk kualitas hidup. Hampir dua dekade lalu, tercatat bahwa penyakit diabetes mellitus dapat merusak semua dimensi kesehatan penderitanya kecuali kesehatan mental (Stewart, dkk, 1989, dalam Al-Shehri, 2014). Pengobatan untuk penyakit diabetes mellitus memerlukan waktu yang lama yaitu seumur hidup dan tidak hanya pengobatan saja yang harus dilakukan oleh penderitanya, namun juga gaya hidup yang harus dikontrol membuat penderita diabetes mellitus terkadang mengalami putus asa dan dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Kualitas hidup itu sendiri didefinisikan oleh WHO sebagai persepsi individu dari posisi mereka di kehidupan dalam konteks sistem budaya

5 5 dan nilai yang mereka jalani dalam hubungannya dengan tujuan mereka, harapan, standar dan kekhawatiran (Somappa, dkk, 2014). Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa diabetes mellitus memiliki dampak negatif yang kuat pada kualitas hidup. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan Larasati (2012) di Rumah Sakit Abdul Moeloek Lampung diperoleh gambaran bahwa dari 89 responden pasien DM Tipe 2 sebanyak 59,6% memiliki kualitas hidup sedang, 27,0% memiliki kualitas hidup baik dan 13,5% memiliki kualitas hidup buruk.sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan sekitar 300 juta orang akan terkena penyakit Diebetes Mellitus pada tahun Meskipun faktor biologis menjadi penyebab utama penyakit diabetes namun juga perlu diperhatikan beberapa faktor lainnya seperti faktor perilaku, budaya dan gaya hidup terkait untuk perawatan diri, pengelolaan diabetes dan dampak diabetes pada kualitas hidup (Mustapha, dkk, 2014). Karakteristik dari penyakit diabetes mellitus itu sendiri seperti cepat merasa haus, sering buang air kecil, dan berat badan turun. Ketiga hal tersebut sering dialami oleh penderita diabetes. Hal tersebut dikarenakan kadar glukosa yang sangat tinggi pada aliran darah maupun pada ginjal, mengubah tekanan osmotik tubuh. Secara otomatis, tubuh akan mengadakan osmosis untuk menyeimbangkan tekanan osmotik. Ginjal akan menerima lebih banyak air, sehingga penderita akan sering buang air kecil. Konsekuensi lain dari hal ini adalah tubuh kekurangan air. Penderita mengalami dehidrasi (hiperosmolaritas)

6 6 bertambahnya rasa haus dan gejala banyak minum (polidipsia) (Kaplan, dkk, dalam Suriani, 2012). Idealnya setiap orang memiliki kualitas hidup yang baik, namun faktanya di lapangan bahwa individu yang memiliki penyakit diabetes mellitus memiliki kualitas hidup yang kurang baik atau bahkan menurun. Kualitas hidup itu sendiri sangat penting bagi penderita diabetes, karena banyak orang yang menderita diabetes akan memiliki kualitas hidup yang buruk, sering kurang memperhatikan pengobatan yang rutin dan gaya hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu penderita diabetes mellitus di Puskesmas Ngaglik 1 yang mengatakan bahwa, terlalu seringnya meminum obat untuk mengontrol gula darah membuat subjek menjadi bosan dan merasa bahwa dirinya hanya menghabiskan uang dengan membeli obat terus-menerus, selain itu dengan terlalu sering mengkonsumsi obat-obatan membuatnya memiliki komplikasi dengan penyakit gagal ginjal. Subjek juga merasa dirinya tidak berguna lagi dan hanya merepotkan suami dan anak-anaknya saja, hingga subjek juga tidak mau keluar rumah untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan adanya indikator penurunan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus. Individu yang patuh dalam menjalankan pengobatan dan termotivasi untuk mencapai kesehatan akan memiliki kualitas hidup yang baik. Sebaliknya, individu yang tidak patuh dalam menjalankan pengobatan dan membuat daya tahannya menurun dapat mengakibatkan kualitas hidupnya juga menurun dikarenakan tidak adanya pikiran positif mengenai kesehatan yang dapat dicapainya dan menimbulkan rasa putus asa dengan penyakit yang dideritanya

7 7 serta dapat menyebabkan penyakitnya semakin parah (Chang, dalam Icekson, dkk, 2014). Kualitas hidup juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan individu. Kualitas hidup yang buruk akan semakin memperburuk kondisi suatu penyakit, begitu pula sebaliknya, suatu penyakit dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup individu, terutama penyakit-penyakit kronis yang sangat sulit disembuhkan salah satunya seperti diabetes mellitus. Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa hidup dengan diabetes mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas hidup penderita walaupun dengan tanpa komplikasi. Sebuah studi atau populasi melaporkan bahwa depresi umum terjadi pada individu dengan diabetes serta membutuhkan penanganan yang tepat karena menimbulkan kerusakan yang berat terhadap kualitas hidup (Zainuddin, 2015). Beberapa indikator yang dimunculkan dari subjek penelitian menunjukkan adanya penurunan kualitas hidup, yang dapat diketahui dari hasil wawancara kepada beberapa subjek penelitian di Puskesmas Ngaglik 1 Sleman yang meski sudah bertahun-tahun lamanya menderita diabetes mellitus, namun subjek masih saja mengeluhkan penyakitnya yang membuatnya terlihat belum dapat menerima realita bahwa dirinya memang penderita diabetes mellitus. Hal tersebut membuat subjek menjadi kurang baik dalam menjalani kehidupannya tanpa memiliki harapan yang baik di masa yang akan datang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus, seperti usia, pendidikan, status pernikahan, status ekonomi, dll. Selain itu, faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas hidup juga ada dari

8 8 kepribadian yang didalamnya termasuk juga optimisme. Optimisme itu sendiri dinilai dapat meningkatkan kualitas hidup. Individu yang menderita diabetes mellitus yang memiliki optimisme dapat memunculkan rasa semangat dalam menjalani pengobatan dan dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan harapan akan dapat mencapai kondisi kesehatan yang lebih baik lagi. Optimisme itu sendiri didefinisikan sebagai kecenderungan untuk termotivasi dengan keyakinan yang dimiliki untuk memperoleh hasil yang diinginkan (Perez, dkk, 2014). Untuk meningkatkan kualitas hidup pada penderita diabetes dapat dipengaruhi oleh sikap optimisme. Individu yang optimis percaya bahwa mereka dapat mengatasi hambatan dan menganggap suatu penderitaan bukan sebagai ancaman. Morales (Perez, dkk, 2014) mengatakan bahwa optimisme memiliki dampak pada persepsi kualitas hidup pada orang yang sakit dan membantu untuk proses pemulihan dari penyakitnya tersebut. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kamran (2014) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara optimisme dan kualitas hidup yang dialami oleh individu yang menjalani transplantasi ginjal, individu yang memiliki sikap optimisme cenderung lebih puas dengan kualitas hidupnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu yang optimis dapat menerima realita dan kondisi hidupnya serta mencoba untuk melihat sisi positif dari kondisi terburuknya sekalipun. Kondisi mampu menerima realita yang ada, akan membuat individu menjadi lebih rajin dalam melakukan pengobatan untuk mencapai kesembuhan yang diinginkan dan dapat dengan mudah menjalankan kehidupan sehari-hari dengan lebih baik lagi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Vilhena, dkk, (2014) yang mengatakan bahwa optimisme dikaitkan

9 9 dengan fisik yang lebih baik dan kesejahteraan mental, penurunan keparahan penyakit yang diderita, baik kemampuan fungsional dan emosional yang lebih baik. Subjek Penelitian METODE PENELITIAN Subjek pada penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus yang tercatat menjadi pasien di puskesmas Ngaglik 1 yang berada di Sleman Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dengan karakteristik yaitu menderita diabetes mellitus baik itu tipe 1 maupun tipe 2, laki-laki ataupun perempuan, berusia antara > 30 tahun dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan analisisnya pada data numerikal yang diolah dengan metode statistika, dilakukan dengan pengujian hipotesis dan pada umumnya membutuhkan sampel yang besar (Azwar, 2001). Penelitian ini juga menggunakan skala yang terdiri dari aitemaitem dan merupakan metode pengumpulan data yang didasarkan pada jawaban tertulis dari subjek atas sejumlah pertanyaan yang disusun oleh peneliti (Azwar, 2007). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF) dan

10 10 skala optimisme. Berikut penentuan dan penyusunan masing-masing skala sesuai dengan aspek-aspek yang telah dikemukakan sebelumnya: 1. Skala World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF) Peneliti menyusun skala World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF) yang bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup yang dimiliki oleh subjek penelitian. Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek kualitas hidup yang telah dikemukakan oleh WHO (1996). Aspek-aspek tersebut yaitu kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Subjek diminta untuk mengidentifikasikan pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan subjek pada setiap aitem pertanyaan. Skala ini terdiri dari 26 aitem yang terdapat pertanyaan favorable dan pertanyaan unfavorable. Pertanyaan favorable adalah pertanyaan yang mendukung objek yang diukur, sedangkan pertanyaan unfavorable adalah pertanyaan yang tidak mendukung objek yang akan diukur (Azwar, 2001). Skala WHOQOL-BREF ini menggunakan model skala Likert, dimana terdapat lima altenatif jawaban dengan memberi alternatif jawaban di tengah untuk meminimalkan kecenderungan subjek menjawab secara netral. Adapun alternatif jawaban tersebut terdiri dari Sangat Baik (SB), Baik (B), Biasa- Biasa Saja (BBS), Tidak Baik (TB), dan Sangat Tidak Baik (STB). 2. Skala Life Orientation Test-Revised (LOT-R) Peneliti menyusun skala Optimisme yang bertujuan untuk mengetahui optimisme yang dimiliki oleh subjek penelitian. Skala yang digunakan adalah skala optimisme yang telah direvisi oleh Scheier, Carver, dan Bridges

11 11 (1994), yaitu LOT-R berdasarkan teori Scheier dan Carver (1985) dengan aspek positif dan negatif. Pada awalnya, Scheier dan Carver (1985) mengembangkan skala ini untuk mengukur keyakinan umum, yaitu Life Orientation Test (LOT). Skala LOT terdiri dari 8 aitem yang terdiri dari 2 aspek yang menyusun optimisme dan terdapat 4 aitem lainnya sebagai aitem pengalih perhatian. Scheier dan Carver (1985) mengungkapkan bahwa aspek dalam alat ukur ini menggambarkan hasil yang baik dan buruk yang diungkapkan dalam kalimat positif dan negatif. Selanjutnya, skala LOT direvisi oleh Scheier, Carver, dan Bridges (1994) dengan menghilangkan beberapa aitem yang tumpang tindih dengan coping. Revisi dilakukan dengan menghilangkan 2 aitem yang berkaitan dengan coping, kedua aitem tersebut adalah aitem positif. Agar aitem positif dan negatif memiliki jumlah yang seimbang, satu aitem negatif dihilangkan dan dilakukan penambahan satu aitem positif. Setelah proses revisi selesai, skala Life Orientation Test (LOT) disebut dengan Life Orientation Test-Revised (LOT-R)yang berjumlah 10 aitem dengan 3 aitem positif (favorable), 3 aitem negatif (unfavorable), dan 4 aitem pengalih (Scheier, Carver, dan Bridges, 1994). Pertanyaan favorable itu sendiri adalah pertanyaan yang mendukung objek yang diukur, sedangkan pertanyaan unfavorable adalah pertanyaan yang tidak mendukung objek yang akan diukur (Azwar, 2001). Skala Optimisme ini menggunakan model skala Life Orientation Test-Revised (LOT-R). Adapun alternatif jawaban tersebut

12 12 terdiri dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Biasa Saja (BS), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian agar mempermudahkan dalam membaca dan menginterpretasikan data. Pada penelitian ini analisis data yang digunakan adalah uji korelasi dengan menggunakan teknik product moment pearson yang dikemukakan oleh Karl Pearson. Teknik tersebut sangat tepat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Sebelum melakukan ujia korelasi Product Moment, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu yang terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Program for Science (SPSS) for Windows versi HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah individu yang menderita diabetes mellitus yang tercatat menjadi pasien di Puskesmas Ngaglik 1 Sleman Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 40 subjek dengan karakteristik yaitu menderita diabetes mellitus, laki-laki ataupun perempuan, berusia > 30 tahun dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela.

13 13 Berikut akan dijelaskan mengenai deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, tipe diabetesmellitus, pendapatan perbulan, status pernikahan, usia pernikahan, lama menderita, dan ada atau tidaknya komplikasi dengan penyakit lain. Tabel1. Tabel Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Subjek Persentase (%) Laki-laki Perempuan ,5 57,5 Total Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 17 orang subjek dengan persentase sebesar 42,5% dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 23 orang dengan persentase sebesar 57,5%. Tabel2. Tabel Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Usia (tahun) Jumlah Subjek Persentase (%) < 50 > ,5 37,5 Total Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa subjek penelitian yang berusia < 50 tahun berjumlah 25 orang dengan persentase sebesar 62,5%, dan subjek penelitian yang beusia > 50 tahun berjumlah 15 orang dengan persentase sebesar 37,5%. Tabel3. Tabel Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Subjek Persentase (%) S1 D3 SMA SMP SD , ,5 Total

14 14 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa subjek penelitian dengan pendidikan terakhir S1 (Sarjana) berjumlah 6 orang dengan persentase sebesar 15%, D3 (Diploma) berjumlah 3 orang dengan persentase sebesar 7,5%, SMA berjumlah 12 dengan persentase sebesar 30%, SMP berjumlah 8 orang dengan persentase sebesar 20%, dan SD berjumlah 11 orang dengan persentase sebesar 27,5%. Tabel4. Tabel Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah Subjek Persentase (%) Pegawai Negeri Sipil Pegawai Negeri Militer Pegawai Swasta Tani Buruh TKI Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Pensiunan BUMN , ,5 7, ,5 7,5 2,5 Total Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa subjek penelitian dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil berjumlah 5 orang dengan persentase sebesar 12,5%, tidak ada subjek yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Militer, Pegawai Swasta berjumlah 6 orang dengan persentase sebesar 15%, Tani berjumlah 7 orang dengan persentase sebesar 17,5%, Buruh berjumlah 3orang dengan persentase sebesar 7,5%, tidak ada subjek yang bekerja sebagai TKI, Wiraswasta berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 10%, Ibu rumah tangga berjumlah 11 orang dengan persentase sebesar 27,5%, Pensiunan

15 15 berjumlah 3 orang dengan persentase sebesar 7,5%, dan BUMN berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 2,5%. Tabel5. Tabel Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Tipe Diabetes Mellitus Tipe Diabetes Mellitus Jumlah Subjek Persentase (%) Tipe I Tipe II ,5 22,5 Total Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa subjek penelitian yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1 berjumlah 31 orang dengan persentase sebesar 77,5% dan yang menderita penyakita diabetes mellitus tipe 2 berjumlah 9 orang dengan persentase sebesar 22,5%. Tabel6. Tabel Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Pendapatan per Bulan Pendapatan per Bulan Jumlah Subjek Persentase (%) <Rp >Rp ,5 62,5 Total Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa subjek penelitian yang pendapatan per bulan sebesar < Rp berjumlah 15 orang dengan persentase sebesar 37,5% dan pendapatan > Rp berjumlah 25 orang dengan persentase 62,5%. Tabel7. Tabel Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Jumlah Subjek Persentase (%) Belum Menikah Menikah Bercerai Pasangan Meninggal ,5 0 2,5 Total

16 16 Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa subjek penelitian tidak ada yang belum menikah dan tidak ada yang bercerai, yang menikah berjumlah 39 orang dengan persentase sebesar 97,5%, dan yang pasangannya meninggal berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 2,5%. Tabel8. Tabel Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Pernikahan Usia Pernikahan (tahun) Jumlah Subjek Persentase (%) ,5 27,5 20 Total Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa subjek penelitian yang usia pernikahannya 5-16 tahun berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 10%, tahun berjumlah 15 orang dengan persentase sebesar 37,5%, tahun berjumlah 11 orang dengan persentase 27,5%, dan tahun berjumlah 8 orang dengan persentase sebesar 20%. Tabel9. Tabel Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Menderita Diabetes Mellitus Lama Menderita DM (tahun) Jumlah Subjek Persentase (%) < 5 tahun > 5 tahun Total Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa subjek penelitian yang telah menderita penyakit diabetes mellitus selama < 5 tahun berjumlah 26 orang dengan persentase sebesar 65% dan yang menderita diabetes mellitus > 5 tahun berjumlah 14 orang dengan persentase sebesar 35%.

17 17 Tabel10. Tabel Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Komplikasi dengan Penyakit Lain Komplikasi dengan Penyakit Lain Jumlah Subjek Persentase (%) Ya Tidak ,5 77,5 Total Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa subjek penelitian yang memiliki komplikasi dengan penyakit lainnya berjumlah 9 orang dengan persentase sebesar 22,5% dan subjek yang tidak memiliki komplikasi dengan penelitian lain berjumlah 31 orang dengsn persentase 77,5%. 2. Deskripsi Data Penelitian Berdasarkan data-data yang sudah terkumpul, maka peneliti melakukan kategorisasi terhadap data yang telah diperoleh. Setelah melakukan pemberian skor, diketahui deskripsi data penelitian berupa data hipotetik dan data empirik yang disajikan dalam tabel berikut: Tabel11. Tabel Deskripsi Data Penelitian Variabel Hipotetik Empirik Min Max Mean SD Min Max Mean SD Optimisme ,25 2,78 Kualitas Hidup ,87 7,55 Keterangan: Data Hipotetik : skor yang diperoleh oleh subjek Data Empirik : skor yang sebenarnya diperoleh dari hasil penelitian Data penelitian ini digunakan untuk membandingkan antara skor hipotetik dan skor empirik. Nilai empirik digunakan untuk mengetahui nilai yang diperoleh subjek penelitian, meliputi nilai minimal, nilai maksimal, nilai mean, dan nilai standar deviasi. Nilai hipotetik digunakan untuk mengetahui nilai yang diperoleh subjek apabila jawaban yang diberi subjek rata-rata.

18 18 Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk memahami kondisi dubjek penelitian dengan populasi yang ada. Melihat deskripsi data penelitian yang telah di jelaskan di tabel 11, data tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui kriteria kategorisasi kelompok subjek pada variabel-variabel penelitian. Menurut Azwar (2010) kategorisasi pada penelitian ini terdiri dari tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tabel12. Tabel Norma Kategorisasi Norma Kategorisasi x < μ - 1σ μ - 1σ x μ + 1σ x > μ + 1σ Keterangan: x = Skor Total σ = Standar Deviasi μ = Mean Kategori Rendah Sedang Tinggi Berdasarkan norma kategorisasi tersebut, maka subjek penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori pada masing-masing variabel, yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel13. Tabel Kategori Subjek pada Variabel Kualitas Hidup Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase (%) Rendah x < 12,7 0 0 Sedang 12,7 x 47, Tinggi x > 47, Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwatidak ada subjek penelitian yang memiliki kualitas hidup pada kategori rendah, yang memiliki kualitas hidup pada kategori sedang berjumlah 32 orang dengan persentase sebesar 80%, dan yang memiliki kualitas hidup pada kategori tinggi berjumlah 8 orang dengan persentase sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki tingkat kualitas hidup dalam kategori sedang.

19 19 Tabel14. Tabel Kategori Subjek pada Variabel Optimisme Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase (%) Rendah x < 13,3 0 0 Sedang 13,3 x 26, ,5 Tinggi x > 26,7 9 22,5 Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa tidak ada subjek penelitian yang memiliki optimisme pada kategori rendah, yang memiliki optimisme pada kategori sedang berjumlah 31 orang dengan persentase sebesar 77,5%, dan yang memiliki optimisme pada kategori tinggi berjumlah 9 orang dengan persentase sebesar 22,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki tingkat optimisme dalam kategori sedang. 3. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dan uji linearitas merupakan syarat sebelum dilakukannya uji korelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data dari suatu variabel. Pengujian normalitas dilakukan terhadap masing-masing hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Uji normalitas dilakukan menggunakan Analyze One Sample Kolmogrov Smirnov pada program komputer SPSS 17.0 for windows. Distribusi data dikatakan normal apabila p > 0,05 sedangkan apabila p <0,05 maka distribusi dikatakan tidak normal. Tabel15. Tabel Uji Normalitas Variabel P Normalitas Kualitas Hidup Optimisme 0,897 0,341 Normal Normal

20 20 Berdasarkan tabel 15, menunjukkan bahwa variabel kualitas hidup berdistribusi normal. Pada variabel kualitas hidup memperoleh hasil p = 0,897 (p >0,05). Sementara pada variabel optimisme memperoleh hasil p = 0,341 (p >0,05) menunjukkan bahwa distribusi normal. b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel kualitas hidup dan optimisme pada penderita diabetes mellitus memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linear apabila p<0,01 atau p<0,05 sedangkan dapat dikatakan tidak linear apabila kedua variabel memiliki nilai p>0,05. Tabel16. Tabel Uji Linearitas Variabel P Linearitas Kualitas Hidup Optimisme 0,001 Linear 4. Uji Hipotesis Berdasarkan tabel 16, didapatkan hasil p = 0,001 (p < 0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel pada penelitian ini memiliki hubungan yang linear. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: ada hubungan positif antara optimisme dengan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui korelasi variabel pada penelitian. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan product moment dari Pearson. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

21 21 Tabel17. Tabel Uji Hipotesis Variabel R r² P Kualitas Hidup Optimisme 0,508 0,258 0,000 (p < 0,01) Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan menunjukan bahwa ada hubungan positif antara optimisme dengan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus. Hal ini dilihat dari hasil p = 0,000 sehingga p< 0,01 menunjukan bahwa hipotesis yang diajukan diterima, hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi optimisme yang dimiliki maka semakin tinggi kualitas hidup yang dimilikioleh penderita diabetes mellitus. Begitu juga sebaliknya semakin rendah optimisme maka semakin rendah kualitas hidup yang dimiliki. Analisis koefisien determinasi (r²) variabel optimisme dengan variabel kualitas hidup sebesar 0,258. Hal tersebut menunjukkan bahwa optimisme memberikan sumbangan efektif sebesar 25,8% terhadap kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus. 5. Uji Beda Uji beda dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua means atau lebih. Uji beda yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kualitas hidup dan optimisme berdasarkan jenis kelamin, usia, tipe diabetes mellitus, pendapatan per bulan dan lama menderita diabetes mellitus. Tingkat kualitas hidup dan optimisme tersebut dapat dikatakan memiliki perbedaan, apabila nilai signifikansi yaitu p < 0,05. Hasil uji beda dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

22 22 Tabel18. Tabel Uji Beda Berdasarkan Jenis Kelamin Variabel Jenis Kelamin Mean P Keterangan Kualitas Laki-laki 82,53 Tidak ada perbedaan pada 0,238 Hidup Perempuan 79,65 tingkat kualitas hidup Berdasarkan tabel 18, hasil dari pengolaan data pada variabel kualitas hidup berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, diperoleh nilai signifikansi yaitu p = 0,238 (p > 0,05)dengan nilai mean pada laki-laki sebesar 82,53 dan nilai mean pada perempuan sebesar 79,65. Hasil uji beda yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan. Tabel19. Tabel Uji Beda Berdasarkan Usia Variabel Usia (tahun) Mean p Keterangan Kualitas < 50 79,18 Tidak ada perbedaan pada 0,263 Hidup > 50 81,92 tingkat kualitas hidup Berdasarkan tabel 19, hasil dari pengolaan data pada variabel kualitas hidup berdasarkan usia, diperoleh nilai signifikansi yaitu p = 0,263 (p > 0,05) dengan nilai mean pada usia < 50 tahun sebesar 79,18; dan nilai mean pada usia > 50 tahun sebesar 81,92. Hasil uji beda yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kualitas hidup antara usia < 50 tahun dan > 50 tahun. Tabel20. Tabel Uji Beda Berdasarkan Tipe Diabetes Mellitus Tipe Diabetes Variabel Mean P Keterangan Mellitus Kualitas Tipe I 81,03 Tidak ada perbedaan pada 0,810 Hidup Tipe II 80,33 tingkat kualitas hidup Berdasarkan tabel 20, hasil dari pengolaan data pada variabel kualitas hidup berdasarkan tipe diabetes mellitus yaitu tipe I dan tipe II, diperoleh nilai signifikansi yaitu p = 0,810 (p > 0,05)dengan nilai mean pada tipe I

23 23 sebesar 81,03 dan nilai mean pada tipe II sebesar 80,33. Hasil uji beda yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kualitas hidup antara tipe I dan tipe II. Tabel21. Tabel Uji Beda Berdasarkan Pendapatan Perbulan Pendapatan Variabel Mean P Keterangan Per Bulan Kualitas < Rp ,93 Ada perbedaan pada tingkat 0,009 Hidup > Rp ,24 kualitas hidup Berdasarkan tabel 21, hasil dari pengolaan data pada variabel kualitas hidup berdasarkan pendapatan per bulan yaitu < Rp dan > Rp , diperoleh nilai signifikansi yaitu p = 0,009 (p < 0,01)dengan nilai mean pada < Rp sebesar 76,93 dan nilai mean pada > Rp sebesar 83,24. Hasil uji beda yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kualitas hidup antara < Rp dan > Rp Tabel22. Tabel Uji Beda Berdasarkan Lama Menderita Diabetes Mellitus Lama Variabel Menderita DM Mean P Keterangan Kualitas < 5 tahun 78,00 Ada perbedaan pada tingkat 0,000 Hidup >5 tahun 86,21 kualitas hidup Berdasarkan tabel 22, hasil dari pengolaan data pada variabel kualitas hidup berdasarkan pendapatan per bulan yaitu < 5 tahun dan > 5 tahun, diperoleh nilai signifikansi yaitu p = 0,000 (p < 0,01)dengan nilai mean pada < 5 tahun sebesar 78,00 dan nilai mean pada > 5 tahun sebesar 86,21. Hasil uji beda yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kualitas hidup antara < 5 tahun dan > 5 tahun.

24 24 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penjelasan secara empiris mengenai hubungan positif antara optimisme dengan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus. Berdasarkan hasil analisis hipotesis yang dilakukan, diperoleh hasil r = 0,508 dengan p = 0,000 (p < 0,01) dan sumbangan efektif yang diberikan variabel optimisme terhadap variabel kualitas hidup sebesar 25,8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara optimisme dengan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus. Semakin tinggi optimisme yang dimiliki maka semakin tinggi kualitas hidup yang dimiliki penderita diabetes mellitus. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) (1996) yang mengatakan bahwa kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, dimana individu hidup dan hubungannya dengan harapan, tujuan, standar yang ditetapkan dan perhatian dari individu. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah faktor kepribadian yaitu optimisme. Hasil uji beda yang telah dilakukan pada variabel kualitas hidup berdasarkan jenis kelamin yaitu antara laki-laki dan perempuan diperoleh hasil p = 0,238 (p > 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kualias hidup antara laki-laki dan perempuan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adikusuma, dkk (2014) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup, dikarenakan laki-laki dan perempuan memiliki

25 25 kemampuan yang sama dalam menyelesaikan berbagai masalah. Laki-laki dan perempuan menyikapi dan berperilaku sesuai dengan yang diharapkan untuk mengelola penyakit diabetes mellitus yang dideritanya agar mencapai kondisi fisik yang lebih baik. Pada uji beda yang telah dilakukan berdasarkan usia, diperoleh hasil p = 0,263 (p > 0,05) pada variabel kualitas hidup, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kualitas hidup berdasarkan usia antara < 50 tahun dan > 50 tahun. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas, dkk (2013) yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus. Tidak adanya perbedaan dimungkinkan karena individu yang menderita diabetes mellitus dapat memiliki kualitas hidup yang baik tanpa melihat usianya saat itu, sehingga siapapun dapat meningkatkan kualitas hidupnya dalam menjalani kehidupannya dengan menderita penyakit diabetes mellitus. Pada uji beda yang telah dilakukan berdasarkan tipe diabetes mellitus, diperoleh hasil p = 0,810 (p > 0,05) pada variabel kualitas hidup. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kualitas hidup berdasarkan tipe diabetes mellitus yaitu tipe I dan tipe II. Penelitian yang searah juga dilakukan oleh Reid & Walker (2009) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tipe diabetes mellitus dengan kualitas hidup. Hal ini dikarenakan baik tipe I maupun tipe II keduanya sama-sama harus diikuti

26 26 dengan pengobatan yang rutin untuk mendapatkan kondisi fisik yang lebih baik, meskipun keduanya memiliki terapi yang berbada dalam proses pengobatan. Berbeda dengan hasil uji beda yang telah dilakukan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tipe diabetes mellitus, pada uji beda berdasarkan pendapatan per bulan diperoleh hasil p = 0,009 (p < 0,05) pada variabel kualitas hidup, hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kualitas hidup berdasarkan pendapatan per bulan antara < Rp dan > Rp Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Issa & Baiyewu (2006) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus. Selain itu, penelitian yang searah juga dilakukan oleh Ningtyas (2013) diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendapatan perbulan dengan kualitas hidup yang dimiliki pederita diabetes mellitus. Penghasilan yang rendah atau < Rp akan bisa mempengaruhi kondisi penyakit diabetes mellitus yang sudah ada, keterbatasan ekonomi akan membatasi individu untuk mencari informasi, perawatan dan pengobatan untuk dirinya dalam mengatasi penyakit yang dideritanya agar dapat membaik. Hal yang sama juga dihasilkan dari uji beda berdasarkan lama menderita diabetes mellitus pada variabel kualitas hidup yang diperoleh hasil p = 0,000 (p < 0,05), hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan berdasarkan lama menderita diabetes mellitus antara < 5 tahun dan > 5 tahun. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalda, dkk (2008) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama menderita dengan

27 27 kaulitas hidup penderita diabetes mellitus. Penelitian yang searah juga dilakukan oleh Ningtyas (2013) diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara lama menderita diabetes mellitus dengan kualitas hidup yang dimiliki oleh penderita diabetes mellitus. Individu yang telah menderita diabetes mellitus > 5 tahun memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan individu yang menderita diabetes mellitus < 5 tahun. Hal tersebut dikarenakan semakin lama menderita diabetes mellitus, individu tersebut sudah mulai dapat menerima kondisi dirinya dan mulai terbiasa dengan pengobatan yang harus selalu dilakukannya. Dibandingkan individu yang < 5 tahun menderita diabetes mellitus, kemungkinan individu tersebut masih merasakan perasaan tidak percaya dengan kondisi dirinya yang telah memiliki penyakit diabetes mellitus dengan pengobatan yang rutin dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bagaimana hubungan positif antara optimisme dengan kualitas hidup. Individu yang optimis dapat menerima realita dan kondisi hidupnya dan mencoba untuk melihat sisi positif dari kondisi buruk yang sedang dialaminya. Sikap mau menerima realitas pada penderita diabetes mellitus akan membuat individu tersebut mau menerima penyakit yang dideritanya dan mau melakukan pengobatan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pada individu yang memiliki sikap optimisme, akan menganggap bahwa penyebab kondisi yang tidak menyenangkan dalam hidupnya seperti penyakit diabetes mellitus yang dideritanya hanya bersifat sementara. Penyebab kondisi yang menyenangkan itu bersifat menetap atau selamanya. Sesuai dengan pendapat Icekson, dkk, (2014) yang mengatakan bahwa individu yang optimis

28 28 percaya bahwa mereka dapat mengatasi hambatan dan menganggap tugas sulit sebagai tantangan bukan ancaman. Individu yang memiliki sikap optimisme akan membantu meningkatkan kualitas hidupnya, sehingga individu tersebut dapat menjalankan kehidupannya dengan baik meskipun menderita penyakit diabetes mellitus. Kualitas hidup yang dimiliki penderita diabetes mellitus juga akan membuatnya menjadi lebih rajin melakukan pengobatan dan penyakit yang dideritanya tidak berpengaruh terhadap kehidupannya yang harus tetap dijalani. Kualitas hidup juga dibutuhkan untuk membantu dalam pemulihan kesehatan secara fisik maupun psikis dari penderita diabetes mellitus tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bowling (2014) bahwa kualitas hidup dalam mempertahankan individu yang lebih luas merupakan faktor yang penting dalam memastikan bahwa orang tersebut dapat hidup dengan baik dengan perawatan dan dukungan hingga datangnya kematian. Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa sebanyak 32 orang (80%) memiliki kualitas hidup dengan kategori sedang dan 8 orang (20%) memiliki kualitas hidup dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hampir subjek penelitian memiliki tingkat kualitas hidup yang sedang dan ada beberapa subjek penelitian yang memiliki tingkat kualitas hidup yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa subjek mengalami penurunan kualitas hidup hanya diawal ketika didiagnosa menderita diabetes mellitus. Hampir semua subjek telah menderita diabetes mellitus selama bertahun-tahun, sehingga subjek sedikit demi sedikit sudah mulai menerima kondisi kesehatannya dan mulai meningkatnya kualitas hidup yang dimiliki. Hingga saat ini, subjek

29 29 merasa hidupnya sudah semakin membaik dan mampu menjalani kehidupan dengan penyakit diabetes mellitus yang dideritanya dengan baik. Hal tersebut juga sesuai dengan teori Grief, menurut Kuber-Ross (Lim, 2013) di dalam teori Griefterdapat beberapa fase yaitu penolakan (Denial), marah (Anger), menawar (Bargaining), depresi (Depression), dan penerimaan (Acceptance). Beberapa subjek penelitian ini telah berada pada fase penerimaan (Acceptance) setelah bertahun-tahun melewati fase-fase sulit sebelumnya. Selain itu, berdasarkan data yang ada diketahui bahwa sebanyak 31 orang (77,5%) memiliki optimisme dengan kategori sedang dan 9 orang (22,5%) memiliki optimisme dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hampir subjek penelitian memiliki tingkat optimisme yang sedang dan ada beberapa subjek penelitian yang memiliki tingkat optimisme yang tinggi. Beberapa subjek penelitian menganggap bahwa dirinya harus tetap berusaha menjalani kehidupan yang lebih baik meski menderita penyakit diabetes mellitus. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Seligman (2008) yang menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu pandangan individu dalam menjelaskan peristiwa buruk di masa lalu. Peristiwa buruk tersebut disebabkan oleh faktor eksternal dan spesifik. Individu yang optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang telah lalu, tidak takut pada kegagalan dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba kembali bila gagal. Individu yang tidak optimis atau pesimis, merasa takut untuk berusaha mencoba kembali untuk menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, diperoleh bahwa beberapa subjek merasa dirinya diawal ketika didiagnosa menderita penyakit

30 30 diabetes mellitus kemungkinan daya tahan tubuhnya, energi untuk beraktivitas sehari-hari tidak akan sebaik dulu ketika belum menderita diabetes mellitus. Namun seiring berjalannya waktu, subjek merasa bahwa dirinya harus tetap harus menjalani hidup dengan lebih baik agar dapat mencapai kesembuhan serta dapat beraktivitas sesuai dengan kebutuhannya seperti yang biasa dilakukan sehari-hari. Sikap yang optimis tersebutlah yang membuat penyakit yang diderita dapat membaik, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Vilhena, dkk, (2014) bahwa optimisme dikaitkan dengan fisik yang lebih baik dan kesejahteraan mental, penurunan keparahan penyakit yang diderita, baik kemampuan fungsional dan emosional yang lebih baik. Penderita diabetes mellitus membutuhkan optimisme untuk dapat mencapai kondisi fisik yang lebih baik lagi. Penelitian yang dilakukan tentu memiliki kelemahan. Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak semua subjek mengisi kuesioner dengan sungguhsungguh dan beberapa pertanyaan tidak terisi, sehingga banyak kuesioner yang diisi dengan asal-asalan. Hal tersebut membuat kuesioner tersebut tidak dapat dianalisis dan membuat jumlah subjek menjadi berkurang. Selain itu, kelemahan penelitian ini juga terletak pada populasi penelitian yang jumlah subjek kurang banyak, dikarena waktu pengambilan data yang diberikan oleh instansi yang terlalu singkat, sehingga membuat peneliti terbatas dalam pengambilan data.

31 31 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan positif antara optimisme dengan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus. Semakin tinggi optimisme yang dimiliki maka semakin tinggi kualitas hidup yang dimiliki oleh penderita diabetes mellitus. Begitu juga sebaliknya semakin rendah optimisme maka semakin rendah kualitas hidup yang dimiliki. Saran 1. Penderita Diabetes Mellitus Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa penting bagi penderita diabetes mellitus untuk memiliki kualitas hidup dan berpikir optimisme. Hal ini dikarenakan kualitas hidup dan optimisme memiliki hubungan yang signifikan, sehingga penderita diabetes mellitus akan lebih baik lagi dalam menjalani kehidupan dengan penyakit yang dideritanya. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mencari subjek dengan jumlah yang lebih banyak lagi. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat lebih memperhatikan mengenai prosedur dalam pengambilan data seperti melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada subjek penelitian, kemudian memastikan apakah subjek benar-benar bersedia mengisi kuesioner yang akan

32 32 diberikan, karena sebagai peneliti tidak diperbolehkan untuk memaksa seseorang untuk menjadi subjek penelitian. 3. Puskesmas Ngaglik 1 Sleman Puskesmas Ngaglik 1 Sleman sebaiknya memberikan program berupa pendampingan psikologis bagi penderita diabetes mellitus yang baru menderita < 5 tahun, karena mereka yang menderita diabetes mellitus < 5 tahun perlu diberikan edukasi mengenai penanganan penyakit diabetes mellitus itu sendiri sehingga kualitas hidupnya dapat ditingkatkan. Selain itu, perlu diberikan keringanan biaya bagi penderita diabetes mellitus yang memiliki status ekonomi menengah kebawah dalam menjalani pengobatan. Hal ini dapat dengan melakukan penyuluhan menganai kartu jaminan kesehatan yang dapat digunakan bagi mereka yang kurang mampu dalam segi ekonomi untuk berobat dilayanan kesehatan seperti puskesmas.

33 33 DAFTAR PUSTAKA Adikusuma, W., Pertiwi, D.A., & Supadmi, W. (2014). Evaluasi kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 rumah sakit umum PKU Muhammadiyah Bantul. Prosiding Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal Al-Shehri, F.S. (2014). Quality of life among saudi diabetics. Journal of Diabetes Mellitus, 4, Augustin, M., Langenbruch, A. K., Gutknecht, M., Radtke, M. A., & Blome, C. (2012). Quality of life measures for dermatology: definition, evaluation, and interpretation. Journal Curr Derm Rep, 1, Azwar, S. (2001). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bastianello, M. R., Pacico, J. C. & Hutz, C. S. (2014). Optimism, self-esteem and personality: adaptation and validation of the brazilian version of the revised life orientation test (LOT-R). Journal Psico-USF, Bragança Paulista, 19, 3, Bowling, A. (2014). Quality of life: measures and meanings in social care research. London: Nihr School For Social Care Research Fatimah, R.N. (2015). Diabetes mellitus tipe 2. Jurnal MAJORITY, 4, 5 Felder, C. R. (2014). The accidental optimist. Virginia Journal of Social Policy & the Law, 21, 1 Gautam, R. & Passi, S. (2014). Assessing the role of coping styles as mediators for hope and optimism in measuring academic motivation among first generation learners. The International Journal of Indian Psychology, 2, 1 Icekson, T., Roskes, M. & Moran, S. (2014). Effects of optimism on creativity under approach and avoidance motivation. Journal Frontiers in Human, 8, 105 Issa, B.A. & Baiyewu, O. (2006). Quality of life of patients with diabetes mellitus in a nigeria teaching hospital. Hong Kong J Psychiatry, 16, 1

34 34 Kalda, R., Ratsep, A., & Lember, M. (2008). Predictors of quality of life patients with type 2 diabetes. Patient Preperence and Adherence, 2, Kamran, F. (2014). Optimism and quality of life after renal transplantation. American Journal of Applied Psychology, 2,1,22-26 Kumar S. G., Majumdar, A., & Pavithra, G. (2014). Quality of life (QOL) and its associated factors using WHOQOL-BREF among elderly in urban puducherry, India. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 8, 1, Kusumadewi, M. D. (2011). Peran stresor harian, optimisme dan regulasi diri terhadap kualitas hidup individu dengan diabetes melitus tipe 2. Jurnal Psikologi Islam (JPI), 8, 1, Larasati, T.A. (2012). Kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 di RS Abdul Moeloek propinsi Lampung. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Universitas Lampung, 2, 2, Lim, W.M. (2013). Revisiting kubler-ross s five stages of grief: some comments on the iphone 5. Journal of Social Sciences 9, 1, Mustapha, W., Hossain, Z. S. & O Loughlin, K. (2014). Management and impact of diabetes on quality of life among the lebanese community of Sydney: A quantitative study. Journal Diabetes Metab, 5, 1, 329 Mwangi, J. & Gitonga, L. (2014). Perceptions and use of herbal remedies among patients with diabetes mellitus in murang a north district, Kenya. Open Journal of Clinical Diagnostics, 4, Ningtyas, D.W., Wahyudi, P., & Prasetyowati, I. (2013). Analisis kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe II di RSUD Bangil kabupaten Pasuruan. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013 Pérez, C. L., Salamanca, M. V., Castañeda, I. A., Soto, P. B. & Vanegas, I. J. (2014). What makes us optimistic?: psychosocial factors as predictors of dispositional optimism in young people. Journal of terapia psicológica, 32, 2, Praktikto, N. M. (2014). Optimisme pada lansia ditinjau dari status pekerjaan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 3, 2 Pukeliene, V. & Starkauskiene, V. (2011). Quality of life: factors determining its measurement complexity. Inzinerine Ekonomika-Engineering Economics, 22, 2,

35 35 Reid, M.K.T. & Walker, S.P. (2009). Quality of life in caribbean youth with diabetes. West Indian Med J, 58, 3, 250 Reis, J. J. F., Gomes, M. K., Rodrigues, J., Gosling, A. P., Fontana, A. P., & Cunha, A. J. L. A., (2013). Pain and its consequences in quality of life: a study with WHOQOL-Bref in leprosy patients with neuropathic pain. Hindawi Publishing Corporation, 1-7 Ruhembe, C. C., Mosha, T. C. E., & Nyaruhucha, C. N. M. (2014). Prevalence and awareness of type 2 diabetes mellitus among adult population in Mwanza city, Tanzania. Tanzania Journal of Health Research, 16, 2 Scheier, M.F. & Carver, C.S. (1985). Optimism, coping, and health: assessment and implication of generalized outcome expectancies. Health Psychology, 4, Seligman, M.E.P. (2008). Menginstal Optimisme. Bandung: PT. Karya Kita Singh, S. & Mishra, S. (2014). Optimism-pessimism among adolescents-a gender based study. International Journal of Science and Research (IJSR), 3, 6 Somappa, H. K., Venkatesha, M. & Prasad, R. (2014). Quality of life assessment among type 2 diabetic patients in rural tertiary centre. International Journal of Medical Science and Public Health, 3, 4 Suriani, N. (2012). Gangguan metabolisme karbohidrat pada diabetes melitus. Thesis. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang Theofilou, P. (2013). Quality of life: definition and measurement. Europe's Journal of Psychology, 9, 1, Vilhena, E., Pais-Ribeiro, J., Silva, I., Pedro, L., Meneses, R. F., Cardoso, H., Da Silva, A. M., & Mendonça, D. (2014). Optimism on quality of life in Portuguese chronic patients: moderator/mediator?. Rev Assoc Med Bras, 60, 4, World Health Organization. (1996). WHOQOL-BREF introduction, administration, scoring and generic version of the assessment. Switzerland: Programme on Mental Health Zainuddin, Utomo, W. & Herlina. (2015). Hubungan stres dengan kualitas hidup penderita diabetes mellitus tipe 2. JOM, 2, 1

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pada penderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup 1. Pengertian Kualitas Hidup Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) (1996), kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi individu

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 adalah salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dahulu dikenal dengan nama non insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data statistik organisasi WHO tahun 2011 menyebutkan Indonesia menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak setelah Amerika Serikat, China, India.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian terbesar di seluruh dunia, salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di kampus program studi Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan individu. Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan kurangnya olahraga telah menjadi pola hidup masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Karena dalam pengolahan data peneliti menggunakan perhitungan statistik yang telah baku dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah ibu muda yang baru saja menjalani proses persalinan dan memeriksakan diri di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Gaya Manajemen Konflik 2. Variabel Bebas : Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Responden penelitian ini melibatkan 56 pasien diabetes melitus yang melakukan kontrol rutin di poli penyakit dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Kualitas Hidup 2. Variabel Bebas : Efikasi Diri B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Profil Responden Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji coba terpakai, yaitu pengambilan data dilakukan satu kali yang digunakan untuk uji alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang bertujuan untuk mengetahui BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Suchman dalam Nazir, 005). Penelitian ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan teknik pendekatan korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar gula dalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi perhatian utama secara global dalam kesehatan. Setiap tahun terjadi peningkatan kasus dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: 1. Variabel independen : body image 2. Variabel dependen : perilaku diet

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: 1. Variabel independen : body image 2. Variabel dependen : perilaku diet BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik khusus yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi variabel-variabel penelitian. 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi variabel-variabel penelitian. 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi variabel-variabel penelitian 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi 2. Variabel bebas : Komunikasi efektif bidan-pasien B. Definisi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. uji asumsi dan uji hipotesis terhadap data penelitian tersebut.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. uji asumsi dan uji hipotesis terhadap data penelitian tersebut. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan try out terpakai, sehingga data yang sudah valid dan reliabel menjadi data penelitian. Selanjutnya dilakukan uji asumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Untuk membuktikan secara empiris hipotesis pada Bab II tersebut, maka variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Usman (1996:

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1 Variabel Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah % BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Partisipan Penelitian dilakukan kepada 70 karyawan PT. YMMI. Gambaran umum partisipan penelitian merupakan gambaran demografis penyebaran partisipan dilihat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah Semarang. Rumah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa hubungan antara konformitas pada produk dan perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian Proses pengambilan data penelitian ini dimulai pada hari Selasa, 5 April 2016 hingga 13 April

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identivikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013). BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas data menggunakan program SPSS 16, didapatkan hasil bahwa data neuroticism memiliki nilai z = 0,605 dengan signifikansi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional, yaitu penelitian yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diprediksi memiliki hubungan. A. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah komorbiditas pada pasien hemodialisa. Kualitas hidup diukur setelah 2

BAB III METODE PENELITIAN. adalah komorbiditas pada pasien hemodialisa. Kualitas hidup diukur setelah 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif. Faktor resiko yang diteliti adalah komorbiditas pada pasien hemodialisa. Kualitas hidup diukur setelah 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan strategi yang mengatur latar (setting) penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Sastroasmoro dan Ismael (2011) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Peneliti akan menguraikan tentang gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin. Kemudian menjelaskan secara deskriptif dengan di sertai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan di RSUD dr. H. Slamet Martodirdjo, Kabupaten Pamekasan. Selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK Oleh: Amalia Gia Puspita Fuad Nashori PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi data hasil penelitian tersebut. Setelah dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan linieritas selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. khususnya pada kelompok PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) Semarang. PERSADIA Semarang merupakan bagian dari RS Panti

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. khususnya pada kelompok PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) Semarang. PERSADIA Semarang merupakan bagian dari RS Panti 58 BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang, khususnya pada kelompok PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) Semarang. PERSADIA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena data 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka dan analisisnya menekankan pada data numerikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya. Pada tahun 2003 prevalensi diabetes di dunia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol dari beberapa tahapan yang logis. Sedangkan rancangan penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 menyatakan bahwa terdapat 3,2 juta penduduk dunia meninggal karena penyakit diabetes mellitus (DM) setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel diartikan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel diartikan sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan strategi yang mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang tetap sesuai dengan karakteristik dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai muncul gejala utama yang khas, yakni urine yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atas dua macam yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. atas dua macam yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Oleh: NAMA :Twenty

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

Purnamaningrat, A.A.I.D. 1, Antari, N.P.U. 1, Larasanty, L.P.F. 1. Universitas Udayana

Purnamaningrat, A.A.I.D. 1, Antari, N.P.U. 1, Larasanty, L.P.F. 1. Universitas Udayana TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PENGGUNAAN OBAT METFORMIN GENERIK DAN METFORMIN GENERIK BERMEREK (BRANDED GENERIC) PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM TABANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2009). B. Identifikasi Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2009). B. Identifikasi Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan dipengaruhi dari pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olahraga dan stress.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan dipengaruhi dari pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olahraga dan stress. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan dipengaruhi dari pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olahraga dan stress. Perubahan gaya hidup terutama di kotakota besar menyebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persiapan administrasi. Sebelum persiapan penelitian ada tahap-tahap yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persiapan administrasi. Sebelum persiapan penelitian ada tahap-tahap yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Sebelum melaksanakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak terdapat kendala dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health Organization [WHO], 2011). DM termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari gambaran umum subjek, hasil uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%). BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Paparan Demografis Responden 4.1.1 Gambaran Usia Rentang usia responden pada penelitian ini adalah 21-39 tahun dengan mean usai 31,5 tahun. Jumlah responden terbanyak ada pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres

Lebih terperinci

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. sekolah negeri milik pemerintah setingkat menengah atas dengan visi

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. sekolah negeri milik pemerintah setingkat menengah atas dengan visi 33 BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sedayu. Sekolah ini terletak di Argomulyo Sedayu Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah di atas normal (hiperglikemia) akibat kelainan pada sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005; I. PENDAHULUAN Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia dimana penyakit ini dapat menimbulkan gangguan ke organ-organ tubuh lainnya karena terjadi defisiensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pernyataan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian adalah merupakan suatu rangkain kegiatan ilmiah yaitu dalam rangka pemecahan suatu permalasahan. Hasil penelitian tidak perna dimaksudkan sebagai suatu pemecahan langsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional adalah penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial. b. Variabel bebas (X), yaitu Gender

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial. b. Variabel bebas (X), yaitu Gender BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : a. Variabel terikat (Y), yaitu Perilaku Prososial

Lebih terperinci