IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN HALAL DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA SEPATU KULIT DI PABRIK SEPATU KULIT CATENZO AHMAD WALIYUDDIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN HALAL DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA SEPATU KULIT DI PABRIK SEPATU KULIT CATENZO AHMAD WALIYUDDIN"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN HALAL DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA SEPATU KULIT DI PABRIK SEPATU KULIT CATENZO AHMAD WALIYUDDIN DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Implementasi Sistem Jaminan Halal dan Standar Nasional Indonesia Sepatu Kulit di Pabrik Sepatu Kulit Catenzo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak ciptaa dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2017 Ahmad Waliyuddin NIM F

4

5 ABSTRAK AHMAD WALIYUDDIN. Implementasi Sistem Jaminan Halal dan Standar Nasional Indonesia Sepatu Kulit di Pabrik Sepatu Kulit Catenzo. Dibimbing oleh MUSLICH. Sepatu kulit merupakan salah satu barang gunaan yang dipasarkan di Indonesia dan diharapkan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) sepatu kulit nomor :2009 sehingga dapat meningkatkan jaminan mutu dan kepercayaan masyarakat terhadap produk sepatu kulit. Selain pemenuhan SNI, Sistem Jaminan Halal (SJH) saat ini perlu diterapkan untuk barang gunaan sepatu kulit untuk menunjukkan status kehalalan produk serta pemenuhan peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun Pabrik sepatu kulit Catenzo telah memproduksi dan memasarkan sepatu kulit sejak tahun 2007 namun produk yang dihasilkan belum pernah diuji sepenuhnya terhadap SNI sepatu kulit dan persyaratan sertifikasi halal HAS Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan manual SJH dan uji coba penerapannya di pabrik sepatu kulit Catenzo. Manual SJH yang disusun berisi kebijakan halal, tim manajemen halal dan prosedur implementasi, evaluasi serta perbaikan sistem. Manual SJH disusun sesuai dengan proses bisnis dan kondisi nyata di pabrik sepatu kulit Catenzo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manual SJH dapat diimplementasikan kecuali pelatihan eksternal dan pengujian ketahanan kikis Grasselli. Kata kunci : barang guna, sepatu kulit, sistem jaminan halal ABSTRACT AHMAD WALIYUDDIN. Implementation of halal assurance system and Indonesia national standard regulation leather shoes in the leather shoe factories Catenzo. Supervised by MUSLICH. Leather shoes is one of the leather product that being distributed in Indonesia and expected to meet Indonesian National Standard Regulation (SNI) number so that can increase its quality assurance and people trust towards to leather shoes product. Today halal assurance system is becoming more needed to be implemented for leather shoes product in order to fulfill the Act Law Republic of Indonesia Number 33 Year Catenzo Leather Shoe factories has been producing and marketing leather shoes since 2007, but has not yet been examined according to SNI and Halal Assurance System (HAS) 2300 recquirements. The purpose of this research is to develop and implement SJH manual for Catenzo leather shoe factories. SJH manual is created with halal policy, halal management team and implement procedures, evaluation and improvement system. SJH manual is created according to business process and real condition in Catenzo leather shoe factories. The results was that SJH manual can be implemented except eksternal training from LPPOM MUI and Grasselli abrasion resistance testing. Keywords: halal assurance system, leather shoes, order goods.

6

7 IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN HALAL DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA SEPATU KULIT DI PABRIK SEPATU KULIT CATENZO AHMAD WALIYUDDIN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8

9 Judul Skripsi: Implune,lrtasi Sistem Jaminan Halal dan Standar Nasional Indonesia Sepatu Kulit di Pabrik Sepatu Kulit Catenzo, : AhmadWaliyrddin : F Narna N[trI Disetujui oleh 4- Dr Iq MBsIich N{Sil Pembirnbing ''st;iiiy: sdffij, $a.ffi&)* Tanggal Lulus: 2 5 IAN 2011

10

11 PRAKATA Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul Implementasi Sistem Jaminan Halal Dan Standar Nasional Indonesia Sepatu Kulit di Pabrik Sepatu Kulit Catenzo berhasil diselesaikan. Penyelesaian karya ilmiah ini terlaksana antara lain berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr Ir Muslich MSi selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya selama perkuliahan, penelitian dan penyelesaian skripsi. 2. Bapak Lukmanul Hakim dan Ibu Tita Juwitasari selaku orang tua Penulis, Nurma dan Sani selaku adik Penulis, Bapak Harun selaku paman Penulis yang mendukung fasilitas selama proses penelitian dan seluruh keluarga yang telah mendoakan serta memotivasi selama proses perkuliahan. 3. Bapak Utang selaku pemilik, Bapak Taufik selaku pembimbing pabrik, dan seluruh staff Pabrik Sepatu Kulit Catenzo atas bantuan kepada Penulis dalam melaksanakan penelitian. 4. Keluarga besar Tinnovator dan teman teman Penulis atas semua dukungan berupa doa, motivasi maupun hal lainnya yang bermanfaat bagi Penulis. Semoga karya tulis ini bermanfaat. Bogor, Januari 2017 Ahmad Waliyuddin

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 METODE 2 Pengumpulan Data 2 Penyusunan Manual 2 Implementasi Manual dan Perbaikannya 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 3 Keadaan Umum dan Proses Bisnis 3 Penyusunan Manual 3 Implementasi Manual SJH 3 Rekomendasi Perbaikan 11 SIMPULAN DAN SARAN 14 Simpulan 14 Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 15 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 44

14 DAFTAR TABEL 1 Hasil implementasi manual SJH di pabrik sepatu kulit Catenzo 4 2 Hasil penelusuran bahan 7 3 Hasil pengujian bahan untuk SNI 8 4 Hasil uji produk 9 5 Perhitungan nilai TCR 13 DAFTAR GAMBAR 1 Bagan tim manajemen halal 6 2 Tata letak dan stasiun kerja pabrik Catenzo 11 3 Diagram keterkaitan aktivitas 12 4 Desain perbaikan ruangan dan tata letak stasiun kerja 13 5 Tempat penyimpanan bahan atap 37 6 Tempat penyimpanan bahan ruangan 37 7 Proses pengguratan 38 8 Proses pembuatan upper 38 9 Proses penjahitan Proses Sol Proses Penyempurnaan Akhir Proses Penomoran Produk Implementasi Pelatihan dan Edukasi serta Kaji Ulang Manajemen 41 SJH 14 Form implementasi Kaji Ulang Manajemen SJH Form implementasi pelatihan dan edukasi SJH Implementasi Kebijakan Halal 43 DAFTAR LAMPIRAN 1 Manual SJH 17 2 Dokumentasi 37 3 Alur Proses Produksi 38 4 Implementasi 41

15 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sepatu kulit merupakan salah satu barang gunaan yang banyak digunakan masyarakat. Sebagai produk yang diedarkan di masyarakat, sepatu kulit diharapkan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) sepatu kulit nomor :2009. SNI :2009 meliputi sepatu kulit dengan sistem lem dan menggunakan sol pada perakitannya untuk pria dan wanita. Meskipun SNI tersebut tidak termasuk SNI wajib tetapi pemenuhan persyaratan dalam SNI akan menjamin kualitas produk dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk sepatu kulit (BSN 2015). Selain penerapan dari SNI, sepatu kulit sebagai barang gunaan juga diharapkan harus terjamin kehalalannya. Pentingnya hal ini karena UU nomor 33 tahun 2014 mempersyaratkan pemenuhan tersebut selambat-lambatnya pada tahun Sepatu kulit yang jelas kehalalannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat khususnya muslim di Indonesia, hal ini karena munculnya sepatu kulit terbuat dari kulit babi yang tergolong diharamkan dalam syariat islam. Peraturan UU nomor 33 tahun 2014 saat ini belum diberlakukan, maka untuk menjamin kehalalan produk sepatu kulit persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebelas kriteria dalam persyaratan sertifikasi halal MUI yaitu HAS Pabrik sepatu kulit Catenzo telah memproduksi sepatu kulit pria dan wanita sejak tahun Namun pemenuhan persyaratan mutu SNI dan status kehalalan produk belum pernah dibuktikan. Penyebab hal ini antara lain disebabkan oleh belum adanya pemahaman kedua persyaratan tersebut secara komprehensif, belum adanya komitmen dari manajemen dan seluruh pekerja serta belum adanya panduan teknis untuk implementasi kedua standar tersebut. Panduan teknis yang sederhana, mudah dipahami dan sesuai dengan proses bisnis diperlukan pabrik sepatu kulit Catenzo untuk dapat memenuhi persyaratan SNI dan sistem jaminan halal sepatu kulit. Sesuai dengan HAS 23000, panduan ini disebut manual SJH yang dapat disusun untuk memenuhi dua persyaratan sekaligus, yaitu SNI produk sepatu kulit dan HAS Berdasarkan hal tersebut, penyusunan manual SJH dan uji coba penerapannya dianggap penting untuk membantu pabrik sepatu kulit Catenzo meningkatkan kualitas produknya dengan cara memenuhi persyaratan SNI dan sistem jaminan halal. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menyusun dan mengimplementasikan manual SJH yang sesuai dengan HAS dan SNI :2009 untuk sepatu kulit di pabrik sepatu kulit Catenzo serta membuat rekomendasi perbaikannya.

16 2 METODE Pengumpulan Data Penelitian lapangan dilaksanakan di pabrik sepatu kulit Catenzo selama lima bulan, yaitu dari bulan April - Juni dan Agustus September Data primer dan data sekunder dikumpulkan melalui pengamatan kegiatan di lapangan dan wawancara dengan pemilik serta karyawan pabrik sepatu kulit Catenzo. Data primer yang dibutuhkan antara lain bahan yang digunakan, proses produksi, produk yang dihasilkan, fasilitas produksi yang digunakan, tata letak pabrik dan struktur manajemen pabrik yang dilakukan. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain adalah kondisi umum pabrik. Penyusunan Manual Manual SJH pabrik sepatu kulit Catenzo disusun untuk memenuhi dua persyaratan atau standar, yaitu persyaratan SNI dan sistem jaminan halal (HAS 23000) sepatu kulit. Manual ini berisi panduan teknis cara memenuhi kedua persyaratan tersebut. Persyaratan yang diharuskan oleh dua standar tersebut diidentifikasi dan disusun cara memenuhinya. Jika ditemukan persyaratan yang hanya diharuskan oleh salah satu standar, maka cara memenuhinya ditulis secara terpisah dalam manual. Beberapa prosedur dibuat sebagai panduan kegiatan teknis di pabrik. Pengembangan prosedur ini dilakukan dengan cara mengkaji dan memperbaiki prosedur yang sudah ada. Penyusunan prosedur ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi di pabrik sepatu kulit Catenzo. Beberapa dokumen dituliskan dalam lampiran sebagai bagian terpisah dari manual SJH yang disusun. Implementasi Manual dan Perbaikannya Manual SJH yang telah disusun diuji coba diterapkan dalam aktivitas rutin di pabrik sepatu kulit Catenzo. Implementasi ini dilakukan secara bersama-sama dengan pihak pabrik. Jika ditemukan bagian dari manual yang tidak dapat diterapkan maka dilakukan analisis untuk mengetahui sebabnya dan merumuskan cara perbaikannya. Perbaikan yang disusun dapat berupa perbaikan isi manual atau hanya berupa rekomendasi perbaikan jika penerapannya membutuhkan biaya besar.

17 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum dan Proses Bisnis Pabrik sepatu kulit Catenzo merupakan pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Cibaduyut No. 9, Kebon Lega, Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat. Pabrik sepatu kulit Catenzo merupakan salah satu pabrik dari Catenzo, pabrik lain dibawah naungan Catenzo selain pabrik sepatu kulit yaitu pabrik sepatu anak Catenzo Junior, sepatu modern Catenzo dan T-shirt Catenzo. Pabrik sepatu kulit Catenzo memproduksi khusus sepatu kulit berbahan dasar kulit sapi yang didapatkan dari pemasok di Garut. Pabrik sepatu kulit Catenzo memproduksi sepatu kulit untuk pria dan wanita dengan total sebanyak jenis model per tahun. Pabrik sepatu kulit Catenzo memiliki tiga gedung, yaitu gedung produksi, gedung kantor dan gedung penjualan. Alur proses produksi sepatu kulit Catenzo yaitu pengguratan, pembentukan bagian atap sepatu, penjahitan, sol dan penyempurnaan. Pengguratan merupakan pembentukan model awal pada bahan kulit sapi, pembentukan bagian atap adalah pembentukan bagian atas sepatu, sedangkan penjahitan merupakan proses jahit bagian yang sudah dibentuk sesuai model pengguratan. Proses sol dilakukan dengan bahan sol karet yang dicampur plastik agar sepatu yang terbentuk kuat dan dapat menyatukan bagian sepatu dengan baik. Proses ini menggunakan alat mesin press agar sepatu lebih kokoh. Tahapan penyempurnaan dilakukan penambahan atribut atribut pendukung seperti bagian bawah dalam yang terbuat dari kertas dilapisi kain, penambahan semir serta pengecekan oleh divisi Quality Control agar tidak ada kecacatan sebelum dipasarkan. Penjualan produk sepatu kulit Catenzo dilakukan di toko-toko Catenzo yang berada di daerah sekitar Cibaduyut, Bandung. Penyusunan Manual Pembuatan manual SJH mengacu pada HAS dan SNI Kedua standar ini memiliki kriteria yang harus dipenuhi pabrik sepatu kulit. Sistem jaminan halal memiliki sebelas kriteria yang harus dipenuhi sedangkan standar nasional Indonesia memiliki tiga kriteria yang harus dipenuhi. Manual SJH yang disusun terdiri dari pendahuluan, kebijakan, tim manajemen halal, pelatihan dan edukasi, bahan, produk, fasilitas produksi, prosedur tertulis aktivitas kritis, kemampuan telusur, penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria, audit internal dan lampiran. Panduan dalam manual SJH ini sudah menggabungkan dua persyaratan yaitu HAS dan SNI. Manual SJH selengkapnya disajikan pada lampiran 1. Implementasi Manual SJH Uji coba implementasi SJH menunjukkan bahwa hampir semua panduan pemenuhan persyaratan dapat dilaksanakan dan hasilnya memenuhi persyaratan. Persyaratan yang belum dapat dipenuhi adalah persyaratan pelatihan eksternal

18 4 karena belum ada satupun dari tim manajemen halal yang mengikuti pelatihan di LPPOM MUI. Persyaratan ini akan dipenuhi sebelum pengajuan sertifikasi halal produk dilakukan. Persyaratan lain yang juga belum dipenuhi adalah persyaratan bahan, yaitu belum dilakukannya pengujian ketahanan kikis Grasselli. Ringkasan hasil implementasi manual SJH disajikan di Tabel 1. Tabel 1 Hasil implementasi manual SJH di pabrik sepatu kulit Catenzo Kriteria Hasil Implementasi Keterangan Kebijakan Halal Terpenuhi Sosialisasi poster Tim Manajemen Halal Terpenuhi Diberikan mandat pada tanggal 23 Agustus 2016 Pelatihan dan Edukasi Bahan Terpenuhi sebagian Terpenuhi sebagian Belum mengikuti pelatihan eksternal. Pelatihan internal dilakukan 25 Agustus 2016 Belum dilakukan pengujian kikis Grasselli Produk Terpenuhi Fasilitas Produksi Terpenuhi Diperlukan perbaikan tata letak Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis Terpenuhi Sosialisasi lisan Kemampuan Telusur Terpenuhi Dilakukan penomoran produk untuk menelusuri bahan Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria Terpenuhi Dilakukan pmusnahan dan proses ulang jika memungkinkan Audit Internal Terpenuhi Dilakukan dengan kuisioner pada bulan Agustus Kaji Ulang Manajemen Terpenuhi Dilakukan 25 Agustus 2016

19 5 Kebijakan Kebijakan yang diimplementasikan pabrik sepatu kulit Catenzo berbunyi Pabrik Sepatu Kulit Catenzo berkomitmen untuk menerapkan dan menghasilkan produk sepatu kulit yang berkualitas SNI dan halal secara berkelanjutan sesuai dengan persyaratan HAS MUI dan SNI Komitmen ini dilakukan dengan menggunakan bahan dan fasilitas produksi yang sesuai dengan persyaratan sertifikasi halal HAS MUI serta membentuk tim Manajemen Halal guna menerapkan, menyusun dan memperbaiki Sistem Jaminan Halal di Pabrik Sepatu Kulit Catenzo. Pabrik Sepatu Kulit Catenzo menjamin bahwa kebijakan ini di aplikasikan oleh seluruh pemangku kepentingan (Stake holder) pabrik. Sosialisasi kebijakan dengan lisan dan tulisan poster yang dipasang di ruang kantor dan proses produksi dengan bukti dapat dilihat pada Lampiran 4. Tim manajemen halal Tim manajemen halal yaitu grup yang terdiri dari beberapa orang pabrik sepatu kulit Catenzo yang terlibat dalam aktivitas kritis. Tim manajemen halal pabrik sepatu kulit Catenzo ditunjuk langsung oleh komisaris dengan tugas untuk penyusunan, penerapan, dan perbaikan berkelanjutan sistem jaminan halal pabrik tersebut. Tim manajemen halal dibentuk dengan Koordinator yaitu Manajer Operasional dan anggota seluruh Manajer yang terlibat aktivitas kritis. Aktivitas kritis yang diperlukan disini yaitu mengenai kehalalan dari prosesnya agar sistem jaminan halal dapat diterapkan. Bagan tim manajemen halal pabrik sepatu kulit Catenzo dapat dilihat pada Gambar 1. Ir. Utang Jujur SH MM Komisaris H. Budi Mulyadi General Manajer Taufik Hidayat Koordinator Tim Manajemen Halal Indra Prahasta Manajer RND Saefudin Manajer Marketing Erick Mohammad Rizki Manajer SDM Gambar 1 Bagan tim manajemen halal

20 6 Pelatihan dan edukasi Pelatihan dan edukasi ini dibagi menjadi dua jenis yaitu pelatihan eksternal dan pelatihan internal. Pelatihan eksternal yang dimaksud yaitu pabrik sepatu kulit Catenzo mengikuti pelatihan yang diadakan oleh LPPOM MUI mengenai sistem jaminan halal dan hingga saat ini hal tersebut belum dilakukan. Pelatihan internal adalah program yang dilakukan pabrik dengan materi diberikan oleh karyawan yang telah mengikuti pelatihan eksternal. Pabrik sepatu kulit Catenzo belum pernah mengikuti pelatihan eksternal mengenai sistem jaminan halal dari LPPOM MUI maupun standar nasional Indonesia dari BSN. Implementasi pelatihan internal mengenai sistem jaminan halal untuk pabrik sepatu kulit Catenzo sudah dilakukan. Pelaksanaan pelatihan dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2016 dan telah mencakup kriteria kelulusan untuk menjamin kompetensi personel disertakan bukti pelaksanaan yang dipelihara seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Bahan Pabrik sepatu kulit Catenzo menggunakan bahan baku kulit sapi samak, kertas karton, benang, sol karet, sol campuran karet dan plastik serta kain. Bahan tambahannya yaitu semir, lem fox, lem aibon, dan air. Sebagian besar bahan yang digunakan pada pabrik sepatu kulit Catenzo didapat dari toko bahan pembuatan sepatu yang berada di Bandung, sehingga tidak memiliki dokumen pendukung mengenai status kehalalan bahan yang mencukupi. Keterbatasan informasi dari toko mengakibatkan dokumen pendukung yang dimiliki hanya berupa bukti pembelian, oleh karena itu dilakukan kajian asal-usul bahan dengan cara menelusuri sumber informasi produk secara langsung dan melalui internet untuk melihat proses pembuatan serta komposisi bahan yang digunakan. Penelusuran dilakukan untuk kulit sapi dan didapatkan hasil sudah disamak sehingga dikategorikan suci dan diperbolehkan, kertas karton terdiri dari selulosa yang diproses secara kimia dengan bahan kimia atau pembantu yang lazim digunakan antara lain etanol, pemutih hidrogen peroksid dan natrium bisufat, penghancur kayu secara kimia asam sulfat dan sodium hidroksid. Sol yang digunakan berasal dari karet dengan proses fisik dan kimiawi pada umumnya antara lain vulkanisasi dan bahan kimia formaldehida sebagai perekat (Santoso 2008). Benang yang digunakan berasal dari serat sintetis dengan bantuan proses kimia menggunakan bahan kimia pada proses pembuatan umumnya antara lain asetat anrihidra. Kain berasal dari tanaman kapas yang diproses secara mekanis, semir yang digunakan berkomposisi dari resin tanaman yang prosesnya tidak bisa ditelusuri karena pembuatannya berada di Italy. Lem fox yang digunakan dibuat dengan proses kimia dari campuran polyvinyl acetat, polyvynil alcohol, dextrin, resol 65% dan air. Lem aibon yang digunakan terbentuk dari lysergic acid diethylamide dengan proses kimia yang diperbolehkan sebagai fungsi lem. Hasil penelusuran tersebut menunjukkan kriteria dapat dinilai terpenuhi karena bukan dari bahan yang diharamkan dan bahan termasuk suci untuk digunakan. Bahan lain yaitu air merupakan bahan yang terdaftar dalam halal positive list materials. Halal positive list materials merupakan daftar bahan yang sudah dipastikan halal dan teruji dari segi sains maupun fatwanya oleh MUI, serta tidak

21 akan mempengaruhi kehalalan dari suatu produk saat proses berlangsung (MUI 2012). Hasil ini menunjukkan kriteria bahan sudah terpenuhi untuk penerapan sistem jaminan halal. Daftar bahan yang digunakan oleh pabrik sepatu kulit Catenzo dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil penelusuran bahan Bahan Bukti Pendukung Hasil Kulit Sapi Nota pembelian Kulit sapi telah disamak Samak Kertas Karton Nota pembelian Berasal dari serat selulosa Sol Nota pembelian Berasal dari karet yang di vulkanisasi dengan bantuan bahan kimia Benang Nota pembelian Berasal dari serat sintetis yang diproses secara kimia dengan bahan antara lain asetat anrihida Kain Nota pembelian Berasal dari serat tanaman yang diproses secara mekanis Semir Nota pembelian Berasal dari resin tanaman 7 Lem Fox Nota pembelian Berasal dari proses kimia secara umum dengan bahan antara lain polyvinyl acetat, polyvynil alcohol, dextrin, resol dan air Lem Aibon Nota pembelian Berasal dari lysergic acid diethylamide dengan proses kimia yang diperbolehkan sebagai fungsi lem Mengenai kriteria dari SNI, masih terdapat kriteria uji yang tidak dapat dilakukan yaitu pengujian ketahanan kikis Grasselli pada bahan kulit disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya di tempat pengujian yang belum mencukupi. Hasil pengujian bahan untuk Standari Nasional Indonesia (SNI) dapat dilihat pada Tabel 3.

22 8 Tabel 3 Hasil pengujian bahan untuk SNI (BSN 2009) Jenis Uji Bahan Persyaratan Mutu SNI Kulit sapi nappa Nerf asli, samak nabati, krome atau kombinasi, tebal minimal 0,8 mm Lapis bagian depan tekstil Anyaman benang tidak putus/lemas Tebal 0,4 0,6 mm Hasil Uji Pabrik Catenzo Nerf asli kulit samak nabati Tebal 0,88 mm Sudah sesuai Tebal 0,47 mm Lapis bagian samping Tebal 0,6 1,0 mm Tebal 0,71 mm Pengeras : Tebal bagian pengeras depan Tebal 0,9 1,0 mm Tebal 0,92 mm Tebal bagian pengeras Tebal 0,8 1,6 mm Tebal 1,24 mm belakang Benang jahit Sol dalam : Bahan karton Bahan kulit Jumlah helai dalam lilitan 2 atau 3 Tebal minimal 1,8 mm Tebal minimal 1,5 mm Penguat tengah Tebal minimal 1,2 mm 2 helai dalam lilitan Tebal 2,22 mm Tebal 1,61 mm Tebal 1,21 Kekerasan karet shore A 56 shore A Tegangan putus Min 150 kg/cm 2 159,3 kg/cm 2 Hak - Pria - Wanita Tutup hak - Pria - Wanita Tatakan - Pria - Wanita Tebal : Minimal 2,5 mm 2,5 5,0 mm Tebal : Minimal 4,0 mm 4 6 mm Tebal : Minimal 1,0 mm 0,7 1,5 mm Tebal 2,72 mm Tebal 3,11 mm Tebal 4,43 mm Tebal 4,92 mm Tebal 1,22 mm Tebal 0,78 mm

23 9 Produk Produk untuk sistem jaminan halal sudah sesuai karena tidak menggunakan nama atau merek yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau ibadah yang tidak sesuai dengan syariah islam (MUI 2012). Nama Catenzo merupakan hasil modifikasi dari bahasa sunda katenjo yang artinya terlihat. Syarat produk menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pabrik sepatu kulit Catenzo sudah menerapkan kriteria produk untuk sistem jaminan halal dan standar nasional Indonesia. Tabel 4 Hasil uji produk (BSN 2009) Jenis Bagian Produk Persyaratan Hasil Uji Bentuk sepatu kiri dan kanan Bagian atas dan bawah Kedudukan sepatu pada bidang datar Pencantuman tanda, kode pada bagian dalam sepatu kiri dan kanan Jahitan Tinggi sepatu dan sol untuk kanan dan kiri dengan ukuran yang sama Nomor sepatu kanan dan kiri Harus simetris Tidak cacat atau rusak dan harus melekat dengan rapat Harus bertumpu pada garis gemur dengan kedudukan hak harus rapat Harus sama dan simetris Harus rapi, tidak menumpuk, meloncat dan tidak putus, minimal 3 jeratan Harus sama Harus sama Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Terpenuhi Fasilitas Produksi Pabrik sepatu kulit Catenzo sudah memenuhi kriteria fasilitas produksi dari sistem jaminan halal dan SNI. Namun masih ditemukan kekurangan, yaitu kebersihan tempat kerja kurang terjaga yang salah satu penyebabnya karena pekerja diperbolehkan makan sambal bekerja. Aspek lain yang juga perlu perbaikan adalah keamanan pekerja. Selama ini bahan ditempatkan di rak yang ada di dinding bagian atas sehingga beresiko menimbulkan kecelakaan kerja. Selain itu, ruangan penyimpanan belum dilengkapi jendela atau exhauster sehingga dapat menyebabkan penurunan kesehatan pekerja.

24 10 Prosedur tertulis aktivitas kritis Pabrik sepatu kulit Catenzo memiliki prosedur tertulis aktivitas kritis mencakup seleksi bahan baru, pembelian bahan, formulasi produk, pemeriksaan bahan datang, produksi, pencucian fasilitas produksi dan peralatan pembantu serta penyimpanan dan penanganan produk. Seluruh prosedur yang terlibat aktivitas kritis tersebut disosialisasikan ke semua pihak terlibat melalui lisan serta diawasi oleh tim manajemen halal. Hasil dari kegiatan ini berlangsung secara baik dan hasil menunjukkan sudah memenuhi kriteria. Kemampuan telusur Penelusuran yang dilakukan pabrik sepatu kulit Catenzo kesesuaian terhadap bahan yang digunakan dengan kriteria bahan. Pabrik tersebut memiliki kemampuan telusur dengan sistem basis data komputer yang terprogram. Kemampuan telusur dijamin dengan pemberian kode pada masing masing produk dengan jenis formulasi bahan yang berbeda. Terdapat kode produk yang berbeda untuk setiap tahunnya. Salah satu contoh pemberian kode pada produk sepatu kulit yaitu MP 091, MP 124, MP 093, MP 150 dan lain sebagainya seperti yang tertera pada Lampiran 3. Salah satu contohnya yaitu MP 091 dapat ditelusuri terbuat dari bahan baku kulit sapi jenis nappa hitam menggunakan sol karet dan bahan tambahan lainnya sedangkan MP 124 ditelusuri terbuat dari bahan baku kulit sapi jenis bam dengan menggunakan sol karet dan bahan tambahan lainnya. Perbedaan jenis kulit tersebut ada pada proses penjemuran dan pembentukan warna. Penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria Pabrik sepatu kulit Catenzo memiliki penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria tersebut disertakan dengan prosedur secara tertulis dan pemeliharaan dokumen yang ada. Pabrik sepatu kulit Catenzo memiliki penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria dengan cara dikembalikan ke proses produksi untuk dibongkar dan diproses ulang jika masih memungkinkan untuk SNI dan dibongkar dimusnahkan untuk SJH. Prosedur tersebut secara umum sudah disosialisasikan secara tertulis dan lisan, serta jika terjadi tindakan proses ulang harus dilakukan pensucian najis sesuai dengan syariat islam. Hingga saat ini, hasil menunjukkan bahwa produk selalu memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Audit internal Audit internal telah dilakukan oleh Manajer Operasional selaku Koordinator Tim Manajemen Halal dengan kriteria kompeten serta independen. Maksud dari kompeten disini yaitu sudah memahami betul mengenai sistem jaminan halal dan independen dimaksudkan tidak berpihak, seperti implementasi yang dilakukan oleh pabrik sepatu kulit Catenzo menempatkan manager operasional sebagai auditor dari semua jenis proses. Auditee dalam implementasinya adalah pekerja di semua lini

25 produksi. Kegiatan audit internal ini dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus Audit internal selanjutnya akan dilakukan secara terjadwal setidaknya enam bulan sekali atau lebih sering jika diperlukan dan bukti pelaksanaannya dipelihara. Hasil audit internal disajikan di manual SJH pada Lampiran Kaji ulang manajemen Hasil dari evaluasi kaji ulang manajemen disampaikan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan memiliki bukti yang dipelihara. Pabrik sepatu kulit Catenzo sudah menerapkan kaji ulang manajemen rutin secara terjadwal. Kaji ulang manajemen mengenai SJH dan SNI telah dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2015 dihadiri oleh General Manajer dan seluruh Manajer lain disertakan bukti terpelihara yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Rekomendasi Perbaikan Rekomendasi perbaikan merupakan langkah yang harus dilakukan untuk pabrik sepatu kulit Catenzo agar dapat menerapkan manual SJH. Rekomendasi perbaikan ini dibuat berdasarkan hasil dari implementasi manual SJH. Rekomendasi perbaikan untuk pabrik sepatu kulit Catenzo yaitu perlu mengikuti pelatihan dan edukasi eksternal dari LPPOM MUI, memenuhi sumberdaya yang mencukupi untuk uji ketahanan kikis Grasselli, serta perbaikan ruangan dan tata letak. Perbaikan ruangan dan tata letak pabrik sepatu kulit Catenzo dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. 3 U S Keterangan : 1.Gudang Bahan 5. Toilet 2.Penyempurnaan 6. Pengguratan 3.Proses sol 7. Kantor 4.Proses penjahitan 7 1 Gambar 2 Tata letak dan stasiun kerja pabrik Catenzo

26 12 Perbaikan ruangan dan tata letak Perbaikan ruangan dan tata letak dari pabrik sepatu kulit Catenzo perlu dilakukan untuk mengoptimalkan proses usaha serta menghindari kontaminasi dari bahan saat proses berlangsung. Perbaikan ruangan dan tata letak Catenzo dilakukan dengan menambahkan pintu, memperbaiki alur proses dan perubahan tata letaknya. Langkah pertama yang harus dilakukan untuk perbaikan ruangan dan tata letak tersebut yaitu melihat derajat keterkaitan antar ruangan. Derajat keterkaitan antar ruangan perlu dibuat untuk mengetahui rinci kepentingan atau keterkaitan antar ruangan sehingga dapat mengoptimalkan proses pembuatan tata letak. Gudang Bahan Proses pengguratan dan upper Proses penjahitan Proses sol Penyempurnaan Kantor Toilet pegawai Gambar 3 Diagram keterkaitan aktivitas Diagram keterkaitan digunakan lima jenis derajat keterkaitan, yaitu A, E, I, O, U, dan X berdasarkan mata kuliah tata letak dan penanganan bahan teknologi industri pertanian Institut Pertanian Bogor. Menurut Hadiguna dan Heri (2008) simbol keterkaitan A artinya kedua ruangan harus terletak bersebelahan, simbol keterkaitan E artinya kedua ruangan harus berdekatan namun tidak harus bersebelahan, simbol keterkaitan I artinya cukup berdekatan, simbol keterkaitan O berarti tidak harus berdekatan, simbol keterkaitan U artinya bebas atau tidak terikat, dan simbol X artinya tidak boleh berdekatan. Arti dari derajat keterkaitan X adalah untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak proses, bahan ataupun produk saat pabrik berjalan. Derajat keterkaitan ini dibuat berdasarkan kepentingan antar ruangan, aliran proses, kemudahan akses dan menghindari kontaminasi. Tahapan selanjutnya dilakukan penghitungan metode Total Closeness Rating (TCR) untuk melihat hasil dari derajat keterkaitan tersebut secara kuantitatif. Hasil perhitungan nilai TCR dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan tabel perhitungan nilai TCR, nilai terbesar hingga terkecil terdapat pada proses penjahitan, proses sol, pengguratan, gudang bahan, penyempurnaan, toilet dan kantor.

27 13 Tabel 5 Perhitungan nilai TCR Stasiun Kerja Perhitungan nilai TCR Nilai TCR Gudang bahan Pengguratan Proses penjahitan Proses sol Penyempurnaan Kantor Toilet U S Keterangan : 1. Gudang bahan 2. Pengguratan 3. Proses penjahitan 4. Proses sol 5. Toilet 6. Penyempurnaan 7. Kantor 1 7 Gambar 4 Desain perbaikan ruangan dan tata letak stasiun kerja

28 14 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Manual yang dihasilkan sesuai dengan proses bisnis di pabrik sepatu kulit Catenzo. Sebagian besar isi manual SJH dapat diterapkan di pabrik kecuali sebagian persyaratan bahan (uji ketahanan kikis Grasselli belum dilakukan) dan persyaratan pelatihan eksternal. Perbaikan yang direkomendasikan adalah mengirimkan anggota tim manajemen halal untuk mengikuti pelatihan eksternal di LPPOM MUI dan melakukan uji ketahanan kikis Grasseli terhadap bahan kulit sapi samak. Rekomendasi perbaikan lain untuk pabrik sepatu kulit Catenzo yaitu untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pekerja yang salah satunya dengan perbaikan tata letak. Saran Sebaiknya pabrik sepatu kulit Catenzo dapat melakukan pengukuran SNI oleh pihak pabrik dan berkelanjutan, sebaiknya dilakukan implementasi manual SJH yang telah disusun secara konsisten dan kontinyu disertakan dengan bukti yang dipelihara untuk meningkatkan kualitas dan sebagai persiapan akan diberlakukan wajibnya sertifikasi halal barang gunaan.

29 15 DAFTAR PUSTAKA [BSN] Badan Standarisasi Nasional Jurnal Standarisasi. Jakarta (ID) : BSN [BSN] Badan Standarisasi Nasional SNI :2009 : Sepatu Kulit sistem lem Bagian 1 : Wanita. Jakarta (ID) : BSN [BSN] Badan Standarisasi Nasional SNI :2009 : Sepatu Kulit sistem lem Bagian 2 : Pria. Jakarta (ID) : BSN [LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia HAS 23000: Persyaratan Sertifikasi Halal. Jakarta (ID): LPPOM MUI. [LPPOM MUI] Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia HAS 23101: Pedoman Pemenuhan Kriteria Sistem Jaminan Halal Di Industri Pengolahan. Jakarta (ID) : LPPOM MUI. [UU] Undang-Undang Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Jakarta (ID): UU. Muji S Bahan Kimia Kompon Karet. Bogor (ID) : AlfBogor Maywati S Jurnal Kajian Faktor Individu Terhadap Kadar Fenol Urin Pekerja Bagian Pengeleman Sendal. Tasikmalaya (ID) : Universitas Siliwangi. Hadiguna, R. A. dan Heri, S Tata Letak Pabrik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

30 16

31 17 Lampiran 1 Manual SJH MANUAL SJH Pabrik Sepatu Kulit Catenzo

32 18 HALAMAN PENGESAHAN Manual SJH ini merupakan dokumen pabrik terhadap pemenuhan persyaratan Sertifikasi Halal LPPOM MUI (HAS 23000) dan sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) :2009 untuk sepatu kulit pria serta SNI :2009 untuk sepatu kulit wanita. Manual SJH pabrik Sepatu Kulit Catenzo ini disusun sesuai dengan kondisi pabrik dan dilarang untuk merubah atau memperbanyak tanpa izin dari pihak pabrik. Komisaris manajemen puncak pabrik sepatu kulit Catenzo mengesahkan manual SJH ini sebagai pedoman dalam menerapkan sistem jaminan halal dan standar nasional Indonesia serta dijadikan pedoman dalam proses produksi halal dan berkualitas di pabrik. Tanggal Pengesahan : Darsipkan Oleh : Disahkan Oleh : Taufik Hidayat Ketua Tim Manajemen Halal Ir. Utang Jujur Sh.MM Komisaris Manajemen puncak Pabrik Sepatu Kulit Catenzo

33 19 PENDAHULUAN Informasi Umum Pabrik Nama Pabrik : Sepatu Kulit Cibaduyut Catenzo Alamat Pabrik : Jalan Raya Cibaduyut No. 9, Kebon Lega, Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat Telepon : Fasilitas Produksi : Ruang Produksi, mesin operasi (jahit, presser, komputer, dan lain-lain), Kantor manajemen, Toko penjualan Fasilitas Produksi : Milik sendiri Kelompok Produk : Sepatu Kulit Merk Produk : Catenzo Daerah Pemasaran : Bandung Tujuan Manual SJH ini disusun untuk menjadi pedoman dalam penerapan sistem jaminan halal dan standar nasional Indonesia di pabrik sepatu kulit Catenzo, dalam rangka menjaga kesinambungan proses produksi halal yang sesuai dengan kriteria LPPOOM MUI dan penjaminan kualitas mutu sesuai dengan kriteria SNI dari BSN. Ruang Lingkup Manual SJH adalah dokumen yang menjadi panduan implementasi sistem jaminan halal dan standar nasional Indonesia di pabrik sepatu kulit Catenzo yang dibuat berdasarkan Persyaratan Sertifikasi Halal HAS dan standar nasional Indonesia (SNI) :2009. Manual SJH ini berlaku untuk seluruh bagian yang ada di pabrik sepatu kuli Catenzo dengan proses produksi yang halal dan berkualitas.

34 20 KEBIJAKAN Kebijakan Halal Kebijakan halal yang terintegrasi standar nasional Indonesia pabrik sepatu kulit Catenzo : Pabrik Sepatu Kulit Catenzo berkomitmen untuk menerapkan dan menghasilkan produk sepatu yang berkualitas dan halal secara berkelanjutan sesuai dengan persyaratan sertifikasi halal HAS LPPOM MUI dan SNI :2009. Komitmen ini dilakukan dengan menggunakan bahan dan fasilitas produksi yang sesuai dengan persyaratan sertifikasi halal HAS LPPOM MUI dan SNI :2009 serta membentuk tim Manajemen Halal guna menerapkan, menyusun dan memperbaiki Sistem Jaminan Halal dan SNI di Pabrik Sepatu Kulit Catenzo. Pabrik Sepatu Kulit Catenzo menjamin bahwa kebijakan ini di aplikasikan oleh seluruh pemangku kepentingan (Stake holder) pabrik. Sosialisasi Kebijakan Kebijakan di sosialisasikan kepada seluruh pemangku kepentingan (stake holder) pabrik dengan lisan oleh tim manajemen halal. Sosialisasi kebijakan halal dilakukan melalui pemaparan yang dilakukan setiap akan mulai bekerja, dan pemasangan kebijakan secara tertulis pada area bagian produksi, toko dan kantor. TIM MANAJEMEN HALAL Struktur Tim Manajemen Halal Ir. Utang Jujur SH MM Komisaris H. Budi Mulyadi General Manajer Taufik Hidayat Koordinator Tim Manajemen Halal Indra Prahasta Manajer RND Saefudin Manajer Marketing Erick Mohammad Rizki Manajer SDM

35 Tim manajemen halal pabrik sepatu kulit Catenzo terdiri dari manajemen puncak, koordinator tim manajemen halal, bagian produksi, bagian peracikan, bagian pembelian, dan bagian pencucian. Struktur organisasi tim manajemen halal dapat dilihat pada gambar diatas. Persyaratan Tim Manajemen Halal Persyaratan untuk tim manajemen halal diantaranya : 1. Pegawai tetap pabrik sepatu kulit Catenzo. 2. Tim manajemen halal harus memahami titik kritis produk, baik dari segi bahan maupun proses pembuatan. 3. Tim manajemen halal sudah mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis. 4. Tim manajemen halal sudah memahami persyaratan sertifikasi halal (kriteria, kebijakan, dan prosedur pada HAS 23000) sesuai tanggung jawab dan wewenang masing-masing. 5. Ketua/anggota tim manajemen halal harus pernah mengikuti pelatihan HAS (persyaratan sertifikasi halal) yang dilaksanakan oleh LPPOM MUI. 6. Tim manajemen halal ditunjuk oleh manajemen puncak disertai bukti tertulis, berupa surat keputusan, surat penunjukan, atau bentuk penunjukan lain yang berlaku di pabrik. 7. Surat penunjukan tim manajemen halal dapat dilihat pada lampiran 1. Tugas Tim Manajemen Halal Tugas tim manajemen halal diantaranya : 1. Merumuskan sistem jaminan halal dan standar nasional Indonesia di pabrik sepatu kulit Catenzo. 2. Mensosialisasikan kebijakan halal kepada seluruh stake holder. 3. Menyusun dan melaksanakan prosedur tertulis dalam aktivitas kritis untuk memproduksi produk halal secara konsisten 4. Melakukan seleksi bahan baku dan memastikan semua bahan baku yang digunakan disetujui oleh LPPOM MUI. 5. Menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi prosedur tertulis setiap aktivitas kritis. 6. Melaksanakan audit internal di pabrik sepatu kulit Catenzo. 7. Melaksanakan kaji ulang manajemen bersama dengan manajemen puncak. 8. Menyusun dan mengirimkan laporan berkala ke LPPOM MUI. 21

36 22 PELATIHAN DAN EDUKASI Pelatihan dilakukan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan/atau perilaku (attitude) dari semua personel yang terlibat dalam aktivitas kritis. Pelatihan yang dilakukan meliputi pelatihan internal dan eksternal. Pelatihan internal merupakan pelatihan mengenai HAS (persyaaratan sertifikasi) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dilakukan oleh pabrik dengan pemberi materi dari pabrik tersebut yang telah mengikuti pelatihan HAS yang dilaksanakan oleh LPPOM MUI dan Standar Nasional Indonesia oleh BSN. Edukasi merupakan pembinaan yang dilakukan secara internal untuk menumbuhkan kesadaran bagi seluruh pihak yang terlibat dalam aktivitas kritis dalam menerapkan SJH dan SNI. Pelatihan Internal Ketentuan dalam pelaksanaan pelatihan internal diantaranya : 1. Pelatihan internal bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dari semua personel yang terlibat dalam aktivitas kritis mengenai sistem jaminan halal dan higiene sanitasi. 2. Pelatihan internal dilakukan minimal sekali dalam setahun atau lebih jika diperlukan. 3. Pelatihan dilakukan melalui sharing, pemaparan materi, diskusi, dan tanya jawab. 4. Evaluasi kelulusan peserta dilakukan melalui tes tertulis dan tes lisan mengenai pemahaman peserta mengenai tanggung jawabnya dalam penerapan dan perbaikan berkelanjutan sistem jaminan halal dan standar nasional Indonesia. 5. Dalam pelaksanaan pelatihan, hal-hal yang didokumentasikan diantaranya laporan pelaksanaan pelatihan, jadwal pelatihan, dan daftar hadir peserta pelatihan. 6. Bukti pelaksanaan harus dipelihara. Pelatihan Eksternal Ketentuan dalam pelaksanaan pelatihan eksternal diantaranya : 1. Pelaksanaan pelatihan eksternal bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman mengenai HAS (persyaratan sertifikasi halal) yang diselenggarakan oleh LPPOM MUI dan standar nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh BSN. 2. Pelatihan eksternal diselenggarakan dalam bentuk pelatiahan reguler. 3. Pelatihan eksternal diikuti oleh ketua atau anggota tim manajemen halal minimal dua tahun sekali atau lebih jika diperlukan.

37 23 BAHAN 1. Pabrik hanya menggunakan bahan yang sesuai dengan kriteria SJH dan telah disertifikasi serta disetujui oleh LPPOM MUI. 2. Pabrik membuat daftar bahan (bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong) yang telah disetujui oleh LPPOM MUI yang harus ditandatangani oleh Ketua Tim Manajemen Halal dan pimpinan pabrik untuk mendapatkan tanda tangan LPPOM MUI. 3. Setiap penambahan bahan baru dilaporkan ke LPPOM MUI untuk disertifikasi kembali. 4. Perbaikan daftar bahan dilakukan setiap ada perbaikan atau perubahan bahan, ataupun produsen bahan. 5. Perbaikan daftar bahan (jika ada) dikirimkan ke LPPOM MUI untuk ditandatangani oleh LPPOM MUI setiap enam bulan sekali bersamaan dengan laporan berkala. 6. Semua bahan yang digunakan tidak berasal dari babi atau turunannya, khamr (minuman beralkohol), hasil samping khamr yang diperoleh dari pemisahan fisik, darah, bangkai, dan bagian tubuh manusia. 7. Semua bahan tidak dihasilkan dari fasilitas produksi yang juga digunakan untuk membuat produk yang menggunakan babi atau turunannya sebagai salah satu bahannya. 8. Semua bahan tidak bercampur dengan bahan haram atau najis. 9. Dokumen sertifikasi halal dikeluarkan oleh LPPOM MUI atau lembaga lain yang diakui oleh LPPOM MUI sebagai dokumen pendukung bahan dan masih berlaku. 10. Bahan sangat kritis harus dilengkapi dengan sertifikasi halal. Karakteristik bahan sangat kritis yaitu : (a) bahan yang berasal dari hewan sembelihan dan turunannya, atau bahan yang mengandung bahan yang berasal dari bahan hewan sembelihan dan turunannya (b) bahan yang sulit ditelusuri kehalalannya (c) bahan yang mengandung bahan kompleks (d) flavour. 11. Bahan sebelum diproses diuji terlebih dahulu data kuantitatif sesuai dengan SNI. PRODUK 1. Produk yang dihasilkan tidak menggunakan nama atau merek yang mengarah pada sesuatu keharaman atau ibadah yang tidak sesuai dengan syariah islam. 2. Karakteristik/profil sensori produk tidak memiliki bau atau rasa yang mengarah kepada produk haram yang telah dinyatakan berdasarkan fatwa MUI. 3. Semua produk yang dihasilkan disertifikasi oleh LPPOM MUI. 4. Produk melakukan uji data kuantitatif sesuai dengan SNI.

38 24 FASILITAS PRODUKSI Lokasi dan Bangunan 1. Lokasi tempat produksi tidak berada pada lingkungan yang tercemar atau tempat kegiatan industri yang menimbulkan pencemaran. 2. Lingkungan pabrik belum bersih dan ada sampah yang dapat mencemari. 3. Pabrik tidak berada pada mudah tergenang air atau daerah banjir. 4. Lingkungan pabrik bebas dari sarang serangga dan hama. 5. Lingkungan pabrik jauh dari tempat pembuangan sampah, limbah atau tempat pemukiman penduduk kumuh. Fasilitas Produksi 1. Semua alamat fasilitas produksi didaftarkan pada LPPOM MUI. 2. Setiap tambahan fasilitas produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk, baik milik sendiri ataupun milik pihak lain harus didaftarkan dan menjadi ruang lingkup implementasi sistem jaminan halal. 3. Setiap fasilitas produksi digunakan untuk menghasilkan produk yang halal. 4. Seluruh fasilitas produksi bebas dari najis dan segala hal yang diharamkan. 5. Penyimpanan bahan dan produk menjamin bebas dari najis segala hal yang diharamkan. 6. Peralatan produksi produk tidak digunakan bergantian untuk menyajikan produk yang disertifikasi dengan produk yang mengandung bahan babi atau turunannya. 7. Tempat atau fasilitas pencucian peralatan tidak bergantian atau bersama dengan peralatan yang kontak dengan bahan yang berasal dari babi atau turunannya. 8. Fasilitas produksi yang pernah digunakan untuk menghasilkan produk ysng mengandung babi atau turunannya, jika mau digunakan untuk menghasilkan produk yang disertifikasi, maka dicuci tujuh kali dengan air dan salah satunya dengan tanah atau bahan lain yang mempunyai kemampuan menghilangkan rasa, bau, dan warna sesuai dengan syariah islam. Fasilitas Sanitasi 1. Pabrik memiliki sarana penyediaan air yang terdiri atas sumber air mengalir. 2. Air yang digunakan untuk proses produksi memenuhi persyaratan air bersih. 3. Pabrik menggunakan air bersih untuk proses pencucian, dan proses produksi. 4. Toilet pabrik dilengkapi dengan air mengalir dan memiliki saluran pembuangan air limbah. 5. Peralatan dan bahan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari pencemaran serangga, tikus atau hewan lainnya.

39 25 PROSEDUR TERTULIS AKTIVITAS KRITIS Prodesur Penggunaan Bahan Baru 1. Bahan baru yang digunakan pada pembuatan produk yang telah disertifikasi, dilaporkan dan melalui persetujuan penggunaannya oleh LPPOM MUI, kecuali untuk bahan tidak kritis. 2. Permintaan persetujuan penggunaan bahan baru ditujukan ke Bidang Penelitian dan Pengkajian Ilmiah LPPOM MUI melalui 3. Seluruh bahan baru dilengkapi dengan surat pendukung bahan. 4. Bahan baru yang telah disetujui oleh LPPOM MUI digunakan dan dimasukkan ke dalam daftar bahan yang telah disetujui LPPOM MUI. 5. Penambahan bahan baru ke dalam daftar bahan dilakukan setiap enam bulan sekali bersamaan dengan pengiriman laporan berkala melalui aplikasi CEROL di internet. Prosedur Pembelian Bahan 1. Pembelian bahan yang dilakukan mengacu pada daftar bahan yang telah disetujui oleh LPPOM MUI. 2. Pabrik sepatu kulit Catenzo melakukan pembelian bahan berdasarkan kebutuhan produksi disertakan dengan bukti tertulis. Formulasi Produk 1. Prosedur formulasi produk menjamin semua bahan yang digunakan telah disetujui oleh LPPOM MUI dan tersedia formulasi baku tertulis. 2. Semua bahan yang digunakan pada tahap formulasi produk dikategorikan diperbolehkan oleh LPPOM MUI. 3. Pabrik sepatu kulit Catenzo melakukan formulasi produk dengan bahan yang sudah tercantum pada daftar bahan. 4. Pengembangan produk baru di pabrik sepatu kulit Catenzo dengan melakukan perubahan model dan merubah beberapa takaran bahan tanpa merubah bahan yang telah tercantum sebelumnya. Prosedur Pemerikasaan Bahan Datang 1. Prosedur pemeriksaan bahan dating menjamin kesesuaian informasi yang tercantum dalam dokumen pendukung bahan dengan yang tercantum di label bahan. 2. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat informasi mengenai nama bahan, nama produsen, negara asal produsen dan logo halal bila dokumen pendukung bahan mempersyaratkannya. 3. Bahan kulit dan turunannya dilakukan analisis cemaran babi secara berkala.

40 26 4. Pemerikasaan bahan datang dilakukan secara sampling untuk masingmasing bahan. 5. Bahan tidak kritis tidak memerlukan pemeriksaan bahan datang. 6. Bahan yang telah sesuai antara informasi pada kemasan dengan dokumen pendukung diberi tanda khusus, seperti halal pass. 7. Apabila ditemukan ketidaksesuaian antara informasi di label dengan informasi yang terdapat pada dokumen pendukung bahan, maka bahan tersebut tidak dapat digunakan dan harus dikembalikan kepada produsen. Jika bahan tetap akan digunakan, maka dilakukan persetujuan penggunaan bahan mengikuti prosedur seleksi bahan baru. Prosedur Produksi 1. Produksi produk bertujuan untuk membuat produk makanan yang halal. 2. Proses produksi menggunakan bahan yang telah disetujui LPPOM MUI. 3. Fasilitas yang digunakan untuk produksi merupakan fasilitas yang memenuhi kriteria untuk produk halal. Prosedur Pencucian Fasilitas Produksi dan Peralatan Pembantu 1. Pencucian harus dapat menghilangkan berbagai pengotor, termasuk bahan haram atau najis. 2. Pencucian dilakukan sesuai dengan syariah islam untuk peralatan atau fasilitas yang telah terkena bahan haram ataupun najis. 3. Peralatan atau fasilitas dicuci dengan menggunakan bahan pembersih yang diperbolehkan dan dibilas dengan air mengalir. 4. Proses pencucian harus menghilangkan warna, bau, dan rasa dari pengotor. 5. Peralatan yang telah dicuci dikeringkan dan disimpan di tempat penyimpanan yang tidak memungkinkan terjadinya kontaminasi bahan haram ataupun najis. 6. Pencucian alat mesin dilakukan dua bulan sekali atau lebih sering jika diperlukan. Prosedur Penyimpanan dan Penanganan Bahan 1. Penyimpanan dapat menjamin tidak terjadi kontaminasi silang antara bahan dengan bahan haram ataupun najis. 2. Tempat atau wadah penyimpanan bahan sesuai dengan jenis dan karakteristik bahan yang disimpan. 3. Penanganan dapat menghindari kemungkinan dari kontaminasi barang haram atau najis. 4. Pabrik sepatu kulit Catenzo melakukan penyimpanan di gudang yang tidak memungkinkan kontaminasi silang dari barang haram atau najis dan melakukan penanganan sistem first in, first out.

41 27 Prosedur Transportasi 1. Transportasi bahan atau produk menjamin tidak terjadinya kontaminasi oleh barang haram ataupun najis. 2. Produk halal dan bukan halal tidak disatukan dalam satu ruangan di transportasi. 3. Produk yang dikeluarkan atau bahan yang diterima pada pabrik sepatu kulit Catenzo dikemas terlebih dahulu sebelum menggunakan dikirim dengan transportasi. KEMAMPUAN TELUSUR 1. Pabrik memiliki kemampuan telusur bahan-bahan yang digunakan secara detail dan memiliki dokumen pendukung. 2. Setiap bukti yang berkaitan bahan baik itu dalam tulisan maupun sistem visual dipelihara sebagai arsip dokumen kemampuan telusur. 3. Pabrik menjamin dapat menelusuri bahan-bahan yang digunakan sudah disetujui LPPOM MUI dan sesuai dengan kriteria SNI serta diproduksi di fasilitas yang memenuhi kriteria produksi halal dan SNI. PENANGANAN PRODUK YANG TIDAK MEMENUHI KRITERIA 1. Produk yang tidak sesuai dengan kriteria ditarik kembali dan tidak sampai ke tangan pihak konsumen. 2. Produk yang tidak memenuhi kriteria dipisahkan dengan produk lain agar tidak terjadi kontaminasi. 3. Produk yang tidak memenuhi kriteria namun memungkinkan untuk diproses kembali dibersihkan telebih dahulu sesuai dengan syariah islam. 4. Produk yang tidak memenuhi kriteria dan tidak memungkinkan untuk diproses kembali akan dimusnahkan. 5. Dokumen penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria dipelihara. AUDIT INTERNAL 1. Pihak yang di audit berasal dari internal dan/atau eksternal pabrik, seperti pemasok.

42 28 2. Audit internal dilakukan secara terjadwal enam bulan sekali atau lebih jika diperlukan ditujukan kepada seluruh pihak yang terlibat. 3. Ketentuan auditor : a. Auditor halal internal kompeten dan independen atau berasal dari divisi yang berbeda dari pihak yang diaudit. b. Auditor pernah mengikuti pelatihan HAS dan pelatihan SNI. 4. Tindakan koreksi : a. Jika dalam audit internal ditemukan kelemahan atau ketidasesuaian penerapan SJH dan SNI di pabrik dengan persyaratan sertifikasi halal, maka dilakukan tindakan koreksi harus dilakukan. b. Jika kelemahan yang ditemukan menyebabkan produk menjadi tidak halal, maka ditindaklanjuti dengan mengikuti prosedur penanganan produk tidak memenuhi kriteria. c. Tindakan koreksi dilakukan dalam batas waktu yang pasti. 5. Hasil audit internal disampaikan ke pihak yang bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan yang diaudit, yaitu tim manajemen halal, auditor, dan manajemen. 6. Hasil audit internal disampaikan ke LPPOM MUI dan BSN. 7. Bukti pelaksanaan audit internal dijadikan arsip dokumen audit internal. KAJI ULANG MANAJEMEN 1. Kaji ulang manajemen dilakukan satu kali dalam dua bulan atau lebih sering jika diperlukan. 2. Materi kaji ulang manajemen berasal dari hasil audit internal, audit eksternal, hasil kaji ulang sebelumnya, dan jika terjadinya perubahan kondisi SJH dan SNI. 3. Hasil evaluasi disampaikan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan ditindaklanjuti sesuai dengan batas waktu yang sudah ditetapkan. 4. Bukti kaji ulang manajemen dipelihara sebagai arsip dokumentasi kaji ulang manajemen.

43 29 LAMPIRAN Lampiran 1.a Surat penunjukan tim manajemen halal SURAT PENUNJUKAN TIM MANAJEMEN HALAL PABRIK SEPATU KULIT CATENZO Yang bertanda tangan dibawah ini dengan ini menetapkan nama-nama yang tercantum sebagai Tim Manajemen Halal Catenzo : No. Nama Jabatan 1 Taufik Hidayat Koordinator Tim Manajemen Halal 2 Indra Prahasta Anggota 3 Saefudin Anggota 4 Erick Mohammad Rizki Anggota 5 Dengan surat ini maka Tim Manajemen Halal memiliki tugas, kewajiban, dan wewenang seperti yang tertera pada dokumen Sistem Jaminan Halal Pabrik Sepatu Kulit Cantenzo. Demikian penunjukan ini dibuat untuk dilaksanakan dengan sebagaimana semestinya. Bandung, 25 Mei 2016 Komisaris (Ir. Utang Jujur Sh.MM)

44 30 Lampiran 1.b Form bukti penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria Form Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria Tanggal Penanganan : Nama Produk : Tanggal Produksi : Jumlah : Temuan Ketidaksesuaian : Analisis Penyebab *) : Bahan / Fasilitas Tindakan : *) Coret yang tidak perlu Dibuat Oleh, Diketahui Oleh, Koordinator Tim Manajemen Halal Nama : Nama :

45 Lampiran 1.c Hasil pertanyaan audit internal No PERTANYAAN Hasil Audit YA TIDAK N.A KETERANGAN 1. Kebijakan Halal a Apakah telah tersedia dan telah ditetapkan kebijakan halal? b Apakah semua stakeholder telah mendapatkan sosialisasi kebijakan halal? c Apakah terdapat bukti sosialisasi kebijakan halal? 2. Tim Manajemen Halal a Apakah tim manajemen halal telah ditetapkan dan disertai surat penunjukan? b Apakah anggota tim manajemen halal mencakup semua bagian yang terlibat aktivitas kritis? c Apakah tugas, wewenang, dan tanggung jawab tim manajemen halal telah ditetapkan? d Apakah anggota tim manajemen halal telah melakukan tugas, wewenang, dan tanggung jawab sesuai yang telah ditetapkan? e Apakah bukti penunjukan telah dipelihara dengan baik? 3. Pelatihan dan Edukasi a Apakah tersedia prosedur tertulis pelaksanaan pelatihan? b Apakah pelatihan internal diikuti oleh semua karyawan yang terlibat aktivitas kritis, termasuk karyawan baru? c Apakah pelatihan internal dilakukan minimal satu kali setahun? d Apakah ketua/anggota tim manajemen halal telah mengikuti pelatihan eksternal? 31

46 32 e Apakah pelatihan eksternal dilakukan minimal dua tahun sekali? f Apakah pelatihan internal memiliki materi yang disesuaikan dengan HAS 23000? g Apakah semua karyawan yang terlibat aktivitas kritis memahami materi pelatihan internal yang telah dilakukan? h Apakah tersedia bukti evaluasi hasil pelatihan internal? i Apakah terdapat bukti edukasi pada semua pihak yang terlibat aktivitas kritis dalam menerapkan SJH? j Apakah bukti pelaksanaan pelatihan tersimpan dengan baik? 4. Bahan a Apakah semua bahan dilengkapi dengan dokumen pendukung yang memadai dan valid? b Apakah semua bahan yang digunakan untuk produksi memiliki dokumen pendukung yang memadai dan valid? c Apakah semua bahan yang digunakan telah masuk dalam daftar bahan? d Apakah terdapat daftar bahan dan telah disetujui oleh LPPOM MUI? e Apakah dilakukan pembaharuan daftar bahan jika terdapat perubahan bahan? f Apakah pelaporan daftar bahan telah dilakukan berkala? 5. Produk

47 33 a Apakah semua produk yang dihasilkan telah disertifikasi oleh LPPOM MUI? b Apakah nama produk yang disertifikasi tidak menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan dan bertentangan dengan syariah Islam? c Apakah profil sensori produk yang disertifikasi tidak memiliki kecenderungan bau atau rasa yang mengarah pada produk haram? 6. Fasilitas Produksi a Setelah audit terakhir, apakah terdapat penambahan fasilitas produksi? b Jika terdapat penambahan fasilitas produksi, apakah fasilitas tersebut telah didaftarkan untuk disertifikasi? c Apakah fasilitas produksi hanya digunakan untuk menghasilkan produk yang halal? d Apakah fasilitas produksi yang digunakan terbebas dari najis? e Apakah terdapat peralatan produksi yang terbuat dari haram/najis (seperti kuas dari bulu)? 7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis Prosedur Seleksi Bahan Baru a Setelah audit terakhir, apakah terdapat penggunaan bahan baru? Jika terdapat penambahan bahan baru, apakan bahan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari LPPOM MUI untuk digunakan?

48 34 c Apakah terdapat bukti seleksi bahan baru? Prosedur Pembelian a Apakah bahan yang dibeli merupakan bahan yangterdapat dalam daftar bahan dan disetujui oleh LPOM MUI? b Apakah terdapat bukti pembelian bahan? Prosedur Formulasi a Apakah terdapat formulasi tertulis? b Apakah bahan yang digunakan pada formulasi telah disetujui LPPOM MUI? Prosedur Pemeriksaan Bahan Datang a Apakah dilakukan pemeriksaan saat bahan datang? b Apakah terdapat bukti pemeriksaan bahan datang? Prosedur Produksi a Apakah bahan yang digunakan pada proses produksi semuanya telah disetujui oleh LPPOM MUI? b Apakah tersedia bukti produksi? Prosedur Pencucian Fasilitas Produksi dan Peralatan Pembantu a Apakah pencucian yang dilakukan dapat menghilangkan kotoran / najis? b Apakah alat dan bahan pembersih yang digunakan tidak merupakan bahan najis? Prosedur Penyimpanan dan Penanganan Bahan Baku a Apakah tidak ada terjadi kontaminasi silang dengan

49 35 barang haram atau najis saat dilakukan penyimpanan? b Apakah tempat penyimpanan hanya digunakan untuk menyimpan bahan halal? c Apakah ada bukti dilakukan proses penyimpanan? 8. Kemampuan Telusur a Apakah bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk dapat tertelusur berasal dari bahan yang disetujui LPPOM MUI? b apakah terdapat bukti ketelusuran produk? 9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria a Apakah produk yang tidak memenuhi kriteria tetap dijual? b Jika terdapat produk yang tidak memenuhi kriteria, apakah produk tersebut dimusnahkan? 10. Audit Internal a Apakah audit internal dilakukan secara terjadwal minimal enam bulan sekali? b Apakah auditor internal pernah mengikuti pelatihan dengan materi HAS 23000? c Apakah auditor internal independen terhadap area yang diaudit? d Apakah hasil audit internal disampaikan ke pihak yang bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan yang diaudit? e Apakah tindakan koreksi (jika ada kelemahan) dan batas waktu sudah ditetapkan? f Apakah tindakan koreksi (jika ada kelemahan) mampu menyelesaikan masalah? Belum ada dokumen pendukung kehalalan Bukti secara visual komputer dan penomoran produk

50 36 g Apakah laporan audit internal dilaporkan pada LPPOM MUI dalam bentuk laporan berkala setiap enam bulan sekali? h Apakah tersedia bukti pelaksanaan audit internal? 1 Kaji Ulang Manajemen a Apakah kaji ulang manajemen dilakukan secara terjadwal minimal satu tahun sekali? b Apakah kaji ulang manajemen dihadiri oleh manajemen puncak? c Apakah hasil kaji ulang disampaikan pada pihak yang bertanggung jawab (ditindaklanjuti)? d Apakah tindak lanjut hasil evaluasi sudah menetapkan batas waktu? (jika ada) e Jika sudah dilakukan tindak lanjut hasil evaluasi, apakah tindakan tersebut sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan? f Apakah dilakukan identifikasi penyebab kelemahan dan dilakukan tindak lanjut? g Apakah tersedia bukti pelaksanaan kaji ulang manajemen?

51 37 Lampiran 2 Dokumentasi Gambar 5 Tempat penyimpanan bahan atap Gambar 6 Tempat penyimpanan bahan ruangan

52 38 Lampiran 3 Alur Proses Poduksi Gambar 7 Tempat peracikan Gambar 7 Proses pengguratan Gambar 8 Proses pembuatan upper

53 39 Gambar 9 Proses penjahitan Gambar 10 Proses Sol

54 40 Gambar 11 Proses Penyempurnaan Akhir Gambar 12 Proses Penomoran Produk

55 41 Lampiran 4 Implementasi Gambar 13 Implementasi Pelatihan dan Edukasi serta Kaji Ulang Manajemen SJH

56 42 Gambar 14 Form implementasi Kaji Ulang Manajemen SJH Gambar 15 Form implementasi pelatihan dan edukasi SJH

57 43 Lampiran 4 Implementasi Gambar 16 Implementasi Kebijakan Halal

MANUAL Sistem Jaminan Halal

MANUAL Sistem Jaminan Halal MANUAL Sistem Jaminan Halal Perusahaan : (Diisi Nama Perusahaan) Disusun Oleh : Manual SJH 0 HALAMAN PENGESAHAN Manual Sistem Jaminan Halal Perusahaan [.] ini merupakan dokumen perusahaan terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan MANUAL SJH STANDAR Manual SJH Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan dalam menerapkan SJH Prinsip Manual Sistem Menuliskan

Lebih terperinci

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA 1 Kebijakan Halal Apakah pimpinan perusahaan memilik kebijakan tertulis yang menunjukkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk memproduksi produk halal secara konsisten? Apakah kebijakan halal disosialisasikan

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah IV. SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah lembaga yang berfungsi membantu Majelis Ulama Indonesia

Lebih terperinci

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H) SISTEM JAMINAN HALAL (S J H) 2014 MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] Disiapkan oleh, Disahkan oleh, (Ketua Tim Manajemen Halal) (Perwakilan Manajemen) DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Halaman Pengesahan...

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH AUDIT INTERL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH 1. Ringkasan Hasil Audit Internal : 1a. Waktu Audit Internal : 1b. Auditor : 1c. Auditee : 1d. Temuan : 1e. Tindakan Koreksi : Form Laporan Berkala 2. Ringkasan

Lebih terperinci

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal Apa itu Perbuatan Hukum asal perbuatan adalah terikat dengan hukum syara. (Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, Haram) Hukum Halal/Haram Menjadi dasar dalam proses Sertifikasi

Lebih terperinci

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ]

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] Disiapkan oleh, Disahkan oleh, (Ketua Tim Manajemen Halal) (Perwakilan Manajemen) Daftar Isi... 1 Halaman Pengesahan... 2 1. Pendahuluan...3 1.1 Informasi Umum

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Persyaratan Sertifikasi Halal Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Tujuan : Peserta memahami prinsip-prinsip dari Kebijakan dan Prosedur dalam Sertifikasi Halal. Peserta dapat menerapkan Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

MANUAL SJH PT EVIGO INDONESIA MAN-SJH-01

MANUAL SJH PT EVIGO INDONESIA MAN-SJH-01 MANUAL SJH PT EVIGO INDONESIA MAN-SJH-01 JAKARTA 2014 Halaman 1 dari 26 HALAMAN PENGESAHAN Manual Sistem Jaminan Halal (SJH) PT EVIGO INDONESIA ini merupakan dokumen perencanaan penerapan Sistem Jaminan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2014 PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 WAHYUNI AMELIA WULANDARI 2, WIWIT ESTUTI 3 dan GUNAWAN 2 2 BPTP Bengkulu, Jl. Irian Km 6,5 Kota Bengkulu 38119 3

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah 20 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah (UKM) Chrisna Snack, Perumahan Josroyo 19 RT 7 RW

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN HALAL DAN SISTEM HIGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN SOP AYAM PAK MIN KLATEN DI BOGOR YOYOK SETYO HARTOYO

IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN HALAL DAN SISTEM HIGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN SOP AYAM PAK MIN KLATEN DI BOGOR YOYOK SETYO HARTOYO IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN HALAL DAN SISTEM HIGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN SOP AYAM PAK MIN KLATEN DI BOGOR YOYOK SETYO HARTOYO DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak mendapat perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UKM sangat berperan dalam peningkatan lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN HALAL DAN HIGIENE SANITASI JASA BOGA DI CV MUTIARA DUTA MAS GANI RAMDANI

IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN HALAL DAN HIGIENE SANITASI JASA BOGA DI CV MUTIARA DUTA MAS GANI RAMDANI IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN HALAL DAN HIGIENE SANITASI JASA BOGA DI CV MUTIARA DUTA MAS GANI RAMDANI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 MANAJEMEN UMUM Manajemen umum adalah manajemen puncak yang terdiri dari direksi dan wakil manajemen/quality Management Representative (QMR). Direksi

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA Konferensi Tingkat Tinggi Association of South East Asia Nations (ASEAN) ke-9 tahun 2003 menyepakati Bali Concord II yang memuat 3 pilar untuk mencapai vision 2020 yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan politik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur sehingga membuat produsen harus pandai dalam menghadapi persaingan. Ketatnya persaingan di pasar nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan BAB III METODE PELAKSANAAN Kegiatan penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan mulai bulan Maret - Juni 2016 di UKM tahu bakso EQ di Perumahan Singkil Rt 02 Rw 05, Singkil,

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) merupakan pelaku ekonomi nasional yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian. Karena. kegiatan

Lebih terperinci

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi

g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Fokus Menghindari Pencemaran dan Penurunan Mutu Produk Pemeliharaan dan Pembersihan Prosedur Pembersihan dan Sanitasi Program Pengendalian Hama (Mencegah, Pemasangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN PANGAN AMAN DAN HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA Dr. HM. Asrorun Ni am Sholeh,MA Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia @ans PENGERTIAN Fatwa adalah jawaban atau penjelasan dari ulama mengenai masalah keagamaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara wawancara dengan manajemen PT GIA yang terdiri dari direktur dan manajer umum, dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN HALAL Pangan di dalam UU RI No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun yang

Lebih terperinci

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN

DOKUMEN KEHALALAN BAHAN DOKUMEN KEHALALAN BAHAN Tujuan Memahami pentingnya analisa dokumen. Memahami jenis-jenis dokumen kehalalan bahan dan penggunaannya dalam sertifikasi halal Memahami dokumen standar untuk bahan hewani, tumbuhan,

Lebih terperinci

guna memenuhi kebutuhan furniture di Indonesia.

guna memenuhi kebutuhan furniture di Indonesia. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Amerindo Sentosa adalah sebuah perusahaan berkembang yang bergerak di bidang industri springbed, dimana keberadaanya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan untuk menjawab pertanyaan dengan justifikasi hasil penelitian penerapan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001 di PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan ini berisikan tentang alasan dilakukannya penelitian dan menjelaskan permasalahan yang terjadi di PT Gunung Pulo Sari. Penjelasan yang akan dijabarkan pada pendahuluan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal-hal yang besar hingga bagian terkecil dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Hlm. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...xiv DAFTAR SINGKATAN...xvi DAFTAR FATWA...xvii INTISARI...xix ABSTRACT...xx

Lebih terperinci

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU

MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU 1 MENU CEROL DAN KEBIJAKAN BARU 1. Pengajuan persetujuan bahan baru di Cerol 2. Pengajuan Surat Keterangan di Cerol 3. Pengiriman Laporan Berkala di Cerol 4. Kebijakan mengenai Daftar Bahan yang Disetujui

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB III OBJEK PENELITIAN PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA III.1 Gambaran Umum Perusahaan III.1.1 Riwayat PT.Groovy Mustika Sejahtera PT.Groovy Mustika Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% beragama Islam merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi produk-produk halal. Apabila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Air Minum dalam Kemasan Ketika perkembangan zaman semakin menuntut segalanya harus lebih praktis, maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi yang dapat diperoleh konsumen akan semakin banyak dan turut pula mempengaruhi pola

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam segala bidang di Indonesia akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya perubahan perilaku konsumen, kebijakan

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka pangan harus tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam jenisnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang? {mosimage} KH M Anwar Ibrahim, Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat Rancangan Undang-undang (RUU) Jaminan Produk Halal kini dalam pembahasan di DPR. Selama proses pembahasan itu mulai terasa ada upaya 'melengserkan'

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

PERBAIKAN PROSES BISNIS UKM PELANGI RASA UNTUK MEMENUHI KRITERIA CPPB-IRT DAN SERTIFIKASI HALAL MENGGUNAKAN METODE BPI

PERBAIKAN PROSES BISNIS UKM PELANGI RASA UNTUK MEMENUHI KRITERIA CPPB-IRT DAN SERTIFIKASI HALAL MENGGUNAKAN METODE BPI PERBAIKAN PROSES BISNIS UKM PELANGI RASA UNTUK MEMENUHI KRITERIA CPPB-IRT DAN SERTIFIKASI HALAL MENGGUNAKAN METODE BPI Rr. Asri Ismaya Putri [1], Yati Rohayati [2], Atya Nur Aisha [3] 1,2,3 Prodi S1 Teknik

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN & SARAN

BAB 5 SIMPULAN & SARAN BAB 5 SIMPULAN & SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian, pengolahan data dan analisa yang sudah dilakukan oleh penulis, maka dapat disimpulan sebagai berikut : 1. Jenis kecacatan yang terdapat pada proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Dampak negatif dari hal tersebut adalah banyaknya warga negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Dampak negatif dari hal tersebut adalah banyaknya warga negara yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia dengan berbagai aktifitas setiap harinya. Hal ini terbilang wajar sehubungan dengan statusnya sebagai ibukota negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agroindustri semakin berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Agroindustri semakin berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era modern ini, sektor industri di Indonesia terutama di bidang Agroindustri semakin berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi saat ini, maka kebutuhan hidup manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI PIPA BAJA SALURAN AIR DENGAN ATAU TANPA LAPISAN SENG NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN I. SELEKSI

SKEMA SERTIFIKASI PIPA BAJA SALURAN AIR DENGAN ATAU TANPA LAPISAN SENG NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN I. SELEKSI Halaman : 1 dari 9 I. SELEKSI 1. Permohonan 1) Surat Aplikasi Permohonan 2) Dokumen permohonan SPPT SNI disertai dengan melampirkan dokumen legal perusahaan, daftar informasi terdokumentasi, diagram alir

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TATA CARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. Jumlah populasi muslim telah mencapai seperempat dari total populasi dunia dan diperkirakan

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH 86 SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH Pujiati Utami Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX

Lebih terperinci

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab : Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN Nama Rumah Makan/Restoran : Alamat : Nama Pengusaha : Jumlah Karyawan : Jumlah Penjamah Makanan : Nomor Izin Usaha :

Lebih terperinci

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR Konsep dasar halal dan haram dalam islam Halal dan Haram adalah Hak absolut Allah dan RasulNya Kejelasan halal dan haram Dalam islam sesuatu itu terbagi

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

ADENDUM / AMANDEMEN KESATU ATAS DOKUMEN PENGADAAN SEPATU DINAS PEGAWAI

ADENDUM / AMANDEMEN KESATU ATAS DOKUMEN PENGADAAN SEPATU DINAS PEGAWAI A. DASAR PERUBAHAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA JALAN JENDERAL A. YANI JAKARTA 13230 KOTAK POS

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK HASIL PERIKANAN KUESIONER LAMPIRAN APLIKASI SERTIFIKASI AWAL/RE-SERTIFIKASI PRODUK/PERLUASAN RUANG LINGKUP*

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK HASIL PERIKANAN KUESIONER LAMPIRAN APLIKASI SERTIFIKASI AWAL/RE-SERTIFIKASI PRODUK/PERLUASAN RUANG LINGKUP* LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK HASIL PERIKANAN F-LSPro 07.02.00.02 FORMULIR Terbitan : 01 Revisi : 01 Tanggal : 4 Mei 2015 KUESIONER LAMPIRAN APLIKASI SERTIFIKASI AWAL/RE-SERTIFIKASI PRODUK/PERLUASAN RUANG

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL -1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYANYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN B A D A N P E N G A W A S O B A T D A N M A K A N A N R E P U B L I K I N D O N E S I A Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tel. 4244691 4209221 4263333

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produk Pangan 1. Pengertian Pangan Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan yang selanjutnya disingkat UUP, Pangan adalah segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan sebagai isi dari apa yang

Lebih terperinci

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001 Nomor : 8/1 Edisi-Revisi : E-2 Tanggal : 01 Juni 2016 Hal : 1 dari 9 LSSM BBTPPI Semarang (BISQA) adalah lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu yang telah diakreditasi (diakui) oleh Komite Akreditasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan perdagangan bebas, dengan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan masuknya barang dan jasa melintasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT GIA sebagai perusahaan perisa yang berlokasi di Cianjur. Waktu penelitian dimulai sejak Juli 2010 sampai Maret 2011.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Manajemen Mutu 11/17/2011

GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES. Manajemen Mutu 11/17/2011 GOOD MANUFACTURING PRACTICES GOOD MANUFACTURING PRACTICES Manajemen Mutu Definisi: Prosedur dalam perusahaan yang menggaransi keamanan produksi Presenter: Nur Hidayat Manajer Mutu Lab Sentral Ilmu Hayati

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK BAB V ANALISA DATA 5.1 Perbaikan Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sesudah Proses Akreditasi ISO 17025:2008 5.1.1 Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sebelum Proses Akreditasi Sampel uji diterima oleh Manajer

Lebih terperinci

Sistem manajemen halal

Sistem manajemen halal RSNI4 RSNI4 99001:2016 Rancangan Standar Nasional Indonesia 4 Sistem manajemen halal Pengguna dari RSNI ini diminta untuk menginformasikan adanya hak paten dalam dokumen ini, bila diketahui, serta memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci