BAB I PENDAHULUAN. biasanya dengan maksud kembali pulang, dan; (6) merantau ialah lembaga sosial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. biasanya dengan maksud kembali pulang, dan; (6) merantau ialah lembaga sosial"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Merantau adalah istilah yang identik dan melekat pada masyarakat etnis Minangkabau, Sumatera Barat. Merantau diartikan sebagai sebuah tradisi meninggalkan kampung halaman untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Menurut Mochtar Naim 1 istilah merantau dari sudut sosiologi, setidaknya mengandung enam pokok unsur yaitu: (1) Meninggalkan kampung halaman; (2) dengan kemauan sendiri; (3) untuk jangka waktu lama atau tidak; (4) dengan tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari pengalaman; (5) biasanya dengan maksud kembali pulang, dan; (6) merantau ialah lembaga sosial yang membudaya. Secara ringkas merantau diartikan sebagai suatu jenis migrasi yang dibatasi oleh keenam kriteria yang disebutkan diatas. Tradisi merantau adalah proses interaksi antara masyarakat Minangkabau dengan dunia luar. Melalui proses ini seseorang dapat belajar bagaimana cara menjalani kehidupan di luar daerah asal. Selain itu, merantau juga merupakan ajang untuk menaikan derajat/martabat di tengah lingkungan adat. Seseorang yang pergi merantau akan dianggap memiliki pengalaman yang akan berguna dalam masyarakat saat ia kembali. Secara umum wilayah yang banyak dipilih oleh perantau adalah wilayah perkotaan. Wilayah ini memiliki daya tarik yang dapat menarik banyak perantau 1 Mochtar Naim, (1979), Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau, Gadjah Mada University Press, hal

2 untuk mengadu nasib. Jakarta merupakan salah satu daerah perkotaan yang banyak dituju oleh perantau. Sebagai ibukota wilayah ini menjadi pusat dari berbagai aktivitas ekonomi, sosial dan politik. Oleh karena itu, banyak perantau yang mencoba peruntungannya mencari penghidupan di kota ini. Tidak hanya itu saja, merantau ke Jakarta dianggap lebih bergengsi dibandingkan kota-kota lain. Ada rasa bangga dalam diri perantau jika dapat sukses di kota besar seperti Jakarta. Merantau erat kaitannya dengan mata pencaharian, dimana hal tersebut yang nantinya akan memberikan dampak pada wilayah yang dipilih perantau, terutama jika membicarakan perantau yang datang ke kota Jakarta. Berdagang merupakan pilihan utama masyarakat Minangkabau di perantauan. 2 Berdagang bagi orang Minang tidak hanya untuk mencari harta kekayaan tetapi juga bentuk eksistensi diri sebagai masyarakat yang merdeka. Perdagangan dalam ranah rantau masyarakat Minangkabau merujuk pada skala menengah ke bawah dan masuk sektor informal perkotaan. Permasalahan mata pencaharian merupakan hal yang berkaitan dengan urbanisasi dan pengangguran di Jakarta. Mochtar Naim menggambarkan pada tahun 70-an pekerjaan yang banyak dilakukan masyarakat Minangkabau di Jakarta adalah berdagang. Keadaan tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Pedagang Minangkabau masih menguasai beberapa pasar di Jakarta khususnya 2 Ibid, hlm Kasarnya, kirkira dua pertiga dari orang Minangkabau di rantau terdapat pada okupasi bisnis dan sepertiganya pada okupasi kantor dan pendidikan. 2

3 pada sentra-sentra pasar garmen 3. Gambaran ini akan terasa ketika memasuki areal pasar dimana percakapan dengan bahasa Minangkabau diantara sesama pedagang menjadi fenomena keseharian di sentra-sentra pasar garmen. Pasar selama ini sudah melekat dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Aktivitas perdagangan bertumpu pada pasar. Pengertian pasar secara umum adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Menurut Belshaw (1981) pasar merupakan sebuah institusi sosial ekonomi yang ada di dalam masyarakat. Sebagai wadah aktivitas perdagangan, pasar banyak melahirkan berbagai institusi, baik formal maupun non-formal. Fungsi pasar saat ini meluas tidak hanya sebagai tempat untuk menjual dan membeli barang, tapi menjadi ajang pertemuan dari segenap penjuru desa bahkan digunakan sebagai alat politik untuk menukar informasi penting. Selain itu pasar juga merupakan kawasan pembauran karena tidak hanya masyarakat lokal yang memenuhi tempat tersebut melainkan berbagai macam etnis. Dengan demikian pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, kebudayaan, politis dan lain-lainnya, tempat pembeli dan penjual (penukar tipe lain) saling bertemu untuk mengadakan tukar menukar (Belshaw, 1981:10). Obyek utama dalam keberadaan sebuah pasar ada pada barang (goods) yang didagangkan atau dijual. Tulisan ini akan membicarakan mengenai pasar garmen yang erat kaitannya dengan pedagang Minangkabau di Jakarta. Jembatan Metro, Pasar Cipulir merupakan salah satu pusat sentra garmen atau pakaian jadi yang secara kuantitas didominasi oleh pedagang Minangkabau. Keberadaan 3 Hadi Suprapto, 85% Pedagang Tanah Abang Asal Padang, 2009, (diakses pada 17 Agustus 2016) 3

4 pedagang Minangkabau di Pasar Cipulir ini sudah ada sejak awal pasar dibangun dan mereka tetap mampu bertahan hingga saat ini. Eksistensi pedagang Minangkabau juga dibuktikan dengan menjadi produsen dari barang yang mereka dagangkan. Mempertahankan usaha dagang tentunya tidak mudah. Ada persoalan/permasalahan dalam berdagang yang harus dihadapi oleh pedagang. Persoalan seperti itu bisa datang dari dalam atau luar pasar, dan bisa juga dari pedagang lain seperi persaingan. Pada dasarnya persoalan dibutuhkan untuk memberikan dorongan kepada pedagang agar dapat mencapai keberhasilan dan mempertahankan usahanya. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi untuk dapat menghadapi segala persoalan untuk tetap dapat mempertahankan usaha yang dijalankan. Pedagang Minangkabau memiliki strategi tersendiri dalam menghadapi persoalan yang membuat mereka dapat mempertahankan eksistensi sebagai pedagang yang mendominasi di Jembatan Metro, Pasar Cipulir. Pedagang Minangkabau merupakan pedagang yang memiliki adat istiadat, sehingga mereka menyadari pentingnya nilai budaya dan nilai moral dalam setiap perilaku termasuk berdagang. Strategi yang digunakan pedagang Minangkabau di Jembatan Metro Pasar Cipulir juga tidak terlepas dari nilai budaya dan nilai moral yang mereka yakini sebagai pedoman hidup untuk mencapai keberhasilan. Terbentuknya nilai-nilai tersebut secara ekonomi merupakan jati diri yang terbentuk dari adat Minangkabau. 4

5 I.2. Rumusan Masalah Dari uraian diatas penulis mencoba untuk mengkaji mengenai strategi dagang yang dipilih oleh pedagang Minangkabau sebagai pedagang yang mendominasi di Jembatan Metro Pasar Cipulir. Strategi dagang menjadi aspek penting untuk pedagang Minangkabau dalam mempertahankan usaha dagangnya dalam menghadapi solusi yang ada di Jembatan Metro Pasar Cipulir di antara banyaknya pedagang yang juga berasal dari etnis Minangkabau. Pembahasan kajian tersebut dilakukan dengan beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut: 1. Persoalan apa yang dihadapi Pedagang Minangkabau di Jembatan Metro, Pasar Cipulir? 2. Bagaimana strategi pedagang Minangkabau di Jembatan Metro, Pasar Cipulir dalam berdagang? 3. Mengapa pedagang Minangkabau di Jembatan Metro, Pasar Cipulir memilih strategi tersebut? I.3. Tinjauan Pustaka Bagian ini akan menunjukan buku, skripsi, dan artikel yang berkaitan dengan merantau, pasar, pedagang dan strategi dagang. Definisi merantau ditulis oleh Mochtar Naim dalam buku Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau sebagai sebuah migrasi yang memiliki tipe khusus yaitu migrasi dengan konotasi budaya yang dibatasi oleh enam kriteria pokok. Referensi ini merupakan studi 5

6 pustaka klasik yang menjelaskan tentang latar belakang masyarakat Minangkabau dalam melakukan tradisi rantau untuk mencari penghidupan. Merantau erat kaitannya dengan pilihan mata pencaharian yang akan menentukan nasib perantau dalam mencari penghidupan di tanah rantau. Mata pencaharian yang dipilih pedagang dirantau terbagi dalam beberapa pilihan seperti berdagang, menjadi tenaga pengajar, atau pekerja kantoran. Profesi sebagai pedagang menjadi pilihan utama masyarakat Minangkabau di perantauan. Hal tersebut berkaitan dengan bentuk berdikari masyarakat Minangkabau yang ingin menjadi masyarakat yang merdeka. Definisi strategi secara umum dan sederhana adalah cara untuk mencapai tujuan. Menurut KBBI arti kata strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Porter (1987) mengemukakan bahwa ada dua jenis strategi, yaitu strategi korporat dan kompetitif (unit bisnis). Strategi korporat memfokuskan pada bisnis apa yang akan dilakukan dan bagaimana mengelola dalam unit bisnis. Sedangkan strategi kompetitif memfokuskan pada bagaimana menciptakan keunggulan kompetitif (bersaing) pada masing-masing unit bisnis. Selanjutnya Hamel dan Paharalad mendefinisikan strategi sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat), terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa depan (Rangkuti 2004:4). David merumuskan bahwa strategi bisnis dapat berupa perluasan geografis, diverifikasi, akusisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture (Muhammad, 2012: 23). 6

7 Skripsi yang ditulis Rosmarul Hikmah (2003) berjudul Etos Kerja Pedagang Perantau Minangkabau dalam Prespektif Nilai Budaya Minangkabau menjelaskan bahwa budaya yang ada pada masyarakat Minangkabau akan mempengaruhi etos kerja masyarakatnya. Sebagai masyarakat yang berbudaya orang Minangkabau dikenal keras dalam mempertahankan adatnya. Mereka tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang mereka miliki walaupun mereka berada di tempat lain/ di rantau. Menurut Rosmarul, nilai-nilai budaya berfungsi sebagai pemberi arah dalam orientasi yang dapat menuntun pedagang dalam bersikap dan bertindak sehingga mencerminkan etos kerja yang positif. E.Arif dalam jurnal komunikasi pembangunan yang berjudul Strategi Komunikasi Pedagang Kaki Lima Perantau Minangkabau dan Penduduk Asli (2012) menjelaskan bahwa setiap pedagang memiliki ciri khas atau keunikan tersendiri. Begitupun dengan pedagang perantau Minangkabau yang dapat dilihat dari cara atau strategi mereka dalam berdagang. Ciri khas yang membedakan pedagang perantau Minangkabau dengan pedagang lainnya dapat dilihat salah satunya dari jenis barang yang diperdagangkan. Pedagang perantau Minangkabau sebagian besar berdagang pakaian jadi untuk dewasa maupun anak-anak. Selain itu dalam kegiatan berdagang pedagang Minangkabau biasa dibantu oleh pegawai yang berasal dari etnik Minangkabau atau masih sanak saudara seperti adik/kakak, ipar, keponakan atau bahkan mertua. Masyarakat Minangkabau membentuk masyarakat yang komunalistik, baik dalam kediaman, sosial maupun usaha. Hal itu juga berlaku pada pedagang perantau Minangkabau, mereka akan saling bekerja sama dalam melakukan 7

8 kegiatan, termasuk berdagang. Tidak hanya itu saja pedagang perantau Minangkabau juga memiliki semangat yang tinggi dalam berdagang. Mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan. Jika lahan dagang yang mereka gunakan memiliki hari libur, mereka akan mencari lahan lain untuk berdagang pada hari itu. Tidak ada hari libur bagi pedagang Minangkabau dalam berdagang. Ahmad Iqbal Baqi, dkk (2000) memaparkan bahwa secara teoritis, kajian kewirausahaan masyarakat Minangkabau dirantau khususnya di bidang perdagangan dapat ditelaah melalui pendekatan kultural. Strategi-strategi dagang yang digunakan pedagang Minangkabau didasari oleh asumsi yang logis yang berisi prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang dapat diterima secara umum. Perilaku ekonomi yang diwujudkan para pedagang Minangkabau merupakan perilaku yang memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tindakan dan perilaku ekonomi mereka didasarkan suatu tata nilai yang berlaku dan juga dibangun oleh mereka sebagai suatu kelompok yang berdasarkan kekerabatan, kesamaan daerah asal, etnis atau budaya yang dibangun. Penelitian ini akan fokus membahas cara atau strategi pedagang Minangkabau di rantau dalam berdagang. Serta alasan mengapa cara atau strategi tersebut dipilih. Selain itu penelitian ini juga akan melihat persoalan apa yang dihadapi oleh pedagang Minangkabau di Jembatan Metro, Pasar Cipulir. Penelitian ini juga akan melihat bagaimana peran nilai budaya dalam kegiatan berdagang yang dijalankan pedagang Minangkabau di Jembatan Metro, Pasar Cipulir. 8

9 I.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keadaan dan kondisi pedagang Minangkabau di Jembatan Metro, Pasar Cipulir Jakarta, serta persoalan apa yang dihadapi oleh pedagang Minangkabau di Jembatan Metro, Pasar Cipulir. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi pedagang Minangkabau dalam menghadapi persaingan antar sesama pedagang dan alasan pedagang dalam memilih strategi dagang yang di tetapkan saat berdagang di Jembatan Metro, Pasar Cipulir, serta bagaimana peran adat istiadat dan nilai budaya dalam kegiatan berdagang yang dijalankan pedagang Minang di Pasar Cipulir. Penelitian ini juga bertujuan untuk menghasilkan karya tulis yang dapat dijadikan bahan bacaan akademis dan sebagai acuan penelitian berikutnya. I.5. Kerangka Pemikiran Antropologi ekonomi adalah salah satu cabang ilmu dari ilmu antropologi yang mengkaji gejala ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Menurut Hudayana (1991) meskipun mengkaji masalah ekonomi, antropologi ekonomi berbeda dengan ilmu ekonomi, dimana antropologi ekonomi memandang fenomena ekonomi sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem organisasi sosial dan unsur-unsur kebudayaan. 4 Antropologi ekonomi mempelajari bagaimana sistem budaya menjadi dasar perilaku ekonomi yang nampak dalam fenomena ekonomi 5. Antropologi ekonomi mempelajari bagaimana manusia menggunakan 4 Bambang Hudayana, (1991), Antropologi Ekonomi Versu Ilmu Ekonomi :Kajian Awal Tentang Masalah Sejarah, Obyek Dan Metode, Humaniora, hlm Ibid., hlm.36. 9

10 dunia materi (material world) untuk mempertahankan dan mengekspresikan dirinya dalam kelompok sosial (Low & Zuniga, 2003: 210) 6. Objek studi yang dikaji antropologi seperti yang dipaparkan di atas berbeda dengan apa yang dikaji ilmu ekonomi. Kajian dalam ilmu ekonomi hanya terbatas pada perekonomian pasar yang terfokus pada mekanisme ekonomi dan faktor-faktor produksi seperti permintaan, penawaran dan keseimbangan. Sedangkan di dalam Antropologi Ekonomi khususnya pada aliran ekonomi substantif mengkaji gejala ekonomi dengan organisasi sosial dan kebudayaan. Hal itu disadari bahwa manusia memiliki aspek organisasi sosial dan kebudayaan 7. Sehingga perilaku ekonomi yang dilakukan melalui pendekatan ini juga merupakan cerminan suatu perilaku budaya. Pendekatan substantif sendiri merupakan suatu pendekatan ekonomi terhadap proses interaksi antar manusia, alam dan lingkungannya berdasarkan fakta yang ada, yang belum tentu logis dengan teori ekonomi (Baqi et al.,2000:344). Menurut Granovetter dalam Damsar (2009:146) pendekatan substantif memiliki pengertian bahwa aktivitas ekonomi yang dilakukan individu tidak terlepas dari hubungan-hubungan sosial yang berkembang di dalam masyarakat. Pemikiran lain yang muncul dari pendekatan ini adalah bahwa nilainilai budaya dan agama dianggap dapat ikut serta memberikan pengaruh dalam mendorong atau justru sebaliknya dapat menghambat perkembangan ekonomi 6 Dhimas Unggul Laksita, (2015), Konsep Ruang Usaha di Kalangan Pedagang Pasar Tradisional Jawa (Studi Kasus Pedagang Pasar Gumulan, Srandakan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: Jurusan Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Gadjah Mada. 7 Koentjaraningrat, (2010), Sejarah Teori Antropologi II, hlm Di sana sebagian dari sistem ekonomi terlebur ke dalam unsur organisasi sosial, sebagian ke dalam sistem kekerabatan, dan sebagian lagi ke dalam religi dan ilmu gaib, dan sebagainya. 10

11 pada kelompok masyarakat tertentu (Ibid). Hubungan antara aktivitas ekonomi dengan aspek sosial dan budaya tidak dapat dipisahkan dari ekonomi substantif karena keduanya sudah melekat dan menjadi satu kesatuan. Ekonomi substantif menjadi suatu fenomena sosial yang cukup menarik karena tindakan rasional ekonomi tidak dapat dipisahkan dari nilai moral dalam kehidupan masyarakat. Dalam realitanya pertimbangan antara moral dan aktivitas ekonomi yang menekankan pada rasional untung-rugi terkadang bersifat kontradiktif. Hal tersebut kemudian menciptakan kondisi dilematis terhadap mobilitas sosial ekonomi bagi beberapa pedagang. Dalam pengertian ini dilema yang dihadapi pedagang adalah adanya tuntutan moral yang mengikat kuat dalam kehidupan sosial masyarakat mereka. Di sisi lain tuntutan mekanisme pasar mengharuskan untuk mengedepankan rasionalitas agar dapat memaksimalkan keuntungan. Dalam kajian sosiologi, moral ekonomi adalah suatu analisa tentang apa yang menyebabkan seseorang berperilaku, bertindak dan beraktivitas dalam kegiatan perekonomian. Hal ini dinyatakan sebagai gejala sosial yang berkemungkinan besar sangat berpengaruh terhadap tatanan kehidupan sosial. Moral ekonomi merupakan suatu proses pertukaran ekonomi dari produsen kepada konsumen melalui tindakan yang dipengaruhi oleh norma-norma yang mengatur tentang moral dalam melakukan suatu kegiatan ekonomi. Moral ekonomi pada kelompok masyarakat pedagang menurut Hans Dieter Evers merupakan kombinasi antara moral ekonomi dan kepentingan ekonomi. Manusia dianggap sebagai makhluk yang relatif kreatif meskipun mereka terikat 11

12 oleh norma-norma yang menyulitkan untuk mencapai keberhasilan, namun mereka akan berusaha untuk mencari solusi antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat, begitu juga dengan pedagang. Solusi tersebut ditemukan dengan cara berinteraksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Hans Dieter Evers (1994) mengatakan bahwa para pedagang sering mengalami dilema antara apabila ia menjual barang dagangnya dengan harga tinggi, maka dikhawatirkan kalau nanti tidak akan laku terjual, atau mengundang pemikiran yang negatif di tengah-tengah masyarakat bahwa pedagang tersebut rakus dengan keinginan untuk meraup untung yang tinggi. Sedangkan apabila ia menjual barang dagangannya dengan harga murah dengan modal yang cukup tinggi, tentu saja ini akan mengakibatkan pedagang tersebut rugi. Jika pedagang menghadapi hal seperti ini, maka pedagang harus berusaha mencari jalan keluarnya sendiri, seperti dengan cara merantau atau membuka usaha di daerah lain. Sama halnya dengan pedagang Minangkabau yang ada di Jembatan Metro Pasar Cipulir yang dihadapkan dengan sejumlah persoalan yang memunculkan dilema.persoalan-persoalan yang dihadapi pedagang Minangkabau mempengaruhi keberlangsungan usaha dagang yang mereka jalankan. Para pedagang harus mencari jalan keluar melalui sebuah strategi yang dapat menyelamatkan usaha dagang mereka. Namun, ada aspek penting yang harus diingat oleh pedagang Minangkabau di Jembatan Metro Pasar Cipulir bahwa mereka memiliki adat istiadat, nilai dan norma yang berperan sebagai pemberi arah dan orientasi dalam 12

13 bertindak, termasuk berdagang. Sehingga strategi yang dilakukan pedagang Minangkabau sebagai solusi untuk persoalan yang mereka hadapi tidak terlepas dari nilai dan norma yang mereka miliki. Definisi dari strategi adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya (Effendy, 1990) 8. Porter mengatakan, strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing (Rangkuti 2004:4). Dengan begitu secara umum tulisan mengenai strategi dagang ini akan membahas mengenai persoalan yang dihadapi pedagang Minangkabau di Jembatan Metro Pasar Cipulir yang erat kaitannya dengan keberlangsungan usaha dagang mereka. Strategi dagang menjadi solusi bagi pedagang Minangkabau di Jembatan Metro Pasar Cipulir untuk dapat mengatasi persoalan yang mereka hadapi. Kantau menjadi strategi utama yang dilakukan oleh pedagang Minangkabau sebagai solusi dalam menghadapi dilema mereka. Strategi kantau erat kaitnya dengan modal sosial, jaringan sosial, hubungan baik dan kepercayaan (trust). Modal sosial sebagai konsep atau teori sosial sudah banyak dikaji dan dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman mengenai masyarakat dan komunitas. Menurut Putnam (1993,1996, 2000) dalam (Field, 2003) modal sosial mengacu pada esensi dari organisasi sosial, seperti trust,norma, dan jaringan sosial yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih 8 Ernita Arif, (2007), Strategi Komunikasi Pedagang Kaki Lima Perantau Minangkabau dan Penduduk Asli (Studi Kasus di Pasar Jatibarang Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu- Jawa Barat), Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, hlm

14 terkoordinasi dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan bersama, dan mempengaruhi produktifitas secara individual maupun kelompok. Menurut Francis Fukuyama (2002), modal sosial adalah serangkaian nilainilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka. Modal sosial dapat menjadi fasilitator bagi ekspansi ekonomi bila didukung oleh kepercayaan (trust) yang meluas. Modal sosial menyatakan mengenai kerjasama yang tergantung dari kepercayaan. Masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi akan sanggup untuk melakukan kerjasama sampai level organisasi yang sangat besar. Sebaliknya masyarakat yang tingkat kepercayaannya rendah memiliki kerjasama yang dapat digalang hanya sampai pada level yang terbatas. Kepercayaan merupakan komponen penting dari adanya masyarakat. Kepercayaan dapat mendorong seseorang untuk bekerjasama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas ataupun tindakan bersama yang produktif. Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (Damsar, 2009:157). Keterkaitan jaringan dan kelompok merupakan aspek vital dari modal sosial.jaringan sosial terjadi berkat adanya keterkaitan antara individu dalam komunitas. 14

15 I.6. Metode Penelitian I.6.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian secara keseluruhan dilakukan di Kota Jakarta dengan Pasar Cipulir (khususnya Jembatan Metro) sebagai lokasi dagang yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi pemilihan Kota Jakarta dan Jembatan Metro, Pasar Cipulir sebagai lokasi penelitian. Pertama, Provinsi DKI Jakarta menjadi salah satu kota yang banyak dipilih masyarakat Minangkabau sebagai daerah tujuan untuk merantau dan berdagang. Kedua, Jembatan Metro, Pasar Cipulir merupakan salah satu sentra pasar garmen yang didominasi oleh pedagang Minangkabau. I.6.2. Pemilihan Informan Penelitian yang berlangsung antara bulan Mei hingga Juli 2016 bersifat deskriftif, sehingga penelitian lapangan merupakan sumber data utama, sedangkan penelitian perpustakaan digunakan sebagai pembantu dan pembanding. Terdapat dua informan yang diwawancarai dalam penelitian ini, yaitu informan kunci dan informan pendukung. Informan kunci dalam penelitian ini adalah para pedagang di Jembatan Metro, Pasar Cipulir. Sedangkan informan pendukung merupakan informan yang dipakai untuk menjawab latar belakang serta melengkapi data dari informan kunci. Penentuan informan menggunakan proses seleksi dengan kriteria tertentu. Kriterianya adalah pedagang yang berdagang di Jembatan Metro, Pasar Cipulir. Di luar informan kunci, peneliti memilih beberapa informan, yaitu orang yang 15

16 membantu pedagang di pasar dan staff pengelola Pasar Cipulir. Hal ini sangat membantu peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan pasar. Untuk menentukan informan kunci, langkah yang penulis ambil adalah mendatangi Jembatan Metro, Pasar Cipulir dan berkenalan dengan salah seorang pedagang dan kemudian menceritakan maksud dan tujuan penulis. Setelah itu, pedagang memperkenalkan penulis dengan dua pedagang lainnya yang dianggap lebih mengetahui keadaan Jembatan Metro, Pasar Cipulir. Kemudian penulis mewawancarai kedua pedagang tersebut sebagai dasar awal untuk mengetahui aktivitas pedagang di Jembatan Metro, Pasar Cipulir. Melalui cerita yang disampaikan dua pedagang ini penulis tertarik untuk memilih dua pedagang lainnya dan menjadikannya informan kunci. I.6.3. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan 9, observasi partisipan, wawancara mendalam 10, dan wawancara bebas. Penelitian ini juga menggunakan cerita pengalaman dari para informan. Wawancara dilakukan ketika pedagang sedang berjualan di pasar. Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan gambaran kegiatan sehari-hari pedagang ketika 9 TO. Ihromi, (2006), Pokok-Pokok Antropologi Budaya (Edisi Terbaru), Yayasan Obor Indonesia, hlm.65. Di pihak lain pengamatan, adalah satu-satunya cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk memperoleh gambaran mengenai pola budaya yang tidak diutarakan dengan katakata. 10 Ibid., hlm. 64. Wawancara adalah satu-satumya teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh keterangan tentang kejadian yang oleh ahli antropologi tak dapat diamati secara langsung, baik karena itu terjadinya di masa lampau ataupun karena dia tidak diperbolehkan untuk hadir ditempat kejadian itu. 16

17 di pasar secara langsung, seperti apa aktivitas ekonomi yang terjadi dan bagaimana hubungan antara pedagang dengan pembeli. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui pengalaman langsung pedagang terhadap cara berdagang, tanpa harus membayangkan seperti apa suasana, dan apa yang dirasakan oleh pedagang terhadap lingkungan sekitarnya, jika melakukan wawancara di tempat lain. Data sekunder yang digunakan untuk penelitian ini berupa pustaka yang mengulas tentang pedagang Minang, strategi dagang dan ekonomi moral. Selain itu terdapat dokumentasi yang berupa beberapa foto kegiatan pedagang saat berdagang di Jembatan Metro, Pasar Cipulir. Data-data yang diperoleh baik data utama maupun data pembantu, dikumpulkan, diatur, dan diurutkan. Setelah itu dianalisa sesuai kebutuhan peneliti. Hal ini dilakukan agar informasi dapat disampaikan dengan lebih maksimal sehingga pembaca lebih mudah untuk memahami. 17

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merantau adalah tipe khusus dari migrasi dengan konotasi budaya tersendiri yang tidak mudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris atau bahasa asing manapun. Merantau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Moral Ekonomi Pedagang Kehidupan masyarakat akan teratur, baik, dan tertata dengan benar bila terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

Lebih terperinci

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan dan memenuhi segala kebutuhannya. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (2007, hlm.23) Manusia senantiasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

KOMUNITAS ETNIS BATAK SEBAGAI SUPIR ANGKUTAN KOTA DI KOTA BANDUNG

KOMUNITAS ETNIS BATAK SEBAGAI SUPIR ANGKUTAN KOTA DI KOTA BANDUNG KOMUNITAS ETNIS BATAK SEBAGAI SUPIR ANGKUTAN KOTA DI KOTA BANDUNG 1 Akhmad Fazri, 2 Gurniwan Kamil dan 3 Siti Komariah 1 Mahasiswa Pascasarjana Universitas Wiralodra Indramayu 2 Dosen Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan sejarah diketahui bahwa masyarakat Indonesia sudah menegenal ekonomi yang disebut pasar. Pasar merupakan kegiatan jual-beli itu, biasanya (1) berlokasi yang mudah didatangi

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa

Lebih terperinci

Sebagai ilustrasi, orang Batak dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus dan. sopan sedangkan orang Batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang

Sebagai ilustrasi, orang Batak dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus dan. sopan sedangkan orang Batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya lewat belajar. Apa yang dipelajari pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain

BAB I PENDAHULUAN. yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dunia merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan usaha mikro ini sangat membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat fenomena saat ini susahnya mencari pekerjaan formal, sehingga warga sekitar lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata di Indonesia saat ini telah memberikan sumbangan dalam meningkatkan devisa maupun lapangan kerja. Sektor pariwisata juga membawa dampak sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai kota pendidikan karena banyaknya mahasiswa luar Bandung yang kuliah di sana. Kota

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial Modal sosial sebagai konsep atau teori sosial sudah banyak dikaji dan dijadikan dasar indikator suatu proses pembangunan yang berfokus pada kinerja kelompok.komunitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Sosial Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pertanian di Indonesia selama ini telah dititikberatkan pada peningkatan produksi pertanian. Namun dalam upaya peningkatan ini, terlihat tidak

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Untuk mengetahui kejadian di masa lampau itu kita dapat dipelajari dari buktibukti yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar tradisional merupakan pasar yang berperan penting dalam memajukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara alamiah. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut.

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut. BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND A. Konsep Rasional Untuk menjelaskan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, yaitu strategi bertahan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seluruh manusia tercipta sebagai makhluk sosial, yang dimana tak pernah terlepas dalam kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal akan keberagamannya, keberagaman itu bisa dilihat dari kelompok etnik, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Di mana setiap dalam suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR 5.1 Tingkat Keinginan Pindah Penduduk di Daerah Longsor Pola keinginan pindah penduduk dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri bagi manusia, sehingga pada masa ini kepribadian individu cenderung berubah-berubah tergantung dari apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean lainnya telah memasuki babak baru perekonomian yang disebut dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan secara tepat, modal sosial akan melahirkan serangkaian nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. digunakan secara tepat, modal sosial akan melahirkan serangkaian nilai-nilai atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modal sosial merupakan fasilitator penting dalam pembangunan ekonomi. Modal sosial yang dibentuk berdasarkan kegiatan ekonomi dan sosial dipandang sebagai faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan khas dan nilai-nilai budaya yang berbeda. Keragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterlekatan Keterlekatan menurut Granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi BAB VI KESIMPULAN Kajian media dan gaya hidup tampak bahwa pengaruh media sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi masyarakat tidak lain merupakan hasil dari

Lebih terperinci

Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung

Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kebanggaan Atas Identitas Etnik Pada Mahasiswa Perantau Kelompok Etnik Minang Dan Batak Di Bandung 1 Rina Ramdani, 2 Ihsana Sabriani Borualogo, 3 Stephanie Raihana Hamdan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PKL muncul sebagai salah satu bentuk sektor informal perkotaan. Rachbini dan Hamid (1994) menyebutkan bahwa sektor informal secara struktural menyokong sektor formal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang cukup besar, bukan hanya di kawasan Asia Tenggara, atau kawasan Asia, tetapi dalam lingkup yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dan regulasi pemerintah yang berkuasa. kegiatan pemasaran bisnis. Tujuan utama perusahaan pada intinya

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dan regulasi pemerintah yang berkuasa. kegiatan pemasaran bisnis. Tujuan utama perusahaan pada intinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara akan senantiasa terkait dengan perkembangan politik negara yang bersangkutan. Hal ini mudah dipahami karena maju dan mundurnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Desa merupakan kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga, yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa). 1 Koentjaraningrat

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

Studi Kasus Mobilitas Komunitas Kelompok Bisnis Besi Tua Di Bandung Asal Panjalu Kabupaten Ciamis dari Tahun 1950-an sd 2009

Studi Kasus Mobilitas Komunitas Kelompok Bisnis Besi Tua Di Bandung Asal Panjalu Kabupaten Ciamis dari Tahun 1950-an sd 2009 Studi Kasus Mobilitas Komunitas Kelompok Bisnis Besi Tua Di Bandung Asal Panjalu Kabupaten Ciamis dari Tahun 1950-an sd 2009 1. Pola kekerabatan yang menjadi bagian integral dalam pola dan perilaku bisnis

Lebih terperinci

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material dengan Struktur Sosial disusun oleh : DWI YANTI SARWO RINI D 0311025 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Fitri Nur Millah, Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Fitri Nur Millah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perpindahan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perpindahan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena umum yang menjadi masalah kependudukan di Indonesia meliputi jumlah penduduk yang sangat besar atau padat,tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat

Lebih terperinci

PETATAH PETITIH KEARIFAN LOKAL EKONOMI DAN BISNIS MASYARAKAT MINANG PEDAGANG RANTAU DI JAKARTA

PETATAH PETITIH KEARIFAN LOKAL EKONOMI DAN BISNIS MASYARAKAT MINANG PEDAGANG RANTAU DI JAKARTA PETATAH PETITIH KEARIFAN LOKAL EKONOMI DAN BISNIS MASYARAKAT MINANG PEDAGANG RANTAU DI JAKARTA Erni Hastuti 1 Teddy Oswari 2 Defi Julianti 3 1,3 Fakultas Sastra dan Bahasa, Universitas Gunadarma 2 Fakultas

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR

PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR Oleh: INDRIYANI L2D 001 434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik ( BPS ). Data Indikator Ketenagakerjaan. November

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik ( BPS ). Data Indikator Ketenagakerjaan. November BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Permasalahan Sektor Informal di Perkotaan Indonesia Fenomena sektor informal merupakan fenomena yang sangat umum terjadi di negara - negara berkembang. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang terus berusaha meningkatkan keterbatasan dirinya, keterbatasan pikirannya dan keterbatasan tradisinya yang mengikatnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, kepuasan konsumen, dan persaingan yang terjadi antar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, kepuasan konsumen, dan persaingan yang terjadi antar perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang dialami perusahaan untuk mencapai tujuannya semakin lama dirasa semakin kompleks. Permasalahan tersebut disebabkan oleh adanya bermacam-macam faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas untuk memenuhi salah satu kebutuhan sosial manusia,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas untuk memenuhi salah satu kebutuhan sosial manusia, BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Uraian secara rinci dipaparkan sebagai berikut ini. A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh sebab itu manusia tersebut menyatu pada struktur masyarakat guna mencapai tujuan yang di cita-citakan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal ini menunjukan bukti adanya keterpisahan secara sistemis-empiris antara

BAB I PENDAHULUAN. informal ini menunjukan bukti adanya keterpisahan secara sistemis-empiris antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integritas Bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan era globalisasi. Berbagai macam budaya global yang masuk melalui beragam media komunikasi dan informasi. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratifika Dewi Irianto, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratifika Dewi Irianto, 2014 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal keberadaanya, seorang individu akan memiliki sebuah relasi yang mutlak dengan satuan sosialnya. Satuan sosial tersebut adalah keluarga yang merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan yang terjadi pada sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup luas dari Sabang sampai Merauke dan dari Mianggas hingga Pulau Rote. Indonesia memiliki tidak kurang dari 400 suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Manusia Sebagai Makhluk Sosial Makhluk Spiritual Manusia Makhluk individual Makhluk Sosial Manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki keistimewaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki keistimewaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki keistimewaan dan bermacam keunikan. Salah satu keunikan yang mendasar pada diri manusia adalah memiliki hakekat individualitas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Peningkatan kualitas hidup suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, hal tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengidentifikasikan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada Bab IV di atas, maka dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada Bab IV di atas, maka dapat 260 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada Bab IV di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa: 1. Tinggi rendahnya transformasi struktur ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang ada saat ini akan membawa dampak kemajuan dalam berbagai bidang, oleh karena itu pembangunan terencana dan terprogram harus dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Analisis Kelembagaan dan Pembangunan (Institutional Analysis and Development, IAD)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Analisis Kelembagaan dan Pembangunan (Institutional Analysis and Development, IAD) 3.1. Kerangka Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.1. Analisis Kelembagaan dan Pembangunan (Institutional Analysis and Development, IAD) Analisis ini digunakan untuk mengetahui siapa saja pihak-pihak yang

Lebih terperinci