STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI KALIMANTAN TENGAH
|
|
- Iwan Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI KALIMANTAN TENGAH Robi Fajerin Darmawan Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya robifajerin@gmail.com Abstrak : Kebutuhan akan energi listrik sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat seharihari. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan di bidang perekonomian, teknologi, industri dan informasi maka kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tentu harus diimbangi dengan ketersediaan pasokan tenaga listrik yang mencukupi. Pada kenyataannya penyediaan tenaga listrik di Indonesia dirasakan masih belum cukup, hal ini terbukti masih sering terjadinya pemadaman listrik secara bergilir hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kebutuhan akan sarana dan prasarana guna menampung debit air hujan di Kalimantan Tengah sangat penting. Hal ini dapat mengurangi bencana banjir yang sering melanda sekitar daerah aliran sungai yang ada di Kalimantan Tengah. Pada Tugas Akhir ini akan membahas pembangunan PLTA Muara Juloi 284 MW dengan parameter yang akan dianalisis antara lain adalah aspek teknis, ekonomi, sosial, lingkungan dan ketersediaan energi. Sehingga kebutuhan energi listrik di Kalimantan Tengah dapat terpenuhi dengan baik serta dapat membantu pemerintah daerah guna menanggulangi banjir. Kata kunci : Banjir, PLTA Muara Juloi, technoeconomic-environment. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu komoditas yang sangat penting dan terus berkembang di era globalisasi. Tidak hanya sebagai pendorong pembangunan daerah dalam mewujudkan kesejahteraan, namun juga sebagai salah satu pendorong perekonomian Indonesia. Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik yang tinggi, tidak diimbangi oleh pengembangan di sisi penyediaan tenaga listrik. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan listrik. Di berbagai wilayah Indonesia masih banyak daerah yang mengalami krisis daya terutama daerahdaerah yang jauh dari pusat pemerintahan. Khusus di wilayah Kalimantan Tengah dimana kondisi krisis daya dan tingginya biaya produksi menjadi kendala utama yang perlu segera dicari solusinya. Kalimantan Tengah merupakan wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan beban yang tinggi dengan rasio elektrifikasi sebesar (56,2 %) dan persentase desa berlistrik sebesar (37,83 %). Berdasarkan data tersebut Kalimantan Tengah mampu mengindikasikan besarnya peluang sekaligus tantangan investasi di sektor ketenagalistrikan. Krisis energi listrik berkepanjangan yang melanda sistem interkoneksi Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah (Kalselteng) sampai saat ini mengalami defisit hingga 35 megawatt (MW). Salah satu kabupaten di Kalselteng yang mengalami masalah tersebut adalah Kabupaten Murung Raya. Pemadaman bergilir tercatat rutin terjadi di Kabupaten Murung Raya. Hal ini tentunya sangat merugikan masyarakat dan para investor yang telah ada maupun yang akan berinvestasi di Kabupaten Murung Raya. Oleh karena itu, masalah penyediaan pasokan listrik merupakan hal penting yang harus dipecahkan oleh PT. PLN (Persero) Distributor Kalselteng, pemerintah daerah serta masyarakat Kabupaten Murung Raya. PT. PLN (Persero) juga harus berusaha untuk mengurangi pemakaian bahan bakar minyak untuk pembangkit yang ada, yaitu dengan mulai menggalakkan penggunaan potensi selain bahan bakar minyak untuk proses pembangkitan seperti air, batu bara, maupun panas bumi. Hal ini disebabkan karena penggunan bahan bakar minyak dirasa sudah tidak ekonomis lagi, karena harganya yang terus mengalami kenaikan. Kebijakan pemerintah dalam diversifikasi dan konservasi energi mendorong kita untuk melakukan studi tentang ketenagalistrikan pada PLTA Muara Juloi 284 MW di Kabupaten Murung Raya demi memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Kalselteng khususnya Kabupaten Murung Raya. Dengan adanya Pembangunan PLTA Muara Juloi 284 MW di Kabupaten Murung Raya, diharapkan dapat mengatasi pertambahan beban di Kabupaten tersebut dan wilayah sekitarnya. Selain itu diharapkan waduk yang ada dapat untuk menampung debit air yang berlebihan di Kabupaten Murung Raya dan sepanjang aliran sungai Muara Juloi sehingga dapat mencegah bencana banjir. 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan suatu pembangkitan energi listrik dengan mengubah energi potensial air menjadi energi mekanik oleh turbin dan diubah lagi oleh generator menjadi energi listrik dengan memanfaatkan ketinggian dan kecepatan aliran air. 2.2 Proses Produksi Pembangkit Listrik Tenaga Air Cara kerja Pembangkit ini adalah dengan menggerakkan turbin-turbin sebagai alat merubah enegi mekanik menjadi energi listrik. Selama tingkat penggerakan turbin-turbin, aliran air dari tempat yang tinggi masuk kedalam power house lalu kemudian masuk ke kolam penampung bawah. Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1
2 pembangkitan dan harga energi. Metode perhitungan yang digunakan adalah metoda perhitungan biaya pembangkitan tahunan, terdiri dari tiga komponen biaya, yaitu: 1. Biaya investasi modal (capital cost) 2. Biaya bahan bakar (fuel cost) 3. Biaya operasi dan perawatan (O&M cost) Gambar 2.5: Alur Kerja Hydro Powerplant Dasar-dasar pengaturan terdiri dari dua kolam, satu pada lokasi yang tinggi dan lainnya pada lokasi yang rendah dengan menempatkan turbin di bawah rumah stasiun pembangkit di tengah-tengah. Air yang mengalir dari kolam pada lokasi yang lebih tinggi dari rumah pembangkit akan dialirkan ke kolam yang lebih rendah. 2.3 Metode Peramalan Kebutuhan Listrik Regresi Linier Berganda Dalam Metode Regresi diperlukan faktor yang akan dijadikan acuan dalam perhitungan. Dalam peramalan kebutuhan energi listrik faktor-faktor yang dipakai adalah sebagai berikut : 1. Energi terjual 2. Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga 3. Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang bisnis 4. Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang industri 5. Pertumbuhan jumlah pelanggan publik 6. Pertumbuhan jumlah penduduk 7. Peningkatan PDRB suatu wilayah Model Peramalan dengan DKL 3.01 Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Metodologi yang digunakan pada model sektoral adalah metode gabungan antara kecenderungan, ekonometri dan analitis. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi empat sektor yaitu : 1. Sektor Rumah Tangga 2. Sektor Bisnis 3. Sektor Publik 4. Sektor Industri 2.4 Ekonomi Pembangkit Tiap pembangkit listrik mempunyai harga energi listrik yang berbeda-beda yang besarnya bervariasi tergantung pada biaya pembangunan, perawatan dan biaya operasi dari pembangkit listrik tersebut. Tinjauan opsi energi dari aspek ekonomi pada pembahasan ini didasarkan atas biaya modal pembangkitan yang dikeluarkan dalam pemanfaatan energi alternatif menjadi energi listrik, yaitu biaya 2.5 Analisa Investasi Sebelum suatu pembangunan dilaksanakan perlu dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan diketahui kelayakan suatu pembangunan dilihat dari sisi ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian pembangunan investasi, yaitu 1 : A. Net Present Value (NPV) Jika nilai NVP positif, maka investasi layak dilaksanakan dan jika nilai NVP bernilai negatif investasi tidak layak dilaksanakan. B. Internal Rate of Return (IRR) Pembangunan layak diterima apabila IRR lebih besar dari suku bunga di bank dan tidak layak dilaksanakan apabila nilai IRR lebih kecil atau sama dengan suku bunga. C. Bennefit Cost Ratio Benefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan keuntungan selama setahun, yang dapat dicari berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut. Bennefit (tahun t) BCR..(2.59) Investasi D. Payback Periode Payback periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh. investment Cost PP..(2.60) anual CIF 3. KONDISI KELISTRIKAN KALIMANTAN TENGAH Tabel 3.1: Pelanggan Tenaga Listrik Jenis Rumah Pelanggan Tangga Industri Bisnis Publik Jumlah Westton, J. Fred, dan Copeland, Thomas E., Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Alih Bahasa Jaka Wasana dan Kirbrandoko, Penerbit Erlangga, Jakarta, Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 2
3 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah pelanggan listrik di Kalimantan Tengah terus mengalami kenaikan, hal ini disebabkan bertambahnya jumlah penduduk di Kalimantan Tengah. Kenaikan ini disebabkan oleh rumah tangga, gedung perkantoran dan jalan-jalan yang memerlukan penerangan. Berikut ini tabel jumlah tenaga listrik yang terjual tahun wilayah Kalimantan Tengah. Tabel 3.2: Besar Tenaga Listrik Terjual pada Pelanggan dan Kelompok Pelanggan di Kalimantan Tengah Tahun (GWh) Jenis Rumah Pelanggan Tangga Industri Bisnis Publik Jumlah ,43 17,43 35,26 20,40 233, ,55 14,76 43,32 21,76 270, ,02 14,28 42,29 23,17 283, ,23 14,61 43,71 24,09 285, ,16 17,17 48,08 25,42 301, ,67 47,19 65,82 65,28 402, ,63 21,05 58,67 30,94 350, ,49 20,58 66,99 34,49 379, ,19 24,96 79,86 40,85 429, ,73 20,61 91,47 43,83 463, ,35 89,14 27,29 48,41 476,19 4. ANALISIS PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW DI KABUPATEN MURUNG RAYA 4.1 Kebutuhan Pelanggan Saat ini Dari tahun ke tahun jumlah pelanggan dan kebutuhan listrik di wilayah Kalimantan Tengah mengalami peningkatan seperti pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 diatas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan jumlah pelanggan dari tahun ke tahun untuk sektor rumah tangga sebesar 3,4% dan daya meningkat menjadi 5,2%. Pada sektor industri jumlahnya meningkat 1,83% dan daya tersambung meningkat 14,3%. Pada sektor bisnis jumlahnya meningkat 4,3 % dan daya tersambung meningkat 6,7%. Pada sektor publik jumlahnya meningkat 6,55% dan daya tersambung meningkat 10,8%. Dengan peningkatan beban puncak pada tahun 1999 sampai 2008 rata-rata sebesar 11,74% sedangkan daya mampu pembangkit yang ada hanya 60,72 MW. 4.2 Analisa Debit, Head dan Daya PLTA Perencanaan pembangunan PLTA Muara Juloi 284 MW di Desa Muara Juloi dengan memanfaatkan Sungai Juloi yang berasal dari sungai utama yaitu Sungai Barito. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar km 2, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2600 mm/tahun dan debit air rata-rata sungai mencapai 605,9 3 /sec. Sedangkan beda ketinggian yang diambil adalah 70m. Sehingga akan menghasilkan daya seperti perhitungan berikut: Dari data yang diperoleh yaitu: Debit air (Q) = 517 m 3 /s (dibawah debit rerata) Ketinggian (H) = 70 m Gravitasi (g) = 9,81 Effisiensi (η) = 0,8 Maka akan diperoleh daya yang terbangkitkan dapat dihitung menggunakan rumus 2.15: P = Q x H x g x η P = 517 x 70 x 9,81 x 0,8 P = kw P = 284 MW Energi Listrik per tahun: Energi Listrik = P x jam operasi x faktor kapasitas Energi Listrik = 284 x 8760 x 0,8 Energi Listrik = MWh = 1.990,27 GWh / tahun Untuk ukuran pipa yang digunakan dapat dihitung: Luas pipa = Flowrate / Kecepatan Bila diasumsikan kecepatan di pertahankan konstan pada 10 mph atau sama dengan 4,47 m/s maka dapat dihitung: Luas pipa = 517 / 4,47 = 115,66 m 2 Jari-jari Pipa Diameter Pipa = 4,29 m = 8,58 m Gambar 4.1: Turbine chart Dengan menggunakan chart seperti diatas, dengan parameter yang digunakan yaitu: Flowrate (m 3 /s) Head (m) Maka dapat ditentukan bahwa pada PLTA Muara Juloi 284 MW dipakai turbin jenis Francis Turbine. 4.3 Peramalan Beban dengan Regresi Linier Berganda Tabel 4.1: Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok Pelanggan Kalimantan Tengah (GWh) Tahun Rumah Tangga Bisnis Industri Publik Total ,9 94,88 28,39 51,21 500, ,46 100,63 29, , ,01 106,37 30,58 56,79 548, ,56 112,12 31,68 59,6 572, ,12 117,86 32,78 62,39 597, ,67 123,61 33,87 65,19 621, ,22 129,35 34,97 67,99 645, ,78 135,09 36,06 70,78 669, ,33 140,84 37,16 73,58 693, ,88 146,58 38,25 76,38 718, ,43 152,33 39,35 79,17 742, ,99 158,07 40,45 81,97 766, ,54 163,81 41,54 84,77 790, ,09 169,56 42,64 87,57 814, ,65 175,3 43,74 90,36 839, ,2 181,05 44,83 93,16 863, ,75 186,79 45,93 95,96 887, ,31 192,54 47,02 98,75 911, ,86 198,28 48,12 101,55 935, ,41 204,02 49,22 104, ,97 209,77 50,31 107,14 984, ,52 215,51 51,41 109, , ,07 221,26 52,5 112, ,57 Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 3
4 Tahun Rumah Tangga Bisnis Industri Publik Total , ,6 115, , ,18 232,75 54,7 118, , ,73 238,49 55,79 121, , Analisis Peramalan dengan Metode DKL 3.01 Tabel 4.2: Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok Pelanggan Kalimantan Tengah (GWh) Tahun Rumah Tangga Bisnis Industri Publik Total ,44 89,19 27,29 53,53 566, ,79 94,93 28,39 56,62 609, ,37 100,68 29,49 59,71 654, ,26 106,43 30,59 62,79 700, ,31 112,18 31,69 65,89 747, ,58 117,93 32,79 68,98 795, ,16 123,68 33,88 72,08 844, ,89 129,42 34,98 75,17 895, ,93 135,16 36,07 78,26 947, ,09 140,92 37,17 81, , ,57 146,66 38,26 84, , ,18 152,42 39,36 87, , ,99 158,15 40,46 90, , ,02 163,9 41,55 93, , ,39 169,65 42,65 96, , ,97 175,39 43,75 99, , ,82 180,19 45,50 103, , ,18 185,78 46,71 106, , ,54 191,37 47,91 109, , ,89 196,96 49,12 112, , ,25 202,55 50,33 115, , ,61 208,14 51,53 118, , ,97 213,73 52,74 122, , ,33 219,31 53,94 125, , ,69 224,90 55,15 128, , ,04 230,49 56,36 131, ,32 Tabel 4.3: Perbandingan Proyeksi Konsumsi Energi Listrik Antara Regresi Linier Berganda, DKL 3.01 dan RPTL (GWh) Tahun Regresi DKL RPTL ,38 566, ,58 609, ,75 654, ,96 700, ,15 747, ,34 795, ,53 844, ,71 895, ,91 947, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Dari hasil peramalan di atas pertumbuhan total konsumsi energi listrik dengan menggunakan metode regresi sebesar 2,24 %, sedangkan dengan menggunakan metode DKL 3.01 pertumbuhan total konsumsi energi listrik adalah 2,88 %. Sedangkan total konsumsi energi listrik pada tahun 2035 dengan menggunakan metode regresi sebesar 1105,14 Gwh dan dengan metode DKL sebesar 1833,32 Gwh. Menurut perhitungan PT. PLN (Persero) yaitu sebesar 2114 Gwh. 4.5 Neraca Daya Kalimantan Tengah Dengan asumsi PLTA Muara Juloi 284 MW Kabupaten Murung Raya selesai dibangunnya pada tahun 2011 maka secara otomatis neraca daya Kalimantan Tengah juga mengalami perubahan, yaitu pada bagian daya mampu mulai tahun 2011 seperti pada berikut ini. Tabel 4.4: Proyeksi Neraca Daya Kalimantan Tengah dengan Penambahan PLTA Muara Juloi 284 MW Tahun Daya Mampu (MW) Beban Puncak (MW) Selisih (MW) Reserve Margin Keterangan ,72 51,29 9, defisit ,72 52,09 8, defisit , surplus , surplus , surplus , surplus , surplus , surplus , surplus , surplus , surplus , surplus , surplus , surplus , surplus , surplus , surplus ,83 219,18 4, surplus ,62 218,38 4, surplus ,42 217,58 4, surplus ,21 216,79 4, surplus ,01 215,99 4, surplus ,81 215,19 4, surplus ,60 214,39 4, surplus ,39 213,60 4, surplus ,19 212,81 3, surplus ,99 212,01 3, surplus Pada tabel diatas yang dikatakan defisit oleh PLN adalah: Daya Mampu Reverse Margin Beban Puncak Dimana: Reserve Margin < 1,2 termasuk defisit Reverse Margin > 1,2 termasuk surplus 4.6 Analisis Ekonomi Pembangkit Listrik Perhitungan Biaya Pembangkitan Energi listrik Pada pembangunan PLTA Muara Juloi 284 MW. Maka diambil asumsi secara umum bahwa akan dibangun PLTA dengan dengan kapasitas total 284 MW, dengan faktor kapasitas 80 % dan memiliki umur pembangkit 25 tahun. Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 4
5 Perhitungan Biaya Modal Pembangkit Perhitungan Biaya Pembangunan Biaya pembangunan adalah sebesar: 9 Capital Investment Cost 0,36 x 10 USD Biaya Pembangunan 3 Installed Capacity 284 x 10 kw = 1268 US$ / kw Perhitungan Jumlah Pembangkitan Tenaga Listrik (kwh/tahun) Dengan daya terpasang 284 MW dan faktor kapasitas 80 % maka Jumlah Pembangkitan Tenaga Listrik (kwh/tahun) = Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 8760 = 284 MW x 0,8 x 8760 = kwh/tahun Jadi biaya modal / Capital Cost (CC) adalah sebagai berikut: Capital Cost Biaya pembangunan x kapasitas Pembangkit x CRF Jumlah Pembangkit an NetoTenaga Listrik Untuk suku bunga i = 6 % 1268x x0,078 CC 0,01411 USD / kwh 1,411cent / kwh Untuk suku bunga i = 9 % 1268x x0,102 CC 0,01845 USD / kwh 1,845 cent / kwh Untuk suku bunga i = 12 % 1268x x0,127 CC 0,02297 USD / kwh 2,297 cent / kwh Perhitungan Biaya Operasi Dan Perawatan Biaya operasi dan perawatan PLTA terdiri dari beberapa komponen antara lain biaya operasional, biaya pemeliharaan pembangkit listrik dan biaya pemeliharaan lapangan, yang tertera pada tabel dibawah in : Tabel 4.5: Biaya Operasi dan Pemeliharaan Jenis Data Operation cost/kwh Maintenance cost/kwh OM = 0,4 + 0,3 = 0,7 cent/kwh Nilai 4,05 mills (0,4 cent) 2,62 mills (0,3 cent) Perhitungan Biaya Pembangkitan Total Berdasarkan beberapa biaya diatas, maka persamaan biaya pembangkitan total dalam pembangkitan tahunan dapat dinyatakan sebagai berikut: TC = CC + FC + OM Tabel 4.6: Biaya Pembangkitan Energi Listrik Perhitungan Suku Bunga 6 % 9 % 12% Biaya Pembangunan (US$/kW) Umur Operasi (Tahun) Kapasitas (MW) Biaya Bahan Bakar (US$/kWh) B. O & M (US$ / kwh) Biaya Modal (US$ / kwh) Total Cost (US$ / kwh) Investasi (jutaus$) Analisa Investasi Pembangkit Net Present Value Metode Net Present Value (NPV) ini menghitung jumlah nilai sekarang dengan menggunakan Discount Rate tertentu dan kemudian membandingkannya dengan investasi awal (Initial Invesment) dan selisihnya disebut NPV. Apabila NPV tersebut positif, maka usulan investasi tersebut diterima dan apabila negatif maka usulan investasi tersebut ditolak. Setelah pembangkit beroperasi 25 tahun, maka NPV untuk suku bunga 6 % ditunjukkan seperti berikut: Tabel 4.7: Analisis NPV Harga Jual ( US$ / kwh ) Suku Bunga 0,07 0,08 6% % % Internal Rate of Return (IRR) Suatu usulan pembangunan investasi diterima jika IRR lebih tinggi dari biaya modal/tingkat suku bunga, dan usulan pembangunan investasi ditolak jika IRR lebih rendah atau sama dengan biaya modal/tingkat suku bunga. Tabel 4.8: Analisis IRR Harga Listrik Internal Rate of Return % (USD/Kw) i = 6 % i = 9 % i = 12 % 0,07 19 % 15 % 11 % 0,08 24 % 20 % 17 % Dari hasil perhitungan internal rate of return dan NPV, maka dapat dianalisis bahwa pembangunan ini layak untuk dilaksanakan apabila : Menggunakan suku bunga 6 % dengan harga listrik US$ 0.07/kWh atau lebih. Menggunakan suku bunga 9 % dengan harga listrik US$ 0.07/kWh atau lebih. Menggunakan suku bunga 12 % dengan harga listrik US$ 0.08/kWh Bennefit Cost Ratio (BCR) Benefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan keuntungan selama setahun, yang dapat dicari berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut. Tabel 4.9: Analisis BCR Harga Listrik BCR ( % ) (USD/Kw) i = 6 % i = 9 % i = 12 % 0,07 0,20 0,17 0,14 0,08 0,25 0,22 0, Payback Periode Payback periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang dinvestasikan dapat kembali dengan utuh. Tabel 4.10: Analisis Payback Periode Harga Listrik Payback Periode (Tahun) (USD/Kw) i = 6 % i = 9 % i = 12 % 0, , Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 5
6 4.8 Perhitungan Daya Beli Masyarakat Kemampuan konsumsi masyarakat akan energi listrik sangat menentukan seberapa besar harga jual listrik nantinya yang mampu dibayar. Biaya pembangkitan total dengan tingkat suku bunga (i) akan menjadi acuan untuk menentukan harga jual listrik. Besarnya biaya pembangkit total akan dibandingkan dengan harga energi listrik yang dapat dikonsumsi masyarakat. Untuk mengetahui seberapa besar daya beli energi listrik masyarakat Kalimantan Tengah, digunakan data kelistrikan dan kependudukan Propinsi Kalimantan Tengah sebagai acuan dalam analisis. Pengeluaran per kapita = Rp ,00/kapita Diasumsikan 1 rumah tangga ada 4 anggota keluarga sehingga didapat : Pengeluaran Rumah Tangga = 4 x Rp ,00/kapita = Rp ,00 Sedangkan pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi energi listrik rata-rata adalah 10%. Maka pengeluaran rumah tangga untuk energi listrik adalah Rp ,00. Dengan sambungan daya pelanggan pada 900 VA maka dengan asumsi power faktor 0,8 didapat sambungan daya dalam watt adalah : 900 VA x 0,8 = 0,72 kw Dengan faktor beban 96,10 %, maka konsumsi listrik dalam 1 bulan didapat : kwh/bulan = 0,72 kwx30(hari)x24 (jam)xload Factor = 0,72 kwx30(hari)x24(jam)x0,9610 = 498,18 kwh/bulan Dengan biaya beban sebesar Rp (sesuai Peraturan Mentri ESDM No: 07 tahun 2010 mengenai Tarif Dasar Listrik) dan tarif TDL rumah tangga untuk wilayah Propinsi Kalimantan Tengah adalah 605 seperti pada tabel dibawah : Tabel 4.11: Harga Jual Listrik per Sektor Maka didapat biaya sebesar = 498,18 kwh x Rp. 605 = Rp ,90 Dengan harga pembangkitan total pada suku bunga: - i = 6 % sebesar Rp. 211,10 /kwh - i = 9 % sebesar Rp. 254,50 /kwh ataupun, - i = 12 % sebesar Rp. 299,70 /kwh Harga jual listrik PLTA Muara Juloi menunjukkan masih di bawah daya beli masyarakat. Energi listrik merupakan tolak ukur bagi perkembangan dan kemajuan teknologi suatu daerah. 4.9 Analisis Aspek Sosial Kalimantan Tengah Indeks pembangunan manusia merupakan indikator strategis yang banyak digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program manusia secara menyeluruh disuatu wilayah, sehingga dapat dilihat perkembangan kesejahteraan penduduk di wilayah dari tahun ke tahun dan perbandingan dengan wilayah lainnya. Dalam hal ini IPM dianggap sebagai gambaran dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Pada Tahun 2008 IPM di Kalimantan Tengah mempunyai rata-rata dan pengeluaran perkapita mencapai rata-rata Dari acuan ini maka dapat disusun bagan dari IPM dan pengeluaran perkapita di Propinsi Kalimantan Tengah. Tabel 4.12: Indeks Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah Tahun 2008 No Kabupaten / Kota Pengeluaran per Kapita (Rp 1.000) IPM Reduksi Shortfall 1 Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya Palangka Raya Rata-Rata Analisa Aspek Lingkungan Dengan penjumlahan biaya beban sebesar Rp didapat total biaya sebesar Rp ,90. Maka daya beli listrik rumah tangga diperoleh dari perbandingan antara total biaya energi listrik dengan pengeluaran untuk energi listrik, kemudian dikalikan dengan rata-rata tarif dasar listrik di Propinsi Kalimantan Tengah, maka: Rp ,00 Rp.605 Rp.470,44 / kwh Rp ,90 (Gambar 4.2: Grafik Emisi Gas dari Berbagai Jenis Pembangkit Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 6
7 Dari gambar grafik diatas untuk pembangkit dengan bahan bakar air tidak memiliki emisi. Jika Pembangunan PLTA Muara Juloi 284 MW tidak menghasilkan karbon kredit maka mendapat uang sebesar 0,5 cent/kwh. Karena PLTA memiliki 0kg/KWh dengan ambang batas rata-rata 728 kg/kwh, maka CDM yang di dapat adalah sebagai berikut: CDM 0,5cent 728 0,5cent 0,005$ US Rp50, Analisis Perhitungan Biaya Pokok Penyediaan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) di Propinsi Kalimantan Tengah dihitung dengan merinci per pembangkit seperti pada tabel dibawah ini, dimana BPP per pembangkit terlampir, maka perhitungannya sebagai berikut : Tabel 4.13: BPP di Kalteng Sebelum PLTA Muara Juloi Masuk Pembangkit Di Kalimantan Tengah PLTD Total Kapasitas (MW) 60,72 60,72 BPP (Rp/kWh) Tabel 4.14: BPP di Kalteng Setelah PLTA Muara Juloi Masuk Pembangkit Di Kalimantan Tengah PLTA Total Kapasitas (MW) BPP (Rp/kWh) 211,1 211,1 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Dilihat dari kondisi eksisting ketenaga listrikan di Kalimantan Tengah dapat disimpulkan mengalami defisit 35 MW sehingga pembangkit yang ada sekarang belum mampu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ketenaga listrikan ditahun tahun mendatang. Sementara itu ketersediaan energi di Kalimantan Tengah sangat melimpah terutama untuk energi air yang mencapai 1300 MW. 2. Dilihat dari aspek teknis dengan jumlah debit air sebesar 605,9 m 3 /sec dan ketinggian sebesar 70 meter maka daya yang dapat dibangkitkan sebesar 284 MW. Sedangkan dari segi peralatan dan bangunan, PLTA ini tidak membutuhkan peralatan khusus karena peralatan yang digunakan merupakan peralatan standar PLTA pada umumnya. 3. Dengan peningkatan beban puncak pada tahun 1999 sampai 2009 rata-rata sebesar 11,74% sedangkan daya mampu pembangkit yang ada hanya 60,72 MW. Dari hasil peramalan baik dengan metode regresi dengan maupun dengan metode DKL3.01 dapat diketahui bahwa kebutuhan akan energi listrik di Kalimantan Tengah dalam jangka pendek yaitu sampai tahun 2025 terus mengalami peningkatan. Dengan penambahan PLTA dengan kapasitas daya sebesar 284 MW maka kebutuhan energi listrik di Kalimantan Tengah dapat tercukupi. 4. a). Dilihat dari aspek ekonomi dengan total investasi sebesar 3.6 trilliun rupiah dengan suku bunga 6%, kemungkinan keuntungan akan didapat pada tahun ke 5 atau ke 6 setelah pembangkit ini beroperasi dengan rata rata keuntungan 0.20% per tahun. Dari perhitungan kelayakan investasi tampak bahwa pada kombinasi suku bunga 6 %, 9 % dan 12 % dengan harga jual listrik 0,07 US$/kWh maupun 0,08 US$/kWh, maka nilai NPV-nya positif, hal ini berarti investasi untuk PLTA ini layak. b). Dilihat dari aspek sosial Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai rata-rata IPM sebesar 73,49 dan pengeluaran perkapita sebesar 624,79. Dari data-data tersebut maka Propinsi Kalimantan Tengah berpotensi untuk mengalami pembangunan di berbagai sektor dan untuk mencapai peningkatan rasio elektrifikasi maka harus dibangun pembangkit baru. c). Dilihat dari aspek lingkungan PLTA merupakan pembangkit listrik yang relatif bersih dibandingkan PLTU, PLTG, PLTGU, PLTD. Hal ini disebabkan PLTA hanya mengkonversi energi air menjadi energi gerak untuk memutar turbin sehingga menghasilkan tenaga listrik. 5. Pengaruh pembangunan PLTA Muara Juloi terhadap kelistrikan Kalimantan Tengah ialah terpenuhinya kekurangan energi listrik yang terjadi pada beberapa tahun terakhir. Sedangkan dengan adanya PLTA ini biaya produksi energy listrik yang semula Rp menjadi Rp.2l1,11 dengan pergantian jenis pembangkit, yaitu dari PLTD menjadi PLTA. 5.2 Saran 1. Perlunya segera dilakukan upaya-upaya efisiensi dalam penyediaan tenaga listrik di Kalimantan Tengah seperti salah satunya PLTA Muara Juloi di Kabupaten Murung Raya agar dapat membantu menekan biaya pokok penyediaan tenaga listrik dan mencapai tingkat keuangan yang diinginkan. 2. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik sehingga didapatkan alternatif untuk diversifikasi dan mendapatkan harga energi yang lebih kompetitif untuk jangka panjang. 3. Strategi pembangunan pembangkit di kalimantan Tengah haruslah mengutamakan pembangkit yang memanfaatkan energi dengan efisien, ekonomis, serta ramah lingkungan. DAFTAR PUSTAKA 1. Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga Kadir, Abdul, Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. 3. Mahmudsyah, Syarifuddin, Ir. M.Eng., Kenaikan Harga BBM dan Problematikanya, Serta Diversivikasi Energi Menghadapi Era Pengurangan Subsidi BBM, Seminar, ITS- Surabaya, 24 April 2002 Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 7
8 4. Muslim, Supari, Pembangkit Tenaga Listrik, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, ,Sumber daya air untuk listrik di Kalimantan Tengah, URL: freevynou.blogspot.com 6....,Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah, ,2009. Statistik PLN, URL: ,2009. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, URL: ,2009. Pemerintah Kabupaten Murung Raya, URL: ,2009. Rencana Penyediaan Tenaga Listrik (RPTL) , PT. PLN (Persero) Wilayah Kalselteng, ,2010. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) , PT. PLN (Persero), BIOGRAFI PENULIS Penulis dilahirkan di Sidoarjo - Jawa Timur pada 13 Nopember 1987 dengan nama lengkap Robi Fajerin Darmawan, dilahirkan sebagai putra ketiga dari tiga bersaudara oleh pasangan M. Sudarmadji dan Siswati yang bertempat tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepeluh Nopember Surabaya dengan NRP : Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 8
STUDI PEMBANGUNAN PLTA PUMP STORAGE SEMARANG 2x300 MW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI SEMARANG
STUDI PEMBANGUNAN PLTA PUMP STORAGE SEMARANG 2x300 MW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI SEMARANG Satria Duta Ninggar Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo,
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA
STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA Madestya Yusuf 2204 100 023 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 194612111974121001
Lebih terperinciSatria Duta Ninggar
Satria Duta Ninggar 2204 100 016 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 130 520 749 Ir. Teguh Yuwono NIP. 130 604 244 Pertumbuhan pelanggan di Jawa Tengah yang pesat mengakibatkan kebutuhan
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah
Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Tedy Rikusnandar NRP 2208 100 643 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir.
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS
PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Oleh : Bayu Hermawan (2206 100 717) Dosen Pembimbing :
Lebih terperincilistrik di beberapa lokasi/wilayah.
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah
Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA
STUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA Raditya Galih Tama 2204 100 048 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT
STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT Disusun Oleh : Hamid Paminto Nugroho 2207 100 571 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR
Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro - FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih - Sukolilo, Surabaya - 60111 STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR
STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Vian Vebrianto 2205 100 004 Bidang Studi Teknik Sistem
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA
ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Dalam Kaitannya Dengan Krisis Energi Kalimantan Tengah
Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Dalam Kaitannya Dengan Krisis Energi Kalimantan Tengah Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kondisi Ketenagalistrikan pada Propinsi Nusa Tenggara Timur
Lebih terperinciStudi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano
Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen
Lebih terperinciPermasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.
STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi NRP: 2208100654 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Jurusan Teknik Elektro-FTI,
Lebih terperinciOLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA
STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen
Lebih terperincipenerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alatalat/mesin
Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Atadei 40 MW di Lembata Nusa Tenggara Timur dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional Mulianti Bidang Studi Teknik Tenaga Jurusan Teknik
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR
STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah
Lebih terperinciStudi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat
Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat Oleh : Deni Kristanto (2209 105 099) Dosen Pembimbing : Ir. Syariffudin Mahmudsyah,
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTP RANTAU DADAP 2X110 MW, SUMATERA SELATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SUMATERA SELATAN
Proceedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTIITS STUDI PEMBANGUNAN PLTP RANTAU DADAP 2X110 MW, SUMATERA SELATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SUMATERA SELATAN Sasongko Kustiawan
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN.
TUGAS AKHIR RE1599 STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN. Pamungkas R. NRP 2206100618 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,
Lebih terperinciBidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTGU SENORO 2 X 120 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SULAWESI TENGAH
STUDI PEMBANGUNAN PLTGU SENORO 2 X 120 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SULAWESI TENGAH Tedy Rikusnandar Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciI Putu Surya Atmaja. Proceeding Seminar Tugas Akhir
ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja Jurusan Teknik Elektro-FTI,
Lebih terperinciOleh: Bayu Permana Indra
STUDI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK IPP - PLT PANAS BUMI BEDUGUL 10 MW KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN BALI PADA PROYEK PERCEPATAN 10.000 MW PADA TAHUN 2018 Oleh: Bayu Permana Indra 2207100532 Dosen
Lebih terperinciBIAYA MODAL/ CAPITAL COST BIAYA TETAP (O & M)
BIAYA MODAL/ CAPITAL COST Biaya modal pertahun adalah biaya investasi pembangunan pembangkit tenaga listrik dikalikan dengan faktor penyusutan Biaya modal / Capital Cost (CC) dirumuskan sebagai berikut
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.
STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. OLEH : Dhika Fitradiansyah Riliandi 2205 100 003 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciSigit Khurniawan ( )
STUDI PEMBANGUNAN PLTA UPPER CISOKAN 4 X 250 MW DI CIANJUR - JAWA BARAT KAITANNYA DENGAN TARIF DASAR LISTRIK REGIONAL MENURUT UU NO 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN Sigit Khurniawan (2208100560)
Lebih terperinciTahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%
Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Jika dilihat kembali proyeksi konsumsi energi pelanggan rumah tangga, pada tahun 2014 dengan : Jumlah pelanggan = 255.552 pelanggan Konsumsi energi
Lebih terperinciKOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai
KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW dan PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL di SUMATERA BARAT
STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW dan PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL di SUMATERA BARAT Hamid Paminto Nugroho Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP PATUHA 3X60 MW KEC.RANCABALI KAB
STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP PATUHA 3X60 MW KEC.RANCABALI KAB.BANDUNG JAWA BARAT DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT SESUAI UU KETENAGALISTRIKAN 2009 (Study Of Pltp Patuha 3x 60
Lebih terperinciTabel 3.1 Jumlah Pelanggan, dan Listrik Terjual di Propinsi Jawa Tengah Tahun
STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP BATURADEN 220 MW DI GUNUNG SLAMET TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TENGAH (STUDY DEVELOPMENT OF GEOTHERMAL POWER PLANT BATURADEN 2 110 MW IN SLAMET MOUNTAIN BASED ON
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X55MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN
TUGAS AKHIR STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X55MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN Satrio Hanindhito 2207 100 549 Dosen Pembimbing 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah M.Eng 2.Ir.
Lebih terperinciy = a 0 + a 1 x 1 + a 2 x 2 + E ETS t = ERT t + EK t + EP t + EIS t
STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi Bidang Studi Teknik Sistem
Lebih terperinciFirdauz Riyanda Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111
STUDI PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI TERBARUKAN (PLTP 10 MW DAN PLTA 30 MW) UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU SUMBAWA NUSA TENGGARA BARAT Firdauz Riyanda 2205100067 Jurusan Teknik Elektro-FTI,
Lebih terperinciFira Nafiri ( )
STUDI PEMBANGUNAN PLTP BATURADEN 2 110 MW DI GUNUNG SLAMET TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TENGAH Fira Nafiri (2207100632) Dosen Pembimbing : Ir. Syariffudin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Pada tahun 2007 beban puncak di Propinsi Jambi mengalami
Lebih terperinciOleh : Tinton Harjono. Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono
STUDI PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA KARIANGAU 2X100 MW PADA SISTEM MAHAKAM, BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF DASAR LISTRIK REGIONAL Oleh : Tinton Harjono Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA ASAM ASAM UNIT DALAM RANGKA INTERKONEKSI KALIMANTAN - JAWA
STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA ASAM ASAM 650 10 UNIT DALAM RANGKA INTERKONEKSI KALIMANTAN - JAWA Gilang Velano Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP RAWA DANO 110 MW TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL BANTEN
STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP RAWA DANO 110 MW TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL BANTEN Muh.Habibi Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciDengan dibangunnya PLTU Batubara Minahasa 2 x 55
STUDI PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA MINAHASA 2 X 55 MW DI KEMA, MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA KAITANNYA DENGAN TARIF DASAR LISTRIK REGIONAL MENURUT UU NO 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN Aseptian Muharom
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 50 MW DI CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT
STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 50 MW DI CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT Kukuh Sujatmiko Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA, NUSA TENGGARA TIMUR. Cherian Adi Purnanta
STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA, NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri,
Lebih terperinciIndra Permata Kusuma. Proceeding Seminar Tugas Akhir
STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KABUPATEN TANAH LAUT) Indra Permata Kusuma Jurusan Teknik Elektro-FTI,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjadi cakupan Provinsi Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Umum Provinsi Administratif Kalimantan Tengah terbentuk pada tahun 1950, sejak saat itu munculah berbagi aspirasi kalangan masyarakat di Kalimantan Tengah untuk mendirikan
Lebih terperinciNur Rosyalinda Hidayati ( ) Ir. Syariffudin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono
STUDI PEMBANGUNAN PLTP PATUHA 3X60MW DI KEC.RANCABALI KAB.BANDUNG JAWA BARAT DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT SESUAI UU KETENAGALISTRIKAN 2009 Nur Rosyalinda Hidayati (2208100511)
Lebih terperinciSTRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno
STRUKTUR HARGA PLTMH Topik Utama Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi h_maksum@yahoo.com
Lebih terperinciOleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -
STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA AMPAS TEBU (DAN PERBANDINGAN DENGAN BATU BARA) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 1X3 MW DI ASEMBAGUS, KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PABRIK GULA ASEMBAGUS)
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT.PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA
ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT.PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA Muhammad Khairil Anwar 2206 100 189 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.
STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN. Satrio Hanindhito, Syariffudin Mahmudsyah, Teguh Yuwono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR
STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Masdin (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta12710 Telp./Fax: (021) 5204243,
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTP GUNUNG TALANG 36 MW SOLOK, SUMATERA BARAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SUMATERA BARAT
STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUNUNG TALANG 36 MW SOLOK, SUMATERA BARAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SUMATERA BARAT Firman Aqif Ferdhiyanto, ST, Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng, Ir. Teguh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi
Lebih terperinciEFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH
EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN Menurut badan statistik PLN, kapastitas terpasang tenaga listrik oleh PLN pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 dengan total terpasang sebesar 198,601
Lebih terperinciDosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono
TUGAS AKHIR RE 1599 STUDI PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN (ANGIN, SURYA, PASANG SURUT AIR LAUT, BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DI KEPULAUAN ROTE Robert Sony NRP 2204100170 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin
Lebih terperinciANALISIS PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK MINIHIDRO MOBUYA 3X1000 KW DI SULAWESI UTARA
ANALISIS PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK MINIHIDRO MOBUYA 3X1000 KW DI SULAWESI UTARA Taufik Hidayatullah 2205 100 193 Jurusan Teknik Elektro-FTI,Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS,Keputih-Sukolilo,Surabaya-60111
Lebih terperinciBAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG
BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR
PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Bayu Hermawan 2206 100 717 Jurusan Teknik Elektro-FTI,
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTP IJEN BAERKAITAN DENGAN TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TIMUR
STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTP IJEN BAERKAITAN DENGAN TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TIMUR Isa Abdillah Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciPemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia
Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung
Lebih terperinciRimba Arif Rusmana 1) 1) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111,
Studi Penyusunan Rencana Energi dan Kelistrikan Daerah Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Propinsi Sulawesi Utara. Study of arrangement of energy and district s electricity planning in North Bolaang
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN TINJA GAJAH UNTUK GENERATOR LISTRIK BIOGAS DI BALI SAFARI & MARINE PARK KABUPATEN GIANYAR - BALI
TUGAS AKHIR RE 1599 STUDI PEMANFAATAN TINJA GAJAH UNTUK GENERATOR LISTRIK BIOGAS DI BALI SAFARI & MARINE PARK KABUPATEN GIANYAR - BALI I Made Agus Adi Mertha NRP 2205 100 012 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 50 MW DI CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT
STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 50 MW DI CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT Oleh : KUKUH SUJATMIKO NRP 2207 100 558 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciJurusan Teknik Elektro FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jurusan Teknik Elektro FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember Studi Perencanaan PLTMH 1x12 kw sebagai Desa Mandiri Energi di Desa Karangsewu, Cisewu, Garut, Jawa Barat oleh : Aji Saka Dwi Ramdhani (2208
Lebih terperinci: PT P T PL P N N (P
PLTP Gunung Tangkuban Perahu dipegang oleh PT Geothermal Indonesia dengan konsorsium PT Indonesia Power bersama Leisser AS "Apabila semuanya berjalan lancar, target pada 2010 PLTP Tangkuban Perahu itu
Lebih terperinciAspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11
Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang
Lebih terperinciSTUDI PRAKIRAAN POTENSI PLTA PUMPED STORAGE DANAU SIDIHONI KABUPATEN SAMOSIR
STUDI PRAKIRAAN POTENSI PLTA PUMPED STORAGE DANAU SIDIHONI KABUPATEN SAMOSIR Ridho S anjaya Tamba, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI
24 BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI 4.1. Metodologi Dalam penelitian ini, mencakup pemilihan sistem kogenerasi dan evaluasi nilai ekonomi. Pemilihan sistem kogenerasi yang diimplementasikan mempertimbangkan
Lebih terperinciKata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi
ABSTRAK Ketergantungan pembangkit listrik terhadap sumber energi seperti solar, gas alam dan batubara yang hampir mencapai 75%, mendorong dikembangkannya energi terbarukan sebagai upaya untuk memenuhi
Lebih terperinciStudi Perencanaan PLTMH 1x12 kw sebagai Desa Mandiri Energi di Desa Karangsewu, Cisewu, Garut, Jawa Barat
Studi Perencanaan PLTMH 1x12 kw sebagai Desa Mandiri Energi di Desa Karangsewu, Cisewu, Garut, Jawa Barat Aji Saka Dwi Ramdhani 2208100632 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Negara Republik Indonesia dalam usaha mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila, yang dalam hal ini dapat diartikan bahwa hasil-hasil material
Lebih terperinciEVALUASI KEBUTUHAN PEMENUHAN ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN DI RIAU DARATAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SEKTORAL EKONOMI ENERGI
EVALUASI KEBUTUHAN PEMENUHAN ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN 20102020 DI RIAU DARATAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SEKTORAL EKONOMI ENERGI Abdi Setia Arief Putra 2206100138 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan
Lebih terperinciKebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan
Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya
Lebih terperinciHASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)
HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) Pendahuluan Dalam delapan tahun terakhir (2005-2012) rata-rata proporsi subsidi listrik terhadap
Lebih terperinciKAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY
KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY Abstraksi Berdasarkan data realisasi subsidi APBN, selama ini meningkatnya angka subsidi APBN di-drive oleh, salah satunya
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS Dalam merencanakan membangun pembangkit untuk mendapatkan tingkat keandalan yang diinginkan, maka kita perlu tahu berapa besar kapasitas yang perlu dipasang dan kapan pemasangannya
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA
ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA Erwin Siregar dan Nona Niode ABSTRACT The improvement of device efficiency in the household sector
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Demografi Provinsi Banten Provinsi Banten secara umum merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 200 meter di atas permukaan laut, serta
Lebih terperinciBAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL
BAB VII ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL 7.1. UMUM Bab ini menguraikan lebih lanjut tentang hasil yang diperoleh pada Bab VI Studi Optimasi. Analisa Ekonomi dan Finansial dimaksudkan untuk menilai apakah
Lebih terperinciLatar Belakang. Permasalahan. Tujuan
Latar Belakang Rasio elektrifikasi yang masih rendah terutama di daerah-daerah pedesaan Ketergantungan terhadap sumber energi fosil sehingga memicu kenaikan TDL Potensi sumber energi terbarukan cukup besar
Lebih terperinciMEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008
Zulhajji, Penghematan Energi Listrik Rumah Tangga dengan Metode Demand Side Management PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK RUMAH TANGGA DENGAN METODE DEMAND SIDE MANAGEMENT (DSM) Zulhajji Jurusan Pendidikan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1) Pertambahan jumlah penduduk yang makin tinggi. 2) Perkembangan yang cukup pesat di sektor jasa dan industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan sumber listrik bagi masyarakat yang memberikan banyak keuntungan terutama bagi masyarakat pedalaman di seluruh Indonesia. Disaat
Lebih terperinciKalimantan Tengah. Jembatan Kahayan
402 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Tengah Jembatan Kahayan Jembatan Kahayan adalah jembatan yang membelah Sungai Kahayan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Jembatan ini
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html)
Lebih terperinciALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL
ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Teras, R. Sutjipto Tantyonimpuno Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax
Lebih terperinciStudi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 83 89 ISSN: 2085 1227 Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan energi listrik di dalam kehidupan manusia saat ini sangat penting. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik setiap tahunnya. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR PUMPED STORAGE. Pembangkit Listrik Tenaga Pompa (Pumped Storage) adalah sebuah tipe
BAB II DASAR TEORI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR PUMPED STORAGE 2.1 Pengertian PLTA Pumped Storage Pembangkit Listrik Tenaga Pompa (Pumped Storage) adalah sebuah tipe khusus dari pembangkit listrik konvensional.dimana
Lebih terperinci