BAB II KERANGKA TEORETIK. nilai dan kualitas yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan informasi individu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KERANGKA TEORETIK. nilai dan kualitas yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan informasi individu"

Transkripsi

1 BAB II KERANGKA TEORETIK 2.1. Informasi Informasi merupakan hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan atau kesimpulan. Suatu kesimpulan yang tidak didukung informasi yang cukup tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan. Informasi memiliki nilai dan kualitas yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan informasi individu dalam mengambil suatu keputusan. Terminologi informasi kini sudah merupakan kosakata yang umum dalam kehidupan sehari-hari. Informasi memiliki banyak aspek, ciri, dan manfaat tersendiri sehingga sulit memberikan definisi yang sama untuk bidang yang berbeda. Informasi merupakan rekaman kejadian. Kejadian adalah peristiwa yang terjadi pada suatu saat di suatu tempat, tepatnya adalah pertemuan antara ruang dan waktu. Informasi bisa jadi hanya berupa kesan pikiran seseorang atau mungkin juga berupa data yang tersusun rapi dan telah terolah. Informasi merupakan hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan. Menurut Reitz (2004) dari sudut definisi, Information is data presented in readily comprehensible form to which meaning has been attributed within a context for its use. Dari defenisi ini menyatakan bahwa informasi adalah data yang disajikan dalam bentuk yang mudah dimengerti yang maknanya dianggap disebabkan dalam konteks penggunaannya. 7

2 Menurut Estrabook yang dikutip oleh Yusup (2010, 1) mendefinisikan, Informasi merupakan suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat. Selanjutnya menurut Hermawan (2006, 2), Informasi adalah kandungan yang terdapat dalam berbagai bentuk dokumen. Terjadinya informasi dimulai dengan adanya sebuah peristiwa (event). Selanjutnya peristiwa itu biasanya akan direpresentasikan dalam bentuk simbol. Simbol yang dimaksud dapat berupa tulisan (teks), gambar (image), angka-angka, suara, ataupun gabungan dari beberapa simbol. Selanjutnya, apabila data diterima oleh panca indera manusia, akan berubah menjadi informasi, dan bila informasi ini ditransfer ke manusia lain, berubah menjadi pengetahuan (knowledge). Manusia yang memperoleh pengetahuan tersebut akan menjadi bijak (wise) daripada sebelumnya. (Hasugian, 2009) Maka, jika diurutkan pembentukan informasi setelah terjadinya suatu peristiwa menurut Hasugian (2009, 95) yaitu: 1. Simbol: adalah lambang dari suatu peristiwa dan merupakan awal komunikasi terformal (formalized communication) 2. Kata atau teks, gambar dan bilangan: dapat merupakan simbol dari suatu peristiwa yang dapat dikombinasikan untuk meneruskan makna sampai kepada yang lebih tinggi. 3. Data: dapat berupa fakta, tulisan, angka atau simbol yang tersebar, tidak berhubungan satu dengan yang lain. Data mengungkapkan perulangan keterjadian (occurrences) diskrit. 4. Informasi: data terpilih, terorganisasi dan teranalisis (data yang sudah diolah). Informasi merupakan hasil pengolahan data dan telah diberikan rumusan makna padanya. 5. Pengetahuan: adalah informasi yang dikombinasikan dengan kemampuan dan pengalaman pemakai serta digunakan untuk memecahkan suatu masalah atau menciptakan pengetahuan baru. Pengetahuan adalah merupakan hasil informasi yang diserap serta menyebabkan perubahan. Informasi menjadi pengetahuan setelah melalui proses komunikasi. 6. Kebijaksanaan (wisdom): berarti memandang ke depan dan berpikir berlandaskan nilai dan komitmen seseorang. Maksudnya orang yang 8

3 memiliki banyak pengetahuan akan semakin arif atau semakin bijaksana dalam menghadapi berbagai kejadian atau peristiwa. Informasi dapat dilihat bahkan dihitung jika terekam dalam media atau dokumen, sedangkan pengetahuan hanya dalam ingatan atau dalam otak seseorang. Adapun parameter mengenai informasi menurut Hasugian (2009, 93) antara lain: 1. Kuantitas informasi berkaitan dengan pengertian bahwa informasi dapat diukur dalam jumlah dokumen, halaman, kata, huruf, bit, gambar, lukisan dan lain-lainnya. 2. Isi yaitu arti atau makna dari informasi. 3. Struktur, format atau tata susunan informasi serta hubungan logisnya dengan pernyataan atau unsur. 4. Bahasa, simbol, abjad, kode dan sintaks yang mengungkapkan suatu gagasan atau ide. 5. Kualitas yang merupakan ciri keparipurnaan, ketepatan, relevansi dan kewaktuan informasi. 6. Hidup merupakan jumlah rentang waktu saat nilai dapat diambil manfaatnya dari informasi. (Sulistyo-Basuki, 2006) Keenam parameter ini digunakan untuk pengertian informasi. Istilah lain yang sering dijumpai untuk menyatakan informasi adalah dokumen. Dokumen sebagai media yang merekam data, informasi dan pengetahuan dengan tidak memandang bentuk fisik maupun sifatnya. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa informasi adalah fenomena, data, dokumen maupun rekaman yang telah diolah dan dikomunikasikan sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkannya. Informasi dikatakan bernilai jika dapat dimanfaatkan oleh individu maupun kelompok yang membutuhkan. 9

4 Ciri-Ciri dan Jenis Informasi Sejumlah informasi yang diperoleh kadang memiliki karakteristik yang berbeda. Tentunya hal itu disesuaikan dengan sumber informasi, bentuk dan jenis informasi serta untuk apa informasi tersebut dicari. Darmawan (2007) menjelaskan 6 ciri dari informasi yang dapat memberikan makna bagi pengguna, diantaranya: 1. Kuantitas informasi (amout of information), dalam arti bahwa informasi yang diolah suatu prosedur pengolahan informasi mampu memenuhi kebutuhan banyaknya informasi. 2. Kualitas informasi (quality of information), dalam arti bahwa informasi yang diolah oleh sistem pengolahan tertentu mampu memenuhi kebutuhan kualitas dari informasi tersebut. 3. Informasi aktual (recency of information), dalam arti bahwa informasi yang diolah oleh sistem pengolahan tertentu mampu memenuhi kebutuhan informasi baru. 4. Informasi yang relevan atau sesuai (relevance of information), dalam arti bahwa informasi yang diolah oleh sistem pengolahan tertentu mampu memenuhi kebutuhan informasi. 5. Ketepatan informasi (accuracy of information), dalam arti bahwa informasi yang diolah oleh sistem pengolahan tertentu mampu memenuhi kebutuhan informasi. 6. Kebenaran informasi (authenticity of information), dalam arti bahwa informasi yang dikelola oleh sistem pengolahan tertentu mampu memenuhi kebutuhan informasi yang benar. Ciri-ciri dari informasi di atas idealnya dimiliki oleh informasi yang dibutuhkan ketika akan merumuskan atau membuat kebijakan tertentu, sehingga tindakan atau aktivitas yang diambil sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemakaian informasi yang dimaksud. Informasi sangat besar jumlahnya dan bisa dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni informasi lisan dan informasi terekam. Informasi lisan dilakukan langsung dari seseorang kepada orang lain (mouth to mouth), sedangkan informasi 10

5 terekam paling bermanfaat dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik secara individu maupun kelompok. (Yusup, 2010) Sedangkan untuk jenis-jenis informasi Davis (2009) membaginya ke dalam 4 jenis yaitu: 1. Monitoring information: yaitu jenis informasi yang berfungsi untuk mengkonfirmasi tindakan yang diambil. 2. Problem finding information: yaitu informasi yang harus mewakili atau menjawab masalah yang ada. 3. Action information: informasi yang menggambarkan bahwa akan diambil sebuah tindakan. 4. Decision support: yaitu hasil dari tindakan yang telah diambil, akan dijadikan bahan untuk mengambil keputusan. Selain menurut Davis di atas, jenis-jenis informasi menurut Shera yang dikutip oleh Laloo (2002, 6) membagi dalam 6 jenis antara lain: 1. Conceptual information Informasi yang berhubungan dengan ide-ide, teori, dan hipotesis tentang hubungan antar variabel dalam sebuah bidang/subjek. 2. Emperical information Berhubungan dengan data dan pengalaman dari suatu penelitian yang mungkin ada dalam pikiran seseorang atau yang dikomunikasikan ke orang lain. 3. Proceduran information Informasi yang berhubungan dengan menghasilkan, memanipulasi, dan menguji data. 4. Stimulatory information Informasi yang termotivasi oleh seseorang atau lingkungan. 5. Policy information Informasi yang berfokus pada proses pembuatan keputusan. 6. Directive information Informasi yang digunakan untuk mengkoordinasi dan memungkinkan keefektifitasan kegiatan kelompok. Dengan mengetahui jenis-jenis informasi secara lebih jelas, maka hal ini sangat berarti bagi para pencari informasi pada umumnya dalam memilah-milah 11

6 informasi sesuai dengan kelompoknya. Dengan demikian, hal ini dapat memperlancar pemanfaatannya Sumber Informasi Untuk memenuhi suatu kebutuhan informasi, setiap orang harus berinteraksi dengan sumber-sumber informasi. Sebenarnya informasi ada dimanamana, di pasar, sekolah, rumah, lembaga-lembaga suatu organisasi komersial, buku-buku, majalah, surat kabar, dan juga perpustakaan atau tempat-tempat lainnya. jenis yaitu: Menurut Hasugian (2009, 211) sumber informasi dapat terbagi dalam 3 1. Sumber informasi primer: informasi yang diperoleh dari asal informasi tanpa interpretasi, evaluasi dan perubahan dari pihak kedua. Contoh: hasil wawancara, hasil survey, penemuan, kumpulan data mentah, artikel jurnal, surat-surat dan karya seni. 2. Sumber informasi sekunder: hasil tulisan tentang suatu kejadian, penemuan dan lainnya seperti; buku teks, ensiklopedia, komentari, artikel majalah dan sebagainya. 3. Sumber informasi tertier: kumpulan informasi yang digunakan untuk menelusuri suatu sumber informasi, biasanya berisi deskripsi dari sumber informasi. contoh: abstrak, index, bibliografi, direktori, petunjuk dari suatu literatur. Menurut Setiarso (1997, 5-6) sumber informasi juga terdapat pada: 1. Manusia Manusia sebagai sumber informasi dapat kita hubungi baik secara lisan maupun tertulis. Yang lazim digunakan untuk kontak langsung dengan sumber ini adalah pertemuan dalam bentuk ceramah, panel diskusi, konferensi, lokakarya, seminar dan lain-lain. 2. Organisasi Badan atau lembaga penelitian baik milik pemerintah maupun swasta yang bergerak dalam bidang sejenis merupakan sumber informasi penting termasuk industri dan himpunan profesi. Mereka memiliki kemampuan karena mempunyai fasilitas berupa tenaga peneliti, 12

7 peralatan atau laboratorium, perpustakaan, dan jasa informasi yang tersedia. 3. Literatur Literatur atau publikasi dalam bentuk terbaca maupun mikro merupakan sumber informasi yang cukup majemuk. Literatur dapat dikelompokkan menjadi: a. Literatur primer: bentuk dokumen yang memuat karangan yang lengkap dan asli. Jenisnya berupa makalah, koleksi karya ilmiah, buku pedoman, buku teks, publikasi resmi, berkala, dan lain-lain. b. Literatur sekunder: disebut juga sebagai sarana dalam penemuan informasi pada literatur primer. Jenisnya berupa indeks, bibliografi, abstrak, tinjauan literatur, katalog induk, dan lain-lain. Sumber informasi merupakan sarana untuk menyimpan informasi. sumber informasi yang tersebar dengan beraneka ragam bentuk, perlu diatur dengan baik agar mudah dan cepat ditemukan suatu saat Pengguna Informasi Istilah pengguna sudah lebih dahulu digunakan sebelum istilah pemustaka muncul. Menurut Sutarno (2008, 150) dalam Kamus Perpustakaan dan Informasi mendefinisikan, Pemakai perpustakaan adalah kelompok orang dalam masyarakat yang secara intensif mengunjungi dan memakai layanan perpustakaan, sedangkan pengguna perpustakaan adalah pengunjung, anggota dan pemakai perpustakaan kriteria yaitu: Pengguna informasi seperti yang dikutip oleh Anwar (2012) memiliki 2 1. Kriteria objektif seperti kategori sosio-profesional, bidang spesialisasi, sifat kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi, dan alasan menggunakan sistem informasi. 2. Kriteria sosial dan psikologis seperti sikap dan nilai menyangkut informasi pada umumnya dan hubungannya dengan unit informal pada khususnya; sebab dan alasan yang berkaitan dengan perilaku mencari informasi dan komunikasi, perilaku sosial serta profesional pengguna. 13

8 Adapun faktor yang mempengaruhi pengguna informasi dapat dilihat berdasarkan jenjang pendidikan pengguna informasi. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan pengguna, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pengguna informasi berkaitan erat dengan sistem informasi. Pada sistem informasi terdapat 2 subsistem yang ditampilkan yakni mediator (manusia) dan teknologi (alat atau mesin pencari). Sistem informasi tersebut harus memiliki akses dimana pun pengguna membutuhkan informasi Kebutuhan Informasi Setiap manusia membutuhkan informasi karena setiap orang berhak memperoleh informasi dari manapun dan juga berhak menggunakan informasi tersebut. Informasi memungkinkan orang lebih efektif dalam usaha dan pengembangan diri. Kebutuhan informasi merupakan kebutuhan seseorang terhadap informasi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Setiap individu maupun kelompok memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Hal tersebut berdampak pada pemenuhan yang berbeda-beda pula antara satu individu dengan individu lainnya. Menurut Line yang dikutip oleh Laloo (2002), Kebutuhan informasi adalah sesuatu yang sebaiknya dimiliki oleh seseorang dalam melakukan pekerjaannya, penelitian, pendidikan, dan juga sebagai hiburan. 14

9 Defenisi lainnya tentang kebutuhan informasi juga diungkap oleh Dervin yang dikutip oleh Laloo (2002, 12) yang menyatakan bahwa, Kebutuhan informasi adalah suatu kebutuhan yang diperlukan seseorang untuk dapat mengembangkan pemikirannya dan dapat mengatasi berbagai kesenjangan dan permasalahan yang dihadapi. Kebutuhan informasi yang dikemukakan oleh Katz, Gurevitch, dan Hass yang dikutip oleh Tan (1981, 298) terbagi menjadi: 1. Kebutuhan kognitif Kebutuhan kognitif berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Disamping itu, kebutuhan ini juga dapat memberi kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang. 2. Kebutuhan afektif Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media baik dalam bentuk tercetak maupun dalam bentuk rekaman elektronik juga sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. Tiada lain hanya untuk mencari hiburan. 3. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs) Kebutuhan ini sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri. 4. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs) Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain. 5. Kebutuhan berkhayal (escapist needs) Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion). lain: Empat jenis kebutuhan terhadap informasi menurut Saepudin (2009) antara 1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan 15

10 pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi. 2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna yang sifatnya spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna. 3. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik, dan lengkap. 4. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan. Terjadinya suatu kebutuhan itu jika terdapat kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, antara yang seharusnya dengan kondisi nyata sekarang. Timbulnya suatu kebutuhan itu juga dari adanya informasi yang sedang menerpa orang yang bersangkutan. Di dalam masyarakat bisa dilihat, bahwa kebutuhan informasi setiap orang berbeda-beda. Menurut Wilson (1981) kebutuhan dipengaruhi oleh: 1. Kebutuhan individu (person) 2. Kebutuhan yang ada dalam diri individu 3. Peran sosial (social role) 4. Peran sosial meliputi peran kerja (performance level) 5. Lingkungan (enviroment) 6. Lingkungan sosial-budaya (social-cultural environment), dan lingkungan politik-ekonomi Demikianlah dapat dilihat bahwa pada dasarnya informasi dibutuhkan oleh banyak orang. Dimulai dari kebutuhan dasar manusia yang beragam, hingga kepada keinginannya untuk mencapai atau mencari informasi yang dibutuhkannya. Jadi kebutuhan informasi dapat disimpulkan sebagai kebutuhan 16

11 terhadap informasi yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi seseorang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Terjadinya kebutuhan akan informasi tentunya disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi seseorang adalah pekerjaan, termasuk kegiatan profesi, disiplin ilmu yang diminati, kebiasaan, dan lingkungan pekerjaan. Menurut Chen dan Hernon yang dikutip oleh Mangindaan (1993) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi antara lain: 1. Karakteristik pemustaka: pengalaman, usia, latar belakang pendidikan, dan cara berpikir. 2. Faktor minat seseorang 3. Faktor pekerjaan dan profesi 4. Faktor koleksi 5. Faktor kesukaan 6. Sistem pelayanan informasi: akses terhadap layanan informasi dan variasi sumber informasi yang ada di lingkungan pemustaka. Kondisi yang sangat berpengaruh pada kebutuhan informasi adalah pada saat sesorang menemukan masalah yang tidak dapat ditemukan solusinya. Informasi dibutuhkan karena dapat berfungsi bagi diri individu, namun yang lebih jelas lagi bahwa informasi yang sesuai dengan tugas-tugas penghidupan dan kehidupan seseorang, informasi yang sesuai dengan tuntutan dan hasrat untuk memenuhi kebutuhan yang selalu berkembang sejalan dengan terpaan informasi yang tidak ada habisnya karena jumlah media sumber informasi yang semakin bertambah banyak. Namun demikian, pada prinsipnya yang utama adalah bagaimana agar pengguna jasa informasi yang kondisinya beragam ini dapat 17

12 menemukan atau mendapatkan informasi yang dibutuhkannya, yakni informasi yang berkaitan dengan bidang minatnya masing-masing Perilaku Informasi Istilah perilaku informasi merupakan istilah dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi yang merupakan istilah majemuk. Istilah ini masih bisa dijabarkan dalam istilah-istilah anakan. Perilaku informasi dapat dijabarkan dalam empat istilah berikut ini; perilaku informasi itu sendiri, perilaku pencarian informasi, perilaku penemuan informasi, dan perilaku penggunaan informasi. Penelitian mengenai perilaku informasi telah memberikan kontribusi besar terhadap pemahaman tentang mencari informasi dan mengidentifikasi berbagai faktor kontekstual tertentu yang mempengaruhi proses dalam pencarian tersebut. Penelitian perilaku informasi telah difokuskan secara luas pada identifikasi faktorfaktor kontekstual dan model perilaku pencarian informasi dalam konteks yang berbeda. Perilaku informasi merupakan istilah dalam kajian ilmu perpustakaan. Perilaku informasi terbentuk dari dua kata, yaitu perilaku dan informasi. Perilaku merupakan tanggapan terhadap suatu rangsangan. Sedangkan informasi adalah segala yang dikomunikasikan atau disampaikan baik secara lisan maupun tulisan, baik berupa simbol, data, angka, dan sebagainya. Wilson (2000) menyatakan dalam jurnalnya yang berjudul Human Information Behavior bahwa: Perilaku informasi adalah keseluruhan perilaku manusia yang berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk pencarian informasi baik secara aktif maupun pasif, dan penggunaan informasi. Oleh karena itu, 18

13 kegiatan menonton televisi dapat dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunikasi antar muka (face-to face communikcation). Menurut Pendit (2003, 29), Perilaku informasi adalah perilaku yang berkaitan dengan sumber informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun pasif. Sedangkan menurut Azizi (2008, 19), Perilaku informasi merupakan tindakan atau cara-cara individe atau pengguna dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhannya meskipun tentunya ada latar belakang, tingkat kebutuhan serta motivasi yang berbeda-beda. Dari definisi di atas, yang menjadi kajian konteks perilaku informasi adalah manusia sebagai objek dan subjek sekaligus. Manusia sebagai pelaku, pengguna, pencipta, dan penyampai (komunikator dan komunikan sekaligus). Adapun konteks perilaku informasi menurut Wilson (2000) yakni sebagai: komunikator, pencari informasi, pengguna sistem informasi, penerima jasa informasi, dan pengguna informasi. Menurut Costa dan McCrae yang dikutip oleh Heinstrom (2000), ada 5 dimensi kepribadian dan pengaruh terhadap perilaku informasi antara lain: 1. Neurotisisme (neuroticism), yaitu ukuran yang mempengaruhi suatu pengendalian emosional. Rendahnya tingkat neurotisisme menunjukkan kestabilan emosi sedangkan tingginya tingkat neurotisisme meningkatkan kemungkinan mengalami emosi yang negatif dalam artian emosi tidak dapat terkendali. Seseorang dengan tingkat neurotisisme yang tinggi akan lebih mudah terganggu oleh rangsangan di lingkungan sekitarnya. Mereka lebih sering menjadi khawatir, tempramental, tidak stabil, dan sedih. 2. Extraversion-introversion, dimensi kontras yang keluar dari karakter seseorang. Ekstrovert cenderung lebih aktif secara fisik dan verbal sedangkan introvert adalah independen, stabil, dan cenderung menyendiri. 3. Keterbukaan pengalaman (openness to experience), yaitu ukuran luas, kedalaman, dan variabilitas dalam imajinasi dan pengalaman seseorang. Faktor yang berhubungan dengan keterbukaan pengalaman ini antara lain intelek, terbuka terhadap ide-ide baru, kepentingan budaya, bakat, pendidikan, kreativitas serta minat. 19

14 4. Skala keramahan (agreeableness), yaitu skala keramahan yang berkaitan dengan pemeliharaan, kepedulian, dan dukungan emosional terhadap daya saing, permusuhan, ketidakadilan, mementingkan diri sendiri dan kecemburuan. 5. Kesadaran (conscientiousness), yaitu ukuran dari perilaku yang diarahkan pada tujuan dan jumlah pengendalian tas impuls. Kesadaran dikaitkan dengan prestasi pendidikan dan khususnya untuk kemauan dalam mencapai sesuatu. Semakin teliti seseorang, maka ia lebih kompeten dan bertanggung jawab terhadap sesuatu yang dikerjakan. Menurut Sulistyo-Basuki (1992, 202) perilaku informasi pengguna dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya: 1. Pendidikan atau pengalaman pengguna 2. Keteraiahan (accessibelity) unit informasi 3. Ketersediaan sumber informasi 4. Ketersediaan waktu pengguna untuk mencari informasi 5. Sarana dan prasarana Maka berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat diketahui bahwa perilaku informasi merupakan keseluruhan pola perilaku manusia terkait dengan keterlibatan informasi, memerlukan, memikirkan, memperlakukan, mencari, dan memanfaatkan informasi dari berbagai saluran, sumber, dan media penyimpanan informasi lainnya Perilaku Pencarian Informasi Pencarian informasi adalah suatu usaha untuk memperoleh informasi dalam memenuhi kebutuhan dan kesenjangan seseorang. Pencarian informasi merupakan suatu proses dalam memecahkan kasus informasi. Pencari informasi seperti dosen, mahasiswa, pustakawan, dan masyarakat akademik lainnya merupakan subjek dari teori penemuan informasi (information seeking). Perilaku pencarian informasi merupakan perilaku di tingkat makro (microlevel), berupa perilaku mencari yang menunjukkan seseorang berinteraksi dengan 20

15 sistem informasi. Perilaku ini terdiri atas berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat interaksi dengan komputer, maupun di tingkat intelektual dan mental (misalnya, penggunaan strategi Boolean, atau keputusan memillih buku yang relevan di antara deretan buku di perpustakaan (Wilson, 2000). Sedangkan menurut Krikelas (1983, 23), Perilaku pencarian informasi adalah kegiatan dalam menentukan dan mengidentifikasikan pesan untuk memuaskan kebutuhan informasi yang dirasakan. Pannen (1996) menyatakan bahwa: Perilaku pencarian informasi merupakan perilaku seseorang yang terus bergerak berdasarkan lintas ruang dan waktu, mencari informasi untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi, menentukan fakta, memecahkan masalah, menjawab pertanyaan dan memahami suatu masalah. Sebagai information seeker, seseorang mencari dan menemukan informasi untuk kepentingan tertentu. Pencarian informasi pun tidak hanya dilakukan dengan ketersediaan sistem informasi yang formal. Dalam pencarian informasi, seseorang akan berinteraksi atau menggunakan sistem pencarian manual melalui media tekstual seperti buku, koran, majalah ilmiah, dan perpustakaan, atau dapat juga menggunakan media berbasis komputer seperti internet. Menurut Ellis yang dikutip oleh Yusup (2010, 105) mengemukakan 8 karakteristik perilaku pencarian informasi dari para peneliti sebagai berikut: 1. Starting; artinya individu mulai mencari informasi misalnya bertanya pada seseorang yang ahli di salah satu bidang keilmuan yang diminati oleh orang tersebut. 2. Chaining; artinya menulis hal-hal yang dianggap penting dalam sebuah catatan kecil. 3. Browsing; artinya suatu kegiatan mencari informasi yang terstruktur atau semistruktur. 21

16 4. Differentiating; artinya pembagian atau reduksi data atau pemilihan data, mana yang akan digunakan dan mana yang tidak perlu. 5. Monitoring; artinya selalu memantau atau mencari berita-berita/informasiinformasi yang terbaru (up-to-date). 6. Extracting; artinya mengambil salah satu informasi yang berguna dalam sebuah sumber informasi tertentu. Misalnya, mengambil salah satu file dari sebuah world wide web (www) melalui internet. 7. Verifying; artinya mengecek ukuran dari data yang telah diambil. 8. Ending; artinya akhir dari pencarian. Selanjutnya, menurut Kuhlthau yang dikutip oleh Kingrey (2002, 2) mengemukakan beberapa tahapan dari perilaku pencarian informasi yaitu: 1. Inisiation(inisiasi); yaitu suatu proses pencarian atau awal pencarian informasi tertentu yang dibutuhkan oleh individu. Dalam hal ini berhubungan dengan latar belakang atau alasan mengapa membutuhkan sebuah informasi tersebut. 2. Selection(seleksi); yaitu memilih informasi yang dibutuhkan, kemudian mengidentifikasi informasi apa yang akan diambil atau digunakan. 3. Exploration(eksplorasi); yaitu tahap pencarian informasi 4. Formulation and focus (perumusan dan fokus); yaitu tahapan mulai memfokuskan jenis-jenis informasi yang dibutuhkan. 5. Collection(koleksi); yaitu mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. 6. Presentation/Complete (presentasi); yaitu semua informasi yang dibutuhkan telah terkumpul. Menurut Kingrey (2002, 5) perilaku pencarian informasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu; kognisi, lingkungan, dan tujuan. Dalam perilaku pencarian informasi dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, frame to reference, lingkungan tempat individu bekerja, dan tujuannya dalam mencari informasi. selain itu, ada juga faktor dari dalam yang mempengaruhi perilaku tersebut misalnya motivasi dan alasan teknis maupun nonteknis lainnya. Penggunaan media sumber informasi juga merupakan salah satu alasan perilaku pencarian informasi seseorang baik dilihat dari segi ekonomi, kemudahan, keefektivitasan, maupun keabsahan suatu informasi. 22

17 Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa perilaku pencarian informasi adalah perilaku yang menunjukkan seseorang berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku ini terdiri atas berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat interaksi dengan komputer, maupun di tingkat intelektual dan mental Perilaku Penemuan Informasi Perilaku penemuan informasi sebagai suatu kegiatan komunikasi, yang merupakan suatu kesatuan yang rumit dan saling berkaitan. Pengguna informasi seperti dosen, dapat menggunakan media komunikasi yang bermacam-macam bentuknya, dengan tujuan mencari dan menemukan informasi yang diinginkannya. Manusia sebagai penemu informasi, yakni menemukan dan mencari informasi untuk kepentingan tertentu. Media massa, media nirmassa, media cetak, media elektronik, perpustakaan, pusat layanan informasi, kerabat, semua dapat berfungsi sebagai sumber informasi yang bermanfaat bagi seseorang ketika sedang mencari informasi dan berusaha untuk menemukan informasi. Selain itu juga, manusia merupakan pengguna informasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik pengguna informasi yang formal seperti sistem informasi yang terdapat pada lembaga-lembaga, maupun sistem informasi yang tidak formal seperti sistem sosial kemasyarakatan. Wilson (2000) menyatakan bahwa, Perilaku penemuan informasi merupakan upaya menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat adanya kebutuhan untuk memahami tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang dapat 23

18 saja berinteraksi dengan sistem informasi misalnya, surat kabar, majalah, perpustakaan atau yang berbasis komputer yakni informasi yang ditemukan melalui internet. bahwa: Sedangkan menurut Al-Saleh (2004) mengatakan bahwa: Perilaku penemuan informasi tidak hanya dari lembaga informasi tetapi teknologi informasi sangat berperan dalam penemuan informasi yang memberikan kenyamanan yang tidak bisa ditemui dalam penemuan informasi lainnya menjadi pilihan pencari informasi dalam menemukan kebutuhannya. Lain halnya dengan Auster yang dikutip oleh Indah (2014) menyatakan Perilaku penemuan informasi adalah suatu perilaku yang berkaitan dengan siapa yang membutuhkan informasi, jenisnya apa dan untuk alasan apa; bagaimana informasi dapat ditemukan, dievaluasi dan digunakan; dan bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini dapat diidentifikasikan dan dipenuhi. Adapun hambatan-hambatan dalam perilaku penemuan informasi menurut Wilson (2000) antara lain: 1. Hambatan Internal a. Hambatan kognitif dan psikologis Disonansi kognitif Disonansi kognitif adalah gangguan yang terkait motivasi individu dalam berperilaku. Konsep ini mengemukakan bahwa adanya kognisi yang sedang berkonflik membuat individu merasa tidak nyaman, akibatnya mereka akan berupaya memecahkan konflik tersebut dengan satu atau beberapa jalan penyelesaiannya. Tekanan selektif Individu cenderung terbuka dengan gagasan yang sejalan dengan minat, kebutuhan, dan sikap mereka secara sadar atau tidak sadar manusia sering menghindari pesan yang berlawanan dengan pandangan dan prinsip mereka. Karakteristik emosional Hambatan ini berkaitan dengan kondisi emosional dan mental seseorang ketika menemukan informasi. 2. Hambatan Demografis a. Tingkat pendidikan dan basis pengetahuan 24

19 Hambatan dalam hal bahasa ditemui dalam beberapa penelitian perilaku penemuan informasi. semakin rendahnya pendidikan maka semakin rendah juga tingkat penguasaan pencarian informasi mereka. b. Variabel demografis Perilaku penemuan informasi dipengaruhi oleh atribut sosial kelompok (karakteristik dan status sosial ekonominya). Atribut ini berpengaruh pada metode-metode yang digunakan dalam menemukan informasi. c. Jenis kelamin Jenis kelamin biasanya mempengaruhi hambatan dalam perilaku pencarian informasi. antara laki-laki dan perempuan memiliki cara pencarian yang berbeda. 3. Hambatan Interpersonal Penelitian yang menyebutkan bahwa mahasiswa beralasan bahwa pustakawan tidak mampu memuaskan kebutuhan mereka, karena mereka kurang memahami keinginan pengguna. Adanya kesenjangan pengetahuan antara komunikan dan komunikator dapat menjadi salah satu alasan terjadinya gangguan dalam komunikasi interpersonal. 4. Hambatan Fisiologis Hambatan ini dapat berupa cacat fisik dan mental, baik karena bawaan lahir atau karena faktor lain. 5. Hambatan Eksternal a. Keterbatasan waktu Terbatasnya waktu dapat menjadi hambatan dalam penemuan informasi, aktivitas yang padat memungkinkan berkurangnya waktu untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. b. Hambatan geografis Jauhnya sumber informasi dari lokasi juga menjadi penghambat dalam kegiatan penemuan informasi seseorang. c. Hambatan yang berkaitan dengan karakteristik sumber informasi Teknologi baru, seperti internet, bagi sebagian orang juga dianggap masih menyimpan kekurangan, antara lain: menyajikan informasi yang terlalu banyak, namun dinilai kurang relevan. Tidak menutup kemungkinan mereka yang sering menggunakan internet pun mengalami kendala serupa. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa perilaku penemuan informasi adalah upaya dalam menemukan informasi dengan tujuan tertentusebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. 25

20 Perilaku Penggunaan Informasi Setiap individu maupun kelompok memiliki cara yang berbeda-beda dalam menggunakan atau memanfaatkan informasi yang telah diperoleh. Hal ini mengakibatkan perilaku penggunaan informasi setiap manusia muncul. Manusia sebagai pengguna informasi memiliki dimensinya sendiri terutama jika dikaitkan dengan konteks perilaku informasi, yakni sebagai: komunikator, pencari informasi, pengguna sistem informasi, penerima jasa informasi, dan akhirnya manusia sebagai pengguna informasi itu sendiri. Menurut Wilson (2000): Perilaku penggunaan informasi adalah suatu tindakan fisik maupun mental yang dilakukan oleh seseorang ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki sebelumnya. Pengetahuan seseorang merupakan akumulasi dari apa yang telah dialami, baik langsung maupun tidak langsung. Sementara ilmu yang dikuasai selama ini merupakan sebagian kecil dari akumulasi pengetahuan. Lain halnya dengan Jogiyanto (2007, 117) yang menyatakan bahwa, Perilaku penggunaan informasi adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam konteks penggunaan sistem teknologi informasi. Peningkatan kebutuhan informasi pada kaum informasi, khususnya kalangan akademik dirasakan semakin meningkat akibat adanya saling keterkaitan dan ketergantungan individu terhadap informasi. Diantara banyak kebutuhan manusia, kebutuhan yang paling mencolok peningkatannya adalah kebutuhan akan informasi. Oleh karena itu, pemilihan sumber informasi menentukan seseorang terhadap pemenuhan kebutuhannya. 26

21 Menurut Leckie dkk (1996) sumber informasi yang dapat digunakan untuk waktu selanjutnya antara lain: 1. Pengetahuan seseorang tentang sumber informasi (awareness of information sources) yang akan digunakan. 2. Kualitas (quality) 3. Ketepatan waktu (timeliness) 4. Kepercayaan (trustworthiness) 5. Kebiasaan (familiarty) 6. Keberhasilan sebelumnya (previous success) Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan dia atas, dapat dinyatakan bahwa perilaku penggunaan informasi adalah suatu tindakan seseorang dalam menggabungkan informasi yang ditemukan baik secara langsung maupun tidak langsung, sebab interaksi antara pengguna dengan sistem informasi yang digunakan sangat dipengaruhi oleh aspek keperilakuan yang melekat pada diri manusia sebagai user Model Perilaku Informasi Niedzwiedzka Berbagai model perilaku informasi telah dirumuskan oleh para ilmuan informasi. Model perilaku informasi pertama sekali disajikan Wilson pada tahun 1981, dengan menambah variasi model pada tahun Model perilaku informasi ini merupakan satu dari beberapa model yang digunakan dalam menganalisis perilaku informasi pengguna. Model perilaku informasi menyajikan bagian tertentu dari suatu kegiatan yaitu pada pencarian informasi sehingga pengguna memperoleh informasi yang dibutuhkan, mengolah dan menggunakan informasi tersebut. 27

22 Gambar 1: Model Perilaku Informasi Wilson Sumber: Wilson, T.D, Wilson (1996) menggambarkan perilaku informasi berdasarkan hasil-hasil penelitian dari berbagai bidang. Model perilaku informasi di atas menggambarkan bahwa kebutuhan informasi memiliki faktor-faktor penghalang dan pengenalan perilaku penemuan informasi. dalam teori Wilson juga dapat dilihat bahwa perilaku informasi merupakan proses yang berkaitan dengan pengolahan dan pemanfaatan informasi dalam kehidupan seseorang. Selain itu Wilson (1996) membagi variabel perantara yang dapat menghambat seseorang dalam menemukan informasi menjadi 5 antara lain: 1. Kondisi psikologis seseorang berdasarkan sistem nilai, orientasi politik, pengetahuan, gaya belajar, prasangka, persepsi diri, keterampilan, dan pengetahuan tentang mencari informasi. 2. Variabel demografis termasuk jenis kelamin, usia, status sosial dan ekonomi, pendidikan, pengalaman kerja. 28

23 3. Peran seseorang di masyarakat mencakup karakter pekerjaan, persyaratan, peraturan, standar dan pola perilaku yang didirikan, organisasi yang diikuti, sistem yang berlaku dalam organisasi, dan tanggung jawab yang diberikan dalam organisasi tersebut. 4. Variabel lingkungan dapat dianalisis pada tingkatan organisasi, kondisi ekonomi, struktur organisasi, budaya informasi, teknologi informasi, lokasi sumber informasi, dan budaya organisasi. 5. Karakteristik sumber informasi yaitu karakter media yang digunakan dalam mencari informasi yang berkaitan dengan faktor demografis. Seseorang yang terbiasa dengan media elektronik menunjukkan perilaku informasi yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang sangat jarang terpapar media elektronik. Kelima faktor tersebut, akan sangat mempengaruhi bagaimana akhirnya seseorang mewujudkan kebutuhan informasi dalam bentuk perilaku informasi. Kemudian Wilson memisahkan faktor sumber karakteristik seperti kesesuaian dan kehandalan. Namun demikian, seiring dengan perkembangan penelitian di bidang informasi, model-model perilaku informasi pun muncul. Model yang dikemukakan Wilson pada 1996 ini kemudian direvisi oleh Niedzwiedzka di tahun Niedzwiedzka mengemukakan model umum perilaku informasi yang dirumuskan berdasarkan koreksi-koreksi yang ditemukannya pada model perilaku informasi Wilson tahun

24 user intermediary context activating mechanism Context Intervening variables: Personal Role related Environemental Own knowledge and reference collection Information seeking performed by the user Computerized search systems Selection and processing of information by the user Identification of Information need Decision to seek information Information seeking performed by formal and informal intermediaries Informations centres, libraries, etc Own knowledge and reference ll i Selection and processing of information by intermediaries Information application Gambar 2: Model Perilaku Informasi oleh Niedzwiedzka Sumber: Barbara, Niedzwiedzka Niedzwiedzka memulai model perilaku informasi dengan tahapan: 1. Mengidentifikasi Kebutuhan Informasi Informasi menjadi kebutuhan pokok bagi pengguna tertentu, sehingga jika kebutuhan informasinya tidak terpenuhi akan menjadi masalah bagi pengguna tersebut. Kebutuhan informasi bagi setiap pengguna berbedabeda antara pengguna yang satu dengan pengguna lainnya. Kebutuhan informasi bagi pengguna dapat diketahui dengan cara melakukan identifikasi kebutuhan pengguna. Identifikasi kebutuhan informasi merupakan tahap awal pemikiran seseorang ketika akan mencari sebuah informasi, apa yang akan dicari, 30

25 bagaimana cara mencarinya dan melalui media apa dalam mencari informasi. Dalam mengidentifikasi kebutuhan informasi, pemustaka dapat melakukan berbagai cara seperti: menuliskan hal-hal yang dianggap penting dalam catatan-catatan kecil, menentukan terlebih dahulu sumber informasi yang akan digunakan seperti sumber primer; sumber sekunder; maupun sumber tersier, menghubungkan informasi atau materi apa saja yang akan dicari nantinya, merumuskan topik-topik permasalahan yang ada terlebih dahulu ataupun menuliskan konsep-konsep yang relevan dengan topik yang akan dicari. Dengan cara tersebut, kebutuhan informasi pemustaka dapat teridentifikasi dan dapat menjawab semua kebutuhan informasi yang dibutuhkannya. 2. Memutuskan Untuk Mencari Informasi Setelah seseorang selesai melakukan identifikasi kebutuhan informasi, maka individu tersebut memutuskan untuk mencari informasi dan mencari tahu bagaimana cara mencari informasi tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkannya dan media apa yang digunakan. Dalam hal ini individu dimungkinkan berinteraksi dengan sistem, baik dengan komputer (internet) maupun keputusan memilih buku yang paling relevan di sederetan buku di rak di perpustakaan. Dalam memutuskan untuk mencari informasi, seseorang mulai memfokuskan diri pada jenis informasi yang relevan dengan topik yang 31

26 dicarinya dan yang sesuai dengan kebutuhan konstekstualnya. Selain itu, pemustaka dapat bertanya pada seseorang yang ahli di salah satu bidang keilmuan yang diminati oleh pemustaka tersebut. Pemustaka akan mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya sebagai mahasiswa, yakni mencari informasi seputar subjek terkait dengan tugas-tugas akademik baik mencari pada rak-rak koleksi yang tersedia di perpustakaan menggunakan koleksi referensi, menelusur melalui OPAC yang tersedia maupun melalui media internet, pusat penelitian maupun seorang ahli informasi di suatu bidang ilmu tertentu. 3. Menerapkan Strategi Penemuan Informasi Dalam hal ini pengguna harus tahu bahwa untuk menemukan informasi hal yang pertama sekali dilakukan adalah menentukan apa yang dibutuhkan dan apa yang akan dicari, kemudian alat atau media apa yang dapat membantu dalam menemukan informasi yang dibutuhkan. Niedzwiedzka ini menunjukkan 2 strategi dasar dalam penemuan informasi yaitu: 1. Pengguna menemukan informasi secara pribadi 2. Pengguna menggunakan bantuan atau jasa orang lain dalam menemukan/ mencari informasi. Bagi pengguna yang mandiri atau pengguna yang mencari informasi sendiri, akan menggunakan kemampuan dan pengetahuannya kemudian mengaplikasikannya pada sumber informasi yang tersedia atau yang telah ada kemudian berinteraksi dengan sistem pencarian informasi atau layanan 32

27 informasi seperti; basisdata, katalog, maupun mesin pencari. Namun, ada juga pengguna yang menggunakan bantuan atau jasa orang lain misalnya information specialist, kemudian memanfaatkan hasil dari layanan yang diberikan oleh jasa tersebut. Jajaran indeks kata kunci atau paragraf kunci baik berdasarkan subjek, pengarang, penerbit, maupun judul yang ditampilkan oleh hasil pencarian, pemustaka bisa memilih, mengevaluasi, dan menetapkan informasi apa yang akan diambil untuk memenuhi kebutuhan informasi. 4. Penyeleksian Informasi Setelah informasi yang dicari ditemukan oleh pengguna, maka informasi tersebut diseleksi terlebih dahulu mana yang benar-benar relevan dengan kebutuhannya agar dapat menjawab semua kebutuhan informasi. Penyeleksian informasi dapat dilakukan dengan cara: 1. Menampung semua informasi yang diperoleh. 2. Mengambil salah satu informasi yang berguna dalam sebuah sumber informasi tertentu. 3. Mengecek akuran dari informasi yang telah ditemukan. Penyeleksian informasi berupa dokumen seperti skripsi, kertas karya maupun jurnal, pemustaka dapat : 1. Melihat judul maupun daftar isi saja 2. Membaca abstrak saja 3. Membaca seluruh dokumen 4. Membaca daftar pustakanya saja 33

28 Tidak semua informasi yang telah ditemukan tersebut diambil keseluruhannya, namun akan dipilih sesuai dengan kebutuhan kontekstualnya. Namun, terkadang pemustaka mendapatkan informasi yang kurang relevan bagi kebutuhannya. Untuk menyikapi hal tersebut pemustaka dapat menggunakan sumber informasi lainnya, mencoba kembali dengan menggunakan query lain, menggunakan fasilitas penelusuran lainnya, maupun tetap memanfaatkan informasi yang telah diperoleh tersebut. 5. Menggunakan Informasi Informasi yang telah diseleksi kemudian digunakan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok. Dalam menggunakan informasi setiap individu melakukan tindakan-tindakan fisik maupun mental ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang sudah dimiliki sebelumnya. Pemustaka dapat menggunakan format informasi seperti buku tercetak, buku elektronik, jurnal tercetak, maupun jurnal elektronik untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Informasi yang telah diperoleh tersebut bisa jadi hanya sebatas digunakan untuk tambahan keterangan yang sudah ada, namun bisa juga digunakan untuk menambah wawasan seseorang dalam penyusunan tulisannya yang baru. Bagi individu yang mendapatkan informasi melalaui media internet, dapat menyimpan atau mengunduhnya sebagai kebutuhan informasi yang diperlukan. Dan bagi individu yang menemukan koleksi 34

29 pada rak-rak koleksi dapat menggunakan koleksi tersebut baik membaca di tempat maupun meminjam koleksi tersebut. Jika informasi yang ditemukan lebih dari satu, pemustaka dapat mengevaluasi dan menggunakan kedua informasi tersebut, menggunakan satu informasi yang dipilih, menggunakan informasi yang pertama sekali ditemukan, maupun langsung menggunakan kedua informasi tersebut. Niedzwiedzka (2003) mengelompokkan variabel perantara yang memengaruhi perilaku informasi menjadi 3, yaitu: lain: 1. Variabel individu merupakan gabungan dari aspek psikologi dan demografi. 2. Variabel interpesonal dapat berupa tingkatan tanggungjawab individu, karakter profesi, pola perilaku individu, posisi dalam sebuah organisasi, maupun sistem yang ada dalam organisasi tersebut. 3. Variabel lingkungan dapat berupa tingkatan organisasi yang diikuti, keadaan ekonomi, budaya informasi, serta teknologi informasi yang tersedia. Ada 4 hal baru yang diutarakan dalam model Niedzwiedzka ini, antara 1. Menggabungkan suasana perilaku informasi dengan variabelvariabel yang mempengaruhi perilaku informas.i 2. Memasukkan semua proses perilaku informasi. 3. Adanya titik tekan pada kenyataan bahwa hal-hal yang mendorong manusia untuk melakukan aktivitas dalam menemukan informasi dapat terjadi dalam semua tingkatan proses perilaku informasi. 4. Mengenalkan 2 strategi dasar dalam mencari informasi, yaitu secara pribadi maupun dengan bantuan atau jasa orang lain. 35

30 Pada Gambar 2 di atas, individu dapat memilih salah satu strategi atau keduanya. Individu bebas menggunakan strategi tergantung dari pengetahuannya, sumber daya yang mendukung dan fasilitas yang tersedia dengan sistem pencarian elektronik serta layanan inforamsi seperti menggunakan database, katalog, arsip, dan search engine). Individu juga dapat hanya tergantung pada suatu media informasi tertentu, tergantung pada pilihannya. Hal-hal yang mendorong manusia dalam menemukan informasi, terjadi dalam semua tingkatan proses perilaku informasi. hal-hal yang mendorong seseorang manusia menemukan informasi menurut Wilson yang dikutip oleh Niedzwiedzka (2003) ada 3 jenis: 1. Stress/coping theory, an individual does not engage in seeking activities if he or she is convinced that the possessed knowledge is sufficient to understand the situation and make a decision. Maksudnya dimana individu akan mencari informasi jika ia merasa khawatir atau tertekan jika informasi yang dibutuhkan tidak dapat ditemukan. 2. Risk/reward theory, explains why, in some situations, people seek information in some not, and why certain information sources are more frequently used then other. Maksudnya berkaitan dengan mengapa individu berusaha menemukan informasi dan terkadang tidak ingin menemukan informasi. 3. Self-efficacy, explained in depth by social learning theory. The expectation of efficacy is the estimation whether a person can successfully execute the behaviour. Maksudnya harapan atas kemampuan individu agar berhasil melaksanakan suatu aktivitas perilaku informasi. 36

31 Berdasarkan model Niedzwiedzka pada Gambar 2 di atas, setelah informasi diproses, informasi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan individu/pengguna. Model Niedzwiedzka ini merupakan salah satu model perilaku informasi. Dari uraian-uraian di atas dapat diketahui bahwa perilaku informasi yang dikemukakan oleh Niedzwiedzka (2003) adalah seluruh perilaku manusia yang berkaitan dengan sumber maupun sistem informasi baik dalam perilaku pencarian informasi dimana seseorang berinteraksi dengan sistem informasi; perilaku penemuan informasi dimana seseorang berupaya dalam menemukan informasi; dan perilaku penggunaan informasi dimana seseorang menggabungkan informasi yang telah ditemukan baik secara langsung maupun tidak langsung yang mencakup aspek: (1) identifikasi kebutuhan informasi; (2) memutuskan untuk mencari informasi; (3) menerapkan strategi dalam menemukan informasi; (4) menyeleksi informasi; dan (5) menggunakan informasi. 37

BAB I PENDAHULUAN. misi yang diembannya. Secara umum, fungsi dari perpustakaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. misi yang diembannya. Secara umum, fungsi dari perpustakaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi perpustakaan selalu dikaitkan dengan jenis perpustakaan dan misi yang diembannya. Secara umum, fungsi dari perpustakaan yaitu penyimpanan, pelestarian,

Lebih terperinci

Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan

Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan Oleh: Putu Laxman Pendit www.iperpin.wordpress.com Perilaku manusia tak lekang dari semesta yang menghidupinya. Bagi profesor TD Wilson, kalimat ini berlaku mutlak

Lebih terperinci

Peranan User Education Dalam Memahami. Karakteristik dan Kebutuhan Pemustaka

Peranan User Education Dalam Memahami. Karakteristik dan Kebutuhan Pemustaka Peranan User Education Dalam Memahami Karakteristik dan Kebutuhan Pemustaka Abstrak : Pendidikan pemustaka adalah salah satu faktor dominan untuk membantu pemustaka melakukan penelusuran secara cepat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Informasi Setiap manusia selalu membutuhkan informasi ketika melakukan suatu kegiatan. Tanpa informasi manusia tidak akan dapat berperan banyak dalam melakukan kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di suatu P.T perguruan tinggi. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat di era informasi. Hal ini timbul karena kebutuhan manusia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI STAF PENGAJAR POLITEKNIK NEGERI SEMARANG DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN

KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI STAF PENGAJAR POLITEKNIK NEGERI SEMARANG DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN ORBITH VOL. 13 NO. 1 Maret 2017 : 1 8 KEBUTUHAN DAN PERILAKU PENCARIAN INFORMASI STAF PENGAJAR POLITEKNIK NEGERI SEMARANG DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN Oleh: Sri Sumarsih Pustakawan UPT Perpustakaan

Lebih terperinci

SUGENG PRIYANTO LOGO

SUGENG PRIYANTO LOGO Kajian dan Teori TBI SUGENG PRIYANTO LOGO LOGO Kajian TBI dapat dilihat dari 2 perspektif computer-centred view, yang berhubungan dengan membangun sistem komputer yang efisien untuk menyimpan, mengorganisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kebutuhan Informasi Siswa 2.1.1 Pengertian Kebutuhan Informasi Istilah kebutuhan informasi didefinisikan oleh Krikelas dalam Harissanti (2007:3) dengan pengakuan mengenai adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencarian informasi erat kaitannya dengan kebutuhan akan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencarian informasi erat kaitannya dengan kebutuhan akan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencarian informasi erat kaitannya dengan kebutuhan akan informasi. Seseorang yang membutuhkan informasi memerlukan waktu untuk berpikir apa yang dibutuhkan,

Lebih terperinci

Universitas Airlangga Surabaya merupakan salah satu universitas negeri terbesar

Universitas Airlangga Surabaya merupakan salah satu universitas negeri terbesar LITERASI INFORMASI MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA (STUDI DEKRIPTIF MENGENAI LITERASI INFORMASI MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam menyusun Tugas Akhir ini penulis merujuk pada beberapa karya tulis berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya

Lebih terperinci

Proses Komunikasi Di Perpustakaan

Proses Komunikasi Di Perpustakaan Proses Komunikasi Di Perpustakaan Pengertian Perpustakaan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat mempengaruhi aktivitas kehidupan manusia. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama kalangan swasta bersama-sama telah dan terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama kalangan swasta bersama-sama telah dan terus berupaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan

Lebih terperinci

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA TUGAS MANAJEMEN PEMASARAN JASA PERPUSTAKAAN PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBENTUKAN CITRA PERPUSTAKAAN Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA 07540021 PRODI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Perguruan Tinggi pada umumnya berusia antara 18-24 tahun. Mahasiswa merupakan masa memasuki

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe / Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian desktiptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan XI Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan XI Komunikasi Massa Modul ke: 11 Modul Perkuliahan XI Komunikasi Massa Teori Penggunaan dan Gratifikasi dan Teori Pencarian Informasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa Ni Putu Ratih Adnyana Putri 1, I Putu Suhartika 2, Richard Togaranta Ginting 3 Fakultas

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan

BAB II KAJIAN TEORITIS. koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Ketersediaan Koleksi Pengertian ketersediaan koleksi menurut Sutarno (Sutarno 2007, 85) yaitu Ketersediaan koleksi perpustakaan adalah sejumlah koleksi atau bahan pustaka yang

Lebih terperinci

MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN

MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN Bambang Hermawan Pustakawan Universitas Islam Indonesia bambang18hermawan@gmail.com Abstrak Universitas dalam acara pengenalan kampus atau

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG Fitra Febri Annisa 1, Desriyeni 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang Email:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

Dari jenis terbitan berseri yang diuraikan di atas, penulis hanya membahas mengenai jurnal tercetak dengan jurnal elektronik.

Dari jenis terbitan berseri yang diuraikan di atas, penulis hanya membahas mengenai jurnal tercetak dengan jurnal elektronik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koleksi Terbitan Berseri Koleksi terbitan berseri merupakan salah satu koleksi yang ada di perpustakaan. Menurut Lasa (1994) bahwa terbitan berseri biasanya direncanakan untuk

Lebih terperinci

Promosi Jasa Pelayanan Referensi Di Perpustakaan

Promosi Jasa Pelayanan Referensi Di Perpustakaan Promosi Jasa Pelayanan Referensi Di Perpustakaan Pendahuluan Dewasa ini berbagai lembaga atau institusi, baik pemerintah maupun swasta berlomba-lomba untuk memperbaiki sistem kerja dan kinerjanya. Hal

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 174 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah Perpustakaan ITS Surabaya dan Perpustakaan UK Petra Surabaya melakukan pemanfaatan fungsi ruang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, diperlukan suatu penyelenggaraan pendidikan yang dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam Pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA MATERI: 13 Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) MENULIS KARYA ILMIAH 1 Kamaruddin Hasan 2 arya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (ya ng berupa hasil pengembangan) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah tempat orang berinteraksi untuk menimba, berbagi, menerapkan, dan mengembangkan ilmu. Keseluruhan aktifitas ini berkaitan dan diperlukan

Lebih terperinci

2016 DAMPAK INTERNET TERHADAP PENGGUNAAN KOLEKSI TERCETAK DI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016 DAMPAK INTERNET TERHADAP PENGGUNAAN KOLEKSI TERCETAK DI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan sebagai institusi yang menampung berbagai informasi yang akurat dan dapat dipercaya memiliki peran yang sangat besar dalam membantu masyarakat dalam menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-kota Yogyakarta merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ada tujuh sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini menyebabkan perkembangan informasi semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini menyebabkan perkembangan informasi semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada masa sekarang ini menyebabkan perkembangan informasi semakin pesat pula. Perpustakaan sebagai pusat

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PEMUSTAKA DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PEMUSTAKA DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI SUMATERA BARAT PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PEMUSTAKA DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI SUMATERA BARAT Rahmi Fadhilah 1, Malta Nelisa 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pustaka memiliki arti kitab atau buku. Sedangkan dalam bahasa inggris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan 2.1.1 Pengertian Kualitas Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna karena orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan, seperti kesesuaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya kurikulum 2004 berbasis kompetensi, yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN WEBPAC DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PEMUSTAKA DI UPT PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB)

2015 HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN WEBPAC DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PEMUSTAKA DI UPT PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, segala aspek kehidupan manusia pun kini ikut mengalami perubahan agar dapat menyesuaikan dengan

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Matematika

Seminar Pendidikan Matematika Seminar Pendidikan Matematika TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH Oleh: Khairul Umam dkk Menulis Karya Ilmiah adalah suatu keterampilan seseorang yang didapat melalui berbagai Latihan menulis. Hasil pemikiran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan merupakan sebuah pelayanan, tidak ada perpustakaan jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama yang ada di perpustakaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perpustakaan merupakan tempat untuk untuk menyimpan dan memberikan sebuah informasi kepada pemustaka. Selanjutnya informasi tersebut

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd Disajikan pada Pendidikan pada Pendidikan dan Pelatihan Pelatihan Perpustakaan para guru se-kota Mojokerto Tanggal 5-7 Januari 2012 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu perantara untuk memperoleh ilmu sehingga menjadi manusia berguna. Ilmu yang berguna tidak hanya bersifat teoritis atau hanya mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan berkembang pesat dari waktu ke waktu serta disesuaikan dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi.

Lebih terperinci

Pengembangan Koleksi Modul 3

Pengembangan Koleksi Modul 3 Pengembangan Koleksi Modul 3 Presented by Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 3 by Yuni Nurjanah A. Mengenal Masyarakat yang dilayani B. Diperlukannya Kajian Pengguna C. Unsur-unsur Kajian D. Hal-hal

Lebih terperinci

PERILAKU PENCARI IFORMASI MAHASISWA ILMU PERPUSTAKN DAN INFORMASI UIN SUNAN KALIJAGA

PERILAKU PENCARI IFORMASI MAHASISWA ILMU PERPUSTAKN DAN INFORMASI UIN SUNAN KALIJAGA PERILAKU PENCARI IFORMASI MAHASISWA ILMU PERPUSTAKN DAN INFORMASI UIN SUNAN KALIJAGA A. PENDAHULUAN Pada masa ini informasi memegang peranan yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini perkembangan informasi yang semakin cepat, menjadikan informasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat indonesia. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Banyak dari kehidupan bermasyarakat kita tidak terlepas dari polapola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Banyak dari kehidupan bermasyarakat kita tidak terlepas dari polapola 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak dari kehidupan bermasyarakat kita tidak terlepas dari polapola interaksi komunikasi. Salah satu pola interaksi komunikasi adalah komunikasi interpersonal atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.(lasa,2009:207). Kata ilmiah dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan atau berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan empat keterampilan. Keterampilan merupakan salah satu unsur kompetensi yang harus dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perpustakaan sebagai institusi yang menyediakan koleksi bahan pustaka tertulis, tercetak dan terekam, yang didayagunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. lazim dipakai dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenoligis.

METODE PENELITIAN. lazim dipakai dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenoligis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.1.1 Pendekatan Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif. Oleh karena itu tehnik pengumpulan data banyak menggunakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, maka dibentuklah lembaga yang menyediakan informasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, maka dibentuklah lembaga yang menyediakan informasi yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era informasi seperti sekarang ini, kebutuhan akan informasi meningkat sesuai dengan perkembangan zaman baik media cetak, elektronik dan sosial media yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat menentukan daya saing antar bangsa. Oleh karena itu sektor pendidikan harus terus ditingkatkan mutunya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan tujuan penelitian tentang Dinamika Akses

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan tujuan penelitian tentang Dinamika Akses BAB VI PENUTUP 6.1 Ringkasan Temuan Penelitian Berdasarkan hasil analisis dan tujuan penelitian tentang Dinamika Akses Informasi Ilmiah Antar Generasi:Studi Kasus Pada Pemustaka Perpustakaan Pusat Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Keterampilan Menulis. Menulis adalah salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PEMANFAATAN MAJALAH ILMIAH DI UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT OLEH MAHASISWA UNSRAT MANADO

STUDI TENTANG PEMANFAATAN MAJALAH ILMIAH DI UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT OLEH MAHASISWA UNSRAT MANADO STUDI TENTANG PEMANFAATAN MAJALAH ILMIAH DI UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT OLEH MAHASISWA UNSRAT MANADO Oleh: Anthonius M. Golung e-mail: tonygolung@yahoo.com Abstract Target of this research is to know student

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Teori Uses and Gratification Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setelah kebutuhan primer. Salah satu perkembangan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setelah kebutuhan primer. Salah satu perkembangan teknologi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi telah mengalami pertumbuhan sangat pesat seiring dengan era globalisasi yang menuntut kecepatan arus informasi. Kebutuhan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD DI SMALB DHARMA BAKTI DHARMA PERTIWI BANDAR LAMPUNG MUJIB Pendidikan Matematika, IAIN Raden Intan Lampung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan dunia perpustakaan dari segi data dan dokumen yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memberikan tempat untuk anak-anak tumbuh dengan ilmu pengetahuan. Dimana ilmu pengetahuan di setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan metodologi tentang pembangunan aplikasi mobile Online Public Access Catalog (OPAC). 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

PEMBUATAN INDEKS ARTIKEL SURAT KABAR BERANOTASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCES 2010 DI KANTOR ARSIP, PERPUSTAKAAN, DAN DOKUMENTASI KOTA PADANG

PEMBUATAN INDEKS ARTIKEL SURAT KABAR BERANOTASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCES 2010 DI KANTOR ARSIP, PERPUSTAKAAN, DAN DOKUMENTASI KOTA PADANG PEMBUATAN INDEKS ARTIKEL SURAT KABAR BERANOTASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCES 2010 DI KANTOR ARSIP, PERPUSTAKAAN, DAN DOKUMENTASI KOTA PADANG Uci Oktaviani 1, Marlini 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS JASA LAYANAN INFORMASI DI PERPUSTAKAAN

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS JASA LAYANAN INFORMASI DI PERPUSTAKAAN ARTIKEL UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS JASA LAYANAN INFORMASI DI PERPUSTAKAAN Rr. Siti Dwijati, S.Sos, M.Si Staf Perpustakaan Universitas Airlangga Staf Pengajar Ilmu Perpustakaan UWKS Abstrak Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna

BAB II KAJIAN TEORITIS. dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi Pengertian perpustakaan berdasarkan UU No.43 Tahun 2007 Pasal 1 butir 1 yaitu: Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN PENELITIAN. korban perkosaan di LRC-KJHAM adalah pendekatan fenomenologi yang

BAB III PENDEKATAN PENELITIAN. korban perkosaan di LRC-KJHAM adalah pendekatan fenomenologi yang BAB III PENDEKATAN PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang penulis gunakan untuk meneliti komunikasi terapeutik yang dibangun oleh pendamping terhadap perempuan korban perkosaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PUSDIKLAT PNS Pemerintahan Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. PUSDIKLAT PNS Pemerintahan Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan teknik penulisan. Pada latar belakang terdapat uraian yang mendasari penulisan topik pada makalah Seminar Tugas Akhir

Lebih terperinci

HUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH

HUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH Hubungan Dialog Kreatif dengan Pengalaman Historis Siswa, Adhitya 1 HUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH Adhitya Rol Asmi. FKIP Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan studi. Selanjutnya pasal 8 dari Peraturan Presiden No. 20, 1961

BAB II LANDASAN TEORI. dan studi. Selanjutnya pasal 8 dari Peraturan Presiden No. 20, 1961 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perpustakaan Perpustakaan ialah kumpulan buku-buku yang diorganisasi sedemikian rupa untuk dipergunakan bagi keperluan membaca, konsultasi, dan studi.

Lebih terperinci

Mengapa perlu menulis karya ilmiah?

Mengapa perlu menulis karya ilmiah? Bambang Prihadi Mengapa perlu menulis karya ilmiah? Merupakan bagian dari kehidupan akademis, untuk berkomunikasi serta memberdayakan diri sendiri dan orang lain. Guru sebagai ilmuwan memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Pemahaman tentang perilaku konsumen berkaitan dengan segala cara yang dilakukan orang untuk mendapatkan barang konsumsi

Lebih terperinci