RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)"

Transkripsi

1 PEMERINTAH KABUPATEN TAMBRAUW RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TAMBRAUW 2016

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG DASAR HUKUM PENYUSUNAN RPJPD HUBUNGAN RPJPD DENGAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN LAINNYA Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RPJP Nasional Tahun Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan Rencana Tata Ruang Nasional Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RPJP Daerah Papua Barat Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RTRW Provinsi Papua Barat SISTEMATIKA PENULISAN MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Tujuan BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI Karakteristik Lokasi dan Wilayah Potensi Pengembangan Wilayah Kondisi Kebencanaan Kondisi Demografi i

3 2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Fokus Kesejahteraan Masyarakat Fokus Seni Budaya Dan Olahraga ASPEK PELAYANAN UMUM Fokus Layanan Wajib Fokus Layanan Pilihan ASPEK DAYA SAING DAERAH Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Iklim Berinvestasi Fokus Sumber Daya Manusia BAB 3 ANALISIS ISU STRATEGIS PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH Urusan Wajib Pelayanan Dasar Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar Urusan Pilihan Urusan Pemerintahan Penunjang ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH BAB 4 VISI DAN MISI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TAMBARAUW Visi Misi BAB 5 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TAMBARAUW SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Tahapan dan Prioritas RPJM Daerah Tahap I ( ) ii

4 RPJM Daerah Tahap II ( ) RPJM Daerah Tahap III ( ) BAB 6 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN PEDOMAN TRANSISI KAIDAH PELAKSANAAN iii

5 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Tambrauw Menurut Distrik, Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Tambrauw Tabel 2.3 Indeks Risiko Bencana di Kabupaten Tambrauw Tabel 2.6 Jumlah dan Kepadatan Penduduk per km 2 Menurut Distrik, Tabel 2.4 Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan Usaha, (persen) Tabel 2.5 Kontribusi PDRB AHB Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tambrauw, (persen) Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan di Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, dan Provinis Papua Barat, (persen) Tabel 2.7 PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha, Tabel 2.8 Komponen IPM Kabupaten Tambrauw dan Provinsi Papua Barat, Tabel 2.9 Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan Distrik, Tabel 2.10 Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan Menurut Distrik, Tabel 2.11 Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan Menurut Distrik, Tabel Luas Area dan Produksi Tanaman Perkebunan Utama di Kabupaten Tambrauw, Tabel 2.13 Populasi Ternak Menurut Distrik dan Jenis, Tabel 2.14 Jumlah Armada Perikanan Tangkap Menurut Distrik, Tabel 2.15 Jumlah Pelanggan Listrik PLN dan non PLN di Kabupaten Tambrauw Menurut Distrik, Tabel 2.16 Potensi Mineral Logam dan Non Logam di Kabupaten Tambrauw Tabel 2.17 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tambrauw Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), Tabel 5.1 Misi, Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Tambrauw iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Hubungan Antar Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tambrauw Tahun Gambar 2.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Tambrauw Gambar 2.2 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Topografi Gambar 2.3 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Kelerengan Gambar 2.4 Suhu Udara Minimum, Maksimum, dan Rerata di Kabupaten Tambrauw (ºC), Gambar 2.5 Tekanan Udara di Kabupaten Tambrauw (mbps), Gambar 2.6 Kelembaban Udara di Kabupaten Tambrauw (persen), Gambar 2.7 Kecepatan Angin di Kabupaten Tambrauw (knot), Gambar 2.8 Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Tambrauw (mm), Gambar 2.9 Persentase Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan, Gambar 2.10 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.11 Piramida Penduduk Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.12 Perkembangan Nilai PDRB dan Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.13 Struktur Perekonomian Kabupaten Tambrauw, 2014 (persen) Gambar 2.14 Struktur Perekonomian Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan Usaha Primer, Sekunder, dan Tersier, Gambar 2.15 Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.16 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.17 Angka Melek dan Buta Huruf Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.18 Angka Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.19 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Tambrauw (persen), Gambar 2.20 Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Tambrauw (persen), v

7 Gambar 2.21 Perkembangan Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Tambrauw (tahun), Gambar 2.22 Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Tambrauw (persen), Gambar 2.23 Rata-rata Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup Menurut Kelompok Umur Wanita Pernah Kawin di Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.24 Perkembangan AHH Kabupaten Tambrauw (tahun), Gambar 2.25 Persentase Kelahiran Bayi Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Tambrauw (persen), Gambar 2.26 Persentase Balita yang Mendapatkan Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Tambrauw (persen), Gambar 2.27 Perkembangan IPM Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.28 Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, Gambar 2.29 Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur, Gambar 2.30 Persentase Penduduk Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan (persen), Gambar 2.31 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jenis Kelamin, Gambar 2.32 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur (jiwa), Gambar 2.33 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Sektor Usaha Utama (persen), Gambar 2.34 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama (persen), Gambar 2.35 Persentase Penduduk Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kegiatan Utama (persen), Gambar 2.36 Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan, Gambar 2.37 Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Menurut Jumlah Hari Sakit di Kabupaten Tambrauw (persen), Gambar 2.38 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Kesehatan (persen), Gambar 2.39 Panjang Jaringan Jalan Menurut Jenis Jalan (km), Gambar 2.40 Persentase Jalan Menurut Jenis Permukaan, Gambar 2.41 Persentase Jalan Menurut Kondisi Jalan, Gambar 2.42 Jumlah dan Penumpang Kapal di Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.43 Persentase Bongkar Barang Antar Pulau pada Pelabuhan yang Diusahakan Menurut Kelompok Komoditi, vi

8 Gambar 2.44 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.45 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.46 Tingkat Kesempatan Kerja Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.47 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Pangan, Gambar 2.48 Persentase Produksi Sayur Menurut Jenis, Gambar 2.49 Persentase Produksi Buah Menurut Jenis, Gambar 2.50 Persentase Luas Hutan Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan di Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.51 Peta Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Ikan di WPP RI Gambar 2.52 Produksi Perikanan Laut, Darat, dan Perairan Umum di Kabupaten Tambrauw, Gambar 2.53 Persentase Produksi Menurut Jenis Ikan, Gambar 2.54 Persentase Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Rumah Tangga di Kabupaten Tambrauw (persen), Gambar 2.55 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Kabupaten Tambrauw (Rp per bulan), vii

9 BAB 1 PENDAHULUAN Bagian ini memberikan gambaran tentang latar belakang, dasar hukum penyusunan RPJPD,Keterkaitan hubungan RPJPD dengan dokumen perencanaann lainnya, sistematika penulisan RPJPD serta maksud dan tujuan penyusunan RPJ PD Kabupaten Tambrauw Tahun LATAR BELAKANG Kabupaten Tambrauw merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Papua Barat yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat, hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong. Sesuai dengan cita-cita dan harapan pembentukannya, keberadaan Kabupaten Tambrauw diharapkan dapat menjadi satu simpul baru pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan yang dapat menjangkau konsentrasi penduduk sampai ke distrik dan kampung-kampung, disamping pemberdayaan potensi daerah dan penciptaan daya saing daerah secara optimal guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Cita-cita dan harapan tersebut selayaknya tidak berhenti pada pernyataan pernyataan jargon politis yang seringkali tak realistis, akan tetapi harus diimplementasikan serta dirumuskan dalam suatu konsepsi perencanaan pembangunan yang rasional serta sistematis sesuai dengan arahan peraturan perundang undanganan yang berlaku. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mendefinisikan bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Lebih jauh UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional juga mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk menyusun rencana pembangunan yang sistematis, terarah, terpadu dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan keunggulan komparatif wilayah dan kemampuan sumberdaya keuangan daerah. Berbagai dokumen perencanaan yang diamanatkan dalam Undangundang tersebut untuk segera disusun adalah: Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah, Rencana 1

10 Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD), Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah atau disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD). Keberadaan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) penting artinya dalam mengembangkan suatu skenario penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah dalam jangka waktu 25 tahun. RPJPD mengantisipasi dinamika faktor eksternal dan internal daerah, serta mencoba memproyeksikan arah perjalanan pembangunan daerah dalam jangka panjang dan merumuskan arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah untuk memanfaatkan peluang seoptimal mungkin dan mengatasi kendala dan ketidak pastian seefektif mungkin. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun mengamanatkan bahwa RPJP Nasional menjadi acuan dalam penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi, dan arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan secara jelas menyatakan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun yang selanjutnya disebut sebagai RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun Maksud dari RPJP Daerah mengacu kepada RPJP Nasional bukan untuk membatasi kewenangan daerah, tetapi agar terdapat acuan yang jelas, sinergi, dan keterkaitan dari setiap perencanaan pembangunan di tingkat daerah berdasarkan kewenangan otonomi yang dimilikinya berdasarkan platform RPJP Nasional. RPJP Daerah dijabarkan lebih lanjut oleh Kepala Daerah berdasarkan visi dan misi dirinya yang diformulasikan dalam bentuk RPJM Daerah. Dalam penjelasan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun disebutkan bahwa kurun waktu RPJP Daerah sesuai dengan kurun waktu RPJP Nasional. Sedangkan periodisasi RPJM Daerah tidak dapat mengikuti periodisasi RPJM Nasional dikarenakan pemilihan Kepala Daerah tidak dilaksanakan secara bersamaan waktunya. Dalam penjelasan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun juga menyatakan bahwa : 1. Untuk mengakomodasi RPJP Daerah yang telah ada, dan mengingat RPJP Daerah harus mengacu pada RPJP Nasional, maka RPJP Daerah baik substansi dan jangka waktunya perlu disesuaikan dengan RPJP Nasional. 2. Untuk mengakomodasi RPJM Daerah yang telah ada agar sesuai dengan RPJP Daerah yang telah disesuaikan dengan RPJP Nasional, maka RPJM Daerah substansinya perlu disesuaikan dengan RPJP Daerah tanpa harus menyesuaikan kurun waktu RPJM Daerah dengan RPJP Daerah maupun RPJM 2

11 Nasional. Hal ini dikarenakan waktu pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang berbeda-beda tiap daerah. Terkait dengan hal tersebut, Perubahan RPJPD Kabupaten Tambrauw Tahun disusun untuk memenuhi ketentuan dan kriteria yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun , disamping beberapa permasalahan berikut ini; a. Saat penyusunan dan penetapan Perda RPJPD Kabupaten Tambrauw Nomor tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tambrauw Tahun , belum mengacu pada ketentuan Permendagri No. 54 Tahun 2010, baik dari aspek tahapan, tatacara penyusunan, maupun substansi. Hal ini disebabkan oleh masih dipedomaninya aturan yang berlaku pada tahun 2008 dalam penyusunan RPJPD. b. Adanya perubahan pada kebijakan nasional yang menuntut daerah wajib melakukan penyelarasan kebijakan dalam dokumen perencanaan jangka panjang. Salah satu bentuk penyelarasan adalah adanya kewenangan konkuren antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2014, sehingga visi, misi, tujuan, sasaran dan arah kebijakan sampai dengan tahun 2025, wajib mengacu dan bersinergi dengan kebijakan nasional. c. Adanya dinamika pembangunan dan dinamika masyarakat, serta kondisi kekinian yang terjadi di Kabupaten Tambrauw, mengharuskan Pemerintah Kabupaten Tambrauw melakukan penyesuaian terhadap target daerah dan tuntutan masyarakat. Salah satu diantaranya adalah perlunya penataan daerah sesuai ketentuan DASAR HUKUM PENYUSUNAN RPJPD Dasar hukum penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw Tahun adalah: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 3

12 3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw dalam Provinsi Papua Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4940); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839, Tambahan Lembaran 4

13 Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224); 15. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5495); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; 21. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21); 5

14 25. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 114); 26. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia ; 27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 29. Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat Nomor 18 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Papua Barat Tahun ; 30. Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat Nomor 4 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi Papua Barat HUBUNGAN RPJPD DENGAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN LAINNYA Penyusunan Perubahan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw Tahun senantiasa mengedepankan keterkaitan dan konsistensi dengan dokumen perencanaan lainnya, baik di tingkat lokal maupun pusat. Di tingkat lokal, RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw berpedoman dan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tambrauw, Rencana Tata Ruang Provinsi Papua Barat dan RPJP Daerah Provinsi Papua Barat. Sedangkan keterkaitan dengan level pemerintah pusat adalah RPJP Daerah Tambrauw ini berpedoman pada Rencana Tata Ruang Nasional dan RPJP Nasional. Keterkaitan dengan dokumen perencanaan lainnya dimaksudkan agar dapat meningkatkan keterpaduan dan harmonisasi baik dalam aspek sektoral maupun aspek kewilayahannya. Dengan demikian, diharapkan dalam pelaksanaannya dapat berhasil guna dan tepat serta terarah. 6

15 Gambar 1.1 Hubungan Antar Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tambrauw Tahun Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RPJP Nasional Tahun Visi pembangunan nasional Tahun adalah: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Visi pembangunan nasional tahun tersebut mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Visi pembangunan nasional haruslah terukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai. Dengan demikian, RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw tahun secara secara substantif diarahkan untuk mendukung visi pembangunan nasional tersebut dengan tetap berdasarkan pada potensi dan sumber daya yang ada Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan Rencana Tata Ruang Nasional RPJP daerah Kabupaten Tambrauw memiliki keterakitan erat dalam penetapan Propinsi Papua Barat sebagai salah satu sistem perkotaan nasional dengan wilayah Sorong sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan wilayah Fak-Fak, Manokwari dan 7

16 Ayamaru sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Walaupun Kabupaten Tambrauw sendiri tidak secara spesfik ditetapkan sebagai PKN maupun PKW dalam RPJP nasional akan tetapi interelasi daerah dalam satu propinsi secara otomatis akan menopang terwujudnya penataan ruang yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RPJP Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Barat memiliki dinamika historis pembentukan pemerintahan yang unik dan khas. Oleh karena itu, Povinsi Papua Barat berupaya mengkontruksi perencanaan pembangunan secara jangka panjang yang sesuai dengan kondisi sosial budaya ekonomi dan politik masyarakat setempat. Visi mewujudkan Provinsi Papua Barat yang Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera, Adil dan Lestari menjadi harapan dan cita-cita yang ingin diwujudkan secara bersama oleh seluruh elemen masyarakat pemerintah dan swasta, termasuk oleh masing-masing pemerintah Kabupaten/Kota se Provinsi Papua Barat. Tantangan ini ditangkap oleh Pemerintah Kabupaten Tambrauw untuk menopang perwujudan visi, misi dan arah pembangunan Provinsi Papua Barat melalui penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw tahun yang terpadu, terarah dan sinergis Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RTRW Provinsi Papua Barat RTRW Provinsi Papua Barat menetapkan bahwa Kabupaten Tambrauw bersama Kabupaten Sorong, Kota Sorong dan Kabupaten Sorong Selatan sebagai Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) 2. SWP 2 berpusat di Kota Sorong dengan menekankan pada pengembangan industri pertambangan & penggalian, perkebunan, kehutanan, pertanian, industri perikanan, perdagangan & jasa. Dengan demikian, RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw berfokus pada upaya mendukung pengembangan sektor-sektor terkait SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tamrauw Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, terdiri dari 6 (enam) bab, sebagai berikut: 8

17 BAB I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang, maksud dan tujuan serta landasan normatif penyusunan RPJP Daerah. Disamping itu pada Bab ini juga diuraikan secara diagramatis hubungan antara dokumen RPJP Daerah dengan dokumen RPJP Nasional. BAB II BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Menguraikan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah yang berisi: (1) Aspek Geografi dan Demografi yang mencakup (a) Karakteristik Lokasi dan Wilayah; (b) Potensi Pengembangan Wilayah; (c) Wilayah Rawan Bencana; dan (d) Demografi; (2) Aspek Kesejahteraan Masyarakat; (3) Aspek Pelayanan Umum dan (4) Aspek Daya Saing Daerah. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Menguraikan isu-isu strategis pembangunan daerah dengan memperhatikan tantangan 20 tahun kedepan serta peluang-peluang yang dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang daerah. BAB IV VISI DAN MISI DAERAH KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN Menguraikan Visi dan Misi pembangunan daerah yang memuat rumusan keadaan yang diinginkan untuk rentang waktu 20 tahun kedepan, serta rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi daerah. BAB V BAB VI SASARAN, ARAH DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Menguraikan sasaran, arah/tindakan dan prioritas pembangunan daerah yang perlu diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang daerah yang telah ditetapkan. PENUTUP 1.5. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Penyusunan RPJP Kabupaten Tambrauw dimaksudkan untuk memberikan arah bagi Pemerintah Daerah, masyarakat, dan dunia usaha serta untuk menjamin terjadinya keterpaduan dan kesinambungan pembangunan yang berkelanjutan sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan 9

18 sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama. Dengan demikian seluruh upaya yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan akomodatif, serta melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan RPJP Kabupaten Tambrauw adalah sebagai berikut: 1. memberikan arah dan acuan bagi para calon Kepala Daerah dalam menyusun program kerja yang akan disampaikan pada masa pemilihan Kepala Daerah. 2. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan daerah; menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarwaktu, antarfungsi pemerintah daerah dan pusat; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; menjamin tercapainya penggunaan sumber daya yang efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan; serta menjaga kesinambungan pembangunan daerah yang dilaksanakan dalam waktu lima tahunan. 3. Menyediakan satu pedoman resmi bagi seluruh jajaran Pemerintahan Daerah dalam menentukan prioritas program dan kegiatan yang akan dituangkan dalam RPJM Daerah. 4. Menyediakan satu pedoman berwawasan jauh untuk menentukan arah pembangunan daerah dengan mendasarkan diri pada kondisi riil dan proyeksi ke depan. 5. Memudahkan seluruh jajaran Pemerintahan Daerah untuk memahami dan menilai arah kebijakan, program dan kegiatan lima tahunan daerah. 10

19 BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Bagian ini memberikan gambaran t entang Aspek Geografi dan Demografi, Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum dan Aspek Daya Saing Daerah s ebagai Dasar Pengembangan Rencana Pembangunan Jangka Panjag Daerah 2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI Karakteristik Lokasi dan Wilayah Letak Geografis, Luas, dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Tambrauw merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Papua Barat yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat, hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong. Pembentukan Kabupaten Tambrauw sebagai daerah otonom dimaksudkan untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan untuk mempercepat proses pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Tambrauw terletak di bagian timur Provinsi Papua Barat dengan ibukota kabupaten berada di Distrik Fef. Secara geografis, Kabupaten Tambrauw terletak di antara 1º º Lintang Selatan dan 131º º05 00 Bujur Timur. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat, wilayah Kabupaten Tambrauw pada awalnya hanya terdiri dari 6 distrik, yaitu: Distrik Fef, Abun, Kwoor, Sausapor, Miyah, dan Yembun. Terkait dengan dikabulkannya tuntutan tokoh adat untuk menguji materi UU No. 56/2008, Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Pasal 3 ayat (1) UU No. 56/2008 harus memasukan Distrik Amberbaken, Distrik Kebar, Distrik Senopi, Distrik Mubrani (berasal dari Kabupaten Manokwari) dan Distrik Moraid (berasal dari Kabupten Sorong) ke dalam wilayah Kabupaten Tambrauw. Dengan berlakunya putusan tersebut, berarti Kabupaten Tambrauw memiliki pertambahan wilayah hingga pada saat ini menjadi 29 distrik, yaitu: Distrik Fef, Sausapor, Yembun, Syujak, Kwoor, Miyah, Abun, Moraid, Kebar, Ambarbaken, Senopi, Mubrani, Bikar, Barmus Bama, Ases, Miyah Selatan, Ireres, Tobouw, Wilhem Roumbouts, Kwesefo, Tinggouw, Mawabuan, Kebar Timur, Kebar Selatan, Manekar, Mpur, Ambarbaken Barat, Kasi, dan Selemkai. 11

20 Luas wilayah Kabupaten Tambrauw adalah seluas ,180 km². Distrik yang memiliki wilayah terluas di Kabupaten Tambrauw adalah Distrik Senopi, yaitu seluas 1.230,763 km² (10,68 persen). Distrik yang memiliki wilayah terluas kedua adalah Distrik Kebar Selatan, yaitu seluas 1.058,699 km² (9,18 persen), diikuti Distrik Abun seluas 845,914 km² (7,34 persen), sedangkan distrik dengan luas wilayah terkecil adalah Distrik Kasi, yaitu seluas km² (0,61 persen). Batas wilayah administrasi Kabupaten Tambrauw adalah sebagai berikut: Sebelah utara : Samudera Pasifik; Sebelah selatan : Kabupaten Sorong Selatan; Sebelah barat : Kabupaten Sorong; dan Sebelah timur : Kabupaten Manokwari. 12

21 Gambar 2.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Tambrauw RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw

22 Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Tambrauw Menurut Distrik, 2014 No. Distrik Luas Wilayah (km 2 ) Persentase (%) Jumlah Kampung Ibu Kota Distrik 1. Fef 365,987 3,17 10 Fef 2. Sausapor 457,469 3,97 10 Sausapor 3. Yembun 590,630 5,12 6 Metnayam 4. Syujak 356,529 3,09 4 Syujak 5. Kwoor 212,140 1,84 6 Kwoor 6. Miyah 194,305 1,69 8 Siakwa 7. Abun 845,914 7,34 7 Waibem 8. Moraid 499,012 4,33 9 Mega 9. Kebar 174,415 1,51 10 Anjai 10. Ambarbaken 281,337 2,44 10 Saukorem 11. Senopi 1.230,763 10,68 7 Senopi 12. Mubrani 173,319 1,50 5 Arfu 13. Bikar 171,510 1,49 9 Bikar 14. Bamus Bama 348,960 3,03 6 Bamus Bama 15. Ases 275,781 2,39 4 Ases 16. Miyah Selatan 455,060 3, Ireres 422,462 3, Tobouw 569,593 4, Wilhem Roumbouts 185,011 1,60 4 Tabamsere 20. Kwesefo 379,540 3,29 7 Kwesefo 21. Tinggouw 226,278 1,96 4 Tinggouw 22. Mawabuan 431,501 3, Kebar Timur 420,928 3, Kebar Selatan 1.058,699 9,18 10 Ajami 25. Manekar 173,747 1, Mpur 223,223 1,94 5 Arupi 27. Ambarbaken Barat 362,195 3, Kasi 70,828 0, Selemkai 372,043 3, Jumlah , , Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw Pemerintahan Kabupaten Tambrauw pada tahun 2015 mempunyai 29 distrik yang terdiri atas 205 kampung. Berdasarkan RTRW Kabupaten Tambrauw , dari 29 distrik yang ada, hanya 20 distrik yang telah memiliki pusat pemerintahan. Distrik yang belum memiliki pusat pemerintahan adalah Distrik Miyah Selatan, Ireres, Tobouw, Mawabuan, Kebar Timur, Manekar, Ambarbaken Barat, Kasi, dan Selemkai. Dilihat dari komposisi jumlah kampung, distrik dengan jumlah kampung terbanyak terbanyak adalah Distrik Kebar Timur yaitu sebanyak 13 kampung Kondisi Topografi Secara topografi dan morfologi, Kabupaten Tambrauw mencakup wilayah dengan ketinggian meter di atas permukaan laut (dpl), dengan kemiringan 14

23 antara 0 60 persen. Dataran rendah dan berawa dengan ketinggian meter dpl terdapat di bagian barat dan selatan, daerah yang bergelombang hingga pegunungan dengan ketinggian meter dpl terdapat di bagian utara dan timur. Gambar 2.2 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Topografi Pegunungan (> mdpl) 35.72% Dataran rendah (0-100 mdpl) 6.10% Perbukitan ( mdpl) 58.18% Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw (diolah) Sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan dengan total luas wilayah mencapai ,35 km² yang terdiri atas wilayah perbukitan ( mdpl) seluas 6.707,52 km² dan wilayah pegunungan (>1.000 mdpl) seluas 4.118,83 km². Sementara itu, luas wilayah dataran rendah di Kabupaten Tambrauw (0-100 mdpl) hanya seluas 703,33 km². Ditinjau dari segi kelerengan, sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw memiliki kelas lereng >60 peren. Kondisi tersebut merupakan kendala utama bagi pemanfaatan lahan baik untuk pengembangan sarana dan prasarana fisik, sistem transportasi darat maupun bagi pengembangan budidaya pertanian khususnya untuk tanaman pangan. Luas wilayah dengan kondisi kelerengan >60 persen (bergunung sangat curam) adalah seluas 8.455,75 km² (73,34 persen). Wilayah yang memiliki kondisi kelerengan persen (bergunung curam) adalah seluas 1.611,97 km² (13,98 persen), sedangkan wilayah dengan kondisi datar seluas 967,15 km² (8,39 persen). 15

24 Gambar 2.3 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Kelerengan Datar 8.39% Bergelombang 0.65% Berbukit 0.42% Bergunung curam 13.98% Bergunung 3.22% Bergunung sangat curam 73.34% Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw (diolah) Kondisi Geologi Berdasarkan data sekunder yang tersedia dari Peta Geologi Lembar Mar, sekala 1: yang disusun oleh U. Hartono, CH. Amri dan P.E. Pieterss (1989), wilayah Kabupaten Tambrauw terbentuk dari beberapa satuan batuan dan formasi yang diantaranya terdiri dari endapan sluvium (Qa), endapan danau (Ql), aluvium dan endapan undak litoral (Qt), formasi opmorai (TQo), bancuh tak terpisahkan di dalam Sistem Sesar Sorong (SFx), batu gamping di dalam Sistem Sesar Sorong (SFl), batu pasir di dalam Sistem Sesar Sorong (SFs), kalsilutit di dalam Sistem Sesar Sorong (SFc), batuan gunung api dalam Sistem Sesar Sorong (SFv), formasi klasafet (Tmk), batuan gunung api Moon (Tmm), formasi koor (Tmko), batu gamping kais (Tmka), formasi sirga (Toms), batuan gunung api mandi (Temm), batu pasir amiri (Kua), formasi tamrau (JKt), formasi tipuma (TRjt), granodiorit wariki (Rw), komplek terobosan netoni (Rn) dan batu lumpur aifat (Pla). Selanjutnya Struktur geologi yang berkembang di Kabupaten Tambrauw seperti sesar normal, sesar geser, sesar naik, antiklin dan sinklin, wilayah bahasannya dari utara ke selatan dapat dibagi dalam 4 (empat) blok atau sistem yaitu Blok Tosem, Blok Tamrau, Sistem Sesar Sorong dan Blok Kemum Kondisi Hidrogeologi Umum Berdasarkan data yang diperoleh dari Peta Hidrogeologi Indonesia sekala 1: yang disusun oleh Hendri Setiadi dan Ucu T, kondisi hidrogeologi wilayah di Kabupaten Tambrauw terdiri dari 3 (tiga) wilayah akuifer (Gb 2) yang diantaranya 16

25 adalah wilayah akuifer dengan produktivitas sedang, wilayah akuifer produktif secara setempat dan akuifer dengan produktivitas rendah. 1. Wilayah akuifer produktivitas sedang Wilayah akuifer produktivitas sedang di Kabupaten Tambrauw menempati sebagian kecil dari luas wilayah (± 10 persen) yaitu terdapat di sebelah barat atau termasuk wilayah distrik Sausapor dan Distrik Yembun yang terbentuk oleh Satuan Batuan Sedimen lepas atau setengah padu, dimana umumnya berukuran lempung hingga kerakal yang mempunyai nilai keterusan (transmisivity) sedang. Wilayah akuifer pruduktivitas sedang mempunyai kedalaman muka air tanah yang relatif dalam dan mempunyai debit mata air beragam, umumnya kurang dari 5 liter/detik. 2. Wilayah akuifer setempat produktif (locally productive aquifers) Wilayah akuifer setempat produktif mempunyai nilai keterusan sedang dan muka air tanah pada umumnya dalam, dimana setempat dapat dijumpai mata air dengan debit relatif kecil. Wilayah akuifer ini terdapat secara terpisah yaitu di sebelah utara, tengah dan barat daya lembar peta yang menempati areal ± 35 persen dari luas wilayah. Wilayah akuifer di bagian utara umumnya terdapat di sekitar pantai yang merupakan Endapan Aluvium sungai dan pantai yang terdiri dari material lepas atau setengah padu, umumnya berukuran lempung, pasir hingga kerakal yang menempati sebagian kecil wilayah. Wilayah akuifer setempat produktif yang terletak di bagian tengah dengan arah penyebaran barat-timur, terdapat di sekitar Pegunungan Tambrauw, dimana batuannya adalah merupakan batuan sedimen padu dan gunungapi tua, terdiri dari breksi, konglomerat, napal, batupasir, breksi vulkanik, aglomerat dan lava yang telah mengalami perlipatan, umumnya mempunyai kelulusan rendah dan setempat mempunyai kelulusan sedang. Selain batuan sedimen padu dan gunung api tua tersebut, wilayah akuifer ini di bagian selatannya terdapat dalam batu gamping dan dolomit dengan nilai kelulusan yang beragam, tergantung pada tingkat karsifikasinya. Wilayah akuifer setempat produktif yang terdapat di sebelah barat daya terdiri dari batuan sedimen padu dan gunung api tua yang disertai dengan batuan sedimen lepas atau setengah padu, umumnya berukuran lempung hingga kerakal dengan nilai kelulusan (permeability) antara rendah sampai sedang, sedangkan pada material kasar mempunyai nilai kelulusan tinggi. 3. Wilayah akuifer langka atau tak berarti Wilayah akuifer langka di Kabupaten Tambrauw terdapat di bagian utara, tengah dan selatan dengan arah penyebaran relatif barat-timur yang menempati areal paling luas atau sekitar 55 persen dari luas wilayah. Wilayah akuifer langka yang terdapat di bagian utara lembar peta batuannya terdiri dari batuan sedimen padu dan gunung api tua serta batuan beku atau malihan yang terdiri dari granit, diorit, gabro, sekis, batusabak dan kuarsit yang mempunyai nilai kelulusan rendah. Sedangkan di bagian tengah dan selatan wilayah akuifer 17

26 langka ini terjadi pada batuan beku dan malihan yang padu dengan nilai kelulusan rendah Kondisi Hidrologi Kabupaten Tambrauw memiliki banyak sungai yang terdiri dari sungai-sungai kecil dan besar. Sungai-sungai besar tersebut merupakan induk dari beberapa sungai kecil. Kapasitas air di sungai-sungai besar di Kabupaten Tambrauw relatif terjaga sehingga tidak mengalami kekeringan pada saat musim kemarau. Secara umum, apabila ditinjau dari kondisi fisik, sungai yang terdapat di Kabupaten Tambrauw masih menunjukkan kondisi fisik air sungai yang alami. Kondisi ini sangat ditunjang dengan adanya vegetasi yang tumbuh di sepanjang aliran sungai sebagai daerah tangkapan air hujan. Daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tambrauw berjumlah sebanyak 21 DAS yang berada pada wilayah Sungai Kamundan Sebyar. DAS tersebut selain melewati wilayah Kabupaten Tambrauw juga melewati beberapa kabupaten/kota di sekitar wilayah Kabupaten Tambrauw. DAS yang melewati batas kabupaten diantaranya adalah DAS Andai, Gajah Besar, Karabra, Kamundan, Kasi, Mega, Sebyar, Wariagar, dan Warsamson. DAS terpanjang yang berada di Kabupaten Tambrauw adalah DAS Sebyar yaitu sepanjang 6.487,81 km yang melewati Kabupaten Tambrauw, Pegunungan Arfak, Maybrat, dan Tambrauw, diikuti DAS Kamundan sepanjang 5.865,79 km yang melewati, Kabupaten Tambrauw, Maybrat, Sorong Selatan, dan Tambrauw, dan DAS Karabra sepanjang 4.393,32 km yang melewati Kabupaten Tambrauw, Maybrat, Sorong, dan Sorong Selatan. Gambaran rinci mengenai DAS yang ada Kabupaten Tambrauw ditampilkan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Tambrauw No. DAS Panjang (Km) Wilayah Adminitrasi Wilayah Sungai 1. Andai 257,65 Tambrauw, Manokwari Kamundan - Sebyar 2. Arupi 114,00 Tambrauw Kamundan - Sebyar 3. Gajah Besar 120,79 Tambrauw, Sorong Kamundan - Sebyar 4. Karabra 4.393,32 Tambrauw, Maybrat, Sorong, Kamundan - Sebyar Sorong Selatan 5. Kamundan 5.865,79 Tambrauw, Maybrat, Sorong Kamundan - Sebyar Selatan, Tambrauw 6. Kasi 979,74 Tambrauw, Pegunungan Kamundan - Sebyar Arfak, Manokwari 7. Kwoor 1.460,59 Tambrauw Kamundan - Sebyar 8. Mandi 353,67 Tambrauw Kamundan - Sebyar 9. Manggeni 212,08 Tambrauw Kamundan - Sebyar 10. Maon 401,45 Tambrauw Kamundan - Sebyar 11. Mar 110,50 Tambrauw Kamundan - Sebyar 12. Mega 352,50 Tambrauw, Sorong Kamundan - Sebyar 13. Sausapor 166,10 Tambrauw Kamundan - Sebyar 14. Sebyar 6.487,81 Tambrauw, Pegunungan Kamundan - Sebyar Arfak, Maybrat, Tambrauw 15. Wariagar 3.873,27 Tambrauw, Pegunungan Arfak, Maybrat, Tambrauw Kamundan - Sebyar 18

27 No. DAS Panjang (Km) Wilayah Adminitrasi Wilayah Sungai 16. Warsamson 1.595,11 Tambrauw, Kota Sorong, Kamundan - Sebyar Sorong 17. Wekareng 124,68 Tambrauw Kamundan - Sebyar 18. Wepei 168,82 Tambrauw Kamundan - Sebyar 19. Wesan 205,86 Tambrauw Kamundan - Sebyar 20. Wesauni 284,61 Tambrauw Kamundan - Sebyar 21. Wowey 128,87 Tambrauw Kamundan - Sebyar Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw Kondisi Klimatologi Iklim tropis lembab dan panas merupakan kondisi iklim yang ada di Kabupaten Tambrauw. Berdasarkan data dari stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Sorong, selama periode , suhu udara di Kabupaten Tambrauw cenderung stabil dan pada umumnya suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan suhu udara terendah terjadi pada bulan Juli. Pada tahun 2014, suhu udara rerata tertinggi terjadi pada bulan April yaitu sebesar 27,92ºC, sedangkan suhu udara rerata terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 26,10ºC. Suhu udara minimum tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 23,61ºC, sedangkan suhu minimum tertinggi terjadi pada bulan April yaitu sebesar 24,56ºC. sementara itu, suhu maksimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaotu sebesar 32,33ºC dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada bulan Agustus, yaitu sebesar 30,34ºC. Gambar 2.4 Suhu Udara Minimum, Maksimum, dan Rerata di Kabupaten Tambrauw (ºC), Suhu Minimum Suhu Maksimum Suhu Rerata Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw (diolah) 19

28 Kondisi tekanan udara di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 dapat dikatakan relatif stabil. Tekanan udara tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 1.010,5 mbps, sedangkan tekanan udara terendah terjadi pada bulan Januari dan Desember yang masing-masing sebesar 1.008,1 mbps. Gambar 2.5 Tekanan Udara di Kabupaten Tambrauw (mbps), , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw (diolah) Kelembaban udara di Kabupaten Tambrauw memiliki kecenderungan stabil dan pada umumnya kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Juli dan terendah pada bulan Maret. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2014 dimana kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 93,70 persen dan kelembaban terendah terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 92,10 persen. Gambar 2.6 Kelembaban Udara di Kabupaten Tambrauw (persen), Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw (diolah) 20

29 Kecepatan angin rerata di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 cenderung fluktuatif. Kecepatan angin rerata tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 5,14 knot dan terendah terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 3,08 knot. Sementara itu, kecepatan angin maksimum tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 10,26 knot dan terendah terjadi pada bulan Mei dan November yaitu masing-masing sebesar 7,60 knot. Gambar 2.7 Kecepatan Angin di Kabupaten Tambrauw (knot), Kecepatan Maksimum Kecepatan Rerata Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw (diolah) Pada tahun 2014, intensitas curah hujan yang tercatat hanya pada periode bulan Mei hingga Desember. Dari periode waktu tersebut, curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 424 mm, sedangkan curah hujan bulanan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 43,94 mm Gambar 2.8 Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Tambrauw (mm), 2014 Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw (diolah) 21

30 Penggunaan Lahan RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Berdasarkan penggunaan lahan, sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw merupakan wilayah hutan dengan luas keseluruhan mencapai km 2. Wilayah hutan tersebut terdiri atas hutan lahan kering primer seluas 8.184,83 km 2 (71,39 persen) dan hutan lahan kering sekunder seluas 2.635,16 km 2 (22,99 persen). Luas lahan yang digunakan untuk budidaya pertanian terdiri atas ladang seluas 38,47 km 2 (0,34 persen) dan lahan tanaman campuran seluas 81,73 km 2 (0,71 persen). Sementara itu, lahan yang digunakan untuk permukiman penduduk masih sangat kecil yaitu hanya seluas 7,45 km 2 (0,06 persen). Gambar 2.9 Persentase Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan, 2014 Tanaman campuran 0.71% Ladang 0.33% Permukiman 0.06% Hutan lahan kering sekunder 22.86% Semak dan belukar 4.48% Beting pantai 0.09% Lahan terbuka 0.48% Hutan lahan kering primer 70.99% Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw (diolah) Potensi Pengembangan Wilayah Potensi Sektor Pertanian Kabupaten Tambrauw memiliki potensi pengembangan sektor pertanian yang tinggi mengingat adanya ketersediaan lahan yang besar. Akan tetapi, mengingat teknologi pertanian yang digunakan oleh masyarakat masih tradisional dan belum bersifat komersial, maka sektor pertanian di Kabupaten Tambrauw dapat dikatakan masih belum berkembang. Ditilik dari pengunaan lahan, dari lahan seluas ,18 km 2, sebagian besar lahan di Kabupaten Tambrauw merupakan hutan dimana lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan masih relatif kecil (kurang dari 1 persen). Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Tambrauw diukur dari kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sektor ini menjadi tumpuan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk, akan tetapi sejauh ini pengelolaannya belum berkembang secara optimal baik pada tahap proses produksi, pengolahan hasil maupun pemasaran. 22

31 Pada tahap produksi, sebagian besar kegiatan pertanian masih bersandar pada ketersediaan sumber daya alam. Masukan teknologi dan manajemen hampir tidak ada untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk. Pada tahap pengolahan hasilhasil pertanian, hanya sedikit saja jenis komoditi yang mengalami proses pengolahan. Demikian pula, rantai proses pengolahan tidak begitu panjang, sehingga nilai tambah yang diberikan ke dalam hasil pertanian tidak terlalu banyak. Pada tahap pemasaran, potensi pasar yang tersedia relatif terbatas karena masih minimnya jumlah penduduk. Di lain pihak, pemasaran ke luar wilayah Kabupaten Tambrauw dihadapkan pada biaya transportasi yang mahal, yang pada akhirnya menekan pendapatan petani ke tingkat yang rendah Potensi Kemaritiman Kabupaten Tambrauw mempunyai wilayah perairan laut yang luas di sebelah utara. Dengan keadaan wilayah yang demikian, maka sebagian besar masyarakat memiliki ketergantungan hidup yang tinggi di sektor kelautan dan perikanan. Selain itu, posisi kabupaten ini yang langsung berhadapan dengan Samudera Pasifik mengakibatkan tersedianya potensi perikanan tangkap yang cukup melimpah karena dilewati oleh jalur ruaya berbagai jenis ikan terutama jenis ikan pelagis besar (tuna dan cakalang). Di lain pihak, dengan hamparan hutan bakau dan terumbu karang yang cukup luas, memungkinkan terciptanya peluang pengembangan, penangkapan dan budidaya ikan demersal serta jenis pelagis kecil yang cukup menjanjikan. Kondisi ini menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor unggulan yang diharapkan dapat menyumbangkan pendapatan bagi daerah, di samping meningkatkan pendapatan masyarakat terutama nelayan yang pada akhirnya akan mendorong taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih tinggi. Potensi wisata bahari yang ada di Kabupaten Tambrauw banyak yang belum tersentuh, sehingga potensi alam yang masih sangat alami ini dapat dimanfaatkan para investor dan dunia wisata lainnya bagi pengembangan kegiatan ekonomi dan pendapatan daerah di masa mendatang. Keberadaan potensi wisata bahari berupa pulau-pulau dan pantai yang indah dengan taman laut serta keanekaragaman jenis ikan hias, merupakan potensi utama dalam rangka mengembangkan wisata bahari Potensi Pariwisata Pada dasarnya sektor pariwisata memegang peranan sangat penting dalam menunjang peningkatan perekonomian daerah. Penunjang pengembangan sektor pariwisata adalah peningkatan sarana dan prasarana, bimbingan dan penyuluhan sadar wisata, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), pelibatan secara bertahap partisipasi swasta dan masyarakat. Potensi wisata di Kabupaten Tambrauw meliputi wisata alam dan budaya. Obyek wisata di Kabupaten Tambrauw terdiri dari objek wisata alam dan bahari. Obyek wisata tersebut meliputi: 23

32 o Wisata Alam Pantai Jamursba Medi, terletak di Kampung Saubeba, Distrik Sausapor, dengan panorama pantai dan air laut yang jernih, dan penyu belimbing. o Obyek wisata alam air terjun, terletak di akses Distrik Fef menuju Miyah yang tepatnya terletak di Kampung Tabamsere, Distrik Miyah, dengan panorama hutan yang lebat dan beraneka ragam jenis tumbuhan tropis serta jenis burung di lokasi tersebut. Untuk wisata budaya dan sosial, yang ditonjolkan adalah keunikan budaya masyarakat yang ada di Kabupaten Tambrauw. Dengan mengapresiasi latar belakang perkembangan wilayah Kabupaten Tambrauw khususnya, dan bersama-sama dengan Kota Sorong umumnya, dapat diindikasikan karakter kutural/budaya yang ada. o o o o Masyarakat yang ada di Kabupaten Sorong terdiri atas masyarakat asli (Papua) dan masyarakat pendatang (transmigran dan pendatang lainnya). Masyarakat asli Papua cenderung tersebar pada permukiman-permukiman baik di bagian barat maupun di bagian timur/utara. Khusus untuk masyarakat di bagian timur/utara ini ada kecenderungan interaksi dengan masyarakat di Kabupaten Manokwari, baik di pesisir maupun di Dataran Tinggi Kebar; dan interaksi dengan masyarakat di bagian utara Kabupaten Sorong Selatan. Kedua bagian wilayah tersebut memang mempunyai jarak yang lebih dekat jika dibandingkan dengan bagian barat Kabupaten Sorong. Pendatang transmigran cenderung dominan di bagian barat, begitu juga kemudian pendatang lainnya yang bukan transmigran. Atas dasar itu, maka interaksi kuat antar kultur/budaya dominan terjadi di bagian barat wilayah ini. Dengan interaksi dan heterogenitas demikian ini akan menjadi pendorong perkembangan sosial-ekonomi di masa datang. Sementara di bagian timur/utara interaksi demikian ini relatif lebih kecil, dengan kata lain akan sangat kuat konsep pengembangan wilayah yang khusus, dengan memperkenalkan interaksi yang lebih luas melalui pembangunan infrastruktur perhubungan/transportasi yang memberikan akses baik internal maupun eksternal wilayah. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan secara umum bahwa arah perkembangan kultur/budaya melalui interaksinya akan bermula di bagian barat (Kota Sorong serta Aimas dan sekitarnya) yang kemudian dapat dijalarkan ke arat timur/utara tersebut, selain ada juga interaksi bagian wilayah timur/utara ini dengan wilayah Kabupaten Manokwari dan Sorong Selatan. Objek wisata di Kabupaten Tambrauw yang fokus pada alam dan budaya merupakan langkah yang tepat mengingat kondisi alam yang masih belum banyak terpengaruh budaya luar. Jika objek wisata ini dapat dipasarkan secara menarik, akan banyak wisatawan yang akan berkunjung ke Kabupaten Tambrauw. Namun demikian, perlu diperhatikan sarana pendukung pariwisata seperti transportasi dan penginapan. 24

33 Potensi Sumberdaya Mineral RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Kabupaten Tambrauw sangat kaya dengan potensi sumberdaya mineral, antara lain nikel, talk, magnesit, pasir besi, kromit, emas, semen, minyak bumi dan batu gamping. Berdasarkan data geologi dan anomali geokimia yang ada, sumber daya mineral yang terdapat di Kabupaten Tambrauw adalah endapan mineral bijih emas (Au), tembaga (Cu), seng (Zn), timah hitam (Pb) dan timah putih (Sn). Berdasarkan data geologi yang ada bahwa bahan galian non logam di Kabupaten Tambrauw seperti potensi batubara dan hidrokarbon akan sulit ditemukan seperti di Daerah Papua lainnya. Endapan emas, tembaga, seng, timah hitam dan timah putih sebagian besar terjadi pada Satuan Batuan Gunung api Moon (Tmm) yang terdiri dari tufa, aglomerat, lava dan breksi lava yang terletak di Pegunungan Tamrau. Kecuali seng (Zn) yang terdapat di dalam Formasi Tambrauw (JKt) yang terdiri dari serpih sampai batu sabak, batu lanau, batu pasir dan kalsilutit Kondisi Kebencanaan Menurut Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) yang diterbitkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada tahun 2013, Kabupaten Tambrauw termasuk kabupaten yang memiliki kelas risiko bencana multi ancaman dalam kategori sedang dengan skor secara keseluruhan sebesar 118. Jika dirinci menurut jenis bencana, kelas risiko bencana yang tinggi di Kabupaten Tambrauw adalah untuk bencana gempa bumi, tanah longsor, gelombang ekstrim dan abrasi, dan kebakaran lahan dan hutan. Kelas risiko bencana dalam kategori sedang adalah untuk bencana banjir, tsunami, dan kekeringan, sedangkan kelasa risiko bencana dalam kategori rendah adalah untuk bencana cuaca ekstrim. Tabel 2.3 Indeks Risiko Bencana di Kabupaten Tambrauw No. Jenis Bencana Skor Kelas Risiko 1. Banjir 14 Sedang 2. Gempa bumi 22 Tinggi 3. Tsunami 14 Sedang 4. Tanah longsor 17 Tinggi 5. Gelombang ekstrim dan abrasi 20 Tinggi 6. Kebakaran lahan dan hutan 17 Tinggi 7. Cuaca ekstrim 4 Rendah 8. Kekeringan 10 Sedang Sumber: BNPB, 2013 Potensi kebencanaan di Kabupaten Tambrauw ini dapat diklasifikasikan berdasarkan Peta Zona Gempa Indonesia melalui persamaan rayapan gelombang gempa Fukushima dan Tanaka Berdasarkan peta zona gempa ini bahwa Wilayah Kabupaten Tambrauw dan sekitarnya termasuk dalam Zona D, E dan F yang mempunyai koefisien zona gempa berturut-turut yaitu antara 0,9-1,2; 1,2 1,4 dan 1,4 1,6. 25

34 Zona F yang mempunyai nilai koefisien zona gempa antara 1,4 1,6 ini merupakan zona yang mempunyai nilai tertinggi sehingga mempunyai nilai potensi kebencanaan yang sangat tinggi, dimana zona ini terdapat di ujung timur Kabupaten Tambrauw atau termasuk Kabupaten Manokwari. Pada zona ini percepatan gempa permukan untuk perioda ulang antara 10 tahun sampai tahun yang dihitung dengan faktor koreksi pada batuan mempunyai nilai percepatan antara 0,1524-0,4620 cm/detik 2. Sedangkan apabila dihitung dengan faktor koreksi pada Endapan Aluvium dengan perioda ulang yang sama adalah mempunyai nilai percepatan gempa permukaan tanah antara 0,2095-0,6352 cm/detik 2. Perhitungan percepatan gempa permukaan tanah pada endapan Aluvium Lunak antara perioda ulang tahun adalah 0,2286-0,693 cm/detik 2. Zona E yang mempunyai nilai koefisien zona gempa antara 1,20-1,40 yang terletak di bagian tengah atau terletak antara Kabupaten Tambrauw dan Manokwari dapat diklasifikasikan mempunyai nilai potensi kebencanaan tinggi. Berdasarkan perhitungan percepatan gempa permukaan tanah terkoreksi bahwa Zona E dengan perioda ulang antara tahun pada formasi batuan adalah antara 0,1320-0,4004 cm/detik 2. Perhitungan pada Endapan Aluvium adalah antara 0,1816 cm/detik 2 dan pada Endapan Aluvium Lunak adalah antara 0,1981 0,6006 cm/detik 2. Zona D yang mempunyai nilai koeisien zona gempa antara 0,90 1,20, terletak di bagian barat Daerah Tambrauw atau antara Daerah Sorong dan Daerah Tambrauw yang dapat diklasifikasikan dalam potensi gempa antara sedang tinggi, dimana penyebaran zona gempa ini berarah barat laut-tenggara. Berdasarkan hasil perhitungan percepatan gempa permukaan tanah terkoreksi pada batuan dengan perioda ulang 10 tahun adalah 0,1066 cm/detik 2, sedangkan pada batuan dengan perioda ulang tahun adalah 0,3234 cm/detik 2. Sehingga percepatan gempa permukaan tanah terkoreksi antara perioda ulang 10 s/d tahun adalah antara 0,1066 0,3234 cm/detik 2. Hasil perhitungan percepatan gempa permukaan terkoreksi pada Aluvium dengan perioda ulang 10 tahun adalah 0,1466 cm/detik 2, sedangkan dengan perioda ulang tahun adalah 0,4446 cm/detik 2, sehingga hasil perhitungan percepatan gempa permukaan terkoreksi pada Endapan Aluvium dengan perioda ulang antara 10 s/d tahun adalah antara 0,1466 0,4446 cm/detik 2. Hasil perhitungan percepatan gempa permukaan pada Endapan Aluvium Lunak dengan perioda ulang 10 tahun adalah 0,1600 cm/detik 2, sedangkan pada perioda ulang tahun adalah 0,4851 cm/detik 2, sehingga percepatan gempa permukaan terkoreksi pada Endapan Aluvium Lunak dengan perioda ulang antara 10 s/d tahun adalah antara 0,1600 0,4851 cm/detik 2. Sepanjang tahun 2014, Kabupaten Tambrauw mengalami kejadian gempa tektonik sebanyak 18 kali dengan kejadian gempa terbanyak terjadi pada bulan Juni yaitu 7 kejadian dengan kekuatan gempa tertinggi 4,80 SR pada bulan Oktober. Pada kurun waktu tahun 2009 hingga 2014, jumlah kejadian gempa tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 269 kejadian dan terendah terjadi pada tahun 2013 dan 2014 yaitu masing-masing sebanyak 18 kejadian. Pada umumnya kejadian gempa 26

35 tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Juni. Kekuatan gempa tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan kekuatan mencapai 7,9 Skala Richter. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 3 Januari 2009 pada kedalaman 15 km di bawah laut. Ditinjau dari kekuatan gempa rerata, kekuatan gempa yang terjadi di Kabupaten Tambrauw memiliki kecenderungan menurun, kekuatan gempa rerata tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu 4,49 Skala Richter dan terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu 3,25 Skala Richter dengan kedalaman gempa rerata 16 km sampai 25 km. Dengan sebagian besar wilayah yang berupa kawasan hutan, maka kelas risiko bencana kebakaran lahan dan hutan di Kabupaten Tambrauw termasuk ke dalam kategori tinggi dengan skor sebesar 17. Bencana kebakaran lahan dan hutan juga dapat terjadi dikarenakan oleh kegiatan budidaya yang dilakukan manusia. Pembukaan lahan hutan untuk kegiatan pertanian juga menjadi salah satu penyebab bencana karena pembukaan tersebut dilakukan dengan pembakaran untuk meminimalisasi biaya dan hasilnya sangat cepat. Bencana lain yang termasuk dalam kelas risiko tinggi adalah tanah longsor dengan skor sebesar 17. Wilayah Kabupaten Tambrauw sebagian besar termasuk wilayah yang rawan tanah longsor karena sebagian besar wilayahnya meliputi wilayah perbukitan dengan kemiringan lereng yang cukup terjal. Daerah yang terbuka akibat pertambangan ditunjang dengan kemiringan lereng yang cukup terjal apabila terjadi hujan yang lebat maka butiran tanah yang lepas-lepas akan cepat longsor. Tanah Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh Kondisi Demografi Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Besaran, komposisi, dan distribusi penduduk akan mempengaruhi struktur ruang dan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Seluruh aspek pembangunan memiliki korelasi dan interaksi dengan kondisi kependudukan yang ada, sehingga informasi tentang demografi memiliki posisi strategis dalam penentuan kebijakan. Penduduk dibagi atas kelompok kelompok tertentu, atau dapat dikatakan atas komposisi penduduk tertentu. Susunan penduduk tersebut menggambarkan pengelompokan penduduk menurut karateristik yang sama seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Jumlah penduduk Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebanyak jiwa. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tambrauw selama periode adalah sebesar 0,84 persen per tahun. Selama periode tersebut, 27

36 laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,34 persen, sedangkan pertumbuhan penduduk terendah terjadi pada tahun 2012 yang hanya sebesar 0,27 persen. Dengan luas wilayah sebesar ,19 km 2, maka kepadatan penduduk di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebesar 1,17 jiwa per km 2. Masih rendahnya tingkat pertumbuhan penduduk dalam hal ini disebabkan oleh stabilnya tingkat kelahiran penduduk serta belum banyaknya migrasi penduduk yang biasanya didorong oleh perkembangan kegiatan perekonomian wilayah. Meskipun jumlah penduduk di Kabupaten Tambrauw masih sedikit, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi perlu ditekan. Kondisi Kabupaten Tambrauw dengan infrastruktur yang masih terbatas akan menyulitkan jika jumlah penduduk meningkat pesat dimana dikhawatirkan kebutuhan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan penunjang kehidupan lainnya tidak mencukupi kebutuhan penduduk. Hal ini pada gilirannya akan mempersulit kehidupan masyarakat Kabupaten Tambrauw sendiri. Untuk itu, diperlukan pendidikan keluarga berencana kepada masyarakat Kabupaten Tambrauw dengan harapan menekan laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang rendah merupakan langkah jangka panjang untuk membentuk SDM yang berkualitas sehingga mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dengan penduduk yang masih sedikit dan bertambah tidak terlalu pesat, program peningkatan kualitas SDM dapat dilaksanakan secara lebih optimal. Gambar 2.10 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tambrauw, ,600 13,500 13,400 13,300 13,200 13,100 13,000 12, Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan (persen) Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Distrik yang memiliki jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah Distrik Sausapor yaitu sebanyak jiwa (20,48 persen), diikuti Distrik Kebar sebanyak jiwa (15,05 persen), Distrik Amberbaken sebanyak jiwa (13,98 persen), Distrik Moraid sebanyak jiwa (13,31 persen), dan Distrik Yembun sebanyak jiwa (7,41 persen). Dari 29 distrik yang ada di Kabupaten Tambrauw, hanya 5 distrik tersebut yang memiliki jumlah 28

37 penduduk lebih dari jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa persebaran penduduk di Kabupaten Tambrauw dapat dikatakan tidak merata karena sebagian besar (70,22 persen penduduk) cenderung terpusat di 5 wilayah tersebut. Sementara itu, tiga distrik yang memiliki jumlah penduduk terendah adalah Distrik Syujak yaitu sebanyak 214 jiwa (1,59 persen), Miyah sebanyak 364 jiwa (2,70 persen), dan Fef sebanyak 436 jiwa (3,23 persen). Tingginya jumlah penduduk di Distrik Sausapor disebabkan Distrik Sausapor memiliki sarana transportasi yang memadai, infrastruktur yang cukup bagus, memiliki aktivitas yang cukup tinggi, keadaan sosial ekonomi yang lebih baik dibanding distrik yang lain, dan pusat pemerintahan yang untuk sementara diletakkan di Distrik Sausapor. Dengan penetapan ibukota kabupaten di Distrik Fef, hal tersebut dapat menjadi sebuah sarana untuk memeratakan persebaran penduduk di Kabupaten Tambrauw melalui adanya ketersediaan fasilitas yang mendukung aktivitas penduduk. Jika dilihat dari kepadatan penduduk, distrik yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Distrik Sausapor yaitu sebesar 4,36 jiwa per km 2, disusul oleh Distrik Mubrani sebesar 3,16 jiwa per km 2, dan Distrik Amberbaken sebesar 2,18 jiwa per km 2. Sedangkan distrik yang memiliki kepadatan penduduk terendah adalah Distrik Senopi yaitu sebesar 0,30 jiwa per km 2, Distrik Kwoor sebesar 0,67 jiwa per km 2, dan Distrik Abun sebesar 0,74 jiwa per km 2. Dengan kepadatan penduduk yang masih rendah, hal tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak wilayah di Kabupaten Tambrauw yang dapat dikembangkan untuk kegiatan yang mendukung aktivitas penduduk terutama berkaitan dengan aspek ekonomi. Tabel 2.6 Jumlah dan Kepadatan Penduduk per km 2 Menurut Distrik, 2014 No. Distrik Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa per km 2 ) Persentase (persen) 1. Fef 436 0,77 3,23 2. Syujak 214 0,87 1,59 3. Abun 617 0,74 4,57 4. Miyah 364 0,88 2,70 5. Kwoor 956 0,67 7,08 6. Sausapor ,36 20,48 7. Yembun ,94 7,41 8. Kebar ,09 15,05 9. Senopi 759 0,30 5, Amberbaken ,18 13, Mubrani 673 3,16 4, Moraid ,06 13, Bikar* Bamus Bama* Ases* Miyah Selatan* Ireres* Tobouw* Wilhem Roumbouts* Kwesefo*

38 No. Distrik Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa per km 2 ) Persentase (persen) 21. Tinggouw* Mawabuan* Kebar Timur* Kebar Selatan* Manekar* Mpur* Ambarbaken Barat* Kasi* Selemkai* Jumlah ,17 100,00 Keterangan: * = Data belum tersedia Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Karakteristik penduduk yang penting adalah struktur umur dan jenis kelamin. Karakteristik penduduk tersebut berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebanyak jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak jiwa. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 107,30 yang berarti bahwa dalam 100 penduduk perempuan di Kabupaten Tambrauw terdapat 107 penduduk laki-laki. Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk Kabupaten Tambrauw paling banyak berada pada kelompok umur 0-4 tahun yaitu sebanyak jiwa, diikuti kelompok umur 5-9 tahun sebanyak jiwa, dan kelompok umur tahun sebanyak jiwa. Terkait dengan struktur penduduk, piramida penduduk Kabupaten Tambrauw termasuk dalam kategori expansive dimana sebagian besar penduduknya berada dalam kelompok umur muda. Dasar piramida yang cukup lebar menunjukkan penduduk Kabupaten Tambrauw memiliki angka rasio ketergantungan penduduk muda yang cukup tinggi, sementara puncak piramida yang menciut tajam menunjukkan rendahnya angka rasio ketergantungan penduduk tua. 30

39 Gambar 2.11 Piramida Penduduk Kabupaten Tambrauw, ,500 1, ,000 1,500 Perempuan Laki-laki Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Implikasi dari struktur penduduk muda adalah besarnya persentase penduduk yang bersiap memasuki batas penduduk usia kerja (economically active population) dan besarnya rasio ketergantungan (dependency ratio). Batas bawah usia kerja di Indonesia adalah umur 15 tahun. Setelah memasuki usia tersebut maka mereka disebut sebagai penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga dan melakukan kegiatan lainnya). Bila penduduk usia kerja tidak melakukan salah satu aktivitas dalam kelompok bukan angkatan kerja maka termasuk ke dalam kriteria angkatan kerja. Dan bila dalam angkatan kerja tidak melakukan aktivitas kerja maka kelompok ini termasuk ke dalam kriteria pengangguran (unemployment). Dengan jumlah penduduk muda yang besar tentu potensi jumlah penduduk yang akan terjun ke dalam angkatan kerja juga besar, untuk itu pemerintah harus bersiap untuk menyediakan lapangan kerja untuk menampung jumlah angkatan kerja yang besar ini. Hal yang akan terjadi bila permintaan akan tenaga kerja lebih kecil dari jumlah pencari kerja adalah terciptanya pengangguran. Tingkat pendidikan merupakan indikator kualitas sumber daya manusia yang penting di suatu wilayah. Berdasarkan data dari BPS Provinsi Papua Barat, pada tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Tambrauw yang tidak pernah atau belum pernah sekolah mencapai 24,11 persen atau sebanyak jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang sekolah SD/ MI sekitar 13,93 persen atau jiwa, SMP sebanyak 7,27 persen atau 972 jiwa, SMA sebesar 2,60 persen atau 348 jiwa, perguruan tinggi 0,05 persen atau 7 jiwa, dan tidak bersekolah lagi sebesar 52,05 persen atau jiwa. Salah satu kendala pemerintah dalam upaya membangun sektor pendidikan di Kabupaten Tambrauw adalah terbatasnya infrastruktur transportasi untuk 31

40 menjangkau daerah pedalaman yang mengakibatkan sebagian besar penduduknya masih berpendidikan rendah ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Selama periode , PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Tambrauw selalu mengalami peningkatan setiap tahun dari Rp 90,17 miliar pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 141,42 miliar pada tahun Hal yang sama juga terjadi pada perhitungan PDRB atas dasar harga konstan yang mengalami peningkatan setiap tahun. Gambar 2.12 Perkembangan Nilai PDRB dan Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw, , , , , , , , , PDRB AHB (Rp Juta) PDRB AHK (Rp Juta) Laju Pertumbuhan (%) Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Jika dirinci menurut lapangan usaha selama periode , dari ke 16 sektor yang ada di Kabupaten Tambrauw, semua sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang positif setiap tahunnya. Sektor yang memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi selama periode tersebut adalah sektor jasa keuangan dan asuransi yang tumbuh sangat signifikan yaitu sebesar 39,96 persen per tahun, diikuti oleh sektor pengadaan listrik dan gas sebesar 9,58 persen per tahun, dan sektor 32

41 konstruksi sebesar 9,28 persen per tahun. Hanya ketiga sektor tersebut di Kabupaten Tambrauw yang memiliki rata-rata pertumbuhan di atas 9 persen per tahun. Tabel 2.4 Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan Usaha, (persen) Kode Lapangan Usaha Rata-rata A Pertanian, Kehutanan, dan 0,86 2,73 3,07 3,80 2,62 Perikanan B Pertambangan dan 3,72 4,71 5,26 5,36 4,76 Penggalian C Industri Pengolahan 3,20 3,52 3,97 4,26 3,74 D Pengadaan Listrik dan Gas 8,53 9,35 9,84 10,58 9,58 Pengadaan Air, Pengelolaan 2,16 2,27 2,38 2,50 2,33 E Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 8,23 8,73 9,42 10,72 9,28 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,29 5,04 6,30 6,78 5,60 H Transportasi dan 6,61 7,30 7,94 7,92 7,44 Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan 4,74 5,32 5,42 5,58 5,27 Makan Minum J Informasi dan Komunikasi 4,01 4,21 4,42 4,64 4,32 K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,56 75,44 31,72 49,13 39,96 L Real Estat 4,38 5,42 6,00 6,59 5,60 M, N Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, 8,52 10,36 8,48 7,46 8,71 O Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 2,98 4,47 4,86 5,88 4,55 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan 3,18 4,66 5,69 6,41 4,99 Sosial R, S, T, U Jasa lainnya 3,92 4,11 4,32 4,53 4,22 PDRB 4,36 6,10 5,93 6,27 5,67 Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 Sektor lain yang memiliki rata-rata pertumbuhan di atas pertumbuhan PDRB selama periode adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib yaitu sebesar 8,71 persen dan sektor transportasi dan pergudangan sebesar 7,44 persen per tahun. Sementara itu, tiga sektor yang memiliki rata-rata pertumbuhan terendah diurutkan dari yang terkecil adalah sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang yang hanya tumbuh sebesar 2,33 persen per tahun, disusul sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 2,62 persen per tahun, dan sektor industri pengolahan sebesar 3,74 persen per tahun. 33

42 Struktur Ekonomi RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah distribusi persentase sektoral. Distribusi persentase PDRB secara sektoral menunjukan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Tingkat kontribusi terhadap pembentukan PDRB dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor, sehingga akan tampak sektorsektor yang menjadi pemicu pertumbuhan. Tabel 2.5 Kontribusi PDRB AHB Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tambrauw, (persen) Kode Lapangan Usaha Ratarata A Pertanian, Kehutanan, dan 44,91 42,35 39,70 38,22 37,58 40,55 Perikanan B Pertambangan dan 2,11 2,03 1,91 1,81 1,82 1,94 Penggalian C Industri Pengolahan 1,01 0,95 0,89 0,84 0,81 0,90 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,08 0,07 0,08 0,07 0,08 0,08 E Pengadaan Air, Pengelolaan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,04 Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi 12,34 13,02 13,80 14,88 15,41 13,89 G Perdagangan Besar dan 1,09 1,04 0,99 0,98 1,00 1,02 Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan 1,43 1,46 1,52 1,60 1,64 1,53 Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 Makan Minum J Informasi dan Komunikasi 0,20 0,19 0,18 0,16 0,16 0,18 K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,06 0,06 0,18 0,24 0,35 0,18 L Real Estat 1,14 1,09 1,06 1,09 1,12 1,10 M, N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, 28,44 30,91 33,30 33,86 33,72 32,05 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 6,20 5,86 5,48 5,36 5,41 5,66 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan 0,86 0,84 0,80 0,78 0,79 0,81 Sosial R, S, T, U Jasa lainnya 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,04 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 Selama periode , sektor ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Tambrauw tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan sektor 34

43 ekonomi yang dominan adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, dan sektor konstruksi. Selama periode tersebut rata-rata kontribusi ketiga sektor tersebut dalam perekonomian Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 86,49 persen per tahun. Gambar 2.13 Struktur Perekonomian Kabupaten Tambrauw, 2014 (persen) Jasa Pendidikan, 5.41 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 0.79 Jasa lainnya, 0.03 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 1.00 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Jasa Perusahaan, - Konstruksi, Real Estate, 1.12 Jasa Keuangan dan Pengadaan Air, Asuransi, 0.35 Penyediaan Pengelolaan Sampah, Informasi dan Akomodasi dan Transportasi dan Limbah dan Daur Komunikasi, 0.16 Makan Minum, 0.05 Pergudangan, 1.64 Ulang, 0.03 Pertambangan dan Penggalian, 1.82 Industri Pengolahan, 0.81 Pengadaan Listrik dan Gas, 0.08 Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Walaupun kontribusinya terhadap perekonomian mengalami penurunan setiap tahun, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tetap merupakan sektor yang paling dominan di Kabupaten Tambrauw. Dominasi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap perekonomian dikarenakan tingginya kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Tambrauw untuk ketiga sub-sektor tersebut. Pada tahun 2010, sumbangan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap perekonomian Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 44,91 persen, kemudian mengalami penurunan setiap tahun hingga hanya menjadi sebesar 37,58 persen pada tahun Sektor dominan selajutnya di Kabupaten Tambrauw adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib dengan rata-rata kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian adalah sebesar 32,05 persen per tahun. Pada tahun 2014, kontribusi sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib adalah sebesar 33,72 persen. Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor dengan kontribusi yang selalu meningkat setiap tahun dari 12,34 persen pada tahun 2010 menjadi sebesar 15,41 persen pada tahun Tingginya kontribusi sektor konstruksi diakibatkan oleh gencarnya pembangunan jalan-jalan dan jembatan untuk menunjang perekonomian dan meningkatkan pembangunan. 35

44 Gambar 2.14 Struktur Perekonomian Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan Usaha Primer, Sekunder, dan Tersier, Primer Sekunder Tersier Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Gambar 2.14 menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran struktur perekonomian di Kabupaten Tambrauw selama periode Pada tahun , sektor primer mendominasi perekonomian Kabupaten Tambrauw, namun pada periode , posisi sektor primer digeser oleh sektor tersier menjadi sektor yang paling dominan terhadap perekonomian. Pergeseran tersebut disebabkan terus menurunnya kontribusi sektor primer setiap tahun dari sebesar 47,02 persen pada tahun 2010 menjadi hanya sebesar 39,40 persen pada tahun Sedangkan sektor tersier justru mengalami peningkatan kontribusi setiap tahunnya dari 39,51 persen pada tahun 2010 menjadi sebesar 44,27 persen pada tahun Inflasi Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Sesuai dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tambrauw, pendataan terhadap inflasi tidak dilakukan di Kabupaten Tambrauw sehingga pengukuran inflasi Kabupaten Tambrauw mengacu pada perkembangan inflasi daerah terdekat yang diukur angka inflasinya yaitu Kabupaten Manokwari. Gambaran inflasi Kabupaten Manokwari inilah yang kemudian diasumsikan dapat mewakili inflasi di Kabupaten Tambrauw karena karakteristik wilayah kedua daerah tersebut memiliki persamaan dan berbatasan langsung. Tabel 2.9 menunjukkan bagaimana dinamisnya inflasi bulan di Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, dan Provinsi Papua Barat. Jika yang diacu sebagai inflasi Kabupaten Tambrauw adalah Kabupaten Manokwari, maka besaran inflasi tahunan untuk tahun 2012 adalah 36

45 sebesar 4,81 persen, kemudian turun menjadi 4,63 persen pada tahun 2013, dan pada tahun 2014 tingkat inflasinya meningkat menjadi sebesar 5,58 persen. Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan di Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, dan Provinis Papua Barat, (persen) Periode Manokwari Kota Sorong Papua Barat Januari (0,31) (0,75) (0,07) (0,38) (0,98) (0,17) (0,37) (0,93) (0,15) Februari (0,76) 0,56 0,29 (0,38) 1,09 0,63 (0,45) 0,98 0,54 Maret (0,18) 1,06 (0,35) 0,09 1,73 (0,02) 0,04 1,60 (0,10) April 1,01 0,39 (0,09) 1,62 0,49 0,39 1,50 0,47 0,27 Mei 0,55 0,49 0,69 0,57 0,29 0,60 0,57 0,33 0,62 Juni 2,05 1,01 0,36 1,51 1,17 (0,26) 1,62 1,14 (0,11) Juli 1,19 2,11 0,91 1,20 5,09 2,00 1,20 4,50 1,73 Agustus 0,45 1,56 1,82 1,43 6,47 1,92 1,24 5,53 1,89 September (1,09) (2,97) (0,22) (0,27) (4,28) 0,85 (0,43) (4,04) 0,59 Oktober 0,97 (0,20) 0,41 (0,43) (2,68) (1,08) (0,16) (2,22) (0,72) November (0,96) 1,07 0,07 (0,53) (1,29) 0,09 (0,62) (0,84) 0,08 Desember 1,89 0,30 1,76 0,61 1,06 1,74 0,86 0,91 1,74 Tahunan 4,81 4,63 5,58 5,04 8,16 6,69 5,00 7,43 6,38 Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, PDRB Per Kapita Suatu indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan perkapita atau percapita income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah, maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Angka ini diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk. PDRB per kapita di Kabupaten Tambrauw menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan peningkatan setiap tahunnya dari tahun Pada tahun 2011, PDRB per kapita di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar Rp 7,58 juta kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi Rp 8,47 juta. Pada tahun 2013, nilai PDRB per kapita kembali meningkat menjadi Rp 9,35 juta dan pada tahun 2014, PDRB per kapita Kabupaten Tambrauw meningkat menjadi Rp 10,48 juta. 37

46 Tabel 2.7 PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha, Kode Lapangan Usaha A Pertanian, Kehutanan, dan , , , ,79 Perikanan B Pertambangan dan , , , ,72 Penggalian C Industri Pengolahan , , , ,47 D Pengadaan Listrik dan Gas 5.447, , , ,10 E Pengadaan Air, Pengelolaan 3.145, , , ,41 Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi , , , ,53 G Perdagangan Besar dan , , , ,05 Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan , , , ,38 Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan 3.540, , , ,38 Makan Minum J Informasi dan Komunikasi , , , ,32 K Jasa Keuangan dan Asuransi 4.777, , , ,60 L Real Estate , , , ,94 M, N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, , , , ,57 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan , , , ,89 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan , , , ,17 Sosial R, S, Jasa lainnya 2.933, , , ,89 T, U PDRB , , , ,24 Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Penduduk Miskin Salah satu indikator sosial ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk adalah perkembangan penduduk miskin. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di daerah tergantung dua faktor. Pertama, tingkat pendapatan daerah rata-rata. Kedua, lebar sempitnya kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang diperoleh dari perbandingan angka persentase penduduk dan pendapatan rill tahunan. Kemiskinan menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi tidak hanya di Kabupaten Tambrauw, namun telah menjadi permasalahan dunia. Penduduk dikatakan termasuk dalam kategori miskin jika pengeluaran per bulannya di bawah garis kemiskinan. Selama periode , garis kemiskinan di Kabupaten Tambrauw mengalami kenaikan setiap tahun dari Rp /kapita/ bulan pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp /kapita/bulan pada tahun

47 Gambar 2.15 Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Tambrauw, , , , , , , , , , , , , , , Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Tambrauw menunjukkan hasil yang menggembirakan dilihat dari terus menurunnya persentase penduduk miskin selama periode Hal ini tentunya seiring dengan pembangunan yang terus dilaksanakan dan memberikan hasil bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tambrauw. Pada tahun 2010, persentase penduduk miskin di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 44,71 persen, kemudian selama 2 tahun mengalami penurunan menjadi sebesar 38,68 persen pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 persentasenya kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 38,35 persen. Perlu diingat, walaupun terjadi penurunan persentase penduduk miskin di Kabupaten Tambrauw, namun angka tersebut masih terglong sangat tinggi dibandingkan persentase penduduk miskin di tingkat nasional yang berada pada kisaran persen. Selain itu, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tambrauw akan mengalami peningkatan lagi jika banyak penduduk Kabupaten Tambrauw masuk dalam golongan rawan miskin (vulnerable). Golongan vulnerable merupakan penduduk yang pengeluarannya berada persis di atas garis kemiskinan namun jaraknya tidak terlalu jauh. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena adanya guncangan misalnya kenaikan harga BBM yang mengakibatkan harga-harga kebutuhan pokok naik dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap penduduk miskin. 39

48 Gambar 2.16 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Tambrauw, Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Sebagai kabupaten pemekaran yang masih relatif baru, perlu diupayakan percepatan pembangunan di segala sektor yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat sehingga dapat mengejar ketertinggalan dengan kabupatenkabupaten lain di Provinsi Papua Barat. Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Papua Barat, maka persentase penduduk miskin di Kabupaten Tambrauw menempati angka tertinggi setelah Kabupaten Bintuni. Sedangkan Kabupaten Kaimana, Kota Sorong dan Kabupaten Sorong Selatan merupakan wilayah dengan persentase penduduk miskin yang terendah di Provinsi Papua Barat, dengan persentase penduduk miskin di bawah 20 persen. Secara umum, persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat sebanyak 27,04 persen Fokus Kesejahteraan Masyarakat Pendidikan Angka Melek Huruf Salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam pembangunan pendidikan adalah berkurangnya penduduk yang buta huruf. Angka melek huruf (literacy rate) adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Angka melek huruf dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media dan menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Angka melek huruf Kabupaten Tambrauw tahun 2014 adalah sebesar 76,68 persen. Hal tersebut berarti masih ada sekitar 23,32 persen penduduk Kabupaten Tambrauw umur 15 tahun ke atas yang belum/ tidak dapat membaca dan menulis. 40

49 Jika dirinci menurut kelompok umur, angka melek huruf tertinggi berada pada kelompok umur tahun dengan persentase mencapai 93,83 persen. Sementara itu, persentase angka melek huruf terendah berada pada kelompok umur dengan persentase sebesar 61,12 persen, diikuti kelompok umur 55 tahun ke atas dengan persentase sebesar 62,23 persen. Data tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak penduduk di Kabupaten Tambrauw yang buta huruf. Lambatnya laju kenaikan angka melek huruf diduga karena didominasi oleh kelompok tersulit dalam masyarakat untuk diberikan pelayanan pendidikan keaksaraan. Kelompok tersulit tersebut antara lain adalah penduduk usia tua (45 tahun ke atas), penduduk yang tinggal di daerah terpencil, komunitas-komunitas khusus, dan penyandang cacat. Kelompok penduduk ini sulit untuk dijangkau pelayanan pendidikan disebabkan baik oleh faktor internal seperti kemampuan dan keinginan belajar yang sudah menurun dan faktor eksternal seperti terbatasnya ketersediaan pelayanan pendidikan keaksaraan bagi mereka. Gambar 2.17 Angka Melek dan Buta Huruf Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Tambrauw, Angka Melek Huruf 6.17 Angka Buta Huruf Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf 74.8 Angka Melek Huruf 25.2 Angka Buta Huruf Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Angka Rata-rata Lama Sekolah Salah satu indikator pendidikan yang digunakan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan manusia di bidang pendidikan adalah rata-rata lama sekolah (RLS). RLS pada metode lama menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk umur 15 tahun ke atas. Pada penghitungan metode baru menurut BPS, RLS adalah rata-rata jumlah yang dihabiskan oleh penduduk berumur 25 tahun atau lebih untuk menempuh suatu jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi bahwa pada umur 25 tahun proses pendidikan 41

50 TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH sudah berakhir. Selama periode , RLS Kabupaten Tambrauw mengalami peningkatan setiap tahun walaupun tidak signifikan. RLS Kabupaten Tambrauw pada tahun 2011 adalah sebesar 4,15, kemudian meningkat menjadi 4,27 pada tahun 2012, dan meningkat kembali menjadi 4,40 pada tahun Pada tahun 2014, RLS Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 4,53 yang berarti bahwa rata-rata penduduk di Kabupaten Tambrauw baru mampu menempuh pendidikan hingga kelas 4 SD atau putus sekolah pada kelas 5 SD. Keadaan ini diharapkan bisa menjadi early warning bagi pemerintah dalam mendorong kemajuan pendidikan di Kabupaten Tambrauw. Angka RLS Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 lebih rendah jika dibandingkan dengan Provinsi Papua Barat yang mencapai 6,96. Dengan adanya gap yang cukup tinggi antara angka RLS Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Tambrauw, maka Pemerintah Kabupaten Tambrauw harus menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai bagi masyarakatnya dan terus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat pendidikan formal. Gambar 2.18 Angka Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Tambrauw, Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Misal APK SD sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Partisipasi sekolah menggambarkan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih sekolah, sehingga terkait dengan pengentasan program wajib belajar. Peningkatan APK menunjukkan adanya keberhasilan dalam memperluas jangkauan 42

51 Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH layanan pendidikan. Ada dua aspek yang mempengaruhi tingginya tingkat partisipasi sekolah yaitu pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sebagai penyedia sarana pendidikan yang memadai, serta masyarakat yang dituntut pengertian dan kesadarannya akan arti pentingnya pendidikan. Peningkatan partisipasi tersebut mengindikasikan bahwa penduduk di Kabupaten Tambrauw telah menyadari pentingnya arti pendidikan Gambar 2.19 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Tambrauw (persen), APK SD APK SMP APK SMA APK PT Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) APK untuk jenjang pendidikan SD pada tahun 2014 adalah sebesar 108,74 persen. hal tersebut berarti terdapat penduduk di luar usia sekolah SD (7-12 tahun) yang masih bersekolah SD dimana terlihat dari angka APK SD yang nilainya lebih besar dari 100 persen. Untuk jenjang pendidikan SMP, APK pada tahun 2014 adalah sebesar 86,81 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa persentase penduduk yang sedang bersekolah di SMP berapapun usianya di antara penduduk berumur tahun hanya sebesar 86,81 persen. APK untuk jenjang pendidikan SMA adalah sebesar 57 persen yang artinya persentase penduduk yang sedang bersekolah di SMA berapapun usianya di antara penduduk berumur tahun sebesar 57 persen. Pada jenjang pendidikan SMA terlihat jelas jurang perbedaan yang cukup besar antara APK laki-laki dan perempuan dimana APK lak-laki-laki pada pendidikan SMA sebesar 69,96 persen, sedangkan APK perempuan hanya sebesar 34,06 persen. Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) adalah indikator pendidikan yang digunakan untuk mendeteksi partisipasi penduduk yang bersekolah tepat pada waktunya. APM adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM di suatu jenjang 43

52 pendidikan didapat dengan cara membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Misal APM SD merupakan jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah di tingkat SD dibagi dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Gambar 2.20 Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Tambrauw (persen), Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total APK SD APK SMP APK SMA Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) APM jenjang pendidikan SD di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebesar 94,36 persen. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dari 100 orang yang berusia 7-12 tahun, terdapat sekitar 94 orang bersekolah pada jenjang pendidikan SD. APM jenjang pendidikan SMP pada tahun 2014 adalah sebesar 64,36 persen dimana hal tersebut berarti bahwa dari 100 orang yang berusia tahun, terdapat sekitar 64 orang bersekolah pada jenjang pendidikan SMP. Sedangkan APM jenjang pendidikan SMA pada tahun 2014 adalah sebesar 29,65 persen, yang berarti bahwa setiap 100 orang yang berusia tahun, terdapat sekitar 30 orang bersekolah pada jenjang pendikan SMA. APM laki-laki pada jenjang pendidikan SMA adalah sebesar 38,15 persen, sedangkan APM perempuan sebesar 14,60 persen. Pola pada jenjang pendidikan SMA tersebut berbeda dengan jenjang pendidikan SMP dimana APM perempuan lebih tinggi dibandingkan APM laki-laki. Angka Harapan Lama Sekolah Kemampuan bertahan seorang anak dalam dunia pendidikan dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan pendidikan di suatu wilayah. Semakin lama seorang anak mampu bertahan untuk terus bersekolah, maka sistem 44

53 pendidikan yang terbangun di daerah tersebut akan semakin baik. Angka harapan lama sekolah diharapkan mampu memotret fenomena terebut pada tiap wilayah. Sesuai dengan publikasi terbaru BPS, angka melek huruf (AMH) yang biasanya digunakan sebagai salah satu komponen dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dianggap sudah tidak relevan sehingga indikator untuk menghitung dimensi pendidikan penduduk salah satunya menggunakan angka harapan lama Sekolah (HLS). HLS didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang, dengan asumsi kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan rasio penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Tujuan penghitungan HLS adalah untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Gambar 2.21 Perkembangan Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Tambrauw (tahun), Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Angka HLS Kabupaten Tambrauw selama periode selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2011, angka HLS Kabupaten Tambrauw hanya sebesar 9,93, kemudian meningkat menjadi 10,02 pada tahun Angka tersebut mengalami peningkatan kembali sehingga menjadi 10,73 pada tahun HLS sebesar 10,73 pada tahun 2014 berarti bahwa lamanya sekolah yang akan dicapai oleh anak umur tertentu di masa yang akan datang adalah 10,73 tahun atau telah mencapai pendidikan di kelas 1 SMA. Angka HLS Kabupaten Tambrauw lebih rendah dibandingkan HLS Provinsi Papua Barat pada tahun 2014 yang mencapai 11,87 tahun. Di Provinsi Papua Barat sendiri, angka HLS tertinggi ditempati Kota Sorong yaitu sebesar 13,95 tahun. HLS di Kabupaten Tambrauw masih berada jauh di bawah HLS ideal yaitu sebesar 18 tahun sehingga pemerintah Kabupaten Tambrauw harus 45

54 memberikan prioritas dan pemantauan secara terus menerus terhadap program pembangunan pendidikan serta perbaikan sistem pendidikan di Kabupaten Tambrauw. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Gambaran mengenai peningkatan sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 10 tahun ke atas. Kualitas pendidikan penduduk diketahui dari tingkat pendidikan yang ditamatkan dengan diidentifikasi melalui ijazah/ STTB tertinggi yang dimiliki. Indikator ini dapat pula digunakan untuk melihat perkembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengetahui level tertinggi pendidikan antar waktu dan antar wilayah. Semakin tinggi tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan maka menggambarkan semakin baik pula kualitas pendidikan manusianya. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya persentase penduduk yang berpendidikan tinggi (SMA keatas). Biasanya terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan maka semakin kecil persentase penduduk yang lulus pada level pendidikan tersebut. Berdasarkan tingkat pendidikannya, masyarakat di Kabupaten Tambrauw dapat dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal tersebut didasarkan fakta bahwa penduduk Kabupaten Tambrauw yang mengenyam pendidikan diploma/sarjana hanya sebesar 2,62 persen pada tahun 2014, sedangkan penduduk yang tidak memiliki ijazah mencapai 44,70 persen. Penduduk yang memiliki ijazah SD/MI di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 28,52 persen, SMP/MTS sebesar 12,32 persen, dan SMA/SMK sebesar 11,84 persen. Dengan masih minimnya tingkat pendidikan di Kabupaten Tambrauw, maka pemerintah kabupaten harus meningkatkan kualitas SDM melalui peningkatan ilmu pengetahuan dan pendidikan lanjut di perguruan tinggi. Jumlah lulusan perguruan tinggi yang ada sekarang dirasakan belum memadai mengingat Kabupaten Tambrauw memiliki sumberdaya alam yang tinggi. Sebagai wilayah pemekaran baru, Kabupaten Tambrauw membutuhkan kualitas sumberdaya manusia yang baik, sehingga ke depannya, penduduk yang memiliki ijazah pendidikan tinggi diharapkan mampu menjadi tulang punggung pembangunan Kabupaten Tambrauw. 46

55 Gambar 2.22 Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 SMP/MTS, SMA/SMK/MA, Diploma/Sarjana, 2.62 Tidak Mempunyai Ijazah, SD/MI, Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Kesehatan Angka Kematian Bayi Indikator penting terkait dengan kesehatan adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi berpengaruh kepada penghitungan angka harapan hidup waktu lahir (e0) yang digunakan dalam salah satu dimensi pada indeks komposit penyusun indeks pembangunan manusia ditilik dari sisi kesehatan. Angka kematian bayi dapat didekati dari data jumlah anak yang lahir hidup dengan jumlah anak yang masih hidup. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tambrauw (2015) tentang data rata-rata anak lahir hidup dengan rata-rata anak masih hidup, terlihat bahwa angka kematian anak tertinggi berada pada kelompok usia wanita antara umur tahun. Hal tersebut dilihat dari selisih rata-rata anak lahir hidup dengan rata-rata anak masih hidup dari wanita kelompok umur tahun mempunyai selisih terbesar di antara kelompok umur lainnya yaitu sebesar 0,69 poin. 47

56 Gambar 2.23 Rata-rata Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup Menurut Kelompok Umur Wanita Pernah Kawin di Kabupaten Tambrauw, Anak Lahir Hidup Anak Masih Hidup AKB Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup adalah perkiraan banyaknya tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selam hidup (secara rata-rata). Indikator ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan. Semainkin tinggi AHH, memberikan indikasi bahwa semakin tinggi kualitas fisik penduduk suatu daerah. Angka harapan hidup (AHH) Kabupaten Tambrauw juga mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2011, AHH di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 58,35 tahun, kemudian meningkat menjadi sebesar 58,39 tahun pada tahun 2012, pada tahun 2013 menjadi 58,48 tahun, dan pada tahun 2014 kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 58,72 tahun. AHH sebesar 58,72 tahun berarti bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Tambrawu dapat menjaani hidup selama 59 tahun. Perkembangan AHH setiap tahun di Kabupaten Tambrauw tercatat tidak melebihi satu dalam satu periode jangka waktu satu tahun. Hal tersebut berarti bahwa kondisi angka kematian bayi (infant mortality rate) di Kabupaten Tambrauw termasuk dalam kategori hardrock yang artinya dalam waktu satu tahun penurunan angka kematian bayi yang tajam sulit terjadi. Implikasinya adalah bahwa AHH yang dihitung berdasarkan harapan hidup waktu lahir menjadi lambat untuk kemajuan. Kondisi tersebut juga terjadi untuk tingkat nasional dimana penurunan angka kematian bayi terjadi secara gradual bahkan mengarah melambat. Angka AHH Kabupaten Tambrauw lebih rendah dibandingkan AHH Provinsi Papua Barat pada tahun 2014 yang mencapai 65,14 tahun. Di Provinsi Papua Barat sendiri, AHH tertinggi ditempati Kota Sorong dengan AHH mencapai 69,02 tahun. 48

57 Gambar 2.24 Perkembangan AHH Kabupaten Tambrauw (tahun), Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Penolong Kelahiran Kesehatan balita merupakan salah satu indikator kesejahteraan bangsa. Artinya bahwa, suatu bangsa akan dikatakan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik apabila tingkat kesehatan balita memiliki angka yang baik pula. Kesehatan balita selain dipengaruhi oleh kesehatan ibu, juga dipengaruhi oleh faktor lain di antaranya adalah penolong kelahiran. Data penolong kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu indikator kesehatan terutama dalam hubunganya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter dan bidan dianggap lebih baik dibandingkan yang ditolong oleh dukun, keluarga atau lainnya Penolong kelahiran tidak hanya terkait dengan angka kematian bayi saja, namun juga angka kematian ibu sebagai risiko proses kelahiran. Dalam proses kelahiran bayi tidak dapat dipisahkan antara kemungkinan keselamatan ibu atau anak yang dilahirkan. Keduanya harus diselamatkan dalam risiko besar sebuah kelahiran. 49

58 Gambar 2.25 Persentase Kelahiran Bayi Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 Lainnya, 6.64 Dokter, 2.81 Bidan, Keluarga, Tenaga Medis Lain, 0.91 Dukun, Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Pada tahun 2014, sebagian besar persalinan yang dilakukan di Kabupaten Tambrauw masih menggunakan jasa non medis dimana penolong kelahiran dengan menggunakan jasa dukun bersalin sebesar 43,24 persen dan dibantu keluarga sebesar 30,55 persen. Persentase persalinan yang dibantu oleh dokter adalah sebesar 2,81 persen, bidan sebesar 15,85 persen, dan tenaga medis lain sebesar 0,91 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa peran tenaga medis dalam melakukan bantuan persalinan bayi masih rendah walaupun persentasenya mengalami kenaikan. Jika persentase tenaga non medis dalam proses persalinan semakin besar, maka hal tersebut bisa meningkatkan kasus kematian ibu dan bayi. Upaya yang mungkin untuk meningkatkan angka persalinan oleh tenaga medis adalah dengan meningkatkan jumlah bidan dan menempatkan mereka di puskesmas/pustu di distrik/kampungkampung. Alternatif lainnya adalah dengan melatih tenaga-tenaga dukun bersalin agar lebih terampil menolong persalinan dengan menggunakan peralatan yang lebih bersih dan higienis. Dengan pelatihan ini diharapkan tingkat kematian ibu dan anak dalam proses persalinan dapat diminimalisir. Imunisasi Balita Indikator imunisasi balita digunakan untuk menggambarkan tingkat pelayanan imunisasi lengkap terhadap balita. Pemberian imunisasi pada balita sangat perlu dalam menjaga kekebalan pada tubuh balita dari berbagai macam penyakit. Imunisasi yang diberikan pada balita di antaranya adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Persentase balita yang mendapatkan imunisasi masih rendah untuk semua jenis imunisasi. Pada tahun 2014, persentase balita yang mendapatkan imunisasi BCG, DPT, dan polio masing-masing sebesar 36,50 persen, campak/morbili sebesar 33,40 persen, dan hepatitis B sebesar 30,86 persen. 50

59 Gambar 2.26 Persentase Balita yang Mendapatkan Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 Hepatitis B Campak Polio DPT BCG Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Indeks Pembangunan Manusia Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan inti dan tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara umum. Secara praktikal, pembangunan manusia dapat diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM terdiri atas empat komponen indikator, yaitu angka harapan hidup, angka harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan kemampuan daya beli/purchasing power parity (PPP). Sebagai Indeks komposit, IPM merupakan gambaran komprehensif mengenai tingkat pencapaian pembangunan manusia di suatu daerah, sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan di daerah tersebut. Perkembangan angka IPM memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia pada suatu daerah pada kurun waktu tertentu. Selama periode , perkembangan IPM Kabupaten Tambrauw menunjukkan tren yang positif yaitu selalu mengalami kenaikan setiap tahun. Akan tetapi kenaikan tersebut tidak terlalu signifikan sehingga angka IPM Kabupaten Tambrauw masih tergolong dalam kategori rendah. Pada tahun 2011, IPM Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 45,97, kemudian meningkat menjadi 47,18 pada tahun 2012, meningkat kembali menjadi 48,69 pada tahun 2013, dan kinerja IPM pada tahun 2014 adalah sebesar 49,40. 51

60 Gambar 2.27 Perkembangan IPM Kabupaten Tambrauw, Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa komponen penyusun IPM adalah angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan kemampuan daya beli/purchasing power parity. Pada tahun 2014, angka harapan hidup di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 58,72 tahun, harapan lama sekolah sebesar 10,73 tahun, rata-rata lama sekolah sebesar 4,53 tahun dan pengeluaran riil yang disesuaikan sebesar Rp 4,41 juta. IPM Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebesar 49,40 dan lebih rendah jika dibandingkan IPM Provinsi Papua Barat yang nilainya sebesar 61,28. Angka IPM tersebut berasal dari angka harapan hidup sebesar 65,14 tahun, harapan lama sekolah sebesar 11,87 tahun, rata-rata lama sekolah sebesar 6,96 tahun, dan pengeluaran riil yang disesuaikan sebesar Rp 6,94 juta Tabel 2.8 Komponen IPM Kabupaten Tambrauw dan Provinsi Papua Barat, 2014 No. Komponen IPM Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat 1. Usia harapan hidup (tahun) 58,72 65,14 2. Harapan lama sekolah (tahun) 10,73 11,87 3. Rata-rata lama sekolah (tahun) 4,53 6,96 4. Pengeluaran per kapita (Rp 000) 4,41 6,94 5. IPM 49,40 61,28 Sumber: BPS Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Tambrauw, 2015 Di tingkat Provinsi Papua Barat, IPM Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 berada pada posisi terakhir dari 13 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua Barat. Dengan posisi yang paling rendah, maka Pemerintah Kabupaten Tambrauw harus bekerja keras untuk meningkatkan nilai IPM tersebut melalui berbagai kebijakan 52

61 pembangunan baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun sektor ekonomi lainnya agar masyarakat dapat merasakan manfaat yang maksimal melalui peningkatan kesejahteraan. Di Provinsi Papua Barat sendiri, posisi pertama ditempati oleh Kota Sorong dengan nilai sebesar 75,78 dan merupakan satu-satunya wilayah di Provinsi Papua Barat yang memiliki IPM dalam kategoti tinggi. Posisi Kabupaten Tambrauw sendiri tergabung dalam kategori IPM rendah bersama dengan Kabupaten Sorong Selatan, Teluk Wondama, Maybrat, Manokwari Selatan, Pegunungan Arfak Gambar 2.28 Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, 2014 IPM Kab/Kota IPM Provinsi Papua Barat Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2015 (diolah) Ketenagakerjaan Penduduk Usia Kerja Penduduk dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Menurut Indonesia dalam memberikan batasan umur pada penduduk usia kerja, menggunakan batas bawah usia kerja (economically active population) 15 tahun. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tambrauw (2015), Jumlah penduduk usia kerja adalah sebanyak jiwa yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Jika diklasifikasikan menurut kelompok umur, jumlah penduduk usia kerja terbanyak di Kabupaten Tambrauw berada pada kelompok umur tahun dengan jumlah sebanyak jiwa, diikuti kelompok umur tahun sebanyak jiwa, dan kelompok umur tahun sebanyak jiwa. Porsi penduduk usia tahun merupakan yang paling tinggi menyumbang untuk penduduk usia kerja dan umumnya mereka masih berada pada usia sekolah. Penduduk yang lebih banyak terdistribusi pada umur-umur muda memaksa pemerintah daerah Kabupaten Tambrauw harus bersiap untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Dalam gambar terlihat bahwa komposisi jumlah penduduk usia kerja terkonsentrasi pada kelompok umur muda. Kondisi ini 53

62 ,032 1,066 1,091 1,206 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH memungkinkan banyak terdapat angkatan kerja baru yang siap bersaing di pasar tenaga kerja. Persaingan dalam mendapatkan pekerjaan terjadi bukan hanya terbatas pada new entrance yang baru lulus dari jenjang pendidikan, tetapi juga para pencari kerja yang sebelumnya pernah bekerja maupun yang masih bekerja tetapi kurang puas dengan pekerjaan yang dijalaninya sekarang, sehingga masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Gambar 2.29 Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur, Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Pada kenyataannya, pertambahan jumlah angkatan kerja tidak secepat pertambahan persediaan lapangan pekerjaan. Akibatnya jumlah lapangan pekerjaan yang ada tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja yang jumlahnya terus meningkat. Lapangan pekerjaan semakin menjadi rebutan sekian banyak para pencari kerja yang yang terdapat di pasar kerja. Mereka yang kalah bersaing harus tersingkir dari lapangan pekerjaan dan menjadi pengangguran. Semakin lebar jarak antara jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dengan jumlah para pencari kerja, maka semakin lama jumlah pengangguran juga akan terakumulasi sehingga beban pasar kerja untuk menyediakan lapangan pekerjaan akan semakin berat. Penduduk Angkatan Kerja Angkatan kerja (labour force) adalah penduduk usia yang bekerja atau bekerja namun sementara tidak bekerja, termasuk di dalamnya pengangguran. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tambrauw, jumlah angkatan kerja di Kabupaten Tambrauw berjumlah sebanyak jiwa, terdiri atas laki-laki dan perempuan. Menurut tingkat pendidikannya, sebagian besar angkatan kerja di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 tidak bersekolah (mempunyai ijazah) dengan persentase mencapai 56,43 persen. Persentase angkatan kerja dengan pendidikan SD sebesar 54

63 11,38 persen, pendidikan SMP sebesar 14,44 persen, pendidikan SMA sebesar 11,13 persen, dan pendidikan perguruan tinggi sebesar 6,62 persen. Gambar 2.30 Persentase Penduduk Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan (persen), 2014 Tidak Mempunyai Ijazah SD SMP SMA Perguruan Tinggi SMA, 11.13, 11% Perguruan Tinggi, 6.62, 7% SMP, 14.44, 15% Tidak Mempunyai Ijazah, 56.43, 56% SD, 11.38, 11% Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Angkatan kerja, dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu penduduk yang bekerja dan pengangguran. Konsep bekerja yang dipakai oleh BPS adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tambrauw, jumlah penduduk yang bekerja di Kabupaten Tambrauw berjumlah sebanyak jiwa, terdiri atas laki-laki dan perempuan. Jika dirinci menurut kelompok umur, penduduk bekerja di Kabupaten Tambrauw paling banyak berada pada kelompok umur tahun yang berjumlah sebanyak 881 jiwa, diikuti pada kelompok umur tahun sebanyak 755 jiwa, dan kelompok umur tahun sebanyak 723 jiwa. 55

64 Gambar 2.31 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jenis Kelamin, 2014 Perempuan 29.99% Laki-laki 70.01% Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Penduduk bekerja memasuki berbagai variasi lapangan pekerjaan yang macamnya sangat banyak. Lapangan usaha dibagi menjadi sektor primer, sekunder dan tersier. Yang termasuk dalam sektor primer adalah pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan. Sektor sekunder meliputi pertambangan dan penggalian, industri, listrik, gas dan air minum dan konstruksi. Sedangkan untuk sektor tersier meliputi perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi; transportasi, pergudangan dan komunikasi; lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan serta jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Gambar 2.32 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur (jiwa), Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) 56

65 Penduduk berumur 15 tahun ke atas di Kabupaten Tambrauw yang bekerja, sebagian besar pekerjaan utamanya adalah pada sektor primer yaitu sebesar 89,19 persen. Usaha pertanian yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga adalah pertanian palawija. Bagi penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedalaman, hasil yang diperoleh dari pertanian palawija, seperti ubi jalar dan ketela pohon sebagian besar dikonsumsi oleh rumah tangga sendiri atau digunakan sebagai alat barter untuk mendapatkan barang-barang keperluan sehari-hari lainnya. Komoditas perkebunan yang dihasilkan oleh rumah tangga di Kabupaten Tambrauw di antaranya adalah perkebunan coklat dan kelapa. Kegiatan kehutanan dan perburuan juga banyak dilakukan oleh penduduk Kabupaten Tambrauw, mengingat bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw masih berupa hutan. Gambar 2.33 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Sektor Usaha Utama (persen), 2014 Sekunder, - Tersier, Primer, Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Sektor tersier merupakan sektor kedua terbanyak yang digeluti peduduk Kabupaten Tambrauw. Penduduk yang bekerja pada sektor ini hanya sebanyak 10,81 persen. Sedangkan penduduk yang bekerja di sektor sekunder masih sangat jarang ditemukan. Rendahnya sektor manufactures di Kabupaten Tambrauw diduga karena sumber daya alam di Kabupaten Tambrauw belum terlalu dalam dieksplorasi, padahal sumber daya alam di Kabupaten Tambrauw sangat melimpah dan berpotensi menyerap tenaga kerja yang besar. Selain itu akses transportasi dan infrastruktur yang belum memadai, termasuk wilayah geografis yang sulit, membuat sebagian besar wilayah di Kabupaten Tambrauw sulit untuk ditembus. Kondisi iklim hukum adat yang masih dipengaruhi oleh hukum adat juga membuat para investor masih ragu untuk menanamkan investasi di Kabupaten Tambrauw. Menurut status pekerjaan utamanya, penduduk di Kabupaten Tambrauw yang berusaha sendiri persentasenya mencapai 30,10 persen, berusaha dibantu buruh tak 57

66 tetap/dibayar sebesar 27,01 persen, buruh/karyawan/pegawai sebesar 9,77 persen, dan pekerja tak dibayar/pekerja keluarga sebesar 33,12 persen. jika ditinjau dari formalitas lapangan usaha, sebagian besar penduduk di Kabupaten Tambrauw bekerja di sektor informal dengan persentase mencapai 89,94 persen, sedangkan yang bekerja di sektor formal hanya sebesar 10,06 persen. Tingginya persentase penduduk yang bekerja di sektor informal dikarenakan latar belakang pendidikan penduduk yang rendah dimana untuk bekerja di sektor informal tidak membutuhkan syarat tingkat pendidikan yang tinggi. Walaupun dapat menyerap banyak tenaga kerja, sektor informal dinilai kurang produktif. Meskipun demikian, setidaknya dengan adanya sektor informal mampu menekan jumlah pengangguran. Dengan memiliki pekerjaan, tentunya diharapkan masyarakat dapat memenuhi minimal kebutuhan dasar, seperti sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Jika ingin memiliki daya saing yang tinggi, maka sumber daya manusia harus berpendidikan yang memadai. Akan lebih baik lagi jika sumber daya manusia yang tersedia dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri yang bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Gambar 2.34 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama (persen), 2014 Pekerja tak dibayar/pekerja keluarga, Berusaha sendiri, Berusaha dibantu buruh tak tetap/dibayar, Buruh/karyawan/peg awai, 9.77 Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Penduduk Bukan Angkatan Kerja Penduduk usia kerja yang dibatasi pada umur 15 tahun ke atas dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk bukan angkatan kerja ini diantaranya dirinci menjadi tiga kelompok besar kegiatan, yaitu penduduk yang sedang sekolah, penduduk yang sedang mengurus rumah tangga, dan penduduk yang sedang melakukan kegiatan lainnya. Jumlah penduduk bukan angkatan kerja di Kabupaten Tambrauw tahun 2014 sebanyak orang, yang terdiri dari 698 lakilaki dan perempuan. Di antara penduduk bukan angkatan kerja, didominasi oleh penduduk yang kegiatan utamanya mengurus rumah tangga, yaitu sebesar 66,96 persen, dan terbanyak merupakan penduduk perempuan. Selanjutnya kelompok 58

67 penduduk yang sedang bersekolah sebesar 29,47 persen dari seluruh kelompok penduduk bukan angkatan kerja. Penduduk yang melakukan kegiatan selain bekerja, sekolah, dan mengurus rumah tangga, termasuk di dalamnya mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan seperti orang lanjut usia, cacat jasmani (buta, bisu dan sebagainya) dan penerima pendapatan/pensiun yang tidak bekerja lagi selama seminggu yang lalu sebesar 3,57 persen. Gambar 2.35 Persentase Penduduk Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kegiatan Utama (persen), 2014 Lainnya, 3.57 Sekolah, Mengurus rumah tangga, Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Fokus Seni Budaya Dan Olahraga Kabupaten Tambrauw memiliki kekayaan alam dan kekayaan budaya yang cukup besar dengan potensi budaya dan nilai-nilai tradisi yang telah mengakar. Kebijakan pembangunan seni dan kebudayaan selama ini diarahkan dalam rangka memperkuat, mengembangkan, dan melestarikan potensi budaya lokal dalam rangka membentuk karakteristik masyarakat daerah, mencegah masuknya budaya lain yang negatif atau tidak sesuai dengan budaya lokal. Kabupaten Tambrauw memiliki keindahan destinasi wisata alam yang luar biasa dengan multikulturalisme penduduk yang tinggal di daerah ini merupakan potensi utama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Daya tarik wisata budaya akan menjadi salah satu keunggulan lokal yang mampu membuat Kabupaten Tambrauw sebagai destinasi wisata tujuan utama turis asing dan domestik. Namun keterbatasan fasilitas, sarana prasarana penunjang masih menjadi kendala pengembangan seni budaya dan olah raga. Peran pemerintah di bidang kebudayaan dan pariwisata adalah sebagai pelaksana pembangunan yang nantinya diharapkan menciptakan iklim yang nyaman agar pelaku usaha di bidang kebudayaan dan pariwisata dapat berkembang secara 59

68 efektif dan efisien. Terkait dengan sektor pariwisata secara khusus, sektor tersebut diharapkan dapat menggerakkan ekonomi masyarakat karena memiliki multiplier effect yang tinggi. Untuk menunjang hal tersebut, pemerintah daerah harus menyediakan sarana dan prasarana penunjang yang memadai untuk menarik minat pengunjung. Kabupaten Tambrauw sendiri memiliki potensi pariwisata terutama yang berkaitan dengan pariwisata berbasis alam. Kabupaten Tambrauw memiliki kawasan konservasi yang dapat dikatakan masih asli yaitu CA Pengunungan Tambrauw, TWA (Taman Wisata Alam) Pulau Dua dan juga SM (Suaka Margasatwa) Jamursba Medi. Pengembangan wisata berbasis di alam yang ada di Kabupaten Tambrauw tentunya harus melibatkan masyarakat sekitar kawasan melalui konsep pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan (community-based tourism development) sehingga dapat menciptakan pariwisata yang berkelanjutan. Kebijakan pengarusutamaan olahraga ditujukan untuk membangkitkan prestasi olahraga dan menjadikan olahraga sebagai gaya hidup, budaya masyarakat dan wahana memosisikan kemartabatan dan keberadaban bangsa Indonesia dalam berbagai ajang olahraga internasional. Kebijakan Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga ini menjadi strategis dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia dengan harapan dapat diraihnya tujuan pembangunan kepemudaan yaitu pembentukan karakter, pembentukan kapasitas, dan daya saing pemuda serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang bugar, sehat, dan berprestasi di bidang olahraga. Untuk itu diperlukan kerjasama serta komitmen berbagai pihak, baik dari unsur pemerintah, swasta maupun pemuda itu sendiri dalam berupaya agar pembangunan kepemudaan dan keolahragaan dapat tercapai secara maksimal. Langkah-langkah strategis yang mendorong implementasi kebijakan ini perlu disusun agar seluruh pihak dapat terbuka dan melaksanakannya. Kebijakan Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga menjadi strategis dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan harapan dapat diraihnya tujuan pembangunan kepemudaan yaitu pembentukan karakter, pembentukan kapasitas, dan daya saing pemuda serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang bugar, sehat, dan berprestasi di bidang olahraga. Untuk itu diperlukan kerjasama serta komitmen berbagai pihak, baik dari unsur pemerintah, swasta maupun pemuda itu sendiri dalam berupaya agar pembangunan kepemudaan dan keolahragaan dapat tercapai secara maksimal. Langkah-langkah strategis yang mendorong implementasi kebijakan ini perlu disusun agar seluruh pihak dapat terbuka dan melaksanakannya. Di bidang kepemudaaan dan olah raga, pemerintah terus melakukan peningkatan fasilitas dan pembina terhadap pemuda dan cabang olah raga, mulai dari pembinaan pelatih dan fasilitasi kegiatan olah raga hingga pengembangan kapasitas SDM pemuda. Namun keterbatasan fasilitas, sarana prasarana penunjang masih menjadi kendala bagi pengembangan seni budaya dan olah raga, misalnya belum ada gedung kantor, gedung kesenian dan olah raga yang representatif. Jadi, peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur, fasilitas serta sarana prasarana di bidang 60

69 kepemudaan dan olah raga menjadi sesuatu yang tidak bisa dikesampingkan di masa mendatang ASPEK PELAYANAN UMUM Fokus Layanan Wajib Pendidikan Pembangunan sektor pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam menentukan tingkat kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang diharapkan yaitu yang mampu melakukan inovasi, kreasi serta memiliki karakter dan budi pekerti. Berhasil atau tidaknya pembangunan suatu bangsa/daerah banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Semakin maju pendidikan berarti akan membawa berbagai pengaruh positif bagi masa depan berbagai bidang kehidupan. Demikian pentingnya peranan pendidikan, tidaklah mengherankan kalau pendidikan senantiasa banyak mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat. Fasilitas Pendidikan dan Tenaga Pendidik Kabupaten Tambrauw masih menghadapi keterbatasan sarana dan prasarana fisik sekolah di samping juga menghadapi kendala dalam penyediaan tenaga pengajar dan ketidakmerataan tenaga pengajar pada beberapa distrik. Terbatasnya tenaga pengajar tidak hanya persoalan sedikitnya jumlah guru tetapi juga komitmen guru masih rendah dimana pola tersebut tidak hanya dihadapi Kabupaten Tambrauw tetapi secara umum juga terjadi di Provinsi Papua Barat. Banyak tenaga pengajar yang masih sering meninggalkan tugasnya karena tidak bersedia menetap di lokasi tugasnya serta sering pergi ke kota dalam waktu yang relatif cukup lama. Kondisi ini mengakibatkan ada sebagian guru yang menanggung beban tugas melebihi porsi yang sebenarnya seperti harus mengajar lebih dari satu kelas pada waktu yang bersamaan sehingga para siswa kurang mendapat perhatian dalam pembelajaran. Pada tahun 2013, fasilitas pendidikan di Kabupaten Tambrauw meliputi berbagai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga SMA/SMK. Untuk fasilitas pendidikan usia dini dan dasar, jumlah TK di Kabupaten Tambrauw adalah sebanyak 6 unit, SD sebanyak 48 unit. Untuk fasilitas pendidikan menengah, jumlah SMP pada tahun 2013 adalah sebanyak 12 unit, sedangkan jumlah SMA/SMK pada tahun 2013 adalah 7. Selain fasilitas pendidikan yang sudah ada, ketersediaan tenaga pengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan. Pada tahun 2013, jumlah tenaga pengajar pada pendidikan TK adalah sebanyak 19 guru dengan murid berjumlah 253 siswa, sedangkan jumlah tenaga pengajar SD adalah sebanyak 197 guru dengan murid berjumlah siswa. Jumlah tenaga pengajar SMP adalah sebanyak 105 guru dan SMA sebanyak 69 guru dengan jumlah murid masing-masing sebanyak 963 dan 686 siswa. 61

70 Gambar 2.36 Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan, ,000 2,500 2,640 2,000 1,500 1, TK SD SMP SMA/SMK Sekolah (unit) Guru (orang) Murid (orang) Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Jika dilihat berdasarkan rasio antara sekolah dan murid, pada jenjang pendidikan TK, rasionya adalah sebesar 1:42,17 yang berarti bahwa 1 unit TK di Kabupaten Tambrauw menampung sebanyak 42 murid. Pada tingkat pendidikan SD, rasio sekolah dan murid adalah sebesar 1:55, rasio tingkat SMP sebesar 1:80,25, dan tingkat SMA sebesar 1:98. Sementara itu, rasio antara guru dan murid pada tingkat pendidikan TK adalah sebesar 1:13,32 yang berarti bahwa 1 orang guru TK di Kabupaten Tabrauw mengampu sebanyak 13 murid, sedangkan rasio guru dan murid pada pendidikan SD adalah sebesar 1:13,40. Di jenjang pendidikan SMP, rasio antara guru dan murid adalah sebesar 1:9,17, sedangkan pada jenjang pendidikan SMA/SMK, rasio antara guru dan murid sebesar 1:9,94. Jika dirinci menurut fasilitas pendidikan dan distrik, terlihat bahwa persebaran fasilitas pendidikan di Kabupaten Tambrauw belum merata dan cenderung terpusat di beberapa distrik seperti Distrik Sausapor, Kebar, dan Amberbaken. Sebagai contoh, dari 6 unit TK yang ada di Kabupaten Tambrauw, 5 unit diantaranya berada di Distrik Sausapor, sedangkan 1 unit lainnya berada di Distrik Moraid. Dengan masih minimnya fasilitas pendidikan TK, maka Pemerintah Kabupaten Tambrauw perlu membangun fasilitas pendidikan TK mengingat pentingnya fasilitas pendidikan anak usia dini. Usia dari kelahiran hingga enam tahun merupakan usia kritis bagi perkembangan semua anak, karena pada usia inilah perkembangan sel-sel otak sangat cepat. Stimulasi yang diberikan pada usia ini akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan anak serta sikap dan perilaku sepanjang rentang kehidupannya. 62

71 Tabel 2.9 Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan Distrik, 2014 No. Distrik TK SD SMP SMA/SMK/MA 1. Fef Syujak Abun Miyah Kwoor Sausapor Yembun Kebar Senopi Amberbaken Mubrani Moraid Bikar* Bamus Bama* Ases* Miyah Selatan* Ireres* Tobouw* Wilhem Roumbouts* Kwesefo* Tinggouw* Mawabuan* Kebar Timur* Kebar Selatan* Manekar* Mpur* Ambarbaken Barat* Kasi* Selemkai* Jumlah Keterangan: * = Data belum tersedia Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 Fasilitas pendidikan SD di Kabupaten Tambrauw tersebar di seluruh distrik, namun jumlahnya kurang merata di setiap distrik dimana masih ada distrik yang hanya memiliki 1 unit SD yaitu Distrik Syujak. Sedangkan distrik yang paling banyak memiliki SD adalah Distrik Sausapor dan Kebar yang masing-masing berjumlah 7 unit, disusul oleh Distrik Amberbaken dengan 6 unit SD. Pemerintah Kabupaten Tambrauw terus berusaha menambah fasilitas pendidikan dimana dengan semakin bertambahnya fasilitas SD, maka akses masyarakat terhadap fasilitas pendidikan semakin terbuka sehingga tingkat partisipasinya meningkat. Jarak dari rumah ke sekolah yang awalnya relatif jauh, kini dengan berdirinya gedung sekolah baru menjadi semakin dekat. Sementara itu, untuk fasilitas jenjang pendidikan SMP hanya terdapat di 9 distrik yaitu Distrik Fef (1 unit), Miyah (1 unit), Sausapor (2 unit), Yembun (2 unit), Kebar (2 unit), Senopi (1 unit), Amberbaken (1 unit), Mubrani (1 63

72 unit), dan Moraid (1 unit). Fasilitas untuk jenjang pendidikan SMA di Kabupaten Tambrauw hanya terdapat di 2 distrik yaitu Distrik Sausapor dan Yembun yang masing-masing berjumlah 1 unit Kesehatan Fasilitas Kesehatan Jenis fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Tambrauw adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan posyandu. Hingga tahun 2014, Kabupaten Tambrauw belum memiliki fasilitas rumah sakit. Untuk puskesmas, jumlahnya pada tahun 2014 adalah sebanyak 12 unit yang tersebar merata di setiap distrik, sedangkan puskesmas pembantu berjumlah 11 unit yang tersebar di 7 distrik yaitu Distrik Fef (2 unit), Syujak (1 unit), Abun (2 unit), Miyah (2 unit), Kwoor (1 unit), Sausapor (2 unit), dan Yembun (1 unit). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas kesehatan yang dapat menjangkau pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat sampai tingkat distrik. Selain puskesmas dan puskesmas pembantu, Pemerintah Kabupaten Tambrauw juga menyediakan fasilitas keliling yang berjumlah sebanyak 8 unit. Fasilitas puskesmas keliling tersebut terdiri atas 2 unit mobil yang berada di Distrik Fef dan Susapor, dan 6 sepeda motor yang masing-masing tersebar di Distrik Fef, Syujak, Abun, Kwoor, Sausapor, dan Yembun. Selain fasilitas kesehatan yang telah disebutkan sebelumnya, pemerintah juga menggalakkan posyandu dimana jumlahnya pada tahun 2014 sebanyak 19 unit dimana fasilitas tersebut hanya terdapat di 7 distrik dengan fasilitas posyandu terbanyak berada di Distrik Sausapor (8 unit). Distrik yang tidak memiliki fasilitas posyandu adalah Kebar, Senopi, Amberbaken, Mubrani, dan Moraid. Tabel 2.10 Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan Menurut Distrik, 2014 No. Distrik Puskesmas Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling Posyandu 1. Fef Syujak Abun Miyah Kwoor Sausapor Yembun Kebar Senopi Amberbaken Mubrani Moraid Bikar* Bamus Bama* Ases* Miyah Selatan*

73 No. Distrik Puskesmas Puskesmas Keliling Puskesmas Keliling Posyandu 17. Ireres* Tobouw* Wilhem Roumbouts* Kwesefo* Tinggouw* Mawabuan* Kebar Timur* Kebar Selatan* Manekar* Mpur* Ambarbaken Barat* Kasi* Selemkai* Jumlah Keterangan: * = Data belum tersedia Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan di Kabupaten Tambrauw diantaranya adalah dokter, perawat, paramedis non-perawat, dan tenaga non-medis. Jumlah tenaga dokter di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebanyak 2 orang yang berada di Distrik Sausapor. Dukungan tenaga paramedis perawat berjumlah 35 orang dimana sebagian besar (15 orang) berada di Distrik Sausapor, sedangkan tenaga paramedis non perawat berjumlah 22 orang. Keberadaan tenaga kesehatan sendiri di Kabupaten Tambrauw hanya terdapat di 7 distrik dimana distrik yang tidak memiliki tenaga kesehatan adalah Distrik Kebar, Senopi, Amberbaken, Mubrani, dan Moraid. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Tambrauw sebagian besar berada di Distrik Sausapor dan memiliki tenaga kesehatan yang lengkap dari dokter hingga tenaga non medis yang mencapai 33 orang. Hal tersebut disebabkan karena posisi Distrik Sausapor sebagai ibukota sementara kabupaten dan tentunya didukung juga oleh ketersediaan fasilitas kesehatan yang cukup memadai diantaranya puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. Tabel 2.11 Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan Menurut Distrik, 2014 No. Distrik Dokter Paramedis Non-Medis Jumlah Perawat Non Perawat 1. Fef Syujak Abun Miyah Kwoor Sausapor Yembun Kebar

74 No. Distrik Dokter Paramedis Non-Medis Jumlah Perawat Non Perawat 9. Senopi Amberbaken Mubrani Moraid Bikar* Bamus Bama* Ases* Miyah Selatan* Ireres* Tobouw* Wilhem Roumbouts* Kwesefo* Tinggouw* Mawabuan* Kebar Timur* Kebar Selatan* Manekar* Mpur* Ambarbaken Barat* Kasi* Selemkai* Jumlah Keterangan: * = Data belum tersedia Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 Rata-rata Lama Sakit Rata-rata lama sakit menggambarkan besarnya kerugian yang dialami penduduk karena penyakit yang diderita. Semakin besar nilai indikator ini, semakin tinggi tingkat intensitas penyakit yang diderita penduduk dan semakin besar kerugian yang dialami. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tambrauw (2015), sebagian besar penduduk yang mengalami sakit di Kabupaten Tambrauw memiliki durasi sakit selama 4-7 hari dengan persentase mencapai 49,74. Persentase penduduk yang memiliki durasi sakit selama kurang dari 3 hari adalah sebesar 39,79 persen dan yang memiliki durasi sakit selama 8-14 hari sebesar 10,47 persen. 66

75 Gambar 2.37 Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Menurut Jumlah Hari Sakit di Kabupaten Tambrauw (persen), hari, hari, hari, Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Keluhan Kesehatan Indikator keluhan kesehatan menunjukkan proporsi dari keseluruhan penduduk yang menderita akibat masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir. Banyaknya keluhan akibat masalah kesehatan ini digunakan untuk mengukur derajat kesehatan pada masyarakat. Masyarakat dianggap memiliki derajat kesehatan yang semakin tinggi ketika keluhan kesehatan yang dialami semakin sedikit. Menurut BPS, 2015, terdapat sebesar 23,10 persen penduduk yang memiliki keluhan kesehatan di Kabupaten Tambrauw pada tahun Jenis keluhan kesehatan yang paling banyak dirasakan penduduk adalah batuk (13,42 persen), pilek (12,41 persen) dan panas (7,28 persen). Keluhan kesehatan lainnya yang dihadapi penduduk adalah asma, sakit kepala berulang, dan skait gigi. 67

76 Gambar 2.38 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Kesehatan (persen), 2014 Chart Title Batuk Pilek Panas Asma Sakit Kepala Berulang Sakit Gigi Lainnya Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Pekerjaan Umum Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan pekerjaan umum salah satunya dapat dilihat dari indikator kondisi jalan dan infrastruktur lainnya. Jaringan jalan yang baik, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun terhadap kondisi sosial budaya kehidupan masyarakat. Infrastruktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam menjalani roda perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur jalan yang baik dan memadai. Kondisi Jalan Pembangunan jalan merupakan salah satu aspek penting yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dengan tujuan membuka aksesibilitas antara wilayah dalam Kabupaten Tambrauw maupun antar wilayah di Provinsi Papua Barat. Jalan merupakan salah satu urat nadi yang mendorong peningkatan perekonomian masyarakat Kabupaten Tambrauw. Dalam periode , panjang jaringan jalan di Kabupaten Tambrauw mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. Pada tahun 2013, panjang jaringan jalan di Kabupaten Tambrauw adalah sepanjang 643,5 km, kemudian meningkat menjadi sepanjang 687 km pada tahun Jadi dalam kurun waktu 2 tahun terakhir terjadi peningkatan jaringan jalan sepanjang 43,5 km. Dari seluruh jaringan jalan yang ada di Kabupaten Tambrauw, panjang jalan yang termasuk ke dalam kewenangan pemerintah pusat adalah sepanjang 348 km yang melewati 9 distrik yaitu Distrik Abun, Miyah, Kwoor, Sausapor, Kebar, Senopi, Amberbaken, Mubrani, dan Moraid. Panjang jalan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi adalah sepanjang 117 km yang melewati Distrik Fef, Miyah, 68

77 Yembun, dan Moraid, sedangkan panjang jalan kabupaten hingga tahun 2014 adalah sepanjang 222 km yang melewati setiap distrik yang ada di Kabupaten Tambrauw. Sementara itu, untuk jembatan di Kabupaten Tambrauw jumlahnya mengalami peningkatan dari 48 unit pada tahun 2013 menjadi sebanyak 64 unit pada tahun Jenis jembatan yang ada di Kabupaten Tambrauw adalah beton (22 unit), baja (21 unit), dan kayu (21 unit). Jika dirinci menurut jenis permukaanya, jalan dengan permukaan aspal di Kabupaten Tambrauw adalah sepanjang 202,5 km yang terdiri atas 200 km jalan negara dan 2,5 km jalan provinsi, kemudian jalan dengan jenis permukaan kerikil adalah sepanjang 364,5 km terdiri atas 104 km jalan negara, 110,5 km jalan provinsi, dan 150 km jalan kabupaten, dan jalan dengan permukaan tanah sepanjang 78 km yang terdiri atas jalan negara sepanjang 23 km, jalan provinsi sepanjang 3 km, dan jalan kabupaten sepanjang 20 km. Sementara itu, jalan dengan jenis permukaan selain yang telah disebutkan di atas adalah sepankang 42 km. Gambar 2.39 Panjang Jaringan Jalan Menurut Jenis Jalan (km), 2014 Jalan Kabupaten, Jalan Negara, Jalan Provinsi, Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) 69

78 Gambar 2.40 Persentase Jalan Menurut Jenis Permukaan, 2014 Tanah 11.35% Tidak Dirinci 6.11% Diaspal 29.48% Kerikil 53.06% Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Jaringan jalan di Kabupaten Tambrauw termasuk dalam kategori kelas IIIA hingga III C. Panjang jalan yang termasuk dalam kelas III A adalah sepanjang 240 km (200 km jalan negara dan 40 km jalan provinsi), kelas III B sepanjang 363 km (104 km jalan negara, 60 km jalan provinsi, dan 199 km jalan kabupaten), dan kelas III C sepanjang 84 km (44 km jalan negara, 117 km jalan provinsi, dan 23 km jalan kabupaten). Pada tahun 2014, jaringan jalan di Kabupaten Tambrauw yang berada dalam kondisi baik adalah sepanjang 202,5 km. Panjang jalan dengan kondisi sedang pada tahun 2014 adalah sepanjang 364,5 km, jalan dalam kondisi rusak sepanjang 78 km, dan jalan dalam kondisi rusak sepanjang 42 km. Gambar 2.41 Persentase Jalan Menurut Kondisi Jalan, 2014 Rusak 11.35% Rusak Berat 6.11% Baik 29.48% Sedang 53.06% Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) 70

79 Transportasi dan Telekomunikasi RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Tersedianya jalan yang berkualitas akan meningkatkan pembangunan khususnya dalam upaya memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dan jasa dari suatu daerah ke daerah lain. Masyarakat memerlukan alat transportasi darat untuk memenuhi kebutuhan mobilitas antar kampung, ke ibukota distrik, ibukota kabupaten, ataupun ibukota provinsi. Untuk mobilitas antar distrik, penduduk di Kabupaten Tambrauw menggunakan transportasi darat jika wilayah yang akan dituju telah terhubung dengan jaringan jalan. Infrastruktur wilayah terutama jaringan jalan dan transportasi lainnya menunjukkan adanya keterkaitan kuat dengan wilayah tetangga, yaitu Kota Sorong. Untuk jaringan jalan utama wilayah masih berorientasi ke Kota Sorong, baik ke arah selatan (menuju Aimas, Klamono, Sayosa, dan seterusnya ke Ayamaru dan lainnya di Kabupaten Sorong Selatan) maupun ke arah timur (menuju ke Makbon dan seterusnya menyisir pesisir utara yang potensial menuju ke Kabupaten Manokwari, melalui Mega, Sausapor, Kwor, Waiben terus ke Saukorem dan Manokwari). Dengan terus berkembangnya jaringan jalan maupun peningkatan kualitas jalan di Kabupaten Tambrauw baik yang menghubungkan antar distrik maupun ke wilayah kabupaten/kota sekitar, maka aktivitas ekonomi di Kabupaten Tambrauw melalui penggunaan transportasi darat akan semakin meningkat di masa yang akan datang. Gambar 2.42 Jumlah dan Penumpang Kapal di Kabupaten Tambrauw, Penumpang Datang Penumpang Pergi Kunjungan Kapal Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Transportasi laut mempunyai peranan sangat penting pada perekonomian Kabupaten Tambrauw. Sebagian besar mobilitas orang dan barang di wilayah Kabupaten Tambrauw masih menggunakan moda transportasi laut. Terdapat beberapa pelabuhan di Kabupaten Tambrauw, yaitu, Pelabuhan Sausapor, Pelabuhan Werur, Pelabuhan Wau, dan Pelabuhan Saukorem. Pada saat bersamaan, Pemerintah Provinsi Papua Barat juga telah merencanakan pembangunan pelabuhan Abun di 71

80 Distrik Kebar. Rute kapal untuk penumpang yang melewati wilayah Kabupaten Tambrauw diantaranya adalah KMP Mernati yang melayani rute Sorong-Sausapor- Werur-Wor-Saubeba-Wau-Waiben-Enbuan-Saukorem-Manokwari, KMP Marina Express 3B yang melayani rute Sorong-Sausapor (PP), dan KMP Ave Maria yang melayani rute Sorong-Sausapor (pp). Selama periode , jumlah kunjungan kapal di Kabupaten Tambrauw mengalami peningkatan dari 308 unit kapal pada tahun 2010 menjadi sebanyak 624 unit kapal pada tahun Gambar 2.43 Persentase Bongkar Barang Antar Pulau pada Pelabuhan yang Diusahakan Menurut Kelompok Komoditi, 2014 Minyak dan Gas 26.24% Bahan Pokok 36.33% Bahan Strategis 37.43% Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Peningkatan kunjungan kapal tersebut juga disertai peningkatan arus penumpang dan barang di Kabupaten Tambrauw. Pada tahun 2010, jumlah penumpang kapal adalah sebanyak penumpang, kemudian meningkat menjadi sebanyak penumpang pada tahun Jenis barang yang diangkut dan dibongkar kapal dibedakan dalam 3 jenis menurut kelompok komoditi yaitu bahan pokok, strategis, dan minyak dan gas. Jumlah barang yang diangkut pada tahun 2013 adalah sebanyak ton/m 3 yang terdiri atas bahan pokok sebanyak 535,120 ton/m 3, bahan strategis sebanyak ton/m 3, dan minyak dan gas sebanyak ton/m 3. Jika dibandingkan dengan jumlah secara keseluruhan pada tahun 2012 yang berjumlah ton/m 3, maka terdapat penurunan jumlah angkut bongkar pada tahun Angkutan udara menjadi salah satu alternatif mobilitas barang dan penduduk di Kabupaten Tambrauw mengingat kondisi geografis Kabupaten Tambrauw yang berupa pegunungan dan masih memiliki hutan yang luas. Untuk mobilisasi penduduk yang membutuhkan kecepatan di tingkat Provinsi Papua Barat maupun nasional, penduduk di Kabupaten Tambrauw menggunakan transportasi udara melalui 72

81 Bandara Werur dan Kebar. Jenis pesawat yang dapat beroperasi pada kedua bandara tersebut adalah jenis pesawat Cessna seperti yang dioperasikan oleh maskapai Susi Air. Kondisi infrastruktur komunikasi di Kabupaten Tambrauw masih sangat minim. Sampai saat ini kantor pos masih belum tersedia di Kabupaten Tambrauw, sedangkan untuk infrastruktur komunikasi telah menjangkau hampir semua wilayah di kabupaten Tambrauw yaitu jaringan komunikasi nirkabel berupa telepon seluler dan telepon satelit. Pada tahun 2013, sekitar 25,17 persen rumah tangga di Kabupaten Tambrauw telah memiliki dan memanfaatkan telepon seluler. Hal ini disebabkan tersedianya Base Transceiver Station (BTS) di beberapa distrik, yaitu Distrik Fef, Miyah, dan Sausapor sehingga masyarakat dapat menikmati layanan tersebut. Ke depan, pemerintah Kabupaten Tambrauw akan melakukan pengembangan jaringan telepon untuk membuka dan mengurangi keterisolasian wilayah serta meningkatkan produktivitas pada wilayah yang memiliki sumberdaya potensial. Rencana pengembangan jaringan telepon ini akan diarahkan ke seluruh distrik yang ada di Kabupaten Tambrauw dengan prioritas utama pada ibukota-ibukota distrik. Dengan kondisi wilayah Kabupaten Tambrauw yang didominasi oleh pegunungan, maka pengembangan jaringan komunikasi sistem nirkabel seperti telepon seluler dan telepon satelit akan lebih cocok. Sedangkan untuk sarana pos, kondisi eksisting saat ini menunjukkan Kabupaten Tambrauw belum terlayani oleh kantor pos, kantor pos pembantu ataupun rumah pos dan pos keliling. Padahal keberadaan kantor pos dinilai masih sangat besar. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk atas sarana pos, direncanakan minimal terdapat 1 (satu) sarana pelayanan pos, kantor pos untuk skala kabupaten dan minimal 1 (satu) kantor pos pembantu untuk setiap distrik di Kabupaten Tambrauw Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menggambarkan persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2014 yang dikumpulkan BPS setiap triwulan, tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 62,31 persen. Sedangkan 37,69 persen dari penduduk usia 15 tahun ke atas merupakan penduduk bukan angkatan kerja, yaitu penduduk usia kerja yang kegiatan utamanya selama referensi pencacahan adalah bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Persentase yang cukup tinggi tersebut dari sisi produktivitas tenaga kerja cukup bagus karena dengan banyaknya tenaga kerja tentunya produktivitas juga tinggi. Namun, produktivitas juga harus dikaitkan dengan tingkat pendidikan tenaga kerja di Kabupaten Tambrauw. Karena meskipun jumlah tenaga kerja besar kalau tidak diimbangi dengan skill atau keterampilan yang memadai tidak akan menghasilkan produktivitas yang diinginkan. 73

82 Gambar 2.44 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Tambrauw, 2014 TPAK Perempuan Laki-laki Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Dilihat dari sisi gender, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara TPAK laki-laki dan perempuan dimana TPAK laki-laki pada tahun 2014 sebesar 83,65 persen, sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 39,40 persen. Selisih yang cukup jauh tersebut mencerminkan bahwa secara umum kesempatan penduduk laki-laki dalam kegiatan ekonomi lebih besar dengan penduduk perempuan. Secara tidak langsung menunjukkan bahwa pencari nafkah dalam keluarga di Kabupaten Tambrauw adalah kaum laki-laki. Rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dibandingkan laki-laki di Kabupaten Tambrauw dikarenakan perempuan lebih banyak mengurus rumah tangga. Selain itu banyak perempuan yang umumnya sebagai pekerja keluarga dan pekerja paruh waktu sehingga dalam situasi tertentu mereka bisa keluar dari kelompok angkatan kerja menjadi bukan angkatan kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka Pengangguran terbuka (open unemployment) didefinisikan sebagai penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan sementara tidak bekerja, terdiri dari: (a) mereka yang mencari pekerjaan, (b) mereka yang mempersiapkan usaha, (c) mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan (d) mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. Pengertian pengangguran tidak dapat disamakan dengan pencari kerja, karena sering kali terjadi di antara pencari kerja terdapat mereka yang tergolong bekerja namun karena berbagai alasan mencari pekerjaan lain, untuk kasus tersebut, kelompok tersebut akan tergolong sebagai bekerja. Tingkat pengangguran terbuka adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Nilai TPT berkaitan dengan tolok ukur keberhasilan pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran. Semakin rendah angka TPT 74

83 mengindikasikan bahwa daya serap lapangan pekerjaan terhadap pencari kerja semakin baik. TPT Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah seebsar 1,17 persen, di mana perbandingan antara TPT laki-laki dan perempuan adalah sebesar 0,46 dan 2,81 persen. Besaran tingkat pengangguran terbuka tentunya berbanding terbalik dengan tingkat kesempatan kerja di suatu wilayah. Penduduk Kabupaten Tambrauw sendiri jika dilihat berdasarkan lapangan pekerjaannya banyak terserap pada sektor pertanian, perkebunan, perburuan dan kehutanan. Gambar 2.45 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Tambrauw, 2014 TPT 1.17 Perempuan 2.81 Laki-laki Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Tingkat Kesempatan Kerja Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan pekerjaan atau kesempatan kerja yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan ekonomi atau produksi. Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut timbul kebutuhan tenaga kerja. Mengingat data kesempatan kerja sulit diperoleh, maka untuk keperluan praktis digunakan pendekatan bahwa kesempatan kerja didefinisikan dengan banyaknya lapangan kerja yang terisi, yang tercermin dari persentase penduduk yang bekerja dari total seluruh angkatan kerja yang tersedia. 75

84 Gambar 2.46 Tingkat Kesempatan Kerja Kabupaten Tambrauw, Laki-laki Perempuan TKK Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Dalam hal ini seseorang dikategorikan bekerja apabila dia melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam berturut-turut dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang dimaksud dengan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) yaitu porsi penduduk yang termasuk angkatan kerja yang terserap dalam pasar kerja. TKK Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 mencapai 98,83 persen. Tingginya kesempatan kerja di Kabupaten Tambrauw disebabkan karena sektor pertanian yang menjadi lapangan usaha utama penduduk di Kabupaten Tambrauw memungkinkan penyerapan tenaga kerja yang tinggi tanpa adanya persyaratan ketrampilan atau pendidikan khusus. Jika dilihat dari sisi gender, dapat dilihat bahwa TKK laki-laki dengan TKK perempuan nilainya tidak berbeda terlalu jauh, yaitu masing-masing sebesar 99,55 dan 97,19 persen. Hal ini menegaskan bahwa dalam hal ketenagakerjaan partisipasi perempuan dan laki-laki di Kabupaten Tambrauw dapat dikatakan seimbang Fokus Layanan Pilihan Pertanian Seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya, sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi Kabupaten Tambrauw. Di bidang ketenagkerjaaan, sektor pertanian menjadi tulang punggung mata pencaharian masyarakat. Hal tersebut mengindikasikan pentingnya sektor pertanian di Kabupaten Tambrauw. Selain itu, pentingnya sektor pertanian juga dilihat dari fungsinya sebagai sumber pangan utama bagi masyarakat dan kontribusinya terhadap perekonomian. 76

85 Tanaman Pangan Jenis tanaman pangan yang dibudidayakan penduduk di Kabupaten Tambrauw adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan keladi. Kondisi lahan di Kabupaten Tambrauw secara umum tidak mendukung untuk pertumbuhan optimal padi sehingga padi bukan merupakan produksi pertanian utama khususny untuk tanaman pangan. Luas panen padi di Kabupaten Tambrauw selama periode mengalami penurunan dari 100 ha pada tahun 2011 menjadi sebesar 24 ha pada tahun Penurunan luas panen padi tersebut kemudian menyebabkan produksi padi di Kabupaten Tambrauw juga mengalami penurunan dari 290 ton pada tahun 2011 menjadi hanya sebesar 48 ton pada tahun Produktivitas padi di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2013 adalah sebesar 2 ton per ha. Jika dirinci menurut distrik, produksi padi di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2013 hanya berasal dari 2 distrik yaitu Distrik Sausapor dan Yembun dengan produksi masing-masing sebesar 40 dan 8 ton. Sama seperti pada padi, luas panen jagung di Kabupaten Tambrauw juga mengalami penurunan dari 54 ha pada tahun 2011 menjadi sebesar 16 ha pada tahun Walaupun luas panen mengalami penurunan hingga lebih dari 100 persen, namun produksi jagung hanya mengalami penurunan 5 ton (dari 32 ton menjadi sebesar 27 ton) karena adanya peningkatan produktivitas lahan dari hanya sebesar 0,59 ton per ha pada tahun 2011 menjadi sebesar 1,69 ton per ha pada tahun Produksi jagung di Kabupaten Tambrauw berasal dari 5 distrik dengan produksi terbesar berada di Distrik Sausapor yaitu sebesar 18 ton. 4 distrik lain yang menjadi produsen jagung adalah Distrik Fef (3 ton), Abun (1,2 ton), Kwoor (1,2 ton), dan Yembun (3,6 ton). Ubi kayu merupakan tanaman pangan utama di Kabupaten Tambrauw jika dilihat dari sisi produksi. Luas panen ubi kayu di Kabupaten Tambrauw mengalami penurunan dari 85 ha pada tahun 2011 menjadi seluas 37 ha. Produksi ubi kayu di Kabupaten Tambrauw mengikuti pola peningkatan atau penurunan luas panen, jika luas panen meningkat maka produksi juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya. Produksi ubi kayu pada tahun 2011 adalah sebesar 340 ton dan mengalami penurunan menjadi sebesar 263 ton pada tahun Produksi ubi kayu merupakan yang terbesar diantara tanaman pangan lainnya di Kabupaten Tambrauw dan tersebar merata di seluruh distrik yang datanya telah tersedia. Distrik yang memiliki produksi ubi kayu terbesar adalah Distrik Sausapor yaitu sebesar 92 ton, sedangkan distrik dengan produksi ubi kayu terkecil adalah Distrik Syujak yaitu sebesar 12 ton. Produktivitas ubi kayu di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2013 adalah sebesar 7,122 ton per ha. Komoditas ubi jalar termasuk salah satu makanan utama pengganti beras yang sudah familiar baik di Provinsi Papua maupun Papua Barat karena tanaman ubi jalar relatif mudah tumbuh pada kondisi yang beraneka ragam. Hal tersebut terlihat dimana komditas ubi jalar hampir diproduksi di seluruh distrik. Distrik dengan produksi ubi jalar tertinggi adalah Distrik Sausapor yaitu sebesar 20 ton, sedangkan distrik dengan produksi ubi jalar terendah adalah Distrik Syujak dan Miyah dengan produksi masing-masing sebesar 3 ton. Luas panen ubi jalar pada tahun 2013 adalah seluas 55 ha dengan produktivitas sebesar 4,23 ton per ha. 77

86 Gambar 2.47 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Pangan, Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Keladi Kacang Tanah Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Luas panen kacang tanah pada tahun 2013 adalah seluas 8 ha dengan produksi sebesar 12 ton, jadi produktivitas tanaman kacang tanah di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2013 adalah sebesar 1,5 ton per ha. Produksi kacang tanah di Kabupaten Tambrauw cenderung fluktuatif selama periode Pada tahun 2011, produksi kacang tanah adalah sebesar 23 ton, kemudian meningkat menjadi 63 ton pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi sebesar 12 ton. Produksi kacang tanah di Kabupaten Tambrauw berasal dari 3 distrik yaitu Distrik Fef, Abun, dan Sausapor. Luas panen keladi di Kabupaten Tambrauw mengalami penurunan dari sebesar 43 ha pada tahun 2011 menjadi sebesar 19 ha pada tahun Dari sisi produksi, juga terjadi penurunan dari sebesar 129 ton pada tahun 2011 menjadi sebesar 106 ton pada tahun Produsen keladi terbesar pada tahun 2013 adalah Distrik Kwoor yaitu sebesar 24 ton, diikuti Distrik Sausapor sebesar 20 ton, dan Distrik Syujak sebesar 18 ton. Produktivitas tanaman keladi pada tahun 2013 adalah sebesar 5,58 ton per ha. Tanaman Hortikultura Usaha tanaman hortikultura yang dikembangkan oleh penduduk di Kabupaten Tambrauw masih dalam skala tradisional dan dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan subsistennya. Jenis sayur yang ditanam masyarakat adalah kubis, cabai, tomat, terung, sawi, kangkung, dan bayam. Secara keseluruhan, luas panen komoditas sayur di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2013 adalah seluas 47 ha. Jika dibandingkan dengan luas panen sayuran pada tahun 2011 yang seluas 225 ha, maka terdapat penurunan luas panen yang signifikan sehingga produksi sayur juga mengalami penurunan dari 448 ton pada tahun 2011 menjadi hanya sebesar 40 ton pada tahun Jika produksi dirinci menurut jenis sayur pada tahun 2013, produksi 78

87 kubis adalah sebesar 1 ton, cabai sebesar 12 ton, tomat sebesar 2 ton, terung sebesar 2 ton, sawi sebesar 2 ton, kangkung sebesar 10 ton, dan bayam sebesar 9 ton. Gambar 2.48 Persentase Produksi Sayur Menurut Jenis, 2014 Kubis 2.50% Bayam 22.50% Cabai 30.00% Kangkung 25.00% Sawi 10.00% Tomat 5.00% Terung 5.00% Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Berbeda dengan luas penen komoditas sayur yang mengalami penurunan signifikan, luas panen komoditas buah di Kabupaten Tambrauw selama periode justru mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2011, luas panen komoditas buah adalah seluas 204 ha, maka pada tahun 2013 luasnya mengalami peningkatan menjadi seluas 351 ha. Jenis buah yang dibudidayakan masyarakat di Kabupaten Tambrauw adalah pisang, nanas, alpukat, mangga, rambutan, duku/langsat, durian, pepaya, jeruk nipis, melinjo, dan nangka. Secara keseluruhan, produksi komoditas buah di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2013 adalah sebanyak 356 ton. Produksi buah terbesar di Kabupaten Tambrauw adalah durian yaitu sebanyak 100 ton, diikuti pisang sebanyak 64 ton, rambutan sebanyak 50 ton, duku/langsat sebanyak 40 ton, mangga sebanyak 35 ton, nangka sebanyak 26 ton, nanas sebanyak 12 ton, melinjo sebanyak 9 ton, alpukat sebanyak 8 ton, pepaya sebanyak 7 ton, dan jeruk nipis sebanyak 5 ton. 79

88 Gambar 2.49 Persentase Produksi Buah Menurut Jenis, 2014 Nangka 7.30% Mangga 9.83% Melinjo Alpukat Nanas 2.53% 2.25% 3.37% Pepaya 1.97% Jeruk nipis 1.40% Durian 28.09% Duku/langsat 11.24% Rambutan 14.04% Pisang 17.98% Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Tanaman Perkebunan Jenis tanaman perkebunan yang dibudidayakan penduduk di Kabupaten Tambrauw adalah kelapa, kakao, cengkeh, pala, kopi, sagu, jarak, dan pinang. Jika dilihat dari sisi produksi dan rumah tangga yang membudidayakan tanaman perkebunan, maka tanaman perkebunan utama di Kabupaten Tambrauw adalah pinang, sagu, kakao dan kelapa. Pada tahun 2011, luas area tanaman pinang di Kabupaten Tambrauw adalah seluas 75 ha dengan total produksi sebanyak ton. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tambrauw (2015), produksi pinang berasal dari 3 distrik yaitu Distrik Abun, Kwoor, dan Sausapor dengan jumlah rumah tangga yang membudidayakan tanaman pinang sebanyak 75 rumah tangga. Luas area tanaman sagu pada tahun 2011 adalah seluas 67 ha dengan produksi mencapao 488 ton. Rumah tangga yang membudidayakan sagu pada tahun 2011 adalah sebanyak 57 rumah tangga. Jika dirinci menurut distrik, produksi sagu terbesar berasal dari Distrik Miyah yang mencapai 160 ton, sedangkan produksi terendah berasal dari Distrik Abun dan Sausapor dengan produksi masing-masing sebesar 4 ton. Tingginya produksi sagu di Kabupaten Tambrauw disebabkan karena wilayahnya yang cocok untuk perkembangan optimal tanaman sagu dan tanaman tersebut merupakan salah satu makanan pokok yang ada di Kabupaten Tambrauw. Untuk tanaman kakao, luas area tanaman tersebut pada tahun 2011 adalah seluas 995 ha dengan produksi sebanyak 195,10 ton. Distrik dengan produksi kakao terbesar adalah Distrik Sausapor dengan produksi sebesar 160 ton dimana produksi tersebut berasal dari area seluas 800 ha. Rumah tangga yang membudidayakan tanaman kakao pada tahun 2011 adalah sebanyak 985 orang. Luas area tanaman kelapa pada tahun 2011 adalah sebanyak ha dengan area terluas berada di 80

89 Distrik Sausapor yaitu seluas ha dan Distrik Kwoor seluas ha. Namun, jika dilihat dari sisi produksi, produsen kelapa terbesar ditempati oleh Distrik Kwoor yaitu sebesar 15 ton, diikuti Distrik Sausapor sebesar 12 ton, dan Distrik Abun sebesar 10 ton. Rumah tangga yang membudidayakan tanaman kelapa merupakan yang terbanyak dibandingkan komoditas tanaman perkebunan lainnya yaitu sebanyak rumah tangga. Produksi tanaman perkebunan lainnya seperti cengkeh pada tahun 2011 adalah sebesar 0,52 ton, pala sebesar 0,09 ton, kopi sebesar 0,03 ton, dan jarak sebesar 0,02 ton. No. Tabel Luas Area dan Produksi Tanaman Perkebunan Utama di Kabupaten Tambrauw, 2011 Distrik Luas Area (ha) Kelapa Kakao Pinang Sagu Luas Luas Luas Produksi Produksi Produksi Area Area Area (ton) (ton) (ton) (ha) (ha) (ha) Produksi (ton) 1. Fef 5 0,05 15,00 0, ,00 80,00 2. Syujak ,00 2, ,00 80,00 3. Abun ,00 50,00 10, ,00 2,00 4,00 4. Miyah 5 0,05 15,00 3, ,00 160,00 5. Kwoor ,00 100,00 20, ,00 10,00 80,00 6. Sausapor ,00 800,00 160, ,00 5,00 4,00 7. Yembun 5 0,05 5,00 0, ,00 80,00 Jumlah , , , ,00 Keterangan: * = Data belum tersedia Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 Peternakan Ternak adalah hewan hasil domestikasi oleh manusia yang diatur segala kehidupannya (reproduksi, produksi kesehatan, pemeliharaan, dan lain-lain) oleh manusia dan dapat dimanfaatkan produk dan jasanya (daging, telur, susu, kulit, lemak, tenaga, wool, dan lain-lain) untuk kepentingan manusia. Sektor peternakan di Kabupaten Tambrauw dapat dikatakan belum berkembang karena usaha yang dilakukan masyarakat masih dalam skala rumah tangga. Jenis ternak yang dibudidayakan penduduk di di Kabupaten Tambrauw adalah sapi, kambing, dan babi. Pada tahun 2013, populasi sapi di Kabupaten Tambrauw adalah sebanyak ekor. Populasi tersebut mengalami peningkatan yang signifikan dari hanya sebanyak 248 ekor pada tahun Jika dirinci menurut distrik, populasi sapi terbanyak berada di Distrik Kebar dengan jumlah sebanyak ekor, diikuti Distrik Sausapor sebanyak 363 eko, dan Distrik Senopi sebanyak 310 ekor. Populasi kambing di Kabupaten Tambrauw selama periode mengalami peningkatan dari hanya sebanyak 320 ekor pada tahun 2011 menjadi sebanyak 794 ekor pada tahun Populasi kambing terbanyak di Kabupaten Tambrauw berada di Distrik Sausapor dan Abun dengan jumlah masing-masing sebanyak 286 dan 132 ekor. Populasi babi di Kabupaten Tambrauw juga mengalami peningkatan dari 256 ekor pada tahun 2011 menjadi sebanyak 547 ekor pada tahun Populasi babi di Kabupaten Tambrauw sebagian besar berada di Distrik Sausapor dengan jumlah sebanyak 228 ekor. 81

90 Selanjutnya untuk ternak unggas, jenis unggas yang dibudidayakan masyarakat di Kabupaten Tambrauw adalah ayam kampung. Populasi ayam kampung hampir tersebar merata di seluruh distrik dimana populasi ayam kampung terbesar berada di Distrik Sausapor yaitu sebanyak ekor, sedangkan populasi terendah berada di Distrik Abun yaitu sebanyak 89 ekor. Selama periode , populasi ayam kampong di Kabupaten Tambrauw mengalami peningkatan dari hanya sebanyak ekor pada tahun Tabel 2.13 Populasi Ternak Menurut Distrik dan Jenis, 2013 No. Distrik Sapi Kambing Babi Ayam Kampung 1. Fef Syujak Abun Miyah Kwoor Sausapor Yembun Kebar* Senopi* Amberbaken* Mubrani* Moraid* Jumlah Keterangan: * = Data belum tersedia Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 Kehutanan Pembangunan sektor kehutanan mencakup semua upaya memanfaatkan sumber daya hutan secara optimal dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan ekologi, dan sosial masyarakat untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat terutama masyarakat tempatan. Oleh karena itu, potensi sektor kehutanan harus diolah sebaik mungkin sebagai salah satu pendorong kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Tambrauw. Pengembangan sektor kehutanan harus melingkupi berbagai usaha pemanfaatan hutan secara maksimal dengan tidak mengabaikan aspek lingkungan hidup dalam arti luas, pada hakekatnya harus berprinsip dapat memberikan manfaat optimal jangka panjang, meliputi sistem dan manajemen pengelolaan kawasan hutan beserta isinya sebagai sumber pendapatan daerah dan masyarakat agar sejahtera dan berkeadilan. Namun pada kenyataannya banyak dijumpai kejanggalan-kejanggalan dalam sistem dan manajemen pengelolaan hutan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berdampak negatif bahkan sudah mencapai pada taraf ancaman hari depan. Untuk itu perlu adanya peninjauan terhadap sistem dan manajemen pengelolaan hutan beserta peraturan dan pengaturan yang berlaku baik langsung maupun yang saling terkait. 82

91 Gambar 2.50 Persentase Luas Hutan Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan di Kabupaten Tambrauw, 2012 Hutan Produksi Tetap 1.48% Hutan Produksi Terbatas 18.88% Hutan Produksi yang Dikonversi 2.45% Hutan Penggunaan Lainnya 0.03% Hutan Lindung 40.84% Hutan PPA 36.33% Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw merupakan wilayah hutan sehingga sektor kehutanan merupakan salah satu sektor strategis. Kabupaten Tambrauw pada tahun 2012 memiliki kawasan hutan seluas ,03 ha. Dari seluruh luasan tersebut, sebagian besar luasan hutan merupakan hutan lindung dan hutan PPA dengan luasan masing-masing seluas ,39 dan ,02 ha. Untuk hutan produksi, luas hutan produksi terbatas pada tahun 2012 adalah seluas ,47 ha, hutan produksi yang dikonversi seluas ,50 ha, dan hutan produksi tetap seluas 8.760,57 ha. Sementara hutan untuk penggunaan lainnya adalah seluas 201,08 ha. Produksi hasil hutan di Kabupaten Tambrauw adalah jenis kayu bulat dimana produksi kayu bulat selama periode terus mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2010, produksi kayu bulat adalah sebesar 1.000,99 m 3, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi sebesar 1.568,18 m 3, dan pada tahun 2012 meningkat kembali sebesar 6.493,45 m 3. Perikanan Kabupaten Tambrauw memiliki potensi sumberdaya perikanan yang tinggi baik untuk perikanan darat maupun laut. Di perikanan darat, Kabupaten Tambrauw memiliki potensi yang besar dengan wilayahnya yang banyak dilewati sungai besar, sedangkan di perikanan laut mengandalkan sumberdaya di Samudera Pasifik yang besar. Produksi perikanan Kabupaten Tambrauw sebagian besar berasal dari perikanan tangkap laut. Wilayah perikanan tangkap Kabupaten Tambrauw berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI 717) yaitu Samudera Pasifik. Terkait dengan potensi sumberdaya perikanan di laut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam Kepetusan Menteri (KEPMEN) Nomor 45 Tahun 2011 telah memetakan potensi sumberdaya ikan di 83

92 seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI). Total potensi sumberdaya ikan (SDI) di WPP 717 adalah sebesar 299,1 ribu ton per tahun terdiri atas potensi ikan pelagis besar sebesar 105,2 ribu ton per tahun, ikan pelagis kecil sebesar 153,9 ribu ton per tahun, ikan demersal sebesar 30,2 ribu ton per tahun, udang penaeid sebesar ton per tahun, ikan karang konsumsi sebesar ton per tahun, lobster sebesar 200 ton per tahun, dan cumi-cumi sebesar 300 ton per tahun. Tingkat eksploitasi sumberdaya ikan pada WPP-NRI 717 yang dapat diakses nelayan Kabupaten Tambrauw sebagian besar berada dalam tingkat eksploitasi moderate untuk kelompok ikan demersal, pelagis kecil, dan cakalang. Untuk WPP-NRI 717, jika diasumsikan nelayan yang berbasis di Kabupaten Tambrauw mampu memanfaatkan 10 persen dari total potensi sumberdaya ikan, maka diperoleh potensi produksi sekitar ton per tahun. Produksi perikanan Kabupeten Tambrauw masih jauh dari potensi produksi yang ada di mana total produksi perikanan tangkap pada tahun 2013 hanya sebesar ton. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasarana penangkapan ikan yang dimiliki nelayan misalnya keterbatasan armada kapal dan alat penangkapan, serta terbatasnya modal usaha yang dimiliki nelayan sehingga tidak dapat mengembangkan usaha perikanan tangkap di Kabupaten Tambrauw. Gambar 2.51 Peta Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Ikan di WPP RI Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2011 Produksi perikanan di Kabupaten Tambrauw berasal dari kegiatan perikanan tangkap laut, perairan darat, dan perairan umum. Seperti telah diuraikan sebelumnya, produksi perikanan di Kabupaten Tambrauw sebagian besar berasal dari perikanan tangkap laut. Produksi perikanan tangkap laut selama periode mengalami 84

93 peningkatan setiap tahun dari hanya sebesar ton pada tahun 2010 menjadi sebesar ton pada tahun Rata-rata pertumbuhan produksi perikanan tangkap laut selama periode tersebut adalah sebesar 14,07 persen per tahun dengan pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 30,77 persen. Untuk produksi perikanan budidaya di darat, terjadi peningkatan produksi dari periode dimana produksi pada tahun 2010 hanya sebesar ton kemudian meningkata menjadi sebesar ton pada tahun Namun pada tahun 2013, tidak tercatat adanya produksi ikan yang berasal dari perikanan budidaya. Produksi perikanan tangkap di perairan umum juga mengalami peningkatan dari ton pada tahun 2010 menjadi sebesar ton pada tahun Gambar 2.52 Produksi Perikanan Laut, Darat, dan Perairan Umum di Kabupaten Tambrauw, ,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, Laut Darat Perairan Umum Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Jika dilihat berdasarkan produksi per jenis ikan pada tahun 2013, beberapa jenis ikan yang menjadi tangkapan utama nelayan di Kabupaten Tambrauw diantaranya adalah laying, tenggiri, cakalang/tuna, kurisi, manyung, lencam/bobara, kerapu, ikan merah, dan lobster. 85

94 Gambar 2.53 Persentase Produksi Menurut Jenis Ikan, 2013 Lobster 0.56% Merah 27.29% Layang 18.32% Tenggiri 1.57% Kerapu 10.92% Cakalang/Tuna 20.60% Lencam/Bobara 13.64% Kurisi 6.82% Manyung 0.27% Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Dalam mendukung kegiatan perikanan tangkap, salah satu prasyarat keberhasilan kegiatan penangkapan adalah ketersediaan armada penangkapan (kapal). Jenis armada penangkapan yang digunakan yang digunakan nelayan di Kabupaten Tambrauw adalah perahu tanpa motor dan perahu motor tempel. Secara keseluruhan jumlah armada perikanan tangkap di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2013 adalah sebanyak 749 unit yang terdiri atas 582 unit perahu tanpa motor (77,70 persen) dan peragu motor tempel sebanyak 167 unit (22,30 persen). Jika dirinci menurut distrik, maka jumlah armada perikanan tangkap terbesar berada di Distrik Yembun yaitu sebanyak 523 unit terdiri atas perahu tanpa motor sebanyak 463 unit dan perahu motor tempel sebanyak 60 unit. Distrik lain yang memiliki armada perikanan tangkap adalah Distrik Abun dan Kwoor dengan jumlah armada masingmasing sebanyak 118 dan 108 unit. Untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap, diperlukan armada penangkapan yang lebih modern (kapal motor) sehingga mampu mengakses daerah tangkapan lebih luas dibandingkan perahu papan dan jukung. Tabel 2.14 Jumlah Armada Perikanan Tangkap Menurut Distrik, 2013 No. Distrik Perahu Tanpa Motor Perahu Motor Tempel Jumlah 1. Abun Kwoor Yembun Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw,

95 Energi dan Sumberdaya Mineral Jaringan Listrik RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Listrik merupakan salah satu kebutuhan utama bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi suatu wilayah karena semua memerlukan listrik dari rumah tangga, instansi pemerintah, perkantoran, dan industri. Jaringan listrik di Kabupaten Tambrauw belum tersebar merata di semua distrik karena akses lokasi yang masih terisolir dan keterbatasan daya listrik. Dengan selesainya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kabupaten Tambrauw dengan kapasitas 1,6 megawatt, maka ketersediaan daya listrik di Kabupaten Tambrauw akan meningkat sehingga distribusi listrik di Kabupaten Tambrauw akan menyebar secara lebih merata di berbagai distrik. Tabel 2.15 Jumlah Pelanggan Listrik PLN dan non PLN di Kabupaten Tambrauw Menurut Distrik, 2014 No. Distrik Pelanggan PLN Pelanggan non PLN Jumlah 1. Fef Syujak Abun Miyah Kwoor Sausapor Yembun Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 Hingga tahun 2014, jumlah pelanggan listrik di Kabupaten Tambrauw adalah sebanyak pelanggan yang terdiri atas 263 pelanggan listrik PLN dan listrik non PLN. Jaringan listrik PLN di Kabupaten Tambrauw hanya berada di Distrik Sausapor, sedangkan jaringan listrik non PLN mengaliri 7 distrik yaitu Distrik Fef, Syujak, Abun, Miyah, Kwoor, Sausapor, dan Yembun. Pertambangan Pulau Papua terbentuk sebagai hasil benturan Lempeng Benua Australia (Australia Plate) yang bergerak ke Utara dengan Lempeng Pasifik (Pacific Crustal Plate) yang bergerak ke arah Barat. Akibat benturan antara lempeng tersebut di atas menimbulkan penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang ke dalam batuan sedimen di atasnya, memungkinkan terbentuknya mineralisasi logam yang berasosiasi dengan perak dan emas. Adapun potensi mineral logam dan non logam di Kabupaten Tambrauw disajikan pada Tabel

96 Tabel 2.16 Potensi Mineral Logam dan Non Logam di Kabupaten Tambrauw Potensi Tambang Distrik Volume Cadangan Timah Distrik Ambarbaken (sepanjang Sungai Waturi) Deposit mineral belumdiketahui, kandungan timahnya berkisar antara 345- Seng dan tembaga Emas Granit Distrik Ambarbaken (kampung Sutera dan Kampung Bomas) Distrik Sausapor) Distrik Ambarbaken Distrik Sausapor Distrik Ambarbaken Distrik Kebar 685 Deposit mineral belumdiketahui dan sampai saat ini potensi belum dimanfaatkan Deposit mineral belumdiketahui dan belum dieksplorasi Volume cadangan sebesar 96,83 miliyar metric ton Pasir kuarsa Tanah hitam Bijih besi Distrik Kebar (Kampung Atay Selatan) Distrik Sausapor Distrik Sausapor Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw Volume cadangan 137,5 mt berdasarkan penelitian SiO2 rata-rata 77,6% ; A12O3 Rata-rata 13,65%; Fe2O3 ratarata 0,84 % pausri gelas kaca Pariwisata Kabupaten Tambrauw memiliki kekayaan alam berupa hutan pegunungan yang luas dimana terdapat banyak sungai di dalamnya. Selain keindahan alam, budaya masyarakat Kabupaten Tambrauw juga merupakan salah satu pesona wisata yang ada. Sektor pariwisata merupakan sektor yang diharapkan akan menjadi leading sektor di Kabupaten Tambrauw. Saat ini sektor pariwisata belum menunjukkan kontribusi yang cukup signifikan dalam perekonomian di Kabupaten Tambrauw. Secara makro sektor pariwisata merupakan industri yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang cepat melalui: penyediaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan taraf hidup, serta secara simultan dapat mengaktifkan sektor-sektor produksi lain, sehingga pariwisata sering disebut lokomotif perekonomian. Obyek wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Tambrauw pada umumnya berupa wisata alam, untuk itu perlu kewaspadaan dalam pengembangannya dengan mempertimbangakan faktor lingkungan. Beberapa potensi wisata di Kabupaten Tambrauw antara lain: 1. Pulau Miossu atau Pulau Dua Pulau ini memiliki pasir putih yang lembut dan air yang jernih. Disekitar pulau ini terdapat bangkai kapal perang dunia II yang tenggelam dan menjadi rumah bagi ikan. 2. Pantai Jamursba Medi dan Pantai Warmon 88

97 Pantai ini terletak di kampung Saubeba Distrik Abun dan merupakan kawasan konservasi karena menjadi tempat bertelur penyu belimbing yang merupakan salah satu reptile terbesar didunia dan terancam punah. 3. Wisata alam pantai karang 4. Wisata pantai Werur Pantai ini terletak di Kampung Werur. Pantai ini memiliki pasir yang lembut dan air yang jernih. 5. Wisata alam air terjun Obyek wisata ini terletak di Kampung Tabamsere Distrik Wilhem Roumbouts dengan panorama hutan yang lebat dan beraneka ragam jenis tumbuhan tropis serta jenis burung di lokasi tersebut. 6. Pegunungan Tambrauw Utara Pada pegunungan Tambrauw Utara terdapat terdapat 8 tipe hutan, 53 jenis tumbuhan yang terdiri dari 28 family, 41 genus dan 47 jenis/species tumbuhan (yang teridentifikasi) serta terdapat 220 jenis burung yang 10 diantaranya endemik, 85 jenis terbatas didaerahnya dan tidak pernah berada dibawah 1000 m. Dari 16 jenis burung dewata dan namdur, juga terdapat endemik Astrapia nigra, Parotia sefilata, burung namdur kebun yang berwarna warni, 22 jenis kakatua (hitam) dan nuri (Chalcopsitta atra). Terdapat 56 jenis mamalia diantaranya nabdiak moncong panjang, kus- kus sutra, 3 jenis kuskus, 2 jenis kanguru pohon, beberapa bandikut, oposum, kuskus ekor kait. 7. Pegunungan Tambrauw Selatan Pada kawasan pegunungan Tambrauw Selatan terdapat ± 315 jenis burung, 8 diantaranya endemik; Gaura cristata, Pachycepphala meyeri, Parotia sefilata, dan Amblyomis inomatus. Tercatat 27 jenis merpati, 35 jenis flycatcher, 33 honey eater, 28 kakatua, 13 burung dewata dan 5 jenis namdur. Sekitar 70 jenis mamalia; nokdiak, 2 kucing marsupial, 4 bandikut, 4 kuskus, 3 oposum, 3 kuskus ekor kait, 1 walabi hutan dan 2 kanguru pohon. 8. Air Panas Objek wisata ini terletak di Kampung Atai Distrik Manekar (Pemekaran Distrik Kebar) ASPEK DAYA SAING DAERAH Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. 89

98 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Beberapa aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk adalah aspek pendapatan, tingkat konsumsi, dan pola konsumsi. Besarnya tingkat pendapatan seseorang sangat menentukan besarnya tingkat dan pola konsumsi. Adanya peningkatan pendapatan biasanya akan diikuti oleh pertumbuhan pola dari komposisi pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan (Engel s Law). Pemenuhan kebutuhan akan makanan merupakan syarat minimum untuk setiap individu bertahan hidup. Berbeda dengan kebutuhan akan non makanan yang tak terbatas atau tidak ada titik jenuhnya, sehingga setelah kebutuhan akan makanan terpenuhi tentunya kenaikan pendapatan akan lebih cenderung digunakan untuk memenuhi kebutuhan non makanan. Gambar 2.54 Persentase Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Rumah Tangga di Kabupaten Tambrauw (persen), Makanan Non Makanan Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah) Melihat perkembangan pola pengeluaran konsumsi rumah tangga di Kabupaten Tambrauw selama periode , terlihat bahwa persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan terus mengalami peningkatan dari hanya sebesar 70,38 persen pada tahun 2011 menjadi sebesar 75,2 persen pada tahun Sementara itu, jika dilihat dari pengeluaran per kapita per bulan di Kabupaten Tambrau selama periode tersebut terlihat terjadi peningkatan pengeluaran per kapita dari hanya sebesar Rp per bulan pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp per bulan pada tahun

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTABARU NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang P erencanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 8 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2005-2025 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG [- BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG P embangunan sektor Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Garut dalam kurun waktu tahun 2009 s/d 2013 telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : TANGGAL : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014-2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 13 ayat (2) bahwa pemerintah daerah wajib menyusun

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa untuk menjamin pembangunan dilaksanakan secara sistematis, terarah,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TAMBRAUW DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab telah menjadi tuntutan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki hak dan kewenangan dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI 2011 1.1. LATAR BELAKANG Dalam masa kepemimpinan Bupati terpilih untuk lima tahun mendatang, Kabupaten Gresik tentu akan menghadapi

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA CIMAHI TAHUN 2005 2025 DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2005-2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGANTAR Kabupaten Trenggalek

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2009 SERI E.8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2005-2025

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 1 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TAMBRAUW DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TAMBRAUW DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2009 SERI E.7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2009-2014

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Aceh Tamiang merupakan hasil pemekaran Kabupaten Aceh Timur di Provinsi Aceh yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tanggal 10 April 2002 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI RAJA AMPAT,

- 1 - BUPATI RAJA AMPAT, - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI RAJA AMPAT,

Lebih terperinci