BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan hasil analisis dari data yang telah dikumpulkan untuk menjawab persoalan-persoalan penelitian. Penyajian diatur menurut tujuan-tujuan penelitian yang hendak dicapai, sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya. A. Karakteristik Responden Pada penelitian ini disebar 200 lembar kuesioner kepada para responden yang terdiri dari 192 orang majelis jemaat dan karyawan gereja sebagai pelaku pelayanan SOP, dan 8 orang penanggung jawab SOP. Namun dari keseluruhan kuesioner yang disebarkan tersebut, yang mengembalikan kuesioner hanya 70 orang responden sebagai pelaku pelayanan yang menjalankan SOP dan 5 orang responden sebagai penanggung jawab SOP. Jadi jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 75 orang. Selain itu wawancara dilakukan kepada 1 orang pendeta sebagai penanggungjawab implementasi SOP di JMO. Adapun karakteristik dari para responden di gambarkan pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Karakteristik Responden Jenis Kelamin Pendidikan Karakteristik Jumlah Persentase (%) Laki-laki 41 54,67 Perempuan 34 45,33 SD 1 1,33 SMP 3 4,00 SMA 31 41,33 DIPLOMA 3 4,00 S ,00 S2 7 9,33

2 Lanjutan Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Jumlah Persentase (%) Pendeta 1 1,33 Penatua 46 61,33 Jabatan Gerejawi Diaken 14 18,67 Pengajar 2 2,67 UPP/BPP 11 14,67 Pegawai gereja 3 4,00 Lama Masa 1-5 tahun 22 29,33 Pelayanan 6-10 tahun 16 21,33 Diatas 10 tahun 31 41,33 Sumber: Data diolah, 2016 Tabel di atas menunjukkan lebih dari setengah responden adalah lakilaki yaitu sebanyak 54,67%. Sementara itu penyebaran sampel berdasarkan pendidikan lebih didominasi pada jenjang pendidikan SMA sebesar 41,33% setelah itu diikuti jenjang pendidikan S1 yang tidak jauh berbeda sebesar 40,00%. Jabatan gerejawi dari para responden didominasi oleh penatua yakni 61,33%, dan rata-rata telah melayani di JMO di atas 10 tahun sebesar 41,33%. B. Hasil Analisis Data 1. Implementasi Standar Operasional Prosedur Bagian Keuangan di Jemaat Maranatha Oebufu Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman pelaku pelayanan terhadap implementasi SOP bagian keuangan di Jemaat Maranatha Oebufu, dilihat dari sejauh mana keberadaan SOP tersebut diketahui, pendistribusian salinan SOP, sosialisasi dan pelatihan SOP, monitoring, dan juga audit yang dilakukan oleh yang berwenang. Gambaran secara lengkap tentang hasil penelitian dalam tahap implementasi digambarkan dalam tabel di bawah ini:

3 Tabel 2. Proses Implementasi SOP di JMO Pertanyaan Kuesioner Absolut Persentase (%) 1. Mengetahui keberadaan SOP 46 65,71 2. Menerima salinan SOP 29 41,43 3. Mengikuti sosialisasi SOP 29 41,43 4. Mengikuti pelatihan SOP 10 14,29 5. Berkoordinasi dengan penanggung jawab SOP 25 35,71 6. Monitoring oleh penanggung jawab 37,14 SOP Diaudit oleh yang berwenang 12 17,14 Sumber: Data diolah, 2016 Berdasarkan tabel di atas, 65,71% menjawab mengetahui tentang keberadaan SOP, artinya keberadaan SOP bagian keuangan di JMO belum sepenuhnya diketahui oleh seluruh majelis jemaat yang berperan sebagai pelaku pelayanan yang berkewajiban menjalankan SOP tersebut. Ditambah lagi hanya 41,43% saja yang menerima salinan SOP yang dikeluarkan oleh PANSUS SOP di Jemaat Marantha Oebufu (JMO). Namun hasil kuesioner tersebut bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Ketua Majelis Jemaat Maranatha Oebufu periode 2012/2016 selaku penanggung jawab pelaksanaan SOP di JMO berdasarkan kutipan wawancara beliau mengatakan: Sebenarnya kalau majelis jemaat tidak menerima salinan SOP tidak benar karena SOP didistribusikan kepada semua majelis bahkan jemaat. Kepada majelis jemaat salinan SOP didistribusikan melalui Penanggung Jawab Rayon (PJR) maupun diberikan pada saat Majelis datang kebaktian. Sedangkan untuk jemaat, ada salah satu bulan di tahun kemarin itu lewat warta jemaat kita sosialisasikan tata aturan GMIT, Peraturan Pokok, dan juga menyangkut SOP dan RENSTRA JMO. Jadi tidak hanya majelis, tetapi seluruh jemaat. Jadi kita mensosialisasikan SOP lewat warta jemaat itu secara berseri, dalam rangka menjemaatkan warga jemaat kita sendiri agar mereka juga tahu apa saja produk-produk yang ada di gereja. Apa yang disampaikan oleh Ketua Majelis Jemaat tersebut didukung oleh para Majelis Harian lainnya yang juga sebagai penanggung jawab

4 penerapan SOP khususnya bagian keuangan di JMO. Tetapi dari 5 orang responden penanggung jawab SOP, ada satu responden yang mengatakan salinan SOP belum semua didistribusikan. Adanya perbedaan jawaban antara hasil kuesioner dan wawancara tersebut, artinya terdapat kelemahan dalam proses pendistribusian salinan SOP yang perintahkan oleh penanggung jawab SOP kepada seluruh pelaku pelayanan di mana terjadi kekeliruan yang mengakibatkan SOP tersebut tidak sampai pada tangan para pelaku pelayanan. Kurangnya keikutsertaan responden pada sosialisasi SOP bagian keuangan di JMO di mana hanya 41,43% atau dapat dikatakan kurang dari separuh yang menjawab ikut. Artinya kegiatan yang dilaksanakan oleh PANSUS SOP kurang efektif karena tidak kepada semua pelaku pelayanan sebagai pelaksana SOP bagian keuangan. Demikian juga halnya dengan keikutsertaan responden pada pelatihan tentang tata cara mengisi formulir SOP di mana hanya 14,29% menjawab ya. Artinya besar kemungkinan pelaksanaan SOP bagian keuangan di JMO dilakukan tanpa adanya pelatihan bagi para pelaku pelayanan yang menjalankan SOP tersebut. Ketiadaan pelatihan terhadap implementasi SOP tersebut dibenarkan oleh Ketua Majelis Jemaat selaku penanggung jawab seperti dalam kutipan wawancara berikut: pelatihan belum pernah dibuat, karena...kita terbentur waktu dan lain sebagainya, padahal PANSUS mau (melakukan pelatihan) tetapi belum sempat dilakukan walaupun sudah terpikirkan untuk mengadakan pelatihan. Akhirnya kita membekali para karyawan di gereja untuk memahami seluruh instruksi yang ada di SOP. Koordinasi kegiatan dengan penanggung jawab SOP dalam setiap kegiatan pelayanan, 35,71% menjawab ya. Dilihat dari kecenderungan jawaban responden tersebut menggambarkan bahwa tidak semua pelaku

5 pelayanan berkoordinasi dengan penanggung jawab SOP. Berdasarkan data pada tabel 2, sebagian besar responden mengatakan tidak pernah dimonitor dan diaudit oleh yang berwenang. Namun hal ini bertolak belakang dengan keterangan yang diperoleh dari penanggung jawab penerapan SOP yang mengatakan bahwa monitoring selalu dilakukan dan audit dilakukan oleh BP3J sebagai Badan pemeriksa di gereja. Ketua Majelis Jemaat menjelaskan bahwa: monitoring yang dilakukan biasanya terhadap para ketua UPP, BPP dan BP untuk memeriksa apakah rancangan pelaksanaan kegiatan sudah sesuai yang diatur seperti batas waktu pelaksanaan, bentuk pertanggung jawabannya, dan lain-lain. Artinya koordinasi tetap dilakukan antara pelaksana kegiatan dan penanggung jawab dalam hal ini kepada Ketua Majelis Jemaat. 2. Pemahaman Pelaku Pelayanan Terhadap Implementasi Standar Operasional Prosedur Bagian Keuangan di JMO Setelah diketahui bagaimana proses implementasi SOP bagian keuangan di JMO berjalan, maka dalam tahap ini dilihat bagaimana pemahaman pelaku pelayanan terhadap penerapan SOP bagian keuangan yang ada di JMO. Dalam penelitian ini diketahui keterlibatan pelaku pelayanan dalam kepanitiaan gerejawi, instruksi-instruksi tentang pencairan dana dalam SOP dan apakah instruksi tersebut sudah dimengerti dengan baik ataukah belum. Diketahui juga tentang bagian SOP yang rumit untuk dijalankan, tentang keberadaan formulir-formulir dalam SOP yang ada dan juga apakah formulir-formulir tersebut sudah dipahami ataukah belum yang diuraikan pada tabel berikut.

6 Tabel 3. Jawaban Responden Tentang Pemahaman SOP Bagian Keuangan Pertanyaan Absolut Persentase (%) 1. Adanya instruksi dalam SOP tentang pencairan dana 44 62,86 2. Adanya instruksi dalam SOP yang tidak dimengerti 38 54,29 3. Adanya bagian dari SOP yang sangat rumit untuk dijalankan 39 55,71 4. Keberadaan formulir dalam SOP 46 65,71 5. Pemahaman terhadap cara mengisi seluruh formulir SOP 26 37,14 Sumber: Data diolah, 2016 Pada tabel 3 menujukkan persentase jawaban responden tentang pemahaman pelaku pelayanan terhadap implementasi SOP bagian keuangan di Jemaat Maranatha Oebufu. Tentang keberadaan instruksi di dalam SOP yang memuat tentang proses pencairan dana kegiatan di JMO, 66,86% menjawab ya. Berarti dalam SOP tersebut sudah terdapat instruksi jelas tentang proses pencairan dana kegiatan di JMO. Namun, untuk memahami isi dari instruksi tersebut, 54,29% menjawab ya, artinya sebagian dari responden belum memahami instruksi yang ada dalam SOP. Hal ini juga seiring dengan 55,71% yang mengatakan SOP bagian keuangan rumit untuk dijalankan oleh pelaku pelayanan Kelengkapan instruksi dalam SOP di JMO dibuktikan dengan 65,71% mengatakan SOP yang ada memiliki formulir-formulir yang wajib digunakan dalam proses pengajuan dana kegiatan. Namun hanya 37,14% saja yang paham tentang pengisian formulir yang ada. Hal ini merupakan pengaruh dari proses implementasi SOP yang belum sepenuhnya diterapkan dengan baik, dimana tidak adanya pelatihan tentang pengisian formulir dalam tahap implementasi SOP di JMO. Berdasarkan data yang ada pada tabel 2 dan 3 dibuat perbandingan antara responden yang tahu tentang SOP bagian keuangan

7 dan memahami SOP bagian keuangan, yang diambil dari pertanyaan tentang keikutsertaan responden dalam sosialisasi SOP dan tentang apakah instruksi dalam SOP sudah dimengerti ataukah belum seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 4. Perbandingan Jawaban Responden Antara Yang Tahu Dan Yang Paham Akan SOP Tahu tentang keberadaan SOP Pearson Chi-square Sumber: data diolah, 2016 Paham tentang SOP Ya Tidak Ya 21 8 Tidak Df Asymp.sig (2-sided) Jika dilihat secara keseluruhan menurut tabel 4 perbandingan antara yang tahu akan SOP dan yang paham, diketahui bahwa dari 70 orang responden, ada 8 orang yang tahu akan keberadaan SOP tetapi tidak paham. Menurut salah satu responden hal ini dikarenakan prosedur permintaan dana sesuai dengan SOP bagian keuangan di gereja terlalu berbelit-belit sehingga sulit untuk diikuti dengan baik. Selain itu, 11 orang menjawab tidak tahu tentang keberadaan SOP bagian keuangan, tetapi paham terhadap SOP yang ada. Hal ini diakibatkan kebanyakan dari responden tidak mengikuti sosialisasi, tetapi dapat dengan mudah memahami semua instruksi yang ada dalam SOP tersebut dikarenakan beberapa faktor seperti memiliki salinan SOP, tingkat pendidikan, dan juga jabatan gerejawi yang diemban, di mana ada diantara responden adalah karyawan gereja yang tahu tentang SOP bagian keuangan. Berikut kutipan wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat:

8 kita membekali para karyawan di gereja untuk memahami seluruh instruksi yang ada di SOP, sehingga setiap kali ada permohonanpermohonan yang berkaitan dengan program dan keuangan maka itu langsung di-backup oleh karyawan kepada BPP dan UPP untuk membantu mengisi dan membantu menjelaskan formulir, dan lain sebagainya. Artinya karyawan yang menjawab tidak mengikuti sosialisasi SOP pada awalnya, responden paham tentang SOP karena dibekali secara khusus oleh para perancang SOP. Hal ini juga didukung dengan hasil statistik chisquare yang menunjukkan adanya interdependensi antara tahu tentang SOP bagian keuangan dan paham akan SOP bagian keuangan. 3. Komitmen Pelaku pelayanan terhadap implementasi SOP bagian keuangan di JMO Berdasarkan data yang dikumpulkan untuk menjawab tujuan penelitian kedua dalam penelitian ini yakni menjelaskan komitmen pelaku pelayanan dalam mengimplementasikan SOP bagian keuangan di JMO yang dilihat dari pelaksanaan tugas para pelaku pelayanan sesuai dengan siklus dalam SOP, apakah SOP sudah berisikan instruksi apa yang harus dilakukan dalam proses pencairan dana, adakah bagian instruksi dalam SOP yang tidak dijalankan, apakah laporan pertanggungjawaban keuangan dari kegiatan pelayanan selalu dimasukkan tepat waktu, dan juga pernahkah mendapatkan surat teguran karena terlambat memasukkan laporan yang dapat dilihat pada tabel berikut:

9 Tabel 5. Jawaban Responden Tentang Komitmen Menjalankan SOP Bagian Keuangan Pertanyaan Persentase (%) Absolut 1. Melaksanakan tugas sesuai siklus dalam SOP 36 51,43 2. Lengkapnya instruksi dalam SOP tentang proses pencairan dana 47 67,14 3. Adanya instruksi dalam SOP yang tidak dijalankan 9 12,86 4. Ketepatan memasukkan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan 34 48,57 5. Mendapatkan surat teguran karena terlambat memasukkan laporan 12 17,14 Sumber: Data diolah, 2016 Tabel 5 yang membahas tentang komitmen dari pelaku pelayanan terhadap implementasi SOP bagian keuangan di Jemaat Maranatha Oebufu Kupang menujukkan responden yang melaksanakan tugas sesuai dengan siklus pelayanan yang ada dalam SOP tersebut, terdapat 51,43% menjawab ya. Lebih dari setengah responden menjawab ya, tetapi yang menjawab tidak pun tidak sedikit. Salah satu responden yang menjawab tidak memberikan alasan bahwa pelaku pelayanan tidak menjalankan tugas sesuai dengan siklus pelayanan yang ada dalam SOP bagian keuangan karena tidak pernah membaca SOP tersebut sehingga tidak mengetahui isinya dan tidak memahami siklus yang ada. Pelayanan yang dijalankan oleh responden sebagai pelaku pelayanan sesuai dengan perintah yang diberikan tanpa tahu isi SOP bagian keuangan. Mengenai isi dari SOP, apakah sudah tercantum instruksiinstruksi dalam proses pencairan dana, 67,14% menjawab ya dan 32,86% menjawab tidak. Bertolak belakang dengan pelaksanaan siklus pada pertanyaan sebelumnya, mengenai keberadaan-keberadaan instruksi dalam SOP bagian keuangan menurut mayoritas responden menjawab instruksi tersebut sudah jelas. Sedangkan mengenai instruksi-instruksi dalam SOP tersebut yang tidak dijalankan 87,14% menjawab tidak.

10 Artinya para responden menjalankan semua instruksi sesuai dengan termuat dalam SOP bagian keuangan. Pertanyaan keempat mengenai apakah laporan pertanggungjawaban keuangan dari kegiatan pelayanan selalu anda masukkan tepat waktu, lebih dari setengah responden yakni 51,43% menjawab tidak memasukkan laporan keuangan tepat waktu, namun tidak sedikit juga yang menjawab memasukkan tepat waktu yakni 48,57%. Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Ketua Majelis Jemaat (KMJ) bahwa: Beberapa UPP dan BPP yang pas menjalankan tugas sesuai SOP. Bahkan 1 minggu setelah selesai pelayanan, maka laporan itu masuk. Jadi ada sekian banyak yang menjalankan apa yang digariskan oleh SOP. Tetapi ada sebagian juga yang tidak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belum semua pelaku pelayanan memiliki komitmen yang baik untuk memasukkan laporan keuangannya tepat waktu sesuai dengan instruksi yang terdapat dalam SOP yang ada yakni 2 minggu setelah kegiatan dilaksanakan. Pertanyaan terakhir tentang apakah pernah responden mendapatkan surat teguran karena terlambat memasukkan laporan, jawaban yang didapat 17,14% menjawab ya sedangkan 82,86% menjawab tidak. Dari kecenderungan jawaban yang mengatakan tidak pernah mendapat teguran, dapat disimpulkan bahwa para pelaku pelayanan sudah menjalankan tugas pelayanan dengan baik sesuai dengan instruksi yang ada dalam SOP bagian keuangan sehingga sedikit dari responden sebagai pelaku pelayanan yang mendapatkan teguran karena lalai menjalankan tugasnya. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Majelis Jemaat bahwa:

11 Perbandingannya 70: yang menjalankan dan 30 yang belum menjalankan sesuai SOP. Karena ada beberapa UPP yang agak sulit kita atasi. Berdasarkan keterangan dari KMJ tersebut bahwa masih ada beberapa pelaku pelayanan yang sulit untuk diatur dalam hal menjalankan fungsi dan tugas sesuai dengan SOP, dikarenakan gereja merupakan organisasi non profit yang di dalamnya seluruh pelaku pelayanan bukanlah karyawan yang digaji untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Akan tetapi para pelaku pelayanan menjalankan tugas sesuai dengan kesadaran diri masing-masing dan gereja tidak dapat memberi tekanan ataupun sanksi yang berat kepada yang lalai menjalankan tugasnya. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ketua Majelis Jemaat Maranatha Oebufu bahwa: SOP di gereja ini sebenarnya penerapannya sedikit berbeda dengan SOP di pemerintahan. Kalau di pemerintah, orang bekerja menjalankan tanggung jawab dan digaji. Sedangkan di gereja ini kan tidak. Bahkan ketika kita mau menerapkan SOP ini saja, kita sudah berpikir bahwa ini akan sulit karena kita tidak mungkin untuk memaksa orang memberi sanksi kepada orang jika mereka tidak menjalankan sop, karena inikan pekerjaan sukarela dan sosial. Dari tabel 3 dan 5 dibuat perbandingan antara responden yang memahami SOP dan berkomitmen dalam menjalankan SOP seperti dalam tabel berikut. Tabel 6. Perbandingan jawaban responden antara Yang paham akan SOP dan yang berkomitmen menjalankan SOP Komitmen akan SOP Ya Tidak Paham tentang SOP Ya 24 8 Tidak Asymp.sig Df Pearson Chi-square (2-sided) Sumber: Data diolah, 2016

12 Pada tabel 6 di atas diketahui bahwa dari 70 orang responden, yang memahami dan memiliki komitmen terhadap SOP bagian keuangan bagian keuangan sebesar 24 orang dan yang paham SOP bagian keuangan tetapi tidak berkomitmen sebesar 8 orang. Responden yang tidak paham terhadap SOP bagian keuangan tetapi berkomitmen menjalankannya sebesar 12 dan yang tidak paham akan SOP dan juga tidak berkomitmen menjalankannya sebesar 26. Tingkat signifikansi pada data statistik chi-square pada tabel di atas menunjukkan adanya interdependensi antara pemahaman akan SOP bagian keuangan dan komitmen pelaku pelayanan dalam menjalankan SOP bagian keuangan. C. Pembahasan 1. Pemahaman Pelaku Pelayanan Terhadap Standar Operasional Prosedur Bagian Keuangan Di JMO Berdasarkan hasil analisis yang ada, sebagian besar responden belum sepenuhnya memahami SOP bagian keuangan yang ada di JMO, walaupun dikatakan bahwa instruksi dan formulir yang ada dalam SOP tersebut sudah tersedia, namun sebagian besar responden tidak mengerti cara pengisian formulir permintaan pembayaran yang perlu dilampirkan dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Selain itu alasan yang diberikan oleh pelaku pelayanan yang mengatakan tidak mengerti karena mereka tidak memiliki salinan SOP khususnya bagian keuangan yang ada. Bila dilihat dari fungsinya, keberadaan SOP menurut Stader (2007) dan Wulandari & Silistianingsih (2013) adalah membantu para pelaku kerja dalam organisasi untuk memahami peran, tanggung jawab serta kewenangannya, dan juga untuk menilai kinerja suatu organisasi. Berdasarkan fungsi SOP ini, jika instruksi dalam SOP rumit dan tidak dipahami dengan baik cara pengisian formulirnya, SOP bagian keuangan tersebut belum sepenuhnya membantu

13 para pelaku pelayanan di JMO untuk memahami peran, tugas dan tanggung jawab yang seharusnya dijalankan oleh para pelaku pelayanan Pemahaman responden yang adalah pelaku pelayanan yang masih relatif sedikit terhadap SOP bagian keuangan di JMO ini diduga karena proses implementasi yang belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal yakni pertama, dimulai dari keberadaan SOP tersebut yang tidak sepenuhnya diketahui oleh pelaku pelayanan secara keseluruhan. Alamudi & Prabawati (2014) mengatakan bahwa salah satu langkah dalam proses implementasi ini adalah menginformasikan tentang keberadaan SOP atau perubahan dalam SOP dan memahami signifikansi dari perubahan tersebut. Jika tidak semua pelaku pelayanan mengetahui tentang keberadaan SOP artinya ada yang salah dengan sosialisasi yang dilakukan. Berdasarkan hasil analisis sebagian besar responden menjawab tidak mengikuti sosialisasi dan pelatihan SOP khususnya bagian keuangan. Padahal langkah awal dari pada implementasi SOP ini adalah sosialisasi dalam rangka memberitahukan keberadaan SOP tersebut Hal kedua adalah proses pendistribusian dokumen/salinan SOP kepada seluruh majelis jemaat sebagai pelaku pelayanan terdapat kekeliruan yang dilakukan sehingga sebagian besar pelaku pelayanan tidak mendapatkan salinan tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, responden mengatakan tidak memiliki salinan SOP sehingga tidak pernah mengetahui seperti apa bentuk dan isi dari SOP bagian keuangan milik JMO. Hal ini tentu mempengaruhi pemahaman para pelaku pelayanan terhadap instruksi-instruksi yang harus dijalankan oleh para pelaku pelayanan di JMO. Alamudi & Prabawati kembali menuliskan ada beberapa cara untuk mendistribusikan salinan tersebut yakni: didistribusikan langsung ke masingmasing departemen, disediakan di perpustakaan dan harus mudah diakses oleh seluruh departemen, disebarkan melalui sistem komputer, website,

14 ataupun dikirim melalui jaringan internet lainnya. Hal lainnya yang harus diperhatikan ketika mendistribusikan SOP adalah lembaga harus memiliki tanda terima yang berisikan daftar penerima, tanggal dan tempat, serta tanda tangan penerima. Dalam hal ini jika memang salinan SOP di JMO sudah didistribusikan kepada seluruh pelaku pelayanan seperti yang disampaikan dalam wawancara tersebut maka perlu memperhatikan kembali apakah benar salinan SOP tersebut sudah sampai kepada para pelaku pelayanan lewat catatan tanda terima tersebut. Pengaruh yang ketiga adalah tidak adanya pelatihan yang dijalankan. Dari hasil analisis, sebagian besar pelaku pelayanan menjawab tidak pernah mengikuti pelatihan. Menurut Stup (2002) tahap pelatihan SOP ini memang sering diabaikan oleh organisasi, padahal pelatihan diadakan untuk menghindari perbedaan pandangan atau pengertian terhadap SOP yang dapat mengakibatkan munculnya variasi dalam penerapannya. Namun dalam hal ini langkah atau sikap yang diambil oleh gereja cukup baik dalam rangka menanggapi ketiadaan pelatihan dengan memberikan pembekalan atau pelatihan secara khusus kepada karyawan gereja yang membantu para BPP dan UPP serta BP yang menjalankan program sesuai dengan SOP bagian keuangan yang berlaku. Jadi walaupun tidak ada pelatihan, tetapi para pelaku pelayanan terbantu dengan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh karyawan gereja dalam proses permohonan dan pencairan dana program kegiatan di JMO. Menurut Alamudi & Prabawati dalam proses implementasi perlu adanya mekanisme untuk memantau kinerja, mengidentifikasi masalah yang akan terjadi dan memberikan dukungan pada proses implementasi. Dengan demikian mempermudah anggota sebagai pelaksana program untuk melaksanakan program sesuai dengan aturan yang ada dalam SOP. Proses perencanaan sendiri bisa dengan cara formal maupun informal tergantung

15 pada kebutuhan. Berdasarkan hasil analisis, proses mentoring yang berupa koordinasi kerja sebelum pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada penanggung jawab tidak dijalankan oleh seluruh pelaku pelayanan secara langsung. Koordinasi dilakukan berdasarkan tugas para pelaku pelayanan, dimana hal tersebut tidak diwajibkan untuk berkoordinasi secara langsung dengan Majelis Jemaat Harian (MJH) selaku penanggung jawab SOP, tetapi kebanyakan para pelaku pelayanan berkoordinasi dengan penanggung jawab rayon dalam lingkup yang lebih kecil. Dengan demikian, proses monitoring terhadap penerapan SOP tersebut sudah berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan kebutuhan di JMO yang dilakukan secara formal maupun informal. Dilihat dari perbandingan antara pelaku pelayanan yang tahu tentang SOP bagian keuangan dan yang paham terhadap SOP bagian keuangan tersebut berdasarkan hasil analisis yang ada, maka diketahui ada sebagian kecil pelaku pelayanan yang tidak mengikuti sosialisasi namun dapat memahami instruksi yang ada dalam SOP tersebut. Pemahaman yang didapatkan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti salinan SOP yang dimiliki sehingga dapat mempelajari semua instruksi yang ada dalam SOP tersebut. Faktor lainnya karena beberapa dari pelaku pelayanan merupakan karyawan gereja JMO sehingga memiliki akses terhadap dokumen SOP. Selain karyawan gereja, sebagian dari pelaku pelayanan juga adalah pengurus UPP dan BPP, yang dalam pelaksanaan tugasnya selalu berhubungan dengan proses permohonan dan pencairan dana kegiatan di mana wajib dilaksanakan sesuai dengan SOP yang ada. Yang terakhir adalah pendidikan. Mayoritas dari pelaku pelayanan yang tidak tahu SOP bagian keuangan di JMO tetapi paham adalah orang-orang yang mengenyam pendidikan pada tingkat perguruan tinggi, dan sebagian lainnya ada lulusan SMA. Dari faktor-faktor inilah para pelaku pelayanan tersebut dapat

16 memahami instruksi-instruksi yang ada dalam SOP dengan baik tanpa mengikuti sosialisasi yang ada. 2. Komitmen Pelaku Pelayanan Dalam Mengimplementasikan SOP Bagian Keuangan Di JMO Berdasarkan hasil analisis data yang ada, terlihat bahwa tidak semua pelaku pelayanan di JMO memiliki komitmen yang kuat untuk menjalankan SOP bagian keuangan yang ada di JMO. Kurangnya komitmen pelaku pelayanan ini terlihat pada hampir sebagian responden mengaku tidak menjalankan tugas sesuai dengan siklus yang ada dalam SOP tersebut. Faktor yang menyebabkan pelaku pelayanan menjawab tidak menjalankan pelayanan sesuai dengan siklus pelayanan seperti dalam SOP dikarenakan tidak memiliki salinan SOP, sehingga siklus pelayanan seperti apa yang tertulis di dalamnya tidak diketahui oleh para pelaku pelayanan. Selain itu juga lebih dari setengah responden mengatakan sering memasukkan laporan pertanggung jawaban tidak tepat pada waktu yang ditentukan sesuai dengan SOP. Menurut Mayer & Allen (1997) anggota organisasi yang memiliki komitmen organisasi akan bekerja dengan penuh dedikasi karena anggota yang memiliki komitmen tinggi menganggap bahwa hal yang penting yang harus dicapai adalah pencapaian tugas dalam organisasi. Anggota organisasi yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi juga memiliki pandangan yang positif dan akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan organisasi. Artinya para pelaku pelayanan tergolong kurang berkomitmen dalam mengimplementasikan SOP bagian keuangan di JMO, karena tidak adanya usaha untuk menjalankan tugas sesuai dengan SOP yang ada. Pelaku pelayanan belum menganggap bahwa suatu kewajiban untuk menjalankan pelayanan sesuai dengan SOP merupakan hal penting yang harus dilaksanakan terlebih dahulu untuk kepentingan penertiban administrasi di dalam Jemaat Marantha Oebufu.

17 Jika dilihat menurut dimensi komitmen menurut Allen & Mayer yang harus dimiliki oleh para pelaku pelayanan di gereja yakni affective commitment (karyawan memiliki motivasi dan keinginan kuat untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi) dan normative commitment (karyawan akan tetap bertahan dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau keharusan), dimana para pelaku pelayanan dengan tanpa dipaksa, memiliki keinginan serta kesadaran bahwa menjalankan SOP merupakan suatu kewajiban dan keharusan. Maka para pelaku pelayanan di JMO memiliki komitmen yang kurang terhadap gereja untuk menjalankan tugas pelayanan sesuai dengan SOP bagian keuangan yang ada, karena untuk menjalankan tugas sesuai dengan SOP tersebut membutuhkan itikad kuat dan keinginan dari diri sendiri untuk menjalankan dan melaksanakannya. Di mana pelaksanaan tugas pelayanan sesuai dengan SOP bagian keuangan yang ada di JMO sama sekali tanpa ada tekanan atau ganjaran ketika tidak dilaksanakan, karena pelaku pelayanan di gereja bekerja sesuai dengan kerelaan hati. Dengan demikian komitmen untuk menjalankan SOP bagian keuangan di JMO dipengaruhi oleh keinginan yang kuat dari dalam diri sendiri serta kesadaran dan tanggung jawab sebagai pelaku pelayanan di JMO. Hal tersebut juga terlihat pada tabel 6 perbandingan antara pemahaman dan komitmen pelaku pelayanan terhadap SOP bagian keuangan di JMO di mana ada banyak pelaku pelayanan yang paham akan SOP tersebut tetapi kurang berkomitmen untuk menjalankannya. Artinya dengan sengaja para pelaku pelayanan mengabaikan untuk menjalankan SOP yang ada secara baik. Penyebabnya karena para pelaku pelayanan adalah majelis jemaat biasa yang dalam menjalankan tugasnya tidak berkaitan dengan bagian keuangan gereja yang sistemnya diatur dalam SOP. Seperti yang dikatakan oleh Van & Graham (1994) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen

18 organisasi adalah Situational Factors, yang mengacu pada Job characteristics. Dimana kepuasan terhadap otonomi, status, dan kepuasan terhadap organisasi adalah predictor yang signifikan terhadap komitmen organisasi. Hal inilah yang merupakan karakteristik pekerjaan yang dapat meningkatkan perasaan individu terhadap tanggung jawabnya, dan keterikatan terhadap organisasi. Beberapa pelaku pelayanan yang mengetahui tentang SOP tetapi tidak berkomitmen menjalankannya dikarenakan adanya pengaruh dari job characteristic. Di mana para pelaku pelayanan tidak memiliki karakteristik pekerjaan yang dapat meningkatkan rasa tanggung jawabnya, serta keterikatan terhadap pelaksanaan SOP yang berkaitan dengan perbendaharaan di JMO karena tugas yang tidak berhubungan dengan bagian keuangan. Seperti yang dikatakan Stup (2002) bahwa memperbaiki proses implementasi adalah penting. Hal ini untuk meningkatkan komitmen para pelaku pelayanan terhadap implementasi SOP bagian keuangan di JMO, di mana dengan mendapatkan sosialisasi yang baik serta pelatihan, dan juga salinan SOP wajib dipastikan dimiliki oleh seluruh pelaku pelayanan.

KORELASI ANTARA AFFECTIVE COMMITMENT DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA CV. TERLAKSANA SUKSES MANDIRI ABSTRAK

KORELASI ANTARA AFFECTIVE COMMITMENT DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA CV. TERLAKSANA SUKSES MANDIRI ABSTRAK KORELASI ANTARA AFFECTIVE COMMITMENT DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA CV. TERLAKSANA SUKSES MANDIRI ABSTRAK Saat ini di perusahaan-perusahaan besar banyak sekali terdapat karyawan yang berkompeten,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN

KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN Lampiran 20 KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN Kepada Yth, Bapak/ibu respoden Di tempat Bandung, 17 Desember 2007 Dengan hormat, Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem yang digunakan untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut berupa informasi

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020 PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020 I. Dasar Pelaksanaan Tata Gereja GPIB tahun 2015 1. Tata Dasar, Bab IV ttg Penatalayanan Gereja 2. Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas organisasi. Mengingat peran yang cukup dominan

Lebih terperinci

ANGKET / QUESTIONER ANGKET VARIABEL BEBAS (MONITORING X1) 7. Apakah Anda berada ditempat kerja selama jam waktu bekerja?

ANGKET / QUESTIONER ANGKET VARIABEL BEBAS (MONITORING X1) 7. Apakah Anda berada ditempat kerja selama jam waktu bekerja? LAMPIRAN I ANGKET / QUESTIONER Data Responden: Nama : Status / Golongan : Umur : Tingkat Pendidikan : Petunjuk Pengisian: 1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur dan benar 2. Bacalah terlebih

Lebih terperinci

Umur : Lama Bekerja : Jabatan : Pendidikan terakhir : ( ) SLTA ( ) Diploma ( ) S1 ( ) S2 ( ) Lain lain...

Umur : Lama Bekerja : Jabatan : Pendidikan terakhir : ( ) SLTA ( ) Diploma ( ) S1 ( ) S2 ( ) Lain lain... 73 86 LAMPIRAN 4. KUESIONER DAFTAR KUESIONER Hasil dari penelitian ini hanya digunakan bagi kepentingan penulisan Tugas Akhir Mahasiswa, maka dari itu jawaban yang Bapak/ Ibu/ Sdr/ Sdri berikan akan dijamin

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.23,2016 Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAHAN DAERAH.Penyusunan, Standar Operasional Prosedur, Penyelenggaraan Pemerintahan. BUPATI

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT TERKAIT DUGAAN PELANGGARAN KEPPH TAHUN 2017

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT TERKAIT DUGAAN PELANGGARAN KEPPH TAHUN 2017 INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT TERKAIT DUGAAN PELANGGARAN KEPPH TAHUN 2017 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...2 A. Latar Belakang... 2 B. Tujuan... 3 C. Komponen Pengukuran...

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab hipotesis yang dikembangkan dalam

BAB V PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab hipotesis yang dikembangkan dalam BAB V PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN Untuk menjawab hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu dilakukan pemberian skor terhadap setiap indikator yang dipakai pada setiap

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Jakarta, 22 Agustus 2017 Nomor Lamp Perihal : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Kepada Yth. : Seluruh Majelis Jemaat GPIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, banyak mahasiswa/i di universitas universitas memiliki tujuan untuk lulus tepat waktu ( 4 tahun ) sehingga dapat cepat bekerja. Namun, beberapa faktor

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN. Hasil pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan

BAB III HASIL PENELITIAN. Hasil pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan BAB III HASIL PENELITIAN Dalam Bab III ini menyajikan gambaran data penelitian yang diperoleh dari hasil jawaban reponden, proses pengolahan data, dan analisis hasil pengolahan data. Hasil pengolahan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia pendidikan yang bermutu. Rendahnya mutu pendidikan akan menjadi masalah besar bagi suatu bangsa,

Lebih terperinci

PUSAT MEDIASI NASIONAL

PUSAT MEDIASI NASIONAL PUSAT MEDIASI NASIONAL The Indonesian Mediation Center KODE ETIK MEDIATOR THE RIGHT SOLUTION FOR DISPUTE RESOLUTION www.pmn.or.id KODE ETIK MEDIATOR BAB I. KETENTUAN UMUM... 3 BAB II. KETIDAKBERPIHAKAN...3

Lebih terperinci

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA BAB I PERHIMPUNAN WILAYAH Syarat dan Tatacara Pendirian Perhimpunan Wilayah Pasal 1 (1) Perhimpunan Wilayah adalah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Jenawi, dan Kecamatan Karangpandan di Kabupaten Karanganyar. Pemilihan. menikah, dan sukarela dalam mengikuti penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Jenawi, dan Kecamatan Karangpandan di Kabupaten Karanganyar. Pemilihan. menikah, dan sukarela dalam mengikuti penelitian. 24 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Lokasi Penelitian Pengambilan data dilakukan pada Juni-Agustus 2014 di empat kecamatan, yaitu Kecematan Gondangrejo, Kecamatan Jaten, Kecamatan Jenawi, dan Kecamatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PEMIMPIN CABANG BIDANG PEMBINAAN PELAYANAN PENYELIAAN LAYANAN PRIMA / EMERALD

LAMPIRAN A PEMIMPIN CABANG BIDANG PEMBINAAN PELAYANAN PENYELIAAN LAYANAN PRIMA / EMERALD LAMPIRAN LAMPIRAN A PEMIMPIN CABANG BRANCH QUALITY ASSURANCE BIDANG PEMBINAAN KANTOR LAYANAN BIDANG PEMBINAAN PELAYANAN KANTOR LAYANAN & KANTOR KAS PENYELIAAN PELAYANAN UANG TUNAI PENYELIAAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB V PELAKSANAAN, MONITORING, DAN EVALUASI SOP

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB V PELAKSANAAN, MONITORING, DAN EVALUASI SOP BAB V PELAKSANAAN, MONITORING, DAN EVALUASI SOP A. Pelaksanaan SOP Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan SOP adalah sebagai berikut. 1. Perencanaan Pelaksanaan SOP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia perekonomian dewasa ini tumbuh dan berkembang secara dinamis, sehingga semua organisasi atau perusahaan yang bergerak di dalamnya agar selalu mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN A. Pendahuluan Pada tahun 2014, lembaga survei internasional (Towers Watson) melakukan sebuah penelitian mengenai sumberdaya manusia dengan responden dari berbagai negara. Jumlah responden

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 Keadaan Ketenagakerjaan di DKI Jakarta Februari 2017 No. 27/05/31/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DKI Jakarta pada Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN BEASISWA KULIAH PROGRAM S1/D4/D3 BAGI MAHASISWA BERPRESTASI YANG BERASAL DARI KELUARGA TIDAK

Lebih terperinci

DRAFT TRANSKRIP WAWANCARA DAN KUESIONER. Transkrip Wawancara

DRAFT TRANSKRIP WAWANCARA DAN KUESIONER. Transkrip Wawancara DRAFT TRANSKRIP WAWANCARA DAN KUESIONER Data Informan Nama Informan : Jabatan : Tanggal Wawancara : Waktu Wawancara : Transkrip Wawancara A. Standar dan Arah Kebijakan 1) Apakah Renstra yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Rangkuman: a. Catatan Umum: - Survei dilakukan setelah ibadah hari Minggu, 24 juli 2016, meskipun ada beberapa yang mengisi survey saat PD Lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam. mempertahankan kehidupannya dengan beragam cara yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam. mempertahankan kehidupannya dengan beragam cara yang dimilikinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya setiap manusia menginginkan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus bertahan dalam mempertahankan kehidupannya dengan beragam

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS SUKARAMAI KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2017

PANDUAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS SUKARAMAI KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2017 PANDUAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS (SIMPUS) DI PUSKESMAS SUKARAMAI KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2017 1. Kepala Puskesmas Data Responden Nama Umur Jenis Kelamin Jabatan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN TARGET GROUP

KUESIONER PENELITIAN STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN TARGET GROUP LAMPIRAN : KUESIONER PENELITIAN STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN TARGET GROUP DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III DELI SERDANG 2 SEI KARANG, GALANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat yang didapat dari penelitian ini. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 011 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 011 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 011 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth Bapak/Ibu/Saudara/i Di IGD RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa air permukaan mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON)

PERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON) PERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON) 76 Ketetapan Synode Bolon GKPS ke-32 Tahun 1994 No. 5/1 Tahun 1994 Tentang RUHUT PAMINSANGON DI GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN SYNODE BOLON GEREJA

Lebih terperinci

UNTUK KEMENTERIAN/LEMBAGA

UNTUK KEMENTERIAN/LEMBAGA KUESIONER EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PP NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN UNTUK KEMENTERIAN/LEMBAGA Biro Hukum Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta,

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA MEDAN

DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA MEDAN DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA MEDAN Petunjuk pengisian : 1) Isilah data diri sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 25 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA

MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA KETETAPAN MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA TAP No. 08/MPM/X/2016 TENTANG UNIT KEGIATAN MAHASISWA MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA Menimbang : a. bahwa mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan dalam proses perkuliahan

Lebih terperinci

2018, No.4-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia

2018, No.4-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia No.4, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Tugas Belajar. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG TUGAS BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, perkembangannya meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan pendidikan. Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 / HUK / 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 / HUK / 2010 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 / HUK / 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter

Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter Nama Pewawancara Tanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara I. Petunjuk Umum 1. Sampaikan ucapan terimakasih kepada informan atas kesediaannya dan waktu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam penelitian ini adalah orang-orang yang telah dipilih menjadi sampel

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam penelitian ini adalah orang-orang yang telah dipilih menjadi sampel 45 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Sebelum hasil penelitian ini dijelaskan lebih lanjut terlebih dahulu peneliti akan menjabarkan identitas dari responden. Adapun yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,

Lebih terperinci

DevelopmentCheck Questioner: BAHASA

DevelopmentCheck Questioner: BAHASA DevelopmentCheck Questioner: BAHASA Rincian Proyek Detail Nama proyek Referensi Proyek Status Proyek (pada saat monitoring) Uraian singkat tentang proyek Sektor Proyek Tanggapan (harus dilengkapi untuk

Lebih terperinci

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY) 5.1 Karakteristik Karakteristik pendengar merupakan salah satu faktor yang diduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 44 BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bagian ini peneliti memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian diperoleh dari pengolahan data secara statistik dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah motivasi memengaruhi komitmen

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah motivasi memengaruhi komitmen BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah motivasi memengaruhi komitmen organisasional afektif secara positif. Temuan studi ini menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik dan

Lebih terperinci

Bab 4 Analisis Data. Dari data yang didapat, nasabah yang menjadi responden berusia mulai dari 16

Bab 4 Analisis Data. Dari data yang didapat, nasabah yang menjadi responden berusia mulai dari 16 Bab Analisis Data Setelah kuesioner dibagikan dan diperoleh data dari penelitian di lapangan, kemudian dilakukan perhitungan dari data tersebut. Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan organisasi pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena merupakan salah satu sarana penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

RINGKASAN. Judul skripsi yang penulis buat adalah analisa penggunaan tulisan Jian ti dan Fan ti

RINGKASAN. Judul skripsi yang penulis buat adalah analisa penggunaan tulisan Jian ti dan Fan ti RINGKASAN Judul skripsi yang penulis buat adalah analisa penggunaan tulisan Jian ti dan Fan ti pada masyarakat Tionghoa di Glodok. Penulis memilih judul tersebut atas dasar keingintahuan Penulis terhadap

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Sebagian besar dana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan di Indonesia berasal dari sektor pajak. Pajak bukanlah iuran sukarela tetapi iuran wajib yang dapat dipaksakan sehingga kelalaian dalam

Lebih terperinci

UNIKA Soegijapranata Semarang

UNIKA Soegijapranata Semarang Semarang, Desember 2007 Yang Terhormat, Bapak / Ibu / Sdr / i Bersama ini, saya : Nama : Rismawati Simarmata Nim : 04.60.0031 Fakultas : Ekonomi / Akuntansi UNIKA Soegijapranata Semarang Dengan rendah

Lebih terperinci

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lemba

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lemba - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut Bapak/Ibu. Tiap pertanyaan hanya boleh ada

KUESIONER PENELITIAN. kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut Bapak/Ibu. Tiap pertanyaan hanya boleh ada L1 KUESIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian Berilah tanda centang ( ) pada kotak yang tersedia untuk masing-masing jawaban pertanyaan kuesioner yang merupakan pilihan terbaik menurut Bapak/Ibu. Tiap pertanyaan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

TENTANG IZIN KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR,

TENTANG IZIN KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 NOMOR 21 SERI E PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG IZIN KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

Lembar Penjelasan Tentang Penelitian

Lembar Penjelasan Tentang Penelitian 72 Lampiran 1 Lembar Penjelasan Tentang Penelitian Judul : Pengetahuan Mahasiswa program studi S1 Keperawatan (reguler) tentang Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2014 tentang keperawatan. Peneliti : Rafika

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DENGAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI BASIS DATA JEMAAT GMIT SION OEPURA BERBASIS WEB

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI BASIS DATA JEMAAT GMIT SION OEPURA BERBASIS WEB RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI BASIS DATA JEMAAT GMIT SION OEPURA BERBASIS WEB Meiton Boru Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana ABSTRACT Gereja Masehi Injili di Timor

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem 130 BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem Pengendalian Internal Pemerintah pada Badan Kantor Pertanahan Nasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY 4.1.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas Pendidikan,

Lebih terperinci

PEDOMAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT EMDEKI UTAMA Tbk

PEDOMAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT EMDEKI UTAMA Tbk PEDOMAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT EMDEKI UTAMA Tbk I. LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 35 Ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN

11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN 11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN Contributed by Administrator Monday, 25 January 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan teknologi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi dunia saat ini banyak terjadi perkembangan di segala bidang. Termasuk dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan teknologi. Berkembangnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

FORMULIR PENDAFTARAN BANTUAN PENDIDIKAN TINGKAT UNIVERSITAS BAGI MASYARAKAT BOJONEGORO ANGKATAN TAHUN AKADEMIK 2014/2015

FORMULIR PENDAFTARAN BANTUAN PENDIDIKAN TINGKAT UNIVERSITAS BAGI MASYARAKAT BOJONEGORO ANGKATAN TAHUN AKADEMIK 2014/2015 FORMULIR PENDAFTARAN BANTUAN PENDIDIKAN TINGKAT UNIVERSITAS BAGI MASYARAKAT BOJONEGORO ANGKATAN TAHUN AKADEMIK 2014/2015 Formulir Pendaftaran ini dikhususkan untuk program beasiswa tingkat S1 dari universitas

Lebih terperinci

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016 GKI BLIMBING, www.gkiblimbing.com RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016 1 Hasil Survei dalam grafik 1. Usia Responden sebagian besar di atas 51 tahun (46%). Usia Responden 51 th

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2016 2 BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa saat ini jumlah transaksi maupun nilai nominal pengiriman uang baik di

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang berkaitan dengan gender.

Lebih terperinci

39 Apakah rata-rata pihak manajer divisi dapat menjalin komunikasi dengan baik dengan karyawan-karyawan bawahannya?

39 Apakah rata-rata pihak manajer divisi dapat menjalin komunikasi dengan baik dengan karyawan-karyawan bawahannya? LAMPIRAN A DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER TENTANG PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENGGAJIAN PADA KSP. NASARI NO. Pertanyaan ADANYA STRUKTUR

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. bendahara SKPD diatas 1 tahun. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. bendahara SKPD diatas 1 tahun. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Responden Responden penelitian adalah bendahara penerimaan dan pengeluaran SKPD pada Pemerintah Kabupaten Tabanan yang sudah melaksanakan tugas sebagai bendahara

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pelayananan Pajak Pratama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pelayananan Pajak Pratama 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pelayananan Pajak Pratama Gorontalo dengan cara menyebar angket/kuesioner

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR

BAB 4 ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR BAB 4 ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR DENGAN KINERJA KARYAWAN BAGIAN PERAWATAN BANGUNAN DAN FASILITAS PT FAJAR MEKAR INDAH AREA GEDUNG BIDAKARA Pada bab ini dipaparkan hasil

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci