BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Bukan Go Publik PT Nusantara Inti Pratama berasal dari CV Nutraco yang bertempat kedudukan di Lampung, berdiri pada tahun 1983 dengan konsentrasi dan pekerjaan pada bidang penyewaan alat-alat berat, kontraktor untuk proyek-proyek swasta maupun pemerintah meliputi pekerjaan land clearing, cut & fill, pekerjaan sipil yang terdiri dari pembangunan jalan, jembatan, bangunan, irigasi, dan sarana transportasi. Dengan semakin bervariasinya segmen pekerjaan yang ditangani perusahaan, maka bentuk badan usaha CV berkembang menjadi PT pada tahun 1991 dan semakin dipercaya oleh konsumen untuk menangani pekerjaanpekerjaan yang lebih besar di pulau Sumatera pada wilayah Jambi, Lampung dan Palembang. Guna memenuhi tuntutan pasar, maka pada tahun 2000 diperkenalkan sebuah nama perusahaan yang mencerminkan lingkup pekerjaannya, yaitu PT Nipindo Prima Mesin dengan konsentrasi bisnis dan pekerjaan menggunakan alat-alat berat yaitu, pada bidang : land clearing, civil works dan rent heavy equipment. Namun, mengingat diversifikasi usaha yang meliputi beragam sektor usaha, maka nama PT Nipindo Prima Mesin sudah tidak dapat mengakomodasi semua sektor usaha yang digeluti. Selanjutnya pada tahun 2008 nama PT Nipindo Prima Mesin berubah menjadi PT Nipindo Primatama, sehingga dapat mengakomodasi semua 43

2 44 sektor usaha yang terdapat dalam Nipindo Group. Perlahan namun pasti Nipindo Group mulai terlihat aktivitasnya yang menjadi cikal bakal Holding Company. Sesuai dengan tujuan, visi dan misi perusahaan yang telah kita canangkan dalam rapat tinjauan manajemen tahun-tahun sebelumnya, maka dibuatkan perusahaan dibawah naungan Nipindo Group yaitu, PT Bukit Intan Manunggal mulai beroperasi pada tahun 2008, diikuti dengan PT Nusantara Inti Pratama beroperasi pada tahun 2010 dan yang terakhir adalah PT Nipindo Bangun Cipta beroperasi pada tahun Pada awal perusahaan berdiri, karyawan hanya berjumlah 20 orang. Dengan pesatnya perkembangan perusahaan, saat ini karyawan PT Nusantara Inti Pratama baik yang berada di lokasi proyek, kantor cabang maupun kantor pusat berjumlah 716 orang. PT Nusantara Inti Pratama terus mengembangkan bisnisnya hingga saat ini, lokasi usaha saat ini berada di wilayah Muara Teweh, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sebagai perusahaan yang bergerak pada bidang penjualan batu bara dan jasa penyewaan alat berat, PT Nusantara Inti Pratama memiliki visi : PT Nusantara Inti Pratama menjadi perusahaan global di bidang tambang batu bara. Hal ini sejalan dengan misi perusahaan, yaitu : 1. Memberikan hasil tambang batu bara yang mengutamakan kepuasan pelanggan dengan memberikan kualitas terbaik.

3 45 2. Mengembangkan usaha di sektor pertambangan, pengolahan hasil tambang, membuka lapangan pekerjaan, dan pengembangan kompetensi karyawan. 3. Bekerja dengan optimal untuk mendapatkan hasil yang menguntungkan dan untuk pengembangan usaha 4. Perbaikan terus-menerus di penguasaan teknologi, metode kerja, manajemen, dan sumber daya manusia 5. Menjadi perusahaan yang dikenal oleh masyarakat, mengutamakan keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan Untuk menunjukkan komitmennya kepada visi dan misi perusahaan, serta untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka seiring dengan berkembangnya perusahaan, pada tahun 2006 PT Nusantara Inti Pratama mendapatkan lisensi untuk ISO 9001 : 2000, sehingga perusahaan ini telah diakui komitmennya terkait dengan system, quality, dan service dalam menjalankan bidang usahanya secara internasional. Untuk mempertahankan komitmennya ini, PT Nusantara Inti Pratama berusaha untuk terus-menerus mengembangkan kualitasnya dengan melakukan audit yang dilakukan terhadap system, quality, dan service sehingga mutu pekerjaan dan kepuasan pelanggan tetap terjaga, bahkan meningkat. B. Manajemen dan Organisasi Perusahaan Dalam setiap perusahaan adanya fungsi manajemen dan struktur organisasi sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan perusahaan. Karena dengan

4 46 organisasi yang baik maka fungsi-fungsi manajemen dapat dijalankan dengan baik pula, organisasi berfungsi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan perusahaan. Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi memerlukan adanya bentuk pembagian kerja, penentuan posisi, penempatan tugas, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang jelas, sehingga dapat tercapai kerjasama yang baik dalam mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi untuk masing-masing perusahaan pada umumnya bebeda tergantung dari besar kecilnya perusahaan, bidang usaha, tujuan dan sifat organisasi. Setiap perusahaan atau organisasi tentunya mempunyai struktur organisasi dan manajemen yang tetap, demikian pula dengan PT Nusantara Inti Pratama Struktur organisasi dan manajemen mempunyai arti yang penting bagi setiap perusahaan untuk menjelaskan bagaimana kehandalan seorang karyawan dalam organisasi dan apa saja yang menjadi tugasnya. Oleh karena itu bentuk struktur organisasi dan manajemen dari PT Nusantara Inti Pratama sebagai berikut :

5 President Director Director Management Representative Secretary Fin&.Acc Director Operation Director Buss.Dev Director Division Fin,Acc&Tax General Manager Material Management General Manager Mining General Manager Civil General Manager Buss.Dev General Manager TAX HRGA Purchasing Services Mining Construction Mechanical & Buss.Dev Engineering & Electrical Controling Audit Legal Departement ICT Logistic System Finance&Acc HEO Gambar 4.1 : Struktur Organisasi 47

6 48 1. Level direktur a. Presiden direktur Sebagai pemimpin tertinggi di perusahaan, presiden direktur memiliki tanggung jawab utama untuk memimpin dan menyelenggarakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengendalian atas semua kegiatan perusahaan, untuk mencapai sasaran jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan. presiden direktur juga memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan perusahaan, sesuai dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan. b. Finance & accounting director Tanggung jawab utama finance & accounting director adalah memberikan rekomendasi terhadap hasil analisa resiko keuangan dan laporan keuangan kepada presiden direktur, sehingga dapat membantu presiden direktur dalam membuat keputusan di bidang keuangan. c. Operational director Direktur operasional memiliki tanggung jawab utama untuk mengendalikan dan mengarahkan proses operasional produksi, dalam upaya untuk mencapai target produksi atau revenue yang sudah ditargetkan manajemen. d. Business development director Tanggung jawab utamanya adalah memberikan rekomendasi kepada presiden direktur dalam keputusan-keputusan strategis yang menyangkut kebijakan dalam

7 49 bidang business development maupun dalam menjajagi peluang pasar agar dapat mengembangkan bisnis perusahaan. 2. Level divisi a. Finance, accounting, tax general manager Membantu Finance & Accounting Director dalam hal pembuatan keputusan kebijakan dan pengawasan pelaksanaannya yang menyangkut bidang Keuangan, Accounting dan Pajak. b. Material management general manager Bertanggung jawab untuk merencanakan, mengatur, dan mengkoordinasikan kegiatan kerja antar departemen untuk memastikan kegiatan departemen di bawah koordinasinya berjalan sesuai dengan tujuan dan strategi perusahaan agar mencapai target bisnis yang diharapkan manajemen. c. Mining general manager Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional: produksi, SHE (Safety, Health, & Environment), sistem & prosedur, serta mengendalikan dan mengevaluasi seluruh kegiatan operasional mining. Selain itu juga memastikan berjalannya kegiatan operasional atau produksi mining dan pencapaian target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

8 50 3. Level departemen a. Tax manager Bertanggung jawab untuk membuat dan memonitor perencanaan pembayaran pajak beserta dengan kelengkapan dokumen pendukung untuk memastikan ketepatan dan efisiensi nilai pajak. b. ICT (Information Communication Technology) manager Bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mengembangkan strategi dan rencana teknologi informasi (TI) perusahaan, mengkoordinasikan dan mengontrol implementasi layana TI baik secara korporat maupun operasional, untuk memastikan tersedianya dukungan teknologi informasi yang handal, efektif, dan efisien bagi kelancaran operasional perusahaan dalam mencapai sasaran sesuai dengan strategi perusahaan. c. Finance & acoounting manager Memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan, mengembangkan, dan mengontrol fungsi keuangan dan akuntansi di perusahaan dalam memberikan informasi keuangan secara komprehensif dan tepat waktu untuk membantu perusahaan dalam proses pengambilan keputusan yang mendukung target financial perusahaan. d. Human resources & general affairs (HRGA) manager Bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengembangkan kebijakan dan sistem pengelolaan sumber daya manusia (SDM), serta mengkoordinasikan dan

9 51 mengontrol pelaksanaan fungsi manajemen SDM di perusahaan agar dapat menunjang dan meningkatkan kinerja SDM dalam mencapai target perusahaan. e. Purchasing manager Memiliki tanggung jawab utama untuk memonitor dan mengkoordinasikan proses pembelian barang kebutuhan perusahaan sampai dengan pembayaran untuk menjamin kelancaran pengadaan barang kebutuhan perusahaan. f. Logistic manager Bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengontrol kegiatan pergudangan serta pengolahan data pada sistem agar pengiriman barang berjalan dengan lancar dan kebutuhan peralatan kerja di head office maupun di site office dapat terpenuhi tepat waktu. g. Heavy Equipment Operation (HEO) Manager Tanggung jawab utama untuk mengontrol semua kegiatan pergudangan, pembuatan, perbaikan, dan pemeliharaan alat berat dan sarana pendukungnya agar dapat mempertahankan kualitas produksi secara efektif dan efisien di perusahaan. h. Mining service manager Bertanggung jawab untuk merencanakan, menganalisa, dan mengelola jalannya project dengan baik dan tepat waktu, sehingga mencapai target dan komitmen perusahaan, yaitu memberikan kualitas jasa service yang memuaskan tenant.

10 52 i. Mining manager Bertanggung jawab untuk mengendalikan semua aktivitas operasional mengenai perencanaan dan analisa operasional bisnis mining, sehingga jalannya perusahaan dapat seimbang untuk memenuhi target yang telah ditetapkan manajemen. j. Business development manager Memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan, menyelenggarakan, melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan business development yang terkait dengan proyek/tender dalam bidang pertambangan (eksplorasi). k. Engineering and controlling manager Bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan seluruh kegiatan survey proyek/tender baru serta mengevaluasi dan melaporkan hasil-hasil kegiatan survey sesuai dengan prosedur yang berlaku untuk memberikan rekomendasi kelayakan suatu proyek. l. Audit manager Memiliki tanggung jawab utama untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, mengawasi dan mengevaluasi guidelines sistem & prosedur, mengontrol prosedur, dan melaporkan temuan audit di masing-masing departemen, sehingga prosedur internal berjalan sesuai dengan kebijakan perusahaan, standar industri dan peraturan yang berlaku di perusahaan.

11 53 m. System manager Bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengelola kelengkapan dokumentasi dan meng-up date standar baru sesuai dengan ISO sehingga memudahkan audit performa perusahaan. n. Legal manager Tanggung jawab utama adalah memberikan pendapat dari sudut pandang hukum (legal opinion) dan mewakili kepentingan perusahaan yang berkaitan dengan seluruh aspek legalitas dan hukum perusahaan agar seluruh kegiatan perusahaan sesuai dengan hukum ataupun peraturan pemerintah. C. Gambaran Umum Perusahaan Go Publik Pertambangan batubara di Tanjung Enim diprakarsai oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1919 dengan mengoperasikan tambang batubara pertama menggunakan metode penambangan terbuka di Air Laya. Menggunakan metode penambangan bawah tanah, operasi awal dimulai pada tahun 1923 dan berlangsung sampai 1940, sementara produksi komersial dimulai pada tahun Ketika periode kolonial Belanda berakhir di Indonesia, para pekerja tambang berjuang untuk nasionalisasi tambang. Pada tahun 1950, Pemerintah Indonesia menyetujui pembentukan Bukit Asam Tambang Batubara Milik Negara atau Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Pada tahun 1981, PN TABA dikonversi status menjadi perseroan terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Untuk mengembangkan industri batubara di Indonesia, pada

12 54 tahun 1990 Pemerintah digabung Perum Tambang Batubara dengan Perusahaan. Sejalan dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada tahun 1993 Perseroan ditugaskan oleh Pemerintah untuk mengembangkan bisnis briket batubara. Pada tanggal 23 Desember 2002 Perseroan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode "PTBA". Sebagai perusahaan terbuka PT. Bukit Asam Memiliki visi, misi dan komitmen perusahaan dalam menjalankan usahanya, yaitu : 1. VISI : Sebuah perusahaan energi perawatan lingkungan kelas dunia. 2. MISI : Pengelolaan sumber daya energi dengan mengembangkan kompetensi perusahaan dan keunggulan manusia untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi pemangku kepentingan dan lingkungan. 3. Our Meaning : Mendedikasikan sumber daya energi untuk kehidupan yang lebih baik dari dunia dan bumi. 4. Our Commitment : Kami berkomitmen untuk mewujudkan visi, misi dan nilainilai dari PTBA dan mendirikan budaya perusahaan sebagai dasar dari keberhasilan jangka panjang. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk memiliki 11 anak perusahaan dengan data sebagai berikut : 1. PT. Batu Bara Bukit Kendi PT Batubara Bukit Kendi dibentuk pada tahun 1996 dengan 75% saham yang bergerak di bidang pertambangan batu bara. Sejak 2010, perusahaan tidak beroperasi karena masalah izin IPPKH.

13 55 2. PT Bukit Pembangkit Inovative PT Bukit Pembangkit Innovative dibentuk pada tahun 2005 dengan 59,75% kepemilikan saham yang bergerak di pembangkit listrik tenaga uap yang saat ini sedang dibangun untuk membangun PLTU 2x110MW di Banjarsari, Sumatera Selatan. 3. PT. Bukit Asam Prima PT Bukit Asam Prima dibentuk pada tahun 2007 dengan 99,99% kepemilikan saham bergerak dalam bidang perdagangan batubara. Perusahaan ini telah beroperasi sejak tahun PT International Prima Coal PT Internasional Prima Coal diakuisisi oleh PTBA pada tahun 2008 dengan 51% saham bergerak di bidang pertambangan batu bara di Samarinda, Kalimantan Timur. Perusahaan ini telah dimulai secara komersial sejak tahun PT Bukit Asam Banko PT Bukit Asam Banko dibentuk pada tahun 2008 dengan 65% saham yang bergerak di bidang pertambangan batubara. Perusahaan ini belum dimulai. 6. PT. Bukit Asam Transpasific Railways PT Bukit Asam Transpacific Railways dibentuk pada tahun 2008 dengan 10% kepemilikan saham bergerak di bidang transportasi batubara dengan kereta api dari Tanjung Enim ke Lampung. Saat ini, perusahaan sedang dalam pengembangan.

14 56 7. PT Huadian Bukit Asam PT Huadian Bukit Asam dibentuk pada tahun 2011 dengan 45% saham yang bergerak di pembangkit listrik tenaga uap. Saat ini, perusahaan sedang dalam pengembangan. 8. PT Bukit Asam Methana Enim PT Bukit Asam Methana Enim dibentuk pada tahun 2007 dengan 99,99% kepemilikan saham bergerak di bidang pertambangan gas metana. Saat ini, perusahaan sedang dalam pengembangan. 9. PT Bukut Asam Metana Ombilin PT Bukit Asam Metana Ombilin dibentuk pada tahun 2007 dengan 99,99% kepemilikan saham bergerak di bidang pertambangan gas metana. Perusahaan ini belum dimulai. 10. PT Bukut Asam Metana Peranap PT Bukit Asam Metana Peranap dibentuk pada tahun 2007 dengan 99,99% kepemilikan saham bergerak di bidang pertambangan gas metana. Perusahaan ini belum dimulai. 11. PT Bukit Multi Investama PT Bukit Multi Investama dibentuk pada September 9, 2014 terletak di Gedung Menara Kadin Indonesia Lt. 9, Jl. HR Rasuna Said Blok X-5 Kav 2-3 Jakarta. Perusahaan khusus pada perdagangan umum, jasa, percetakan, konstruksi, industri, transportasi darat, perkebunan dan pertanian, manajemen dan properti. Semua merek batubara yang dipasok oleh PTBA adalah abu yang rendah, produk sulfur rendah dan sangat ideal untuk pengguna yang beroperasi pada

15 57 lingkungan yang sensitif. Dengan tiga berdedikasi beban-port yang tersedia, PTBA memiliki lokasi yang sempurna untuk melayani semua pasar dunia dan memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan. PTBA menjual batubara ke pasar domestik dan ekspor dengan harga yang akan mendapatkan hasil maksimal. Penjualan dibuat di bawah panjang kontrak penjualan jangka panjang dan melalui pasar spot, sedangkan harga jual selalu didasarkan pada harga batubara termal internasional. PTBA mengoperasikan tiga stok di Tanjung Enim Satuan Pertambangan. Setiap stockpile dilengkapi dengan pemutus pakan dan sistem menyampaikan terkait dengan kapasitas ton per jam (tph) dan batubara stasiun kereta-loader dengan kapasitas meter kubik per jam. Pertama berupa batubara stockpile disimpan Air Laya dan Unit pertambangan Muara Tiga Besar. Stockpile batubara kedua disimpan hanya dari unit pertambangan Muara Tiga Besar. Sementara itu, persediaan lain disimpan batubara dari unit pertambangan Banko Barat. Sebagian dari batubara di Air Laya stockpile diangkut melalui conveyor ke Bukit Asam Power Plant. Batubara dari stockpile diangkut melalui kereta api ke pelabuhan. PTBA memiliki kontrak jangka panjang dengan perusahaan kereta api milik negara PT Kereta Api Indonesia untuk mengangkut batubara ke Coal Terminal Tarahan di Lampung atau Kertapati Pelabuhan Palembang. The Tarahan Coal Terminal adalah 410 km dari Tanjung Enim ke Lampung dan Kertapati Pelabuhan adalah 190 km dari Tanjung Enim ke Palembang. Kereta ke Terminal Batubara Tarahan terdiri dari 46 gerbong dengan kapasitas 50 ton masing-masing, sementara kereta

16 58 ke Kertapati Pelabuhan terdiri dari 35 gerbong dengan kapasitas 30 ton masingmasing. Pada Coal Terminal Tarahan dan Kertapati Pelabuhan, PTBA juga telah stockpile dilengkapi dengan loader kapal. Coal diekstrak dari tambang Ombilin disaring dan hancur sebelum dikirim ke Power Station Ombilin, atau halaman rel yang berdekatan untuk pengiriman ke perusahaan semen di Padang, Sumatera Barat, atau Pelabuhan Teluk Bayur. Batubara diangkut melalui jalur rel Ombilin telah tua untuk pada saat pengiriman ke halaman rel. The Ombilin jalur rel memberikan batubara 155 km jauhnya ke Padang Pabrik Semen dan Batubara Terminal Teluk Bayur. Sebagian besar batu bara yang dikirim dari Terminal Batubara Tarahan. Sepenuhnya dimiliki dan dioperasikan oleh PTBA, fasilitas kelas dunia ini terletak di Bandar Lampung, sekitar 410 km dengan kereta api dari lokasi tambang Tanjung Enim. Pada tahun 2011, Perusahaan meningkatkan produksi batubara naik 3,9%. Perusahaan meningkatkan total material dari produksi in-house bangkit 32,2%. Produksi yang lebih besar juga disertai dengan kenaikan 9,9% di kereta api pemuatan volume. Perusahaan mendirikan anak perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan batubara Untuk mengamankan pasokan kepada konsumen. Komitmen, konsistensi Perseroan dan keberhasilan dalam menerapkan praktek tata kelola perusahaan yang baik telah mendapatkan beberapa penghargaan Perusahaan dan pujian dari lembaga independen dalam perspektif bervariasi, yaitu: Paling Terpercaya berdasarkan Perusahaan Governance Perception Index yang dilakukan oleh IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance)

17 59 bekerja sama dengan Majalah SWA disajikan dalam "IICG - GCG Award" Program di Jakarta dengan skor ditingkatkan 82,27-84,11 tahun Terbaik Peran Stakeholder dalam "IICD (Indonesian Institute of Corporate Directorship) Corporate Governance Award" Program diselenggarakan oleh IICD dan Majalah Investor. 3 Ranking Terbaik Implementasi GCG Perusahaan disajikan oleh IICD bekerjasama dengan Majalah Business Review selama "Business Review Award" di Singapura. Berikut adalah struktur organisasi PT. Bukti Asam (Persero) Tbk :

18 Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk 60

19 61 D. Hasil Penelitian 1. Kriteria untuk mengukur efektivitas pengendalian piutang Untuk mencapai tujuan perusahaan, maka manajemen melakukan beberapa kebijakan yang mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Kebijakan piutang yang dilakukan perusahaan diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan, tapi karena hal tersebut menyangkut aset perusahaan maka perlu dilakukan pengendalian, untuk itu dibuatlah sistem. Namun sistem tidak akan efektif jika tidak dilaksanakan dengan baik dan benar oleh pihak-pihak yang terkait dengan sistem tersebut. Berikut ini tabel yang menunjukkan kondisi piutang perusahaan bukan go publik selama 3 tahun.

20 62 Tabel 4.1 Daftar Piutang Perusahaan Bukan Go Publik Tahun Customer Tahun Penjualan Kredit/Tahun Tertagih Tertunggak PT Herlindo Prima Jaya PT Hikmah Selayar Manunggal PT Inkatama Resources PT Limas Tunggal PT Mitrada Selaras PT Nobel Resourches I PT Sumber Rejeki E TOTAL PT Inkatama Resources PT Lautan Hutan Lestari PT Mitrada Selaras PT Mitrada Sinergy PT Sinar Rejeki Ekonomi PT Unirich Mega Persada TOTAL PT Sinar Rejeki Ekonomi CV. Barkalin PT Lautan Hutan Lestari PT Mega Multi Energi PT Mitrada Selaras PT Mega Karya Sakti TOTAL Sumber : Saldo Piutang Perusahaan Bukan Go Publik (Data diolah)

21 63 Untuk itu dalam mengukur tingkat perputaran piutang perusahaan bukan go publik dipergunakan beberapa rasio keuangan yang menjadi alat ukur sebagai berikut : 1) Receivable turn over Menurut Sutrisno (2003:64) rasio ini memberikan gambaran tentang bebrapa kali (dalam rata-rata) piutang itu terjadi atau timbul dan diterima pembayarannya dalam suatu periode tertentu. Periode perputaran atau periode berikutnya modal pada piutang sangat tergantung pada syarat pembayaran. Makin lama syarat pembayaran berarti makin lama waktu periodenya dan makin lama pula modal terkait dalam piutang. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut : Penjualan Kredit RTO = =. kali Piutang Rata-Rata Dimana : Piutang Rata-Rata = Piutang periode sebelumnya + Piutang selama satu periode 2 Adapun perhitungan RTO dijelaskan di dalam tabel sebagai berikut :

22 64 Tahun Penjualan Kredit Piutang Sebelumnya Tabel 4.2 Perhitungan RTO Perusahaan Bukan Go Publik Tahun Piutang Periode Berjalan Piutang Rata-Rata RTO Selisih Kinerja ,387 kali ,694 kali 1,307 meningkat Sumber : Saldo Piutang Perusahaan Bukan Go Publik (Data diolah) a) Tahun 2013 Penjualan Kredit RTO = =.. Kali Piutang Rata-Rata Piutang Rata-Rata = = RTO = RTO = 12,387 kali b) Tahun 2014 Penjualan Kredit RTO = =.. Kali Piutang Rata-Rata Piutang Rata-Rata = =

23 65 RTO = RTO = 13,694 kali Tahun Penjualan Kredit Piutang Sebelumnya Tabel 4.3 Perhitungan RTO Perusahaan Go Publik Tahun Dalam Jutaan Rupiah Piutang Periode Berjalan Piutang Rata-Rata RTO Selisih Kinerja ,579 kali ,133 kali 1,554 meningkat Sumber : Laporan Kuangan Perusahaan Go Publik (data diolah) c) Tahun 2013 Penjualan Kredit RTO = =.. Kali Piutang Rata-Rata Piutang Rata-Rata = = RTO = RTO = kali

24 66 d) Tahun 2014 Penjualan Kredit RTO = =.. Kali Piutang Rata-Rata Piutang Rata-Rata = = RTO = RTO = kali Dari hasil perhitungan tingkat perputaran piutang atau receivable turn over (RTO) pada perusahaan bukan go public menunjukkan bahwa pada tahun 2013 adalah 12,387 kali, sedangkan pada tahun 2014 RTO nya sebesar 13,694 kali. Pada perusahaan go publik menunjukkan bahwa pada tahun 2013 RTO nya adalah 8,579 kali dan sedangkan pada tahun 2014 adalah 10,133 kali. Menurut Sutrisno (2003;64) semakin lama syarat pembayaran semakin lama dana terikat dalam piutang, yang berarti semakin rendah tingkat perputaran piutang. 2) Avarege Collection Period (ACP) Sutrisno (2003:64) menyatakan bahwa ACP digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk menampilkan piutang menjadi kas. Waktu perputaran piutang dinyatakan dalam hari. Hal ini disebabkan syarat pembayaran

25 67 yang ditetapkan didalam transaksi penjualan dinyatakan dalam satuan hari sebagai satuan waktu. Rumusnya adalah sebagai berikut : 360 ACP = RTO = Hari Adapun perhitungan RTO dijelaskan di dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.4 Perhitungan ACP Tahun Perusahaan Bukan Go Publik Tahun Jumlah Hari dalam 1 tahun RTO ACP Selisih Kinerja , hari , hari 3 Meningkat Sumber : Saldo Piutang Perusahaan Bukan Go Publik (Data diolah) Berikut ini adalah perhitungan ACP a) Tahun 2013 ACP = = 360 RTO ,387 = 29 Hari

26 68 b) Tahun 2014 ACP = = 360 RTO ,694 = 26 Hari Tabel 4.5 Perhitungan ACP Tahun Perusahaan Go Publik dalam jutaan rupiah Tahun Jumlah Hari dalam 1 tahun RTO ACP Selisih Kinerja , hari , hari 6 Meningkat Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Go Publik (data diolah) c) Tahun 2013 ACP = = 360 RTO 360 8,579 = 42 Hari

27 69 d) Tahun 2014 ACP = = 360 RTO ,133 = 36 Hari Dengan melihat rasio periode pengumpulan piutang atau average collection periode (ACP) di atas maka bisa dilihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan berubah menjadi kas. Semakin cepat waktu pengembalian piutang, akan semakin baik bagi perusahaan. Dari hasil perhitungan ACP diatas, berdasarkan perusahaan bukan go publik diketahui pada tahun 2013 ACP nya adalah 29 hari sedangkan tahun 2014 ACP nya adalah 26 hari, menunjukkan kinerja tahun 2014 lebih baik dari tahun sebelumnya. Pada perusahaan go publik menunjukkan bahwa perhitungan ACP untuk tahun 2013 adalah 42 hari sedangkan untuk tahun 2014 adalah 36 hari. 3) Rasio tunggakan Menurut Keown (2008:77) rasio tunggakan ini dapat digunakan untuk mengetahui berapa besar jumlah piutang yang telah jatuh tempo dari total penjualan kredit yang belum tertagih. Rumusnya adalah sebagai berikut : Saldo Piutang Tak Tertagih Rasio Tunggakan = X 100% Penjualan Kredit Perhitungan Rasio ini dijelaskan di dalam tabel sebagai berikut :

28 70 Tahun Saldo Piutang Tak Tertagih Tabel 4.6 Perhitungan Rasio Tunggakan Perusahaan Bukan Go Publik Tahun Penjualan kredit Rasio Tunggakan Selisih Kinerja ,28% ,60% 0,68% meningkat Sumber : Saldo Piutang Perusahaan bukan go publik (Data diolah) a) Tahun 2013 Saldo Piutang Tak Tertagih Rasio Tunggakan = X 100% Penjualan Kredit Rasio Tunggakan = X 100% = 8.28 % b) Tahun 2014 Saldo Piutang Tak Tertagih Rasio Tunggakan = X 100% Penjualan Kredit Rasio Tunggakan = X 100% = 7.60 %

29 71 Tabel 4.7 Perhitungan Rasio Tunggakan Perusahaan Go Publik Tahun dalam jutaan rupiah Tahun Saldo Piutang Tak Tertagih Penjualan kredit Rasio Tunggakan Selisih Kinerja ,19% ,91% 1,28% meningkat Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Go Publik (data diolah) c) Tahun 2013 Saldo Piutang Tak Tertagih Rasio Tunggakan = X 100% Penjualan Kredit Rasio Tunggakan = X 100% = 11,19 % d) Tahun 2014 Saldo Piutang Tak Tertagih Rasio Tunggakan = X 100% Penjualan Kredit Rasio Tunggakan = X 100% = 9,91 %

30 72 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rasio tunggakan untuk perusahaan bukan go publik pada tahun 2013 sebesar 8.28 % dan untuk tahun 2014 adalah sebesar 7.60%. Dari hasil perhitungan diatas menunjukkan rasio tunggakan tahun 2013 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014, hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun tersebut tunggakan sangat tinggi dan dapat merugikan perusahaan, karena dana yang seharusnya kembali berputar menjadi kas tetap tertanam dalam piutang. Dan untuk perusahaan go publik menunjukkan pada tahun 2013 rasio tunggakan sebesar 11,19% dan untuk tahun 2014 sebesar 9,91%. Kinerja perusahaan go publik meningkat sebesar 1,28%. 4) Rasio penagihan Untuk melengkapi dan mendukung alat analisis sebelumnya maka rasio penagihan ini digunakan untuk mengatahui sejauh mana aktivitas penagihan yang dilakukan oleh perusahaan. Angka rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam upaya penagihan dan pengembalian piutang. Rumus rasio ini adalah sebagai berikut : Jumlah Piutang Tertagih Rasio Penagihan = X 100% Total Piutang per periode Adapun perhitungan nya dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :

31 73 Tahun Jumlah Piutang Tertagih Tabel 4.8 Perhitungan Rasio Penagihan Perusahaan Bukan Go Publik Tahun Total Piutang per Periode Rasio Penagihan Selisih Kinerja ,72% ,40% 0,68% meningkat Sumber : Saldo Piutang Perusahaan bukan go publik (Data diolah) a) Tahun 2013 Jumlah Piutang Tertagih Rasio Penagihan = X 100% Total Piutang per periode = X 100 % = % b) Tahun 2014 Jumlah Piutang Tertagih Rasio Penagihan = X 100% Total Piutang per periode = X 100 % = %

32 74 Tabel 4.9 Perhitungan Rasio Penagihan Perusahaan Go Publik Tahun dalam jutaan rupiah Tahun Jumlah Piutang Tertagih Total Piutang per Periode Rasio Penagihan Selisih Kinerja ,81% ,09% 1,28% meningkat Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Go Publik (data diolah) c) Tahun 2013 Jumlah Piutang Tertagih Rasio Penagihan = X 100% Total Piutang per periode = X 100 % = 88,81 % d) Tahun 2014 Jumlah Piutang Tertagih Rasio Penagihan = X 100% Total Piutang per periode = X 100 % = 90,09 %

33 75 Dari hasil perhitungan rasio penagihan pada perusahaan bukan go publik ketahui bahwa rasio tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 92.40%. Ini menunjukkan bahwa piutang yang tertagih pada saat itu lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar 91.72% yang menunjukkan lemahnya atau kurangnya pengumpulan piutang. Pada perusahaan go publik diketahui pada tahun 2013 sebesar 88,81% dan pada tahun 2014 adalah 90,09%. 2. Kriteria untuk mengukur tingkat likuiditas Dalam mengukur tingkat likuditas di perusahaan go publik dan perusahaan bukan go publik peneliti menggunalan analisa rasio, yaitu rasio likuiditas. Rasio likuiditas menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. Dalam rasio likuiditas terdapat unsure aktiva lancar dan hutang lancar. Jika aktiva lancar dapat membiayai hutang lancar dengan baik maka kondisi likuiditas perusahaan berada pada tingkat aman. Untuk menukur tingkat likuiditas perusahaan go publik dan perusahaan bukan go publik, alat ukur yang digunakan adalah dengan menghitung current ratio (rasio perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar), quick ratio (rasio perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar) dan cash ratio (rasio perbandingan antara kas dengan utang lancar).

34 76 Tingkat likuiditas bukan go publik selama 2 tahun dimulai dari tahun 2013 sampai dengan 2014 tercermin pada dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.10 Current Ratio Perusahaan Bukan Go Publik Tahun Tahun Aktiva Lancar Utang Lancar Current Ratio Selisih Kinerja ,61% ,32% (25,29%) menurun Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Bukan Go Publik priode (data diolah) a. Perhitungan tahun 2013 Aktiva Lancar Current Ratio = X 100 % Utang Lancar = X 100% = 98,61 % b. Perhitungan tahun 2014 Aktiva Lancar Current Ratio = X 100 % Utang Lancar = X 100%

35 77 = 73,32 % Tahun Aktiva Lancar Tabel 4.11 Current Ratio Perusahaan Go Publik Tahun dalam jutaan rupiah Utang Lancar Current Ratio Selisih Kinerja ,59% ,51% (79,08%) menurun Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Go Publik (data diolah) c. Perhitungan tahun 2013 Aktiva Lancar Current Ratio = X 100 % Utang Lancar = X 100% = 286,59 % d. Perhitungan tahun 2014 Aktiva Lancar Current Ratio = X 100 % Utang Lancar = X 100%

36 78 = 207,51 % Berdasarkan perhitungan current ratio perusahaan bukan go publik menunjukkan bahwa pada tahun 2013 perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar hutang dengan segera harus dilunasi (hutang lancar) dengan menggunakan aktiva lancar adalah setiap Rp. 1 hutang dijamin dengan menggunakan aktiva lancar sebesar Rp. 0,98. Untuk tahun 2014 mengalami penurunan menjadi Rp. 0,73. Perusahaan dari tahun 2013 sampai 2014 hanya mempunyai current ratio dibawah Rp. 1, maka perusahaan dianggap belum aman untuk jangka pendek, karena batas likuid adalah Rp. 1. Pada perusahaan go publik tahun 2013 sebesar 286,59% dan tahun 2014 sebesar 207,51%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan likuid, yaitu pada posisi aman karena memiliki current ratio di atas 200%. Tabel 4.12 Quick Ratio Perusahaan Bukan Go Publik Tahun Tahun Aktiva Quick Persediaan Utang Lancar Selisih Lancar Ratio Kinerja ,60% ,88% -33,72% menurun Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Bukan Go Publik priode (data diolah)

37 79 a. Perhitungan tahun 2013 Aktiva Lancar Persediaan Quick Ratio = X 100% Utang Lancar = X 100% = 84,60 % b. Perhitungan tahun 2014 Aktiva Lancar Persediaan Quick Ratio = X 100% Utang Lancar = X 100% = 50,88 %

38 80 Tahun Aktiva Lancar Persediaan Tabel 4.13 Quick Ratio Perusahaan Go Publik Tahun dalam jutaan rupiah Utang Lancar Quick Ratio Selisih Kinerja ,70% ,60% (68,10%) menurun Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Go Publik (data diolah) c. Perhitungan tahun 2013 Aktiva Lancar Persediaan Quick Ratio = X 100% Utang Lancar = X 100% = 246,70 % d. Perhitungan tahun 2014 Aktiva Lancar Persediaan Quick Ratio = X 100% Utang Lancar

39 = X 100% = 178,60 % Berdasarkan perhitungan quick ratio diatas (rasio perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaann lalu dibagi dengan utang lancar) pada perlahan bukan go publik pada tahun 2013 adalah 84,60%. Quick ratio tahun 2014 menurun menjadi 50,88%. Penurunan dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah sebesar 33,72%. Pada perusahaan go publik pada tahun 2013 menunjukkan quick ratio sebesar 246,70% dan pada tahun 2014 sebesar 178,60%. Tabel 4.14 Cash Ratio Perusahaan Bukan Go Publik Tahun Tahun KAS Utang Lancar Cash Ratio Selisih Kinerja ,66% ,75% -33,91% menurun Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Bukan Go Publik priode (data diolah) a. Perhitungan tahun 2013 Kas Cash Ratio = X 100% Utang Lancar

40 = X 100% = 41,66 % b. Perhitungan tahun 2014 Kas Cash Ratio = X 100% Utang Lancar = X 100% = 7,75 % Tabel 4.15 Cash Ratio Perusahaan Go Publik Tahun dalam jutaan rupiah Tahun KAS Utang Lancar Cash Ratio Selisih Kinerja ,90% ,01% -34,88% menurun Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Go Publik (data diolah)

41 83 c. Perhitungan tahun 2013 Kas Cash Ratio = X 100% Utang Lancar = X 100% = 41,66 % d. Perhitungan tahun 2014 Kas Cash Ratio = X 100% Utang Lancar = X 100% = 7,75 % Berdasarkan perhitungan cash ratio (rasio perbandingan antara kas dengan utang lancar) perusahaan bukan go publik pada tahun 2013 adalah sebesar 41,66% dan mengalami penurunan di tahun 2014 menjadi 7,75%. Pada perusahaan go publik pada tahun 2013 memiliki cash ratio sebesar 147,90% dan mengalami penurunan kinerja tahun 2014 adalah 113,01%.

42 84 D. Pembahasan Pada sub bab ini akan diuraikan pembahasan dari hasil penelitian yang diperoleh, yaitu mengenai kinerja keuangan perlahan bukan go publik dengan perusahaan go publik untuk periode penelitian tahun 2013 sampai dengan Pengukuran kinerja piutang diukur dengan menggunakan analisa rasio, yaitu receivable turn over, average collection period, rasio tunggakan, rasio penagihan. Sementara itu untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan digunakan rasio likuditas yang terdiri dari current ratio, quick ratio, cash ratio. Analisis rasio keuangan berperan penting sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan dalam periode tertentu. Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio perputaran piutang mencerminkan cepat lambatnya piutang usaha berubah menjadi kas, yang akan digunakan perusahaan dalam membiayai kegiatan usahanya. Sedangkan rasio likuiditas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. a. Analisis perputaran piutang usaha Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya terhadap laporan piutang, maka berikut ini akan disajikan rangkuman rasio piutang selama periode 2013 sampai dengan 2014.

43 85 Tabel 4.16 Rangkuman Rasio Piutang Perusahaan Go Publik dan Bukan Go Publik Tahun Tahun Go Publik RTO Bukan Go Publik ACP Bukan Rasio Tunggakan Go Publik Bukan Rasio Penagihan Go Publik Bukan ,579 kali 12,387 kali 42 hari 29 hari 11,19% 8,28% 88,81% 91,72% ,133 kali 13,694 kali 36 hari 26 hari 9,91% 7,60% 90,09% 92,40% Sumber : Saldo Piutang Perusahaan Bukan Go Publik dan Laporan Keuangan Perusahaan Go Publik (data diolah) Dari hasil perhitungan receivable turn over (RTO), average collection period (ACP), rasio tunggakan maupun rasio penagihan berdasarkan rangkuman tabel diatas, dapat diketahui tingkat perputaran piutang usaha pada perusahaan go publik mengalami peningkatan sebesar 1,554 kali sedangkan perusahaan bukan go publik hanya memiliki peningkatan 1,307 kali. Walaupun dari peningkatan kinerja lebih tinggi perusahaan go publik, akan tetapi dilihat dari tingkat perputaran piutang lebih banyak perputaran perusahaan go publik. Semakin cepat syarat pembayaran semakin baik bagi perusahaan, karena semakin cepat modal kerja tertanam dalam bentuk piutang kembali menjadi modal atau kas, yang berarti semakin tinggi tingkat perputaran piutang. Berdasarkan data perhitungan ACP, hasilnya tergantung pada hasil perhitungan RTO. Semakin besar RTO semakin baik bagi perusahaan, karena modal yang terikat dalam piutang dapat kembali dengan cepat menjadi kas. Dalam perusahaan go publik tingkat ACP diatas 30 hari dalam 2 tahun kinerja sedangkan

44 86 untuk perusahaan bukan go publik masih di bawah 30 hari dalam 2 tahun kinerja. Dari hal tersebut kinerja ACP perusahaan bukan go publik memiliki kinerja yang lebih baik karena untuk perusahaan go publik modal yang terikat dalam piutang berubah menjadi kas membutuhkan waktu lebih dari 30 hari sedangkan perusahaan bukan go publik hanya membutuhkan waktu menjadi kas kurang dari 30 hari. Rasio tunggakan juga dapat dilihat dari perihitungan di dalam tabel, bahwa kinerja perusahaan bukan go publik masih lebih baik dari pada perlahan go publik. Dapat dilihat dari data di atas bahwa perusahaan go publik pada tahun 2013 memiliki rasio tunggakan 11,19% sedangkan perusahaan bukan go publik hanya 8,28%. Pada tahun 2014 perusahaan go publik mengalami peningkatan kinerja dengan memiliki rasio tunggakan sebesar 9,91%, akan tetapi masih lebih baik perusahaan bukan go publik yaitu sebesar 7,60%.tertinggi. Dari kedua perusahaan tersebut mengalami peningkatan kinerja, karena semakin kecil rasio tunggakan berarti semakin baik bagi perusahaan dalam pengelolaan piutangnya. Rasio penagihan pada perusahaan go publik mengalami peningkatan di tahun 2014 sebesar 1,28% sedangkan perusahaan bukan go publik hanya mengalami peningkatan 0,68%. Akan tetapi perusahaan bukan go publik berhasil melakukan penagihan sebesar 91,72 % di tahun 2013 dan 92,40% di tahun 2014 dari total piutang per tahunnya. Sedangkan untuk perusahaan go publik hanya berhasil melakukan penagihan 88,81% di tahun 2013 dan 90,09% di tahun 2014 dari total piutang per tahun nya. Semakin besar rasio penagihan maka akan semakin banyak

45 87 piutang yang dapat tertagih sehingga modal yang tertanam di dalam piutang akan dapat dengan cepat berubah menjadi kas. b. Analisis tingkat likuiditas Berdasarkan hasil perhitungan rasio likuiditas diatas terhadap laporan keuangan perusahaan go publik dengan perusahaan bukan go publik, maka berikut ini akan disajikan rangkuman rasio likuiditas selama periode 2013 sampai dengan Tabel Rangkuman Rasio Likuiditas Perusahaan Go Publik dan Perusahan Bukan Go Publik Tahun Current Ratio Quick Ratio Cash Ratio Tahun Go Go Go Publik Bukan Publik Bukan Publik Bukan ,59% 98,61% 246,70% 84,60% 147,90% 41,66% ,51% 73,32% 178,60% 50,88% 113,01% 7,75% Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Go Publik dan Perusahaan Bukan Go Publik (data diolah) Current Ratio dalam tabel diatas dapat dilihat kedua perusahaan tersebut mengalami penuruman kinerja dari tahun sebelumnya. Akan tetapi perusahaan go publik masih memiliki kinerja baik dengan ingat rasio yang dimiliki masih melebihin 200% yaitu batas perusahaan dianggap likuid yang berarti Rp. 1 hutang dapat dijamin dengan Rp. 2 harta yang dimiliki perusahaan. Sedangkan pada perusahaan bukan go publik memiliki rasio likuiditas dibawah 100 % yaitu pada

46 88 tahun 2013 sebesar 98,61% dan 2014 sebesar 73,32%. Hal ini menunjukkan current ratio sebesar 98,61% yang berarti setiap Rp. 1 hutang dijamin dengan aktiva lancar Rp Sedangkan untuk tahun 2014 memiliki current ratio 73,32% yang berarti setiap Rp. 1 hutang dijaminkan dengan aktiva lancar Rp. 0,73. Dari kondisi diatas perusahaan dianggap tidak aman dalam jangka pendek, karena perusahaan dianggap likuid jika rasio nya adalah Rp. 2 Quick ratio pada tabel diatas menunjukkan perusahaan go publik memiliki kinerja yang lebih baik, karena perusahaan go publik memiliki quick ratio di atas 100% yaitu standar aman dalam perhitungan rasio tersebut sedangkan perusahaan bukan go publik memiliki quick ratio masih di bawah 100%. Dari kedua perusahaan tersebut sama-sama mengalami penurunan kinerja dari tahun sebelumnya. Semakin besar nilai quick ratio maka semakin cepat perusahaan dapat memenuhi segala kewajiban jangka pendeknya. Cash ratio dari perhitungan tabel di atas kedua perusahaan juga mengalami penurunan kinerja. Akan tetapi perusahaan go publik masih memiliki rasio yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan bukan go publik. Akan tetapi perusahaan go publik mengalami penurunan kinerja yang lebih besar yaitu sebesar 34,88% sedangkan perusahaan go publik hanya 33,91%. Dari perhitungan rasio diatas diketahui bahwa rasio kas menunjukkan seberapa uang kas atau setara kas yang dimiliki perusahaan benar-benar dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Penurunan rasio yang terjadi akan berdampak pada tersedianya kas perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

47 89 Dari analisis menggunakan rasio likuiditas, kedua perusahaan tersebut samasama mengalami penurunan kinerja dari tahun sebelumnya. Banyak hal yang mempengaruhi penurunan kinerja tersebut, diantaranya alah sebagai berikut : 1. Krisis keuangan global yang bermuara dari krisis keuangan Eropa telah menimbulkan dampak berganda bagi perekonomian dunia. Dampak berganda negatif telah merambah ke sektor industri termasuk sektor bisnis pertambangan, jasa kontraktor dan keuangan dunia di Indonesia. 2. Terdapat kecenderungan menurunnya harga jual batubara dan nikel di pasar dunia. 3. Beban biaya pada sektor usaha yang menggunakan alat berat sebagai alat produksi utama mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan dengan naiknya harga suku cadang, transportasi, biaya upah dan biaya overhead lainnya, yang tidak berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan perusahaan. 4. Semakin ketatnya pengucuran kredit oleh perbankan dan lembaga keuangan nun bank, termasuk pembiayaan oleh vendor.

LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN. PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I

LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN. PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2017-2018 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data piutang dan neraca saldo perusahaan go publik dengan perusahaan bukan go publik pada tahun 2012 sampai

Lebih terperinci

NIPINDO GROUP PRESIDENT LETTER 2012

NIPINDO GROUP PRESIDENT LETTER 2012 Kepada jajaran Direksi, Manager dan seluruh karyawan Nipindo Group di seluruh Indonesia, pada hari yang berbahagia ini, saya selaku Direktur Utama dari Nipindo Group mengucapkan terima kasih atas kerja

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Penulis menggunakan metode penelitian dengan pendekatan metode kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang digunakan adalah PT TPHE

Lebih terperinci

PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk PENGUMUMAN KINERJA KEUANGAN PER 30 SEPTEMBER 2017 (tidak diaudit)

PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk PENGUMUMAN KINERJA KEUANGAN PER 30 SEPTEMBER 2017 (tidak diaudit) PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK Subandi, Ph.Sekretaris Perusahaan Telp : +62 21 5254014 Ext. 2231 Fax : +62 21 5254002 RELEASE Email : subandi@bukitasam.co.id Situs : http://www.ptba.co.id Disclaimer: Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya sektor privat

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya sektor privat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya sektor privat (pribadi/perusahaan) ke sektor publik. Pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat Penelitian dan Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat Penelitian dan Gambaran Umum Objek Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian dan Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan

Lebih terperinci

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE )

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) FOUR SEASONS HOTEL 16 JUNI 2014 DAFTAR ISI 1 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN 2 KINERJA PERSEROAN 3 STRATEGI PERSEROAN SEKILAS MENGENAI PERSEROAN

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Perusahaan Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT Aneka Tambang, Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan adalah informasi yang berupa angka-angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara cepat dan merata. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara cepat dan merata. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada pemerintahan Presiden Jokowi pembangunan infrastruktur dilakukan secara cepat dan merata. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya perpusat pada Pulau Jawa, tetapi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan PT. Cipta Graha Sejahtera adalah perusahaan nasional yang dibangun pada tahun 1987 sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi. Berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan didirikan untuk mencari keuntungan dengan membuat produk atau jasa bagi para konsumen yang membutuhkan sebagai upaya agar dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan CV.Yakin adalah perusahaan yang berorientasi pada produksi es batangan (balok) dengan kapasitas produksi kurang lebih 800

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk diawali pada tahun 197 dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam Bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengelolaan piutang yang dijalankan oleh PT. INTI kurang

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. suatu perusahaan yang mengelola berbagai macam bidang (general

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. suatu perusahaan yang mengelola berbagai macam bidang (general 18 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Pada tahun 1999, PT. Saptaindra Sejati (PT. SIS) dibentuk sebagai suatu perusahaan yang mengelola berbagai macam bidang (general business). Pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek dari penelitian adalah PT. Bukit Asam Tbk yang ber alamat di Jl. Parigi No.1 Tanjung Enim Sumatera Selatan, kode pos: 31716. Periode penelitian

Lebih terperinci

I. BAB I - PENDAHULUAN. Perusahaan Logistik X (PT. X ) adalah perusahaan yang bergerak dalam

I. BAB I - PENDAHULUAN. Perusahaan Logistik X (PT. X ) adalah perusahaan yang bergerak dalam I. BAB I - PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perusahaan Logistik X (PT. X ) adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis penyediaan jasa logistik atau pengiriman barang dari industri-industri yang terkait

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada beberapa perusahaan, apakah ini perusahaan jasa maupun perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada beberapa perusahaan, apakah ini perusahaan jasa maupun perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa perusahaan, apakah ini perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur selalu memerlukan persediaan. Tanpa persediaan para pengusaha suatu waktu akan dihadapkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat memberikan kesejahteraan kepada karyawannya serta pihak-pihak lain yang

PENDAHULUAN. dapat memberikan kesejahteraan kepada karyawannya serta pihak-pihak lain yang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk memaksimalkan laba agar perusahaannya dapat menjaga kelangsungan hidup dimasa yang akan datang dan dapat memberikan

Lebih terperinci

INFO MEMO FY11 RESULTS

INFO MEMO FY11 RESULTS INFO MEMO FY11 RESULTS Hananto Budi Laksono, Corporate Secretary Telp : +62 21 5254014 Ext. 2231 Fax : +62 21 5254002 Email : hblaksono@bukitasam.co.id Situs : http://www.ptba.co.id Disclaimer: Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja lebih efektif dan efisien agar dapat bertahan hidup serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. bekerja lebih efektif dan efisien agar dapat bertahan hidup serta dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era perdagangan bebas saat ini dengan semakin pesatnya perkembangan dunia usaha yang didukung oleh kemajuan teknologi di berbagai bidang mengakibatkan persaingan.

Lebih terperinci

Memperkuat Landasan Menetapkan Haluan

Memperkuat Landasan Menetapkan Haluan Paparan Publik Tahunan PT Samindo Resurces Tbk ( Perseroan ) Memperkuat Landasan Menetapkan Haluan 4 Mei 2018, Gran Melia Jakarta Daftar Isi 01 Profil Perseroan Informasi Umum Layanan & Kompetensi Struktur

Lebih terperinci

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE)

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE) PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE) JW MARRIOTT HOTEL - 02 JUNI 2016 DAFTAR ISI 1 2 3 4 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN TINJAUAN INDUSTRI TINJAUAN KINERJA PERSEROAN STRATEGI PERSEROAN

Lebih terperinci

NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016

NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016 NEWS RELEASE Jakarta, 14 Maret 2016 Untuk informasi lebih lanjut, hubungi: Mahardika Putranto, Head of Corporate Secretary & Investor Relations Division corporate.secretary@adaro.com; investor.relations@adaro.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN UMUM PT. BUKIT ASAM

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN UMUM PT. BUKIT ASAM BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN UMUM PT. BUKIT ASAM Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar teori mengenai model finansial, neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan penjelasan mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. PT. MPM Finance PT. Elbatama Securindo didirikan di Jakarta sebagai perusahaan sekuritas. Pada tanggal 6 Juli 1990, perusahaan memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pesatnya perkembangan di era globalisasi ini dimana terjadi perkembangan yang pesat dibidang teknologi, transportasi, dan informasi menyebabkan terjadinya perkembangan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. SURYAPRABHA JATISATYA merupakan suatu perusahaan swasta yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA

Lebih terperinci

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE )

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE ) JW MARRIOTT HOTEL - 10 JUNI 2015 DAFTAR ISI 1 SEKILAS MENGENAI PERSEROAN 2 TINJAUAN INDUSTRI 3 KINERJA PERSEROAN 4 PENGEMBANGAN USAHA SEKILAS

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Samudera Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di dalam bidang transportasi kargo dan pelayanan logistik yang

Lebih terperinci

PERPUTARAN PIUTANG PADA PT MITRA ADIDAYA SAKTI SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

PERPUTARAN PIUTANG PADA PT MITRA ADIDAYA SAKTI SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR PERPUTARAN PIUTANG PADA PT MITRA ADIDAYA SAKTI SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR THERESIA IMACULATA, Elfreda A Lau, Rina Masyithoh 3 Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era perkembangan zaman ini setiap perusahaan dituntut untuk mampu bersaing agar mampu bertahan dan terus menjalankan usahanya. Kondisi pasar ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan adalah masalah efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun dunia usaha. Perubahan yang terjadi pada akhirnya mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. maupun dunia usaha. Perubahan yang terjadi pada akhirnya mempengaruhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang harus terus berlangsung dalam kondisi dunia yang semakin berubah dan tidak pasti, menimbulkan berbagai pengaruh terhadap situasi kerja maupun dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti selama dekade 80-an sampai sekarang. Hampir semua negara Asia melakukan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan

DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH, ADARO ENERGY BUKUKAN LABA INTI SEBESAR US$148 JUTA Pasar batubara masih menghadapi periode yang penuh tantangan NEWS RELEASE Jakarta, 31 Agustus 2015 Informasi lebih lanjut silahkan hubungi: Cameron Tough, Corporate Secretary & Investor Relations Division Head cameron.tough@adaro.com DITOPANG BISNIS MODEL YANG KOKOH,

Lebih terperinci

PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA

PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA SIARAN PERS MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN PERTAMA 2008 SEBESAR US$139,6 JUTA - 1 MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN PERTAMA 2008 SEBESAR US$139,6 JUTA JAKARTA, 25 April 2008 --- PT International Nickel Indonesia Tbk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu cara untuk menilai baik-buruknya kinerja suatu perusahaan adalah dengan melihat tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Likuiditas merupakan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batubara menjadi semakin meningkat. Hal ini terjadi karena batubara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. batubara menjadi semakin meningkat. Hal ini terjadi karena batubara merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama dekade terakhir, industri pertambangan batubara menjadi primadona di bidang industri pertambangan. Sejalan dengan terjadinya peningkatan kebutuhan energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis moneter yang telah melumpuhkan perekonomian di Indonesia sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis moneter yang telah melumpuhkan perekonomian di Indonesia sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sampai saat ini masih berada dalam sebuah krisis multi dimensional. Krisis ini dimulai dari awal tahun 1998 yang disebut dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. aparatur kelurahan dan masyarakat Kelurahan Pasar Tanjung Enim. Pemilihan lokasi dilakukan

III. METODE PENELITIAN. aparatur kelurahan dan masyarakat Kelurahan Pasar Tanjung Enim. Pemilihan lokasi dilakukan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan dan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Tambang Bukit Asam Tbk. (PTBA) adalah perusahaan milik negara yang bertujuan mengembangkan usaha pertambangan

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Pertumbuhan bisnis properti yang semakin pesat tidak saja memberikan profit bagi para pengembang dan perusahaan kontruksi, tetapi juga mendatangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang dilakukan perusahaan pada suatu periode

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Kadin, 15th Floor, Jl. H.R. Rasuna Said, Blok X-5 Kav. 2 & 3, Jakarta yang

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Kadin, 15th Floor, Jl. H.R. Rasuna Said, Blok X-5 Kav. 2 & 3, Jakarta yang BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM Tbk. beralamat di Menara Kadin, 15th Floor, Jl. H.R. Rasuna Said, Blok X-5 Kav. 2 &

Lebih terperinci

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great -

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great - Production Group Leader : Melakukan fungsi eksekusi design tambang dan kontrol terhadap proses pencapaian produksi tahunan, bulanan, mingguan dan harian. S1 Teknik Tambang, Teknik Sipil, Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great -

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA. - The Platinum Path To Be Great - / Career Centre Terkait Production Group Leader : Melakukan fungsi eksekusi design tambang dan kontrol terhadap proses pencapaian produksi tahunan, bulanan, mingguan dan harian. S1 Teknik Tambang, Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab 4 yaitu penilaian kinerja keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang akan dibandingkan dengan rata-rata

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Bank Index adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1992, dan mulai resmi beroperasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alternatif masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang penelitian Berbagai macam sektor yang menggerakkan roda perekonomian, salah satunya adalah sektor properti. Investasi dalam bentuk properti masih menjadi alternatif

Lebih terperinci

PT. CENTRIS MULTIPERSADA PRATAMA, Tbk

PT. CENTRIS MULTIPERSADA PRATAMA, Tbk PT. CENTRIS MULTIPERSADA PRATAMA, Tbk Jakarta, 20 Juni 2014 1 DAFTAR ISI Profil perseroan Kegiatan Usaha Perseroan Kinerja Perseroan Januari Maret 2014 Laporan Posisi Keuangan Prospek Usaha Kejadian Penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian salah satunya ditunjang oleh lapangan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian salah satunya ditunjang oleh lapangan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perekonomian salah satunya ditunjang oleh lapangan usaha pertambangan yang diantaranya tambang batubara, sebagai sumber energi yang banyak dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan

Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan UNTUK DITERBITKAN SEGERA: 27 AGUSTUS 2010 Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan Shell bekerjasama dengan Indonesia Bulk Terminal (IBT), meresmikan Terminal Bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 BUMN II.1.1.1 Pengertian BUMN BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

Lebih terperinci

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1 Gambaran Umum Perusahaan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT.Servo Meda Sejahtera yang selanjutnya disingkat SMS merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dengan semakin tingginya tingkat persaingan bisnis di Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa mungkin mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak,

BAB II LANDASAN TEORI. satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan banyak dikemukakan beberapa ahli dan salah satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak,

Lebih terperinci

PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA

PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA SIARAN PERS MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN PERTAMA 2009 SEBESAR AS$17,2 JUTA Page 1 of 8 MENGUMUMKAN LABA TRIWULAN PERTAMA 2009 SEBESAR AS$17,2 JUTA JAKARTA, 7 Mei 2009 --- PT International Nickel Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI EVALUASI ATAS PT. LANCARJAYA MITRA ABADI

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI EVALUASI ATAS PT. LANCARJAYA MITRA ABADI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI EVALUASI ATAS KINERJA PERUSAHAAN PT. LANCARJAYA MITRA ABADI Latar Belakang Salah satu tujuan perusahaan mencapai provitabilitas, tingkat perkembangan dan kinerja manajemen

Lebih terperinci

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN RASIO KEUANGAN Ratio Keuangan: perhitungan matematika yang bergunauntuk: Mengevaluasi performa perusahaan Memonitor performa perusahaan selama periode tertentu (mingguan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT UNTUK MENILAI EFISIENSI PIUTANG PADA ADIRA FINANCE CABANG KEDIRI SKRIPSI

ANALISIS KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT UNTUK MENILAI EFISIENSI PIUTANG PADA ADIRA FINANCE CABANG KEDIRI SKRIPSI ANALISIS KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT UNTUK MENILAI EFISIENSI PIUTANG PADA ADIRA FINANCE CABANG KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia usaha mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal ini tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan swasta maupun

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 22 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. GambaranUmum Perusahaan Profil dan Sejarah Perusahaan ANTAM merupakan perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi dan terintegrasi secara vertikal yang berorientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia teknologi dan informasi berkembang sangat pesat. Pesatnya perkembangan yang semakin global ini juga menyebabkan dunia usaha mencoba mengikuti setiap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas analisa kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan kemudian dilakukan penelitian berdasarkan teori-teori dan konsep yang tercantum

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Malaysia.Perusahan ini bergerak di bidang forward banking. Bahrain dan Brunei. Amerika dan Inggris

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Malaysia.Perusahan ini bergerak di bidang forward banking. Bahrain dan Brunei. Amerika dan Inggris BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. CIMB Securities Indonesia merupakan salah satu perusahan yg merupakan anak perusahan CIMB GROUP yang berpusat di Malaysia.Perusahan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuktikan adanya pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuktikan adanya pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Kun Muflihati dan Hening (2015) Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris dan membuktikan adanya pengaruh perputaran kas, perputaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana yang diperoleh dari pemilik perusahaan maupun dari hutang. Dana yang diterima perusahaan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Anggarini (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Likuiditas dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Perusahaan. Industrial Estate, Jl Jababeka Raya Blok F 29-33, Cikarang, Bekasi 17530,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Perusahaan. Industrial Estate, Jl Jababeka Raya Blok F 29-33, Cikarang, Bekasi 17530, 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT Samsung Electronics Indonesia didirikan pada tanggal 14 agustus 1991 dengan membentuk 2 divisi yaitu:

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT. Putra Salfan merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT. Putra Salfan merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah singkat PT. Putra Salfan. PT. Putra Salfan merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang kontraktor yang yang didirikan tanggal 15 Desember 1994. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2012 : pasal 1, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan banyaknya perusahaan sejenis bermunculan dan mengakibatkan semakin ketatnya persaingan. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal

Lebih terperinci

NEWS RELEASE DARI ADARO ENERGY

NEWS RELEASE DARI ADARO ENERGY NEWS RELEASE DARI ADARO ENERGY Media Umum: Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Devindra Ratzarwin Corporate Secretary Tel: (6221) 521 1265 Fax: (6221) 5794 4687 Email: corsec@ptadaro.com Media Keuangan:

Lebih terperinci

BAB I ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM PERUSAHAAN

BAB I ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM PERUSAHAAN BAB I ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM PERUSAHAAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan operasinya setiap perusahaan pasti membutuhkan modal kerja agar hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kas 1. Pengertian Kas Menurut Martono dan Harjito (2002 : 116) Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah

Lebih terperinci

Labaa TINS Meningkat

Labaa TINS Meningkat UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan telepon faksimili e mail website : +62 (21) 2352 8000 : +62 (21) 344 4012 : corporatesecretary@ @pttimah.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada fenomena di mana

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada fenomena di mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada fenomena di mana globalisasi sedang memainkan perannya dalam menularkan krisis finansial. Krisis ini awalnya terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era persaingan industri manufaktur yang berkembang bebas saat ini, perusahaan diharapkan mampu menghasilkan produk bermutu bagi konsumen untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan salah satu perusahaan dibawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Pada tinjauan teoritis di Bab II ini akan menjelaskan lebih dalam mengenai defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan. 2.1.1 Modal Kerja Pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan dan berkembang serta mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan harus bersaing

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pendirian perseroan terbatas nomor 11. PT.Putra Salfan berkedudukan di

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pendirian perseroan terbatas nomor 11. PT.Putra Salfan berkedudukan di 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Putra Salfan PT.Puta Salfan didirikan pada tanggal 09 September 2011 dengan akta pendirian perseroan terbatas nomor 11. PT.Putra Salfan berkedudukan

Lebih terperinci

PENYELARASAN STRATEGI SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN STRATEGI BISNIS PADA PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DAN BANK PEMERINTAH.

PENYELARASAN STRATEGI SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN STRATEGI BISNIS PADA PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DAN BANK PEMERINTAH. Media Informatika Vol. 14 No. 2 (2015) PENYELARASAN STRATEGI SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN STRATEGI BISNIS PADA PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DAN BANK PEMERINTAH Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jakarta dengan objek pada salah satu perusahaan yang bergerak di bidang alat berat, pertambangan dan energi yang sudah GO

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak yang berkepentingan untuk menilai kerja dan posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aset lancar dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan CV. Hikmah Utama adalah sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang Kontraktor Mekanikal dan Elektrikal telah ikut menyumbangkan partisipasinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang menghasilkan pelumas (oli). PT. Federal Karyatama berusaha untuk tepat

Lebih terperinci