PENGEMBANGAN VARIETAS PADI KARAKTERISTIK KHUSUS DI LAHAN SAWAH IRIGASI
|
|
- Suharto Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGEMBANGAN VARIETAS PADI KARAKTERISTIK KHUSUS DI LAHAN SAWAH IRIGASI Ikhwani 1, Putu Wardhana 1, Bhakti Priatmodjo 1 dan Endang Y.Purwani 2 1 Puslitbang Tanaman Pangan, Jl. Merdeka 147 Bogor Balai Besar Pasca Panen, jl. Tentara Pelajar 3 A Bogor isunihardi@yahoo.com
2 PENDAHULUAN Latar Belakang : Beras merupakan komoditi strategis sebagai bahan pangan bagi masyarakat Indonesia sehingga kegiatan produksi, penyediaan, pengadaan dan distribusi beras menjadi sangat penting untuk ketahanan pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Selain untuk kepentingan konsumen dan menciptakan stabilitas ekonomi nasional, sebagai pangan fungsional yang memiliki nilai tambah tertentu (harga, gizi aroma, dsbnya), mengandung satu atau lebih komponen pembentuk yang mempunyai fungsi fisiologis tertentu dan bermanfaat bagi kesehatan.
3 Adanya kebutuhan beras khusus yang terkait dengan kesehatan/dietary, konsumsi khusus atau segmen tertentu, kebutuhan bahan baku/penolong untuk industri dan restoran asing, belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari sumber dalam negeri sehingga pengadaan beras dan benihnya di impor dari luar negeri. Mempertimbangkan kebijakan Pemerintah yang melarang impor beras khusus dan prioritas utama upaya produksi dalam negeri dan pengembangan beras substitusi untuk menutup impor.
4 Jenis Beras yang diimpor berdasarkan Permentan Rekomendasi Ekspor dan Impor Beras (Draft Revisi Permentan 51 Tahun 2014) Peruntukan Jenis Beras Beras Medium dengan Kepecahan paling Tinggi 25 % Perum BULOG (Penugasan Pemerintah) Tanpa Rekomendasi Beras untuk Kesehatan/ Dietary dan Konsumsi Khusus/ Segmen Tertentu 1. Beras Japonica 2. Beras Basmati 3. Beras Thai Hom Mali 4. Beras Kukus 5. Beras Ketan Utuh Perusahaan Pemilik API -U Rekomendasi Beras dengan Kepecahan paling Tinggi 25 % Lembaga/ organisasi Sosial/Badan Pemerintah
5 KONDISI SAAT INI Saat ini petani kita di Indonesia sudah bisa menanam dan memanen beras japonica, tetapi pertanaman dilakukan tanpa prosedur impor benih dan pelepasan varietas. Jumlah produksi yang terdata setiap bulan sekitar 130 ton beras japonica dengan produktivitas 5 sampai 6 ton per hektar. Beras ini dibutuhkan oleh restoran jepang dan ekspatriat jepang yang ada di Indonesia. Jumlah kebutuhan beras japonica sekitar ton per tahun (Data importasi 2012 dan 2013). Beras basmati sampai saat ini belum dikembangkan oleh petani di Indonesia, beras ini merupakan beras yang ditanam di India dan Pakistan, digunakan oleh restoran-restoran timur tengah. Pada tahun 2014 terjadi penurunan volume impor, sebagai akibat dari adanya kasus impor beras wangi, sehingga terjadi pengetatan aturan importasi beras khusus. Jumlah kebutuhan beras basmati sekitar ton per tahun (Data importasi 2012 dan 2013) Harga beras ketan utuh di dalam negeri rendah, di duga banyaknya beras ketan illegal masuk ke Indonesia (intelejen bea cukai). Jumlah kekurangan beras ketan utuh sekitar ton per tahun (analisa Petugas BPS pada rapat pokja perberasan)
6 Diharapkan pengembangan beras khusus ini dapat menutupi kecukupan produksi pasar dalam negeri dengan : memanfaatkan peluang pasar indonesia (menekan impor ) memberikan pilihan usaha kepada petani untuk mendapatkan nilai tambah (beras khusus yang memiliki harga lebih baik)
7 Kendala yang dihadapi : Keengganan petani untuk menanam dengan alasan yang bervariasi antar daerah tergantung dari iklim, agroeksistem dan pemasaran.
8 Tujuan Kegiatan : untuk mendapatkan data dan informasi dari varietas varietas padi berkarakteristik khusus sbb : Teknologi budi daya dan produktivitas serta upaya pengembangan di lahan sawah irigasi Kelayakan usahatani, dan analisis mutu beras.
9 Lokasi kegiatan penelitian : Desa Karang Wangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat selama satu musim tanam tahun 2016
10 Kegiatan Penelitian : 1. Demplot/keragaan tanaman di lahan petani seluas : + 3 ha, cara tanam jajar Legowo 4:1 dan 7 (tujuh) varietas khusus. 2.Kegiatan sumper impose m 2, dengan menggunakan Rancangan Petak petak terpisah (split split plot), dengan 3 (tiga) ulangan
11 terdiri dari : Petak Utama Pupuk (P) ; P1 - Anjuran setempat (Urea = 100 kg/ha, Phonska= 300 kg/ha; Pupuk petrokimia = 500 kg/ha, Pemberian 1x pada saat tanaman berumur 14 hst, P2- PHSL (7 hst 250 kg Phonska), (21 hst 125 kg Urea), 42 hst ( 125 kg Urea). Anak Petak yaitu cara tanam (T); T1 Legowo 2:1 (27.5 cm---54cm) x 13.5 cm, T2 legowo 4:1 penuh (27.5 cm 54 cm) x 13,5 cm dan Anak-anak petak (V), yiatu 6 ( enam) varietas special ; V1, Cisokan, V2 Inpari 21, V3 Inpara 4, V4- Basmati, V5- Lusi dan V6 Tayken.
12 Deskripsi varietas khusus yang digunakan pada kegiatan penelitian : No. Varietas Golongan Karakteristik 1. Cisokan Beras pera Indeks Glikemik 34 dan termasuk rendah dengan kadar amilosa 27%. Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan rentan wereng coklat biotipe 3. Agak tahan penyakit hawar daun bakteri. Anjuran tanam pada tanah sawah di dataran rendah sampai ketinggian sampai 500 m dpl. 2. Lusi ketan kadar amilosa rendah kurang dari 6% dan merupakan beras ketan putih. Varietas ini merupakan hasil persilangan IR 38 dan Pelita 1-1 serta IR4744 dan termasuk golongan Cere (Indica). Bentuk gabah sedang dengan warna gabah kuning bersih. Potensi hasil varietas antara 4,0 hingga 6,0 t/ha GKG Untuk pembuatan tepung ketan dan sebagai bahan utama untuk pembuatan makanan seperti kue-kue basah, rengginang, dodol, kue moci dll. 3. Grendel Ketan kadar amilosa sangat rendah dan memiliki tekstur nasi yang sangat lengket. Berdasarkan komposisi pati dalam ketan, disamping memiliki kadar amilosa yang sangat rendah, ketan memiliki kadar amilopektin yang tinggi. Lebih lanjut, kadar amilopektin yang tinggi inilah yang bertanggung jawab terhadap tekstur lengket ketan 4. Inpara 4 Beras pera varietas introduksi dari IRRI dari golongan Cere (Indica). Umur tanaman +135 hari dengan tekstur nasi pera dan mempunyai kadar amilosa 29%. Mempunyai Indeks Glikemik 50,9 dengan rata-rata hasil 4,7 t/ha dan potensi hasil 7,6 t/ha.
13 No. Varietas kategori Karakteristik 4. Tayken Japonica (beras Jepang) kadar amilosa yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nasi yang ada di Indonesia pada umumnya sehingga nasi jepang lebih lengket dan cocok untuk dipakai membuat shushi dan gampang untuk diambil dengan chopstick (sumpit). Kandungan amilosa yang rendah pada pati beras akan menghasilkan nasi yang cenderung lebih transparan dan lengket. Untuk sushi mengandung kadar amilosa sekitar 12-15% sehingga nasinya lebih lengket 5. Inpari 17 Beras pera kadar amilosa 26%. Bentuk gabah ramping dan warna gabah kuning. Rata-rata hasil 6,2 t/ha GKG dengan potensi hasil 7,9 t/ha GKG. Anjuran tanam di lahan sawah tadah hujan dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl dan tidak dianjurkan di daerah spesial tungro. 7. Inpari 21 Beras pera kadar amilosa 26%. Bentuk gabah sedang agak bulat dan warna gabah kuning bersih. Rata-rata hasil 6,4 t/ha GKG dengan potensi hasil 8,2 t/ha GKG. Varietas ini rentan tungro dan dianjurkan tanam pada lahan sawah dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl dan tidak dianjurkan di daerah endemik tungro.
14 3. Studi kelayakan sosial ekonomi beras khusus. 4. Uji mutu beras Basmati
15 Pengumpulan data dan informasi meliputi : a) Karakterisasi kondisi lingkungan (kesuburan dan fisik tanah, OPT, data curah hujan serta b). (c) Permasalahan teknis produksi lainnya); Study kelayakan social ekonomi, study hasil dan produksi padi VUB secara umum; Teknologi budidaya petani setempat dan lainnya di kabupaten Cianjur. Uji Kelayakan. Analisis imbalan penerimaan atas biaya R/C ratio, analisis pendapatan atas biaya B/C ratio, titik impas produktivitas (TIP), titik impas harga (TIH). Biaya analisis TIP dan TIH digunakan untk mentoleransi penurunan produktivitas atau harga produk sampai batas tertentu di mana usaha yang dilakukan masih memberikan keuntungan. TIP dan TIP dihitung berdasarkan rumus : TIP dan TIH di hitung dengan rumus sebagai berikut (Salikin dan Syam,1995): BP BP TIP = TIH = (1) H P Dimana P = Produktivitas (kg/ha) H = harga produksi BP = Biaya produksi (Rp) Analisis kelayakan usahatani dianalisis berdasarkan rumus : (Rahim dan Hastuti, 2008 ) TP R/C ratio = (2) TC
16 Dimana : R/C = nisbah penerimaan dan biaya TP = Total penerimaan (Rp/ha) TC = Total biaya (Rp/ha) Dengan keputtusan : R/C >1, usahatani secara ekonomi menguntungkan R/C = 1 usahatani secara ekonomi berada pada titik impas (BEP) R/C < 1, usahatani secara ekonomi tidak menguntungkan (rugi) Benefit cost ratio (B/C ratio) dihitung berdasarkan formulasi berikut (Salikin dan Syam,1995): Total Pendapatan B/C Ratio = (3) Total Biaya Produksi Perhitungan B/C ratio menjelaskan bahwa jika nilai > 0 artinya teknologi introduksi berpotensi secara ekonomis untuk dikembangkan, jika nilai = 0 artinya teknologi introduksi berada pada titik impas (BEP), and jika nilainya < 0 artinya teknologi tersebut tidak berpotensi secara ekonomis untuk dikembangkan.
17 Uji Mutu Beras Khusus Analisis Sifat Fisik Beras patah, beras pecah dan menir dianalisis dengan metoda SNI Analisis panjang (P), lebar (L), rasio P/L, tebal dan roundness biji beras digunakan Seed Count Image Analyzer (NextInstrument, Australia). Alat dioperasikan sesuai dengan manual. Analisis kadar amilosa dan Proksimat Kadar amilosa dianalisis dengan bantuan spektrofotometer Kadar air dan kadar abu dianalisis dengan metode gravimetri, kadar lemak ditetapkan dengan metode ekstraksi soxhlet dan kadar protein ditetapkan dengan metode Kjeldahl Analisis Sifat Pasta Profil pasta dianalisis dengan Instrumen Rapid Visco Analyzer (Perten), Analisis Sifat Termal Sifat termal dianalisis dengan diukur dengan instrument Differential Scanning Calorimeter (DSC, Perkin Elmer 8000).
18 HASIL KEGIATAN : 1. Teknologi Budi daya pertanaman demplot Tabel 1. Daftar petani koperator yang ikut dalam kegiatan demplot beras khusus, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016 No Varietas Luas tgl semai Nama Petani Tanam (ha) 1 Cisokan Nanang 2 lusi Jaja 3 Inpari Dede 4 Grendel Arom 5 Tayken Gandi 5 Inpari Gandi 6 Inpara Syarif 7 Grendel hasan Jumlah 3
19 Ton/ha 12,00 10,00 8,00 8,74 8,58 6,76 8,29 10,09 7,45 7,92 6,00 GKG (t/ha) 4,00 2,00 0,00 Cisokan Inpari 17 Tayken inpari 21 Inpara 4 Grendel Lusi Gambar 1. Hasil gabah varietas spesial/beras khusus,desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
20 Tabel 2. Komponen hasil pertanaman demplot.desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016 Varietas Jumlah gabah isi (butir) Jumlah gabah hampa (butir) Berat Gabah isi (gr) Berat gabah hampa (gr) Panjang malai (cm) Jumlah malai bobot 1000 butir (gr) Cisokan Inpari Tayken inpari Inpara Grendel Lusi
21 Jumlah anakan Tinggi tanaman (cm) 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0, HST Cisokan Inpari 17 Tayken inpari 21 Inpara 4 Grendel Lusi Gambar 3 Rata-rata tinggi tanaman pada umur 14 s/d panen,desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun ,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0, HST Cisokan Inpari 17 Tayken inpari 21 Inpara 4 Grendel Gambar 4. Rata-rata Jumlah anakan varietas spesial/beras khusus pada umur 14 s/d menjelang panen, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016 Lusi
22 ton/ha 2. Teknologi Budidaya varietas-varietas padi special / beras Khusus pertanaman super impose 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 8,77 8,74 9,13 8,40 6,28 Cisokan Inpari 21 IR 42 Lusi Tayken Bobot GKG ton/ ha Gambar 5. Produktivitas varietas -varietas khusus, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
23 8,60 8,50 8,40 8,30 8,20 8,10 8,00 7,90 7,80 7,70 8,39 Anjuran setempat Bobot GKG (t/ha) 8,50 8,14 8,03 PHSL Legowo 2:1 Legowo 4:1 Gambar 6. Produktivitas varietas -varietas khusus akibat pengaruh perlakuan pemupukan dan cara tanam, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
24 Tabel 3. Kombinasi perlakuan (Teknologi budidaya) terhadap hasil gabah kering giling ton/ha varietas spesial/beras khusus pada kegiatan super impose, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016 Varietas Anjuran setempat PHSL Legowo 2:1 Legowo 4:1 Legowo 2:1 Legowo 4:1 Cisokan Inpari IR Lusi Tayken Rerata Standar Deviasi
25 Tabel 4. Komponen hasil varietas spesial/beras khusus pada kegiatan super impose, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016 Perlakuan Jumlah Gabah isi Jumlah Gabah hampa Jumlah Malai Panjang Malai Berat Gabah Isi Berat Gabah Hampa Bobot 1000 Butir Cisokan Inpari Inpara Lusi Tayken Legowo 2: Legowo 4: Anjuran setempat PHSL
26 3. Analisis Sosial Ekonomi varietas-varietas padi special/beras Khusus Tabel 5. Biaya produksi (kg/ha), harga gabah (Rp/kg) dan Biaya produksi (Rp/ha) pada kegiatan Demplot, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016 Varietas Produksi (kg/ha) Harga gabah (Rp/kg) Biaya Produksi (Rp/ha) x 1000 GKP GKG GKP GKG GKP GKG Cisokan 9,663 8,744 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Inpari 17 9,320 8,580 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Tayken 7,433 6,759 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 inpari 21 8,919 8,286 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Inpara 4 10,292 10,088 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Grendel 8,119 7,453 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Lusi 9,034 7,918 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Petani setempat Ciherang 9,520 8,634 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Mekongga 9,152 8,301 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000
27 Tabel 6. Analisis Ekonomi usaha tani varietas spesial/beras khusus pada kegiatan Demplot, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016 varietas IG Tinggi Japonica Ketan Kontrol Jenis Kegiatan Cisokan Inpari 17 Inpari 21 Inpara 4 Tayken Grendel Lusi Ciherang Mekongga Hasil Panen 9, , , , , , , , , (kg/ha) Biaya Produksi a. Benih (Rp/Kg) 270, , , , , , , , ,000 b. Pupuk Urea (Rp/Kg) 270, , , , , , , , ,000 NPK (Rp/Kg) 750, , , , , , , , ,000 Pupuk Kandang 250, , , , , , , , ,000 c. Pestisida 320, , , , , , , , ,000 (Rp/ha) d. Tenaga Kerja 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 (Rp) Total Biaya 10,325,000 10,325,000 10,325,000 10,325,000 10,805,000 10,415,000 10,415,000 10,325,000 10,325,000 Produksi (Rp) Harga Aktual (Rp) Penerimaan 38,650,658 37,278,445 35,677,530 41,166,381 44,596,913 32,475,700 36,134,934 38,080,000 36,608,000 (Rp/ha) Pendapatan 28,325,658 26,953,445 25,352,530 30,841,381 33,791,913 22,060,700 25,719,934 27,755,000 26,283,000 (Rp/ha) R/C B/C TIH (Rp/kg) 1,069 1,108 1,158 1,003 1,454 1,283 1,153 1,085 1,128 TIP (kg/ha)
28 4. Uji Mutu Beras Khusus Ukuran dan bentuk beras merupakan salah satu parameter penting yang harus dipertimbangkan oleh pemulia untuk merakit varietas padi sesuai dengan sifat yang dikehendaki pasar. Hal ini dapat dipahami karena sebagian besar beras dikonsumsi dalam bentuk biji utuh.
29 Tabel 7. Ukuran dan bentuk beberapa varietas beras Varietas Panjang (mm) Lebar (mm) Tebal (mm) Rasio P/L Roundness Luas permukaan biji (mm 2 ) Tayken Inpari Cisokan Inpari Basmati Grendel Lusi -----Data menyusul Inpara 4
30 Tabel 8. Kualitas giling beras khusus Varietas Beras kepala (%) Beras patah (%) Menir (%) Tayken Inpari Cisokan Inpari Basmati Grendel Lusi Inpara Data menyusul
31 Tabel 9. Kadar air, abu, lemak, protein dan amilosa Varietas Air (%) Abu (% bk) * Lemak (% bk) Protein (% bk) Amilosa (% bk) Basmati Cisokan Grandel Inpari Inpari Tayken Lusi Inpara
32 KESIMPULAN Teknologi Budidaya Hasil gabah varietas khusus tertinggi pertanaman demplot mencapai 10,09 ton/ha GKG pada varietas Inpara 4, kemudian varietas Cisokan sebesar 8,74 t/ha GKG dan Inpari 17 sebesar 8,58 t/ha GKG. Teknologi budidaya pada kegiatan super impose hasil tertinggi dicapai pada varietas IR-42 dengan pemupukan anjuran setempat dan jarak tanam legowo 4:1, mencapai 9,13 t/ha GKG, diikuti varietas Cisokan sebesar 8,77 t/ha GKG dan Inpari 21 sebesar 8,74 t/ha GKG. Tinggi tanaman varietas varietas khusus di demplot rata-rata tertinggi pada varietas Inpari 17, Cisokan, Inpara 4 dan Lusi, Varietas terendah dibawah rata-rata dari semua varietas yang diuji pada varietas Grendel. Jumlah anakan varietas varietas khusus di demplot rata-rata terbanyak pada varietas Inpara 4 diikuti oleh varietas ketan Lusi. Varietas dengan anakan terendah dibawah rata-rata dari semua yaitu pada beras golongan Japonica Tayken.
33 Studi kelayakan analisis sosial ekonomi beras khusus Penerimaan paling besar terdapat pada Golongan Japonica Tayken, yaitu sebesar Rp. 44,596,913,- dan yang terendah pada varietas ketan grendel sebesar Rp. 32,475,700,-. Beras khusus layak diusahakan terutama pada varietas khusus Japonica Tayken, Varietas Inpara 4, dan Cisokan, dengan R/C ratio masing-masing sebesar 4,13, 3,99 Dan 3,74. Analisis TIP dan TIH terhadap 7 (tujuh) varietas khusus yang diuji (Cisokan 77,68%; Inpari 17 76,98%; Inpari 21 76,08%; Inpara 4 78,86%; Tayken 85,97%; Grendel 77,17%; dan Lusi 79,20%. Sementara varietas existing Ciherang sebesar 77,40% dan Mekongga sebesar 76,61%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengembangan varietas-varietas khusus tidak akan mengalami kerugian meskipun terjadi penurunan produktivitas atau harga tidak mencapai nilai TIH dan TIP. Dengan demikian usaha tani varietas varietas yang diuji tetap menguntungkan.
34 Analisis Mutu Beras Hanya varietas Inpari 21 yang termasuk dalam katagori butir panjang, sedangkan yang lainnya berada dalam katagori butir sedang.berdasarkan nilai rasio panjang/lebar, semua beras memiliki nillai rasio P/L antara 2-3 dan ini termasuk dalam katagori benbentuk sedang. Variasi sangat signifikan tampak pada viskogram beras yang kadar amilosanya setara. Ketan mengalami gelatinisasi lebih awal dibanding beras tayken (beramilosa sedang, Japonica) maupun beras amilosa tinggi kelompok indica.basmati dan Cisokan masing-masing menunjukkan stabilitas pasta sedang dan rendah, meskipun keduanya mampu menahan banyak air (nilai viskositas puncak lebih besar) dibanding varietas lainnya.profil pasta varietas Inpari 17 mirip dengan Inpari 21 dan keduanya cenderung sulit berretrogradasi. Inpara 4 mampu menahan banyak air dengan stabilitas rendah dan cenderung beretrogradasi. Analisis sifat termal menunjukkan Tayken memiliki kisaran suhu gelatinisasi lebih sempit/seragam dibanding varietas lain yang diteliti.
35 Introduksi dan perakitan padi penghasil beras khusus di dalam negeri sangat penting untuk peningkatan pendapatan petani padi pada masa depan. Oleh karena itu, identifikasi potensi pengembangan varietas/beras khusus dalam mendukung peningkatan pendapatan petani dan ekspor beras serta identifikasi stakeholder potensial untuk pengembangan padi khusus di Indonesia sangat perlu di lakukan.
36 TERIMA KASIH
Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan
Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95
Lebih terperinciPotensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit
LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-
Lebih terperinciKK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang
Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)
Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Asal persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3-1///IR 64////IR 64 Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi
Lebih terperinciLampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.
Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III T V1 V2 V3 U S V2 V1 V2 B 150 cm V3 V3 V1 100 cm V3 V3 V1 50 cm V1 V2 V3 18,5 m V2 V1 V2 V3 V1 V1 V2 V2 V2 5,5 m V1 V3 V3 80 cm 300 cm Lampiran 2.Bagan Tanaman
Lebih terperinciV4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)
64 Lampiran 1. Lay Out Penelitian V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V2A1(3) V4A1(2) V1A1(3) V3A1(3) V2A2(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V4A1(1) V5A1(2) V4A2(1) V2A2(1) V1A2(3) V3A2(2) V4A2(2) V2A1(1)
Lebih terperinciKOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT
KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa
Lebih terperinciDeskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008 Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Pemulia Golongan Umur tanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan
Lebih terperinci: Kasar pada sebelah bawah daun
Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan
Lebih terperinciLAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2
LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian U U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 Keterangan: U T1 T2 T3 : : Padi Sawah : Padi Gogo : Rumput
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan
Lebih terperinciKomponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:
AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA Tota Suhendrata dan Setyo Budiyanto Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN
ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama
Lebih terperinciPENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK
AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat
Lebih terperinciVarietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.
AgroinovasI Varietas Padi Unggulan Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. Padi..semua sudah tak asing lagi dengan jenis tanaman pangan yang satu ini. Bila sudah diubah
Lebih terperinciKERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR
KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU
PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - 11H SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 11 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciSELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO
SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil Analisis Tanah
LAMPIRAN 62 63 Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Jenis Analisa Satuan Hasil Kriteria ph H 2 O (1:2,5) - 6,2 Agak masam ph KCl (1:2,5) - 5,1 - C-Organik % 1,25 Rendah N-Total % 0,14 Rendah C/N - 12 Sedang
Lebih terperinciPENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK
PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH Andi Ishak, Bunaiyah Honorita, dan Yesmawati Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009)
40 LAMPIRAN Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009) Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii
Lebih terperinciMeinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto
KAJIAN VARIETAS PADI TOLERAN KEKERINGAN DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DATARAN RENDAH KABUPATEN REMBANG Meinarti Norma Setiapermas, Widarto, Intan Gilang Cempaka dan Muryanto PENDAHULUAN Badan Penelitian dan
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN
TEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN Astiani Asady, SP., MP. BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE 2014 OUT LINE: PENDAHULUAN
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara I. PENDEKATAN PETAK OMISI Kemampuan tanah menyediakan
Lebih terperinciKARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH
KARAKTERISASI MUTU GABAH, MUTU FISIK, DAN MUTU GILING BERAS GALUR HARAPAN PADI SAWAH Zahara Mardiah dan Siti Dewi Indrasari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRAK Permintaan beras berkualitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan
Lebih terperinciPenampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan
Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Ali Imran dan Suriany Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRACT Study of SL-8-SHS hybrid rice
Lebih terperinciDENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT
DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi
TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan
Lebih terperinci: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit
LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Aek Sibundong Nomor pedigri : BP1924-1E-5-2rni Asal persilangan : Sitali/Way Apo Buru//2*Widas Golongan : Cere Umur tanaman : 108-125 hari Bentuk tanaman : Tegak
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo Nomor seleksi : S3382-2D-PN-16-3-KP-I Asal Persilangan :S487B-75/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3- I///IR 64////IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 115-125
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciRESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR Oleh : Yudhi Mahmud Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jawa Barat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,
PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai
Lebih terperinciLITKAJIBANGRAP. R.Y. Galingging, A. Firmansyah,A. Bhermana, Suparman, dan S. Agustini
KAJIAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DAN PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) MENJADI IP 300 PADI DI LAHAN PASANG SURUT DI KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN TENGAH R.Y. Galingging, A. Firmansyah,A. Bhermana, Suparman,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA P.02 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS MAPAN-P.02 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT
Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk
Lebih terperinciPENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG
PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,
Lebih terperinciTANAMAN PENGHASIL PATI
TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica
Lebih terperinciLAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2
Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2 Keterangan : A B C D E F G = Kontrol = Urea = Urea
Lebih terperinciPELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN
PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Ahmad Damiri dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
Lebih terperinciLampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE
Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE Nomor seleksi : B2484B-PN-28-3-MR-1 Asal persilangan : Pelita I-1/B2388 Golongan : Cere, kadang-kadang berbulu Umur tanaman : 135-140 hari Bentuk tanaman :
Lebih terperinciUJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI
UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI AANB. Kamandalu dan S.A.N. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Uji daya hasil beberapa galur harapan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan
Lebih terperinciApa yang dimaksud dengan PHSL?
Usahatani padi sawah di Indonesia dicirikan oleh kepemilikan lahan yang kecil (< 0.5 ha) Teknik budidaya petani bervariasi antar petani dan antar petakan Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia
Lebih terperinciJ3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5
Lampiran 1. Bagan Percobaan 1 2 3 J2V5 J1V2 J3V1 X X X X X X X X X X J1V4 J2V2 J3V3 X X X X X X X X X X J3V1 J3V4 J1V1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X J2V3 J1V5 J2V4 X X X X X X X X X X J1V2 J3V5
Lebih terperinciINOVASI TEKNOLOGI Menduku. Swasembada PADI, Jagung Dan Kedelai Di Provinsi Bengkulu
INOVASI TEKNOLOGI Menduku ung Swasembada PADI, Jagung Dan Kedelai Di Provinsi Bengkulu BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA. Tim UPBS BPTP Sumatera Utara
PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA Tim UPBS BPTP Sumatera Utara LATAR BELAKANG Pencapaian swasembada beras berkelanjutan dapat terwujud melalui peningkatan produksi padi nasional. Secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies dan tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti di Asia, Afrika,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) ialah tanaman penghasil beras yang menjadi sumber karbohidrat sebesar 84,83 %, protein 9,78%, lemak 2,20%, mineral 2,09%, serat kasar 1,10%
Lebih terperinciPENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA Fadjry Djufry Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciPENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT
PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia
TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian
Lebih terperinciSeminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN LUMAJANG THE INTEGRATED PLANT MANAGEMENT OF NEW SUPERIOR VARIETIES OF INPARI RICE TO SUPPORT
Lebih terperinciPREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL
PREFERENSI KONSUMEN KALIMANTAN SELATAN TERHADAP BERAS DAN RASA NASI VARIETAS UNGGUL Rina D.Ningsih dan Khairatun Nafisah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat
Lebih terperinciPENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INDEK PERTANAMAN (IP-400) DALAM RANGKA KEMANDIRAN PANGAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INDEK PERTANAMAN (IP-400) DALAM RANGKA KEMANDIRAN PANGAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Subagiyo, Sutardi dan Nugroho Siswanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI KETAN PUTIH B10299B-MR-116-2-4-1-2 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA CIASEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dari bulan Maret sampai bulan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.
11 BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak
Lebih terperinciAbstrak
Peningkatan Produktivitas dan Finansial Petani Padi Sawah dengan Penerapan Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Studi Kasus di Desa Kandai I Kec. Dompu Kab. Dompu) Yuliana Susanti, Hiryana
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.
Lebih terperinciSISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO
ISBN : 978-602-1276-01-3 SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) JAMBI BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/Permentan/OT.140/5/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA KAMBING PERAH YANG BAIK
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/Permentan/OT.140/5/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA KAMBING PERAH YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciSumber : Deskripsi Varietas Padi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
22 Lampiran 1 Deskripsi Varietas Inpari 13 INPARI 13 Nomor seleksi : OM 1490 Golongan : Cere Umur tanaman : 103 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 101 cm Anakan produktif : 17 Warna kaki : Hijau
Lebih terperinciKAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)
Kelompok 2: Wahyu Puspasari (121510501006) Tatik Winarsih (121510501009) Devi Anggun C (121510501010) Jeni Widya R (121510501018) Devy Cristiana (121510501020) Aulya Arta E (121510501021) KAJIAN POLA TANAM
Lebih terperinciAnalisa Ekonomi Usaha Penangkar Benih Padi Ciherang (di Kelurahan Tamanan Kec. Tulungagung Kab. Tulungagung) Oleh : Yuniar Hajar Prasekti
Analisa Ekonomi Usaha Penangkar Benih Padi Ciherang (di Kelurahan Tamanan Kec. Tulungagung Kab. Tulungagung) Oleh : Yuniar Hajar Prasekti ABSTRAK Padi merupakan sumber makanan pokok penduduk Indonesia.
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA P.05 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS MAPAN-P.05 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciVarietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung
Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 125-130 Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak Morphological Characterization
Lebih terperinciPENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI
PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI Endjang Sujitno, Kurnia, dan Taemi Fahmi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Jalan Kayuambon No. 80 Lembang,
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - SH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 8 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi
3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial
Lebih terperinciLampiran I. Lay Out Peneltian
Lampiran I. Lay Out Peneltian 49 Lampiran II. Deskripsi Varietas Mentik Wangi Asal Persilangan : Mentikwangi Golongan : Cere Umur Tanaman : 112-113 Hst Bentuk Tanaman : TegakTinggi Tanaman : 106-113 cm
Lebih terperinciKAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK
KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH M. A. Firmansyah 1, Suparman 1, W.A. Nugroho 1, Harmini 1 dan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian
III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA 93011 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan
Lebih terperinciINTRODUKSI DAN ANALISA USAHA TANI VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI INPARI 12 DI TANAH SEPENGGAL KABUPATEN BUNGO JAMBI
INTRODUKSI DAN ANALISA USAHA TANI VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI INPARI 12 DI TANAH SEPENGGAL KABUPATEN BUNGO JAMBI Introduction and Farm Business Analysis of High Yielding Varieties (HYV) Inpari 12 in
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK PENDAHULUAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja Eddy Makruf, Yulie Oktavia dan Wawan Eka Putra
Lebih terperinciProspek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara
Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA
Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciSeminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciRAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT PENDAHULUAN
RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT Oleh : Chairunas, Yardha,Adli Yusuf, Firdaus, Tamrin, M.Nasir Ali PENDAHULUAN Rendahnya produktivitas komoditas tanaman pangan dalam skala usahatani di lahan
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran
Lebih terperinci