BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Definisi Manajemen Montana dan Charnov (2008:1) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses bekerjasama dengan, dan melalui orang lain untuk mencapai tujuan - tujuan organisasi dan anggotanya. Kumar (2008:1) memfokuskan pengertian manajemen pada fungsi transformatifnya, di mana manajemen didefiniskan sebagai proses penggabungan dan transformasi berbagai sumber daya yang digunakan dalam operasional perusahaan menjadi sebuah produk/pelayanan dengan nilai tambah secara terkendali sesuai kebijakan perusahaan. Bateman dan Snell (2015:4) mendefinisikan manajemen melalui sudut pandang yang berbeda, di mana istilah ini justru diartikan sebagai sebuah tantangan untuk terus beradaptasi terhadap situasi yang baru dan terus berubah, dengan menggunakan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki. Definisi manajemen yang dilakukan dengan pendekatan yang berbeda - beda ini pada dasarnya memiliki suatu kesamaan, yaitu manajemen yang bersifat mengatur dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada yang bertujuan untuk mencapai tujuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah kegiatan untuk mengatur sumber daya yang dimiliki dan mengelolanya untuk mengatasi tantangan dan mencapai tujuan Fungsi Manajemen Kegiatan manajemen pada umumnya dibagi menjadi empat bagian kegiatan yang masing - masing menjadi fungsinya (Robbins dan Coulter, 2012:9), yaitu: 1. Perencanaan Manajemen melakukan perencanaan dengan berdasarkan ramalan yang sudah dilakukan, dan juga berbagai jenis analisis lingkungan yang mempengaruhi sebuah organisasi. Perencanaan juga mencakup penentuan tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang; formulasi strategi untuk mencapai tujuan, dan formulasi peraturan dan prosedur. 13

2 14 2. Pengorganisasian Manajemen menindaklanjuti rencana yang sudah dibuat dengan memulai implementasinya, pertama - tama melalui pengorganisasian. Tahap ini dilakukan dengan menciptakan sebuah pekerjaan komprehensif yang terdiri dari berbagai aktivitas yang saling berhubungan, kemudian dengan menunjuk pihak - pihak tertentu yang dianggap mampu melaksanakan pekerjaan tersebut. Tahap ini erat kaitannya dengan konteks sumber daya manusia. 3. Pengarahan Manajemen melalui kegiatan ini berusaha agar setiap pekerjaan yang telah diberikan dapat terlaksana dengan baik dengan cara memberikan dukungan dan bimbingan, serta dengan menerapkan peraturan yang sudah diformulasikan sedemikian rupa. Pengarahan diejawantahkan melalui komunikasi, motivasi, dan kegiatan - kegiatan kepemimpinan. 4. Pengendalian Pada dasarnya, lima kegiatan di atas sudah mengarahkan seluruh komponen organisasi untuk saling bahu - membahu mencapai tujuan. Kendati demikian, deviasi secara alami akan terjadi pada kinerja operasional organisasi, baik disengaja ataupun tidak. Manajemen perlu untuk melakukan satu kegiatan lagi yang bertujuan untuk menjaga agar organisasi dan setiap komponennya tetap mengarah pada tujuan awal dan menjaga agar setiap pekeraan dilakukan sesuai dengan instruksi yang diberikan di awal Jenis - Jenis Pelaksanaan Manajemen Terdapat beberapa pandangan mengenai pelaksanaan manajemen (Robbins dan Coulter, 2012:29-36), yaitu: 1. Scientific Management Kegiatan manajemen akan dilakukan dengan didasarkan pada metode saintifik, untuk menentukan cara dan keputusan yang paling baik untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Contoh keputusan yang didapat dari pendekatan manajemen saintifik adalah minimisasi waktu dan pergerakan, rekrutmen sumber daya manusia yang berkualitas, dan pemberian insentif berdasarkan output - di mana keputusan - keputusan ini didapatkan dengan terlebih dulu melakukan penelitian.

3 15 2. General Administrative Theorist Kegiatan manajemen yang dianggap baik adalah ketika sebuah organisasi memiliki birokrasi yang baik pula. Karakteristik birokrasi yang dianggap baik adalah yang memiliki pembagian jenis pekerjaan, memiliki pembagian otoritas, menjaga disiplin, memiliki kesamaan tujuan dan kepatuhan pada perintah yang sama, mendahulukan kepentingan organisasi di atas kepentingan individu, pemberian kompensasi yang manusiawi dan sepadan, sentralisasi pemerintahan, hirarki yang linier dan tidak saling silang, adanya keteraturan operasional, adanya keadilan dalam lingkup profesional, terciptanya stabilitas organisasi dari beragam aspek, terciptanya komponen - komponen organisasi yang mampu berinisiatif dan memiliki rasa bangga karena menjadi bagian dari suatu organisasi. Pandangan ini melihat organisasi sebagai sebuah kesatuan sistem yang tidak lagi dibagi - bagi. 3. Quantitative Approach Kegiatan manajemen akan didasari oleh data - data kuantitatif, di mana keputusan akan diambil berdasarkan optimisasi dari nilai - nilai variabel. Pendekatan ini pada umumnya bergantung pada ilmu matematika, secara spesifik yaitu statistika, model optimisasi, dan simulasi komputer. Pendekatan kuantitatif memiliki sumbangsih terbesar ketika diimplementasikan pada fungsi peramalan, perencanaan, dan pengendalian. 4. Organizational Behavior Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan sumber daya manusia dan ilmu psikologi. Kegiatan manajemen dianggap baik apabila didasari oleh pengetahuan akan karakteristik sumber daya manusia yang dimiliki dan pandangan sumber daya manusia terkait akan motivasi, kepemimpinan, kepercayaan, teamwork, dan manajemen konflik. Pendekatan behavioral pada umumnya digunakan para manajer untuk mendesain pekerjaan yang memotivasi pekerja dan juga mendesain tatacara komunikasi yang dapat memaksimalkan pertukaran informasi.

4 16 5. The Systems Research Kegiatan manajemen akan dilakukan dengan pertimbangan pengaruh lingkungan eksternal yang berhubungan dengan organisasi. Pendekatan ini memandang organisasi sebagai sebuah sistem terbuka yang dapat berinteraksi dengan lingkungannya, di mana manajer harus menyadari bahwa suatu keputusan yang dibuat untuk sebuah divisi akan memberikan pengaruh terhadap divisi lainnya. 6. The Contingency Approach Kegiatan manajemen yang dianggap baik adalah kegiatan manajemen yang fleksibel dan customized. Pendekatan ini didasari pada asumsi bahwa organisasi yang berbeda memerlukan cara - cara manajemen yang berbeda juga - tidak ada dua organisasi yang memiliki karakteristik yang sama. 2.2 Manajemen Operasi Definisi Operasi Herjanto (2007:1) mendefinisikan kegiatan operasi sebagai kegiatan untuk menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen. Shim dan Siegel (1999:1) mendefinisikan operasi secara lebih luas; serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan jalannya produksi suatu barang ataupun jasa Definisi Manajemen Operasi Menurut Heizer dan Render (2011:36) manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menciptakan sebuah nilai dalam bentuk barang atau jasa melalui kegiatan mentransformasikan sebuah input menjadi output. Menurut Fogarty (1989) yang dikutip dari Herjanto (2007:2) mendefinisikan menajemen operasional sendiri sebagai sebuah proses yang berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsifungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Mahadevan (2010:5) memaparkan bahwa manajemen operasi adalah sebuah pendekatan yang sistematis, guna mengatasi permasalahan yang ada dalam proses mentransformasi sebuah input menjadi sebuah output yang dapat menghasilkan pemasukan.

5 17 Berdasarkan beberapa definisi manajemen operasional yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa manajemen operasional adalah sebuah kegiatan untuk mengelola dan mentransformasikan input secara efisien menjadi output yang dapat menghasilkan pemasukan Ukuran Performa Pelaksanaan Manajemen Operasi Performa dari manajemen operasional dapat dinilai melalui beberapa aspek (Kumar dan Suresh, 2008:7-8), yaitu: Kualitas Ukuran seberapa banyak value yang diberikan untuk customer, atau benefit yang didapatkan perusahaan. Dari sudut pandang organisasi, manajemen operasional dianggap optimal apabila mampu menghasilkan nilai utilitas tertinggi bagi organisasi. Waktu Ukuran seberapa cepat sebuah value dapat diciptakan dan disampaikan, atau seberapa lama sebuah value dapat bertahan dan terus dirasakan. Kuantitas Ukuran ini mengukur seberapa banyak output dalam bentuk unit yang dapat diciptakan oleh sebuah kegiatan operasi seberapa banyak produk yang dihasilkan untuk dapat merespon permintaan. Biaya Merupakan salah satu faktor yang dianggap paling penting dalam manajemen operasional. Manajemen operasional tentu diangap optimal apabila mampu menghasilkan output terbesar dengan biaya yang terkecil. 2.3 Perusahaan Menurut UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b, definisi perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang tetap dan terus-menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba Definisi perusahaan menurut undang-undang jelas menyatakan bahwa perusahaan adalah segala bentuk usaha yang memiliki tujuan utama, yaitu mendapatkan kentungan dan berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia.

6 Peramalan (Forecast) Secara harafiah, forecast memiliki arti peramalan, di mana Merriam-Webster mendefinisikannya sebagai kegiatan memperhitungkan atau memprediksi sebuah kejadian di masa depan dengan menggunakan data - data historis yang tercipta dari kejadian - kejadian yang sudah terjadi. Dalam konteks manajemen operasional, forecast didefinisikan sebagai kegiatan mengestimasi nilai dari indikator - indikator tertentu di masa depan, yang berhubungan dengan pengambilan keputusan ataupun situasi perencanaan (Gor, 2009: ). Secara umum, kegiatan peramalan dapat dilakukan dengan melalui 7 tahap (Heizer dan Render, 2011:138), yaitu: 1. Menentukan tujuan dari peramalan 2. Menentukan topik- topik yang akan diramalkan 3. Menentukan jangka waktu peramalan 4. Menentukan model atau metode peramalan 5. Mengumpulkan data - data yang akan menjadi dasar dari peramalan 6. Melakukan kegiatan peramalan 7. Memvalidasi dan mengimplementasikan hasil peramalan Dalam kegiatan usaha, sangat banyak topik yang patut untuk diramalkan oleh perusahaan guna meningkatkan keuntungan dan meminimisasi biaya (atau potensi kerugian), beberapa di antaranya adalah mengenai jumlah penjualan, tingkat kebutuhan bahan baku dan spare part, tren ekonomi, kebutuhan sumber daya manusia. Di dalam penelitian ini, topik yang akan menjadi inti dari peramalan adalah mengenai jumlah penjualan. Metode - metode peramalan secara kuantitatif yang paling sering dipakai dapat dikelompokan menjadi dua kelompok besar (Heizer dan Render, 2011: ); 1. Time Series Merupakan metode peramalan yang berasumsi bahwa pola - pola kejadian yang terjadi di masa lalu akan kembali berulang di masa depan, atau dengan kata lain kejadian di masa depan akan dipengaruhi oleh kejadian - kejadian yang sudah teradi di masa lalu. Beberapa di antaranya adalah pendekatan naive, simple moving average, weighted moving average, exponential smoothing, double exponential smoothing, autoregressive model,

7 19 autoregressive-moving average model, dan lain sebagainya. Di dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan metode naive approach, simple moving average, weighted moving average, exponential smoothing, dan exponential smoothing with trend adjustment (double exponential smoothing), 2. Associative Model Metode ini berbeda dari time series. Inti dari metode ini adalah menciptakan model matematika yang dapat menjelaskan hubungan antara variabel - variabel independen dengan variabel dependen yang akan diramalkan. Beberapa contoh dari metode ini adalah simple linear regression, multivariate linear regression, non linear regression, polynomial regression, logit regression, semi parametric regression, non parametric regression, dan lain sebagainya. Di dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan metode simple linear regression. Dari pengkategorian metode - metode peramalan di atas, peneliti hanya akan menggunakan kategori time series, karena di dalam penelitian ini, jumlah pesanan bukanlah fungsi dari waktu Naive Approach Naive approach adalah metode peramalan yang paling simpel dan secara matematis sangat mudah, membuatnya menjadi salah satu metode peramalan yang paling sering digunakan (Heizer dan Render, 2010:140). Naive approach hanya menggunakan satu buah data historis saja untuk melakukan peramalan. Metode ini berpendapat bahwa nilai yang diramalkan akan terjadi di masa depan sama persis dengan nilai yang sudah terjadi di masa sekarang, secara matematis dirumuskan sebagai, Tabel 2.1 Ilustrasi Penggunaan Naive Approach untuk Peramalan Bulan (n) Permintaan Aktual (Dn) Permintaan Diramalkan (D n+1) 1 D 1 2 D2 D1

8 20 3 D3 D n Dn Dn+1 Sumber: Diolah Penulis (2016) Kendati terlihat sangat simpel dan cenderung rawan mengalami kesalahan peramalan, Naive approach tidak sepenuhnya jelek. Naive approach adalah sebuah metode peramalan yang sama sekali tidak menggunakan biaya yang dikarenakan oleh tingkat kemudahan penggunaaannya. Metode ini juga bisa digunakan oleh siapa saja. Naive approach juga seringkali dijadikan benchmark untuk mengukur kualitas peramalan metode lain, metode lain yang lebih rumit dan memakan biaya, namun tidak dapat menghasilkan akurasi pengukuran yang paling tidak seperti Naive approach, tentu tidak patut untuk digunakan (Stevenson, 2014:76) Simple Moving Average Moving average adalah metode time series di mana peramalan akan dihasilkan dengan cara mencari rata - rata dari sejumlah data historis yang terjadi secara berurutan (Heizer dan Render, 20011:141). Moving average dirumuskan sebagai, Istilah moving average yang diterjemahkan menjadi rata - rata berjalan ini dinamakan demikian karena cara kerjanya, di mana peramalan selanjutnya dilakukan dengan "membuang" data historis yang paling lama dan "mengambil" data historis yang paling baru; sehingga kelompok data yang akan dirata - rata seakan - akan "berjalan".

9 21 Sumber: Diolah Penulis (2016) Gambar 2.1 Ilustrasi Rata - Rata Berjalan Weighted Moving Average Weighted Moving Average merupakan metode peramalan yang merupakan pengembangan dari Simple Moving Average. Simple moving average pada dasarnya merupakan weighted moving average di mana bobot dari setiap data historis yang dihitung bernilai sama. Weighted moving average menyatakan bahwa tidak setiap data historis memiliki bobot yang sama. Data historis yang baru saja terjadi tentu saja lebih relevan untuk digunakan, sehingga selayaknya memiliki bobot yang lebih besar daripada data historis yang sudah lebih lama terjadi (Heizer dan Render, 2011:142). Weighted Moving Average secara matematis dirumuskan sebagai, Tidak terdapat aturan yang baku mengenai nilai bobot (wi) yang akan digunakan untuk tiap data. Di penelitian ini, peneliti akan menggunakan nilai bobot w n sebesar 3, w n-1 sebesar 2, sebesar w n-2 = 1 (Heizer dan Render, 2011:143) Exponential Smoothing Exponential smoothing adalah salah satu variasi dari metode weighted moving average di mana data - data historis tidak diberi bobot secara subjektif, namun diberi bobot yang besarnya berubah secara exponensial (Heizer dan Render, 2010:144).

10 22 Semakin lama terjadinya sebuah data historis, semakin kecil secara eksponensial juga pengaruhnya. Peramalan dengan menggunakan exponential smoothing secara matematis dirumuskan sebagai, di mana 0 α 1; α adalah smoothing factor, sebuah nilai yang menyatakan ukuran seberapa berpengaruhnya data historis terhadap hasil peramalan, α bernilai 1 melambangkan pengaruh yang sangat besar dari data historis; berlaku juga sebaliknya Exponential Smoothing with Trend Adjustment Exponential smoothing dengan trend adjustment adalah nama lain dari double exponential smoothing, yang memiliki cara kerja mirip dengan single exponential smoothing, namun keberadaan tren akan diolah secara terkhusus melalui metode ini (Heizer dan Render, 2011:148). Metode ini secara matematis dirumuskan sebagai berikut: di mana, Ukuran Akurasi Peramalan Terlepas dari citranya yang terlihat meyakinkan, tidak bisa dipungkiri bahwa tidak ada peramalan yang mampu menghasilkan hasil peramalan yang senantiasa tepat. Segala peramalan atau opini mengenai apa yang akan terjadi di masa depan selalu memiliki eror - keadaan di mana keadaan sebenarnya tidak sama dengan apa yang diramalkan. Suatu metode dapat memiliki nilai eror yang lebih kecil daripada metode lainnya, kendati demikian, metode - metode yang memiliki nilai eror yang berbeda kerapkali dikombinasikan untuk mendapatkan hasil peramalan yang lebih akurat. Meskipun tidak 100% akurat, metode peramalan secara kuantitatif dapat menjadi alternatif yang dapat menyediakan hasil peramalan yang lebih baik dan lebih berdasar dibandingkan hanya sekedar bergantung pada opini subjektif mengenai masa depan (Evans, 2009:3).

11 23 Kesalahan dari pengukuran atau peramalan dapat ditunjukan secara matematis melalui bermacam - macam ukuran error, beberapa di antaranya adalah; 1. Root Mean Square Error (RMSE) dan Root Mean Square Percentage Error (RMSPE) RMSE menyatakan ukuran absolute error, yang dapat diartikan sebagai akar kuadrat dari rata - rata kuadrat penyimpangan nilai peramalan, yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai, RMSPE menyatakan ukuran relative error, yang dapat diartikan sebagai akar kuadrat dari rata - rata kuadrat persentase penyimpangan nilai peramalan, yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai, 2. Mean Absolute Error (MAE) dan Mean Absolute Percent Error (MAPE) MAE menyatakan ukuran absolute error, yang dapat diartikan sebagai rata - rata harga mutlak penyimpangan nilai peramalan, yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai, MAPE menyatakan ukuran relative error, yang dapat diartikan sebagai rata - rata harga mutlak persentase penyimpangan nilai peramalan, yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai, 3. Mean Error (ME) dan Mean Percentage Error (MPE) ME menyatakan ukuran absolute error, yang dapat diartikan sebagai rata - rata penyimpangan nilai peramalan, yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai,

12 24 MPE menyatakan ukuran relative error, yang dapat diartikan sebagai rata - rata persentase penyimpangan nilai peramalan, yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai, Pasangan ukuran penyimpangan ME dan MPE adalah jenis pengukuran penyimpangan yang paling sederhana dan mudah dilakukan namun berpotensi menimbulkan hasil pengukuran tingkat penyimpangan yang tidak valid. ME dan MPE memungkinkan adanya nilai - nilai eror yang bernilai positif dan negatif, yang apabila dijumlah mungkin dapat menghasilkan nilai nol. Hal ini tentu akan menimbulkan masalah; peramalan yang memiliki nilai eror individual yang tinggi dapat memiliki nilai ME dan yang rendah. Tabel 2.2 Ilustrasi Perbandingan Penggunaan ME dengan MAE dan MSE Yi Ŷi Ei ΣEi 0 Sumber: Diolah Penulis (2016) ME (E i) 0 Σ Ei 96 MAE ( E i ) ΣEi MSE( E i 2 ) Contoh di atas menunjukan bahwa nilai forecast yang memiliki nilai error yang bervariasi dapat menghasilkan nilai ME bernilai 0, yang dapat memberikan informasi yang salah mengenai akurasi dari peramalan. Sedangkan MAE dan MSE tidak mengalami kesalahan penunjukan akurasi nilai forecast sedemikian rupa.

13 25 Berdasarkan alasan tersebut, peneliti memutuskan untuk mengeliminasi ME dan MPE, dan tidak akan menggunakan metode ini untuk digunakan di dalam penelitian. MAE dan MSE merupakan dua metode lain yang juga lazim untuk digunakan, dan memiliki tingkat kemudahan penggunaan yang relatif sama. Kendati demikian, MSE dinilai memberikan nilai pengukuran yang ambigu dan tidak memiliki korelasi langsung yang intuitif dengan nilai eror (Willmott dan Matsuura, 2005:79-82). Di dalam contoh yang sama di atas, nilai yang dihasilkan oleh MAE jelas menunjukan nilai rata - rata penyimpangan yang dialami oleh nilai - nilai peramalan Ŷi. Sedangkan nilai yang dihasilkan oleh MSE tidak secara jelas berhubungan dengan nilai - nilai eror yang terjadi. Metode MSE sangat sensitif terhadap pencilan data (outlier), hal ini dapat memiliki implikasi baik di satu sisi, namun juga memiliki dampak yang buruk di sisi lainnya. Tabel 2.3 Ilustrasi Perbandingan Penggunaan MAE dengan MSE Peramalan 1 Peramalan 2 Yi Ŷi Ei Ŷi Ei (outlier) MAE MSE Sumber: Diolah Penulis (2016) Peramalan 1 terlihat jelas sebagai peramalan yang lebih akurat dengan tingkat eror yang sebagian besar bernilai kecil. Kendati demikian, metode MSE tidak dapat membedakan akurasi dari kedua peramalan ini dengan menghasilkan nilai yang hampir sama untuk keduanya. Di sisi lain, MAE mampu menunjukan bahwa peramalan 1 memiliki nilai eror yang lebih kecil daripada peramalan 2. Hal ini akan

14 26 mendasari tindakan peneliti untuk menggunakan ukuran MAE (dan MAPE) di dalam penelitian ini. 2.5 Persediaan (Inventory) Dalam konteks bisnis, persediaan adalah segala benda yang memiliki sebuah tujuan tunggal, yaitu untuk dijual. Dalam konteks yang lebih luas, persediaan didefinisikan sebagai sekumpulan barang yang disimpan, yang memiliki nilai sebagai sumber daya, yang akan digunakan untuk kebutuhan perusahaan (Kumar dan Suresh, 2008:91). Menurut Heizer dan Render (2011: ) fungsi persediaan dibedakan menjadi 4, yaitu: 1. Memisahkan berbagai bagian produk dari proses produksi 2. Membantu perusahaan menghadapi permintaan yang fluktuatif dan menyediakan stok barang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan 3. Untuk meraih keuntungan dari quantity discounts 4. Membantu perusahaan dalam menghadapi inflasi dan kenaikan harga dimasa mendatang Manajemen persediaan didefinisikan sebagai segala bentuk pengawasan dan pengendalian segala kegiatan yang berhubungan dengan persediaan (pemesanan, penyimpanan, dan penggunaan) yang bertujuan untuk menghindari stockout, menghindari penyusutan, dan menyediakan pencatatan yang seharusnya (SCORE, 2002:1). Menurut Slack (2010:347), terdapat 7 macam biaya yang ditimbulkan oleh persediaan: 1. Biaya untuk melakukan proses administrasi pemesanan 2. Biaya persediaan yang akan dipesan 3. Biaya yang timbul akibat kehabisan 4. Biaya working capital 5. Biaya penyimpanan persediaan 6. Biaya yang timbul akibat persediaan yang kehilangan nilai jual 7. Biaya akibat inefisiensi operasi manajemen inventori

15 Model Persediaan (Inventory Models) Heizer dan Render (2011:506) mengatakan bahwa model persediaan dibedakan bedasarkan jenis permintaannya apakah permintaannya terikat (dependent demand) atau tidak terikat (independent). Dependent demand adalah jenis permintaan yang dipengaruhi oleh permintaan lainnya, sebagai contoh permintaan komponen mobil dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya permintaan mobil. Sedangkan independent demand adalah jenis permintaan yang tidak dipengaruhi oleh permintaan lainnya, contohnya produk yang digunakan pada penelitian ini yakni pipa conduit. Terdapat 3 macam model persediaan dasar yang dapat digunakan untuk permintaan yang tidak terikat (independent demand): 1. Basic Economic Order Quantity (EOQ) Model 2. Production Order Quantity (POQ) Model 3. Quantity Discount Model Pada penelitian ini, model persediaan yang digunakan peneliti untuk menghitung jumlah pesanan yang optimal adalah Quantity Discount Model. 2.7 Quantity Discount Model Quantity discount model adalah model inventori dalam manajemen operasional yang digunakan untuk menentukan jumlah pesanan optimal, dimana perusahaan dalam melakukan pemesanan dihadapi dengan kebijakan quantity discount pricing. Dunne et. al (2014:380) mendefinisikan quantity discount pricing sebagai sebuah pengurangan harga yang ditawarkan sebagai daya tarik agar seseorang atau sebuah usaha membeli sebuah barang dengan jumlah besar. Ciri khas dari quantity discount model adalah adanya harga yang berbeda - beda untuk jumlah pembelian yang berbeda - beda pula. Semakin banyak jumlah pembelian yang dilakukan, maka akan semakin rendah biaya per unit untuk membeli barang tersebut. Secara matematis, quantity discount pricing dapat dituliskan sebagai; Perhitungan pada Quantity discount model merupakan pengembangan dari perhitungan model Economic order quantity (EOQ), di mana pada dasarnya

16 28 ketentuan mengenai harga pembelian yang diterapkan pada Quantity discount model dikombinasikan dengan EOQ. Kombinasi ini digunakan dengan cara melakukan perhitungan EOQ pada setiap level kuantitas pemesanan. Sumber: Diolah Penulis (2016) Gambar 2.2 Grafik Hubungan Harga dengan Jumlah Pemesanan dari Quantity Discount Pricing Quantity discount model, secara matematis memiliki 5 buah komponen yang esensial, yaitu: 1. Jumlah pesanan optimal (Q*) Q* adalah nilai yang akan dicari sebagai solusi melalui Quantity discount model, variabel ini bisa diinterpretasikan sebagai jumlah pesanan optimal, tingkat safety stock optimal, overbook level, kapasitas produksi optimal, dan lain sebagainya. 2. Biaya Penyimpanan (H) Biaya peyimpanan atau Holding Cost adalah biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyimpanan inventaris dari waktu ke waktu. Biaya yang masuk dalam biaya penyimpanan antara lain adalah biaya obsolescence dan biaya yang berkaitan dengan kegiatan penyimpanan seperti asuransi,

17 29 staff tambahan, dan pembayaran bunga. Biaya penyimpanan ini juga seringkali diintrepretasikan menggunakan persentase dari biaya pengadaan persediaan. 3. Biaya Pemesanan (S) Biaya pemesanan atau Ordering Cost adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk setiap kali melakukan pengadaan persediaan. Biaya yang termasuk dalam biaya pemesanan adalah biaya pengiriman, biaya administrasi, biaya pengurusan pemesanan, bea cukai, dan lain-lain. 4. Permintaan (D) D diinterpretasikan sebagai jumlah permintaan dalam unit untuk periode selama satu tahun, dimana d diinterpretasikan sebagai jumlah permintaan dalam unit untuk periode perhari.. 5. Biaya persediaan (P) Biaya persediaan adalah biaya yang dikenakan untuk pengadaan setiap 1 unit barang. Pada Quantity discount model, biaya persediaan dipengaruhi oleh besarnya kuantitas pemesanan bedasarkan kebijakan yang diterapkan, dimana jika pemesanan semakin banyak maka biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan perunitnya akan semakin kecil. Quantity discount model dapat dilakukan melalui 4 tahap sebagai berikut (Heizer Render, 2011:517): 1. Melakukan perhitungan Q* untuk setiap kategori harga dalam quantity discount pricing dengan catatan biaya penyimpanan (H) merupakan nilai persentase (I) dari biaya pengadaan persediaan perunit (P n) untuk mendapatkan hasil pemesanan optimal yang berbeda pada setiap kategori harga. Perhitungan Q* pada Quantity discount model dapat dilakukan dengan rumus : Dimana : Q* = Jumlah pesanan optimal D = Jumlah permintaan pertahun (unit) S = Biaya pemesanan IP = Biaya Penyimpanan (Persentase biaya persediaan)

18 30 2. Untuk setiap kategori harga, jika hasil perhitungan pesanan optimal tidak memenuhi kriteria kuantitas minimum pemesanan, maka hasil pesanan optimal akan disesuaikan dengan pemesanan minimum pada kategori tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika hasil perhitungan pesanan optimal melewati batas maksimum maka hasil pesanan optimal akan disesuaikan dengan pemesanan maksimum pada kategori tersebut. Contoh sebagai berikut: Tabel 2.4 Ilustrasi Harga Produk dengan Quantity Discount Kuantitas Harga Q* 1-56,000 5,950 72,000 56, ,000 5,860 74, , ,000 5,770 77,000 > 224,000 5,680 82,000 Sumber: Diolah penulis (2016) Dari hasil perhitungan didapatkan hasil Q1* sebesar 72,000, Q2* sebesar 74,000, Q 3* sebesar 77,000, dan Q 4* sebesar 82,000. Kategori harga pertama (P 1) mempunyai kriteria kuantitas 1 56,000 unit dengan harga 5,950. Jumlah pesanan Q1* tidak memenuhi kriteria kuantitas kategori harga pertama, maka jumlah Q 1* akan disesuaikan dengan batas maksimum menjadi 56,000. Begitu pula dengan Q3*, jumlah pesanan Q3* tidak memenuhi kriteria kuantitas minimum kategori harga ketiga (P3), maka jumlah Q 3* akan disesuaikan menjadi 112, Hitung total cost (TC) yang dari pemesanan optimal (Q*) setiap kategori harga yang sudah disesuaikan dengan kriteria kuantitas setiap kategori harga. Perhitungan total cost didapat menggunakan rumus : Dimana : Q* = Jumlah pesanan optimal D = Jumlah permintaan pertahun (unit) S = Biaya pemesanan H = Biaya Penyimpanan (Persentase biaya persediaan /IP ) P = Harga perunit

19 31 4. Pilihlah jumlah pesanan optimal (Q*) yang memiliki total cost (TC) terendah. Setelah mendapatkan jumlah pesanan optimal, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mencari tahu kapan pemesanan dilakukan. Hal tersebut dapat diketahui dengan menghitung reorder point (ROP). 2.8 Reorder Point Reorder point (Heizer dan Render, 2011:512) adalah posisi dimana pemesanan perlu dilakukan untuk dapat mengisi persediaan tepat waktu di masa mendatang. Reorder point dibutuhkan untuk pemesanan yang memiliki waktu pengiriman yang tidak constant atau membutuhkan periode tertentu untuk pengiriman sampai ke gudang yang biasa disebut dengan lead time. Pada permintaan yang konstan, reorder points didapat dengan menghitung besarnya permintaan yang perlu dipenuhi selama waktu pengiriman (lead time) diwakili dengan rumus berikut (Heizer dan Render, 2011:512): Sumber: Diolah Penulis (2016) Gambar 2.3 Ilustrasi Reorder point pada permintaan constant Tetapi seringkali pada kenyataan yang terjadi, permintaan yang dihadapi tidaklah konstan dan lamanya lead time juga dapat berubah seperti terjadinya

20 32 keterlambatan. Untuk menghadapi situasi tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan pada perhitungan reorder points menggunakan probabilistic model. 2.9 Safety Stock Probabilistic Model Probabilistic model adalah metode statistik yang dapat digunakan ketika permintaan produk atau variabel lainnya (lead time) tidak diketahui tetapi dapat dispesifikasikan dengan rata-rata probabilitas distribusi. (Heizer dan Render, 2011:519) Pada probabilistic model, perhitungan reorder points dipengaruhi oleh safety stock, dimana safety stock dibutuhkan untuk menghindari terjadinya kekurangan persediaan dalam memenuhi kebutuhan yang tidak pasti (uncertain demand) dan waktu pengiriman yang tidak pasti (dapat terjadi keterlambatan). Dengan demikian reorder point dapat diwakilkan dengan rumus berikut : Dimana : d = Jumlah permintaan harian L = lamanya waktu pengiriman (lead time) ss = safety stock Besarnya safety stock (ss) dipengaruhi oleh service level terhadap standar deviasi permintaan (σ) dalam menghadapi permintaan yang tidak pasti. Service level adalah tingkat performa yang ingin dicapai dalam menghadapi probabilitas terjadinya kekurangan persediaan. Sebagai contoh jika probabilitas terjadinya kekurangan persediaan sebesar 5%, maka service level nya sebesar 95%. Safety stock pada perhitungan ROP diwakilkan dengan rumus berikut (Heizer dan Render, 2011:522) σ dlt Dimana : µ = Rata-rata permintaan harian L = Lamanya waktu pengiriman (lead time) Z = Nilai standar deviasi (tabel probabilitas) σdlt = Standar deviasi permintaan selama lead time = σdlt σ d = Standar deviasi permintaan perhari

21 33 Sumber: Diolah Penulis (2016) Gambar 2.4 Reorder Point pada Probabilistic model Semakin tinggi service level menunjukkan potensi terjadi kekurangan persediaan yang semakin kecil, dimana tingkat safety stock akan semakin besar menyebabkan posisi reorder point yang semakin tinggi. Memiliki safety stock yang tinggi menimbulkan biaya penyimpanan yang lebih besar dan dengan tingkat reorder point yang tinggi dapat menimbulkan penumpukkan persediaan pada inventaris.

22 Kerangka Pemikiran Data Aktual Penjualan PT. Graha Teknik Supplierindo Data Pemesanan Perusahaan periode Peramalan Permintaan PT. Graha Teknik Supplierindo tahun 2017 Estimasi pemesanan perusahaan tahun 2017 Moving Average Naïve Approach Weight Moving Average Exponential Smoothing Exponential Smoothing with Trend Peramalan Optimal (MAE terkecil) Perhitungan Quantity Discount Model Optimal Order Quantity (Q*) Perhitungan Safety Stock dan Reorder Point Perbandingan Total Biaya Perhitungan Teoritis dengan Pemesanan Aktual Kesimpulan Performa Quantity Discount Model Sumber: Penulis (2016) Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan seluruh proses dalam perencanaan serta pelaksanaan suatu penelitian. Dan menurut Murti Sumarmi dan Salamah Wahyuni (2005, p47),

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan konsumen pada PT. Aneka Indofoil terkait dengan jumlah persediaan adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Heizer dan Render (2009:4) mengatakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Operasional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasional Serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Heene dan Desmidt (2010:8), menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telat ditetapkannya.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA

PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA Strategi Bisnis, Jurnal Management Strategic, Aug 2015 PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG MENGGUNAKAN METODE FORECASTING DAN EOQ PADA PT. COSMO MAKMUR INDONESIA Ardiz Sebastian ardiz.sebastian@gmail.com Mulyono,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada PT Dinamika Indonusa Prima terkait dengan jumlah permintaan akan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 49 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Standar Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimalkan supply chain management pada Honda Tebet (PT. Setianita Megah Motor) dari proses bisnis perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur". Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan produksi pada PT. Sebastian Citra Indonesia terkait dengan jumlah penjualan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Istilah manajemen berasal dari kata kerja to manageyangberarti control. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan : mengendalikan, menangani,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Dyck dan Neubert (2009) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Manajemen melibatkan koordinasi dan mengawasi kegiatan karya orang lain sehingga kegiatan mereka selesai efisien dan efektif. Efisiensi mengacu pada mendapatkan hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #7

Pembahasan Materi #7 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Pengertian Moving Average Alasan Tujuan Jenis Validitas Taksonomi Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Time Series Metode Peramalan Permintaan Weighted Woving

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) #3 - Peramalan (Forecasting) #1 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Tujuan bab ini adalah memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. adalah penelitian secara deskriptif dan komparatif.

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. adalah penelitian secara deskriptif dan komparatif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan komparatif. Melalui penelitian, manusia dapat menggunakan hasilnya, secara

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) ANALISIS PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BBM PADA SPBU PT. MANASRI USMAN *) Jonathan Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007:8), manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan Persediaan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan. Pengolahan persediaan dengan teknik ABC dan EOQ Fakultas EKONOMI Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2009:4) mengatakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK Robby Hidayat, Moses L.Singih, Mahasiswa MMT ITS Manajemen Industri Email : Robbie_First@Yahoo.Com ABSTRAK PT. Siantar Top Tbk adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

EMA302 Manajemen Operasional

EMA302 Manajemen Operasional 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information that is available now. (Peramalan

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut pendapat Dyck dan Neubert (2009:7), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Pengertian manajemen menurut Robbins dan Coulter (2010;23) adalah pengkoordinasikan dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Manajemen Dalam kegiatan produksi perusahaan tentunya harus dikelola dan dikoordinasikan dengan baik. Menurut Robbins dan Coutler (2012:36) manajemen mengacu pada proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 3.1 Diagram Alir Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI Pengajuan Surat Survei PT. Bangkit Sukses Mandiri (BSM) Diterima? Tidak Ya Observasi Perusahaan Wawancara dengan Direktur PT. BSM Pengamatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), peramalan merupakan sebuah seni dan sains dalam memprediksi masa yang akan datang. Peramalan melibatkan dara historis dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter yang dikutip dalam buku Management 11 th edition (Coulter, Robbins, 2010, p.7) manajemen adalah aktivitas-aktivitas koordinasi dan pengawasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan meliputi semua barang dan bahan yang dimiliki oleh perusahaan dan dipergunakan dalam proses produksi atau dalam memberikan

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 5 Bab II LANDASAN TEORI Pada masa sekarang ini, perkembangan teknologi menjadi salah satu hal yang penting dalam proses bisnis perusahaan, misalnya dari segi keamanan. Faktor keamanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Teori Dunia industri biasanya tak lepas dari suatu peramalan, hal ini disebabkan bahwa peramalan dapat memprediksi kejadian di masa yang akan datang untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENGOPTIMUMKAN PESANAN DAN PERSEDIAAN BARANG PADA CV. GARUDA LANGIT BERLIAN

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENGOPTIMUMKAN PESANAN DAN PERSEDIAAN BARANG PADA CV. GARUDA LANGIT BERLIAN ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN UNTUK MENGOPTIMUMKAN PESANAN DAN PERSEDIAAN BARANG PADA CV. GARUDA LANGIT BERLIAN Aldi Firmansyah Universitas Bina Nusantara, Jl. KH. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Daft (2006:216) mendefinisikan manajemen operasi sebagai bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang.artinya kegiatan operasi hanya berfokus

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Permintaan Konsumen

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Permintaan Konsumen BAB V PEMBAHASAN 5.1 Permintaan Konsumen Permintaan konsumen selama 12 periode (bulan) terakhir terhadap produk sandal kelom di Sagitria Collection adalah 6654 pasang dengan perincian 379 pasang pada periode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang sedang melanda menuntut setiap perusahaan untuk menyelenggarakan manajemen yang tepat pada semua aspek, yang mencakup aspek keuangan, aspek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Ada beberapa pengertian manajemen operasional menurut para ahli sebagai berikut : 1. Menurut Stevenson (2014), manajemen operasional adalah manajemen sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1Landasan Teori 2.1.1Manajemen Operasional Menurut Heizer danrander (2009:4), manajemen operasional adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama islam. Semakin pesatnya perkembangan fashion membuat trend busana

BAB I PENDAHULUAN. beragama islam. Semakin pesatnya perkembangan fashion membuat trend busana 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan akan fashion dalam berbusana di kalangan masyarakat tak terelakkan lagi, salah satunya busana muslim. Busana muslim merupakan salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Gaol (2008: 5) menyatakan bahwa, Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 2.1.1 Pengertian Manajemen Dalam kegiatan produksi perusahaan tentunya harus dikelola dan dikoordinasikan dengan baik. Berpegang pada acuan menurut

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA

ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BAKU UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DI UD. ANUGERAH BERSAUDARA Aris Setiawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 282A9294@gmail.com

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN SAFETY STOCK DI INDUSTRI FARMASI

PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN SAFETY STOCK DI INDUSTRI FARMASI PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN SAFETY STOCK DI INDUSTRI FARMASI DEBBIE KEMALA SARI DAN HERRY SUDAYAT Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Dunia industri yang semakin ketat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN TERHADAP PRODUK OBAT, VITAMIN, DAN VAKSIN PADA PT. ROMINDO PRIMAVETCOM Jonathan Nandana Pratama Binus University, Jakarta, Indonesia, jonathan_nandanapratama@yahoo.com

Lebih terperinci

SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN

SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAB IV SALES FORECASTING UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN A. Identifikasi Peramalan Penjualan oleh UD. Jaya Abadi Dari hasil wawancara yang menyebutkan bahwa setiap pengambilan keputusan untuk estimasi penjualan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Persediaan merupakan penyimpanan dari setiap item atau sumber daya yang digunakan dalam sebuah organisasi 1. Dalam pengertian lain bahwa inventory merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. sarung tangan kain dan sarung tangan karet.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. sarung tangan kain dan sarung tangan karet. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Perusahaan PT. Delijaya Global Perkasa merupakan perusahaan bisnis keluarga yang bergerak dibidang industry sarung tangan. Perusahaan ini menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. PT. PLN (Persero) Udiklat Jakarta merupakan lembaga pendidikan yang

BAB 4 PEMBAHASAN. PT. PLN (Persero) Udiklat Jakarta merupakan lembaga pendidikan yang BAB 4 PEMBAHASAN P. PLN (Persero Udiklat Jakarta merupakan lembaga pendidikan yang memiliki fungsi untuk meningkatkan kompetensi SM Pegawai P. PLN (Persero. Selayaknya tempat pelatihan dan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Sebenarnya perusahaan sudah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam skripsi yang penulis lakukan ini menggunakan analisa forecasting dari

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam skripsi yang penulis lakukan ini menggunakan analisa forecasting dari BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitan Dalam skripsi yang penulis lakukan ini menggunakan analisa forecasting dari PT. Honda Dunia Motorindo. Setelah itu dengan analisa tersebut, penulis berusaha

Lebih terperinci