BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif dan kesehatan bukanlah semata-mata merupakan tanggung jawab departemen kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dan seluruh sektor, termasuk masyarakat dan swasta. Derajat kesehatan masyarakat sangat di pengaruhi oleb upaya pembangunan dan kondisi lingkungan sosial masyarakat yang kondusif bagi terciptanya status kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan, partisipasi aktif lintas sektoral dan seluruh potensi masyarakat termasuk swasta sangatlah diharapkan. Menciptakan kondisi kesehatan masyarakat telah terbingkai dalam pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Undang - undang No 23 tahun 1992, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah satu tujuan dan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan yang berkualitas ini harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta. Dengan pelayanan bermutu ini diharapkan masyarakat akan lebih berminat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan Iainnya. Rumah Sakit rnenyediakan dan menawarkan beberapa bentuk pelayanan medis sebagai bentuk pendukung dan pelayanan bermutu kapada masyarakat, salahsatu diantaranya adalah pelayanan Radiologi. Pelayanan Radiologi merupakan pelayanan penunjang medis yang bertujuan memberikan hasil diagnosa. Radiologi dalam operasionalnya memanfaatkan radiasi pengion dalarn hal ini Sinar - X, yang telah diketahui selain manfaatnya juga efek atau dampak negative dan sinar- X perlu mendapat perhatian. Sehingga dalam pemanfaatan sinar - X nya dapat memperhatikan kaidah -kaidah dan keselamatan pasien. Untuk mencapai hal-hal tersebut diperlukan Standar Pelayanan Instalasi Radiologi ini yang disusun dan berbagai buku acuan dan standar yang berlaku, yang disesuaikan dengan kondisi RS Khusus Bedah Rawamangun sehingga dapat memberikan gambaran Pelayanan Unit Radiologi dan sisi landasan hukum. Mekanisme pelayanan, sarana pendukung SDM, logistik dan fasilitas setra peralatan. sanitasi dan K3, dan 1

2 tak kalah penting pembiayaan dan pengawasan dan pengendalian mutu. Buku Standar Pelayanan Instalasi Radiolog ini juga merupakan acuan bagi pelaku pelayanan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. B. Ruang Lingkup Pelayanan Radiologi di RS Khusus Bedah Rawamangun mempunyai ruang lingkup Radiodiagnostik sederhana dan Ultrasonografi (USG) C. Batasan Operasional a. Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi pengion dan bentuk energi lainnya (nonpengion) dalam bidang diagnostik imejing dan terapi, yang meliputi energi pengion lain dihasilkan oleh generator dan bahan radio aktif seperti antara lain Sinar Rontgen (Sinar X), sinar gama, pancaran partikel pengion (elektron. neutron, positron dan proton) serta bukan energi pengion (non pengion) seperti antara lain gelombang ultrasonik, gelombang infrared, gelombang magnetis. gelombang mikro (microwave) dan radio frekwensi. b. Radiodiagnostik Imaging adalah cabang dan Ilmu Radiologi dalam bidang diagnosik yang rnenggunakan alat-alat yang memancarkan energi radiasi pengion maupun bukan pengion (nonpengion) yang dihasilkan oleh generator dan bahan radio aktif yang menghasilkan citra (imej) dan morfologi tubuh manusia dan faal tubuh manusia untuk diagnosis medis yang menggunakan sinar rontgen (sinar x), sinar inframerah, radio nuklir, gelombang ultrasonik, gelombang magnetis dan emisi positron c. Radioterapi adalah cabang dan Ilmu Radiologi dalam bidang terapi yang menggunakan alat - alat yang menghasilkan radiasi pengion dan bukan pengion (nonpengion) yang dihasilkan oleh generator dan bahan radioaktif yang mengeluarkan sinar rontgen(sinai x), sinar gamma, pancaran partikel pengion dan gelombang yang menghasilkan panas yang dihasilkan antara lain oleh gelombang mikro,gelombang radio frekwensi dan gelombang ultrasonik. d. Pelayanan Radiologi Sederhana adalah pelayanan penunjang untuk diagnostik dan terapi dengan menggunakan peralatan radiologi sederhana yang meliputi pemeriksaan Thorax dan Abdomen polos e. Standar Pelayanan Radiologi adalah sumber yang berlaku sesuai dengan tingkat atau kelas rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang menyelenggarakan pelayanan radiologi tersebut. 2

3 f. Pesawat X-Ray Sederhana adalah peralatan radiodiagostik yang paling sederhana (radiografi dan fluroskopi) g. Tenaga Profesional / Formal Radiologi adalah tenaga yang mencakup dokter spesialis radiologi (Radiologist), Radiografer, Fisikawan Medik. h. Tenaga Penunjang Radiologi adalah tenaga yang mencakup Teknisi Pesawat rontgen pesawat radiologi, dokier umum ditatar dibidang radiologi, paramedis, ditatar dibidang radiologi, petugas administrasi radiologi, petugas kamar gelap. i. Standar Prosedur Operasional (SOP) adalah kumpulan instruksi/langkah-langkah yang telah dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. j. Tim Monitoring Pelayanan Radiologi adalah tim yang berada di Dinas Kesehatan yang bertugas memonitor dan membina pelayanan radiologi yang berada diwilayahnya. k. Foto Rontgen adalah pemeriksaan organ tubuh manusia yang menggunakan sinar X, yaitu gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek (0,05A- 0,125A) sehingga mempunyai daya tembus tinggi. l. Fluoroscopy adalah alat pemeriksaan dengan menggunakan sinar -X dimana petugas radiologi dapat secara langsung melihat obyek dengan menggunakan layar (screen) atau monitor TV. m. Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan organ tubuh manusia dengan menggunakan gelombang suara yang frekwensinya 1-10juta Hz. n. CT Scan (Computerizes Tomografi Scaner ) adalah suatu alat pencitraan dengan menggunakan sinar- X yang bergerak secara memutar dan hasil gambarnya diproses dengan komputer. o. Informed Concent adalah surat persetujuan pasien/keluarga untuk pelaksanaan tindakan medis. p. Apron adalah alat pelindung diri dari radiasi sinar- X q. Grid adalah suatu alat berbentuk lempengan berisi kisi-kisi, berfungsi untuk menghilangkan sinar hambar yang mengenai kaset. r. Developer dan Fixer adalah zat kimia yang berfungsi untuk memproses film sehingga terbentuk bayangan tampak. s. Marker adalah tanda atau kode yang terbuat dan bahan tidak tembus sinar X yang berfungsi untuk indentifikasi pasien. t. Kaset adalah alat yang digunakan untuk menempatkan film sehingga terlindung dari cahaya pada saat pemeriksaan rontgen. 3

4 u. Pemeriksaan khusus dengan Media kontras adalah pemeriksaan yang menggunakan media kontras, meliputi : BNO- IVP, colon in loop. myelografi, cystografi, urethrografi, HSG, barium follow through, fistulografi, CT Scan Abdomen Kontras, Kepala Kontras. Thorax Kontras, SPN Kontras dli ). v. AP (Antero Posterior) yaitu arah sinar dan sisi pasien menuju ke sisi belakang pasien sejajar bidang sagital. w. Lateral yaitu arah sinar dari sisi samping pasin atau sejajar dengan bidang coronal pasien. x. Oblique yaitu arah sinar membentuk sudut 450 dan bidang sagital atau coronal pasien. y. Prosedur Mutu adalah prosedur kerja yang mengatur pekerjaan secara umum di unit radiologi z. lnstruksi kerja adalah pedoman langkah-langkah kerja tehnis di Unit Radiologi D. Landasan Hukum 1. Undang-Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 2. Undang-Undang NO 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 3. Peraturan Pernerintah No. II tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. 4. Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1975, tentang Izin peniakaian zat radioakif dan atau sumber radiasi lainnya. 5. Peraturan MENKES No.366.MENKES/PERJV/I 997, tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi 6. Buku Pedoman Peayanan Radiologi Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya. 7. Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No. 943/Yanrned/RS- 8. UmdikJVII/l 985, tentang Rekomendasi Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber Radiasi lainnya dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik 9. Depkes RI No. 627IYanmed/RS-UmdikfVI/1991 tentang Penyempumaan Surat 10. Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No. 943IYanmed/Rs- UmdikIVll! Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1992 tentang Tenaga Kesehatan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN 4

5 12. No.525/Menkes/VI1I/I 989-!VI11/ No /94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber Radiasi Lainnya Di Bidang Kesehatan Dan BATAN kepada Departemen Kesehatan R.I 5

6 BAB II STANDAR KETENAGAAN Untuk menjalankan pelayanan Radiologi didukung oleh tenaga profesional radiologi dan tenaga penunjang radiologi. A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Berikut ini adalah daftar kualifiasi SDM di Instalasi Radiologi. Adapun daftar kualifikasi No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi 1 Ka.Instalasi S2 Radiolog Radiologi 2 Dokter S2 Radiolog Radiolog 3 Ka.Operasinal D3 ATRO STR, SIB Radiologi 4 Radiografer D3 ATRO STR, SIB B. Distribusi Ketenagaan Pengaturan tenaga kerja di Instalasi Radiologi RS.Khusus Bedah Rawamangun berdasarkan non shift / shift.tenaga kerja di Instalasi saat ini berjumlah 5 orang yang memegang tanggung jawab sebagai : a) Ka. Instalasi Radiologi 1 orang b) Ka.operasional 1 orang c) Staff Radiologi (Radiografer) 2 orang d) Dokter Radiolog 1 orang Kedua tenaga di Instalasi Radiologi ini bekerja setiap hari Senin Sabtu dimulai dari pukul wib C. Pengaturan Jaga Hari kerja di Perusahaan adalah 6 (enam) hari kerja dalam seminggu dan jam kerja standar perusahaan adalah 40 jam dalam satu minggu. Rumah Sakit Khusus Bedah Rawamangun merupakan rumah sakit yang beroperasional 24 jam sehari untuk melayani masyarakat umum dan disesuaikan dengan ketentuan jam kerja standar perusahaan.. Adapun di Instalasi Radiologi RS. Khusus Bedah Rawamangun, pelayanan tidak 24 jam tetapi untuk mendukung pelayanan 24 jam diberlakukan 6

7 dengan jadwal ON CALL terlampir. Untuk perhitungan system On Call mengikuti perhitungan system dari HRD. Bagi karyawan yang bekerja secara shift, maka waktu kerja akan diatur secara mandiri oleh unit kerja yang bersangkutan dan tetap mengacu pada jam kerja standar yaitu selama 40 jam dalam satu minggu dengan 6 hari kerja. Untuk karyawan yang waktu kerja melebihi jam kerja standar maka kelebihan tersebut akan diperhitungkan dalam kebijakan lembur perusahaan. Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut : a) Batas toleransi keterlambatan karyawan dalam satu bulan adalah 30 menit b) Apabila keterlambatan karyawan terjadi melebihi dari batas toleransi yang diberikan maka karyawan tersebut akan mendapatkan evaluasi kedisiplinan dari atasan langsung. c) Apabila terjadi keterlambatan selama 3 bulan dalam satu tahun, karyawan akan diberikan surat peringatan Izin meninggalkan dinas maksimal adalah 3 jam dalam satu hari kerja dengan persyaratan mengisi form izin meninggalkan dinas (IMD) yang ditanda tangani oleh atasan langsung dan dapat dipertanggung jawabkan urgensinya Aturan tenaga kerja di RS.Khusus Bedah Rawamangun berdasarkan sistem shift dan non shift dapat dilihat dibawah ini : a. Karyawan Shift Senin Minggu Shift 1 : wib Shift 2 : wib Shift 3 : wib (On Call) b. Karyawan Non Shift Senin Jumat : wib BAB III STANDAR FASILITAS RADIOLOGI 7

8 A. Lokasi atau Denah lnstalasi Radiologi berdiri pada lahan seluas m2. Instalasi Radiologi memiliki fasilitas ruang yang terdiri dari : 1 Ruang Radiologi Konvensional I Ruang Operator Radiologi I Ruang Baca Dokter dan Admnistrasi Ruang Tunggu Pasien Denah Instalasi Radiologi HALAMAN 450 CM L A B O R A H A L T CM300 CM300 A O R I U M M A N KORIDOR Adapun Luas Ruang Kerja 1. Ruang Radiologi Konvensional (Ruang Toshiba 640 ma). Ruang pemeriksaan dengan ukuran 3m x 4m. Tembok terbuat dan bata dengan ketebalan 20 cm dilapisi dengan timbal setebal 2 mm. Ruang ini digunakan untuk pemeriksaan radiologi kontras dan non kontras 2. Ruang Operator 8

9 Ruang operator dengan ukuran 2 m x 2 m. Tembok terbuat dari bata dengan ketebalan 20cm dilapisi dengan timbal setebal 2 mm. Ruang ini digunakan untuk pengoperasian alat radiologi. 3. Ruang Kamar Gelap Kamar Gelap berukuran 1.5 m x 1,8 m 4. Ruang Tunggu pasien Berukuran 1,5m x 1,5 m B. Standar Fasilitas Peralatan di Instalasi Radiologi RS,Khusus Bedah Rawamangun, meliputi: No Nama Peralatan Jumlah Keterangan 1 Pesawat x-ray 640 kv 1 buah Merk Toshiba 2 Manual Prossesiing 3 Open pengering 1 buah Kondisi rusak 4 Kamar Gelap 1 buah 5 Safe light 1 buah 6 Tangki Developer 20 liter 2 buah Dev + fixer 7 Exhaust fan 1 buah 8 Bak air bersih 1 buah 9 Hanger 24cmx24 cm 3 buah Rusak 10 Hanger 30cmx40cm 2 buah 11 Hanger 35cmx35cm 4 buah 12 Labeling 1 buah 13 Meja Stationer tanpa bucky 1 buah 14 Control table 1 buah 15 Termometer dinding dikamar gelap Tdk ada 16 Meja tulis 2 buah 17 Komputer 1 buah 18 Printer 1 buah 19 Apron 1 buah Kurang 1 20 TLD 4 buah 21 Dispenser 1 buah 22 Bangku tunggu pasien di luar ruangan 3 buah 23 Lampu Baca (Lekas) 1 buah 24 Tiang infuse 1 buah 25 Standar Kaset 1 buah 26 Grid Lysolm uk.24 1 buah 27 Grid Lysolm uk.30 1 buah 28 Grid Lysolm uk.35 1 buah 29 Wastafel 1 buah 30 Rak arsip 3 buah Arsip,obat,atk 31 Tangga tempat tidur 1 buah 32 Meja Administrasi 2 buah 33 Kursi besi buat dokter 1 buah 34 Kaset 30 1 buah 9

10 35 Kaset 35 1 buah 36 Kaset 24 1 buah 37 Autometik Prossesing 1 buah Data Ruang Radiologi dan Pesawat Sinar-X Data ruang radiologi Keterangan Nama : Instalasi Radiologi ruangan Ukuran ruang : 4 m x 3 m x 2.8 m Nomor izin pemanfaatan : Data pesawat Merk pesawat sinar-x : Toshiba Tipe/model pesawat sinar-x : KXO 15 R No. Seri pesawat sinar-x : 4F807 Tahun pembuatan : 2004 Tahun pemasangan : 2005 Data tabung Merk tabung : Toshiba Rotanode Tipe tabung : DRX-1603B No. Seri tabung : 4G113F Beda tegangan maksimum : 150 kv kv) Arus (ma) maksimum : 320 ma waktu (s) maksimum : 9.9 s Beban kerja pesawat sinar-x 1 Minggu : 20 pasien 1 Bulan : 100 pasien 1 Tahun : 1800 pasien Lokasi disekitar ruang radiologi Tebal dinding Jenis material + Pb Kanan : Laboratorium 25 cm Bata Merah 2mm Kiri : Halaman 25 cm Bata merah 2mm Atas : Bangsal anak 20 cm Beton - Bawah : Lantai 15 cm Keramik - Belakang : Halaman 25 cm Bata merah 2mm Depan : Koridor 25 cm Bata merah 2mm Tanda bahaya : Lampu tanda radiasi berfungsi baik Penguk uran paparan (mr/ja m) 10

11 radiasi Tanda bahaya radiasi mudah dilihat dan jelas terbaca BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN Pemeriksaan radiologi harus berdasarkan permintaan dari dokter. Dalam hal ini dokter yang meminta pemeriksaan dapat terjadi kemungkinan sebagai berikut : a) Dokter Internal RS Khusus Bedah Rawamangun : Dokter mengirim pasien rawat maupun rawat jalan harus mengisi Formulir Permintaan Pemeniksaan Radiologi di sertai klinisnya sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi. 11

12 Pasien rawat jalan membawa sendiri Formulir Permintaan Pemeriksaan Radiologi dan dokter pengirim ke Unit Radiologi. Perawat ruangan mengantarkan pasien rawat map untuk pemeriksaan Radiologi ke Unit Radiologi. Apabila pemeriksaan memerlukan persiapan, perawat cukup menghubungi radiografer untuk menjadwalkan pemeniksaan. b) Dokter Eksternal RS Khusus Bedah Rawamangun : Pasien rawat jalan dan luar yang akan dilakukan pemeriksaan radiologi harus membawa surat pengantar pemeriksaan radiologi dan dokter pengirirnnya. A. Jenis Pelayanan Radiologi RS Khusus Bedah Rawamangun a) Pemeriksaan Rutin (Non Kontras I Tanpa Persiapan) 1. Kepala 2. Abdomen / BNO 3. Sinus Paranasal (SPN) 4. Abdomen 3 Posisi 5. Thorax AP/PA/Lateral /RLD 6. Pelvis 7. Extremitas Atas ( Humerus, Antebrachi, Manus) 8. Columna Vertebrae (Cervical, Thoracal, Lumbal, Sacral, Cocygeus) 9. Extremitas Bawah (Femur, Cruris,Pedis, Cruris, Pedis, Genu, Ankle,Caicaneus Hip Joint b) Pemeriksaan Khusus (Dengan Kontras / Dengan Persiapan) 1. USG Abdomen 2. BNO IVP 3. APPENDICOGRAM Dalam pelaksanaan persiapan pemeriksaan, persiapan pasien rawat inap dilakukan oleh perawat, sedangkan pasien rawat jalan dilakukan oleh petugas Radiologi. B. Informed Consent Pemeriksaan radiologi yang memerlukan informed concent adalah : 1. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras intravena 12

13 2. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras peroral. Bila diperlukan tindakan medis di Radiologi maka pasien atau keluarga pasien menandatangani Formulir Persetujuan Tindakan Medis yang telah disediakan C. Penyerahan Hasil Radiologi Pasien Rawat Jalan Semua pemeriksaan radiologi yang telah dilakukan mendapat expertise dari dokter spesialis radiolog dan diasistensi oleh petugas radiologi. Pasien rawat jalan mengambil sendiri dengan menyerahkan kwitansi pembayaran dan tanda tangan pada buku pengambilan hasil. Pasien Rawat Inap Petugas ruangan atau perawat mengambil foto dan hasil pemeriksaan setelah ditelepon dari petugas radiologi dan tanda tangan pada buku pengambilan hasil. BAB V LOGISTIK Kebutuhan barang barang logistic radiologi terdiri dari : a. Obat obtan dan bahan abis pakai (BHP) b. Barang rumah tangga (RT) dan alat tulis kantor (ATK) Pengelolaan keduanya meliputi alur, perencanaan, permintaan, penyimpanan, penggunaan, pencatatan dan pelaporn 1. Alur Permintaan 13

14 Obat obtan dan bahan abis pakai (BHP) Petugas Radiologi Ka. Operasional Radiologi Ka. Ins Farmasi Barang rumah tangga (RT) dan alat tulis kantor (ATK) Petugas Radiologi Ka. Operasional Radiologi Staf Logistik Umum 2. Perencanan Petugas radiologi mendata kebutuhan obat-obatan dan bahan habis pakai maupun barang rumah tangga dan alat tuliskantor setiap bulan. Kemudian mengajukan kebutuhan tersebut ke bagian Farmasi dan Logistik Umum. Rencana kebutuhan berdasar pemakaian bulanlalu dan ditambah 10% 3. Permintaan Petugas radiologi mengajukan permintaan ke Intalasi farmasi dan logistic umum setiap tanggal 1 dan 10 setiap bulannya. 4. Penyimpanan dan Pemakaian Penyimpanan dilakukan digudang radiologi untuk pemakaian selama sebulan sesuai kebutuhan. BAB VI KESELAMATAN PASIEN A. Pengertian Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dad insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk 14

15 meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat rnelaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. B. Tujuan Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit. Meningkatakan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat. Meminimalkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. C. Tatalaksana Keselamatan Pasien Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang dilakukan melalui assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak Ianjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Di RS Khusus Bedah Rawamangun kegiatan ini dilakukan melalui : monitoring indicator mutu pelayanan tiap unit kerja terutama yang terkait dengan pelaksanaan patien safety, tindakan preventif, pengendalian proses/produk tidak sesuai, tindakan korektif dan audit mutu internal 1. Monitoring indikator mutu pelayanan Kegiatan ini merupakan kegiatan assesmen risiko. Indikator mutu pelayanan rumah sakit dan unit kerja secara rinci dijelaskan pada Pedoman Mutu Pelayanan, Pedoman mutu pelayanan Radiologi secara rinci ada pada Bab.VII Pengendalin Mutu. Indikator Mutu merupakan milik unit kerja,ditentukan periode pengambilan data dan analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi kejadian tidak diinginkan, pimpinan unit melaporkan pada pertemuan manajemen seperti diatur pada tindakan preventif. 1. Tindakan preventif Tindakan preventi sebenarnya dalah sistem yang diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Tindakan preventif dilakukan melalui pencegahan 15

16 kejadian tidak diinginkan dan peralatan yang memenuhi K3 dan pertemuan rutin di rapat struktural seminggu sekali, morning report, evaluasi prosedur tiap 3 bulan dan audit internal. 2. Pengendalian proses/produk tidak sesuai Pengendalian adalab identifikasi dan pengelolaaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien. Kejadian tidak diinginkan yang menyangkut keselamatan pasien juga merupakan salah satu mekanisme pengendalian proses/produk tidak sesuai. Identifikasinya melalui: audit mutu internal, audit mutu eksternal, temuan okh manajemen, laporan pelanggan. Lapoan identifikasi tersebut ditindak lajuti melalui: rapat tertututup direksi dan kepala bidang, ketua komite dan unit terkait untuk menemukan akar perniasalahan dan jalan keluarnya Kepala bidang melakukan perbaikan sesuai dengan tindakan korekiif. 3. Tindakan korektif Tindakan korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kernampuan belajar dan insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko Tindakan korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan dalam pertemuan tertutup oleh kepala bidang melalui inspeksi dan verifikasi. Hasil inspeksi harus menunjukan telah dilakukannya tindakan koreksi. 4. Audit mutu internal Audit mutu internal dilakukan tiap 6 bulan. Audit mutu ekstemal tiap tahun. Audit mutu dilakukan untuk menilai proses dan sasaran mutu, termasuk didalamnya pelaksanaan keselamatan pasien melalui indikator mutu pelayanan. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi untuk Pasien Sebagai penanggungjawab utama keselamatan radiasi, kami memastikan bahwa paparan medik pasien serendah mungkin namun dapat menghasilkan citra radiografi yang layak terbaca untuk keperluan diagnosa. Proteksi dan keselamatan radiasi untuk pasien dilakukan dengan cara: a. Pelayanan diberikan oleh petugas profesional sesuai dengan keahliannya; b. Menyediakan prosedur pengoperasian pesawat yang jelas dan mudah dipahami; c. Mengatur luas lapangan radiasi fokus pada bagian yang diperiksa; d. Membatasi peluang terjadinya pengulangan eksposi; 16

17 e. Melakukan Uji Kesesuaian pesawat secara berkala dan segera memperbaiki jika hasil uji tidak andal ataupun andal dengan perbaikan. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi untuk Pendamping Pasien Kami menyediakan apron untuk digunakan oleh pendamping pasien. Pendamping pasien diharuskan menggunakan apron untuk meminimalkan paparan radiasi yang diterimanya. Untuk proteksi dan keselamatan radiasi pendamping pasien, BAB VII KESELAMATAN KERJA Pelayanan di Unit Radiologi menggunakan peralatan yang menggunakan zat radio aktif atau sumber radiasi lainnya. Zat-zat tersebut mengandung resiko bahaya radiasi terhadap pekerja, pasien, rnaupun Iingkungan, maka memerlukan pengamanan. Pengamanan petugas, pasien dan Iingkungan dan bahaya radiologi diatur dalam Prosedur Mutu, sebagai berikut: a. Bangunan. Bangunan ruang X- Ray didesain sesuai dengan persyaratan Depkes RI untuk pengamanan bagi petuas. pasien dan lingkungan dan bahaya radiasi. 17

18 b. Petugas dan Pasien 1) Dokter radiologi. petucias radiologi dan pengantar pasien wajib memakai apron apabila berada di area radiasi pada saat pemeniksaan 2) Petugas melarang orang yang tidak berkepentingan berada diruang pemeriksaan pada saat perneriksaan berlangsung. 3) Unit Radiologi menolak permintaan foto rotagen untuk pasien wanita hamil kecuali ada indikasi penting, dan pada pelaksanaan permotretan daerah abdomen ditutup dengan apron. c. Pengelolaan TLD Sesuai dengan lnstruksi Kerja Pengelolaan TLD 1) Dokter Radiologi dan petugas radiologi wajib memakai alat monitor sinar X (film badge) pada saat bertugas 2) Petugas Proteksi radiasi (PPR) mengirimkan TLD ke BPFK setiap 3 bulan sekali untuk dievaluasi dan hasil evaluasi TLD dikirim kembali ke radiologi untuk dicatat dalam kantu dosis dan diarsipkan. d. Pengukuran Paparan Sinar X dan Kalibrasi Pesawat Sinar X 1) Setiap dua tahun sekali dilakukan kalibrasi pesawat sinar X dan pengukuran paparan radiasi disekitar ruang rontgen. 2) Apabila ada pesawat sinar X barn atau perubahan bangunan ruang rotagen maka PPR koordinasi dengan Instalasi Perneliharaan Peraiatan Medis untuk melakukan kaiibrasi dengan pengukuran paparan radiasi disekitar ruang rotagen yang akan dilakukan oleh BPFK. Setiap karyawan radiologi mendapat extra makanan setiap bulan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala. 18

19 BAB VIII PENGENDALIAN MUTU A. Pengertian Mutu Pelayanan harus memiliki standart mutu yang jelas, artinya setiap jenis pelayanan haruslah mempunyai indikator dan standarnya. Dengan demikian pengguna jasa dapat membedakan pelayanan yang baik dan tidak baik melalui indikator dan standartnya B. Indikator Mutu Pelayanan dan Standar Mutu Unit Radiologi Mutu terkait dengan Input, Proses, Output Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel, yaitu : Indikator mutu input, proses dan output.pengukuran ketiga indikator tersebut sebagai berikut: 1. Indikator input Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, diantaranya tenaga., fasilitas. peralatan,. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. indikator input Unit Radiologi diperlukan agar manajemen dapat mengevaluasi sejauh mana kemampuan manajemen memenuhi sumberdaya di unit Radiologi. Indikator input adalah kelengkapan peralatan, kelayakan peralatan dan ketersediaan SDM., sehagai berikut a. Kelengkapan Peralatan Tujuan Untuk menilai sampai sejauh mana manajemen berhasil memenuhi kelengkapan minimal peralatan medis pada masing- masing unit pe!ayanan. Cara Mengukur: Bobot Peralatan yang ada x 100% Bobot Peralatan sesuai Standar Sumber Data Daftar Inventaris Rumah sakit / Sistern Informasi Manajemen Aset Waktu Pengukuran : Akhir Tahun Buku Petugas Pengukur: Masing - masing Unit Pelayanan 19

20 Pemilik Indikator Bidang Pelayanan Medis Standart: 80% b. Kelayakan Peralatan Tujuan Untuk memenuhi sampai sejauh mana Manajemen berhasil memenuhi kelayakan minimal peralatan medis pada masingmasing unit pelayanan. Cara Mengukur Peralatan yang memiliki sertifikat kalibrasi X I00% Peralatan yang wajib kalibrasi Peralatan dengan kondisi baik Peralatan yang ada X 100% Sumber Data :Laporan Hasil Inventarisasi Peralatan Waktu Pengukuran : Akhir Tahun Anggaran Petugas Pengukur : Masing - masing Unit Pelayanan Pemilik Indikator: Unit Sarana Prasarana Standart: 80% c. Ketersediaan SDM Tujuan Untuk menilai sarnpai sejauh mana Rumah sakit berhasil memenuhi ketersediaan tenaga pelayanan minimal sesuai Rumah Sakit Type C. Cara Mengukur : Tenaga per unit pelayanan x Bobot X 100% Tenaga sesuai Standar x Bobot Sumber Data: Daftar Pegawai Waktu Pengukuran: Akhir Tahun Anggaran Petugas Pengukur: PJ Personalia Unit Radiologi Pemilik Indikator : Sub Bagian Kepegawaian 20

21 Standart: 80% d. Ketersediaan Ruangan Tujuan Untuk memenuhi sampai sejauh mana Manajemen berhasil memenuhi kelengkapan minimal luas ruangan pe!ayanan rnedis sesuai Rumah Sakit Type C. Cara Menguku Luas ruangan per unit pelayanan X 100% Luas ruangan sesuai standar Sumber Data: Daftar Inventaris Gedung Waktu Pengukuran : Akhir Tahun Anggaran Petugas Pengukur: PJ Sarana prasaran Pemilik Indikator: Sub Bag Rumah Tangga Standar : 80% 2. Indikator proses Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting. a. Dilaksanakannya Audit Mutu Internal setahun 2X, sesuai dengan Prosedur Mutu Audit b. Dilaksanakannya survey akreditasi tahap 3 tahun sekali, sesuai dengan jadwal suvei akreditasi. c. Dilaksanakan evaluasi kegiatan pelayanan Unit Radiologi tiap bulanan 3. Indikator output Output ialah basil pelayanan kesehatan, merupakan alat untuk menilai mutu pelayanan. 21

22 JENIS PELAYANAN RADIOLOGI Indikator Mutu Pelayanan Radiologi INDIKATOR 1. Angka keterlambatan penyerahan hasil : a. Foto polos b. Foto polos cito c. Foto kontras d. USG 2. Angka pengulangan pemeriksaan 3. Angka penolakan expertise 4. Angka kejadian yg tdk diharapkan(ktd) 5. Angka ketidak puasan pasien STANDART PELAYANAN MINIMAL (SPM) 10% 10% 10% 10% 10% Agar indikator tersebut dapat dimonitor dan dievaluasi diperlukan informasi formula penghitungan, standar minimal, periode pengukuran, sumber data, pengumpul data, pembuat laporan dan periode analisa. Hal tersebut dijelaskan pada profil indikator kinerja. Penjelasan profil indikator kinerja mutu masing-masing indikator sebagai berikut: Profil Indikator Kinerja Angka keterlambatan penyerahan hasil foto 1. Jenis Kinerja Kinerja Pelayanan (waktu) 2. Indikator Keterlambatan penyerahan hasil Kinerja 3. Tujuan Untuk mengetahui ketepatan waktu pelayanan 4. Formula Jml px foto yg selesai > waktu px yg ditetapkan 5. Standart Kerja minimal USG rutin : 10% 6. Periode Tiap bulan Jumlah seluruh px foto sesuai jenisnya Foto polos rutin dan cito : 10% Foto kontras rutin : 15% 22 x100%

23 pengukuran 7. Sumber data Penyerahan hasil yang terlambat 8. Pengumpul Penanggung Jawab Administrasi data 9. Pembuat Laporan Penanggung Jawab Pelayanan radiologi 10. Pemilik Unit radiologi indikator 11. Catatan Analisa dilakukan tiap 6 bulan Standart waktu pelayanan : Foto polos rutin Foto polos cito Foto kontras USG rutin Profil Indikator Kinerja Angka Pengulangan Pemeriksaan 1.Jenis Kinerja Kinerja Pelayanan 2.Indikator Kinerja Pengulangan pemeriksaan 3.Tujuan Untuk mengetahui kompetensi Radiografer 4.Formula 5.Standart Kerjaan minimal 6.Periode pengukuran 7.Sumber data 8.Pengumpul data 9.Pembuat Laporan Jumlah foto yang diulang X 100% Jumlah pemeriksaan 5% Tiap bulan Data foto yang diulang Pelaksana kamar gelap unit radiologi Pj kamar gelap 10.Pemilik indikator Unit Radiologi 11. Catatan Analisa dilakukan 3 bulan : Perhitungan foto yang diulang diukur dari total foto yang rusak dan beberapa factor pengulangan spt : Faktor exposi(fe),posisi,prossessing,dan lain-lain Profil Indikator Kinerja Angka penolatan expertise 1.Jenis Kinerja Kinerja Pelayanan 2.Indkator Kinerja Angka penolakan expertise 23

24 3.Tujuan Untuk mengetahui kompetensi dokter radiologi 4.Formula Jumlah expertise yang ditolak X 100% Jumlah seluruh expertise 5.Standart Kerja Minimal 2% 6.Periode pengukuran Tiap bulan 7.Sumber data Data penolakan expertise 8. Pengumpul data Pj Rekam medik 9. Pembuat Laporan Dr.Spesialis Radiologi 10.Pemilik Indikator Unit Radiologi 11. Catatan Analisa dilakukan tiap 6 bulan Profil Indikator Kinerja Keterlambatan Foto Ruangan 1.Jenis Kinerja 2.Indikator Kinerjs 3.Tujuan 4.Formula 5.Standart Kerja Minimal 2% 6.Periode pengukuran 7.Sumber data 8.Pengumpul data 9.Pembuat laporan 10.Pemilik indicator 11.Catatan Kinerja Pelayanan Keterlambatan Foto Ruangan Mengetahui Kualitas Pelayanan terhadap psaien ruangan Jumlah Keterlambatan foto ruangan Jumlah seluruh foto ruangan Tiap bulan Data keterlambatan foto ruangan Pj rekam medik Dr spesialis Radiologi Unit Radiologi Analisa tiap 6 bulan X 100% Profil Indikator Kinerja Angka Kejadian yang tidak diharapkan(ktd) 1.Jenis Kinerja Kinerja Pelayanan (Keselamatan Pasien) 2.Indikator Kinerja Angka kejadian yang tidak diharapkan (KTD) 3.Tujuan Untuk mengetahui pelaksanaan keselamatan pasien 4.Formula Jumlah kejadian tidak diinginkan Jumlah seluruh pasien 24 X 100%

25 5.Standar kejadian minimal 0% 6.Periode pengukuran Tiap bulan 7.Sumber data Data KTD Radiologi 8.Pengumpul data PJ pelayanan radiologi 9.Pembuat Laporan Ka.inst.radiologi 10.Pemilik indikator Instalasi Radiologi 11.Catatan Analisa dilakukan tiap 6 bulan Profil Indikator Kinerja Angka Ketidak puasan Pelanggan 1.Jenis Kinerja Kinerja Pelayanan (kepuasan pasien) 2.Indikator kinerja Ketidak puasan pasien 3.Tujuan Untuk mengetahui tanggapan pelanggan terhadap radiologi 4.Formula Jumlah complain pasien X 100% Jumlah pasien 5.Standar Kejadian 20% minimal 6.Periode pengukuran Tiap 3 bulan 7.Sumber data Jumlah complain pasien 8.Pengumpul data PJ administrasi radiologi 9.Pembuat Laporan PJ Pelayanan radiologi 10.pemilik indikat Radiologi 11.Catatan Analisa dilakukan tiap 6 bulan BAB IX PENUTUP Era globalisasi menuntut perkembangan pengetahuan dan tehnologi disegala bidang, termasuk bidang kesehatan. Pelayanan Radiologi di RS Khusus Bedah Rawamangun sebagai bagian dan pelayanan kesehatan rumah sakit tentunya senantiasa perlu penyesuaian mengikuti perkembangan tersebut. Pelayanan Radiologi RS Khusus Bedah Rawamangun merupakan bagian integral dan system pelayanan Rumah Sakit Khusus Bedah Rawamangun. Upaya peningkatan mutu pelayanan radiologi berarti peningkatan mutu pelayanan numah sakit Upaya peningkatan mutu pelayanan memerlukan landasan hukum dan batasan operasinal, standart ketenagaan, standart fasilitas, tata laksana, logistik. Hal tersebut diperlengkapi dengan keselamatan pasien, keselamatan kerja dan 25

26 proteksi radiasi agar diperoleh mutu yang optimal. Untuk mengukur mutu pelayanan diperlukan indikator mutu pelayanan. Pengukuran indikator mutu input, proses, output dan outcome dapat memberikan gambaran mutu Unit Radiologi. Standart Pelayanan Unit Radiologi ini disusun untuk membenikan informasi tentang hal-hal tersebut. Pedoman standart Pelayanan Radiologi ini diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanan kegiatan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan, sehingga iridikator mutu output dapat dicapai. Bagi manajemen pedoman ini berharap dapat bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan sumberdaya sehingga indikator mutu input dapat tercapai. Beberapa dokumen ISO 9001 : 2000 yang relevan dan esensinya sesuai dengan akreditasi kita coba kombinasikan agar tercapai sinergi ISO dan akreditasi. Sinergi mi tentunya akan menghasilkan mutu yang lebih optimal. Semoga pedoman mi bermanfaat bagi semua pihak dengan harapan mutu pelayanan dapat dijaga. Tidak lupa, sesuai perkembangan hendaknya buku ini secara berkala dievaluasi dan direvisi. 26

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24 Halaman 1 dari 24 LEMBAR PENGESAHAN Disiapkan oleh Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Diperiksa oleh Disahkan oleh Halaman 2 dari 24 Pernyataan Kebijakan Proteksi dan Keselamatan Radiasi Setiap kegiatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif

Lebih terperinci

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN No DOKUMEN Dokumen Administratif 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk WNI /Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS) dan Paspor untuk WNA selaku pemohon

Lebih terperinci

Traktus Gastro Instestinal Traktus Urogenital dan organ reproduksi Traktus Respiratorius Sistem Syaraf Mamae dan organ-organ superfisial

Traktus Gastro Instestinal Traktus Urogenital dan organ reproduksi Traktus Respiratorius Sistem Syaraf Mamae dan organ-organ superfisial I. PENDAHULUAN KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan kesehatan yang menggunakan energi pengion dan energi non pengion untuk melakukan diagnostik

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED. Ka.Instalasi. Radiologi. Kaur Instalasi. Radiologi. Penanggungjawa b / Petugas PPR

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED. Ka.Instalasi. Radiologi. Kaur Instalasi. Radiologi. Penanggungjawa b / Petugas PPR STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED Ka.Instalasi Kaur Instalasi ALat & Instrumen Logistik/BHP jadwal Dinas Penanggungjawa b / Petugas PPR Kamar Gelap Pelayanan Jadwal Dinas URAIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut ternyata tidak hanya

Lebih terperinci

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 LAPORAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA INDIKATOR AREA KLINIS 1. Assesmen awal medis lengkap dalam 24

Lebih terperinci

- SOP tentang monitoring pelaksanaan kegiatan UKP dan UKM - SK dan SOP tentang pemberian informasi kepada masyarakat kegiatan UKM dan UKP - Bukti

- SOP tentang monitoring pelaksanaan kegiatan UKP dan UKM - SK dan SOP tentang pemberian informasi kepada masyarakat kegiatan UKM dan UKP - Bukti POKJA I BAB I 1.1.1 Di Puskesmas ditetapkan jenis pelayanan yang disediakan - SK Kepala Puskesmas tentang jenis pelayanan yang disediakan - Brosur - Flyer - Papan pemberitahuan - Jadwal pelayanan dalam

Lebih terperinci

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang SK AKREDITA BAB I EP NAMA DOKUMEN TDK 1.1.1.1 SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang disediakan. Brosur, flyer, papan pemberitahuan, poster. 1.1.5.2 SK Kepala Puskesmas tentang penetapan indikator prioritas

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

LAPORAN EVALUASI PROGRAM LAPORAN EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN S.D 217 KOMITE PMKP RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI MALUKU PENINGKATAN MUTU & KESELAMATAN PASIEN PERIODE S.D 217 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Penundaan pelayanan kepada pasien terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16 Malang 65145, Telp. 085784638866

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT ELIZABETH SITUBONDO 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 BAB II

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 2007 LINGKUNGAN HIDUP. Tenaga Nuklir. Keselamatan. Keamanan. Pemanfaatan. Radioaktif. Radiasi Pengion.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus diterapkan di dunia kerja oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI RADIOGRAFER LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012

SKEMA SERTIFIKASI RADIOGRAFER LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012 SKEMA SERTIFIKASI RADIOGRAFER LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC 17024 : 2012 RSUP NASIONAL DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA 2015 RADIOGRAFER No. Kode Unit Kompetensi Unit Kompetensi Halaman 1. BKM01/RAD-1/2009/Rev-001

Lebih terperinci

CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP)

CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP) CEKLIST KELENGKAPAN DOKUMEN AKREDITASI POKJA ASESMEN PASIEN (AP) NO MATERI DOKUMEN NILAI KETERANGAN Elemen Penilaian AP.1 1 Pelaksanaan asesmen informasi dan informasi yang harus tersedia untuk pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan penggunaan teknologi modern, pemakaian zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya semakin meluas di Indonesia. Pemakaian zat

Lebih terperinci

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan. No.1937, 2014 BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN

Lebih terperinci

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN 2015 1 Database Dosis Pasien Merupakan kumpulan dari data dosis radiasi yang mewakili atau mengidentifikasi perkiraan dosis yang diterima oleh

Lebih terperinci

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta Proceeding 1 st Conference on Safety Engineering and Its Application ISSN No. 581 1770 Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta M. Tekad Reza R 1, Galih Anindita,

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA

PROGRAM PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA PROGRAM PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA Jl. Raya H. Bosih No 117 Cibitung 17520 Telp. (021) 88323444 Fax (021) 88323449 Email : rs_cibitungmedika@yahoo.com LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS RUMAH SAKIT UMUM NEGARA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS RUMAH SAKIT UMUM NEGARA BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS RUMAH SAKIT UMUM NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM, VISI, MISI, TUJUAN, MOTTO, NILAI DAN FALSAFAH RUMAH SAKIT

BAB II GAMBARAN UMUM, VISI, MISI, TUJUAN, MOTTO, NILAI DAN FALSAFAH RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA RADIOLOGI 2016 DAFTAR ISI

PROGRAM KERJA RADIOLOGI 2016 DAFTAR ISI PROGRAM KERJA RADIOLOGI 2016 DAFTAR ISI Pelayanan Radiologi Pendahuluan Tujuan Sasaran Ruang Lingkup Pelayanan Landasan Hukum Pelaksanaan Pembiayaan Perencanaan Target Pemeriksaandi Radiologi 2016 Evaluasi

Lebih terperinci

PMKP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU

PMKP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU KESEHATAN DAERAH MILITER I/BUKIT BARISAN RUMAH SAKIT TK. II 01.05.01 PUTRI HIJAU LAPORAN PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU TW I, TW II, TW III, TW IV TAHUN 2016 REKAPITULASI PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK, Menimbang : a. bahwa pasien berhak mendapatkan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA 1. SEJARAH RSUD TARAKAN JAKARTA Pada mulanya tahun 1953, rsud tarakan hanya berbentuk balai pengobatan. Kemudian pada tahun 1956, beralih menjadi puskesmas

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOKOPIDO TOLITOLI

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOKOPIDO TOLITOLI SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOKOPIDO TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa Penetapan Area Prioritas Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit Khusus Bedah SS Medika berdasarkan prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1 Unit

Lebih terperinci

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2 TATA CARA / PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP ) 1 dari 2 Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH SURAT IZIN BEKERJA BAGI PETUGAS TERTENTU DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN SUMBER RADIASI PENGION DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.672, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Radiasi Proteksi. Keselamatan. Pemanfaatan. Nuklir. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUSKESMAS ITEM INSTRUMEN 1 Apakah ada SK Jenis jenis Pelayanan sesuai dengan prioritas

BAB I PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUSKESMAS ITEM INSTRUMEN 1 Apakah ada SK Jenis jenis Pelayanan sesuai dengan prioritas INSTRUMEN KAJI BANDING BAB I PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUSKESMAS NO ITEM INSTRUMEN 1 Apakah ada SK Jenis jenis Pelayanan sesuai dengan prioritas 2 Apakah tersedia informasi tentang jenis pelayanan 3 Apakah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan klinis yang biasanya digunakan untuk membantu penegakan diagnosa dan rencana

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT)

PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT) PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Menjelaskan pengambilan gambar, pencucian film dan pengendalian mutu film radiografi POKOK BAHASAN : Pengambilan gambar, pencucian film dan pengendalian

Lebih terperinci

Berilah tanda centang ( ) pada checklist data dokumen di bawah ini! Dokumen Telusur Internal No. Dokumen Kebijakan

Berilah tanda centang ( ) pada checklist data dokumen di bawah ini! Dokumen Telusur Internal No. Dokumen Kebijakan Nama Puskesmas : Alamat : Berilah tanda centang ( ) pada checklist data dokumen di bawah ini! Dokumen Telusur Internal No. Dokumen Kebijakan 1 SK Ka Puskesmas Tentang Jenis Pelayanan 2 SK Ka Puskesmas

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN

Lebih terperinci

Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)

Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) Instrumen Survei Akreditasi Tahun 216 Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan (PPP) 8% terpenuhi 2% - 79% terpenuhi STANDAR, < 2% tidak terpenuhi Standar: 1.1. Analisis Kebutuhan Masyarakat dan Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang mengandung risiko karena menyangkut keselamatan tubuh dan nyawa seseorang.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN Sesuai dengan misi RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, untuk dapat memberikan pelayanan bermutu dengan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD A. `LAPORAN INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Judul indikator Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, salah satunya dalam bidang kesehatan atau medik di bagian radiologi khususnya profesi kedokteran

Lebih terperinci

ISI SK KAK SPO TELUSUR

ISI SK KAK SPO TELUSUR BAB 1 (13 KRITERIA) N O KRITER IA 1 1.1.1 Di ditetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan bagi masyarakat dan dilakukan kerja sama untuk mengidentifikasi dan merespon kebutuhan dan harapan masyarakat

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017 PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS AN PEDOMAN PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS PINKER

PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS AN PEDOMAN PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS PINKER PENINGKAT MUTU PUSKESMAS PENINGKAT MUTU PUSKESMAS PINKER PENINGKAT MUTU PUSKESMAS BAB I PENDAHULU A. Latar Belakang Puskesmas merupakan pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk menghadapi era globlalisasi membawa dampak yang sangat signifikan terhadap berbagai bidang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN RUMAH

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kinerja sumber daya manusia tepatnya pada staf medis fungsional di. Instalasi Gawat Darurat adalah berupa uraian pembagian tugas (job

BAB V PENUTUP. kinerja sumber daya manusia tepatnya pada staf medis fungsional di. Instalasi Gawat Darurat adalah berupa uraian pembagian tugas (job 234 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dari analisis data maka dapat di simpulkan bahwa beban kerja dan kualitas kinerja sumber daya manusia tepatnya pada staf medis fungsional di Instalasi Gawat Darurat adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH TAHUN ANGGARAN 2015 TIM K3 RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH RENCANA PROGRAM KERJA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Rumah Sakit 2.1.1 Sistem Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 I. Data Umum Nama : Usia : Jenis kelamin : Pendidikan terakhir : Posisi/Jabatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BESUKI TIPE D KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Disampaikan pada : Konferensi Informasi Pengawasan Ketenaganukliran Jakarta, 12 Agustus 2015 Goals Pemerintah (Nawa Cita) Yang terkait 1.Menghadirkan

Lebih terperinci

M.A.R.O.N PELAYANAN RADIODIAGNOSTIK, IMAGING DAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL RUJUKAN. (Media Ajar Radiografer ONline)

M.A.R.O.N PELAYANAN RADIODIAGNOSTIK, IMAGING DAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL RUJUKAN. (Media Ajar Radiografer ONline) M.A.R.O.N (Media Ajar Radiografer ONline) PELAYANAN RADIODIAGNOSTIK, IMAGING DAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL RUJUKAN Dedy Priyadi Kusumah - Senin, 14 Mei 2018 SNARS (STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN)

UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN) UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN) Bab VII Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) Bab VIII Manajemen Penunjang Layanan Klinis Bab IX Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) Bab VII

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN BAGIAN SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT (SIM-RS) RS. BAPTIS BATU TAHUN 2013 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO - BATU

PEDOMAN PELAYANAN BAGIAN SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT (SIM-RS) RS. BAPTIS BATU TAHUN 2013 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO - BATU PEDOMAN PELAYANAN BAGIAN SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT (SIM-RS) RS. BAPTIS BATU TAHUN 2013 RS BAPTIS BATU JL RAYA TLEKUNG NO 1 JUNREJO - BATU DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ii BAB I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUKTI KEGIATAN/REKAMAN IMPLEMENTASI PEDOMAN/ KAK / SOP. 2 Ijin Pendirian PKM 3 SK Penetapan PKM 4 Bukti Analisis Pendirian PKM. 1 Foto PKM 2 Denah PKM

BUKTI KEGIATAN/REKAMAN IMPLEMENTASI PEDOMAN/ KAK / SOP. 2 Ijin Pendirian PKM 3 SK Penetapan PKM 4 Bukti Analisis Pendirian PKM. 1 Foto PKM 2 Denah PKM IDENTIFIKASI DOKUMEN KRITERIA KEBIJAKAN DOKUMEN INTERNAL PEDOMAN/ KAK / SOP BUKTI KEGIATAN/REKAMAN IMPLEMENTASI DOKUMEN EKSTERNAL KETERANGAN 2.1.1 Lokasi pendirian Puskesmas harus sesuai dengan tata ruang

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF RSUD CIBINONG KABUPATEN BOGOR TAHUN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF RSUD CIBINONG KABUPATEN BOGOR TAHUN RENCANA,, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK PENAAN INDIKATIF RSUD CIBINONG KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008- TUJUAN INDIKATOR KINERJA KERANGKA PENAAN (OUTCOME) PADA TAHUN AWAL PADA AKHIR PERIODE KERJA RENSTRA SKPD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori 1.Ketersediaan perawat dan dokter jaga IGD Hendrik et al. (2006) menyatkan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu bagian dari rantai pelayanan kesehatan tidak terlepas dari tanggung jawab memberikan pelayanan gawat darurat. Di dalam PERMENKES RI Nomor:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi pengion (X-ray) untuk melakukan diagnosis tanpa harus dilakukan pembedahan. Sinar-X akan ditembakkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

RONTGEN Rontgen sinar X

RONTGEN Rontgen sinar X RONTGEN Penemuan sinar X berawal dari penemuan Rontgen. Sewaktu bekerja dengan tabung sinar katoda pada tahun 1895, W. Rontgen menemukan bahwa sinar dari tabung dapat menembus bahan yang tak tembus cahaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

Lebih terperinci

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015 Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015 1 Diagnostic Reference Level (DRL) = tingkat panduan

Lebih terperinci

PERSYARATAN PENETAPAN RUMAH SAKIT ATAU INSTITUSI KESEHATAN (RS/IK) PENGUJI KESEHATAN PELAUT

PERSYARATAN PENETAPAN RUMAH SAKIT ATAU INSTITUSI KESEHATAN (RS/IK) PENGUJI KESEHATAN PELAUT PERSYARATAN PENETAPAN RUMAH SAKIT ATAU INSTITUSI KESEHATAN (RS/IK) PENGUJI KESEHATAN PELAUT Sesuai peraturan Dirjen Perhubungan Laut Nomor HK 103/1/5/DJPL-13 tanggal 8 April 2013 Tentang Tata Cara Pelaksanaan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan

Lebih terperinci

Prosedur pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan

Prosedur pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan POKJA PETUGAS SUB KRITERIA DOK 7.. Prosedur pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan 5 6 7.. Informasi tentang pendaftaran tersedia dan terdokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG RS Duta Indah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, selalu berusaha melakukan peningkatan mutu dan keselamatan pasien,yang harus didukung

Lebih terperinci

DOKUMEN YANG HARUS DISIAPKAN PADA POKJA ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN AKREDITASI PUSKESMAS

DOKUMEN YANG HARUS DISIAPKAN PADA POKJA ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN AKREDITASI PUSKESMAS DOKUMEN YANG HARUS DISIAPKAN PADA POKJA ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN AKREDITASI PUSKESMAS BAB STANDAR KRITERIA DOKUMEN YANG DISIAPKAN BAB I PPP 1.1 Analisis kebutuhan masyarakat dan Perencanaan Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam persaingan global saat ini, khususnya dunia kesehatan mengalami kemajuan yang pesat dalam teknologi kesehatan, menajemen dan regulasi di bidang kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 3 TAHUN 2011 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PERIJINAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci