BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk mengetahui gambaran proteksi radiasi pada pekerja bidang radiologi dan melihat penerapan dari proteksi radiasi pada unit radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di instalasi radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Mei Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bidang radiologi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi penelitian. 51

2 Metode Pengumpulan Data Data Primer Data yang diperoleh melalui hasil observasi, wawancara dengan pekerja bidang radiologi, dan menggunakan tabel check list Data Sekunder Data yang diperoleh dari rumah sakit mengenai instalasi radiologi dan halhal yang berhubungan dengan proteksi radiasi rumah sakit. 3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel dalam penelitian ini adalah persyaratan proteksi radiasi yang telah dirangkum menjadi personil, pelatihan proteksi radiasi, pemantauan kesehatan, rekaman, pemantauan dosis, peralatan protektif radiasi, dan uji kesesuaian Definisi Operasional 1. Personil adalah tenaga kerja yang berhubungan dengan pemanfaatan pesawat sinar-x di unit radiologi rumah sakit. 2. Pelatihan proteksi radiasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pekerja radiasi dalam pemanfaatan radiasi di unit radiologi diagnostik. 3. Pemantauan kesehatan adalah kegiatan pengawasan terhadap kesehatan pekerja radiasi di unit radiologi, yang meliputi: pemeriksaan kesehatan, konseling, dan penatalaksanaan pekerja yang terkena paparan radiasi berlebih.

3 53 4. Rekaman adalah dokumen yang berisi tentang bukti-bukti dari pelaksanaan proteksi radiasi di rumah sakit. 5. Pemantauan dosis radiasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk melihat besar paparan radiasi terhadap setiap pekerja radiasi selama bekerja di unit radiologi rumah sakit. 6. Bangunan fasilitas adalah ruangan yang digunakan dalam pemanfaatan pesawat sinar-x di rumah sakit serta perlengkapan yang menunjang proteksi radiasi di unit radiologi. 7. Peralatan protektif radiasi adalah Alat Pelindung Diri yang digunakan sebagai proteksi terhadap radiasi dalam kegiatan pelayanan di unit radiologi, yang meliputi apron Pb, tabir radiasi, kacamata Pb, sarung tangan Pb, pelindung tiroid, dan gonad apron. 8. Uji kesesuaian adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan peralatan yang digunakan di unit radiologi rumah sakit bekerja dengan baik dan benar. 3.6 Metode Analisis Data Data yang diperoleh melalui proses observasi, wawancara, dan menggunakan tabel check list akan diolah secara manual dan dideskripsikan serta dibahas, yang nantinya akan disesuaikan dengan peraturan-peraturan yang berlaku, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif

4 54 2. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional 3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan Untuk Pekerja Radiasi No. Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Personil Wawancara 1. Ada Ordinal a. Petugas Proteksi Radiasi b. Dokter spesialis radiologi c. Radiografer d. Fisikawan medik dan check list 2. Tidak ada 2. Pelatihan proteksi radiasi untuk: a. Petugas Proteksi radiasi b. Dokter spesialis radiologi c. Radiografer d. Fisikawan medik Wawancara dan check list 1. Ada 2. Tidak ada Ordinal 3. Pemantauan kesehatan Wawancara dan check list 1. Ada 2. Tidak ada Ordinal 4. Rekaman Check list 1. Ada Ordinal 2. Tidak ada 5. Bangunan fasilitas Observasi dan Check list 1. Sesuai 2. Tidak sesuai Ordinal 6. Pemantauan dosis Check list 1. Ada Ordinal radiasi 2. Tidak ada 7. Peralatan protektif Observasi dan 1. Sesuai Ordinal radiasi check list 2. Tidak sesuai 8. Uji kesesuaian Check list 1. Ada 2. Tidak ada Ordinal

5 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum RSUD Tarutung Profil RSUD Tarutung RSUD Tarutung terletak di Jl. Agus Salim Nomor 1 Tarutung, dengan luas tanah m 2 dan luas bangunan m 2. RSUD Tarutung adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. RSUD Tarutung menyediakan 211 tempat tidur, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Tempat Tidur di RSUD Tarutung No. Jenis Ruang Jumlah (Tempat Tidur) 1. Ruang inap VVIP 4 2. Ruang inap VIP Ruang inap kelas I Ruang inap kelas II Ruang inap kelas III Ruang ICU Ruang ICCU 7 8. Ruang operasi 4 9. Ruang isolasi Ruang bersalin Kamar bayi baru lahir 17 Total 211 Sumber: Dari tabel di atas diketahui bahwa: di ruang rawat inap VVIP terdapat sebanyak 4 tempat tidur; ruang rawat inap VIP sebanyak 12 tempat tidur; ruang inap kelas I sebanyak 19 tempat tidur; ruang inap kelas II sebanyak 24 tempat tidur; ruang inap kelas III sebanyak 78 tempat tidur; ruang ICU sebanyak 12 55

6 56 tempat tidur; ruang ICCU sebanyak 7 tempat tidur; ruang isolasi sebanyak 4 tempat tidur; ruang operasi sebanyak 4 tidur; ruang bersalin sebanyak 20 tempat tidur; dan kamar bayi baru lahir sebanyak 17 tempat tidur. Berikut ini merupakan rincian tenaga kesehatan dan non kesehatan yang ada di RSUD Tarutung: Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan yang Ada di RSUD Tarutung No. Jenis Tenaga Jumlah (orang) 1. Dokter Umum Dokter Spesialis Kandungan 2 3. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 4 4. Dokter Spesialis Bedah 2 5. Dokter Spesialis Radiologi 1 6. Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif 1 7. Dokter Spesialis Mata 1 8. Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok 2 9. Dokter Spesilis Patologi Klinik Dokter Spesialis Paru Dokter Spesialis Anak Dokter Spesialis Patologi Anatomi Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Dokter Spesialis Saraf Dokter Gigi Ners Perawat Gigi Perawat Lainnya Apoteker Analisis Farmasi Radiografer Elektromedis Analisis Kesehatan Kesja Administrasi Kesehatan Kesehatan Lingkungan Fisioterapi Hukum Tenaga Non Kesehatan 101 Total 353 Sumber:

7 57 Saat ini total tenaga kesehatan dan non kesehatan yang terdapat di RSUD Tarutung sebanyak 353 orang. Tenaga kesehatan dan non kesehatan ini meliputi: dokter; dokter spesialis; dokter gigi; perawat; tenaga bidang kefarmasian; tenaga kesehatan lain; dan tenaga non kesehatan. Jumlah rata-rata pasien RSUD Tarutung per tahunnya adalah pasien. Berikut ini merupakan rincian pasien di RSUD Tarutung per tahunnya: Tabel 4.3 Jumlah Rata-Rata Pasien per Tahunnya di RSUD Tarutung No. Jenis Pasien Jumlah (pasien) 1. Pasien rawat inap Pasien rawat jalan Pasien Instalasi Gawat darurat Total Sumber: Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata pasien rawat inap di RSUD Tarutung sebanyak , pasien rawat jalan sebanyak , dan pasien Instalasi Gawat Darurat sebanyak pasien per tahunnya Sejarah Singkat RSUD Tarutung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarutung berdiri sejak tahun 1918 oleh Zending Jerman yang berlokasi di Tarutung, Tapanuli Utara. Pembangunan Rumah Sakit ini sepenuhnya inisiatif dari Zending Jerman. Pada saat itu pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung dilaksanakan oleh petugas Zending Jerman dengan bentuk pelayanan murni sosial. Dalam perjalanannya, disamping sebagai fungsi pelayanan dilakukan juga fungsi pendidikan dan pelatihan tenaga pribumi menjadi tenaga kesehatan yang kemudian para lulusan tenaga kesehatan ini disebarkan ke seluruh penjuru tanah air, bukan hanya di Tapanuli tetapi juga di luar Tapanuli.

8 58 Pada tahun 1952 Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara meskipun tenaga pelayanan masih ada disumbangkan oleh Zending Jerman. Pengelolaan oleh Provinsi Sumatera Utara pada mulanya juga dengan mengikuti pola pelayanan murni sosial. Tetapi pada perkembangan selanjutnya kemampuan untuk memberikan pelayanan murni sosial tidak dapat dipertahankan lagi. Hingga tahun 1983 Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung masih berstatus rumah sakit kelas D dengan pelayanan yang diberikan oleh Dokter Umum dan Dokter Gigi dibantu oleh para medis perawatan dan non perawatan serta administrasi manajemen lainnya. Sejak tahun 1984 Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung disahkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C dengan pelayanan yang diberikan oleh Dokter Spesialis Dasar, Dokter Umum, Dokter Gigi, dan para medis perawatan atau non perawatan serta tenaga administrasi manajemen lainnya. Terjadi pasang surut yang disebabkan karena adanya perpindahan para dokter spesialis, sehingga beberapa tahun kemudian pelayanan hanya diberikan oleh Dokter Umum dan Dokter Gigi. Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor: 1809/Menkes-Kessos/SK/XII/2000, pada tanggal 26 Desember 2000 Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung disahkan menjadi rumah sakit kelas B. (Nainggolan, 2013).

9 Visi dan Misi Rumah Sakit Visi Visi Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung adalah Mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung yang profesional, mandiri, bersahabat, dan penuh kasih Misi Adapun misi Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung dalam memberikan pelayanannya adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pelayanan berkualitas dan profesional kepada masyarakat dengan biaya terjangkau; 2. Melaksanakan pekerjaan dalam tim yang profesional, dinamis, inovatif, berdedikasi tinggi dan terpercaya; 3. Meningkatkan kualitas SDM dan memanfaatkan perkembangan IPTEK 4. Meningkatkan kesejahteraan SDM Rumah Sakit; 5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana/prasarana pelayanan di semua bidang secara berkesinambungan; dan 6. Menciptakan suasana kerja yang kondusif dan harmonis. 4.3 Gambaran Umum Unit Radiologi RSUD Tarutung Pelayanan radiologi diagnostik hanya dapat diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta, termasuk didalamnya adalah pelayanan dalam rumah sakit. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan radiodiagnostik dan radiologi intervensional, fasilitas pelayanan kesehatan harus

10 60 memiliki izin peggunaan alat dari Bapeten sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pihak RSUD Tarutung telah memiliki izin untuk menyelenggarakan pelayanan radiodiagnostik, ini dibuktikan dengan adanya surat izin yang dikeluarkan oleh Bapeten dengan Nomor , tertanggal 9 Desember Keputusan ini berlaku mulai tanggal dikeluarkannya keputusan tersebut sampai dengan tanggal 25 Januari Unit radiologi RSUD Tarutung menyediakan pelayanan 24 jam, dengan pengaturan sistem 3 shift kerja. Rata-rata jumlah penyinaran di unit radiologi RSUD Tarutung adalah sebanyak penyinaran per tahunnya. Jenis pelayanan yang tersedia di unit radiologi RSUD Tarutung adalah pelayanan radiologi diagnostik. Tabel 4.4 Pesawat Sinar-X yang Ada di Unit Radiologi RSUD Tarutung No. Pesawat sinar-x Kondisi 1. Toshiba DRX-1603B Baik 2. Toshiba A.192 (Varian) Baik 3. ARDET ORIX70 Rusak berat 4. Toshiba DR-3724H Rusak berat Sumber: RSUD Tarutung Di unit ini terdapat 4 pesawat sinar-x, dimana 2 diantaranya dengan kondisi rusak berat (tidak dapat digunakan), dan 2 lainnya dalam kondisi baik (telah dilakukan uji kesesuaian dan memiliki izin pemanfaatan alat). Berikut ini merupakan data pesawat sinar-x yang ada di unit radiologi RSUD Tarutug yang dapat bekerja dengan baik: 1. Merk pesawat : Toshiba Model : Toshiba

11 61 Tipe : A 192 (Varian) Nomor Seri : Kondisi Max Fungsi : 150 kv/630 ma : Foto polos dan thorax 2. Merk pesawat : Toshiba Mobile X-Ray Model Tipe Nomor Seri Kondisi Max Fungsi : Toshiba : DRX-1603B : 6K984F : 125 kv/100 ma : Foto abdomen dan thorax Manajemen RSUD Tarutung menetapkan prosedur pengoperasian setiap pesawat sinar-x dan menempatkannya di sekitar pesawat agar dapat digunakan oleh petugas yang berkompeten. Prosedur ini dibuat dengan jelas dan mudah dipahami oleh petugas. Prosedur pengoperasian ini meliputi cara menghidupkan, mengoperasikan, dan mematikan pesawat Denah Ruang Radiologi Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari RSUD Tarutung, berikut ini merupakan denah ruangan dari unit radiologi RSUD Tarutung:

12 62 Keterangan: Gambar 4.1 Denah Ruang Radiologi RSUD Tarutung 1. Ruang tunggu 2. Ruang administrasi 3. Ruang operator 4. Ruang dokter 5. Kamar gelap 6. Lahan kosong 7. Lahan kosong 8. Kamar mandi 9. Kamar ganti 10. Ruang pemeriksaan 4.4 Hasil Kuesioner dan Tabel Check List Hasil Kuesioner Petugas Proteksi Radiasi Berikut ini merupakan hasil wawancara menggunakan kuesioner terhadap Petugas Proteksi Radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung:

13 63 Tabel 4.5 Hasil Kuesioner untuk Petugas Proteksi Radiasi No Pertanyaan Jawaban Ya Tidak 1. Apakah semua anggota personil sudah lengkap di unit radiologi ini? 2. Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan radioaktif yang diselenggarakan oleh pihak rumah sakit? 3. Apakah dilakukan rekaman tentang pelaksanaan proteksi radiasi di Rumah Sakit? 4. Apakah bangunan dan fasilitas di unit radiologi RSUD Tarutung sudah memenuhi standar? 5. Apakah dilakukan kegiatan pemantauan kesehatan? 6. Apakah peralatan protektif radiasi di unit radiologi sudah lengkap? 7. Apakah dilakukan pemantauan dosis radiasi? 8. Apakah sudah dilakukan uji kesesuaian pesawat sinar-x? Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung masih belum lengkap, Petugas Proteksi Radiasi di rumah sakit ini sudah mendapatkan program pelatihan proteksi radiasi, terdapat rekaman proteksi radiasi, bangunan dan fasilitas memenuhi standar, tidak dilakukan pemantauan kesehatan bagi personil, peralatan protekstif radiasi belum lengkap, sudah dilakukan pemantauan dosis radiasi dan uji kesesuaian terhadap pesawat sinar-x Hasil Kuesioner Radiografer Berikut ini merupakan hasil wawancara menggunakan kuesioner dengan radiografer di unit radiologi RSUD Tarutung:

14 64 Tabel 4.6 Hasil Kuesioner untuk Radiografer No. Pertanyaan Ya % Tidak % Total 1. Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit? 2. Apakah Anda mendapatkan program pemantauan kesehatan yang diberi oleh Rumah Sakit? 3. Apakah Anda menggunakan apron pada saat melakukan penyinaran? 4. Apakah Anda menggunakan tabir yang dilengkapi Pb pada saat melakukan penyinaran? 5. Apakah Anda menggunakan kacamata Pb pada saat melakukan penyinaran? 6. Apakah Anda menggunakan sarung tangan Pb pada saat melakukan penyinaran? 7. Apakah Anda menggunakan pelindung tiroid Pb pada saat melakukan penyinaran? 8. Apakah Anda menggunakan pelindung ovarium pada saat melakukan penyinaran? 9. Apakah Anda menggunakan pelindung gonad pada saat melakukan penyinaran? 10. Apakah Anda menggunakan pelindung ovarium pada saat melakukan penyinaran? 11. Apakah Anda selalu menggunakan film badge ketika sedang berada di unit radiologi? Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 1 radiografer yang pernah mengikuti pelatihan, semua radiografer belum pernah mendapatkan pemantauan kesehatan, semua radiografer menggunakan apron saat melakukan penyinaran namun tidak menggunakan alat protektif radiasi jenis lainnya. Semua radiogarfer menggunakan film badge saat berada di lingkungan unit radiologi.

15 Hasil Kuesioner Fisikawan Medik Berikut ini merupakan hasil wawancara menggunakan kuesioner dengan fisikawan medik yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Tabel 4.7 Hasil Kuesioner untuk Fisikawan Medik No Pertanyaan 1. Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan proteksi radiasi yang diselenggarakan oleh pihak rumah sakit? 2. Apakah Anda mendapatkan program pemantauan kesehatan yang diberi oleh Rumah Sakit? 3. Apakah Anda selalu menggunakan film badge ketika sedang berada di unit radiologi? Jawaban Ya Tidak Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa fisikawan medik di unit radiologi RSUD Tarutung belum pernah mendapatkan pelatihan proteksi radiasi dan pemantauan kesehatan, dan fisikawan medik di rumah sakit ini selalu mennggunakan film badge ketika berada di lingkungan unit radiologi.

16 Hasil Check List Program Proteksi Radiasi di Unit Radiologi RSUD Tarutung Tabel 4.8 Hasil Check List Pelaksanaan Proteki Radiasi di Unit Radiologi RSUD Tarutung Hasil Tidak No. Kriteria Ketentuan Ada/ Ada/ Sesuai Tidak Sesuai 1. Personil: a. Dokter Spesialis Radiologi atau Dokter yang Berkompeten b. Tenaga Ahli (Qualified Expert) dan/atau Fisikawan Medik Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 Keterangan Terdapat 1 orang dokter spesialis, tetapi bukan dokter tetap di Tarutung, sehingga hanya bertugas untuk membaca hasil penyinaran. Terdapat 1 orang fisikawan medik c. Petugas Proteksi Radiasi Terdapat 1 orang Petugas Proteksi Radiasi yang memiliki SIB dari Bapeten d. Radiografer Terdapat 6 orang radiografer, termasuk Petugas Proteksi Radiasi 2. Pelatihan Proteksi Radiasi a. Untuk Petugas Proteksi Radiasi Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 Pernah dilakukan pelatihan terhadap Petugas Proteksi Radiasi b. Untuk Fisikawan medik Belum pernah dilakukan pelatihan proteksi radiasi terhadap fisikawan medik c. Untuk radiografer Belum pernah dilakukan pelatihan proteksi radiasi untuk radiografer di unit radiologi RSUD Tarutung

17 67 d. Untuk dokter spesialis radiologi 3. Pemantauan kesehatan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun Rekaman Peraturan Badan Pengawas tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun Bangunan fasilitas Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun Pemantauan dosis Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun Peralatan Protektif Peraturan Kepala radiasi Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun sesuaian PP RI Nomor 33 Tahun 2007 Belum pernah dilakukan pelatihan proteksi radiasi untuk dokter spesialis radiologi Belum pernah dilakukan pemantauan kesehatan bagi pekerja bidang radiologi Pihak rumah sakit membuat dan memelihara rekaman dan pendokumentasian mengenai penyelenggaraan proteksi radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung Dinding ruang radiologi terbuat dari bata merah dengan ketebalan 25 cm, terdapat tanda radiasi, peringatan bahaya radiasi, dan lampu merah sinyal sedang dilakukannya penyinaran di pintu masuk ruang penyinaran Telah dilakukan pemantauan dosis dengan menggunakan film badge Unit radiologi RSUD Tarutung hanya menyediakan 3 buah apron, 1 buar tabir radiasi berlapis Pb, dan 2 pasang sarung tangan Pb Uji kesesuaian dilakukan pada setiap pesawat sinar-x yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung dan dilakukan secara berkala

18 Proteksi Radiasi Telah disebutkan sebelumnya bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung merupakan rumah sakit rujukan dari kabupaten. Penyelenggaraan program proteksi radiasi yang terpadu sangatlah dibutuhkan untuk menunjang keberlangsungan pelayanan radiologi yang sesuai standar dan untuk memaksimalkan perlindungan terhadap pekerja radiasi, pasien, dan masyarakat umum. Pemegang izin merupakan orang atau badan yang telah menerima izin pemanfaatan tenaga nuklir dari Bapeten (Perkabepeten, 2011). RSUD Tarutung selaku pemegang izin, memiliki tanggung jawab untuk: 1. Menyediakan, melaksanakan, mendokumentasikan program proteksi dan keselamatan radiasi 2. Memverifikasi secara sistematis bahwa hanya personil yang sesuai dengan kompetensi yang bekerja dalam penggunaan pesawat sinar-x 3. Menyelenggarakan pelatihan proteksi radiasi 4. Menyelenggarakan pemantauan kesehatan bagi pekerja radiasi 5. Menyediakan perlengkapan proteksi radiasi 6. Melaporkan kepada kepala Bapeten mengenai pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi, dan verifikasi keselamatan. Pihak manajeman RSUD Tarutung menyediakan dan mendokumentasikan prosedur untuk proteksi dan keselamatan radiasi bagi personil dengan tujuan untuk melindungi personil dari bahaya radiasi. Berikut ini merupakan prosedur yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit:

19 69 1. Pastikan bahwa alat pelindung diri dari radiasi berupa apron, sarung tangan Pb telah tersedia dan mudah dijangkau; 2. Setiap petugas harus memakai personal dosimetri seperti film badge selama bekerja di area sumber radiasi; 3. Pekerja radiasi yang sedang hamil ditempatkan di daerah dosis radiasi yang lebih rendah, jika tetap bekerja peralatan protektif radiasi seperti apron harus selalu digunakan; 4. Harus selalu memperhatikan aspek proteksi radiasi, yaitu: jarak, waktu penyinaran, dan penahan/perisai; 5. Lakukan pemantauan dosis personil secara bulanan; 6. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Berikut ini merupakan hasil kuesioner untuk Petugas Proteksi Radiasi, radiografer, dan fisikawan medik mengenai penerapan proteksi radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung: Personil Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, di bawah ini merupakan daftar ketersediaan personil di unit radiologi RSUD Tarutung:

20 70 Tabel 4.9 Personil yang Ada di Unit Radiologi RSUD Tarutung Hasil No. Personil Tidak Keterangan Ada Ada 1. Petugas Proteksi Radiasi Terdapat 1 orang Petugas Proteksi Radiasi yang telah memiliki SIB 2. Tenaga ahli Tidak ada tenaga ahli di unit radiologi RSUD Tarutung 3. Fisikawan Terdapat 1 orang fisikawan medik Medik 4. Radiografer Terdapat 6 radiografer termasuk Petugas Proteksi Radiasi yang bertuugas di unit radiologi RSUD Tarutung 5. Dokter spesialis Sumber: Hasil wawancara dan check list yang telah dilakukan Terdapat 1 orang dokter spesialis, tetapi tidak bekerja secara tetap Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa: tidak terdapat tenaga ahli di unit radiologi RSUD Tarutung, terdapat 1 Petugas Proteksi Radiasi; terdapat 1 orang fisikawan medik; terdapat 6 radiografer termasuk Petugas Proteksi Radiasi; dan terdapat 1 dokter spesialis yang bekerja secara tidak tetap. Berdasarkan hasil wawancara dan check list yang telah dilakukan, berikut ini merupakan data personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Tabel 4.10 Karakteristik Personil Unit Radiologi RSUD Tarutung No. Nama Usia Jenis Jabatan Personil (tahun) Kelamin Pendidikan 1. Personil 1 Radiografer (PPR) 41 Laki-laki D-III ATRO 2. Personil 2 Fisikawan medik 48 Perempuan S-1 Fisika Medis 3. Personil 3 Radiografer 39 Laki-laki D-III ATRO 4. Personil 4 Radiografer 38 Laki-laki D-III ATRO 5. Personil 5 Radiografer 37 Laki-laki D-III ATRO 6. Personil 6 Radiografer 39 Perempuan D-III ATRO 7. Personil 7 Radiografer 27 Perempuan D-III ATRO 8. Personil 8 Dokter Spesialis Radiologi 44 Laki-laki Pendidikan dokter Sumber: RSUD Tarutung

21 71 Dari tabel di atas, dapat diketahui karakteristik dari masing-masing personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung. berikut merupakan uraiannya: 1. Petugas Proteksi Radiasi Di unit radiologi RSUD Tarutung terdapat Petugas Proteksi Radiasi sebanyak 1 orang yang berusia 41 tahun, dengan latar belakang pendidikan D-III ATRO, yang telah mempunyai Surat Izin Bekerja (SIB) dari Bapeten. Dengan masa tugas mulai 22 Juli 2016 hingga 15 Agustus Adapun tugas dari Petugas Proteksi Radiasi ini adalah: a. Membuat dan memutakhirkan program proteksi dan keselamatan radiasi; b. Memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan radiasi; c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi radiasi, dan memantau pemakaiannya; d. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat di mana pesawat sinar-x digunakan; e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan keselamatan radiasi; f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas radiologi; g. Memelihara rekaman; h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan; i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian fakta dalam hal paparan darurat;

22 72 j. Melaporkan kepada pemegang izin setiap kejadian kegagalan operasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan radiasi; k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi, dan verifikasi keselamatan. Dapat disimpulkan bahwa Petugas Proteksi Radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung inilah yang ditunjuk oleh rumah sakit untuk memastikan terselenggaranya program proteksi radiasi di unit radiologi rumah sakit ini. 2. Tenaga ahli Tidak terdapat tenaga ahli yang bertugas di unit radiologi RSUD Tarutung. 3. Fisikawan medik Terdapat 1 fisikawan medik yang ada di unit radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung dengan latar pendidikan S-1 Fisika Medis. Fisikawan medik ini berusia 48 tahun. Secara keseluruhan, fisikawan medik bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan perawatan pesawat sinar-x dan peralatan protektif radiasi lainnya. Tugas dari fisikawan medik di unit radiologi RSUD Tarutung adalah: a. Berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaan sumber daya menusia, peralatan, prosedur, dan perlengkapan proteksi radiasi; b. Menyelenggarakan uji kesesuaian pesawat sinar-x apabila instalasi tersebut memiliki peralatan yang memadai; c. Melakukan perhitungan dosis terutama untuk menetukan dosis janin pada wanita hamil;

23 73 d. Merencanakan, melaksanakan, dan supervisi prosedur jaminan mutu apabila dimungkinkan; e. Berpartisipasi pada penyusunan dan pelaksanaan program pelatihan proteksi radiasi; f. Bersama dokter spesialis radiologi dan radiografer, memastikan kriteria penerimaan mutu hasil pencitraan dan justifikasi dosis yang diterima oleh pasien. 4. Radiografer Terdapat sebanyak 6 orang radiografer (termasuk Petugas Proteksi Radiasi) yang bekerja di unit radiologi RSUD Tarutung. Dengan latar belakang pendidikan masing-masing adalah D-III ATRO. Radiografer bertanggung jawab penuh atas proses penyinaran yang dilakukan terhadap pasien. Adapun tugas radiografer di unit radiologi RSUD Tarutung adalah: a. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri, dan masyarakat di sekitar ruang pesawat sinar-x; b. Menetapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan; c. Melakukan kegiatan pengolahan film di kamar gelap. 5. Dokter spesialis radiologi Dokter spesialis radiologi di unit radiologi RSUD Tarutung ada sebanyak 1 orang. Dokter spesialis ini berusia 44 tahun. Dengan latar belakang pendidikan dokter dan spesialis radiologi. Dokter spesialis radiologi ini bukan dokter tetap di Rumah Sakit ini. Dokter tersebut hanya bertugas untuk

24 74 membaca hasil penyinaran yang telah dilakukan yang akan dikirimkan oleh radiografer Pelatihan Proteksi Radiasi Berdasarkan proses wawancara yang telah dilakukan dengan Petugas Proteksi Radiasi, berikut ini merupakan data pelatihan proteksi radiasi yang diselenggarakan untuk personil radiologi RSUD Tarutung: Tabel 4.11 Jenis Pelatihan yang Pernah Diselenggarakan di RSUD Tarutung No. Jenis Pelatihan Keterangan Ada Tidak ada 1. Pelatihan untuk dokter spesialis 2. Pelatihan untuk Petugas Proteksi Radiasi 3. Pelatihan untuk fisikawan medik 4. Pelatihan untuk radiografer Sumber: Hasil wawancara dengan Petugas Proteksi Radiasi Dari tabel di atas, diketahui bahwa penyelenggaraan pelatihan proteksi radiasi telah dilakukan untuk Petugas Proteksi Radiasi, namun untuk personil lainnya belum pernah dilakukan. Pelatihan proteksi radiasi telah diselenggarakan untuk Petugas Proteksi Radiasi. Pelatihan ini diberikan pada saat akan dilaksanakannya uji Petugas Proteksi Radiasi. Pelatihan untuk Petugas Proteksi Radiasi ini dilaksanakan di PUSDIKLAT-BATAN, Jakarta. Pihak RSUD Tarutung menunjuk dan mengirimkan 2 orang personil unit radiologi RSUD Tarutung untuk mengikuti pelatihan Petugas Proteksi Radiasi, namun hanya 1 orang personil yang dinyatakan lulus dalam ujian untuk mendapatkan SIB Petugas Proteksi Radiasi. Untuk personil lainnya (fisikawan medik, radiografer, dokter spesialis) belum pernah diselenggarakan pelatihan proteksi radiasi.

25 Pemantauan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung belum pernah menyelenggarakan pemantauan kesehatan bagi pekerja radiasi yang berada di unit radiologi, baik itu berupa pemeriksaan kesehatan, konseling, maupun penatalaksaan kesehatan bagi yang terkena paparan berlebih Rekaman Pihak Manajemen RSUD Tarutung menyimpan dan memelihara hasil pemantauan tingkat radiasi dan/atau kontaminasi di daerah kerja dan hasil pemantauan radioaktivitas lingkungan di luar fasilitas dalam jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun, dan paling kurang 30 (tiga puluh) tahun untuk hasil pemantauan kesehatan dan hasil pemantauan dosis pekerja radiasi. Dokumen ini disimpan di unit radiologi itu sendiri. Rekaman atau pendokumentasian mengenai kegiatan proteksi radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung ini disimpan di unit radiologi dan di pusat manajemen rumah sakit. Pihak RSUD Tarutung mengendalikan dan mencantumkan rekaman terkait program proteksi radiasi dan keselamatan radiasi dan menjamin semua rekaman lengkap, mudah dibaca, mudah diidentifikasi dan tersedia saat akan digunakan. Rekaman terkait program proteksi yang dipelihara antara lain: 1. Data inventarisasi pesawat sinar-x; 2. Catatan dosis yang diterima personil setiap bulan; 3. Hasil pemantauan laju paparan radiasi di tempat kerja dan lingkungan; 4. Sertifikat uji kesesuaian pesawat sinar-x;

26 76 5. Salinan sertifikat pendidikan dan pelatihan pekerja radiasi; dan 6. Hasil pemantauan kesehatan personil. Tabel 4.12 Kelengkapan Data Kegiatan Proteksi Radiasi yang Dilampirkan dalam Rekaman No. Data Kegiatan Proteksi Radiasi Keterangan Ada Tidak Ada 1. Data inventarisasi pesawat sinar-x 2. Catatan dosis yang diterima personil setiap bulan 3. Hasil pemantauan laju paparan di tempat kerja dan lingkungan 4. Sertifikat uji kesesuaian pesawat sinar-x 5. Salinan pendidikan dan pelatihan pekerja radiasi 6. Hasil pemantauan kesehatan Simber: RSUD Tarutung Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa data-data yang sudah terlampir dalam rekaman mengenai proteksi radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung adalah: data inventarisasi pesawat sinar-x; catatan dosis yang diterima personil setiap bulan; sertifikat uji kesesuaian pesawat sinar-x; dan salinan pendidikan dan pelatihan pekerja radiasi sudah ada. Namun untuk data hasil pemantauan laju paparan di tempat kerja dan lingkungan; dan hasil pemantauan kesehatan masih belum ada Pemantauan Dosis Radiasi Pihak RSUD Tarutung belum menyelenggarakan pemantauan dosis radiasi di tempat kerja. Sedangkan untuk pemantauan dosis perorangan, Rumah Sakit Umum Daerah telah menyelenggarakan pemantauan dosis radiasi bagi setiap personil dengan menggunakan film badge. Film badge ini digunakan oleh semua pekerja radiasi yang bekerja di unit radiologi RSUD Tarutung. Jumlah paparan dosis radiasi ini akan dicatat dan didokumentasikan. Dokumentasi ini nantinya

27 77 akan dikirimkan oleh pihak manajemen RSUD Tarutung ke Instansi Pembaca Dosis dan selanjutnya akan mengirimkan hasil evaluasi dosis ke Bapeten. Berikut ini merupakan bentuk pendokumentasian pemantauan dosis paparan radiasi yang diterima oleh setiap personil di unit radiologi RSUD Tarutung: Tabel 4.13 Hasil Pemantauan Dosis Personil Menggunakan Film Badge Tahun 2016 No Nama Dosis (msv) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nop Des 1. Personil Personil Personil Personil Personil Personil Personil Sumber: RSUD Tarutung Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dibawah ini merupakan gambar film badge yang digunakan dalam pemantauan dosis radiasi: Gambar 4.2 Film Badge yang Digunakan untuk Pemantauan Dosis Radiasi

28 Bangunan Fasilitas Tabel 4.14 Keterangan Ruang Radiologi RSUD Tarutung Ruang Lokasi sekitar ruang Tebal Jenis Penyinaran penyinaran Dinding Material + Pb Panjang: 11 m Ruang Tunggu 25 cm Bata - Lebar: 5 m Ruang Operator 25 cm Bata - Tinggi: 3 m Ruang Dokter 25 cm Bata - Kamar Gelap 25 cm Bata - Lahan Kosong 25 cm Bata - Lahan Kosong 25 cm Bata - Kamar Mandi 25 cm Bata - Kamar Ganti 25 cm Bata - Atas Bawah Sumber: RSUD Tarutung Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa unit radiologi RSUD Tarutung terdiri dari: ruang tunggu; ruang operator; ruang dokter; dan kamar ganti. Ruangan penyinaran unit radiologi ini berukuran: panjang 11 m; lebar 5 m; tinggi 3 m. Ruang penyinaran dilapisi bata dengan ketebalan dinding 25 cm, sama seperti ruangan lain yang ada dalam unit radiologi dan lantai terbuat dari keramik. Tiap dinding ruangan dalam unit radiologi RSUD Tarutung dicat dengan warna putih dan tidak dilapisi dengan Pb. Unit radiologi Rumah Sakit ini dikelilingi tanah kosong. Pertukaran udara ruangan unit radiologi ini dilakukan dengan adanya ventilasi, dengan ketinggian kurang lebih 2 meter dari lantai. Unit radiologi ini tidak memiliki jendela. 1. Ruang tunggu Ruang tunggu berfungsi sebagai tempat para pasien, keluarga pasien, ataupun petugas yang mendampingi pasien yang akan melakukan penyinaran. Ukuran ruangan ini adalah 3 m x 2 m x 3 m.

29 79 2. Ruang operator Ruang operator merupakan ruangan ynga akan digunakan oleh radiografer untuk mengendalikan pesawat sinar-x yang akan digunakan oleh radiografer ketika akan melakukan penyinaran. Ruang operataor yang ada di unit radiologi ini digunakan saat akan mengoperasikan pesawat sinar-x jenis Toshiba A.192 (Varian). Di dalam ruang operator terdapat kolimator, Ukuran ruangan ini adalah 3 m x 2 m x 3 m. 3. Ruang dokter Ruang dokter ini berfungsi sebagai tempat untuk dokter membaca hasil penyinaran yang telah dilakukan. Namun, dengan alasan dokter radiologi RSUD Tarutung bukanlah dokter tetap, ruangan ini dialihfungsikan menjadi ruangan untuk Petugas Proteksi Radiasi. Di dalam ruangan ini juga disimpan arsip mengenai penyelenggaraan proteksi radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung. Adapun ukuran ruangan ini adalah 3 m x 2 m x 3 m. 4. Kamar gelap Ukuran ruang gelap ini adalah 2 m x 2 m x 3 m. kamar gelap ini berfungsi sebagai tempat pengolahan hasil penyinaran yang telah dilakukan. 5. Kemar mandi Terdapat 1 kamar mandi di unit radiologi ini. Ukuran kamar mandi 2 m x 1 m x 3 m.

30 80 6. Kamar ganti Terdapat 1 kamar gati di unit radiologi RSUD Tarutung dengan ukuran kamar ganti 2 m x 1 m x 3 m. Ruangan ini digunakan untuk pasien yang akan melakukan penyinaran untuk mengganti pakaian (bila diperlukan). 7. Ruang pemeriksaan Di dalam ruang pemeriksaan ini terdapat 4 buah pesawat sinar-x. Ukuran ruangan pemeriksaan 8 m x 3 m x 3 m. Ruangan pemeriksaan ini akan segera ditutup dan dinyalakan lampu peringatan apabila sedang dilakukan kegiatan penyinaran oleh radiografer. 8. Tanda radiasi dan peringatan bahaya radiasi Terdapat tanda radiasi, poster peringatan bahaya radiasi, peringatan bahaya radiasi pada ibu hamil dan wanita diduga hamil di pintu masuk unit radiologi dan juga lampu merah di atas pintu ruang radiologi yang akan menyala ketika sedang dilakukan kegiatan penyinaran. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, berikut ini merupakan dokumentasi tulisan tanda radiasi dan peringatan bahaya radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Gambar 4.3 Poster: (a) Tanda Radiasi; (b) Peringatan Bahaya Radiasi (c) Peringatan Bahaya Radiasi pada Ibu Hamil dan Wanita Diduga Hamil

31 81 Berikut ini merupakan hasil dokumentasi lampu merah sinyal penyinaran pada saat melakukan observasi: Gambar 4.4 Lampu Merah Sinyal Sedang Berlangsung Kegiatan Penyinaran Peralatan Protektif Radiasi Tabel 4.15 Peralatan Protektif Radiasi yang Tersedia di Unit Radiologi RSUD Tarutung No. Jenis Peralatan Protektif Keterangan Radiasi Ada Tidak Ada 1. Apron Pb 2. Tabir radiasi 3. Kacamata Pb 4. Sarung tangan Pb 5. Pelindung tiroid 6. Pelindung gonad Sumber: Hasil observasi yang telah dilakukan di unit radiologi RSUD Tarutung Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa peralatan protektif radiasi yang ada di unit rdaiologi RSUD Tarutung adalah apron Pb, tabir radiasi, dan sarung tangan Pb. Sementara untuk peralatan protektif radiasi lainnya, seperti kacamata Pb, pelindung tiroid, dan pelindung gonad masih belum tersedia di unit ini. Berikut merupkan uraian menganai perlatan protektif radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung:

32 82 1. Apron Pb Unit radiologi RSUD Tarutung menyediakan 3 apron berlapis Pb bagi pekerja radiasi yang berada di unit ini. Apron ini digunakan saat melakukan penyinaran dengan menggunakan pesawat sinar-x jenis Toshiba A.192 (Varian) dan Toshiba DRX-1603BDibawah ini merupakan dokumentasi Apron Pb dari hasil observasi yang telah dilakukan: Gambar 4.5 Apron Pb yang Disediakan di Unit Radiologi RSUD Tarutung 2. Tabir radiasi Unit radiologi RSUD Tarutung menyediakan 1 buah tabir radiasi mobile dengan ukuran 200 cm x 120 cm dan dilengkapi dengan kaca intip berlapis Pb. Tabir radiasi ini tidak pernah lagi digunakan oleh personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, berikut ini merupakan dokumentasi tabir Pb yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung:

33 83 Gambar 4.6 Tabir Radiasi yang Disediakan di Unit Radiologi RSUD Tarutung 3. Sarung tangan Pb Terdapat sarung tangan berlapis Pb sebanyak 2 pasang di unit radiologi RSUD Tarutung. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, berikut ini merupakan dokumentasi sarung tangan Pb yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung: Gambar 4.8 Sarung Tangan Pb yang Disediakan di Unit Radiologi RSUD Tarutung

34 Uji Kesesuaian Pihak RSUD Tarutung menyelenggarakan uji kesesuaian pada setiap pesawat sinar-x yang terdapat di unit radiologi. Uji kesesuaian pesawat sinar-x ini dilakukan oleh tim tenaga ahli yang ditunjuk oleh pihak Bapeten (berasal dari BPFK). Alat uji dan alat ukur yang digunakan dalam uji kesesuaian pesawat sinar- X ini adalah: X-ray Analyzer; survey meter; Lux meter; Pita meter; Lempeng test; dan Beam colimasi. Laporan uji kesesuaian ini berisi uji terhadap komponen pesawat sinar-x, yang meliputi: 1. Generator, yang meliputi: iluminasi dan kolimasi berkas sinar-x. 2. Panel kendali, yang meliputi: akurasi tegangan; akurasi waktu; linearitas keluaran radiasi fokus besar; linearitas keluaran radiasi fokus kecil; reproduksibilitas; kualitas berkas sinar-x; dan kebocoran wadah tabung. 3. Kendali paparan otomatis, yang meliputi: timer darurat; densitas standar & uniformitas; penjejakan; dan waktu respon minimum. 4. Dosis pasien Uji kesesuaian ini dilaksanakan ketika hendak melakukan perpanjangan izin penggunaan pesawat sinar-x yang. Dari hasil uji kesesuaian yang dilakakukan pada pesawat sinar-x per tanggal 13 Mei 2016, didapatkan kesimpulan bahwa: 1. Tidak terdeteksi radiasi bocor/paparan dari pesawat sinar-x di lingkungan sekitar 2. Seluruh parameter lolos uji

35 85 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Personil Personil merupakan semua pekerja radiasi yang ikut terlibat dalam pemanfaatan radiasi sinar-x. Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011, dikatakan bahwa personil yang bekerja di instalasi yang memanfaatkan pesawat sinar-x mamografi, pesawat sinar-x CT-Scan, pesawat sinar-x fluoroskopi, pesawat sinar-x C-Arm/U-Arm angiografi, pesawat sinar-x CT-Scan angiografi, pesawat sinar-x CT-Scan fluoroskopi, pesawat sinar- X simulator, dan/atau pesawat sinar-x C-Arm brakhiterapi paling kurang terdiri dari: 1. Dokter spesialis radiologi atau dokter yang berkompeten; 2. Tenaga ahli (dapat bekerja paruh waktu atau purna waktu) dan/atau fisikawan medik; 3. Petugas Proteksi Radiasi; 4. Radiografer. Tugas dari masing-masing personil yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung ini telah sesuai atau memenuhi ketentuan yang diatur dalam Perkabapeten nomor 8 Tahun 2011, kecuali untuk dokter spesialis. Berikut ini merupakan uraiannya: Petugas Proteksi Radiasi Untuk menunjang dipenuhinya semua standar dan peraturan keselamatan radiasi, pada setiap penggunaan sumber radiasi pengion dan zat radioaktif

36 86 dipersyaratkan adanya Petugas Proteksi Radiasi (PPR). Keberadaan Petugas Proteksi Radiasi di suatu unit radiologi merupakan suatu hal yang mutlak dan menjadi salah satu persyaratan dalam pemanfaatan tenaga nuklir. Di unit radiologi RSUD Tarutung terdapat 1 orang Petugas Proteksi Radiasi dengan latar belakang pendidikan D-III ATRO (Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi). Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional, dikatakan bahwa pemegang izin harus menyediakan Petugas Proteksi Radiasi yang menggunakan pesawat sinar-x terpasang tetap dan pesawat sinar-x mobile. Dalam Perkabapeten Nomor 16 Tahun 2014, diatur mengenai persyaratan Peugas Proteksi Radiasi, diantaranya adalah: 1. Berijazah serendah-rendahnya D-III jurusan eksakta atau teknik yang dibuktikan dengan fotokopi ijazah yang dilegalisir; 2. Memiliki sertifikat telah mengikuti dan lulus pelatihan Petugas Proteksi Radiasi dari lembaga pelatihan yang terakreditasi; 3. Mengikuti dan lulus ujian yang diselenggarakan oleh BAPETEN. Petugas Proteksi Radiasi merupakan petugas yang ditunjuk oleh pemegang izin (dalam hal ini rumah sakit) dan oleh Bapeten yang dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi. Secara keseluruhan, Petugas Proteksi Radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung bertugas untuk memantau pelaksanaan proteksi radiasi di unit radiologi tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 dikatakan bahwa pemegang izin,

37 87 dalam melaksanakan tanggung jawabnya, dapat mendelegasikan kepada atau menunjuk personil yang bertugas di fasilitas atau instalasinya untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam mewujudkan Keselamatan Radiasi. Dengan kata lain, Petugas Proteksi Radiasi di Unit Radiologi RSUD Tarutung merupakan perpanjangan tangan dari pihak manajemen RSUD Tarutung dalam pelaksanaan dan pengawasan Proteksi Radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung. Kemampuan Petugas Proteksi Radiasi untuk melaksanakan proteksi radiasi dibuktikan dengan adanya SIB yang dikeluarkan oleh Bapeten. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan kesehatan, dikatakan bahwa Rumah Sakit Kelas B harus memiliki 1 orang Petugas Proteksi Radiasi yang telah memiliki SIB. Petugas Proteksi Radiasi di unit radiologi RSUD Tarutung telah memenuhi syarat sebagai Petugas Proteksi Radiasi karena telah memiliki SIB yang berasal dari Bapeten dengan masa tugas tahun Dapat disimpulkan bahwa Petugas Proteksi Radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung telah memenuhi standar secara pendidikan minimal dan kompetensi sebagai Petugas Proteksi Radiasi yang sesuai standar Tenaga Ahli Tenaga ahli (Qualified Expert) adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam fisika medik klinik lanjut, telah mengikuti clinical residence, dan telah bekerja di instalasi radiologi paling kurang 7 tahun dengan pendidikan paling kurang S-2 fisika medik.

38 88 Tidak terdapat tenaga ahli di unit radiologi RSUD Tarutung. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 dikatakan penyediaan tenaga ahli di unit radiologi suatu pelayanan kesehatan bersifat pilihan atau tidak diwajibkan, dapat bekerja paruh waktu atau purna waktu. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014 Tahun 2008 juga dikatakan bahwa keanggotaan tenaga ahli tidak menjadi syarat minimal dalam layanan radiologi diagnostik Fisikawan Medik Unit radiologi RSUD Tarutung telah memiliki fisikawan medik sebanyak 1 orang, dengan latar belakang pendidikan S-1 Fisika Medik. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1014 Tahun 2008 dikatakan bahwa jumlah minimal fisikawan medik di unit radiologi diagnostik rumah sakit kelas B adalah sebanyak 1 orang. Hal ini telah sesuai dengan jumlah fisikawan medik yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung. Berdasarkan Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional dikatakan bahwa pelayanan radiologi diagnostik harus memiliki fisikawan medik harus memiliki latar belakang pendidikan paling kurang S-1 (strata satu) fisika medik atau yang setara. Secara keseluruhan, fisikawan medik di unit radiologi RSUD Tarutung ini bertugas untuk meninjau peralatan yang ada di unit radiologi tersebut. Hal ini telah sesuai dengan salah satu tugas dari fisikawan medik yang diatur dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011, yaitu: berpartisipasi

39 89 dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaan sumber daya manusia, peralatan, perosedur, dan perlengkapan proteksi radiasi Radiografer Di unit radiologi RSUD Tarutung, terdapat sebanyak 6 orang radiografer termasuk Petugas Proteksi Radiografer. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan, mengatur bahwa dalam Rumah Sakit Kelas B atau setara harus terdapat 2 radiografer per alat. Jadi, perbandingan antara pesawat sinar-x dan radiografer adalah 1 : 2. Di unit radiologi RSUD Tarutung terdapat 2 pesawat sinat-x yang dapat bekerja dengan baik dan terdapat 6 radiografer. Perbandingan antara pesawat sinar-x dan radiografer adalah 1 : 3. Masing-masing radiografer ini memiliki latar belakang pendidikan D-III ATRO. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 357 Tahun 2006, dikatakan bahwa radiografer merupakan tenaga kesehatan lulusan Akademi Penata Rontgen, D-III Radiologi, Pendidikan Ahli Madya/Akademi/D-III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi yang telah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X juga diatur bahwa radiografer harus memiliki latar belakang pendidikan paling kurang D-III (diploma tiga) Radiologi. Radiogafer yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung bertugas untuk mengoperasikan pesawat sinar-x yang ada di unit radiologi tersebut. Adapun tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh radiografer di unit radiologi RSUD

40 90 Tarutung yang telah diuraikan sebelumnya, telah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab radiografer yang diatur dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun Dokter Spesialis Radiologi Unit radiologi RSUD Tarutung telah memiliki 1 dokter spesialis. Namun, dokter yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung masih berstatus dokter tidak tetap dan hanya bertugas untuk membaca hasil penyinaran yang telah dilakukan. Tidak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab Dokter Spesialis Radiologi yang seharusnya yang telah diatur dalam Perkabapeten No 8 Tahun 2011, yaitu: 1 Menjamin pelaksanaan seluruh aspek keselamatan pasien; 2 Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau intervensional dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya; 3 Mengoperasikan pesawat sinar-x fluoroskopi; 4 Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat panduan paparan medik; 5 Menetapkan prosedur diagnosis dan Intervensional bersama dengan fisikawan medik dan/atau radiografer; 6 Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis; dan 7 Menyediakan kriteria untuk pemeriksaan wanita hamil, anak-anak, dan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi.

41 91 Status dokter spesialis yang tidak tetap ini membuat pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya menjadi tidak maksimal dan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diuraikan diatas. 5.2 Pelatihan Proteksi Radiasi Pelayanan radiologi adalah pelayanan kesehatan yang penuh resiko bahaya radiasi. oleh sebab itu pekerja yang terlibat harus benar-benar terlatih dalam bidang keselamatan radiasi. Dilihat dari perkembangan rumah sakit di negara berkembang pada umumnya, pertumbuhan tenaga kerja belum bisa mengimbangi besarnya beban kerja akibat dari kemajuan teknologi radiasi. Dengan alasan kebutuhan masyarakat akan pelayanan radiologi dan kemajuan teknologi radiasi, sangatlah dibutuhkan pelatihan terstruktur dan berkesinambungan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 dikatakan bahwa Pemegang Izin wajib meningkatkan kemampuan personil yang bekerja di fasilitas atau instalasi melalui pendidikan dan pelatihan untuk menumbuhkan pemahaman yang memadai tentang: 1. Tanggung jawab dalam keselamatan radiasi Masing-masing personil memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam proteksi radiasi, baik itu terhadap pasien, masyarakat umum, maupun terhadap personil lainnya. 2. Pentingnya menerapkan proteksi dan keselamatan radiasi selama melaksanakan pekerjaan yang terkait dengan radiasi.

42 92 Mengingat bahwa efek negatif akibat paparan radiasi yang tidak bisa diabaikan, baik itu efek jangka pendek maupun efek jangka panjang, penyelenggraan proteksi rdaiasi sangatlah perlu untuk diperhatikan Pelatihan untuk Petugas Proteksi Radiasi Dari hasil kegiatan check list yang telah dilakukan, diketahui bahwa Petugas Proteksi Radiasi telah mendapatkan pelatihan proteksi radiasi. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Perkabapeten Nomor 8 Tahun Pelatihaan ini merupakan pelatihan yang diberikan kepada personil yang telah ditunjuk oleh pihak rumah sakit sebagai Petugas Proteksi Radiasi, yang merupakan syarat bagi personil untuk menjadi Petugas Proteksi Radiasi. suatu pelatihan yang dberikan pada Petugas Proteksi Radiasi diselanggarakan oleh Bapeten. Selain pendidikan formal (D-III ATRO) yang menjadi standar Petugas Proteksi Radiasi, seorang Petugas Proteksi Radiasi juga harus memilki pengetahuan dan keterampilan sesuai standar untuk melakukan pengawasan Proteksi Radiasi. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Petugas Proteksi Radiasi memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan proteksi radiasi. Oleh karena itu personil yang akan ditunjuk menjadi Petugas Proteksi Radiasi harus terlebih dahulu mengikuti pelatihan dan lulus pelatihan Petugas Proteksi Radiasi. Selanjutnya akan mengikuti ujian dan dinyatakan lulus oleh Bapeten untuk mendapatkan Surat Izin Bekerja (SIB). Jenjang kompetensi yang dimiliki oleh Petugas Proteksi Radiasi yang dimiliki oleh Petugas Proteksi Radiasi yang ada di unit radiologi RSUD Tarutung

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 I. Data Umum Nama : Usia : Jenis kelamin : Pendidikan terakhir : Posisi/Jabatan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24 Halaman 1 dari 24 LEMBAR PENGESAHAN Disiapkan oleh Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Diperiksa oleh Disahkan oleh Halaman 2 dari 24 Pernyataan Kebijakan Proteksi dan Keselamatan Radiasi Setiap kegiatan

Lebih terperinci

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN No DOKUMEN Dokumen Administratif 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk WNI /Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS) dan Paspor untuk WNA selaku pemohon

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut ternyata tidak hanya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 2007 LINGKUNGAN HIDUP. Tenaga Nuklir. Keselamatan. Keamanan. Pemanfaatan. Radioaktif. Radiasi Pengion.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.672, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Radiasi Proteksi. Keselamatan. Pemanfaatan. Nuklir. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, salah satunya dalam bidang kesehatan atau medik di bagian radiologi khususnya profesi kedokteran

Lebih terperinci

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir (Lembaran Negara Repu

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir (Lembaran Negara Repu No.639, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Sinar-x. Keselamatan Radiasi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG KESELAMATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan. No.1937, 2014 BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH SURAT IZIN BEKERJA BAGI PETUGAS TERTENTU DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN SUMBER RADIASI PENGION DENGAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Kedokteran Nuklir. Radiasi. Keselamatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Kedokteran Nuklir. Radiasi. Keselamatan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Kedokteran Nuklir. Radiasi. Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiasi Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (2011), dikatakan bahwa radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang karena energi

Lebih terperinci

ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan

ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penggunaan semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan prosedur terapi. Pada umumnya

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16 Malang 65145, Telp. 085784638866

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEDOKTERAN NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEDOKTERAN NUKLIR SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEDOKTERAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN 2015 1 Database Dosis Pasien Merupakan kumpulan dari data dosis radiasi yang mewakili atau mengidentifikasi perkiraan dosis yang diterima oleh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan tak hanya sebatas pembangkit listrik namun sudah merambah ke bidang medis, industri, pemrosesan makanan, pertanian,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN. TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan klinis yang biasanya digunakan untuk membantu penegakan diagnosa dan rencana

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI

Lebih terperinci

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR PANDUAN PENYUSUNAN PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN GAUGING INDUSTRI BAB I PENDAHULUAN I.1. I.2. I.3. I.4. I.5. Latar Belakang Uraikan latar belakang disusunnya program proteksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1549, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. TENORM. Keselamatan Radiasi. Proteksi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.671, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Radiasi. Radio Terapi. Pengguna. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013

Lebih terperinci

a. bahwa uji kesesuaian pesawat sinar-x radiologi diagnostik dan intervensional perlu dioptimalkan tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

a. bahwa uji kesesuaian pesawat sinar-x radiologi diagnostik dan intervensional perlu dioptimalkan tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2OI8 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif

Lebih terperinci

Pesawat Sinar X Diagnostik dan Intervensional

Pesawat Sinar X Diagnostik dan Intervensional No. Dok Haaman 1 dari 6 Jenis pesawat sinar-x Radiografi Umum Radiografi Mobie Pesawat Gigi Fuoroskopi Konvensiona Fuoroskopi Mamografi CT-Scan Penunjang Terapi Mobie Station (radiografi daam mobi) Mobie

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENYIMPANAN TECHNOLOGICALLY ENHANCED NATURALLY

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENYIMPANAN TECHNOLOGICALLY ENHANCED NATURALLY

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Disampaikan pada : Konferensi Informasi Pengawasan Ketenaganukliran Jakarta, 12 Agustus 2015 Goals Pemerintah (Nawa Cita) Yang terkait 1.Menghadirkan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan penggunaan teknologi modern, pemakaian zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya semakin meluas di Indonesia. Pemakaian zat

Lebih terperinci

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 65 1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek pada mulanya merupakan Rumah Sakit Onderneming Pemerintahan hindia belanda yang

Lebih terperinci

: Panduan Penyusunan Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Kegiatan Well Logging LEMBAR PENGESAHAN

: Panduan Penyusunan Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Kegiatan Well Logging LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN 1. Tanda Tangan 2. 3. TTD TTD TTD 4. Tanggal 1. 03-10-2011 2. 03-10-2011 3. 03-10-2011 4. 03-10-2011 03-10-2011 03-10-2011 Nama 1. Roy Candra Primarsa, ST 2. Yerri Noer Kartiko, ST, MT

Lebih terperinci

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ABSTRAK Radiografer adalah pekerja yang beresiko terkena

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi pengion (X-ray) untuk melakukan diagnosis tanpa harus dilakukan pembedahan. Sinar-X akan ditembakkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF DAN PESAWAT SINAR-X UNTUK PERALATAN GAUGING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 I. Pelayanan RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat merupakan

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 3 TAHUN 2011 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PERIJINAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan untuk pasien di rumah sakit umumnya meliputi

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PRODUKSI PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, pertama kali menemukan sinar-x pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat

Lebih terperinci

RADIODIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL. Booklet. Pedoman layanan perizinan. BAPETEN Direktorat Perizinan FasilitasKesehatan dan zat Radioaktif

RADIODIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL. Booklet. Pedoman layanan perizinan. BAPETEN Direktorat Perizinan FasilitasKesehatan dan zat Radioaktif Booklet 01 Pedoman layanan perizinan RADIODIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL Merupakan panduan bagi Pemohon Izin untuk mengajukan permohonan izin radiodiagnostik dan intervensional. Dokumen ini memuat persyaratan

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI DOKUMEN NO : 001/RAD/IND/2009 Perhatian : Bacalah terlebih dahulu PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut beberapa ahli, radiasi dapat menembus sel jaringan tubuh manusia secara perlahan lahan dalam jangka waktu yang lama yang dapat menyebabkan infeksi, perdarahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi nuklir kini tidak hanya di bidang energi seperti pada PLTN tetapi juga untuk berbagai bidang, salah satu yang kini telah banyak diterapkan di

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT Tri Dianasari,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02 BAB II PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR. 03 A. Tujuan dan Ruang Lingkup Izin. 03 1. Izin

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN GAUGING INDUSTRI

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN GAUGING INDUSTRI FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN GAUGING INDUSTRI DOKUMEN NO : 002/GAU/IND/2009 Perhatian : Bacalah terlebih dahulu PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR. Pemohon izin harap

Lebih terperinci

GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 SKRIPSI

GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 SKRIPSI GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 SKRIPSI OLEH ANITA MARIA MAGDALENA SILABAN NIM: 131000593 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Evaluasi dan Rekomendasi Kebijakan Hasil Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X

Evaluasi dan Rekomendasi Kebijakan Hasil Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Evaluasi dan Rekomendasi Kebijakan Hasil Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Djarwani S. Soejoko Departemen Fisika Facultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia djarwani@fisika.ui.ac.id

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 tahun

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL Analisa kondisi internal RSUD Kabupaten Belitung Timur akan ditentukan terlebih dahulu Variabel internal, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kecenderungan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1280, 2015 KEMENKES. Bahaya Radiasi. PNS. Pekerja Radiasi. Nilai Tingkat Tunjangan. Penetapan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015 Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015 1 Diagnostic Reference Level (DRL) = tingkat panduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Radiologi dimulai dengan penemuan sinar-x oleh William Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3 tahun kemudian, penemuan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI RADIOGRAFER LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012

SKEMA SERTIFIKASI RADIOGRAFER LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012 SKEMA SERTIFIKASI RADIOGRAFER LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC 17024 : 2012 RSUP NASIONAL DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA 2015 RADIOGRAFER No. Kode Unit Kompetensi Unit Kompetensi Halaman 1. BKM01/RAD-1/2009/Rev-001

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM IMPOR DAN PENGALIHAN ZAT RADIOAKTIF DAN PEMBANGKIT RADIASI PENGION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PRODUKSI PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan globalisasi ekonomi di dunia menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi memperebutkan sumber daya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.279, 2014 KEUANGAN. Tunjangan. Bahaya Radiasi. Kesehatan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN BAHAYA RADIASI BAGI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK WELL LOGGING

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK WELL LOGGING PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK WELL LOGGING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1550, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Radiasi. Impor. Ekspor. Pengalihan. Barang. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TANGGAL 19 Maret 2009 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR I. izinan:

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI DOKUMEN NO : 002/RAD/IND/2013 Perhatian : Bacalah terlebih dahulu PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR.

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG

Lebih terperinci

2 Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang Keamanan Sumber Radioaktif; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (L

2 Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang Keamanan Sumber Radioaktif; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.654, 2015 BAPETEN. Radioaktif. Sumber. Keamanan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG KONSUMEN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG KONSUMEN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED. Ka.Instalasi. Radiologi. Kaur Instalasi. Radiologi. Penanggungjawa b / Petugas PPR

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED. Ka.Instalasi. Radiologi. Kaur Instalasi. Radiologi. Penanggungjawa b / Petugas PPR STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED Ka.Instalasi Kaur Instalasi ALat & Instrumen Logistik/BHP jadwal Dinas Penanggungjawa b / Petugas PPR Kamar Gelap Pelayanan Jadwal Dinas URAIAN

Lebih terperinci

TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK.

TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK. TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK. oleh : Martua Sinaga ABSTRAK Radiasi pengion tidak selamanya berbahaya bagi manusia akan tetapi juga

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 N

2015, No Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 N No. 2012, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Fisika Medik. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN FISIKA MEDIK DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan bagian penting dalam penanganan kesehatan pasien pada saat sekarang maupun di masa mendatang. Sebagai pemberi informasi mengenai status kesehatan

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 56 ayat (1) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 56 ayat (1) Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan Penyusunan Kebutuhan Jumlah Pegawai Landasan Hukum UndangUndang Nomor 5 Tahun 04 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 56 ayat () Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI B.Y. Eko Budi Jumpeno Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 PENDAHULUAN Pemanfaatan

Lebih terperinci