Tabel 1 Analisis cairan pleura. Transudat. 30 g/l 0,5. Kadar protein Rasio protein pleura/serum. 30 g/l 0,5. Berat jenis 1,016 1,016.
|
|
- Sudomo Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rongga pleura adalah rongga potensial, mempunyai ukuran tebal m, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein 1,5 gr/dl dan sel/ l. Sel cairan pleura didominasi oleh monosit, sejumlah kecil limfosit, makrofag dan sel mesotel. Sel polimormonuklear dan sel darah merah dijumpai dalam jumlah yang sangat kecil didalam cairan pleura. Keluar dan masuknya cairan dari dan ke pleura harus berjalan seimbang agar nilai normal cairan pleura dapat dipertahankan. Cairan pleura sebenarnya adalah cairan interseluler pleura parietal. Oleh karena pleura parietal disuplai oleh sirkulasi sistemik sedangkan tekanan didalam rongga pleura lebih rendah dibanding atmospir, gradien tekanan bergerak dari interselular pleura ke arah rongga pleura. Ada 6 mekanisme yang bertanggung jawab atas terjadinya penumpukan cairan dalam rongga pleura, yaitu: 1. Peningkatan tekanan hidrostatik sirkulasi mikrovaskular. Keadaan ini dijumpai pada gagal jantung kongestif. 2. Turunnya tekanan onkotik sirkulasi mikrovaskular. Keadaan ini terjadi akibat hipoalbuminemia seperti pada sindroma nefrotik. 3. Turunnya tekanan intra pleura, yang dapat disebabkan oleh atelektasis atau reseksi paru. 4. Meningkatnya permiabelitas kapiler pleura. Keadaan ini diakibatkan oleh peradangan pleura, misalnya pada efusi pleura akibat tuberculosis atau penyakit keganasan. 5. Terhambatnya aliran getah bening akibat tumor atau fibrosis paru 6. Masuknya cairan dari rongga peritoneum akibat asites. Light mengelompokkan efusi pleura dalam eksudat dan transudat, disebut eksudat bila memenuhi satu dari 3 kriteria berikut: 1. Kadar absolut LDH 200 iu 2. Rasio LDH pleura dan serum 0,6 3. Rasio protein pleura dan serum 0,5 Tabel 1 Analisis cairan pleura Kriteria Kadar protein Rasio protein pleura/serum Eksudat 30 g/l 0,5 Transudat 30 g/l 0,5 Berat jenis 1,016 1,016 Kadar LDH Rasio LDH pleura/serum 200 IU/l 0,6 200 IU/l 0,6 Kadar kolesterol 60 mg/dl 60 mg/dl
2 Rasio kolesterol pleura/serum 0,3 0,3 Derajat albumin serum/efusi 1,2 g/dl 1,2 g/dl Rasio bilirubin pleura/serum 0,6 0,6 Kadar prostaglandin E 50 g/ml 50 g/ml Kadar RBC 10/lpb 10/lpb Tabel 2 Penyebab efusi pleura Penyakit/Kondisi Frekuensi (%) Penyebab Gagal jantung kongestif Sirosis hepatis Sindroma nefrotik Penyebab lain Dialisis peritoneal berkelanjutan Hipoalbuminemia Urinothorax Atelektasis Perikarditis konstriktiva Sindrom vena vava superior Sarkoidosis Emboli paru Peningkatan tekanan hidrostatik ABSTRAK Efusi pleura (EP) dan pneumotorak (PNK) merupakan 2 bentuk penyakit pleura yang sering dijumpai. Kedua penyakit ini disebabkan oleh adanya pengisian rongga torak oleh 2 substansi yang berbeda yaitu cairan (EP) atau udara (PNT). Penyakit ini bisa dijumpai secara sendiri sendiri, namun bisa dijumpai secara bersamaan. Penyebab keluhan respiratorik disebabkan oleh penyakit dasarnya disamping disebabkan oleh cairan atau udara itu sendiri. Sebagian dari penyebab efusi pleura bisa diduga secara klinik, tetapi umumnya diperlukan analisis cairan pleura untuk penegakan diagnosis. Perlu dibedakan antara EF transudat, dengan eksudat yang disebabkan oleh penyakit yang memerlukan tindakan lebih lanjut. Perlu diketahui penyebab EF terutama EF eksudatif hingga dapat dimulai pemberian terapi kausal. Pengosongan cairan dan pencegahan rekurensi dapat dikerjakan dengan berbagai cara, namun tindakan yang akan dilakukan harus cepat diputuskan agar tidak terlanjur terjadi proses penyakit yang akan mempersulit tindakan intervensi yang perlu dilakukan. PENDAHULUAN
3 EP dan PNT merupakan 2 bentuk penyakit pleura yang sering dijumpai. Kedua penyakit ini disebabkan oleh adanya pengisian rongga torak oleh 2 substansi yang berbeda yaitu cairan (EP) atau udara (PNT) hingga dibicarakan secara sendiri sendiri, namun bisa dijumpai secara bersamaan hingga kedua hal ini dibicarakan sebagai suatu kesatuan klinik. EP merupakan istilah umum untuk dugaan adanya cairan di ronga torak sebelum diketahui karakteristik cairan tersebut. Penyebabnya banyak dan bervariasi hingga diperlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk penegakkan diagnosisnya. Uraian penyakit ini bisa luas, namun sebagai materi dari suatu pelatihan pada makalah ini uraian disampaikan sebagai suatu pendekatan penyakit agar dapat menjadi menjadi suatu bahan acuan dalam upaya penatalaksanaannya. Penyampaian materi akan difokuskan pada uraian penyakit dalam kerangka tatalaksana sehari- hari. Penatalaksanaan EP dan PNT tergantung kepada penyebabnya. Sesak nafas yang dijumpai pada EP tidak selalu langsung teratasi dengan aspirasi cairan karena hal ini mungkin disebabkan oleh penyakit lain. Diketahui berbagai cara untuk mengeringkan efusi dan mencegah rekuruensi, tapi putusan mengenai tindakan yang akan diambil perlu segera diambil hingga proses penyakit tidak akan progresif kepada tingkat yang menyulitkan dalam melakukan intervensi terhadap penyakit. Secara klinis dipakai istilah efusi pleura, pneumototrak dan hidropneumotorak.efusi Pleura dapat disebabkan oleh variasi penyebab yang luas oleh penyebab lokal biasanya berupa eksudat (cairan radang) dan sistemik berupa transudat (cairan fisiologik). Pneumototrak. dapat disertai dengan pengisian udara pada bagianbagian lain dari rongga torak atau jaringan sekitar (pneumo mediastinum, pneumointerstitialis, pneumo subkutan). Hidropneumotorak terdapat cairan dan udara secara bersamaan dalam rongga torak. EFUSI PLEURA Pendekatan masalah dapat dilakukan secara sistematik berupa (1,2) I. Pemikiran adanya EP dan/ atau PNT II. III. IV. Evaluasi EP untuk tindakan torakosentesis Tindakan torakosentesis Pemeriksaan apa yang harus dilakukan pada cairan pleura V. Bagaimana penegakkan diagnosis VI. Kapankah tes khusus dan prosedur invasif terindikasi untuk penegakkan diagnosis etiologi
4 VII. Tatalaksana efusi pleura VIII. Pencegahan rekurensi I. Pemikiran adanya EP dan/ atau PNT Gambaran Klinik dapat berupa gangguan ringan tanpa gejala sampai kepada keadaan yang mengancam jiwa Gejala respiratorik dapat berupa (1,2) : a. Sesak nafas, yang merupakan gejala tersering pada EP yang dijumpai akibat kompresi cairan pada paru yang mengakibatkan shunt regional dan pada area yang terkena terjadi penurunan rasio ventilasi/ perfusi. Efusi dapat menyebabkan pendorongan mediastinum, dinding torak, dan diafragma. Dapat dijumpai hipoksia ringan yang mudah dikoreksi dengan pemberian O2, namun sering sesak nafas tidak hilang sama sekali. Hal ini terjadi akibat distorsi diafragma dan dinding dada saat respirasi. Sesak nafas dapat hilang bila telah dilakukan torakosentesis., atau hanya berkurang saja karena adanya penyakit dasar seperti obstruksi endobronkhial oleh tumor atau benda asing, penyakit paru kronik ataupun penyakit paru jantung kongestif. Foto torak pasca torakosentesis dapat membantu mengungkap penyebabnya. Aspirasi cairan akan mengurangi gejala meskipun perubahan adalah minimal saja. b. Batuk yang sering, dapat berkaitan dengan infeksi saluran nafas bawah atau tumor endobronkhial. c. Nyeri dada dapat disebabkan inflamasi pleura, metastasis tumor pada dinding torak, atau emboli paru. d. Bisa didapatkan fokal fremitus yang menurun, perkusi torak pekak dan penurunan suara nafas vesikuler Gejala non respiratorik Pemeriksaan radiologi. Dapat membantu diagnosis adanya EP dan penyebabnya. Pada foto torak PA dan lateral akan terlihat sudut kostophrenik yang tumpul bila terdapat cairan > 150 ml. EP subpulmonik akan dicurigai bila dijumpai pada foto tegak gambaran elevasi hemitorak, pergeseran kubah diafragma ke lateral, dan
5 peningkatan jarak antara hemidiafragma kiri dan udara di lambung. Pada foto tegak efusi dalam jumlah sedang atau lebih banyak mungkin tidak terdeteksi bila tidak dicermati adanya karakteristik radiografi berupa peningkatan bayangan radioopak pada lapangan paru bawah. Pada jumlah cairan yang sedikit dengan foto torak dekubitus lateral akan terlihat lapisan cairan yang bebas bergerak pada bagian samping torak. Bila tebal cairan 1 cm efusi akan dapat diambil dengan torakosentesis, dan tidak dijumpainya gambaran tersebut kemungkinan menunjukkan adanya EP terlokalisir. Menurut gambaran klinik, termasuk radiologi, EKG dan laboratorium dasar didapatkan sebagian kecil EF ditimbulkan oleh penyakit sistemik non respiratori yang tidak memerlukan tindakan (misalnya EP bilateral akibat gagal jantung kongestif), sedangkan sebagian terbesar perlu ditelusuri dengan analisis cairan dengan yang diambil dengan cara torakosentesis dan pemeriksaan penunjang lebih lanjut. Ultrasonografi (USG), bermanfaat untyuk membantu diagnosis dan torakosentesis. USG lebih baik daripada foto torak dalam menentukan EP yang terlokalisir, dan kelainan subpulmonik atau subprenikus (2). CT Scan, dapat membedakan adanya EP, EP terlokalisir, masa pleura, empiema, abses paru. II. Evaluasi EP untuk tindakan torakosentesis Dalam beberapa hal gambaran klinik telah menunjukkan etiologi yang jelas dari EP misalnya oleh penyakit jantung kongestif. Namun seringkali penyebab dan gambaran klinik tidak jelas hingga harus dilakukan torakosentesis dan pengambilan cairan bila efusi melebihi >150 ml, sesuai kebutuhan untuk diagnostik atau untuk meringankan rasa sesak bila cairan banyak. III. Tindakan torakosentesis Indikasi torakosentesis adalah (2) : 1. efusi parapneumonik yang mengalami komplikasi atau empiema 2. mengurangi rasa sesak nafas 3. evaluasi dasar penyakit paru kronik Pada tindakan torakosentesis perlu diperhatikan : - cara aspirasi cairan dengan terarah jarum yang miring.
6 - dikeluarkan cairan EP sampai ml sekali ambil - lakukan monitoring dengan oxymeter agar saturasi >90%. Pasca torakosenstesis dapat hipoksemia terjadi akibat reaksi paradoksal pada perluasan area dengan rasio V/Q yang rendah, dan edem paru unilateral akibat reekpansi paru. - dapat dilakukan aspirasi ulangan bila ada indikasi, namun bila selalu terbentuk cairan kembali perlu dipertimbangkan tindakan pleurodesis. IV. Pemeriksaan apa yang harus dilakukan pada cairan pleura (1-6) 4.1 Secara fisik cairan dapat berupa serous (jernih sampai gelap, transparan sampai keruh), serosanguinous (kemerahan), hemorhagik (darah), purulen ( berbau busuk pada infeksi anaerob), chylous (seperti susu), coklat (abses paru yang mengalami perforasi), hitam (infeksi aspergillus) atau hijau kekuningan (pleuritis reumatik atau efusi pankreatik). Hasil limfositosis dari diferensiasi sel cairan menyokong kearah penyakit kronik misalnya TB pleura. 4.2 Pemeriksaan kimiawi, dengan memakai kriteria Light dkk (1972) (2) untuk membedakan karakteristik cairan berdasarkan: 1. rasio protein cairan/ serum >0,5 2. rasio LDH cairan/ serum >0,6 3. LDH cairan >0,6 nilai serum normal (biasanya dipakai nilai batas 200 IU/ ml) Cairan adalah eksudat bila salah satu nilai positif, dan transudat bila semuanya negatif. Kriteria Light menunjukkan nilai sensitivitas 99% dan spesifisitas 98% untuk eksudat. 4.3 Penanda kimia lain adalah kadar kholesterol, tetapi tidak lebih baik daripada protein dan LDH. Kadar glukosa yang rendah dapat dijumpai pada TB, empiema, tumor yang mengenai pleura. Kadar amylase yang tinggi dapat dijumpai pada 10% daripada efusi maligna. Hasil pengukuran ph 7,3 (normal : 7,64) menunjukkan proses inflamasi atau infiltratif a.l. efusi pleuropneumonik, empiema, kanker, penyakit jaringan ikat,tb dan ruptur esofagus. 4.4 Kadar adenosine diamine cendrung lebih tinggi pada EP TB (>70 U/L) daripada penyebab lainnya. Harga abnormal juga dijumpai pada pleuritis rematik dan empiema (40 70 U/L). 4.5 Petanda tumor, petanda tumor mempunyai kemanfaatan
7 terbatas, dengan petanda kombinasi untuk 3 jenis petanda tumor yaitu CEA (carcinoembryonic antigen), cytokeratin 19- fragment (Cypra 21-1), dan tissue polypeptide antigen (TPA-M) memberikan nilai sensitivitas sebesar 85,7% dan spesifitas 59,1%. Pada mesothelioma CEA pleura tidak dijumpai meninggi dengan nilai spesifitas 90%, hingga hal ini dapat dipakai pada pada keadaan yang sulit sebagai suatu cara ekslusifitas penyakit. (1,3) 4.6 Sitopatologi, dapat menunjukkan gambaran yang spesifik untuk infeksi mikobakterium dengan a.l. adanya sel datia langhans, atau sel kanker. Dengan pemeriksaan imunohistokimia menggunakan poliklonal dan monoklonal anti- CEA terhadap sampel pleura diagnosis pasti mesotelioma dapat ditegakkan. (3) 4.7 Analisa molekuler DNA mikobakterium yang dikandung dalam EP. Pemeriksaan dengan metoda PCR terhadap gen 16S rdna yang universal untuk mikobakterium, diikuti sekuensing dan uji banding dengan sekuens berbagai spesies mikobakterium yang mirip dengan arsip dari NCBI (National Center for Biomolecular Information) di USA, dapat diungkapkan spesies mikobakterium yang ada di efusi pasien tersangka TB pleura. V. Bagaimana Penegakan diagnosis Penegakan diagnosis berdasarkan data- data yang telah ada dapat dilakukan secara umum berdasarkan alur seperti terlihat pada Bagan/ Flow Chart 1. Banyak sekali keadaan dapat menimbulkan EP. (4) Yang paling sering dijumpai adalah seperti TB, keganasan dan pneumonia seperti tercantum pada Tabel 1. (1,2) Disamping itu dapat juga disebabkan oleh obat misalnya yang menimbulkan sindroma lupus (procainamide, hydralazine, quinidine). Gambar 1.Flow Chart Diagnostic Approach To Pleural effusions (4) Tabel 1 Penyebab Tersering Dari Efusi Pleura (R1)
8 Penyebab dari Transudat. Bendungan jantung. Sindroma nefrotik. Sirosis hepatis. Hipoalbuminemia. Atelektasis (dini). Dialisis peritoneal Penyebab Tersering dari Eksudat. Tuberkulosis. Parapneumonia. Keganasan. Penyakit kolagen (arthritis rematik, lupus eritematosus). Khilotorak. Hemotorak. Pankreatitis. Abses diafragmatika. Emboli paru. Perforasi esofagus. Sindroma Meig Tabel 3 Tes Khusus Untuk Penegakan Diagnosis Efusi Pleura (1) No Jenis Tes 1 Carcinoembryonic Ag (> 10 ng/ ml) Diagnosis Keganasan 2 Adenosine Pleuritis TB
9 deaminase > 43 U/L 3 Triglycerida >110 mg/dl Khilotorak 4 Amilasi > 200 U/ dl Perforasi esofagus, keganasan, penyakit pankreas, kehamilan ektopik yang pecah Isoenzym : ludah Penyakit esofagus, keganasan Isoenzym: pankreatik Pankreatitis, pseudokista pankreas 5 Faktor rematik 1: 320 dan 1 titer serum 6 Antibodi antinuklir (ANA) Efusi rematik Pleuriitis lupus 1: 160 dan titer serum Pada % kasus EP eksudatif etiologi tetap belum diketahui meskipun telah dilakukan serial torakosentesis, sitologi dan biopsi pleura. Pada pasien ini perlu dilakukan scan ventilasi- perfusi untuk melihat kemungkinan adanya emboli paru. 6.1 Biopsi pleura (BP). Lebih jarang dikerjakan setelah dapat dilakukan pemeriksaan petanda serum dan torakoskopi. BP dilakukan terutama bila petanda yang lain misalnya petanda ADA atau petanda tumor negatif. 6.2 Torakoskopi. Cara ini memberikan keuntungan evaluasi visual dari pleura, pengambilan sampel jaringan secara lansung, dan intervensi terapeutik (diseksi lokuler, dan pleurodesis). Medical thoracoscopy (dalam sedasi sadar), video-assisted thoracoscopic surgery (VATS) diindikasikan untuk diagnosis EP yang tetap belum terdiagnosis dengan metoda yang kurang invasif (torakosentesis). (2) VII. Tatalaksana efusi pleura Tergantung etiologi EP, berat ringannya proses, keadaan pasien, dan fasilitas yang tersedia. Hal yang menjadi tujuan terapi adalah :
10 1. Terapi paliatif terhadap gejala (nyeri, sesak nafas) 2. Terapi terhadap penyakit dasar 3. pencegahan fibrosis pleura dengan penurunan fungsi paru 4. pencegahan kekambuhan 7.1 Terapi paliatif terhadap gejala (nyeri, sesak nafas) Torakosentesis untuk pengeluaran cairan EP biasanya mencukupi untuk mengurangi keluhan. Pada tindakan ini harus dihindari komplikasi berupa pneumotorak, hemotorak, dan emfisema subkutan. 7.2 Terapi terhadap penyakit dasar Efusi parapneumonik. Dijumpai pada 52% pneumonia. EP eksudatif merupakan indikasi EP yang harus cepat didiagnosis. Urgensi pengosongan segera rongga torak terlihat dari adanya cairan yang purulen, ph cairan < 7,2, sediaan Gram yang positif dan adanya efusi yang terlokalisir. (1) Hal tersebut memberikan prognosis yang buruk. Antibiotik secara empirik harus segera diberikan dan segera dipasang WSD karena fibrosis atau efusi multilokal akan cepat terjadi. Tabel 4. Risiko Prediktor Pada Efusi Parapneumonik Dengan Indikasi Pemasangan WSD Atau Prosedur Invasif Lainnya. (3,4). Efusi pleura yang banyak (1/2 hemitorak). Efusi terlokalisir. Pewarnaan Gram positif dari cairan pleura. Kultur kuman dari cairan positif. Cairan keruh atau pus. ph cairan < 7,2
11 Dapat diberikan fibrinolitik intrapleural seperti streptokinase dan urokinase melalui WSD untuk melancarkan pengosongan cairan efusi. Tindakan bedah dengan VATS diperlukan bila tindakan medik tidak berhasil. Torakotomi diperlukan untuk melakukan dekortikasi pada efusi parapneumonik dengan perlengketan. Bila perlu dilakukan pleurodesis. Tabel 5 - Metoda Terapi Efusi Parapneumonik dan Empiema (3) Medik. antibiotik. torakosentesis tiap hari. slang torakostomi (WSD). pemberian fibrinolitik intrapleural. pengisapan cairan. torakoskopi medik Bedah. video- assisted thoracoscopic surgery. torakotomi standart. pengosongan (drainasi) terbuka VIII. Pencegahan rekurensi (7) Strategi pencegahan rekurensi yang tepat tergantung kepada tipe EP. Pada efusi maligna rekurensi terutama terjadi pada kanker paru dan kanker metastatik Ca mammae. PH <7,3 dapat meramalkan masa hidup sekitar 2 bulan. Pada pasien ini dapat dilakukan pleurodesis untuk mencegah rekurensi, dengan menggunakan talc, bleomycin sulfat, tetrasiklin atau doxycycline yang menyebabkan sklerosis rongga pleura. Pada efusi non maligna terkadang rekurensi terjadi pada asites yang banyak yang disertai EP sekunder. Tekanan tinggi pada rongga perut yang terkait dengan distensi
12 asites dan tekanan negatif torak saat inspirasi, akan mnyebabkan mengalirnya asites melalui cacat diafragma ke rongga pleura. Bila terapi pengontrolan asites tidak berhasil dapat dilakukan sklerosis pleural atau terapi pembedahan. Pada khilotorak terjadi akumulasi limfe di rongga torak karena pecahnya d toraksikus. PNEUMOTORAK 1. Pneumotorak Hal-hal yang menimbulkan kebocoran dari pleura Tabel 6 Klasifikas Pneumotorak (3) Traumatik/ Iatrogenic torakosentesis ventilasi mekanik Spontan : primer (tidak disertai penyakit dasar paru) sekunder (disertai penyakit dasar paru) :. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). infeksi. keganasan Insidensi PNT spontan primer lebih sering pada usia <40 tahun dan risiko relatif meningkat pada perokok berat. Insidensi PNT spontan sekunder mempunyai prognosa yang tidak baik karena disertai oleh paru dalam berada dalam kondisi yang sudak terganggu, terutama oleh PPOK dan infeksi. PNT yang terkait dengan trauma dapat disebabkan oleh PNT terbuka, atau PNT tertutup (PNT ventil ) yang disertai dengan tekanan intrapleura yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Pada keadaan ini perlu dipasang WSD hingga kebocoran pleura teratasi. Pada Tabel 7 dapat dilihat pedoman terapi PNT yang diajukan oleh ACCP. (3) Pedoman ACCP ini juga merekomendasikan
13 intervensi bedah (berupa torakoskopi dengan bulektomi) untuk mencegah rekurensi PNT sekunder. Table 7. Management of Spontaneous Pneumothorax ACCP (3) Primary Spontaneous Pneumothorax Stable patients with small pneumothoraces Observation in the emergency department for 3 to 6 Hours Discharge home if a repeat chest radiograph excludes progression Follow-up within hours with repeat chest radiograph to document resolution Secondary Spontaneous Pneumothorax All patients should be hospitalized Observation or treatment with a chest tube, depending on the extent of the symptoms and the course of the pneumothorax Stable patients with large pneumothoraces Hospitalization Re-expansion of lung using a smallbore catheter or placing a 16F to 22F chest tube Suction if lung fails to re-expand Unstable patients with large pneumothoraces Hospitalization Chest tube placement with 16F to 22F standard chest tube Use 24F to 28F chest tube if patient has a large air leak or requires positive-pressure ventilation
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN Schwarte yang di sebut juga Penebalan plera adalah penyakit paru yang ditandai dengan jaringan parut, kalsifikasi, dan penebalan pleura (disepanjang paru) sering merupakan konsekuensi
Lebih terperinciEMPIEMA. Rita Rogayah Dept. Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan
EMPIEMA Rita Rogayah Dept. Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan EMPIEMA Efusi parapneumonia dibagi menjadi 3fase ١. Fase eksudatif cairan steril 2. Fase fibropurulen cairan infeksi
Lebih terperinciBAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 (1) Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar ml. a. Hidrotoraks b.
BAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 Efusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (1) atau Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di
Lebih terperinciPENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI
PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal dalam rongga pleura. (Tierney, 2002) Penyebab dari efusi pleura yaitu neoplasma seperti broncogenik
Lebih terperinciDefinisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura.
Mesothelioma Pendahuluan Mesothelioma berhubungan erat dengan paparan asbes. Mesothelioma merupakan kasus yang jarang. Individu yg mempunyai riwayat paparan dengan asbes mempunyai resiko lebih besar menderita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang cukup sering dijumpai. Angka kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta populasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cairan Efusi Pleura 1. Anatomi pleura Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang melapisi
Lebih terperinciPENYAKIT PLEURA. Joni Anwar, Dr., SpP. Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang
PENYAKIT PLEURA Joni Anwar, Dr., SpP Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang ANATOMI Selapis sel mesotel, mempunyai mikrovili Dilapisi glikoprotein
Lebih terperinciEkspertise Efusi Pleura
Ekspertise Efusi Pleura Pembimbing : dr. Rachmat Mulyana Memet, Sp. Rad Oleh : Jayyidah Afifah 2010730055 Identitas : Tn. S/LK/70thn Marker : L Tanggal : 3 Desember 2013 Posisi : PA Jenis foto : Foto polos
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA a. KONSEP DASAR 2. PENGERTIAN 1. Efusi pleura adalah kemampuan cairan dalam cavum atau rongga pleura diantara pleura paritalis dan pleura viseralis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. sering dengan etiologi yang bermacam-macam mulai dari kardiopulmoner,
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Efusi Pleura Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura. 7 Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan produksi cairan ataupun berkurangnya absorbsi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada pleura yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura yang disebabkan oleh produksi berlebihan cairan ataupun berkurangnya absorpsi. Efusi pleura merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal diantaranya adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum,
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Efusi pleura merupakan keadaan yang umum dijumpai pada kasus penyakit paru dan seringkali sulit untuk didiagnosa dan ditangani. (Lee YCG, 2013) Efusi pleura merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Efusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam rongga pleura dan merupakan masalah umum dalam medis. Akumulasi ini dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme termasuk peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena adanya penurunan absorbsi cairan. Efusi dapat ditimbulkan oleh berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Efusi pleura adalah terbentuknya akumulasi cairan yang abnormal di dalam cavum pleura yang terjadi karena adanya peningkatan produksi cairan ataupun karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lapisan, yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pleura merupakan selapis membran jaringan fibrosa yang halus, basah dan semi transparan yang terdiri dari selapis epitel skuamosa. Pleura terdiri dari 2 lapisan, yaitu
Lebih terperinciPenemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU
Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi
Lebih terperinci1. Etiologi 2. Tatalaksana Tatalaksana Nonmedikamentosa Tatalaksana Diet
1. Etiologi Ruang pleura yang normal mengandung sekitar 1 ml cairan, mewakili keseimbangan antara (1) tekanan hidrostatik dan onkotik dalam pleura visceral dan parietal dan (2) drainase limfatik yang luas.
Lebih terperinciPNEUMOTHORAX. Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad 4/16/12
PNEUMOTHORAX Click Oleh to edit Master subtitle style IDRIES TIRTAHUSADA 1102006116 Pembimbing: Dr Haryadi Sp.Rad PENDAHULUAN Pneumothorax adalah penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. pemeriksaan sitologi cairan pleura atau biopsi pleura. Kenyataannya sel ganas tidak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Efusi Pleura Ganas Efusi pleura ganas adalah masalah klinis yang sering terjadi pada kasus kanker. (Antony VB; 2001) Efusi pleura ganas didefinisikan sebagai efusi yang terjadi
Lebih terperinciTask Reading: ASBES TOSIS
Task Reading: ASBES TOSIS Pendahuluan Asbestosis merupakan menghirup serat asbes. gangguan pernapasan disebabkan oleh Asbes atau Asbestos adalah bentuk serat mineral silika tahan terhadap asam kuat, serta
Lebih terperinciProfesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka
PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral
Lebih terperinciberkembang. Angka ini meningkat di negara yang mempunyai prevalensi tuberkulosis
DEFINISI EFUSI PLEURA Efusi pleura didefinisikan sebagai penumpukan abnormal cairan di ruang pleura. Penumpukan ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang terdapat di antara membran pleura. Insidensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI DAN FISIOLOGI CAIRAN PLEURA Pleura dibentuk oleh dua lapisan serosa yang tipis yang tersusun dari lapisan sel yang embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrional
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. Kasus (Efusi Pleura)
LAPORAN PENDAHULUAN Kasus (Efusi Pleura) A. Definisi Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal. gangguan fungsi struktur atau fungsi jantung saat istirahat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gag adah sindrom klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi. 1 Untuk dapat didiagnosis sebagai gag, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa geja
Lebih terperinciLaporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder
Laporan Kasus Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder Martin Leman, Zubaedah Thabrany, Yulino Amrie RS Paru Dr. M. Goenawan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di. bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi
Lebih terperinciDEPT PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI- RS PERSAHABATAN
DEPT PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI- RS PERSAHABATAN 1 Penyakit pernapasan salah satu masalah kesehatan dunia menyumbang angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi menyerang semua golongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi selama inspirasi, lapisan terluar mengembang; daya ini disalurkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru-paru dibungkus oleh membran tipis yang disebut pleura.lapisan terluar paru membran paru melekat dinding thorax. Lapisan dalam pleura menempel ke paru. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak
Lebih terperinciREFERAT EFUSI PLEURA. Disusun oleh: Diani Adita Pembimbing: dr. Syaifun Niam, Sp.PD
REFERAT EFUSI PLEURA Disusun oleh: Diani Adita 030.10.081 Pembimbing: dr. Syaifun Niam, Sp.PD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Lebih terperinciPENYAKIT PLEURA. Joni Anwar, Dr., SpP. Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang
PENYAKIT PLEURA Joni Anwar, Dr., SpP Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang ANATOMI Selapis sel mesotel, mempunyai mikrovili Dilapisi glikoprotein
Lebih terperinciEFUSI PLEURA MASIF: SEBUAH LAPORAN KASUS
EFUSI PLEURA MASIF: SEBUAH LAPORAN KASUS Putu Bayu Dian Tresna Dewi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan melebihi normal di
Lebih terperinciABSTRAK. Yusup Subagio Sutanto Eddy Surjanto, Suradi, A Farih Raharjo SMF Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi RSUD Dr Moewardi/ FK UNS Surakarta
ABSTRAK Yusup Subagio Sutanto Eddy Surjanto, Suradi, A Farih Raharjo SMF Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi RSUD Dr Moewardi/ FK UNS Surakarta Tuberkulosis paru sebagai penyebab tertinggi kasus
Lebih terperinciMODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh
MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH Oleh BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG NOVEMBER 2014 I. Waktu Mengembangkan kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah. 2 Di negara-negara barat, efusi pleuraterutama disebabkan oleh gagal jantung
darah. 2 Di negara-negara barat, efusi pleuraterutama disebabkan oleh gagal jantung pleura. 2 Diperlukan penatalaksanaan yang baik dalam menanggulangi efusi pleura BAB I PENDAHULUAN Efusi pleura adalah
Lebih terperinciabsorbsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura menjadi problem di dunia bahkan di Amerika Serikat sekitar 1,5 juta orang menderita efusi
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung adalah sindrom klinis yang kompleks karena gangguan fungsional dan struktural pada kemampuan ventrikel untuk pengisian dan pemompaan darah. Diagnosis
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : KEDOKTERAN Kode : : RESPIRASI Bobot : Semester : 3 Standar Kompetensi : dasar-dasar sistem respirasi manusia meliputi anatomi, histologi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 2 : Penjelasan Mengenai Penelitian PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS PEMERIKSAAN CEA CAIRAN PLEURA DALAM DIAGNOSIS EFUSI PLEURA GANAS KARENA KANKER PARU Bapak/Ibu/Saudara/I
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama khususnya di negara-negara berkembang. 1 Karena itu TB masih merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama
Lebih terperinciCHEST TUBE. b. Ruang Lingkup Menyalurkan zat baik berupa zat padat, cairan, udara atau gas dari rongga dada
CHEST TUBE a. Definisi Tindakan invasif dengan cara memasukkan selang atau tube kedalam rongga toraks dengan menembus muskulus intercostalis b. Ruang Lingkup Menyalurkan zat baik berupa zat padat, cairan,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. biopsi pleura perkutaneus, torakoskopi, torakotomi, ataupun otopsi. 4,19,20,21
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Efusi Pleura Ganas (EPG) Dinamakan sebagai efusi pleura ganas (EPG) bila ditemukan sel tumor ganas pada pemeriksaan sitologi cairan pleura atau histopatologi jaringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA A. Definisi Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat
Lebih terperinciSTASE ILMU PENYAKIT PARU TINJAUAN PUSTAKA PNEUMOTORAKS LISTIANA MASYITA DEWI,
STASE ILMU PENYAKIT PARU TINJAUAN PUSTAKA PNEUMOTORAKS LISTIANA MASYITA DEWI, S.Ked J500 06 0013 PEMBIMBING : dr. Agus Suharto Basuki, Sp.P FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 TINJAUAN
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, parientalis yang bersifat patologis (Sularman, 2003).
BAB II KONSEP DASAR A. EFUSI PLEURA 1. Definisi Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, 2009:106). Efusi pleura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia, WHO, baru-baru ini membunyikan tanda bahaya untuk mewaspadai serangan berbagai penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini, wabah penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciEFUSI PLEURA I. KASUS
EFUSI PLEURA I. KASUS Nama pasien/umur : Tn.LT / Laki-laki/ 56 tahun No. Rekam Medik : 636072 Alamat : Jl.Poros Kambara Ruang perawatan : Lontara 1 Bawah Depan Tanggal MRS : 14 November 2013 A. Anamnesis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan
Lebih terperinciASIDOSIS RESPIRATORIK
ASIDOSIS RESPIRATORIK A. PENGERTIAN. Asidosis Respiratorik (Kelebihan Asam Karbonat). 1. Asidosis Respiratorik adalah gangguan klinis dimana PH kurang dari 7,35 dan tekanan parsial karbondioksida arteri
Lebih terperinciRESPONSI EFUSI PLEURA. Oleh: I Gede Wara Nugraha ( ) I Made Yoga Prabawa ( ) Pembimbing: dr. Ida Bagus Suta, Sp.
RESPONSI EFUSI PLEURA Oleh: I Gede Wara Nugraha (1102005139) I Made Yoga Prabawa (1102005120) Pembimbing: dr. Ida Bagus Suta, Sp.P PENDAHULUAN Efusi Pleura merupakan penimbunan cairan didalam rongga pleura
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. disebabkan oleh beberapa macam penyakit (Murwani, 2009). Efusi pleura
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi pleura adalah adanya cairan dalam rongga pleura yang disebabkan oleh beberapa macam penyakit (Murwani, 2009). Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam
Lebih terperinciSusunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Susunan Peneliti Peneliti a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring b. Pangkat/Gol/NIP : --------------- c. Jabatan Fungsional : ----- d. Fakultas : Kedokteran e. Perguruan Tinggi : Pembimbing
Lebih terperinciKANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono
KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono ABSTRAK Insiden kanker paru meningkat di seluruh dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Data kasus baru kanker paru di Amerika Serikat
Lebih terperinciMateri Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru
1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Karakteristik dan Gambaran Hasil Foto Toraks Pasien Efusi Pleura Rawat Inap di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung Tahun 2015 The Characteristic And Imaging Of Hospitalized
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker paru merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).
Lebih terperinciKASUS. Seorang laki-laki umur 65 thn dengan Hidropneumothoraks dextra ec keganasan primer di paru DD/ metastasis Ca di paru
KASUS Seorang laki-laki umur 65 thn dengan Hidropneumothoraks dextra ec keganasan primer di paru DD/ metastasis Ca di paru Limphadenopati et regio colli anterior Oleh: ASTRID ARSIANTI Pembimbing: dr. Jatu
Lebih terperinciKanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Proses destruksi yang terjadi pula secara simultan
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan
BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI
Data Diri DokterMuda NamaPasien Alamsyah JenisKelamin Laki-laki 59 tahun No. CM 1-07-96-69 Soal 1 ReferensiLiteratur Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan. Nyeri dada dirasakan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan kedua tersering pada keganasan daerah kepala leher di beberapa Negara Eropa (Chu dan Kim 2008). Rata-rata
Lebih terperinciMAKALAH KMBII Tentang SISTEM PERNAPASAN (EFUSI PLEURA) D I S U S U N OLEH :
MAKALAH KMBII Tentang SISTEM PERNAPASAN (EFUSI PLEURA) D I S U S U N OLEH : NAMA ANGGOTA: AHMAD IQBAL AHMAD SATRI ALI HASAN BOBBY FAISAL MARDO NADEAK IDA KHOLILAH IRHAM HAMIDI IRMA EVIANA AKADEMI PERAWATAN
Lebih terperinciPERTOLONGAN GAWAT DARURAT
PERTOLONGAN GAWAT DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT Keadaan gawatdarurat sering terjadi pada jemaah haji di Arab Saudi. Keterlambatan untuk mengidentifikasi dan memberikan pertolongan yang tepat dan benar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah
Lebih terperinciCARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR
CARDIOMYOPATHY dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY DEFINISI Kardiomiopati (cardiomyopathy) adalah istilah umum untuk gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi
Lebih terperinci( No. ICOPIM : )
Modul 13 Bedah TKV TORAKOSTOSMI TERBUKA ( No. ICOPIM : 5-340 ) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta latih mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, dari pleura dan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat
Lebih terperincisex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyebab tingginya angka kematian pada pasien trauma tumpul abdomen adalah perdarahan pada organ hepar yang umumnya disebabkan oleh karena kecelakaan lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat
Lebih terperinci