BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. sering dengan etiologi yang bermacam-macam mulai dari kardiopulmoner,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. sering dengan etiologi yang bermacam-macam mulai dari kardiopulmoner,"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Efusi Pleura Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura. 7 Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan produksi cairan ataupun berkurangnya absorbsi. 14 Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada pleura yang paling sering dengan etiologi yang bermacam-macam mulai dari kardiopulmoner, inflamasi, hingga keganasan yang harus segera dievaluasi dan diterapi Epidemiologi Di Amerika Serikat, 1,5 juta kasus efusi pleura terjadi tiap tahunnya. 14 Sementara pada populasi umum secara internasional, diperkirakan tiap 1 juta orang, 3000 orang terdiagnosa efusi pleura. 1 Secara keseluruhan, insidensi efusi pleura sama antara pria dan wanita. Namun terdapat perbedaan pada kasus-kasus tertentu dimana penyakit dasarnya dipengaruhi oleh jenis kelamin. Misalnya, hampir dua pertiga kasus efusi pleura maligna terjadi pada wanita. Dalam hal ini efusi pleura maligna paling sering disebabkan oleh kanker payudara dan keganasan ginekologi. Sama halnya dengan efusi pleura yang berhubungan dengan sistemic lupus erytematosus, dimana hal ini lebih sering dijumpai pada wanita. Di Amerika Serikat, efusi pleura yang berhubungan dengan mesotelioma maligna lebih tinggi pada pria. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya paparan terhadap asbestos. Efusi pleura yang berkaitan dengan pankreatitis kronis

2 insidensinya lebih tinggi pada pria dimana alkoholisme merupakan etiologi utamanya. Efusi rheumatoid juga ditemukan lebih banyak pada pria daripada wanita. Efusi pleura kebanyakan terjadi pada usia dewasa. Namun demikian, efusi pleura belakangan ini cenderung meningkat pada anak-anak dengan penyebab tersering adalah pneumonia Etiologi Dan Patofisiologi Rongga pleura normal berisi cairan dalam jumlah yang relatif sedikit yakni 0,1 0,2 ml/kgbb pada tiap sisinya. 7 Fungsinya adalah untuk memfasilitasi pergerakan kembang kempis paru selama proses pernafasan. 1 Cairan pleura diproduksi dan dieliminasi dalam jumlah yang seimbang. Jumlah cairan pleura yang diproduksi normalnya adalah 17 ml/hari dengan kapasitas absorbsi maksimal drainase sistem limfatik sebesar 0,2-0,3 ml/kgbb/jam. Cairan ini memiliki konsentrasi protein lebih rendah dibanding pembuluh limfe paru dan perifer. 1,7,15 Cairan dalam rongga pleura dipertahankan oleh keseimbangan tekanan hidrostatik, tekanan onkotik pada pembuluh darah parietal dan viseral serta kemampuan drainase limfatik (gambar 2.1). Efusi pleura terjadi sebagai akibat gangguan keseimbangan faktor-faktor di atas. 14

3 Gambar 2.1. Skema yang memperlihatkan proses sirkulasi normal cairan pleura. Terlihat bahwa cairan pleura berasal dari pembuluh darah sistemik pada membran pleura parietal dan viseral (ditunjukkan pada panah yang terputus-putus). Pembuluh darah pleura parietal (mikrovaskular interkostal) merupakan terpenting pada sistem ini sebab pembuluh darah ini paling dekat dengan rongga pleura dan memiliki tekanan filtrasi yang lebih tinggi daripada mikrovaskuler bronkial pada pleura viseral. Cairan pleura awalnya akan absorbsi kembali oleh mikrovaskuler, sisanya akan dikeluarkan dari rongga pleura melalui saluran limfatik pada pleura parietal (panah utuh). Dikutip dari: Broaddus VC Mechanisms of pleural liquid accumulation in disease. Uptodate. Persamaan yang menunjukkan hubungan keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik adalah sebagai berikut : Q = k x [(Pmv Ppmv) s (nmv npmv)]. Pada persamaan ini, Q merupakan tekanan filtrasi, k merupakan koefisien filtrasi, Pmv dan Ppmv merupakan tekanan hidrostatik pada ruang mikrovaskular dan perimikrovaskular. s merupakan koefisien refleksi bagi total protein mulai dari skor 0 (permeabel penuh) hingga 1 (tidak permeabel). nmv dan npmv menyatakan tekanan osmotik protein cairan di mikrovaskular dan perimikrovaskular. Pada keadaan normal, cairan yang difiltrasi jumlahnya sedikit dan mengandung protein dalam jumlah yang sedikit pula. 15,16

4 Adapun gambaran normal cairan pleura adalah sebagai berikut Jernih, karena merupakan hasil ultrafiltrasi plasma darah yang berasal dari pleura parietalis ph 7,60-7,64 Kandungan protein kurang dari 2% (1-2 g/dl) Kadungan sel darah putih < 1000 /m 3 Kadar glukosa serupa dengan plasma Kadar LDH (laktat dehidrogenase) < 50% dari plasma. 14 Efusi pleura merupakan suatu indikator adanya suatu penyakit dasar baik itu pulmoner maupun non pulmoner, akut maupun kronis. Penyebab efusi pleura tersering adalah gagal jantung kongestif (penyebab dari sepertiga efusi pleura dan merupakan penyebab efusi pleura tersering), pneumonia, keganasan serta emboli paru. 1,14,17 Berikut ini merupakan mekanisme-mekanisme terjadinya efusi pleura : 1. Adanya perubahan permeabilitas membran pleura (misalnya : inflamasi, keganasan, emboli paru) 2. Berkurangnya tekanan onkotik intravaskular (misalnya : hipoalbuminemia, sirosis) 3. Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah atau kerusakan pembuluh darah (misalnya : trauma, keganasan, inflamasi, infeksi, infark pulmoner, hipersensitivitas obat, uremia, pankreatitis) 4. Meningkatnya tekanan hidrostatik pembuluh darah pada sirkulasi sistemik dan atau sirkulasi sirkulasi paru (misalnya : gagal jantung kongestif, sindrom vena kava superior)

5 5. Berkurangnya tekanan pada rongga pleura sehingga menyebabkan terhambatnya ekspansi paru (misalnya : atelektasis ekstensif, mesotelioma) 6. Berkurangnya sebagaian kemampuan drainase limfatik atau bahkan dapat terjadi blokade total, dalam hal ini termasuk pula obstruksi ataupun ruptur duktus torasikus (misalnya : keganasan, trauma) 7. Meningkatnya cairan peritoneal, yang disertai oleh migrasi sepanjang diafragma melalui jalur limfatik ataupun defek struktural. (misalnya : sirosis, dialisa peritoneal) 8. Berpindahnya cairan dari edema paru melalui pleura viseral 9. Meningkatnya tekanan onkotik dalam cairan pleura secara persisten dari efusi pleura yang telah ada sebelumnya sehingga menyebabkan akumulasi cairan lebih banyak lagi. 14 Sebagai akibat dari terbentuknya efusi adalah diafragma menjadi semakin datar atau bahkan dapat mengalami inversi, disosiasi mekanis pleura viseral dan parietal, serta defek ventilasi restriktif. 14 Efusi pleura secara umum diklasifikasikan sebagai transudat dan eksudat, bergantung dari mekanisme terbentuknya serta profil kimia cairan efusi tersebut. Cairan transudat dihasilkan dari ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik, sementara eksudat dihasilkan oleh proses inflamasi pleura ataupun akibat berkurangnya kemampuan drainase limfatik. Pada kasus-kasus tertentu, cairan pleura dapat memiliki karakteristik kombinasi dari transudat dan eksudat. 14

6 Transudat Efusi pleura transudatif terjadi jika terdapat perubahan dalam tekanan hidrostatik dan onkotik pada membran pleura, misalnya jumlah cairan yang dihasilkan melebihi jumlah cairan yang dapat diabsorbsi. Pada keadaan ini, endotel pembuluh darah paru dalam kondisi yang normal, dimana fungsi filtrasi masih normal pula sehingga kandungan sel dan dan protein pada cairan efusi transudat lebih rendah. Jika masalah utama yang menyebabkannya dapat diatasi maka efusi pleura dapat sembuh tanpa adanya masalah yang lebih lanjut. 17 Selain itu, efusi pleura transudat juga dapat terjadi akibat migrasi cairan yang berasal dari peritoneum, bisa pula iatrogenik sebagai komplikasi dari pemasangan kateter vena sentra dan pipa nasogastrik. 14 Penyebab-penyebab efusi pleura transudat relatif lebih sedikit yakni : Gagal jantung kongestif Sirosis (hepatik hidrotoraks) Atelektasis yang bisa disebabkan oleh keganasan atau emboli paru Hipoalbuminemia Sindroma nefrotik Dialisis peritoneal Miksedema Perikarditis konstriktif Urinotoraks biasanya akibat obstuktif uropathy Kebocoran cairan serebrospinal ke rongga pleura Fistulasi duropleura

7 Migrasi kateter vena sentral ke ekstravaskular Glisinotoraks sebuah komplikasi yang jarang akibat irigasi kandung kemih dengan larutan glisin 1,5% yang dilakukan setelah pembedahan urologi Eksudat Efusi pleura eksudat dihasilkan oleh berbagai proses/kondisi inflamasi dan biasanya diperlukan evaluasi dan penanganan yang lebih luas dari efusi transudat. Cairan eksudat dapat terbentuk sebagai akibat dari proses inflamasi paru ataupun pleura, gangguan drainase limfatik pada rongga pleura, pergerakan cairan eksudat dari rongga peritoneal melalui diafragma, perubahan permeabilitas membran pleura, serta peningkatan permeabilitas dinding kapiler atau kerusakan pembuluh darah. Adapun penyebab-penyebab terbentuknya cairan eksudat antara lain : Parapneumonia Keganasan (paling sering, kanker paru atau kanker payudara, limfoma, leukemia, sedangkan yang lebih jarang, kanker ovarium, kanker lambung, sarkoma serta melanoma) Emboli paru Penyakit-penyakit jaringan ikat-pembuluh darah (artritis reumatoid, sistemic lupus erythematosus) Tuberkulosis Pankreatitis Trauma Sindroma injuri paska-kardiak

8 Perforasi esofageal Pleuritis akibat radiasi Sarkoidosis Infeksi jamur Pseudokista pankreas Abses intraabdominal Paska pembedahan pintas jatung Penyakit perikardial Sindrom Meig (neoplasma jinak pelvis disertai asites dan efusi pleura) Sindrom hiperstimulasi ovarian Penyakit pleura yang diinduksi oleh obat Sindrom yellow nail (kuku kuning, limfedema, efusi pleura) Uremia Chylothorax (suatu kondisi akut dengan peningkatan kadar trigilerida pada cairan pleura) Pseudochylotoraks (suatu kondisi kronis dengan peningkatan kadar kolesterol cairan pleura) Fistulasi (ventrikulopleural, billiopleural, gastropleural) Prognosis Prognosis efusi pleura bervariasi dan bergantung dari etiologi yang mendasarinya, derajat keparahan saat pasien masuk, serta analisa biokimia cairan pleura. Namun demikian, pasien yang lebih dini memiliki kemungkinan lebih

9 rendah untuk terjadinya komplikasi. Pasien pneumonia yang disertai dengan efusi memiliki prognosa yang lebih buruk ketimbang pasien dengan pneumonia saja. Namun begitupun, jika efusi parapneumonia ditangani secara cepat dan tepat, biasanya akan sembuh tanpa sekuele yang signifikan. Namun jika tidak ditangani dengan tepat, dapat berlanjut menjadi empiema, fibrosis konstriktiva hingga sepsis. 14 Efusi pleura maligna merupakan pertanda prognosis yang sangat buruk, dengan median harapan hidup 4 bulan dan rerata harapan hidup 1 tahun. Pada pria hal ini paling sering disebabkan oleh keganasan paru, sedangkan pada wanita lebih sering karena keganasan pada payudara. Median angka harapan hidup adalah 3-12 bulan bergantung dari jenis keganasannya. Efusi yang lebih respon terhadap kemoterapi seperti limfoma dan kanker payudara memiliki harapan hidup yang lebih baik dibandingkan kanker paru dan mesotelioma. Analisa sel dan analisa biokimia cairan pleura juga dapat menentukan prognosa. Misalnya cairan pleura dengan ph yang lebih rendah biasanya berkaitan dengan massa keadaan tumor yang lebih berat dan prognosa yang lebih buruk Gambaran Klinis Efek yang ditimbulkan oleh akumulasi cairan di rongga pleura bergantung pada jumlah dan penyebabnya. Efusi dalam jumlah yang kecil sering tidak bergejala. Bahkan efusi dengan jumlah yang besar namun proses akumulasinya berlangsung perlahan hanya menimbulkan sedikit atau bahkan tidak menimbulkan gangguan sama sekali. Jika efusi terjadi sebagai akibat penyakit inflamasi, maka

10 gejala yang muncul berupa gejala pleuritis pada saat awal proses dan gejala dapat menghilang jika telah terjadi akumulasi cairan. Gejala yang biasanya muncul pada efusi pleura yang jumlahnya cukup besar yakni : nafas terasa pendek hingga sesak nafas yang nyata dan progresif, kemudian dapat timbul nyeri khas pleuritik pada area yang terlibat, khususnya jika penyebabnya adalah keganasan. Nyeri dada meningkatkan kemungkinan suatu efusi eksudat misalnya infeksi, mesotelioma atau infark pulmoner. Batuk kering berulang juga sering muncul, khususnya jika cairan terakumulasi dalam jumlah yang banyak secara tiba-tiba. Batuk yang lebih berat dan atau disertai sputum atau darah dapat merupakan tanda dari penyakit dasarnya seperti pneumonia atau lesi endobronkial. Riwayat penyakit pasien juga perlu ditanyakan misalnya apakah pada pasien terdapat hepatitis kronis, sirosis hepatis, pankreatitis, riwayat pembedahan tulang belakang, riwayat keganasan, dll. Riwayat pekerjaan seperti paparan yang lama terhadap asbestos dimana hal ini dapat meningkatkan resiko mesotelioma. Selain itu perlu juga ditanyakan obatobat yang selama ini dikonsumsi pasien. 14,18 Hasil pemeriksaan fisik juga tergantung dari luas dan lokasi dari efusi. Temuan pemeriksaan fisik tidak didapati sebelum efusi mencapai volume 300 ml. Gangguan pergerakan toraks, fremitus melemah, suara beda pada perkusi toraks, egofoni, serta suara nafas yang melemah hingga menghilang biasanya dapat ditemukan. Friction rub pada pleura juga dapat ditemukan. Cairan efusi yang masif (> 1000 ml) dapat mendorong mediastinum ke sisi kontralateral. Efusi yang sedikit secara pemeriksaan fisik kadang sulit dibedakan dengan pneumonia lobaris, tumor pleura, atau fibrosis pleura. Merubah posisi pasien

11 dalam pemeriksaan fisik dapat membantu penilaian yang lebih baik sebab efusi dapat bergerak berpindah tempat sesuai dengan posisi pasien. Pemeriksaan fisik yang sesuai dengan penyakit dasar juga dapat ditemukan misalnya, edema perifer, distensi vena leher, S 3 gallop pada gagal jantung kongestif. Edema juga dapat muncul pada sindroma nefrotik serta penyakit perikardial. Ascites mungkin menandakan suatu penyakit hati, sedangkan jika ditemukan limfadenopati atau massa yang dapat diraba mungkin merupakan suatu keganasan. 14, Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan pencitraan radiologis Evaluasi efusi pleura dimulai dari pemeriksaan imejing untuk menilai jumlah cairan, distribusi dan aksesibilitasnya serta kemungkinan adanya abnormalitas intratorakal yang berkaitan dengan efusi pleura tersebut. 7 Pemeriksaan foto toraks posteroanterior (PA) dan lateral sampai saat ini masih merupakan yang paling diperlukan untuk mengetahui adanya efusi pleura pada awal diagnosa. Pada posisi tegak, akan terlihat akumulasi cairan yang menyebabkan hemitoraks tampak lebih tinggi, kubah diafragma tampak lebih ke lateral, serta sudut kostofrenikus yang menjadi tumpul. Untuk foto toraks PA setidaknya butuh ml cairan yang terkumpul sebelumnya agar dapat terlihat di foto toraks PA. Sementara foto toraks lateral dekubitus dapat mendeteksi efusi pleura dalam jumlah yang lebih kecil yakni 5 ml. jika pada foto lateral dekubitus ditemukan ketebalan efusi 1 cm maka jumlah cairan telah melebihi 200 cc, ini merupakan kondisi yang memungkinkan untuk dilakukan

12 torakosentesis. Namun pada efusi loculated temuan diatas mungkin tidak dijumpai. Pada posisi supine, efusi pleura yang sedang hingga masif dapat memperlihatkan suatu peningkatan densitas yang homogen yang menyebar pada bagian bawah paru, selain itu dapat pula terlihat elevasi hemidiafragma, disposisi kubah diafragma pada daerah lateral. 7,14 Tomografi komputer (CT-scan) dengan kontras harus dilakukan pada efusi pleura yang tidak terdiagnosa jika memang sebelumnya belum pernah dilakukan Pemeriksaan cairan pleura Analisa cairan pleura merupakan suatu sarana yang sangat memudahkan untuk mendiagnosa penyebab dari efusi tersebut. Prosedur torakosentesis sederhana dapat dilakukan secara bedside sehingga memungkinkan cairan pleura dapat segera diambil, dilihat secara makroskopik maupun mikroskopik, serta dianalisa. 15 Indikasi tindakan torasentesis diagnostik adalah pada kasus baru efusi pleura atau jika etiologinya tidak jelas dimana cairan yang terkumpul telah cukup banyak untuk diaspirasi yakni dengan ketebalan 10 mm pada pemeriksaan ultrasonografi toraks atau foto lateral dekubitus (gambar 2.2). Observasi saja diindikasikan jika efusi yang terjadi diyakini akibat dari gagal jantung kongestif, pleurisi viral, atau akibat pembedahan torak dan abdomen sebelumnya. Namun, jika pada keadaan ini jika dijumpai adanya hal-hal berikut yakni (1) pasien mengalami demam atau merasakan nyeri dada khas pleuritik, (2) jika efusi yang

13 terjadi unilateral atau bilateral namun dengan ukuran yang jelas berbeda, (3) tidak ditemukan kardiomegali, (4) efusi tidak respon dengan terapi gagal jantung. 14,19 Gambar 2.2. Algoritma evaluasi pasien dengan efusi pleura. Dikutip dari: Light RW Pleural effusion. New england journal medicine, vol 346, no 25.

14 Langkah diagnostik pertama dalam analisa cairan pleura adalah membedakan antara transudat dan eksudat. Hal ini diperlukan untuk menyederhanakan kemungkinan-kemungkinan etiologi sebelum akhirnya dicapai kesimpulan etiologi yang benar. Selain itu, langkah ini juga dapat menentukan apakah perlu untuk melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap efusi pleura untuk memastikan diagnosa. 14,21 Ada beberapa paramater yang saat ini dapat dipakai untuk membedakan antara transudat dan eksudat, namun dari keseluruhan parameter tersebut tidak ada yang memiliki akurasi 100%. Pada awalnya, kadar total protein dalam cairan pleura dipakai untuk membedakan jenis cairan pleura dimana jika kadar protein cairan pleura > 3 g/dl maka cairan tersebut merupakan eksudat sedangkan < 3 g/dl merupakan transudat. Namun menurut Meslom (1979), metode ini salah mengklasifikasikan baik transudat maupun eksudat sebesar 30%. Sementara itu, Light dkk. (1972) menyatakan bahwa cairan eksudat harus memenuhi 1 atau lebih kriteria berikut ini : (1) rasio protein cairan pleura dan serum > 0,5 ; (2) Rasio LDH cairan pleura dan serum > 0,6 ; (3) LDH cairan pleura lebih besar dari dua pertiga batas atas nilai normal LDH serum. Sensitivitas dan spesifisitas dari paramater ini pada awalnya dilaporkan cukup tinggi yakni 99% dan 98%. Namun belakangan angka ini ternyata berubah khususnya pada spesifisitasnya yakni hanya berkisar 70-86% saja. Hal ini juga sejalan dengan beberapa penelitian yang terkait (Peterman, 1984 ; Burges,, 1995 ; Assi, 1998 ; Gasquez, 1998). Pada tahun 1995, Costa M dkk. melaporkan bahwa pemeriksaan gabungan LDH dan kolesterol cairan pleura memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang sama dengan

15 hasil terbaik dari kriteria Light yakni 99% dan 98% (sedangkan dalam penelitian ini didapati bahwa spesifisitas kriteria Light hanya 82% saja). Namun dalam penelitian ini cut off LDH yang digunakan untuk eksudat adalah > 200 IU. Sementara Heffner dkk (1996) melaporkan bahwa cut off LDH > 0,45 dari batas atas nilai LDH serum normal lebih baik berdasarkan kurva ROC daripada cut off sebelumnya yakni LDH > 200 IU ataupun LDH > 2/3 (0,6) dari batas atas nilai LDH serum normal. Dalam laporan Costa M dkk, disebutkan pula bahwa spesifisitas pemeriksaan kolesterol cairan pleura dalam membedakan transudat dan eksudat adalah sebesar 100%. Penelitian oleh Hamal dkk. (2012) melaporkan pemeriksaan kolesterol cairan pleura memiliki sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (PPV) dan nilai prediksi negatif (NPV) berturut-turut 97,7% ; 100% ; 100% dan 95% dalam membedakan eksudat dan transudat. Sementara itu, pemeriksaan LDH cairan pleura (LDH-P) memiliki nilai berdasarkan urutan sebelumnya yakni sebesar 100% ; 57,8% ; 84,3% ; serta 100%. Kedua pemeriksaan ini (LDH-P dan K-P) memiliki kelebihan yakni tidak perlu pengambilan darah dan cairan pleura secara simultan. Terdapat pula parameterparameter lain yang dapat digunakan dalam penilaian efusi pleura seperti rasio albumin pleura/serum, rasio kolesterol pleura/serum serta rasio bilirubin pleura/serum, namun parameter-parameter yang disebutkan terakhir tidak memberi hasil yang lebih memuaskan. 5,8,10, Evaluasi terhadap efusi eksudatif Penjajakan lebih lanjut diperlukan pada efusi pleura eksudatif bergantung pada keadaan klinisnya. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan antara lain :

16 hitung jumlah dan jenis sel, pengecatan dan pembiakan kuman, pemeriksaan kadar gula dan kadar LDH, analisa sitologi, serta uji diagnostik tuberkulosis pada cairan pleura. 20 Jika pada pemeriksaan hitung jumlah dan jenis sel pada cairan pleura ditemukan predominasi sel netrofil ( > 50% dari seluruh sel) maka kemungkinan sedang terjadi proses akut pada pleura. Hal ini dapat terjadi pada keadaan : efusi parapneumonia, emboli paru serta pankreatitis. Namun hal yang sama tidak ditemukan pada efusi maligna dan efusi akibat tuberkulosis. Sementara jika sel didominasi oleh jenis mononuklear, maka hal tersebut menandakan adanya proses kronis. Jika dijumpai sel limfosit ( > 85%) dalam jumlah yang besar maka keganasan atau tuberkulosis mungkin saja menjadi penyebab. Namun hal ini dapat terjadi juga pada efusi pleura paska pembedahan pintas jantung. Jika dominasinya selnya adalah eosinofil (pleural fluid eosinophilia/pfe) ( > 10%) maka kemungkinannya terdapat darah atau udara dalam rongga pleura. Namun dapat pula berkaitan dengan reaksi terhadap obat, infeksi parasit, jamur, kriptokokus atau efusi akibat keganasan dan tuberkulosis yang mengalami torasentesis berulang. Jika ditemukan mesotelioma > 5% dari seluruh sel berinti, maka kemungkinan tuberkulosis menjadi semakin kecil. Dan Jika jumlah sel mesotelial sangat banyak dijumpai maka kemungkinannya adalah emboli paru. 14,20 Pengecatan Gram dan kultur cairan pleura terhadap bakteri aerob dan anaerob akan memberikan hasil identifikasi kuman terhadap efusi pleura akibat infeksi. Secara umum tingkat keberhasilan kultur kuman dari cairan pleura adalah sebesar 60%. Hasil ini akan lebih sedikit lagi dijumpai pada infeksi kuman

17 anaerob. Untuk meningkatkan keberhasilan kultur, khususnya patogen anaerob, maka inokulasi dilakukan sesegera mungkin (sesaat setelah sampel diambil) pada media agar darah. Pemeriksaan lain yang spesifik untuk evaluasi terhadap efusi pleura eksudatif dapat dilihat pada gambar ,19,20

18 Gambar 2.3. Berbagai uji diagnostik cairan pleura. Dikutip dari: Porcel JM, Light RW Diagnostic approach to pleural effusion in adults. American family physician, vol 73, no Penatalaksanaan Efusi transudatif biasanya ditangani dengan mengobati penyakit dasarnya. Namun demikian, efusi pleura yang masif, baik transudat maupun eksudat dapat menyebabkan gejala respiratori berat. Dalam keadaan ini, meskipun etiologi dan penanganan penyakit dasarnya telah dipastikan, drainase efusi perlu dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum pasien. Penanganan efusi eksudatif bergantung pada etiologi yang mendasarinya. tiga etiologi utama yang paling sering dijumpai pada efusi eksudatif adalah pneumonia, keganasan dan tuberkulosis. Parapneumonia yang mengalami komplikasi dan empiema harus didrainase untuk mencegah pleuritis fibrotik. Efusi maligna biasanya didrainase untuk meringankan gejala bahkan pleurodesis diindikasikan untuk mencegah

19 rekurensi. Beberapa obat-obatan diketahui dapat menyebabkan efusi pleura yang bersifat transudatif. Hal ini perlu diketahui secara dini untuk menghindari prosedur diagnostik lain yang tidak perlu Efusi parapneumonik Dari seluruh efusi pleura eksudatif, efusi pleura parapneumonik secara khusus mendapat prioritas utama untuk sesegera mungkin didiagnosa dan penanganan berupa drainase meskipun antibiotik empiris telah diberikan. Hal ini disebabkan karena efusi pleura yang terinfeksi dapat mengalami koagulasi secara cepat dan membentuk lapisan fibrous sehingga nantinya memerlukan tindakan bedah untuk dekortikasi. Adapun indikasi torakosentesis urgensi pada efusi parapneumonia antara lain : (1) cairan purulen ; (2) ph cairan pleura < 7,2 ; (3) efusi terlokulasi ; (4) dijumpai bakteri pada pewarnaan Gram atau pada biakan. Pasien yang tidak memenuhi kriteria diatas harus menunjukkan perbaikan dengan terapi antibiotik yang sesuai dan diberikan selama 1 minggu Efusi pleura maligna Efusi pleura merupakan suatu pertanda kondisi yang berat dengan harapan hidup kurang dari 1 tahun. Pada beberapa pasien, drainase cairan efusi pleura dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi gejala yang disebabkan oleh distorsi diafragma dan dinding toraks oleh cairan efusi. Jenis efusi ini biasanya sering berulang sehingga perlu dilakukan torakosentesis berulang, pleurodesis atau pemasangan kateter yang menetap sehingga pasien dapat mengeluarkan cairan efusi sesuai kebutuhan di luar rumah sakit. Pada pasien yang mengalami efusi

20 masif sehingga jaringan paru mengalami pendesakan, maka pemasangan kateter yang menetap merupakan pilihan utama. Namun jika tidak ada pendesakan terhadap paru, maka pilihan lain yang dapat digunakan adalah pleurodesis (pleural sklerosis). Dari sebuah penelitian non-randomized oleh Fysh ET dkk (2012) didapati bahwa 34 pasien yang memilih menggunakan kateter menetap secara signifikan lebih cepat pulang dari rumah sakit, lebih jarang mengalami rekurensi efusi, dan lebih cepat memperoleh perbaikan kualitas hidup dibanding 31 pasien lainnya yang memilih tindakan pleurodesis Pleuritis tuberkulosa Hal yang khas dari efusi yang disebabkan oleh tuberkulosa adalah sifatnya yang dapat sembuh sendiri. Namun demikian, 65% pasien dengan pleuritis tuberkulosa primer mengalami reaktivasi dalam 5 tahun. Oleh karena itu pemberian obat antituberkulosis biasanya akan dimulai sebelum hasil kultur diperoleh jika keadaan klinis mendukung, dan hasil analisa cairan pleura menunjukkan suatu eksudat yang tidak dapat dijelaskan atau dengan cairan efusi limfositik serta tes tuberkulin positif Intervensi bedah Intervensi bedah paling sering diperlukan dalam penanganan efusi parapneumonia yang tidak dapat didrainase secara adekuat dengan jarum biasa ataupun dengan kateter ukuran kecil. Torakoskopi dengan tuntunan video bermanfaat untuk dapat memvisualisasi dan biopsi pleura secara langsung untuk mendiagnosa efusi eksudatif secara lebih baik. Tindakan dekortikasi bermanfaat untuk membebaskan bagian paru yang terjebak pada bagian pleura yang

21 mengalami penebalan. Pemasangan pintasan pleuroperitoneal merupakan salah satu pilihan dalam penanganan efusi pleura yang mengalami rekurensi, simtomatik, dan kebanyakan hal ini dijumpai pada efusi pleura maligna, namun digunakan pula pada efusi chylous. Namun sayangnya jalur pintasan sering mengalami disfungsi sehingga sering diperlukan pembedahan untuk perbaikan. Tindakan bedah juga diperlukan untuk kasus-kasus jarang seperti defek diafragma pada pasien dengan ascites, serta untuk mengikat duktus torasikus untuk mencegah reakumulasi efusi chylous. Disiplin ilmu lain yang mungkin terlibat dalam penanganan efusi pleura antara lain : pulmonologis, radiologi intervensi, serta bedah toraks bergantung pada lokasi efusi dan kondisi klinis Torasentesis terapeutik Torasentesis teraputik betujuan untuk mengeluarkan cairan dalam jumlah yang banyak pada efusi pleura untuk mengurangi sesak dan menghambat proses inflamasi yang sedang berlangsung dan juga fibrosis pada efusi parapneumonia. Tiga hal berikut penting untuk diperhatikan dalam prosedur torasentesis yakni, (1) gunakan kateter berukuran kecil atau kateter yang didesain khusus untuk drainase cairan dan upayakan jangan menggunakan jarum untuk menghindari pneumotoraks. (2) monitoring oksigenasi ketat selama dan setelah tindakan perlu dilakukan untuk memantau oksigenasi arterial yang dapat saja memburuk akibat perubahan perfusi dan ventilasi selama proses re-ekspansi paru. (3) Usahakan cairan yang diambil tidak terlalu banyak aqgar tidak terjadi edema paru dan pneumotoraks. Biasanya cc cairan yang dikeluarkan telah memberikan dampakk berupa berkurangnya sesak nafas. Sedangkan batasan yang

22 direkomendasikan dalam sekali prosedur torakosentesis adalah 1-1,5 L. Batuk sering terjadi pada proses torasentesis. Hal ini sering terjadi dan tidak merupakan indikasi untuk menghentikan prosedur kecuali pasien merasa sangat tidak nyaman Pipa Torakostomi Pipa torakostomi diindikasikan pada efusi yang lebih masif dan efusi parapneumonia yang terkomplikasi ataupun empiema Kerangka Konseptual

BAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 (1) Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar ml. a. Hidrotoraks b.

BAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 (1) Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar ml. a. Hidrotoraks b. BAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 Efusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (1) atau Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang cukup sering dijumpai. Angka kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta populasi

Lebih terperinci

Ekspertise Efusi Pleura

Ekspertise Efusi Pleura Ekspertise Efusi Pleura Pembimbing : dr. Rachmat Mulyana Memet, Sp. Rad Oleh : Jayyidah Afifah 2010730055 Identitas : Tn. S/LK/70thn Marker : L Tanggal : 3 Desember 2013 Posisi : PA Jenis foto : Foto polos

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Efusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam rongga pleura dan merupakan masalah umum dalam medis. Akumulasi ini dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme termasuk peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada pleura yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada pleura yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efusi pleura merupakan akumulasi cairan abnormal pada rongga pleura yang disebabkan oleh produksi berlebihan cairan ataupun berkurangnya absorpsi. Efusi pleura merupakan

Lebih terperinci

EMPIEMA. Rita Rogayah Dept. Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan

EMPIEMA. Rita Rogayah Dept. Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan EMPIEMA Rita Rogayah Dept. Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan EMPIEMA Efusi parapneumonia dibagi menjadi 3fase ١. Fase eksudatif cairan steril 2. Fase fibropurulen cairan infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal dalam rongga pleura. (Tierney, 2002) Penyebab dari efusi pleura yaitu neoplasma seperti broncogenik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cairan Efusi Pleura 1. Anatomi pleura Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang melapisi

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).

Lebih terperinci

1. Etiologi 2. Tatalaksana Tatalaksana Nonmedikamentosa Tatalaksana Diet

1. Etiologi 2. Tatalaksana Tatalaksana Nonmedikamentosa Tatalaksana Diet 1. Etiologi Ruang pleura yang normal mengandung sekitar 1 ml cairan, mewakili keseimbangan antara (1) tekanan hidrostatik dan onkotik dalam pleura visceral dan parietal dan (2) drainase limfatik yang luas.

Lebih terperinci

PENYAKIT PLEURA. Joni Anwar, Dr., SpP. Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

PENYAKIT PLEURA. Joni Anwar, Dr., SpP. Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang PENYAKIT PLEURA Joni Anwar, Dr., SpP Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang ANATOMI Selapis sel mesotel, mempunyai mikrovili Dilapisi glikoprotein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Schwarte yang di sebut juga Penebalan plera adalah penyakit paru yang ditandai dengan jaringan parut, kalsifikasi, dan penebalan pleura (disepanjang paru) sering merupakan konsekuensi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA a. KONSEP DASAR 2. PENGERTIAN 1. Efusi pleura adalah kemampuan cairan dalam cavum atau rongga pleura diantara pleura paritalis dan pleura viseralis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. biopsi pleura perkutaneus, torakoskopi, torakotomi, ataupun otopsi. 4,19,20,21

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. biopsi pleura perkutaneus, torakoskopi, torakotomi, ataupun otopsi. 4,19,20,21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Efusi Pleura Ganas (EPG) Dinamakan sebagai efusi pleura ganas (EPG) bila ditemukan sel tumor ganas pada pemeriksaan sitologi cairan pleura atau histopatologi jaringan

Lebih terperinci

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura.

Definisi. Mesothelioma adalah keganasan yang berasal dari sel mesotel yang terletak di rongga pleura. Mesothelioma Pendahuluan Mesothelioma berhubungan erat dengan paparan asbes. Mesothelioma merupakan kasus yang jarang. Individu yg mempunyai riwayat paparan dengan asbes mempunyai resiko lebih besar menderita

Lebih terperinci

Tabel 1 Analisis cairan pleura. Transudat. 30 g/l 0,5. Kadar protein Rasio protein pleura/serum. 30 g/l 0,5. Berat jenis 1,016 1,016.

Tabel 1 Analisis cairan pleura. Transudat. 30 g/l 0,5. Kadar protein Rasio protein pleura/serum. 30 g/l 0,5. Berat jenis 1,016 1,016. Rongga pleura adalah rongga potensial, mempunyai ukuran tebal 10-20 m, berisi sekitar 10 cc cairan jernih yang tidak bewarna, mengandung protein 1,5 gr/dl dan 1.500 sel/ l. Sel cairan pleura didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal. gangguan fungsi struktur atau fungsi jantung saat istirahat.

BAB I PENDAHULUAN. jantung, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal. gangguan fungsi struktur atau fungsi jantung saat istirahat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gag adah sindrom klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi. 1 Untuk dapat didiagnosis sebagai gag, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa geja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI DAN FISIOLOGI CAIRAN PLEURA Pleura dibentuk oleh dua lapisan serosa yang tipis yang tersusun dari lapisan sel yang embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrional

Lebih terperinci

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum: Syifa Ramadhani (2013730182) 4. Jelaskan mekanisme dan etiologi terjadinya bengkak? Mekanisme terjadinya bengkak Secara umum, efek berlawanan antara tekanan hidrostatik (gaya yg mendorong cairan keluar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Efusi pleura merupakan keadaan yang umum dijumpai pada kasus penyakit paru dan seringkali sulit untuk didiagnosa dan ditangani. (Lee YCG, 2013) Efusi pleura merupakan

Lebih terperinci

Task Reading: ASBES TOSIS

Task Reading: ASBES TOSIS Task Reading: ASBES TOSIS Pendahuluan Asbestosis merupakan menghirup serat asbes. gangguan pernapasan disebabkan oleh Asbes atau Asbestos adalah bentuk serat mineral silika tahan terhadap asam kuat, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah. 2 Di negara-negara barat, efusi pleuraterutama disebabkan oleh gagal jantung

BAB I PENDAHULUAN. darah. 2 Di negara-negara barat, efusi pleuraterutama disebabkan oleh gagal jantung darah. 2 Di negara-negara barat, efusi pleuraterutama disebabkan oleh gagal jantung pleura. 2 Diperlukan penatalaksanaan yang baik dalam menanggulangi efusi pleura BAB I PENDAHULUAN Efusi pleura adalah

Lebih terperinci

berkembang. Angka ini meningkat di negara yang mempunyai prevalensi tuberkulosis

berkembang. Angka ini meningkat di negara yang mempunyai prevalensi tuberkulosis DEFINISI EFUSI PLEURA Efusi pleura didefinisikan sebagai penumpukan abnormal cairan di ruang pleura. Penumpukan ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang terdapat di antara membran pleura. Insidensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal diantaranya adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. pemeriksaan sitologi cairan pleura atau biopsi pleura. Kenyataannya sel ganas tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. pemeriksaan sitologi cairan pleura atau biopsi pleura. Kenyataannya sel ganas tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Efusi Pleura Ganas Efusi pleura ganas adalah masalah klinis yang sering terjadi pada kasus kanker. (Antony VB; 2001) Efusi pleura ganas didefinisikan sebagai efusi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lapisan, yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. lapisan, yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pleura merupakan selapis membran jaringan fibrosa yang halus, basah dan semi transparan yang terdiri dari selapis epitel skuamosa. Pleura terdiri dari 2 lapisan, yaitu

Lebih terperinci

EFUSI PLEURA I. KASUS

EFUSI PLEURA I. KASUS EFUSI PLEURA I. KASUS Nama pasien/umur : Tn.LT / Laki-laki/ 56 tahun No. Rekam Medik : 636072 Alamat : Jl.Poros Kambara Ruang perawatan : Lontara 1 Bawah Depan Tanggal MRS : 14 November 2013 A. Anamnesis.

Lebih terperinci

absorbsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura menjadi problem di dunia bahkan di Amerika Serikat sekitar 1,5 juta orang menderita efusi

absorbsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura menjadi problem di dunia bahkan di Amerika Serikat sekitar 1,5 juta orang menderita efusi 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung adalah sindrom klinis yang kompleks karena gangguan fungsional dan struktural pada kemampuan ventrikel untuk pengisian dan pemompaan darah. Diagnosis

Lebih terperinci

RESPONSI EFUSI PLEURA. Oleh: I Gede Wara Nugraha ( ) I Made Yoga Prabawa ( ) Pembimbing: dr. Ida Bagus Suta, Sp.

RESPONSI EFUSI PLEURA. Oleh: I Gede Wara Nugraha ( ) I Made Yoga Prabawa ( ) Pembimbing: dr. Ida Bagus Suta, Sp. RESPONSI EFUSI PLEURA Oleh: I Gede Wara Nugraha (1102005139) I Made Yoga Prabawa (1102005120) Pembimbing: dr. Ida Bagus Suta, Sp.P PENDAHULUAN Efusi Pleura merupakan penimbunan cairan didalam rongga pleura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi selama inspirasi, lapisan terluar mengembang; daya ini disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi selama inspirasi, lapisan terluar mengembang; daya ini disalurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paru-paru dibungkus oleh membran tipis yang disebut pleura.lapisan terluar paru membran paru melekat dinding thorax. Lapisan dalam pleura menempel ke paru. Pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Karakteristik dan Gambaran Hasil Foto Toraks Pasien Efusi Pleura Rawat Inap di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung Tahun 2015 The Characteristic And Imaging Of Hospitalized

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, parientalis yang bersifat patologis (Sularman, 2003).

BAB II KONSEP DASAR. oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, parientalis yang bersifat patologis (Sularman, 2003). BAB II KONSEP DASAR A. EFUSI PLEURA 1. Definisi Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, 2009:106). Efusi pleura

Lebih terperinci

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama khususnya di negara-negara berkembang. 1 Karena itu TB masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. Kasus (Efusi Pleura)

LAPORAN PENDAHULUAN. Kasus (Efusi Pleura) LAPORAN PENDAHULUAN Kasus (Efusi Pleura) A. Definisi Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal karena kanker paru.

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN VENA SENTRAL

PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN VENA SENTRAL PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN VENA SENTRAL 1. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran tentang pengukuran tekanan vena sentral, mahasiswa mampu melakukan prosedur pengukuran tekanan vena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya penurunan absorbsi cairan. Efusi dapat ditimbulkan oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya penurunan absorbsi cairan. Efusi dapat ditimbulkan oleh berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Efusi pleura adalah terbentuknya akumulasi cairan yang abnormal di dalam cavum pleura yang terjadi karena adanya peningkatan produksi cairan ataupun karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan

Lebih terperinci

PENYAKIT PLEURA. Joni Anwar, Dr., SpP. Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

PENYAKIT PLEURA. Joni Anwar, Dr., SpP. Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang PENYAKIT PLEURA Joni Anwar, Dr., SpP Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri / RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang ANATOMI Selapis sel mesotel, mempunyai mikrovili Dilapisi glikoprotein

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini mengambil data rekam medis yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan Januari 2016, kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

REFERAT EFUSI PLEURA. Disusun oleh: Diani Adita Pembimbing: dr. Syaifun Niam, Sp.PD

REFERAT EFUSI PLEURA. Disusun oleh: Diani Adita Pembimbing: dr. Syaifun Niam, Sp.PD REFERAT EFUSI PLEURA Disusun oleh: Diani Adita 030.10.081 Pembimbing: dr. Syaifun Niam, Sp.PD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang Kanker Paru DEFINISI Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO :

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO : Musim hujan, akan merupakan yangdiharaplkan nyamuk untuk berkembang biak dan siap mencari mangsa, terutama nyamuk Aedes Aegity penyebab DBD. Hati- hati... Dewasa ini penyakit DBD masih merupakan salah

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA A. PENGERTIAN Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam rongga pleura. Selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah. Efusi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat

BAB II KONSEP DASAR. dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat

Lebih terperinci

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono

KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Oleh. Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono KANKER PARU MERUPAKAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA EFUSI PLEURA DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh Agus Suprijono, Chodidjah, Agung Tri Cahyono ABSTRAK Insiden kanker paru meningkat di seluruh dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat. Data GLOBOCAN, International Agency for Research on

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh. BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

Dasar Determinasi Pasien TB

Dasar Determinasi Pasien TB Dasar Determinasi Pasien TB K-12 DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI FK USU Klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi kasus yang meliputi 4 hal, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB

Lebih terperinci

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Susunan Peneliti Peneliti a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring b. Pangkat/Gol/NIP : --------------- c. Jabatan Fungsional : ----- d. Fakultas : Kedokteran e. Perguruan Tinggi : Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernapasan masih menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Efusi pleura adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom respons inflamasi sistemik atau yang lebih dikenal dengan istilah systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons inflamasi tubuh yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di sub bagian Pulmologi, bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. disebabkan oleh beberapa macam penyakit (Murwani, 2009). Efusi pleura

BAB II KONSEP DASAR. disebabkan oleh beberapa macam penyakit (Murwani, 2009). Efusi pleura BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi pleura adalah adanya cairan dalam rongga pleura yang disebabkan oleh beberapa macam penyakit (Murwani, 2009). Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan

Lebih terperinci

SIROSIS HEPATIS R E J O

SIROSIS HEPATIS R E J O SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn S : Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. B. LATAR BELAKANG Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu kondisi dimana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Proses destruksi yang terjadi pula secara simultan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

MAKALAH KMBII Tentang SISTEM PERNAPASAN (EFUSI PLEURA) D I S U S U N OLEH :

MAKALAH KMBII Tentang SISTEM PERNAPASAN (EFUSI PLEURA) D I S U S U N OLEH : MAKALAH KMBII Tentang SISTEM PERNAPASAN (EFUSI PLEURA) D I S U S U N OLEH : NAMA ANGGOTA: AHMAD IQBAL AHMAD SATRI ALI HASAN BOBBY FAISAL MARDO NADEAK IDA KHOLILAH IRHAM HAMIDI IRMA EVIANA AKADEMI PERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan

Lebih terperinci

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH Oleh BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG NOVEMBER 2014 I. Waktu Mengembangkan kompetensi

Lebih terperinci

EFUSI PLEURA MASIF: SEBUAH LAPORAN KASUS

EFUSI PLEURA MASIF: SEBUAH LAPORAN KASUS EFUSI PLEURA MASIF: SEBUAH LAPORAN KASUS Putu Bayu Dian Tresna Dewi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan melebihi normal di

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian akibat tumor ginekologi yang menduduki urutan ke empat di Amerika Serikat. (1-10) Laporan statistik kanker Amerika Serikat

Lebih terperinci

Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit Persahabatan. Characteristic of Pleural Effusion in Persahabatan Hospital

Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit Persahabatan. Characteristic of Pleural Effusion in Persahabatan Hospital Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit Persahabatan Rita Khairani*, Elisna Syahruddin**, Lia Gardenia Partakusuma*** * Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta. **

Lebih terperinci