3 METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 46 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di perairan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan sekitarnya (Gambar 6 dan Gambar 7). Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Pelabuhan Tanjung Emas Semarang adalah pelabuhan internasional yang pertama melakukan Pelayanan Ekspor Impor Satu Atap. Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, yaitu sejak bulan Juni 2006 sampai dengan bulan Desember Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang bersifat deskriptif melalui studi kasus dengan tujuan untuk membuat suatu gambaran secara sistematis mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Ciri-ciri metode ini adalah : 1) memberikan gambaran tentang situasi atau suatu kejadian 2) menerangkan hubungan-hubungan antara beberapa kasus yang kerapkali terjadi 3) pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, studi lapangan, wawancara dan kuesioner terhadap responden

2 47 Sumber: Dishidros TNI-AL 2002 Gambar 6. Perairan Pelabuhan Tanjung Emas dan sekitarnya

3 51 Sumber: Administrasi Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Gambar 7. Kolam Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

4 49 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1) Jumlah dan jenis pelanggaran hukum di laut. 2) Organisasi, fungsi dan tata kerja instansi terkait. 3) Jumlah peralatan/kapal pengawasan dan pengamanan. 4) Personil yang melakukan tugas pengawasan dan pengamanan di laut. 5) Sumberdaya kelautan yang dimiliki. 6) Kerusakan lingkungan yang dialami/ditemukan. 7) Isu-isu kritis dan potensi konflik. 8) Kebijakan dan pengaturan yang tersedia. 9) Peristiwa atau kejadian sosial yang terjadi di masyarakat sekitar dengan penyelesaian yang konstruktif. Sebagian data bersifat primer, dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner, wawancara, pengamatan (observasi) di lapangan, sedangkan sebagian lagi bersifat sekunder dikumpulkan dengan cara studi pustaka, laporan dan data intern instansi terkait, Badan Pusat Statistik daerah dan lain-lain. Data kualitatif berupa visi, misi, tugas, tujuan, dan organisasi terkait dan lain-lain yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung di obyek penelitian dengan cara wawancara, pengamatan dan pengamatan/wawancara yang terencana menggunakan kuesioner. Pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang lokasi, situasi dan kegiatan pelaksanaan operasional satuan pengawasan dan pengamanan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat, pengusaha dan pemerintah di laut.

5 50 Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan atau pendirian (pendapat sendiri) secara lisan dari informan dengan langsung bertatap muka, sedangkan pengamatan terencana dilakukan secara langsung kepada responden. Selain itu juga wawancara dilakukan terhadap instansi terkait seperti pemerintah, LSM terkait dan usahawan para wiraswasta yang berada di obyek penelitian. Daftar responden yang diwawancarai dan jawaban dalam penelitian ini disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti Kantor Kepala Desa, Kantor Camat, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perhubungan Laut, Dinas Imigrasi, Dinas Lingkungan Hidup, Polres, Lanal, dan instansi lain yang terkait. 3.3 Metode Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, pengamatan, peninjauan lapangan, wawancara dan mengisi kuesioner kepada responden yang kompeten antara lain: komandan kapal patroli, para kepala instansi yang mengoperasikan kapal aparat negara di laut Perairan Pelabuhan Tanjung Emas. Data-data yang dibutuhkan disajikan pada Tabel 2.

6 51 Tabel 2. Jenis data dan sumber data yang dibutuhkan No Jenis Data Sumber Data Metode Pulta 1 Organisasi, Tugas dan Tata Kerja Instansi Instansi Pemerintah Survei, kuesioner 2 Jenis, type, jumlah kapal aparat 5 Instansi kapal aparat negara Observasi, wawancara 3 Kualifikasi dan jumlah personil ABK 5 Instansi kapal aparat Negara di laut Observasi, wawancara 4 Lokasi dan jenis sumberdaya kelautan Dinas Kelautan dan Pustaka, kuesioner Perikanan 5 Jumlah jenis pelanggaran hukum di laut Aparat Negara di laut Observasi, kuesioner 6 Sarana dan prasarana pangkalan kapal 5 Instansi Kapal Survei kuesioner apara Negara aparat Negara di laut 7 Kerusakan lingkungan BAPELDALDA Pustaka, wawancara 8 Isu kritis masalah kelautan Instansi kapal aparat Negara di laut Kuesioner, wawancara 9 Peraturan/UU /kebijakan Instansi pemerintah di bidang kemaritiman Pustaka, wawancara Dalam menganalisis dan mengelola konflik diperlukan tahapan dengan menggunakan metoda untuk memahami konflik. Menurut Fisher (2000), sebelum menangani konflik baik secara individu, kelompok atau sebagai organisasi, mencoba melakukan sesuatu untuk mengetahui sebanyak mungkin apa yang sedang terjadi dengan menggunakan berbagai alat analisis antara lain: pemetaan konflik, segitiga SPK, pohon konflik, analisa kekuatan konflik, analogi pilar, piramida segi tiga tingkat 3 dan lain-lainnya. William (2000) mengatakan tentu akan ditemukan adanya perbedaan sudut pandang yang tidak dapat dihindari. Ketika mengkaji suatu masalah konflik secara bersama, mereka semua pasti akan sampai pada satu analisis saja. Kenyataannya tidak demikian, banyak perbedaan yang akan muncul dalam berbagai dimensi: status, kekuasaan, kekayaan, usia, peran menurutanjungender, keanggotaan dalam suatu kelompok sosial tertentu dan sebagainya. Indikatorindikator posisi dalam masyarakat itu sering berarti bahwa orang menginginkan

7 52 hal-hal yang berbeda dalam situasi yang sama. Ketika sasaran dan kepentingan mereka bertentangan atau tidak sesuai, maka terjadilah konflik. Rangkaian kegiatan analisis untuk mengelola konflik tersebut diperlukan sebagai masukan untuk menunjang berhasilnya suatu tugas pengawasan dan pengamanan dalam satu sistem yang kompak Dari 14 instansi yang memiliki tugas kewenangan penegakan hukum dan SAR di laut terdapat 6 instansi dalam penugasannya dilengkapi dengan unsur kapal laut yang masing-masing kapal bertugas secara sektoral. 8 instansi lainnya tidak dilengkapi unsur kapal laut dan bertugas di darat atau di pelabuhan sebagai pintu masuk. Melihat kondisi ini maka efektivitas pelaksanaan UU dan Keppres oleh 14 instansi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas-tugas penangkalan dan pencegahan di laut untuk tidak sampai masuk ke wilayah Indonesia tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan efektif. Banyaknya instansi pemerintah dalam melaksanakan UU untuk penegakan hukum di laut (Tabel 1) menunjukan banyaknya jenis pelanggaran hukum di laut yang harus ditangani oleh masing-masing departemen terkait dengan bekerja secara sektoral. Dibeberapa negara maju di dunia dan negara-negara tetangga kita penanganan pelanggaran hukum di laut dan dikenal dengan nama Coast Guard. Indonesia yang telah meratifikasi berbagai konvensi maritim internasional seperti UNCLOS III 1982 pada pasal 107, 111, 224; Solas 1974; ISPS Code 2002 berkewajiban menyelenggarakan penjagaan pantai dan laut oleh otoritas nasional di bidang keselamatan, keamanan dan perlindungan lingkungan maritim seperti yang telah dilaksanakan oleh berbagai negara.

8 53 Pelaksanaan penegakan hukum di laut saat ini menunjukkan ketidakefisienan dan menghambat kelancaran usaha kemaritiman di Indonesia. Kapal-kapal patroli dengan berbagai atribut kesatuan dari instansi penegak hukum di laut menunjukan kesatuan patroli tersebut bekerja sektoral yang akan menghasilkan belanja negara yang besar. 3.4 Analisis Data SWOT Analysis Analisis strength, weakness, opportunities, threath disingkat analisis SWOT merupakan analisis yang dibedakan atas dua unsur, yaitu analisis yang menkonsentrasikan kedalam institusi tentang kondisi kekuatan dan kelemahan internal institusi kapal-kapal aparat negara dan analisis kondisi diluar institusi tentang peluang dan ancaman yang dihadapi oleh institusi kapal-kapal aparat negara di laut. Tujuan analisis SWOT adalah mengkaji dan menambah kekuatan dan mengurangi kelemahan yang ditemukan pada unsur internal institusi dan memperluas peluang dan mengeliminasi ancaman yang datang dari eksternal institusi yang mewadahi kapal-kapal aparat negara di laut. Analisis SWOT, diawali dengan menyusun Matriks EFE, IFE dan IE. David (1997), mengatakan matriks IFE merupakan suatu langkah ringkas dalam melakukan penilaian internal dan matriks EFE mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, teknologi dan kondisi rawan pelanggaran. Gabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks IE yang berisikan langkah-langkah alternatif strategi yang akan dipilih. Dalam menyusun strategi dengan menggunakan analisis SWOT dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

9 54 1) Elemen-elemen analisis SWOT Dengan analisis SWOT lembaga aparat negara di laut diharapkan mampu untuk menyeimbangkan antara kondisi internal yang direpresentasikan oleh kekuatan dan kelemahan, dengan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal yang ada. Analisis yang juga menyatakan bahwa masalah-masalah utama yang dihadapi oleh lembaga aparat negara di laut dapat dipisahkan melalui analisis yang teliti dari masing-masing elemen tersebut. Selanjutnya strategi dapat diformulasikan untuk masalah-masalah tersebut. Dalam Tabel 3 berikut ini akan diungkapkan contoh masing-masing elemen dari analisis SWOT. Tabel 3. Elemen-elemen analisis SWOT kapal aparat negara di laut Analisis Internal Strengths (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Analisis Eksternal Opportunities (Peluang) Threats (Ancaman) 2) Penentuan bobot dan peringkat (1) Penentuan bobot dilakukan dengan mendaftarkan faktor strategis eksternal dan internal instansi aparat keamanan negara kepada pihak manajemen dengan metode paired comparison (Kinnear, 1991). Metode ini dilakukan untuk memberikan bobot pada setiap faktor strategis internal dan eksternal instansi aparat negara. Skala yang

10 55 digunakan untuk pembobotan adalah 0, 1 dan 2 dengan penjelasan sebagai berikut: 0 = Jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal 1 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal Penilaian pembobotan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 Tabel 4. Penilaian bobot faktor strategis internal instansi aparat negara Faktor Strategis Internal A B C Total A B C Total Tabel 5. Penilaian bobot faktor strategis eksternal instansi aparat negara Faktor Strategis Eksternal A B C Total A B C Total Bobot untuk setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus berikut ini: X і a i = n Σ X і і=1 dimana : a i = Bobot variabel ke -i X і = Nilai variabel ke i I = 1,2,3,. n = Jumlah variabel

11 56 (2) Penentuan peringkat terhadap faktor-faktor strategis dilakukan oleh manajemen dari hasil wawancara dan jawaban dan isian pada hasil kuisioner. Nilai peringkat menggunakan skala 1 s/d 4 terhadap masingmasing faktor strategis, untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi instansi aparat pelabuhan. Skala peringkat nilai untuk matriks IFE mempunyai arti sebagai berikut. Skala 1 : Kelemahan kapal aparat negara sangat besar dibanding rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum Skala 2 : Kelemahan kapal aparat negara sangat kecil dibanding rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum Skala 3 : Kekuatan kapal aparat negara rendah dibandingkan dengan ratarata kapal yang bertindak melanggar hukum Skala 4 : Kekuatan kapal aparat negara sangat besar dibandingkan dengan rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum Dilain pihak, matriks EFE skala peringkat peluang yang digunakan adalah sebagai berikut : Skala 1 : Peluang pengembangan kapal aparat negara rendah, dengan respon bertindak kurang dibandingkan rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum Skala 2 : Peluang pengembangan kapal aparat negara sedang, respon bertindak sama dengan rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum Skala 3 : Peluang pengembangan kapal aparat negara tinggi, respon bertindak diatas rata-rata kapal yang bertindak melanggar hukum Skala 4 : Peluang pengembangan kapal aparat negara sangat tinggi, respon bertindak sangat tinggi dibanding kapal yang bertindak melanggar hukum

12 57 Untuk peringkat ancaman merupakan kebalikannya Skala 1 : Ancaman pengembangan kapal aparat negara sangat tinggi, respon bertindak sama dengan rata-rata bertambahnya kapal yang bertindak melanggar hukum Skala 2 : Ancaman pengembangan kapal aparat negara tinggi, respon bertindak diatas rata-rata bertambahnya kapal yang bertindak melanggar hukum Skala 3 : Ancaman pengembangan kapal aparat negara sedang, respon bertindak sama dengan rata-rata bertambahnya kapal yang bertindak melanggar hukum Skala 4 : Ancaman pengembangan kapal aparat negara rendah, respon bertindak kurang dibanding rata-rata bertambahnya kapal yang bertindak melanggar hukum Setelah nilai pembobotan dan nilai peringkat didapatkan selanjutnya disusun matriks hasil perkalian pembobotan dengan peringkat pada masingmasing faktor strategis internal dan eksternal, diperlihatkan pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks hasil perkalian bobot dengan peringkat faktor internal dan eksternal. Faktor Strategis Internal A B C Total A B C Bobot (B) Peringkat (P) Total B x PI Faktor Strategis P Q R Eksternal P Q R Total

13 58 3) Teknik analisis data (1) Analisa lingkungan Internal terhadap kegiatan yang mencakup SDM, teknologi, manajemen, strategi, operasi dan logistik. Hasil dari analisa internal ini dimasukkan ke dalam matriks IFE diperlihatkan pada Tabel 7. Tabel 7. Matriks IFE Faktor Strategis Internal Bobot Peringkat Nilai Kekuatan A B C Kelemahan P Q R Total (2) Analisa lingkungan eksternal terhadap kegiatan pengembangan fungsi dan tugas kapal aparat negara yang meliputi lingkungan makro terdiri dari politik, ekonomi, sosial budaya dan pengaruh globalisasi serta lingkungan mikro yang merupakan analisa persaingan. Menurut Porter (1997) bahwa persaingan ditingkat usaha dan industri (five forces of Porter) mencakup : - Ancaman masuknya pendatang baru - Ancaman produk substitusi - Kekuatan tawar pemasok - Kekuatan tawar pembeli - Intensitas persaingan dalam industri

14 59 Dalam penelitian ini five forces of Porter mencakup : Ancaman bertambahnya jumlah pelanggaran hukum di laut. Ancaman menurunnya kinerja operasional pengawasan kapal aparat negara Kekuatan investor untuk investasi di sektor kelautan Kekuatan para pengguna/pembeli hasil laut Intensitas persaingan dalam pemanfaatan teknologi kelautan/ perkapalan Hasil dari analisa eksternal ini dimasukkan ke dalam matriks EFE, pada Tabel 8. Selanjutnya hasil analisa matriks IFE dan EFE dipergunakan untuk menyusun matriks IE Tabel 8. Matriks EFE Faktor Strategis Eksternal Bobot Peringkat Nilai Peluang A B C Ancaman P Q R Total 4) Analisa matriks IFE, EFE dan IE (1) Matriks IFE Matriks IFE sebagai alat untuk merumuskan strategi dengan mengumpulkan dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan instansi aparat negara fungsi-fungsi pengawasan, pengamanan, SAR, dan penegakan hukum

15 60 Tahap pengembangan Matriks IFE adalah sebagai berikut : Membuat daftar critical success factors internal instansi aparat negara Pemberian bobot pada masing-masing faktor Pemberian peringkat pada masing-masing faktor Pengalian bobot dengan peringkat, sehingga diperoleh nilai bagi instansi aparat negara Menjumlahkan nilai setiap faktor instansi untuk mengetahui total nilai Instansi tersebut. (2) Matriks EFE Matriks EFE sebagai alat untuk merumuskan strategi dengan mengumpulkan dan mengevaluasi peluang dan ancaman Instansi aparat negara di kondisi keamanan global yang penuh dengan tantangan usaha-usaha perbuatan pelanggaran hukum. Tahap pengembangan Matriks EFE adalah sebagai berikut : Membuat daftar critical success factors internal instansi aparat negara Penentuan bobot critical success factor Pemberian peringkat Perkalian bobot dengan peringkat akan memberikan nilai kinerja instansi aparat negara Jumlahkan nilai setiap faktor instansi untuk mengetahui total nilai kinerja instansi aparat negara tersebut (3) Matriks SWOT Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk membantu perumusan empat tipe strategi, yakni strategi SO (Strength-

16 61 Opportunity), WO (Weakness-Opportunity), ST (Strength-Threats) dan WT (Weakness-Threats) (Umar, 1999). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi instansi yang mewadahi kapal-kapal aparat negara di laut. Analisis ini didasarkan kepada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan fungsi dan tugas serta kebijaksanaan dari instansi kapal aparat negara di laut. Dengan demikian perencanaan strategis dalam pengembangan fungsi dan tugas kapal aparat negara di laut perairan Pelabuhan Tanjung Emas harus menganalisis faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi dalam kondisi saat ini yang disajikan dalam matriks SWOT pada Tabel 9. Eksternal Internal Tabel 9. Matriks analisis SWOT STRENGTH (S) WEAKNESS (W) Opportunity ( O ) Threath ( T ) Strategi SO Strategi ST Strategi WO Strategi WT

17 62 Purnomo dan Zulkieflimansyah (1996) menyatakan bahwa matriks SWOT menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan. Oleh instansi yang mewadahi kapal aparat negara di laut yang didasarkan atas hasil analisis SWOT terdapat empat alternatif strategi yang tersedia, yaitu strategi SO, WO, ST dan WT. Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis lembaga aparat negara di laut adalah matriks SWOT (threats-opportunity-weaknessstrength). Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi lembaga aparat keamanan di laut dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Membentuk matriks SWOT membutuhkan tahapan-tahapan yang disusun setelah memasukkan input data dari hasil penelitian. Dengan mengikuti tahapan tersebut akan diperoleh empat alternatif strategi, yakni strategi SO yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, strategi ST yang mengunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, strategi WO yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, dan strategi WT yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Menurut Rangkuti (2002), analisis SWOT menggunakan diagram sebagaimana disajikan pada Gambar 8.

18 63 BERBAGAI PELUANG 3. Mendukung strategi turn around 1. Mendukung strategi agresif KELEMAHAN INTERNAL 4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi KEKUATAN INTERNAL BERBAGAI ANCAMAN Gambar 8. Diagram analisis SWOT. Dalam Gambar 8 tersebut terdapat empat kuadran yang masing-masing mencerminkan strategi yang berbeda. Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan lembaga kapal aparat negara di laut tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai macam lembaga kapal aparat negara di laut ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus ditetapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

19 64 Kuadran 3 : Lembaga kapal aparat negara di laut menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi di lain pihak ia menghadapi beberapa kendala dan kelemahan internal. Kuadran 4 : Lembaga kapal aparat di laut berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Instansi kapal aparat negara di laut tersebut menghadapi berbagai macam ancaman dari kelemahan internal Analytical Hierarchy Process (AHP) Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002), bahwa pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih alternativ. Peralatan AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak berstruktur dipecahkan kedalam kelompokkelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam satu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang komplek dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya (Saaty, 1983). Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan komplek yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas

20 65 tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2003). AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan AHP, penanganan permasalahan yang komplek dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat mudah ditangani. Untuk memecahkan permasalahan, AHP mempunyai 3 (tiga) prinsip dasar dalam proses pengambilan sebuah keputusan yaitu: 1) Prinsip penyusunan hierarki; 2) Prinsip penentuan prioritas, dan 3) Prinsip konsistensi logis. Selain itu AHP juga menguji konsistensi penilaian, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal ini menunjukan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hierarki harus distruktur ulang. Menurut Suryadi dan Ramadhani (2002), AHP adalah suatu analisis yang dapat digunakan untuk memahami kondisi suatu sistem, membantu dalam melakukan prediksi dan pengambilan keputusan terhadap suatu permasalahan. Penggunaan AHP dalam pengambilan keputusan mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut : 1) Penyajian sistem hierarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan prioritas pada level atas yang mempengaruhi prioritas pada level bawahnya;

21 66 2) Hierarki memberikan informasi yang lengkap pada stuktur dan fungsi suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan gambaran tentang pelaku-pelaku dan tujuan-tujuan pada level yang lebih tinggi; 3) Sistem alamiah yang disusun secara hierarki, yaitu dengan membangun kontruksi modul dan kemudian menyusun rakitan modul-modul tersebut, dan 4) Hierarki lebih mantap (stabil) dan lentur (fleksibel). Stabil dalam arti bahwa perubahan-perubahan kecil mempunyai efek yang kecil, sedangkan lentur diartikan bahwa penambahan untuk mendapatkan suatu hierarki yang terstruktur baik, dapat terjadi tanpa mengganggu unjuk kerjanya Empat prinsip pokok dalam proses AHP Saaty (1980) menyatakan bahwa prinsip mendasar dalam pemikiran analitik yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah dengan analitik eksplisit. Terdapat 4 (empat) prinsip pokok dalam proses AHP di bawah ini: (1) Decomposition Setelah persoalan didefinisikan, tahapan yang perlu dilakukan adalah decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya sampai ke tingkat yang tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga diperoleh beberapa tingkatan dari persoalan tersebut dan prosesnya disebut hirarki. (2) Comparative Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relativ dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Dalam menentukan bobot dari elemen-elemen keputusan pada setiap tingkat hirarki keputusan, penilaian pendapat dilakukan dengan intuisi, perasaan,

22 67 atau penginderaan. Penilaian pendapatan ini dilakukan dengan komparasi berpasangan yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen yang lainnya pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan, sehingga didapat nillai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk angka yang disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparison. Dalam proses hierarki analisis ini digunakan batas 1 sampai dengan 9 yang dianggap cukup mewakili persepsi manusia, dengan nilai rasio seperti yang disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Skala untuk pengisian matriks perbandingan berpasangan Nilai Skala Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen penyumbang sama kuat pada sifatnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit lebih menyokong satu 5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai di antara 2 pertimbangan Kebalikan elemen atas elemen yang lain Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokkong satu elemen atas elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat disokong dan dominansinya telah terlihat dalam praktek Bukti yang menyokong elemen yang satu memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkannya Kompromi diperlukan di antara 2 pertimbangan Jika untuk aktivitas i mendapat suatu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibanding dengan i Sumber: Saaty (1980) dalam Suryadi dan Ramadhani (2002)

23 68 (3) Synthesis of Priority Dari setiap matriks pairwise Comparison kemudian di cara eigen vector-nya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa di antara local priority dan prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relative melalui prosedur sintesa priority setting. (4) Logical Consistency Konsistensi mempunyai arti bahwa obyek-obyek yang serupa dapat sikelompokkan sesuai keragaman dan relevansi serta menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada criteria tertentu. Jika penilaian tidak konsisten maka proses harus diulang supaya memperoleh nilai yang lebih tepat. Dalam penilaian kepentingan relative 2 (dua) elemen berlaku aksioma reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3(tiga) kali lebih penting dari j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya disbanding elemen i, di samping itu, perbandingan 2 elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Jika terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran n x n. banyaknya penilaian dalam penyusunan matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriksnya reciprocal dan elemen-elemen diagonal= Urutan analisis proses hirarki Pengolahan data dengan menggunakan analisis SWOT dan AHP terhadap strategi dan penyusunan Program dalam rangka Pengembangan fungsi dan tugas kapal aparat negera di objek penelitian digunakan alur analisis sebagai berikut :

24 69 Identifikasi Penyusunan Hierarchy Pengisian Matriks Individu Pengujian CR Ya Tidak Revisi Pendapat Penyusunan Matriks Gabungan Pengolahan Data Menentukan Faktor Prioritas Memakai program expert choice Alternatif pengembangan di dapat dari evaluasi terhadap : - Fokus - Tujuan - Faktor - Aktor Hierarchy disusun atas 5 tingkat Gambar 9. Flowchart proses analisis dengan metode AHP Teknik analisis data Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bagian sebelumnya. Teknik analisis data yang digunakan dilakukan dengan urutan sebagai berikut : (1) Batasan Kriteria Menentukan kriteria dari faktor-faktor yang dianalisis yaitu faktor-faktor yang terlibat dalam menetapkan strategi pengembangan fungsi dan tugas kapal aparat sipil negara dalam satu lembaga di laut.

25 70 Menentukan nilai terkecil (K) dan nilai terbesar (B) pada setiap faktor yang dianalisis. Penetapan ini untuk memperoleh batasan kriteria ukuran batasan untuk setiap kriteria. Menetapkan batasan ukuran kriteria digunakan rumus sebagai berikut : Bu = n(m-1) m dimana: Bu = Batasan Ukuran n = jumlah sampel m = jumlah jawaban per item Ukuran setiap kriteria ditetapkan dengan cara sebagai berikut : Batasan Kriteria Penerapan Strategi Lembaga Sipil Tunggal (LST) Kriteria utk Tingkat Kepentingan faktor Strategi LST K <... >K+Bu Sangat Buruk Sangat Tidak Berguna K + Bu + 1 <... > K + 2Bu Buruk Tidak Berguna K + 2Bu + 1 <... > K + 3Bu Biasa Biasa K + 3Bu + 1 <... > K + 4Bu Baik Berguna K + 4Bu + 1 <... > B Sangat Baik Sangat Berguna (2) Menentukan Faktor Prioritas Berbagai pendapat yang diberikan responden akan dianalisa dengan menggunakan penilaian komparasi berpasangan untuk menentukan faktor prioritas. Proses penyusunan tingkat prioritas dilakukan melalui data primer yang didapatkan langsung dari objek penelitian dan data sekunder yang didapatkan dari studi pustaka data yang dianalisis diberikan tingkatan struktur sumber data atas sasaran utama yang akan dicapai (Fokus), kegunaan penelitian untuk maksud yang ditetapkan (Tujuan), kendala mampu peluang yang dihadapi di objek penelitan (Faktor), pelaku yang berperan sesuai dengan tujuan penelitian (Aktor) yang

26 71 selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan alternatif pengembangan yang konsisten dengan pendapat para responden. Struktur tingkatan pengelompokan data digambarkan seperti Gambar 10. Sasaran utama yang akan dicapai Fokus Kendala maupun peluang yang dihadapi Faktor Pelaku yang berperan sesuai tujuan penelitian Aktor Maksud dan tujuan Kegunanaan penelitian Tujuan Alternatif pengembangan Gambar 10. Proses pengolahan data metode AHP (3) Matriks Individu Penilaian pendapat individu berasal dari hasil komparasi berpasangan tiap elemen terhadap elemen lainnya akan membentuk matriks A. Misalkan apabila Ci dibandingkan dengan Cj, maka aij merupakan nilai matriks pendapat hasil komparasi yang mencerminkan nilai tingkat kepentingan Ci terhadap Cj (4) Matriks Gabungan Matriks pendapatanjungabungan merupakan susunan matriks baru yang elemen-elemennya berasal dari rata-rata geometrik elemen matrik pendapat individu yang rasio konsistennya (CR) memenuhi syarat. Formulasi rata-rata tersebut adalah :

27 72 Gij = Dimana : n Gij aij (k) k m n m aij (k) k= 1 = jumlah responden = elemen matrik pendapatanjungabungan pada baris ke-1 dan kolom ke-j = elemen matriks pendapat individu pada baris ke-1 dan kolom ke-j untuk matrik pendapat individu dengan CR yang memenuhi persyaratan ke-k = 1,2, m = jumlah matrik pendapat individu dengan CR yang memenuhi persyaratan (5) Pengolahan Horisontal Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen-elemen keputusan pada setiap tingakat hierarki keputusan tahapan perhitungan yang dilakukan pada pengolahan data tersebut, menggunakan formula sebagai berikut : 1) Perkalian baris dengan rumus : m VEi (Vektor eigen) = n aij (k) k= 1 2) Perhitungan vector prioritas dengan rumus VPi (Vektor Prioritas) = VEi m VE i=1 3) Penghitungan nilai Eigen maksimum (λ max) dengan rumus VA (Vektor antara) = aij x VP dengan VA = (VAi) VB (Vektor eigen) = VA dengan VB = (VBi) VB n VB i =1 λ max (nilai eigen maks) = n untuk i= 1,2,,n

28 73 4) Perhitungan indeks konsistensi (CI) dengan rumus : CI (Index Consistency) = λ max - n n - 1 5) Perhitungan indeks konsistensi (CI) dengan rumus : CR (Ratio Consistency) = CI RI Dimana : RI = Indeks Acak (Random Indeks) Random Indeks dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory dan matriks berorde 1-15 dengan menggunakan sample berukuran 100. Tabel RI (Saaty, 1980) dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Indeks Acak (RI) matriks 1-15 dengan sample 100 (Saaty, 1980) Nilai rasio konsistensi (CR) < 0.1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan dalam jawaban responden. N RI N RI N RI ) Revisi Pendapat Revisi pendapat dilakukan apabila rasio konsistensi (CR) pendapat tidak konsisten atau CR > 0.1, revisi pendapat dilakukan dengan mencari deviasi maksimal dan barisan (aij) dan Wi/Wj dengan merevisi baris yang mempunyai nilai besar. n I maks = j=1 aij Wi/Wj

29 74 7) Pengolahan vertikal Pengolahan vertical digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen terhadap sasaran utama. Apabila Cij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-1 terhadap sasaran utama. n Cvij = Chij (t, i 1) x Vwt (q -1) j=1 Dimana i j k = 1,2,,p = 1,2,,r = 1,2,,s = nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-1 terhadap elemen ke-t pada tingkat di atasnya (i-t) dari hasil pengolahan horizontal. = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke-(i- 1) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil pengolahan vertical = jumlah tingkat hierarki keputusan = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-(i-1) Jika dalam hierarki terdapat 2 faktor yang tidak berhubungan (keduanya tidak saling berpengaruh), maka nilai prioritas sama dengan nol. Vektor prioritas vertical untuk tingkat ke-1 (CV) didefiniskan sebagai : CV = (Cvij) untuk j = 1,2,,s Sistem utama hirarki proses Berdasarkan struktur tingkatan pengelompokkan sumber data terdiri atas Fokus, Faktor, Aktor dan Tujuan dan menemukan alternatif strategi, maka dapat disusun sistem utama AHP yang melibatkan seluruh elemen yang terlibat di objek penelitian seperti pada Gambar 11.

30 75 Pengembangan Fungsi dan Tugas Kapal Aparat di Laut FOKUS Penyelundupan Pelanggaran dokumen.kpl dan muatannya KKN dan Pungli Pengrusakan h.bakau & T.karang Aksi teroris,pencurian, sabotase & kec.laut Bencana alam, rob dan lain-lain FAKTOR Pengusaha maritim/pelindo Masyarakat maritim LSM Akademisi Regulasi/ Pemerintah Kapal Aparat Negara AKTOR Keselamatan Jiwa dan material Berkembangnya Ekonomi Kelautan Terjaminnya Keamanan Usaha maritim Kelestarian lingkungan Lancarnya perdaganganintern nasional Kesejahteraan masyarakat maritim TUJUAN STRATEGI 1 STRATEGI 2 STRATEGI 3 STRATEGI 4 STRATEGI 5 ALTERNATIF STRATEGI Gambar 11. Sistem utama hirarki proses

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Namun, hal ini tidak sejalan dengan jumlah produk agroindustrinya yang tembus dijual di pasar ekspor.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian mengenai strategi bauran pemasaran pertama kali peneliti akan mempelajari mengenai visi misi dan tujuan perusahaan, dimana perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Persaingan yang terjadi pada industri minuman ringan membuat setiap industri yang bergerak memproduksi minuman ringan harus selalu mengkaji ulang secara terus-menerus

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pemilihan stretegi bersaing yang tepat sangat diperlukan perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang ada. Tahapan dimulai dengan pembangunan konstruksi hirarki

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MCDM (Multiple Criteria Decision Making) Multi-Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November III. METODE KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel pemerintah kabupaten/kota, secara purposif yaitu Kota Bogor yang mewakili kota kecil dan Kabupaten Bogor yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011, mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011, mulai 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011, mulai dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) wilayah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Kelompok sasaran

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sentra Kerajinan Bambu (SKB) Putra Handicraft, Jl. AH Nasution, Kampung Situ Beet, Kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alur /Kerangka Desain Penelitian Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat oleh Sugiyono, dikutip bahwa: Metodologi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan miniatur keseluruhan dari proses penelitian. Kerangka pemikiran akan memberikan arah yang dapat dijadikan pedoman bagi para

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan melakukan studi kasus di UMKM sulam usus Galeri Aan Ibrahim. Pengolahan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel 14 IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2009. Tempat penelitian berlokasi di Kota Sabang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 4.2 Metode Penelitian

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Endang Widuri Asih 1 1) Jurusan Teknik Industri Institut Sains

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem

Lebih terperinci

Ada tiga prinsip dasar dalam proses hirarki analitik, yaitu : secara hirarkis, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah.

Ada tiga prinsip dasar dalam proses hirarki analitik, yaitu : secara hirarkis, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah. 3. LANDASAN TEORI 3.1. Analytical Hierarchy Process Ai?nl~?rcnl Hrermc/?j9 P~~ocess (AHP) atau Proses Hirarki Analitik (PHA) ditujukan untuk membuat suatu model pel-inasalahan yang tidak mempunyai struktur

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

Koppontren. Pengembangan Rami

Koppontren. Pengembangan Rami 14 III. METODE KAJIAN 1 Diagram Alir Kajian Kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bahan baku alami (back to nature) dan kebutuhan serat alam selain kapas untuk bahan baku tekstil semakin dirasakan. Rami

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pemasaran adalah faktor penting dalam manajemen perusahaan. Strategi pemasaran yang diterapkan harus seiring dengan misi dan tujuan perusahaan. Strategi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota Malang. Fokus penelitian ini meliputi Sub sektor apa saja yang dapat menjadi

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT Lampiran II. ANALISA SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Pengumpulan Data 23 III. METODE KAJIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lokasi penanaman padi Pandanwangi, yaitu diwilayah Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur. Kelembagaan tani yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengembangan agroindustri kelapa sawit sebagai strategi pembangunan nasional merupakan suatu keniscayaan guna memperkecil kesenjangan pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Pengambilan data di lapangan dipusatkan di PPN Brondong dan pusat pemerintahan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat Keputusan BPK RI Nomor 23/SK/

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono (008 : 3) mengemukakan secara umum penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: 223-230 MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KARYAWAN PADA INSTANSI KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PELINDUNGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Curug Jaya di Kampung Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Dalam membuat strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Grobogan, digunakan metode SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus (observational case studies) dengan pendekatan kuantitatif yang memadukan input data

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan memanipulasi data. Sistem ini digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Propinsi Jawa Barat, selama kurang lebih tiga (3) bulan, yaitu dari bulan Maret - Juni.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Dalam membuat strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Kendal, digunakan metode SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci