3. BAB II STUDI PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3. BAB II STUDI PUSTAKA"

Transkripsi

1 3. BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan sebagai acuan dan kajian terhadap penelitian ini, Dengan dilakukan tinjauan pustaka terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang sesuai dengan topik pembahasan maka akan diperoleh metode terbaik guna mendukung proses penelitian ini. Image Processing telah banyak dilakukan sebelumnya dengan berbagai klasifikasi yang digunakan, salah satunya pada penelitian yang dilakukan oleh Jatmika & Purnamasari, (2014) dalam penelitian dengan judul Rancang Bangun Alat Pendeteksi Kematangan Buah Apel dengan Menggunakan Image Processing Berdasarkan Komposisi Warna, tujuan dari penelitian adalah mengetahui kematangan buah apel berdasarkan komposisi warna pada tekstur buah apel dengan menggunakan USB webcam, hasil dari webcam yang akan diolah dengan metode image processing dari sistem deteksi kemiripan citra yang telah dibuat, maka kematangan buah apel diukur dengan menghitung nilai jarak antar histogram. Dengan menggunakan histogram dapat dicari citra yang memiliki kemiripan komposisi warna. Histogram inilah yang akan mempresentasikan distribusi jumlah piksel tiap warna dalam citra, sebagai pembanding kematangan buah apel yang diukur adalah histogram warna buah apel yang sudah matang, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keakuratan yaitu cahaya, jarak, dan background. Serta range yang 7

2 8 didapat yaitu 0%-11% (matang), 12%-1 7%(mengkal), 18%-100%(mentah). Dari hasil penelitian tersebut hanya mencari kemiripan distribusi warna, bukan pada ukuran buah apel. Pengolahan citra digital dan JST yang dilakukan oleh Wibowo, (2016) dalam penelitiannya Klasifikasi Mutu Buah Pepaya (Carica Papaya L ) dengan Teknologi Pengolahan Citra Digital dan Jaringan Saraf Tiruan. Penelitian ini bertujuan merancang dan menyusun program pengolahan citra digital dan jaringan saraf tiruan untuk klasifikasi pemutuan buah pepaya. Calina IPB-9 ke dalam tiga kelas mutu yaitu kelas Super, A dan B. Fitur bentuk yang di ekstrak terdiri dari compactness dan roundness. Fitur tekstur yang diekstrak meliputi nilai energy, entropy, contras, homogeneity, invers difference moment, variance dan dissimilarity yang didapat berdasarkan GLCM (Grey Level Cooccurence Matrices), fitur tekstur lain yakni fitur LBP (Local Binary Pattern). Fitur warna yang di ekstrak terdiri dari nilai mean red, green, blue, hue, saturation, dan value. Fitur-Fitur tersebut dijadikan sebagai input pada saat pelatihan jaringan saraf tiruan dengan backprogation. Hasil dari pengujian pada proses pengenalan menunjukan fitur energy dan entropy dapat membedakan mutu pepaya Calina IPB-9 dengan tingkat akurasi terbaik yaitu sebesar 86,11%. Sedangkan penelitian klasifikasi mutu pada buah manggis telah dilakukan sebelumnya salah satunya oleh Sandra, (2007) dalam penelitiannya Pengembangan Pemutuan Buah Manggis untuk Ekspor Secara Non Destruktif dengan Jaringan Syaraf Tiruan tujuan dari penelitian ini adalah membangun sistem pemutuan buah

3 9 manggis secara non destruktif dengan metode JST (jaringan syaraf tiruan). Parameter input yang digunakan adalah hasil dari pengolahan citra dengan perangkat penunjang video capture MATROX Meteor untuk pemutuan manggis bagian luar dan gelombang ultrasonik pada frekunsi 50kHz untuk pemutuan manggis. Dari penelitian tersebut menunjukan ketepatan pemutuan buah manggis adalah sebesar 100%. Pemutuan berdasarkan diameter menghasilkan angka 94%, ketepatan pemutuan buah manggis dengan JST adalah 95% dan untuk kelas SNI dan 92% untuk pendugaan rasio gula atau asam. Akan tetapi penulis hanya menggunakan citra RGB tanpa merubah keadaan citra grayscale karena akan berpengaruh terhadap akurasi dan efektivitas waktu pemrosesan data. Penelitian dengan metode sebelumnya dengan metode PCA telah dilakukan oleh Ismawan, (2015) dalam penelitiannya Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan Wajah dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah citra wajah sesorang melalui ciri-ciri utamanya seperti mata, hidung, bibir, alis sebagai identitas. Identitas dari wajah seseorang melalui ciri wajah seseorang tersebut oleh sistem akan dikenali melalui berbagai pelatihan (training) yang disimpan disebuah database. Fase pelatihan (training) merupakan hasil ekstraksi dari kumpulan berbagai wajah yang berbeda kemudian dikumpulkan dan disimpan disebuah database. Hasil citra yang telah diekstraksi menggunakan algoritma PCA tersebut nantinya akan dibandingkan dengan citra wajah baru sebagai citra wajah yang akan di tes apakah mempunyai kemiripan atau hampir mirip untuk dikenali oleh sistem. PCA relatif mudah

4 10 menangani sejumlah data yang cukup besar serta kemampuannya menangani datadata dimensi yang komplek, seperti fitur-fitur pada citra wajah yang diekstrak berupa dimensi eigenvaktor dan eigenvalues sehingga diperoleh ruang wajah (eigenspace) atau eigenfaces. Penelitian dengan metode PCA dengan objek wajah juga dilakukan oleh Rahmah, (2012) dalam penelitiannya Teknik Pengenalan Wajah Dengan Algoritma PCA Berbasis Seleksi Eigenvector. Penelitian ini bertujuan untuk pembuatan sistem pengenalan wajah dilakukan dengan menggunakan algoritma Principal Component Analysis (PCA). PCA adalah salah satu algoritma yang digunakan untuk pengenalan berdasarkan appearance based. PCA ini juga merupakan algoritma reduksi dimensi yang mampu menghasilkan komponen-komponen wajah yaitu eigenface. Pemilihan atau seleksi eigenvector dilakukan untuk mengetahui eigenvector mana yang sesuai dengan kandungan informasi yang lebih tinggi. Hasil yang diperoleh antara lain laju pengenalan tanpa penggunaan pre-processing untuk database att_face adalah 72%- 82,67%, Untuk database YaleB laju pengenalannya adalah 80,67%-95,33%. Penggunaan pre-processing dapat meningkatkan laju pengenalan, yaitu dengan preprocessing lognormal pada database YaleB dapat meningkatkan laju pengenalan jauh lebih baik, menjadi 88%-95,33%. Untuk metode seleksi eigenvector yang terbaik, digunakan metode seleksi remove first eigenvector. Metode ini dapat bekerja baik dengan penggunaan database YaleB maupun att_face. Penggunaan metode PCAuntuk pemilihan fitur dilakukan oleh Uguz, 2011 dalam penelitiannya A two-stage feature selection method for text categorization by

5 11 using information gain, principal component analysis and genetic algorithm dalam penelitian ini bertujuan untuk pemilihan fitur two-stage dan ekstraksi fitur digunakan untuk meningkatkan kinerja kategori text. Pada tahap pertama, masing-masing istilah dalam dokumen digolongkan berdasarkan pada pentingnya klasifikasi menggunakan metode information gain (IG), pada tahap kedua, pemilihan fitur genetic algorithm (GA) and principal component analysis (PCA). Percobaan dilakukan dengan menggunakan k-nearest neighbour (KNN) dan C4.5 decision tree algorithgm on Routers-21,578 dan Classic3 untuk mengategorikan text, hasil percobaan mampu mencapai efektivitas kategori tinggi yang diukur precision, recall, dan F-measure. Ekstraksi ciri banyak dilakukan seperti penelitian pada buah manggis yang dilakukan oleh Indah, (2017) pada judul Ekstraksi Ciri Transformasi Curvelet Diskrit untuk Mendeteksi Kerusakan pada Buah Manggis Pada awal penelitian ini tahap pertama adalah pengolahan citra dengan melakuka persamaan ukuran citra grayscale, kemudian dilakukan transfomasi curvelet diskrit. Selanjutnya adalah tahap pengambilan nilai ekstraksi ciri mean, energy,entropy, Standard deviation, variance, sum, correlation, contrast, dan homogeneity. Setelah mendapat ekstraksi ciri pada tahap selanjutnya klasifikasi untuk mengetahui akurasi mana yang tertinggi dengan menggunakan metode Linear Discriminant Analysis (LDA) dengan metode validasi K-Fold Cross Validation yang dibagi atas 4-fold cross validation. Pengujian menggunakan 120 citra dengan akurasi tertinggi yaitu ekstraksi ciri Standard deviation (standar deviasi) sebesar 88,3% dan variance sebesar 87.4%.

6 12 Ekstraksi ciri pada buah juga dilakukan oleh Permadi & Murinto, (2015) pada penelitian Aplikasi Pengolahan Citra untuk Identifikasi Kematangan Mentimun Berdasarkan Tekstur Kulit Buah Menggunakan Metode Ekstraksi Ciri Statik bertujuan untuk medeteksi kematangan mentimun dari segi tekstur buah untuk menerapkan metode statistik dengan ekstraksi ciri yaitu mean, variance, skewness, kurtosis, dan entropy untuk mengetahui nilai akurasi setelah program diuji. Pengujian ini menggunakan 20 sampel citra terdiri 10 citra mentimun matang dan 10 citra mentimun belum matang. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa parameter variance adalah parameter yang paling berpengaruh dalam penentuan ciri citra karena terlihat yang paling baik. Sedangkan untuk mentimun matang mendapatkan tingkat akurasi 70% dan mentimun belum matang mencapai 80%. Maka dari itu metode ciri statistik kematangan mentimun mencapai rata-rata 75%. Penelitian menggunakan metode LDA dengan objek wajah dilakukan oleh Brilian, Huda, & Taufik, (2014) dalam penelitianya Sistem Pengenalan Wajah dengan Menggunakan Metode Linear Discriminant Analysis dalam penelitian ini bertujuan untuk pengenalan wajah manusia menggunakan metode LDA. Berdasarkan metode ini dapat melakukan pengenalan wajah manusia dengan komposisi data pelatihan sebanyak 6 variasi dan data penguji sebanyak 4 variasi dengan mengambil nilai karakteristik atau nilai eigen sebanyak 80 maka akan dapat keakuratan sebanyak 70% dalam melakukan pengenalan wajah manusia. Dari beberapa tinjauan pustaka, akan dilakukan riset tentang deteksi permukaan buah menggunakan pengolahan citra menggunakan metode Principal

7 13 Component Analysis. Dengan menggunakan feature extraction untuk memilih permukaan buah manggis. Fitur yang digunakan untuk mengklarifikasikan permukaan buah manggis adalah Linear Discriminant Analysis (LDA). Pada penelitian sebelumnya klasifikasi buah manggis masih menggunakan metode manual sehingga memakan waktu yang lama dan hasil klasifikasi menjadi tidak akurat dengan menggunakan pengolahan citra metode PCA dan klasifikasi LDA dimana hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mendapatkan nilai akurasi yang optimal dalam mendeteksi citra buah manggis Landasan Teori Deteksi Cacat Cacat permukaan pada buah adalah sebagai penentu mutu dan kualitas atau nilai dari suatu barang menjadi kurang baik atau kurang sempurna. Cacat sangat berpengaruh kualitas dari benda atau barang sehingga dalam hal ini kualitas menjadi salah satu faktor penting dalam pengambilan pemilihan. Pada pengolahan citra sendiri memiliki deteksi cacat yang berfungsi untuk mengetahui area cacat pada citra sehingga diketahui berapa presentase kecacatan tersebut (Wiharja & Harjoko, 2014) Pengertian Citra Digital Citra adalah gambar pada bidang dua dimensi atau dapat diartikan juga sebagai pantulan cahaya pada bidang dua sisi dimensi yang terekam pada media rekam seperti pengindraan optik kamera dan lain sebagainya. Bayangan objek akan direkam sesuai intensitas cahaya yang mengenainya. Apabila piranti perekam berupa

8 14 mesin digital, maka citra yang dihasilkan adalah citra digital. Alat akusisi citra digital antara lain kamera digital, kamera smartphone, mikroskop digital, scanner dan lain sebagainya. Sedangkan citra analog adalah citra yang terbentuk dari sinyal kontinyu. Nilai intensitas cahaya pada citra analog memiliki range antara 0 s.d ~. Alat akusisi citra analog antara lain mata kamera dan mata analog. Gambar 2. 1 Citra kontinu (kiri), Citra digital (kanan) Sebuah citra digital dapat mewakili oleh sebuah matriks yang terdiri dari M kolom N baris, dimana perpotongan antara kolom dan baris disebut piksel (piksel = picture element), yaitu element terkecil dari sebuah citra. Piksel mempunyai dua parameter yaitu koordinat dan intesitas atau warna. Nilai yang terdapat pada koordinat (x,y) adalah f(x,y), yaitu besar intensitas atau warna dari piksel di titik tersebut. Oleh sebab itu, sebuah citra digital dapat ditulis dalam matriks:

9 15 Gambar 2. 2 Representrasi citra digital dalam matriks Berdasarkan gambar tersebut secara matematis citra digital dapat dituliskan sebagai fungsi intensitas f(x,y), dimana x (baris) dan y (kolom) merupakan koordinat posisi dan f(x,y) adalah nilai fungsi pada setiap titik (x,y) yang menyatakan besar intesitas citra atau tingkat keabuan atau warna dari piksel di titik tersebut. Pada proses digitalisasi (sampling dan kuantitas) diperoleh baris M dan kolom N hingga membentuk matriks M x N dan jumlah tingkat keabuan piksel G. (Sutoyo, Mulyanto, Suhartono, Nurhayati, & Wijanarto, 2009) Gambar 2. 3 Koordinat Citra digital Piksel merupakan bagian terkecil dari sebuah citra digital berupa persegipersegi bangun dasar yang berukuran kecil yang dihitung per inch setiap piksel hanya

10 16 memiliki satu warna dan menempati sebuah tempat spesifik pada sebuah citra. Pada skala resolusi tertinggi, mesin cetak gambar berwarna dapat menghasilkan hasil cetak yang memiliki lebih dari titik per inci dengan pilihan 16 juta warna lebih dari untuk setiap inci, dalam istilah komputer berarti gambar seluas satu inci persegi yang bisa ditampilkan pada tingkat resolusi tersebut sama seperti 150 juta bit informasi Pengertian Pengolahan Citra Digital (Image Processing) Pengolahan citra adalah proses pengolahan sinyal yang inputnya adalah citra. Outputnya dapat berupa citra atau sekumpulan karakteristik atau parameter yang berhubungan dengan citra. Istilah pengolahan citra digital secara umum didefinisikan sebagai pemorsesan citra dua dimensi dengan komputer. Dalam definisi yang lebih luas, pengolahan citra digital juga mencakup semua data dua dimensi yang dapat diolah dengan mudah (Efford, 2000). Pengolahan citra digital berfungsi sebagai proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterprestasi oleh manusia atau komputer, selain itu teknik pengolahan citra juga digunakan sebagai proses awal (preprocessing) dari komputer visi. Pengolahan citra dilakukan dengan cara mengubahnya menjadi dua gambar yang diinginkan untuk mendapatkan sebuah hasil. Pengolahan citra memungkinkan penggunaan algoritma untuk proses pembersihan citra, pemampatan, penyesuaian citra, pemotongan, dan sebagainya. Tergantung tujuan citra yang akan diolah.

11 Citra Warna RGB Citra RGB adalah sebuah gambar yang memiliki warna dasar yaitu merah (Red), hijau (Green) dan biru (Blue) merupakan warna dasar yang dapat diterima oleh mata manusia. Masing-masing warna memiliki range maka total dari warna tersebut 255 = (16K) variasi warna berbeda pada gambar, dimana variasi warna ini cukup untuk gambar apapun, dikarenakan jumlah bit yang diperlukan untuk setiap pixel, gambar tersebut disebut gambar-bit warna. Color image terdiri dari tiga matriks yang mewakili nilai-nilai merah, hijau, dan biru untuk setiap pikselnya (Kusumanto & Tompunu, 2011). Gambar 2. 4 Citra RGB (Red,Green,Blue) Citra Grayscale (Abu-abu) Citra grayscale merupakan citra digital yang hanya memiliki satu nilai kanal pada setiap pikselnya, artinya nilai dari Red = Green = Blue. Nilai-nilai tersebut digunakan untuk menunjukan intesitas warna. Citra digital black and white (grayscale) setiap pikselnya mempunyai warna gradasi mulai dari putih sampai hitam. Rentang tersebut berarti setiap piksel dapat diwakili 8 bit, atau 1 byte. Rentang

12 18 warna pada pada black and white cocok digunakan untuk pengolahan file gambar (Kusumanto & Tompunu, 2011). Gambar 2. 5 Citra Grayscale Principal Component Analysis (PCA) PCA (Principal Component Analysis) adalah sebuah teknik yang menganalisa sebuah tabel data observasi ke dalam sebuah data tabel baru yang memiliki korelasi yang sama. Tujuan dilakukan PCA adalah untuk menyederhanakan data obeservasi yang sebelumnya kompleks agar lebih mudah untuk diproses atau dianalisis. Menurut peneliti PCA (Principal Component Analysis) adalah suatu teknik stastistik yang secara linier mengubah bentuk sekumpulan variable asli menjadi variable yang lebih kecil atau lebih sederhana yang tidak berkorelasi yang dapat mewakili informasi dari kumpulan variable asli (Dunteman & H, 1989). Dalam statistika, Principal Component Analysis adalah teknik yang digunakan untuk menyederhanakan suatu data dengan cara mentransformasi linier sehingga terbentuk sistem koordinat baru dengan varians maksimum. PCA dapat juga digunakan untuk meredukasi dimensi suatu data tanpa mengurangi karakteristik data tersebut secara signifikan (Smith, 2002) sedangkan menurut (Santosa, 2007) Principal Component Analysis (PCA) adalah suatu bentuk teknik handal untuk

13 19 mengetraksi struktur dari suatu set data dengan dimensi yang cukup banyak. Problem PCA adalah menemukan eigenvalue dan eigenvectors. PCA adalah transformasi orthogonal (tegak lurus) dari sistem koordinat dimana data dideskripsikan. Koordinat baru dimana data dideskripsikan dinamakan principal component atau PC. Koordinat tersebut dipilih dimana variansi dari data mencapai maksimum. Seringkali dengan beberapa Principal Component (PC) sudah cukup untuk menjelaskan struktur data asli. Jika data dalam dimensi asli sulit untuk direpresentasikan melalui grafik makan dengan dua PC atau satu PC bisa dicitrakan melalui grafik (Santosa, 2007). Metode PCA dalam penelitian pengenalan wajah yang diperkenalkan oleh Turk dan Pentland pada tahun Metode tersebut bertujuan untuk memproyeksikan data pada arah yang memiliki variasi terbesar(yang ditunjukkan oleh vector eigen) yang bersesuaian dengan nilai eigen terbesar dari matrik kovarian. Metode PCA memiliki kelemahan yaitu kurang optimalnya dalam pemisahan antar kelas. Tujuan PCA adalah untuk menjelaskan bagian dari variasi dalam kumpulan variable yang diamati atas dasar beberapa dimensi. Dari variable yang banyak dirubah menjadi sedikit variable. PCA sendiri berujuan untuk : 1. Meringkas pola korelasi antar variable yang diobservasi. 2. Mereduksi sejumlah besar variable menjadi sejumlah kecil faktor. 3. Memberikan sebuah defisi operasional persama regresi dimensi pokok penggunaan variable yang diobservasi. 4. Menguji teori yang mendasarinya (Tabachnick, 2001).

14 20 Langkah-langkah PCA sendiri meliputi : a. Menyeleksi dan pengukuran variable b. Persiapa matriks korelasi c. Mengekstraksi faktor dari matriks korelasi d. Rotasi faktor untuk meningkatkan interpretasi e. Interpretasi berhasil Dengan memanfaatkan PCA semoga hasil ekstraksi ciri akan memiliki tingkat akurasi yang memuaskan, karena telah mendapatkan nilai-nilai matrik yang ada pada citra yang akan diproses pada tahapan-tahapan selanjutnya Ekstraksi Ciri Ekstraksi ciri merupakan suatu proses pengambilan ciri unik dari suatu objek ke dalam sebuah nilai yang didapatkan akan dianalisis dan digunakan sebagai bahan anlisis. Untuk mendapatkan nilai dari suatu ciri dilakukan dengan menghitung jumlah titik atau piksel yang ditemui dalam setiap pengecekan, dimana pengecekan dilakukan dalam berbagai arah pada koordinat kartesian dari citra digital yang dianalisis, yaitu vertical, horizontal, diagonal kiri dan diagonal kanan. Metode ini menggunakan perhitungan stastik distribusi derajat keabuan (histrogram) dengan mengukut tingkat kekontrasan, granularitas, dan kekasaran suatu daerah dari hubungan ketetanggan antar piksel didalam citra. Ciri citra dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

15 21 1. Mean Mean adalah nilai rata-rata atau rata-rata dari array. Untuk vector variable acak A yang terdiri dari pengamatan scalar N, Persamaan untuk menghitung mean didefinisikan sebagai persamaan (2.1) (MathWorks)...(2.1) Persamaan 2.1 Menghitung nilai Mean Nilai rata-rata dihitung dengan cara menjumlahkan nilai setiap piksel dari piksel ke-1 sampai ke-n kemudian dibagi dengan jumlah piksel yang ada. 2. Standard Deviation (Standar Deviasi) Untuk vector acak A yang terdiri sari pengamatan scalar N, standar deviasi didefinisikan sebagai persamaan (2.2) :... (2.2) Persamaan 2.2 Menghitung nilai Mean Dimana π adalah mean dari A pada persamaan 2.3 :...(2.3) Nilai standar deviasi adalah akar kuadrat dari varian. Beberapa definisi standar deviasi menggunakan faktor normalisasi N bukan N-1 yang dapat ditentukan dengan menentapkan w ke 1 (MathWorks).

16 22 3. Variance Variance adalah kuadrat dari standar deviasi. Variance memberi ukuran deviasi sinyal dari nilai meannya. Untuk input yang benar-benar nyata atau imajiner, u, dengan ukuran M oleh N, variancenya diberikan oleh persamaan (2.4) : (MathWorks)... (2.4) adalah elemen data masukan pada indeks i, j. adalah panjang kolom j adalah jumlah kolom Untuk input yang kompleks, variancenya diberikan dengan persamaan berikut:... (2,5) adalah varian dari bagian sebenarnya dari input kompleks. adalah varian bagian imajiner dari input komples. Persamaan 2.5 Menghitung nilai Variance 4. Energy Energy adalah suatu fitur yang digunakan untuk mengukur konsentrasi pasangan intensitas pada sebuah matrik co-accurrence. Nilai energy akan menghasilkan nilai yang besar jika distribusi level grayscale citra mempunyai bentuk yang konstan atau periodic. Semakin tinggi nilai entropy maka nilai energy

17 23 menggambarkan keteraturan penyebaran derajat keabuan suatu citra sehingga bisa dikatakan energy adalah inverse dari entropy. Persamaan 2.6 untuk menghitung energy adalah sebagai berikut :...(2,6) Persamaan 2.6 Menghitung nilai Energy Linear Discriminant Analysis (LDA) LDA atau disebut juga Linear Discriminant Analysis adalah skema fitur yang terkenal ekstraksi fitur dan pengurangan dimensi. Telah banyak digunakan dalam aplikasi yang melibatkan data dimensi tinggi,seperti pengenalan wajah dan pengambilan gambar. Keterbatasan LDA adalah masalah singularitas yaitu gagal bila semua matriks pencar adalah singular. Pendekatan yang terkenal untuk mengatasi masalah singularitas menggunakan PCA (Principal Component Analysis) atau Analisa Komponen Utama (Ye, Janardan, & Li, 2010). Pada tahun 1991, Cheng dkk memperkenalkan metode Analisa Diskriminan Linier (LDA) untuk metode pengenalan wajah. Metode ini mencoba menemukan sub ruang linier yang memaksimalkan perpisahan dua kelas pola menurut Fisher Criterion. Hal ini dapat diperoleh dengan meminimalkan jarak matrik sebaran dalam kelas yang sama (within-class) dan memaksimalkan jarak matrik sebaran antar kelas (between-class). Secara simultan sehingga menghasilkan Fisher Criterion Fisher Criterion yang maksimal. Diskriminan Fisher Linier akan menemukan sub ruang dimana kelas-kelas saling terpisah linier dengan memaksimalkan Fisher Criterion. Jika dimensi data

18 24 jatuh lebih tinggi daripada jumlah sample training maka akan menjadi singular. Hal teresebut merupakan kelemahan dari metode LDA. LDA juga diketehaui oleh masyarakat setelah Ronald A. Fisher sebagai penemu metode ini dalam paper yang berjudul The Use of Multiplemeasures in Taxonomic Problems pada tahun LDA adalah salah satu metode yang dipakai pada bidang statistik, pengenalan pola secara umum untuk menemukan kombinasi linier dari fitur atau ciri yang membedakan dua kelas atau lebih objek. Penyusunan fungsi diskriminan dilakukan dengan membentuk kombinasi linier dari perubahan bebas yang diamati dan akan memberikan nilai keragaman sekecil mungkin bagi objek-objek antar kelompok (Salwa, 2007 ). Ada banyak kemungkinan teknik klasifikasi data PCA (Principal Component Analysis) dan LDA (Linier Discriminant Analysis) adalah dua teknik yang umum digunakan untuk klasifikasi data dan pengurangan dimensi. Linier Discriminant Analysis (LDA) dengan mudah menangani kasus dimana frenkuesi di dalam kelas yang tidak sama dan kinerjanya telah diperiksa pada data uji yang dihasilkan secara acak. Metode ini memaksimalkan rasio varians antar kelas dengan varians dalam kelas pada kumpulan data tertentu sehingga menjamin pemisahan maksimal. Penggunaan LDA untuk klasifikasi data diterapkan pada masalah klasifikasi dalam pengenalan suara. Untuk menerapkan algoritma pada LDA dengan harapan dapat memberikan klasifikasi yang lebih baik dibandingkan menggunakan PCA. Perbedaan utama antara LDA dan PCA adalah PCA melakukan lebih banyak klasifikasi fitur dan LDA melakukan klasifikasi data. PCA lebih baik,

19 25 bentuk dan lokasi kumpulan data asli berubah saat diubah dari ruang yang berbeda sedangkan LDA tidak mengubah lokasi tetapi mencoba memberikan lebih banyak keterpisahan kelas dan mengambil kesimpulan diantara kelas. Metode ini juga membantu lebih memahami distribusi data fitur. Penggunaan LDA rentan terhadap outlier dan overfitting, dimana keadaan tersebut sering terjadi saat pengambilan fitur. Tujuan dari metode Linier Discriminant Analysis antara lain : a. Menetukan perbedaan yang nyata dan jelas antara beberapa karakteristik yang diteliti dalam membedakan kelompok. b. Menentukan variabel bebas mana saja yang memberikan kontribusi dalam membedakan nilai rata-rata diskriminan dari kelompok. c. Menentukan tingkat akurasi dari sebuah sistem dalam mengidentifikasi objek berdasarkan ciri tertentu. Berikut ini adalah sebuah persamaan 2.7 dari Linear Discriminant Analysis (LDA) :... (2,7) Keterangan : Y = nilai (skor) diskriminan dan merupakan variable terikat. = variable (atribut) ke-k dan merupakan variable bebas = koefisien diskriminan atau bobot dari variable (atribut) ke-k.

20 K-Fold Cross Validation Cross Validation atau validasi silang adalah satu teknik untuk menilai atau memvalidasi keakuratan sebuah model berdasarkan dataset tertentu. Pembuatan model biasanya bertujuan untuk melakukan prediksi maupun klasifikasi terhadap suatu data baru yang boleh dan belum pernah muncul di dalam dataset. Data yang digunakan dalam proses pembangunan model yaitu data latih (training), sedangkan data yang akan digunakan untuk memvalidasi model yaitu data uji (testing). Salah satu metode cross-validation yang popular adalah K-Fold Cross Validation. Didalam teknik ini data ini dataset dibagi menjadi sejumlah K-buah partisi secara acak, Setelah itu dilakukan sejumlah K-kali eksperimen, masing-masing penelitian menggunakan data partisi ke-k sebagai data testing dan memanfaatkan sisa partisi lainnya sebagai data training (Muafiq D., 2006) Untuk mendapatkan nilai akurasi maupun ukuran penilaian lainnya dari penelitiaan yang akan dilakukan dapat diambil dari nilai rata-rata keseluruhan eksperimen tersebut. Sebagai gambaran 4-Fold Cross Validation ditunjukan pada Gambar 2.6

21 Gambar 2. 6 Data set pada K-Fold Cross Validation 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem diawali dengan pembacaan citra rusak dan citra tidak rusak yang telah terpilih dan dikumpulkan pada folder tertentu.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-3230m CPU @ 2.60GHz b. Memori : 4.00 GB c.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Dosen Pembimbing : 1) Prof.Dr.Ir. Mauridhi Hery Purnomo M.Eng. 2) Dr. I Ketut Eddy Purnama ST., MT. Oleh : ATIK MARDIYANI (2207100529)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan Wajah dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE

Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan Wajah dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE Fiqih Ismawan Dosen Program Studi Teknik Informatika, FMIPA Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR

TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR DWI ACHTI NOVIATUR R. 2208100656 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Wirawan, DEA (Ir. Hendra Kusuma, M.Eng) PIE Problem Representasi Citra

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan sebagai acuan dan kajian terhadap penelitian ini. Dengan dilakukannya tinjauan pustaka terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data.

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. 6 2.Landasan Teori 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. Informasi Multi Media pada database diproses untuk mengekstraksi fitur dan gambar.pada proses pengambilan, fitur dan juga atribut atribut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D Penelitian ini mengembangkan model sistem pengenalan wajah dua dimensi pada citra wajah yang telah disiapkan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Wajah Pengenalan wajah adalah salah satu teknologi biometrik yang telah banyak diaplikasikan dalam sistem keamanan selain pengenalan retina mata, pengenalan sidik jari

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Diagram Blok Sistem Rancangan perangkat keras dari aplikasi pengenalan wajah ini dapat dilihat pada diagram blok Gambar 3.1 sebagai berikut

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai tinjauan pustaka, berikut beberapa contoh penelitian telapak kaki yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem yaitu dengan melakukan pengambilan data berupa foto fisik dari permukaan buah manggis kemudian melakukan sampling data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan studi (state of the art) Berikut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya : 1. Penelitian dilakukan oleh Sigit Sugiyanto Feri Wibowo (2015), menjelaskan tentang klasifikasi

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uang Kertas Rupiah Uang Rupiah Kertas adalah Uang Rupiah dalam bentuk lembaran yang terbuat dari Kertas Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dimana penggunaannya dilindungi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE Widodo Muda Saputra, Helmie Arif Wibawa, S.Si, M.Cs, dan Nurdin Bahtiar, S.Si, M.T Fakultas Sains dan Matematika, Jurusan Ilmu Komputer

Lebih terperinci

Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis)

Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis) Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis) Ratna Nur Azizah Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

Model Citra (bag. I)

Model Citra (bag. I) Model Citra (bag. I) Ade Sarah H., M. Kom Defenisi Citra Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Jenis dari citra ada 2, yaitu: 1. Citra analog (kontinu) : Dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer sekarang sangat pesat, ini ditandai dengan hampir semua pengolahan data dan informasi telah dilakukan dengan komputer. Hal ini diakibatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Citra, Pengolahan Citra, dan Pengenalan Pola Citra dapat dijelaskan sebagai dua dimensi dari fungsi f(x,y) dimana x dan y tersebut adalah sebuah koordinat pada bidang

Lebih terperinci

BAB II CITRA DIGITAL

BAB II CITRA DIGITAL BAB II CITRA DIGITAL DEFINISI CITRA Citra adalah suatu representasi(gambaran),kemiripan,atau imitasi dari suatu objek. DEFINISI CITRA ANALOG Citra analog adalahcitra yang bersifat kontinu,seperti gambar

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Webcam Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media yang berorientasi pada image dan video dengan resolusi tertentu. Umumnya webcam adalah sebuah perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Pengenalan manusia secara otomatis menggunakan mesin merupakan masalah yang menantang dan telah menjadi banyak perhatian selama beberapa tahun terakhir. (Jawad, Syed, dan Farrukh,

Lebih terperinci

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor PENGENALAN KADAR TOTAL PADAT TERLARUT PADA BUAH BELIMBING BERDASAR CITRA RED-GREEN-BLUE MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS (PCA) SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN KLASIFIKASI K-NEAREST NEIGHBORHOOD (KNN)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steganografi Steganografi adalah mekanisme penanaman atau penyisipan pesan (m) kedalam sebuah cover objek (c) menggunakan kunci (k) untuk berbagi rahasia kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan alat dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. 3.1.1 Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Silviana Utari, Tjut Awaliyah, M.Kom, Irma Anggraeni, M.Kom

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Dalam mengetahui suatu bahan jenis kulit cukup sulit karena bahan jenis kulit memeliki banyak jenis. Setiap permukaan atau tekstur dari setiap jenisnya

Lebih terperinci

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Sinar Monika 1, Abdul Rakhman 1, Lindawati 1 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA Nurliadi 1 *, Poltak Sihombing 2 & Marwan Ramli 3 1,2,3 Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Pengembangan Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang melakukan proses data mulai dari pengolahan citra otak hingga menghasilkan output analisa

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) PENGENALAN POLA TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) Riza Firdaus Ardiansyah NIM : A11.2009.05106 Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE LINEAR DISCRIMINANT ANALYSIS DAN K NEAREST NEIGHBOR

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE LINEAR DISCRIMINANT ANALYSIS DAN K NEAREST NEIGHBOR PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE LINEAR DISCRIMINANT ANALYSIS DAN K NEAREST NEIGHBOR 1 Fandiansyah, 2 Jayanti Yusmah Sari, 3 Ika Purwanti Ningrum Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Wawan Kurniawan Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi wwnkurnia79@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menginterprestasi sebuah citra untuk memperoleh diskripsi tentang citra tersebut melalui beberapa proses antara lain preprocessing, segmentasi citra, analisis

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 BAB HASIL DAN PEMBAHASAN Ada tiga tahap utama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu ektraksi ciri, pelatihan dan pengujian JST. Percobaan dilakukan dengan mengkombinasikan data hasil ekstraksi ciri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX. Abstrak

EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX. Abstrak EKSTRAKSI CIRI TEKSTUR CITRA WAJAH PENGGUNA NARKOTIKA MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL CO-OCCURANCE MATRIX Karina Auliasari, Bastian, Bella Fardani, Zulkifli, Ivandi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi GUI GUI diimplementasikan sesuai dengan program pengolah citra dan klasifikasi pada tahap sebelumya. GUI bertujuan untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi

Lebih terperinci

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma Representasi Citra Bertalya Universitas Gunadarma 2005 Pengertian Citra Digital Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital) Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN

PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN Herfina 1) 1) Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA Universitas Pakuan Jl. Pakuan PO BOX 452, Ciheuleut Bogora email : herfinario@yahoo.com

Lebih terperinci

OTOMASI TAGIHAN LISTRIK DENGAN CITRA DIGITAL. Abstrak

OTOMASI TAGIHAN LISTRIK DENGAN CITRA DIGITAL. Abstrak OTOMASI TAGIHAN LISTRIK DENGAN CITRA DIGITAL Titik Rahmawati Program Studi Manajemen Informatika STMIK Jenderal Achmad Yani Yogyakarta rahmawati.titik@gmail.com Abstrak Perusahaan listrik negara (PLN)

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR...

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii PERNYATAAN... iii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iv BERITA ACARA TUGAS AKHIR... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi tersebut pada setiap titik (x,y) merupakan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. T. C. Ling, dkk., (2008) dalam penelitiannya Automated Pavement

BAB II STUDI PUSTAKA. T. C. Ling, dkk., (2008) dalam penelitiannya Automated Pavement 5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka T. C. Ling, dkk., (2008) dalam penelitiannya Automated Pavement Imaging Program (APIP) for Pavement Cracks Classification and Quantification A Photogrammetric

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia. Sidik jari, tanda tangan, DNA, telinga, wajah, infrared,

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Sampel Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah sampel beras B, 1 buah sampel beras C, dan 2 buah sampel beras D. 1. Data Pengujian Mutu Beras

Lebih terperinci

Pengolahan Citra : Konsep Dasar

Pengolahan Citra : Konsep Dasar Pengolahan Citra Konsep Dasar Universitas Gunadarma 2006 Pengolahan Citra Konsep Dasar 1/14 Definisi dan Tujuan Pengolahan Citra Pengolahan Citra / Image Processing Proses memperbaiki kualitas citra agar

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

Pengenalan Pola/ Pattern Recognition

Pengenalan Pola/ Pattern Recognition Pengenalan Pola/ Pattern Recognition Linear Discriminant Analysis Imam Cholissodin S.Si., M.Kom. Pokok Pembahasan 1. Linear Discriminant Analysis (LDA) Pengertian Klasifikasi LDA Rumus Umum LDA 2. Case

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: kustiannunu@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Menurut Ming-Hsuan, Kriegman dan Ahuja (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah sistem pengenalan wajah dapat digolongkan sebagai berikut:

Menurut Ming-Hsuan, Kriegman dan Ahuja (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah sistem pengenalan wajah dapat digolongkan sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan berbagai landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini dan menguraikan hasil studi literatur yang telah dilakukan penulis. Bab ini terbagi

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DALAM MENENTUKAN KEMATANGAN BUAH KAKAO MENGGUNAKAN METODE EUCLIDEAN DISTANCE SKRIPSI

PEMANFAATAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DALAM MENENTUKAN KEMATANGAN BUAH KAKAO MENGGUNAKAN METODE EUCLIDEAN DISTANCE SKRIPSI Artikel Skripsi PEMANFAATAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DALAM MENENTUKAN KEMATANGAN BUAH KAKAO MENGGUNAKAN METODE EUCLIDEAN DISTANCE SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Home security saat ini sudah menjadi kebutuhan setiap pemilik rumah yang menginginkan tingkat keamanan yang baik. Salah satu sistem keamanan konvensional yang masih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu system perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Sofyan Azhar Ramba 2 Adiwijaya 3 Andrian Rahmatsyah 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES

UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES 1 Uji Kinerja Face Recognition Menggunakan Eigenfaces UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES ABDUL AZIS ABDILLAH 1 1STKIP Surya, Tangerang, Banten, abdillah.azul@gmail.com Abstrak. Pada paper

Lebih terperinci

Scientific Journal of Informatics Vol. 2, No. 1, Mei 2015

Scientific Journal of Informatics Vol. 2, No. 1, Mei 2015 Scientific Journal of Informatics Vol. 2, No. 1, Mei 2015 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sji e-issn 2460-0040 JUDUL ARTIKEL Identifikasi Kualitas Beras dengan Citra Digital Arissa

Lebih terperinci

Pengenalan Bentuk Wajah Manusia Pada Citra Menggunakan Metode Fisherface

Pengenalan Bentuk Wajah Manusia Pada Citra Menggunakan Metode Fisherface Pengenalan Bentuk Wajah Manusia Pada Citra Menggunakan Metode Fisherface (Studi Kasus pengenalan wajah pada manusia di teknik informatika universitas malikussaleh) Muthmainnah, Rahayu Dosen Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM. Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi anggota

BAB III ANALISIS SISTEM. Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi anggota BAB III ANALISIS SISTEM 3.1. Sistem Absensi Berbasis Webcam Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi anggota berdasarkan input citra hasil capture webcam. Sistem akan melakukan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian pengolahan citra menggunakan metode transformasi curvelet telah banyak dilakukan sebelumnya dengan berbagai macam klasifikasi yang digunakan, salah

Lebih terperinci