MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG"

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 PERKARA NOMOR 71/PUU-IX/2011 PERKARA NOMOR 59/PHPU.D-X/2012 PERKARA NOMOR 60/PHPU.D-X/2012 PERIHAL 1. Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan [Pasal 33 ayat (6) dan Pasal 43 ayat (7)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Perkara 61/PUU-IX/2011). 2. Pengujian Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah [Pasal 14 huruf e dan huruf f] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Perkara 71/PUU-IX/2011). 3. Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya Tahun 2012 (Perkara Nomor 38/PHPU.D-X/2012). PEMOHON 1. Letjen TNI (Purn) Rais Abin, Letjen TNI (Purn) Soekotjo Tjokroadmodjo (Perkara Nomor 61/PUU - IX/2011) 2. Majelis Rakyat Kalimantan Timur Bersatu, Sundy Ingan, Andu, Luther Kombong, H. Awang Ferdian Hidayat, Muslihuddin Abdurrasyid, H. Bambang Susilo (Perkara Nomor 71/PUU-IX/2011) 3. Yakob Pujau dan Yulius Yapugau (Perkara Nomor 59/PHPU.D-X/2012) 4. Hirenus Sondegau dan Yesaya Bakau, Maxiumus Zonggonau dan Simon Widigipa, Bartolomeus Mirip dan Salo Holombao (Perkara Nomor 60/PHPU.D-X/2012) TERMOHON KPU Kabupaten Intan Jaya ACARA Pengucapan Putusan Rabu, 12 September 2012, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Moh. Mahfud MD. (Ketua) 2) Hamdan Zoelva (Anggota) 3) Ahmad Fadlil Sumadi (Anngota) 4) M. Akil Mochtar (Anggota) 5) Achmad Sodiki (Anggota) 6) Anwar Usman (Anggota) 7) Maria Farida Indrati (Anggota) 8) Harjono (Anggota) Yunita Ramadhani Panitera Pengganti Saiful Anwar Panitera Pengganti Ida Ria Tambunan Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon Perkara Nomor 61/PUU-IX/2011: 1. Rais Abin 2. Soekotjo Tjokroatmodjo B. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 71/PUU-IX/2011: 1. Iqbal Tawakkal Pasaribu 2. Muspani C. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 59/PHPU.D-X/2012: 1. Maheswara Prabandono 2. Habel Rumbiak D. Kuasa Hukum Termohon Perkara Nomor 59, 60/PHPU.D-X/2012 : 1. Petrus Elly 2. Eddy C. Wabes E. Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara Nomor 59, 60/PHPU.D-X/2012 : 1. Johanis h. Maturbongs F. Pemerintah: 1. Mualimin Abdi G. DPR: 1. Agus Trimorowulan

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Bismillahirrahmaanirrahiim. Sidang Mahkamah Konstitusi untuk Pengucapan Putusan Perkara-Perkara Bernomor 61/PUU-IX/2011, 71/PUU- IX/2011, 59/PHPU.D-X/2012, dan Perkara Nomor 60/PHPU.D-X/2012 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Kami cek dulu Perkara Pengujian Undang-Undang Nomor 61/PUU- IX/2011, hadir? Perkara Nomor 61/PUU-X/2011, Pak Rais Abin, hadir ya? Kemudian, Perkara Nomor 71/PUU-IX/2011? 2. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 71/PUU-IX/2011: IQBAL Hadir, Yang Mulia. 3. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Hadir. Perkara Sengketa Pemilu Daerah eh, Kepala Daerah Perkara Nomor 59/PHPU.D-X/2012? 4. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 59/PHPU.D-X/2012: MAHESWARA PRABANDONO Hadir, Yang Mulia. 5. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Perkara Nomor 60/PHPU.D-X/2012? Tidak hadir? Pemohon Perkara Nomor 60/PHPU.D-X/2012, tidak hadir. Baik, Pemerintah? 6. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI Hadir, Yang Mulia. 7. KETUA: MOH. MAHFUD MD. DPR? KETUK PALU 3X

5 8. DPR: AGUS TRIMOROWULAN Hadir, Yang Mulia. 9. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Kemudian, Termohon Perkara Nomor 59/PHPU.D-X/2012? 10. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 59,60/PHPU.D- X/2012: PETRUS ELLY Hadir, Yang Mulia. 11. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Termohon Perkara Nomor 60/PHPU.D-X/2012, sama? 12. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA NOMOR 59,60/PHPU.D- X/2012: PETRUS ELLY Sama, Yang Mulia. 13. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Sama. Pihak Terkait Perkara Nomor 59/PHPU.D-X/2012? 14. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 59, 60/PHPU.D- X/2012: JOHANIS H. MATURBONGS Hadir. 15. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Pihak Terkait Perkara Nomor 60/PHPU.D-X/2012? 16. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA NOMOR 59, 60/PHPU.D- X/2012: JOHANIS H. MATURBONGS Ya. 17. KETUA: MOH. MAHFUD MD. Baik. Ada empat putusan, jadi akan dimulai dari Perkara Nomor 59/PHPU.D-X/2012 dulu. Perkara Nomor 59/PHPU.D-X/2012 dan Perkara

6 Nomor 60/PHPU.D-X/2012 tentang Sengketa Hasil Pemilu Kepala Daerah. Bismillahirrahmaanirrahiim. PUTUSAN NOMOR 59/PHPU.D-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua, Tahun 2012, yang diajukan oleh: [1.2] 1. Nama : Yakob Pujau, S.Pd. Tempat/ Tanggal Lahir : Bigasiga, 7 Mei 1963 Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Alamat : Desa Yokatapa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya 2. Nama : Yulius Yapugau, S.E. Tempat/Tanggal Lahir : Zombasiga, 5 Februari 1982 Pekerjaan : Anggota DPRD Alamat : Kampung Zombadoga, Distrik Homeyo, Kabupaten Intan Jaya Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya Tahun 2012, Nomor Urut 5; Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa bertanggal 13 Agustus 2012 memberi kuasa kepada Habel Rumbiak, S.H., Sp.N., Libert Cristo Ibo, S.H., M.H., dan Thomas Ulukyanan, S.H., para Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor Advokat Kemasan Law Firm beralamat di Gedung JCD Lantai 4, Jalan Wahid Hasyim Nomor 27, Jakarta Pusat, dan Surat Kuasa bertanggal 29 Agustus 2012, memberikan kuasa kepada Denny Kailimang, S.H., M.H., Rachmat Basuki, S.H., Bastian Noor Pribadi, S.H., Dimaz Elroy, S.H., Drs. Utomo A. Karim T., S.H., Hamaldi Hamada Harahap, S.H., Muhajir, S.H., para Advokat yang tergabung dalam Tim Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat yang beralamat di Menara Kuningan Lantai 2/J&K, Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-7 Kav.5, Jakarta 12940, dan memberikan kuasa kepada Refly Harun dan Maheswara Prabandono, S.H., Advokat, Konsultan Jukum dan Pembela/Penasihat Hukum, yang tergabung dalam Persatuan Advokat & Konsultan Hukum yang bernama HARPA Law Firm berkantor di Jalan Musyawarah I Nomor 10, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530, bertindak baik sendiri maupun bersama-sama untuk

7 mendampingi dan atau mewakili pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai Pemohon; Terhadap: [1.3] Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Intan Jaya, beralamat di Sugapa, Kabupaten Intan Jaya; Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 28 Agustus 2012 memberi kuasa kepada Petrus P. Ell, S.H., dan Eddy C. Wabes, S.H., selaku Advokat dan Konsultan Hukum pada kantor PIETER ELL, SH & REKAN, yang beralamat di Lantai 7 Gedung Sahari Nomor 39, Jakarta Pusat, bertindak sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk dan atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai Termohon; [1.4] 1. Nama : Natalis Tabuni, S.S., M.Si. Alamat : Sugapa, kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua 2. Nama : Yaan Kobogoyau, S.Th., M.Div. Alamat : Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Nomor Urut 3 dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya Tahun 2012; Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa bertanggal 27 Agustus 2012 memberi kuasa kepada Rahman Ramli, S.H., Johanis H. Maturbongs, S.H., Yohanes Gewab, S.H., selaku Advokat/Pengacara dan Asisten pada kantor Jupiter Foundation yang beralamat di Jalan Sosial Nomor 31 Padang Bulan, Distrik Heram, Kota Jayapura, Provinsi Papua, bertindak untuk dan atas nama serta mewakili Pemberi Kuasa; Selanjutnya disebut sebagai Pihak Terkait; [1.5] Membaca permohonan Pemohon; Mendengar keterangan Pemohon; Mendengar keterangan dan membaca jawaban tertulis Termohon; Mendengar dan membaca keterangan tertulis Pihak Terkait; Mendengar dan membaca keterangan tertulis Pejabat Bupati Kabupaten Intan Jaya; Membaca keterangan tertulis Kepala Kepolisian Resor Kabupaten Paniai; Membaca keterangan tertulis dari Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya; Mendengar Keterangan saksi-saksi Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait;

8 Memeriksa bukti-bukti dari Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; Membaca kesimpulan tertulis Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; 18. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI Pendapat Mahkamah [3.19] Menimbang bahwa setelah mencermati permohonan dan keterangan Pemohon, jawaban Termohon, dan keterangan Pihak Terkait, bukti-bukti para pihak, keterangan saksi-saksi dari para pihak, keterangan Kapolres Paniai, serta kesimpulan dari para pihak, Mahkamah menemukan hal yang menjadi pokok perselisihan, yaitu adanya perbedaan hasil rekapitulasi perolehan suara di tingkat Kabupaten yang berbeda dengan hasil rekapitulasi perolehan suara tingkat distrik yaitu Distrik Hitadipa, Distrik Homeyo, Distrik Wandai, dan Distrik Mbiandoga. Menurut Pemohon perolehan suara yang benar didasarkan pada pemilihan yang dilakukan masyarakat secara adat atau noken dan sesuai dengan Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara di tingkat Distrik pada masingmasing distrik, sebagai berikut: Distrik Hitadipa No. Urut Nama Calon Bupati dan Wakil Bupati 1. Hirenius Sondegau, S.Pd., dan Yesaya Bakau, S.Ip 2. Maximus Zonggonau, S.Sos., dan Simon Widigipa, S.Ip. 3. Natalis Tabuni, S.S., M.Si., dan Yaan Kobogoyau, S.Th., M.Div. 4. Bartolomius Mirip, S.Pd dan Salo Holombau, S.Sos Hasil Rekapitulasi PPD KPU di Keterangan Hitadipa Jayapura dikurangi 416 suara ditambah 136 suara ditambah suara ditambah 154 suara Distrik Homeyo No. Urut Nama Calon Bupati dan Wakil Bupati 1. Hirenius Sondegau, S.Pd., dan Hasil Rekapitulasi PPD KPU di Homeyo Jayapura Keterangan

9 Yesaya Bakau, S.Ip 2. Maximus Zonggonau, S.Sos., dan Simon Widigipa, S.Ip. 3. Natalis Tabuni, S.S., M.Si., dan Yaan Kobogoyau, S.Th.,M.Div. 4. Bartolomius Mirip, S.Pd dan Salo Holombau, S.Sos 5. Yakub Pujau, S.Pd. dan Yulius Yapugau, S.E dikurangi suara ditambah suara Distrik Wandai No. Urut Nama Calon Bupati dan Wakil Bupati 1. Hirenius Sondegau, S.Pd., dan Yesaya Bakau, S.Ip 2. Maximus Zonggonau, S.Sos., dan Simon Widigipa, S.Ip. 3. Natalis Tabuni, S.S., M.Si., dan Yaan Kobogoyau, S.Th., M.Div. 4. Bartolomius Mirip, S.Pd dan Salo Holombau, S.Sos 5. Yakub Pujau, S.Pd. dan Yulius Yapugau, S.E. Hasil Rekapitulasi PPD KPU di Keterangan Wandai Jayapura dikurangi 40 suara dikurangi 981 suara ditambah suara dikurangi 170 suara dikurangi 917 suara Distrik Mbiandoga No. Urut Nama Calon Bupati dan Wakil Bupati 1. Hirenius Sondegau, S.Pd., dan Yesaya Bakau, S.Ip 2. Maximus Zonggonau, S.Sos., dan Simon Widigipa, S.Ip. 3. Natalis Tabuni, S.S., M.Si., dan Yaan Kobogoyau, S.Th., M.Div. 4. Bartolomius Mirip, S.Pd dan Hasil Rekapitulasi PPD KPU di Keterangan Mbiandoga Jayapura 25 0 dihilangkan dikurangi ditambah suara ditambah 246 suara

10 Salo Holombau, S.Sos 5. Yakub Pujau, S.Pd. dan Yulius Yapugau, S.E dikurangi Pemohon mengajukan bukti Sertifikasi hasil penghitungan suara tingkat TPS ( vide bukti P-34 sampai dengan bukti P-84), Rekapitulasi Perolehan Suara Tingkat Distrik versi Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 5 ( vide bukti P-8 sampai dengan P- 13), Rekapitulasi Perolehan Suara Tingkat Distrik yang dibuat oleh Panitia Pengawas Pemilu ( vide bukti P-27 sampai dengan bukti P- 33) dan Surat Kesepakatan pembagian suara oleh Masyarakat Kampung ( vide bukti P-89 sampai dengan bukti P-92), serta video rekapitulasi penetapan suara tingkat Distrik Homeyo ( vide bukti P- 85). Pemohon juga mengajukan 21 orang saksi yang menerangkan adanya perubahan perolehan suara saat rekapitulasi tingkat kabupaten; Terhadap dalil Pemohon, Termohon membantah dengan menerangkan bahwa penghitungan suara di tingkat kabupaten yang dilaksanakan di Jayapura telah sesuai dengan rekapitulasi tingkat distrik, sehingga tidak benar telah terjadi perubahan hasil perolehan suara. Untuk membuktikan bantahannya Termohon mengajukan bukti rekapitulasi penghitungan tingkat distrik berupa lampiran Formulir Model DA-1 KWK.KPU ( vide bukti T-25 sampai dengan bukti T-25.E), Termohon juga melampirkan bukti sertifikat hasil penghitungan suara tingkat Tempat Pemungutan Suara berupa lampiran Formulir Model C-1- KWK. KPU ( vide T-27.A sampai dengan bukti T-27.D). Termohon juga menghadirkan sepuluh orang saksi penyelenggara Pemilu yang didengarkan di persidangan Mahkamah dan pada pokoknya menerangkan bahwa rekapitulasi tingkat Kabupaten telah sesuai dengan rekapitulasi tingkat distrik; Pihak Terkait membantah dalil Pemohon, dan menerangkan bahwa rekapitulasi penghitungan suara tingkat kabupaten telah sesuai dengan rekapitulasi di tingkat distrik, sehingga tidak terjadi perubahan perolehan suara. Untuk membuktikan keterangannya Pihak Terkait mengajukan bukti berupa Surat Mandat Saksi Pasangan Calon Nomor Urut 3, yang memuat perolehan suara menurut perhitungan saksi Pihak terkait (vide bukti PT-19A sampai dengan bukti PT-19Z), dan Pihak Terkait juga melampirkan Hasil Penghitungan Suara Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 3 di beberapa Tempat Pemungutan Suara di Distrik Homeyo (vide bukti PT sampai dengan bukti PT-20.22), Hasil Penghitungan Suara Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 3 di beberapa Tempat Pemungutan Suara di Distrik Wandai ( vide bukti PT-21.1 sampai dengan bukti PT-21.10), Hasil Penghitungan Suara Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 3 di beberapa Tempat Pemungutan

11 Suara di Distrik Hitadipa ( vide bukti PT-22.1 sampai dengan bukti PT 22.7). Pihak Terkait juga menghadirkan sebelas orang saksi yang didengarkan di persidangan Mahkamah dan menerangkan bahwa tidak tidak ada perubahan perolehan suara pada rekapitulasi penghitungan suara tingkat kabupaten; [3.20] Menimbang bahwa dalam perselisihan hasil pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Intan Jaya antara Pemohon dan Termohon masing-masing telah mengajukan bukti, sebagaimana tertera selengkapnya dalam bagian duduk perkara. Mahkamah mencermati secara seksama masing-masing bukti yang diajukan, terutama pada bukti yang terkait langsung dengan jumlah perolehan suara masing-masing pasangan calon. Mahkamah terlebih dahulu memeriksa bukti-bukti yang diajukan oleh Termohon terutama yang relevan dengan perolehan suara masing-masing pasangan calon. Termohon mengajukan bukti Formulir Model C-1 KWK, meskipun Termohon tidak melampirkan keseluruhan Formulir C-1 KWK, dan tidak semua Formulir Model C- 1 KWK. KPU yang diajukan Termohon juga dalam keadaan utuh; Termohon juga melampirkan bukti Formulir Model DA-1-KWK. KPU per distrik, Mahkamah memeriksa dengan seksama bukti a quo, dan Mahkamah menemukan adanya kesalahan penjumlahan pada Formulir Model DA-1 KWK Distrik Mbiandoga ( vide bukti T-25D), pada kolom jumlah suara sah di Kampung Pagampa yang tertulis 168 suara seharusnya 668 suara, dan kesalahan pada kolom jumlah perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 5 tertulis seharusnya 2.393, kesalahan tersebut mengakibatkan kesalahan pada kolom jumlah perolehan suara sah yang tertuis seharusnya , atau terdapat selisih 100 suara untuk perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 5. Kesalahan penjumlahan pada Formulir DA-KWK KPU ini yang kemudian menyebabkan kesalahan penghitungan pada tingkat Kabupaten Formulir Model DB-KWK.KPU (vide bukti T-22.A) untuk perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 5, yang tertulis seharusnya dikurangi 100 suara menjadi Sehingga jumlah perolehan suara sah di Kabupaten Intan Jaya adalah suara. Namun kesalahan perolehan suara ini tidak signifikan pengaruhnya terhadap terpilihnya Pasangan Calon Nomor Urut 3; [3.21] Menimbang bahwa rekapitulasi penghitungan suara sebagaimana dijadwalkan dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Intan Jaya Nomor 25 Tahun 2012 tentang Penetapan Perubahan Pertama Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya ( vide bukti T-1 = bukti PT-17), diselenggarakan oleh

12 Termohon pada tanggal 27 Juli 2012, di Kantor Termohon di Distrik Sugapa ( vide bukti T-10 dan bukti T-11). Penghitungan suara dimulai dengan menghitung perolehan suara di Distrik Sugapa, dilanjutkan dengan Distrik Mbiandoga, namun pada saat penghitungan suara untuk Distrik Mbiandoga terjadi keributan karena keberatan massa pasangan calon terhadap hasil yang dibacakan oleh Termohon. Sebagaimana diakui oleh para pihak dalam keterangan tertulis maupun saksi di persidangan, bahwa situasi dan keadaan saat penghitungan di Distrik Sugapa semakin tidak memungkinkan untuk melanjutkan penghitungan suara; Termohon selanjutnya telah mengeluarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Intan Jaya Nomor 42 Tahun 2012 tentang Penundaan Lanjutan Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya Tahun 2012 (vide bukti T-12 = bukti PT-17). Tindakan KPU untuk menunda penghitungan suara diikuti pula dengan dikeluarkannya Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 43 Tahun 2012 tentang Penetapan Perubahan Ketiga Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya (vide bukti T-13 = bukti PT-8), bertanggal 9 Agustus 2012, yang dalam hari yang sama juga menerbitkan Surat KPU Kabupaten Intan Jaya Nomor 44 Tahun 2012 tentang Pemindahan Tempat Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya Tahun 2012 ( vide bukti P-95 = bukti T-14 = bukti PT-19), yang menetapkan lanjutan penghitungan suara akan dilaksanakan di Jayapura; Mahkamah berpendapat bahwa penundaan dan pemindahan penghitungan suara lanjutan di Jayapura adalah beralasan menurut hukum, karena situasi keamanan yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya penghitungan suara di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Intan Jaya memiliki kewenangan secara konstitusional untuk menyelenggarakan proses pemilihan umum kepala daerah. Penundaan dan pemindahan yang dilakukan oleh Termohon telah memenuhi syarat formal sebagaimana diatur dalam aturan perundang-undangan. Pelaksanaan penghitungan suara lanjutan di Jayapura juga telah diberitahukan secara layak menurut hukum kepada para pihak dengan memberikan Formulir DB3-KWK.KPU tentang Pemberitahuan Waktu dan Tempat Rekapitulasi Penghitungan Suara dan Pleno Penetapan Calon Terpilih di Tingkat Kabupaten (vide bukti P-24 = T-16 = bukti PT-12), yang diberikan kepada seluruh pasangan calon, dan dihadiri saksi pasangan calon, dan PPD ( vide kesaksian Malon Miagoni, Selpius Somou, Yohni Belau, Borotolomeus Gayampa, Krismas Bagau, Theo Michael Widigapa,

13 Neno Tabuni). Dengan demikian pemindahan tempat dan penghitungan suara lanjutan di Jayapura adalah sah menurut hukum; [3.22] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah memeriksa penghitungan hasil perolehan suara berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait, Mahkamah terlebih dahulu memeriksa bukti yang diajukan oleh Pemohon terutama yang relevan dengan perolehan suara masing-masing pasangan calon. Mahkamah tidak menemukan bukti Rekapitulasi penghitungan suara tingkat distrik (Formulir Model DA -KWK.KPU) pada bukti Pemohon, padahal Pemohon mendalilkan perolehan suara yang benar adalah yang sesuai dengan rekapitulasi tingkat distrik, Pemohon hanya mengajukan bukti perhitungan tingkat distrik yang dibuat oleh Tim Sukses Pemohon. Selain itu Pemohon juga mengajukan bukti Sertifikasi hasil penghitungan suara di beberapa TPS (Formulir Model C -1 KWK. KPU). Bukti Formulir C-1 yang Pemohon ajukan tidak utuh dengan lampirannya, sehingga Mahkamah tidak bisa memastikan keasliannya, meskipun bukti Pemohon telah dibubuhi stempel basah PPS dan bertandatangan KPPS; Bahwa selain itu Pemohon juga melampirkan bukti kesepakatan masyarakat kampung mengenai perolehan suara masing-masing pasangan calon yang disepakati secara adat oleh masing-masing kampung. Mahkamah sebagaimana putusan sebelumnya yaitu Putusan Mahkamah Konstiusi Nomor 47-81/PHPU.A-VII/2009 tanggal 2 Juni 2009 telah mengakui adanya pemilihan dengan cara kesepakatan masyarakat, yang dalam pertimbangannya pada paragraf [3.24] antara lain mempertimbangkan bahwa...mahkamah dapat memahami dan menghargai nilai budaya yang hidup di kalangan masyarakat Papua yang khas dalam menyelenggarakan pemilihan umum dengan cara atau sistem kesepakatan warga atau aklamasi. Mahkamah menerima cara pemilihan kolektif ( kesepakatan warga atau aklamasi ) yang telah diterima masyarakat Kabupaten Yahukimo tersebut, karena jika dipaksakan pemilihan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikhawatirkan akan timbul konflik di antara kelompok-kelompok masyarakat setempat. Mahkamah berpendapat, agar sebaiknya mereka tidak dilibatkan/dibawa ke sistem persaingan/perpecahan di dalam dan antar kelompok yang dapat mengganggu harmoni yang telah mereka hayati ; Bahwa Pemohon juga melampirkan penghitungan suara menurut perhitungan Panitia Pengawas Pemilihan Umum, dan Kepolisian Resor Paniai sebagai bukti, yang menurut Mahkamah kedua

14 lembaga tersebut tidak memiliki kewenangan untuk membuat rekapitulasi penghitungan suara; Bahwa dari bukti-bukti Pemohon tersebut, Mahkamah memperbandingkan satu dengan yang lainnya, dan Mahkamah menemukan adanya ketidakesesuaian pada beberapa bagian antara bukti yang satu dengan bukti lainnya. Oleh karena itu Pemohon tidak dapat meyakinkan Mahkamah dalam bantahannya terhadap penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon; Meskipun setelah memeriksa bukti-bukti Termohon, Termohon tidak pula melampirkan secara utuh formulir-formulir model yang diterbitkannya, dan tidak ada stempel yang membuktikan keaslian formulir dimaksud. Demikian juga dengan bukti Pihak Terkait yang mengajukan bukti penghitungan versi Tim Suksesnya; Terhadap hal demikian, Mahkamah perlu menyatakan Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 yang menyatakan bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. Dengan demikian maka yang secara konstitusional berwenang menyelenggarakan pemilihan umum adalah komisi pemilihan umum. Oleh karena itu penyelenggaraan pemilihan umum oleh komisi pemilihan umum sejak perencanaan sampai dengan hasil rekapitulasi perolehan suara yang diikuti dengan penetapan calon terpilih secara konstitusional harus dianggap benar, selama tidak dibuktikan sebaliknya dengan alat bukti yang sah menurut hukum, dan meyakinkan hakim. Oleh karena Pemohon tidak dapat membuktikan dan tidak pula dapat meyakinkan Mahkamah dengan bukti-bukti yang diajukannya, maka menurut Mahkamah penghitungan suara oleh Termohon harus dianggap benar; [3.23] Menimbang bahwa terhadap dalil-dalil lainnya, menurut Mahkamah, dalil Pemohon a quo tidak dibuktikan oleh bukti yang cukup meyakinkan bahwa pelanggaran tersebut terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif, yang secara signifikan mempengaruhi perolehan suara Pemohon sehingga melampaui perolehan suara Pihak terkait. Oleh karena itu, menurut Mahkamah dalil Pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan menurut hukum; [3.24] Menimbang bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan di atas, Mahkamah berpendapat permohonan Pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan menurut hukum;

15 19. KETUA: MOH. MAHFUD MD. KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang untuk mengadili perkara a quo; [4.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum ( legal standing) untuk mengajukan permohonan a quo; [4.3] Permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan; [4.4] Permohonan Pemohon tidak beralasan menurut hukum; Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844), serta Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076); AMAR PUTUSAN Mengadili, Menyatakan menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya; KETUK PALU 1X Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh tujuh Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD., selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Ahmad Fadlil Sumadi, Maria Farida Indrati, Anwar Usman, M. Akil Mochtar, dan Hamdan Zoelva, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Selasa, tanggal sebelas, bulan September, tahun dua ribu dua belas, dan diucapkan dalam sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Rabu, tanggal dua belas, bulan September, tahun dua ribu dua belas, oleh delapan Hakim Konstitusi, yaitu Moh. Mahfud MD., selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Ahmad

16 Fadlil Sumadi, Maria Farida Indrati, Anwar Usman, M. Akil Mochtar, Hamdan Zoelva, dan Harjono, masing-masing sebagai Anggota, dengan didampingi oleh Yunita Rhamadani sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/kuasanya, Termohon/kuasanya, dan Pihak Terkait/kuasanya. PUTUSAN NOMOR 60/PHPU.D-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya Tahun 2012, yang diajukan oleh: [1.2] 1. Hirenius Sondegau, S.Pd., dan Yesaya Bakau, S.Ip., M.Si., Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Intan Jaya, dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya Tahun 2012, Nomor Urut 1; 2. Maximus Zonggonau, S.Sos., dan Simon Widigipa, S.Ip., Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Intan Jaya, dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya Tahun 2012, Nomor Urut 2; 3. Bartolomeus Mirip, S.Pd., dan Salo Holombao, S.Sos., Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Intan Jaya, dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya Tahun 2012, Nomor Urut 4; Selanjutnya disebut sebagai para Pemohon; Terhadap: [1.3] Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Intan Jaya, berkedudukan di Sugapa, Kabupaten Intan Jaya; Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus, tanggal 28 Agustus 2012 memberi kuasa kepada Petrus P. Ell, SH., dan Eddy C. Wabes, SH., Advokat dan Asisten pada kantor Advokat dan Konsultan Hukum PIETER ELL, SH., & REKAN, yang beralamat di Lantai 7 Gedung Putera, Jalan Gunung Sahari, Nomor 39, Jakarta Pusat, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai Termohon; [1.4] 1. Nama : Natalis Tabuni, S. S., M.Si Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Alamat : Sugapa Kabupaten Intan Jaya Papua;

17 2. Nama : Yaan Kobogoyau, S., Th., M.Div. Pekerjaan : Swasta Alamat : Sugapa Kabupaten Intan Jaya Papua; Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Intan Jaya dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya Tahun 2012, Nomor Urut 3; Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 27 Agustus 2012 memberi kuasa kepada Rahman Ramli, SH., Johanis H. Maturbongs, SH., dan Yohanes Gewab, SH., kesemuanya adalah Advokat/Pengacara dan Asisten pada Kantor JUPITER FOUNDATION, beralamat di Jalan Sosial Nomor 31, Padang Bulan, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri, bertindak atas nama pemberi kuasa; Selanjutnya disebut sebagai Pihak Terkait; [1.5] Membaca permohonan para Pemohon; Memeriksa bukti-bukti para Pemohon; 20. HAKIM ANGGOTA: HARJONO PERTIMBANGAN HUKUM [3.1] Menimbang bahwa permasalahan hukum utama permohonan para Pemohon adalah keberatan atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Intan Jaya Nomor 45 Tahun 2012, tentang Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya Tahun 2012, tanggal 11 Agustus 2012; [3.2] Menimbang bahwa terhadap permohonan para Pemohon, Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Mahkamah) telah memanggil para Pemohon secara sah dan patut dengan surat panggilan Panitera Mahkamah Konstitusi Nomor /PAN.MK/8/2012 tanggal 24 Agustus 2012 perihal Panggilan Sidang, untuk menghadiri sidang Pemeriksaan Pendahuluan yang diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 2012, namun para Pemohon tidak hadir, dan ketidakhadiran para Pemohon tersebut tidak berdasarkan alasan yang sah menurut hukum; [3.3] Menimbang bahwa selanjutnya Mahkamah memanggil kembali para Pemohon untuk hadir dalam persidangan tanggal 3 September 2012, namun para Pemohon tidak hadir lagi tanpa alasan yang sah menurut hukum; [3.4] Menimbang bahwa terhadap ketidakhadiran para Pemohon dalam persidangan yang tidak disertai alasan yang sah menurut hukum

18 meskipun sudah dipanggil secara sah dan patut, Mahkamah berpendapat, demi peradilan yang cepat, sederhana, dan biaya ringan, serta demi kepastian hukum yang adil, permohonan para Pemohon harus dinyatakan gugur; [3.5] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, makapermohonan para Pemohon tidak dipertimbangkan; 21. KETUA: MOH. MAHFUD MD. KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Para Pemohon telah dipanggil secara sah dan patut; [4.2] Para Pemohon tidak hadir tanpa alasan yang sah; [4.3] Permohonan para Pemohon tidak dipertimbangkan; Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844), serta Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076); AMAR PUTUSAN Mengadili, Menyatakan permohonan para Pemohon gugur. KETUK PALU 1X Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh tujuh Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Ahmad Fadlil Sumadi, Maria Farida Indrati, Anwar Usman, M. Akil Mochtar, dan Hamdan Zoelva, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Selasa, tanggal sebelas, bulan September, tahun dua

19 ribu dua belas, dan diucapkan dalam sidang pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari Rabu, tanggal dua belas, bulan September, tahun dua ribu dua belas, oleh delapan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Ahmad Fadlil Sumadi, Maria Farida Indrati, Anwar Usman, M. Akil Mochtar, Hamdan Zoelva, dan Harjono, masing-masing sebagai Anggota, dengan didampingi oleh Saiful Anwar sebagai Panitera Pengganti, dihadiri oleh Termohon/kuasanya dan Pihak Terkait/ kuasanya, tanpa dihadiri oleh para Pemohon/kuasanya. Baik. Untuk Perkara Sengketa Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Intan Jaya, semua pihak yang tadi sudah dibacakan vonisnya boleh meninggalkan tempat ini dan mengambil putusan yang tadi sekarang juga di lantai empat. Dipersilakan di skors dua menit. Baik, diteruskan. Putusan judicial review. Bismillahirrahmanirrahim. NOMOR 61/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh: [1.2] 1. Nama : Letnan Jenderal TNI (Purn) Rais Abin Alamat : Kantor Dewan Pimpinan Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia, Gedung Graha Purna Yudha Lantai XI, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 50, Jakarta Selatan; Selanjutnya disebut sebagai Pemohon I; 2. Nama : Mayor Jenderal TNI (Purn) Sukotjo Tjokroatmodjo Alamat : Kantor Dewan Pimpinan Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia, Gedung Graha Purna Yudha Lantai XI, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 50, Jakarta Selatan; Selanjutnya disebut sebagai Pemohon II; Selanjutnya disebut sebagai para Pemohon; [1.3] Membaca permohonan para Pemohon; Mendengar keterangan para Pemohon; Mendengar dan membaca keterangan tertulis Pemerintah; Membaca keterangan tertulis Dewan Perwakilan Rakyat; Mendengar keterangan Saksi para Pemohon;

20 Memeriksa bukti-bukti para Pemohon; Membaca kesimpulan tertulis para Pemohon dan Pemerintah; 22. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA PERTIMBANGAN HUKUM [3.1] Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan para Pemohon adalah untuk menguji konstitusionalitas Pasal 4 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 10 ayat (1) huruf h, Pasal 33 ayat (6), dan Pasal 43 angka 7 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5023, selanjutnya disebut UU 20/2009) terhadap Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945); [3.2] Menimbang bahwa sebelum mempertimbangkan pokok permohonan, Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Mahkamah) akan mempertimbangkan terlebih dahulu hal-hal berikut: a. kewenangan Mahkamah untuk mengadili permohonan a quo; b. kedudukan hukum ( legal standing) para Pemohon untuk mengajukan permohonan a quo. Terhadap kedua hal tersebut, Mahkamah berpendapat sebagai berikut: Kewenangan Mahkamah [3.3] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang -Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5226, selanjutnya disebut UU MK), dan Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076, selanjutnya disebut UU 48/2009), salah satu kewenangan konstitusional Mahkamah adalah mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945;

21 [3.4] Menimbang bahwa permohonan para Pemohon adalah untuk menguji konstitusionalitas Pasal 4 ayat (1), Pasal 7 aya t (1), Pasal 10 ayat (1) huruf h, Pasal 33 ayat (6), dan Pasal 43 angka 7 UU 20/2009, sehingga oleh karenanya Mahkamah berwenang untuk mengadili permohonan a quo; Kedudukan Hukum (Legal Standing) Para Pemohon [3.5] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK beserta Penjelasannya, yang dapat mengajukan permohonan pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945 adalah mereka yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya yang diberikan oleh UUD 1945 dirugikan oleh berlakunya suatu Undang- Undang, yaitu: a. perorangan warga negara Indonesia (termasuk kelompok orang yang mempunyai kepentingan sama); b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang; c. badan hukum publik atau privat; atau d. lembaga negara; Dengan demikian, Pemohon dalam pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945 harus menjelaskan dan membuktikan terlebih dahulu: a. kedudukannya sebagai Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) UU MK; b. kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional yang diberikan oleh UUD 1945 yang diakibatkan oleh berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian; [3.6] Menimbang pula bahwa Mahkamah sejak Putusan Nomor 006/PUU- III/2005 bertanggal 31 Mei 2005 dan Putusan Nomor 11/PUU- V/2007 bertanggal 20 September 2007 serta putusan-putusan selanjutnya telah berpendirian bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat (1) UU MK harus memenuhi lima syarat, yaitu: a. adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional pemohon yang diberikan oleh UUD 1945; b. hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh Pemohon dianggap dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian; c. kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut harus bersifat spesifik dan aktual atau setidak-tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi;

22 d. adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional dimaksud dengan berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan pengujian; e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, maka kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi; [3.7] Menimbang bahwa para Pemohon masing-masing mengkualifikasi diri sebagai warga negara Indonesia, penerima Bintang Gerilya, yang dirugikan hak konstitusionalnya oleh karena berlakunya Pasal 4 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 10 ayat (1) huruf h, Pasal 33 ayat (6), dan Pasal 43 angka 7 UU 20/2009. Ketentuan-ketentuan tersebut, menurut para Pemohon: (i) Me niadakan/ memisahkan pengertian Pahlawan Gerilya dari Pahlawan Nasional; (ii) Tidak mengakui Bintang Gerilya sebagai salah satu Tanda Kehormatan Bintang, selain Bintang Sipil dan Bintang Militer, yang seharusnya sebagai satu Tanda Kehormatan Bintang tersendiri; (iii) Pemberian Tanda Kehormatan Bintang Gerilya kepada Presiden sesungguhnya tidak tepat, karena Presiden tidak pernah ikut dalam perang kemerdekaan; (iv) Menghilangkan hak pemakaman bagi penerima Tanda Kehormatan Bintang Gerilya di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama. Selain itu, (v) menurut para Pemohon, berlakunya UU 20/2009 yang mencabut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1959 tentang Bintang Gerilya bertentangan dengan UUD Pemohon I adalah warga negara Indonesia penerima Bintang Gerilya tertanggal 24 April 1989 yang ditandatangani Presiden Republik Indonesia Soeharto. Pemohon II adalah warga negara Indonesia penerima Bintang Gerilya tertanggal 5 Oktober 1958 yang ditandatangani Presiden-Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia Soekarno. Dengan demikian, para Pemohon memiliki kedudukan hukum ( legal standing) untuk mengajukan permohonan pengujian norma a quo; [3.8] Menimbang bahwa oleh karena Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo dan para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) maka Mahkamah selanjutnya akan mempertimbangkan pokok permohonan; Pokok Permohonan [3.9] Menimbang bahwa pokok permohonan para Pemohon adalah pengujian konstitusionalitas Pasal 4 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), Pasal 10 ayat (1) huruf h, Pasal 33 ayat (6), dan Pasal 43 angka 7 UU 20/2009, dengan alasan bahwa ketentuan-ketentuan tersebut: (i)

23 Meniadakan/ memisahkan pengertian Pahlawan Gerilya dari Pahlawan Nasional; (ii) Tidak mengakui Bintang Gerilya sebagai salah satu Tanda Kehormatan Bintang, selain Bintang Sipil dan Bintang Militer, yang seharusnya sebagai satu Tanda Kehormatan Bintang tersendiri; (iii) Pemberian Tanda Kehormatan Bintang Gerilya kepada Presiden sesungguhnya tidak tepat, karena Presiden tidak pernah ikut dalam perang kemerdekaan; (iv) Menghilangkan hak pemakaman bagi penerima Tanda Kehormatan Bintang Gerilya di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama. Selain itu, (v) menurut para Pemohon, berlakunya UU 20/2009 yang mencabut Undang- Undang Nomor 21 Tahun 1959 tentang Bintang Gerilya bertentangan dengan UUD 1945; [3.10] Menimbang bahwa untuk membuktikan dalil-dalilnya, para Pemohon mengajukan alat bukti surat/tulisan yang diberi tanda bukti P-1 sampai dengan bukti P-4, dan saksi-saksi yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut: 1. Letnan Jenderal (Purn) Purbo Sugiarto Suwondo Penerima Bintang Gerilya yang meninggal sebelum tahun 2009 dapat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, sedangkan yang saat ini masih hidup terikat dengan UU 20/2009 dan tidak dapat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata; Bintang Gerilya terkait erat dengan Perjuangan yang hanya terjadi satu kali, sehingga Bintang Grilya diberikan eenmalig; 2. Letnan Jenderal (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo Tidak akan ada Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa perjuangan gerilya TNI bersama rakyat; UU 20/2009 menyebutkan bahwa Bintang Gerilya merupakan Bintang Militer, dengan demikian tidak bisa diberikan kepada pejuang-pejuang kemerdekaan yang berasal dari warga sipil. Padahal, perjuangan kemerdekaan, tidak hanya dari militer, namun juga bersama rakyat sipil; Sejak semula Makam Pahlawan Kalibata diperuntukkan bagi pejuang yang gugur; 3. Mayor Jenderal (Purn) Nasrun Syahrun Perang kemerdekaan tidak mungkin akan berhasil tanpa adanya perjuangan gerilya; Setelah kemerdekaan ditetapkan 3 jenis pahlawan, yaitu, pahlawan perintis kemerdekaan, pahlawan proklamator, dan pahlawan gerilya, yang disertai penganugerahan Bintang Gerilya;

24 Menurut Saksi beberapa pasal dari UU 20/2009, perlu diubah yaitu: Pasal 2 gelar tanda jasa dan tanda kehormatan harus diberikan dengan mengutamakan asas sejarah, kebangsaan, kemanusiaan dan sebagainya; Pasal 4 harus mengutamakan pahlawan gerilya; Pasal 7 harus diubah menjadi Bintang Gerilya, Bintang Sipil, dan Bintang Militer. Bintang Gerilya perlu diatur sendiri karena meliputi sipil dan militer; Pasal 8, Pasal 9, Pasal 13, Pasal 28, Pasal 33, harus mengutamakan Bintang Gerilya; Pasal 10, Bintang Gerilya harus dihapus dari dalam pasal ini karena dalam Pasal 10 semua Presiden otomatis mendapat Bintang Gerilya; Bintang seharusnya terdiri dari Bintang terdiri dari Bintang Gerilya, Bintang Sipil, dan Bintang Militer. [3.11] Menimbang bahwa Mahkamah telah pula mendengar keterangan lisan, dan membaca keterangan tertulis Pemerintah dan DPR yang pada pokoknya mengemukakan bahwa UU 20/2009 tidak mendiskriminasi, dan menghilangkan hak para Pemohon untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, serta tidak mengaburkan sejarah yang terjadi. UU 20/2009 justru mengunifikasi dan mengkodifikasi ketentuanketentuan yang ada pada berbagai Undang-Undang; Pendapat Mahkamah. 23. HAKIM ANGGOTA: AHMAD FADLIL SUMADI Pendapat Mahkamah [3.12] Menimbang bahwa berdasarkan alasan sebagaimana tersebut dalam paragraf [3.9], Mahkamah mempertimbangkan sebagai berikut: [3.12.1] Menimbang bahwa Pasal 1 UU 20/2009 telah menetapkan ukuran yang jelas berkenaan dengan pengertian gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan. Gelar adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden kepada seseorang yang telah gugur atau meninggal dunia atas perjuangan, pengabdian, darmabakti, dan karya yang luar biasa kepada bangsa dan negara [vide Pasal 1 angka 1 UU 20/2009]. Tanda jasa adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden kepada seseorang yang berjasa dan berprestasi luar biasa dalam mengembangkan dan

25 memajukan suatu bidang tertentu yang bermanfaat besar bagi bangsa dan negara [vide Pasal 1 angka 2 UU 20/2009]. Adapun tanda kehormatan adalah penghargaan negara yang diberikan Presiden kepada seseorang, kesatuan, institusi pemerintah, atau organisasi darmabakti dan kesetiaan yang luar biasa terhadap bangsa dan negara [vide Pasal 1 angka 3 UU 20/2009]; [3.12.2] Menimbang bahwa terhadap dalil para Pemohon yang menyatakan bahwa Pasal 4 ayat (1) UU 20/2009 telah meniadakan/memisahkan pengertian Pahlawan Gerilya dari Pahlawan Nasional, Mahkamah terlebih dahulu perlu mengutip Pasal 1 angka 4 UU 20/2009 yang menyatakan, Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajah di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia. Mahkamah dalam Putusan Nomor 67/PUU-VIII/2010, bertanggal 9 Februari 2012, menegaskan bahwa Pasal 1 angka 4 UU 20/2009 bukan merupakan definisi utuh tentang nilai kepahlawanan, melainkan definisi dari gelar Pahlawan Nasional. Undang-Undang a quo pada bagian ketentuan umum maupun pada bagian lainnya tidak memberikan definisi khusus mengenai pahlawan maupun kepahlawanan, sehingga secara sistematis definisi tersebut harus ditemukan dalam keseluruhan bagian Undang-Undang a quo. Dalam hal ini untuk menafsirkan nilai-nilai kepahlawanan, antara lain, dapat merujuk pada Pasal 2 dan Pasal 25 Undang-Undang a quo, yang berisi asas pemberian gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan, serta syarat-syarat untuk memperoleh gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan; Dengan merujuk pada ketentuan-ketentuan di atas, dapat dikatakan bahwa gelar Pahlawan Nasional merupakan gelar satu-satunya dan hanya diberikan kepada mereka yang telah meninggal. Pemberian gelar Pahlawan Nasional tersebut harus melalui proses berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini, penerima Tanda Kehormatan Bintang Gerilya tidak termasuk dalam kategori Pahlawan Nasional sebagaimana

26 dimaksud dalam Penjelasan Pasal 4 ayat (1) UU 20/2009. Meskipun demikian, seorang penerima Bintang Gerilya dapat diproses untuk menerima Gelar Pahlawan apabila telah meninggal dan memenuhi syarat-syarat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut Pasal 6 UU 20/2009, Bintang Gerilya adalah salah satu Tanda Kehormatan Bintang, di samping Tanda Kehormatan Satyalancana dan Tanda Kehormatan Samkaryanugraha. Untuk memperoleh Tanda Kehormatan Bintang Gerilya, Pasal 28 ayat (8) UU 20/2009 menentukan syarat khusus, yaitu, Warga Negara Indonesia (WNI) yang berjuang mempertahankan kedaulatan NKRI dari agresi negara asing dengan cara bergerilya. Hal ini, diatur pula dalam Undang-Undang sebelumnya, yaitu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1964 tentang Perubahan Tambahan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1959 tentang Penetapan menjadi Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1958 tentang Penggantian Peraturan tentang Bintang Gerilya sebagai Termaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1949, menjadi Undang-Undang (selanjutnya disebut UU 8/1964), sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 1: kepada setiap warga negara Indonesia yang berjuang dan berbakti kepada tanah air dan bangsa selama Agresi Belanda I dan ke II dengan menunjukkan keberanian, kebijaksanaan, dan kesetiaan yang luar biasa, dengan tidak mengingat golongan, pangkat, jabatan dan kedudukan, diberikan anugerah tanda jasa Bintang Kehormatan bernama Bintang Gerilya ; Bahwa walaupun dalam Pasal 2 ayat (1) UU 8/1964 disebutkan adanya tulisan Pahlawan Gerilya pada lencana Bintang Gerilya, namun hal itu tidak serta merta menjadikan penerima Bintang Gerilya menjadi Pahlawan Nasional. Pada dasarnya, tulisan Pahlawan Gerilya tersebut mensyaratkan bahwa kategori tanda kehormatan ini tetap masuk jenis Tanda Kehormatan Bintang, dan bukan jenis di luar bintang, apalagi jenis Pahlawan Nasional. Fakta ini kemudian diperkuat dengan adanya kebijakan yang mengatur tentang syarat dan kriteria yang berbeda bagi mereka yang mendapat Bintang Gerilya dengan mereka yang mendapat Gelar Pahlawan Nasional, termasuk menyangkut perlakuan tertentu oleh negara terhadap penerima masing-masing, misalnya yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 33 Prps Tahun

27 1964 tentang Penetapan Penghargaan dan Pembinaan terhadap Pahlawan sebagaimana yang telah dicabut oleh UU 20/2009. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Prps Tahun 1964 tersebut terdapat delapan istilah Pahlawan, yaitu: (1) Pahlawan Perintis Kemerdekaan; (2) Pahlawan Kemerdekaan; (3) Pahlawan Kemerdekaan Nasional; (4) Pahlawan Proklamator; (5) Pahlawan Kebangkitan Nasional; (6) Pahl awan Nasional; (7) Pahlawan Revolusi; dan (8) Pahlawan Ampera. Selain delapan istilah pahlawan tersebut di atas, tidak ditemukan penyebutan dan perlakuan lain oleh negara yang dilegalkan keberadaannya dengan Keputusan Presiden. Dengan demikian, penerima Bintang Gerilya adalah kategori penerima Tanda Kehormatan Bintang, dan bukan merupakan jenis gelar pahlawan, sehingga dalil Pemohon tidak beralasan menurut hukum; [3.12.3] Menimbang, terhadap dalil Pemohon bahwa Pasal 7 ayat (1) UU 20/2009 tidak mengakui Bintang Gerilya sebagai salah satu tanda kehormatan Bintang, selain Bintang Sipil dan Bintang Militer, menurut Mahkamah pada prinsipnya pembedaan tersebut secara umum dikenal dalam pemberian tanda jasa ataupun tanda kehormatan di negara-negara di dunia [vide keterangan tertulis dari pemerintah]. Dalam hal ini, pembedaaan tersebut hanya semata-mata merupakan penggolongan jenis bintang yaitu Bintang Sipil dan Bintang Militer. Bintang Sipil menunjukkan jasanya yang lebih pada aktifitas di luar kemiliteran, sedangkan Bintang Militer menunjukkan jasanya yang lebih pada aktifitas kemiliteran. Pembedaan tersebut sama sekali tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa jenis bintang yang satu lebih atau kurang nilainya dari jenis bintang yang lain. Meskipun demikian, bukan berarti Bintang Sipil hanya untuk orang sipil demikian pula sebaliknya. Dalam praktik, Bintang Sipil dapat diberikan kepada orang sipil ataupun militer yang berjasa dan memenuhi syarat dan kriteria penerima Bintang Sipil tersebut. Demikian juga Bintang Militer dapat diberikan kepada orang sipil ataupun militer yang berjasa dan memenuhi syarat-syarat dan kriteria penerima Bintang Militer [vide keterangan tertulis dari pemerintah]. Dengan demikian Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13, Pasal 28, dan Pasal 33 UU 20/2009 sudah tepat. Terlebih lagi jika ditinjau dari syarat khusus penerima Bintang Gerilya sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PHPU.D-X/2012 PERKARA NOMOR 60/PHPU.D-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PHPU.D-X/2012 PERKARA NOMOR 60/PHPU.D-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 59/PHPU.D-X/2012 PERKARA NOMOR 60/PHPU.D-X/2012 PERIHAL Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 59/PHPU.D-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 59/PHPU.D-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 PUTUSAN Nomor 59/PHPU.D-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 116/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 116/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 116/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua [Pasal

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 102/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Paulus Agustinus Kafiar

PUTUSAN Nomor 102/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Paulus Agustinus Kafiar PUTUSAN Nomor 102/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H.

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H. SALINAN PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 168/PHPU.D-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 168/PHPU.D-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 168/PHPU.D-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 75/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 75/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 75/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 82/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 82/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 82/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 23/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 23/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 23/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 19/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 19/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 PUTUSAN Nomor 19/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN

Lebih terperinci

KETETAPAN Nomor 10/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,

KETETAPAN Nomor 10/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, KETETAPAN 10/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Mahkamah Konstitusi telah mencatat dalam Buku Registrasi Perkara

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 81/PHPU.D-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 81/PHPU.D-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 PUTUSAN Nomor 81/PHPU.DX/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 137/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 137/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 PUTUSAN Nomor 137/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

KETETAPAN. Nomor 13/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

KETETAPAN. Nomor 13/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN Nomor 13/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Mahkamah Konstitusi telah mencatat dalam Buku Registrasi Perkara

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 48/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

KETETAPAN Nomor 63/PHPU.D-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

KETETAPAN Nomor 63/PHPU.D-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN Nomor 63/PHPU.D-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa membaca surat dari Komisi Pemilihan Umum Kota Pekanbaru Nomor

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 14/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 14/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 14/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 57/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 57/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 57/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 Wewenang DPR Memanggil Paksa Setiap Orang Menggunakan Kepolisian Negara Dalam Rapat DPR Dalam Hal Pihak Tersebut Tidak Hadir Meskipun Telah Dipanggil

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 23/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 22/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 22/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 22/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 26/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Mozes Kallem, S.H.

PUTUSAN Nomor 26/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Mozes Kallem, S.H. 1 PUTUSAN Nomor 26/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

KETETAPAN Nomor 97/PHPU.D-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

KETETAPAN Nomor 97/PHPU.D-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN 97/PHPU.D-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Putusan 97/PHPU.DX/2012, 20 Desember 2012, amarnya menyatakan: Mengadili,

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 42/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 42/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 42/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 ACARA

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 27/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 27/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 PUTUSAN Nomor 27/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA DIUBAH

Lebih terperinci

KETETAPAN. Nomor 12/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,

KETETAPAN. Nomor 12/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, KETETAPAN Nomor 12/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Mahkamah Konstitusi telah mencatat dalam Buku Registrasi Perkara

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XI/2013 PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 85/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 87/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 6/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 6/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 6/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

PUTUSAN PUTUSAN Nomor 91/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN PUTUSAN Nomor 91/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN PUTUSAN Nomor 91/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 130/PUU-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 130/PUU-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA F PUTUSAN Nomor 130/PUU-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 89/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 89/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 89/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 68/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 68/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 68/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

BERITA ACARA PERSIDANGAN Nomor 70/PUU-X/2012

BERITA ACARA PERSIDANGAN Nomor 70/PUU-X/2012 BERITA ACARA PERSIDANGAN Nomor 70/PUU-X/2012 Sidang Pleno Pemeriksaan Persidangan Mahkamah Konstitusi yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang bersidang di gedung yang telah ditentukan untuk

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 85/PHPU.C-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA.

PUTUSAN NOMOR 85/PHPU.C-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. 1 F PUTUSAN NOMOR 85/PHPU.C-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden [Pasal

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 20/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 20/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 20/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 37/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 37/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 37/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

NIK. : Tempat/Tanggal Lahir : Gresik, 07 Agustus Agama : Islam. Pekerjaan : Wiraswasta

NIK. : Tempat/Tanggal Lahir : Gresik, 07 Agustus Agama : Islam. Pekerjaan : Wiraswasta 1 PUTUSAN Nomor 28/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 108/PHPU.D-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 108/PHPU.D-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 PUTUSAN Nomor 108/PHPU.D-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 22/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 22/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 22/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 90/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 90/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 90/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 26/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 26/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 26/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II)

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN, UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 45/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 45/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 45/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 56/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 11/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 11/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 11/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 57/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 57/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 57/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 52 PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. M. Farhat Abbas, S.H., M.H.

PUTUSAN Nomor 52 PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. M. Farhat Abbas, S.H., M.H. 1 PUTUSAN Nomor 52 PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 84/PHPU.C-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N Nomor 84/PHPU.C-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 P U T U S A N Nomor 84/PHPU.C-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDA SARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1] Menimbang bahwa sebelum memeriksa, mengadili, memutus pokok perkara

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 118/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 118/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 97/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 97/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 97/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KETETAPAN Nomor 57/PHPU.D-VI/2008

KETETAPAN Nomor 57/PHPU.D-VI/2008 KETETAPAN Nomor 57/PHPU.D-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa membaca Surat Permohonan dari Komisi Pemilihan Umum Kabupaten

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 76/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 76/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 76/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor /PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 (Provinsi Banten) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor /PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 (Provinsi Banten) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor 05-14-13/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 (Provinsi Banten) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 81/PUU-VIII/2010 PERIHAL

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 81/PUU-VIII/2010 PERIHAL MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 81/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada I. PEMOHON 1. Imran, SH. (Pemohon I); 2. H. Muklisin, S.Pd. (Pemohon II); Secara bersama-sama disebut

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIV/2016 Konstitusinalitas KPU Sebagai Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah Pada Rezim Pemilihan Kepala Daerah Bukan Pemilihan Umum I. PEMOHON 1. Muhammad Syukur

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA [PASAL 35 AYAT (1) DAN AYAT (2)] TERHADAP

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA [PASAL 35 AYAT (1) DAN AYAT (2)] TERHADAP MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 37/PUU-X/2013 PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2013 PERKARA NOMOR 1/SKLN-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 56/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 56/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 56/PHPU.A-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 124/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 124/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 124/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

KETETAPAN Nomor 1/PHPU-PRES/XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

KETETAPAN Nomor 1/PHPU-PRES/XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KETETAPAN Nomor 1/PHPU-PRES/XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Mahkamah Konstitusi telah menerima permohonan dari Pasangan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XV/2017 Mekanisme Pengangkatan Wakil Kepala Daerah yang Berhenti Karena Naiknya Wakil Kepala Daerah Menggantikan Kepala Daerah I. PEMOHON Dr. Ahars Sulaiman, S.H.,

Lebih terperinci

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN [PASAL 9] TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN [PASAL 9] TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 73/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 95/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 110/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN (III)

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN (III) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 20/PUU-XVI/2018 Parliamentary Threshold

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 20/PUU-XVI/2018 Parliamentary Threshold RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 20/PUU-XVI/2018 Parliamentary Threshold I. PEMOHON Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Partai Garuda) dalam hal ini diwakili oleh Ahmad Ridha Sabana sebagai Ketua Umum

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46,47/PUU-VI/2008

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46,47/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46,47/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 52/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN NOMOR 52/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN NOMOR 52/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Pasal 58 huruf c] terhadap

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 20/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N No. 20/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N No. 20/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara Pengaduan Nomor 51/I-P/L-DKPP/2014

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 94/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 94/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 94/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 140/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 140/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 140/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 018/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PLENO PEMBACAAN PUTUSAN PERKARA NO. 018/PUU-III/2005 MENGENAI PENGUJIAN UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 61/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 1/SKLN-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : TB Mansjur Abubakar, SH.

PUTUSAN. Nomor 1/SKLN-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : TB Mansjur Abubakar, SH. PUTUSAN Nomor 1/SKLN-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 2/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 2/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 2/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor /PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 (Provinsi Kalimantan Barat)

PUTUSAN Nomor /PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 (Provinsi Kalimantan Barat) PUTUSAN Nomor 05-14-20/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 (Provinsi Kalimantan Barat) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 33/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 33/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 33/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 8/PUU-VI/2008

PUTUSAN Nomor 8/PUU-VI/2008 PUTUSAN Nomor 8/PUU-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 48/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 48/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-X/2012 PERKARA NOMOR 48/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten

Lebih terperinci