PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,"

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka tertib administrasi dan kelancaran pelaksanaan administrasi yustisial, dipandang perlu mengatur tentang penulisan putusan Mahkamah Konstitusi; b. bahwa Mahkamah Konstitusi dapat mengatur lebih lanjut hal yang diperlukan dalam kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenangnya; c. bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut pada huruf a dan b di atas, perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang Pedoman Penulisan Putusan Mahkamah Konstitusi; : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); Memperhatikan : Hasil Rapat Permusyawaratan Hakim tanggal 5 Mei MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PEDOMAN PENULISAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

2 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pedoman adalah acuan di lingkungan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi dalam rangka melaksanakan tugas teknis administrasi yustisial. 2. Mahkamah ialah Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 3. Hakim adalah Hakim Konstitusi pada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 4. Penulisan putusan adalah tata cara penulisan mengenai hal-hal yang dimuat dalam putusan antara lain mengenai cara penulisan judul, pemberian nomor paragraf/sub paragraf, jenis huruf, besar huruf, ukuran spasi, batas kiri-kanan, maupun batas atas-bawah pada halaman putusan. 5. Penulisan pembetulan putusan adalah pembetulan pada setiap kesalahan penulisan huruf, angka, kata, dan/atau kalimat dalam putusan. Dalam Bagian Pembukaan terdiri dari: BAB II PENULISAN PUTUSAN Bagian Pertama Pembukaan Putusan Pasal 2 a. Lambang Burung Garuda hanya dicantumkan pada halaman pertama putusan yang diletakkan di atas tepat berada di bagian tengah marjin; PUTUSAN b. Kata PUTUSAN diletakkan di bawah Lambang Burung Garuda tepat di tengah marjin dan di bawahnya dicantumkan nomor, jenis perkara, urutan tahun, dan tahun perkara ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan dicetak tebal. PUTUSAN NOMOR 1/PUU-VI/2008

3 3 c. Kepala putusan berbunyi, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan dicetak tebal tanpa tanda petik, diletakkan tepat di bawah kata NOMOR putusan; PUTUSAN NOMOR 1/PUU-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA d. Kewenangan lembaga yang menjatuhkan putusan berbunyi, MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan dicetak tebal, diakhiri dengan tanda baca koma tanpa tanda petik, diletakkan tepat di tengah marjin dan berada di bawah kepala putusan DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ; PUTUSAN NOMOR 1/PUU-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, e. Pembukaan putusan berisi uraian mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi sesuai dengan jenis perkaranya ditulis dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf dan diakhiri dengan tanda baca titik dua yang diletakkan di bawah kata MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA ; [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Pengujian Undang- Undang Nomor Tahun tentang terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh: f. Identitas pemohon berisi uraian mengenai nama, tempat/tanggal lahir/umur, kewarganegaraan, pekerjaan, agama, alamat pemohon, serta berisi nama kuasa hukum, pekerjaan, alamat, nomor dan tanggal surat kuasa khusus sebagai penerima kuasa, dan penyebutan sebagai pihak pemohon, ditulis dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf dan diakhiri dengan tanda baca titik koma;

4 4 [1.2] (nama Pemohon), tempat/tanggal lahir, umur tahun, kewarganegaraan, pekerjaan, agama, beralamat di Jalan Nomor Jakarta Pusat. Dalam hal ini diwakili oleh kuasanya, pekerjaan pada Kantor, beralamat di Jalan Nomor Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor bertanggal, yang bertindak untuk dan atas nama Pemohon; Selanjutnya disebut sebagai... PEMOHON; g. Identitas Termohon berisi uraian mengenai nama dan alamat Termohon, serta berisi nama, alamat kantor, pekerjaan, serta berisi nama kuasa hukum, alamat, nomor dan tanggal surat kuasa khusus sebagai penerima kuasa, dan penyebutan sebagai pihak termohon yang ditulis dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, diletakkan di bawah identitas Pemohon; [1.3] (nama Termohon), beralamat Kantor di Jalan Nomor Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal, memberikan kuasa kepada, pekerjaan, beralamat di Jalan Nomor Jakarta. Selanjutnya disebut sebagai termohon; h. Isi berkas perkara berupa permohonan, keterangan para pihak, kesimpulan para pihak, dan/atau bukti-bukti yang diajukan para pihak dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf yang diawali dengan kata Telah, diletakkan di bawah identitas Pemohon dan/atau Termohon dan diakhiri dengan tanda baca titik koma; [1.4] Telah membaca permohonan Pemohon; Telah mendengar keterangan Pemohon; Telah mendengar dan membaca keterangan tertulis Pemerintah; Telah mendengar dan membaca keterangan tertulis Dewan Perwakilan Rakyat; Telah memeriksa bukti-bukti; Telah mendengar keterangan saksi dan ahli dari Pemohon, Pemerintah, dan Dewan Perwakilan Rakyat; Telah membaca kesimpulan tertulis dari Pemohon, Pemerintah, dan Dewan Perwakilan Rakyat; i. Dalam hal perkara yang diputus bukan perkara sengketa kewenangan lembaga negara atau perselisihan tentang hasil pemilihan umum, identitas Termohon tidak perlu dicantumkan, maka pemberian nomor paragraf sebagaimana dimaksud pada huruf g di atas menjadi paragraf [1.3].

5 5 Dalam Bagian Duduk Perkara terdiri dari: Bagian Kedua Duduk Perkara Pasal 3 a. Judul Duduk Perkara, diletakkan tepat di tengah marjin dan diberi angka Arab 2 di depan kata DUDUK PERKARA ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan dicetak tebal; 2. DUDUK PERKARA b. Di bawah kata 2. DUDUK PERKARA diuraikan mengenai permohonan pemohon sesuai dengan jenis perkaranya yang diawali dengan kata Menimbang dengan mencantumkan tanggal pengajuan permohonan, tanggal penerimaan dan pencatatan permohonan di Kepaniteraan Mahkamah, dan nomor registrasi perkaranya serta mencantumkan tanggal diterimanya perbaikan permohonan ditulis dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf dan diakhiri dengan tanda baca titik dua; [2.1] Menimbang bahwa Pemohon, telah mengajukan permohonan dengan surat permohonannya bertanggal yang diterima dan terdaftar di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada tanggal, dengan registrasi Perkara Nomor, yang telah diperbaiki dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal, yang mengemukakan hal-hal sebagai berikut: c. Ringkasan permohonan yang berisi uraian mengenai Kewenangan Mahkamah Konstitusi, Kedudukan Hukum (legal standing) Pemohon, Pokok Permohonan, dan Petitum dicantumkan dalam satu paragraf tanpa nomor paragraf dan diakhiri dengan tanda baca titik; KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa... dst. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON 1. Bahwa Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 menyatakan Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu:... dst. POKOK PERMOHONAN 1. Bahwa... dst. PETITUM Berdasarkan seluruh uraian sebagaimana tersebut di atas, Pemohon memohon agar Mahkamah Konstitusi berkenan memeriksa permohonan Pemohon dan memutuskan:... dst.

6 6 d. Uraian mengenai bukti-bukti surat/tulisan yang diajukan Pemohon dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik dua. Penulisan isi bukti masing-masing ditulis dengan angka Arab 1, 2, 3 dan seterusnya yang diawali dengan kata Bukti dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. [2.2] Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, Pemohon telah mengajukan bukti tertulis yang diberi tanda P-1 sampai dengan P-5, sebagai berikut: 1. Bukti P-1 : (sebutkan nama, nomor, tanggal, dan perihal surat) dst. e. Uraian mengenai keterangan ahli dan/atau saksi yang diajukan oleh Pemohon dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik dua. Penulisan isi keterangan ahli/saksi masing-masing dicantumkan dalam satu sub paragraf dan diberi nomor sub paragraf di depan judul sub paragraf yang diawali dengan kata Bahwa dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. [2.3] Menimbang bahwa pada persidangan tanggal, Pemohon mengajukan seorang ahli dan seorang saksi, yang telah memberikan keterangan di bawah sumpah/janji, pada pokoknya sebagai berikut: [2.3.1] Keterangan Ahli Pemohon (nama ahli) Bahwa (uraikan secara singkat keterangan ahli) dst. [2.3.2] Keterangan Saksi Pemohon (nama saksi) Bahwa (uraikan secara singkat keterangan saksi) dst. f. Uraian mengenai keterangan Pemerintah dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik koma; [2.4] Menimbang bahwa pada persidangan tanggal telah didengar keterangan dari Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Mahkamah telah pula menerima keterangan tertulis dari Pemerintah yang diterima oleh Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal, pada pokoknya sebagai berikut: Keterangan Pemerintah (uraikan secara singkat keterangan Pemerintah) ; dst. g. Uraian mengenai keterangan ahli dan/atau saksi yang diajukan oleh Pemerintah dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik dua.

7 7 Penulisan isi keterangan ahli/saksi masing-masing dicantumkan dalam satu sub paragraf dan diberi nomor sub paragraf di depan judul sub paragraf yang diawali dengan kata Bahwa dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. [2.5] Menimbang bahwa di samping menyampaikan keterangan, Pemerintah juga telah mengajukan seorang ahli dan seorang saksi, yang telah memberikan keterangan di bawah sumpah/janji, yang pada pokoknya sebagai berikut: [2.5.1] Keterangan Ahli Pemerintah (nama ahli) Bahwa (uraikan secara singkat keterangan ahli) dst. [2.5.2] Keterangan Saksi Pemerintah (nama saksi) Bahwa (uraikan secara singkat keterangan saksi) dst. h. Uraian mengenai keterangan Dewan Perwakilan Rakyat dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik. [2.6] Menimbang bahwa pada persidangan tanggal, telah didengar keterangan dari Dewan Perwakilan Rakyat yang diwakili oleh, dan Mahkamah telah pula menerima keterangan tertulis dari Dewan Perwakilan Rakyat yang diterima oleh Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal, pada pokoknya sebagai berikut: Keterangan Dewan Perwakilan Rakyat (uraikan secara singkat keterangan Dewan Perwakilan Rakyat) dst; i. Uraian mengenai keterangan asli dan/atau saksi yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik dua. Penulisan isi keterangan ahli/saksi masing-masing dicantumkan dalam satu sub paragraf dan diberi nomor sub paragraf di depan judul sub paragraf yang diawali dengan kata Bahwa dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. [2.7] Menimbang bahwa di samping menyampaikan keterangan, Dewan Perwakilan Rakyat juga telah mengajukan seorang ahli dan seorang saksi, yang telah memberikan keterangan di bawah sumpah/janji, pada pokoknya sebagai berikut: [2.7.1] Keterangan Ahli Dewan Perwakilan Rakyat (nama ahli) Bahwa (uraikan secara singkat keterangan ahli) dst. [2.7.2] Keterangan Saksi Dewan Perwakilan Rakyat (nama saksi) Bahwa (uraikan secara singkat keterangan saksi) dst. j. Uraian mengenai keterangan Pihak Terkait dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik dua.

8 8 Apabila dalam satu paragraf terdapat sub-sub paragraf, penulisan masing-masing sub paragraf diberi nomor sub paragraf di depan judul sub paragraf. [2.8] Menimbang bahwa pada persidangan tanggal telah didengar keterangan dari Pihak Terkait (sebutkan nama), dan Mahkamah telah pula menerima keterangan tertulis dari Pihak Terkait (sebutkan nama) yang diterima oleh Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal, pada pokoknya sebagai berikut: [2.8.1] Keterangan Pihak Terkait (nama pihak terkait) (uraikan secara singkat keterangan Pihak Terkait) ; dst. [2.8.2] Keterangan Pihak Terkait (nama pihak terkait) (uraikan secara singkat keterangan Pihak Terkait) ; dst. k. Uraian mengenai keterangan saksi dan/atau ahli yang diajukan oleh Pihak Terkait dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik. Apabila dalam satu paragraf terdapat sub-sub paragraf, penulisan masing-masing sub paragraf diberi nomor paragraf sebelum judul sub paragraf. [2.9] Menimbang bahwa pada persidangan tanggal Pihak Terkait juga telah mengajukan seorang ahli dan seorang saksi, yang telah memberikan keterangan di bawah sumpah/janji, pada pokoknya sebagai berikut: [2.9.1] Keterangan ahli Pihak Terkait (nama ahli) Bahwa (uraikan secara singkat keterangan ahli) dst. [2.9.2] Keterangan saksi Pihak Terkait (nama saksi) Bahwa (uraikan secara singkat keterangan saksi) dst. l. Kesimpulan tertulis para pihak dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. [2.10] Menimbang bahwa Mahkamah telah menerima kesimpulan tertulis dari Pemohon, Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Pihak Terkait masingmasing bertanggal, yang isinya termuat dalam berkas permohonan; m. Kalimat penutup pada bagian Duduk Perkara mengenai penjelasan seluruh fakta yang terungkap di persidangan tidak perlu diuraikan dan dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik.

9 9 [2.11] Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, maka segala sesuatu yang terjadi dipersidangan cukup ditunjuk dalam Berita Acara Persidangan dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan putusan ini. n. Dalam hal sebagaimana dimaksud pada huruf e sampai dengan m di atas, tidak semua terdapat dalam berkas perkara maka pencantuman nomor paragraf disesuaikan dengan urutan penomoran paragraf. Bagian Ketiga Pertimbangan Hukum Pasal 4 Dalam Bagian Pertimbangan Hukum terdiri dari: a. Judul kata Pertimbangan Hukum, diletakkan tepat di tengah marjin dan diberi angka Arab 3 di depan kata PERTIMBANGAN HUKUM ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan dicetak tebal. 3. PERTIMBANGAN HUKUM b. Di bawah kata 3. PERTIMBANGAN HUKUM diuraikan mengenai pernyataan maksud dan tujuan permohonan pemohon sesuai dengan jenis perkaranya ditulis dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. [3.1] Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah menguji konstitusionalitas Pasal Undang-Undang Nomor Tahun tentang terhadap Undang-Undang Dasar 1945; (uraikan secara singkat dalil-dalil Pemohon dan argumentasinya) dst. c. Setelah penulisan mengenai pernyataan sebagaimana tersebut pada huruf b di atas, diuraikan pernyataan Mahkamah Konstitusi mengenai hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pokok permohonan yang dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik. [3.2] Menimbang bahwa sebelum mempertimbangkan Pokok Permohonan, Mahkamah terlebih dahulu harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Apakah Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan Pemohon a quo. 2. Apakah Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk bertindak selaku Pemohon dalam permohonan a quo. d. Judul kata Kewenangan Mahkamah diletakkan di pinggir marjin sebelah kiri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan dicetak tebal tanpa diberi nomor paragraf; KEWENANGAN MAHKAMAH

10 10 e. Uraian mengenai KEWENANGAN MAHKAMAH dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. [3.3] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang kemudian ditegaskan dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Mahkamah berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk, antara lain, menguji undang-undang terhadap UUD 1945; [3.4] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor Tahun tentang terhadap UUD Dengan demikian, Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo. f. Judul kata Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon diletakkan di pinggir marjin sebelah kiri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan dicetak tebal tanpa diberi nomor paragraf. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON g. Uraian mengenai KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik. [3.5] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK, yang dapat mengajukan permohonan pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 ialah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya suatu undang-undang, yaitu: a. perorangan warga negara Indonesia; b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang c. badan hukum publik atau privat; atau d. lembaga negara. [3.6] Menimbang bahwa selain memenuhi kualifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a UU MK, sejak Putusan Nomor 006/PUU-III/2005 dan Nomor 11/PUU-V/2007 Mahkamah telah berpendirian bahwa untuk dapat menentukan adanya kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional yang disebabkan oleh berlakunya undang-undang yang dimohonkan untuk diuji harus memenuhi lima syarat, yaitu: a. adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang diberikan oleh UUD 1945; b. hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh Pemohon dianggap dirugikan oleh suatu undang-undang yang dimohonkan pengujian; c. kerugian konstitusional tersebut harus bersifat khusus (spesifik) dan aktual atau setidak-tidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi;

11 11 d. adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara kerugian dan berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian; e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, maka kerugian konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi. h. Judul kata Pokok Permohonan diletakkan di pinggir marjin sebelah kiri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan dicetak tebal tanpa diberi nomor paragraf. POKOK PERMOHONAN i. Uraian mengenai POKOK PERMOHONAN memuat dalil-dalil Pemohon, keterangan (tanggapan) para pihak, keterangan saksi/ahli, dan bukti-bukti yang terkait dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. Penulisan isi pokok permohonan yang berisi uraian singkat mengenai dalil-dalil Pemohon dan argumentasinya serta petitumnya masing-masing ditulis dengan angka Arab 1, 2, 3 dan seterusnya yang diawali dengan kata Menurut dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. Apabila dalam satu paragraf terdapat sub-sub paragraf, penulisan masing-masing sub paragraf diberi nomor sub paragraf di depan judul sub paragraf. [3.7] Menimbang bahwa Pokok Permohonan yang diajukan oleh Pemohon adalah mengenai pengujian konstitusionalitas Pasal Undang-Undang Nomor Tahun tentang terhadap UUD 1945 sebagai berikut: 1. Menurut Pemohon, Pasal UU... dst; [3.8] Menimbang bahwa untuk memperkuat dalil-dalilnya, Pemohon mengajukan alat-alat bukti tulis (Bukti P-1 sampai dengan P-5) yang telah disahkan di persidangan, serta menghadirkan ahli dan saksi di bawah sumpah yang memberikan keterangan lisan dan tertulis, pada pokoknya menerangkan halhal sebagai berikut: [3.8.1] Ahli dari Pemohon (nama ahli) Bahwa menurut ahli,... dst. [3.8.2] Saksi dari Pemohon (nama saksi) Bahwa menurut saksi,... dst. Dalam menguraikan keterangan Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat, dan/atau Pihak Terkait pada bagian Pokok Permohonan, judul kata Keterangan Pemerintah diletakkan di pinggir marjin sebelah kiri, huruf awal kata Keterangan Pemerintah ditulis dengan huruf kapital yang masing-masing dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf di depan judul paragraf, diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik dua. Penulisan isi keterangan masing-masing dicantumkan dalam satu sub paragraf tanpa diberi nomor sub paragraf yang diawali dengan kata Bahwa dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. [3.9] Keterangan Pemerintah

12 12 Menimbang bahwa Pemerintah yang diwakili kuasanya Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menyampaikan keterangan yang selengkapnya telah dimuat dalam uraian mengenai Duduk Perkara, pada pokoknya menerangkan hal-hal sebagai berikut: Bahwa... dst; j. Judul kata Pendapat Mahkamah diletakkan di pinggir marjin sebelah kiri, huruf awal kata Pendapat Mahkamah ditulis dengan huruf kapital dan dicetak tebal tanpa diberi nomor paragraf. Pendapat Mahkamah k. Di bawah kata Pendapat Mahkamah diuraikan mengenai pendapat Mahkamah terkait dengan dalil Pemohon, keterangan para pihak, keterangan saksi/ahli, dan bukti yang akan dipertimbangkan dicantumkan dalam satu paragraf dan diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Menimbang dan diakhiri dengan tanda baca titik dua. Penulisan isi pendapat Mahkamah masing-masing dicantumkan dalam satu sub paragraf dan diberi nomor di depan sub paragraf yang diawali dengan kata Bahwa dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. [3.10] Menimbang bahwa setelah memeriksa dengan saksama uraian permohonan Pemohon dan keterangan Pemohon dalam persidangan, bukti-bukti tertulis yang diajukan Pemohon, Keterangan DPR, Keterangan Pemerintah, Keterangan Saksi dan Ahli yang diajukan Pemohon, Pemerintah, dan Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana telah diuraikan di atas, Mahkamah berpendapat sebagai berikut: [3.10.1] Bahwa... dst; [3.10.2] Bahwa... dst; l. Judul kata Konklusi diletakkan tepat di tengah marjin dan diberi angka Arab 4 di depan kata Konklusi ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan dicetak tebal. 4. KONKLUSI m. Di bawah kata 4. KONKLUSI diuraikan mengenai konklusi dari pertimbangan hukum putusan diawali dengan kata Berdasarkan dicantumkan dalam satu atau beberapa paragraf dan diberi nomor paragraf dan diakhiri dengan tanda baca titik dua. Penulisan isi konklusi masing-masing dicantumkan dalam satu sub paragraf dan diberi nomor di depan sub paragraf yang diawali dengan kata Bahwa dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. Berdasarkan seluruh uraian tersebut di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Bahwa... dst; [4.2] Bahwa... dst;

13 13 n. Judul kata Amar Putusan diletakkan tepat di tengah marjin dan diberi angka Arab 5 di depan kata Amar Putusan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. 5. AMAR PUTUSAN o. Di bawah kata 5. AMAR PUTUSAN diuraikan mengenai dasar hukum pengambilan putusan Mahkamah dengan menulis pasal dan ayat dari undangundang beserta tahun dan nomor lembaran negaranya dalam satu paragraf tanpa memberikan nomor paragraf, yang diawali dengan kata Dengan dan diakhiri dengan tanda baca titik; Dengan mengingat Pasal ayat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) dan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;. p. Judul kata Mengadili diletakkan tepat di tengah marjin ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan dicetak tebal diakhiri dengan tanda baca titik dua tanpa spasi. Setelah kata MENGADILI ditulis isi amar putusan masing-masing dicantumkan dalam satu sub paragraf tanpa diberi nomor di depan sub paragraf yang diawali dengan kata Menyatakan dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. MENGADILI: Menyatakan permohonan Pemohon dikabulkan; Menyatakan Pasal Undang-Undang Nomor Tahun tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ) bertentangan Dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Menyatakan Pasal Undang-Undang Nomor Tahun tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. q. Kalimat penutup pada putusan diuraikan mengenai penjelasan tempat, kehadiran Hakim Konstitusi, dan waktu pengambilan putusan, Hakim Konstitusi yang hadir dalam sidang pengucapan putusan pada hari dan waktu yang telah ditentukan serta Panitera Pengganti yang membantu, para pihak yang hadir di persidangan dan dicantumkan dalam satu paragraf tanpa diberi nomor paragraf, yang diawali dengan kata Demikian dan diakhiri dengan tanda baca titik; Bagian bawah kalimat penutup putusan dicantumkan nama dan tanda tangan Ketua, Hakim Anggota yang memeriksa, mengadili, dan memutus serta Panitera Pengganti yang mendampingi di persidangan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Penulisan nama Ketua Sidang dan Panitera Pengganti diletakkan tepat di tengah marjin. Urutan penulisan nama Hakim Anggota diletakkan di bawah nama Ketua Mahkamah diawali terlebih dahulu dengan nama Panel Hakim;

14 14 Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi pada hari, tanggal, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum pada hari ini,, tanggal, oleh kami selaku Ketua merangkap Anggota;,,,,,,, dan, masing-masing sebagai Anggota dengan dibantu oleh sebagai Panitera Pengganti, dan dihadiri oleh Pemohon/kuasanya, Pemerintah atau yang mewakili, Dewan Perwakilan Rakyat atau yang mewakili, dan Pihat Terkait. KETUA, (sebutkan nama Ketua) ANGGOTA-ANGGOTA, (sebutkan nama hakim) (sebutkan nama hakim) (sebutkan nama hakim) (sebutkan nama hakim) (sebutkan nama hakim) (sebutkan nama hakim) (sebutkan nama hakim) (sebutkan nama hakim) PANITERA PENGGANTI, (sebutkan nama Panitera Pengganti) r. Dalam hal terdapat pendapat berbeda dan/atau alasan berbeda, judul kata Pendapat Berbeda (dissenting opinion dan/atau Alasan Berbeda (concurring opinion)) diletakkan tepat di tengah marjin dan diberi angka Arab 6 di depan kata Pendapat Berbeda (dissenting opinion) dan/atau Alasan Berbeda (concurring opinion) ditulis seluruhnya dengan huruf kapital; 6. PENDAPAT BERBEDA (DISSENTING OPINIONS) DAN/ATAU ALASAN BERBEDA (CONCURRING OPINIONS)

15 15 s. Uraian mengenai Pendapat Berbeda (dissenting opinion) dan Alasan Berbeda (concurring opinion) diawali dengan kata Terhadap dicantumkan dalam satu atau beberapa paragraf dan diberi nomor paragraf di depan kata Hakim Konstitusi, huruf awal kata Hakim Konstitusi ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik; Bagian bawah kalimat penutup putusan dicantumkan nama dan tanda tangan Panitera Pengganti yang mendampingi di persidangan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, penulisan nama Panitera Pengganti diletakkan tepat di tengah marjin. Terhadap putusan Mahkamah yang menyatakan permohonan Pemohon dikabulkan tersebut di atas, 2 orang Hakim Konstitusi mempunyai pendapat berbeda (dissenting opinions) dan 2 orang Hakim Konstitusi mempunyai alasan berbeda (concurring opinions) sebagai berikut: [6.1] PENDAPAT BERBEDA (DISSENTING OPINIONS) [6.1.1] Hakim Konstitusi (sebutkan nama hakim) [ ] (uraikan secara jelas pendapat Hakim Konstitusi) dst. [ ] (uraikan secara jelas pendapat Hakim Konstitusi) dst. [6.1.2] Hakim Konstitusi (sebutkan nama hakim) [ ] (uraikan secara jelas pendapat Hakim Konstitusi) dst. [ ] (uraikan secara jelas pendapat Hakim Konstitusi) dst. [6.2] ALASAN BERBEDA (CONCURRING OPINIONS) [6.2.1] Hakim Konstitusi (sebutkan nama hakim) [ ] (uraikan secara jelas alasan Hakim Konstitusi) dst. [ ] (uraikan secara jelas alasan Hakim Konstitusi) dst. [6.2.2] Hakim Konstitusi (sebutkan nama hakim) [ ] (uraikan secara jelas alasan Hakim Konstitusi) dst. [ ] (uraikan secara jelas alasan Hakim Konstitusi) dst. PANITERA PENGGANTI, (sebutkan nama Panitera Pengganti)

16 16 BAB III PENULISAN PEMBETULAN PUTUSAN Pasal 5 (1) Dalam hal terjadi kesalahan penulisan huruf, angka, kata, dan/atau kalimat pada putusan setelah putusan diucapkan, pemberian ralat atau pembetulan dilakukan setelah mendapat perintah Ketua Mahkamah berdasarkan kesepakatan Hakim Konstitusi; (2) Kesalahan penulisan huruf, angka, kata, dan kalimat pada putusan dapat terjadi karena kesalahan Mahkamah dalam mengetik putusan atau kesalahan para pihak dalam mengetik isi berkas yang merupakan satu kesatuan berkas perkara; (3) Dalam hal terjadi kesalahan penulisan huruf, angka, kata, dan kalimat pada putusan setelah putusan diucapkan atas kesalahan Mahkamah, pembetulan dilakukan pada saat diketahuinya kesalahan tersebut dan Ketua Mahkamah/ Ketua Sidang membubuhi paraf dan tanggal pada putusan asli. (4) Dalam hal terjadi kesalahan penulisan huruf, angka, kata, dan kalimat pada putusan setelah putusan diucapkan atas kesalahan para pihak yang memberikan data atau dokumen yang salah, pembetulan dilakukan pada saat diketahuinya kesalahan tersebut dari informasi yang diberikan para pihak yang berperkara, dan Ketua Mahkamah/Ketua Sidang membubuhi paraf dan tanggal pada putusan asli. BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 6 (1) Penulisan kalimat pada putusan menggunakan jenis huruf Arial dengan ukuran huruf 12 ; (2) Penulisan nomor paragraf menggunakan angka Arab dicantumkan dalam kurung dengan menggunakan jenis huruf Arial Black, penulisan nomor sub paragraf menggunakan angka Arab dicantumkan dalam kurung dengan menggunakan jenis huruf Arial yang dicetak tebal; (3) Penulisan kalimat menggunakan ukuran 1½ spasi, penulisan kutipan bunyi pasal atau ayat menggunakan ukuran 1 spasi yang diawali dan diakhiri dengan tanda petik serta dicetak miring; (4) Batas kiri marjin awal tulisan pada paragraf atau sub paragraf menggunakan ukuran 1,5, batas kanan marjin pada akhir tulisan menggunakan ukuran 0,63 setiap halaman; (5) Batas atas marjin awal tulisan menggunakan ukuran 1,38, batas bawah marjin pada akhir tulisan menggunakan ukuran 0,38 setiap halaman; (6) Penulisan nomor halaman dimulai pada halaman 2 dengan menggunakan angka Arab yang diletakkan di tengah marjin bagian atas setiap halaman. (7) Lambang Burung Garuda menggunakan ukuran tinggi 1,23 dan lebar 1,25.

17 17 BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 7 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini akan diputuskan oleh Rapat Permusyawaratan Hakim; (2) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Juli 2008 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Ketua, Jimly Asshiddiqie

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 48/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 08/PMK/2006 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM SENGKETA KEWENANGAN KONSTITUSIONAL LEMBAGA NEGARA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 23/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 48/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 48/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H.

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H. SALINAN PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 114/PUU-XIII/2015 Daluarsa Pemutusan Hubungan Kerja I. PEMOHON 1. Muhammad Hafidz (Pemohon I); 2. Wahidin (Pemohon II); 3. Chairul Eillen Kurniawan (Pemohon III); 4.

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 82/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 82/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 82/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014). RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 61/PUU-XIV/2016 Perbedaan Akibat Hukum dalam Hal Jangka Waktu Terlampaui bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan untuk Menetapkan dan/atau Melakukan Keputusan dan/atau

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 75/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 75/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 75/PUU-IX/2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004). RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 68/PUU-XIII/2015 Implikasi Interpretasi Frasa Anjuran Mediator dan Konsiliator pada Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial I. PEMOHON 1. Muhammad Hafidz

Lebih terperinci

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999). RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIII/2015 Kepastian Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Kewajiban Pelaku Usaha Atas Informasi Badan Hukum Secara Lengkap I. PEMOHON 1. Capt. Samuel

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999). RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIII/2015 Kepastian Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Kewajiban Pelaku Usaha Atas Informasi Badan Hukum Secara Lengkap I. PEMOHON 1. Capt. Samuel Bonaparte,

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 102/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Paulus Agustinus Kafiar

PUTUSAN Nomor 102/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Paulus Agustinus Kafiar PUTUSAN Nomor 102/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015. RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XIV/2016 Waktu Penyelesaian, Produk Hukum penyelesaian BNP2TKI, dan Proses Penyelesaian Sengketa Antara TKI dengan PPTKIS Belum Diatur Di UU 39/2004 I. PEMOHON

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 90/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 90/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 90/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIII/2015 Pemberian Manfaat Pensiun Bagi Peserta Dana Pensiun

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIII/2015 Pemberian Manfaat Pensiun Bagi Peserta Dana Pensiun RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIII/2015 Pemberian Manfaat Pensiun Bagi Peserta Dana Pensiun I. PEMOHON Harris Simanjuntak II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 018/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PLENO PEMBACAAN PUTUSAN PERKARA NO. 018/PUU-III/2005 MENGENAI PENGUJIAN UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR BERACARA DALAM PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR BERACARA DALAM PEMBUBARAN PARTAI POLITIK MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR BERACARA DALAM PEMBUBARAN PARTAI POLITIK MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR : 06/PMK/2005 TENTANG

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR : 06/PMK/2005 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR : 06/PMK/2005 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERKARA PENGUJIAN UNDANG-UNDANG MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK I. PEMOHON Yan Herimen, sebagai Pemohon I; Jhoni Boetja, sebagai Pemohon II; Edy

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 23/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 23/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 23/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia I. PEMOHON 1. Agus Humaedi Abdillah (Pemohon I); 2. Muhammad Hafidz

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 2/PUU-XV/2017 Syarat Tidak Pernah Melakukan Perbuatan Tercela Bagi Calon Kepala Daerah I. PEMOHON Suta Widhya, SH. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 7 Ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR : 04/PMK/2004 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XV/2017 Mekanisme Pengangkatan Wakil Kepala Daerah yang Berhenti Karena Naiknya Wakil Kepala Daerah Menggantikan Kepala Daerah I. PEMOHON Dr. Ahars Sulaiman, S.H.,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH MAHASISWA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA KEPANITERAAN MAHKAMAH MAHASISWA Menimbang Mengingat : a. bahwa Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia sebagai wadah formal dan legal

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 116/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 116/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 116/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi I. PEMOHON Pungki Harmoko II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 92/PUU-XIII/2015 Prinsip Sidang Terbuka Untuk Umum Bagi Pengujian Undang-Undang Terhadap Undang-Undang di Mahkamah Agung I. PEMOHON Forum Kajian Hukum dan Konstitusi

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 94/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 94/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PUTUSAN Nomor 94/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 12/PUU-XIV/2016 Waktu Penyelesaian, Produk Hukum penyelesaian BNP2TKI, dan Proses Penyelesaian Sengketa Antara TKI dengan PPTKIS Belum Diatur Di UU 39/2004 I. PEMOHON

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum I. PEMOHON Drs. Rahmad Sukendar, SH. Kuasa Hukum Didi Karya Darmawan, SE.,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Kasasi dalam Perkara Tindak Pidana Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Kasasi dalam Perkara Tindak Pidana Pemilu RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Kasasi dalam Perkara Tindak Pidana Pemilu I. PEMOHON Muhammad Nizar. Kuasa Pemohon: Habiburokhman, SH., MH., M. Said Bakhrie, S.Sos., SH.,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XV/2017 Keberatan terhadap keharusan memenuhi pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SDWKLLJ) I. PEMOHON Suprayitno II. OBJEK PERMOHONAN

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 104/PUU-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 104/PUU-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 104/PUU-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 57/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 57/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 57/PUU-XV/2017 Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi I. PEMOHON Muhammad Hafidz. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Pasal 57 ayat (3) Undang -Undang Nomor 8 Tahun

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri I. PEMOHON 1. Abda Khair Mufti (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Muhammad Hafidz (selanjutnya disebut

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR: 05/PMK/2004 TENTANG PROSEDUR PENGAJUAN KEBERATAN ATAS PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2004 MAHKAMAH

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak I. PEMOHON Tajudin bin Tatang Rusmana. Kuasa Hukum: Abdul Hamim Jauzie, S.H., Ahmad Muhibullah, SH, dkk, para advokat

Lebih terperinci

Prosedur berperkara di Mahkamah Konstitusi

Prosedur berperkara di Mahkamah Konstitusi Prosedur berperkara di Mahkamah Konstitusi 1. Pengajuan permohonan 2. Pendaftaran 3. Penjadwalan Sidang 4. Pemeriksaan Pendahuluan 5. Pemeriksaan Persidangan 6. Putusan 9/6/2013 1 GAMBARAN UMUM PROSES

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017 Wilayah Jabatan Notaris I. PEMOHON Donaldy Christian Langgar II. OBJEK PERMOHONAN Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional Untuk Mendapatkan Status Kewarganegaraan Indonesia Bagi Anak Belum Berusia 18 Tahun Atau Belum Kawin Yang Lahir Dari Ibu Warga Negara

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018 Wewenang Mahkamah Kehormatan Dewan Mengambil Langkah Hukum Terhadap Perseorangan, Kelompok Orang, Atau Badan Hukum yang Merendahkan Kehormatan DPR Dan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 20/PUU-XVI/2018 Parliamentary Threshold

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 20/PUU-XVI/2018 Parliamentary Threshold RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 20/PUU-XVI/2018 Parliamentary Threshold I. PEMOHON Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Partai Garuda) dalam hal ini diwakili oleh Ahmad Ridha Sabana sebagai Ketua Umum

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XV/2017 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Menentukan Persyaratan Sebagai Kuasa Wajib Pajak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XV/2017 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Menentukan Persyaratan Sebagai Kuasa Wajib Pajak I. PEMOHON RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XV/2017 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Menentukan Persyaratan Sebagai Kuasa Wajib Pajak Cuaca, SH., MH. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil:

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 69/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 38/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 38/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 SALINAN PUTUSAN Nomor 38/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Politik Yang Akan Mengikuti Pemilu 2019 I. PEMOHON Partai Persatuan Indonesia, yang diwakili oleh: 1. Hary Tanoesoedibjo; 2. Ahmad Rofiq.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIII/2015 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Ketenagalistrikan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIII/2015 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Ketenagalistrikan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIII/2015 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Ketenagalistrikan I. PEMOHON 1. Ismail Thomas, SH., M.Si., sebagai Bupati Kabupaten Kutai Barat (Pemohon

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 Wewenang DPR Memanggil Paksa Setiap Orang Menggunakan Kepolisian Negara Dalam Rapat DPR Dalam Hal Pihak Tersebut Tidak Hadir Meskipun Telah Dipanggil

Lebih terperinci

PUTUSAN NOMOR 52/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN NOMOR 52/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN NOMOR 52/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XV/2017 Persyaratan Usia Untuk Dapat Menjadi Perangkat Desa I. PEMOHON Sukirno, S.Si. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Pasal 50 ayat (1) huruf b Undang-Undang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 55/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 55/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 55/PUU-XV/2017 Badan Usaha Milik Negara Termasuk Badan atau Pejabat yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan I. PEMOHON 1. Sofyan H., Wiyono (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA I. PEMOHON Abdul Wahid, S.Pd.I. Kuasa Hukum: Dr. A. Muhammad Asrun, SH., MH., Ai

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 67/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 67/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 67/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (Partai PPI), diwakili oleh Daniel Hutapea sebagai Ketua Umum

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden I. PEMOHON 1. Syaiful Bahari, SH (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Aryo Fadlian (selanjutnya

Lebih terperinci

Kuasa Hukum Badrul Munir, S.Sg., SH., CL.A, dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 2 April 2015.

Kuasa Hukum Badrul Munir, S.Sg., SH., CL.A, dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 2 April 2015. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 58/PUU-XIII/2015 Kualifikasi Selisih Perolehan Suara Peserta Pemilihan Kepala Daerah Yang Dapat Mengajukan Permohonan Pembatalan Penetapan Hasil Penghitungan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase I. PEMOHON Zainal Abidinsyah Siregar. Kuasa Hukum: RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase Ade Kurniawan, SH., Heru Widodo, SH., MH., dkk, advokat/ penasehat hukum

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 136/PUU-XIII/2015 Pembagian Hak dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten Dengan Pemerintah Pusat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 136/PUU-XIII/2015 Pembagian Hak dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten Dengan Pemerintah Pusat RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 136/PUU-XIII/2015 Pembagian Hak dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten Dengan Pemerintah Pusat I. PEMOHON Drs. Kasman Lassa, SH., (Bupati Kabupaten Donggala). Kuasa Hukum

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XV/2017 Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali I. PEMOHON Donaldy Christian Langgar. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Pasal 69 Undang-Undang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 6/PUU-XVI/2018 Kewajiban Pencatatan PKWT ke Intansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 6/PUU-XVI/2018 Kewajiban Pencatatan PKWT ke Intansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 6/PUU-XVI/2018 Kewajiban Pencatatan PKWT ke Intansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan I. PEMOHON Abdul Hakim, Romi Andriyan Hutagaol, Budi Oktariyan, Mardani,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 Ambang Batas Pencalonan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Presidential Threshold) I. PEMOHON Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc dan Ir.

Lebih terperinci

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (UU 1/2004).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (UU 1/2004). RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 15/PUU-XIV/2016 Ketidakjelasan Definisi Hak Tagih Terhadap Utang Negara Menghambat PT. Taspen Melakukan Pembayaran Pensiun Kepada ASN/PNS I. PEMOHON Drs. Burhan Manurung,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali I. PEMOHON 1. Su ud Rusli, (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. H. Boyamin, (selanjutnya disebut sebagai Pemohon

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 132/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pidana Bagi Penyedia Jasa dan Pemakai Pada Tindak Pidana Prostitusi I. PEMOHON Robby Abbas. Kuasa Hukum: Heru Widodo, SH., M.Hum., Petrus

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 26/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 26/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 26/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat I. PEMOHON 1. Rahadi Puguh Raharjo, SE. (Pemohon I); 2. Ma mun Murod, SH. (Pemohon II); 3. Mutaqin (Pemohon

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 110/PUU-XIV/2016 Pengisian Kekosongan Jabatan Wakil Kepala Daerah Dalam Hal Wakil Kepala Daerah Menjadi Kepala Daerah I. PEMOHON 1. Alif Nugraha (selanjutnya disebut

Lebih terperinci

Kuasa Hukum Badrul Munir, S.Sg., SH., CL.A, dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 2 April 2015.

Kuasa Hukum Badrul Munir, S.Sg., SH., CL.A, dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 2 April 2015. RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 58/PUU-XIII/2015 Kualifikasi Selisih Perolehan Suara Peserta Pemilihan Kepala Daerah Yang Dapat Mengajukan Permohonan Pembatalan Penetapan Hasil Penghitungan Perolehan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIII/2015 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Ketenagalistrikan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIII/2015 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Ketenagalistrikan RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 87/PUU-XIII/2015 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Ketenagalistrikan I. PEMOHON 1. Ismail Thomas, SH., M.Si., sebagai Bupati Kabupaten Kutai

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 111/PUU-XIV/2016 Pengenaan Pidana Bagi PNS Yang Sengaja Memalsu Buku-Buku atau Daftar-Daftar Untuk Pemeriksaan Administrasi I. PEMOHON dr. Sterren Silas Samberi. II.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 93/PUU-XIV/2016 Kepengurusan Partai Politik Yang Berselisih Harus Didaftarkan dan Ditetapkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Meskipun Kepengurusan Tersebut Telah

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 8/PUU-VI/2008

PUTUSAN Nomor 8/PUU-VI/2008 PUTUSAN Nomor 8/PUU-VI/2008 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 22/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 22/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 22/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

P U T U S A N. Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia P U T U S A N Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim I. PEMOHON Teguh Satya Bhakti, S.H., M.H. selanjutnya disebut

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIV/2016 Konstitusinalitas KPU Sebagai Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah Pada Rezim Pemilihan Kepala Daerah Bukan Pemilihan Umum I. PEMOHON 1. Muhammad Syukur

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017 Persentase Presidential Threshold Pada Pemilihan Umum I. PEMOHON Habiburokhman, SH., MH. Kuasa Hukum: Kris Ibnu T Wahyudi, SH., Hisar Tambunan, SH., MH.,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-XIII/2015 Hak Konstitusional Untuk Dipilih Dalam Hal Pasangan Calon Berhalangan Tetap

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-XIII/2015 Hak Konstitusional Untuk Dipilih Dalam Hal Pasangan Calon Berhalangan Tetap RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-XIII/2015 Hak Konstitusional Untuk Dipilih Dalam Hal Pasangan Calon Berhalangan Tetap I. PEMOHON Erwin Arifin, SH., MH. Kuasa Hukum Sirra Prayuna, SH., Badrul

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint I. PEMOHON Sri Royani II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017 Keterangan Saksi Yang Diberikan di Bawah Sumpah dan Tidak Hadir Dalam Persidangan Disamakan Nilainya dengan Keterangan Saksi Di Bawah Sumpah Yang Diucapkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XIV/2016 Dualisme Penentuan Unsur Pimpinan DPR Provinsi Papua dan Papua Barat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XIV/2016 Dualisme Penentuan Unsur Pimpinan DPR Provinsi Papua dan Papua Barat RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XIV/2016 Dualisme Penentuan Unsur Pimpinan DPR Provinsi Papua dan Papua Barat I. PEMOHON 1. Apolos Paulus Sroyer, (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Paulus

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 26/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Mozes Kallem, S.H.

PUTUSAN Nomor 26/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Mozes Kallem, S.H. 1 PUTUSAN Nomor 26/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka I. PEMOHON Setya Novanto Kuasa Hukum: DR. Fredrich Yunadi, S.H., LL.M, Yudha Pandu, S.H.,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 21/PUU-XIV/2016 Frasa Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 21/PUU-XIV/2016 Frasa Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Korupsi RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 21/PUU-XIV/2016 Frasa Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Korupsi I. PEMOHON Drs. Setya Novanto. Kuasa Pemohon: Muhammad Ainul Syamsu, SH., MH., Syaefullah Hamid,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 85/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 85/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 85/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan I. PEMOHON E. Fernando M. Manullang. II. III. OBJEK PERMOHONAN Pengujian formil dan pengujian materil

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 19/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 19/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 PUTUSAN Nomor 19/PUU-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci