POTENSI OBYEK WISATA DAN KETERPADUANNYA DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN PAYANGAN, KABUPATEN GIANYAR, PROVINSI BALI I KADEK PASEK RUDITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI OBYEK WISATA DAN KETERPADUANNYA DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN PAYANGAN, KABUPATEN GIANYAR, PROVINSI BALI I KADEK PASEK RUDITA"

Transkripsi

1 POTENSI OBYEK WISATA DAN KETERPADUANNYA DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN PAYANGAN, KABUPATEN GIANYAR, PROVINSI BALI I KADEK PASEK RUDITA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tulisan ini. Bogor, Januari 2012 I Kadek Pasek Rudita NRP A

4 ABSTRACT I KADEK PASEK RUDITA. The Tourism Potential and Its Integration in Area Development of Payangan Agropolitan, Gianyar Regency, Bali Province. Under direction of SANTUN R.P. SITORUS and SETIA HADI Payangan Agropolitan is an area of agricultural development that has the tourism potential. Along with development of the agricultural sector, the tourism sector also developed. However, there were trends that agriculture sector forced by development of other sectors; one of them was the tourism sector. Thus, in further development need to be done in an integrated manner. Objectives of this research were: (1) To find out the relationship between tourism sector and others; (2) To find out the potential of tourist attractions to be developed in the region of Payangan Agropolitan; (3) Knowing the tourist's perception of the factors that affects tourist visitation to the Area of Payangan Agropolitan; (4) Formulate plans and strategies of integrated tourism development with area development of Payangan Agropolitan in the framework of area development. The results show that via linkage and multiplier effects analysis, the tourism was the main sector. Analysis on the tourism potential showed that the most preferred was naturerelated tourism. From analysis on the factors of tourist visit, there were five dominant influential factors, namely: services; tourism and attraction types; the available facilities; transportation facilities, and promotion. Furthermore, on the subsequent analysis obtained three main strategies in the integrated development of tourism with area development of Payangan Agropolitan, namely: improving the sectoral linkage with improving integration of inter-existing sectors via development of science and technology; introducing and offering the existing tourism potential with development of tourism packages via a partnership of government, private and public; and strengthening the tourism by establish partnerships and networks. Keywords: tourism potential, integration, Payangan Agropolitan Area

5 RINGKASAN I KADEK PASEK RUDITA. Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS dan SETIA HADI. Agropolitan Payangan merupakan kawasan pengembangan pertanian yang memiliki potensi obyek wisata. Seiring dengan berkembangnya sektor pertanian, sektor pariwisata juga ikut berkembang. Namun dalam perkembangannya ada kecenderungan sektor pertanian terdesak perkembangan sektor lainnya, salah satunya oleh sektor pariwisata. Pengembangan wilayah sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, tidak selalu dilakukan dengan mengubah secara fisik suatu wilayah, tetapi akan efektif dan efisien bila dilakukan dengan menggali dan meningkatkan potensi-potensi yang dimiliki dan memadukan antar potensi yang ada. Sehingga dalam pengembangan kawasan Agropolitan Payangan selanjutnya perlu dilakukan secara terpadu. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya saat ini; (2) mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di kawasan Agropolitan Payangan; (3) mengetahui persepsi wisatawan atas faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan; dan (4) merumuskan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-data primer berupa data hasil survei lapangan dan data sekunder berupa informasi dan data dari literatur-literatur yang didapat dari instansi terkait seperti BPS, BAPPEDA, Dinas Pariwisata, perpustakaan, dan lainnya. Mengawali pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan. Informasi dan data yang berhasil dikumpulkan digunakan sebagai bahan untuk pelaksanaan penelitian utama selanjutnya. Keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya dianalisis dengan Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar yang diperoleh dari Tabel Input-Output Kabupaten Badung yang diturunkan melalui metode RAS. Berdasarkan tabel Input-Output Kabupaten Gianyar, selanjutnya dilakukan beberapa analisis untuk mengetahui keterkaitan sektoral dan multiplier effect yang ditimbulkannya. Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan dapat diketahui dari analisis Scoring System melalui persepsi pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, dan wisatawan yang didapat dari hasil survei dan wawancara yang dilakukan. Persepsi wisatawan atas faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan dapat diketahui dari Analytical Hierarchy Process (AHP) dari responden wisatawan. Untuk menyusun rumusan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, dianalisis dengan A WOT dari responden pemerintah, swasta dan akademisi. A WOT merupakan metode hibrid yang menggabungkan metode SWOT dengan metode AHP. Sektor pariwisata terkait erat dengan lima sektor, yaitu: industri tanpa migas; perdagangan besar dan eceran; restoran; hotel; jasa hiburan dan rekreasi.

6 Berdasarkan analisis Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar terhadap keterkaitan dan multiplier effect yang ditimbulkannya, secara umum sektor pariwisata merupakan sektor unggulan di Kabupaten Gianyar. Berdasarkan keunikan, kekhasan, dan pertimbangan dengan tokoh masyarakat setempat, terdapat 6 (enam) Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan, yaitu: Agrowisata Payangan, Sungai Ayung, Nyepi Kasa, Aci Keburan, Desa Pakraman Pausan, dan Sarkofagus. Berdasarkan skor yang diperoleh masing-masing obyek wisata, apabila dikelompokkan dapat diketahui 3 kelompok obyek wisata yang paling disukai saat ini yaitu obyek wisata yang berkaitan dengan alam (Sungai Ayung dan Agrowisata Payangan), kedua adalah obyek wisata yang berkaitan dengan adat dan tradisi masyarakat setempat (Nyepi Kasa, Desa Pakraman Pausan, dan Aci Keburan), dan ketiga adalah obyek wisata sejarah dan situs kepurbakalaan (Sarkofagus). Hasil AHP menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan menurut persepsi wisatawan adalah: (1) pelayanan; (2) jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan; (3) fasilitas yang tersedia; (4) sarana transportasi; dan (5) promosi. Faktor pelayanan, yang berpengaruh adalah keramahan masyarakat setempat dan kebersihan lingkungan, berpengaruh positif. Sementara itu, pemandu wisata dan kios (pedagang asongan) berpengaruh negatif. Faktor jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, yang berpengaruh positif adalah wisata budaya dan pada wisata alam termasuk agrowisata. Serangkaian analisis dalam metode A WOT, dapat disusun rumusan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah. Berdasarkan analisis matriks internal-eksternal (IE), strategi yang bisa dilakukan yaitu melalui strategi pertumbuhan dengan lebih berkonsentrasi pada integrasi vertikal. Hasil analisis matriks space dapat mempertajam strategi yang akan dikembangkan. Dimana strategi yang dikembangkan berada di Kuadran I yaitu melalu strategi agresif. Oleh karena itu strategi alternatif yang dikembangkan adalah strategi SO (Strengths Opportunities) sebagai strategi utama, yaitu strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. Ada tiga rencana dan strategi utama, yaitu: (1) rencana meningkatkan keterkaitan sektoral, dengan strategi meningkatkan keterpaduan antar sektor yang ada melalui pengembangan iptek; (2) memperkenalkan dan menawarkan potensi obyek wisata yang ada, dengan pengembangan paket-paket wisata melalui kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat; dan (3) memperkuat kepariwisataan, dengan membangun kemitraan dan membentuk jejaring. Kata kunci: potensi obyek wisata, keterpaduan, Kawasan Agropolitan Payangan

7 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan lirik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

8

9 POTENSI OBYEK WISATA DAN KETERPADUANNYA DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN PAYANGAN, KABUPATEN GIANYAR, PROVINSI BALI I KADEK PASEK RUDITA TESIS Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MAGISTER SAINS Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

10 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Widiatmaka, DAA

11

12

13 Kupersembahkan Karya ini Kepada: Istriku tercinta Ni Putu Rina Yuliawati dan kedua putriku tersayang: Ni Wayan Ranhita Rurinanda dan Ni Made Nandita Rurinanda, yang telah mendukung selama ini

14 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus dan Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si sebagai dosen pembimbing dengan kesabaran dan keikhlasannya telah meluangkan waktu untuk mengarahkan, membuka wawasan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 2. Bapak Dr. Ir. Widiatmaka, DAA selaku dosen penguji luar atas masukan dan sarannya. 3. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang diberikan bagi penulis. 4. Bupati Gianyar yang telah memberikan ijin untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Perencanaan Wilayah IPB. 5. Segenap dosen dan staf manajemen Program Studi Perencanaan Wilayah IPB yang telah mengajar dan membantu penulis selama mengikuti studi. 6. Istri tercinta dan anak-anak tersayang yang telah memberikan ijin dan dorongan semangat beserta seluruh keluarga dengan dukungannya telah memberikan kekuatan tersendiri kepada penulis selama ini. 7. Rekan-rekan seperjuangan PWL 2010 yang kompak dan bersemangat pantang menyerah. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan baik moril maupun materiil selama studi dan penulisan tesis ini. Penulis menyadari walaupun telah berusaha semaksimal mungkin, tentunya masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Besar harapan penulis adanya kritik dan saran untuk penyempurnaan karya tulis ini, namun demikian semoga bermanfaat. Bogor, Januari 2012 I Kadek Pasek Rudita

15 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Gianyar, Bali pada tanggal 17 Pebruari 1973 dari Ayah yang bernama I Nyoman Pasek dan Ibu yang bernama Ni Wayan Kertas. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Gianyar dan pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Di ITS penulis mengambil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Program Studi Teknik Sipil dan lulus dengan gelar S.T. pada tahun Tahun 2005 penulis diterima sebagai PNS dan ditempatkan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Gianyar Provinsi Bali. Pada tahun 2010 penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan studi ke jenjang S2 yang dibiayai oleh Pusbindiklatren Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yaitu di Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah pada Sekolah Pascasarjan Institut Pertanian Bogor (IPB).

16

17 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran... 7 II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata Pengembangan Kawasan Agropolitan Perencanaan Pengembangan Wilayah dengan Memadukan Kegiatan Sektor Pertanian dan Sektor Pariwisata Penelitian-Penelitian Terdahulu Terkait Topik Penelitian Ini III METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Metode Pengumpulan Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Bahan dan Alat Teknik Analisis Data Kerangka Analisis Analisis Input-Output Analisis Scoring System Analytical Hierarchy Process (AHP) Analisis A WOT Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal Analisis matriks Internal-Eksternal (IE) Analisis Matriks Space Analisis SWOT.. 41 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Fisik Geografi dan Administrasi Geologi dan Jenis Tanah Iklim... 45

18 ii Hidrologi Pemanfaatan Ruang Sosial dan Budaya Demografi Pendidikan Ketenagakerjaan Budaya Kelembagaan Perekonomian Pertanian Industri Perdagangan dan Jasa Kehutanan Kondisi Sarana dan Prasarana Pos dan Telekomunikasi Transportasi Listrik dan Air Bersih Kondisi Kepariwisataan V HASIL DAN PEMBAHASAN Keterkaitan Sektor Pariwisata dengan Sektor Lainnya Struktur Perekonomian Kabupaten Gianyar Keterkaitan antar Sektor Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Indeks Daya Penyebaran dan Indek Daya Kepekaan Multiplier Effect Output multiplier Total value added multiplier Income multiplier Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan Persepsi Wisatawan Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Persepsi Wisatawan Mancanegara Persepsi Wisatawan Nusantara Persepsi Seluruh Wisatawan Rencana dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam Kerangka Pengembangan Wilayah Faktor Strategi Internal dan Eksternal Identifikasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal Analisis Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE) Analisis Matriks Space 111

19 iii Analisis SWOT Kerangka Pengembangan Wilayah dengan Memadukan Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pengembangan Kegiatan Pariwisata. 112 VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

20 iv DAFTAR TABEL Halaman 1 Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata di Kabupaten Gianyar Tahun PDRB Berlaku dan PDRB Konstan Kecamatan Payangan Menurut Sektor Tahun (Milyar) Jenis Data yang Dikumpulkan Menurut Tujuan Penelitian Cakupan Responden Penelitian Sektor-Sektor Perekonomian Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 (24 sektor) Hasil Update Struktur Dasar Tabel Input-Output Skala Dasar Ranking Analytical Hierarchy Process (AHP) 32 8 Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) Batas Kecamatan Payangan Menurut Desa di Kecamatan Payangan Keadaan Iklim Rata-Rata di Kabupaten Gianyar Tahun Penggunaan Lahan Wilayah Payangan Tahun Kondisi Penduduk Kecamatan Payangan Tahun Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Payangan Tahun Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Payangan Tahun Jumlah Desa Adat, Banjar Adat, dan Subak di Kecamatan Payangan Tahun Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktifitas Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Payangan Tahun Produksi Sayuran di Kecamatan Payangan Tahun Jumlah Pohon dan Produksi Buah-Buahan di Kecamatan Payangan Tahun Luas Tanam dan Produksi Perkebunan di Kecamatan Payangan Tahun Populasi Ternak di Kecamatan Payangan Tahun Banyaknya Perusahaan Industri dan Tenaga Kerja yang Terserap di Kecamatan Payangan Tahun

21 v 23 Sarana Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Payangan Tahun Banyaknya Sarana Komunikasi di Kecamatan Payangan Tahun Prasarana Transportasi di Kecamatan Payangan Tahun Banyaknya Sarana Akomodasi dan Rekreasi di Kecamatan Payangan Tahun PDRB Kabupaten Gianyar Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun Struktur Perekonomian Kabupaten Gianyar Berdasarkan Tabel I-O Tahun 2009 (24 x 24 sektor) Struktur Total Output Berdasarkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun Pengelompokan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Berdasarkan Nilai IDP dan IDK Akumulasi Skor Obyek Wisata yang Berpotensi untuk Dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan IFAS Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan EFAS Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan

22 vi DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bagan Alir Kerangka Pemikiran Kerangka Analisis Struktur Hirarki Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Matriks Internal-Eksternal Matriks Space Matriks SWOT Peta Administrasi Kecamatan Payangan Peta Kawasan Pariwisata Kecamatan Payangan Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun Nilai Indeks Daya Penyebaran dan Nilai Indeks Daya Kepekaan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun Nilai Output multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun Nilai Total value added multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun Nilai Total Income multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun View Kawasan Perkebunan Bunga di Agrowisata Payangan Kegiatan Rafting di Sungai Ayung Suasana Nyepi Kasa di Desa Pakraman Buahan Suasana Pura Hyang Api di Desa Kelusa Saat Tidak Ada Perayaan Kegiatan Upacara Keagamaan di Pura Pucak Pausan Sarkofagus yang Ada di Desa Bukian Peta Sebaran Obyek Wisata yang Berpotensi Untuk Dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan Persepsi Wisatawan Mancanegara Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan... 97

23 vii 23 Persepsi Wisatawan Nusantara Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Persepsi Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Hasil Analisis Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE) Hasil Analisis Matriks Space Hasil Analisis Matriks SWOT Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan. 113

24 viii DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar Tahun 2009 (dalam Jutaan Rupiah,24 x 24) Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar Tahun 2009 (dalam Jutaan Rupiah,24 x 24) Koefisien Teknologi (Matriks A) Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar Tahun 2009, 24 x Kebalikan Matriks Leontief (I-A) -1 Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar Tahun 2009, 24 x Kuesioner untuk Mendapatkan Data untuk Analisis Scoring System dan untuk Analisis A WOT (dalam Penentuan Faktor-Faktor Internal dan Eksternal) dari Responden Pemerintah, Swasta, dan Tokoh Masyarakat Kuesioner untuk Mendapatkan Data untuk Analisis Scoring System dan AHP dari Responden Wisatawan Mancanegara Kuesioner untuk Mendapatkan Data untuk Analisis Scoring System dan AHP dari Responden Wisatawan Nusantara Kuesioner untuk Mendapatkan Data untuk Analisis A WOT (dalam Penentuan Strategi) dari Responden Pemerintah, Swasta dan Akademisi Pembobotan Faktor Strategi Internal dan Eksternal Hasil AHP dalam Analisis A WOT (dalam Penentuan Strategi) dari Responden Pemerintah, Swasta dan Akademisi Penghitungan Rating Faktor Strategi Internal dan Eksternal dalam Analisis A WOT (dalam Penentuan Strategi) dari Responden Pemerintah, Swasta dan Akademisi 184

25 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan konsep pembangunan yang lebih menitikberatkan pada pengembangan sektor sekunder bertujuan untuk meningkatkan perekonomian. Perindustrian sebagai sektor sekunder lebih banyak dibangun di perkotaan dengan harapan mampu menimbulkan dampak menetes ke bawah (tricle down effect), ternyata tidak berjalan sesuai harapan dan yang terjadi adalah backwash effect. Kondisi ini timbul karena pengembangan sektor sekunder yang dilakukan tanpa mendukung pengembangan sektor primer (pertanian) yang dominan berada di pedesaan. Menghadapi kondisi seperti ini di pedesaan, diperlukan suatu upaya untuk mengimbangi pembangunan di perkotaan. Berdasarkan besarnya potensi yang dimiliki Kabupaten Gianyar pada sektor pertanian, maka pemerintah daerah melalui Keputusan Bupati Gianyar Nomor 194 tahun 2003 menetapkan Kecamatan Payangan sebagai Kawasan Agropolitan. Dalam Master Plan Kawasan Agropolitan Payangan, Desa Kerta ditetapkan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), Desa Inti adalah Desa Melinggih dan desa-desa yang ada disekitarnya seperti Desa Puhu, Melinggih Kelod, Buahan Kaja, Buahan, Bukian, Kelusa dan Bresela sebagai desa pengaruh (hinterland). Kawasan Agropolitan Payangan terletak pada ketinggian mdpl memiliki morfologi landai dengan kemiringan lahan 0-15% dan sebagian pada lembah-lembah dekat sungai memiliki kemiringan lahan di atas 15%. Kondisi alamnya yang masih alami dengan hamparan lahan pertanian dengan didukung suasana yang sejuk dan nyaman telah memberikan pemandangan yang menarik bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Kunjungan wisatawan semakin meningkat seiring meningkatnya aksesibilitas dengan dibangunnya sarana dan prasarana penunjang kawasan seperti jalan dan jembatan. Peningkatan juga terjadi pada fasilitas-fasilitas pariwisata dengan berkembangnya hotel, villa, dan restoran. Posisi Kecamatan Payangan yang berbatasan langsung dengan dua kecamatan yaitu Kecamatan Ubud dan Kecamatan Tegallang yang masih termasuk lingkup Kabupaten Gianyar, telah memberikan pengaruh yang cukup besar bagi

26 2 perkembangan wisata di Payangan. Hal ini tentunya karena kedua kecamatan tersebut telah lama menjadi daerah tujuan wisata. Perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Gianyar dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan dari beberapa obyek wisata yang ada, ditampilkan pada Tabel 1. Kunjungan wisatawan tahun 2007 sebanyak wisatawan atau naik 36,15 persen dari tahun sebelumnya (2006) yang sebanyak wisatawan. Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Gianyar terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2010 mencapai wisatawan. Tabel 1 Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata di Kabupaten Gianyar Tahun No Kecamatan Tahun Gianyar Tegallalang Tampaksiring Blahbatuh Sukawati Ubud Payangan Jumlah Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar (2011) Kunjungan wisatawan yang cenderung terus meningkat merupakan peluang besar untuk pengembangan lebih lanjut dengan menggali potensi-potensi yang ada. Berdasarkan data PDRB Kecamatan Payangan tahun seperti ditunjukkan pada Tabel 2, sektor pertanian masih mendominasi dalam menyumbang PDRB tentunya karena pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat Payangan, selanjutnya diikuti sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Melihat kondisi yang demikian, untuk mengembangkan sektor pariwisata perlu dilakukan secara terpadu dengan pengembangan pertanian disamping memperhatikan sektor-sektor yang lain. Hal ini penting agar pengembangan sektor pariwisata yang akan dilakukan tidak justru membuat pertanian terpinggirkan, tetapi mampu memberikan nilai tambah bagi petani.

27 3 Tabel 2 PDRB Berlaku dan PDRB Konstan Kecamatan Payangan Menurut Sektor Tahun (Milyar) Sektor/Lapangan Usaha PDRB Berlaku PDRB Konstan Pertanian 178,46 195,00 95,18 96,71 2. Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan 46,61 53,55 25,25 27,11 4. Listrik, gas, dan air bersih 4,45 5,28 2,31 2,45 5. Bangunan 10,25 13,03 4,58 5,09 6. Perdagangan, hotel & restoran 72,78 84,17 46,47 49,28 7. Pengangkutan & komunikasi 6,34 7,09 3,31 3,45 8. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan 20,78 24,46 11,15 11,98 9. Jasa-jasa 122,03 139,59 62,24 67,14 Produk Domestik Regional Bruto 161,69 522,17 250,48 263,22 Sumber : BPS dan Bappeda Kabupaten Gianyar (2010c) Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar dalam mempercepat pembangunan wilayah berupaya mengaitkan pembangunan sektor pertanian dengan sektor pariwisata, berdasarkan kebijakan yang diambil, yaitu akan menjadikan Kawasan Agropolitan Payangan sebagai kawasan agrowisata. Sebagai langkah awal, tahun 2010 telah dilakukan pendataan potensi agrowisata Payangan. Pendataan dilakukan terkait potensi lingkungan fisik maupun non fisik, sektor ekonomi dan budaya yang mendukung pengembangan agrowisata. Penilaian yang dilakukan didasarkan atas : 1) adanya potensi unggulan kawasan yang didukung aspek fisik dasar dan aspek fisik binaan, sarana dan prasarana yang mendukung, ada tidaknya komoditas/produk unggulan, aksesibilitas, dan potensi unggulan lainnya; 2) potensi sumber daya manusia; 3) persepsi masyarakat terhadap dikembangkannya kawasan tersebut sebagai obyek agrowisata; dan 4) kebijakan pemerintah yang mendukung. Hasil pendataan menunjukkan, lokasi yang berada pada Kawasan Agropolitan Payangan yang dinyatakan layak dikembangkan sebagai obyek agrowisata adalah Desa Kerta dan Desa Buahan Kaja serta persepsi masyarakat secara umum setuju daerahnya dikembangkan sebagai obyek agrowisata. Pendataan yang telah dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar belum melihat secara makro keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor lainnya, baik menyangkut backward maupun forward linkage dalam melihat

28 4 keterpaduan. Keterkaitan antar sektor ini perlu dilihat untuk mengetahui sektorsektor apa saja yang perlu ditingkatkan dalam mendukung keterpaduan pembangunan antar sektor dalam pengembangan wilayah. Disamping potensi agrowisata yang telah terdata, masih banyak lagi potensi-potensi lain di Kawasan Agropolitan Payangan yang masih perlu diketahui untuk dikembangkan sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW). Semakin banyak potensi ODTW yang bisa dikembangkan, semakin banyak pilihan-pilihan yang bisa ditawarkan kepada wisatawan. Hal yang tidak kalah penting perlu diketahui terhadap pengembangan suatu obyek wisata di Kawasan Agropolitan Payangan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan. Maju tidaknya suatu obyek wisata bisa dilihat dari banyak dan lamanya kunjungan wisata yang terjadi. Oleh karena itu, faktor-faktor ini perlu diketahui untuk dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam memajukan suatu kawasan wisata. Perkembangan pariwisata di Kawasan Agropolitan Payangan selama ini cukup bagus. Namun ada indikasi bahwa keterlibatan masyarakat masih sangat kurang. Masyarakat, alam, dan budaya setempat hanya sebagai obyek semata. Kedepan, dalam mengembangkan potensi yang ada, perlu dilakukan pengelolaan yang lebih baik dengan memberdayakan masyarakat sekitar, sehingga bisa menguntungkan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan seharusnya mampu menumbuhkan perekonomian suatu daerah melalui penggunaan bahan dan produk lokal, serta memberikan kesempatan kepada pengusaha dan masyarakat lokal untuk berperan dalam penyediaan barang dan jasa pada proses pelayanan di bidang kepariwisataan (Purba 2011). Berdasarkan kondisi dan alasan tersebut, perlu dilakukan penelitian potensi obyek wisata dan keterpaduannya dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Potensi obyek wisata yang dimaksud disini adalah alam, lingkungan pertanian, sosial budaya masyarakat, dan peninggalan sejarah yang bisa dijadikan ODTW, sedangkan keterpaduan dalam pengembangan kawasan merupakan upaya untuk mensinergikan antar sektor yang ada. Untuk

29 5 keberhasilan pengembangan kawasan tersebut diperlukan rumusan rencana dan strategi. 1.2 Perumusan Masalah Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam mengembangkan suatu wilayah tidak selalu dilakukan dengan mengubah secara fisik suatu wilayah, tetapi akan efektif dan efisien bila dilakukan dengan menggali dan meningkatkan potensipotensi yang dimiliki dan memadukan antar potensi yang ada. Kecamatan Payangan secara ekologis merupakan salah satu kawasan tujuan wisata di Kabupaten Gianyar. Seiring dengan dijadikannya sebagai kawasan agropolitan, sektor pertanian mengalami perkembangan. Peningkatan aksesibilitas kawasan, seperti terbangunnya sarana dan prasarana jalan turut meningkatkan sektor wisata yang ada. Perda Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Bali Tahun menyatakan bahwa pengembangan sektor kepariwisataan yang berlandaskan kebudayaan, diarahkan pada kepariwisataan berbasis masyarakat melalui pengembangan wisata perdesaan (desa wisata), wisata agro, wisata eko, wisata bahari, wisata budaya, wisata spiritual dengan penyediaan kelengkapan sarana dan prasarana daya tarik pariwisata yang tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan daya dukung dan pengembangan ekonomi kerakyatan. Perda ini juga menyatakan larangan dan mencegah terjadinya alih fungsi lahan budidaya pertanian menjadi non pertanian. Menurut RPJMD Kabupaten Gianyar , untuk mendorong pengembangan dan peningkatan kualitas kepariwisataan yang berwawasan budaya, ramah lingkungan dan melibatkan peranserta masyarakat secara luas dapat dilakukan melalui pengembangan pemasaran pariwisata, peningkatan sarana dan prasarana pariwisata, dan pengembangan kemitraan kepariwisataan. Keberhasilan pelaksanaan program tersebut membutuhkan dukungan berbagai pihak, baik dari pemerintah sendiri, swasta, maupun masyarakat. Menyikapi hal tersebut dan dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki Kawasan Agropolitan Payangan perlu mencermati beberapa hal antara

30 6 lain, ada indikasi bahwa sektor pertanian dan sektor pariwisata masih terlihat jalan sendiri-sendiri, masih kurangnya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan potensi yang ada, dan belum optimalnya serapan produksi pertanian oleh sektor pariwisata. Di sisi lain perkembangan pariwisata yang ada jangan sampai mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan secara berlebihan, dimana sektor pariwisata yang berkembang mendesak sektor pertanian yang ada. Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan yang lebih baik yaitu dengan mengembangkan antar sektor yang ada secara terpadu dengan mempertimbangkan segala aspek, termasuk dari segi wisatawan sendiri sebagai pengunjung dan pengguna jasa. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini belum terpadunya pengembangan sektor pariwisata dengan sektor lainnya, belum diketahuinya potensi obyek wisata secara komprehensif, belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan, dan belum adanya rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya saat ini. 2. Mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan. 3. Mengetahui persepsi wisatawan atas faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. 4. Merumuskan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar dalam upaya mensinergikan kepariwisataan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan.

31 7 1.5 Kerangka Pemikiran Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pertanian sebagai sektor utama dalam kegiatan perekonomian masyarakat merupakan penyumbang PDRB paling besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Kondisi ini tentunya perlu tetap dipertahankan dan ditingkatkan produktifitasnya. Seiring dengan berkembangnya sektor pertanian, sektor pariwisata juga ikut berkembang. Sektor pariwisata yang berkembang mendapatkan manfaat dari alam dan lingkungan pertanian sebagai salah satu obyek daya tarik wisata. Hal yang perlu dijaga disini adalah jangan sampai perkembangan pariwisata yang ada malah menimbulkan eksploitasi alam dan lingkungan secara berlebihan, hingga mengancam perkembangan sektor pertanian yang ada. Pengembangan secara bersamaan kedua sektor ini sangat penting dilakukan, yaitu dengan memadukannya, dimana antara kedua sektor dibuat hubungan yang saling menguntungkan. Kegiatan pertanian tetap bisa dijaga kelestariannya dan produk-produk pertanian bisa memenuhi kebutuhan pariwisata. Untuk pengembangan secara terpadu tersebut dibutuhkan komitmen yang kuat dari stakeholders (masyarakat, swasta, dan pemerintah), sehingga peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Bagan alir kerangka pemikiran tertera pada Gambar 1. Kawasan Agropolitan Payangan Potensi obyek wisata Pengembangan secara terpadu Stakeholders Peningkatan kesejahteraan masyarakat Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran

32 8

33 9 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Wisata merupakan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata (Anonim 1990). Obyek dan daya tarik wisata dapat berwujud masyarakat maju, keadaan alam, serta flora dan fauna. Pariwisata sebagai salah satu kegiatan perjalanan manusia memiliki tujuan untuk berekreasi. Pariwisata sebagai suatu aktifitas telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat. Perkembangan pariwisata semakin pesat seiring dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Menurut Putra (2008) membangun pariwisata memerlukan perencanaan yang matang, karena pariwisata disatu sisi merupakan suatu industri yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi dan di sisi lain bisa menimbulkan dampak negatif bila tidak dikelola dengan baik. Oleh sebab itu, menurut Sitorus (2004) peruntukan suatu lokasi untuk rekreasi perlu sebelumnya dievaluasi kesesuaiannya. Potensi obyek wisata merupakan segala sesuatu yang bila dikelola dengan baik akan menimbulkan suatu daya tarik wisata. Menurut Suryasih (2008) pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) harus memperhatikan komponen 4A (Attraction, Accessibility, Amenities, Ancillary) yang saling tergantung antara satu dengan yang lainnya, dimana suatu obyek wisata dikatakan menarik bila ditunjang adanya atraksi, aksesibilitas memadai, dilengkapi berbagai fasilitas yang dibutuhkan wisatawan, dan dikelola oleh pengelola yang profesional. Disamping itu, suatu ODTW yang ideal harus memenuhi tiga syarat dasar yaitu: something to see, something to do, dan something to buy. Syarat lain yang tidak kalah penting suatu ODTW adalah unik, spesifik, dan ditunjang oleh 7K (Keamanan, Ketertiban, Kesejukan, Keramahtamahan, Kebersihan, Keindahan, dan Kenangan). Berdasarkan konsep pembangunan pariwisata yang

34 10 berkelanjutan (Sustainable Development Tourism) pengelolaan suatu ODTW sebaiknya mempertimbangkan : 1. Penentuan zona (zoning) yaitu dengan menonjolkan obyek sentral sebagai tujuan utama disusul produk pendukung lainnya. 2. Dilakukan secara bertahap. 3. Mengacu pada konservasi alam dan budaya. 4. Berbasis pada masyarakat lokal (community based tourism) dimana suatu ODTW harus menguntungkan secara ekonomi, sosial, dan budaya. 5. Program pendidikan bagi masyarakat dan pekerja pariwisata untuk pelayanan yang profesional. 6. Adanya pertukaran informasi antara masyarakat dan wisatawan terkait sosial budaya masing-masing. 7. Adanya evaluasi terhadap dampak positif dan negatif pariwisata (Suryasih, 2008). Keberhasilan pengelolaan suatu ODTW bisa dilihat berdasarkan tolok ukur antara lain : meningkatnya kunjungan wisatawan, lama tinggal (lenght of stay), dan kunjungan berulang-ulang (repeaters guest) (Suryasih 2008). Spillane (1991) menyatakan bahwa kemajuan pengembangan industri pariwisata sangat ditunjang oleh berbagai usaha yang dikelola secara terpadu antara lain : 1) promosi untuk memperkenalkan obyek wisata, 2) transportasi yang lancar, 3) kemudahan imigrasi atau birokrasi, 4) akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman, 5) pemandu wisata yang cakap, 6) penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan harga yang wajar, 7) pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik, 8) kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup. Mathieson dan Wall (1992) menyatakan peningkatan permintaan pariwisata disebabkan oleh : 1) pengembangan dan peningkatan agen perjalanan dan tour operation, 2) pengembangan dari alat-alat baru untuk menjual produk pariwisata, 3) pertumbuhan persewaan perjalanan udara.

35 Pengembangan Kawasan Agropolitan Pengembangan kawasan agropolitan adalah konsep pengembangan wilayah yang berbasis pertanian bertujuan untuk mempercepat pembangunan diperdesaan. Konsep ini lahir dilatarbelakangi oleh terjadinya ketimpangan pembangunan antara perdesaan dengan perkotaan (Rustiadi dan Hadi 2006), dan upaya membangun kemandirian perdesaan berdasarkan potensi yang dimiliki (Sitorus 2010). Wilayah perdesaan sebagai pusat kegiatan pertanian produktivitasnya terus menurun dan kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi mengalami beban berlebihan dengan terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah-masalah sosial, dimana keduanya memiliki hubungan yang saling melemahkan. Hubungan ini secara agregat wilayah keseluruhan akan berdampak pada penurunan produktivitas wilayah (Rustiadi dan Hadi 2006). Agropolitan sebagi konsep yang berbasis pada pengembangan sistem kewilayahan memfasilitasi perkembangan kawasan perdesaan sehingga terjalin hubungan yang saling memperkuat antara perdesaan dengan perkotaan (Rustiadi et al. 2005). Pengembangan kawasan agropolitan adalah konsep pengembangan wilayah yang berbasis pertanian bertujuan untuk mempercepat pembangunan di perdesaan. Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa usaha yang perlu dilakukan yaitu dengan cara memperkenalkan unsur-unsur gaya hidup kota yang telah diselaraskan dengan kondisi di perdesaan, memperluas hubungan sosial ekonomi dan politik, meningkatkan hubungan sosial masyarakat, menyeimbangkan pendapatan antar desa-kota dengan membuka lebih banyak lapangan kerja, dan menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya (Friedmann dan Douglass 1976). Menurut Rustiadi dan Dardak (2008) pengembangan agropolitan merupakan pendekatan pengembangan kawasan pertanian perdesaan sebagai pusat pelayanan baru yang memiliki cakupan terbatas untuk pelayanan kebutuhan pertanian, dimana memungkinkan masyarakat sekitarnya mendapatkan pelayanan sarana produksi, jasa distribusi, maupun pelayanan sosial ekonomi sehingga masyarakat setempat tidak perlu lagi ke kota untuk mendapatkannya. Dalam pengembangan agropolitan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Pusat-pusat kegiatan utama

36 12 2. Sebaran kegiatan permukiman dan pertanian 3. Keterkaitan pusat-pusat kegiatan produksi dari hulu ke hilir 4. Orientasi pusat-pusat pemukiman 5. Orientasi hubungan keluar kawasan untuk pemasaran produksi pertanian Suatu wilayah dapat dijadikan agropolitan bila wilayah tersebut mampu memberikan pelayanan jasa-jasa yang mudah dan murah maupun dalam produksi dan pemasaran serta memiliki hinterland dengan kegiatan perekonomian utama dibidang agribisnis (Sitorus dan Nurwono 1998). Agropolitan sebagai konsep pembangunan terencana dan terintegrasi mempunyai beberapa sasaran yaitu : 1. Meningkatkan ekonomi wilayah 2. Meningkatkan pendapatan 3. Memperbaiki distribusi pendapatan 4. Meningkatkan aliran komoditi, barang, jasa dan modal 5. Memperbaiki dan memelihara kualitas sumber daya alam dan lingkungan 6. Meningkatkan fungsi dan efektivitas kelembagaan pemerintah maupun sosial di dalam wilayah Sektor-sektor pendukung agropolitan meliputi, infrastruktur fisik, pendidikan, sistem informasi, dan kelembagaan (Nugroho 2006). Menurut Rustiadi et al. (2005) pengembangan agropolitan sebagai konsep pembangunan wilayah dan perdesaan mempunyai beberapa tujuan, antara lain : 1. Menciptakan keberimbangan pembangunan perdesaan dengan perkotaan 2. Meningkatkan keterkaitan desa-kota yang bersinergi yaitu adanya hubungan saling memperkuat 3. Mengembangkan ekonomi dan lingkungan permukiman perdesaan berbasis aktivitas pertanian 4. Menciptakan pertumbuhan dan revitalisasi kota kecil 5. Memperluas basis peningkatan pendapatan dan kesejahteraan 6. Menciptakan kemandirian daerah 7. Mengurangi terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke kota 8. Melestarikan sumber daya alam dan lingkungan 9. Memanfaatkan lahan menurut kesesuaian dan kemampuannya dengan memperhatikan agroklimat

37 Mengupayakan komoditas dan produk olahan pertanian unggulan sebagai sektor basis 11. Peningkatan sistem perekonomian secara skala maupun cakupan (economic of scale dan economic of scope) dengan didukung oleh jumlah penduduk dan luas kawasan (biasanya dalam radius 3-10 km, mencakup beberapa desa sampai gabungan satu hingga 3 kecamatan) 12. Menyediakan sarana dan prasarana permukiman mendekati standar perkotaan serta sarana dan prasarana produksi yang memadai untuk masyarakat lokal. Ditinjau dari aspek tata ruang, secara umum struktur hierarki sistem kota-kota agropolitan terdiri dari: (1) orde paling tinggi sebagai kota tani utama dalam lingkup wilayah agropolitan skala besar, (2) orde kedua sebagai pusat distrik agropolitan, dan (3) orde ketiga sebagai pusat satuan kawasan pertanian (Sitorus 2011). Isu-isu strategis yang menjadi permasalahan utama dalam pengembangan agropolitan dilihat dari kelembagaan, masih lemahnya sistem pengelolaan sehingga banyak sarana dan prasarana yang disediakan menjadi mubasir, masyarakat kurang mendapat perhatian terhadap akses sumber daya baik menyangkut lahan, air maupun finansial. Dilihat dari sisi masyarakat, masih kurangnya partisipasi masyarakat dan sumber daya manusia yang kurang memadai. Isu lainnya, masih lemahnya sistem tata niaga yang berdampak pada tingginya fluktuasi harga, belum berkembangnya industri pengolahan. Dilihat dari sisi tata ruang, dimana masih rendahnya pemahaman tentang kawasan agropolitan, penataan ruang yang kurang sesuai, dan lemahnya keterkaitan kawasan agropolitan dengan kota-kota disekitarnya. 2.3 Perencanaan Pengembangan Wilayah dengan Memadukan Kegiatan Sektor Pertanian dan Sektor Pariwisata Konsep perencanaan pengembangan wilayah yang memadukan kegiatan sektor pertanian dan sektor pariwisata, atau meletakkan sektor tersier di sektor primer dimana konsep ini lebih dikenal dengan agrowisata. Menurut Vipriyanti (1996) pengembangan agrowisata merupakan usaha agar dampak positif pariwisata bisa dinikmati oleh masyarakat pedesaan. Pengembangan tersebut

38 14 diharapkan mampu mengurangi kesenjangan antara pembangunan perkotaan dengan perdesaan melalui transformasi ketenagakerjaan, sosial budaya, dan diharapkan pula adanya penerimaan insentif bagi petani sehingga menimbulkan rangsangan bagi petani untuk tetap menjaga pertaniannya dan mencegah terjadinya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Agrowisata secara definisi menurut Wicks dan Merrett (2003) bisa dilihat dari dua perspektif. Pertama, berdasarkan perspektif pertanian, agrowisata merupakan keterpaduan dua unsur yang komplek yaitu industri pertanian dan perjalanan/wisata untuk membuka pasar baru yang menguntungkan dari produksi pertanian dan jasa. Agropolitan sebagai pusat usaha pertanian memiliki hubungan sebagai pertanian alternatif, memberikan nilai tambah produksi, pemasaran produk pertanian secara langsung, dan mengembangkan masyarakat perdesaan. Kedua, dilihat dari perspektif pariwisata, bagaimana menjual barang dan jasa untuk wisatawan dan bukan untuk pasar lokal. Melalui pemasaran, promosi, dan menyediakan sistem distribusi untuk produksi pertanian dalam satu pasar lokal, ketika wisatawan sebagai pembeli maupun calon pembeli yang tertarik berada jauh dari tempat pemasaran, merupakan sebuah tantangan bagi pengusaha agrowisata. Pembangunan agrowisata dapat menjadi tujuan wisata yang lengkap, seperti menyediakan atraksi sebagai pendukung dalam satu paket tujuan wisata. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan biofisik wilayah yang sangat beragam, bila dilakukan pengelolaan dengan benar akan mampu menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi pertanian mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan dengan keunikan dan keragamannya yang bernilai tinggi memiliki potensi yang besar dikembangkan sebagai agrowisata. 2.4 Penelitian-Penelitian Terdahulu Terkait Topik Penelitian Ini Penelitian-penelitian mengenai kepariwisataan baik itu wisata alam (ekowisata) maupun agrowisata telah banyak dilakukan. Pamulardi (2006) dalam tesisnya menggali potensi agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata Tingkir Lor Salatiga. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif, dalam merumuskan model pembangunan agrowisata berwawasan lingkungan dikaji

39 15 berdasarkan the seven steps of planning. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Kelurahan Tingkir Lor memiliki potensi untuk dibangun dan dikembangkan sebagai lokasi agrowisata berwawasan lingkungan, sekaligus mengembangkan Desa Wisata Tingkir yang pada saat ini masih belum dapat disebut sebagai tempat tujuan wisata. 2) Masyarakat mendukung pembangunan obyek wisata di Desa Wisata Tingkir dengan konsep agrowisata berwawasan lingkungan. 3) Berdasarkan pendekatan the seven steps of planning, maka model pembangunan agrowisata berwawasan lingkungan di Desa Wisata Tingkir adalah dengan mengembangkan budidaya agro sebagai obyek (atraksi). Aryanto (2010) dalam tesisnya yang berjudul Strategi Pengembangan Pariwisata Alam di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan melakukan penelitian dengan menganalisis potensi penawaran dan permintaan wisata di TNBBS, menganalisis kebijakan pengelolaan TNBBS dan kebijakan kepariwisataan daerah serta merumuskan strategi pengembangan pariwisata alam di TNBBS. Penelitian ini dilakukan di Sukaraja Atas dan Kubuperahu dengan menggunakan metode survei dan analisis deskriptif, analisis terhadap kebijakan, analisis daerah operasional obyek wisata alam dan atraksi, dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TNBBS khususnya obyek wisata alam dari Sukaraja Atas dan Kubuperahu memiliki potensi berkembangnya sumber daya wisata alam yang besar. Permintaan untuk wisata alam di Sukaraja Atas dan Kubuperahu masih relatif rendah, tetapi kedua lokasi memiliki potensi permintaan yang menguntungkan. Obyek wisata alam dan atraksi dari kedua lokasi (Sukaraja Atas dan Kubuperahu) pada kategori sedang. Berdasarkan analisis SWOT, juga dirumuskan beberapa strategi untuk pengembangan pariwisata alam di Sukaraja Atas dan Kubuperahu. Yang et al. (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Agro-tourism enterprises as a form of multi-functional urban agriculture for peri-urban development in China menyatakan bahwa daerah pinggiran kota yang cepat tumbuh di China berada di bawah tekanan besar dari tuntutan lahan ekspansi perkotaan, mengakibatkan hilangnya tanah yang subur, kerusakan lingkungan dan pengucilan sosial masyarakat desa. Pada perkembangan terbaru, terbangun perusahaan-perusahaan agrowisata di daerah pinggiran kota sebagai bentuk

40 16 pertanian kota komersial, menawarkan cara untuk mempromosikan pembangunan perkotaan dengan pedesaan yang terintegrasi dan dapat menangkal beberapa dampak negatif dari urbanisasi. Hasil penelitian ini menganalisis kinerja perusahaan agrowisata skala besar, Xiedao Green Resort di Beijing, selama periode Model bisnis yang menggabungkan produksi pertanian dan jasa pariwisata serta membina hubungan permintaan-penawaran antara daerah perkotaan dan pedesaan. Perusahaan ini menawarkan cara untuk meningkatkan kualitas produk pertanian dan jasa, sedangkan pengembangan beberapa fungsi agrowisata yang memiliki manfaat yang lebih luas secara ekonomi, lingkungan dan sosial, menciptakan peluang untuk pembangunan kota-desa terpadu dan berkelanjutan. Vipriyanti (1996) dalam tesisnya yang berjudul Dampak Pengembangan Agrowisata Terhadap Ekonomi dan Kelembagaan Masyarakat di Kabupaten Karangasem, Bali menganalisis dampak pengembangan agrowisata terhadap ekonomi dan kelembagaan masyarakat karangasem, pola permintaan wisatawan terhadap kawasan wisata agro, serta peubah wilayah yang mempengaruhi prospek perkembangan wilayah tersebut. Hasil penelitiannya menunjukkan peran pertanian cukup penting dalam perekonomian wilayah Karangasem. Nilai keterkaitan sektor agrowisata baik langsung maupun tidak langsung terhadap sektor lainnya sangat tinggi. Hasil analisis kelembagaan menunjukkan bahwa pengembangan agrowisata cenderung mempengaruhi dinamika kelembagaan menjadi lebih baik di daerah pengembangan tersebut.

41 17 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Luas Kecamatan Payangan 75,88 Km 2 dari 368 Km 2 luas kabupaten (20,62%), secara geografis terletak 8 o 18' 48" 8 o 29' 40" Lintang Selatan dan 115 o 13' 29,0" 115 o 17' 36,7" Bujur Timur. Kecamatan Payangan secara administrasi terdiri dari 9 desa. Kegiatan penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai Desember Metode Pengumpulan Data Mengawali pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan. Pada tahap penelitian pendahuluan kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dan informasi dari instansi-instansi terkait, baik swasta maupun pemerintah, melakukan pengamatan langsung ke lapangan dan melakukan wawancara langsung dengan penduduk setempat dan tokoh-tokoh masyarakat di tiap desa di Kecamatan Payangan. Informasi dan data yang berhasil dikumpulkan digunakan sebagai bahan untuk pelaksanaan penelitian utama selanjutnya Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data-data primer berupa data hasil survei lapangan dan data sekunder berupa informasi dan data dari literatur-literatur yang didapat dari instansi terkait seperti BPS, BAPPEDA, Dinas Pariwisata, perpustakaan, dan lainnya. Jenis data yang dikumpulkan menurut tujuan penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.

42 Tabel 3 Jenis Data yang Dikumpulkan Menurut Tujuan Penelitian No Tujuan Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 1. Mengetahui keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya saat ini Tabel Input-Output Kab. Gianyar (turunan), PDRB Kab. Gianyar BPS Kab. Gianyar Studi pustaka dan laporan instansi terkait 2. Mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan Obyek wisata alam, budaya, agro (pertanian), peninggalan sejarah Responden Survei dan wawancara 3. Mengetahui persepsi wisatawan atas faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan 4. Merumuskan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah Faktor-faktor yang berpengaruh terkait promosi, sarana transportasi, fasilitas, jenis wisata & atraksi harga tiket, pelayanan dan jarak dari tempat tinggal/menginap Hasil analisis tujuan 1, 2, dan 3 Persepsi stakeholders (pemerintah, swasta dan akademisi) Responden Survei dan wawancara Responden Survei dan wawancara Teknik Analisis Data Output yang Diharapkan Analisis Input- Output Keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya Scoring system Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan AHP Persepsi wisatawan atas faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan A WOT Rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah

43 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Studi Pustaka Pengumpulan data melalui informasi dan data dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian. b. Pengamatan (observasi) Pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung ke obyek atau lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas terhadap obyek atau lokasi penelitian. c. Wawancara dengan menggunakan kuesioner Pengumpulan data dengan cara meminta keterangan melalui daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pengambilan sampel (responden) untuk wawancara dilakukan dengan Teknik Sampling Nonprobabilitas melalui pendekatan Purposive Sampling dimana sampel (responden) ditentukan berdasarkan pertimbangan penelitian. Cakupan responden dalam penelitian ini tertera pada Tabel 4 dan penentuan jumlah responden dilakukan melalui pertimbangan sebagai berikut : Untuk melakukan analisis scoring system, responden dari unsur pemerintah Kabupaten Gianyar yang terkait sebanyak 10 orang yaitu dari Bappeda (Bidang Fisik dan Prasarana, Bidang Kesejahteraan Sosial kebudayaan kemasyarakatan, Bidang Ekonomi, dan Bidang Penelitian dan pengembangan), Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Dinas PU, Dinas Pertanian, MMDP (Majelis Madya Desa Pakraman) Kabupaten Gianyar, dan Kecamatan Payangan; 15 orang dari swasta (pelaku wisata) dengan proporsi 10% dari jumlah responden wisatawan (150 orang); 32 orang dari tokoh masyarakat di tiap-tiap desa di Kecamatan Payangan yang faham tentang perkembangan kepariwisataan; 150 orang dari wisatawan berdasarkan jumlah kunjungan rata-rata per bulan (2.502 orang dari orang berkunjung di obyek wisata di Kecamatan Payangan tahun 2010), jadi jumlah responden yang diambil telah melebihi 5% rata-rata kunjungan per bulan. Jumlah kunjungan wisatawan nusantara di Kecamatan Payangan masih dibawah 10% berdasarkan informasi dari beberapa operator dan pelaku wisata yang

44 20 beroperasi di Kecamatan Payangan, sehingga dalam menentukan proporsi kunjungan diambil 10% untuk memudahkan perhitungan, jadi dari 150 orang responden wisatawan terdiri dari 135 orang wisatawan mancanegara dan 15 orang wisatawan nusantara. Untuk melakukan Analytical Hierarchy Process (AHP), respondennya 30 orang wisatawan mancanegara dan 3 orang wisatawan nusantara (10% dari jumlah responden wisatawan mancanegara). Untuk melakukan analisis A WOT, respondennya 10 orang yang expert terdiri dari unsur-unsur yang berkompeten antara lain 8 orang dari pemerintah (Bappeda, Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Dinas PU, Dinas Pertanian, BPMD, MMDP (Majelis Madya Desa Pakraman) Kabupaten Gianyar, dan Kecamatan Payangan); 1 orang dari swasta yaitu dari Ubud Tourist Information (UTI); 1 orang dari akademisi. Pelaksanaan wawancara dengan menggunakan kuesioner dilakukan melalui 3 jenis kuesioner yaitu : Kuesioner pertama, untuk mendapatkan data untuk analisis scoring system dan untuk analisis A WOT (dalam penentuan faktor-faktor internal dan eksternal) dari responden pemerintah, swasta, dan tokoh masyarakat. Kuesioner kedua, untuk mendapatkan data untuk analisis scoring system dan AHP dari responden wisatawan. Kuesioner ini dibuat dalam dua versi bahasa, yaitu bahasa Ingggris dan bahasa Indonesia. Kuesioner ketiga, untuk mendapatkan data untuk analisis A WOT (dalam penentuan strategi) dari responden pemerintah, swasta dan akademisi. Tabel 4 Cakupan Responden Penelitian No Responden Analisis Scoring System AHP A WOT 1. Pemerintah Swasta Tokoh masyarakat Akademisi Wisatawan mancanegara Wisatawan nusantara Jumlah Sumber : Hasil Analisis (2011)

45 Bahan dan Alat Bahan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang berbentuk cetak dan digital serta peta-peta Kabupaten Gianyar khususnya untuk Kecamatan Payangan. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat tulis, kamera, dan peralatan penunjang lainnya, serta laptop yang dilengkapi software Microsoft Word, Microsoft Exel, GAMS dan software ArcGis Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian adalah : analisis input-output, analisis scoring system, Analytical Hierarchy Process (AHP), dan analisis A WOT Kerangka Analisis Tahapan-tahapan penelitian dilakukan dengan serangkaian analisis untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan. Pertama, untuk mengetahui keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya di Kabupaten Gianyar dilihat dari keterkaitannya melalui analisi Input-Output. Untuk melakukan analisis ini dibutuhkan tabel Input-Output Kabupaten Gianyar yang didapat dari tabel Input- Output Kabupaten Badung yang diturunkan melalui metode RAS. Berdasarkan tabel Input-Output Kabupaten Gianyar, selanjutnya dilakukan beberapa analisis untuk mengetahui keterkaitan ke belakang maupun ke depan antara sektor pariwisata dengan sektor lainnya, daya sebar, indek daya kepekaan, dan multiplier effect yang ditimbulkan sektor pariwisata terhadap sektor lainnya menyangkut output, total nilai tambah maupun pendapatan. Kedua, untuk mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan dilakukan dengan analisis scoring system. Data analisis diperoleh melalui persepsi pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, dan wisatawan yang didapat dari hasil survei dan wawancara yang dilakukan. Ketiga, untuk mengetahui persepsi wisatawan atas faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan dilakukan dengan melakukan Analytical Hierarchy Process (AHP) melalui data persepsi wisatawan yang didapat dari hasil survei dan wawancara yang dilakukan. Selanjutnya hasil pertama, kedua dan

46 22 ketiga diinterpretasikan, serta melalui analisis A WOT dari persepsi stakeholders yang terdiri dari unsur pemerintah, swasta dan akademisi untuk mendapatkan rumusan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah. Secara sistematis rangkaian tahapan penelitian bisa dilihat dari bagan alir seperti tertera pada Gambar 2. Tabel Input-Output Kab. Badung Data PDRB Kab. Gianyar Persepsi Stakeholders Metode RAS Persepsi Persepsi Wisatawan Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar Analisis Scoring System AHP Analisis Input-Output Keterkaitan Sektor Pariwisata dengan Sektor Lainnya Obyek Wisata yang Berpotensi untuk Dikembangkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Analisis A WOT Rencana dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam Kerangka Pengembangan Wilayah Gambar 2. Kerangka Analisis

47 Analisis Input-Output Keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor lainnya, atau secara umum, bisa dilihat dari keterkaitan secara fungsional antar sektor pembangunan. Adanya keterkaitan antar sektor ekonomi wilayah menunjukkan suatu wilayah yang berkembang, dimana terjadi input dan output barang dan jasa antar sektor secara dinamis. Analisis Input-Output (I-O) secara teknis dapat menjelaskan karakteristik struktur ekonomi wilayah yang ditunjukkan dengan distribusi sumbangan sektoral serta keterkaitan sektoral dan efek multiplier perekonomian wilayah (Rustiadi et al. 2009). Mengingat adanya keterbatasan ketersediaan data Tabel Input-Output (I- O) untuk Kabupaten Gianyar, maka untuk mendapatkan Table I-O dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non survey. Metode ini lebih efektif dan efisien dari segi biaya dan waktu, walaupun keakurasian data yang dihasilkan harus mempertimbangkan beberapa hal yang berpengaruh terhadap Table I-O yang dihasilkan (Vipriyanti 1996). Salah satu metode yang biasa dan banyak dipakai adalah metode RAS. Daryanto dan Hafizrianda (2010) menyebutkan bahwa metode RAS merupakan metode yang bertujuan untuk menaksir matriks koefisien teknologi (koefisien input) I-O yang baru berdasarkan matriks koefisien teknologi pada tahun sebelumnya dengan ditambahkan beberapa informasi mengenai total penjualan output antar sektor, total pembelian input antar sektor, dan total output secara keseluruhan. Metode RAS merupakan rumus matriks yang dikembangkan oleh Richard Stone, dimana R dan S merupakan matrik diagonal berukuran n x n dan A matriks koefisien teknologi berukuran n x n yang menunjukkan sektor industri. Untuk menaksir elemen matriks A pada periode t atau A(t) dengan mengetahui elemen matriks A pada periode t = 0 atau A(0), maka A(t) dapat ditaksir dengan rumus A(t) = R. A(0). S, dimana R dan S mewakili tingkat perubahan koefisien teknologi pada dua periode yang berbeda. Elemen matriks diagonal R mewakili efek substitusi teknologi yang diukur melalui penambahan jumlah permintaan antara tiap output sektor-sektor industri. Elemen matriks S menunjukkan efek perubahan jumlah input pada tiap sektor industri (efek pabrikasi).

48 24 Estimasi suatu matriks teknologi I-O dalam metode RAS menggunakan pendekatan optimasi yang dilakukan dengan cara meminimumkan selisih antara koefisien matriks teknologi pada tahun dasar dengan koefisien matriks teknologi yang diestimasi melalui proses iterasi. Proses yang dilakukan dibatasi dengan dua ketentuan yang berlaku pada Tabel I-O, yaitu : 1. Jika koefisien matriks teknologi yang diestimasi dikalikan dengan output, kemudian dijumlahkan menurut kolom, maka jumlahnya harus sama dengan jumlah pembelian input antar sektor. 2. Jika hasil perkalian tadi dijumlahkan menurut baris, maka hasilnya harus sama dengan jumlah penjualan output antar sektor. Penyusunan Tabel I-O bila terkendala dengan data ekspor dan impor bisa menggunakan metode Location Quotient (LQ) sederhana. Metode ini menunjukkan perbandingan output sektor i terhadap total output di regional dengan proporsi output sektor yang sama terhadap total output secara nasional. Nilai LQ > 1 menunjukkan surplus sektor i atau mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan sebagian di ekspor untuk memenuhi kebutuhan wilayah lain. Sebaliknya bila nilai LQ < 1 berarti sebagian produknya diimpor atau didatangkan dari wilayah lain. Metode RAS yang digunakan untuk mendapatkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 dengan mengacu Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009 dengan 54 sektor perekonomian (54 x 54) yang diturunkan (di-ras) menjadi Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 dengan 24 sektor (24 x 24). Penurunan Tabel I-O dari Kabupaten Badung ke Kabupaten Gianyar dilakukan dengan asumsi bahwa terdapat kemiripan struktur ekonomi antara Kabupaten Gianyar dengan Kabupaten Badung sebagai wilayah tetangga. Sektor-sektor perekonomian dalam Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 (24 sektor) yang diperlihatkan dalam Tabel 5 merupakan hasil agregasi dari sektor-sektor dalam Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009 (54 sektor) yang disesuaikan dengan klasifikasi sektor (lapangan usaha) untuk penentuan PDRB. Pelaksanaan metode RAS dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software Microsoft Exel dan GAMS untuk melakukan optimasi matriks koefisien

49 25 teknologi. Data-data yang dibutuhkan disini adalah Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009 (54 x 54 sektor); PDRB Kabupaten Gianyar Tahun 2009 untuk mendapatkan nilai impor, final demand dan total PDRB. Tahapan Metode RAS yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009 (54 x 54 sektor) diagregasi menjadi Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009 (24 x 24 sektor). 2. Selanjutnya dibuat matriks koefisien teknologi Tabel I-O Kabupaten Badung Tahun 2009 (24 x 24 sektor). 3. Dari data PDRB Kabupaten Gianyar 2009, dilakukan konversi data PDRB menjadi total input Kabupaten Gianyar Tahun 2009 berdasarkan proporsi data PDRB dan total input Kabupaten Badung Tahun Berdasarkan data-data yang sudah disiapkan, selanjutnya dengan metode RAS akan didapatkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 (24 x 24 sektor). Tabel 5 Sektor-Sektor Perekonomian Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 (24 sektor) Hasil Update Kode Sektor Kode Sektor 1. Tanaman Bahan Makanan 13. Angkutan Jalan Raya 2. Tanaman Perkebunan 14. Jasa Penunjang Angkutan 3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 15. Komunikasi 4. Kehutanan 16. Bank 5. Perikanan 17. Jasa Penunjang Keuangan 6. Penggalian 18. Sewa Bangunan 7. Industri Tanpa Migas 19. Lembaga Keuangan tanpa Bank 8. Listrik, gas dan air bersih 20. Jasa Perusahaan 9. Bangunan 21. Pemerintahan Umum 10. Perdagangan Besar dan Eceran 22. Jasa Sosial Kemasyarakatan 11. Restoran 23. Jasa Hiburan dan Rekreasi 12. Hotel 24. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Sumber : Hasil Analisis (2011) Tabel I-O Kabupaten Gianyar yang dihasilkan, masih perlu dirinci lagi terutama pada bagian input primer yaitu nilai tambah bruto (PDRB) menjadi upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung. Pendetailan dilakukan dengan pendekatan secara proporsional dari Tabel I-O dasar (Tabel I-O

50 26 Kabupaten Badung Tahun 2009). Secara umum struktur dasar tabel input-output ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6 Struktur Dasar Tabel Input-Output Input Output Permintaan Internal Wilayah Sektor Produksi dalam Wilayah (Permintaan Antara) Permintaan Akhir dalam Wilayah Permintaan Akhir Eksternal Wilayah j... n C G I E Output Total 1 X X 1j... X 1n C 1 G 1 I 1 E 1 X 1 Input Internal Wilayah Sektor Produksi dalam Wilayah (Input Antara) Input Primer (Nilai Tambah) 2 X 21 X 2j X 2n C 2 G 2 I 2 E 2 X i... X ij C i G i I i E i X n X n1 X nn C n G n I n E n X i W W 1 W j W n C w G W I W E W W T T 1 T j T n C T G T I T E T T V V 1 V j V n C V G V I V E V V Input Eksternal Wilayah M M 1 M j M n C M G M I M - M Total Input X 1 M j X n C G I E Sumber : Rustiadi et al. (2009) Keterangan : i,j : sektor ekonomi x ij : banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j X i : total permintaan akhir sektor i X j : total input sektor j C i : konsumsi rumah tangga terhadap sektor i G i : konsumsi pemerintah terhadap sektor i I i : pembentukan modal tetap (investasi) di sektor i, output sektor i yang menjadi barang modal E i : ekspor barang dan jasa sektor i C j : konsumsi rumah tangga dari sektor j G j : konsumsi pemerintah dari sektor j I j : investasi/pengeluaran ke modal tetap usaha sektor j M j : impor sektor j W j : upah dan gaji sebagai input sektor j T j : surplus usaha sektor j

51 27 Vj : PDB (Produk Domestik Bruto), dimana V j = W j + T j Koefisien teknologi a ij sebagai parameter utama dalam analisis I-O secara matematis diformulasikan sebagai berikut : X ij a atau ij = X ij = aij. X j X j dimana : a ij : rasio antara banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j (X ij ) terhadap total input sektor j (X j ) atau disebut pula sebagai koefisien input. Hasil perhitungan yang dilakukan menghasilkan matriks A (matriks Leontif) dan setelah diinverskan menghasilkan matriks B (invers matriks Leontief) sebagai matrik pengganda. Ada beberapa parameter teknis yang bisa diperoleh dari analisis I-O antara lain : 1. Kaitan langsung ke belakang (direct backward linkage) (B j ), menunjukkan efek permintaan suatu sektor terhadap perubahan tingkat produksi sektorsektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung dan diformulasikan sebagai berikut : B j = a ij Untuk mengukur secara relatif (perbandingan dengan sektor lainnya) terdapat ukuran normalized * B j yang merupakan rasio antar kaitan langsung ke belakang sektor j dengan rata-rata backward linkage sektor-sektor lainnya, dimana : n i B * j = B j = n. B j i n B j B j j j 2. Kaitan langsung ke depan (direct forward linkage) (F i ), menunjukkan banyaknya output suatu sektor yang dipakai oleh sektor-sektor lain, dimana :

52 28 F * Untuk Normalized F i atau F dirumuskan sebagai berikut : i F i * i n ij = = j x x j j a ij = Fi = nfi 1 n Fi Fi i i 3. Kaitan ke belakang langsung dan tidak langsung (indirect backward linkage) ( ), menunjukkan pengaruh tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir satu unit sektor tertentu (j) yang dapat meningkatkan total output seluruh sektor perekonomian, dimana : BL j = b ij i dimana b ij adalah elemen-elemen matriks B atau (I-A) -1 yang merupakan invers matriks Leontief. 4. Kaitan ke depan langsung dan tidak langsung (indirect foreward linkage) (FL i ), yaitu peranan suatu sektor (i) dapat memenuhi permintaan akhir dari seluruh sektor perekonomian, diformulasikan sebagai berikut : FL i = b ij j 5. Daya sebar ke belakang atau indeks daya penyebaran (backward power of dispersion) (β j ), menunjukkan kekuatan relatif permintaan akhir suatu sektor dalam mendorong pertumbuhan produksi total seluruh sektor perekonomian, dimana : β j = 1 n i i b j ij b ij = n i i j b ij b ij

53 29 6. Kepekaan terhadap signal pasar permintaan akhir disebut indeks derajat kepekaan atau indeks daya kepekaan (foreward power of dispersion) (α. i ), menunjukkan sumbangan relatif suatu sektor dalam memenuhi permintaan akhir keseluruhan sektor perekonomian dengan formulasi sebagai berikut : α = i 1 n i j b j ij b ij 7. Multiplier adalah koefisien yang menyatakan kelipatan dampak langsung dan tidak langsung dari meningkatnya permintaan akhir suatu sektor sebesar satu unit terhadap produksi total semua sektor ekonomi suatu wilayah. Jenis-jenis multiplier antara lain : a. Output multiplier, adalah dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di suatu wilayah yang diformulasikan sebagai berikut : 1 X = ( I A). F d b. Total value added multiplier atau PDRB multiplier adalah dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan PDRB. Dalam tabel I-O diasumsikan Nilai Tambah Bruto (NTB) atau PDRB berhubungan dengan output secara linier yang diasumsikan dengan persamaan matriks sebagai berikut : V = vˆ. X dimana V : matriks NTB vˆ : matriks diagonal koefisien NTB X : matriks output, X = (I-A) -1.F d c. Income multiplier, yaitu dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di suatu wilayah secara keseluruhan. Income multiplier dapat dihitung dengan rumus :

54 30 W = wˆ. X dimana W : matriks income ŵ : matriks diagonal koefisien income X : matriks output, X = (I-A) -1.F d Analisis Scoring System Analisis ini digunakan untuk mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan. Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan disini, adalah obyek-obyek yang bisa dijadikan daya tarik wisata dan termasuk obyek daya tarik wisata yang sudah ada. Hasil penilaian didapatkan dari akumulasi skor yang diperoleh obyek wisata tertentu berdasarkan pendapat responden. Besarnya skor masing-masing obyek wisata ditentukan dari kebalikan dari jumlah obyek wisata yang ditentukan, misalkan ada sejumlah n obyek wisata yang telah ditentukan, maka nilai skor tertinggi suatu obyek wisata adalah n dan skor terendah adalah 1. Potensi obyek wisata yang bisa ditawarkan menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) bisa berupa obyek-obyek yang alami maupun obyek-obyek buatan manusia. Obyek-obyek alami antara lain : 1. Iklim : udara yang bersih, kenyamanan, sinar matahari yang cukup 2. Pemandangan alam : panorama pegunungan yang indah, sungai, air terjun, bentuk-bentuk alam yang unik, dan sebagainya 3. Wisata rimba : hutan lebat, pohon langka, hutan wisata 4. Flora dan fauna : tumbuhan dan tanaman khas 5. Sumber air kesehatan : sumber air untuk menyembuhkan penyakit, sumber air mineral alami, dan sebagainya Obyek-obyek buatan manusia antara lain : 1. Bercirikan sejarah : peninggalan sejarah seperti candi-candi, istanaistana kerajaan, dan sebagainya

55 31 2. Bercirikan budaya : tempat-tempat budaya seperti museum, industri seni kerajinan tangan, dan sebagainya 3. Bercirikan keagamaan : perayaan tradisional seperti upacara adat, ziarahziarah, karnaval, bangunan-bangunan keagamaan yang kuno 4. Bercirikan kegiatan usaha masyarakat : agrowisata (subak, kegiatan budidaya, dan pengelolaan pertanian) Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan suatu analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, dimana diusahakan untuk memahami suatu kondisi sistem dan membantu untuk melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan. Prinsip-prinsip dasar yang harus dipahami dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan AHP adalah : a. Dekomposisi Setelah persoalan didefinisikan, dilakukan dekomposisi, yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur, sampai ke tingkat yang tidak mungkin dilakukan pemecahan lagi sehingga diperoleh tingkatan persoalan yang disebut hierarki. b. Penilaian Komparatif Membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada tingkat tertentu dan kaitan dengan tingkatan di atasnya. Dalam menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari elemen keputusan pada setiap tingkatan hierarki keputusan, penilaian pendapat (judgement) dilakukan dengan menggunakan fungsi berpikir dan yang dikombinasi dengan intuisi, perasaan atau penginderaan. Penilaian pendapat ini dilakukan dengan komparasi berpasangan (matriks) yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hierarki secara perpasangan, akhirnya didapat nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif. Untuk mengkuantifikasi pendapat tersebut digunakan skala penilaian sehingga diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif). Hasil penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparison. Agar diperoleh skala

56 32 yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu pengertian yang menyeluruh tentang elemen-elemen yang dibandingkan dengan relevansinya terhadap kriteria/tujuan yang dipelajari. Dalam penyusunan skala kepentingan ini memakai pedoman seperti ditunjukkan pada Tabel 7. Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dari j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibandingkan elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting dan dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Tabel 7 Skala Dasar Ranking Analytical Hierarchy Process (AHP) Tingkat Definisi Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain 7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Sumber : diadopsi dari Saaty (1991) c. Prioritas Sintesis Dari setiap matriks komparasi berpasangan kemudian dicari eigen vector-nya untuk mendapatkan prioritas lokal. Matriks komparasi berpasangan terdapat pada setiap tingkat, sehingga untuk mendapatkan prioritas global harus dilakukan sintesis di antara prioritas lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarki. Pengaruh elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis yang dinamakan prioritas sintesis. d. Konsistensi Rasio Konsistensi memiliki dua makna: 1) objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keragaman dan relevansi, 2) tingkat hubungan

57 33 antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Jika penilaian tidak konsisten maka proses harus diulang untuk memperoleh penilaian yang lebih tepat. Meningkatnya kunjungan wisata tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Ini perlu diketahui sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan suatu obyek wisata. Ada 7 (tujuh) faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu : 1. Promosi, melalui media promosi apa saja wisatawan mengetahui obyek wisata yang ditawarkan, apakah non elektronik (pamflet, koran, lisan) atau elektronik (TV, radio) 2. Sarana transportasi yang digunakan wisatawan mengunjungi obyek wisata, bisa dengan mobil pribadi, travel/carteran, atau dengan angkutan umum 3. Fasilitas penunjang yang disediakan obyek wisata, seperti penginapan, restoran, dan toilet 4. Jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan obyek wisata, wisata budaya atau wisata alam (termasuk agrowisata) 5. Harga tiket masuk ke obyek wisata apakah gratis, murah, atau mahal 6. Pelayanan yang ditemui wisatawan di obyek wisata yang dikunjungi yaitu adanya pemandu wisata, kios (pedagang asongan), kebersihan lingkungan, atau keramahan masyarakat setempat 7. Jarak dari tempat tinggal/menginap lokasi wisata yang ditawarkan apakah dekat, sedang, atau jauh Melalui AHP akan dapat diketahui faktor-faktor mana saja yang berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan menurut persepsi wisatawan. Kemudian disusun hierarki seperti ditunjukkan dalam Gambar 3. Level 1 merupakan fokus atau tujuan yang ingin dicapai yaitu faktorfaktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. Level 2 merupakan faktor-faktor yang dimaksud kemudian dijabarkan berdasarkan kriteria masing-masing faktor pada level 3.

58 Level 1 : Fokus Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Level 2 : Faktor Promosi Sarana transportasi Fasilitas Jenis wisata & atraksi Harga tiket Pelayanan Jarak dari tempat tinggal/menginap Level 3 : Kriteria 1. Non elektronik (pamflet/koran/ lisan) 2. Elektronik (TV/radio) 3. Non elektronik & elektronik 1. Mobil pribadi 2. Travel/carteran 3. Angkutan umum 1. Penginapan 2. Restoran 3. Toilet 4. Penginapan, restoran & toilet 1. Wisata budaya 2. Wisata alam/ agrowisata 3. Wisata budaya & wisata alam/ agrowisata 1. Gratis 2. Murah 3. Mahal 1. Pemandu wisata 2. Kios/pedagang asongan 3. Kebersihan lingkungan 4. Keramahan masyarakat 1. Dekat 2. Sedang 3. Jauh Gambar 3 Struktur Hierarki Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan

59 35 Selanjutnya pada level 2 dan 3 masing-masing dibuat perbandingan berpasangan (pairwise comparison) untuk mendapatkan penilaian sesuai Tabel 7. Jumlah satu set pertanyaan perbandingan berpasangan dengan n elemen adalah n 1, sehingga pada level 2 (faktor) dengan 7 elemen terdapat 21 pertanyaan perbandingan berpasangan, demikian seterusnya untuk masing-masing kriteria pada level 3. Berikutnya data yang didapat dikonversi ke dalam bentuk matriks untuk selanjutnya diolah melalui prosedur sintesis untuk mengetahui pengaruh masingmasing elemen. Untuk mengetahui suatu perbandingan berpasangan yang telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak, dievaluasi dengan konsistensi rasio. Nilai konsistensi rasio < 0,1 dinyatakan konsisten (Marimin 2008). Penggabungan Pendapat dari responden dilakukan dengan menggunakan rata-rata geometrik, hasil penggabungan ini diolah dengan prosedur AHP Analisis A WOT Merumuskan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, dapat dianalisis dengan berbagai metode yang dikembangkan untuk menganalisis secara bersama-sama faktor internal dan eksternal kawasan. Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) adalah metode yang umum digunakan melalui pendekatan sistimatis dalam mendukung situasi keputusan, namun metode SWOT masih memiliki beberapa titik kelemahan. SWOT tidak bisa menilai situasi pengambilan keputusan yang strategis komprehensif dan SWOT tidak menyediakan sarana analitis menentukan pentingnya faktor-faktor atau untuk menilai alternatif keputusan sesuai dengan faktor-faktor. Namun bila SWOT digunakan dengan benar akan bisa memberikan dasar yang baik dalam perumusan strategi. Menurut Kajanus et al. (2004) A WOT merupakan metode hibrid yang menggabungkan metode SWOT dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ini diterapkan untuk menutupi beberapa kelemahan yang dimiliki SWOT. Dalam penelitian yang dilakukan, A WOT diterapkan untuk menganalisis

60 36 potensi budaya lokal untuk menjadi faktor keberhasilan dalam wisata pedesaan di dua kasus, yaitu di daerah Ylä-Savo di Finlandia dan Kassel di Jerman. Metode yang hampir sama juga telah dilakukan oleh Wickramasinghe dan Takano (2009) dalam proses kebangkitan pariwisata Sri Langka setelah tsunami Samudra Hindia Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang proaktif, strategi dalam meningkatkan kepuasan pengunjung, dan strategi pemasaran dengan promosi yang efektif telah dilaksanakan, dimana pariwisata Sri Langka mengalami peningkatan. Srestha et al. (2004) dalam menganalisis prospek dan tantangan adopsi Silvopasture (agroforestry) di South- Centra Florida. Osuna dan Aranda (2007) melakukan kombinasi antara SWOT dengan AHP dengan menggunakan prosedur yang agak berbeda untuk evaluasi akhir dari strategi dalam rencana pengembangan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan. Metode A WOT yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan AHP untuk menentukan pembobotan dalam analisis SWOT. Tujuannya adalah untuk mengurangi subyektivitas penilaian terhadap fakor-faktor internal dan eksternal, baik menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) dalam pengambilan suatu keputusan strategi. Pelaksanaan analisis A WOT melalui beberapa tahapan analisis, diawali dengan pengumpulan data melalui survey dan wawancara (kuesioner pertama). Data yang didapat dikerucutkan dari semua jawaban responden, baik itu data internal (kekuatan dan kelemahan) maupun data eksternal (peluang dan ancaman). Data internal dan eksternal yang didapat dijadikan bahan untuk kuesioner ketiga untuk mendapatkan bobot dan rating masing-masing faktor SWOT, dimana bobot didapat dari AHP. Selanjutnya dilakukan analisis faktor strategi internal (IFAS) dan eksternal (EFAS), analisis matriks internal-eksternal (IE), analisis matriks space, dan tahap pengambilan keputusan dengan analisis SWOT Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan

61 37 pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal menjadi pertimbangan penting dalam merumuskan strategi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 1. Analisis Faktor Strategi Internal Analisis ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Bagian dari analisis ini adalah membuat matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) yang ditunjukkan pada Tabel 8. Langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut : Tabel 8 Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) Faktor-Faktor Bobot Rating Skor Strategi Internal Kekuatan : dst Kekuatan : dst Total 1,000 Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2009) a. Menyusun sebanyak 5 sampai dengan 10 faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada kolom 1 yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. b. Memasukkan bobot masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan pada kolom 2 dari hasil AHP gabungan semua responden setelah dikalikan setengah, sehingga nilai total bobot sama dengan satu. c. Pada kolom 3 dimasukkan rating (pengaruh) masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan dengan memberi skala dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (sangat lemah). Nilai rating disini merupakan hasil pembulatan dari nilai ratarata dari semua responden. d. Kolom 4 diisi hasil kali bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya berupa skor yang nilainya bervariasi dari 4 sampai dengan 1.

62 38 e. Jumlahkan skor pada kolon 4 untuk memperoleh nilai total skor faktor internal. Nilai total skor digunakan dalam analisis matriks internal-eksternal (IE). 2. Analisis Faktor Strategi Eksternal Analisis Faktor Strategi Eksternal dilakukan untuk mengetahui faktorfaktor peluang dan ancaman yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Analisis ini diawali dengan membuat matriks External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) yang ditunjukkan pada Tabel 9. Langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut : Tabel 9 External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) Faktor-Faktor Bobot Rating Skor Strategi Eksternal Peluang : dst Ancaman : dst Total 1,000 Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2009) a. Memasukkan sebanyak 5 sampai dengan 10 faktor-faktor yang telah ditentukan terhadap peluang dan ancaman pada kolom 1 yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. b. Pemberian bobot masing-masing faktor peluang dan ancaman pada kolom 2 dari hasil AHP gabungan semua responden setelah dikalikan setengah, sehingga nilai total bobot sama dengan satu. c. Pada kolom 3 dimasukkan rating (pengaruh) masing-masing faktor Peluang dan ancaman dengan memberi skala dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (sangat lemah). Nilai rating disini merupakan hasil pembulatan dari nilai ratarata dari semua responden.

63 39 d. Kolom 4 merupakan hasil kali bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya berupa skor yang nilainya bervariasi dari 4 sampai dengan 1. e. Penjumlahan skor pada kolon 4 untuk memperoleh nilai total skor faktor eksternal. Nilai total skor selanjutnya digunakan dalam analisis matriks internal-eksternal (IE) Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE) Model matriks internal-eksternal (IE) digunakan untuk memposisikan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Parameter yang digunakan adalah total skor faktor internal dan total skor faktor eksternal. Matriks internal-eksternal tertera pada Gambar 4. Nilai Total Skor Faktor Strategi Internal Tinggi Rata-rata Lemah GROWTH GROWTH RETRENCHMENT Tinggi Konsentrasi melalui integrasi vertikal Konsentrasi melalui integrasi horizontal Turnaround Nilai Total Skor Faktor Strategi Eksternal 3 Sedang 2 Rendah 4 7 STABILITY Hati-hati GROWTH Diversifikasi konsentrik 5 8 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal STABILITY Tidak ada perubahan profit strategi GROWTH Diversifikasi konglomerat 6 RETRENCHMENT Captive Company atau Divestment 9 RETRENCHMENT Bangkrut atau Likuidasi 1 Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2009) Gambar 4 Matriks Internal-Eksternal

64 40 Menurut Rangkuti (2009), matriks internal-eksternal dapat mengidentifikasi suatu strategi yang relevan berdasarkan sembilan sel matriks IE. Kesembilan sel tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam tiga strategi utama, yaitu : 1. Growth strategy, adalah strategi yang didesain untuk pertumbuhan sendiri (sel 1, 2, dan 5) atau melalui diversifikasi (sel 7 dan 8). 2. Stability strategy, merupakan penerapan strategi yang dilakukan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan (sel 4). 3. Retrenchment strategy, adalah strategi dengan memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan Analisis Matriks Space Matriks Space berfungsi untuk mempertajam strategi yang akan diambil dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Menurut Rangkuti (2009), Matriks Space digunakan untuk mengetahui posisi dan arah perkembangan selanjutnya suatu perusahaan. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah selisih dari skor faktor internal (kekuatan kelemahan) dan selisih dari skor faktor eksternal (peluang ancaman). Marimin (2008) mengemukakan, posisi perusahaan dapat dikelompokkan kedalam empat kuadran, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5, dimana : 1. Kuadran I, menandakan posisi sangat menguntungkan, dimana perusahaan memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan menerapkan strategi pertumbuhan yang agresif. 2. Kuadran II, menunjukkan perusahaan menghadapi berbagai ancaman, namun masih mempunyai kekuatan, sehingga strategi yang diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi diversifikasi. 3. Kuadran III, pada kuadran ini perusahaan mempunyai peluang yang sangat besar, disisi lain memiliki kelemahan internal. Menghadapi situasi ini perusahaan harus berusaha meminimalkan masalah-masalah internal untuk dapat merebut peluang pasar.

65 41 4. Kuadran IV, menunjukkan perusahaan berada pada situasi yang tidak menguntungkan, karena disamping menghadapi ancaman juga menghadapi kelemahan internal. Berbagai Peluang Kuadran III Strategi Turn-Around Kuadran I Strategi Agresif Kelemahan Internal Kekuatan Internal Kuadran IV Strategi Defensif Kuadran II Strategi Diversifikasi Berbagai Ancaman Gambar 5 Matriks Space Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk menentukan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah. Rangkuti (2009) mengemukakan, analisis SWOT dapat menunjukkan indikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan mengembangan misi, tujuan dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) sebagai analisis situasi dalam kondisi yang ada saat ini.

66 42 Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi (Marimin 2008). Untuk memperoleh gambaran secara jelas, disusun matriks SWOT seperti disajikan pada Gambar 6. Faktor Internal Saktor Eksternal Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal Threaths (T) Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal Strengths (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Strategi (S-O) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi (S-T) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Strategi (W-O) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi (W-T) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2009) Gambar 6 Matriks SWOT Analisis ini menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif dari suatu strategi, yaitu : Strategi SO : strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesarbesarnya Strategi ST : strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang mungkin timbul Strategi WO : strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada Strategi WT : strategi ini didasari pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

67 43 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Geografi dan Administrasi Kecamatan Payangan merupakan salah satu kecamatan dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar. Secara geografis terletak diantara koordinat 8 o o Lintang Selatan dan 115 o 13 29,0-115 o 17 36,7 Bujur Timur. Luasnya 75,88 km 2 merupakan wilayah kecamatan terluas di Kabupaten Gianyar atau 20,62 persen dari luas Kabupaten Gianyar, dengan batasbatas wilayah sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bangli, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tegallalang, sebelah Selatan dengan Kecamatan Ubud dan sebelah Barat dengan Petang (Kabupaten Badung). Secara administrasi Kecamatan Payangan terdiri dari 9 desa, seperti ditunjukkan pada Gambar 7, dengan batas wilayah masing-masing dirinci seperti Tabel 10 berikut. Kecamatan Payangan berada di sebelah Baratdaya pada jarak 20,25 km ditinjau dari pusat kota Gianyar. Tabel 10 Batas Kecamatan Payangan Menurut Desa di Kecamatan Payangan Letak Wilayah No. Desa Utara Selatan Barat Timur 1 Buahan Kaja Ds. Langgahan Ds. Buahan Sungai Ayung Ds. Puhu/Kerta 2 Buahan Ds. Buahan Kaja Ds. Petang (Bdg) Ds. Petang (Bdg) Ds. Puhu 3 Kerta Ds. Bangua (Bngl) Ds. Puhu Ds. Buahan Ds. Taro 4 Puhu Ds. Kerta Ds. Melinggih Ds. Buahan Ds. Taro 5 Kelusa Ds. Bresela Ds. Payogan Ds. Melinggih Kld. Ds. Keliki 6 Bresela Ds. Taro Ds. Kelusa Ds. Bikian Ds. Sebatu 7 Bukian Ds. Puhu Ds. Kelusa Ds. Melinggih Ds. Taro/Bresela 8 Melinggih Kelod Ds. Melinggih Ds. Kedewatan S. Ayung (Bdg) Ds. Kelusa 9 Melinggih Ds. Puhu Ds. Melinggih Kld. S. Ayung (Bdg) Ds. Bukian/Kelusa Kec. Payangan Bangli Ubud/Petang Petang (Badung) Ubud/Tegallalang Sumber : Depkimpraswil (2003)

68 '24"E '26"E KAB. BANGLI PETA ADMINISTRASI KECAMATAN PAYANGAN 8 19'40"S KAB. BADUNG Kerta 8 19'40"S SKALA : ± Kilometers Buahan Kaja LEGENDA : 8 21'42"S 8 21'42"S Batas Desa Batas Kecamatan Batas Kabupaten Jalan Sungai Bresela Buahan PAYANGAN Puhu Buahan Kaja Bukian Kelusa 8 23'44"S Buahan 8 23'44"S Kerta Melinggih Melinggih Kelod Puhu Bukian TEGALLALANG 8 25'46"S Melinggih Bresela 8 25'46"S Kelusa Melinggih Kelod 8 27'48"S KAB. BADUNG UBUD UBUD TAMPAK SIRING 8 27'48"S Kecamatan Payangan Sumber Peta : Bappeda Kab. Gianyar '24"E '26"E Gambar 7 Peta Administrasi Kecamatan Payangan

69 Geologi dan Jenis Tanah Kecamatan Payangan termasuk kawasan dengan batuan induk yang berasal dari abu vulkan intermedier. Tanah yang terbentuk dari batuan ini adalah jenis tanah regosol coklat kekuningan dan regosol berhumus. Jenis tanah ini memiliki kepekaan terhadap erosi yang cukup tinggi karena dalam proses pembentukannya masih tergolong muda dan belum mengalami pelapukan secara sempurna sehingga cenderung bersifat porus Iklim Kabupaten Gianyar dan wilayah Bali pada umumnya beriklim laut tropis, dipengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim kemarau sekitar bulan Juni- September dan musim hujan sekitar bulan Desember-Maret yang diselingi oleh musim pancaroba. Curah hujan dipengaruhi oleh keadaan iklim dan perputaran atau pertemuan arus udara, sehingga jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Berdasarkan hasil pencatatan, curah hujan bulanan sepanjang tahun 2009 di Kecamatan Payangan berkisar antara mm. Bulan Nopember merupakan bulan dengan curah hujan rendah selama tahun 2009 dengan curah hujan 24 mm, dan bulan terbasah adalah bulan Januari dengan curah hujan 960 mm. Temperatur udara rata-rata di Kabupaten Gianyar mencapai 27 o C dengan suhu minimum rata-rata 24 o C dan suhu maksimum rata-rata 30 o C. Kelembaban udara rata-rata 75,50% berkisar antara 74% hingga 77%. Perkembangan keadaan iklim dalam kurun waktu lima tahun ditampilkan pada Tabel 11. Tabel 11 Keadaan Iklim Rata-Rata di Kabupaten Gianyar Tahun Keadaan Iklim Tahun Suhu ( o C) 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00 2. Kelembaban Udara (%) 75,50 75,50 75,50 75,50 75,50 3. Curah Hujan (mm/th) Hari Hujan (hari) Sumber : Bappeda Kab. Gianyar (2008a)

70 Hidrologi Hidrologi wilayah dapat ditinjau dari keberadaan sumber-sumber air, baik itu dari air permukaan maupun air bawah tanah. Ketersediaan air di wilayah penelitian didukung oleh air permukaan yang bersumber dari air sungai seperti Sungai Ayung dan Sungai Wos yang mempunyai aliran kontinyu sepanjang tahun atau disebut sungai perennial. Jenis air permukaan juga bisa berasal dari mata air dengan potensi yang berbeda dan penyebarannya tidak sama. Kapasitas air sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi, iklim, daerah tangkapan, vegetasi, dan struktur geologi Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan ruang dalam wilayah penelitian menggambarkan penggunaan lahan pada saat ini. Penggunaan lahan seperti terlihat pada Tabel 12, didominasi oleh tegalan seluas 3428 Ha atau 45,18% dari luas keseluruhan yaitu Ha dan kedua terbesar adalah berupa lahan persawahan seluas Ha (25,37%). Selanjutnya merupakan lahan pemanfaatan lainnya 21,85% dan diikuti pemanfaatan untuk permukiman serta sebesar 0,58% untuk lahan kuburan. Tabel 12 Penggunaan Lahan Wilayah Payangan Tahun 2009 No Desa Sawah Penggunaan Lahan (Ha) Jumlah Tegalan Permukimaran Kubu- Lainnya (Ha) 1. Buahan Kaja 270,00 161,81 32,05 4,50 606, ,00 2. Buahan 150,00 494,00 93,03 4,50 208,47 950,00 3. Kerta 153,00 871,95 31,69 10,00 375, ,00 4. Puhu 313,00 787,00 67,03 5,00 218, ,00 5. Kelusa 203,00 279,40 62,01 3,77 101,82 650,00 6. Bresela 153,00 79,27 50,56 1,23 7,94 292,00 7. Bukian 209,00 429,10 90,56 6,00 104,34 839,00 8. Melinggih Kelod 252,00 154,55 46,51 3,79 5,15 462,00 9. Melinggih 222,00 170,92 59,56 5,21 29,31 487,00 Jumlah 1.925, ,00 533,00 44, , ,00 Persentase 25,37 45,18 7,02 0,58 21,85 100,00 Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010)

71 Sosial dan Budaya Demografi Berdasarkan hasil registrasi penduduk di Kecamatan Payangan dalam 5 tahun terakhir menunjukkan, komposisi penduduk laki-laki dan perempuan hampir berimbang tiap tahun. Kondisi ini bisa dilihat dari nilai sex ratio yang berkisar antara 99,64 sampai 100,55. Dilihat dari sebaran penduduk dalam luas wilayah 75,88 km 2 mencapai 461 jiwa/km 2 pada tahun 2005, terus meningkat sampai pada tahun 2008 dan tahun 2009 menjadi 473 jiwa/km 2. Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Payangan selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 sebesar 1,9%, menjadi 0,42% pada periode berikutnya ( ) dan terus menurun sampai pada periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 menjadi 0,15%. Secara lebih rinci kondisi penduduk di Kecamatan Payangan bisa dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Kondisi Penduduk Kecamatan Payangan Tahun No Jenis Data Tahun Laki-Laki (L) Perempuan (P) Penduduk (L+P) Sex Ratio 100,55 99,64 99,80 99,84 99,79 5. Kepadatan/km Pertumbuhan (%) 1,9 0,42 0,24 0,15 Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010) Pendidikan Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan suatu penduduk secara umum berkorelasi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkannya. Peningkatan SDM melalui pendidikan bisa dilakukan karena pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran dan interaksi sosial. Melalui pendidikan proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) terjadi. Pendidikan juga merupakan instrumen utama dalam internalisasi, adaptasi, akulturasi, pewarisan

72 48 nilai-nilai antar generasi dan penciptaan budaya baru tanpa meninggalkan karakteristik budaya setempat. Dilihat dari perspektif ekonomi, pendidikan dapat memacu pertumbuhan suatu wilayah. Peningkatan kualitas pendidikan akan meningkatkan produktivitas yang berimbas pada peningkatan pendapatan, menurunya kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat. Penduduk Payangan dalam lima tahun terakhir, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkannya masih didominasi oleh tamatan SD yaitu pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 tetap sebesar orang dan cenderung meningkat dalam dua tahun terakhir menjadi orang pada tahun Menyusul lulusan SLTP dan SMU yang memiliki kecenderungan yang sama dalam lima tahun terakhir. Berbeda halnya dengan lulusan akademi/pt yang menurun dalam dua tahun terakhirnya. Data selengkapnya ditunjukkan dalam Tabel 14. Tabel 14 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Payangan Tahun Tingkat Pendidikan Tahun No Tertinggi yang Ditamatkan Belum Sekolah Belum Tamat SD SD SLTP SMU Akademi/PT Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010) Ketenagakerjaan Perkembangan ketenagakerjaan di Kecamatan Payangan selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 seperti tertuang dalam Tabel 15, sempat mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2007, kemudian naik lagi di tahun 2008 menjadi orang dan tidak ada kenaikan sampai tahun Pada tahun 2009, sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian sebanyak orang (54,61%), selanjutnya sektor perkebunan sebanyak 3.725

73 49 orang (13,56%) dan ketiga terbanyak menyerap tenaga kerja adalah sektor peternakan yang sebanyak orang ( 13,39% ). Tabel 15 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Payangan Tahun No Lapangan Usaha Tahun Pertanian Peternakan Perikanan Perkebunan Perdagangan Industri Listrik, Air Minum Angkutan Perbankan, Lembaga Keuangan Pemerintahan, Jasa-Jasa Jumlah Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010) Budaya Budaya Bali secara umum dan Payangan pada khususnya tidak bisa terlepas dari yang namanya kesenian. Kesenian dalam perspektif orang Bali merupakan bagian dari kehidupan sosio religi masyarakat. Kegiatan berkesenian akan selalu melengkapi setiap kegiatan keagamaan masyarakat sebagai rasa syukur dan bakti mereka kehadapan Sang Pencipta. Pada perkembangannya kegiatan berkesenian telah menimbulkan banyak corak dan ragamnya sebagai bentuk kreatifitas masyarakat yang tinggi. Kenyataan ini bisa dilihat dari semua desa yang ada di Payangan mempunyai sekehe/organisasi kesenian diantaranya seperti sekehe gong/gambelan, topeng, barong, wayang, sekehe santhi, dan lainnya. Sekehe yang mendominasi adalah sekehe gong dimana di tiap desa terdapat 3 sampai dengan 9 sekehe. Untuk sekehe wayang wong ada di Desa Buahan Kaja, di Desa Melinggih Kelod ada sekehe kecak, dan di Desa Melinggih ada sekehe gambuh.

74 Kelembagaan Kehidupan sosial budaya masyarakat Payangan dan di Bali pada umumnya memiliki keunikan dibandingkan daerah lainnya di luar Bali. Dalam tata pemerintahan disamping adanya pemerintahan yang bersifat administratif, juga ada kelembagaan sebagai bagian dari kapital sosial yang bersifat adat sesuai sociocultural masyarakatnya. Kelembagaan adat yang dikenal dengan sebutan desa pakraman (desa adat) merupakan salah satu bentuk pemerintahan di Bali yang khas dan sudah terstruktur. Desa pakraman mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata karma pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun-temurun dalam ikatan Khayangan Tiga atau Kahyangan Desa yang berpegang pada falsafah hidup berdasarkan konsep Tri Hita Karana, Tatwam Asi, dan Desa Kala Patra. Ketiga konsep ini memiliki hubungan yang sangat relefan dari segi konsep berkelanjutan dalam pengembangan suatu wilayah. Aspek berkelajutan merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan suatu wilayah. Konsep keberlanjutan yaitu dengan tetap terjaganya keseimbangan atau keharmonisan hubungan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan sebagai tiga unsur penting. Secara lebih luas dan sebelumnya telah ada, aspek keberlanjutan bisa dilihat melalui konsep Tri Hita Karana (Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan), yang diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya. Di dunia ini manusia merupakan salah satu penentu dari ketiga unsur ini, karena melalui manusia keseimbangan-keseimbangan baru akan terbentuk. Konsekuensi dari terbentuknya keseimbangan baru merupakan dampak dari hukum sebab-akibat, sehingga diantara komponen alam perlu adanya saling menjaga (Tatwam Asi). Untuk mampu menjaga keseimbangan dengan lebih baik, manusia harus mampu menyesuaikan diri pada tempat, waktu, dan situasi kondisi dalam alam dan lingkungan yang ditempatinya (Desa Kala Patra). Desa Pakraman sebagai local wisdom mempunyai karakteristik yang sangat spesifik sebagai suatu sistem kekerabatan yang mewarnai kehidupan sosial budaya masyarakat. Desa pakraman memiliki wilayah atau palemahan yang

75 51 terdiri dari satu atau lebih banjar pakraman yang merupakan satu kesatuan. Batas wilayah yang dimiliki secara fisik ditentukan oleh batas-batas alam seperti sungai, bukit, sawah, jalan, dan sebagainya. Setiap kegiatan adat dan keagamaan diatur melalui aturan adat tersendiri yang tertuang kedalam peraturan desa yang disebut dengan awig-awig. Kehadiran awig-awig di dalam masyarakat merupakan alat pembersatu sekaligus sebagai alat kontrol dalam tatalaku dan perbuatan masyarakat desa. Jaringan organisasi yang terdapat didalam struktur masyarakat adat merupakan jalur penyampaian pendapat dan pembahasan keputusan yang solid. Kuatnya ikatan kekerabatan dan ikatan emosional dapat dijadikan modal dasar dengan prinsip partisipatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pemerintahan adat, masing masing desa adat bersifat otonom dengan segala perangkat yang dimilikinya, dimana setiap desa adat mempunyai aturan tersendiri yang berlaku bagi desa/banjar yang bersangkutan. Walaupun demikian, aturan-aturan yang tertuang dalam awig awig sama sekali tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku dalam pemerintahan administratif. Di Kecamatan Payangan pada tahun 2009 secara keseluruhan tercatat seperti ditunjukkan dalam Tabel 16, ada sebanyak 48 desa adat dengan 59 banjar adat. Dalam tatakelola air untuk irigasi terdapat kelembagaan tradisional yang disebut dengan subak. Subak merupakan sistem irigasi yang memiliki kearifan lokal dan berbasiskan masyarakat (Sutawan 2003). Tabel 16 Jumlah Desa Adat, Banjar Adat, dan Subak di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Desa Desa Adat Banjar Adat Subak Yeh 1. Buahan Kaja Buahan Kerta Puhu Kelusa Bresela Bukian Melinggih Kelod Melinggih Sumber : Dihimpun dari Profil Desa dan BPS Kab. Gianyar (2010)

76 52 Terdapat dua macam subak berdasarkan fungsinya, yaitu subak yeh (subak) untuk pertanian lahan basah terdata sebanyak 48 subak yang terdistribusi di masing-masing desa. Untuk pertanian lahan kering disebut subak abian sejumlah 17 yang hanya terdapat di beberapa desa saja. Organisasi pemuda atau sekehe truna sebagai wadah kaula muda menyalurkan aspirasi dan kreatifitasnya dalam ruang gerak pembangunan, terdapat disemua desa pada masing-masing banjar. 4.3 Perekonomian Perekonomian masyarakat Payangan bertumpu pada sektor-sektor seperti pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Sebagai masyarakat agraris, pertanian menjadi sektor utama yang dikembangkan dengan didukung oleh ketersediaan lahan yang memadai. Perkembangan perekonomian masyarakat juga ditunjang oleh keberadaan koperasi-koperasi dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang ada di setiap desa Pertanian Kegiatan pertanian secara luas yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat Payangan. Pertanian tanaman pangan yang banyak dikembangan oleh petani meliputi tanaman padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan kacang tanah (Tabel 17). Hasil produksi tanaman-tanaman ini selain untuk dijual sebagian dipakai untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Tabel 17 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktifitas Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Jenis Tanaman Luas Tanam Luas panen Produksi Produktifitas (ha) (ha) (ton) (kw/ha) 1. Padi ,73 55,29 2. Jagung ,17 50,20 3. Ubi Jalar ,14 159,79 4. Ubi Kayu ,14 159,35 5. Kacang Tanah ,32 21,54 Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010)

77 53 Tanaman padi sebagai tanaman utama yang menempati luas lahan ha mencapai hasil produksi sebesar ,73 ton dengan produktifitas mencapai 55,29 kw/ha. Kalau dilihat dari produktifitasnya tanaman ubi jalar dan ubi kayu yang tinggi yaitu mencapai 159,79 kw/ha dan 159,35 kw/ha. Komoditi lain yang dikembangkan oleh masyarakat Payangan adalah tanaman hortikultura seperti ditunjukkan dalan Tabel 18, dimana pada tahun 2009 berdasarkan kuantitasnya, tanaman cabe rawit mencapai produksi paling tinggi yaitu kw, disusul oleh tanaman buncis dengan produksi kw, kubis sebesar kw, petsai atau sawi sebesar kw, labu siam, tomat, cabe dengan masing-masing produksi mencapai 319 kw, 290 kw, dan 140 kw. Kapasitas produksi dari budidaya tanaman sayur-sayuran maupun pertanian lainnya dilakukan berdasarkan kebutuhan dan besarnya permintaan pasar. Peningkatan permintaan bisa dilakukan melalui perbaikan kualitas dan kuantitas produksi dengan dukungan produktifitas yang memadai. Komoditi sayur-sayuran bisa dijadikan produk unggulan bila dilakukan pengelolaan dengan baik dan benar (Suambara 2007). Tabel 18 Produksi Sayuran di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Jenis Tanaman Produksi (kw) 1. Kubis Petsai/sawi Cabai Tomat Buncis Cabe Rawit Labu Siam 319 Sumber : BPS dan Bappeda Kabupaten Gianyar (2010a) Pada tanaman buah-buahan ada berbagai macam tanaman buah yang dikembangkan, seperti terinci pada Tabel 19. Jenis tanaman pisang menempati jumlah terbanyak yaitu mencapai pohon dengan produksi ton per tahun. Tanaman pisang banyak diusahakan masyarakat karena disamping dipanen buahnya, permintaan pasar terhadap daun pisang juga banyak terutama jenis pisang batu. Berikutnya tanaman jeruk sejumlah pohon dengan produksi mencapai 488,9 ton per tahun.

78 54 Jenis buah-buahan banyak dibutuhkan masyarakat Bali untuk memenuhi keperluan upacara-upacara keagamaan. Peluang pasar yang tercipta cukup besar, sehingga untuk memenuhinya masyarakat Payangan mengusahakan berbagai macam tanaman buah-buahan dan mencapai lebih dari tigabelas jenis yang tersebar di semua desa di Kecamatan Payangan. Tabel 19 Jumlah Pohon dan Produksi Buah-Buahan di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Jenis Tanaman Pohon Produksi (ton) No Jenis Tanaman Pohon Produksi (ton) 1. Jeruk ,9 8. Rambutan Sawo Salak ,8 3. Nanas ,3 10. Apokat ,8 4. Pepaya ,2 11. Mangga 773 3,25 5. Pisang Manggis ,9 6. Nangka Durian Duku Lainnya Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010) Tanaman perkebunan yang diusahakan masyarakat payangan melalui perkebunan rakyat, umumnya merupakan perkebunan campuran. Jenis tanaman perkebunan yang banyak diusahakan masyarakat Payangan adalah tanaman kopi, cengkeh, kelapa, tembakau, kakao, dan panili, yang pada tahun 2009 mencapai luas tanam dan produksi seperti terlihat dalam Tabel 20. Tabel 20 Luas Tanam dan Produksi Perkebunan di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Jenis Tanaman Luas Tanam (ha) Produksi (kw) 1. Kopi 256, ,60 2. Cengkeh 23,00 41,70 3. Kelapa 991, ,60 4. Tembakau 15,00 101,30 5. Kakao 204, ,30 6. Panili 25,35 11,90 Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010)

79 55 Peternakan yang dibudidayakan masyarakat Payangan pada tahun 2009 seperti terlihat pada Tabel 21 dapat dibedakan menjadi ternak besar yaitu sapi dengan populasi ekor. Ternak kecil yang terbanyak dipelihara adalah babi ekor dan kambing populasinya cukup sedikit hanya 13 ekor. Ternak unggas yang dipelihara terdiri dari ayam ras petelor maupun pedaging, ayam buras, dan itik. Populasi unggas terbanyak diusahakan adalah ayam buras ekor dan yang paling sedikit populasi itik sebanyak ekor. Tabel 21 Populasi Ternak di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Jenis Ternak Populasi 1. Sapi Kambing Babi Ayam Ras Petelor Ayam Ras Pedaging Ayam Buras Itik Lainnya 218 Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010) Industri Sektor industri yang berkembang di Kecamatan Payangan adalah industri kategori sedang, kecil, dan yang terbanyak adalah kerajinan rumah tangga sejumlah buah yang mampu menyerap sebanyak orang tenaga kerja. Industri kecil sebanyak 34 buah dengan serapan tenaga kerja 179 orang, industri sedang hanya ada 4 buah menyerap tenaga kerja 104 orang, untuk industri besar sementara ini belum ada (Tabel 22). Tabel 22 Banyaknya Perusahaan Industri dan Tenaga Kerja yang Terserap di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Katagori Industri Jumlah (buah) Tenaga Kerja (orang) 1. Besar Sedang Kecil Kerajinan Rumah Tangga Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010)

80 56 Produk yang dihasilkan dari industri-industri tersebut ada berupa jajanan tradisional, kerajinan kayu, dan ukir-ukiran. Pembuatan jajanan tradisional biasanya untuk memenuhi keperluan upacara maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kerajinan kayu maupun ukir-ukiran perkembangannya semakin bagus seiring banyaknya peminat dan pesanan untuk memenuhi kebutuhan sektor pariwisata Perdagangan dan Jasa Pergerakan perekonomian di Kecamatan Payangan ditunjang oleh adanya kegiatan perdagangan dan jasa sebagai tempat perputaran finansial yang menunjang denyut nadi perekonomian kawasan Payangan. Kegiatan perdagangan yang banyak berkembang adalah pasar umum untuk memenuhi berbagai keperluan masyarakat, rumah makan, warung maupun toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, dan art shop yang menjual barang-barang kerajinan seni sebagai penyedia barang-barang cenderamata bagi wisatawan. Usaha jasa yang berkembang diantaranya bank, LPD, dan KUD, disamping itu ada juga usaha jasa perseorangan dan koperasi-koperasi. Keberadaan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang dikelola oleh desa pakraman untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan simpan pinjam untuk keperluan konsumtif maupun modal usaha. Banyaknya sarana perdagangan dan jasa dalam lima tahun terakhir dirinci dalam Tabel 23. Tabel 23 Sarana Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Payangan Tahun No Jenis Sarana Tahun Pasar Umum Restoran/Rumah Makan Warung Art Shop Bank LPD KUD Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010)

81 Kehutanan Wilayah Payangan maupun Kabupaten Gianyar tidak mempunyai kawasan hutan, yang ada hanya berupa daerah berhutan seperti hutan rakyat, hutan milik, hutan adat, dan sempadan mata air. Hutan rakyat berada di atas tanah milik dan tanah adat. Hutan milik, adalah hutan rakyat yang dibangun dan dikelola di atas tanah-tanah milik; hutan adat atau hutan desa adalah hutan yang dibangun dan dikelola di atas tanah desa. 4.5 Kondisi Sarana dan Prasarana Pos dan Telekomunikasi Sarana komunikasi memegang peranan penting di era informasi seperti sekarang ini, baik elektronik maupun non elektronik. Tidak mengherankan kalau kebutuhannya semakin hari semakin meningkat. Demikian halnya di Kecamatan Payangan, sarana komunikasi ini tersedia beraneka ragam sesuai kebutuhannya, baik berupa surat, televisi, radio, telepon, maupun telepon seluler. Walaupun banyak pilihan sarana komunikasi yang cepat, efektif, dan efisien, jasa pos masih memegang peranan penting. Untuk Kecamatan Payangan tersedia satu kantor pos pembantu yang terletak di Desa Melinggih sebagai kota kecamatan. Banyaknya sarana komunikasi di Kecamatan Payangan secara terinci ditunjukkan dalam Tabel 24. Tabel 24 Banyaknya Sarana Komunikasi di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Desa Kantor Pos Pesawat Pembantu Televisi Radio Telepon HP 1. Buahan Kaja Buahan Kerta Puhu Kelusa Bresela Bukian Melinggih Kelod Melinggih Jumlah Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010)

82 Transportasi Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat vital dan strategis untuk memperlancar aksesibilitas dan kegiatan perekonomian. Meningkatnya pembangunan antar wilayah menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilisasi penduduk dan memperlancar arus lalu lintas barang dan jasa dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Terbangunnya prasarana transportasi di wilayah Payangan berpengaruh pada semakin pesatnya perkembangan antar desa, dimana sampai tahun 2009 telah terbangun 100 km jalan beraspal dengan ditunjang pembangunan jembatan yang tersebar antar desa dan sebagian merupakan jalan diperkeras dan jalan tanah (Tabel 25). Jalan-jalan yang terbangun dengan cukup memadai telah menghubungkan wilayah Payangan dengan Ubud dan Tegallalang, bahkan telah terbangun jalan lintas kabupaten yang menghubungkan Payangan dengan wilayah Kabupaten Bangli. Tabel 25 Prasarana Transportasi di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Desa Jenis Permukaan Jalan (km) Aspal Diperkeras Tanah Jumlah Jembatan 1. Buahan Kaja Buahan Kerta Puhu Kelusa Bresela Bukian Melinggih Kelod Melinggih Jumlah Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010) Seiring perkembangan prasarana, sarana transportasi juga mengalami peningkatan. Namun demikian khusus angkutan umum, baik itu untuk barang maupun orang kapasitasnya masih perlu lebih ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan karena angkutan umum adalah angkutan yang bersifat massal, sehingga

83 59 bila penyediaannya mengikuti sistem yang standar akan mampu menciptakan moda transportasi yang efektif dan efisien serta dapat mengimbangi prasarana yang ada dalam menunjang kegiatan perekonomian wilayah Payangan Listrik dan Air Bersih Pemasangan jaringan listrik di Payangan sudah menyeluruh, semua desa dan banjar telah terjangkau, dimana jumlah pelanggan sampai dengan tahun 2009 sebanyak pelanggan. Penggunaan listrik di Payangan dewasa ini sudah semakin luas, apalagi dengan terbangunnya gardu induk di Desa Melinggih, penggunaannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saja, tetapi telah digunakan sebagai sarana produksi, misalnya dalam pembuatan sanggah (bangunan suci). Tenaga listrik telah banyak digunakan untuk mendorong pertumbuhan industri pedesaan, seperti: ukiran, menjahit, dan pembuatan kue, sehingga kebutuhan listrik tiap tahun cenderung terus mengalami peningkatan. Kondisi ini perlu diimbangi dengan pasokan listrik dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk meningkatkan produktifitas industri pedesaan maupun untuk keperluan lainnya. Peningkatan kapasitas terpasang dan perluasan jangkauan pelayanan menjadi hal penting yang perlu dilakukan. Air bersih sebagai sumber utama kehidupan di bumi sangat mempengaruhi kesehatan manusia (Soma 2011), sehingga ketersediaan air bersih sangatlah penting. Jangkauan pelayanan air bersih dari PDAM di Kecamatan Payangan masih kurang memadai. Pemenuhan kebutuhan air bersih sebagian masih diusahakan sendiri oleh masyarakat melalui swadaya dan dikelola bersama, dengan menyadap dari mata air setempat, dialirkan melalui perpipaan untuk ditampung ke dalam bak penampungan, selanjutnya disalurkan ke masing-masing warga. 4.6 Kondisi Kepariwisataan Kecamatan Payangan memiliki potensi dan daya tarik yang tinggi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Bentang alam dengan lembahlembah sungai serta hamparan persawahan yang berteras menciptakan pemandangan yang indah dan alami. Ditambah oleh suasana lingkungan tenang

84 60 dengan udara yang bersih dan nyaman menciptakan pemandangan yang menyejukkan hati. Kehidupan masyarakat Payangan masih kental dengan adat dan budaya, dimana pada saat perayaan-perayaan tertentu, seperti upacara di pura-pura sering dipentaskan berbagai kesenian dari masyarakat setempat maupun dari desa lainnya. Berbagai potensi yang ada bila dikemas dengan baik akan dapat dijadikan obyek dan daya tarik wisata. Apalagi Wilayah Payangan berada pada posisi yang strategis, yaitu berada di jalur pariwisata Ubud. Pengembangan pariwisata Payangan didukung dengan berdirinya hotelhotel dan penginapan serta tersedianya tempat-tempat rekreasi seperti ditunjukkan pada Tabel 26. Untuk melayani berbagai permintaan wisatawan, terdapat empat buah hotel berbintang yaitu satu berada di Desa Puhu dan Desa Melinggih, serta dua di Desa Melinggih Kelod. Untuk hotel melati ada sebanyak empat buah masing-masing ada di Desa Buahan, Desa Puhu, Desa Kelusa, dan Melinggih Kelod. Pondok wisata keberadaannya cukup banyak, yaitu ada 38 buah yang tersebar di beberapa desa, sedangkan untuk tempat rekreasi ada 10 buah. Desa Bresela dan Desa Bukian belum terdapat sarana pariwisata, namun disana banyak terdapat pengrajin yang membuat berbagai barang seni untuk keperluan wisatawan. Tabel 26 Banyaknya Sarana Akomodasi dan Rekreasi di Kecamatan Payangan Tahun 2010 Jenis Akomodasi Rekreasi & No Desa Hotel Hotel Pondok Hiburan Berbintang Melati Wisata Umum 1. Buahan Kaja 3 2. Buahan Kerta Puhu Kelusa Bresela 7. Bukian 8. Melinggih Kelod Melinggih Jumlah Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar (2010)

85 61 Berdasarkan draft Ranperda RTRW Kabupaten Gianyar Tahun , wilayah Payangan dijadikan bagian dari kawasan pariwisata Ubud sebagai kawasan pariwisata alam, meliputi Desa Melinggih Kelod, Desa Melinggih, dan Desa Puhu, seperti terlihat pada Gambar 8. Hal ini karena potensi yang dimiliki desa-desa cukup besar sebagai kawasan pengembangan wisata. Model pengembangan wisata yang paling cocok dikembangkan adalah pariwisata yang berbasiskan masyarakat. Pengembangan pariwisata berbasiskan masyarakat adalah pengembangan pariwisata yang mendukung keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata dan dapat dipertanggungjawabkan dari aspek sosial maupun lingkungan (CIFOR 2004). Pola pengembangan pariwisata berbasiskan masyarakat memiliki banyak keuntungan, selain mampu menciptakan nilai tambah bagi masyarakat setempat juga mampu membuka lapangan pekerjaan. Selain itu, pengembangan pariwisata berbasiskan masyarakat juga mampu melestarikan lingkungan dan adat budaya setempat.

86 '24"E '26"E KAB. BANGLI PETA KAWASAN PARIWISATA 8 19'40"S KAB. BADUNG Kerta 8 19'40"S SKALA : ± Kilometers Buahan Kaja LEGENDA : 8 21'42"S 8 21'42"S Batas Desa Batas Kecamatan Batas Kabupaten Jalan Sungai Kawasan Pariwisata PAYANGAN Puhu 8 23'44"S Buahan 8 23'44"S Bukian TEGALLALANG 8 25'46"S Melinggih Bresela 8 25'46"S Kelusa Melinggih Kelod 8 27'48"S KAB. BADUNG UBUD UBUD TAMPAK SIRING 8 27'48"S Kecamatan Payangan Sumber Peta : Bappeda Kab. Gianyar '24"E '26"E Gambar 8 Peta Kawasan Pariwisata Kecamatan Payangan

87 63 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterkaitan Sektor Pariwisata dengan Sektor Lainnya Keterkaitan masing-masing sektor dalam perekonomian Kabupaten Gianyar bisa diketahui dari analisis Input-Output (I-O), disamping itu peranannya akan dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor-sektor yang akan ditinjau disini adalah sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata (industri tanpa migas; perdagangan besar dan eceran; restoran; hotel; jasa hiburan dan rekreasi) dan sektor-sektor pertanian (tanaman bahan makanan; tanaman perkebunan; peternakan dan hasil-hasilnya; kehutanan; perikanan) Struktur Perekonomian Kabupaten Gianyar Struktur perekonomian Kabupaten Gianyar bila dilihat dari PDRB akan didapat gambaran awal perkembangan pembangunan dalam suatu periode tertentu. PDRB merupakan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor/lapangan usaha yang melakukan kegiatan di suatu daerah tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi (BPS Kab. Gianyar 2010b). PDRB Kabupaten Gianyar atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha tahun 2009 ditampilkan dalam Tabel 27. Lapangan usaha atau sektor-sektor perekonomian dalam PDRB dimaksud, sebelumnya telah diagregasi menyesuaikan Tabel I-O. Berdasarkan tabel tersebut, laju pertumbuhan total PDRB dalam periode tahun mencapai 5,93%. Lapangan usaha yang mencapai laju pertumbuhan diatas 10% ada lima, bila diurutkan dari yang terbesar yaitu: jasa penunjang keuangan (14,36%), jasa perorangan dan rumah tangga (11,06%), jasa sosial kemasyarakatan (11,00%), bangunan (10,62%), dan lembaga keuangan tanpa bank (10,25%). Jasa penunjang keuangan yang mengalami laju pertumbuhan paling besar hanya mampu berkontribusi terhadap PDRB sebesar 0,59% dan berada di peringkat ke-16. Tanaman bahan makanan yang laju pertumbuhannya paling kecil (0,98%) justru kontribusinya terhadap PDRB mencapai peringkat ke-3 yaitu sebesar 11,99%.

88 64 Laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar dalam membentuk PDRB, menunjukkan besaran yang bervariasi. Gambaran secara makro dari laju pertumbuhan PDRB terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gianyar, merupakan dampak nyata dari berhasilnya penerapan berbagai kebijakan ekonomi pada waktu sebelumnya yang dilakukan pemerintah, baik pusat maupun daerah disamping keterlibatan semua sektor pembangunan (BPS Kab. Gianyar 2010b). Tabel 27 PDRB Kabupaten Gianyar Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 No Lapangan Usaha Nilai (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan (%) Kontribusi Peringkat 1. Tanaman Bahan Makanan ,08 0,98 11, Tanaman Perkebunan ,94 2,07 0, Peternakan dan Hasil-hasilnya ,10 3,27 4, Kehutanan 88,67 3,16 0, Perikanan ,02 6,07 0, Penggalian ,17 4,99 0, Industri Tanpa Migas ,56 7,33 18, Listrik, gas dan air bersih ,01 6,85 0, Bangunan ,37 10,62 4, Perdagangan Besar dan Eceran ,97 6,47 14, Restoran ,23 2,14 6, Hotel ,44 4,37 8, Angkutan Jalan Raya ,67 3,47 1, Jasa Penunjang Angkutan ,65 2,77 1, Komunikasi ,32 8,81 1, Bank ,55 5,63 1, Jasa Penunjang Keuangan ,08 14,36 0, Sewa Bangunan ,87 8,17 2, Lembaga Keuangan tanpa Bank ,04 10,25 0, Jasa Perusahaan ,92 9,43 0, Pemerintahan Umum ,57 7,82 9, Jasa Sosial Kemasyarakatan ,80 11,00 0, Jasa Hiburan dan Rekreasi ,77 7,69 0, Jasa Perorangan dan Rumah Tangga ,10 11,06 6,85 6 Total ,90 5,93 100,00 Sumber : BPS dan Bappeda Kabupaten Gianyar (2010b) Bila diperhatikan sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, memiliki kecenderungan mampu berkontribusi cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Gianyar, seperti industri tanpa migas (18,97%) berada di

89 65 peringkat ke-1, perdagangan besar dan eceran (14,94%) di peringkat ke-2, restoran (6,68%) di peringkat ke-7, hotel (8,74%) peringkat ke-5, kecuali hiburan dan rekreasi (0,49%) baru mampu mencapai peringkat ke-18 sumbangannya terhadap PDRB. Kontribusi terbesar mampu diberikan sektor industri tanpa migas, karena salah satu komponennya adalah industri kerajinan cendramata dan industri patung kayu yang banyak ada di Kabupaten Gianyar. Untuk sektor-sektor pertanian, seperti: tanaman bahan makanan (11,99%) berada di peringkat ke-3, peternakan dan hasil-hasilnya (4,71%) peringkat ke-8, perikanan (0,58%) peringkat ke-17, tanaman perkebunan (0,33%) peringkat ke-22, dan kontribusi terkecil adalah kehutanan (0,003%) peringkat ke-24. Lebih jauh, peranan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar bisa dilihat dari Tabel I-O. Struktur dalam Tabel I-O disini terdiri dari 24 sektor perekonomian, yaitu: (1) tanaman bahan makanan; (2) tanaman perkebunan; (3) peternakan dan hasil-hasilnya; (4) kehutanan; (5) perikanan; (6) penggalian; (7) industri tanpa migas; (8) listrik, gas dan air bersih; (9) bangunan; (10) perdagangan besar dan eceran; (11) restoran; (12) hotel; (13) angkutan jalan raya; (14) jasa penunjang angkutan; (15) komunikasi; (16) bank; (17) jasa penunjang keuangan; (18) sewa bangunan; (19) lembaga keuangan tanpa bank; (20) jasa perusahaan; (21) pemerintahan umum; (22) jasa sosial kemasyarakatan; (23) jasa hiburan dan rekreasi; dan (24) jasa perorangan dan rumah tangga. Garis besar struktur Tabel I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009 ditunjukkan dalam Tabel 28, untuk lebih terinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Input antara sebesar Rp ,59 juta, yaitu merupakan input barang dan jasa yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan atau proses produksi oleh sektor-sektor usaha dalam kegiatan ekonomi, sedangkan input primer atau disebut juga Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi. Input primer yang merupakan selisih antara total input dengan input antara, terdiri dari: upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung. Jumlah NTB Kabupaten Gianyar sebesar Rp ,90 juta, dimana 34,73% dari keseluruhan nilai tambah merupakan kontribusi dari upah dan gaji (Rp ,35 juta) yang diciptakan kegiatan ekonomi di Kabupaten Gianyar. Selanjutnya mencapai 55,70% dari komponen surplus usaha (Rp ,14

90 66 juta), sedangkan sebanyak 7,19% dan 2,38% merupakan komponen penyusutan (Rp ,52 juta) dan dari pajak tidak langsung (Rp ,88 juta). Upah dan gaji dalam struktur nilai tambah, merupakan komponen nilai tambah yang langsung bisa diterima oleh pekerja. Namun, bila diperhatikan porsinya, masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan surplus usaha. Kondisi ini menggambarkan, bahwa surplus usaha sebagai keuntungan dari pengusaha belum tentu dapat dinikmati langsung oleh masyarakat sebagai pekerja. Proporsi yang demikian masih bisa dibilang baik apabila keuntungan pengusaha tersebut diinvestasikan kembali di daerah dimana keuntungan tersebut diperoleh, sehingga secara lebih luas akan berdampak terhadap meningkatnya perekonomian daerah serta mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran wilayah. Pemilik modal atau investor yang baik adalah investor yang mampu memanfaatkan sumber daya lokal yang ada. Disamping itu mampu bermitra dan memberikan kesempatan kepada masyarakat dan pengusaha lokal untuk ikut berperan serta. Tabel 28 Struktur Perekonomian Kabupaten Gianyar Berdasarkan Tabel I-O Tahun 2009 (24 x 24 sektor) No Uraian Jumlah (Juta Rupiah) Persentase (%) Struktur Input 1. Jumlah Input Antara ,59 2. Jumlah Input Primer (Nilai Tambah Bruto) ,90 100,00 - Upah dan gaji ,35 34,73 - Surplus usaha ,14 55,70 - Penyusutan ,52 7,19 - Pajak tidak langsung ,88 2,38 Struktur Output 3. Jumlah Permintaan Antara ,59 38,12 4. Jumlah Permintaan Akhir ,46 61,88 5. Total Output ,05 100,00 Sumber : Hasil Analisis (2011) Ditinjau dari struktur output table I-O Kabupaten Gianyar, menunjukkan total output sebesar Rp ,05 juta, sebanyak Rp ,59 juta merupakan komponen permintaan antara (38,12%) bagi sektor usaha yang digunakan untuk proses produksi, sedangkan sisanya Rp ,46 juta untuk memenuhi permintaan akhir (61,88%). Semakin kecil permintaan antara

91 67 dibandingkan permintaan akhir menunjukkan semakin kecil keterkaitan antar sektor ekonomi domestik dalam melakukan kegiatan usaha atau proses produksi. Disini juga menunjukkan bahwa output yang ada, lebih sedikit digunakan dalam proses produksi daripada untuk konsumsi akhir dari rumah tangga maupun pemerintah. Peranan suatu sektor dalam membentuk output Kabupaten Gianyar secara keseluruhan (total output), ditunjukkan melalui besarnya output nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan sektor bersangkutan. Peranan masing-masing sektor tersebut bisa dilihat dalam struktur output tabel I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009 yang ditunjukkan dalam Tabel 29. Tabel 29 Struktur Total Output Berdasarkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 No Sektor Perekonomian Total Output Kontribusi (Juta Rupiah) (%) Peringkat 1. Tanaman Bahan Makanan ,73 2, Tanaman Perkebunan ,86 0, Peternakan dan Hasil-hasilnya ,09 2, Kehutanan ,21 0, Perikanan ,01 0, Penggalian ,42 0, Industri Tanpa Migas ,46 16, Listrik, gas dan air bersih ,98 0, Bangunan ,62 4, Perdagangan Besar dan Eceran ,54 26, Restoran ,40 3, Hotel ,00 8, Angkutan Jalan Raya ,98 10, Jasa Penunjang Angkutan ,01 0, Komunikasi ,16 3, Bank ,11 5, Jasa Penunjang Keuangan ,15 0, Sewa Bangunan ,20 1, Lembaga Keuangan tanpa Bank ,41 1, Jasa Perusahaan ,28 0, Pemerintahan Umum ,51 2, Jasa Sosial Kemasyarakatan ,80 0, Jasa Hiburan dan Rekreasi ,06 2, Jasa Perorangan dan Rumah Tangga ,06 3,62 7 Total ,05 100,00 Sumber : Hasil Analisis (2011)

92 68 Pembentukan output di Kabupaten Gianyar didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, selanjutnya diikuti sektor, industri tanpa migas, angkutan jalan raya, hotel, bank, bangunan, jasa perorangan dan rumah tangga, restoran, komunikasi, peternakan dan hasil-hasilnya merupakan sepuluh sektor terbesar yang menyumbangkan pembentukan output di Kabupaten Gianyar. Dilihat dari peranan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung dengan industri pariwisata. Pembentukan output Kabupaten Gianyar secara keseluruhan, sektor perdagangan besar dan eceran sebagai penyumbang terbesar yaitu sebanyak Rp ,54 juta atau mencakai 26,57% dari total output, selanjutnya sektor industri tanpa migas sebesar Rp ,46 Juta (16,02%) berada di peringkat ke-2, sektor hotel sebesar Rp ,00 juta (8,68%) dan restoran sebesar Rp ,40 juta (3,26%) masing-masing berada diperingkat ke-4 dan ke-8, sedangkan untuk jasa hiburan dan rekreasi mencapai Rp ,06 juta (2,84%) baru mampu berada di peringkat ke-11. Untuk sektor-sektor pertanian, seperti peternakan dan hasil-hasilnya menyumbangkan output sebanyak Rp ,09 juta (2,86%) berada di peringkat ke-10, tanaman bahan makanan Rp ,73 juta (2,81%) peringkat ke-13, tanaman perkebunan Rp ,86 juta (0,89%) peringkat ke-17, dan perikanan Rp ,01 juta (0,83%) peringkat ke-18, sedangkan sektor kehutanan hanya menyumbangkan Rp ,21 juta (0,09%) berada di peringkat terakhir. Secara umum, sektor-sektor pariwisata masih mendominasi dalam pembentukan output Kabupaten Gianyar dibandingkan sektor-sektor pertanian. Peranan suatu sektor dalam perekonomian di Kabupaten Gianyar telah dilihat dari sisi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan dari pembentukan total output. Bila dibandingkan keduanya berdasarkan sepuluh besar sektor penyumbang PDRB terbanyak, memperlihatkan ada tujuh sektor diantaranya merupakan pembentuk total output dalam sepuluh besar. Terdapat tiga sektor tidak termasuk yaitu tanaman bahan makanan, pemerintahan umum, dan, sewa bangunan walaupun dalam pembentukan PDRB berada di peringkat ke- 3, ke-4, dan ke-10, tetapi dalam pembentukan total output tidak termasuk sepuluh besar.

93 69 Kondisi ini dapat dicermati, bahwa nilai tambah yang dihasilkan suatu sektor dalam struktur perekonomian tidak hanya dipengaruhi kemampuannya dalam membentuk output, tetapi juga dipengaruhi oleh biaya yang keluarkan dalam pembentukan output tersebut. Output suatu sektor yang terbentuk membutuhkan input primer berupa nilai tambah, sehingga suatu sektor yang mempunyai sumbangan besar terhadap pembentukan output akan berkurang kontribusinya terhadap nilai tambah karena dalam proses produksinya membutuhkan lebih banyak input antara Keterkaitan antar Sektor Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke belakang atau Direct Backward Linkage (DBL) menunjukkan total input antara yang dibutuhkan secara langsung suatu sektor untuk menghasilkan output sebesar satu satuan. Sedangkan keterkaitan langsung kedepan atau Direct Forward Linkage (DFL) menunjukkan total output antara suatu sektor yg digunakan secara langsung untuk memenuhi seluruh permintaan. Keterkaitan langsung ke belakang maupun keterkaitan langsung ke depan dianalisis menggunakan matriks koefisien teknologi. Nilai keterkaitan ini ditunjukkan pada Gambar 9. Ditinjau dari sepuluh besar nilai DBL dan DFL sektor-sektor di Kabupaten Gianyar tahun 2009, untuk sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, sektor industri tanpa migas memiliki nilai DBL sebesar 0,5934 menempati urutan ke-4, sedangkan nilai DFL-nya sebesar 2,2936 berada di urutan ke-1. Ini berarti sektor industri tanpa migas mampunyai peran lebih penting dalam memenuhi permintaan sektor-sektor lainnya atau mempunyai kemampuan yang kuat mendorong sektor-sektor hilirnya, dibandingkan menyerap input dari sektor lainnya. Lima sektor yang berperanan penting dalam menyediakan input bagi sektor industri tanpa migas adalah: industri tanpa migas, tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, perdagangan besar dan eceran, dan angkutan jalan raya. Lima sektor yang terbanyak menggunakan output sektor industri tanpa migas

94 70 adalah: bangunan; listrik, gas dan air bersih; perdagangan besar dan eceran; industri tanpa migas; dan restoran. Sektor perdagangan besar dan eceran mempunyai nilai DBL sebesar 0,8794 berada pada urutan ke-1, sedangkan nilai DFL mencapai 0,4244 (urutan ke-8). Berarti sektor ini mempunyai kemampuan paling besar dalam menyerap produksi sektor-sektor lainnya atau menarik sektor-sektor dibelakangnya (hulu), dibandingkan untuk memenuhi permintaan sektor lainnya. Lima sektor penting penyedia input bagi sektor pedagang besar dan eceran meliputi: industri tanpa migas, bank, komunikasi, jasa perorangan dan rumah tangga, dan bangunan. Lima sektor terbanyak memakai output sektor pedagang besar dan eceran adalah: peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, bangunan, industri tanpa migas, dan hotel. Sektor restoran mempunyai nilai DBL sebesar 0,5358 (urutan ke-5) dan nilai DFL-nya mencapai 0,2723 (urutan ke-10). Lima sektor utama sebagai penyedia input untuk sektor restoran yaitu: industri tanpa migas; peternakan dan hasil-hasilnya; perdagangan besar dan eceran; perikanan; listrik, gas dan air bersih. Lima sektor utama pemakai output sektor restoran adalah: angkutan jalan raya, jasa hiburan dan rekreasi, perdagangan besar dan eceran, hotel, dan jasa penunjang keuangan. Sektor hotel mempunyai nilai DBL dan DFL masing-masing sebesar 0,3741 (urutan ke-11) dan 1,0943 (urutan ke-2). Kondisi ini menunjukkan sektor hotel memiliki peranan hampir sama dalam struktur perekonomian di Kabupaten Gianyar tahun 2009 dengan sektor industri tanpa migas. Sektor industri tanpa migas, peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, perikanan, dan tanaman bahan makanan merupakan lima sektor-sektor utama penyedia input untuk sektor hotel. Sektor jasa sosial kemasyarakatan, jasa perusahaan, bank, pemerintahan umum, dan jasa penunjang angkutan merupakan lima besar sektorsektor pemakai output-nya. Kemudian untuk sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasilhasilnya yang mampu mencapai sepuluh besar. Dimana nilai DBL-nya 0,6029 berada diurutan ke-3 dan nilai DFL-nya 0,5373 berada diurutan ke-4. Dilihat keterkaitannya dengan sektor lainnya, sektor peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, industri tanpa migas, angkutan jalan raya, jasa

95 71 perorangan dan rumah tangga, sebagai lima sektor utama penyedia input untuk sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sedangkan lima sektor utama pemakai output-nya adalah sektor peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, hotel, industri tanpa migas, dan tanaman bahan makanan. Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga DBL DFL Gambar 9 Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Kekuatan keterkaitan langsung antar sektor baik ke belakang maupun ke depan sangat bervariasi. Semakin besar keterkaitan antar sektor dan semakin banyak sektor-sektor perekonomian saling berkaitan, menunjukkan semakin kuat struktur perekonomian yang dibangun. Sehingga dalam konteks

96 72 pengembangan wilayah, keterpaduan antar sektor-sektor perekonomian menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan, yaitu melakui peningkatan keterkaitan yang ada. Perekonomian Kabupaten Gianyar yang dibangun pada tiga sektor unggulan yaitu pertanian, industri kerajinan, dan pariwisata (Bappeda Kab. Gianyar 2008a). Dilihat dari angka keterkaitan langsung antar sektor-sektor perekonomiannya, mempunyai potensi yang sangat besar berkembang lebih baik, bila mampu membangun keterpaduan dan mensinergikan antar sektor-sektor perekonomian yang dimiliki. Hal ini bisa dilakukan melalui jalinan kerjasama (kemitraan) dan koordinasi antar komponen masyarakat maupun antar stakeholders (masyarakat, pemerintah, dan swasta) Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang atau Direct Indirect Backward Linkage (DIBL) adalah pengaruh yang disebabkan oleh kenaikan per unit permintaan akhir satu unit sektor tertentu terhadap sektor lain yang menyediakan input untuk sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan atau Direct Indirect Forward Linkage (DIFL) adalah pengaruh yang disebabkan oleh kenaikan per unit permintaan akhir suatu sektor terhadap sektor yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung. Keterkaitan langsung dan tidak langsung dianalisis menggunakan kebalikan matriks Leontif. Nilai keterkaitan ini bisa dilihat dalam Gambar 10. Dilihat dari sepuluh besar nilai DIBL maupun DIFL, sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata di Kabupaten Gianyar tahun Sektor industri tanpa migas mempunyai nilai IDBL sebesar 2,0388 menempati urutan ke-5. Lima besar sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor industri tanpa migas adalah: industri tanpa migas, tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, perdagangan besar dan eceran, dan angkutan jalan raya. Sedangkan nilai DIFL-nya menempati urutan ke-1

97 73 dengan nilai 5,5492. Lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor industri tanpa migas yaitu: industri tanpa migas; bangunan; perdagangan besar dan eceran; listrik, gas dan air bersih; dan restoran. Sektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai DIBL sebesar 2,5560 menduduki urutan pertama, dimana ada lima sektor terbesar yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran adalah: perdagangan besar dan eceran, industri tanpa migas, bank, komunikasi, dan hotel. Nilai DIFL sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 1,9283 yang berada pada urutan ke-4. Lima sektor penting yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran adalah: perdagangan besar dan eceran, peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, bangunan, dan industri tanpa migas. Sektor restoran menduduki urutan ke-4 dengan nilai DIBL sebesar 2,0759. Lima sektor utama yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor restoran adalah: restoran, industri tanpa migas, peternakan dan hasilhasilnya, perdagangan besar dan eceran, dan perikanan. Nilai DIFL-nya mencapai 1,4674 (urutan ke-11), dengan lima sektor penting yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor restoran adalah: restoran, angkutan jalan raya, perdagangan besar dan eceran, jasa hiburan dan rekreasi, dan hotel. Sektor hotel mencapai nilai DIBL sebesar 1,7154 (urutan ke-9), dimana lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor hotel adalah: hotel, industri tanpa migas, peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, dan tanaman bahan makanan. Nilai DIFL-nya sebesar 2,5164 dan berada pada urutan ke-2, dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor hotel yaitu: hotel, jasa sosial kemasyarakatan, jasa perusahaan, bank, dan pemerintahan umum. Untuk sektor-sektor pertanian yang mencapai sepuluh besar nilai DIBL maupun DIFL, sektor tanaman bahan makanan dengan nilai DIBL terkecil (1,1535) berada pada urutan ke-24 dari 24 sektor yang ada. Lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor tanaman bahan makanan adalah: tanaman bahan makanan, industri tanpa migas, angkutan jalan

98 74 raya, perdagangan besar dan eceran, jasa perorangan dan rumah tangga. Dilihat dari nilai DIFL, sektor tanaman bahan makanan berada pada urutan ke-7 (1,7714), dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor tanaman bahan makanan, yaitu: sektor tanaman bahan makanan, industri tanpa migas, jasa hiburan dan rekreasi, bangunan, dan restoran. Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga DIBL DIFL Gambar 10 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Sektor peternakan dan hasil-hasilnya dengan nilai DIBL 2,3597 berada pada urutan ke-2, dimana sektor: peternakan dan hasil-hasilnya, industri tanpa

99 75 migas, perdagangan besar dan eceran, angkutan jalan raya, dan bank, merupakan lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Untuk nilai DIFL-nya mencapai 2,0659 (urutan ke-3) dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor peternakan dan hasil-hasilnya, yaitu sektor: peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, hotel, angkutan jalan raya, dan jasa sosial kemasyarakatan. Berdasarkan nilai DIBL dan nilai DIFL sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata dan sektor-sektor pertanian di Kabupaten Gianyar tahun 2009, menunjukkan bahwa kenaikan permintaan akhir sektor pariwisata lebih dominan dibandingkan sektor pertanian dalam memberikan dampak kenaikan total output pada masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa peranan sektor pariwisata lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Gianyar Indeks Daya Penyebaran dan Indek Daya Kepekaan Untuk mengetahui sektor-sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu dan/atau hilirnya, baik melalui keterkaitan input (mekanisme pasar input) maupun melalui keterkaitan output (mekanisme pasar output) dapat dianalisis menggunakan daya penyebaran dan derajat kepekaan. Daya penyebaran merupakan jumlah dampak yang ditimbulkan akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi, sedangkan derajat kepekaan merupakan jumlah dampak yang menimbulkan perubahan permintaan akhir suatu sektor akibat perubahan seluruh sektor ekonomi. Daya penyebaran dan derajat kepekaan belum dapat dipakai untuk membandingkan dampak yang terjadi pada setiap sektor, karena adanya perbedaan sifat dari permintaan akhir masing-masing sektor. Untuk itu perlu dilakukan normalisasi, yaitu dengan cara membagi rata-rata dampak pada suatu sektor dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Sehingga diperoleh Indeks Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks Derajat Kepekaan (IDK).

100 76 Nilai IDP lebih besar dari satu menunjukkan bahwa daya penyebaran suatu sektor berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi, dengan kata lain sektor tersebut mempunyai kemampuan untuk merangsang pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Sebaliknya, nilai IDP kurang dari satu menunjukkan sektor tersebut kurang mampu menarik sektor-sektor penyedia input untuk sektor tersebut. Demikian juga untuk IDK, nilai lebih besar dari satu menunjukkan bahwa derajat kepekaan suatu sektor lebih tinggi dari rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi, dimana sektor tersebut mempunyai kemampuan mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya sebagai pemakai output sektor tersebut. Sedangkan untuk nilai IDK kurang dari satu berlaku sebaliknya. Dari Gambar 11, bisa dilihat nilai IDP dan IDK dari masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar tahun Untuk sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, seperti industri tanpa migas, nilai IDP dan IDK-nya masing-masing 1,2287 dan 3,3444. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri tanpa migas memiliki daya penyebaran dan daya kepekaan di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi. Dengan kata lain sektor industri tanpa migas mempunyai kemampuan relatif permintaan akhir dalam merangsang pertumbuhan produksi total seluruh sektor perekonomian, maupun dalam memenuhi permintaan akhir keseluruhan sektor perekonomian. Demikian halnya dengan sektor perdagangan besar dan eceran dengan nilai IDP sebesar 1,5405 dan nilai IDK sebesar 1,1622, serta sektor hotel dengan nilai IDP dan IDK masing-masing sebesar 1,0338 dan 1,5166. Dimana sektor perdagangan besar dan eceran maupun sektor hotel, memiliki kemampuan yang hampir sama dengan sektor industri tanpa migas, memiliki daya penyebaran dan daya kepekaan di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi. Untuk sektor restoran, dengan nilai IDP lebih dari satu (1,2511) atau di atas rata-rata, mengindikasikan sektor ini mampu dalam meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Namun kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya, karena mempunyai nilai IDK di bawah ratarata yaitu sebesar 0,8844.

101 77 Berbeda halnya dengan sektor jasa hiburan dan rekreasi, nilai IDP (0,8914) maupun IDK (0,6029) sektor ini masih dibawah rata-rata yaitu kurang dari satu. Berdasarkan nilai IDP dan IDK yang dimilikinya sektor jasa hiburan dan rekreasi dikelompokkan sebagai sektor yang kurang mampu memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu maupun hilirnya. Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga IDP IDK Gambar 11 Nilai Indeks Daya Penyebaran dan Nilai Indeks Daya Kepekaan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Untuk sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang mempunyai nilai IDP (1,4221) dan IDK (1,2451) di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi. Sektor tanaman bahan makanan, dengan nilai IDP kurang dari

102 78 satu (0,6952) atau di bawah rata-rata, mengindikasikan sektor ini kurang mampu dalam meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Namun mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya, karena mempunyai nilai IDK di atas rata-rata yaitu sebesar 1,0676. Sedangkan sektor tanaman perkebunan (IDP 0,7755; IDK 0,8298), kehutanan(idp 0,7591; IDK 0,6411), dan perikanan(idp 0,9315; IDK 0,7872) adalah sektor-sektor sektor yang kurang mampu memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu maupun hilirnya. Secara garis besar, sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Gianyar tahun 2009 dapat dikelompokkan berdasarkan Indeks Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks Derajat Kepekaan, seperti ditunjukkan dalam Tabel 30. Tabel 30 Pengelompokan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Berdasarkan Nilai IDP dan IDK IDP > 1 IDP < 1 3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1. Tanaman Bahan Makanan 7. Industri Tanpa Migas 16. Bank 9. Bangunan IDK > Perdagangan Besar dan Eceran 12. Hotel 13. Angkutan Jalan Raya 15. Komunikasi 8. Listrik, gas dan air bersih 2. Tanaman Perkebunan 11. Restoran 4. Kehutanan IDK < Jasa Penunjang Angkutan 5. Perikanan 17. Jasa Penunjang Keuangan 6. Penggalian 19. Lembaga Keuangan tanpa Bank 18. Sewa Bangunan 20. Jasa Perusahaan 21. Pemerintahan Umum 22. Jasa Sosial Kemasyarakatan 23. Jasa Hiburan dan Rekreasi 24. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Sumber : Hasil Analisis (2011) Empat Kuadran Pengelompokan sektor-sektor ekonomi berdasarkan nilai IDP dan IDK (Daryanto dan Hafizrianda 2010; Woroutami 2010) : Kuadran I adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP dan IDK di atas rata-rata

103 79 Kuadran II adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di bawah rata-rata, tetapi IDK di atas rata-rata Kuadran III adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di atas rata-rata, tetapi IDK di bawah rata-rata Kuadran IV adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP dan IDK di bawah rata-rata Multiplier Effect Berdasarkan perlakuan terhadap sektor rumah tangga, multiplier atau angka pengganda dibagi menjadi dua jenis yaitu multiplier Tipe I dan multiplier Tipe II. Multiplier Tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks Leontief atau matriks (I-A) -1, dimana sektor rumah tangga diperlakukan secara exogenous. Pada multiplier Tipe II sektor rumah tangga dimasukkan dalam matriks saling ketergantungan (endogeneous) atau disebut model tertutup (close model), sehingga multiplier Tipe II, tidak hanya menghitung dampak langsung dan tidak langsung, tetapi termasuk juga dampak dari induksi, yaitu dampak dari perubahan pola konsumsi rumah tangga akibat peningkatan pendapatan terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Multiplier effect menyatakan kelipatan dampak secara langsung dan tidak langsung peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap total kegiatan ekonomi wilayah. Berdasarkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009, dilakukan analisis multiplier effect Type I, yang meliputi: output multiplier, total value added multiplier, dan income multiplier Output multiplier Nilai output multiplier seperti ditunjukkan pada Gambar 12, sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, seperti: perdagangan besar dan eceran, restoran, industri tanpa migas, hotel, serta jasa hiburan dan rekreasi, masing-masing secara berurutan menduduki peringkat ke: 1, 4, 5, 9, dan 15. Sektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai output multiplier tertinggi (2,5560). Artinya, bila permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran meningkat 1 milyar rupiah, maka dampak pada total output seluruh sektor

104 80 perekonomian wilayah Kabupaten Gianyar akan meningkat sebesar 2,5560 milyar rupiah. Pada sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasil-hasilnya bisa mencapai sepuluh besar nilai output multiplier yaitu berada pada peringkat ke-2. Selanjutnya, sektor perikanan (peringkat ke-13), tanaman perkebunan (peringkat ke-21), kehutanan (peringkat ke-22), dan sektor tanaman bahan makanan berada pada posisi terakhir (peringkat ke-24) dengan nilai output multiplier sebesar 1,1535 setelah sektor penggalian. Untuk mampu meningkatkan posisi tawar, sektor-sektor pertanian harus mampu mengimbanginya dengan dilakukannya peningkatan kuantitas, mutu produksi dan tata kelola yang baik melalui peningkatan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Gambar 12 Nilai Output multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009

105 81 Tercapainya keterpaduan antar sektor perekonomian diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap pembentukan total output. Melalui skenario peningkatan final demand pada tabel Input-Output Kabupaten Gianyar tahun 2009 terhadap konsumsi rumah tangga sebesar 10%, meningkatkan total output sebesar 1,79% atau sebesar Rp ,91 juta. Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: peternakan dan hasil-hasilnya (4,11%); perikanan (3,81%); listrik, gas, dan air bersih (3,07%); tanaman bahan makanan (3,05%); dan sewa bangunan (2,94%). Skenario peningkatan final demand melalui belanja pemerintah sebesar 10%, mampu meningkatkan total output sebesar Rp ,95 juta (0,34%). Sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah pemerintahan umum (9,44%), selanjutnya sektor jasa perorangan dan rumah tangga (0,56%), jasa sosial kemasyarakatan (0,54%), hotel (0,41%), dan bangunan (0,19%). Skenario peningkatan final demand melalui pembentukan modal tetap bruto (investasi) sebesar 10%, meningkatkan total output sebesar Rp ,10 juta (0,74%). Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: bangunan (4,80%), penggalian (3,61%), kehutanan (1,84%), industri tanpa migas (1,38%), dan jasa penunjang keuangan (1,27%). Skenario peningkatan final demand melalui ekspor barang dan jasa sebesar 10%, mampu meningkatkan total output sebesar Rp ,26 juta (7,01%). Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: jasa hiburan dan rekreasi (9,99%), hotel (8,70%), angkutan jalan raya (8,13%), perdagangan besar dan eceran (8,09%), dan jasa perusahaan (7,86%). Skenario yang dilakukan menunjukkan, bahwa kenaikan ekspor memberikan peningkatan tertinggi terhadap pembentukan total output. Bila dicermati, tingginya kenaikan ekspor masih didominasi oleh sektor-sektor sekunder dan tersier, sedangkan sektor-sektor primer sebagai tumpuan perekonomian masyarakat, seperti pertanian dan industri kerajinan (industri tanpa migas) peningkatannya masih cukup rendah. Kondisi ini juga memberikan gambaran, bahwa kegiatan ekspor secara langsung oleh pihak produsen masih tergolong rendah. Kenaikan terhadap konsumsi rumah tangga (posisi kedua), memberikan pembentukan total output cukup besar pada sektor-sektor primer.

106 82 Kenaikan investasi pada posisi ketiga sebelum kenaikan konsumsi pemerintah. Kenaikan investasi yang dilakukan ternyata memberikan pengaruh cukup kecil terhadap pembentukan total output perekonomian di Kabupaten Gianyar Total value added multiplier Berdasarkan nilai total value added multiplier yang ditampilkan pada Gambar 13. Sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata memiliki nilai dampak terhadap nilai tambah bruto (NTB) cukup bervariasi. Untuk sektor-sektor pertanian, secara umum masih relatif rendah memberikan dampak terhadap nilai tambah bruto (NTB). Sektor perdagangan besar dan eceran mencapai nilai tertinggi yaitu sebesar 8,2933, yang menunjukkan bahwa apabila permintaan akhir sektor ini meningkat 1 milyar rupiah, akan memberikan dampak pada peningkatan NTB sebesar 8,2933 milyar rupiah. Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Gambar 13 Nilai Total value added multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009

107 83 Sektor-sektor berikutnya yang termasuk sepuluh besar pemberi dampak terhadap NTB, yaitu sektor bangunan (2,8234) peringkat ke-2; peternakan dan hasil-hasilnya (2,5185) peringkat ke-3; industri tanpa migas (2,4595) peringkat ke-4; restoran (2,1543) peringkat ke-5; jasa penunjang keuangan (1,8000) peringkat ke-6; lembaga keuangan tanpa bank (1,8000) peringkat ke-7; listrik, gas dan air bersih (1,6277) peringkat ke-8; angkutan jalan raya (1,6261) peringkat ke- 9; jasa penunjang angkutan (1,6200) peringkat ke-10. Sebagai sektor pemberi dampak terkecil terhadap NTB adalah sektor tanaman bahan makanan (1,0935) berada pada peringkat ke Income multiplier Analisis terhadap income multiplier, seperti ditunjukkan pada Gambar 14, sektor perdagangan besar dan eceran yang paling tinggi memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga yaitu sebesar 4,7240. Sebagai salah satu sektor yang bersentuhan langsung dengan pariwisata, sektor ini mampu memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar 4,7240 milyar tiap kenaikan 1 milyar permintaan akhirnya. Sektor peternakan dan hasil-hasilnya menduduki posisi ke-2 dengan nilai dampak terhadap pendapatan mencapai 3,2512. Sektor angkutan jalan raya (2,8213) berada pada posisi ke-3, ini menunjukkan sektor angkutan memegang peranan penting dalam pergerakan perekonomian, yaitu melalui mobilisasi barang maupun orang dalam memperlancar proses produksi. Sektor listrik, gas dan air bersih; jasa penunjang keuangan; industri tanpa migas; bangunan; restoran; sewa bangunan; dan penggalian, masing-masing menduduki posisi ke-4 sampai ke-10 dalam sepuluh besar sektor pemberi dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga. Untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan, di Kabupaten Gianyar telah mengupayakan menekan sektor penggalian. Namun fenomena yang terjadi, justru sektor ini memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga cukup besar (posisi ke- 10) dalam perekonomian di wilayah Kabupaten Gianyar. Ini menunjukkan sektor penggalian masih menjadi mata mencaharian yang menguntungkan bagi sebagian

108 84 masyarakat, karena untuk mendapatkannya tidak membutuhkan skill yang tinggi, cukup bermodalkan tenaga dan peralatan seadanya. Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Gambar 14 Nilai Total Income multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Sektor-sektor lain yang bersentuhan dengan industri pariwisata dan sektorsektor pertanian, seperti: tanaman perkebunan (1,5732) di posisi ke-12, hotel (1,5639) pada posisi ke-13, perikanan (1,3838) di posisi ke-17, jasa hiburan dan rekreasi (1,3638) pada posisi ke-18, tanaman bahan makanan (1,2107) di posisi ke-21, serta kehutanan (1,0888) di posisi terakhir. Kenaikan permintaan akhir dari sektor-sektor tersebut masih menduduki posisi dibawah sepuluh besar pemberi dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga. Berdasarkan analisis I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009, baik menyangkut keterkaitan antar sektor maupun multiplier, menunjukkan pariwisata adalah sektor yang cukup strategis, terutama sektor pedagang besar dan eceran.

109 85 Sektor ini adalah salah satu sektor penyangga perekonomian Kabupaten Gianyar karena dijadikan sebagai sumber-sumber pertumbuhan. Kondisi ini sangat memungkinkan, terutama dengan keberadaan art shop maupun perdagangan lainnya sebagai penunjang industri kepariwisataan. Sektor penyangga lainnya adalah: sektor pertanian, sektor industri pengolahan, hotel dan restoran, serta jasa-jasa (BPS & Bappeda Kab. Gianyar 2010b). Dari sektor-sektor ini, jasa hiburan dan rekreasi sebagai bagian dari jasajasa dan terutama sektor pertanian pada komponen tanaman bahan makanan, memiliki dampak multiplier yang cukup rendah. Disamping itu nilai keterkaitannya juga rendah dan sektor yang berkaitan juga sedikit. Kebelakang sektor tanaman bahan makanan berkaitan dengan 14 sektor, yaitu: (7) industri tanpa migas, (1) tanaman bahan makanan, (13) angkutan jalan raya, (10) perdagangan besar dan eceran, (24) jasa perorangan dan rumah tangga, (3) peternakan dan hasil-hasilnya, (19) lembaga keuangan tanpa bank, (9) bangunan, (11) restoran, (22) jasa sosial kemasyarakatan, (14) jasa penunjang angkutan, (18) sewa bangunan, (16) bank, dan (4) kehutanan. Kedepan sektor tanaman bahan makanan berkaitan dengan 8 sektor, yaitu: (7) industri tanpa migas, (23) jasa hiburan dan rekreasi, (12) hotel, (11) restoran, (1) tanaman bahan makanan, (3) peternakan dan hasil-hasilnya, (22) jasa sosial kemasyarakatan, dan (5) perikanan. Sebagai sektor riil, pertanian telah terdesak oleh perkembangan sektorsektor lainnya, dimana salah satunya adalah akibat perkembangan sektor pariwisata. Faktor lain yang terjadi adalah menurunnya produktivitas pertanian akibat tingginya biaya produksi pertanian dibandingkan harga jualnya. Banyak para petani beralih pada usaha lain yang lebih menguntungkan dan karena adanya desakan ekonomi, memicu terjadi alih funsi lahan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan keterkaitan antar sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Gianyar. Semakin kuat keterkaitan antar sektor dan semakin banyak sektor-sektor yang terkait, maka akan berdampak pada meningkatnya perekonomian wilayah, baik menyangkut total output, nilai tambah, maupun pendapatan masyarakat.

110 Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan Kecamatan Payangan sebagai pengembangan Kawasan Agropolitan, yang juga telah berkembang sebagai daerah tujuan wisata, memiliki obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Dari hasil pengamatan (observasi) yang dilakukan, terdapat beberapa obyek wisata potensial, antara lain: Desa Pakraman Pausan (di Desa Buahan Kaja); Nyepi Kasa (di Desa Buahan); Agrowisata (di Desa Kerta dan Desa Buahan Kaja); Sarkofagus (di Desa Bukian dan Desa Kerta); Pemandangan Alam dan Persawahan (di Desa Puhu, Desa Kelusa, Desa Bresela); Aci Keburan (di Desa Kelusa); Gua Alam (Taman Magenda), Alas/Hutan Tiyingan (di Desa Bukian); Sungai Ayung (di Desa Melinggih Kelod, Desa Melinggih). Aksesibilitas menuju obyek-obyek tersebut telah tersedia dan sebagian besar terletak dekat dengan jalan. Keberadaan obyek-obyek wisata di Kecamatan Payangan cukup beragam. Berdasarkan keunikan, kekhasan, dan pertimbangan dengan tokoh masyarakat setempat, ditentukan 6 (enam) obyek wisata yang berpotensi dikembangkan di Kecamatan Payangan antara lain : 1. Agrowisata Payangan Agrowisata Payangan dikembangkan di dua desa yaitu Desa Kerta dan Desa Buahan Kaja. Kedua desa ini merupakan penghujung Utara dari Kecamatan Payangan dengan wisata alamnya. Wisatawan bisa melintas ditengah-tengah persawahan melalui jalur tracking yang ada, di Desa Buahan Kaja ada dua buah trowongan air yang bisa dilintasi sebagai wisata tracking yaitu Terowongan Sidodadi Singoperang dan Dwi Eka Bhuwana (Pemkab Gianyar 2010). Didukung dengan berkembangnya model pertanian organik dan pertanian terintegrasi, yang menyajikan daya tarik tersendiri sebagai wisata edukatif. Daya tarik lainnya untuk Desa Kerta berupa hamparan perkebunan kopi, perkebunan jeruk, dan kawasan perkebunan bunga. Disini sudah sering dikunjungi sebagai media pengenalan alam terutama dari rombongan sekolah-sekolah. Dibalik pemandangan alam Desa Kerta yang masih alami, kawasan berhutan dan suasana kental bernuansa sosial budaya masyarakat pedesaan,

111 87 disajikan suatu atraksi yang menarik dan cukup menantang yang bisa dicoba yaitu atraksi out bond dan buggy/quad semacam kendaraan ATV (all-terrain vehicle). Kendaraan ini biasanya diberangkatkan dalam suatu grup untuk menjelajahi kawasan pertanian, perkebunan, dan melintasi perkampungan. Gambar 15 View Kawasan Perkebunan Bunga di Agrowisata Payangan 2. Sungai Ayung Sungai Ayung merupakan sungai bersejarah yang memiliki pemandangan alam yang memikat. Dharma (2007) mengemukakan, Sungai Ayung terbentuk dari pertemuan tiga anak sungai yang cukup besar yaitu Tukad Bangkung yang berhulu di daerah Plaga, Tukad Mengani yang berhulu di daerah Catur dan Tukad Siap yang berhulu di daerah Kintamani. Mengalir sepanjang kurang lebih 68,5 km diantara Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung serta bermuara di pantai Padang Galak (Sanur). Sebagai sungai terpanjang di Bali, Sungai Ayung banyak dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan sumber air bersih. Keindahan lembah Sungai Ayung dengan variasi alirannya menimbulkan daya tarik tersendiri dalam pengembangan wisata, dimana sungai ini telah lama menjadi tempat rafting terbaik dan terfavorit di Bali. Banyak operator rafting

112 88 yang berkembang sepanjang aliran Sungai Ayung, baik di Kabupaten Badung maupun di Kabupaten Gianyar. Pelaksanaan rafting di Kabupaten Gianyar, start point di lakukan di Desa Melinggih dan Desa Melinggih Kelod dan finish point di daerah Ubud. Gambar 16 Kegiatan Rafting di Sungai Ayung 3. Nyepi Kasa Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali dilaksanakan oleh umat Hindu setiap satu tahun sekali. Perayaan ini jatuh pada penanggal pisan (tanggal satu) sasih kedasa (bulan ke-sepuluh dalam penanggalan Hindu) atau tepatnya sehari sesudah tilem kesanga sebagai hari pergantian tahun baru Caka. Tradisi yang cukup berbeda dilaksanakan di Desa Pakraman Buahan, yaitu adanya perayaan Nyepi Kasa. Perayaan Nyepi Kasa merupakan tradisi khas yang hanya dilaksanakan masyarakat di Desa Pakraman Buahan secara turun temurun. Pelaksanaan Nyepi Kasa hampir sama dengan pelaksanaan Nyepi Kesanga yang dilakukan masyarakat Bali pada umumnya. Sehari sebelum pelaksanaan Nyepi Kasa yaitu pada pelaksanaan tawur agung, menggunakan anak sapi sebagai hewan korban

113 89 dan pada malam harinya diadakan pawai ogoh-ogoh. Jadi masyarakat di Desa Pakraman Buahan dua kali melaksanakan Hari Raya Nyepi dalam setahun. Pada hari saat penyepian suasana menjadi sepi (nyepi) selama 24 jam dari pagi sampai pagi berikutnya, dimana masyarakat melakukan Catur Brata Penyepian yaitu : 1) Amati Geni, tidak menyalakan api; 2) Amati Karya, tidak bekerja; 3) Amati Lelungaan, tidak bepergian; dan 4) Amat Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan (Yayasan Bali Galang 2000). Suasana khas dan unik ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Gambar 17 Suasana Nyepi Kasa di Desa Pakraman Buahan 4. Aci Keburan Aci Keburan merupakan ritual unik dan khas yang dilaksanakan di Pura Hyang Api, di Desa Kelusa dengan jarak kurang lebih 100 meter sebelah Utara Kantor Desa Kelusa. Pelaksanaan ritual ini melalui adu ayam yang dilakukan secara massal untuk nawur sesangi (membayar kaul) atas permohonan kesembuhan dan keberhasilan dalam beternak. Tradisi ini dilaksanakan setiap enam bulan wuku (setiap 210 hari sekali), selama 42 hari yang dimulai pada Hari

114 90 Raya Kuningan Umat Hindu. Masyarakat yang memedek (hadir) untuk nawur sesangi hampir dari seluruh Bali (Supartha 1996). Gambar 18 Suasana Pura Hyang Api di Desa Kelusa Saat Tidak Ada Perayaan 5. Desa Pakraman Pausan Desa Pakraman Pausan merupakan salah satu banjar yang terletak paling Utara dari Desa Buahan Kaja yang memiliki kekhasan adat dan budaya yang berbeda dari masyarakat Bali pada umumnya. Struktur pemerintahan desa adatnya merupakan desa adat pegunungan (Bali Age) yang terbentuk sebelum kedatangan Majapahit (Reuter 2002). Dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan terdapat setruktur kepemimpinan yang disebut dengan Ulu Apad (tetua adat) dengan bidang tugasnya masing-masing, yang terdiri dari Jero Bayan (Kiwa dan Tengen), Jero Bau (Kiwa dan Tengen), Jero Bendesa Adat, Jero Singgukan dan Jero Malungan. Setiap sepuluh tahun sekali diadakan Upacara Nyelung di Pura Pucak Pausan, sebuah ritual persembahan segala macam hasil bumi yang dilaksanakan oleh semua krama subak di Buahan Kaja dan Buahan Kelod.

115 91 Gambar 19 Kegiatan Upacara Keagamaan di Pura Pucak Pausan 6. Sarkofagus Sarkofagus merupakan tempat penyimpanan jenasah yang umumnya terbuat dari batu dan merupakan peninggalan sejarah dari jaman megalitikum. Salah satu sarkofagus yang ada ditemukan di Desa Bukian, tepatnya di sebelah Selatan Kantor Desa Bukian. Gambar 20 Sarkofagus yang Ada di Desa Bukian

116 92 Uraian dari keenam obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Payangan memberikan gambaran, bahwa dengan datang ke Payangan wisatawan memiliki banyak pilihan jenis wisata yang diinginkan. Wisata yang berkaitan dengan alam beserta atraksi yang disediakan maupun disuguhkan, wisatawan bisa datang ke Agrowisata Payangan dan Sungai Ayung. Wisatawan yang menyukai adat dan tradisi setempat dapat datang ke Desa Buahan untuk merasakan suasana yang sepi dan tenang, atau ke Desa Kelusa untuk melihat Aci Keburan, atau bisa juga ke Desa Pakraman Pausan di Buahan Kaja. Bagi wisatawan yang menyukai sejarah dan kepurbakalaan bisa datang ke Desa Bukian untuk melihat sarkofagus. Untuk mengetahui sebaran obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan, ditunjukkan dalam Gambar 21. Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan tersebut dinilai berdasarkan persepsi responden. Responden disini terdiri dari unsur pemerintah yang terkait (10 orang), dari swasta yang merupakan para pelaku wisata (15 orang) dimana sebagian dari mereka ada yang bekerja pada perusahaan dan sebagian lagi freelance guide, untuk tokoh masyarakat 32 orang. Responden wisatawan mancanegara 135 orang: mereka berasal dari berbagai negara yang didominasi Warga Negara Australia (51,85%); selanjutnya Jepang (10,37%); Jerman (8,15%); USA (5,19%); Singapura (3,7%); Perancis dan Inggris masing-masing 2,96%; Malaysia, Belanda, dan Ukraina masing-masing 2,22%; Brasil dan Rusia masing-masing 1,48%; Kairo, Denmark, Itali, Sisilia, Skotlandia, Spanyol, Switzerland dan Taiwan masing-masing 0,74%. Responden wisatawan nusantara (15 orang): sebagian besar dari Bali (60%); dari Yogyakarta 13,33%; dan 6,67% masing-masing berasal dari Jateng, Jatim, Papua, dan Palembang. Akumulasi skor yang didapat masing-masing obyek wisata dapat dilihat dalam Tabel 31. Berdasarkan total skor yang diperoleh masing-masing obyek wisata, Sungai Ayung berada di peringkat pertama dengan total skor (24,94%), selanjutnya dengan selisih skor cukup tipis diikuti oleh Agrowisata Payangan dengan skor sebesar (23,83%). Peringkat ketiga, keempat, dan kelima secara berurutan diperoleh obyek wisata Nyepi Kasa (15,27%), Desa Pakraman Pausan (14,68%), dan Aci Keburan (11,64%). Obyek wisata yang

117 93 perolehan skornya paling sedikit adalah Sarkofagus yaitu sebesar 419 (9,64%) menduduki peringkat keenam '24"E '26"E KAB. BANGLI 8 19'40"S KAB. BADUNG Desa Pakraman Pausan &- 8 19'40"S PETA OBYEK WISATA POTENSIAL SKALA : ± Kilometers LEGENDA : 8 21'42"S Sungai Ayung 8 21'42"S Batas Desa Batas Kecamatan Batas Kabupaten Jalan 8 23'44"S PAYANGAN 8 23'44"S Obyek Wisata Potensial : Sungai Ayung &- Desa Pakraman Pausan &- Sarkofagus &- Aci Keburan Agrowisata Nyepi Kasa Sarkofagus &- TEGALLALANG Sungai Ayung 8 25'46"S 8 25'46"S Aci Keburan &- 8 27'48"S KAB. BADUNG UBUD UBUD TAMPAK SIRING 8 27'48"S Kecamatan Payangan Sumber Peta : Bappeda Kab. Gianyar '24"E '26"E Gambar 21 Peta Sebaran Obyek Wisata yang Berpotensi Untuk Dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan

118 94 Tabel 31 Akumulasi Skor Obyek Wisata yang Berpotensi untuk Dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan No Responden Agrowisata Payangan Sungai Ayung Nyepi Kasa Skor Aci Keburan Desa Pakraman Pausan Sarkofagus 1. Pemerintah Swasta Tokoh Masyarakat Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Total skor Persentase 23,83 24,94 15,27 11,64 14,68 9,64 Sumber : Hasil Analisis (2011) Perolehan skor yang didapatkan masing-masing obyek wisata, bila dikelompokkan akan dapat diketahui obyek wisata yang paling disukai saat ini yaitu obyek wisata yang berkaitan dengan alam (Sungai Ayung dan Agrowisata Payangan), kedua adalah obyek wisata yang berkaitan dengan adat dan tradisi masyarakat setempat ( Nyepi Kasa, Desa Pakraman Pausan, dan Aci Keburan), selanjutnya ketiga adalah obyek wisata sejarah dan kepurbakalaan (Sarkofagus). Obyek wisata kepurbakalaan peminatnya relatif sedikit, karena sebagai obyek wisata minat khusus, kepurbakalaan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang dari kalangan tertentu saja. 5.3 Persepsi Wisatawan Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Kemajuan pengembangan suatu kawasan yang memiliki potensi obyek wisata sangat ditunjang oleh beberapa faktor berpengaruh. Terdapat 7 (tujuh) faktor penting yang perlu dipertimbangkan beserta kriterianya masing-masing. Faktor-faktor tersebut antara lain: promosi, sarana transportasi, fasilitas yang tersedia, jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, harga tiket masuk ke lokasi wisata, pelayanan yang diberikan, dan jarak obyek wisata dari tempat tinggal/menginap.

119 95 Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan diketahui melalui persepsi wisatawan dengan AHP. Persepsi yang dibangun, berdasarkan pengalaman mereka selama mengunjungi obyek-obyek wisata di Kawasan Agropolitan Payangan. Persepsi atas faktorfaktor tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: persepsi wisatawan mancanegara, persepsi wisatawan nusantara, dan persepsi seluruh wisatawan sebagai gabungan persepsi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara Persepsi Wisatawan Mancanegara Berdasarkan persepsi wisatawan mancanegara (Gambar 22), faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan, dengan nilai Consistency Ratio (CR) 0,029 adalah pelayanan (bobot 0,347), selanjutnya jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan (0,220), urutan ke-3 adalah fasilitas yang tersedia (0,186). Urutan ke-4, 5, 6, dan 7 berikutnya adalah sarana transportasi (0,086), harga tiket masuk ke lokasi wisata (0,074), promosi (0,057), dan jarak obyek wisata dari tempat tinggal/menginap (0,030). Pembobotan yang berada di atas rata-rata (0,143) dari tujuh faktor berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan adalah faktor pelayanan, jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, dan ketersediaan fasilitas. Artinya secara umum wisatawan mancanegara berpendapat, bahwa ketiga faktor ini merupakan faktor dominan penting yang harus ada pada suatu kawasan obyek wisata, disamping juga dukungan faktor-faktor lainnya. Dilihat dari faktor pelayanan pada nilai CR 0,016. Menurut pendapat wisatawan, keramahan masyarakat setempat diberikan bobot tertinggi (0,410), setelah itu kebersihan lingkungan (0,314). Untuk pemandu wisata (0,189) kelihatannya masih perlu ditingkatkan mutu pelayanannya, dan kios atau pedagang asongan (0,087) dalam menawarkan dagangannya sebaiknya lebih bisa menjaga frivasi wisatawan. Berdasarkan jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, wisatawan dominan menyukai obyek wisata alam ataupun agrowisata (0,515), urutan ke-2 pada wisata budaya (0,296), dan kedua jenis obyek wisata tersebut berada pada urutan ke-3.

120 96 Hal ini menunjukkan obyek wisata yang paling disukai saat ini adalah obyek wisata yang berkaitan dengan alam beserta atraksi yang disediakan. Pendapat wisatawan dengan nilai CR 0,020 terhadap fasilitas yang tersedia, ketersediaan toilet (0,444) merupakan kebutuhan terpenting buat mereka dan sudah tersedia di setiap obyek wisata yang mereka kunjungi. Selanjutnya untuk fasilitas restoran maupun penginapan perlu peningkatan pelayanan terhadap wisatawan. Sarana transportasi (nilai CR 0,001) yang kebanyakan wisatawan gunakan dalam melakukan kunjungan ke obyek-obyek wisata di Kawasan Agropolitan Payangan, yaitu dengan menggunakan travel atau mobil carteran diberikan bobot tertinggi (0,570), menggunakan mobil pribadi dengan bobot 0,224, menggunakan angkutan umum dengan bobot terendah (0,187). Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar sarana transportasi yang ada disediakan oleh biro-biro perjalanan wisata, sedangkan keberadaan angkutan umum di kawasan memang masih sangat kurang. Mengenai harga tiket (nilai CR 0,012), wisatawan berpendapat harga yang ditawarkan terkait obyek wisata maupun atraksi yang ditawarkan masih murah (0,479) pada bobot tertinggi. Pendapat untuk obyek wisata yang ditawarkan gratis dengan bobot 0,356, ini memungkinkan karena untuk menikmati pemandangan alam sepanjang perjalanan memang tidak dipungut biaya, biaya dikenakan hanya pada obyek-obyek wisata yang menawarkan atraksi. Faktor promosi (nilai CR 0,000), wisatawan kebanyakan mendapatkan informasi mengenai obyek wisata di Kawasan Agropolitan Payangan dari media non elektronik (0,459), seperti dari pampflet, koran, maupun dari informasi teman/kerabat mereka atau secara lisan. Selanjutnya melalui media elektronik diberikan bobot 0,341 dan untuk kedua media (non elektronik maupun elektronik) dengan bobot 0,199. Terkait dengan faktor jarak, dengan konsistensi pendapat (CR) sebesar 0,000 menyatakan bahwa lokasi wisata yang ditawarkan terhadap tempat tinggal atau menginap wisatawan jaraknya dekat (0,474), jarak sedang dan jauh masingmasing diberikan bobot 0,378 dan 0,148. Hal ini mengindikasikan faktor jarak

121 97 bukan persoalan bagi mereka dibandingkan dengan daya tarik obyek wisata yang ditawarkan. Sarana transportasi (4) Promosi (6) Jenis wisata & atraksi (2) Fasilitas (3) Jarak (7) Pelayanan (1) Harga tiket (5) 0,030 0,347 0,074 0,220 0,186 0,086 0,057 Non elektronik Elektronik Non elektronik & elektronik Mobil pribadi Travel/carteran Angkutan umum Penginapan Restoran Toilet Penginapan, restoran & toilet Wisata budaya Wisata alam/agrowisata Wisata budaya & wisata alam/agrowisata Gratis Murah Mahal Pemandu wisata Kios/pedagang asongan Kebersihan lingkungan Keramahan masyarakat setempat Dekat Sedang Jauh Gambar 22 Persepsi Wisatawan Mancanegara Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Persepsi Wisatawan Nusantara Persepsi wisatawan nusantara dengan nilai CR 0,018 memprioritaskan faktor sarana transportasi dengan bobot 0,307 sebagai faktor yang paling mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan, selanjutnya jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan (0,179), fasilitas yang

122 98 tersedia (0,162), promosi (0,149), pelayanan yang diberikan (0,114), harga tiket masuk ke lokasi wisata (0,061), dan yang terakhir adalah faktor jarak obyek wisata dari tempat tinggal/menginap (0,029). Data selengkapnya ditunjukkan dalam Gambar 23. Dari ketujuh faktor tersebut ada empat faktor yang dominan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan yaitu sarana transportasi, jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, fasilitas yang tersedia, dan promosi. Penentuan keempat faktor tersebut berdasarkan besarnya pembobotan yang diberikan berada di atas rata-rata (0,143). Persepsi wisatawan dengan nilai CR 0,000 terhadap sarana transportasi, bahwa untuk berwisata ke Kawasan Agropolitan Payangan mereka memberikan bobot teringgi pada penggunaan mobil pribadi (0,461). Berwisata menggunakan travel atau carteran diberikan bobot 0,373, dan untuk penggunaan angkutan umum mendapat bobot paling rendah yaitu 0,166. Berdasarkan jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan (CR 0,005), wisatawan nusantara memberikan pembobotan terbesar dengan nilai 0,418 pada wisata budaya dan wisata alam (agrowisata). Hal ini menunjukkan, wisatawan nusantara mempunyai minat yang besar terhadap kedua jenis wisata ini. Berarti juga, dalam sekali berkunjung mereka bisa menikmati keindahan alam dengan atraksi yang disuguhkan dan sekaligus menyaksikan kegiatan adat budaya masyarakat setempat. Dari fasilitas yang tersedia (CR 0,033), keberadaan toilet diberikan bobot tertinggi yaitu sebesar 0,455. Fasilitas yang lainnya mendapatkan bobot jauh lebih rendah dari rata-rata empat kriteria yang ada (0,250). Hal ini mengindikasikan dua kemungkinan. Pertama, wisatawan nusantara tidak menjumpai restoran atau penginapan yang sesuai dengan selera mereka. Kedua, mereka tidak terlalu membutuhkan fasilitas tersebut dikarenakan waktu kunjungan mereka yang pendek. Berdasarkan faktor promosi (nilai CR 0,030), informasi mengenai obyek wisata yang ditawarkan di Kawasan Agropolitan Payangan, terbanyak mereka dapatkan dari media elektronik dengan bobot yang diberikan sebesar 0,464. Untuk

123 99 media non elektronik dan elektronik mendapatkan bobot 0,309 dan informasi dari media non elektronik saja mendapatkan bobot paling rendah yaitu sebesar 0,227. Sarana transportasi (1) Promosi (4) Jenis wisata & atraksi (2) Fasilitas (3) Jarak (7) Pelayanan (5) Harga tiket (6) 0,029 0,114 0,061 0,179 0,162 0,307 0,149 Non elektronik Elektronik Non elektronik & elektronik Mobil pribadi Travel/carteran Angkutan umum Penginapan Restoran Toilet Penginapan, restoran & toilet Wisata budaya Wisata alam/agrowisata Wisata budaya & wisata alam/agrowisata Gratis Murah Mahal Pemandu wisata Kios/pedagang asongan Kebersihan lingkungan Keramahan masyarakat setempat Dekat Sedang Jauh Gambar 23 Persepsi Wisatawan Nusantara Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Persepsi terhadap faktor pelayanan dengan nilai CR 0,034 yang menunjukkan konsistensi baik terhadap keputusan yang diambil. Dimana kebersihan lingkungan mendapatkan bobot tertinggi (0,425), dan berikutnya dengan bobot 0,279 untuk keramahan masyarakat setempat. Sedangkan pemandu

124 100 wisata, dan kios atau pedagang asongan mendapatkan bobot masing-masing 0,218 dan 0,078. Dilihat dari harga tiket masuk ke obyek wisata (nilai CR 0,015), wisatawan nusantara berpendapat harga yang ditawarkan murah (0,464), selanjutnya dengan bobot 0,421 pada pernyataan gratis untuk memasuki kawasan wisata. Untuk pernyataan harga tiket yang ditawarkan mahal mendapatkan bobot terendah yaitu sebesar 0,115. Pendapat wisatawan nusantara dengan nilai CR 0,001 pada faktor jarak obyek wisata yang ditawarkan. Mereka beranggapan jaraknya sedang (0,534) terhadap tempat tinggal atau dari tempat mereka menginap. Sedangkan kriteria jaraknya dekat diberikan bobot 0,302 dan kriteria jaraknya jauh (0,164) diberikan bobot terendah Persepsi Seluruh Wisatawan Gambar 24 menampilkan hasil analisis persepsi seluruh wisatawa terhadap tujuh faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan beserta kriterianya masing-masing. Faktor pelayanan mendapatkan bobot tertinggi yaitu mencapai 0,323. Bobot 0,221 diberikan untuk faktor jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, dan untuk fasilitas yang tersedia sebesar 0,188. Pembobotan selanjutnya adalah: sarana transportasi (0,099), harga tiket (0,075), promosi (0,064), dan faktor jarak (0,03) dengan bobot terkecil. Pembobotan yang diberikan berdasarkan pada nilai CR 0,023. Dari tujuh faktor yang berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan, terdapat tiga faktor yang mendominasi berdasarkan bobot yang diperoleh, yaitu berada di atas nilai rata-rata bobot dari ketujuh faktor tersebut (0,143). Ketiga faktor tersebuat yaitu: pelayanan; jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan; dan faktor fasilitas. Pada faktor pelayanan dengan nilai CR 0,010, keramahan masyarakat setempat memperoleh bobot tertinggi yaitu sebesar 0,339, dan untuk kebersihan lingkungan dengan bobot 0,325. Pembobotan berikutnya sebesar 0,191 diperoleh pemandu wisata, sedangkan bobot terkecil sebesar 0,086 diperoleh kios atau pedagang asongan.

125 101 Sarana transportasi (4) Promosi (6) Jenis wisata & atraksi (2) Fasilitas (3) Jarak (7) Pelayanan (1) Harga tiket (5) 0,030 0,323 0,075 0,221 0,188 0,099 0,064 Non elektronik Elektronik Non elektronik & elektronik Mobil pribadi Travel/carteran Angkutan umum Penginapan Restoran Toilet Penginapan, restoran & toilet Wisata budaya Wisata alam/agrowisata Wisata budaya & wisata alam/agrowisata Gratis Murah Mahal Pemandu wisata Kios/pedagang asongan Kebersihan lingkungan Keramahan masyarakat setempat Dekat Sedang Jauh Gambar 24 Persepsi Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Persepsi seluruh wisatawan pada jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan. Pada nilai CR 0,004 wisata alam termasuk agrowisata memperoleh bobot tertinggi yaitu sebesar 0,492. Bobot 0,301 pada wisata budaya, dan bobot terendah jatuh pada gabungan dari wisata budaya dan wisata alam (agrowisata). Berdasarkan fasilitas yang tersedia di kawasan obyek wisata dengan nilai CR 0,021. Fasilitas toilet memperoleh bobot tertinggi yaitu sebesar 0,445; sedangkan untuk fasilitas lainnya seperti: penginapan, restoran dan toilet

126 102 mendapatkan bobot 0,219; restoran dengan bobot 0,190; dan bobot terkecil diperoleh fasilitas penginapan. Dilihat dari faktor transportasi, dengan nilai CR 0,001 pembobotan tertinggi diperoleh travel atau carteran (0,553), sedangkan penggunaan mobil pribadi memperoleh bobot sebesar 0,261. Posisi terakhir untuk transportasi menggunakan angkutan umum memperoleh bobot 0,186. Berdasarkan harga tiket, dengan nilai CR 0,012 pembobotan tertinggi pada harga tiket murah (0,478) dan dengan bobot 0,362 untuk harga tiket gratis. Sedangkan untuk harga tiket mahal memperoleh bobot 0,160. Ini menunjukkan bahwa harga tiket bukanlah persoalan bagi wisatawan untuk berwisata ke Kawasan Agropolitan Payangan. Faktor promosi dengan nilai CR 0,000 menunjukkan, bahwa untuk berwisata mereka memperoleh informasi melalui media promosi non elektronik dengan bobot tertinggi (0,435). Informasi melalui media elektronik dengan bobot 0,355 dan bobot terendah diperoleh media non elektronik dan elektronik dengan bobot 0,210. Selanjutnya faktor jarak, dengan nilai CR 0,000. Bobot tertinggi diberikan pada pernyataan bahwa jarak lokasi wisata dari tempat tinggal/menginap adalah dekat (0,457), jarak sedang dengan bobot 0,393, dan jarak jauh dengan bobot 0,150. Berdasarkan hasil analisis ketiga persepsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. Bila dicermati, persepsi wisatawan mancanegara dengan persepsi seluruh wisatawan, tidak menunjukkan perbedaan persepsi yang signifikan menyangkut faktor-faktor maupun pada kriteria pada masing-masing faktor. Sehingga untuk mendapatkan persepsi secara menyeluruh terkait pengembangan kepariwisataan, yaitu dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, akan dilihat dari hasil analisis persepsi wisatawan mancanegara (Gambar 22) dan hasil analisis persepsi wisatawan nusantara (Gambar 23). Dari kedua hasil analisis tersebut dapat diketahui, bahwa terdapat lima faktor yang dominan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. Faktor-faktor tersebut yaitu: pelayanan; jenis wisata dan

127 103 atraksi yang ditawarkan; fasilitas yang tersedia; sarana transportasi; dan promosi. Dari kriteria faktor pelayanan, yaitu menyangkut keramahan masyarakat setempat dan kebersihan lingkungan, perlu dipertahankan kualitasnya. Sedangkan pemandu wisata dan kios (pedagang asongan) perlu ditingkatkan kualitasnya. Dari faktor jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, perlu peningkatan kualitas pada wisata budaya maupun pada wisata alam termasuk agrowisata. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan berbagai atraksi yang mampu menarik minat wisatawan. Dilihat dari fasilitas yang tersedia, penginapan dan restoran perlu ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya. Misalnya dengan menyiapkan rumahrumah penduduk sebagai sarana akomodasi. Hal ini sangat memungkinkan untuk dilakukan, disamping untuk mengurangi terjadinya alih fungsi lahan. Berikutnya yaitu dengan mengembangkan wisata kuliner dengan menyajikan hidangan khas masyarakat setempat. Pada sarana transportasi, yang perlu mendapatkan perhatian adalah angkutan umum. Sementara ini untuk mobilisasi wisatawan dilayani oleh angkutan travel/carteran dari agen-agen perjalanan wisata. Kedepannya nanti diperlukan pengadaan sarana transportasi umum yang mampu melayani setiap obyek wisata yang ada. Keberadaan angkutan umum sangat berperan dalam menarik minat wisatawan, terutama wisatawan nusantara, tentunya dengan tarif terjangkau dan pelayanan yang kontinyu. Dilihat dari faktor promosi, masih perlu lebih ditingkatkan lagi baik melalui media non elektronik maupun melalui media elektronik. Promosi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan agen-agen perjalanan dari daerah-daerah lain maupun dengan negara-negara lain yang prospektif pariwisata. 5.4 Rencana dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam Kerangka Pengembangan Wilayah Perumusan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, diperoleh melalui analisis A WOT. Untuk mencapai rumusan tersebut dilakukan beberapa tahapan analisis.

128 Faktor Strategi Internal dan Eksternal Identifikasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal A. Faktor Strategi Internal a. Kekuatan 1. Potensi SDA Kecamatan Payangan sebagai kawasan agropolitan memiliki lahan yang subur untuk pengembangan pertanian dalam arti luas, hamparan persawahan, perkebunan, kawasan berhutan, lembah dan perbukitan menciptakan keindahan alam yang alami. 2. Dukungan masyarakat Masyarakat menyambut baik daerahnya dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, dengan menggali potensi yang dimiliki baik atas dasar usaha sendiri maupun atas bantuan pihak luar baik pemerintah, swasta, maupun lembaga independen lainnya. 3. Letak geografis yang strategis Wilayah Payangan berada di jalur pariwisata Ubud, Batuan, Tegallalang, dan Kintamani dengan aksesibilitas yang memadai sehingga mudah untuk dijangkau. 4. Kelembagaan adat Kuatnya ikatan sosial budaya masyarakat tercermin dengan adanya kelembagaan adat beserta perangkatnya, salah satu perangkatnya yaitu berupa aturan yang tertuang kedalam awig-awig baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Implementasi dari suatu kelembagaan adat adalah dengan keberadaan desa pekraman, sekehe, dan subak dalam mengatur tata guna air. 5. Sarana dan prasarana Terbangunnya jalan-jalan dan jembatan, jaringan listrik, telepon yang telah tersebar luas. Sarana lain yang menunjang pengembangan pariwisata yaitu dengan berdirinya hotel, penginapan dan tempat rekreasi. b. Kelemahan 1. Kondisi SDM Tingkat pendidikan masyarakat secara umum relatif cukup rendah yang berpengaruh pada rendahnya sumber daya manusia yang ada.

129 Akses permodalan Masih susahnya masyarakat memperoleh pendanaan yang mencukupi dalam mengembangkan usaha disamping karena masih tingginya suku bunga. 3. Promosi belum optimal Masih kurangnya promosi terhadap potensi-potensi obyek wisata yang ada di Wilayah Payangan. 4. Akulturasi budaya Masuknya budaya-budaya yang tidak sesuai dengan kultur masyarakat setempat. 5. Transportasi umum Terbatasnya transportasi umum yang melayani mobilisasi orang maupun barang antar obyek wisata yang ada. B. Faktor Strategi Eksternal a. Peluang 1. Dukungan kebijakan pemerintah Ditetapkannya Payangan sebagai kawasan agropolitan, dan rencana pengembangan agrowisata pada kawasan-kawasan yang berpotensi. Mendorong pengembangan dan peningkatan kualitas kepariwisataan seperti tertuang dalam RPJMD Kabupaten Gianyar Keberadaan investor Banyak investor yang berminat menanamkan modalnya dalam pengembangan pariwisata. 3. Kecenderungan minat wisatawan (wisata alam dan berdimensi tradisional) Wisatawan dewasa ini lebih menyukai menikmati keindahan dan berinteraksi langsung dengan alam serta masyarakat yang kaya akan adat dan tradisi. 4. Peluang pasar wisatawan domestik Besarnya jumlah penduduk Indonesia merupakan peluang pasar yang potensial untuk dikembangkan. 5. Perkembangan iptek Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.

130 106 b. Ancaman 1. Persamaan jenis obyek dengan daerah lain Banyak obyek wisata sejenis yang berkembang di daerah lain. 2. Stabilitas politik Kegiatan pariwisata sangat rentan terhadap kondisi politik yang tidak menentu. 3. Ekonomi global Situasi perekonomian dunia sangat berpengaruh terhadap pasang surutnya kunjungan wisatawan. 4. Alih fungsi lahan Terjadinya perubahan fungsi lahan akibat terbangunnya sarana pariwisata, dimana banyak lahan-lahan pertanian dimanfaatkan sebagai sarana akomodasi. 5. Eksploitasi SDA Pemanfaatan kawasan-kawasan sempadan sungai dan jurang sebagai sarana pariwisata Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal Setelah dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor strategi internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman), selanjutnya dilakukan penyusunan matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS). Penyusunan matriks ini untuk mengetahui tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh faktorfaktor tersebut dalam penentuan stretegi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Tingkat kepentingan masing-masing faktor (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) diketahui berdasarkan tiga klasifikasi/pengelompokan nilai pembobotan dari selang yang diperoleh, yaitu: sangat penting, penting, dan cukup penting. Penentuan selang untuk masing-masing faktor diperoleh dengan cara mengurangi nilai bobot tertinggi dengan nilai bobot terendah, kemudian hasilnya dibagi tiga. Pengaruh masing-masing faktor diketahui dari nilai rating, dimana nilai rating 4 mewakili tingkat pengaruh sangat kuat, nilai rating 3 mewakili tingkat pengaruh agak/cukup kuat, nilai rating 2 mewakili tingkat

131 107 pengaruh agak/cukup lemah, dan nilai rating 1 mewakili tingkat pengaruh sangat lemah. A. Analisis Faktor Strategi Internal Melalui analisis faktor strategi internal dengan matriks IFAS, diperoleh kekuatan yang dapat dikembangkan dan kelemahan yang harus diminimalkan pada pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan (Tabel 32). Dari faktor kekuatan, dukungan masyarakat mencapai bobot tertinggi (0,116) sedangkan sarana dan prasarana mencapai bobot terendah (0,034), hasil pengurangannya (0,132) setelah dibagi tiga menghasilkan nilai selang sebesar 0,044. Dari nilai selang tersebut, diperoleh selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,034 sampai dengan 0,078; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,079 sampai dengan 0,122; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,023 sampai dengan 0,166. Berdasarkan hasil analisis faktor kekuatan, dukungan masyarakat berperan sangat penting (nilai bobot 0,166) dan berpengaruh sangat kuat (nilai rating 4) terhadap pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Untuk potensi SDA, letak geografis yang strategis, dan kelembagaan adat, berperan penting (nilai bobot masing-masing 0,112; 0,095; dan 0,093) dengan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Sedangkan sarana dan prasarana, peranannya cukup penting (nilai bobot 0,034) dengan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Analisis faktor kelemahan, dengan selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,046 sampai dengan 0,098; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,099 sampai dengan 0,150; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,151 sampai dengan 0,202. Menunjukkan bahwa kondisi SDM memiliki peranan sangat penting (nilai bobot 0,202) dan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3) pada pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Akses permodalan berperan penting (nilai bobot 0,101) dan memberikan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Sedangkan untuk promosi belum optimal (nilai bobot 0,088), akulturasi budaya (nilai bobot 0,063), dan

132 108 transportasi umum (nilai bobot 0,046) memiliki peranannya cukup penting dan berpengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Tabel 32 IFAS Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Kekuatan : 1. Potensi SDA 0, , Dukungan masyarakat 0, , Letak geografis yang strategis 0, , Kelembagaan adat 0, , Sarana dan prasarana 0, ,102 Kelemahan : 1. Kondisi SDM 0, , Akses permodalan 0, , Promosi belum optimal 0, , Akulturasi budaya 0, , Transportasi umum 0, ,138 TOTAL 1,000 3,166 Sumber : Hasil Analisis (2011) B. Analisis Faktor Strategi Eksternal Matriks EFAS digunakan untuk melakukan analisis terhadap faktor strategi eksternal, baik menyangkut peluang maupun ancaman dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan (Tabel 33). Analisis faktor peluang, dengan selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,043 sampai dengan 0,103; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,104 sampai dengan 0,164; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,165 sampai dengan 0,224. Dukungan kebijakan pemerintah, merupakan faktor peluang yang memiliki peranan sangat penting (nilai bobot 0,224) dan pengaruhnya sangat kuat (nilai rating 4) dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Kecenderungan minat wisatawan (wisata alam dan berdimensi tradisional) dengan nilai bobot 0,100 dan peluang pasar wisatawan domestik (nilai bobot 0,075), memiliki peranan cukup penting dan keduanya memberikan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Sedangkan untuk

133 109 perkembangan iptek, peranannya cukup penting (nilai bobot 0,043), namun pengaruhnya cukup lemah (nilai rating 2). Analisis faktor ancaman, dengan selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,071 sampai dengan 0,090; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,091 sampai dengan 0,108; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,109 sampai dengan 0,127. Terdapat dua faktor yang sangat penting, yaitu: alih fungsi lahan (nilai bobot 0,127) dan stabilitas politik (nilai bobot 0,120), dimana keduanya memberikan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3) dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Eksploitasi SDA (nilai bobot 0,092) memiliki peranan penting dengan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Persamaan jenis obyek dengan daerah lain (nilai bobot 0,090) dan ekonomi global (nilai bobot 0,071), berperanan cukup penting dan pengaruhnya cukup kuat. Tabel 33 EFAS Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Peluang : 1. Dukungan kebijakan pemerintah 0, , Keberadaan investor 0, , Kecenderungan minat wisatawan (wisata alam dan berdimensi tradisional) 0, , Peluang pasar wisatawan domestik 0, , Perkembangan iptek 0, ,086 Ancaman : 1. Persamaan jenis obyek dengan daerah lain 0, , Stabilitas politik 0, , Ekonomi global 0, , Alih fungsi lahan 0, , Eksploitasi SDA 0, ,276 TOTAL 1,000 3,181 Sumber : Hasil Analisis (2011) Analisis Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE) Analisis matriks internal-eksternal (IE) digunakan untuk memperoleh strategi yang lebih detail. Berdasarkan hasil analisis faktor strategi internal dan analisis faktor strategi eksternal, diperoleh nilai total skor faktor internal sebesar

134 110 3,166 dan nilai total skor faktor eksternal sebesar 3,181. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, memiliki faktor internal dan faktor eksternal yang tergolong kuat (tinggi). Apabila masing-masing parameter ini dipetakan ke dalam matriks IE, diketahui bahwa pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan berada pada sel 1. Artinya, strategi yang diperlukan yaitu melalui strategi pertumbuhan dengan lebih berkonsentrasi pada integrasi vertikal (Gambar 25). Nilai Total Skor Faktor Strategi Internal Tinggi Tinggi Rata-Rata Lemah 4 3, GROWTH Konsentrasi melalui integrasi vertikal GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal RETRENCHMENT Turnaround Nilai Total Skor Faktor Strategi Eksternal 3,181 3 Sedang STABILITY GROWTH Hati-hati Konsentrasi melalui integrasi horizontal STABILITY Tidak ada perubahan profit strategi GROWTH GROWTH RETRENCHMENT Captive Company atau Divestment RETRENCHMENT Rendah Diversifikasi konsentrik Diversifikasi konglomerat Bangkrut atau Likuidasi 1 Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2009) Gambar 25 Hasil Analisis Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE) Menurut Rangkuti (2009), strategi pertumbuhan dengan integrasi vertikal dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya internal maupun sumber daya eksternal. Melalui backward integration (mengambil alih fungsi supplier)

135 111 atau melalui forward integration (mengambil alih fungsi distributor) sebagai strategi utama untuk kawasan dengan posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share) Analisis Matriks Space Hasil analisis matriks space dapat mempertajam strategi yang akan dikembangkan (Gambar 26). Parameter yang digunakan dari hasil analisis faktor strategi internal dan analisis faktor strategi eksternal, yaitu selisih dari skor faktor internal (kekuatan kelemahan) dan selisih dari skor faktor eksternal (peluang ancaman) dengan perhitungan sebagai berikut: kekuatan kelemahan = 1,666 1,500 = 0,166 peluang ancaman = 1,681 1,500 = 0,181 Berbagai Peluang Kuadran III Strategi Turn-Around Kuadran I Strategi Agresif (0,166 ; 0,181) Kelemahan Internal Kekuatan Internal Kuadran IV Strategi Defensif Kuadran II Strategi Diversifikasi Berbagai Ancaman Gambar 26 Hasil Analisis Matriks Space Hasil analisis menunjukkan, bahwa strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan berada di Kuadran I, yaitu melalu strategi agresif. Posisi ini sangat menguntungkan, dimana

136 112 kawasan memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan menerapkan strategi pertumbuhan yang agresif (Marimin 2008) Analisis SWOT Penentuan strategi alternatif yang sesuai untuk pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, dilakukan dengan membuat matriks SWOT (Gambar 27). Memperhatikan hasil analisis matriks IE dan hasil analisis matriks space, maka posisi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, berada pada Kuadran I. Oleh karena itu strategi alternatif yang dipilih adalah strategi SO (Strengths Opportunities) sebagai strategi utama, yaitu strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. Berdasarkan analisis SWOT didapatkan tiga rumusan rencana dan strategi utama yang dapat dikembangkan, yaitu : (1) rencana meningkatkan keterkaitan sektoral, dengan strategi meningkatkan keterpaduan antar sektor yang ada melalui pengembangan iptek; (2) memperkenalkan dan menawarkan potensi obyek wisata yang ada, dengan pengembangan paket-paket wisata melalui kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat; dan (3) memperkuat kepariwisataan, dengan membangun kemitraan dan membentuk jejaring. Keberhasilan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah bisa tercapai, apabila diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan, serta diadakan pemantauan dan evaluasi pada tahap-tahap pelaksanaannya Kerangka Pengembangan Wilayah dengan Memadukan Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pengembangan Kegiatan Pariwisata Payangan dikembangkan sebagai kawasan agropolitan dengan menitikberatkan pada produksi hasil pertanian baik on farm maupun off farm untuk memacu peningkatan taraf hidup melalui kemandirian masyarakat. Payangan dengan potensi pertaniannya yang besar, juga memiliki potensi

137 113 pariwisata, dimana kegiatan pariwisata berkembang didukung oleh peningkatan sarana dan prasarana, keindahan alam, dan kegiatan pertanian masyarakat sebagai daya tarik wisata. Faktor Internal Strengths (S) Weaknesses (W) Faktor Eksternal Potensi SDA (0,336) Dukungan masyarakat (0,664) Letak geografis yang strategis (0,285) Kelembagaan adat (0,279) Sarana dan prasarana (0,102) Kondisi SDM (0,606) Akses permodalan (0,303) Promosi belum optimal (0,264) Akulturasi budaya (0,189) Transportasi umum (0,138) Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO Dukungan kebijakan pemerintah (0,896) Keberadaan investor (0,174) Kecenderungan minat wisatawan (wisata alam dan berdimensi tradisional) (0,300) Peluang pasar wisatawan domestik (0,225) Perkembangan iptek (0,086) Meningkatkan keterpaduan antar sektor yang ada melalui pengembangan iptek (S 1-5 & O 1-5 ) = 3,347 Pengembangan paketpaket wisata melalui kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat (S 1-5 & O 1-5 ) = 3,347 Membangun kemitraan dan membentuk jejaring (S 1-5 & O 1-5 ) = 3, Meningkatkan koordinasi antar stakeholders (pemerintah, swasta dan masyarakat) (W 1-3,5 & O 1-5 ) = 2,992 Pembinaan secara terpadu (W 1-4 & O 1,2,5 ) = 2,518 Meningkatkan sistem transportasi umum (W 2,3,5 &O 1-5 ) = 2,386 Treaths (T) Strategi ST Strategi WT Persamaan jenis obyek dengan daerah lain (0,270) Stabilitas politik (0,360) Ekonomi global (0,213) Alih fungsi lahan (0,381) Eksploitasi SDA (0,276) Penguatan kelembagaan (S 1-5 &T 1-5 ) = 3,166 Memberdayakan desa adat untuk mampu menjaga eksistensi potensi wilayah (S 1-5 & T 1-5 ) = 3,166 Optimalisasi pemanfaatan SDA (S 1-5 & T 1,4,5 ) = 2, Meningkatkan peran serta masyarakat (memperdayakan masyarakat) (W 1-4 &T 2-5 ) = 2,592 Melestarikan adat istiadat (budaya) dan peninggalan sejarah yang disesuaikan dengan karakteristik budaya setempat (W 1,4 &T 1,2,4,5 ) = 2,082 Meningkatkan promosi (W 3,5 & T 1,3 ) = 0,885 Gambar 27 Hasil Analisis Matriks SWOT Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan

138 114 Dilihat dari potensi yang dimiliki, pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan secara efektif dan efisien dalam konteks pengembangan wilayah sebaiknya dilakukan dengan memadukan potensi-potensi yang dimilikinya, dengan hubungan yang saling menguntungkan. Sektor pertanian sebagai produsen produk-produk pertanian, seperti: hortikultura, peternakan, dan bahan-bahan makanan lainnya mampu memasok dan memenuhi kebutuhan sektor pariwisata (hotel dan restoran), disamping menjadikan kegiatan pertanian sebagai salah satu atraksi wisata.

139 115 VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Sektor pariwisata terkait erat dengan lima sektor, yaitu: industri tanpa migas; perdagangan besar dan eceran; restoran; hotel; jasa hiburan dan rekreasi. Berdasarkan keterkaitan dan multiplier effect yang ditimbulkannya, secara umum sektor pariwisata merupakan sektor unggulan di Kabupaten Gianyar. 2. Terdapat 6 (enam) obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan, yaitu: Agrowisata Payangan, Sungai Ayung, Nyepi Kasa, Aci Keburan, Desa Pakraman Pausan, dan Sarkofagus. Berdasarkan skor yang diperoleh masing-masing obyek wisata, apabila dikelompokkan dapat diketahui 3 kelompok obyek wisata yang paling disukai saat ini yaitu obyek wisata yang berkaitan dengan alam (Sungai Ayung dan Agrowisata Payangan), kedua adalah obyek wisata yang berkaitan dengan adat dan tradisi masyarakat setempat (Nyepi Kasa, Desa Pakraman Pausan, dan Aci Keburan), dan ketiga adalah obyek wisata sejarah dan situs kepurbakalaan (Sarkofagus). 3. Faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan menurut persepsi wisatawan adalah: (1) pelayanan; (2) jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan; (3) fasilitas yang tersedia; (4) sarana transportasi; dan (5) promosi. Faktor pelayanan, yang berpengaruh adalah keramahan masyarakat setempat dan kebersihan lingkungan, berpengaruh positif. Sementara itu, pemandu wisata dan kios (pedagang asongan) berpengaruh negatif. Faktor jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, yang berpengaruh positif adalah wisata budaya dan pada wisata alam termasuk agrowisata. 4. Ada tiga rencana dan strategi utama pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, yaitu: (1) rencana meningkatkan keterkaitan sektoral, dengan strategi meningkatkan keterpaduan antar sektor yang ada melalui pengembangan iptek; (2) memperkenalkan dan menawarkan potensi obyek wisata yang ada, dengan pengembangan paket-paket wisata melalui

140 116 kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat; dan (3) memperkuat kepariwisataan, dengan membangun kemitraan dan membentuk jejaring. 6.2 Saran Dalam upaya mensinergikan kepariwisataan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar disarankan untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut : 1. Meningkatkan keterkaitan sektoral dengan memadukan antar sektor-sektor perekonomian dan meningkatkan transaksi domestik. 2. Menggali sebanyak mungkin potensi obyek wisata yang bisa dikembangkan, sehingga dengan datang ke Payangan wisatawan memiliki banyak pilihan jenis wisata yang diinginkan. 3. Mempertahankan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan. Misalnya: mengadakan pelatihanpelatihan untuk mencetak pemandu wisata yang handal; penataan kios (pedagang asongan); menawarkan berbagai atraksi yang mampu menarik minat wisatawan; menyiapkan rumah-rumah penduduk sebagai sarana akomodasi sekaligus untuk mengurangi terjadinya alih fungsi lahan; mengembangkan wisata kuliner dengan menyajikan hidangan khas masyarakat setempat; pengadaan sarana transportasi umum yang mampu melayani setiap obyek wisata yang ada dengan tarif terjangkau dan pelayanan yang kontinyu; meningkatkan promosi dengan bekerja sama dengan agenagen perjalanan dari daerah-daerah lain maupun dengan negara-negara lain yang potensi wisatawannya relatif tinggi. 4. Menerapkan rencana dan strategi yang ada secara konsisten dan berkesinambungan, serta diadakan pemantauan dan evaluasi pada tahap-tahap pelaksanaannya.

141 117 DAFTAR PUSTAKA Anonim Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Republik Indonesia. Jakarta. Aryanto, R Strategi Pengembangan Pariwisata Alam di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. [Bappeda Kab. Gianyar] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar. 2008a. Profil Daerah Gianyar. Gianyar. [Bappeda Kab. Gianyar] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar. 2008b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Gianyar Gianyar. [Bappeda Litbang Kab. Badung] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Badung dan [BPS Kab. Badung] Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung Tabel Input-Output Kabupaten Badung Tahun Mangupura. [BPS Kab. Gianyar] Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar Kecamatan Payangan Dalam Angka. Gianyar. [BPS Kab. Gianyar] Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar dan [Bappeda Kab. Gianyar] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar. 2010a. Gianyar Dalam Angka. Gianyar. [BPS Kab. Gianyar] Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar dan [Bappeda Kab. Gianyar] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar. 2010b. PDRB Kabupaten Gianyar Gianyar. [BPS Kab. Gianyar] Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar dan [Bappeda Kab. Gianyar] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar. 2010c. PDRB Kecamatan Payangan Gianyar. [CIFOR] Center for International Forestry Research Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat. Tim Pengelola Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau. Cifor 19:1-6. Daryanto, A., Hafizrianda, Y Analisis Input-Output & Social Accounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. Bogor : PT Penerbit IPB Press. Dharma, I G. B. S., Yekti, M. I., Permana, G. I Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Banjir. Berkala Ilmiah Teknik Keairan 13(3):

142 118 [Depkimpraswil] Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Perdesaan Bagian Proyek Pengembangan Prasarana dan Sarana Desa Agropolitan (P2SDA) Bali Laporan Akhir Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Payangan. Denpasar. Desa Buahan Kaja Profil Desa Buahan Kaja Tahun Payangan. Desa Bukian Profil Desa Bukian Tahun Payangan. Desa Melinggih Profil Desa Melinggih Tahun Payangan. Desa Melinggih Kelod Profil Desa Melinggih Kelod Tahun Payangan. Desa Puhu Profil Desa Puhu Tahun Payangan. [Diparda Kab. Gianyar] Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar Potensi Pariwisata Kabupaten Gianyar Tahun Gianyar. [Diparda Kab. Gianyar] Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar Data Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Kabupaten Gianyar. Gianyar. Friedmann, J., Douglass, M Pengembangan Agropolitan: Menuju Siasat Baru Perencanaan Regional di Asia. Terjemahan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hardjowigeno, S., Widiatmaka Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Kajanus, M., Kangas, J., Kurttila, M The use value focused thinking and the A WOT hybrid method in tourism management. Tourism Management 25: Lembaga Penelitian Universitas Udayana dan Dinas Pertanian, Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Gianyar Potensi Agrowisata Payangan Kabupaten Gianyar. Gianyar. Marimin Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta : Grasindo. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Mathieson, A., Wall, G Tourism. Economic, Physical and Social Impacts. Essex: Addison Wesley Longman Limited. Nugroho, I Agropolitan: Suatu Kerangka Berpikir Baru dalam Strategi Pembangunan Nasional. Manajemen, Akuntansi dan Bisnis 5(1): Osuna, E. E, Aranda, A Combining SWOT and AHP Techniques for Strategic Planning. ISAHP, Viña del Mar, Chile, August 2-6:1-8. Pamulardi, B Pengembangan Agrowisata Berwawasan Lingkungan. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.

143 119 [Pemkab Gianyar] Pemerintah Kabupaten Gianyar Potensi Agrowisata Payangan Kabupaten Gianyar Gianyar. [Perda Prov. Bali] Peraturan Daerah Provinsi Bali Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun Denpasar. Purba, I. E Pengaruh Persepsi Risiko Kesehatan terhadap Sektor Pariwisata dan Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah di Sumatera Utara. Wahana Hijau 6(3): Putra, A. M Identitas dan Komodifikasi Budaya dalam Pariwisata Budaya Bali. Analisis Pariwisata 8(2):7-16. Rangkuti F Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. [Ranperda Kab. Gianyar] Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gianyar Tahun Gianyar. Reuter, T. A Custodians of Sacred Mountains: Culture and Society in The Highlands of Bali. Hawaii : University of Hawaii Press. Rustiadi, E., Dardak, E. E Agropolitan : Strategi Pengembangan Pusat Pertumbuhan pada Kawasan Perdesaan. Bogor : Crestpent Press. Rustiadi, E., Hadi, S Kawasan Agropolitan : Konsep Pembangunan Desa- Kota Berimbang. Bogor : Crestpent Press. Rustiadi, E., Saefulhakim, S., Panuju, D.R Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta : Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesi. Rustiadi, E., Sitorus, S.R.P., Pribadi, D. O., Dardak, E. E Konsepsi dan Pengelolaan Agropolitan. Makalah Lokakarya dalam Rangka Pemantapan Penataan Ruang Kawasan Metropolitan dan Agropolitan. Jakarta. Sutawan, N Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Air dan Upaya-Upaya Pemberdayaan Subak di Bali. Seminar Peranan Budaya Lokal dalam Menunjang Sumberdaya Air yang Berkelanjutan. Denpasar : Menggagas Pengelolaan Sumberdaya Air Berkelajutan : Saaty,T.L Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan Dalam Situasi yang Komplek. Terjemahan. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo. Shrestha, R. K., Alavalapati, J. R. R., Kalmbacher, R. S Exploring The Potential for Silvopasture Adoption in South-Central Florida: an Application of SWOT-AHP Method. Agricultural Systems 81:

144 120 Sitorus, S.R.P., Nurwono Penerapan Konsep Agropolitan dalam pembangunan Transmigrasi. Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan. Jakarta. Sitorus, S.R.P Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Tarsito. 186 Hal. Sitorus, S.R.P Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan dalam Sitorus, S.R.P. Penataan Ruang. Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL). Bogor : Sekolah Pascasarjana IPB. Soma, S Pengantar Ilmu Teknik Penyehatan dan Lingkungan, Seri: Air Minum. Yogyakarta : Kanisius. Spillane, J.J Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta : Kanisius. Suambara, D. M Strategi Pengembangan Komoditi Unggulan Sayur-Mayur di Kawasan Agropolitan Desa Kerta Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar Provinsi Bali. Tesis. Program Magister Universitas Udayana Denpasar. Supartha, N. O Pura Hyang Api, Parhyangan Dewa Agni. Panitia Pembangunan Pura Hyang Api dan Pura Pucak Sari Desa Adat Kelusa, Kecamatan Payangan Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar. Denpasar. Suryasih, I. A Pengelolaan Obyek Wisata dan Daya Tarik Wisata Berbasis Tri Hita Karana. Analisis Pariwisata 8(2): Vipriyanti, N. U Dampak Pengembangan Agrowisata Terhadap Ekonomi dan Kelembagaan Masyarakat di Kabupaten Karangasem, Bali. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Wickramasinghe, V., Takano, S Application of Combined SWOT and Analytic Hirarchy Prosess (AHP) for Tourism Revival Strategic Marketing Planning: A Case of Sri Lanka Tourism. Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies 8:1-16 Wicks, B.E., Merrett, C.D Agritourism: An Economic Opportunity for Illinois. Rural Research Report 14(9):1-8. Woroutami, A. D Analisis Sektor-Sektor Unggulan dalam Menggerakkan Sektor Riil. Kajian Ekonomi dan Keuangan 14(1): Yang Z., Cai, J., Sliuzas, R Agro-tourism enterprises as a form of multifunctional urban agriculture for peri-urban development in China. Habitat International 34: Yayasan Bali Galang Pelaksanaan Hari Raya Nyepi di Indonesia. (30 November 2011).

145 LAMPIRAN 121

146 122 Lampiran 1 Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar Tahun 2009 (dalam Jutaan Rupiah,24 x 24) Kode Sektor 1 Tanaman bahan makanan 2 Tanaman perkebunan 3 Peternakan dan hasil-hasilnya 4 Kehutanan 5 Perikanan 6 Penggalian 7 Industri tanpa migas 8 Listrik, gas dan air bersih 9 Bangunan 10 Perdagangan besar dan eceran 11 Restoran 12 Hotel 13 Angkutan jalan raya 14 Jasa penunjang angkutan 15 Komunikasi 16 Bank 17 Jasa penunjang keuangan 18 Sewa bangunan 19 Lembaga keuangan tanpa bank 20 Jasa perusahaan 21 Pemerintahan umum 22 Jasa sosial kemasyarakatan 23 Jasa hiburan dan rekreasi 24 Jasa perorangan dan rumah tangga 190 Jumlah input antara 180 Jumlah output antara 200 Impor 202 Surplus usaha 203 Penyusutan 204 Pajak tidak langsung 205 Subsidi 209 Nilai tambah bruto 210 Jumlah input 301 Konsumsi rumah tangga 302 Konsumsi pemerintah 303 Pembentukan modal tetap bruto 304 Perubahan stok 305 Ekspor 309 Jumlah permintaan akhir 310 Jumlah permintaan 409 Impor 509 Margin perdagangan 600 Produksi dalam negeri (output domestik) 700 Persediaan

147 123 Lampiran 2 Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar Tahun 2009 (dalam Jutaan Rupiah,24 x 24) Kode ,35 0, ,53 0,00 9,06 2 8,99 283, ,42 0,00 0, ,21 23, ,42 0,00 0, ,13 42,92 617,02 0,93 0,00 5 0,00 0,00 0,00 0,00 623,99 6 0,00 0,00 0,00 0,00 0, ,23 698, ,94 6, ,02 8 0,00 2,71 891,79 0,00 5, ,09 159,66 761,34 1,48 203, ,55 127, ,39 0,42 361, ,53 122,47 330,73 0,73 6, ,00 0,00 0,00 0,00 0, ,87 112, ,13 1,22 140, ,29 10, ,40 0,04 28, ,00 0,00 226,87 0,00 13, ,81 286,86 623,89 0,47 33, ,00 0,00 215,71 0,00 0, ,02 9,35 0,00 0,00 0, ,64 23,39 499,74 0,24 0, ,44 0,00 317,53 0,09 2, ,00 0,00 0,00 0,00 0, ,97 0,00 171,15 0,00 0, ,00 0,16 45,45 0,00 0, ,53 52, ,71 1, , , , ,17 14, , ,00 0,00 0,00 0,00 0, ,22 767, ,56 41, , , , ,48 46, , ,10 70, ,74 0,18 695, ,80 77, ,31 0,24 125, ,00 0,00 0,00 0,00 0, , , ,10 88, , , , ,27 102, ,86

148 124 Lampiran 2 (lanjutan) Kode , ,70 0,00 0,00 110,13 2 0, ,35 0,00 0,00 0,00 3 0, ,18 0,00 0,00 0,00 4 0, ,61 0, ,64 0,00 5 0, ,39 0,00 0,00 0,00 6 0, ,82 0, ,93 0, , , , , ,97 8 3, ,99 925,84 787, , , ,45 124, , , , ,70 16, , , , ,56 105,44 614, , , , , , , , ,16 502, , , , ,19 1, , , , ,76 86,72 2, , , ,25 371,72 576, , ,00 148,00 0, ,62 0, , ,93 52, , , , ,73 49,02 995, , ,08 651,17 312, , , ,00 0,00 0,00 0,00 0, ,07 214,86 19,88 688, , ,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , , , , , ,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , , , , , , , , , , , ,13 287, , , ,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , , , , ,54

149 125 Lampiran 2 (lanjutan) Kode , ,80 0,00 0,00 0, ,86 385,62 0,00 0,00 0, , ,13 0,00 0,00 0, ,25 15,92 0,00 0,00 0, , ,58 0,00 0,00 0,00 6 0,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , ,22 363,84 218, , , ,17 423, , , , ,96 162,20 395,33 118, , , ,59 613,84 841, , ,21 484, , , , , , , , , , , ,35 9, , ,08 383, , , , ,11 561,35 103,44 703, ,98 867,44 371,32 0,00 121, ,17 284,23 28,80 276,72 236, , ,99 467,82 15,71 3, , , ,72 260,64 290, ,00 0,00 0,00 0,00 0, ,44 453,51 158,69 64,73 39, ,09 7,16 0,11 0,00 2, , , ,32 151,43 416, , , , , , ,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,29 854,41 854, ,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , , , , ,63

150 126 Lampiran 2 (lanjutan) Kode ,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 0,00 0,00 7,47 0,00 0, ,03 900, ,92 657,36 13, ,35 777,72 269,92 294,89 3, ,61 116, ,12 5,80 57, ,05 31,03 222,23 20,35 0, ,92 541,99 38,39 147,41 0, ,53 823, ,32 43, , ,69 535,40 301,18 201,58 0, ,07 2,47 17,70 66,52 0, ,80 487,29 0, ,48 37, , , ,86 667,96 38, , ,47 0,00 0,00 0, ,54 14,52 0, ,57 19, ,93 1,38 230,38 901,96 2, , ,81 534,39 299,63 0, ,00 0,00 0,00 0,00 0, ,47 136,81 15,35 62,70 1, ,00 0,00 0,00 0,00 0, , ,14 298,90 633,28 9, , , , , , ,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , , , , , , , ,14 392,57 539, ,47 462,15 509,89 77,48 22, ,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , , , , ,74

151 127 Lampiran 2 (lanjutan) Kode ,00 33,87 963,98 0, , ,98 0,21 30,87 0, ,43 3 1,31 1,45 16,31 0, ,97 4 0,00 0,03 12,78 47, ,61 5 0,00 0,99 0,00 0, ,73 6 0,00 0,00 0,00 0, , ,97 131, , , , ,00 14,71 155, , , ,25 23,04 0, , , ,22 25,94 458, , , ,08 8,70 692,19 997, , , ,77 0,00 556, , ,67 13,94 173, , , ,28 2,14 36,54 759, , ,12 22,69 47, , , ,44 4,92 0, , , ,58 0,00 0, , , ,57 9,12 0, , , ,26 1,70 0, , , ,46 1,06 745,07 963, , ,00 0,00 0,00 0,00 0, ,03 1,10 0,00 345, , ,00 0,00 0,00 0,00 56, ,84 4,02 0, , , , , , , , ,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , , , , , ,31 618,57 30, , , ,00 10, , , , ,00 0,00 0,00 0,00 0, , , , , , , , , , ,49

152 128 Lampiran 2 (lanjutan) Kode ,68 0, , , , ,92 0, , , , ,24 0, , , , ,50 0,00 0, ,60 12, ,68 0,00 0,00 (45.027,47) ,06 6 0,00 0,00 0, , , ,20 0, , , , ,81 0,00 0,00 0,00 0,00 9 0,00 0, ,24 0,00 0, ,36 0, ,73 (28.322,83) , ,09 0,00 0,00 0, , ,84 0,00 0,00 0, , ,65 0, ,39 (10.250,97) , ,79 0,00 736,14 (5.914,15) , ,21 0,00 0,00 0,00 961, ,96 0,00 0,00 0, , ,86 0,00 0,00 0, , ,82 0,00 0,00 0,00 0, ,83 0,00 0,00 0,00 348, ,81 0,00 0,00 0,00 0, , ,88 0,00 0,00 0, , ,76 0,00 0, , ,05 0,00 0,00 0, , , , ,78 0, , , , , , ,31

153 129 Lampiran 2 (lanjutan) Kode , ,73 0, , , , , , , , , , , , , , , ,47 102, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,54 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,15 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,51 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,05

154 130 Lampiran 3 Koefisien Teknologi (Matriks A) Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar Tahun 2009, 24 x 24 Kode ,0219 0,0000 0,0044 0,0000 0, ,0000 0,0226 0,0038 0,0000 0, ,0027 0,0019 0,3587 0,0000 0, ,0001 0,0034 0,0016 0,0091 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0306 0,0556 0,0836 0,0638 0, ,0000 0,0002 0,0024 0,0000 0, ,0016 0,0127 0,0020 0,0144 0, ,0089 0,0101 0,0871 0,0041 0, ,0016 0,0098 0,0009 0,0071 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0091 0,0090 0,0383 0,0119 0, ,0007 0,0008 0,0069 0,0004 0, ,0000 0,0000 0,0006 0,0000 0, ,0004 0,0228 0,0017 0,0045 0, ,0000 0,0000 0,0006 0,0000 0, ,0004 0,0007 0,0000 0,0000 0, ,0027 0,0019 0,0013 0,0024 0, ,0000 0,0000 0,0008 0,0009 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0010 0,0000 0,0005 0,0000 0, ,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0, ,0039 0,0041 0,0077 0,0183 0, ,0855 0,1557 0,6029 0,1369 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0838 0,0611 0,0534 0,4063 0, ,8122 0,7714 0,3206 0,4527 0, ,0098 0,0057 0,0200 0,0017 0, ,0087 0,0062 0,0031 0,0024 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,9145 0,8443 0,3971 0,8631 0, ,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000

155 131 Lampiran 3 (lanjutan) Kode ,0000 0,1018 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0575 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0033 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0058 0,0000 0,0072 0, ,0000 0,0179 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0068 0,0000 0,0911 0, ,0482 0,2273 0,2817 0,3629 0, ,0003 0,0195 0,0195 0,0020 0, ,0312 0,0009 0,0026 0,0450 0, ,0017 0,0479 0,0004 0,0521 0, ,0002 0,0057 0,0022 0,0016 0, ,0000 0,0143 0,0214 0,0034 0, ,0035 0,0406 0,0106 0,0233 0, ,0001 0,0039 0,0000 0,0042 0, ,0110 0,0123 0,0018 0,0000 0, ,0007 0,0164 0,0078 0,0015 0, ,0000 0,0001 0,0000 0,0170 0, ,0000 0,0014 0,0011 0,0060 0, ,0000 0,0007 0,0010 0,0026 0, ,0000 0,0004 0,0066 0,0036 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0005 0,0001 0,0004 0,0018 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0024 0,0087 0,0284 0,0207 0, ,0998 0,5934 0,3857 0,6458 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0445 0,1363 0,0609 0,1760 0, ,8098 0,2293 0,4783 0,1429 0, ,0335 0,0301 0,0690 0,0316 0, ,0125 0,0110 0,0061 0,0038 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,9002 0,4066 0,6143 0,3542 0, ,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000

156 132 Lampiran 3 (lanjutan) Kode ,0231 0,0304 0,0000 0,0000 0, ,0102 0,0009 0,0000 0,0000 0, ,1231 0,0468 0,0000 0,0000 0, ,0003 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0556 0,0376 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,1255 0,0826 0,0975 0,0619 0, ,0339 0,0220 0,0035 0,0036 0, ,0066 0,0056 0,0041 0,0680 0, ,0767 0,0457 0,0016 0,0066 0, ,0075 0,0194 0,0803 0,0102 0, ,0006 0,0045 0,0047 0,1091 0, ,0300 0,0207 0,0469 0,0207 0, ,0061 0,0065 0,1020 0,0699 0, ,0064 0,0136 0,0037 0,0182 0, ,0028 0,0029 0,0054 0,0017 0, ,0010 0,0019 0,0036 0,0000 0, ,0113 0,0006 0,0003 0,0046 0, ,0026 0,0079 0,0045 0,0003 0, ,0011 0,0116 0,0122 0,0043 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0008 0,0010 0,0015 0,0011 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0105 0,0117 0,0131 0,0025 0, ,5358 0,3741 0,3850 0,3827 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,1606 0,1497 0,0546 0,2006 0, ,2408 0,4105 0,3931 0,3099 0, ,0400 0,0187 0,1566 0,0926 0, ,0228 0,0470 0,0107 0,0142 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,4642 0,6259 0,6150 0,6173 0, ,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000

157 133 Lampiran 3 (lanjutan) Kode ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0000 0,0001 0,0000 0, ,0060 0,0268 0,0218 0,0359 0, ,0081 0,0231 0,0026 0,0161 0, ,0123 0,0035 0,0685 0,0003 0, ,0003 0,0009 0,0021 0,0011 0, ,0088 0,0161 0,0004 0,0080 0, ,1738 0,0245 0,0739 0,0024 0, ,0064 0,0159 0,0029 0,0110 0, ,0000 0,0001 0,0002 0,0036 0, ,0056 0,0145 0,0000 0,1422 0, ,0324 0,2010 0,0123 0,0364 0, ,0073 0,0533 0,0000 0,0000 0, ,0003 0,0004 0,0000 0,0838 0, ,0020 0,0000 0,0022 0,0492 0, ,0017 0,0305 0,0051 0,0163 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0001 0,0041 0,0001 0,0034 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0040 0,0299 0,0029 0,0346 0, ,2691 0,4444 0,1951 0,4444 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,1188 0,0721 0,0789 0,1630 0, ,5894 0,4326 0,6144 0,3669 0, ,0200 0,0371 0,1067 0,0214 0, ,0027 0,0137 0,0049 0,0042 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,7309 0,5556 0,8049 0,5556 0, ,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000

158 134 Lampiran 3 (lanjutan) Kode Total 1 0,0000 0,0019 0,0458 0,0000 0, ,0001 0,0000 0,0015 0,0000 0, ,0000 0,0001 0,0008 0,0000 0, ,0000 0,0000 0,0006 0,0002 0, ,0000 0,0001 0,0000 0,0000 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0207 0,0074 0,1058 0,1217 2, ,0016 0,0008 0,0074 0,0092 0, ,0272 0,0013 0,0000 0,0168 0, ,0011 0,0014 0,0218 0,0155 0, ,0137 0,0005 0,0329 0,0034 0, ,1520 0,2474 0,0000 0,0019 1, ,0168 0,0008 0,0083 0,0118 0, ,0079 0,0001 0,0017 0,0026 0, ,0043 0,0013 0,0023 0,0172 0, ,0087 0,0003 0,0000 0,0038 0, ,0003 0,0000 0,0000 0,0077 0, ,0001 0,0005 0,0000 0,0411 0, ,0029 0,0001 0,0000 0,0035 0, ,0001 0,0001 0,0354 0,0032 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0009 0,0001 0,0000 0,0012 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0058 0,0002 0,0000 0,0035 0, ,2642 0,2642 0,2642 0,2642 8, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,6990 0,4075 0,1653 0,1787 4, ,0000 0,2933 0,5123 0, , ,0368 0,0345 0,0015 0,0398 1, ,0000 0,0006 0,0567 0,0147 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,7358 0,7358 0,7358 0, , ,0000 1,0000 1,0000 1,0000

159 135 Lampiran 4 Kebalikan Matriks Leontief (I-A) -1 Tabel Input-Output Kabupaten Gianyar Tahun 2009, 24 x 24 Kode ,0281 0,0109 0,0354 0,0116 0, ,0032 1,0291 0,0217 0,0065 0, ,0055 0,0068 1,5657 0,0030 0, ,0005 0,0043 0,0043 1,0099 0, ,0013 0,0029 0,0066 0,0028 1, ,0007 0,0022 0,0035 0,0023 0, ,0524 0,0987 0,2612 0,1077 0, ,0017 0,0037 0,0139 0,0034 0, ,0034 0,0166 0,0188 0,0177 0, ,0132 0,0188 0,1572 0,0124 0, ,0037 0,0133 0,0167 0,0103 0, ,0030 0,0086 0,0228 0,0050 0, ,0136 0,0170 0,0867 0,0197 0, ,0027 0,0035 0,0231 0,0034 0, ,0030 0,0045 0,0246 0,0041 0, ,0042 0,0301 0,0387 0,0096 0, ,0002 0,0007 0,0023 0,0007 0, ,0018 0,0027 0,0100 0,0022 0, ,0035 0,0031 0,0086 0,0034 0, ,0007 0,0011 0,0072 0,0018 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0011 0,0002 0,0016 0,0002 0, ,0000 0,0000 0,0002 0,0000 0, ,0061 0,0081 0,0288 0,0219 0,1382 Total 1,1535 1,2868 2,3597 1,2595 1,5456

160 136 Lampiran 4 (lanjutan) Kode ,0094 0,1450 0,0442 0,0607 0, ,0052 0,0814 0,0244 0,0338 0, ,0012 0,0141 0,0069 0,0082 0, ,0008 0,0085 0,0026 0,0113 0, ,0019 0,0277 0,0095 0,0124 0, ,0038 0,0105 0,0036 0,1006 0, ,0885 1,3779 0,4115 0,5716 0, ,0031 0,0320 1,0309 0,0181 0, ,0349 0,0128 0,0083 1,0621 0, ,0087 0,0758 0,0256 0,0900 1, ,0022 0,0189 0,0099 0,0151 0, ,0036 0,0349 0,0364 0,0279 0, ,0102 0,0703 0,0342 0,0607 0, ,0019 0,0145 0,0062 0,0146 0, ,0143 0,0293 0,0125 0,0218 0, ,0044 0,0411 0,0217 0,0345 0, ,0008 0,0013 0,0009 0,0200 0, ,0011 0,0074 0,0050 0,0139 0, ,0006 0,0050 0,0032 0,0073 0, ,0007 0,0044 0,0088 0,0085 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0007 0,0009 0,0008 0,0027 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0052 0,0250 0,0377 0,0383 0,0836 Total 1,2032 2,0388 1,7446 2,2343 2,5560

161 137 Lampiran 4 (lanjutan) Kode ,0554 0,0521 0,0234 0,0225 0, ,0282 0,0125 0,0125 0,0105 0, ,1992 0,0811 0,0207 0,0142 0, ,0026 0,0014 0,0014 0,0017 0, ,0641 0,0443 0,0099 0,0092 0, ,0039 0,0027 0,0029 0,0088 0, ,2847 0,1863 0,1943 0,1725 0, ,0453 0,0306 0,0135 0,0133 0, ,0215 0,0155 0,0179 0,0835 0, ,1164 0,0690 0,0242 0,0298 0, ,0201 0,0279 0,0909 0,0198 0, ,0218 1,0207 0,0295 0,1287 0, ,0634 0,0420 1,0681 0,0412 0, ,0171 0,0137 0,1192 1,0820 0, ,0265 0,0281 0,0146 0,0298 1, ,0326 0,0216 0,0164 0,0126 0, ,0025 0,0031 0,0049 0,0022 0, ,0198 0,0068 0,0050 0,0083 0, ,0082 0,0117 0,0069 0,0032 0, ,0062 0,0150 0,0153 0,0082 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0017 0,0016 0,0021 0,0017 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0346 0,0276 0,0218 0,0124 0,0146 Total 2,0759 1,7154 1,7154 1,7161 1,6763

162 138 Lampiran 4 (lanjutan) Kode ,0124 0,0122 0,0118 0,0129 0, ,0039 0,0055 0,0053 0,0067 0, ,0169 0,0109 0,0074 0,0059 0, ,0005 0,0007 0,0011 0,0008 0, ,0091 0,0060 0,0050 0,0041 0, ,0020 0,0016 0,0075 0,0026 0, ,0596 0,0878 0,0875 0,1109 0, ,0158 0,0329 0,0073 0,0293 0, ,0175 0,0115 0,0748 0,0207 0, ,0161 0,0135 0,0158 0,0124 0, ,0156 0,0246 0,0046 0,0154 0, ,1860 0,0776 0,0820 0,0311 0, ,0176 0,0295 0,0126 0,0321 0, ,0039 0,0047 0,0030 0,0088 0, ,0129 0,0232 0,0052 0,1663 0, ,0407 0,2255 0,0184 0,0478 0, ,0090 1,0589 0,0018 0,0016 0, ,0025 0,0036 1,0022 0,0917 0, ,0047 0,0022 0,0040 1,0533 0, ,0052 0,0349 0,0072 0,0200 1, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0005 0,0046 0,0005 0,0040 0, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0, ,0111 0,0382 0,0087 0,0426 0,0064 Total 1,4635 1,7102 1,3737 1,7212 1,3628

163 139 Lampiran 4 (lanjutan) Kode Total 1 0,0144 0,0162 0,0664 0,0216 1, ,0055 0,0039 0,0122 0,0119 1, ,0163 0,0205 0,0108 0,0040 2, ,0008 0,0004 0,0018 0,0016 1, ,0090 0,0113 0,0059 0,0048 1, ,0036 0,0009 0,0016 0,0037 1, ,0850 0,0587 0,1744 0,2009 5, ,0090 0,0088 0,0138 0,0163 1, ,0336 0,0056 0,0048 0,0259 1, ,0184 0,0195 0,0368 0,0297 1, ,0211 0,0078 0,0380 0,0090 1, ,1608 0,2532 0,0148 0,0158 2, ,0296 0,0122 0,0219 0,0268 1, ,0137 0,0038 0,0056 0,0070 1, ,0120 0,0088 0,0100 0,0262 1, ,0156 0,0064 0,0109 0,0165 1, ,0017 0,0008 0,0004 0,0091 1, ,0027 0,0024 0,0030 0,0441 1, ,0055 0,0031 0,0020 0,0054 1, ,0033 0,0039 0,0371 0,0055 1, ,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1, ,0013 1,0005 0,0003 0,0015 1, ,0000 0,0000 1,0000 0,0000 1, ,0130 0,0075 0,0067 1,0104 1,6487 Total 1,4760 1,4563 1,4791 1, ,8216

164 140 Lampiran 5 Kuesioner untuk Mendapatkan Data untuk Analisis Scoring System dan untuk Analisis A WOT (dalam Penentuan Faktor-Faktor Internal dan Eksternal) dari Responden Pemerintah, Swasta, dan Tokoh Masyarakat POTENSI OBYEK WISATA DAN KETERPADUANNYA DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN PAYANGAN, KABUPATEN GIANYAR, PROVINSI BALI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

165 141 Lampiran 5 (lanjutan) PENDAHULUAN Dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PS PWL), Institut Pertanian Bogor (IPB), maka saya : Nama : I Kadek Pasek Rudita NRP : A Program Studi : Ilmu Perencanaan Wilayah mengajukan tugas akhir tesis dengan judul : Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Berkenaan dengan tugas akhir tersebut, saya menyusun kuesioner yang berkaitan dengan upaya mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan. Untuk itu kami mohon kepada Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini dengan jawaban yang benar dan akurat agar data tersebut dapat diolah/dianalisa, sehingga menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu serta kesediaan dalam meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, kami ucapkan terima kasih. Hormat Saya, I Kadek Pasek Rudita

166 142 Lampiran 5 (lanjutan) IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Tempat/Tgl. Lahir/Umur : 3. Alamat : 4. Pekerjaan : DAFTAR PERTANYAAN 1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang istilah-istilah berikut : a. Pengembangan wilayah : a. Ya b. Tidak b. Kawasan agropolitan : a. Ya b. Tidak c. Agrowisata : a. Ya b. Tidak d. Potensi obyek wisata : a. Ya b. Tidak e. Keterpaduan antar/dalam sektor : a. Ya b. Tidak f. Manfaat pengembangan potensi wisata : a. Ya b. Tidak g. Manfaat keterpaduan pengembangan wisata : a. Ya b. Tidak 2. Kecamatan Payangan sebagai pengembangan Kawasan Agropolitan juga memiliki potensi obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Ada 6 (enam) obyek wisata yang berpotensi dikembangkan di Kecamatan Payangan antara lain :

167 143 Lampiran 5 (lanjutan) Agrowisata Payangan Agrowisata Payangan menawarkan beberapa pilihan wisata antara lain : wisata desa, tracking, buggy / quad, wisata edukatif, museum pertanian, kawasan perkebunan bunga, perkebunan kopi, perkebunan jeruk, dan pertanian terintegrasi. Sungai Ayung Sungai Ayung merupakan sungai bersejarah yang memiliki pemandangan alam yang memikat. Sungai ini telah lama menjadi tempat rafting terbaik dan terfavorit di Bali. Di Kecamatan Payangan pengembangan wisata rafting berada di Desa Melinggih dan Desa Melinggih Kelod. Nyepi Kasa Nyepi Kasa merupakan tradisi khas yang hanya dilaksanakan masyarakat di Desa Pakraman Buahan secara turun temurun. Pelaksanaan Nyepi Kasa hampir sama dengan pelaksanaan Nyepi Kesanga yang dilakukan masyarakat Bali pada umumnya. Sehari sebelum pelaksanaan Nyepi Kasa yaitu pada pelaksanaan tawur agung, menggunakan anak sapi sebagai hewan korban.

168 144 Lampiran 5 (lanjutan) Aci Keburan Desa Pakraman Pausan Sarkofagus Aci Keburan merupakan ritual unik dan khas yang dilaksanakan di Pura Hyang Api, di Desa Kelusa. Pelaksanaan ritual ini melalui adu ayam yang dilakukan secara massal untuk nawur sesangi (membayar kaul) atas permohonan kesembuhan dan keberhasilan dalam beternak. Tradisi ini dilaksanakan setiap enam bulan wuku (setiap 210 hari sekali), selama 42 hari yang dimulai pada Hari Raya Kuningan Umat Hindu. Desa Pakraman Pausan merupakan salah satu banjar di Desa Buahan Kaja yang memiliki kekhasan adat dan budaya yang berbeda dari masyarakat Bali pada umumnya. Dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan terdapat setruktur kepemimpinan sesuai dengan bidang tugasnya masingmasing, yang terdiri dari Jero Bayan (kiwa & tengen), Jero Bau (kiwa & tengen), Jero Bendesa Adat, Jero Singgukan dan Jero Malungan. Sarkofagus merupakan tempat penyimpanan jenasah yang umumnya terbuat dari batu dan merupakan peninggalan sejarah dari jaman megalitikum. Salah satu sarkofagus yang ada ditemukan di Desa Bukian.

169 145 Lampiran 5 (lanjutan) Dari keenam obyek wisata yang berpotensi dikembangkan di atas, menurut Bapak/Ibu bagaimana urutan masing-masing potensi obyek wisata tersebut dari yang paling Anda sukai (lingkari sesuai urutan pilihan)? Obyek wisata Urutan Agrowisata Payangan : Sungai Ayung : Nyepi Kasa : Aci Keburan : Desa Pakraman Pausan : Sarkofagus : Keterangan: Urutan 1 (paling disukai) s/d urutan 6 (kurang disukai) 3. Menurut Bapak/Ibu apa saja faktor internal yaitu KEKUATAN dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan : Menurut Bapak/Ibu apa saja faktor internal yaitu KELEMAHAN dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan :

170 146 Lampiran 5 (lanjutan) 5. Menurut Bapak/Ibu apa saja faktor eksternal yaitu PELUANG dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan : Menurut Bapak/Ibu apa saja faktor eksternal yaitu ANCAMAN dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan : Menurut Bapak/Ibu upaya apa saja yang perlu dilakukan dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan : Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya

171 147 Lampiran 6 Kuesioner untuk Mendapatkan Data untuk Analisis Scoring System dan AHP dari Responden Wisatawan Mancanegara THE TOURISM POTENTIAL AND ITS INTEGRATION IN AREA DEVELOPMENT OF PAYANGAN AGROPOLITAN, GIANYAR REGENCY, BALI PROVINCE POSTGRADUATE STUDY BOGOR AGRICULTURAL INSTITUTE BOGOR 2011

172 148 Lampiran 6 (lanjutan) PREFACE In order to fulfill the requirements to achieve Master of Science degree in the Study of Regional Planning Program (PS PWL), Bogor Agricultural Institute (IPB), herewith, I: Name : I Kadek Pasek Rudita NRP : A Study : The Science of Regional Planning submit final thesis with the title: The Tourism Potential and Its Integration in Area Development of Payangan Agropolitan, Gianyar Regency, Bali Province. Related to the thesis, I composed a questionnaire that related in knowing the potential tourist objects to be developed in Payangan Agropolitan district and the factors that influence tourist to visit that area. Because of that reason, we hope you could answer all questions in this questionnaire correctly and accurately in order to process / analyze the data, so that we obtain an scientifically accounted information. For your attention and a willingness in taking the time to fill out this questionnaire, we thank you. Sincerely, I Kadek Pasek Rudita

173 149 Lampiran 6 (lanjutan) CHAPTER I RESPONDENT IDENTITY 1. Name : 2. Place/date of birth : 3. Address : 4. Occupation : 5. Origin region/country : TOURIST OBJECT POTENTCY Payangan district as a Agropolitan development area also has many potential tourist objects to be developed. There are six main objects that could potentially be developed in Payangan District such as: Payangan Agrotourism Payangan Agrotourism offers several tour options, among others: village tours, tracking, buggy / quad, educational tours, museum of agriculture, regional flower plantations, coffee plantations, citrus plantations and integrated farming.

174 150 Lampiran 6 (lanjutan) Ayung River Ayung River is the historic river that has an enchanting natural scenery. Since a long time, this river is known as a a favorite and the best rafting place in Bali. In Payangan District, the rafting object development located in the Melinggih and Melinggih Kelod village. Nyepi Kasa Aci Keburan Nyepi Kasa is a typical gauze tradition which held only by Buahan villagers from generation to generation. The implementation of Nyepi Kasa is almost equal to the implementation of Nyepi Kesanga which is held by Balinese. A day before Nyepi Kasa, villagers held Tawur Agung using calf as sacrificial animals. Aci Keburan is a unique and special rituals which is held at Hyang Api Temple at Kelusa Village. This ritual held by doing a mass cockfighting for nawur sesangi (pay vows) at the request of healing and success in breeding. This tradition is held every six Balinese months (every 210 days), during 42 days began on Kuningan Day.

175 151 Lampiran 6 (lanjutan) Desa Pakraman Pausan Sarcophagus Desa Pekraman Pausan is one of the community in Buahan village which has the particularity of different customs and culture of Balinese society in general. In the implementation of religious activities there is the leadership structure in accordance with its assignments each consisting of Jero Bayan (Kiwa and Tengen), Jero Bau (Kiwa and Tengen), Jero Bendesa Adat, Jero Singgukan and Jero Malungan. Sarcophagus is a place for keeping dead bodies and usually made of stone. It is a historical relic from the megaliths era. One of the existing sarcophagus found in Bukian village.

176 152 Lampiran 6 (lanjutan) QUESTION From the six potential tourist objects to be developed above, according to you, how is the order of each potential of the tourist object you like the most (circle based on the order of choice)? Tourist Attraction Order Payangan Agrotourism : Ayung River : Nyepi Kasa : Aci Keburan : Desa Pakraman Pausan : Sarchopagus : Note: the first order (1) is the most likely and the last order (6) is the less likely

177 153 Lampiran 6 (lanjutan) CHAPTER II FACTORS THAT AFFECT TOURIST VISIT The increasing of tourist visit in Payangan agropolitan area affected by seven main factors: (1) promotion, (2) transportation facilities, (3) facilities, (4) types of tours and attractions, (5) ticket price, (6) services and (7) distance from residence / stay. Promotion factor is divided into three intermediary criteria namely non-electronic media (flyers / newspaper / verbal), electronic media (tv / radio) and non-electronic & electronic media. Transportation facilities factor has three criteria namely private car, travel / charter, and public transportation. Associated with supporting facilities there are four criteria: lodging, restaurant, toilet, and lodging, restaurant & toilet. Based on the types of tours and attractions offered, there are three criteria: cultural tourism, nature tourism / agrotourism, and cultural & nature tourism / agrotourism. Related with ticket price, there are three criteria such as free, cheap and expensive. Based on service provided there are four criteria: tour guide, stall / hawker, environmental cleanliness and friendliness of society. Based on distance from residence / stay factor, there are three criteria: near, medium and far. Further, to find out the effect of various aspects of respondent perception, drawn up various questions with hierarchical structure as follows: The increasing of tourist visit in the Payangan Agropolitan area Promotion Transportation facilities Facilities Types of tours & attractions Ticket price Services Distance from residence / stay 1. Non electrnic (pamlet/ newspapers / verbal) 2. electronic (TV/radio) 3. non electronic & electronic media 1. Private car 2. Travel/charter 3. Public transpportation 1. Lodging 2. Restaurant 3. Toilet 4. Lodging, restaurant & toilet 1. Cultural tourism 2. Nature tourism/ agrotourism 3. Cultural tourism & nature tourism /agrotourism 1. Free 2. Cheap 3. Expensive 1. Tour guide 2. stall/hawker 3. Environmental cleanliness 4. Friendliness of society 1. Near 2. Medium 3. Far

178 154 Lampiran 6 (lanjutan) How to answer the questionnaire : Respondents only sort by the level of interest and determine a value between 1-9 and provide a cross (X) on that value. Provisions of weighting each value as shown in the table below : Value Explanation 1 Both element are important 3 One element is a little more important than the other element 5 One element is more important than the other element 7 One element is clearly more important than the other element 9 One element is absolutely more important than the other element 2,4,6,8 Value between two adjacent values considerations The example of sort based on their importance : Factors Order A 2 B 3 C 1 The example of weighting : if factor A is absolutely more important than factor B, then filled Faktor A Or, factor B is more important than factor A, then filled in : Faktor B Faktor A Faktor B

179 155 Lampiran 6 (lanjutan) QUESTIONNAIRE 1. The increasing of tourist visit in the Payangan Agropolitan area is affected by seven important factors: promotion, transportation facilities, facilities, types of tours and attractions offered, ticket price to enter the location, services given, and distance from residence / stay. According to you, the order of importance of the terms is: Factors Promotion Transportation facilities Facilities Types of tours and attractions Ticket price Services Distance from residence / stay Order Further more, how is the weighted pairwise comparisons of each of these factors? Promotion Promotion Promotion Promotion Promotion Promotion Transportation facilities Transportation facilities Transportation facilities Transportation facilities Transportation facilities Transportation facilities Facilities Types of tours and attractions Ticket price Services Distance Facilities Types of tours and attractions Ticket price Services Distance

180 156 Lampiran 6 (lanjutan) Facilities Facilities Facilities Facilities Types of tours and attractions The types of tour and attraction The types of tours and attractions Types of tours and attractions Ticket price Services Distance Ticket price Ticket price Ticket price Services Services Distance Services Distance Distance 2. Based on promotion factor there are three criteria: non-electronic media (pamlet / newspapers / verbal), electronic media (tv / radio), electronic and non electronic media. According to your experience, please write the order of media from where you get the promotion about tourist objects in Payangan : Criteria Non electronic Electronic Non electronic & electronic Order Further more, how is the weighted pairwise comparisons of each of these factors? Non electronic Non electronic Electronic Electronic Non electronic & electronic Non electronic & electronic

181 157 Lampiran 6 (lanjutan) 3. Based on transportation facilities, there are three important criteria: private car, travel/charter and public transportation. According to your experience, please write the order of transportation you usually used: Criteria Private car Travel/charter Public transportation Order Private car Private car Travel/ charter Further more, how is the weighted pairwise comparisons of each of these factors? Travel/ charter Public transportation Public transportation 4. Based on facilities provided, there are four important criteria: lodging, restaurant, toilet and lodging, restaurant & toilet. According to your experience, please write the order of facilities usually offered: Criteria Lodging Restaurant Toilet Lodging, restaurant, & toilet Lodging Lodging Lodging Restaurant Restaurant Toilet Order Further more, how is the weighted pairwise comparisons of each of these factors? Restaurant Toilet Lodging, restaurant, & toilet Toilet Lodging, restaurant, & toilet Lodging, restaurant, & toilet

182 158 Lampiran 6 (lanjutan) 5. Based on types of tours and attractions offered, there are three important criteria: cultural tourism, nature tourism / ecotourism, and cultural tourism & cultural tourism / agrotourism. Please write the order of tours and attractions you usually visit. Criteria Cultural tourism Nature tourism / agrotourism Cultural tourism & nature tourism / agrotourism order Further more, how is the weighted pairwise comparisons of each of these factors? Cultural tourism Cultural tourism Nature tourism / agrotourism Nature tourism / agrotourism Cultural tourism & nature tourism / agrotourism Cultural tourism & nature tourism / agrotourism 6. Based on ticket price to enter the tourist objects, there are three important criteria: free, cheap and expensive. According to your experience, how is ticket price to enter the tourist objects in Payangan: Criteria Free Cheap Expensive Free Free Cheap Order Further more, how is the weighted pairwise comparisons of each of these factors? Cheap Expensive Expensive

183 159 Lampiran 6 (lanjutan) 7. Based on services provided, there are four important criteria: tour guide, stall/ hawker, environmental cleanliness and friendliness of local society. According to your experience, how is the order of services you usually meet. Criteria Tour guide Stall/hawker Environmental cleanliness Friendliness of local society Tour guide Tour guide Tour guide Order Further more, how is the weighted pairwise comparisons of each of these factors? Stall/hawker Stall/hawker Environmental cleanliness Stall/hawker Environmental cleanliness Friendliness of local society Environmental cleanliness Friendliness of local society Friendliness of local society 8. Based on distance from residence / stay, there are three criteria: near, Criteria Near Medium Far Near Near Medium medium and far. According to your experience, please order the distance of the tourist objects from your residence / stay Order Further more, how is the weighted pairwise comparisons of each of these factors? Medium Far Far Thank you for your attention and cooperation

184 160 Lampiran 7 Kuesioner untuk Mendapatkan Data untuk Analisis Scoring System dan AHP dari Responden Wisatawan Nusantara POTENSI OBYEK WISATA DAN KETERPADUANNYA DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN PAYANGAN, KABUPATEN GIANYAR, PROVINSI BALI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

185 161 Lampiran 7 (lanjutan) PENDAHULUAN Dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PS PWL), Institut Pertanian Bogor (IPB), maka saya : Nama : I Kadek Pasek Rudita NRP : A Program Studi : Ilmu Perencanaan Wilayah mengajukan tugas akhir tesis dengan judul : Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Berkenaan dengan tugas akhir tersebut, saya menyusun kuesioner yang berkaitan dalam mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. Untuk itu kami mohon kepada Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini dengan jawaban yang benar dan akurat agar data tersebut dapat diolah/dianalisa, sehingga menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu serta kesediaan dalam meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, kami ucapkan terima kasih. Hormat Saya, I Kadek Pasek Rudita

186 162 Lampiran 7 (lanjutan) BAGIAN I IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Tempat/Tgl. Lahir/Umur : 3. Alamat : 4. Pekerjaan : 5. Asal Daerah/Negara : POTENSI OBYEK WISATA Kecamatan Payangan sebagai pengembangan Kawasan Agropolitan juga memiliki potensi obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Ada 6 obyek wisata yang berpotensi dikembangkan di Kecamatan Payangan antara lain: Agrowisata Payangan Agrowisata Payangan menawarkan beberapa pilihan wisata antara lain : wisata desa, tracking, buggy / quad, wisata edukatif, museum pertanian, kawasan perkebunan bunga, perkebunan kopi, perkebunan jeruk, dan pertanian terintegrasi.

187 163 Lampiran 7 (lanjutan) Sungai Ayung Sungai Ayung merupakan sungai bersejarah yang memiliki pemandangan alam yang memikat. Sungai ini telah lama menjadi tempat rafting terbaik dan terfavorit di Bali. Di Kecamatan Payangan pengembangan wisata rafting berada di Desa Melinggih dan Desa Melinggih Kelod. Nyepi Kasa Nyepi Kasa merupakan tradisi khas yang hanya dilaksanakan masyarakat di Desa Pakraman Buahan secara turun temurun. Pelaksanaan Nyepi Kasa hampir sama dengan pelaksanaan Nyepi Kesanga yang dilakukan masyarakat Bali pada umumnya. Sehari sebelum pelaksanaan Nyepi Kasa dilaksanakan Tawur Agung menggunakan anak sapi sebagai hewan kurban. Aci Keburan Aci Keburan merupakan ritual unik dan khas yang dilaksanakan di Pura Hyang Api, di Desa Kelusa. Pelaksanaan ritual ini melalui adu ayam yang dilakukan secara massal untuk nawur sesangi (membayar kaul) atas permohonan kesembuhan dan keberhasilan dalam beternak. Tradisi ini dilaksanakan setiap enam bulan wuku (setiap 210 hari sekali), selama 42 hari yang dimulai pada Hari Raya Kuningan Umat Hindu.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata 9 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

Lebih terperinci

POTENSI OBYEK WISATA DAN KETERPADUANNYA DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN PAYANGAN, KABUPATEN GIANYAR, PROVINSI BALI

POTENSI OBYEK WISATA DAN KETERPADUANNYA DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN PAYANGAN, KABUPATEN GIANYAR, PROVINSI BALI POTENSI OBYEK WISATA DAN KETERPADUANNYA DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN PAYANGAN, KABUPATEN GIANYAR, PROVINSI BALI The Tourism Potential and Its Integration in Area Development of Payangan Agropolitan,

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN 63 V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterkaitan Sektor Pariwisata dengan Sektor Lainnya Keterkaitan masing-masing sektor dalam perekonomian Kabupaten Gianyar bisa diketahui dari analisis Input-Output (I-O),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Heri Winarno

Oleh : Slamet Heri Winarno Oleh : Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam memperkuat perekonomian negara Pariwisata ini merupakan sektor penghasil utama devisa negara nonmigas. 2 Pariwisata

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk dan sifat kegiatan yang ditawarkan. Perkembangan ini menuntut agar industri

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ALOKASI ANGGARAN DAN SEKTOR UNGGULAN DALAM MENGOPTIMALKAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BOGOR FERDINAN SUKATENDEL

ANALISIS KETERKAITAN ALOKASI ANGGARAN DAN SEKTOR UNGGULAN DALAM MENGOPTIMALKAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BOGOR FERDINAN SUKATENDEL ANALISIS KETERKAITAN ALOKASI ANGGARAN DAN SEKTOR UNGGULAN DALAM MENGOPTIMALKAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN BOGOR FERDINAN SUKATENDEL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA METRO LAMPUNG BERBASIS EVALUASI KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN ROBBY KURNIAWAN SAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Ida Bagus Surya Mahayana.NIM.1417151017. Perencanaan Jalur Sepeda Sebagai Tujuan Wisata Desa di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Pembimbing I: Ir. Ida Ayu Mayun, M.P. Pembimbing II: Ir. Anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuan penyelenggaraan agrowisata

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuan penyelenggaraan agrowisata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuan penyelenggaraan agrowisata adalah untuk memperluas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang mengandalkan sektor pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri yang besar di dunia dan salah satu sektor yang tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Proses pembangunan dalam usaha meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus-menerus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN. daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam terutama sumber daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman dan keunikannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENGUATAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR M. IRFAN SURYAWARDANA

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENGUATAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR M. IRFAN SURYAWARDANA ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN ALOKASI ANGGARAN UNTUK PENGUATAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR M. IRFAN SURYAWARDANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus Kota Batu Provinsi Jawa Timur) FATCHURRAHMAN ASSIDIQQI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan.

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di negara beriklim tropis, memiliki tanah yang cukup subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa wilayah di Indonesia cukup

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY

ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 YANG SELALU DI HATI Yang mulia:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan besar untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Mei Agustus 2008. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya, serta memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya, serta memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian. Sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Bali sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya, serta memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian.

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi pelayanan SKPD Badan Pelaksana

Lebih terperinci

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Oleh : ERINA WULANSARI [ ] MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS SUBAK PADA KAWASAN CEKING KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR SKRIPSI OLEH:

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS SUBAK PADA KAWASAN CEKING KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR SKRIPSI OLEH: STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS SUBAK PADA KAWASAN CEKING KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR SKRIPSI OLEH: I DEWA AYU PUSPITADEWI 0805315010 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, yang dihuni oleh bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata Dan Wisatawan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata adalah kegiatan melaksanakan perjalanan untuk memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, mencari kepuasan, mendapatkan kenikmatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci