[RENSTRA JEMAAT GPM NAZARET TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "[RENSTRA JEMAAT GPM NAZARET TAHUN BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinamika perkembangan bergereja pada Jemaat GPM Nazaret kini telah dimulai, seiring dengan terlaksnanya pelembagaan Jemaat GPM Nazaret dari Jemaat GPM Bethabara pada tanggal 10 Januari Tentunya berbagai problematika pelayanan turut mewarnai tanggung jawab menanam dan menyiram di jemaat yang baru bertumbuh ini. Berbagai masalah pelayanan dihadapi oleh gereja pada jemaat GPM Nazaret, baik yang terkait dengan pelayanan diakonal, marturia, maupun eukonomia, bahkan berbagai masalah yang juga timbul sebagai dampak dari perkembangan globalisasi, IPTEK, Pergaulan Bebas, dan lain sebagainya. Dalam menjawab tantangan bergereja inilah maka dibutuhkanlah sebuah proses perencanaan strategis yang matang, dengan menggunakan sejumlah perangkat analisa. Atas dasar itulah Jemaat GPM Nazaret telah melakukan proses penyusunan Renstra tahun yang dimulai dengan proses pembentukan dan pelantikan Tim yang waktu itu masih terintegrasi dalam Jemaat GPM Bethabara yakni pada tanggal 25 Oktober 2015 yang diketuai oleh Ketua Majelis Jemaat Bethabara, Pdt. D. Soptlanit. Namun ketika proses penyusunan Renstra Jemaat GPM Bethabara berlangsung terjadi pemekaran dan pelembagaan, pada tanggal 10 Januari 2016, dimana Jemaat ini terbagi atas 2 (dua) jemaat, yakni Jemaat GPM Bethabara yang berlokasi di Daerah kayu Tiga, dan Jemaat GPM Nazaret yang berlokasi di Daerah Karpan Bawah. Kendatipun demikian Tim yang telah dibentuk tidak lalu terpisah tetapi bekerja sama dengan baik untuk menghasilkan dokumen Renstra, baik untuk Jemaat GPM Nazaret, maupun Jemaat GPM Bethabara DASAR 1. Tata Gereja GPM Bab 1 pasal 2 2. Tata Gereja GPM Bab 3 Pasal 6 3. Tata Gereja GPM Bab 3 Pasal 10, jo Pasal Peraturan pokok GPM tentang sinode, Bab 3 pasal 10, pasal 11 dan pasal Peraturan Pokok GPM tentang Klasis, Bab 5 Pasal Peraturan Pokok GPM tentang Jemaat, Bab 7 Pasal 14 1

2 1.3. TUJUAN 1. Menjabarkan amanat dan panggilan pelayanan GPM secara praktis. 2. Mengidentifikasi masalah atau Problematika pelayanan Jemaat secara riil. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan jemaat secara terukur. 4. Mempedomani penyusunan program tahunan secara progresif dan berkelanjutan. 5. Menjadi alat evaluasi perkembangan pelayanan dan implementasi PIP/RIP GPM SISTEMATIKA Adapun sistematika penulisan Renstra adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar 1.3 Tujuan 1.4 Sistematika BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat Jemaat 2.2 Kondisi Umum 2.3 Analisis Kelembagaan 2.4 Problematika Pelayanan BAB III WAWASAN TEOLOGI DAN EKLESIOLOGI JEMAAT BAB IV VISI,MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI 4.1 Visi Gereja dan Pengembangan Jemaat 4.2 Misi Gereja dan Pengembangan Jemaat 4.3 Tujuan Strategis 4.4 Sasaran Strategis Pengembangan Jemaat, Pelayan dan Kelembagaan BAB V ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB VI PENUTUP LAMPIRAN LAMPIRAN: a. Kerangka Kerja Logis b. Program Tahunan Jemaat tahun pertama c. Data Base Jemaat d. SK Tim Renstra 2

3 BAB II GAMBARAN UMUM II.1 Sejarah Singkat Jemaat Pada awalnya Jemaat GPM Nazaret dan Bethabara berada dalam satu kesatuan dengan Jemaat GPM Bethel Klasis Kota Ambon. Namun karena dinamika dan pertumbuhan Jemaat GPM Bethel yang semakin pesat dan rentang kendali terhadap daya jangkau pelayanan bagi warga gereja yang berada di lokasi sekitar Batu Merah dan Karang Panjang yang kurang menyentuh, maka dirasakan perlu dilakukan langkah penjejakan untuk persiapan pemekaran jemaat. Pdt. Dominggus Souhoka pada saat itu dipercayakan oleh Badan Pekerja Harian Sinode GPM sebagai Penghentar Jemaat GPM Bethel. Dalam proses kepemimpinan beliau, melalui Persidangan Jemaat GPM Bethel di tahun 1979, maka disepakatilah penjejakan pemekaran Jemaat GPM Bethel. Hasil keputusan Sidang Jemaat GPM Bethel di tahun 1979 dibawakan dalam Persidangan Klasis GPM Kota Ambon, kemudian diteruskan ke Badan Pekerja Lengkap Sinode GPM melalui Persidangan BPL tahun Dalam Persidangan Badan Pekerja Lengkap Sinode GPM pada tahun 1980 diputuskan dan ditetapkanlah bahwa Jemaat GPM Bethel dimekarkan menjadi 3 (tiga) jemaat, antara lain Jemaat GPM Bethel, Jemaat GPM Bethabara, dan Jemaat GPM Imanuel.Realisasi Pemekaran Jemaat GPM Bethabara secara resmi dilaksanakan pada tanggal 6 September Kepemimpinan Jemaat GPM Bethabara pada saat itu dipercayakan kepada Pdt. M. Lawalata yang dibantu oleh Pdt. Ny. Lies Marantika. Jemaat GPM Bethabara pada saat itu dibagi menjadi 8 (delapan) sektor pelayanan yaitu sektor I s.d sektor VIII.Dinamika pelayanan terus-menerus mengalami perkembangan baik dalam pelayanan bergereja maupun bermasyarakat. Dalam proses pelayanan selanjutnya jemaat GPM bethabara mengalami perkembangan yang begitu pesat, baik dalam proses peningkatan pelayanan maupun dalam berbagai lini lainnya. Perjalanan pelayanan bergereja di tahun 1999 tepatnya pada tanggal 19 Januari terjadi konflik sosial yang bermula dari Jemaat GPM Bethabara dan pada akhirnya merambat sampai ke kota Ambon dan Maluku secara umumnya. Kerusuhan yang terjadi membawa dampak yang sangat besar bagi warga jemaat, dimana bangunan rumah maupun gereja mengalami kebakaran.tidak sedikit kerugian jiwa maupun materi yang ditimbulkan sebagai akibat dari konflik ini. Kegiatan peribadahan jemaat pun dialihkan ke Gereja Kerapatan Toraja samping Kantor Lurah Amantelu bagi anggota jemaat yang masih bertahan dan berdomisili pada sektor I, II, dan III, sedangkan untuk peribadahan di Gereja Anugerah Wisma Atlik Karpan bagi warga jemaat yang mengalami dampak langsung korban kerusuhan yakni pada Sektor III, IV, V, VI, VII dan VIII. Keadaan umat sebagai pengungsi di Wisma Atlit berlangsung sampai dengan tahun 2006.Perhatian terhadap warga jemaat korban konflik pun berdatangan dari berbagai instansi maupun LSM, termasuk pemerintah yang kemudian mengambil sikap untuk merelokasi warga jemaat dari wisma ke daerah Kayu Tiga Petuanan Negeri Soya. Pada tanggal 28 April 2006 Gubernur, Wakil Gubernur, dan Muspida bersama Pimpinan Gereja Protestan Maluku melepaskan warga jemaat Bethabara yang berada di 3

4 lokasi pengungsian (wisma Atlit dan GOR) ke lokasi pemukiman baru di Kayu Tiga. Pelaksanaan ibadah perdana bagi Jemaat GPM Bethabara yang direlokasikan ke Kayu Tiga dilaksanakan pada tanggal 6 Mei Pada saat terjadinya konflik sosial Jemaat GPM Bethabara dipimpin oleh Pdt. I. D. Toisuta dan dibantu oleh Pdt. Ny. M. de Fretes. Kedua hamba Tuhan ini, menggembalakan Jemaat GPM Bethabara sampai dengan tahun 2002, dan kemudian digantikan dengan Pdt. F. L. Hitijahubessy yang dibantu oleh Pdt. Ny. M. M. Louhery, dan Pdt. Ny. L. Sipahelut yang bertugas sampai dengan tahun Selama kepemimpinan Pdt. F. L. Hitijahubesy salah satu sektor pelayanan dari jemaat GPM Bethabara yaitu Sektor VIII (delapan) direlokasikan ke Jemaat GPM Halong Klasis Pulau Ambon, dan pada tanggal 4 Juni 2006 Jemaat GPM Bethabara secara kelembagaan melepaskan sektor VIII kepada Jemaat GPM Halong. Dengan demikian secara kelembagaan Jemaat Bethabara hanya terdiri dari 7 (tujuh) sektor pelayanan. Setelah kepemimpinan Pdt. F. L. Hitijahubesy, Jemaat GPM Bethabara dipimpin oleh Pdt. D. Chr. Soplanit dan dibantu oleh Pdt. Ny. M. M. Louhery, Pdt. Ny. L. Sipahelut, dan Pdt. Ny. A. Batlajery. Dalam perjalanan pelayanan ke depan sektor-sektor yang ada di dalam Jemaat GPM Bethabara, namanya diubah dari angka ke nama. Pesatnya dinamika dan pertumbuhan umat, membuat Sektor Salem dimekarkan menjadi 2 (dua) sektor yakni Sektor Salem dan Sektor Sion. Dengan demikian secara kelembagaan Jemaat Bethabara memiliki 8 (delapan) sektor pelayanan dan 19 (Sembilan belas) unit, yang dilayani oleh 38 (tiga puluh delapan) Majelis Jemaat yang terdiri dari 19 orang Penatua, dan 19 orang Diaken, ditambah dengan 3 (tiga orang tenaga Pendeta). Pasca pemekaran Jemaat Bethabara dari Jemaat GPM Bethel, maka terhadapat 13 (tiga belas) Pendeta yang terlibat didalam pelayanan umat, antara lain sebagai berikut. 1. Pdt. Mozes Lawalatta ( Tahun ) ( dibantu oleh Pdt. Ny. Lies Marantika ) 2. Pdt. Ny. Lies Marantika ( Tahun ) 3. Pdt. B. Pentury ( Tahun ) ( dibantu oleh Pdt. Ny. Mito de Fretes dan Pdt. Jambormias ) 4. Pdt. I. D. Toisuta ( Tahun ) (dibantu oleh Pdt. Ny. Mito de Fretes ) 5. Pdt. F. L.Hitijahubessy ( Tahun ) (dibantu oleh Pdt. Ny. M. M. Leuhery, Pdt. Ny. L. Sipahelut dan Pdt. Ny. R. Salampessy ) 6. Pdt. Ny. M. M. Leuhery ( Tahun ) 7. Pdt. Ny. L. Sipahelut ( Tahun ) 8. Pdt. D. Soplanit ( 2007 sampai sekarang ) (dibantu oleh Pdt. Ny. M. M. Leuhery, Pdt. Ny. L. Sipahelut, Pdt. Ny. R. Salampessy dan Pdt. Ny. Yati Batlajery) 9. Pada tahun 2009 terjadi mutasi bagi Pendeta Ny. M. M. Leuhery ke Jemaat GPM Hulaliu Kasis PP Lease 10. Pdt. Ny. A. Batlajery ( Tahun ) 4

5 11. Pdt. Ny. L. Sipahelut dimutasikan ke Jemaat Sion Klasis Kota Ambon ( 28 Juni 2013 ) 12. Pdt. Ny. Tjun Aitonam ( Tahun 2015 ) 13. Pdt. Ny. N. Sinay / M ( Tahun 2015 ) Dalam perkembangan selanjutnya, tuntutan rentang kendali yang tinggi dalam pelayanan mendorong Jemaat GPM Bethabara untuk melakukan penjejakan pemekaran jemaat. Ini didasarkan ketersebaran jemaat yang terjadi sebagai akibat dari Konflik Kemanusiaan tahun 1999, yang memisahkan 4 (empat) sektor pelayanan masih tetap berada di Daerah Pelayanan Karang panjang, dan 4 (empat) sektor pelayanan direlokasi dari Daerah Bt. Merah dalam ke Lokasi pemukiman Baru di kayu Tiga. Pada tanggal 20 Juni 2010 dibentuklah Tim Penjejakan Jemaat GPM Bethabara.Tim ini melakukan langkah penjejakan dan kemudian dilakukan pembahasan dalam Persidangan Jemaat Tahun 2012, yang dituangkan dalam rekomendasi Persidangan ke-29 Jemaat GPM Bethabara. Pada tahun 2013 Majelis Jemaat GPM Bethabara melakukan pengusulan Pemekaran jemaat kepada Klasis GPM Kota Ambon, dan sesuai peraturan GPM usulan ini dibahas sebanyak 2 (dua) kali dalam Persidangan MPL, yakni di tahun 2013 Persidangan MPL di Uweng Gabungan, Taniwel, dan pada Persidangan MPL tahun 2014 di Telutih disetujui Pemekaran jemaat GPM Bethabara dan ditentukan pelaksanaannya pada bulan Juni Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 31 Oktober 2015 ditentukanlah waktu pelembagaan jemaat yakni pada tanggal 10 Januari Proses pelembagaan yang berlangsung di tanggal 10 Januari 2015 telah memisahkan jemaat GPM Bethabara dalam 2 (dua) jemaat, yakni Jemaat GPM Bethabara yang berlokasi pada pemukiman jemaat di Kayu Tiga dan Jemaat GPM Nazaret yang berlokasi di daerah Karpan Bawah. Dalam Ibadah Pelembagaan dimaksud juga dilakukan pelantikan kepada Ketua Majelis Jemaat GPM Bethabara yaitu Pdt. Ny. L. Mustamu/Papilaya yang menggantikan Pdt. D. Soplanit, sementara Jemaat GPM Nazaret masih diketuai oleh Pdt. D. Soplanit. Pasca pelembagaan, Jemaat GPM Nazaret terus melakukan proses-proses pembaharuan dan penyesuaian sebagai jemaat yang mandiri. II.2 Kondisi Umum A. Keadaan Geografis dan Batas Wilayah Pelayanan Berdasarkan letak geografis maka Jemaat GPM Nazaret berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Batu Merah Sebelah Selatan berbatasan dengan Jemaat Bethel Sebelah Barat Berbatasan dengan Jemaat GPM Bethel Mardika Sebelah Timur Berbatasan dengan Jemaat GPM Imanuel 5

6 B. Jumlah Jiwa Gambar Lokasi Jemaat GPM Nazaret di Karang Panjang Gambaran pokok yang penting di sini adalah keadaan umat menurut kategori bina umat, GPM, yakni : 1. Keberadaan Jemaat SEKTOR UNIT Kategori Usia >86 JLH Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr SION I II SALEM I II KARMEL I II EDEN I II Jumlah Tabel 2.1 Berdasarkan data pada tabel 2.1 maka Jemaat GPM Nazaretmemiliki 876 jiwa. Usia 0-3 tahun berjumlah 47 orang, usia 4-6 berjumlah 53 orang, usia 7-9 berjumlah 39 orang, usia berjumlah 45 orang, usia berjumlah 36 orang, usia orang berjumlah 427 orang, usia berjumlah 130 orang, usia berjumlah 88 orang, dan usia 80 tahun ke atas berjumlah 11 orang. 2. Kategori Bina Umat No. Sektor Unit Kelompok Bina Umat Batita Indria AK AT Remaja AMGPM WPL WPP Lansia 1. Sion I II Salem I II Karmel I II Eden I II TOTAL Tabel 2.2 6

7 Berdasarkan tabel 2.2 maka dapat diketahui kategori bina umat pada kelompok batita berjumlah 47 orang, kelompok indria berjumlah 53 orang, kelompok anak kecil berjumlah 39 orang, kelompok anak tanggung berjumlah 45 orang, kelompok anak remaja berjumlah 36 orang, kelompok AMGPM berjumlah 427 orang, kelompok Wadah pelayanan laki-laki 359 orang, kelompok wadah pelayanan perempuan 302 orang, dan lansia 99 orang. 3. Keadaan Penyandang Masalah Sosial Berikut disampaikan data jemaat menurut kondisi penyandang masalah sosial jemaat GPM Bethabara sebagai berikut : NO SEKTOR UNIT STATUS SOSIAL JANDA DUDA YATIM PIATU CACAT 1 SION I II SALEM I II KARMEL I II EDEN I II JUMLAH Tabel 2.3 Berdasarkan tabel 2.3 maka dapat diketahui bahwa jumlah PMS terbanyak ada pada kategori Yatim/Piatu yaitu sebanyak 35 orang, 31 orangjanda, dan Duda sebanyak 10 orang.sehingga gereja sangat penting untuk memfokuskan pelayanannya terhadap 76 orang PMS. 4. Keadaan Sektor dan Unit Pelayanan Keadaan Sektor Pelayanan/ Unit Pelayanan Jemaat GPM Nazaret boleh dibilang sudah terorganisir/ tertata dengan baik, yang gambarannya sebagai berikut : 7 No. Sektor / Unit Jumlah KK Jumlah Jiwa Status Sakramental Baptis Sidi Nikah 1. Sion / I Sion / II Salem / I Salem / II Karmel / I Karmel / II Eden / I Eden / II Jumlah Tabel 2.4 Dari gambaran tabel 2.4 dapat dideskripsikan bahwa Jemaat GPM Nazaret terdiri atas 230 kk, dengan jumlah jiwa 876. berdasarkan status sakramental yang baptis berjumlah 769 orang, sidi berjumlah 594 orang, dan nikah berjumlah 347 orang. Ketersebaran tenaga pelayan yang melayani warga gereja di jemaat ini digambarkan dalam tabel berikut.

8 NO. SEKTOR KEPENGURUSAN UNIT 1 UNIT 2 PEL.PEREMPUAN PEL.LAKI-LAKI 1 SION SALEM KARMEL EDEN JUMLAH Berdasarkan data tersebut maka dapat disampaikan bahwa pengurus unit berjumlah 88 orang, pengurus wadah pelayanan perempuan sebanyak 58 orang, dan pengurus wadah pelayanan lakilaki sebanyak 64 orang. Berkaitan dengan data ketersebaran anggota jemaat pada tabel 2.4 dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga pelayan telah memadai dan sangat membantu didalam mendinamisir pelayanan bergereja. 5. Keadaan Sosial Budaya 1. Keadaan Ekonomi, yang meliputi : a. Pekerjaan Pokok/ Mata Pencaharian Hidup No. Sektor / Unit PNS Pegawai Swasta Pekerjaan Utama TNI / POLRI Honor Wirausaha Pensiunan Lain-lain 1. Sion / I Sion / II Salem / I Salem / II Karmel / I Karmel / II Eden / I Eden / II Jumlah Tabel 2.6 Berdasarkan tabel 2.6 dapat dikemukakan bahwa mayoritas pekerjaan yang dilakoni warga gereja adalah PNS yaitu sebanyak 93 orang, di peringkat kedua adalahpegawai Swasta yaitu sebanyak 83 orang, Pensiunan 64 orang,wirausaha sebanyak 55 orang, TNI/POLRI berjumlah 8 orang dan Lainlain 39 orang.sehingga jumlah jemaat yang memiliki pekerjaan adalah sebanyak 344 orang. b. Pendapatan Pokok Rumah Tangga Pendapatan pokok rumah tangga pada setiap warga gereja di Jemaat GPM Nazaret berkisar dari 500 ribu s.d 5 juta, dan dapat digambarkan dalam tabel berikut ini. NO SEKTOR UNIT TINGKAT PENDAPATAN < 500 RB 500 RB - 1 JT 1 JT - 2 JT 2 JT - 3,5 JT 3,5 JT - 5 JT 5 JT 1 SION I II

9 2 SALEM I II KARMEL I II EDEN I II JUMLAH Tabel 2.7 Berdasarkan tabel tersebut, terlihat jelas bahwa mayoritas jumlah pendapatan pokok warga gereja pada Jemaat GPM Nazaretberkisar antara 2-3,5 juta rupiah yang dimiliki oleh 113 orang, 114 orang berpendapatan 1,5-2 juta rupiah, 38 orang berkisar antara 3,5-5 juta rupiah, 30 orang berpendapatan 500 ribu s.d 1 juta rupiah, 15 orang kurang dari 500 ribu, dan 4 orang diatas 5 juta rupiah. Gambaran ini memperlihatkan bahwa sesungguhnya tingkat pendapatan warga jemaat cukup kuat, yang juga berdampak pada pendapatan konvensional gereja. 2. Keadaan Pendidikan Penting disampaikan bahwa dalam wilayah pelayanan Jemaat GPM Nazaret tidak terdapat sekolah YPPK Dr. J. B Sitanala.Sementara ini sedang dibangun bangunan Sekolah Menengah Pertama Kalam Kudus. Letak wilayah yang strategis membuat warga gereja usia sekolah tidak kesulitan dalam mengakses sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Bahkan untuk meningkatkan kualitas sebagian warga gereja usia sekolah menempuh pendidikan di daerah Jakarta, Surabaya, Jawa, bahkan di luar negeri. Dengan demikian semangat pengembangan kualitas SDM telah mengakar di kalangan warga gereja. a. Keadaan Tamatan (menurut data kondisi terkahir) Keadaan tamatan berdasarkan kondisi terakhir dapat dideskripsikan melalui tabel berikut ini. NO. SEKTOR Unit TK / PAUD TINGKAT PENDIDIKAN SD SMP SMA/SMK MAHASISWA DIPLOMA S1 S2 S3 9 1 SION I II SALEM I II KARMEL I II EDEN I II JUMLAH Tabel 2.8 Berdasarkan data tabel 2.8 dapat digambarkan bahwa mayoritas tamatan warga gereja Jemaat GPM Nazaret ada pada jenjang SMA/SMK yaitu berjumlah 384 orang, terdapat 169 orang yang memiliki tamatan S1, 83 orang yang bertamatan SD, 80 orang yang bertamatan SMP, 28 orang mahasiswa, 24 orang bertamatan Paud, 13 orang S2, 9 orang bertamatan diploma, dan 1 orang bertamatan S3. Kondisi ini memperlihatkan adanya kesadaran untuk mengecap pendidikan secara baik yang telah diupayakan oleh umat.

10 3. Keadaan Kesehatan Berdasarkan data yang telah diupdate oleh Tim Renstra penyakit yang secara umum diderita oleh anggota jemaat GPM Nazaret adalah penyakit batuk, flu, demam, asma, jantung, struk, kolestrol, dan diabetes. Sarana kesehatan yang tersedia begitu sangat memadai, ini dipengaruhi oleh keberadaan jemaat pada lokasi perkotaan yang dekat dengan berbagai akses kesehatan, baik PUSKESMAS maupun Rumah Sakit. Ketersediaan tenaga medis pun sangat memadai dan sangat membantu warga jemaat ketika ada dalam keadaan sakit. 4. Kehidupan Sosial dan Budaya Jemaat GPM Nazaret terletak didalam kehidupan bermasyarakat pada kelurahan Amantelu.Kemajemukan agama, suku, dan budaya menjadi kekayaan yang luar biasa dimiliki oleh lingkungan tempat mereka berdomisili.hidup berdampingan dengan agama Islam tidak membuat jemaat ini menjadi dikucilkan, atau pun hidup dalam tromatis yang panjang, melainkan membuat mereka justru menjadi orang-orang yang mengedepankan toleransi dalam semangat berdampingan yang cukup tinggi.kehidupan orang basudara yang dibangun sebagai media untuk menjembatani perbedaan agama membuat mereka masih tetap hidup rukun dan damai dengan umat Muslim.Ini sangat tergambar jelas melalui relasi islam-kristen yang terbangun didaerah kawasan sektor Eden Jemaat GPM Nazaret.Disamping agama Islam, ada juga denominasi gereja yang lain, seperti Denomisasi gereja Pantekosta yang diwaktu Kerusuhan bangunannya dipergunakan untuk peribadahan umat.gambaran ini memperlihatkan adanya wawasan oikumene yang baik didalam diri gereja untuk hidup berdampingan dengan sesama. Di daerah pelayanan sector Eden merupakan wilayah perbatasan antara Muslim dan Kristen. Sektor ini juga adalah korban konflik yang sebagiannya telah kembali membangun dan tinggal menempati tempat rumah mereka dahulu yang terbakar, tetapi juga sebagiannya relokasi ke tempat yang lain. Bagi warga gereja yang tinggal di perbatasan, ketegangan pasca konflik telah hampir dilupakan oleh mereka.sikap saling mencurigai dengan tetangga yang beragama Muslim pun telah hilang.suasana kekerabatan antara tetangga kembali terbangun.sikap toleransi yang tinggi telah menjadi pola hidup yang membudaya di lingkungan ini.biasanya pada saat hari besar keagamaan mereka saling memberi bingkisan tanda selamatan mereka baik kepada Agama Islam yang merayakan Hari besar keagamaan Muslim, maupun sebaliknya kepada Agama Kristen yang merayakan hari besar keagamaan Kristen. Namun akhir-akhir ini kehadiran anak-anak muda di luar kompleks atau sektor cenderung untuk mengganggu ketentraman warga gereja.beberapa kali terjadi pelemparan di waktu malam kepada rumah-rumah yang berada di sekitaran bawah, baik rumah warga gereja maupun Muslim.Kondisi seperti ini jika tidak diatasi dapat memicu terjadinya konflik. Dampak dari pembangunan pun dirasakan oleh jemaat ini, dimana pengaruh teknologi, informasi, globalisasi tetapi juga pembangunan berbagai saranan ekonomi dan pusat hiburan turut dirasakan dan memberi faedah bahkan turut mempengaruhi pola hidup dan perilaku umat. 10

11 II.3 Analisis Kelembagaan Berdasarkan dokumen OCCAT yang telah diisi oleh para pelayan Jemaat GPM Nazaret maka dapat dijelaskan bahwa Ketua, Sekretaris, dan Majelis Jemaat telah memiliki pemahaman yang benar tentang tanggung jawabnya sebagai pengatur keseluruhan arah gerak jemaat, namun belum semuanya bisa menjalankan tanggung jawab sesuai fungsi-fungsinya, karena kemampuan menterjemahkan materi penataran Majelis Jemaat terkait tupoksi mereka belum terlalu terimplementasi dengan baik. Ini disebabkan tingginya aktifitas para pelayan gereja dalam dunia pekerjaan mereka tetapi juga keluarga. Sistem kepemimpinan yang dibangun berdasarkan sistem kolegial sesuai dengan prinsip presbiterial sinodal, dimana hubungan kerja antara PHMJ dan Majelis Jemaat sudah bersifat partisipatif, transparan, dan ada juga proses-proses pengambilan keputusan yang dapat didelegasikan kepada pimpinan harian Majelis Jemaat berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pimpinan Majelis Jemaat, kendatipun dalam praksisnya belum berjalan sepenuhnya dengan baik. Ini dikarenakan cara pandang masing-masing pelayan terhadap tugas kepemimpinan bergereja yang diembannya. Sistem kepemimpinan yang dibangun sejauh ini telah memberi ruang yang cukup baik dan mendorong adanya partisipasi dari semua pihak. Tentunya kondisi ini juga dipengaruhi oleh manajemen kepemimpinan yang sementara dijalankan oleh pemimpin jemaat. Proses pengembangan rencanan suksesi kepemimpinan pada berbagai level organisasi selalu ada dan dikembangkan oleh Jemaat. Ini terlihat melalui proses pencalonan dan pemilihan Majelis Jemaat, Pengurus Sektor, Unit, dan Wadah-wadah pelayanan serta AMGPM yang berjalan dengan baik dan menciptakan kader-kader pelayan yang baru dan berkualitas. Sistem perencanaan Jemaat GPM Nazaret didasarkan atas rencana operasional program yang selalu dikembangkan, ditinjau, dan diperbaharui dengan mengacu pada rencana strategis. Fungsionaris Majelis Jemaat pun telah dilibatkan dalam setiap perencanaan bergereja, walaupun belum terlalu maksimal. Sumberdaya pun direncanakan dan dialokasikan dengan baik. Perencanaan pun telah mengakomodir masukan-masukan dari para pendeta, Majelis Jemaat, Ketuaketua Wadah dan Unit Pelayanan serta para Tokoh dalam Jemaat. Disamping para pelayanan gereja yang dilibatkan dalam proses perencanaan, maka partisipasi jemaat pun sudah cukup baik terlihat dalam keterlibatan untuk menyusun perencanaan yang dapat memberikan manfaat tersendiri bagi mereka. Kondisi ini tercermin melalui persidangan-persidangan Jemaat yang dilakukan, ruangruang keterbukaan yang dibangun gereja melalui perjumpaan pada ruang-ruang formal gereja (ibadah Wadah dan organisasi), Perkunjungan Pastoral secara formal maupun non formal. Sistem yang dibangun pun telah terdesentralisasi sehingga telah meresponi kebutuhan jemaat dengan baik. Masukan dari jemaat telah dipakai dalam pengambilan keputusan, dan jemaat pun telah dilibatkan secara baik dalam pelaksanaan program-program pelayanan. Menyangkut apakah Majelis Jemaat sudah mandiri dalam menjalankan tugasnya atau belum, maka dalam realitasnya mereka telah menjalankan tugas dengan mandiri. Kondisi ini tentunya sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang mereka miliki, tetapi juga dari 11

12 proses-proses pengembangan fungsionaris Majelis Jemaat itu sendiri. Rencana pengembangan Fungsionaris Majelis Jemaat, Wadah dan Unit Pelayanan telah dengan baik sepenuhnya didasari oleh keinginan Majelis Jemaat, Wadah dan Unit Pelayanan yang disesuaikan dengan tujuan strategis organisasi. Semua Fungsionaris Majelis Jemaat, Wadah dan Organisasi telah dilatih dan dipersiapkan dalam berbagai aspek agar lebih profesional. Lingkungan kerja yang dibangun telah memberi ruang untuk mengintegrasikan kemampuan yang diperoleh Fungsionaris Majelis Jemaat, Wadah dan Unit Pelayanan dalam mengembangkan kegiatan. Evaluasi dan promosi Fungsionaris Majelis Jemaat, Wadah dan Unit Pelayanan pun telah didasari pada kualitas dan kelayakan meskipun belum berjalan sepenuhnya dengan baik. Fungsi koordinasi yang pelayanan (sampai di tingkat Unit Pelayanan) telah sepenuhnya berjalan dengan baik. Kondisi ini tentu dipengaruhi oleh partisipasi aktif Majelis Jemaat yang ada di tiap unit pelayanan bersama dengan para pengurus wadah dan unit pelayanan. Masalah-masalah pelayanan telah dengan baik dipecahkan oleh perangkat pelayanan yang ada di masing-masing unit dan wadah organisasi. Namun ada juga masalah-masalah yang tidak mampu diselelsaikan para pelayan di unit dan wadah yang kemudian dibawah ke tingkat Majelis Jemaat melalui rapat Majelis Jemaat. Perangkat pelayan yang ada telah memadai dan sangat membantu menangani dinamika pelayanan bergereja pada wadah dan unit pelayanan yang ditugaskan bagi mereka. Badan pembantu pelayanan ada dan telah berfungsi secara efektif maulaupun belum terlalu maksimal menjalankan tugasnya. Suasanan hubungan antara pelayan dalam organisasi baik majelis dengan majelis, bakopel dengan bakopel, maupun yang lainnya berjalan dengan cukup baik dan harmonis walaupun disadari terkadang tidak terlepas dari kekeliruan atau salah paham. Menjawab pertanyaan apakah semua pelayaan telah memiliki komitmen terhadap tugas, maka secara jujur mesti dijawab belum semjua pelayan telah memiliki komitmen yang baik terhadap tugas. Kondisi ini dipengaruhi oleh cara pandang mereka terhadap panggilan pelayanan yang telah Allah percayakan bagi mereka, tetapi juga karena ini adalah wilayah perkotaan, maka aktifitas kerja yang tinggi turut menjadi faktor yang mempengaruhi komitmen mereka dalam pelayanan. Jaminan kesejahteraan pelayan telah memadai, ini didukung oleh dijalankannya insentif fungsionaris Majelis Jemaat, wadah, dan unit pelayanan. Sistem insentif sudah berjalan dan diseusikan dengan struktur dan kopetitif. Kebijakan pemanfaatan pendapatan pun telah diatur dan dilaksanakan secara baik. Dengan proses insentif inilah maka dapat dikatakan bahwa dukungan keuanagan jemaat terhadap pelayanan dan kesejahteraan pelayan sudah sangat baik dijalankan. Dalam pelaksanaan tugas pelayanan, aturan gereja sudah secara baik menunjang pelaksanaan tugas pelayanan, meskipun ada beberapa aturan yang belum mengakomodir beberapa kebutuhan pelayanan pada kasus-kasus tertentu. Prosedural tata kelola pelayanan administrasi keuangan dijalankan sesuai Peraturan persbendaharaan GPM. Dimana terdapat sistem pembukuan akuntansi dengan menggunakan 12

13 sistem buku kas doorscript. Audit internal dilakukan setiap 6 bulan berjalan untuk memperbaiki dan menyesuaikan buku kas pada wadah-wadah oganisasi. Informasi keuangan selalu diberikan kepada ketua majelis jemaat sebagai otorisator oleh bendahara yang adalah ordonatur dalam memutuskan dan mengeluarkan keuangan sesuai program yang telah disepakati dalam Persidangan Jemaat. Sistem akuntansi telah memilah anggaran berdasarkan tiap peruntukan biaya (rutin, program). Kebutuhan anggaran rutin telah dimasukan dalam rencana kerja tahunan yang dapat dilihat pada buku hasil keputusan persidangan jemaat. Belum semua majelis yang dilibatkan dalam penyiapan, pengelolaan, dan pengimplementasian anggaran program. Yang biasanya dilibatkan adalah unsur majelis yang termasuk dalam PHMJ. Sedangkan tata kelola sistem administrasi gereja telah dijalankan oleh sekretaris jemaat sesuai dengan ketentuan administrasi umum gereja. Alir pelayanan administrasi umum dijalankan oleh sekretaris tentunya melalui koordinasi dan petunjuk Ketua Majelis Jemaat. Menyangkut kapasitas pelayan dapat digambarkan berikut ini. a. Keterampilan Pendeta Para pendeta dalam Jemaat GPM Nazaret sangat terampil dalam melalukan pastoral non formal, bergaul dan pandai menempatkan diri bagi jemaat dalam semua kalangan usia. Kemampuan menguasai aturan gereja pun baik, didukung pula dengan kapasitas manajemen organisasi yang terbuka dan memberi ruang bagi para pelayan untuk belajar mengembangkan diri. b. Keterampilan Majelis Jemaat Keterampilan Majelis Jemaat dalam pelayanan-pelayanan bergereja dinilai baik. Penilaian ini tentunya sangat dipengaruhi oleh pemahaman mereka yang cukup baik pula terhadap tugas yang diberikan maupun melalui dukungan pelatihan-pelatihan tenaga pelayan. c. Keterampilan Koordinator Unit Keterampilan koordinator unit sudah sangat baik. ini dipengaruhi pendampingan secara intensif Majelis Pembina unit pelayanan. Namun, pengetahuan tentang tupoksi belum sepenuhnya secara maksimal dimiliki oleh para koordinator unit, pemahaman terhadap aturan bergereja juga masih minim dan butuh sosialisasi-sosialisasi serta pelatihan. d. Keterampilan Pengurus Wadah Pelayan Keterampilan pengurus Wadah pelayan telah membaik. ini dikarenakan pendampingan secara aktif oleh Majelis Pembina yang memberikan petunjuk-petunjuk praktis dalam pelaksanaan tugas pelayan. Namun belum semuanya berjalan dengan sempurna, masih membutuhkan kegiatan-kegiatan pelatihan bagi pengurus wadah. e. Keterampilan Pengasuh Para pengasuh telah mengikuti beberapa pelatihan pengembangan kapasitas, baik itu TOT PFG maupun pelatihan alat peraga. Kemampuan membawakan materi ajar kepada anak-anak SMTPI pun sudah mulai baik. Ini didukung dengan pemberian bimbingan oleh tenaga pembimbing. 13

14 Kemitraan atau kerjasama dengan Pemerintah yang dibangun cukup baik dan sangat berfaedah dalam pembangunan jemaat maupun masyarakat. II.4. PROBLEMATIKA PELAYANAN Berdasarkan proses analisis sosial maka terdapat 10 isu strategis yang perlu mendapat perhatian dan ditindaklanjuti oleh seluruh komponen dalam lingkup pelayanan Jemaat GPM Nazaret, yang dihimpun berdasarkan 13 cluster sebagaimana ditetapkan Balitbang GPM. Isu strategis tersebut menjadi prioritas pelayanan selama kurun watu 5 tahun, yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Ketahanan Spiritual Umat Berbasis Keluarga. Ketahanan spiritual umat berbasis keluarga perlu dipahami sebagai realitas masalah-masalah kekerasan dalam rumah tangga, pergaulan bebas, Miras, maupun judi. Presentasi masalah-masalah ini mulai meningkat dan dirasakan sebagai isu yang perlu diatasi, sehingga kehidupan berjemaat di Jemaat GPM Nazaret mengalami perubahan. Pembinaan ketahanan spiritual jemaat harus dimulai dari keluarga melalui BINAKEL (Bina Keluarga). Pembinaan spiritual umat yang melibatkan orang tua, warga gereja lansia, pemuda, remaja, dan anak-anak di keluarga, diharapkan dapat memberikan dampak pada pembinaan spiritual di tingkat unit, sektor, dan jemaat. 2. Wawasan Bergereja Umat. Pemahaman bergereja umat adalah bagaimana meningkatnya wawasan eklesiologi dan teologi yang berkembang dalam GPM. Hal ini berdampak pada bagaimana jemaat memahami bahwa keterlibatannya dalam kehidupan bergereja adalah saling melengkapi dan mendayagunakan dengan tujuan untuk saling membangun dan membaharui. Isu strategis ini perlu diterapkan dalam kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk menjalin komunikasi yang intents dengan anggota jemaat di tingkat unit, sektor, dan jemaat. Pemberian materi-materi kontekstual dibarengi dengan bagaimana aplikasi dalam kehidupan sesehari melalui metode diskusi, PA, studi kasus, dan lain-lain. Selanjutnya, keterlibatan jemaat perlu didukung oleh pemahaman terhadap aturan-aturan bergereja sehingga tidak timbul misconcept dalam menerjemahkannya. 3. Pemberlakuan Jam Belajar Anak Kualitas pendidikan anak dipengaruhi oleh faktor yang dari dalam (diri anak sebagai pembelajar) dan dari luar (lingkungan). Bagaimana meningkatkan kualitas 14

15 pendidikan adalah bagaimana menyeimbangkan pengetahuan yang diterima di sekolah dan di luar sekolah. Oleh sebab itu, anak-anak usia sekolah harus diawasi kelanjutan pembelajarannya di luar sekolah oleh orang tua. Keterlibatan orang tua atau lingkungan sekitar terhadap perilaku belajar sangat penting. Apalagi, realitas membuktikan bahwa peran orang tua untuk mengawasi jam-jam belajar anak masih minim. Sehingga isu strategis ini dapat ditindaklanjuti dengan pemberlakuan jam belajar, dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar anak. Jika hal ini dilakukan dibarengi dengan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya, maka generasi jemaat GPM Nazaret akan memiliki kualitas SDM yang baik dan siap menyambut MEA. 4. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Masalah ini diangkat berkaitan dengan fakta bahwa sampah masih saja ditemukan berserakan di jalan. Panas bumi semakin meningkat adalah juga salah satu dari lemahnya pengelolaan lingkungan hidup. Walaupun letak geografis wilayah pelayanan GPM Nazaret belum dikategorikan sebagai wilayah darurat bencana, namun kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan perlu ditingkatkan. Mengatasi berbagai masalah-masalah lingkungan dengan menciptakan kegiatankegiatan mendaur ulang barang-barang yang tidak terpakai. Selain itu, upaya untuk menjadikan lingkungan sehat dan hijau dapat dimulai dari rumah masing-masing keluarga sehingga menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman dan asri. 5. Penguatan Kapasitas Pelayan. Kapasitas pelayan dipengaruhi oleh kualitas pemahaman terhadap tugas yang dilakukan yang dibarengi dengan orientasi yang jelas. Pelayanan bukan hanya terbatas pada rutinitas beribadah, tapi bagaimana menumbuhkan iman spiritual umat. Menciptakan ibadah-ibadah kreatif namun relevan dengan kebutuhan berjemaat menuntut pelayan yang Beberapa pelayan gereja hanya melihat tugas pelayanan mereka berorientasi pada pelayannan ibadah rutin, sedangkan pelayanan-pelayanan karikatif lainnya belum menjadi sasaran pelayanan. Pemahaman-pemahaman terhadap tugas masih lemah.bukan hanya itu keterampilan dalam menyajikan ibadah yang kreatif juga terkesan masih lemah.kondisi ini disebabkan pemahaman mereka terhadap peribadahan dan musik gerejawi. Jika kapasitas pelayan meningkat maka sudah pasti masalah-masalah keumatan akan menurun. Karena itu gereja penting untuk mengatasi masalah ini. 6. Pengembangan Manajemen Pendidikan Formal Gereja Jemaat GPM Nazaret. 15

16 Pengembangan manajamen PFG melibatkan SMTPI sebagai bagian pembinaan iman spiritual generasi muda di jemaat GPM Nazaret. Realitas yang ditemukan adalah belum terpenuhinya kelengkapan pendukung manajemen PFG, antara lain penguatan kapasitas pengasuhmelalui kegiatan pelatihan-pelatihan. Isu strategis ini dapat diatasi dengan meningkatkan kapasitas pengasuh dan memenuhi kelengkapan proses belajar mengajar. Penguatan kapasitas pengasuh perlu dilakukan karena akan berdampak pada penerapan PFG dengan baik. Selain itu, ketersediaan kelengkapan kurikulum yaitu Laporan Pendidikan, Buku Komunikasi, Jural, Biodata, dan lain-lain. 7. Pengembangan Informasi, Dokumentasi, dan Komunikasi Jemaat GPM Nazaret. Sistem Informasi Manajemen Gereja menunjang perencanana dan pelaksanaan program di Jemaat GPM Nazaret. Ketersediaan data yang tersistematis dengan dokumen-dokumen yang dibutuhkan akan memudahkan pelayanan di tingkat jemaat. Selain itu, data potensi jemaat memberikan kesempatan untuk dilakukan pemberdayaan yang signifikan. Oleh sebab itu isu strategis ini perlu mendapat perhatian sehingga INFODOKOM Jemaat GPM Nazaret memenuhi syarat. 8. Pengelolaan Harta Milik GPM di Jemaat Nazaret. Aset gereja perlu dikelola dengan baik karena menunjang seluruh pelayanan di Jemaat GPM Nazaret. Beberapa aset seperti gedung gereja, pastori jemaat, belum memiliki sertifikat tanah yang dapat memberikan jaminan hukum tentang kepemilikan gereja. Bukan hanya itu saja bahkan semua kelengkapan pelayanan harus dikelola dengan sistem pengelolaan yang tepat guna Pengembangan Dialog Dan Kerja Sama Lintas Iman. Keberagaman budaya, suku, dan agama menjadi bagian yang melekat pada persekutuan di Jemaat GPM Nazaret. Dialog dan kerjasama lintas iman merupakan jembatan yang baik untuk mengatasi adanya konflik. Dalam sejarah pelayanan jemaat GPM Nazaret merupakan salah satu jemaat yang sebagian warga jemaatnya pernah mengalami konflik kemanusiaan di tahun 1999, tetapi juga sebagian diantaranya yaitu warga jemaat di sektor Eden telah kembali dan hidup berdampingan dengan Umat Muslim. Salah satu penyebab langgengnya konflik di tahun 2019 ini adalah karena lemahnya peranan gereja dalam meningkatkan dialog maupun kerjasama dengan warga Muslim yang telah hidup berdampingan dengan mereka. Di sisi lain jemaat GPM Nazaret juga hidup dan berdampingan dengan denominasi gereja saudara yakni Gereja Pentakosta yang berada di wilayah pelayanan Sektor

17 Karmel. Dialog dan kerjasama antar denominasi juga merupakan jembatan untuk menghindari konflik antar warga denominasi yang bisa saja terjadi. Sehingga penangananan terhadap isu-isu keberagaman ini dapat dikelola dengan baik dan tepat. 10. Peningkatan Peran Politik GPM. Peran-peran gereja dalam mengadvokasi kebijakan publik maupun kepentingankepentingan para tokoh politik masih terbilang lemah. Kondisi ini dipengaruhi juga oleh belum adanya pendidikan politik yang diberikan oleh gereja kepada warga gereja. Karena itu tidak heran jika suara-suara warga gereja di momen pesta demokrasi mudah saja dibeli dengan uang atau barang tertentu tanpa memikirkan dampak ke depan dari pemilihannya. Dengan demikian masalah ini penting untuk juga diatasi oleh Jemaat GPM Nazaret dalam periode Renstra

18 BAB III Wawasan Teologi dan Eklesiologi Jemaat 1. Wawasan Misioner dan kemuridan Gereja terpanggil untuk menunaikan tugas panggilan pelayanan sebagai bagian dari tindakan Allah yang memanggil umat percaya untuk melaksanakan misi Allah di dalam dunia (Mat.25:35-40; Luk.4:18,19; 1 Pet.2:9-10; Rm.12:6-8). Berlandaskan pada pemahaman ini maka, para pelayan maupun umat serta lembaga diharapkan berupaya melakukan kewajibannya sebagai agen misio dei dalam menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di tengah dunia dengan perpolakan pada teladan Yesus sebagai Tuhan dan kepala gereja (Ef.1:22-23; 2:11-12). 2. Wawasan Teologi dunia sebagai tubuh Allah The world is our meeting place with God, kata McFague dunia adalag transparansi diri Allah, ekspresi diri Allah yang paling nyata. Allah dan dunia mempunya hubungan yang saling berhubungan (bnd. Yoh 1:14a). Dimana Allah berelasi dengan dunia secara langsung, seperti kita dengan tubuh kita sendiri, Allah ada dalam semua bagian dunia. Tak satu pun tempat di dunia ini asing bagi Allah. Ia berhubungan dengan semua yang ada secara simpatik, sebab Ia termasuk bagian dari cerita dunia ini. Allah mencintai dunia ini bukan dengan cinta narcisistik tapi cinta seorang ibu, sahabat, dan kekasih. Daya cintanya memelihara, merawat dan menyuburkan. Metaphor ini memperlihatkan kepedulian dan tanggung jawab Allah yang besar sebagai pencipta atas semua bentuk kehidupan di muka bumi. Manusia mempunyai kedudukan khusus sebagai imago dei, patner Allah. Hal ini berarti manusia adalah mitra, rekan Allah dalam memelihara dan mengurus dunia. Ini adalah suatu aturan yang bersifat wajib, dan jika manusia tidak melakukannya maka dapat dikatakan ia melanggar kehendak Allah atau berdosa. Manusia berkewajiban menata dan mengurus rumah bersama ini (dunia) menjadi tempat hunian yang nyaman dan harmonis. Manusia ditantang untuk mengembangkan daya mencinta, menata, dan memelihara kelangsungan hidup di bumi ini. Dengan demikian jemaat Bethabara sebagai bagian dari tubuh Kristus memiliki kewajiban untuk menjaga dan merawat kelestarian lingkungan. Jikalau bumi tempat berpijaknya mengalami krisis lingkungan, maka sudah semestinya seluruh warga gereja membangun kepekaan mereka terhadap lingkungan hidup. 18

19 3. Wawasan Berjalan Bersama (Sun hodos) Berjalan bersama berasal dari akar kata bahaya Yunani sunhodos. Kata ini tidak terdapat di dalam alkitab. Tetapi akar katanyaa terdapat dalam alkitab, sunodeuo (Kis.9:7) dan Sunodia (Luk.2:44) yang berarti seperjalanan. Sehingga sunhodos berarti seperjalanan, berpikir bersama, bertindak bersama. Gereja adalah satu persekutuan tubuh Kristus, yang berjalan bersama, berpikir bersama, dan bertindak bersama. Karena itu didalam gereja tidak ada tuan atau pun hamba, melainkan umat maupun presbiteros (para pelayan) sama-sama memiliki konsep teman seperjalanan dalam memberitakan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi, mereka memiliki tanggung jawab untuk memikirkan dan menggagas konsep terhadap tanggung jawab misio dei bersama-sama, dan melakukan konsep tersebut bersama pula. Konsep ini memberikan penegasan bahwa sesungguhnya tanggung jawab bergereja tidak hanya menjadi tanggung jawab para pelayan tetapi tanggung jawab umat yang adalah bagian dari tubuh kristus. 19

20 BAB IV VISI,MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS IV.1. VISI a. Visi Gereja Protestan Maluku Menjadi gereja yang berakar dalam Tritunggal Allah, yang bertumbuh bersama untuk membela kehidupan. b. Visi Pengembangan Jemaat GPM Nazaret Menjadi Gereja yang berakar pada iman Kristen, memiliki kematangan sistem manajemen organisasi, bertanggung jawab, dan memberdayakan sumber daya manusia serta semesta. Visi pengembangan jemaat ini mengandung 4 (empat) variabel penting, yaitu (1) Menjadi gereja yang berakar pada iman Kristen; (2) Menjadi gereja yang memiliki kematangan sistem manajemen organisasi; (3) Menjadi gereja yang bertanggungjawab; (4) Menjadi gereja yang memberdayakan sumber daya manusia dan semesta. IV.2. MISI a. Misi Gereja Protestan Maluku 1. Mengembangkan teologi kontekstual dan spiritualitas yang pro hidup. 2. Mengupayakan tegaknya keadilan perdamaian dan kesejahteraan. 3. Membangun wilayah GPM sebagai rumah bersama dan sakramentum Allah. 4. Mengembangkan fungsi penatalayanan GPM sebagai teman sekerja Allah. b. Misi Pengembangan Jemaat GPM Nazaret 1. Meningkatkan ketahanan iman pelayan dan warga gereja. 2. Meningkatkan kualitas intelektual warga gereja. 3. Meningkatkan pemberdayaan warga gereja dan pelayan. 4. Menguatkan sistem tata kelola gereja. 5. Meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan hidup. IV.3. TUJUAN STRATEGIS a. Tujuan Pengembangan Umat 11. Menguatkan ketahanan spiritual umat berbasis keluarga. 12. Menguatkan wawasan bergereja umat. 13. Memaksimalkan pemberlakuan jam belajar anak 14. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup. 20

21 b. Tujuan Pengembangan Pelayan 1. Menguatkan Kapasitas Pelayan. c. Tujuan Pengembangan Lembaga 1. Mengembangkan Manajemen Pendidikan Formal Gereja Jemaat GPM Nazaret. 2. Mengoptimalisasikan Pengembangan Informasi, Dokumentasi, dan Komunikasi Jemaat GPM Nazaret. 3. Mengoptimalisasikan Pengelolaan Harta Milik GPM di Jemaat Nazaret. 4. Mengembangkan dialog dan kerja sama lintas iman. 5. Mengembangkan peran politik GPM. IV.4. Sasaran Strategis a. Sasaran Pengembangan Umat 1. Bertumbuhnya nilai-nilai serta pola hidup sederhana dalam keluarga. 2. Meningkatnya pemahaman warga gereja terhadap teologi-teologi yang dikembangkan dalam GPM. 3. Meningkatnya penguasaan warga gereja terhadap aturan-aturan GPM. 4. Meningkatnya Perhatian orang Tua Terhadap Jam Belajar Anak. 5. Menumbuhkan kesadaran warga gereja dalam menjaga kelestarian ekosistem lingkungan hidup. b. Sasaran Pengembangan Pelayan 1. Meningkatnya keterampilan pelayan dalam mengolah isu-isu teologi kontekstual dan social. 2. Meningkatnya penguasaan pelayan terhadap aturan-aturan GPM. 3. Meningkatnya kapasitas pelayan dalam mengelola info-dok GPM yang terupdate. 4. Meningkatnya fungsi pelayan (Seksi RUMGA) dalam mengelola Harta Milik GPM di jemaat Nazaret. c. Sasaran Pengembangan Lembaga 1. Meningkatnya kualitas Manajemen PFG. 2. Berkembangnya kerjasama antar iman untuk mengelola masalah-masalah sosial. 3. Dikembangkannya peran profetis gereja dalam bidang politik. 21

22 BAB V ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGIS NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT NAMA SUB SEKSI : PEMBINAAN WARGA GEREJA NAMA RULING : ANAK, REMAJA DAN KATEKISASI ARAH KEBIJAKAN : PENGEMBANGAN MANAJEMEN PFG Mendorong Majelis Jemaat & Komisi AR untuk Evaluasi secara berkala antara MJ dan Pengasuh tentang meningkatkan semangat perkembangan SMTPI. melayani para pelayan Pemberian Insentif PFG. Pengasuh Pemberian Cendramata bagi Pengasuh yang aktif & kreatif Pengontrolan terhadap Proses Belajar-Mengajar Bekerjasama dengan Kasubid AR, Jurusan PAK Fak. Teologi UKIM untuk meningkatkan kapasitas pengasuh Pertukaran Tenaga Pengasuh Ibadah Pengasuh Bimbingan Pengasuh TOT PFG Secara berkala di jemaat.: 1. Manajemen PFG 2. Pembuatan & Penggunaan Alat Peraga. 3. Psikologi Perkembangan anak. 4. PFG dalam pandangan PIP/RIPP GPM Pembuatan liturgi dan nyanyian-nyanyian kreatif bagi SMTPI Bengkel SMTPI 1. Pembentukan Bengkel SMTPI 2. Pelaksanaan Bengkel SMTPI 3. Evaluasi Bengkel SMTPI Sosialisasi hasil Pelatihan & Pembuatan Bengkel SMTPI Mendorong Majelis Jemaat & Komisi AR untuk mengadakan sarana dan prasarana pendukung PFG Pendaftaran SMTPI Jenjang Batita dan Indria ke dalam Satuan Paud sejenis. (SPS) Pengadaan Formatformat pendukung Manajemen PFG: Buku ajar (12 sub jenjang) Format Monitoring & Evaluasi, Buku Induk, Absensi Anak & Pengasuh, biodata, jurnal, daftar nilai, buku laporan evaluasi, buku komunikasi, dokumen penilaian

23 Meningkatkan dukungan orang tua terhadap pelaksanaan PFG Mendorong Majelis Jemaat untuk melakukan penataan dan pengembangan pelayanan yang memfokuskan pada penanganan gaya hidup hedonisme, materialism, dan konsumelarisme Mendorong MJ untuk membentuk kelompok-kelompok pendamping bagi anak. perilaku anak, daftar isian evaluasi praktek mengajar, format kisi-kisi soal dan analisis butir soal, format laporan telaah kurikulum, laporan kegiatan mengajar, laporan kegiatan program SMTPI, laporan taman bacaan, dan buku inventaris barang SMTPI Rekrutmen tenaga pengasuh Pembentukan dan Optimalisasi Tim Teaching SMTPI Insentif Tim Teaching Penguatan Kapasitas Pengasuh (Seminar, Pelatihan, dll) Sosialisasi dan Pengadaan kurikulum dan buku ajar PFG. (kurikulum baru) Himbauan tentang pentingnya peran orang tua dalam PFG Pelaksanaan Kegiatan SMTPI bersama anak & orang tua Sosialisasi Konsep Pendidikan Parenting bagi orang tua (terutama keluarga muda) Jambore Anak & Remaja Tingkat Jemaat Koinonia SMTPI PKRG Gerakan gemar Menabung pada SMTPI dan Wadah-wadah pelayanan Pembentukan & Optimalisasi Kelompok tutor anak Pelatihan Tenaga pendamping tutor anak Evaluasi kelompok tutor anak Pelatihan Pendidik Sebaya Pendidikan Seks dan Keterampilan hidup remaja dan kekerasan terhadap anak. 23

24 NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT NAMA SUB SEKSI : PEMBINAAN WARGA GEREJA NAMA RULING : PEMBINAAN PEMUDA ARAH KEBIJAKAN : PENINGKATAN SPIRITUALITAS PEMUDA Mendorong Majelis Gerakan gemar Jemaat untuk melakukan Menabung pada SMTPI dan penataan dan Wadah-wadah pelayanan. pengembangan pelayanan Kegiatan Bible Camp yang memfokuskan pada dengan Tema Tokoh Alkitab penanganan gaya hidup favorit yang pola hidupnya hedonisme, materialism, sederhana dan konsumelarisme Mendorong MJ Seminar tentang untuk membentuk dampak pornografi dan kelompok-kelompok kekerasan terhadap pendamping bagi anak. perkembangan anak remaja Bekerja sama dengan fakultas teologi UKIM & LPJ untuk meningkatkan keterampilan pelayan dalam mengolah isu-isu teologi kontekstual Pelatihan Pembuatan renungan dan Khotbah Kontekstual Pelatihan Penataan Liturgi & Nyanyian Gereja yang kreatif dan kontekstual NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT NAMA SUB SEKSI : PEMBINAAN WARGA GEREJA NAMA RULING : PEMBINAAN KEMITRAAN LAKI LAKI DAN PEREMPUAN ARAH KEBIJAKAN : PENINGKATAN PERAN LAKI-LAKI & PEREMPUAN GEREJA DALAM KELUARGA Meningkatkan Pelaksanaan Kegiatan dukungan orang tua SMTPI bersama anak & orang terhadap pelaksanaan PFG. tua Sosialisasi Konsep Pendidikan Parenting bagi orang tua (terutama keluarga muda) Pembentukan Forum Parenting Mendorong Majelis Jemaat untuk melakukan penataan dan pengembangan pelayanan yang memfokuskan pada penanganan gaya hidup hedonisme, materialism, dan konsumelarisme Mendorong MJ dan Keluarga-keluarga dalam jemaat untuk menghidupkan dan mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal yang Gerakan gemar Menabung pada SMTPI dan Wadah-wadah pelayanan Kegiatan Super Mom Kegiatan Kamp Pria Sejati. 24

25 mendorong perhatian orang tua terhadap pendidikan anak Bekerjasama dengan Fakultas Teologi UKIM dan LPJ GPM untuk meningkatkan kapasitas pelayan untuk melakukan pendampingan terhadap keluarga yang bermasalah Mendorong MJ untuk membentuk kelompok-kelompok pendamping bagi anak Bekerja sama dengan fakultas teologi UKIM & LPJ untuk meningkatkan keterampilan pelayan dalam mengolah isu-isu teologi kontekstual Sosialisasi tentang UU KDRT dan kekerasan seksual; Perda tentang perlindungan perempuan dan anak di kalangan warga gereja di seluruh wilyah pelayanan GPM Seminar tentang dampak pornografi dan kekerasan terhadap perkembangan anak remaja Pelatihan Pembuatan renungan dan Khotbah Kontekstual Pelatihan Penataan Liturgi & Nyanyian Gereja yang kreatif dan kontekstual. NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT NAMA SUB SEKSI : PEMBINAAN WARGA GEREJA NAMA RULING : PEMBINAAN WARGA GEREJA SENIOR ARAH KEBIJAKAN : PENINGKATAN KESEJAHTERAAN WARGA GEREJA SENIOR Mendorong MJ Pembinaan Spiritualitas untuk menguatkan dan Penyegaran Rohani kepada pendampingan kepada Warga Gereja Senior. Lansia Pelayanan Kesehatan dan sosialisasi terpadu kepada warga gereja senior. NAMA SEKSI : PEMBERDAYAAN TEOLOGI DAN PEMBINAAN UMAT NAMA SUB SEKSI : PEMBINAAN WARGA GEREJA NAMA RULING : PEMBINAAN KELUARGA ARAH KEBIJAKAN : OPTIMALISASI RUANG-RUANG PEMBINAAN KELUARGA Mendorong Majelis Pembentukan & Jemaat untuk melakukan Optimalisasi Binakel Gatris. penataan dan pengembangan pelayanan Menggiatkan Binakel yang memfokuskan pada Gatris dengan Pola sederhana penanganan gaya hidup (berdoa, sharing keluarga) hedonisme, materialism, Bulan Bina keluarga dan konsumelarisme. menghadapi tantangan Hedonisme, Materialisme, dan Konsumelarisme. 25

KATA PENGANTAR. [Pick the date] RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) JEMAAT GPM BETHABARA

KATA PENGANTAR. [Pick the date] RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) JEMAAT GPM BETHABARA [Pick the date] RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) JEMAAT GPM BETHABARA 2016-2020 KATA PENGANTAR Dengan pertolongan Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja yang telah memberi kekuatan dan kemampuan kepada Tim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

SEJARAH SINGKAT JEMAAT GPM IMANUEL KARPAN

SEJARAH SINGKAT JEMAAT GPM IMANUEL KARPAN SEJARAH SINGKAT JEMAAT GPM IMANUEL KARPAN Jemaat GPM Imanuel adalah salah satu Jemaat yang berada di Klasis Kota Ambon, dengan memiliki status kemajemukan dalam berbagai hal oleh karena itu perkembangan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis. BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN Dalam bab III ini akan membahas temuan hasil dari penelitian tentang peran pendeta sebagai konselor pastoral di tengah kekerasan pasangan suami-isteri. Sebelumnya, penulis

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu:

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu: IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu: (1) Kelurahan Kedaton, (2) Kelurahan Surabaya, (3) Kelurahan Sukamenanti, (4) Kelurahan Sidodadi, (5) Kelurahan Sukamenanti

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SIDANG SINODE VII GEREJA NIHA KERISO PROTESTAN-INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR : 07/SS.VII/GNKP-Indonesia/VI/2014 TENTANG

KEPUTUSAN SIDANG SINODE VII GEREJA NIHA KERISO PROTESTAN-INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR : 07/SS.VII/GNKP-Indonesia/VI/2014 TENTANG KEPUTUSAN SIDANG SINODE VII GEREJA NIHA KERISO PROTESTAN-INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR : 07/SS.VII/GNKP-Indonesia/VI/2014 TENTANG PENGESAHAN PROGRAM UMUM GNKP-INDONESIA TAHUN 2014 2019 BAB I PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan 86 BAB IV PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon, maka berikut ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP

GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP GARIS-GARIS BESAR PELAYANAN (GBP) KAKR GBKP 2010-2015 Pendahuluan Kebaktian Anak Kebaktian Remaja (KAKR) adalah salah satu wadah beribadah dan pengembangan iman para anak dan remaja GBKP, yang juga adalah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya.

BAB V PENUTUP. beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya. BAB V PENUTUP Dalam bab penutup ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya. V.1 Kesimpulan Pertama, pembangunan karakter

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BAB I PEMBUKAAN Mahasiswa Kristen Institut Teknologi Bandung sebagai bagian dari umat Allah di Indonesia memiliki tugas dan tanggung

Lebih terperinci

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

PEDOMAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PENDIDIKAN KADER ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU

PEDOMAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PENDIDIKAN KADER ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU PENGURUS BESAR Sekretariat : Gedung AMGPM lantai 2.Kompleks Maranatha. Jalan. Raya Pattimura Ambon Website :http://gardatedu.info email: pbamgpm@gmail.com PEDOMAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PENDIDIKAN KADER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA 2.1. Manajemen Asset Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan menyelesaikan persoalan bersama-sama dengan orang lain dimana memahami bahwa setiap aktivitas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan 20 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL ORGANISASI

BAB IV PROFIL ORGANISASI 1 BAB IV PROFIL ORGANISASI IV.1. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga VISI KEMENPORA Terwujudnya kualitas sumber daya pemuda dan olahraga dalam rangka meningkatkan wawasan kebangsaan, kepemimpinan yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Padoman Wawancara

LAMPIRAN 1. Padoman Wawancara LAMPIRAN 1 Padoman Wawancara Sampel. Anggota tetap dan anggota simpatisan Anggota yang beralih Pertanyaan Mengapa sampai anda beralih? Menurut seoang guru, mengatakan bahwa mengapa saya beralih? Bagi saya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI A. Sejarah Singkat Kantor Camat Medan Denai Berdasarkan PP. 35 tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 dan diresmikan Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA NOMOR : V TAHUN 2010 TENTANG TATA KERJA ORGANISASI

PERATURAN ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA NOMOR : V TAHUN 2010 TENTANG TATA KERJA ORGANISASI PERATURAN ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA NOMOR : V TAHUN 2010 TENTANG TATA KERJA ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA ------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta adalah seorang pemimpin jemaat, khususnya dalam hal moral dan spiritual. Oleh karena itu, dia harus dapat menjadi teladan bagi jemaatnya yang nampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Bappeda Kota Bogor Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR Lampiran Field Notes GBKP Lau Buluh 1. Nama : DRN Jabatan Waktu Tempat : Guru KAKR : 12 Agustus 2012, 12.00 13.00 WIB : Gedung Gereja GBKP Lau Buluh Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. Memiliki

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MINAHASA. Oleh : RENALDO DELEON PAULUS

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MINAHASA. Oleh : RENALDO DELEON PAULUS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MINAHASA Oleh : RENALDO DELEON PAULUS Salah satu urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom adalah bidang pendidikan. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG DINAS KEPENDUDUKAN PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG DINAS KEPENDUDUKAN PROPINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG DINAS KEPENDUDUKAN PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang:

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147 IV. PERAN MAJELIS JEMAAT SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PEMBERDAYAAN WARGA JEMAAT 4.1 Pemberdayaan sebagai Pembangunan Gereja Dalam Tata Gereja GKI Pemberdayaan berarti memampukan, memberi kesempatan, dan mengijinkan,

Lebih terperinci

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH Bahwa Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga telah menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Jakarta, 22 Agustus 2017 Nomor Lamp Perihal : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Kepada Yth. : Seluruh Majelis Jemaat GPIB

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan Gereja X Bandung di Wilayah Jawa Barat tidak terlepas dari sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kajian 1.1.1. Kemandirian Gereja, Antara Impian dan Kenyataan Hingga dewasa ini pada kenyataannya kita masih menemukan adanya gereja gereja yang belum dapat secara

Lebih terperinci

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian BAB III Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB 1. Sejarah Singkat GPIB GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang dulunya bernama

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 18 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 328 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 18 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 328 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 18 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 328 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENSTRA KECAMATAN KARANG TENGAH KOTA TANGERANG PERIODE 2014-2018 Penyusunan Rencana Strategis Kecamatan Karang Tengah Tahun 2014-2018 dimaksudkan untuk menjadi pedoman dan acuan kecamatan dalam

Lebih terperinci

GKI Pasteur MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA. Penatalayanan Bina

GKI Pasteur MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA. Penatalayanan Bina GKI Pasteur Penatalayanan Bina MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA Siapakah Majelis Jemaat Fungsi Majelis Jemaat Struktur organisasi Majelis Jemaat - Tugas tiap bagian Majelis Jemaat 1 PENDAHULUAN Pada setiap

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) TATA GEREJA GKPS 1 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD Sekretaris Jenderal : Pdt. El Imanson Sumbayak,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMBIDANGAN KERJA KOMISI YUDISIAL

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMBIDANGAN KERJA KOMISI YUDISIAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMBIDANGAN KERJA KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KETUGASAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN ( LPMK ) WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. b. Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT KELURAHAN,

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 46 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KETUGASAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW)

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KETUGASAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN KETUGASAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa dalam rangka tercapainya

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG KRISTIANI. Maria Lidya Wenas Sekolah Tinggi Teologi Simpson

PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG KRISTIANI. Maria Lidya Wenas Sekolah Tinggi Teologi Simpson PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG

Lebih terperinci