DETEKSI WSSV (White Spot Syndrom Virus) PADA LOBSTER AIR TAWAR (Procambarus Clarkii) MENGGUNAKAN METODE REAL TIME-PCR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DETEKSI WSSV (White Spot Syndrom Virus) PADA LOBSTER AIR TAWAR (Procambarus Clarkii) MENGGUNAKAN METODE REAL TIME-PCR"

Transkripsi

1 DETEKSI WSSV (White Spot Syndrom Virus) PADA LOBSTER AIR TAWAR (Procambarus Clarkii) MENGGUNAKAN METODE REAL TIME-PCR NEFI ANDRIANA FAJRI Fakultas Peternakan Univ. Nahdlatul Wathan Mataram e-mil : Nevi.Adriana@yahoo.com ABSTRAK Serangan virus White Spot Syndrome (WSSV) telah memberikan dampak finansial yang cukup besar sejak tahun Tingkat mortalitas yang mencapai 100% menyebabkan banyak pembudidaya udang dan lobster menderita kerugian. Untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan informasi tentang cara penyebaran virus WSS, sehingga dapat diketahui solusi yang tepat untuk menghentikan penyebarannya pada tambak-tambak udang maupun lobster. Pada penelitian ini, Lobster Air Tawar yang dibudidayakan di BBI Aik Bukak dijadikan kontrol negatif (belum terinfeksi virus WSS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penularan virus WSS pada lobster air tawar dapat berlangsung melalui konsumsi udang yang telah terinfeksi virus WSS serta melalui aliran air.pleopod atau kaki renang yang dideteksi dengan teknologi Real Time Polimerase Chain Reaction (RT-PCR)mengandung virus WSSV yang lebih dominan dibandingkan insang. Kata kunci : White Spot Syndrome Virus, Lobster Air Tawar, RT-PCR ABSTRACT White Spot Syndrome virus (WSSV) Attacks has provided substantial financial impact since The mortality rate reaches 100% causing many farmers of shrimp and lobster suffered financial losses.to overcome these problems information on how the spread of the virus extreemely needed in order to stop the spread inponds of shrimp and lobster. In this study, Fresh water cryfish cultivated in Aik Bukak Fish Breeding Center (BBI Aik Bukak) used asa negative control (not infected with the WSSV ).The results indicate that the trans mission of the White Spot Syndrome Virus on crayfish cantake place through the consumption of shrimp that has been infected with WSSV and through the flowof water. Pleopod or swimming foot detected by Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) technology containing WSSV more dominant than the gills. Keywords:White spot syndrome virus, freshwater cryfish, RT-PCR PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan terkini di bidang biologi molekulertelah memberikan kemudahan di berbagai bidang kehidupan manusia.deteksi penyakit yang semula berbasis keberadaan antigen-antibodi, mulai ditingkatkan spesifikasinya dengan menggunakan tehnik molekuler yaitu Polymerase Chain Reaction (PCR).Tehnik ini telah mampu mereduksi terjadinya false positive pada deteksi beberapa jenis penyakit yang selama ini dilakukan dengan tehnikenzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA). PCR dapat digunakan untuk menentukan keberadaan suatu penyebab penyakit (patogen) dan dapat digunakan untuk menentukan kandungan materi genetik baik DNA maupun RNA.Dalam beberapa tahun terakhir ini, pengunaan teknologi PCR telah dikembangkan menjadi tehnik Real Time Polymerase Chain Reaction (Real Time PCR).Deteksi hasil dalam Real Time-PCR langsung di kuantifikasi oleh perangkat lunak (software) pada komputer. Keunggulan penggunaan tehnik ini, diantaranya: (1) lebih cepat, (2) lebih sensitivif, dan (3) lebih spesifik, dan (4) dapat mengetahui kuantitas pathogen. Pada penelitian ini dilakukan deteksi penyakit bercak putih atau white spot syndrome pada lobster air tawar, dengan menggunakan Real Time PCR.Di Indonesia, penyakit WSSV mewabah sejak tahun 1995 dan Deteksi WSSV ((White Spot Syndrom Virus) pada Lobster Air Tawar Nefi Andriana Pajri 33

2 menyerang udang hingga 100% kematian selama 3-10 hari sejak gejala klinis muncul. Namun, di Indonesia penelitian mengenai penyakit WSSV belum banyak dilakukan baik dalam aspek penularan maupun pencegahannya (Alifuddin et al., 2003). Dalam deteksi penyakit tersebut, penggunaan tehnologi Real Time-PCR memungkinkan untuk mengetahui jumlah salinan (copy) dari virus tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah unutk mengetahui adanya virus WSSV pada lobster air tawar dan jalur penularan virus WSSV pada lobster air tawar;mengetahui bagian tubuh lobster air tawar yang paling banyak mengandung virus WSSV. METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan yang dipergunkan dalam penelitian ini adalah lobster air tawar jenis Procambarus Clarkii. Sebagai pakan penginfeksi, digunakan udang vannamei (Litopenaeus vannamei) yang positif terinfeki virus WSSV.Untuk pakan noninfeksi digunakan wortel. Perlakuan dan Proses Penanganan Sampel Pada Penelitian ini lobster air tawar diberikan tiga macam perlakuan, masing-masing perlakuan dengan dua ulangan sebagai berikut : Perlakuan 1: Lobster air tawar diberikan pakan wortel dipelihara dalam dua aquarium, masing-masing aquarium berisi 10 ekor lobster air tawar. Perlakuan II:Lobster air tawar diberikan pakan udang vanamei yang positif terinfeksi WSSV, dipelihara dalam dua aquarium, masing-masing aquarium berisi 10 ekor lobster air tawar. Perlakuan III: Lobster air tawar diberikan pakan wortel dipelihara dalam dua aquarium yang airnya berasal dari aquarium perlakuan II. Isolasi Jaringan Pada penelitian ini lobster yang digunakan untuk isolasi jaringan sudah berumur lebih dari 1,5 bulan dengan panjang badan ± 13-14,5cm, untuk itu bagian tubuh yang dijadikan untuk isolasi jaringan DNA cukup diambil pada bagian pleopod dan insang seperti yang disarankan oleh Supriatna (2013). Ekstraksi DNA Ekstraksi DNA pada lobster air tawarmenggunakan metode CTAB-DTAB (IQ2000 ). Amplifikasi DNA Tahap Pengenceran terhadap standar positif WSSV (P(+)) dengan membuat 5 tingkat pengenceran berturut-turut yaitu 10 5, 10 4, 10 3, 10 2, dan Pengenceran dimulai dengan mengambil sebanyak 1 µl kontrol positif P(+) 10 4 (stok) dipindahkan ke dalam tube dengan kode 10 3, kemudian ditambahkan 9 µl ddh 2 O sebanyak 1 µl P(+) Standar 10 3 dipindahkan ke dalam tube dengan kode 10 2, kemudian ditambahkan 9 µl ddh 2 O, begitu seterusnya hingga konsentrasi 5. Menyiapkan Master Mix PCR: Semua reagen diencerkan terlebih dahulu pada suhu ruang, vortex ± 5 detik, lalu spin sebentar agar reagen tercampur rata.masukkan 20 µl master mix ke dalam masing-masing well. Kemudian tambahkan 8 µl sampel DNA dan 8 µl kontrol positif serta 8 µl RT-PCR grade water (ddh 2 O) untuk NTC (kontrol negatif). Setting Siklus PCR:dengan mengatur suhu, waktu dan jumlah siklus dalam tahapan-tahapan PCR. Variabel yang diamati Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : gejala klinis Pada Lobster Air Tawar; Ben gen vp26 (615 bp) dari sampel lobster air tawar dengan metode PCR konvensional;kuantitas Virus White Spot Syndrome pada lobster air tawar dengan metode Real Time PCR; Data kuantitas virus WSSV pada (Pleopod dan Insang) yang paling banyak mengandung virus WSSV. Deteksi WSSV ((White Spot Syndrom Virus) pada Lobster Air Tawar Nefi Andriana Pajri 34

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Gejala Klinis GaneÇ Swara Vol. 11 No.2 September 2017 Hasil pengamatan menunjukkan aktifitas berenang lobster pada masing-masing perlakuan berbeda antara perlakuan I, II dan III.Pada perlakuan I tidak ada menunjukkan gejala, pada perlakuan II lobster air tawar yang terinfeksi virus WSSVcenderung berenang ke arah tepi secara bergerombol, pergerakan pasif, dan terlihat lemah, sedangkan pada perlakuan III gejalanya terlihat setelah 18 hari pasca infeksi. Pada perlakuan I, sisa pakan dalam aquarium terlihat tidak ada. Sedangkan pada perlakuan II, sisa pakan sudah mulai terlihat pada hari ke 3 pasca infeksi, dan pada perlakuan III sisa pakan mulai terlihat hari ke 10 pasca infeksi.pada hari ke 10, lobster air tawar pada perlakuan II sudah ada yang mati. Kematian total lobster pada perlakuan tersebut terjadi pada hari ke 13 pasca infeksi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang et al(1998) yang menyatakan bahwa lobster jenis P. clarkii akan mati total dalam 18 hari setelah terinfeksi virus WSSV. Adanya perbedaan ini antara lain disebabkan oleh tingkat infeksi virus yang dialami oleh lobster air tawar yang ditentukan jumlah konsumsi udang terinfeksi lebih banyak. Lobster pada perlakuan III (air aquariumnya dialirkan dari aquarium lobster yang diberikan pakan udang yang terinfeksi virus WSSV pada perlakuan II) mengalami kematian pada hari ke 15 pasca infeksi. Hasil pengamatan memperkuat hasil penelitian Chang et al, (1996)bahwa virus WSSV mampu menyebar melalui kanibalisme maupun melalui air yang terkontaminasi oleh virus.secara fisik sampel lobster air tawar tidak menunjukkan adanya gejala klinis terserang virus WSSV, yaitu tidak adanya bintik putih pada bagian tubuh (karapas) untuk itu perlu dilakukan uji lebih lanjut dengan menggunakan PCR Konvensional dan Real Time-PCR. Deteksi Virus WSSV menggunakan PCR Konvensional 1.A 1.B 1.C Keterangan: Gambar 1a. Hasil PCR konvensional terhadap sampel lobster control (Perlakuan I) Keterangan: 1=Marker, 2-4= Kontrol (Perlakuan I). 3= Kontrol Positiv Virus WSS stok Gambar 1b. Hasil PCR konvensional terhadap sampel lobster Positif terinfeksi WSSV (Perlakuan II) Keterangan: 1= marker, 2 = kontrol negatif (bufer PBS), 3 = kontrol positif (virus WSS stok), 4-8 = sampellobster yang mati dan diduga terserang virus WSS. Gambar 1c. Hasil PCR konvensional terhadap sampel lobster (Perlakuan III) Keterangan: 1=Marker, 2=Kontrol, 3= Sampel Lobster pada Perlakuan III Pada perlakuan I (Gambar 1) sampel lobster control yang diambil dari BBI Aik Bukak Lombok Tengah tidak ditemukan adanya virus WSSVyang menginfeksi lobster air tawar, sedangkan hasil visualisasi pita DNA pada gel agarose perlakuan IImenunjukkan adanya pita pada sampel lobster air tawar yang terinfeksi virus WSSV (Gambar 1b, nomer 3 ). Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel tersebut terdeteksi adanya virus WSSV yang berarti sampel lobster positif terserang virus WSSV (Perlakuan II), dan pada perlakuan III (airnya dialiri dari perlakuan II) ditemukan adanya virus WSSV yang menginfeksi lobster air tawar pada perlakuan III sebanyak 1 ekor, baik pada pleopod maupun kaki renang. Deteksi WSSV ((White Spot Syndrom Virus) pada Lobster Air Tawar Nefi Andriana Pajri 35

4 Deteksi virus WSSV dengan Real Time PCR Amplifikasi DNA virus WSSV secara otomatis oleh software Rotor Gene Q Series secara lebih spesifik digambarkan dalam bentuk kurva standard dan grafik amplifikasi.titik pada kurva standar (Gambar 8) menunjukkan beberapa tingkat pengenceran yang masing-masing memiliki nilai Ct (Threshold cycle) yaitusiklus PCR saat kurva amplifikasi memotong garis threshold.garis threshold merupakan garis deteksi Real Time PCR.Nilai untuk garis threshold dapat secara otomatis ditentukan oleh Software PC atau dapat dihitung secara manual dengan mengalikan 5% dari nilai tertinggi batas amplifikasi (Prasetyo, 2009). Rumus untuk menghitung Nilai garis threshold Line Threshold = 5% x batas tertinggi amplifikasi Kurva standar dari amplikasi sampel lobster air tawar dengan pengenceran 10 5, 10 4, 10 3, adalah sebagai berikut: Keterangan : = standard; = sampel; = kontaminan Gambar 2. Kurva standar untuk sampel lobter air tawar Adanya gradien garis pada kurva standar menunjukkan ketepatan kuantitas DNA virus yang diperoleh dan kualitas pengenceran yang telah dilakukan. Semakin kecil standar pengenceran yang dilakukan, semakin akurat hasil yang akan diperoleh. Namun, resiko bergesernya standar positif pada gradien garis kurva standar semakin besar sehingga tidak menunjukkan kuantitas DNA virus yang diharapkan.hal tersebut biasanya disebabkan oleh kualitas pengenceran yang kurang optimal.pada kurva standard pengenceran ekstraksi DNA (gambar 2) dapat dilihat sampel isolate lobster air tawar sudah bagus karena tidak ada yang terkontaminasi, bisa dilihat dari sampel yang sudah masuk dalam garis lurus pada kurva standar.kurva standar isolat lobster air tawar memiliki nilai slope -4,078, nilai Y-Intercept 42, 918 dan nilai R 2 0,986, sedangkan menurut Pestana et al. (2010) sebuah kurva standar dengan standar positif harus memiliki kriteria nilai slope di antara -3,1 sampai -3.8 dan nilai R 2 > 0,980. Nilai slopesampel yang berasal dari isolate lobster bernilai -4,078 > - 3,8, ini menunjukkan nilai slope sudah hampir mendekati dari nilai standar slope.dalam pengujian terdapat 23 well masing-masing sesuai letak sampel pada plate PCR. Terdapat 18 sampel, dan 5 kontrol positif (+), Selain itu, dapat dilihat kuantitas dari DNA virus yang teramplifikasi dan nilai perpotongan garis threshold (Threshold Cycle (C T )) dari masing-masing sampel dalam siklus PCR. Hal tersebut menunjukkan adanya deteksi DNA WSSV yang diperoleh pada sampel tersebut.untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada grafik. Gambar 3. Grafik hasil Real Time-PCR terhadap virus WSS pada sampel lobster air tawar Deteksi WSSV ((White Spot Syndrom Virus) pada Lobster Air Tawar Nefi Andriana Pajri 36

5 Keterangan : = standard 10000, = 406 PL, = 406 IN, = standard 1000, = standard 100, = standard 100, = 407 PL, = 402 PL, = 402 IN, = standard 10, = 401 PL, = 400 IN, = 400 PL, = 407 IN, = 399 PL, = 403 PL Berdasarkan hasil deteksi menggunakan Real Time PCR diketahui bahwa dari delapan belas sampel yang di deteksi ada 7 (tujuh) sampel yang tidak positif terinfeksi WSSV dan 11 (sebelas) sampel yang positif terinfeksi WSSV, dapat dilihat pada grafik amplifikasi (Gambar 3). Grafik amplifikasi merupakan grafik yang menunjukkan keberadaan DNA hasil amplifikasi (Wijayati dan Fahris 1999).Adanya infeksi suatu penyakit atau hasil positif pada grafik amplifikasi ditandai dengan adanya akumulasi pada sinyal fluorescen dan melintasi base line threshold (Koesharyani, et. al, 2008). Dari grafik amplifikasi hasil uji, sampel dengan kode 399PL, 400PL, 400IN, 401PL, 401IN, 402PL, 402IN, 403PL, 406PL, 406IN, 407PL, 407IN (Gambar 9) yang melintasi garis threshold sedangkan sampel dengan kode 399IN, 401IN, 403IN, 404PL, 404IN, 405PL, dan 405IN, tidak melintasi garis threshold. Kode sampel uji yang tidak melintasi garisthreshold menunjukkan hasil negative sedangkan yang melewati garis thresholdmenunjukkan hasil positif.grafik amplifikasi sampel uji dan kurva standar berbentuk sigmoid yang terdiri atas beragam warna yang masing-masing menunjukkan fragmen DNA WSSV sampel uji yang teramplifikasi. Bagian Tubuh Lobster Air Tawar Yang Paling Banyak Mengandung Virus WSSV Berdasarkan hasil deteksi virus WSS pada dua organ tubuh lobster air tawardiketahui bahwa dari delapan belas sampel yang di deteksi ada beberapa sampel yang negatif terinfeksi WSSV dan ada bagian dari tubuh lobster air tawar yang tidak terdeteksi virus WSSV. Pada pengujian Real Time PCR terdapat beberapa sampel yang tidak terdeteksi, disampel kode 399 pada insang, 401 pada insang, 403 pada insang dan Sampel kode 404 dan 405 positif tidak terinfeksi WSSV baik pada insang maupun pleopot. Hasil deteksi menunjukkan bahwa terdapat virus WSS pada pleopod atau kaki renang lebih banyak dibandingkan dengan insang seperti terlihat pada sampel 390PL dengan kuantitas virus WSSV sebanyak copy, 400PL sebanyak copy, 400IN sebanyak copy, 401PL sebanyak copy, 402PL, sebanyak copy, 402IN sebanyak copy 403PL sebanyak copy 406PL sebanyak copy, 406IN sebanyak copy 407PL sebanyak copy dan 407IN dengan kuantitas virus WSSV sebanyak copy.jelas terlihat bahwa pada pleopod atau kaki renang yang paling banyak mengandung virus WSSdibandingkan insang. Seperti yang dilaporkan oleh Wang et al (1998) organ target WSSV itu adalah pleopod, insang, perut, otot abdominal, hemolin, usus, hati, pleopod, organ limfoid, erpidermis, organ saraf, hepatopankreas, testes, ovary, spermatophorus dan tangkai mata, dan menurut (Lightner, 1996) organ Target WSSV adalah epitilium kutikula dan jaringan ikat pada insang, sel epitelia subkutikular, limfoid, kelenjar antenna, dan hemolin. Tetapi infeksi WSSV jarang terjadi pada epitelium kelenjar antenna, sel sarung organ limfoid, simpul syaraf dan hepatopankreas. Pada penelitian ini lobster air tawar dapat tertular dari air sebagai pembawa, pada perlakuan III yang airnya dialiri dari perlakuan II (yang diberikan pakan udang positif terinfeksi WSSV) positif terinfeksi virus WSSV baik pada pleopod maupun insang.penyebaran penyakit WSSV dapat disebabkan oleh adanya organisme carrier, yaitu organisme pembawa penyakit yang dapat menularkan penyakit pada organisme lainnya, tetapi organisme carrier tersebut tidak menunjukkan gejala klinis penyakitnya tapi tiba-tiba sampel uji mati.untuk mengatasi dampak virus ini, diperlukan pengetahuan mengenai transmisi infeksi virus WSSV terutama pada tingkat molekuler untuk dapat melakukan intervensi terhadap patogenisitasnya sehingga penanganan dapat dilakukan secara tuntas dan efisien. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: Lobster Air TAwar yang dibudidayakan di BBI Aik Bukak (dijadikan kontrol pada penelitian ini belum terinfeksi virus WSSV); Penularan virus WSS pada lobster air tawar dapat berlangsung melalui konsumsi udang yang telah terinfeksi virus WSS serta melalui aliran air; Pleopod atau kaki renang dideteksi mengandung virus WSSV yang lebih peka dibandingkan insang. Deteksi WSSV ((White Spot Syndrom Virus) pada Lobster Air Tawar Nefi Andriana Pajri 37

6 DAFTAR PUSTAKA Chang, P.S., Chen, H.C., and Wang, Y.C Detection of White Spot SyndromeAsociated Baculovirus in Eksperimentally Infected Wild Shrimp, crab andlobsters by insitu Hybridization Aquacult Dieffenbach, C.W., T.M. J.Lowe, & G.S. Dveksler.1993.General Concepts for PCR Primer Design. PCR Methods Application 3: Fatimi, Humairah Polymerase Chain Reaction (PCR). Program Studi Ilmu Biomedik Program Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya. Malang Irawati.2008, Penambahan ekstrak wortel (Daucus carrota L) pada pakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup lobster air tawar(cherax quadricarinatus).thesis. Universitas Erlangga. Surabaya Kasornchandra J, Boonyaratpalin S, Itami T (1998) Detection of white-spot syndrome in cultured penaeid shrimp in Asia: microscopic observation and polymerase chain reaction. Aquaculture 164: Kiiyuki, C Laboratory Manual of Food Microbiology for Ethiopian Health and Nutrition Reasearch Institute (Food Microbiology Laboratory). Unido Project: 28-33, Koesharyani isti, Tatik Mufidah, Hambali Supriyadi, Hessy Novita, 2008, Infeksi Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) Pada Budidaya Udang Vaname (penaeus Vannamei) Di Jawa Timur.: Lightner, D.V. 1996a.A Handbook of Shrimp Pathology and Diagnostic Procedures for Diseases of Cultured penaeid Shrimp.The World Aquaculture Society. Baton Rouge, Louisiana, USA. Lightner, D.V. 1996b.Epizootiology, distribution and the impact on international trade of two penaeid shrimp viruses in the Americas. Revue Scientifique et Technique Office International des Epizooties 15: Lo C.F., Ho C.H., Peng S.E., Chen C.H. and 7 others White Spot Syndrome Baculovirus (WSBV) Detected in Cultured and Captured Shrimp, Crabs and Other Arthropods. Dis Aquat Org 27: Natu Rose TM Natural Astaxanthin as a Carotenoid and Vitamin Source for Ornamental Fish and Animals. 8 hal. Madeali, M. I., A. Tompo dan Muliani Diagnosis Penyakit Viral Pada Udang Windu, Penaeus monodon Secara Histopatologis dan Antibody Poliklonal Dengan Metode Elisa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 4 (3): Mahardika, K., Zafran dan I. Koesharyani Deteksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) Pada Udang Windu (Penaeus monodon) di Bali dan JawaTimur Menggunakan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR). JurnalPenelitian Perikanan Indonesia, 10 (1): Sánchez-Paz, A., White spot syndrome virus: an overview on an emergent concern. Veterinary Research, 41, 43. Pestana, E.A., S. Belak., A. Diallo., J.R. Crowther., G.J. Viljoen Early Rapid and Sensitive Veterinary Moleculer Diagnostics Real Time PCR Applications. Springer. Dordrecht Heidelberg, London New York Pranawaty, R.N., Buwono, I.D., dan Liviawaty, E Aplikasi Polymerase Chain Reaction (PCR) Konvensional dan Real Time PCR Untuk Deteksi White Spot Syndrome Virus Pada Kepiting.Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 3(4): Prasetyo, A., Materi Asistensi Biomedik FK UNS. FK UNS. Semarang Prijanto, Muljati Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk Diagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV). Diakses 1 Mei Sambrook, J. & D.W. Russell Molecular Cloning: A Laboratory Manual. 3 rd ed. CSHL Press, New York: xxvii Tonsakun, F., Siwaporn, L., S. Rukpratarnporn, P. Chaivisuthangkura, W. Sithigornul, and P. Sithigorngul Experimental Infection of Three PalaemonidShrimps With White Wang, Y. G., M. Shariff, P.M. Sudha, P.S. Srinivasa Rao, M.D. Hassan and L.T. Tan Managing white spot disease in shrimp, Infofish International.p : Wang, C. S., Y. J. Tsai, G. H. Kou and S. N. Chen Detection of White SpotSyndrome Disease Virus Infection in Wild Caught Greasyback Shrimp, Metapenaeus Ensis (dehaan) in Taiwan. Fish Pathology, 32 (1): Yuwono, T Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction. Penerbit Andi: Yogyakarta. Spot Syndrome Virus (WSSV).Department of Biology, Faculty of Science, Srinakharinwirot University, Bangkok. Deteksi WSSV ((White Spot Syndrom Virus) pada Lobster Air Tawar Nefi Andriana Pajri 38

Jurnal Sains Teknologi & Lingkungan, Vol. 1 No. 1 TAHUN 2015

Jurnal Sains Teknologi & Lingkungan, Vol. 1 No. 1 TAHUN 2015 DETEKSI WSSV (WHITE SPOT SYNDROM VIRUS) PADA LOBSTER AIR TAWAR (PROCAMBARUS CLARKII) MENGGUNAKAN METODE REAL TIME-PCR 1) Nefi Andriana Fajri, 2) Muhammad Ali dan 2 ) Sulaiman N. Depamede 1 ) Laboratorium

Lebih terperinci

Pelacakan Virus Bercak Putih pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Lombok dengan Real-Time Polymerase Chain Reaction

Pelacakan Virus Bercak Putih pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Lombok dengan Real-Time Polymerase Chain Reaction Jurnal Veteriner Maret 2016 Vol. 17 No. 1 : 88-95 pissn: 1411-8327; eissn: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2016.17.1.88 Terakreditasi Nasional SK. No. 15/XI/Dirjen Dikti/2011 online pada http://ejournal.unud.ac.id/php.index/jvet.

Lebih terperinci

DETEKSI MOLEKULAR VEKTOR PENYEBAB WSSV PADA UDANG WINDU

DETEKSI MOLEKULAR VEKTOR PENYEBAB WSSV PADA UDANG WINDU DETEKSI MOLEKULAR VEKTOR PENYEBAB WSSV PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI KABUPATEN TAKALAR Rahmi Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar Email: ammy_akl@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DISTRIBUSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA BEBERAPA MAKROORGANISME DI SALURAN PERTAMBAKAN BUDIDAYA UDANG DI KABUPATEN BANYUWANGI DAN PROBOLINGGO

DISTRIBUSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA BEBERAPA MAKROORGANISME DI SALURAN PERTAMBAKAN BUDIDAYA UDANG DI KABUPATEN BANYUWANGI DAN PROBOLINGGO 1039 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014 DISTRIBUSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA BEBERAPA MAKROORGANISME DI SALURAN PERTAMBAKAN BUDIDAYA UDANG DI KABUPATEN BANYUWANGI DAN PROBOLINGGO

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 11 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada Januari sampai Mei 2011 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 61-74 ISSN : 2088-3137 APLIKASI POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) KONVENSIONAL DAN REAL TIME PCR UNTUK DETEKSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS PADA KEPITING

Lebih terperinci

PENYAKIT UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK PT TANJUNG BEJO, PAJARAKAN KABUPATEN PROBOLINGGO

PENYAKIT UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK PT TANJUNG BEJO, PAJARAKAN KABUPATEN PROBOLINGGO Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 5, No. 1, Februari 2014 ISSN : 2086-386 1 PENYAKIT UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK PT TANJUNG BEJO, PAJARAKAN KABUPATEN PROBOLINGGO DISEASE VANAME SHRIMP

Lebih terperinci

Deteksi Molekuler Infeksi Taura Syndrome Virus Pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)

Deteksi Molekuler Infeksi Taura Syndrome Virus Pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) JS V 31 (2), Desember 2013 JURNAL SAIN VETERINER ISSN : 0126-0421 Deteksi Molekuler Infeksi Taura Syndrome Virus Pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) Molecular

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENYAKIT WSSV PADA AREAL PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG WINDU DI KABUPATEN BULUKUMBA

DISTRIBUSI PENYAKIT WSSV PADA AREAL PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG WINDU DI KABUPATEN BULUKUMBA 807 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 DISTRIBUSI PENYAKIT WSSV PADA AREAL PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG WINDU DI KABUPATEN BULUKUMBA ABSTRAK ArifuddinTompo dan Koko Kurniawan Balai Penelitian

Lebih terperinci

Induk udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas induk pokok

Induk udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas induk pokok Standar Nasional Indonesia Induk udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

PCR DI BALAI UJI STANDAR KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BUSKIPM) JAKARTA

PCR DI BALAI UJI STANDAR KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BUSKIPM) JAKARTA PEMERIKSAAN White Spot Syndrom Virus PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN METODE real-time PCR DI BALAI UJI STANDAR KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN (BUSKIPM) JAKARTA

Lebih terperinci

DETEKSI MOLEKULER WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI PT. HASFAM INTI SENTOSA

DETEKSI MOLEKULER WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI PT. HASFAM INTI SENTOSA DETEKSI MOLEKULER WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI PT. HASFAM INTI SENTOSA Miske Evi Gusti Yanti, Nurlaila Ervina Herliany, Bertoka FSP Negara, Maya Angraini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013 INFEKSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA PASCALARVA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DENGAN MEDIA PEMELIHARAAN YANG BERBEDA ppl- 20 Nurhidayah dan Bunga Rante Tampangallo BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Megalocytivirus merupakan salah satu genus terbaru dalam famili Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan kerugian ekonomi serta kerugian

Lebih terperinci

PENYAKIT WHITE SPOT PADA UDANG WINDU

PENYAKIT WHITE SPOT PADA UDANG WINDU Penyakit Jurnal Akuakultur White Spot Indonesia, pada Udang 2(1): Windu 31 35 (2003) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 31 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENYAKIT WHITE SPOT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sampel udang vaname (L.vannamei) diperoleh dari tambak udang di kabupaten Pesawaran (Lampung Selatan). Sampel udang vaname diambil dari petak tambak yang sama, dengan status

Lebih terperinci

Keragaan Genetik Taura Syndrome Virus (TSV) yang Menginfeksi Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) dan Udang Windu (Penaeus monodon)

Keragaan Genetik Taura Syndrome Virus (TSV) yang Menginfeksi Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) dan Udang Windu (Penaeus monodon) Aquacultura Indonesiana (2007) 8 (3) : 163 168 ISSN 0216 0749 (Terakreditasi SK Nomor : 55/DIKTI/Kep/2005) Keragaan Genetik Taura Syndrome Virus (TSV) yang Menginfeksi Udang Vanname (Litopenaeus vannamei)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu spesies ikan yang cukup luas dibudidayakan dan dipelihara di Indonesia adalah ikan mas dan koi (Cyprinus carpio) karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Lebih terperinci

METODE DETEKSI CEPAT WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) DAN INFECTIUOS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) MENGGUNAKAN PORTABEL/MOBILE POLYMERASE CHAIN REACTION

METODE DETEKSI CEPAT WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) DAN INFECTIUOS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) MENGGUNAKAN PORTABEL/MOBILE POLYMERASE CHAIN REACTION Media Akuakultur Vol. 10 No. 1 Tahun 2015: 43-49 METODE DETEKSI CEPAT WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) DAN INFECTIUOS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) MENGGUNAKAN PORTABEL/MOBILE POLYMERASE CHAIN REACTION Isti

Lebih terperinci

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus Monodon) Menggunakan Logika Fuzzy

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus Monodon) Menggunakan Logika Fuzzy Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol 14 No. 1, Mei 2010 : 10-15 Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Udang Windu (Penaeus Monodon) Menggunakan Logika Fuzzy Darmawan Setyabudi, Imas S. Sitanggang, Yeni Herdiyeni

Lebih terperinci

JURNAL GROUPER 3.1. PREVALENSI PENYAKIT PADA KOMODITI UDANG VANAME (Penaeus vaname) DENGAN METODE Multipleks Polymerase chain reaction (PCR)

JURNAL GROUPER 3.1. PREVALENSI PENYAKIT PADA KOMODITI UDANG VANAME (Penaeus vaname) DENGAN METODE Multipleks Polymerase chain reaction (PCR) PREVALENSI PENYAKIT PADA KOMODITI UDANG VANAME (Penaeus vaname) DENGAN METODE Multipleks Polymerase chain reaction (PCR) FAISOL MAS UD Dosen Manajemen Sumber Daya Perairan ABSTRAK Indonesia dan dalam rangka

Lebih terperinci

White Spot Disease (WSD) White Spot Syndrome Virus (WSSV) Menyerang Family Penaeidae

White Spot Disease (WSD) White Spot Syndrome Virus (WSSV) Menyerang Family Penaeidae White Spot Disease (WSD) White Spot Syndrome Virus (WSSV) Menyerang Family Penaeidae Pendahuluan Wabah pertama dilaporkan di Jepang pada budidaya udang Penaeus japonicus (kuruma prawn) tahun 1993 Sebelumnya

Lebih terperinci

INSIDENSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) PADA UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DI TELUK LAMPUNG

INSIDENSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) PADA UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DI TELUK LAMPUNG e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 1 Oktober 2012 ISSN: 2302-3600 INSIDENSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) PADA UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DI TELUK LAMPUNG INCIDENCE

Lebih terperinci

Diganosa dan identifikasi jenis-jenis penyakit udang yang dipelihara di

Diganosa dan identifikasi jenis-jenis penyakit udang yang dipelihara di DIAGNOSA DAN IDENTIFIKASI PENYAKIT UDANG ASAL TAMBAK INTENSIF DAN PANTI BENIH DI KALIMANTAN BARAT DIAGNOSE AND IDENTIFICATION OF SHRIMP DISEASES FROM INTENSIVE BRACKISHWATER PONDS AND HATCHERIES IN WEST

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan, dimulai dengan pemeliharaan udang vaname ke stadia uji, persiapan wadah dan media, pembuatan pakan meniran, persiapan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Aplikasi Ekstrak Allisin Untuk Pengendalian Penyakit Kotoran Putih Pada Udang Vanamei (Litopenaus vanamei) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara Oleh Kaemudin*, Antik Erlina, Arif Taslihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN :

RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 110 Dampak Stres Salinitas Terhadap Prevalensi White Spot Syndrome Virus (WSSV) dan Survival Rate Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) pada Kondisi Terkontrol Attabik Mukhammad Amrillah 1, Sri Widyarti

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang

I. PENDAHULUAN. Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, banyak dikonsumsi karena rasanya lezat. Komoditas kerapu diekspor dalam

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Avault, J.W, Fundamental of Aquaculture a Step by Step Guide to Comercial Aquaculture. AVA Publishing. Baton Rouge. USA.

DAFTAR PUSTAKA. Avault, J.W, Fundamental of Aquaculture a Step by Step Guide to Comercial Aquaculture. AVA Publishing. Baton Rouge. USA. DAFTAR PUSTAKA Adiwidjaya, D., C. Kokarkin., Supito. 2001. Teknik Operasional Budidaya Udang Ramah Lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2016. Preparasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Fakultas Teknobiologi

Lebih terperinci

Sensitivitas Berbagai Stadia Kepiting Bakau (Scylla paramamosain Estampador) terhadap White Spot Syndrome Virus

Sensitivitas Berbagai Stadia Kepiting Bakau (Scylla paramamosain Estampador) terhadap White Spot Syndrome Virus Bioteknologi 2 (1): 27-33, Mei 2005, ISSN: 0216-6887, DOI: 10.13057/biotek/c020105 Sensitivitas Berbagai Stadia Kepiting Bakau (Scylla paramamosain Estampador) terhadap White Spot Syndrome Virus The Sensitivity

Lebih terperinci

DETEKSI VIRUS PENYEBAB PENYAKIT KERDIL PADA BENIH UDANG WINDU (Penaeus monodon) DENGAN MULTIPLEKS PCR

DETEKSI VIRUS PENYEBAB PENYAKIT KERDIL PADA BENIH UDANG WINDU (Penaeus monodon) DENGAN MULTIPLEKS PCR 1 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XIII (1): 1-7 ISSN: 0853-6384 Full Paper DETEKSI VIRUS PENYEBAB PENYAKIT KERDIL PADA BENIH UDANG WINDU (Penaeus monodon) DENGAN MULTIPLEKS PCR DETECTION OF VIRUSES, CAUSATIVE

Lebih terperinci

PENYEBARAN DAN PREVALENSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA BUDI DAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

PENYEBARAN DAN PREVALENSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA BUDI DAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) PENYEBARAN DAN PREVALENSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA BUDI DAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) Muliani *), Bunga Rante Tampangallo *), dan Muharijadi Atmomarsono *) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

INFEKSI WHITE SPOT SYNDROM VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabr.) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS MEDIA YANG BERBEDA

INFEKSI WHITE SPOT SYNDROM VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabr.) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS MEDIA YANG BERBEDA Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 25-34 INFEKSI WHITE SPOT SYNDROM VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabr.) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS MEDIA YANG BERBEDA The Infection of White Spot

Lebih terperinci

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Jurnal Riset Akuakultur Volume 10 Nomor 3, 2015 SEBARAN INFEKSI TAURA SYNDROME, INFECTIOUS MYONECROSIS, DAN Penaeus vannamei NERVOUS VIRUS (TSV, IMNV, DAN PvNV) PADA BUDIDAYA UDANG Litopenaeus vannamei

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

Hilal Anshary dan Sriwulan

Hilal Anshary dan Sriwulan DETEKSI WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) DAN MONODON BACULO VIRUS (MBV) SECARA SIMULTAN PADA INDUK UDANG WINDU (Penaeus monodon) DARI PERAIRAN MAKASSAR DAN SEKITARNYA DENGAN TEKNIK DUPLEX PCR Hilal Anshary

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Metode Isolasi DNA Untuk Deteksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) Pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

Analisis Perbandingan Metode Isolasi DNA Untuk Deteksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) Pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. 1 /Juni 2016 (54-65) Analisis Perbandingan Metode Isolasi DNA Untuk Deteksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) Pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Comparative

Lebih terperinci

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok Standar Nasional Indonesia Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perikanan. Produk domestik bruto (PDB) dari produk perikanan ini pada tahun

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perikanan. Produk domestik bruto (PDB) dari produk perikanan ini pada tahun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara maritim memiliki potensi yang besar di bidang perikanan. Produk domestik bruto (PDB) dari produk perikanan ini pada tahun 2009 telah mencapai nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan asal ternak untuk memenuhi konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Data Survei Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2007-2011

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM YUNI YUPIANA Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang dalam beberapa tahun ini telah menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Penyakit DBD adalah penyakit

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok Wilayah Kerja Bogor, mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang I. PENDAHULUAN Kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang (Emilia, dkk., 2010). Berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG VANNAMEI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG VANNAMEI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UDANG VANNAMEI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB Sindhu Rakasiwi Program Studi Manajemen Informatika Stekom Semarang Email: sindhu@stekom.ac.id Taqius Shofi

Lebih terperinci

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis ABSTRAK OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis Nia Oktriviany, 2009 Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri Rachman, Ph.D Pembimbing serta I : Debbie Sofie Retnoningrum,

Lebih terperinci

Kualitas Lingkungan Tambak Intensif Litapenaeus vannamei Dalam Kaitannya Dengan Prevalensi Penyakit White Spot Syndrome Virus

Kualitas Lingkungan Tambak Intensif Litapenaeus vannamei Dalam Kaitannya Dengan Prevalensi Penyakit White Spot Syndrome Virus 50 Kualitas Lingkungan Tambak Intensif Litapenaeus vannamei Dalam Kaitannya Dengan Prevalensi Penyakit White Spot Syndrome Virus Yuni Kilawati 1), Yunita Maimunah 2) 1), 2) Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis Laurencius Sihotang I. Tujuan 1. Mempelajari 2. Mendeteksi DNA yang telah di isolasi dengan teknik spektrofotometrik 2. mengetahui konsentrasi dan

Lebih terperinci

EFEK RADIASI ULTRAVIOLET TERHADAP PATOGENITAS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fab.)

EFEK RADIASI ULTRAVIOLET TERHADAP PATOGENITAS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fab.) Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 79 87 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 79 EFEK RADIASI ULTRAVIOLET TERHADAP PATOGENITAS WHITE SPOT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume ekspor hasil perikanan menurut komoditas utama ( )

PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume ekspor hasil perikanan menurut komoditas utama ( ) 18 PENDAHULUAN Latar Belakang Udang merupakan salah satu komoditas unggulan program revitalisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) selain tuna dan rumput laut sejak tahun 2005. Disamping itu udang

Lebih terperinci

Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor (16680) Kampus Darmaga, Bogor (16680) ABSTRACT

Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor (16680) Kampus Darmaga, Bogor (16680) ABSTRACT Jurnal Akuakultur Indonesia, 2(2): 85-92 (2003) 85 PATOGENESIS INFEKSI VIRUS WHITE SPOT (WSV) PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon FAB.) Patogenesis of White Spot Virus Infection (WSV) on Black Tiger Shrimp

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikan, sebagai habitat burung-burung air migran dan non migran, berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. ikan, sebagai habitat burung-burung air migran dan non migran, berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segara Anakan merupakan suatu ekosistem unik yang terdiri dari badan air (laguna) bersifat payau, hutan mangrove dan lahan rendah yang dipengaruhi pasang surut. Ekosistem

Lebih terperinci

Zoea Syndrome (ZS) pada Larva Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Zoea Syndrome (ZS) pada Larva Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Zoea Syndrome (ZS) pada Larva Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Rubiyanto Widodo Haliman 1), Tommy Hemawan 1), Lilik Wirastiani 2), Dicky Prania Al Amurullah 2), Muhammad Murdjani 3), Yani Lestari

Lebih terperinci

KO-INFEKSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) DAN Vibrio harveyi PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) ANWAR HASAN

KO-INFEKSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) DAN Vibrio harveyi PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) ANWAR HASAN KO-INFEKSI INFECTIOUS MYONECROSIS VIRUS (IMNV) DAN Vibrio harveyi PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) ANWAR HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI SUMBER

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Virus Terbawa Benih Uji serologi menggunakan teknik deteksi I-ELISA terhadap delapan varietas benih kacang panjang yang telah berumur 4 MST menunjukkan bahwa tujuh varietas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

Pemberian meniran Phyllanthus niruri untuk pencegahan infeksi IMNV (infectious myonecrosis virus) pada udang vaname Litopenaeus vannamei

Pemberian meniran Phyllanthus niruri untuk pencegahan infeksi IMNV (infectious myonecrosis virus) pada udang vaname Litopenaeus vannamei Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (2), 192 202 (2011) Pemberian meniran Phyllanthus niruri untuk pencegahan infeksi IMNV (infectious myonecrosis virus) pada udang vaname Litopenaeus vannamei Administration

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia, WHO, baru-baru ini membunyikan tanda bahaya untuk mewaspadai serangan berbagai penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini, wabah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udang laut merupakan salah satu komoditas utama di sektor perikanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Udang laut merupakan salah satu komoditas utama di sektor perikanan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udang laut merupakan salah satu komoditas utama di sektor perikanan yang memberikan kontribusi paling besar dalam penerimaan devisa negara. Permintaan pasar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini, berbagai penyakit infeksi mengalami peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai belahan dunia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan sejak tahun 2013 masih mempunyai beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan susu Nasional dari tahun ke tahun terus meningkat disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatits B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang termasuk virus DNA, yang menyebakan nekrosis hepatoseluler dan peradangan (WHO, 2015). Penyakit Hepatitis B

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Cysticercus cellulosae, crude antigen, ELISA

ABSTRAK. Kata kunci: Cysticercus cellulosae, crude antigen, ELISA ABSTRAK Sistiserkosis merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh larva stadium metacestoda cacing pita yang disebut Cysticercus. Cysticercus yang ditemukan pada babi adalah Cysticercus cellulosae

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi yang dicampur dengan daging tikus. Akibat dari tingginya harga daging sapi, ada pedagang bakso yang

Lebih terperinci

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION Disusun oleh : Vallery Athalia Priyanka NPM : 130801398 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

ABSTRAK. STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007

ABSTRAK. STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 vi ABSTRAK STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007 Francine Anne Yosi, 2007; Pembimbing I: Freddy Tumewu Andries, dr., MS Pembimbing II: July Ivone, dr. AIDS (Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wybanet al(2000), klasifikasi udang vannamei sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wybanet al(2000), klasifikasi udang vannamei sebagai berikut: 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang vannamei Menurut Wybanet al(2000), klasifikasi udang vannamei sebagai berikut: Kingdom Filum : Animalia : Anthropoda Kelas :Crustacea Ordo :Decapoda

Lebih terperinci

BAB II. BAHAN DAN METODE

BAB II. BAHAN DAN METODE BAB II. BAHAN DAN METODE 2.1 Kultur Bakteri Pembawa Vaksin Bakteri Escherichia coli pembawa vaksin DNA (Nuryati, 2010) dikultur dengan cara menginokulasi satu koloni bakteri media LB tripton dengan penambahan

Lebih terperinci

DETEKSI PENYAKIT VIRAL PADA UDANG VANNAMEI (Litopennaeus vannamei) DENGAN METODE Polymerase Chain Reaction (PCR)

DETEKSI PENYAKIT VIRAL PADA UDANG VANNAMEI (Litopennaeus vannamei) DENGAN METODE Polymerase Chain Reaction (PCR) Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 6, No. 1, Februari 2015 ISSN : 2086-3861 DETEKSI PENYAKIT VIRAL PADA UDANG VANNAMEI (Litopennaeus vannamei) DENGAN METODE Polymerase Chain Reaction (PCR) VIRAL DISEASE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Uji Serum (Rapid Test) Pada Ikan Mas Yang Diberikan Pelet Berimunoglobulin-Y Anti KHV Dengan Dosis rendah Ig-Y 5% (w/w) Ikan Mas yang diberikan pelet berimunoglobulin-y anti

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN PADA UDANG WINDU SEBAGAI SEDIAAN ANTIGEN UNTUK IMUNISASI MENCIT BALB/C ppl- 04 Nurbaya, Nurhidayah dan Muliani Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2016a) dan produksi dua jenis udang yaitu Litopenaeus vannamei dan Penaeus

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2016a) dan produksi dua jenis udang yaitu Litopenaeus vannamei dan Penaeus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil produk perikanan budidaya kategori ikan, crustacea dan moluska ketiga terbesar di dunia setelah China dan India. Pada tahun 2014,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. ABSTRAK DETEKSI Fc RI PADA STEM CELL YANG DIISOLASI DARI DARAH TEPI Cynthia Winarto, 2009. Pembimbing I : Caroline Tan Sardjono, dr., Ph.D. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. Penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala saraf yang progresif dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Korban

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala saraf yang progresif dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Korban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies merupakan penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis. Kasus rabies sangat ditakuti dikalangan masyarakat, karena mengakibatkan penderitaan yang berat dengan

Lebih terperinci

PORTOFOLIO PEMBESARAN UDANG VANAME UNIT 16 ROI

PORTOFOLIO PEMBESARAN UDANG VANAME UNIT 16 ROI PORTOFOLIO PEMBESARAN UDANG VANAME UNIT 16 ROI (83-88%)/ kontrak (2 tahun) PT. SAY GROW INDONESIA Platform Investasi Perikanan dan Kelautan - International financial center tower II Lantai 33, Jakarta

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

Bidang Unggulan UB: Ketahanan Pangan LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (M)

Bidang Unggulan UB: Ketahanan Pangan LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (M) Bidang Unggulan UB: Ketahanan Pangan Kode/ Nama Rumpun Ilmu: 230/ Ilmu Perikanan LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (M) POPULASI DAN KARAKTERISTIK GENETIK UDANG YANG TERKENA DAMPAK PENCEMARAN

Lebih terperinci

PERFORMA LARVA UDANG WINDU, Penaeus monodon TRANSGENIK DAN TANPA TRANSGENIK PMAV PASCA UJI VITALITAS DAN MORFOLOGI\

PERFORMA LARVA UDANG WINDU, Penaeus monodon TRANSGENIK DAN TANPA TRANSGENIK PMAV PASCA UJI VITALITAS DAN MORFOLOGI\ 21 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 20 PERFORMA LARVA UDANG WINDU, Penaeus monodon TRANSGENIK DAN TANPA TRANSGENIK PMAV PASCA UJI VITALITAS DAN MORFOLOGI\ Samuel Lante, Andi Tenriulo, dan Andi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fitoplasma pada Tanaman Sumber Inokulum Sumber inokulum yang digunakan dalam uji penularan adalah tanaman kacang tanah yang menunjukkan gejala penyakit sapu yang berasal dari

Lebih terperinci

Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis

Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis Karya Ilmiah Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis Dr. RACHMAT HIDAYAT, M.Si FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2015 i LEMBAR PENGESAHAN Setelah

Lebih terperinci

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE.

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE. UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE. OLEH: FITRIA ARDHIANI, ROFIQUL A LA, FIFIN KURNIA SARI, RETNO OKTORINA LABORATOIUM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Metode deteksi yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan Potyvirus dan Fabavirus di pertanaman nilam yaitu dengan DAS-ELISA untuk mendeteksi Fabavirus, I-ELISA untuk mendeteksi Potyvirus

Lebih terperinci