BAB I PENDAHULUAN I.1.
|
|
- Doddy Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang luas, terdiri atas sepertiga wilayah daratan dan dua pertiga wilayah lautan. Untuk membangun Negeri Indonesia yang besar dan strategis tersebut, diperlukan perencanaan yang didukung data dan informasi spasial yang lengkap, memiliki unsur kebaruan, andal serta dapat dipertanggungjawabkan. Saat ini Pemerintah Indonesia mencanangkan suatu program untuk mengembangkan wilayah dari area yang kecil yaitu wilayah pedesaan. Hal tersebut disebabkan desa-desa di seluruh Indonesia masih dikategorikan menjadi 3 yaitu desa tertinggal, desa berkembang dan desa mandiri akan tetapi jumlah masingmasing kategori tersebut belum seimbang. Jumlah dari masing-masing kategori desa yaitu desa tertinggal : (27,23%), desa berkembang : (68,85 %), dan desa mandiri : (3,92%) (Survei Pemendagri dan sumber dari Potensi Desa, 2014). Dari hasil data survei tersebut, menyebabkan pembangunan desa menjadi hal yang sangat diperhatikan, salah satu cara yang sedang ditempuh Pemerintah Indonesia yaitu dengan pengadaan peta desa. Dengan terpetakannya wilayah desa dengan baik dan benar, maka wilayah kecamatan, kabupaten atau kota hingga provinsi secara otomatis akan dapat dipetakan dengan mudah. Pembuatan Peta Desa ini sudah diatur dalam Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa dari Badan Informasi Geospasial (BIG) (BIG, 2016). Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul merupakan desa yang sudah sadar akan pentingnya peta desa untuk memenuhi kebutuhan desa. Peta yang terpajang pada Kantor Desa Dlingo masih berupa peta sketsa yang belum memenuhi kaedah kartografi. Oleh karena itu, pembuatan peta desa ini merupakan salah satu program yang sedang dilaksanakan oleh Desa Dlingo. Desa Dlingo terdiri atas 10 dusun yaitu Dlingo I, Dlingo II, Koripan I, Koripan II, Pokoh I, Pokoh II, Pakis I, Pakis II, Kebosungu I dan Kebosungu II. Luas wilayah Desa Dlingo yaitu 915,9055 Hektar dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa (Minardi, 2015). 1
2 2 Kegiatan pemetaan desa ini merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam memenuhi Undang-Undang nomer 6 tahun 2014 tentang Desa dan memenuhi pencapaian ketiga dari sembilan program prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo yang disebut Nawa Cita yaitu Membangun Indonesia Dari Pinggiran Dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa Dalam Kerangka Negara Kesatuan. Kegiatan pemetaan juga diharapkan dapat menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka pembangunan desa, merumuskan kebijakan dan program dalam pembangunan desa, dan membantu monitoring dalam pelaksanaan pembangunan desa sehingga kawasan desa dapat terus berkembang. I.2. Ruang Lingkup Kegiatan Agar pembahasan tidak meluas dan tidak menimbulkan penyimpangan, maka pembahasan terbatas pada: 1. Pembuatan peta desa ini mengacu pada Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa dari Badan Informasi Geospasial (BIG). 2. Citra Satelit World View 2 diakuisisi pada tanggal 19 Agustus 2014 yang digunakan untuk pembuatan peta desa ini belum melalui proses penegakan citra. 3. Dalam kegiatan aplikatif ini, lebih diutamakan pada proses pembuatan peta desa dan proses pembuatan simbol untuk peta desa. I.3. Tujuan Kegiatan Aplikatif Tujuan umum dari kegiatan aplikatif ini adalah pembuatan peta desa untuk Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Tujuan khusus dari kegiatan aplikatif ini adalah : 1. Untuk mengidentifikasi wilayah Desa Dlingo melalui Citra Satelit dalam Peta Citra. 2. Untuk mengidentifikasi ketersediaan sarana dan prasarana baik fasilitas umum Desa Dlingo dalam Peta Sarana dan Prasarana. 3. Untuk mengidentifikasi informasi penutup dan penggunaan lahan Desa Dlingo dalam Peta Penutup dan Penggunaan Lahan.
3 3 I.4. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari pembuatan peta desa ini antara lain: 1. Untuk desa sendiri hasil dari kegiatan pemetaan desa ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menata lingkungan desa. 2. Untuk pemerintah hasil dari kegiatan pemetaan desa ini dapat dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan perencanaan dan monitoring pembangunan daerah termasuk pembangunan desa. I.5. Landasan Teori Untuk memperjelas dalam memberikan suatu gambaran mengenai pembahasan permasalahan diatas, maka dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa teori. I.5.1. Pengertian Peta Peta merupakan sebuah jendela dunia, karena dengan peta kita bisa melihat bentuk representasi bumi secara nyata. Dunia yang kita tinggali merupakan sesuatu yang sangat kompleks. Pembuat peta atau yang biasa disebut kartografer tidak bisa menyajikan representasi bumi secara menyeluruh dan secara sempurna. Oleh karena itu, pembuat peta harus secara selektif memilih mana yang akan dimasukkan dalam peta mana yang harus dikurangi, tanpa menghilangkan informasi yang nantinya kita butuhkan (Wyatt dkk 2013). Kemudian menurut Brinker, dkk (1984) menyatakan bahwa peta merupakan gambaran atau proyeksi dari sebagian permukaan bumi pada bidang datar atau kertas dengan skala tertentu. Sama halnya dengan yang dikatakan Rais (2008) pengertian dari peta yaitu gambaran atau proyeksi dari sebagian permukaan bumi pada bidang datar atau kertas dengan skala tertentu. Secara umum peta terdiri dari dua jenis jika dipandang dari maksud dan tujuannya yaitu peta dasar dan peta tematik. Peta Dasar adalah gambaran atau proyeksi dari sebagian permukaan bumi pada bidang datar atau kertas dengan skala tertentu yang dilengkapi dengan informasi kenampakan alami atau buatan. Contoh peta dasar yaitu seperti Peta Situasi dan Peta Topografi. Peta Tematik adalah gambaran dari sebagian permukaan bumi yang dilengkapi dengan informasi tertentu baik di atas
4 4 maupun di bawah permukaan bumi yang mengandung tema tertentu. Contoh peta tematik seperti Peta Jenis Tanah dan Peta Kesesuaian Lahan (Rais, 2008) Skala Peta. Skala adalah perbandingan jarak sebenarnya atau jarak dipermukaan bumi dengan jarak yang ada di peta (Chuanxin, 2009). Skala merupakan salah satu komponen yang sangat penting yang harus ada dalam peta. Tanpa adanya skala, pengguna peta tidak bisa menghitung jarak sesungguhnya antara dua objek dalam peta. Ada tiga jenis penyajian skala di peta. Berikut merupakan penjelasan ketiga jenis penyajian skala peta. 1. Penyajian Skala Dengan Kata-kata (Direct Statement Scale) Penyajian skala jenis ini yaitu penyajian skala dengan kata-kata, sebagai contoh 1 cm = 15 km, artinya apabila jarak dua objek di peta yaitu 1 cm, maka jarak sesungguhnya yaitu 15 km. 2. Penyajian Skala Dengan Rasio (Representative Fraction Scale) Jenis penyajian skala peta yang kedua yaitu penyajian skala peta dengan rasio atau perbandingan. Hal-hal yang dibandingkan yaitu satu unit di peta dengan satu unit di dunia nyata. Contohnya adalah 1 : , skala tersebut berarti satu unit di peta sama dengan unit di dunia nyata, yang artinya lagi 1 cm di peta sama dengan cm (20 m) di dunia nyata. 3. Penyajian Skala Dengan Bentuk Garis (Linear Scale) Penyajian skala yang ketiga yaitu penyajian skala dengan bentuk garis atau batang. Panjang dari garis/batang ini merepresentasikan ukuran objek di lapangan. Contohnya adalah : Gambar I.1. Contoh Linear Scale (Scale Bar ArcGIS ) Penjelasan dari contoh Linear Scale diatas adalah bahwasanya 1 bar menunjukkan jarak 400 meter sesungguhnya di lapangan, artinya jarak antara dua objek dilapangan yaitu 400 meter Simbol Kartografi. Simbol adalah suatu tanda yang menyatakan objek tertentu (Riyadi, 1994). Simbol-simbol kartografi dikelompokkan dan ditempatkan di peta
5 5 sesuai dengan distribusi geografi dan posisi planimetrik dari detil yang diwakilinya. Menurut Riyadi (1994) simbol-simbol kartografi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Simbol menurut ciri-cirinya : a. Simbol titik, simbol ini untuk menunjukkan objek, posisi atau lokasi dan identitas unsur yang diwakilinya. b. Simbol garis, simbol garis menunjukkan atau mewakili objek dengan bentuk berupa garis, contohnya yaitu jalan, rel kereta api, sungai dan lain sebagainya. c. Simbol area, simbol digunakan untuk menampilkan unsur-unsur yang berhubungan dengan suatu luasan, seperti simbol untuk sawah berbeda dengan simbol untuk rumah. 2. Simbol menurut bentuknya, penjelasannya adalah sebagai berikut : a. Simbol piktorial, simbol ini merupakan simbol yang merepresentasikan keadaan objek yang diwakilinya, namun sudah mengalami penyederhanaan. Masjid Gedung Pabrik Gambar I.2. Simbol Pictorial (simbol selector pada ArcGIS ) b. Simbol geometrik, simbol geometrik merupakan simbol dengan bentukbentuk yang teraturseperti lingkaran, persegi, segilima, dan lain sebagainya. Lingkaran Segiempat Segitiga Gambar I.3. Simbol Pictorial (simbol selector pada ArcGIS ) c. Simbol huruf atau angka, simbol ini merupakan simbol berbentuk huruf atau angka yang biasanya mempunyai ciri khas dari unsur yang diwakilinya. Gambar I.4. Simbol huruf (simbol selector pada ArcGIS )
6 6 I.5.2. Pemetaan Partisipatif Pemetaan partisipatif merupakan sebuah metode yang memungkinkan masyarakat lokal dalam menggunakan peta, menjadi pembuat peta yang menunjukkan keberadaan mereka dan perspektif mereka tentang ruang yang mereka pakai. Metode ini digunakan karena masyarakat paling tahu tentang daerahnya serta mempunyai kepentingan dalam mengetahui dan menjaga wilayahnya. Pelaksanannya yaitu dialog antar masyarakat lokal dan pembuat peta/pendamping. Melalui metode ini diharapkan masyarakat dapat menjadi pembuat peta sekaligus pengguna peta karena pemetaan partisipatif adalah tentang, oleh dan untuk masyarakat. Secara khusus para pendamping ini menerjemahkan pengetahuan masyarakat ke atas peta dengan standar kartografis. Dengan adanya teknologi pemetaan yang makin mudah digunakan yaitu global positioning systems (GPS), sistem informasi geografis, dan penginderaan jauh, kemungkinan pembuatan peta oleh orang awam makin tinggi, yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli (ABT, 2013). Menurut Hary dalam IFAD (2009) pengertian dari Pemetaan Partisipatif adalah Proses pembuatan peta yang mencoba untuk membuat hubungan antara tanah dan komunitas lokal dengan menggunakan kaidah kartografi yang umum dipahami dengan berbagai skala. Peta tersebut dapat menggambarkan informasi yang rinci tentang tata letak desa dan infrastruktur misalnya sungai, jalan, transportasi atau lokasi rumah individu. I Karakteristik Pemetaan Partisipatif. Menurut Hidayat (2005), pemetaan pertisipatif mempunyai karakterisitik sebagai berikut : 1. Melibatkan anggota masyarakat. 2. Masyarakat menentukan sendiri tema untuk pemetaan dan tujuannya. 3. Masyarakat menentukan sendiri proses pembuatannya. 4. Proses pemetaan dan peta yang dihasilkan bertujuan untuk kepentingan masyarakat. 5. Sebagian besar informasi dalam peta berasal dari pengetahuan masyarakat setempat. 6. Masyarakat menentukan sendiri penggunaan peta yang dihasilkan.
7 7 I Tujuan Pemetaan Partisipatif. Tujuan pemetaan partisipatif menurut Environmental Service Program (2007) yaitu : 1. Sebagai dialog awal mengenai berbagai konflik yang ada di masyarakat 2. Untuk mempermudah perencanaan tata guna lahan, lahan yang dilindungi, dan pengembangan ekonomi lokal. 3. Untuk menggali dan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang sumber daya alam dan lingkungan sekitar. 4. Untuk menambah rasa percaya diri pada masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam yang berada di wilayahnya. 5. Sebagai alat untuk pengorganisasian masyarakat. I.5.3. Desa I Pengertian Desa. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 mempunyai hak dan kewajiban. Hak Desa dalam pasal 67 butir 1 yaitu mengatur dan juga mengurus kepentingan seluruh warga masyarakat berdasarkan hak asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa, kemudian menetapkan dan mengelola kelembagaan Desa dan yang terakhir yaitu mendapatkan sumber pendapatan untuk kehidupan desa tersebut. Selain hak yang melekat pada desa, adapun kewajiban desa sesuai dengan Pasal 67 butir 2 yaitu melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan masyarakat Desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Desa, mengembangkan kehidupan demokrasi Desa, mengembangkan pemberdayaan masyarakat Desa, dan yang terakhir yaitu memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa. I Pembangunan Desa. Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 butir 8 yaitu tentang pembangunan desa menyebutkan bahwa
8 8 Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa dan masyarakat desa dengan semangat gotong royong serta memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam desa melalui pendekatan pembangunan partisipatif. I.5.4. Peta Desa Peta Desa merupakan peta tematik yang bersifat dasar berisi unsur dan informasi batas wilayah, infrastruktur transportasi, toponim, perairan, sarana prasarana, penutup lahan dan penggunaan lahan (BIG, 2016). Menurut Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa Badan Informasi Geospasial, Peta Desa disajikan menjadi 3 bagian yaitu : Peta Citra Satelit. Peta citra satelit merupakan peta yang menampilkan sebagian unsur rupabumi Indonesia pada citra tegak seperti foto udara atau citra satelit resolusi tinggi Peta Sarana dan Prasarana. Peta Sarana dan Prasarana yaitu peta yang menampilkan sebagian unsur rupabumi Indonesia dalam bentuk peta garis dengan mengutamakan unsur sarana dan prasarana termasuk bangunan Peta Penutup Lahan dan Penggunaan Lahan. Peta Penutup Lahan dan Penggunaan Lahan merupakan peta yang menampilkan sebagian unsur rupabumi Indonesia dalam bentuk peta garis dengan menonjolkan unsur penutup lahan dan penggunaan lahan. Informasi penggunaan lahan adalah penutup lahan permukaan bumi dan penggunaan penutup lahan tersebut pada suatu daerah. Informasi penggunaan lahan berbeda dengan informasi penutup lahan yang dapat dikenali secara langsung dari citra satelit penginderaan jauh. Sementara informasi penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia dalam suatu lahan atau penggunaan lahan atau fungsi lahan, sehingga tidak selalu dapat ditaksir secara langsung dari citra penginderaan jauh,
9 9 namun secara tidak langsung dapat dikenali dari asosiasi penutup lahannya (Purwadhi, 1999). Penggunaan foto udara atau citra satelit sebagai sumber informasi dapat diterapkan dalam berbagai aplikasi. Namun untuk dapat memanfaatkan foto udara atau citra satelit tersebut diperlukan kemampuan mengamati keseluruhan tanda yang berkaitan dengan objek atau fenomena yang diamati. Tanda-tanda tersebut dinamakan dengan unsur-unsur intepretasi yaitu seperti rona atau warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, situs, assosiasi, konvergensi bukti (Sutanto, 1995). Identifikasi, pemantauan, dan evaluasi penggunaan lahan perlu selalu dilakukan pada setiap periode tertentu, karena dapat menjadi dasar dalam penelitian terhadap manusia dalam konteks perilaku dalam memanfaatkan lahan. Oleh karena itu, penggunaan lahan menjadi bagian yang vital dalam usaha melakukan perencanaan dan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan disuatu wilayah. Sehubungan dengan optimalisasi penggunaan lahan, kebijakan penggunaan lahan diartikan sebagai serangkaian kegiatan tindakan yang sistematis dan terorganisisr dalam penyediaan lahan dan tepat waktu dalam pemanfaatan dan tujuan lainnya sesuai dengan kepentingan masyarakat (Suryantoro,2002). I.5.5. Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografis adalah bagian dari sistem informasi yang dirancang khusus untuk mengatur, memanipulasi dan visualisasi bebasis geospasial, artinya data terkoneksi dalam suatu ruang di permukaan bumi. Data tersebut terkoneksi dengan menggunakan sistem koordinat atau wadah referensi lainnya (Wyatt dkk, 2013). Sistem Informasi Geografis (SIG) mempunyai 3 definisi berbeda tentang apa itu SIG dan bagaimana SIG bekerja, perbedaan itu dikarenakan teknologi mempunyai aplikasi yang sangat luas berdasarkan subdisiplin geografi. Pertama yaitu SIG dibingkai secara khusus untuk penyimpanan dan analisis informasi tentang bumi atau yang secara geografis direferensikan dalam beberapa cara. Kedua yaitu terdapat suatu perangkat dalam subsistem dalam SIG yang secara bersama mendefinisikan tipe-tipe fungsi yang bisa dicapai dengan menggunakannya. Ketiga yaitu bahwa aktivitas SIG biasanya terjadi dalam konteks organisasi khusus dan sifat dari organisasi tersebut akan mendukung dan membentuk kegunaan dari teknologi (Wyatt dkk, 2013).
10 10 Meskipun banyak teknologi yang bisa digunakan untuk mengatur, memanipulasi dan visualisasi data, Sistem Informasi Geografis merupakan teknologi yang paling unik diantara yang lain dikarenakan memungkinkan dalam perumusan pertanyaan dan hasil integrasi menggunakan data spasial (Wyatt dkk, 2013) Fungsi Sistem Informasi Geografis. Sistem Informasi Geografis mempunyai beberapa fungsi diantaranya (Davis, 2011 dalam Chandra, 2015) : 1. Pengumpulan Data. Sistem Informasi Geografis dapat mengumpulkan data dari berbagai sumber dalam bentuk data vektor maupun data raster. 2. Penyimpanan dan pengelolaan data. Sistem Informasi Geografis dapat menyimpan data digital dengan efisien ke dalam sebuah basis data. 3. Pemanggilan data kembali. Sistem Informasi Geografis dapat menyeleksi dan menampilkan data dengan mudah. 4. Konversi data. Sistem Informasi Geografis dapat melakukan konversi data, semisal dari bentuk satu ke bentuk lain. 5. Analisis. Sistem Informasi Geografis dapat melakukan analisis yang bertujuan untuk menghasilkan informasi baru dalam peta. 6. Pemodelan data. Sistem Informasi Geografis dapat menyederhanakan data sehingga data yang ditampilkan dapat dimengerti dan dapat menjelaskan dunia nyata secara lebih sederhana. 7. Penyajian data. Sistem Informasi Geografis dapat menampilkan data melalui berbagai cara, seperti peta, diagram dan laporan.
Pengertian Sistem Informasi Geografis
Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.8, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci1. Skala Peta. Skala merupakan perbandingan antara jarak di peta dan jarak sesungguhnya di lapangan (di permukaan bumi ).
BAB III INFORMASI PETA 1. Skala Peta. Skala merupakan perbandingan antara jarak di peta dan jarak sesungguhnya di lapangan (di permukaan bumi ). Jarak di pets Skala peta = --------------------- Jarak di
Lebih terperinciTabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tempat tinggal merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan karena merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat tinggal menjadi sarana untuk berkumpul,
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,
Integrasi GISdan Inderaja Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan ketrampilan untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu
Lebih terperinciKarena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?
PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik pulau-pulau kecil maupun pulau-pulau besar. Indonesia adalah
Lebih terperinciII. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL I. UMUM Sehubungan
Lebih terperinci2016, No Indonesia Nomor 2514); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tamba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1038, 2016 KEMENDAGRI. Batas Desa. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN
Lebih terperinciSistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang industri, sarana transportasi, perluasan daerah pemukiman dan lain sebagainya.
Lebih terperinci2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAHAN. Wilayah. Nasional. Rencana. Tata Ruang. Peta. Ketelitian. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik (2014), Indonesia memiliki 17.504 pulau dan luas daratan mencapai 1.910.931,32 km 2. Karena kondisi geografisnya yang
Lebih terperinciPemetaan Desa. Untuk Percepatan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan. Prof. Hasanudin Z. Abidin Kepala Badan Informasi Geospasial
Pemetaan Desa Untuk Percepatan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan Prof. Hasanudin Z. Abidin Kepala Badan Informasi Geospasial Jakarta, 02 Juni 2017 URGENSI PEMETAAN DESA URGENSI PEMETAAN DESA PETA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan obyek tersebut (Rees, 2001;
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL JENIS DAN TARIF ATAS JENIS
Lebih terperinci2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata
No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka membangun infratsruktur data spasial, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah, setidaknya ada 5 (lima) komponen utama yang dibutuhkan, yaitu
Lebih terperinciPerlunya peta dasar guna pendaftaran tanah
Perlunya peta dasar guna pendaftaran tanah DISAMPAIKAN OLEH: SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENPASAR, BALI - APRIL
Lebih terperinciPETA DAN KARTOGRAFI (Bagian 2)
Mata Kuliah : PEMETAAN DAN TATA RUANG LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT Kode MK : M10B.113 SKS : 3 (2-1) PETA DAN KARTOGRAFI (Bagian 2) OLEH SYAWALUDIN A. HRP, S.Pi., MSc. FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOSPASIAL DESA
SISTEM INFORMASI GEOSPASIAL DESA SIGDes Dr. Suprajaka, MT Kepala Pusat Standardisasi dan Kelembagaan IG Kedeputian IIG - Badan Informasi Geospasial dan Ka Satgas Percepatan Pemetaan Desa dan SID Disampaikan
Lebih terperinciPERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
wwwbpkpgoid PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 27 TENTANG JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciGEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kartografi berasal dari bahasa Yunani karto atau carto yang berarti permukaan dan graft yang berarti gambaran atau bentuk, sehingga kartografi merupakan gambaran permukaan
Lebih terperinciGIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG
GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG Dinar DA Putranto dwianugerah@yahoo.co.id PENGERTIAN RUANG Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN
16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG JENIS DAN ATAS YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup manusia. Kemajuan pembangunan di suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk yang diiringi
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi
Lebih terperinciDasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta
SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN Kuliah Minggu ke 2 Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta Sudarto Lab Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan OUTLINE 1 Pengertian Peta 2 Pemahaman dan Fungsi Peta
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.164, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penetapan. Trase. Jalur Kereta Api. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan penggunaan lahan merupakan obyek kajian yang dinilai penting untuk diteliti karena dapat berkaitan dengan masalah global maupun lokal. Masalah dari perubahan
Lebih terperinciJENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 1) Skala 1:10.000, 7 (tujuh) layer Per Nomor (NLP) ,00. Per Km² 20.
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL I.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peta 2.1.1 Pengertian Peta Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta didefinisikan sebagai gambaran dari unsur unsure alam maupun buatan manusia
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan dengan memperhatikan karakteristiknya.
Lebih terperinciSPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR
SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR i Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 3 1 Ruang lingkup... 4 2 Istilah dan definisi... 4 2.1 Istilah Teknis Perpetaan... 4 2.2 Istilah Tata Ruang... 5 3 Penyajian Muka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan 2.1.1 Pengertian Lahan Pengertian lahan tidak sama dengan tanah, tanah adalah benda alami yang heterogen dan dinamis, merupakan interaksi hasil kerja
Lebih terperinciSKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya Disampaikan dalam Workshop Pengelolaan Data Geospasial
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1343, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Daerah. Aliran Sungai. Penetapan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/MENHUT-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jaringan jalan merupakan sistem prasarana utama yang menjadi bagian dari sistem jaringan transportasi darat. Jaringan jalan disebut juga sebagai tonggak penggerak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Aetra Air Tangerang merupakan perusahaan hasil kerjasama pemerintah kabupaten Tangerang dengan pihak swasta (KPS) yang menyuplai kebutuhan air bersih bagi penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pemanfaatan data spasial belakangan ini semakin meningkat sehubungan dengan kebutuhan masyarakat agar segalanya menjadi lebih mudah dan praktis terkait
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 1 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 1 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.7/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2018 TENTANG PEDOMAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO, DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciINFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL
INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL RANCANGAN PENGELOLAAN IG STRATEGIS NASIONAL DALAM MENDUKUNG PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SISTEMATIKA PEMBAHASAN: 1. DASAR HUKUM 2. MEKANISME BERBAGI PAKAI MELALUI
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN Suzi Oktavia Kunang 1, Ilman Zuhriyadi 2 Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani 3 Palembang, Sumatera Selatan,Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki kurang lebih 17.508 pulau (Indonesia.go.id). Wilayah Indonesia didominasi laut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peta merupakan representasi dari permukaan bumi baik sebagian atau keseluruhannya yang divisualisasikan pada bidang proyeksi tertentu dengan menggunakan skala tertentu.
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor
Lebih terperinciPEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA
10 PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Berdasar Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 ayat 1, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas beberapa provinsi dan provinsi
Lebih terperinciPengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO
Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Outline presentasi Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Komponen SIG Pengertian data spasial Format data spasial Sumber
Lebih terperinciPENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-399 PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.28, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Satu Peta. Tingkat Ketelitian. Kebijakan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tersebar di muka bumi, serta menggambarkan fenomena geografikal dalam wujud
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peta merupakan media yang digunakan sebagai sarana memperoleh gambaran fakta di permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai gejala seperti gunung, dan danau.
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Windhu Purnomo FKM UA 2013 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasi, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 1990 jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Perencanaan dan Persiapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 11 Ayat (2) menggariskan bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan untuk daerah kabupaten dan
Lebih terperinciBUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN I iv DAFTAR LAMPIRAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT KETELITIAN PETA SKALA 1:50.000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan Pengertian masyarakat adat berdasarkan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun temurun)
Lebih terperinci50. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI SMA/MA
50. KOMPETENSI INTI DAN GEOGRAFI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Arikunto (1988), metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Data yang dikumpulkan bisa berupa
Lebih terperinciSistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang
Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi
Lebih terperinciKOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI
KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 KOMPETENSI INTI DAN GEOGRAFI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum
Lebih terperinciOUTLOOK. Pusat Tata Ruang dan Atlas 2017
OUTLOOK 2017 1 Pengantar Outlook PPTRA Cita-cita pembangunan nasional yang diemban oleh Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PPTRA), Badan Informasi Geospasial (BIG) tercermin pada tugas pokok dan fungsi
Lebih terperinciSALINAN WALIKOTA BATU
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DAN PEMBAGIAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
- 221 - PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan sebuah fenomena yang dapat dijelaskan sebagai volume air yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa, termasuk genangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tulungagung terletak pada jalur primer yang menghubungkan kota Tulungagung dengan Kediri arah ke utara, ke timur menuju Blitar, dan ke barat menuju Trenggalek.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Jombang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Jombang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di bagian tengah Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah sebesar 1.159,50 km². Penggunaan lahan di Kabupaten
Lebih terperinciA. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta
A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dan sebagainya) (KBBI, 2015). Penduduk pada suatu daerah tidak dapat dipisahkan
Lebih terperinciBAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN
www.bimbinganalumniui.com 1. Ilmu yang mempelajari pemetaan disebut a. Geomorfologi b. Kartografi c. Hidrologi d. Pedologi e. Oseanografi 2. Gambaran permukaan bumi pada bidang datar yang dilengkapi dengan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)
Lebih terperinciMATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK. Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT
MATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT Pengertian Peta Erwin Raisz (1948), Gambaran konvensional dari permukaan bumi seperti kenampakannya kalau dilihat tegak lurus dari atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan merupakan suatu kawasan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERA TURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN TRASE JALUR KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciINFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN
INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut
Lebih terperinci[Type the document title]
SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3 1. Data spasial merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan
Lebih terperinciPemanfaatan Perangkat Lunak Berbasiskan Mobile SIG untuk Visualisasi Peta Digital Kelurahan Tasikmadu Kota Malang
Pemanfaatan Perangkat Lunak Berbasiskan Mobile SIG untuk Visualisasi Peta Digital Kelurahan Tasikmadu Kota Malang Silvester Sari Sai 1, Hery Purwanto 1, Joanes Pradono De Deo 1, Elisius Sewa 2 1 Jurusan
Lebih terperinciPROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 25/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PROSEDUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Yunani Graphein) yang berarti pencitraan, pelukisan atau deskripsi.
8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri dari dua kata yaitu; Geo yang berarti bumi dan
Lebih terperinciSejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem transportasi terutama infrastruktur jaringan jalan merupakan salah satu modal utama dalam perkembangan suatu wilayah. Pada daerah perkotaan, terutama, dibutuhkan
Lebih terperinci