ANALISIS ANGKA KUMAN UDARA RUANGAN DI UNIT PELAYANAN TEKNIS DAERAH LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS ANGKA KUMAN UDARA RUANGAN DI UNIT PELAYANAN TEKNIS DAERAH LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR"

Transkripsi

1 ANALISIS ANGKA KUMAN UDARA RUANGAN DI UNIT PELAYANAN TEKNIS DAERAH LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Germ number analysis indoor air technical in the services unit of health laborator province of east kalimantan Khoirul Anam, Agus Joko Praptomo * STIKES Wiyata Husada Samarinda ** Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur ABSTRAK Kualitas udara dalam ruang dipengaruhi antara lain oleh kondisi bangunan elemen interior, fasilitas pendingin ruangan, pencemar kimia dan pencemar biologi. Buruknya kualitas udara dalam ruang akibat keberadaan pencemar biologi yaitu angka kuman yang berasal dari kualitas lingkungan fisik yang tidak baik, sanitasi yang jelek dan jumlah pengunjung serta kepadatan hunian karyawan yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kuman udara ruangan yang tidak memenuhi persyaratan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah ruang pembuatan media yaitu 620 CFU/m3, laboratorium urinalisa 690 CFU/m3, ruang staff tata usaha 880 CFU/m3, ruang instrumentasi 520 CFU/m3 dan ruang sampling 810 CFU/m3. Berdasar karakteristik kuman dengan uji biokimia menunjukkan jenis bakteri tersebut adalah Staphylococcus Gram positif tidak melisiskan darah. Berdasar perhitungan statistik Korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa angka kuman udara ruangan mempunyai korelasi yang sangat signifikan dengan kepadatan hunian karyawan, jumlah kunjungan pasien serta kondisi lingkungan fisik yaitu pencahayaan dan kelembaban, sedangkan suhu tidak signifikan. Kata kunci: angka kuman udara, laboratorium kesehatan. ABSTRACT Indoor air quality influenced by the condition of the building, interior elements, air conditioning facilities, chemical contaminants and biological contaminants Poor indoor air quality due to the presence of biological contaminants that number of bacteria that comes from the quality of the physical environment is not good, poor sanitation and the number of visitors and employees of high population density. The results showed that the number of germs that indoor air does not meet the requirements according to the Decree of the Minister of Health No / Menkes / SK / X / 2004 is a media creation space that is 620 CFU/m3,, laboratory of urinalisa 690 CFU / m3, administrative staff room 880 CFU / m3, space instrumentation 520 CFU / m3 and sampling room 810 CFU / m3. Based on the characteristics of the bacteria by biochemical tests showed that the type of bacteria is positive Gram Staphylococcus unhaemolysis. Based on the calculation of Spearman Rank Correlation statistics showed that the number of bacteria have the room air is a very significant correlation with population density of employees, number of patient visits and physical environmental conditions ie lighting and humidity, while the temperature is not significant. Keywords : air germ numbers, health laboratory. 1

2 PENDAHULUAN Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari udara. Selain oksigen, terdapat mikroorganisme yang terkandung di udara, diantaranya adalah bakteri atau kuman. Kuman dalam udara tersebut jika masih berada dalam batas-batas tertentu masih dapat dinetralisasi, tetapi jika sudah melampaui ambang batas maka proses netralisasi akan terganggu (Esi, 2010). Udara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruangan sangat mempengaruhi kesehatan manusia karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan termasuk di rumah tinggal, dan antara 8-10 jam perhari selama lima atau enam hari perminggu dalam ruangan di lingkungan kerja. Bahkan ada beberapa lingkungan kerja yang mempunyai resiko tinggi terhadap kualitas udara yang disebabkan oleh kuman, yaitu rumah sakit dan laboratorium. Kuman yang tersebar di dalam ruangan laboratorium dapat berasal dari lingkungan luar dan kontaminasi dari dalam ruangan. Dari lingkungan luar dapat berupa kuman yang berasal dari organisme yang membusuk, tumbuh-tumbuhan yang mati, bangkai binatang dan kotoran dari manusia masuk ke dalam ruangan melalui hembusan angin atau terbawa manusia yang menempel pada pakaian maupun yang berada dalam tubuh manusia sakit atau pasien melalui droplet. Menurut (Adelberg et al, 2007) Salah satu bagian ruangan laboratorium yang paling banyak dikunjungi pasien adalah ruang tunggu dan ruang sampling, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua ruangan ini yang paling beresiko terhadap peningkatan angka kuman udara dan sebagai pintu masuknya pencemaran udara oleh kuman bagi ruangan lainnya. Salah satu laboratorium yang banyak dikunjungi pasien di Samarinda adalah Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur yang juga merupakan rujukan bagi seluruh laboratorium yang ada di Provinsi Kalimantan Tiimur. Jumlah kunjungan pasien perhari antara pasien dan kunjungan pelanggan yang membawa sampel air limbah maupun sampel untuk pemeriksaan lingkungan lain rata-rata 20 penunjung perhari. Jumlah kunjungan pasien yang banyak dan tingkat kepadatan hunian ruangan yang sempit tentu saja sebagai sumber utama peningkatan angka kuman udara. Kondisi yang demikian tentu saja dapat berdampak dengan kinerja petugas karena bisa menyebabkan gangguan kesehatan seperti, tuberculosa, alergi dan radang paru. Bahkan tidak menutup kemungkinan gangguan kesehatan tersebut dapat juga terjadi pada pasien lain, karena pasien dengan kondisi sakit akan mengalami penurunan imunitas yang rentan terhadap masuknya penyakit lain. Penularan penyakit yang didapat dari layanan kesehatan ini disebut juga infeksi nosokomial (Irianto, 2007). Angka kuman udara dalam ruangan laboratorium dipengaruhi oleh beberpa faktor, yaitu perlengkapan dalam ruangan (karpet, AC, dan sebagainya), kondisi bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran udara, pencahayaan, kepadatan hunian, mobilisasi orang dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku. Kondisi lingkungan ruang laboratorium menurut Keputusan Menetri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 untuk angka kuman tidak boleh lebih dari 500 cfu/m 3 dan bebas kuman patogen, Sedang persyaratan ingkungan fisik yang berupa intensitas cahaya Lux, suhu o C, kelembaban 35 60% dan tingkat kepadatan hunian ruangan > 10m 2 /orang. Ruang laboratorium menurut Kepmenkes tersebut digolongkan menjadi ruangan bersiko tinggi sebagai sumber penularan penyakit (Lubis, 1989). Penelitian ini mempunyai untuk mengetahui angka kuman udara ruangan di UPTD. Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, untuk mengetahui angka kuman udara ruangan ditinjau dari kondisi lingkungan fisik, yaitu suhu, kelembaban dan pencahayaan, kepadatan hunian ruang, tata letak ruangan dan jumlah kunjungan. 2

3 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengguna jasa laboratorium sebagai informasi tentang pencemaran yang berasal dari laboratorium sehingga lebih preventif saat mengunjungi institusi layanan kesehatan, khususnya laboratorium kesehatan. Bagi Petugas laboratorium kesehatan sebagai informasi tentang keadaan angka kuman udara ruangan sehingga dapat menerapkan kewaspadaan universal dengan lebih baik lagi. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah survey dengan pendekatan cross sectional. Prosedur Penelitian Pengambilan sampel angka kuman udara. Diambil alat air ideal ( microbiologocal air sampler ), sebelum digunakan tutup penyerapnya harus sudah disterilisasi terlebih dahulu atau diberi alkohol 70 %, kemudian dibiarkan hingga kering (Soemarno, 200). Dimasukkan media blood agar plate secara aseptis pada penampang air ideal dan tutup rapat. Dinyalakan air ideal dengan cara menekan tombol on-start. Air ideal akan mati setelah 5 menit dan menyerap 100 liter udara. Diambil media dari dalam alat air ideal secara aseptis, lalu ditutup. Diberi label, kode dan jumlah volume sampel yang diambil pada cawan petri yang diisi media blood agar. Kemudian dimasukkan kedalam inkubator, diinkubasi sampel selama 24 jam, pada suhu o C. Dinyalakan alat colony couter lalu diletakkan blood agar plate pada area penghitungan. Dibagi permukaan menjadi 4 bagian menggunakan spidol. Dihitung jumlah koloni bakteri pada tiap kamar dengan colony counter (Soemarno, 2000). Cara menghitung kepadatan hunian Luas ruangan diukur dengan satuan meter persegi. Jumlah orang yang bekerja di laboratorium dalam kurun waktu satu hari. Jumlah penghuni dibagi luas ruangan, sehingga ditemukan hasil orang per meter persegi. Cara Mengukur suhu Suhu diukur dengan termometer ruangan pada siang hari antara jam wita. Cara Mengukur pencahayaan Cahaya diukur dengan alat Light meter pada siang hari antara jam wita. Cara Mengukur Kelembaban Kelembaban diukur dengan Hygrometer pada pada siang hari antara jam wita. Analisis Data Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan secara deskriptif kualitatif untuk menggambarkan distribusi proporsi dari karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada masing-masing variabel dan sebagai penunjang dilakukan uji spearman rank dengan nilai α= 0,05 untuk mengetahui kemaknaan dan besarnya hubungan lingkungan fisik, kepadatan hunian ruangan dan jumlah pengunjung dengan angka kuman udara. HASIL PENELITIAN Table 1. Hasil Pengamatan angka kuman udara ANGKA KUMAN RUANGAN UDARA (CFU/M 3 ) R. Pembuat Media 620 Lab Mikrobiologi 270 Lab Urinalisa 690 Ruang Staf TU 880 Ruang Staf kimia 300 Lab. Kimia Klinik 360 Lab Imunologi 380 Ruang Instrumentasi 520 Lab Lingkungan 470 R. Staf Mikrobiologi 320 Ruang Tunggu 320 Ruang Sampling 810 Nilai dipersyaratkan <500 Dari tabel di samping yang tidak memenuhi persyaratan angka kuman udara ruangan adalah Ruang sampling, ruang laboratorium urinalisa, ruang instrumentasi, ruang pembuatan media dan Ruang Staff Tata Usaha. 3

4 Tabel 2. Hasil pengamatan angka kuman udara dan lingkungan fisik RUANGAN SUHU KELEM BABAN (%) CAHAYA (LUX) ANGKA KUMAN UDARA (CFU/M 3 ) R. Pembuat Media Lab Mikrobiologi Lab Urinalisa Ruang Staf TU Ruang Staf kimia Lab. Kimia Klinik Lab Imunologi Ruang Instrumentasi Lab Lingkungan R. Staf Mikrobiologi Ruang Tunggu Ruang Sampling Nilai dipersyaratkan <500 Dari data di atas dapat dilihat untuk ruang pembuatan media didapatkan hasil pemeriksaan angka kuman udara diatas ambang batas yang dipersyaratkan, yaitu dengan hasil 620 CFU/m 3. Tabel 3. Hasil perhitungan korelasi spearman rank lingkungan fisik dengan angka kuman udara Suhu Kelemba ban Pencaha yaan kepadatan hunian Angka kuman Spearm Correlation Coefficient an's rho Suhu Sig. (2-tailed) kelembaban Pencahayaa n Padatan Angka kuman Correlation Coefficient * ** Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient * ** Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient * Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient **.837 **.657 * Sig. (2-tailed) *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 4

5 Suhu Kelemba ban Pencaha yaan kepadatan hunian Angka kuman Spearm Correlation Coefficient an's rho Suhu Sig. (2-tailed) kelembaban Pencahayaa n Padatan Angka kuman Correlation Coefficient * ** Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient * ** Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient * Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient **.837 **.657 * Sig. (2-tailed) *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Suhu dengan angka kuman udara menunjukkan nilai rho hitung 0,478 < rho tabel 0,591 (N 12) dan signifikansi 0,116 > 0,05 (α), hal ini menunjukkan bahwa data penelitian ternyata suhu tidak ada hubungan dengan angka kuman udara dimana pedekatan kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tabel 4. Hasil pengamatan kepadatan hunian dan angka kuman udara RUANGAN LUAS RUANGAN (M 2 ) JUMLAH KARYAWAN (orang) KEPADATAN HUNIAN (M 2 /orang) JAngka Kuman Udara (CFU/M 3 ) R. Pembuat Media Lab Mikrobiologi Lab Urinalisa Ruang Staf TU Ruang Staf kimia Lab. Kimia Klinik Lab Imunologi R. Instrumentasi Lab Lingkungan R. Staf mikrobiologi Ruang Tunggu Ruang Sampling Persyaratan >10 <500 5

6 Data di atas menggambarkan bahwa ruang sampling, ruang tata usaha, ruang pembuatan media dan ruang laboratorium urinalisa yang memiliki jumlah bakteri tinggi. Tabel 5. Hasil pengamatan jumlah pengunjung dan angka kuman udara NO RUANGAN JUMLAH PENGUNJUNG ANGKA KUMAN UDARA (CFU/M 3 ) 1 Ruang Sampling hari Ruang Sampling hari Ruang Sampling hari Ruang Sampling hari Ruang Sampling hari Ruang Sampling hari Ruang Sampling hari Ruang Sampling hari Ruang Sampling hari Ruang Sampling hari Data di atas menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah pengunjung yang masuk dalam ruangan pengambilan sampel akan mempengaruhi peningkatan bakteri uadara. Tabel 6. Jumlah pengunjung dan angka kuman udara di ruang sampling Pengunjung Angka kuman Spearman's rho Pengunjung Correlation Coefficient * Sig. (2-tailed)..025 N Angka kuman Correlation Coefficient.698 * *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sig. (2-tailed).025. N Hasil statistik menunjukkan nilai rho hitung 0,698 > rho tabel 0,648 dengan signifikansi 0,025<0,05 (α). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kunjungan pasien di ruang sampling berhubungan dan signifikan dengan peningkatan angka kuman udara ruang laboratorium. PEMBAHASAN Hasil komparasi pengamatan kualitas fisik yang dilakukan aobservasi yaitu suhu, kelembaban dan pencahayaan dengan angka kuman udara pada ruang di UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur dimana rata-rata suhu adalah 25 o C, rata-rata kelembaban ruangan 64,6% serta rata-rata pencahayaan adalah 92.9 lux. Ruang pembuatan media didapatkan hasil pemeriksaan angka kuman udara diatas ambang batas yang dipersyaratkan, yaitu dengan hasil 620 CFU/m 3. Kondisi tersebut sesuai dengan literatur bahwa angka kuman dipengaruhi oleh suhu yang meningkat mendekati suhu optimum pertumbuhan kuman yaitu 29 0 C, kemudian didukung oleh kelembaban yang tinggi, yaitu 80% dan minimnya cahaya yang masuk, yaitu 47 lux. Kondisi lingkungan fisik diruang pembuatan media yang sangat mendukung pertumbuhan kuman udara dan tingginya angka kuman udara, akan mempengaruhi juga pada kualitas pembuatan media. Tentu saja hal ini akan 6

7 mempengaruhi kualitas analisis mikrobiologi pada specimen dari pasien, dan bisa mengakibatkan salah diagnosa. Tingginya suhu ruangan di ruang pembuatan media adalah disebabkan oleh pengatur udara (AC) yang tidak berfungsi dengan baik dikarenakan tidak sesuainya kekuatan AC dengan luas ruangan dan ventilasi udara tidak ada serta pencahayaan dari jendela atau lampu kurang. Sedangkan kelembaban yang tinggi disebabkan oleh meningkatnya suhu serta diruang tersebut terdapat tempat cuci atau kran air yang selalu basah karena untuk proses pembuatan media. Pada ruangan media ini untuk hasil isolasi bakteri didapatkan bakteri Genus Staphylococcus gram positif dan tidak menghemolysa darah. Ruang laboratorium urinalisa didapatkan hasil jumlah bakteri udara yang tinggi, yaitu 690 CFU/m 3 salah satu faktor penyebabnya adalah tidak adanya alat pendingin udara, ventilasi udara juga tidak ada selain pintu untuk keluar masuk, sumber cahaya juga sangat kurang dikarenakan jendela yang ada tertutup dinding tembok gedung sebelahnya sehingga tidak ada cahaya matahari yang masuk ruangan. Kondisi tersebut secara langsung akan meningkatkan suhu ruangan, kelembaban dan peningkatan angka kuman udara, apalagi diperparah dengan jenis sampel yang diperiksa adalah urin atau kencing sehingga suasana menjadi semakin lembab dan banyak kuman yang berkembang biak. Kondisi yang ekstrim juga terjadi pada ruangan administrasi atau tata usaha yang terjadi pencemaran udara oleh bakteri hingga 810 CFU/m 3. Kondisi ini karena ruangan tata usaha tersebut terlupakan dari program pengendalian penyakit karena dianggap tidak atau bukan ruangan laboratorium yang infeksius, padahal sebenarnya mobilitas karyawan di ruang tersebut juga sangat tinggi, terutama mobilitas karyawan dari ruang laboratorium. Hal tersebut kemungkinan yang memicu atau membawa sumber penyakit, ditambah lagi proses pembersihan ruangan tidak aseptis. Hal pendukung lain juga dapat diakibatkan jumlah karyawan yang tidak sebanding dengan luas ruangan walaupun lingkungan fisik cukup baik. Keadaan kepadatan hunian ruangan yang tidak ideal inilah yang akan memicu pertukaran kuman dari droplet penghuni atau karyawan ke udara yang akhirnya juga bisa terhirup karyawan lain. Berdasarkan data penelitian keseluruhan ruangan yang diperoleh, lingkungan fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka kuman udara dalam ruangan. Untuk menunjang pembuktian, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan statistik spearman rank yang bertujuan mengetahui korelasi lingkungan fisik dengan angka kuman pada semua sampel ruangan UPTD. Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Hasil statistik menunjukkan bahwa: suhu dengan angka kuman udara menunjukkan nilai rho 0,478 taraf signifikansi 0,116, hal ini menunjukkan bahwa data penelitian ternyata suhu tidak ada hubungan dengan angka kuman udara dimana pedekatan kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kondisi ini dpat terjadi karena suhu ruangan akan mempengaruhi angka kuman udara ruangan apabila didukung kondisi lain seperti jumlah kepadatan hunian ruang dan kondisi lingkungan sekitar. Hasil analisis statistik hubungan kelembaban dan pencahayaan didapatkan bahwa kedua lingkungan fisik ini mempengaruhi kondisi angka kuman udara. Kelembaban mempunyai nilai rho 0,845 dengan taraf signifikansi 0,001 dan pencahayaan mempunyai nilai rho 0,837 dengan taraf signifikansi 0,001. Kualitas fisik dari tiap ruang laboratorium dengan suhu di ruangan berkisar antara 22 0 C 29 0 C dengan kelembaban berkisar 44% - 80% dan cahaya 30 lux 183 lux. Peningkatan kelembaban dan rendahnya pencahayaan menjadi salah satu faktor penyebab peningkatan angka kuman udara di ruangan laboratorium, ruang sampling, ruang tata usaha dan ruang tunggu. Kuman dengan suhu berkisar antara 20 0 C 37 0 C kelembaban yang cukup yaitu sekitar 70-80% dan kurangnya pencahayaan sangat baik untuk pertumbuhan kuman. Pencahayaan yang paling baik adalah dari matahari yang berupa sinar ultra violet. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri di dalam ruangan, misalnya kuman TBC. Oleh karena itu, ruangan yang cukup sehat harus mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela) ukuran jendela yang memenuhi syarat 7

8 kesehatan sesuai dengan standarisasi ruang adalah 15-20% dari luas lantai ruangan (Depkes RI, 2004). Perlu di perhatikan agar cahaya matahari dapat langsung masuk kedalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini selain sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya Ruang sampling, ruang tata usaha, ruang pembuatan media dan ruang laboratorium urinalisa yang memiliki angka kuman tinggi disebabkan oleh kepadatan hunian ruang yang rendah, atau terlalu padat. Walaupun dari data nampak bahwa ruangan lain juga mempunyai kepadatan hunian yang rendah tapi karena kondisi lingkungan fisik yang cukup baik atau sesuai persyaratan sehingga hasil angka kuman udara tidak menunjukkan hasil yang jelek atau masih diambang batas normal dari persyaratan. Sedangkan untuk di ruang pengambilan sampel darah, kondisi tersebut diperparah dengan faktor resiko lain yaitu kondisi jumlah kunjungan pasien tiap harinya. Hal tersebut tentu sangat berkorelasi meningkatkan angka kuman udara di ruang pengambilan sampel. Kepadatan hunian ruang laboratorium mempunyai korelasi degan angka kuman udara yang signifikan seperti dalam hasil anaislis statistik korelasi yaitu mempunyai nilai rho 0,657dengan taraf signifikansi 0,02. Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kepadatan hunian ruang laboraorium yang disampling, sebesar 50% adalah tidak layak, yaitu dibawah 10 meter persegi untuk tiap individu petugas laboratorium. Kondisi terparah adalah ruang pengambilam sampel, dimana jumlah petugas laboratorium di dalam ruangan saat dilakukan pengambilan sampling angka kuman udara sebanyak lima orang petugas, dengan luas ruangan yang hanya 9 meter persegi. Kondisi yang denikian ditambah lagi kunjungan pasien silih berganti yang cukup banyak maka akan mengakibatkan angka kuman udara ruangan menjadi tinggi yaitu 810 CFU per meter kubik udara. Dampak dari hal yang demikian akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit nosokomial pada petugas laboratorium maupun pasien lain melalui droplet. Apalagi didukung lingkungan fisik yang berupa pencahayaan sedikit, sehingga kuman tidak akan terbunuh oleh sinar ultraviolet, maupun dukungan kelembaban tinggi yang sangat optimum untuk pertumbuhan kuman. Ruang sampling memiliki angka kuman udara yang mellewati ambang batas normal. Pada saat penelitian di hari pertama didapatkan angka kuman 810 CFU/M 3. Tingginya angka kuman udara ini ada kemungkinan disebabkan oleh kondisi ruangan yang dekat dengan toilet pasien dengan aktifitas keluar masuk toilet yang sangat tinggi, karena hampir setiap pasien diambil sampel kencingnya dan kebanyakan menggunakan toilet tersebut. Posisi toilet yang berjarak hanya sekitar 3 meter dari ruang sampling dan dalam satu ruangan sehingga memungkinkan mikroorganisme terbawa pasien. Kondisi ini tentunya juga diperparah dengan ruangan sampling yang sangat sempit dan tidak terkena sinar matarari sehingga hanya mengandalkan sinar lampu. Kondisi pencahayaan yang kurang maksimal atau di bawah yang dipersyaratkan yaitu 75 lux akan berdampak kuman yang ada dalam ruangan tidak terbunuh oleh sinar ultraviolet dari sinar matahari, dan akan semakin banyak dengan kelembaban yang tinggi. Kondisi ruangan laboratorium urinalisa yang sempit, lembab dan panas karena tidak ada pendingin udara atau AC, serta banyaknya sampel urin yang terbuka dikarenakan wadah urin tidak bertutup juga sangat memungkinkan sebagai penyebab tingginya angka kuman udara. Hasil pemeriksaan angka kuman udara di ruang tersebut adalah 690 CFU/M 3. Sedangkan untuk kondisi bangunan ruang lainnya adalah sesuai standard yang dipersyaratkan. Namun ada satu ruangan yaitu ruang tata usaha atau adminstrasi yang mengandung angka kuman udara tinggi yaitu 880 CFU/M 3 padahal dengan suasana pencahayaan yang tinggi, dan mendapatkan sinar matahari langsung di pagi hari. Hal ini bisa terjadi karena aktifitas petugas analis laboratorium serta karyawan lain yang keluar masuk dari ruang laboratorium ke ruang tata usaha. Menurut pengamatan, pembersihan lantai kurang maksimal menggunakan desinfektan sesua standard kewaspadaan universal laboratorium, sehingga akan menimbulkan pertumbuhan kuman di lantai dan berhembus bersama aktivitas karyawan dan AC. 8

9 Angka kuman udara dengan jumlah pengunjung di ruang sampling yang diamati selama 10 hari berurut-turut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah pengunjung yang masuk dalam ruangan pengambilan sampel akan mempengaruhi peningkatan angka kuman uadara. Contohnya pada hari ke delapan dengan jumlah kunjungan sebesar 51 orang bila dilihat hasil pemeriksaan angka kuman udara menunjukkan angka 980 CFU/m 3, sedangkan pada jumlah kunjungan antara 18 orang sampai dengan 20 orang didapatkan hasil angka kuman udara antara 610 sampai dengan 690 CFU/m 3. Untuk menunjang pembuktian hubungan jumlah pengunjung dan angka kuman udara pada ruang pengambilan sampel dihitung dengan statistik korelasi non parametrik dimana perhitungan statistik korelasi dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil statistik menunjukkan nilai rho 0,698 dengan taraf signifikansi 0,025. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah kunjungan pasien dengan angka kuman udara di ruang pengambilan sampel. usaha 880 CFU/m 3, ruang instrumentasi 520 CFU/m 3 dan ruang sampling 810 CFU/m Angka kuman udara ruang laboratorium dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik yaitu pencahayaan dan kelembaban, sedangkan suhu kurang berpengaruh. Hal ini dapat dilihat dengan perhitungan statistik korelasi spearman rank yaitu suhu dengan rho 0,478 dan taraf signifikansi 0,116, Kelembaban mempunyai nilai rho 0,845 dengan taraf signifikansi 0,001 dan pencahayaan mempunyai nilai rho 0,837 dengan taraf signifikansi 0, Angka kuman udara ruangan dipengaruhi oleh kepdatan hunian ruang, dengan hasil kepadatan hunian ruang 6 ruangan yang tidak memenuhi syarat yaitu dibawah 10 m 2 per orang yaitu ruang pembuatan media, laboratorium mikrobiologi, lab urinalisa, ruang staff tata usaha, ruang instrumentasi, dan ruang sampling. Dan hasil perhitungan statistik korelasi menunjukkan hubungan dengan nilai rho 0,657 dengan taraf signifikansi 0, Angka kuman udara ruangan dipengaruhi oleh tata letak ruangan yang berdekatan dengan toilet, yaitu ruang sampling Hasil dari uji laboratorium lebih lanjut didapatkan bahwa kuman udara ruangan di seluruh ruang UPTD. Laboratorium Kesehatan Provinsi Kaliamantan Timur adalah bentuk coccus, gram positif, tidak menghemolisa darah. Secara teoritis bakteri tersebut kurang pathogen dibandingkan jenis bakteri coccus yang menghemolisa darah, namun karena jumlah kuman yang besar maka akhirnya dapat pula meninmbulkan sifat pathogen. Karakteristik bakteri menunjukkan genus Staphylococcus. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan tentang hasil analisis angka kuman udara ruangan di UPTD. Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, bahwa: 1. Angka kuman udara ruangan yang tidak memenuhi persyaratan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 yaitu maksimal 500 CFU/m 3 udara adalah ruang pembuatan media yaitu 620 CFU/m 3,, laboratorium urinalisa 690 CFU/m 3, ruang dengan angka kuman 810 CFU/m 3 dan ruang laboratorium urinalisa dengan angka kuman 690 CFU/m Angka kuman udara ruang sampling dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kunjungan pasien, dimana jumlah kunjungan semakin banyak semakin tinggi maka angka kuman udara juga semakin tinggi, Hal ini juga didukung dalam perhitungan statistik korelasi dengan nilai rho 0,698 dan signifikansi 0,025. DAFTAR PUSTAKA Adelberg. EA. Jawetz E. Melnick. I,L Medical Microbiology. Appleton and Lange; California. Esi Lisyastuti, 2010, Jumlah Koloni Mikroorganisme udara dalam Ruang dan Hubungannya dengan Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada Pekerja Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS BPPT di Kawasan Puspiptek Serpong Tahun 2010, Universitas Indonesia. 9

10 Irianto, Agus Mikrobiologi lingkungan. Penerbit BINARUPA AKSARA : Jakarta Lubis, P Perumahan Sehat, Jakarta : Depkes RI,Jakarta. Sanropie Djasio, Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta: Dirjen PPM dan PLP Soemarno, Identifikasi Bakteri Klinik. AAK Depkes; Yogyakarta. 10

11 11

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK Slamet Poltekkes Kemenkes Pontianak, Jl. 28 Oktober Siantan Hulu, Pontianak Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Cristallica Mogolaingo Safrudin*, Woodford Baren Solaiman Joseph*, Finny Warouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Didik Agus Nugroho, Budiyono, Nurjazuli Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN VENTILASI (AC DAN NON AC) DALAM RUANGAN TERHADAP KEBERADAAN MIKROORGANISME UDARA

PENGARUH PENGGUNAAN VENTILASI (AC DAN NON AC) DALAM RUANGAN TERHADAP KEBERADAAN MIKROORGANISME UDARA PENGARUH PENGGUNAAN VENTILASI (AC DAN NON AC) DALAM RUANGAN TERHADAP KEBERADAAN MIKROORGANISME UDARA (Studi Kasus : Ruang Kuliah Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro) *Vidyautami, D.N., **Huboyo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat adalah bagian pokok dibidang kesehatan khususnya adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu bagian menyeluruh, integrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan (mendeskripsikan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebaran suatu penyakit merupakan akibat dari hubungan interaktif antara manusia dan lingkungannya. Agent penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui udara,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG INTESIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Yuli Nurpratama Zein*, Finny Warouw*, Oksfriani J. Sumampow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial merupakan permasalahan yang sering terjadi di rumah sakit yang mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Hal ini berkaitan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah pasien. Pengambilan sampel angka kuman udara dilakukan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah pasien. Pengambilan sampel angka kuman udara dilakukan dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian Gambaran kualitas udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (RSGM UMY) berdasar

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK Eka Septiarini, Nurul Amaliyah dan Yulia Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: septiarinieka@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ARTIKEL RISET URL artikel:

ARTIKEL RISET URL artikel: ARTIKEL RISET URL artikel: http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh1202 Analisis Mikroorganisme Udara terhadap Gangguan Kesehatan dalam Ruangan Administrasi Gedung Menara UMI Makassar

Lebih terperinci

Densitas = Jumlah koloni/cawan x 60m/30m x Luas cawan

Densitas = Jumlah koloni/cawan x 60m/30m x Luas cawan VI. PEMBAHASAN Mikroorganisme berdasarkan pengaruh hidupnya terhadap kehidupan manusia terbagi menjadi dua yaitu mikroorganisme pathogen dan mikroorganisme non- pathogen. Mikroorganisme pathogen adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (kontak langsung, melalui makanan minuman maupun udara). Penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (kontak langsung, melalui makanan minuman maupun udara). Penyakit menular 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang ditularkan melalui berbagai media (kontak langsung, melalui makanan minuman maupun udara). Penyakit menular merupakan masalah

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi GAMBARAN HYGIENE SANITAS PENGOLAHAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT IV KOTA MANADO Inayah Akmalia Waleuru*, Rahayu H. Akili*,

Lebih terperinci

Tabel 3. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien. Tabel 4. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien

Tabel 3. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien. Tabel 4. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien PENDAHULUAN Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas

BAB I PENDAHULUAN. di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai komponen lingkungan mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas dan menjalankan berbagai

Lebih terperinci

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Pendahuluan Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial masih merupakan masalah yang penting bagi kesehatan karena dapat meningkatkan angka kematian dan salah satu komplikasi tersering bagi pasien yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel terikat Suhu Udara Kelembaban Udara Keluhan Sick Building Syndrome Angka Total Mikrobiologi Udara Gambar 3.1 Kerangka konsep B. Hipotesis

Lebih terperinci

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI 1 GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep VARIABEL BEBAS KUALITAS UDARA : Suhu Kelembaban Kecepatan Gerak Udara Kadar debu Jumlah Kuman VARIABEL TERIKAT Sick Building Syndrome VARIABEL PENGGANGGU

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPADATAN HUNIAN DAN KUALITAS FISIK RUMAH DESA PENDA ASAM BARITO SELATAN

HUBUNGAN KEPADATAN HUNIAN DAN KUALITAS FISIK RUMAH DESA PENDA ASAM BARITO SELATAN HUBUNGAN KEPADATAN HUNIAN DAN KUALITAS FISIK RUMAH DESA PENDA ASAM BARITO SELATAN Darmiah, Imam Santoso, Maharso Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan kesehatan Lingkungan Banjarbaru e-mail: darmiah0708@gmail.com

Lebih terperinci

ANGKA KUMAN UDARA DAN LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

ANGKA KUMAN UDARA DAN LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ANGKA KUMAN UDARA DAN LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 1 Windi Wulandari, 2 Adi Heru Sutomo, dan 3 Susi Iravati Mahasiswa di Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumberdaya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan

Lebih terperinci

KUALITAS ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERSALINAN PRAKTIK BIDAN SWASTA DI KOTA BANJARBARU

KUALITAS ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERSALINAN PRAKTIK BIDAN SWASTA DI KOTA BANJARBARU KUALITAS ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERSALINAN PRAKTIK BIDAN SWASTA DI KOTA BANJARBARU Munawar Raharja Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kesehatan Lingkungan e-mail: m_raharja@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat asasi. Bagi setiap negara, masalah kesehatan merupakan pencerminan nyata kondisi dan kekuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu,

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu, maupun pada permukaan jaringan tubuh kita sendiri, di segala macam tempat serta lingkungan

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Menimbang : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan, udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

Lebih terperinci

ANALISA BAKTERI UDARA SEBAGAI UPAYA PEMANTAUAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT

ANALISA BAKTERI UDARA SEBAGAI UPAYA PEMANTAUAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT ARTIKEL ANALISA BAKTERI UDARA SEBAGAI UPAYA PEMANTAUAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT Berliana Bapelkes Prov. Kaltim; Pengajar di Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi. kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja yang buruk dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan karyawan. Jenis bangunan, alat dan bahan, proses pekerjaan serta ventilasi yang kurang baik di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas

Lebih terperinci

ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2013 S K R I P S I. Oleh: FITRI MUTIASARI NIM.

ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2013 S K R I P S I. Oleh: FITRI MUTIASARI NIM. ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2013 S K R I P S I Oleh: FITRI MUTIASARI NIM. 081000285 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA

PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukansebagaisalahsatusyarat Untukmemperolehpredikat AhliMadyaAnalisKesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang perizinan rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Kecamatan Pancoran Mas pada bulan Oktober 2008 April 2009 dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Bakteri Udara Pada Rumah Sakit Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering

Lebih terperinci

Gambaran Bakteri Patogen Gram Positif Dan Gram Negatif Di Ruang Operasi Bedah Central RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2013

Gambaran Bakteri Patogen Gram Positif Dan Gram Negatif Di Ruang Operasi Bedah Central RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2013 Gambaran Bakteri Patogen Gram Positif Dan Gram Negatif Di Ruang Operasi Bedah Central RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2013 Marhamah, Suroso Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tuberculosis Paru 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh

Lebih terperinci

PENGARUH SANITASI RUMAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS MENGWI I TAHUN 2013

PENGARUH SANITASI RUMAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS MENGWI I TAHUN 2013 PENGARUH SANITASI RUMAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS MENGWI I TAHUN 2013 I Ketut Sujana¹, I Made Patra², I Made Bulda Mahayana³ Abstract. Tuberculosis is one of the

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow. a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tutuyan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow. a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tutuyan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil A. Gambaran Umum Lokasi Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan luas wilayah 337,80 KM 2, dengan batas wilayah: a. Sebelah Utara

Lebih terperinci

ANALISIS KEPADATAN PENGHUNI, LUAS LANTAI DAN LUAS VENTILASI TERHADAP SUHU DAN KELEMBABAN DI RUMAH KOS PUTRI KAJOR, NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, DIY

ANALISIS KEPADATAN PENGHUNI, LUAS LANTAI DAN LUAS VENTILASI TERHADAP SUHU DAN KELEMBABAN DI RUMAH KOS PUTRI KAJOR, NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, DIY ANALISIS KEPADATAN PENGHUNI, LUAS LANTAI DAN LUAS VENTILASI TERHADAP SUHU DAN KELEMBABAN DI RUMAH KOS PUTRI KAJOR, NOGOTIRTO, GAMPING, SLEMAN, DIY Nur Hasanah*, Achmad Husein**, Sigid Sudaryanto** * JKL

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang) Esty Kurniasih, Suhartono, Nurjazuli Kesehatan

Lebih terperinci

TINGKAT KEBERSIHAN LANTAI RUANG PERSALINAN BIDAN PRAKTIK SWASTA DI KOTA BANJARBARU

TINGKAT KEBERSIHAN LANTAI RUANG PERSALINAN BIDAN PRAKTIK SWASTA DI KOTA BANJARBARU TINGKAT KEBERSIHAN LANTAI RUANG PERSALINAN BIDAN PRAKTIK SWASTA DI KOTA BANJARBARU 1 Nia Kania, 2 Lenie Marlinae, 3 Tien Zubaidah 1,2 Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan visi dan misi pembangunan kesehatan yang tertuang di dalam paradigma sehat bahwa Indonesia berupaya di tahun 2010 tercipta Indonesia sehat, maka lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah eksplanatori research adalah menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melalui

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 2 (4) (2013) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN STREPTOCOCCUS DI UDARA PADA RUMAH SUSUN KELURAHAN BANDARHARJO KOTA

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen LAMPIRAN Lampiran. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen. Kapan anda datang untuk makan di restoran ini? Jawab:....... Produk apa yang biasanya Anda beli? Jawab:....... Selama makan di restoran ini apakah

Lebih terperinci

Kata Kunci: Lingkungan Fisik, Pengunjung, Staphylococcus aureus

Kata Kunci: Lingkungan Fisik, Pengunjung, Staphylococcus aureus PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN JUMLAH PENGUNJUNG PASIEN TERHADAP KEBERADAAN Staphylococcus aureus PADA UDARA RUANG RAWAT INAP KELAS II DAN III RSUD TOTO KABILA Safriyanto Paulutu 1), Sunarto Kadir 2), Sirajuddien

Lebih terperinci

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Tuberkulosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

KUALITAS MIKROBIOLOGIS RUANG PERAWATAN PASIEN RUMAH SAKIT BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL DAN KEBERADAAN Streptococcus

KUALITAS MIKROBIOLOGIS RUANG PERAWATAN PASIEN RUMAH SAKIT BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL DAN KEBERADAAN Streptococcus 1 KUALITAS MIKROBIOLOGIS RUANG PERAWATAN PASIEN RUMAH SAKIT BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL DAN KEBERADAAN The Quality of Microbiologists in Hospital Patients Treatment Rooms based on The Total Plate Count

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan

Lebih terperinci

ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN

ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2013 Fitri Mutiasari 1, Indra Chahaya 2, Devi Nuraini Santi 3 1 Program Sarjana FKM USU, Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch,

BAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Tuberculosa adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, makanya dikenal sebagai Batang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat obsevasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat lingkungan semakin hari semakin menimbulkan problema kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1) Umumnya di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel air diambil dari air sumur gali yang berada di Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak Kota Kupang yang selanjutnya sampel air dianalisa di

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B Kelompok 6 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN

Lebih terperinci

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, integrasi dari

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengujian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu. Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa, Mycobacterium bovis serta Mycobacyerium avium, tetapi lebih sering disebabkan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Persentase Analisis Univariat Masing-masing Variabel Berdasarkan Kepmenkes No.715 Tahun 2008 Penelitian di Universitas X (n=100)... 38 Tabel 5.2.1 Hubungan Sanitasi Kantin Dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA KAMAR OPERASI DAN KELUHAN KESEHATAN

GAMBARAN KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA KAMAR OPERASI DAN KELUHAN KESEHATAN GAMBARAN KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA KAMAR OPERASI DAN KELUHAN KESEHATAN Description of Microbiological Air Quality in Operating Room and Health Complaint Wawan Supra Wismana Departemen Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis ( mycobacterium tuberculosa) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP SERUNI RSUD dr.m.yunus BENGKULU ABSTRACT

ANALISIS TOTAL KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP SERUNI RSUD dr.m.yunus BENGKULU ABSTRACT ANALISIS TOTAL KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP SERUNI RSUD dr.m.yunus BENGKULU Yusmidiarti 1), dan Gamaiwarivoni Wachidin 2) 1,dan2 jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes KemenKes Bengkulu Jl. Indra Giri

Lebih terperinci

KONDISI BAKTERIOLOGIK PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN JOMBANG TIKALA MANADO

KONDISI BAKTERIOLOGIK PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN JOMBANG TIKALA MANADO KONDISI BAKTERIOLOGIK PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN JOMBANG TIKALA MANADO Henny J. Tumelap Jurusan Kesehatan Lingkungan Kemenkes Manado Abstract. Tableware hygiene is poor have an important role in the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU Rosa Dwi Wahyuni Departemen ilmu patologi klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako. Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya di dunia (Sugiato, 2006). Menurut Badan Kependudukan Nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh berbagai negara. Pencemaran udara terjadi karena meningkatnya industri, perubahan perilaku dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian observasional, karena di dalam penelitian ini dilakukan observasi berupa pengamatan, wawancara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aspek Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Penularan TB tergantung dari lamanya kuman TB berada dalam suatu ruangan, konsentrasi kuman TB di udara serta lamanya menghirup udara,

Lebih terperinci

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONDISI RUMAH PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURIKALE DAN MANDAI KABUPATEN MAROS

KARAKTERISTIK KONDISI RUMAH PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURIKALE DAN MANDAI KABUPATEN MAROS KARAKTERISTIK KONDISI RUMAH PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURIKALE DAN MANDAI KABUPATEN MAROS CHARACTERISTIC OF THE HOUSE CONDITION OF LEPROSY PATIENTS IN THE WORK AREA OF TURIKALE AND MANDAI

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan (Uji Rambut)

Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan (Uji Rambut) Uji Sanitasi Pekerja Pengolahan Pangan (Uji Rambut) A. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk 1. Memberikan pemahaman dan keterampilan mengenai metode pengujian sanitasi pekerja dalam pengolahan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAKTERI UDARA DI RUANGAN BERSISTEM HVAC (HEATING VENTILATION AND AIR CONDITIONING)

IDENTIFIKASI JENIS BAKTERI UDARA DI RUANGAN BERSISTEM HVAC (HEATING VENTILATION AND AIR CONDITIONING) Prosiding Seminar Nasional Biotik 2014 ISBN: 978-602-70648-0-5 IDENTIFIKASI JENIS BAKTERI UDARA DI RUANGAN BERSISTEM HVAC (HEATING VENTILATION AND AIR CONDITIONING) Iswadi 1, Samingan 2 dan Hendra Yulisman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU PENDERITA TB PARU DAN KONDISI RUMAH TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN POTENSI PENULARAN TB PARU PADA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE DI KOTA MANADO TAHUN 2012-2016 Elisabeth Y. Lumy*, Angela F. C. Kalesaran*, Wulan P J Kaunang* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa

Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa Studi Analisis Pengaruh Kondisi Lingkungan Kerja Terhadap Sick Building Syndrome (SBS) Pada Karyawan di Gedung Perkantoran Perusahaan Fabrikasi Pipa Angga Satria Tritama 1, Farizi Rachman 2, Denny Dermawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek

Lebih terperinci