Kata Kunci: Lingkungan Fisik, Pengunjung, Staphylococcus aureus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Kunci: Lingkungan Fisik, Pengunjung, Staphylococcus aureus"

Transkripsi

1 PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN JUMLAH PENGUNJUNG PASIEN TERHADAP KEBERADAAN Staphylococcus aureus PADA UDARA RUANG RAWAT INAP KELAS II DAN III RSUD TOTO KABILA Safriyanto Paulutu 1), Sunarto Kadir 2), Sirajuddien Bialangi 3). 1 Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Safriyanto Paulutu Safriyantopaulutu@gmail.com 2 Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Sunarto Kadir Sunarto.Kadir@yahoo.co.id 3 Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Sirajuddien Bialangi Sirajuddienbialangi@yahoo.com Abstrak Salah satu masalah penyebaran infeksi di rumah sakit yang sering terjadi adalah infeksi nosokomial. Staphylococcus aureus menjadi penyebab infeksi nosokomial yang telah tersebar luas di seluruh belahan dunia. Rumusan masalah yakni apakah ada pengaruh lingkungan fisik dan jumlah pengunjung pasien terhadap keberadaan Staphylococcus aureus di udara ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh lingkungan fisik yang meliputi suhu, kelembaban, dan intentas pencahayaan serta jumlah pengunjung terhadap keberadaan Staphylococcus aureus di udara ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila. Jenis penelitian termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah udara di ruang perawatan kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila sejumlah 17 ruangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Analisis statistik menggunakan fisher exact test dengan taraf signifikansi yakni α=0,05. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh lingkungan fisik yakni suhu ruangan lebih kecil dari 22 0 C dan lebih besar dari 24 0 C, kelembaban ruangan lebih kecil dari 45% dan lebih besar dari 60% dan intensitas pencahayaan lebih kecil dari 100 lux dan lebih besar dari 200 lux terhadap keberadaan Staphylococcus aureus. Tidak ada pengaruh jumlah pengunjung pasien (P value =1,000) terhadap keberadaan Staphylococcus aureus. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi suhu, kelembaban dan pencahayaan di 17 ruangan tidak memenuhi syarat Kepmenkes RI Nomor. 124/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Perlu diperhatikan kondisi fisik ruangan seperti sistem ventilasi serta melakukan pemantauan kualitas udara, yakni minimum 2 (dua) kali setahun. Kata Kunci: Lingkungan Fisik, Pengunjung, Staphylococcus aureus

2 Abstract Safriyanto Paulutu The effect Physical Environment and Number of Visitors For Patient toward the Presence of Staphylococcus aureus in the Air General Wards particularly Class II and Class III in Regional Public Hospital (RSUD) Toto, Kabila. Departement of Public Health, Faculty of Health and Sport Sciences, Universitas Negeri Gorontalo. The principal supervisor was Dr. Sunarto Kadir, Drs., M.Kes and cosupervisor was Sirajuddien Bialangi, S.KM., M.Kes. One of infection issues frequently occured in the hospital is nosokomial. Staphylococcus aureus becomes the reason how nosokomial infection has been spread widely all over the world. The research problem was whether there was an effect of physical environment and number of visitors for patient toward the presence of Staphylococcus aureus in the air of general wards particularly class II and class IIIin RSUD Toto, Kabila or not. The research aimed at analyzing the effect of physical environment such as temperature, humidity, light intensity, and number of visitors toward the presence of Staphylococcus aureus in the air of general wards particularly class II and class III in RSUD Toto, Kabila. The research was classified into quantitative research through using cross sectional approach. Population was air within general wards particularly class II and class III in RSUD Toto, Kabila amounted to 17 rooms. Sampling applied total sampling.statistical analysis used fisher exact test with level of significance α = 0,05. The result showed that there was effects of physical environment such as room temperature was lower than 22 0 C and higher 24 0 C, room humidity was lower than 45% and higher than 60% and light intensity was lower than 100 lux and higher than 200 lux toward Staphylococcus aureus. Quality of physical environment such as temperature, humidity, and light in 17 rooms have not meet health Ministerial Decree RI No. 124/MENKES/ SK/X/2004 about Hospital s environmental health requirements. It requires serious concern about physical condition of room such as ventilation system, and monitoring air quality for twice a year. Keywords: Physical Environment, Visitors, Staphylococcus aureus. 1. PENDAHULUAN Hingga saat ini Staphylococcus aureus menjadi penyebab infeksi nosokomial yang telah tersebar luas di seluruh belahan dunia. Kuman ini dari sejak awal sejarah infeksi, telah menjadi bagian utama penyebab kesakitan dan kematian pasien. Menurut Honeyman (2001) dalam Santosaningsih (2010) menyebutkan bahwa Staphylococcus aureus juga dikenal sebagai penyebab paling sering Hospital-Acquired bacteremia (nosocomial) dan lebih dari 2 juta pasien yang terkena infeksi nosokomial di Amerika Serikat, kirakira 61% terkena infeksi Staphylococcus aureus. Sementara itu berdasarkan hasil penelitian oleh Wikansari (2012) terhadap pemeriksaan total kuman udara dan Staphylococcus aureus di ruang rawat inap rumah sakit X Kota Semarang diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat kuman udara Staphylococcus aureus sebesar 50% dari total kamar di kelas III ruang rawat inap penyakit dalam dan rata - rata total kuman udara di ruang rawat inap penyakit pasca bedah adalah 281 CFU/M 3 untuk kelas II dan 717 CFU/ M 3 untuk kelas III, serta rata-rata total kuman udara di ruang rawat inap penyakit dalam adalah CFU/ M 3 untuk kelas II dan CFU/ M 3 untuk kelas III.

3 Pertumbuhan bakeri diudara dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik seperti suhu ruangan, kelembaban dan intensitas pencahayaan selain itu jumlah pengunjung dan jumlah pasien ikut mempengaruhi pertumbuhan kuman kerena pengunjung dan pasien membawa bakteri dan menyebar keudara lewat bersin, batuk berbicara atau tertawa. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila saat ini mempunyai peran yang cukup starategis di Provinsi Gorontalo pada umumnya dan khususnya di Kabupaten Bone Bolango karena sarana pelayanan kesehatan spesialistik diwilayah ini yang masih sangat terbatas, setelah sebelumnya telah menjadi rumah sakit khusus, penyakit kusta. Hingga saat ini RSUD Toto Kabila telah melayani lebih dari 17 kecamatan yang ada dikabupaten bone bolango (Laporan UKL-UPL RSUD Toto Kabila, 2012). Dipilihnya RSUD Toto Kabila sebagai lokasi penelitian hal ini dikarenakan, tidak dilakukan upaya pemantauan kualitas udara diruang rawat inap secara berkala, serta tidak dilaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan terkait infeksi nosokomial. Jika dilihat dari segi kapasistas RSUD Toto Kabila memang masih sangat terbatas, akan tetapi dengan dilakukannya pemantauan kualitas lingkungan fisik serta pemeriksaan Staphylococcus aureus pada udara di ruang rawat inap merupakan langkah awal pencegahan terhadap penyebaran infeksi di RSUD Toto Kabila, karena mengingat rumah sakit adalah bangunan yang penuh dengan sumber penyakit dan juga sumber infeksi sehingga harus diperhatikan dan dikendalikan semua faktor dan berbagai kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi terutama melalui udara (airborne infection). Berdasarkan hasil obesrvasi awal lingkungan fisik terhadap 4 jenis ruangan rawat inap di RSUD Toto Kabila yakni ruang pasca bedah, ruang isolasi, ruang perawatan anak, dan ruang interna dari segi lingkungan fisik seperti suhu ruangan dan kelembaban pada setiap ruangan rawat inap dipengaruhi dengan adanya penggunaan pendingin ruangan disetiap ruang perawatan. Intensitas pencahayaan ruang rawat inap menggunakan sumber cahaya alami dan buatan, pada siang hari, sinar matahari yang masuk kedalam ruangan rawat inap tidak terlalu terang sehingga diperlukan sinar buatan yakni cahaya lampu. Dalam menjaga ketertiban, rumah sakit membuat peraturan bagi pengunjung untuk membesuk pada waktu yang disesuaikan oleh kebijakan masing-masing rumah sakit. Banyaknya orang yang berlalu lalang pada jam berkunjung memicu munculnya mikroorganisme di udara karena aktifitas orang yang tinggi dan juga orang luar yang datang berkunjung dimungkinkan dapat membawa kuman dari luar ke dalam ruangan (Merlin, 2012). Sementara itu berdasarkan hasil observasi tingkat pengawasan di RSUD tentang jam besuk bagi pengunjung rumah sakit belum begitu efektif, dimana berdasarkan kebijakan yang dibuat oleh RSUD bahwa jumlah pengunjung maksimal sebanyak 2 orang pengunjung untuk 1 pasien, dengan waktu berkunjung sebanyak 2 kali yakni pada pukul WITA dan pada pukul WITA akan tetapi sebagian pengunjung tidak mematuhi peraturan tersebut, mereka datang tidak pada jam besuk dan melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Hal ini disebakan oleh karena jumlah petugas keamanan yang bertugas menjaga ketertiban jam besuk bagi pasien di RSUD Toto kabila sedikit. Setiap rumah sakit memilki kebijakan masing-masing untuk membuat kelas pada ruang rawat inapnya hal ini bertujuan agar dapat melayani seluruh pasien baik yang tidak

4 mampu, kelas menengah dan atas. Di pilihnya ruang rawat inap kelas II dan kelas III sebagai lokasi penelitian karena pada ruang perawatan tersebut terdapat lebih dari 1 (satu) pasien yang di rawat dalam ruangan yang sama yang memungkinkan terjadinya penyebaran kuman terutama Staphylococcus aureus. Belum dilakukan penelitian terkait pengaruh kualitas lingkungan fisik dan jumlah pengunjung dengan keberadaan Staphylococcus aureus di ruang rawat inap di RSUD Toto Kabila, sehingga berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitan tentang Pengaruh Lingkungan Fisik dan Jumlah Pengunjung Pasien Terhadap Keberadaan Staphylococcus aureus Pada Udara Ruang Rawat Inap Kelas II dan Kelas III RSUD Toto Kabila. 2. KAJIAN LITERATUR Rumah sakit sebagai sarana institusi yang berfungsi untuk menyembuhkan pasien, harus memiliki saran adan lingkungan yang bersih dan memenuhi standar kesehatan. Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit diatur dalam Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004. Di rumah sakit pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit terutama penyakit yang disebab-kan oleh bakteri, yang merupakan penyebab utama penyakit infeksi. Bakteri dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; air, udara dan lantai (Noer, 2012). Di negara negara berkembang penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit, dimana infeksi ini lebih dikenal dengan istilah infeksi nosokomial (Wikansari, 2012). Contoh infeksi nosokomial salah satunya adalah infeksi luka operasi (ILO) yang merupakan infeksi yang terjadi 30 hari pasca operasi, jika tidak menggunakan implant atau dalam krun 1 tahun jika terdapat implant. Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah tindakan yang paling utama. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara memutuskan rantai penularannya. Rantai penularan adalah rentanan proses berpindahnya mikroba patogen dari sumber penularan (reservoir) ke pejamu dengan/tanpa media perantara. Salah satu mikroba patogen penyeakit infeksi adalah Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari infeksi kulit ringan, keracunan makanan sampai dengan infeksi sistemik. Infeksi kulit yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus yaitu impetigo, selulitis, folikulitis, abses. Staphylococcus aureus menyebabkan keracunan makanan karena adanya enterotoksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang terdapat pada makanan yang tercemar. 3. METODEPENELITIAN Jenis penelitian termasuk dalam penelitian explanatory atau penjelasan karena bersifat menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian dengan pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah udara di ruang perawatan kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila sejumlah 17 ruangan. Sampel pada penelitian ini adalah total sampling yakni 17 ruangan/kamar. Tehnik analisis data menggunakan Fisher s Exact Test. Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah

5 1. Suhu adalah temperature udara dalam ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila yang diukur dalam satuan 0 C. 2. Kelembaban adalah banyaknya uap air yang terkandung didalam ruangan, dan diukur didalam ruangan rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila yang diukur dalam satuan %. 3. Intensitas pencahayaan adalah intensitas cahaya yang ada di ruang ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila yang diukur dalam satuan lux baik yang berasal dari sinar matahari maupun pencahayaan buatan. 4. Jumlah pengunjung pasien adalah banyaknya orang yang mengunjungi pasien pada ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis pengaruh suhu ruangan terhadap keberadaan Sthapyhlococcus aureus dari 17 ruang rawat inap (100%) mempunyai suhu ruangan yang melebihi persyaratan yang telah ditetapkan ( C) untuk ruang pemulihan/perawatan, diperoleh 2 ruangan tersebut adalah ruang isolasi kelas II kamar 1 dan ruang anak kelas III kamar 1 sementara itu 15 ruangan (88,2%) positif Staphylococcus aureus. menggunakan aplikasi SPSS 17.0 dengan menggunakan Fisher s Exact Test, yang bertujuan untuk mengetahui signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Hasil analisis tidak terbaca oleh karena hasil pemeriksaan suhu ruangan yang constant dimana berdasarkan hasil pengukuran suhu ruangan keseluruhan ruangan memiliki suhu yang tidak memenuhi persyaratan. Namun berdasarkan hasil pengukuran suhu ruangan di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila, membuktikan bahwa suhu ruangan di ruang rawat inap tidak sesuai yang menyebabkan terdapat bakteri Sthapylococcus aures. Maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan suhu ruangan terhadap keberadaan Staphylococcus aureus. Suhu dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung pertumbuhan bakteri di udara. Perubahan suhu dapat memberikan kesempatan yang luas bagi mikroorganisme patogen (bakteri dan virus) untuk tumbuh lebih luas (Halim, 2012). Suhu optimum bagi pertumbuhan bakteri pada umumnya sangat bervariasi tergantung pada jenis bakterinya. Pada suhu yang tepat (optimum) sebuah sel bakteri dapat tumbuh memperbanyak dirinya dan tumbuh semakin cepat. menggunakan aplikasi SPSS 17.0 dengan menggunakan Fisher s Exact Test, yang bertujuan untuk mengetahui signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Hasil analisis tidak terbaca oleh karena hasil pemeriksaan suhu ruangan yang constant dimana berdasarkan hasil pengukuran suhu ruangan keseluruhan ruangan memiliki suhu yang tidak memenuhi persyaratan. Namun dari hasil pengukuran suhu ruangan di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila, membuktikan bahwa suhu ruangan di ruang rawat inap yang tidak memenuhi syarat ( C) untuk ruang pemulihan/perawatan, menyebabkan terdapatnya bakteri patogen Staphylococcus aureus, dimana dari 17 ruang rawat inap (100%) diperoleh hanya 2 ruangan (11,8%) negatif Staphylococcus aureus dan 15 ruangan (88,2%) yang positif Staphylococcus aureus. Hal tersebut menggambarkan bahwa pada suhu tersebut merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Suhu optimum bagi pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah C (Kusuma, 2009).

6 Berdasarkan hasil analisis pengaruh kelembaban ruangan terhadap keberadaan Sthapyhlococcus aureusdari 17 ruang rawat inap (100%) mempunyai suhu ruangan yang melebihi persyaratan yang telah ditetapkan (40-60%) untuk ruang pemulihan/perawatan, diperoleh 2 ruangan (11,8%) negatif Staphylococcus aureus, 2 ruangan tersebut adalah ruang isolasi kelas II kamar 1 dan ruang anak kelas III kamar 1 sementara itu 15 ruangan (88,2%) positif Staphylococcus aureus. menggunakan aplikasi SPSS 17.0 yang bertujuan untuk mengetahui signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Hasil analisis tidak terbaca oleh karena hasil kelembaban ruangan yang constant dimana berdasarkan hasil pengukuran kelembaban ruangan tidak terdapat ruangan dengan kelembaban yang memenuhi persyaratan. Meskipun demikian berdasarkan hasil pengukuran kelembaban ruangan di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila, membuktikan bahwa kelembaban ruangan di ruang rawat inap yang tidak sesuai menyebabkan terdapat bakteri Staphylococcus aures. Maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan kelembaban ruangan terhadap keberadaan Staphylococcus aureus. Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu adanya pertumbuhan bakteri faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri selain suhu dan pencahayaan juga kelembaban. Kelembaban yang tinggi dapat berpotensi sebagai tempat berkembang biaknya bakteri patogen. Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity) yang cukup tinggi yakni sebesar 85%. menggunakan aplikasi SPSS 17.0 dengan menggunakan Fisher s Exact Test, yang bertujuan untuk mengetahui signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Hasil analisis tidak terbaca oleh karena hasil pengukuran kelembaban ruangan yang constant dimana hasil pengukuran kelembaban ruangan tidak terdapat ruangan dengan kelembaban yang memenuhi persyaratan (45-60%). Meskipun demikian berdasarkan hasil pengukuran kelembaban ruangan di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila tersebut, membuktikan bahwa kelembaban ruangan di ruang rawat inap yang tidak sesuai, menyebabkan terdapat bakteri Staphylococcus aureus. Maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan kelembaban ruangan terhadap keberadaan Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan jenis bakteri gram positif. Bakteri gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang mengandung lipid bliyer (Machfud, 2013). Berdasarkan hasil analisis pengaruh intensitas pencahayaan terhadap keberadaan Staphylococcus aureus dari 17 ruang rawat inap (100%) mempunyai intensitas pencahayaan yang melebihi persyaratan yang telah ditetapkan ( Lux) untuk ruang pemulihan/perawatan, diperoleh 2 ruangan (11,8%) negatif Staphylococcus aureus 2 ruangan tersebut adalah ruang isolasi kelas II kamar 1 dan ruang anak kelas III kamar 1 sementara itu 15 ruangan lainnya (88,2%) positif Staphylococcus aureus. menggunakan aplikasi SPSS 17.0 yang bertujuan untuk mengetahui signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Hasil analisis tidak terbaca oleh karena hasil intensitas pencahyaan yang constant dimana berdasarkan hasil pengukuran intensitas pencahayaan tidak terdapat ruangan dengan pencahyaan yang memenuhi persyaratan. Berdasarkan

7 hasil pengukuran pencahyaan di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila, membuktikan bahwa suhu ruangan di ruang rawat inap tidak sesuai yang menyebabkan terdapat bakteri Staphylococcus aures. Maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan suhu ruangan terhadap keberadaan Staphylococcus aureus. Pencahayaaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adanya pertumbuhan bakteri. Secara umum bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat hidup dalam paparan cahaya yang normal. Akan tetapi sinar ultraviolet yang tinggi dapat berakibat fatal bagi bakteri dan mikroorganisme. menggunakan aplikasi SPSS 17.0 yang bertujuan untuk mengetahui signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Hasil analisis tidak terbaca oleh karena hasil intensitas pencahyaan yang constant dimana berdasarkan hasil pengukuran intensitas pencahayaan tidak terdapat ruangan dengan pencahyaan yang memenuhi persyaratan. Akan tetapi berdasarkan hasil pengukuran pencahyaan di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila, membuktikan bahwa intensitas pencahayaan ruangan di ruang rawat inap tidak sesuai yang menyebabkan terdapat bakteri Staphylococcus aureus. Maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan suhu ruangan terhadap keberadaan Staphylococcus aureus. Keberadaan mikroorganisme dapat menyebabkan kontaminasi, hal ini sangat berpengaruh pada ruang yang seharusnya terjaga keseterililanya misal ruang di rumah sakit laboratorium dan lainnya. Bakteri kontaminan yang sering ditemukan diantaranya adalah Bacillus sp, Streptococcus sp, Staphylococcus, Pseudomonas dan Sarcin. Dari hasil observasi peneliti Sumber pencahayaan yang digunakan di ruang rawat inap RSUD Toto Kabila bersumber dari pencahayaan alami maupun buatan. Sinar matahari yang merupakan sumber pencahayaan alami berfungsi untuk membunuh mikroorganisme patogen. Sinar ultra violet (UV) diketahui merupakan salah satu sinar dengan daya radiasi yang dapat bersifat letal bagi mikroorganisme. Sinar UV mempunyai panjang gelombang mulai 4 nm hingga 400 nm dengan efisiensi tertinggi untuk pengendalian mikroorganisme adalah pada 365 nm (Ariyadi, 2009). Bersarkan penelitian Kristanti (2011) tentang efektivitas sinar ultraviolet dalam menurunkan angka kuman udara diperoleh hasil setelah sterilisasi dengan UV angka kuman udara ruang operasi 0-666,67 CFU/m3, lantai 0-5,6 CFU/cm2 dan dinding 0-0,38 CFU/cm2. Hasil penelitian tersebut dapat menjelaskan bahwa sinar matahari dapat mengeliminasi mikroorganisme patogen yang terdapat di udara ruang perawatan di rumah sakit. Selain penelitian Kristanti (2011), hasil penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh Ardiyati (2009) di didapatkan hasil, waktu penyinaran ultra violet 38 watt selama I menit dengan jarak 45 cm pada media NA yang mengandung bakteri Bacillus sp didapatkan koloni sebanyak 18 buah, penyinaran selama 5 menit koloni sebanyak l5 buah, penyinaran selama l0 menit tidak ada koloni yang tumbuh, penyinaran selama 15 menit tidak ada koloni yang tumbuh. Pada media kontrol yang tidak disinari ultra violet didapatkan pertumbuhan koloni yang sangat penuh / tidak dapat dihitung. Seperti halnya bakteri Bacillus sp, bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri gram positif dapat dikendalikan dengan penggunaan sinar ultaviolet oleh karena itu sangat diperlukan intensitas pencahayaan alami yang berasal dari sinar matahari yang cukup untuk dapat membunuh ataupun

8 mengeliminasi bakteri patogen yang terdapat di udara rumah sakit. Hasil analisis pengaruh jumlah pengunjung pasien terhadap keberadaan Staphylococcus aureusdapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Pengaruh Jumlah Pengunjung Pasien terhadap Keberadaan Staphylococcus aureus Jumla h Peng unjun g Pasie n Keberadaan Bakteri Staphylococcus aureus Negatif Positif Total 2 Count Oran g Expected Count % within Jumlah Pengunju ng Pasien 16.7% 83.3% 100.0% >2 Count Oran Expected g Count % within Jumlah Pengunju ng Pasien 9.1% 90.9% 100.0% Total Count Expected Count % within Jumlah Pengunju ng Pasien Sumber: Data Primer % 88.2% 100.0% Berdasarkan Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa dari 17 ruangan (100%) dengan jumlah pengunjung yang dikaitkan dengan keberadaan bakteri Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa 6 ruangan (35,3%) yang terdapat jumlah pengunjung yang kurang dari 2 orang dengan keberadaan Staphylococcus aureus 5 ruangan (29,4%) dengan hasil positif Staphylococcus aureus dan 1 ruangan yakni ruang isolasi kelas II (5,9%) dengan hasil negatif Staphylococcus aureus. Hal ini dikarenakan oleh karena jupada ruang isolasi tersebut tidak terdapat pengunjung maupun pasien yang dapat menjadi sumber keberadaan bakteri Staphylococcus aureus hal ini didukung dengan kondisi ruangan yakni jendela, pintu, maupun tirai di ruang isolasi tersebut tertutup. Sehingga bakteri Staphylococcus aureus yang terdapat diluar ruangan tidak masuk kedalam ruangan. Sebaliknya 11 ruangan (64,7%) yang terdapat jumlah pengunjung yang lebih dari 2 orang dengan keberadaan Staphylococcus aureus 10 ruangan (58,8%) dengan hasil positif Staphylococcus aureus dan 1 ruangan yakni ruang anak kelas III kamar 1 (5,9%) dengan hasil negatif Staphylococcus aureus. Tabel 2 Hasil Analisis Fisher's Exact Test Pengaruh Jumlah Pengunjung Pasien Terhadap Keberadaan Staphylococcus aureus Pearson Chi-Square Value df Asym p. Sig. (2- sided).215 a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by- Linear Association N of Valid Cases b Sumber: Data Primer 2014 Exact Sig. (2- sided) Exact Sig. (1- sided) Untuk membuktikan ada/tidak ada pengaruh antara jumlah pengunjung pasien dengan keberadaan Staphylococcus aureus maka dapat dilihat dari hasil analisis fisher s exact test, dimana dari hasil analisis diperoleh nilai p value 1,000 > 0,05, maka dengan demikian H 0 diterima sehingga

9 disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara jumlah pengunjung pasien terhadap keberadaan Staphylococcus aureus di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila. Pengunjung pasien dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan kuman patogen diudara. Karena selain pasien, pengunjung juga dapat membawa bakteri patogen melalui aktivitas yang dilakukan didalam ruangan seperti bersin, batuk dan berbicara serta melakukan aktivitas lain yakni membersihkan ruangan yang dapat meyebabkan bakteri patogen menyebar ke udara. Dari hasil analisis fisher s exact test untuk mengetahui pengaruh jumlah pengunjung pasien terhadap keberadaan Staphylococcus aureus di udara diperoleh nilai P value 1,000 > 0,05, maka dengan demikian H 0 diterima sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara jumlah pengunjung pasien terhadap keberadaan Staphylococcus aureus di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila. Tidak adanya pengaruh yang bermakna antara jumlah pengunjung dengan keberadaan Staphylococcus aureus menunjukan bahwa bukan hanya jumlah pengunjung saja yang dapat mempengaruhi keberadaan Staphylococcus aureus di udara. Meskipun didalam ruangan tidak terdapat pengunjung, Staphylococcus aureus dapat muncul melalui kontaminasi dari luka infeksi pada pasien yang terdapat didalam ruang perawatan, peralatan medis, serta dari sistem pernapasan, dan dapat pula di bawa oleh petugas medis dan non medis maupun petugas kebersihan, sehingga dapat dikatakan ukuran atau jumlah pengunjung pasien didalam ruangan tidak dapat mempengaruhi keberadaan Staphylococcus aureus diudara. Berdasarkan hasil penelitian Merlin (2012) tentang studi kualitas udara dengan parameter mikrobiologis di RSCM dimana diperoleh hasil jumlah orang dalam ruangan memiliki pengaruh yang lemah dan tidak ada pengaruh waktu berkunnjung terhadap kosentrasi jamur dimana untuk mengatur ketertiban pengunjung, RSCM membuat jadwal jam berkunjung pada hari senin-jumat pada pukul dan setiap pasien pasien ditunggui dengan maksimal penjaga 1-2 orang penjaga. Meskipun tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara jumlah pengunjung pasien terhadap keberadaan Staphylococcus aureus di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila, namun berdasarkan uraian pada Tabel 4.9 menunjukan bahwa ruangan yang terdapat lebih dari 2 orang pengunjung terdapat bakteri Staphylococcus aureus lebih besar dibandingkan dengan ruangan yang terdapat kurang dari 2 orang pengunjung. Jumlah pengunjung pasien yang didukung dengan aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung didalam ruangan, dapat mempengaruhi keberadaan bakteri Staphylococcus aureus. Karena dari aktivitas yang mereka lakukan yakni dapat mempengaruhi keberadaan mikroorganisme/bakteri di udara. Bersin dapat melepaskan 160 partikel, pada saat batuk dapat terlepas 5000 partikel dan setiap 100 kata yang diucapkan dengan pelan saja dapat melepaskan 250 partikel ke udara (Wikansari,2012). 5. KESIMPULAN Kualitas lingkungan fisik yakni suhu, kelembaban, intensitas pecahayaan dari 17 ruangan (100%) tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan sedangkan jumlah pengunjung pasien dari 17 ruangan (100%) diperoleh jumlah ruangan dalam kategori pengunjung

10 pasien kurang dari 2 orang pengunjung adalah 6 ruang rawat inap (35,3%), sedangkan yang termasuk dalam kategori pengunjung pasien lebih dari 2 orang pengunjung ada 11 ruang rawat inap (64,7%). Jumlah koloni kuman udara udara tertinggi berada di ruang perawatan nifas kelas III kamar ke 4 yakni 277 KK dan jumlah koloni kuman udara paling sedikit berada di ruang perwatan isolasi kelas II kamar ke 1 yakni 27 KK. Dari 17 (100%) ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila di peroleh 15 ruangan (88,2%) dengan hasil positif (+) Staphylococcus aureus dan 2 ruangan (11,8%) dengan hasil negatif (-) Staphylococcus aureus. Ada pengaruh lingkungan fisik suhu ( C), kelembaban (45-60%) dan intensitas pencahayaan ( Lux) terhadap keberadaan Staphylococcus aureus. Suhu ruangan berpengaruh terhadap keberadaan Staphylococcus aureus pada udara ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Toto Kabila. Tidak ada pengaruh jumlah pengunjung pasien (P=1,000) terhadap keberadaan Staphylococcus aureus. 6. REFERENSI Ariyadi, T. Dan Dewi, S.S Pengaruh Sinar Ultra Violet Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus sp. Sebagai Bakteri Kontaminan. Jurnal Kesehatan Vol.2, No.2 Desember 200 Kristanti, E Efektivitas Penggunaan Radiasi Sinar Ultraviolet Dalam Penurunan Jumlah Angka Kuman Ruang Operasi Rumah Sakit Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis Universitas Gajah Mada. Macfud, B Pengaruh Kelembaban terhadap Bakteri. ( diakses tanggal 14 Oktober 2014 Merlin Studi Kualitas Udara Mikrobiologis Dengan Parameter Jamur Pada Paasien Rumah Sakit. Skripsi Sarjana. Fakultas Tehnik Program Studi Tehnik Lingkungan, Universitas Indonesia. Noer, S, F Pola Bakteri Dan Resistensinya Terhadap Antibiotik Yang Ditemukan Pada Air Dan Udara Ruang Instalasi Rawat Khusus RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.2 Juli 2012, hlm Santosaningsih, D., Sri Winarsih, dan Natasha Diah P Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica Granatum) Sebagai Antimikroba Staphylococcus aureus Penyebab Infeksi Kulit Dan Jaringan Lunak Di Rumah Sakit Dan Komunitas Secara In Vitro. Jurnal Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Brawija. Wikansari, N., Retno Hestiningsih dan Budi Raharjo Pemeriksaan Total Kuman Udara Dan Staphylococcus Aureus Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

11

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Cristallica Mogolaingo Safrudin*, Woodford Baren Solaiman Joseph*, Finny Warouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat adalah bagian pokok dibidang kesehatan khususnya adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan suatu bagian menyeluruh, integrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Didik Agus Nugroho, Budiyono, Nurjazuli Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

STRURKTUR ORGANISASI RSUD BATARA GURU BELOPA

STRURKTUR ORGANISASI RSUD BATARA GURU BELOPA LAMPIRAN STRURKTUR ORGANISASI RSUD BATARA GURU BELOPA Direktur RSUD Batara Guru Bagian Tata Usaha Bagian Pelayanan Medik & Keperawatan Bidang Pengembangan SDM & RM Bidang Pengawasan & Pemeliharaan Sarana

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG INTESIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Yuli Nurpratama Zein*, Finny Warouw*, Oksfriani J. Sumampow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumberdaya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu,

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu, maupun pada permukaan jaringan tubuh kita sendiri, di segala macam tempat serta lingkungan

Lebih terperinci

: Perwira / Bintara / Tamtama Asuransi lain selain BPJS :

: Perwira / Bintara / Tamtama Asuransi lain selain BPJS : KUESIONER PENELITIAN DETERMINAN PEMANFAATAN ULANG SARANA PELAYANAN KESEHATAN OLEH ANGGOTA POLRI DAN KELUARGANYA DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TEBING TINGGI TAHUN 2015 Petunjuk pengisian kuesioner 1. Jawablah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial merupakan infeksi serius dan berdampak merugikan pasien karena harus menjalani perawatan di rumah sakit lebih lama. Akibatnya, biaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial masih merupakan masalah yang penting bagi kesehatan karena dapat meningkatkan angka kematian dan salah satu komplikasi tersering bagi pasien yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat asasi. Bagi setiap negara, masalah kesehatan merupakan pencerminan nyata kondisi dan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial merupakan permasalahan yang sering terjadi di rumah sakit yang mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Hal ini berkaitan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK Eka Septiarini, Nurul Amaliyah dan Yulia Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: septiarinieka@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang perizinan rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. bidang penggilingan padi. Penggilingan Padi Karto terletak di Desa Bangun

BAB IV HASIL PENELITIAN. bidang penggilingan padi. Penggilingan Padi Karto terletak di Desa Bangun digilib.uns.ac.id 40 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penggilingan Padi Karto merupakan industri informal yang bergerak di bidang penggilingan padi. Penggilingan Padi Karto terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (kontak langsung, melalui makanan minuman maupun udara). Penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (kontak langsung, melalui makanan minuman maupun udara). Penyakit menular 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang ditularkan melalui berbagai media (kontak langsung, melalui makanan minuman maupun udara). Penyakit menular merupakan masalah

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Andiko Situmorang NIM : 10.02.110 KepadaYth : Di Tempat. Adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Bakteri Udara Pada Rumah Sakit Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI KLINIK HARIANTARY MEDAN HELVETIA TAHUN 2008 I. Identitas pasien Nama : No : Umur :

Lebih terperinci

ANGKA KUMAN UDARA DAN LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

ANGKA KUMAN UDARA DAN LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ANGKA KUMAN UDARA DAN LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 1 Windi Wulandari, 2 Adi Heru Sutomo, dan 3 Susi Iravati Mahasiswa di Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas

BAB I PENDAHULUAN. di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai komponen lingkungan mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan makhluk hidup. Manusia memerlukan udara untuk bernafas dan menjalankan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

Lampiran 1 Instrumen Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Instrumen Penelitian KUESIONER PENELITIAN Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk pengumpulan data tentang faktor lingkungan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Berdasarkan permintaan dan permohonan serta penjelasan peneliti yang sudah disampaikan kepada saya bahwa akan dilakukan penelitian tentang Hubungan Manajemen Keperawatan

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN SIKAP MENCEGAH INFEKSI NOSOKOMIAL PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG PENYAKIT DALAM RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme ke dalam jaringan tubuh, kemudian terjadi kolonisasi dan menimbulkan penyakit (Entjang, 2003). Infeksi Nosokomial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga

Lebih terperinci

* Merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kepatuhan

* Merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kepatuhan KUESIONER No. identitas responden : I. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda silang ( X ) 1. Apakah anda pernah lupa untuk minum obat?* 2. Apakah anda pernah melewatkan jadwal pengambilan obat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN INSTRUMEN PENELITIAN PERBANDINGAN PERILAKU BERSERAGAM DINAS DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL ANTARA MAHASISWA TAHAP PENDIDIKAN PROFESI NERS JALUR A DAN JALUR B DI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PROSES PENYEMBUHAN PADA PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN BENGKALIS RIAU TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PROSES PENYEMBUHAN PADA PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN BENGKALIS RIAU TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PROSES PENYEMBUHAN PADA PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN BENGKALIS RIAU TAHUN 2010 No. Urut Responden : Alamat Responden : Tanggal Wawancara

Lebih terperinci

Case Processing Summary. Cases. Valid Missing Total. Umur * Kecelakaan Kerja % 0 0.0% % Pendidikan * Kecelakaan Kerja

Case Processing Summary. Cases. Valid Missing Total. Umur * Kecelakaan Kerja % 0 0.0% % Pendidikan * Kecelakaan Kerja Case Processing Summary Cases Valid Missing N N N Umur * Pendidikan * Kecelakaan Kerja Jumlah Jam Kerja * Massa Kerja * Kecelakaan Kerja Umur * Crosstabulation Tidak Umur 12-16 3 3 6 17-25 44 20 64 26-35

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKA KUMAN UDARA RUANGAN DI UNIT PELAYANAN TEKNIS DAERAH LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS ANGKA KUMAN UDARA RUANGAN DI UNIT PELAYANAN TEKNIS DAERAH LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ANALISIS ANGKA KUMAN UDARA RUANGAN DI UNIT PELAYANAN TEKNIS DAERAH LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Germ number analysis indoor air technical in the services unit of health laborator province

Lebih terperinci

a. Nama : b. Umur : c. Alamat : d. Pendidikan terakhir : 1. Tidak Tamat SD/ Tamat SD 2. Tamat SMP 3. Tamat SMA 4. Tamat Akademi/Sarjana

a. Nama : b. Umur : c. Alamat : d. Pendidikan terakhir : 1. Tidak Tamat SD/ Tamat SD 2. Tamat SMP 3. Tamat SMA 4. Tamat Akademi/Sarjana KUESIONER PENGARUH KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AEK RAJA KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2011 A. KARAKTERISTIK RESPONDEN I.

Lebih terperinci

Analisis Kinerja RSUD Rantauprapat Kab. Labuhanbatu Berdasarkan Balanced Scorecard

Analisis Kinerja RSUD Rantauprapat Kab. Labuhanbatu Berdasarkan Balanced Scorecard 84 Analisis Kinerja RSUD Rantauprapat Kab. Labuhanbatu Berdasarkan Balanced Scorecard Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, Guna lebih meningkatkan mutu pelayanan RSUD Rantauprapat Kab. Labuhanbatu, mohon

Lebih terperinci

KUALITAS ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERSALINAN PRAKTIK BIDAN SWASTA DI KOTA BANJARBARU

KUALITAS ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERSALINAN PRAKTIK BIDAN SWASTA DI KOTA BANJARBARU KUALITAS ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERSALINAN PRAKTIK BIDAN SWASTA DI KOTA BANJARBARU Munawar Raharja Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kesehatan Lingkungan e-mail: m_raharja@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

c. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan d. Pendidikan : 1. SD/Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SLTP 3. SLTA 4. PT

c. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan d. Pendidikan : 1. SD/Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SLTP 3. SLTA 4. PT LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA YANG BEROBAT JALAN DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA MEDAN TAHUN 2011 I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat mortalitas di dunia. Infeksi nosokomial menempati urutan keempat

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) LAMPIRAN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) Assalamu alaikum Wr. Wb. Saya mahasiswa Strata Satu Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup

Lebih terperinci

Lampiran 2

Lampiran 2 Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG DISCHARGE PLANNING DENGAN KESIAPAN PERAWAT MEMBERIKAN DISCHARGE PLANNING KEPADA PASIEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewaspadaan umum (universal precaution) merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit yang oleh Departemen Kesehatan telah dikembangkan sejak tahun

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) LAMPIRAN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien

Lebih terperinci

Lampiran 1. KUESIONER PENILAIAN STRES KERJA PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) RANTAUPRAPAT

Lampiran 1. KUESIONER PENILAIAN STRES KERJA PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) RANTAUPRAPAT Lampiran 1. KUESIONER PENILAIAN STRES KERJA PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) RANTAUPRAPAT I. KARAKTERISTIK RESPONDEN No. Responden : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan Masa

Lebih terperinci

a. ASI <6 bulan ditambah makanan tambahan b. ASI saja

a. ASI <6 bulan ditambah makanan tambahan b. ASI saja 77 Lampiran 1 LEMBAR KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI LINGKUNGAN RUMAH DAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA SUKA SIPILIHEN KECAMATAN TIGA PANAH TAHUN 2016

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang) Esty Kurniasih, Suhartono, Nurjazuli Kesehatan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAILANG KECAMATAN BUNAKEN KOTA MANADO TAHUN 2014 Merry M. Senduk*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 KUESIONER

LAMPIRAN 2 KUESIONER LAMPIRAN 2 KUESIONER KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENCEGAHAN PENULARAN DI DALAM ANGGOTA KELUARGA PASIEN TB PARU DIBALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT WILAYAH AMBARAWA 2013 No Responden : Tanggal :...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR OBSERVASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR OBSERVASI LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR OBSERVASI HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN JUMLAH KOLONI KUMAN PADA TELAPAK TANGAN PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN 2016

Lebih terperinci

Analisis Data Kategorikal

Analisis Data Kategorikal Analisis Data Kategorikal Topik: Data & skala pengukuran Uji hipotesis untuk data kontinu Uji hipotesis untuk data kategorikal Desain penelitian kesehatan Ukuran asosiasi Regresi Logistik Target: Mahasiswa

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2016

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2016 96 Lampiran 1 KUESIONER HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN (B6, B12, B9), OLAHRAGA DAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL No. Responden : FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian PENGARUH FAKTOR PROVIDER DAN KARAKTERISTIK KONSUMEN TERHADAP KEPUASAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI MEDAN TAHUN 2014 A. KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

PERILAKU MAHASISWA GUNADARMA KAMPUS DEPOK KREDIT DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU KREDIT. Hertyn Frianka/ /3EA12

PERILAKU MAHASISWA GUNADARMA KAMPUS DEPOK KREDIT DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU KREDIT. Hertyn Frianka/ /3EA12 PERILAKU MAHASISWA GUNADARMA KAMPUS DEPOK SEBAGAI KONSUMEN KARTU KREDIT DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU KREDIT Hertyn Frianka/13210279/3EA12 LATAR BELAKANG PEMBAYARAN DI ERA GLOBALISASI YANG MENUNTUT UNTUK

Lebih terperinci

KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS PARONGIL KABUPATEN DAIRI

KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS PARONGIL KABUPATEN DAIRI Lampiran 1 KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI, PEMUNGKIN DAN KEBUTUHAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS PARONGIL KABUPATEN DAIRI Petunjuk Pengisian - Mohon angket ini diisi oleh

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Kuesioner Penelitian HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ONAN HASANG KECAMATAN PAHAE JULU TAPANULI UTARA TAHUN 2013 1. KARAKTERISTIKRESPONDEN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent)

LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) LAMPIRAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan visi dan misi pembangunan kesehatan yang tertuang di dalam paradigma sehat bahwa Indonesia berupaya di tahun 2010 tercipta Indonesia sehat, maka lingkungan

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran I No Responden : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SEI MUSAM KENDIT KECAMATAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. 1. diakses pada tanggal 1 Februari diakses pada tanggal 1 Februari 2013

DAFTAR PUSTAKA. 1.  diakses pada tanggal 1 Februari diakses pada tanggal 1 Februari 2013 82 DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.ptaskes.com/ diakses pada tanggal 1 Februari 2013 2. http://www.ppjk.depkes.go.id/ diakses pada tanggal 1 Februari 2013 3. http://www.jamsosindonesia.com/ diakses pada tanggal

Lebih terperinci

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK Slamet Poltekkes Kemenkes Pontianak, Jl. 28 Oktober Siantan Hulu, Pontianak Abstrak:

Lebih terperinci

6. Pekerjaan : 1). Bekerja 2). Tidak bekerja

6. Pekerjaan : 1). Bekerja 2). Tidak bekerja KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KEPATUHAN DAN MOTIVASI PENDERITA TB PARU TERHADAP TINGKAT KESEMBUHAN DALAM PENGOBATAN DI PUSKESMAS SADABUAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2011 =============================================================

Lebih terperinci

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan,

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan, Lampiran 1 SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN KepadaYth, Bapak/Ibu Calon Responden Dengan Hormat Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan, Program Studi Ilmu Keperawatan,

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI. Alamat: Jln Patra Raya Kp.Guji Rt 03/02 Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebon

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI. Alamat: Jln Patra Raya Kp.Guji Rt 03/02 Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebon Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Miki Sutrisno Nim : 2008-33-029 Alamat: Jln Patra Raya Kp.Guji Rt 03/02 Kelurahan Duri

Lebih terperinci

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital. The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada

Lebih terperinci

Crosstabulation Jenis Kelamin dengan Kelengkapan Laporan Operasi

Crosstabulation Jenis Kelamin dengan Kelengkapan Laporan Operasi Crosstabulation Jenis Kelamin dengan Kelengkapan Laporan Operasi Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent kelengkapan * jeniskelamin 166 100.0% 0.0% 166 100.0% kelengkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya tidak hanya dari segi jenis dan macam penyakit yang harus memperoleh perhatian dari

Lebih terperinci

Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Kepada Yth. Saudara/i... Di RS Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi D IV Keperawatan Poltekke Kemenkes

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN FISIK TERHADAP SEMANGAT KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSU Dr. PIRNGADI MEDAN SUMATERA UTARA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN FISIK TERHADAP SEMANGAT KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSU Dr. PIRNGADI MEDAN SUMATERA UTARA KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN FISIK TERHADAP SEMANGAT KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSU Dr. PIRNGADI MEDAN SUMATERA UTARA Petunjuk Pengisian Identitas Responden Jawablah pernyataan identitas

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA

PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukansebagaisalahsatusyarat Untukmemperolehpredikat AhliMadyaAnalisKesehatan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA Setiani Rahmawati, Liena Sofiana Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015: 121). Pada usia ini, balita masih sangat rentan terhadap berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi semakin meningkat, termasuk angka kejadian infeksi nosokomial. 1 Infeksi nosokomial merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan di antaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan

Lebih terperinci

KUESIONER PENDATAAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

KUESIONER PENDATAAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM KUESIONER PENDATAAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM A. Data Umum Nama Reponden : Umur : Pendidikan : Pekerjaan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DESAIN RUANG DAN PERALATAN ICU TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT DALAM MEMONITORING PASIEN DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR NO RESPONDEN : NAMA : UMUR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SIKAP KERJA MANUAL HANDLING

ANALISIS PENGARUH SIKAP KERJA MANUAL HANDLING 76 Lampiran 1 Kuesioner penelitian ANALISIS PENGARUH SIKAP KERJA MANUAL HANDLING TERHADAP KELUHAN SUBJEKTIF NYERI PINGGANG LEHER NON SPESIFIK PADA TENAGA ANALIS KESEHATAN DI INSTALASI LABORATORIUM RUMAH

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH ANALISIS TINDAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Liza Salawati, Nasyaruddin Herry Taufik dan Andi Putra Abstrak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi nasokomial merupakan persoalan serius yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari dalam

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Nomor Responden :... Tanggal : Nama Responden :... Ruang : Perempuan. 2. DIII Keperawatan 3. SPK. 2.

KUESIONER PENELITIAN. Nomor Responden :... Tanggal : Nama Responden :... Ruang : Perempuan. 2. DIII Keperawatan 3. SPK. 2. Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING PELAKSANA ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP PROFESIONALISME PERAWAT DI RSUD KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2010 Nomor Responden :... Tanggal :...2010

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. intelejensi bagi setiap orang guna menjalani kegiatan serta aktifitas sehari-hari secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. intelejensi bagi setiap orang guna menjalani kegiatan serta aktifitas sehari-hari secara BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

KUESIONER. a. Nama Responden : b. AlamatResponden : c. Jenis kelamin : d. Umur Responden : e. Pekerjaan : 1. Bekerja 2.

KUESIONER. a. Nama Responden : b. AlamatResponden : c. Jenis kelamin : d. Umur Responden : e. Pekerjaan : 1. Bekerja 2. Lampiran 1. KUESIONER HUBUNGAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN KELUHAN GANGGUAN PERNAFASAN PADA MASYARAKAT SEKITAR PABRIK GULA SEI SEMAYANG (PGSS) KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 No. Responden : Tanggal

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian

Kuisioner Penelitian 1 2 Kuisioner Penelitian Saya Rohmah Ardelia, mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat peminatan Manajemen Rumah Sakit Universitas Esa Unggul. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul Penelitian :HUBUNGAN PERAN SERTA ORANG TUA TERHADAP DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH EKA HOSPITAL BSD TANGERANG. Peneliti : Anastasia Rosita Puturuhu

Lebih terperinci

Lampiran 1. I. Data Responden

Lampiran 1. I. Data Responden Lampiran 1 KUESIONER HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2013 I.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial

Lebih terperinci

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA BPJS KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI DUA PUSKESMAS DI KOTA MEDAN PADA BULAN AGUSTUS 2015 Kuesioner ini

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERAWATAN KEHAMILAN PADA IBU HAMIL YANG MENGALAMI ABORTUS SPONTAN TAHUN 2013

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERAWATAN KEHAMILAN PADA IBU HAMIL YANG MENGALAMI ABORTUS SPONTAN TAHUN 2013 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERAWATAN KEHAMILAN PADA IBU HAMIL YANG MENGALAMI ABORTUS SPONTAN TAHUN 2013 No. Responden : Petunjuk pengisian : Isilah

Lebih terperinci